Download - Laporan Geotek (kondisi tanah dan batuan )
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Jawa merupakan pulau yang berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, samudera hindia di sebelah
selatan, selat sunda di sebelah barat, dan sebelah timur berbatasan dengan selat Bali. Jawa merupakan bagian dari
lempeng tektonik Pasifik. Di Indonesia lempeng pasifik disebut lempeng benua, dimana Jawa merupakan jalur
pertemuan 2 lempeng yaitu lempeng Indo-Australia dengan lempeng Pasifik. Ada 3 gerakan lempeng yaitu : saling
ketemu, menjauh, dan bergeser. Gerakan lempeng di Indonesia adalah saling ketemu. Lempeng benua dan
samudera saling bertumbukan ditandai dengan penunjaman ke bawah, dimana lempeng samudera dengan massa
berat yang lebih besar menunjam lempeng benua, yang ditunjam adalah massa penyusun material daratan. Akibat
penunjaman tersebut menyebabkan terbentuknya palung dan terjadi formasi batuan yang tidak selaras sehingga
terjadi pergerakan yang mempengaruhi magma dalam bumi.Pada saat penunjaman, semakin ke bawah suhu
semakin tinggi, sehingga tekanan tinggi. Pada kedalaman tertentu penunjaman tersebut dapat menghancurkan
litosfer dan menguraikan athenosfer sehingga menyebabkan jalur dalam bersifat vulkanik. Sumatera, Jawa, dan Bali
hampir sama/ sejajar garis penunjamannya. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pergerakan
lempeng tektonik yang terjadi sangat mempengaruhi kepulauan di Indonesia. Di Jawa jika terjadi gaya endogen
berupa pengangkatan dapat memunculkan busur-busur gunungapi.
Di Jawa Tengah sendiri, akibat proses alam terbentulah berbagai tipe tanah di Jawa Tengah. Tanah adalah benda yang dinamis sehingga selalu mengalami proses perubahan. Tanah terbentuk dari batuan yang aus/lapuk akibat terpapar oleh dinamika di lapisan bawah atmosfer, seperti dinamika iklim, topografi/geografi, dan aktivitas organisme biologi. Intensitas dan selang waktu dari berbagai faktor ini juga berakibat pada variasi tampilan tanah. Berbagai usaha telah dilakukan untuk memperoleh klasifikasi umum yang dapat membantu dalam memprediksi perilaku tanah ketika mengalami pembebanan.
. Dalam melakukan klasifikasi tanah para ahli pertama kali melakukannya berdasarkan ciri fisika dan kimia, serta dengan melihat lapisan-lapisan yang membentuk profil tanah. Selanjutnya, setelah teknologi jauh berkembang para ahli juga melihat aspek batuan dasar yang membentuk tanah serta proses pelapukan batuan yang kemudian memberikan ciri-ciri khas tertentu pada tanah yang terbentuk.
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok dan sub kelompok-sub kelompok berdasarkan pemakaiannya.
Selain tanah, berbagai macam batuan juga terbentuk. Mulai dari beku, sedimen, maupun bentuk batuan lainnya. Batuan yang berbagai macam jenis ini terbentuk karena berbagai macam
pengaruh lingkungan. Selain Tanah dan Batuan, kondisi bencana yang terjadi juga bermacam-macam. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini akan kami bahas satu persatu.
b. Rumusan Masalah1. Bagaimana kondisi tanah di Jawa Tengah ?2. Apakah berbagai macam batuan yang ada di Jawa Tengah ?3. Bagaimana keadaan bencana di Jawa Tengah ?
c. Tujuan1. Mengetahui Kondisi Tanah di Jawa Tengah2. Mengetahui berbagai macam jenis batuan yang ada di Jawa Tengah3. Mengetahui bencana bencana yang terjadi Jawa Tengah
BAB IILANDASAN TEORI
a. Pengertian Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang tersusun
dari mineral dan bahan organik.Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi
karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan haradan air sekaligus sebagai
penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi
sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.Ilmu yang mempelajari
berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah.Dari segi klimatologi, tanah memegang
peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat
tererosi.Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air
dan udara merupakan bagian dari tanah.
