Download - LANJUTAN
3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, masalah utama yang mendesak untuk
diselesaikan adalah mebangun kesadaran belajar dan sikap aktif yang
dimiliki siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden dalam kegiatan belajar
mengajar.
Berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa diperoleh
informasi hanya sekitar 45% siswa yang mempunyai sikap aktif dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Berdasarkan analisis penyebab terjadinya
masalah (probable causes) dengan menggunakan, brainstorming dengan
guru sejawat, dan pengalaman peneliti sebagai guru matematika,
penyebab yang paling mungkin munculnya masalah tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Masalah yang bersumber dari guru :
a. Selama proses pembelajaran matematika berlangsung, guru
masih dominan menggunakan metode ceramah. Sehingga
keaktifan siswa menjadi rendah.
b. Guru jarang menggunkan model pembelajaran kooperatif
atau belajar berkelompok.
c. Guru beranggapan pembelajaran kooperatif akan memakan
waktu dan tenaga sehingga ketuntasan materi dikhawatirkan
tidak tercapai.
4
d. Guru yang menggunakan model pembelajaran koopertif
sering bersifat kompetitif sehinga siswa yang berprestasi
rendah semakin tersingkir.
2. Masalah yang bersumber dari siswa :
a. Sebagian besar siswa masih beranggapan guru sebagai
orang yang harus ditakuti bukan orang yang harus didekati.
b. Siswa tidak berani bertanya kepada guru karena takut
dianggap bodoh oleh teman-temannya.
c. Kurang berani mengeluarkan pendapatnya karena takut
salah.
d. Siswa yang pandai cenderung enggan untuk membantu
teman yang masih belum paham materi yang diajarkan guru
e. Siswa yang pandai lebih senang mengelompok dengan
teman-teman yang prestasinya setara.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Sekurang-kurangnya 45% siswa kelas 9 A
SMP Negeri 2 Baturraden Tahun Pelajaran 2008/2009 kurang berperan
secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Untuk menyelesaikan masalah dia atas perlu dilihat dari penyebab
utama yang ada. Perlu strategi pembelajaran yang mampu
meminimalisasi permasalahan di atas. Suatu strategi diharapkan mampu
5
menggerakkan siswa untuk lebih aktif saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Strategi yang juga mendororng siswa yang pandai untuk peduli
kepada temannya, sehinga terjadi prosese belajar yang bersifat
kolaboratif.
Dalam prosese belajar mengajar tampaknya perlu memberikan
tanggung jawab kepada siswa yang pandai untuk membantu guru dalam
membimbing temannya yang mengalami kesulitan belajar dalam
pembelajaran matematika. Hal ini dirasa perlu dilakukan dikarenakan
masih banyaknya siswa kurang terbuka menyatakan kesulitan yang
dialami kepada guru. Permasalahan ini bisa disebabkan karena faktor
malu, takut atau kesuliatn secara verbal berkomunikasi dengan guru.
Biasanya siswa dengan kesulitan semacam ini akan lebih
mengkomunikasikan kesulitannya kepada teman sebayanya.
Salah satu strtegi pembelajaran yang diyakini mampu mengatasi
permaslahan di atas adalah strategi pembelajarn tutor sebaya atau peer
tutor.Dalam penggunaan strategi tersebut penulis mengembangkan
menjadi peer tutor plus Strategy. Dalam strategi ini siswa yang berperan
sebagai tutor diberi peran layaknya seorang guru, yang tidak hanya
membimbing siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga
melakukan pengamatan perkembangan hasil belajar temannya yangs
selanjutnya dilaporkan secara berkala kepada guru. Siswa sebagai tutor
menginventarisasi perkembangan siswa baik yang berupa nilai tugas,
ulangan maupun sikap siswa saat mengikuti kegiatan belajar
6
mengajar.Dari hasil laporan inilah yang akan digunakan oleh guru untuk
melakukan tindak lanjut kegiatan belajar ,mengajar berikutnya.. Dengan
strategi ini diharapkan tidak hanya keaktifan siswa yang meningkat juga
penilian autentik juga dapat terlaksana.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini telah memberi manfaat bagi beberapa
pihak, di antaranya :
1. Bagi peserta didik
a. Tumbuhnya kesadaran siswa untuk selalu brepartispasi aktif
dalam setiap kegiatan belajar mengajar,
b. Siswa merasa senang dengan pembelajaran matematika
karena tidak merasa canggung untuk bertanya, meminta
penjelasan berkaitan dengan kesulitan belajar yang
dialaminya ,
c. Dapat melatih kepedulian siswa yang prestasi
matematikanya di atas rata-rata kepada siswa yang
pretasinya masih rendah, sehingga dapat meminimalisasi
egoisme siswa.
