Download - Lapak Uji Formalin
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIKMata Acara : Aldehid dan Uji Formalin
Disusun Oleh :
Lukman Bima Permana
230210130075
Kelompok 3/Shift 3
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Formalin merupakan salah satu pengawet non pangan yang sekarang
banyak di salah gunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab untuk mengawetkan makanan.
Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan
air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang
bervariasi, antara 20% – 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat
baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat
luar biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Mengingat
pentingnya masalah keamanan pangan, maka perlu dilakukan suatu uji
terhadap kandungan racun ataupun zat-zat berbahaya yang terkandung
dalam suatu produk makanan.
Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal),
merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO.
Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov
tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida
bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon.
Terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap
tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya
matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di
atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai
metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia (Reuss 2005).
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi
bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37%
menggunakan merk dagang ‘formalin’ atau ‘formol’ ). Dalam air,
formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam
bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa
persen metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan
formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun
formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida,
senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida
merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik
elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi
elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa
mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.
Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer
linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas
formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi
atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer
menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta
diisolasi supaya tidak kemasukan udara (Reuss 2005). Bila formaldehida
ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format yang sering ada
dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala yang lebih
kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara
komersial tidak menguntungkan.
1.2 Tujuan Praktikum
Agar praktikan dapat mengaplikasikan konsep dasar dari senyawa
Aldehid.
1.3 Prinsip Praktikum
Metode Tollens : Reaksi oksidasi aldehid menjadi asam karboksilat, dan
reduksi larutan alkalis perak ammonium hidroksida
menjadi logam perak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aldehid
Aldehid sebagai senyawa karbonil. Aldehid senyawa-senyawa sederhana
yang mengandung sebuah gugus karbonil - sebuah ikatan rangkap C=O. Aldehid
termasuk senyawa yang sederhana jika ditinjau berdasarkan tidak adanya gugus-
gugus reaktif yang lain seperti -OH atau -Cl yang terikat langsung pada atom
karbon di gugus karbonil - seperti yang bisa ditemukan misalnya pada asam-asam
karboksilat yang mengandung gugus -COOH.
Contoh-contoh aldehid
Pada aldehid, gugus karbonil memiliki satu atom hidrogen yang terikat padanya
bersama dengan salah satu dari gugus berikut:
atom hidrogen lain atau, yang lebih umum, sebuah gugus hidrokarbon yang bisa berupa gugus
alkil atau gugus yang mengandung sebuah cincin benzen.
Pada pembahasan kali ini, kita tidak akan menyinggung tentang aldehid yang
mengandung cincin benzen.
Pada gambar di atas kita bisa melihat bahwa keduanya memiliki ujung molekul
yang sama persis. Yang membedakan hanya kompleksitas gugus lain yang terikat.
Jika kita menuliskan rumus molekul untuk molekul-molekul di atas, maka gugus
aldehid (gugus karbonil yang mengikat atom hidrogen) selalunya dituliskan
sebagai -CHO - dan tidak pernah dituliskan sebagai COH. Oleh karena itu,
penulisan rumus molekul aldehid terkadang sulit dibedakan dengan alkohol.
Misalnya etanal dituliskan sebagai CH3CHO dan metanal sebagai HCHO.
2.2 Formalin (Formaldehida)
Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan
aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang
dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde
atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr
Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.
Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada
metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan
yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan,
knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida
dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan
hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali
juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.
Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier
polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda
dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga
sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai
disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan
sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. Formaldehida juga dipakai
sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida
dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari
formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta
untuk sementara mengawetkan bangkai.
Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan
rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina,
formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk
lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga
dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida
dihabiskan untuk produksi resin formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan
kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti
pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan
formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting
dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai
dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai
formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta
bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak.
2.3 Nama sampel
Cumi-cumi
Cumi-cumi adalah kelompok hewan cephalopoda besar atau jenis
moluska yang hidup di laut. Nama itu ''Cephalopoda'' dalam bahasa Yunani berarti
"kaki kepala", hal ini karena kakinya yang terpisah menjadi sejumlah tangan yang
melingkari kepala.Seperti semua cephalopoda, cumi-cumi dipisahkan dengan
memiliki kepala yang berbeda. Akson besar cumi-cumi ini memiliki diameter
1 mm. Cumi-cumi banyak digunakan sebagai makanan. Cumi-cumi adalah salah
satu hewan dalam golongan invertebrata (tidak bertulang belakang).