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat
bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah
dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia
(pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan
kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan
di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen.
Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang
tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya.
Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap,
sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna
yang terkonsentrasi[1].
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat
(butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan
fase gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan
ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah
baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil
(mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan
makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung
sehingga kekurangan makropori.
b. Pengertian Batuan
Dalam geologi, batu adalah benda padat yang tebuat secara alami dari mineral dan atau mineraloid.
Lapisan luar padat Bumi, litosfer, terbuat dari batu. Dalam batuan umumnya adalah tiga jenis, yaitu
batuan beku, sedimen, dan metamorf. Penelitian ilmiah batuan disebut petrologi, dan petrologi
merupakan komponen penting dari geologi.Dalam bangunan batu biasanya dipakai pada pondasi
bangunan untuk bangunan dengan ketinggian kurang dari 10 meter, Batu juga dipakai untuk
memperindah fasade bangunan dengan memberikan warna dan tekstur unik dari batu alam.
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan tekstur partikel
unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri - ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi
beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang
membentuk mereka. Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi.
Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
1. kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2. tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3. struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4. proses pembentukan
Batu-batu secara umum biasanya dibagi menurut proses yang membentuknya, dan dengan itu
dibagi kepada tiga kumpulan yang besar yaitu:
1. batu igneus
2. batu endapan
3. batu metamorf .
Batu igneus adalah batu yang terbentuk dari magma cair, batu endapan melalui endapan dan
tekanan bahan tertentu, dan batu metamorfosis melalui salah satu dari dua cara yang disebut
terdahulu setelah berubah akibat suhu dan tekanan. Dalam kasus-kasus di mana bahan organik
meninggalkan jejak dirinya pada batu, hasil ini dikenali sebagai fosil.
c. Pengertian BencanaBencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia.[1] Peristiwa alam dapat berupabanjir, letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit.[2] Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami.[2] Contohnya adalahkelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam.[2] Dua jenis bencana alam yang diakibatkan dari luar angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan badai matahari.Bencana alam dapat mengakibatkan dampak yang merusak pada bidang ekonomi, sosial dan lingkungan.[14] Kerusakan infrastruktur dapat mengganggu aktivitas sosial, dampak dalam bidang sosial mencakup kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal dan kekacauan komunitas, sementara kerusakan lingkungan dapat mencakup hancurnya hutan yang melindungi daratan.[14] Salah satu bencana alam yang paling menimbulkan dampak paling besar, misalnya gempa bumi, selama 5 abad terakhir, telah menyebabkan lebih dari 5 juta orang tewas, 20 kali lebih banyak daripada korban gunung meletus.[11] Dalam hitungan detik dan menit, jumlah besar luka-luka yang sebagian besar tidak menyebabkan kematian, membutuhkan pertolongan medis segera dari fasilitas kesehatan yang seringkali tidak siap, rusak, runtuh karena gempa.[11] Bencana seperti tanah longsor pun dapat memakan korban yang signifikan pada komunitas manusia karena mencakup suatu wilayah tanpa ada peringatan terlebih dahulu dan dapat dipicu oleh bencana alam lain terutama gempa bumi,letusan gunung berapi, hujan lebat atau topan.[4]
BAB IIIISI
a. Kondisi Tanah Di Jawa Tengah
Satuan-satuan tanah yang ada di Jawa Tengah menurut Mangunsukardjo (1984) adalah kelompok alluvial, regosol, litosol, andosol, latosol, grumusol, dan Podsolik. Macam-macam tanah alluvial di Jawa Tengah adalah alluvial Himodrof, Aluvial Kelabu Kekuningan dan Aluvial Coklat Kelabu Gelap
1. Aluvial
Tanah Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari bahan induk asal tanah dan topografi, punya
tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan
bahan organic dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induk (Hardjowigeno, 1985).
Tanah endapan alluvial atau koluvial muda atau agak muda dengan tanapa atau perkembangan prifil lemah. Sifat
tanah alufial sangat beragam tergantung sifat bahan asal yang diendapkan. Penyebarannya tidak terpengaruhi oleh
iklim maupun ketingian (Hardjowigeno, 1993).