2. Bagi guru
Strategi belajar ini dapat menjadi alternatif bagi guru yang mempunyai
permaslahan siswa dengan keaktifan dan prestasi belajar yang relatif
rendah .
7
3. Bagi sekolah
Memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di
SMP Negeri 2 Baturraden, Kabupaten Banyumas.
4. Bagi masyarakat
Karena siswa siswa dibiasakan untuk selalu aktif dalam kegiatan
belajar mengajar dan selalu didorong untuk peduli kepada teman, maka
sifat dan perilaku tersebut diharapkan akan terbawa dalam kehidupan
bermasyarat.
8
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.Landasan Teori
Peer – Tutor ( Tutor Sebaya )
Kelompok sebaya merupakan wadah yang sangat penting bagi
terselesaikannya tugas-tugas perkembanganyang dihadapi para siswa. Di
sinilah peran-perannya menurut jenis kelamin masing-masing. Mereka
belajar berkooperasi, berkompetisi, belajar ketrampilan-ketrampilan sosial,
belajar tentang nilai-nilai, hidup bergotong royong dalam kehidupan
bersama menuju tujuan-tiujuan bersama-sama. ( Oemar Hamalik,2003).
Dalam kegiatan belajar di kelas sering guru merasa kesulitan untuk
menanganai siswa yang mengalami kesulitan belajar. Hal ini dimungkin
rata-rata kelas yang ada adalah kelas gemuk yaitu kelas dengan jumlah
siswa rata-rata dia atas 35 siswa. Untuk mensiasati kondisi tesebut guru
dapat meminta bantuan kepad siswa yang semsetinya memperoleh
program pengayaan untuk menjadi Peer – Tutor atau Tutor sebaya.
Menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2006) ada beberapa manfaat dari
kegiatan Tutoring ini, yaitu :
a. Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang
mempunya perasaan takut atau enggan kepada guru.
9
b. Bagi Tutor, perkerjaan tutoring akan mempunyai akibat
memperkuat konsep yang sedang di bahas. Dengan memberitahukan
kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghapalkannya
lagi.
c. Bagi Tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang
tanggung jawab dalam mengemban tugas dan melatih kesabaran.
d. Mempererat hubungan anatara sesama siswa sehingga
mempertebal perasaan sosial.
Pendekatan Kolaboratif
Pada kegiatan pembelajaran saat ini berkembang pendekatan
pembelajaran kooperatif yang bersifat kompetitif. Dimana dalam
pembelajaran tersebut tiap kelompok didorong untuk saling mengungguli
satu dengan yang lain.. Akibat dari pendekatan ini tidak jarang terjadi
kesenjangan kemampuan yang dipero;eh tiap-tiap kelompok pada saaat
kegiatan pembelajaran. Kelompok yang unggul cenderung tidak mau
berbagi pnegetahuan terhadap kelompok yang lain. Kelompok yang
unggul menganggap kelompok lain sebagi pesaing. Akibatnya kelompok
yamng mempunyai kemampuan rendah sulit untuk mengikuti kemampiuan
kelompok yang unggul. Lebih lanjut dari kondisi tersebut adalah kelompok
dengan kemampuan rendah selalu tertingga; dan frustasi. Hal lain yang
mungkin terjadi adalah guru cenderung memperhatikan kleompok siswa
yang memiliki kemampuan yang baik.
10
Untuk menghindari kondisi dia atas perlu dilakukan pendekatan yang tidak
hanya menekankan pada persaingan. Suatu pendekatan yang
memungkinkan terjadinya interaksi antar siswa yang saling bekerja sama
dalam pencapaian penguasaan materi pelajara. Dimana terjadi siswa atau
kelompok yang sudah menguasai materi pelajaran mengajar kepada
siswa yang belum menguasai. Pendekatan kerja sama ini sering disebut
dengan Pendekatan Kolaboratif.
Menurut Tim Widiaiswara LPMP Jateng ( 2008 ) dalam pendekatan
Kolaboratof dimungkinkan terjadi saling belajar membelajarkan antar
siswa sehingga pencapain belajar siswa relatif sama.
