Download - Laporan Diskusi Manajemen Berbasis Sekolah
Manajemen Berbasis SekolahDisusun untuk memenuhi tugas mata kuliah profesi kependidikan
Dosen: Drs. Adi Putra, M.Pd.
Oleh:
Anggi Fahrunnisa 3315111305
Dian Pramantio 3315111317
Eka Putri Hardining Tyas 3315111315
Firdha Aulia Noor Fadilah 3315110126
Hayyun Lisdiana 3315111319
Intan Nur Aini 3315111302
Tri Hastuti Budi Utami 3315111314
Program Studi Pendidikan Kimia Reguler
Jurusan Kimia
Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Jakarta
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas diskusi mata kuliah profesi kependidikan yang
membahas Manajemen Berbasis Sekolah dengan baik dan dapat diselesaikan
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Laporan diskusi ini disusun berdasarkan hasil diskusi kami dikaitkan
dengan beberapa referensi materi yang kami peroleh. Laporan diskusi ini
diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat
mengembangkan pola pikir kita dalam pengetahuan tentang perkembangan
pendidikan.
Jakarta, April 2013
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
PETA KONSEP................................................................................................ iii
A. Tujuan Diskusi...................................................................................... 1
B. Landasan Hukum Manajemen Berbasis Sekolah................................. 1
C. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah............................................. 3
D. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah.................................................. 3
E. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah...................................... 4
F. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah................................................ 6
G. Indikator Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah......................... 7
H. Faktor Pendukung Keberhasilan........................................................... 11
I. Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah.......................................... 12
J. Peran Dinas Pendidikan untuk Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah............................................................... 13
K. Kesimpulan........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
ii
PETA KONSEP
iii
Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)
Pengertian
Landasan Hukum
Tujuan
Prinsip-prinsip
Manfaat
Indikator Keberhasilan
Pelaksanaan
A. Tujuan Diskusi
1. Memahami konsep dasar manajemen berbasis sekolah, yaitu pengertian,
tujuan, manfaat, dan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah.
2. Mengetahui landasan hukum manajemen berbasis sekolah.
3. Mengetahui apa saja indikator keberhasilan manajemen berbasis sekolah.
4. Memahami bagaimana pelaksanaan manajemen berbasis sekolah.
5. Mengetahui peran dinas pendidikan untuk implementasi manajemen
berbasis sekolah.
B. Landasan Hukum Manajemen Berbasis Sekolah
Era otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 22 Tahun 1999 sebagai landasan pelaksanaan otonomi daerah memiliki
makna adanya pelimpahan wewenang yang luas, nyata, dan bertanggungjawab
kepada daerah dalam pemanfaatan sumber daya nasional, secara otomatis,
membawa nuansa baru dalam sistem pengelolaan pendidikan. Selanjutnya
dikuatkan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal Tahun 2003.
Pada bagian ketiga, pasal 56 UUSP mengisyarakatkan bahwa, (1)
Masyarakat berperan dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang
meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan melalui
dewan pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah, (2) Dewan pendidikan sebagai
lembaga mndiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu, dukungan, dan
pengawasan pendidikan tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota yang tidak
mempunyai hubungan hirarkis, (3) Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga
mandiri dibentuk untuk memberikan arahan dukungan, dan pengawasan pada
tingkat satuan pendidikan.
Desentralisasi pengelolaan pendidikan sejalan dengan otonomi daerah
yang secar operasional dimulai pada 1 Januari 2001, diawali dengan pelimpahan
sebagian besar kewenangan pemerintah kepada pemerintah daerah kabupaten dan
kota yang membawa konsekuensi adanya restrukturisasi kelembagaan pemerintah,
termasuk dibidang pendidikan.
1
Desentralisasi pendidikan diharapkan akan mendorong dan meningkatkan
pelayanan dibidang pendidikan kepada masyarakat yang bermuara pada upaya
peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan dalam tataran yang paling bawah (at
the bottom), yaitu sekolah melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah. MBS
sebagai suatu model implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan merupakan
suatu konsep inovatif, yang bukan hanya dikaji sebagai wacana baru dalam
pengelolaan pendidikan tetapi sebaiknya juga dipertimbangakan sebagai langkah
inovatif dan strategis ke arah peningkatan mutu pendidikan melalui pendekatan
manajemen yang bercirikan akar rumput (grass root). MBS bukan saja tuntutan
inovatif dalam manajemen sekolah, akan tetapi juga kebijakan nasional yang
strategis sebagaimana dinyatakan pada Pasal 51 ayat 1 UU RI No.20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi “Pengelolaan satuan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah/madrasah”.