Tanah Aluvial yang dipersawahan akan berbeda sifat morfologisnya dengan tanah yang tidak dipersawahan.
Perbedaan yang sangat nyata dapat dijumpai pada epipedonnya, dimana pada epipedon yang tidak pernah
dipersawahan berstruktur granular dan warna coklat tua (10 YR 4/3). Sedangkan epipedon tanah Aluvial yang
dipersawahan tidak berstruktur dan berwarna berubah menjadi kelabu (10 YR5/1) (Munir, 1984).
Hakim dkk (1986) mengemukakan bahwa tanah Aluvial bervariasi dari satu daerah ke daerah lainnya. Beberapa
bahan endapan dapat berupa batu kapur, batuan metamorfik, deposit lanau dan dapat pula berupa au gunung berapi
yang bercampur bahan organik.
Sarief (1987) menyatakan bahwa tanah Aluvial berwarna kelabu sampai kecoklat-coklatan. Tekstur tanahnya liat atau
liat berpasir, mempunyai konsistensi keras waktu kering dan teguh pada waktu lembab. Kandungan unsur haranya
relatif kaya dan banyak tergantung pada bahan induknya. Reaksi tanahnya dari asam, netral sampai basa.
Berdsarkan bahan induknya terdapat ttanah Aluvial pasir, lempung, kapur, basa,asam dan lain-lain (Darmawijaya,
1990).
Tanah Alluvial berwarna kelabu muda bersifat fisik keras dan pijal jika kering dan lekat jika basah. Kaya akan fosfot
yang mudah larut dalam sitrat 2% mengandung 5% CO2 dan tepung kapur yang halus dan juga berstruktur pejal
yang dalam keadaan kering dapat pecah menjadi fragmen berbetuk persegi sedang sifat kimiawinya sama dengan
bahan asalnya (Munir, 1996).
2. Regosol
Tanah Regosol adalah tanah berbutir kasar dan berasal dari material gunung api. Tanah regosol berupa tanah
aluvial yang baru diendapkan. Material jenis tanah ini berupa abu vulkan dan pasir vulkan.
Tanah regosol merupakan hasil erupsi gunung berapi, bentuk wilayahnya berombak sampai bergunung, bersifat
subur, tekstur tanah ini biasanya kasar, berbutir kasar, peka terhadap erosi, berwarna keabuan, kaya unsur hara
seperti P dan K yang masih segar, kandungan N kurang, pH 6 – 7, cenderung gembur, umumnya tekstur makin halus
makin produktif, kemampuan menyerap air tinggi, dan mudah tererosi.
Ciri-ciri fisik tanah regosol adalah memiliki butiran kasar. Ciri lainnya adalah belum menampakkan adanya perlapisan
horisontal. Warna bervariasi dari merah kuning, coklat kemerahan, coklat dan coklat kekuningan. Itu karena
bergantung pada material dominan yang dikandungnya.
Karena tanah regosol berasal dari erupsi gunung berapi, maka tanah jenis ini banyak terdapat di setiap pulau yang
memiliki gunung api baik yang aktif maupun yang sudah mati, contohnya seperti Bengkulu, pantai Sumatera Barat,
Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.
Tanah regosol sangat cocok untuk pertanian khususnya tanaman padi, kelapa, tebu, palawija, tembakau, dan
sayuran. Itulah sebabnya mengapa tanah di lereng gunung berapi yang baru saja mengalami erupsi sangat subur
dan sangat baik untuk pertanian.
Berdasarkan bahan induknya tanah regosol dibagi menjadi:
1. Regosol Abu Vulkanik
Ciri-ciri tanah regosol abu vulkanik:
Terdapat di sekitar bangunan api dengan visiografi vulkanik fan
Semua bahan vulkanik hasil eropsi gunung berapi berupa debu, pasir, kerikil, batu, bom dan lapili.
Bahan kasar di tengah lahan halus di tepi
Kaya hara tanaman kecuali N tapi belum terlapuk sehingga perlu pupuk organik, pupuk kandang, dan pupuk
hijau.
Umumnya tekstur makin halus makin produktif
2. Regosol Bukit Pasir
Ciri-ciri tanah regosol bukit pasir
Terdapat di sepanjang pantai (Cilacap, Parangtritis, Kerawang).