Kerja sama dapat menghilangkan hambatan mental akibat terbatasnya
dan cara pandang yang sempit. Jadi akan lebih mungkin untuk
menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar menghargai orang lain,
mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan membangun persetujuan
bersama. Dengan bekerja sama, para anggota kelompok kecilakan
mampu mengatasi berbagi rintangan, bertindak mandiri dan dengan
penuh tanggung jawab, mengandalkan bakat setiap anggota kelompok,
mempercayai orang lain, mengeluarkan pendapat dan mengambil
keputusan. ( Elaine B. Johnson, 2007 )
Pembelajaran Matematika
Refleksi dan komunikasi adalah proses yang saling terjalin dalam belajar
matematika. Dengan perencanaan dan dan perhatian yang eksplisit oleh
11
para guru ,komunikasi untuk tujuan-tujuan refleksi bisa menjadi suatu
bagian yang alamiah dari belajar matematika.Para siswa yang masih
anak-anak dapat diminta untuk ”berpikir dengan keras” , dan pertanyaan –
pertanyaan cermat yang diajukan oleh guru atau teman sekelas bisa
memancing mereka untuk meninjau kembali penalaran mereka. Dengan
pengalaman , para siswa akan memperoleh pengalaman dalam mengatur
dan menacatat pemikiran mereka.(Prof. Wahyudin, 2008)
Untuk medukung terwujudnya komunikasi anatar siswa yang dapat
membangun pemahaman dalam pembelajaran matematika, guru
membentuk situasi kelas yang mendukung terbentuknya komunitas
diamaa dalam komunitas tersebut para siswa akan merasa bebas
mengekspresikan gagasan-gagasan mereka.Dalam komunitas tersebut
siswa dapat saling berbagi gagasan –gagasan matematis dalam cara-cara
yang cukup jelas dimengerti dalam kominitas siswa tersebut.
Di tingkat SMP siswa cenderung tidak mau menonjolkan diri dalam
kelompoknya, bahkan ada siswa yang cenderung menarik diri dalam
kelompoknya. Untuk itu guru mempunyai peran yang sangat penting
dalam penciptaan komunitas kelas yang mampu merangsang adanya
komunikasi antar siswa. Perlu pembentukan kelompok komunitas yang
bersifat heterogen khususnya pada kemampuan akademik . Melalui
kelompok tersebut diharapkan mampu memecahkan kebuntuan
komunikasi yang terjadi antara siswa dengan siswa maupun siswa dan
12
guru.
Empat pilar pendidikan sejagat yang dicanangkan oleh UNESCO dan
menopang imperatif pendidikan bagi semua (education for all) adalah
learning to know, learning to be, learning to do, dan learning to live
together. Paradigma dan orientasi yang demikian dipandang menuntut
wawasan dan cara pandang baru dalam mengelola proses pembelajaran.
Sejalan dengan pemikiran di atas, cara pandang pembelajaran tradisional
yang mengedepankan penguasaan siswa terhadap pengetahuan tentang
fakta, istilah, dan isi harus berubah menjadi siswa mampu memahami,
dan mengaplikasikan ide dan proses yang lebih kompleks. Pebelajar
tradisional bekerja sendiri, berkompetisi satu dengan lainnya, hanya
menerima informasi dari guru harus berubah menjadi pebelajar yang
bekerja dalam kelompok, berkolaborasi dengan lainnya. Pebelajar
mengkonstruksi, berkontribusi, dan melakukan sintesa informasi pada
pebelajar modern ( Kistono, 2002), sehingga strategi pembelajaran yang
disarankan adalah pembelajaran yang memberi ruang bagi pebelajar
untuk mengaplikasikan gagasan-gagasannya sendiri, memperoleh
pengalaman langsung melalui kegiatan-kegiatan explorasi, discovery,
inventory, investigasi, (Gafur, 2003).
Pemikiran senada adalah teori baru dalam psikologi pendidikan di
antaranya teori pembelajaran konstruktivisme (constructivist theories of
13
learning). Teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan,
membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya, dan guru dapat
memberi kesempatan untuk menemukan atau menerapkan ide-ide
mereka sendiri dan membimbing siswa menjadi sadar dan secara sadar
pula menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Wartono dkk,
2004). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuannya, mereka harus bekerja memecahkan masalah, berusaha
dengan susah payah dengan ide-ide.