Semua cumi-cumi memiliki tubuh yang berbentuk pipa, kepala yang berkembang
sempurna, dan 10 tangan yang panjang yang bermangkuk penghisap.Tangan-
tangan ini berguna untuk menjerat mangsanya kemudian disobek menggunakan
rahangnya yang kuat, mirip dengan paruh binatang. Cumi-cumi menghisap air
melalui rongga pusat tubuhnya, rongga mantel, dan memaksanya keluar melalui
suatu pembuluh yang lentur yang disebut dengan sifon. Sifon terletak tepat di
belakang tangan. Oleh karena pancaran air yang mendorong cumi-cumi berenang
mundur. Sirip cumi-cumi merupakan 2 perluasan mantel seperti cuping yang
digunakan sebagai kemudi pergerakannya. Matanya tidak memiliki kelopak mata,
namun tampak seperti mata manusia.
Cumi-cumi mempunyai tiga jantung dan berdarah biru. Dua dari jantung mereka
berlokasi dekat dengan masing-masing insangnya dan karena hal itu mereka dapat
memompa oksigen ke bagian tubuh yang beristirahat dengan mudah.Cumi-cumi
memiliki pokok sistem pernapasan senyawa tembaga, berbeda dengan manusia
dimana manusia mempunyai pokok sistem pernapasan senyawa besi, yang
berakibat jika terlalu tertutup pada permukaan di mana terdapat air panas, cumi-
cumi dapat mati dengan mudah karena lemas. Banyak cumi-cumi yang dapat
mengubah warna tubuhnya dari coklat menjadi ungu, merah, atau kuning sebagai
kamuflase agar terhindar dari ancaman pemangsanya. Cumi-cumi hidup sebagai
pemangsa ikan dan binatang laut lainnya yang lebih kecil dari ukuran si cumi-
cumi.
Ikan Asin ( Ikan Sepat )
Sepat adalah nama segolongan ikan air tawar yang termasuk ke dalam marga
Trichogaster, anggota suku gurami (Osphronemidae). Di Indonesia, ikan ini lebih
dikenal sebagai ikan konsumsi, meskipun beberapa jenisnya diperdagangkan
sebagai ikan hias.
Ikan yang bertubuh pipih jorong, dengan moncong runcing dan mulut kecil. Sisik
kecil-kecil, bersusun miring, dalam aneka ukuran. Gurat sisi sempurna, bentuk
tabung yang kadang-kadang agak lengkung. Sirip punggung (dorsal) terletak jauh
ke belakang, namun berakhir agak jauh di depan sirip ekor. Sirip perut (ventral)
berubah bentuk; sepasang jari-jari lunak yang pertama berubah menjadi alat
peraba yang menyerupai cambuk panjang sepanjang badan, ditambah dengan
sepasang duri pendek dan beberapa pasang jumbai pendek yang tak seberapa
terlihat. Sirip dubur (anal) memanjang mulai dari di bawah dada hingga pangkal
ekor. Sirip dada (pectoral) kurang lebih meruncing, sementara sirip ekor sedikit
membagi.
Sepat semula digolongkan ke dalam suku Belontiidae, bersama cupang dan
kerabatnya. Akan tetapi sekarang suku ini telah digabungkan ke dalam suku
Osphronemidae, yang juga mencakup gurami dan sepat kerdil (Colisa).
Marga Trichogaster berkerabat dekat dengan marga Colisa; anggota kedua marga
ini sama-sama memiliki sirip perut berupa cambuk. Namun marga Trichogaster
memiliki sirip punggung yang relatif lebih pendek, dan individu dewasanya
berukuran jauh lebih besar daripada Colisa.[2]
Sebagaimana kerabat-kerabat dekatnya, yakni tambakan, betok, gurami, dan
cupang, sepat tergolong ke dalam anak bangsa Anabantoidei. Kelompok ini
dicirikan oleh adanya organ labirin (labyrinth) di ruang insangnya, yang amat
berguna untuk membantu menghirup oksigen langsung dari udara. Adanya labirin
ini memungkinkan ikan-ikan tersebut hidup di tempat-tempat yang miskin
oksigen seperti rawa-rawa, sawah dan lain-lain.