Beberapa landasan hukum lainnya yang menjadi dasar manajemen
berbasis sekolah, diantaranya:
1. UU No 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional tahun 2000-
2004 pada bab VII tentang bagian program pembangunan bidang pendidikan
khususnya sasaran terwujudnya manajemen pendidikan yang berbasis pada
sekolah dan masyarakat.
2. Keputusan Mendiknas nomor 044 tahun 2002 tentang pembentukan dewan
pendidikan dan komite sekolah.
3. Kepmendiknas nomor 087 tahun 2004 tentang standar akreditasi sekolah,
khususnya tentang manajemen berbasis sekolah.
4. Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan, khususnya standar pengelolaan sekolah yaitu manajemen
berbasis sekolah.
5. UU Sisdiknas No 2 tahun 1989 Pasal 25 ayat 1 butir 1 bahwa pendidikan
adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
2
C. PENGERTIAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
MBS adalah upaya serius yang rumit, yang memunculkan berbagai isu
kebijakan dan melibatkan banyak lini kewenangan dalam pengambilan keputusan
serta tanggung jawab dan akuntabilitas atas konsekuensi keputusan yang
diambil.Oleh sebab itu, semua pihak yang terlibat perlu memahami benar
pengertian MBS, manfaat, masalah-masalah dalam penerapannya, dan yang
terpenting adalah pengaruhnya terhadap prestasi belajar murid.
Manajemen berbasis sekolah dapat bermakna adalah desentralisasi yang
sistematis pada otoritas dan tanggung jawab tingkat sekolah untuk membuat
keputusan atas masalah signifikan terkait penyelenggaraan sekolah dalam
kerangka kerja yang ditetapkan oleh pusat terkait tujuan, kebijakan, kurikulum,
standar, dan akuntabilitas.Manajemen berbasis sekolah selalu diusulkan sebagai
satu strategi untuk mencapai transformasi sekolah.
Manajemen berbasis sekolah memiliki banyak bayangan makna.Ia telah
diimplementasikan dengan cara yang berbeda dan untuk tujuan berbeda dan pada
laju yang berbeda di tempat yang berbeda. Bahkan konsep yang lebih mendasar
dari “sekolah” dan “manajemen” adalah berbeda, seperti berbedanya budaya dan
nilai yang melandasi upaya-upaya pembuat kebijakan dan praktisi. Akan tetapi,
alasan yang sama di seluruh tempat dimana manajemen berbasis sekolah
diimplementasikan adalah bahwa adanya peningkatan otoritas dan tanggung
jawab di tingkat sekolah, tetapi masih dalam kerangka kerja yang ditetapkan di
pusat untuk memastikan bahwa satu makna sistem terpelihara.
D. TUJUAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Pada sistem MBS sekolah dituntut secara mandiri menggali,
mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan mempertanggung
jawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada masyarakat maupun
pemerintah. MBS juga merupakan salah satu wujud dari reformasi pendidikan
yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik
dan memadai bagi siswa. Hal ini juga berpotensi untuk meningkatkan kinerja staf,
3
menawarkan partidipasi langsung kepada kelompok-kelompok terkait, dan
meningkatkan pemahaman kepada masyarakat terhadap pendidikan.
MBS dapat diartikan sebagai “Suatu konsep yang menempatkan
kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pendidikan diletakkan
pada tempat yang paling dekat dengan proses belajar mengajar”. Tujuan utama
penerapan MBS pada intinya adalah untuk penyeimbangan struktur kewenangan
antara sekolah, pemerintah daerah pelaksanaan proses dan pusat sehingga
manajemen menjadi lebih efisien.
Kewenangan terhadap pembelajaran di serahkan kepada unit yang paling
dekat dengan pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri yaitu sekolah.
Disamping itu untuk memberdayakan sekolah agar sekolah dapat melayani
masyarakat secara maksimal sesuai dengan keinginan masyarakat tersebut.
