Download - Kromatografi kertas
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan distribusi suatu senyawa pada dua fasa
yaitu fasa diam dan fasa gerak. Pemisahan sederhana suatu campuran senyawa dapat dilakukan
dengan kromatografi kertas, prosesnya dikenal sebagai analisis kapiler dimana lembaran kertas berfungsi sebagai
pengganti kolom.
Kromatografi kertas adalah salah satu pengembangan dari kromatografi partisi yang menggunakan kertas sebagai
padatan pendukung fasa diam. Oleh karena itu disebut kromatografi kertas. Sebagai fasa diam adalah air yang
teradsorpsi pada kertas dan sebagai larutan pengembang biasanya pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan
air.
Dalam kromatografi kertas fasa diam didukung oleh suatu zat padat berupa bubuk selulosa. Fasa diam merupakan
zat cair yaitu molekul H2O yang teradsorpsi dalam selulosa kertas.fasa gerak berupa campuran pelarut yang akan
mendorong senyawa untuk bergerak disepanjang kolom kapiler. Analisis kualitatifmenggunakan kromatografi kertas
dilakukan dengan cara membandingkan harga relative response factor (Rf). Nilai Rf identik dengan time retention
(tR) atau volume retention (VR).
Nilai Rf dapat ditentukan dengan cara:
Rf = jarak yang ditempuh noda / jarak yang ditempuh pelarut
Harga Rf zat baku dapat diidentifikasikan komponen campuran, karena harga besaran ini bersifat khas untuk setiap
zat asal digunakan jenis pengembang yang sama. Kadang-kadang pemisahan dalam satu arah belum memberikan
hasil yang memuaskan. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik, dapat dipakai carakromatografi kertas dua
dimensi, yang mana letak kertas diubah sehingga arah pemisahan juga berubah.
Secara umum kromatografi kertas dilakukan dengan menotolkan larutan yang berisi sejumlah komponen pada
jarak 0,5 sampai 1cm dari tepi kertas. Setelah penetesan larutan pada kertas, maka bagian bawah kertas dicelupkan
dalam larutan pengambang(developing solution). Larutan ini umumnya terdiri atas campuran beberapa pelarut
organik yang telah dijenuhkan dengan air.
Sistem ini akan terserap oleh kertas dan sebagai akibat dari gaya kapiler akan merambat sepanjang kertas tersebut.
Rambatan ini dapat diusahakan dalam modus naik atau menurun. Selama proses pemisahandilakukan, sistem
secara keseluruhannya disimpan dalam tempat tertutup, ruang didalamnya telah jenuh dengan uap sistem pelarut ini.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/pemurnian-material/kromatografi/
KromatografiDitulis oleh Yoshito Takeuchi pada 03-01-2009
Walaupun agak tidak terlalu jelas, kontribusi kromatografi pada perkembangan kimia modern tidak
dapat dipandang rendah. Tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni (atau hampir murni) akan
sangat sukar , dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin.
Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tsvet (1872-1919) menyiapkan kolom yang
diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya dituangkan campuran pigmen tanaman yang
dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan, pigmen memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di
sepanjang kolom. Ia menamakan kromatografi pada teknik pemisahan baru ini (1906). Kemudian
kimiawan dari Swiss Richard Martin Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni
khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan pada
kromatografi.
Kromatografi adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan
perbedaan sifat fisik masing-masing komponen. Alat yang digunakan terdiri atas kolom yang di
dalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran ditambahkan ke kolom dari ujung
satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan
dicapai oleh perbedaan laju turun masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh
kekuatan adsorpsi atau koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stationer).
Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer dan fasa mobil dan kromatografi dibagi menjadi
beberapa jenis bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya, seperti ditunjukkan
di Tabel 12.1
Tabel 12.1 Klasifikasi kromatografi
Kriteria Nama
Fasa mobil
Kromatografi cair, kromatografi gas
Kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi
MekanismeKromatografi pertukaran ionkromatografi gel
Fasa stationerKromatografi kolom, kromatografi lapis tipis,kromatografi kertas
Beberapa contoh kromatografi yang sering digunakan di laboratorium diberikan di bawah ini.
a. Kromatografi partisi
Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem
multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi
berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fasa stationer
dan fasa mobil. Fasa stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobil
adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang ter adsorbsi.
Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan
sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik (Gambar 12.3).
Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan
adsorben, dan pastanya diisikan kedalam kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom
dari atas sehingga sammpel diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa mobil; pembawa)
ditambahkan tetes demi tetes dari atas kolom.
Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa mobil) dan pelarut yang
teradsorbsi oleh adsorben (fasa stationer). Selama perjalanan turun, zat terlarut akan mengalami
proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda untuk masing-masing zat terlarut
dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan
terpisahkan membentuk beberapa lapisan.
Akhirnya, masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen
murninya. Nilai R didefinisikan untuk tiap zat etralrut dengan persamaan berikut.
R = (jarak yang ditempuh zat terlarut) / (jarak yang ditempuh pelarut/fasa mobil).