BAB IIIMETODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Alkohol dan Ester ini dilaksanakan pada hari Jumat,23 Mei 2014, pukul 15.00-17.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Bioteknologi dan Mikrobiologi gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat Fungsi
TabungReaksi Tempat mereaksikan larutan
RakTabung Menaruh tabung reaksi
PipetTetes Mengambil cairan pereaksi
Spatula Mengambil sampel
Timbangan Mengukur massa sampel
Pembakar Bunsen Pembakaran
3.2.2 Bahan
Bahan Fungsi
Perak Nitrat (AgNO3) 5% Pereaksi
Natrium Hidroksida (NaOH) 10% Pereaksi
Amonium Hidroksida (NH4OH) 2% Pereaksi
Ikan Asin ( Ikan Sepat ) Sampel yang akan di uji
Cumi-Cumi basah Sampel yang akan di uji
3.3 Prosedur Praktikum (dibuat bagan alir)
Uji Kualitatif Aldehid Metode Tollens
Perak Nitrat (AgNO3) 5% sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Pada tabung reaksi ditambahkan 1 tetes Natrium Hidroksida (NaOH) 10%.
Pada tabung reaksi ditambahkan Amonium Hidroksida (NH4OH) 2% setetes demi
setetes
Sebanyak 10 ml sambil diaduk hingga endapan perak dioksida larut.
Ditambahkan sampel sebanyak 3 tetes, kocok perlahan, biarkan selam 10 menit.
Jika tidak terbentuk endapan kaca perak, maka tabung dipanaskan 40˚C selama 5
menit diatas penangas air lalu diamati.
Uji Kualitatif Formalin
Sebanyak 10 gr sampel dicincang
Ditambahkan 20 ml air panas, kemudian diaduk
Ditunggu hingga dingin kemudian disaring
Sebanyak 5 ml cairan sampel diambil
Ditambahkan AL-A dan AL-B masing-masing sebanyak 4 tetes
Dibiarkan selama 10 menit, hasil positif ditandai dengan terjadinya perubahan
warna cairan sampel menjadi ungu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Ikan asin ( pasar cikaso ) = negatif (-) formalin
Cumi-cumi trasdional (pasar Rancaekek ) = negatif (-) formalin
Cumi-cumi swalayan ( Yogya ) = negatif (-) formalin
4.2 Pembahasan
Pada uji formalin ada 2 sampel yang diujikan,yaitu ikan asin dan cumi-cumi.Hasil yang diperoleh pada cumi-cumi yang dibeli di daerah pasar Rancaekek pada waktu setelah subuh tidak terdapat adanya kandungan formalin.Hal ini ditunjukan dengan tidak terjadinya perubahan warna menjadi ungu.Sedangkan beberapa kelompok yang menguji kandungan formalin pada ikan asin, terjadi perubahan warna, ada yang berwarna ungu hingga merah muda. Formalin merupakan golongan aldehid yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika formalin dicampur pada makanan yang mengandung protein, formalin akan mengikat protein dari permukaan hingga ke dalam makanan tersebut.Protein yang telah mati tidak akan diganggu oleh bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam. Itulah sebabnya makanan yang mengandung formalin susah menjadi busuk. Perubahan warna menjadi ungu merupakan hasil positif yang didapat melalui uji formalin. Adanya perbedaan hasil pada ikan asin, mungkin disebabkan karena adanya oknum yang menggunakan formalin pada ikan asin dan ada pula pedagang yang jujur tidak menggunakan formalin pada ikan asinnya. Ada tidaknya kandungan formalin pada ikan asin telah diuji menggunakan uji formalin.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum kali ini, praktikan menguji ikan asin dan cumi cumi basah
(pasar tradisional dan swalayan) yang disinyalir mengandung formalin.
Setelah dilakukan uji formalin pada ikan asin dan cumi cumi basah (pasar
tradisional dan swalayan) ternyata hasilnya positif (+) tidak mengandung
formalin.
5.2 Saran
Pada praktikum kali ini diharapkan para praktikan, sangat memahami
bagaimana reaksi dari semua pereaksi yang digunakan, dan dapat
mengaplikasikan konsep dasar dari senyawa yang tergolong aldehid. Serta
dapat menggunakan alat-alat praktikum dengan hati-hati, baik, dan benar.
Agar tidak terjadi kerusakan pada saat praktikum dan kecelakaan pada
praktikan akibat bahan-bahan praktikum yang berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
http://kimiadahsyat.blogspot.com/2009/06/senyawa-aldehida.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Formaldehida
ernizzz.host22.com/Aldehid.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Cumi-cumi
http://id.wikipedia.org/wiki/Sepat