Tujuan penerapan MBS adalah untuk memandirikan atau memberdayakan
sekolah melalui kewenangan (otonomi) kepada sekolah dan mendorong sekolah
untuk melakukan pengambilan keputusan secara partisipatif. Lebih rincinya MBS
bertujuan untuk:
1. meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah
dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
2. meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
menyelenggarakan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3. meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya, dan
4. meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan
yang akan dicapai.
E. PRINSIP MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Terdapat empat prinsip MBS yaitu :
1. Prinsip Equifinalitas (Equifinality) yang didasarkan pada teori manajemen
modern yang berasumsi bahwa terdapat perbedaan cara untuk mencapai
tujuan. Manajemen sekolah menekankan fleksibilitas dan sekolah harus
dikelola oleh sekolah itu sendiri berdasarkan kondisinya masing-masing.
Prinsip equifinalitas ini mendorong terjadinya desentralisasi kekuasaan
4
dan mempersilahkan sekolah memiliki mobilitas yang cukup, berkembang
dan bekerja menurut strategi uniknya masing-masing untuk mengelola
sekolahnya secara efekif.
2. Prinsip Desentralisasi (Decentralization). Konsisten dengan prinsip
equifinalitas maka desentraslisasi merupakan gejala penting dalam
reformasi manajemen sekolah modern. Dasar teori dari prinsip
desentralisasi ini adalah manajemen sekolah dalam aktivitas pengajaran
menghadapi berbagai kesulitan dan permasalahan. Oleh karena itu sekolah
harus diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk menyelesaikan
permasalahan secara efektif sesegera mungkin ketika permasalahan
muncul. Tujuan dari prinsip desentralisasi adalah memecahkan masalah
secara efisien dan bukan menghindari masalah. Maka MBS harus mampu
menemukan permasalahan, memecahkannya tepat waktu dan memberi
kontribusi terhadap efektivitas aktivitas belajar mengajar.
3. Prinsip Sistem Pengelolaan Mandiri (Self-Managing System). MBS tidak
menyangkal perlunya mencapai tujuan berdasarkan kebijakan dari atas,
tetapi menurut MBS terdapat berbagai cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Oleh karena itu amat penting dengan mempersilahkan sekolah
untuk memiliki sistem pengelolaan mandiri (self-managing system) di
bawah kendali kebijakan dan struktur utama, memiliki otonomi untuk
mengembangkan tujuan pengajaran dan strategi manajemen,
mendistribusikan sumber daya manusia dan sumber daya lain,
memecahkan masalah dan meraih tujuan menurut kondisi mereka masing-
masing. Karena sekolah menerapkan sistem pengelolaan mandiri maka
sekolah dipersilahkan untuk mengambil inisiatif atas tanggung jawab
mereka sendiri.
4. Prinsip Inisiatif Manusia (Human Initiative). Sesuai dengan
perkembangan hubungan kemanusiaan dan perubahan ilmu tingkah laku
pada manajemen modern, maka orang-orang mulai memberikan perhatian
serius pada pengaruh penting faktor manusia dalam efektivitas organisasi.
Perspektif sumber daya manusia menekankan pentingnya sumber daya
manusia sehingga poin utama manajemen adalah untuk mengembangkan
5
sumber daya manusia di sekolah untuk lebih berperan dan berinisiatif.
Maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan yang sesuai dengan
para konstituen sekolah untuk berpartisipasi secara luas dan
mengembangkan potensi mereka. Peningkatan kualitas pendidikan
terutama berasal dari kemajuan proses internal, khususnya dari aspek
manusia. Prinsip utama pelaksanaan MBS ada 5 (lima) hal ,yaitu fokus
pada mutu, bottom-up planning and decision making, manajemen yang
transparan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan mutu secara
berkelanjutan.
F. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
Keleluasaan sekolah dalam mengolah sumber daya dan dalam
menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi meningkatakan mutu sekolah
merupakan karakterisitik manajemen berbasis sekolah (MBS). Selanjutnya, MBS
dapat menjamin partisipasi personil sekolah, orangtua, siswa, dan masyarakat
yang lebih luas dalam perumusan-perumusan keputusan tentang pendidikan di
sekolah. Pada akhirnya dapat mendukun efektivitas dalam mencapai tujuan
sekolah. Secara umum, manfaat yang dapat diraih dalam melaksanakan MBS
antara lain:
1. sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolah karena lebih mengetahui peta kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman yang mungkin dihadapi;
2. sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan output
pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses
pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik;
3. pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapa memenuhi
kebutuhan sekolah, karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik bagi
sekolahnya;
4. penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bilamana
masyarakat turut serta mengawasi;
5. keterlibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan sekolah
menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat;
6
6. sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan di sekolahnya kepada
pemerintah, orangtua, peserta didik, dan masyarakat;
7. sekolah bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan
8. sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang dinamis dengan pendekatan
kolaboratif.
G. INDIKATOR KEBERHASILAN
Secara umum, berikut ini adalah indikator keberhasilan implementasi MBS.
1. Proses Pembelajaran yang Efektif
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki efektivitas proses pembelajaran
yang tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh sifat pembelajaran yang menekankan
pada pemberdayan peserta didik. Pembelajaran bukan sekedar transformasi
dan mengingat , bukan sekedar penekanan pada pengasaan pengetahuan
tentang apa yang dianjarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai
muatan nurani dan hayati seta dipraktekan dalam kehidupan oleh peserta
didk. Bahkan pembelajaran juga lebih menekankan pada peserta didik agar
mau belajar bagaimana cara belajar yang produktif.
2. Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
Bagi sekolah yang menerapkan MBS, kepala sekolah memiliki peran yang
kuat dalam mengkoordinasikan, menggerakan dan menyerasikan semua
sumber daya pendidikan yang tersedia. Kepentingan Kepala Sekolah
merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong sekolah untuk dapat
mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran sekolahnya melalui program-
program yang dilaksanakan secara terencana dan bertahap. Oleh karena itu
kepala sekolah dituntut mempunyai kemampuan manajerial dan
kepemimpinan yang memadai agar mampu mengambil inisiatif/prakarsa
untuk meningkatkan mutu sekolah.
3. Pengelolaan Tenega Kependidikan yang Efektif
Tenaga kependidikan terutama guru, merupakan salah satu faktor strategis
dari suatu sekolah. Oleh karena itu, pngelolaan tenaga kependidikan, mulai
dari analisis kebutuhan, perencanaan, pengembangan, evaluasi kerja,
hubungan kerja, sampai pada imbal jasa, merupakan garapan penting bagi
7
kepala sekolah. Pengembangan tenaga kependidikan harus dilakukan
secara terus menerus, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian pesat. Dengan kata lain, tenaga kependidikan
yang diperlukan untuk manajemen berbasis sekolah adalah tenaga
kependidikan yang selalu mampu dan sanggup menjalankan tugasnya
dengan baik.
4. Sekolah Memiliki Budaya Mutu
Budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah sehingga setiap
prilaku selalu didasari oleh profesionalisme. Budaya mutu memiliki
elemen-elemen sebagai berikut:
a. informasi kualitas harus digunakan untuk perbaikan, bukan untuk
mengadili atau mengontrol orang;
b. kewenangan harus sebatas tanggungjawab;
c. hasil harus diikuti rewards atau punishments;
d. kolaborasi dan sinergi harus merupakan dasar kerja sama;
e. warga sekolah merasa aman terhadap pekerjaannya;
f. atmosfer keadilan (fairness) harus ditanamkan;
g. imbal jasa harus sepadan dengan nilai pekerjaannya, dan
h. warga sekolah merasa memiliki sekolah.
5. Sekolah Memiliki team work yang kompak, cerdas, dan dinamis
Kebersamaan (team work) merupakan karakteristik yang dituntun oleh
Manajemen Berbasis Sekolah, karena out put pendidikan merupakan hasil
kolektif warga sekolah bukan hasil individual. Oleh karena itu, budaya
kerjasama antar fungsi dalam sekolah harus merupakan kebiasaan hidup
sehari-hari warga sekolah.
6. Sekolah Memiliki Kemandirian
Sekolah memiliki kewengan untuk melakukan yang terbaik bagi
sekolahnya sehingga dituntut untuk memiliki kemampuan dan
kesanggupan kerja yang tidak selalu menggantungkan pada atasan. Untuk
menjadi mandiri, sekolah harus memiliki sumber daya yang cukup untuk
menjalankan tugasnya.