(Sand dunes) bukit pasir terbentuk dari pasir di pantai oleh gaya angin yang bersifat deflasi dan akumulasi.
Pasir kasar terletak dekat garis pantai makin halus makin jauh.
Umumnya tekstur kasar mudah diolah, gaya menahan air rendah, dan permeabilitas baik.
Makin tua tekstur makin halus dan permeabilitas kurang baik Kaya unsur hara.
3. Litosol
merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Penampangnya besar dan
berbentuk kerikil, pasir atau batu-batuan kecil, karena sedikit sekali mengalami perubahan struktur atau profil dari
batuan asal. Tanah litosol miskin unsur hara.
Tanah Litosol terbentuk dari batuan beku dari proses letusan gunung berapi dan sedimen keras yang proses
pelapukan kimia (dengan bantuan organisme hidup) dan fisikanya (dengan bantuan sinar matahari dan hujan) belum
sempurna. Sehingga struktur asal batuan induknya masih terlihat. Oleh sebab itu pula, tanah litosol sering juga
disebut sebagai tanah yang paling muda, sehingga bahan induknya dangkal (kurang dari 45 cm) dan seringkali
tampak di permukaan tanah sebagai batuan padat yang padu. Jenis tanah ini belum lama mengalami pelapukan dan
sama sekali belum mengalami perkembangan.
Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia yang mengalami proses
erosi parah. Tanah litosol banyak terdapat di Pulau Sumatra, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara, Maluku
bagian selatan, dan Papua. Adapun di Sumatra, jenis tanah ini terdapat di wilayah yang tersusun dari batuan kuarsit,
konglomerat, granit, dan batu lapis. Jenis tanah ini juga dapat dijumpai di daerah sekitar pantai.
Unsur hara yang terkandung dalam jenis tanah ini tidak begitu banyak, kalau tidak bisa dibilang sangat sedikit.
Sehingga jelas sekali, tanah litosol tidak cocok untuk digunakan sebagai media pertanian. Berbagai upaya yang
dapat dilakukan sebagai cara untuk mempercepat proses pembentukan tanah litosol menjadi jenis tanah yang subur
dan lebih bermanfat adalah dengan cara mempercepat proses pelapukannya. Biasanya adalah dengan cara
memperlakukan daerah bertanah litosol dengan penanaman berbagai jenis tanaman keras, dan melakukan
reboisasi, agar proses erosi tidak berlanjut.
Di beberapa tempat, tanah litosol sering hanya dimanfaatkan sebagai tempat bertanam rumput pakan hewan ternak,
atau beberapa jenis tanaman palawija yang tahan dengan jenis tanah ini seperti jagung, serta juga untuk ditanami
tanaman keras. Tanah litosol merupakan tempat hidup ideal dari bunga edelweis.
4. Andosol
Nama Andosol sendiri berasal dari kata Ando yang memiliki makna hitam dan sol yang
artinya tanah. Tanah Andosol atau juga disebut tanah vulkanis, punya ciri khas yang mudah
dikenali.
Tanah ini ditemukan di Jawa, Sumatra Utara, Sumatra Timur, Sumatra Barat, Bali,
Lombok, Halmahera, Minahasa, dan sedikit di Kalimantan. Diseluruh Indonesia terdapat seluas 5
juta hektar. Terutama ditemukan ditempat-tempat dengan ketinggian tinggi didaerah gunung api
(volkan). Tanah ini digunakan terutama untuk tanaman sayur-sayuran dan bunga-bungaan,
perkebunan teh, kopi dan kina. Juga untuk hutan pinus dan obyek-obyek pariwisata.
Berdasarkan sifat atau ciri-cirinya
1. Tekstur
Tekstur geluh berdebu
2. Struktur
Struktur remah kelapisan bawah agak gumpal
3. Warna
Warna agak coklat kekelabuan hingga hitam
4. Bahan induk
Bahan induknya abu atau tuf volkan
5. Konsistensi
Konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak
asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi
5. Latosol
G.Tanah latosol yaitu tanah yang banyak mengandung zat besi dan aluminium. Tanah ini sudah sangat tua, sehingga kesuburannya rendah. Warns tanahnya merah hingga kuning, sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol yang mempunyai sifat cepat mengeras bila tersing kap atau berada di udara terbuka disebut tanah laterit.Tanah latosol tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, JawaTimur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.Tumbuhan yang clapat hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, buah-buahan, karet, sisal, cengkih, kakao, kopi, dan kelapa sawit.