Peer Tutor Plus Strategy
Berdasarkan uraian di atas, untuk menyelesaikan masalah dalam
penelitian ini diperlukan strategi pembelajaran yang mampu
menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah..Perlu dibentuk komunitas atau kelompok-kelompok dalam kelas
yang dapat merangsang komunikasi aktif antar siswa dan siswa dengan
guru. Sehingga dapat saling membantu antar siswa dalam memahami
konsep-konsep dan masalah dalam belajar matematika.
Untuk menciptakan kondisi seperti di atas guru membutuhkan bantuan
siswa kelompok atas yang seharusnya mendapatkan pengayaan untuk
menjadi tutor bagi kelomponya yang biasa disebut dengan peer tutor atau
tutor sebaya.
Adapun dalam model pembelajaran ini tutor selain bertugas membantu
siswa yang mempunyai kemampuan di bawahnya juga diberi tugas
14
mengamati perkembangan kemampuan siswa baik secara kademik
maupun secara sikap diaman tutor melaporkan perkembangan temannya
kepada guru secara berkala. Oleh karena itu model pembelajaran ini
disebut dengan strategi pmebelajaran Peer Tutor plus..
Implementasi PEER TUTOR Plus Strategy
PEER TUTOR Plus Strategy adalah strategi pembelajaran yang
memanfaatkan siswa yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata di
kelasnya sebagi tutor teman sebaya dalam kelompoknya dan juga
melaporkan perkembangan belajar teman-teman dalam kelompoknya
secara berkala kepada guru,
. Adapun langkah-langkah strategi pembelajarn Peer Tutor plus adalah
sebagai berikut:
1. Pembentukan Kelompok
Dibentuk kelompok heterogen baik dalam kemampuan akademis maupun
jenis kelamin.Hal ini dilakukan agar siswa terbiasa dalam berinteraksi
seacar social tanpa mebeda-bedakan kemampuan dan jenis kelamin
sehingga mempunyai sikap terbukap dan toleran keopada sesame.
2. Pendampingan oleh Tutor
Bekerja dalam kelompok kooperatif untuk memecahkan soal atau masalah
yang diberikan oleh guru. Siswa yang berperan sebagai tutor melakukan
pembimbingan kepad siswa yang kurang memahami penjelasan atau
15
masialah yang diberikan oleh guru.. Bagi tutor yang tidak dapat menjawab
pertanyaan teman dalam kelompoknya dapat meminta bantuan guru.
3. Penugasan oleh guru
Guru memberi kan tugas kelompok dari buku siswa atau Lembar Kerja
Siswa. Tutor melakukan pembimbing kepada siswa yang mengalami
kesulitan.
4. Diskusi Kelompok
Upaya untuk mendapatkan penyelesaian yang tepat dari pemecahan
masalah atau soal yang telah diberikan. Disamping diskusi dalam
kelompok juga dilakukan diskusi antar kelompok agar hasil masing
kelompok dapay terkomunikasikan.Dalam hal ini guru melakukan
pembimbingan seperlunya.
5. Pengamatan dan inventarisasi masalah individu oleh tutor
Tutor melakukan pengamatan sikap teman dalam kelompoknya dan
perkembangan hasil belajarnya. Dalam hal ini yang perlu diinventarisir
oleh tutor masalah yang dihadapi tiap individu dalam kelompoknya, untuk
kemudian dilaporakan kepada guru baik secar lesan maupun tertulis.
16
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis
tindakan pada penelitian ini adalah: ”Peer tutor plus Strategy“ dapat
meningkatkan peran serta aktif dan prestasi belajar siswa dalam kegiatan
belajar matematika,pada siswa kelas 9 SMP Negeri 2 Baturraden ,
Kabupaten Banyumas”.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian
Meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika di SMP Negeri 2
Baturrdaen ditunjukkan dengan meningkatnya prosentase siswa yang
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar diikuti dengan
meningkatnya prestasi
belajar siswa.
Tujuan khusus penelitian
17
Pada akhir siklus pada semester genap tahun 2008/2009 siswa kelas 9
SMP Negeri 2 Baturraden yang berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar
matematika meningkat secara signifikan , diikuti dengan peningkatan
prestasi belajar berupa peningkatan kualitas dan kuantitas lulusan.