7. Partisipasi Warga Sekolah dan Masyarakat
8
Sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah memiliki
karakteristik partisipasi sekolah dan masyarakat yang tinggi. Hal ini
dilandasi keyakinan bahwa makin tinggi tingkat partisipasi makin besar
pula rasa tanggung jawab dan makin besar rasa tanggung jawab makin
besar pula tingkat didikasinya.
8. Sekolah memiliki transparansi
Keterbukaan atau transparansi dalam pengelolaan sekolah merupakan
karakteristik sekolah yang menerapkan manajemen berbasis sekolah.
Keterbukaan/transparansi ini ditunjukan dalam pengambilan keputusan,
penggunaan uang, dan sebagainya, yang selalu melibatkan pihak-pihak
terkait sebagai alat kontrol.
9. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik)
Perubahan harus merupakan “kenikmatan” bagi semua warga sekolah.
Sebaliknya, kondisi statis merupakan musuh sekolah. Tentu saja yang
dimaksud dengan perubahan adalah adanya peningkatan yang bermakna
positif. Artinya, setiap perubahan yang dilakukan, hasilnya diharapkan
bisa lebih baik dibanding dengan kondisi sebelumnya (ada peningkatan)
terutama dalam mutu peserta didik.
10. Sekolah Melakukan Evaluasi dan Perbaikan Secara Berkelanjutan
Evaluasi belajar secara teratur bukan hanya ditunjukan untuk mengetahui
tingkat daya serap dan kemampuan peserta didik, tetapi yang terpenting
adalah bagaimana memanfaatkan hasil evaluasi belajar tersebut untuk
memperbaiki dan menyempurnakan proses pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu, fungsi evaluasi menjadi sangat penting dalam rangka
meningkatkan mutu peserta didik dan mutu sekolah secara terus menerus.
Perbaikan secara terus menerus harus merupakan kebiasaan warga
sekolah. Tiada hari tanpa perbaikan. Karena itu, sistem mutu yang baku
sebagai acuan bagi perbaikan harus ada. Sistem mutu yang dimaksud harus
mencakup struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur dan sumber daya
untuk menerapkan manajemen mutu.
11. Sekolah responsif dan antisifatif terhadap kebutuhan.
9
Sekolah selalu tanggap (responsif) terhadap berbagai aspirasi yang muncul
bagi peningkatan mutu. Oleh karena itu, sekolah selalu membaca
lingkungan dan menaggapinya secar cepat dan tepat. Bahkan sekolah tidak
hanya mampu menyesuaikan terhadap perubahan/tututan, akan tetapi juga
mampu mengantisipasi hal-hal yang mungkin bakal terjadi. Menjemput
bola, adalah padanan kata yang tepat bagi istilah antisipatif.
12. Sekolah memiliki akuntabilitas
Akuntabilitas adalah bentuk pertanggungjawaban yang harus dilakukan
sekolah terhadap keberhasilan program yang telah dilaksanakan.
Akuntabilitas ini berbentuk laporan prestasi yang dicapai baik kepada
Pemerintah maupun kepada orang tua peserta didik dan masyarakat.
Bedasarkan hasil laporan program ini, Pemerintah dapat menilai apakah
program MBS telah mencapai tujuan yang dikehendaki atau tidak. Jika
berhasil maka, Pemerintah perlu memberikan penghargaan kepada sekolah
yang bersangkutan, sehingga menjadi faktor pendorong untuk
meningkatkan kinerjanya dimasa yang akan datang sebaliknya jika
program tersebut belum berhasil, Pemerintah perlu memberikan koreksi
atas kinerjanya yang dianggap belum memenuhi kondisi yang diharapkan
dan selanjutnya memberikan umpan balik bagi kepentingan peningkatan
kinerja. Demikian pula, para orang tua dan anggota masyarakat dapat
memberikan penilaian apakah program ini dapat prestasi anak didik dan
kinerja sekolah secara keseluruan. Jika berhasil, orang tua dan masyarakat
perlu memberikan semangat dan dorongan untuk peningatan program yang
akan datang. Jika belum berhasil, maka orang tua dan masyarakat berhak
meminta pertanggungjawaban dan penjelasan. Dengan cara ini, maka
sekolah diharapkan akan menyusun dan melaksanakan program pada
tahun-tahun yang akan datang dengan lebih baik.