6. Grumosol
F.Tanah grumusol atau margalith adalah tanah yang terbentuk dari material halus berlempung. Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur, tersebar di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura,
NusaTenggara, dan Sulawesi Selatan. Tanaman yang tumbuh di tanah grumusol adalah padi, jagung, kedelai, tebu, kapas, tembakau, dan jati.
::Gambar Tanah Grumusol.7. Podzolik
Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara
rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan. Umumnya, tanah ini berada di
daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun. Di
Indonesia, tanah ini tersebar di daerah-daerah dengan topografi pegunungan, seperti Sumatera Utara
dan Papua Barat.
Tanah podzolik memiliki karakteristik kesuburan sedang, bercirikan warna merah atau kuning, memiliki
tekstur yang lempung atau berpasir, memiliki pH rendah, serta memiliki kandungan unsur aluminum dan
besi yang tinggi.
Karakteristik tanah podzolik yang lain adalah sebagai berikut.
Daya simpan unsur hara sangat rendah karena sifat lempungnya yang beraktivitas rendah.
Kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga tidak memadai untuk tanaman
semusim.
Kadar bahan-bahan organik rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah.
Daya simpan air sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan.
Jika dilihat dari ciri dan karakteristik tanah ini, bisa di simpulkan
bahwa tanah podzolik merupakan tanah yang tergolong tidak subur baik itu secara fisik maupun
kimianya. Akan tetapi mengingat lahan yang semakin susah dicari maka tanah podzolik pun menjadi
sasaran para petani untuk melakukan proses bercocok tanam.
b. Kondisi Batuan di Jawa Tengah
No Kelompok Batuan
Jenis Batuan Penjelasan Gambar
1. Batuan Beku Andesit Proses terbentuk :Batuan ini berasal dari lelehan lava gunung merapi yang meletus, batu Andesit terbentuk (membeku) ketika temperatur lava yang meleleh turun antara 900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius. Merupakan jenis batuan beku luar.
Granit Proses terbentuk : Batuan ini terbentuk dari hasil pembekuan magma berkomposisi asam yang membeku di dalam dapur magma, sehingga batu ini merupakan jenis batu beku dalam.
Basalt Proses Terbentuk : Berasal dari hasil pembekuan magma berkomposisi basa di permukaan atau dekat permukaan bumi. Biasanya membentuk lempeng samudera di dunia. Mempunyai ukuran butir yang sangat baik sehingga kehadiran mineral mineral tidak terlihat.
Diorit Kelabu bercampur putih, atau hitam bercampur putih .Terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic pada suatu subduction zone, biasanya diproduksi pada busur lingkaran volkanis, dan membentuk suatu
gunung didalam cordilleran ( subduction sepanjang tepi suatu benua, seperti pada deretan Pegunungan)
2. Batuan Sedimen
Breksi Breksi adalah batuan sedimen yang tersusun dari fragmen-fragmen (pecahan-pecahan) batuan yang ujungnya (bersudut) runcing dan telah tersementasi (terekat) oleh material-material batuan yang lebih halus (biasanya mengandung kalsium karbonat dan silikat). Breksi biasanya merupakan fragmen yang terkumpul pada bagian dasar lereng yang mengalami sedimentasi, selain itu fragmen juga dapat berasal dari hasil longsoran yang mengalami litifikasi.
Gamping Limestone atau batu gamping adalah batuan sedimen yang memiliki komposisi mineral utama dari kalsit (CaCO3). Teksturnya bervariasi antara rapat, afanitis, berbutir kasar, kristalin atau oolit. Batu gamping dapat terbentuk baik karena hasil dari proses organisme atau karena proses anorganik. Batu gamping dapat
dibedakan menjadi batu gamping terumbu, calcilutite, dan calcarenite.