B.Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Baturraden Kabupaten
Banyumas. SMP Negeri 2 Baturraden adalah salah satu sekolah di
Kabupaten Banyumas, berlokasi di jalan Raya Kemutug Kidul, kecamatan
Baturtraden, berjarak ± 7 km ke arah utara dari kota Purwokerto, di kaki
gunung Slamet. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap Tahun
Pelajaran 2008/2009. Berlangsung pada bulan januari sampai dengan
April 2009.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian berhubungan dengan tata urutan penelitian ini akan
dilakukan. Karena penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas maka
metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode
deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskripsi yang sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988). Classroom Action Research dapat
18
dikelompokkan dalam penelitian dengan metode deskriptif sekaligus
metode eksperimen.
Salah satu ciri Classroom Action Research adalah cyclic atau adanya
langkah-langkah yang terukur dan terencana dalam sebuah siklus.
Sehingga rancangan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus.
Setiap siklus melalui fase-fase Planning (Perencanaan), Acting
(Tindakan), Observing (Pengamatan), dan Reflecting (Refleksi) (Kemmis
dan Mc Taggart, 1992).
D. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data
Fokus penelitian ini adalah partisipasi belajar siswa, kerjasama dan sikap
peduli siswa terhadap teman . Untuk memperoleh data-data tersebut
digunakan beberapa teknik dan alat pengumpul data di antaranya:
a. Teknik angket dan wawancara untuk data sikap
Untuk mengetahui perkembangan proses dan atau pencapaian
kompetensi sikap peduli siswa.
b. Teknik tes unjuk kerja (performance test)
Digunakan untuk mengukur kinerja siswa di kelas , Penilaian ini mencakup
hasil akhir serta proses pembelajaran. Dalam penelitian ini siswa
melakukan melakukan kegiatan belajar yang bersifat kolaboratif.
19
c. Teknik pemberian tugas kelompok
Untuk mengukur aktifitas kelompok terhadap tugas yang diberikan, dan
kepedulian tutor terhadap teman yang mengalami kesulitan belajar.
d. Teknik Observasi
Digunakan untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola kelas
pembelajaran
e. Learning Logs siswa
Untuk mengetahui, perasaan, tanggapan, gagasan siswa yang
sebenarnya tentang proses pembelajaran yang dialaminya.
Alat Pengumpul data
Sesuai dengan data yang ingin diperoleh dan teknik yang digunakan,
maka alat pengumpul data yang digunakan sebagai berikut :
a. Quesioner
b. Panduan wawancara
c. Rubrik unjuk kerja
d. Lembar Observasi
e. Rubrik tugas
20
f. Jurnal peneliti
g. Catatan siswa
Pengumpulan data dilaksanakan secara bertahap. Data sikap partisipasi
dan prestasi diambil pada saat pra siklus untuk memperoleh data awal
sebelum treatment pembelajaran dilakukan dan diambil pada akhir
sikulus. Data kemampuan pemecahan masalah siswa, Data kemampuan
pengelolaan kelas guru diambil pada setiap fase acting pada siklus.
Learning log siswa digunakan pada tahap refleksi setiap siklus dalam
rangka Data Triangulation dan Source Triangulation.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan usaha (proses) memilih, memilah, membuang,
menggolongkan data untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
Sejalan pula dengan Tripp dalam Priyono (2001) menyatakan analisis
data merupakan proses mengurai sesuatu ke dalam bagian-bagiannya.
Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini yakni: (1). Identifikasi
data, (2). Melihat pola-pola, dan (3) membuat interpretasi.
Penelitian ini bertujuan meningkatkan mutu pembelajaran Matematika
SMPN 2 Baturraden ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang
yang berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran matematika dan
prestasi belajar siswa.
21
Untuk memastikan adanya perubahan berupa peningkatan peran aktif
siswa, peningkatan kinerja guru, dan perubahan sauasana kelas, maka
perlu dilihat dari berbagai sudut pandang, dengan menggunakan
beberapa teknik triangulasi, yakni :
3. Theoritical triangulation, menggunakan berbagai teori dalam
menelaah setiap perubahan
4. Data triangulation, mengambil data dari berbagai suasana, waktu,
dan tempat
5. Source triangulation, mengambil data dari berbagai nara sumber
6. Instrumental triangulation, menggunakan berbagai macam
alat/instrumen seperti telah disampaikan pada teknik pengumpulan data