13. Sekolah memiliki sutainabilitas
Sekolah yang menerapkan MBS memiliki sutainbilitas yang tinggi hal ini
dimungkinkan adanya akumulasi peningkatan mutu sumberdaya manusia,
diversifikasi sumber dana, pemilikan aswt sekolah yang mampu
10
menggerakan income sendiri, dan dukungan yang tinggi dari masyarakat
terhadap eksistensi sekolah.
14. Output adalah prestasi sekolah
Prestasi yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di
sekolah dapat memberi makna pada upaya peningkatanprestasi sekolah,
baik prestasi akademik maupun non akademik.
15. Penekanan angka drop out
Manajemen Berbasis Sekolah senantiasa memprioritaskan pelayanan
pendidikan kepada anak didik, dengan demikian secara signipikan angka
drop out diminimalkan.
16. Kepuasan staf
Ciri MBS antara lain memberikan peluang pada adanya berbagai
kewenangan, dan tanggungjawab secara kolektif. Hal ini memungkinkan
terbinanya kepuasan staf, sesuai dengan tugas dan kewenagangannya.
H. FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN
Implementasi MBS akan sangat dipengaruhi oleh bebrapa faktor yang
sifatnya intrnal dilingkungan sekolah, ataupun faktor eksternal diluar sekolah.
Secara umu beberapa faktor pendukung MBS tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik
MBS akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan profesional Kepala
Sekolah dalam memimpin dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien,
serta mampu menciptakan iklim organisasi disekolah yang kondusif untuk
proses belajar mengajar.
2. Kondisi sosial, ekonomi, dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan
Faktor eksternal yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah
kondisi tingkat pendidikan orang tua siswa dan masyarakat. Kemampuan
dalam membiayai pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak
untuk terus belajar.
3. Dukungan Pemerintah
Faktor ini sangat menentukan efektivitas implementasi MBS terutama bagi
sekolah yang kemampuan orang tua/masyarakat relatif belum siap
11
memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan. Alokasi dana
pemerintah (APBN, APBD) dan pemberian kewenangan dalam pengelolaan
sekolah menjadi penentu keberhasilan.
4. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah.
Tanpa profesionalisme Kepala Sekolah, Guru dan Pengawas akan sulait di
capai MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa.
I. PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
Menuliskan program adalah kunci pelaksanaannya. Tuliskan rencana Anda
dan laksanakan yang Anda tulis. Ini merupakan kiat lain dalam mensosialisasikan
pengelola mutu sebagai alat picu tumbuhnya kolaborasi. Kuncinya adalah
mengkomunikasikan program pada orang tua siswa. Membicarakannya dan
memutuskannya bersama-sama. Jika ada konsekuensi biaya maka sekolah jangan
turut memikirkannya, biarlah itu menjadi tanggungan orang tua. Jika tidak ada
biaya, maka lakukanlah sesuatu yang tanpa uang. Sekolah tak boleh patah
semangat hanya karena keterbatasan dalam biaya.
Memonitor proses kegiatan merupakan salah penentu keberhasilan utama.
Karena itu sertakan orang tua siswa di sini. Peningkatan mutu dilakukan melalui
pengetatan apakah pelaksanan kegiatan berjalan menuju tujuan yang telah
ditetapkan. Sekolah harus mengubah budaya yang kurang trasparan menjadi lebih
trasparan. Jika ada sesuatu yang kurang berjalan sebagaimana yang direncanakan,
maka bicarakan bersama-sama. Jika pertemuan tatap muka tidak bisa, maka jalan
keluarnya adalah sekolah tetap berkomunikasi dengan orang tua siswa. Guru-guru
yang biasanya merdeka dalam kelas untuk melaksanakan usaha sesuai
kemampuannya, harus sekolah ubah, kelas harus menjadi lebih terbuka dan
transparan.