Dolomit Batuan dolomit adalah seperti batu gamping, tetapi mempunyai sifat yang tidak sama dengan batu gamping, pada saat diteteskan larutan asam batuan dolomite tidak membuih. Mineral yang tidak beraksi tersebut dinamakan dolomit. Kadang-kadang dolomit disebut dengan dolostone.
Kalsic Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batu gamping. Terbentuk di batuan sedimen yang mengalami metamorfosa. Sehingga mineral kalsit sangat umum didistribusikan secara luas di kerak bumi. Itu terjadi dalam bentuk hamper murni dalam batu kapur dan sebagai bahan penyemenan pada batuan sedimen lainnya
Lempung Type utama batulempung menurut terjadinya terdiri dari lempung residu dan lempung letakan (sedimen), lempung residu adalah sejenis lempung yang terbentuk karena proses pelapukan (alterasi) batuan beku dan ditemukan disekitar batuan induknya. Kemudian material lempung ini mengalami proses diagenesa sehingga membentuk batu lempung.
Konglomerat o Ciri : material kerikil-kerikil bulat, batu-batu dan pasir yang merekat satu sama lainnya
o Cara terbentuk : dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikatKegunaan : untuk bahan bangunan
Pasir o Ciri : tersusun dari butiran-butiran pasir, warna abu-abu, kuning, merah
o Cara terbentuk : dari bahan-bahan yang lepas karena gaya beratnya menjadi terpadatkan dan terikat
o Kegunaan : sebagai material di dalam pembuatan gelas/kaca dan sbg kontruksi bangunan
3. Batuan Metamorf
MarmerTerbentuk ketika batu gamping mendapat tekanan dan panas sehingga mengalami perubahan dan rekristalisasi kalsit. Utamanya tersusun dari kalsium karbonat. Marmer bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
) Kuarsit o Ciri : berwarna Abu-abu,
kekuningan, cokelat, merah,sering berlapis-lapis dan dapat mengandung fosil, lebih keras dibanding gelas dan terdapat butiran sedang
o Cara terbentuk : metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami perubahan dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar.
o Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan, konstruksi jalan dan perbaikan
) Sabak o Ciri : abu-abu kehijau-
hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi lempeng-lempeng tipis
o Cara terbentuk : terbentuk bila batu serpih kena suhu dan tekanan tinggi
o Kegunaan : dijadikan sbg kerajinan, sbg batu tulis, sbg
bahan bangunan, dan untuk membuat atap rumah (semacam genting)
c. Bencana di Jawa Tengah
Menilik kondisi geografis Provinsi Jawa Tengah, adalah tidak mengherankan jika provinsi ini menyimpan potensi bencana yang banyak dan sangat beragam. Dari hasil identifikasi yang dilakukan terhadap wilayah ini maka terdapat beberapa potensi bencana yang ada di wilayah ini;
1. Gempa Bumi
Gempa akibat aktivitas vulkanisme yang sering terjadi di Provinsi Jawa Tengah terutama akibat aktivitas Gunung Merapi di daerah yang berbatasan dengan Provinsi DI Yogyakarta. Daerah yang sering terkena dampak dari kejadian ini adalah Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sleman di Provinsi DI Yogyakarta. Gempa sebagai akibat dari aktivitas tektonik beberapa kali terjadi di Provinsi Jawa Tengah yang dalam sejarah pembentukannya merupakan bagian dari lempeng Eurasia yang bertumbukan dengan lempeng Indo-Australia. Akibat tumbukan tersebut, lempeng Indo-Australia menunjam di bawah lempeng Eurasia dan terjadi akumulasi energi yang pada titik jenuhnya akan menyebabkan gempa.