Gambar 12.3 Diagram skematik kromatografi
b. Kromatografi kertas
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada
kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring, yakni selulosa. Sampel
yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian
dasar kertas saring dicelupkan kedalam pelarut yang mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat
saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau campuran zat-zat ini dapat digunakan.
Kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar. Karena
asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut dalam air dan tidak mudah
menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam amino adalah masalah paling sukar yang
dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan
berita sangat baik bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang
menggunakan metoda analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino
menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi asam amino antara fasa
mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa berlangsung berulang-ulang. Ketiak pelarut
mencapai ujung atas kertas proses dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang
jarak tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi.
Kromatografi kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan
sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.
Gambar 12.4 Contoh hasil kromatografi kertas pigmen dari
www.indigo.com/ science-supplies/filterpaper. html
c. Kromatografi gas
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat berupa padatan
(kromatografi gas-padat) atau cairan (kromatografi gas-cair).
Umumnya, untuk kromatografi gas-padat, sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi,
alumina teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang
panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut
gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti oksigen, karbon monoksida dan karbon
dioksida dimungkinkan dengan teknik ini.
Dalam kasus kromatografi gas-cair, ester seperti ftalil dodesilsulfat yang diadsorbsi di permukaan
alumina teraktivasi, silika gel atau penyaring molekular, digunakan sebagai fasa diam dan diisikan ke
dalam kolom. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan
ke dalam kolom, dan setiap senyawa akan dipartisi antara fasa gas (mobil) dan fasa cair (diam)
mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut dalam fasa diam akan keluar lebih dahulu.
Metoda ini khususnya sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah menguap seperti
hidrokarbon dan ester. Analisis minyak mentah dan minyak atsiri dalam buah telah dengan sukses
dilakukan dengan teknik ini.
Efisiensi pemisahan ditentukan dengan besarnya interaksi antara sampel dan cairannya. Disarankan
untuk mencoba fasa cair standar yang diketahui efektif untuk berbagai senyawa. Berdasarkan hasil ini,
cairan yang lebih khusus kemudian dapat dipilih. Metoda deteksinya, akan mempengaruhi kesensitifan
teknik ini. Metoda yang dipilih akan bergantung apakah tujuannya analisik atau preparatif.
d. HPLC
Akhir-akhir ini, untuk pemurnian (misalnya untuk keperluan sintesis) senyawa organik skala besar,
HPLC (high precision liquid chromatography atau high performance liquid chromatography) secara
ekstensif digunakan. Bi la zat melarut dengan pelarut yang cocok, zat tersebut dapat dianalisis. Ciri
teknik ini adalah penggunaan tekanan tinggi untuk mengirim fasa mobil kedalam kolom. Dengan
memberikan tekanan tinggi, laju dan efisiensi pemisahan dapat ditingkatkan dengan besar.
Silika gel atau oktadesilsilan yang terikat pada silika gel digunakan sebagai fasa stationer. Fasa
stationer cair tidak populer. Kolom yang digunakan untuk HPLC lebih pendek daripada kolom yang
digunakan untuk kromatografi gas. Sebagian besar kolom lebih pendek dari 1 m.
Kromatografi penukar ion menggunakan bahan penukar ion sebagai fasa diam dan telah berhasil
digunakan untuk analisis kation, anion dan ion organik.
Latihan
12.1 Distilasi fraktional
Tekanan uap dua cairan A dan B adalah 1,50 x 104 N m-2 dan 3,50 x 104 N m-2 pada 20°C. dengan
menganggap campuran A dan B mengikuti hukum Raoult, hitung fraksi mol A bila tekanan uap total
adalah 2,90 x 104 N m-2 pada 20°C.
12.1 Jawab
Fraksi mol A, nA, dinyatakan dengan.
(nA x 1,50 x 104) + (1 – nA) x 3,50 x 104 = 2,90 x 104 ∴ nA = 0,30
PENDAHULUAN
Kromatografi adalah suatu metode untuk pemisahan tertentu. Cara ini telah ditemukan
oleh TSWETT pada tahun 1903, ia menggunakannya untuk pemisahan senyawa-
senyawa berwarna dan nama kromatografi diambil dari senyawa berwarna tersebut.
Sekarang kromatografi tidak hanya untuk pemisahan senyawa berwarna saja tetapi
untuk senyawa yang tidak berwarna, termasuk gas.
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fasa, yaitu fasa tetap
(stationary) dan fasa bergerak (mobile). Pemisahan tergantung dari gerakan kedua
fasa ini. Jika fasa tetap berupa zat padat dan fasa bergerak berupa zat cair maka cara
tersebut dikenal dengan kromatografi serapan (absorption chromatography). Jika fasa
tetap berupa zat cair dan fasa bergerak berupa zat cair maka cara tersebut dikenal
dengan kromatografi partisi (partition chromatography).
Semua pemisahan dengan kromatografi terdistribusi sendiri diantara fasa-fasa
bergerak dan dalam perbandingan yang berbeda.