Kunci utama peningkatan mutu adalah memonitor proses dan
mengevaluasi bersama yang melibatkan seluruh stake holder. Sekurang-
kurangnya sekolah perlu lebih transparan mengkomunikasikan targetnya dan
merayakan setiap keberhasilan dengan melibatkan orang tua siswa. Selain itu
perlu membicarakan setiap hal yang menurut pantauan sekolah terdapat
12
pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Prakarsa ini
menempatkan orang tua sebagai bagian dari komponen pengelola mutu.
Bagaimana mengevaluasinya?
Evaluasi adalah mengukur tercapainya tujuan. Tujuan sekolah dalam
penyelenggaraan MBS harus dirumuskan dengan jelas dan terukur dan
dikomunikasikan kepada orang tua dan seluruh stake holder. Pemantauan atau
monitoring mutu pelaksanaan dan monitoring mutu hasil merupakan bagian
penting dalam sistem pengelolan sekolah.
Sekolah melakukan evaluasi dan mempublikasikan hasil evaluasi sebagai
alat meningkatkan partisipasi orang tua siswa dalam menjamin mutu pendidikan
sesuai dengan yang sekolah janjikan. Di tengah galaunya partisipasi orang tua
siswa dengan intensitas komuniasi dan kedalaman komunikasi, pada dasarnya
pada kelompok sekolah tertentu masyarakat akan memberikan apresiasi terhadap
kepentingan anaknya.
J. PERAN DINAS PENDIDIKAN
Dalam proses pendidikan ada tiga lingkungan penting yang sangat
berpengaruh yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat yang mempunyai sasaran
yang sama yaitu anak. Pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah tidak
terlepas dari upaya mensinergikan dukungan dan peran serta masyarakat baik
yang terdiri dari perorangan, kelompok, tokoh masyarakat, dunia usaha,
organisasi profesi dan organisasi kemasyarakatan lainnya serta orang tua peserta
didik untuk bersama-sama sekolah mengusahakan tercapainya peningkatan mutu,
pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan secara demokratis dan
accountable dalam rangka tujuan pendidikan nasional.
Implementasi MBS tidak mereduksi fungsi dinas pendidikan dalam
pembangunan pendidikan, tetapi hanya menggeser sebagian fungsinya.
Manajemen dinas pendidikan yang tadinya banyak menjalankan fungsi
memerintah, mengomando, dan membuat aturan-aturan yang rigid, bergeser
fungsinya ke arah pemberian ruang gerak, mengkoordinasikan, memfasilitasi
operasi sekolah. Hal-hal yang harus dilakukan oleh dinas pendidikan dalam
kerangka tersebut adalah :
13
a. mempunyai standar yang tinggi, relevan, berorientasi ke depan dan lintas
disiplin yang tinggi bagi kegiatan pembelajaran siswa diseluruh sekolah;
b. memiliki kepemimpinan yang mendukung bagi terwujudnya program
kurikuler, pembelajaran, dan penilaian untuk mencapai standar belajar;
c. mendesain tujuan strategis dan merumuskan perencanaan untuk mendukung
proses perbaikan prestasi belajar siswa;
d. memiliki sifat dan sikap kepemimpinan yang visioner, reflektif, terfokus dan
konsisten;
e. menjadi contoh dan mendukung tumbuhnya kreatifitas, keragaman,
keamanan, sikap saling menghargai, dan memanfaatkan lingkungan bagi
terselenggaranya proses pendidikan dan pembelajaran;
f. membangun inisiatif untuk memperluas dukungan masyarakat di dalam
mengalokasikan sumber-sumber daerah untuk keperluan sekolah;
g. mendukung dan memfasilitasi perbaikan yang terus menerus dan kegiatan
belajar dari seluruh staf;
h. menjamin akuntabilitas bagi terciptanya otonomi sekolah;
i. menciptakan keterkaitan atau jaringan kerja dengan masyarakat untuk
meningkatkan kesuksesan siswa;
j. mendengar dan berkomunikasi dengan baik dan optimal terhadap sekolah;
k. menunjukkan orientasi layanan yang baik dan optimal terhadap sekolah;
l. memberikan dukungan infrastruktur yang diperlukan untuk secara efektif
mendukung operasi sekolah, dan
m. menjamin bahwa pihak-pihak berkepentingan terorganisasikan secara efektif
akan mampu “memproduk” sekolah yang efektif.