Tabel L4.1
Beberapa Kejadian Bencana Gempa Bumi di Provinsi Jawa Tengah
No.Kejadian Gempa
Pusat Gempa
Kekuatan
Korban Kerugian
KeteranganMeninggal
Luka-luka
Rumah Hancur
Rumah Rusak
1 10 Juni 1867
- - 5 - 372 - Meruntuhkan Taman Sari,
Tugu Keraton dan Gedung
Agung
223 Juli 1943
8,60 LS – 109,90 BT
- 213 2.096 2.800 -
Getaran terasa dari
Garut hingga Surakarta
327 Mei 2006
8,0070 LS – 110,280
BT5,9 SR 1.059 > 1900 99.730 104.111
Menyebabkan tsunami
Sumber: Hasil Analisis
2. Tsunami
Tsunami merupakan rangkaian gelombang laut yang menjalar dengan kecepatan tinggi. Di laut dengan kedalaman 7.000 meter, kecepatannya dapat mencapai 942,9 km/jam dengan panjang gelombang mencapai lebih dari 100 m, tinggi tidak lebih dari 60 m dan selisih waktu antar puncak antara 10 menit hingga 1 jam. Adapun sebaran lokasi kejadian tsunami di kawasan Asia Pasifik dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar L4.1
Peta Sebaran Lokasi Kejadian Tsunami
Tabel L4.2
Dampak Tsunami 17 Juli 2006
No.Kota/
KabupatenKorban
Jiwa
Jenis Kerusakan
Rumah/Bangunan Perahu Lainnya
1 Cilacap 116 65 2 -
2 Kebumen 39 121 606
102 mesin tempel hilang, 29,596 unit jaring rusak, obyek wisata rusak
3 Purworejo - - 90 -
Sumber: Dinas Kesbanglinmas Provinsi Jawa Tengah
3. Letusan Gunung Berapi
Gunung berapi merupakan lubang kepundan/rekahan pada kerak bumi tempat keluarnya magma, gas atau cairan lainnya ke permukaan. Bencana gunung meletus disebabkan oleh aktifnya gunung berapi sehingga menghasilkan erupsi.
Tabel L4.3
Aktivitas Vulkanisme di Jawa Tengah
No. Tahun Sumber Peristiwa
1 1969 G. SlametPeningkatan aktivitas, dalam 1 tahun terjadi 3 kali hujan abu dan lelehan lava
2 1979 Peg.DiengPeningkatan aktivitas dan mengeluarkan gas beracun yang menewaskan 149 penduduk
31988-1992 G. Slamet
Peningkatan aktivitas dengan periode yang lama dan peningkatan kegempaan
4 1994 G. MerapiErupsi yang menghancurkan beberapa desa dan menewaskan puluhan jiwa
5 1998 G. Merapi Terjadi erupsi vertikal namun tidak ada korban jiwa
62001-2003 G. Merapi Peningkatan aktivitas dengan periode yang lama
7 2006 G. MerapiPeningkatan aktivitas dengan periode yang lama disertai dengan beberapa kali luncuran awan panas
Sumber: Direktorat Vulkanologi, Departemen ESDM
4. Banjir
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena peningkatan volume air akibat hujan deras, luapan air sungai atau pecahnya bendungan.
Gambar L4.2
Peta Kejadian Banjir Tahun 2006-2007
:
Tabel L4.4
Kejadian Banjir Beserta Dampaknya di Jawa Tengah (1998-2007)
No. Tanggal
Lokasi Korban Jiwa Kerugian Rumah Rusak Berat
KeteranganKabupaten/Kota
Wil.Terkena Dampak
Meninggal
Pengungsi
(juta Rp)
1 19/04/2007 Sragen 8 Kec. - - > 4000 - -
2 Des-07 Sragen 18 Kec. 512.96
67.035 83 -
3 Des-07 Surakarta 3 Kec. - 745 21.004 3.761 -
4 Des-07 Sukoharjo 6 Kec. - 2.415 10.919 182 -
5 Des-07 Kudus 4 Kec. 2 4.222 87.500 - -
Sumber: Dinas Kesbang Linmas dan Biro Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah
5. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan pergerakan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran tersebut ke arah yang lebih rendah.
Gambar L4.3
Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah di Jawa Tengah
Tabel L4.5
Kejadian Tanah Longsor Beserta Dampaknya di Jawa Tengah (1998-2005)
No.
Waktu Lokasi Dampak
Kejadian Kabupaten/Kota Kecamatan Desa/Kelurahan MeninggalRumah Rusak
1 11/02/2005 Pemalang Watukumpul Desa Telagasena - 6
2 04/01/2006 Banjarnegara Banjarmangu Desa Sijeruk 76 104
3 18/02/2007 Magelang Windusari Desa Tanjungsari 8 -
4 Des-07 Karanganyar 62 > 984
5 Des-07 Wonogiri 17 > 1.653
Sumber: Dinas Kesbang Linmas Provinsi Jawa Tengah
6. KekeringanDistribusi daerah yang sering mengalami kekeringan untuk wilayah Jawa Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar L4.4
Peta Zona Kekeringan di Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Dinas Kesbang Linmas Provinsi Jawa Tengah
Tabel L4.6
Kejadian Kekeringan Beserta Dampaknya di Jawa Tengah
No.Waktu
Kejadian
Luas Daerah Dampak
Daerah Terparah (Kabupaten)
Luas Daerah Kering
Dampak
1Juli-Agustus 2004
11 Kab.
Jepara, Sragen, Wonogiri, Rembang, Boyolali, Karanganyar, Klaten, Blora, Sukoharjo, Purworejo, Brebes, Pemalang, Batang
12.996 ha sawah
12.000 ha sawah puso, 16.617 terserang hama penggerek batang, 6.979 ha terserang tikus, 5.513 ha terserang wereng coklat, 946 ha terserang tungo (daun kuning)
2Januari-Juli 2005
11 Kab.
Rembang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Purworejo, Brebes, Pati, Cilacap, Kebumen, Semarang, Wonogiri
81.660 ha sawah
Kondisi gagal panen 20,82 persen atau seluas 16.998 ha
3 Jul-06 17 Kab.
Rembang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Purworejo, Brebes, Pati, Cilacap, Kebumen, Semarang, Wonogiri
19.297 ha sawah
Puso melanda seluas 6.168 ha sawah
4 Jul-07 14 Kab.
Sragen, Wonogiri, Boyolali, Blora, Purworejo, Pati, Grobogan, Demak, Semarang, Kebumen, Banjarnegara, Temanggung, Banyumas, Tegal
> 100.000 ha sawah
Seluas 10% dari lahan kering mengalami puso
Sumber: Dinas Kesbang Linmas Provinsi Jawa Tengah
7. Badai Siklon
Tabel L4.7
Kejadian Badai Siklon Beserta Dampaknya di Jawa Tengah
No.Waktu
Kejadian
Lokasi Dampak
Kabupaten Kecamatan Desa MeninggalRumah Rusak
1 04/03/2004 Rembang Kaliori Babadan - 17
2 22/03/2004 Banyumas Kalibagor 3 desa - 14
3 24/03/2004 Kudus -Pasuruhan Lor dan Kidul
- 125
4 05/04/2004 Wonosobo Kalijajar Butuh Lor - 29
5 17/01/2006 Kebumen 2 kec. - - 169
Sumber: Dinas Kesbang Linmas Provinsi Jawa Tengah
3. Sebaran Bencana di Propinsi Jawa Tengah
Apabila data kejadian bencana yang dipaparkan sebelumnya dikompilasi, maka akan diperoleh peta sebaran kejadian bencana dan peta potensi bencana sebagai berikut:
BAB IV Penutup
a. KesimpulanDari uraian panjang tentang kondisi tanah, batuan dan bencana di jawa tengah, maka dapat kita simpulkan :
- Bagaimana kondisi tanah di Jawa Tengah ?
Bagaimana keadaan bencana di Jawa Tengah ?
b. Daftar Pustaka https://id.wikipedia.org/wiki/http://esdm.jatengprov.go.id/http://kesbangpoljateng.com/http://dunia-atas.blogspot.com/2011/03/batuan-dan-jenisnya.html
c. LampiranMacam-Macam Tanah
Alluvial Regosol
Litosol Andosol
LAtosol Grumosol
Podzolik
d. Penutup
Demikian yang dapat kami bahas mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentu nya masih ba nyak kekurangan dan kelemahan nya, kerena terbatas nya pengetahuan dan kurang nya rujukan atau referensi yang ada hubungan nya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budi man dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurna nya makalah ini dan dan penulisan makalah dikesempatan-kesempatan berikut nya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khusus nya juga para pembaca yang budi man pada umum nya.