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 044/U/2002 tentang
Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah
Depdiknas melalui Kepmendiknas No. 044/U/2002 telah mencanangkan
pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di seluruh Indonesia.
Beberapa Catatan Tentang Pelaksanaan Peran Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah
Beberapa catatan untuk mendukung peran lembaga-lembaga mandiri
tersebut, sebagai berikut :
14
Batasan peran Dewan pendidikan dan Komite Sekolah
Pelaksanaan kebijakan menjadi tanggungjwab birokrasi pendidikan di
tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, sebagai pasangan kerja Dewan
Pendidikan sesuai lingkupnya. Sedangkan pelaksnaan kebijakan sekolah ada di
tangan satuan pendidikan yang bersangkutan. Keterlibatan anggota maupun
pengurus baik dewan pendidikan maupun komite sekolah dalam melaksanakan
tugasnya adalah atas nama lembaga bukan pribadi. Apa yang mereka lakukan
harus dipertanggungjawabkan kepada lembaga dan kalau terdapat penyimpanan
tentu akan dituntut sesuau aturan perundangan yang berlaku :
1. hak orang tua siswa; masalah yang menyangkut kepentingan orang tua secara
bersama atau umum dapat disalurkan melalui komite sekolah;
2. acuan atau panduan pembentukan dewan pendidikan dan komite sekolah yang
dikeluarkan mendiknas dengan keputusan No 044/U/2002 sudah cukup
memadai, paling tidak untuk kondisi masyarakat dan sekolah yang sedang
dalam perailah ke arah kemandirian;
3. status kelembagaan dewan pendidikan dan komite sekolah dan
keanggotaannya; dewan pendidikan dan komite sekolah sebagai lembaga
mandiri , keanggotaannya bersifat terbuka dan suka rela;
4. sosialisasi dewan pendidikan dan komite sekolah secara terpadu dengan
komponen pembaruan lainnya, dan
5. pembentukan komite sekolah agar dilakukan sebagai ”gayung bersambut”
dengan penerapan MBS sesuai pesan pasal 51 UU No. 20 tahun 2003.
K. KESIMPULAN
Manajemen berbasis sekolah pada intinya adalah memberikan kewenangan
terhadap sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan kualitassecara terus
menerus. Dapat juga dikatakan bahwa manajemen berbasis sekolah pada
hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh
sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang
terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan
untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional.
15
Tujuan MBS adalah untuk mewujudkan kemerdekaan pemerintah daerah
dalam mengelola pendidikan. Dengan demikian peran pemerintah pusat akan
berkurang. Sekolah diberi hak otonom untuk menentukan nasibnya sendiri. Paling
tidak ada tiga tujuan dilaksanakannya MBS Peningkatan Efesiensi, Peningkatan
Mutu, Peningkatan Pemerataan Pendidikan.
Dengan adanya MBS diharapkan akan memberi peluang dan kesempatan
kepada kepala sekolah, guru dan siswa untuk melakukan inovasi pendidikan.
Dengan adanya MBS maka ada beberapa keuntugan dalam pendidikan yaitu,
kebijakan dan kewenangan sekolah mengarah langsung kepada siswa, orang tua
dan guru, sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal, pembinaan
peserta didik dapat dilakukan secara efektif, dapat mengajak semua pihak untuk
memajukan dan meningkatkan pelaksanaan pendidikan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Rugaiyah, dan Atiek Sismiati. 2011. Profesi Kependidikan. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jgmm/article/download/320/326 (diakses pada
Minggu, 14 April 2013 pukul 06.02.16).
http://gurupembaharu.com/home/?p=575 (diakses pada Minggu, 14 April 2013
pukul 06.05.26).
http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/pengertian-dan-tujuan-
manajemen.html (diakses pada Minggu, 14 April 2013 pukul 06.12.22).
http://yusrizalfirzal.wordpress.com/2011/10/18/negara-dan-pendidikan-
sentralisasi-dan-desentralisasi-pendidikan-dan-manajemen-berbasis-sekolah/
(diakses pada Minggu, 14 April 2013 pukul 06.21.14).
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/05/15/manajemen-berbasis-
sekolah-mbs/ (diakses pada Minggu, 14 April 2013 pukul 06.31.05).
1