Kromatografi ada bermacam-macam yaitu:
1. Kromatografi lapis tipis
2. Kromatografi penukar ion
3. Kromatografi gas padat
4. Kromatografi gas cair
5. Kromatografi kertas
6. Kromatografi kolom
Dalam makalah ini kami hanya membicarakan tentang Kromatografi Kertas.
Tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami tentang
pengenalan kromatografi kertas, garis besar secara umum dari cara kerja, alat dan
teknik kromatografi kertas, serta kertas yang digunakan sebagai media (fasa diam)
dari kromatografi kertas.
BAB II
ISI
II.a. Pengenalan kromatografi kertas
Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairan–
cairan. Serat selulosa yang hidrofilik (suka air) dari kertas tersebut dapat mengikat
air, setelah disingkapkan pada udara lembab, kertas saring yang tampak kering itu
sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi. Jadi kertas itu
sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang
sebagai analog dengan sebatang kolom.
Kromatografi kertas merupakan salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia
dari suatu campuran zat dengan bantuan perbedaan sifat fisik masing-masing
komponen. Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya
menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan
prinsip yang sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan) dan fase
gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-komponen yang
berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Dalam kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap. Fase gerak adalah pelarut
atau campuran pelarut yang sesuai. Adsorben (penyerap) dalam kromatografi kertas
adalah kertas saring yaitu selulosa. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa
campuran dari pelarut organik dan air, akan mengalir membawa noda cuplikan yang
ditotolkan pada kertas dengan kecepatan berbeda. Fase mobile (pelarut) dapat
beragam, misal: air, etanol, asam asetat, dll.
Kromatografi kertas digunakan baik untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif.
Senyawa-senyawa yang dipisahkan kebanyakan bersifat sangat polar, misalnya: asam-
asam amino, gula, atau pigmen-pigmen alam.
Kromatografi kertas merupakan penemuan yang paling baik bagi kimiawan. Hal ini
dikarenakan kromatografi kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino.
Bagi kimiawan pemisahan asam-asam amino adalah masalah paling sukar yang
dihadapinya, sehingga penemuan kromatografi kertas dianggap berita sangat baik.hal
tersebut juga dikarenakan asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, asam amino
larut dalam air dan tidak mudah menguap.
II.b. Garis Besar Secara Umum dari Cara Kerja
Larutan cuplikan atau campuran zat yang akan dipisahkan ditotolkan pada kertas
saring didaerah yang sudah diberi tanda dimana cuplikan tersebut akan meluas
membentuk sebuah noda yang bulat. Setelah menotolkan cuplikan maka tunggu
totolan cuplikan tersebut kering. Diameter totolan yang membentuk noda tidak lebih
dari 0,4 cm. Hal ini dikarenakan agar noda cuplikan (totolan cuplikan) pada saat
dilakukan elusi, setelah pengeringan tidak menyatu antara noda satu dengan noda
yang lain, sehingga dapat memisah. Setelah noda (totolan cuplikan) kering masukkan
atau gantung kertas dalam bejana tertutup (lemari kromatografi) yang tercelup dalam
pelarut atau eluen yang dipilih sebagai fasa bergerak. Jangan sampai noda tercelup
dalam eluen (pelarut) karena dapat mengakibatkan senyawa yang dipisahkan akan
terlarut dari kertas.
Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan
komponen (pita kromatogram) dalam laju yang berbeda. Bila permukaan pelarut telah
bergerak dengan cukup jauh dan dengan waktu yang ditentukan, maka kertas diambil
dari bejana dan batas permukaan pelarut diberi tanda lalu kertas dikeringkan
(pengeringan bisa dilakukan dengan hairdryer). Jika senyawa-senyawa berwarna maka
akan terbentuk dan terlihat noda-noda yang terpisah. Bila senyawa tak berwarna maka
harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia. Cara yang biasa digunakan adalah
dengan suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna dari senyawa-senyawa
tersebut. Untuk mendeteksi bisa juga dengan sinar ultra ungu atau teknik radio kimia.
Bila akan melakukan pemisahan dengan cara kromatografi kertas maka hal-hal yang
harus diperhatikan adalah:
1) Metoda (penaikkan, penurunan, atau mendatar)
2) Macam dari kertas
3) Pemilihan dan pembuatan pelarut (fasa bergerak)
4) Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih
5) Pembuatan cuplikan
6) Waktu pengembangan
7) Metode deteksi dan identifikasi
II.c. Alat dan Teknik
1. Alat
Alat yang pokok adalah bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam tahan karat
yang diatasnya ditutup agar mencegah penguapan dari pelarut (jika pelarut menguap
maka tidak bisa dijadikan fase gerak karena syaratnya pelarut/eluen harus jenuh). Alat
yang lain kertas saring, dan penutup bejana. Untuk menyangga agar kertas tidak lepas
bisa ditali pada penutup bejana.
2. Teknik
Kertas dipotong memanjang sesuai ukuran bejana yang akan digunakan. Kertas yang
dipakai adalah kertas Whatmann yang secara komersial tersedia dalam berbagai
macam ukuran dan lembaran. Biasanya dipakai kertas Whatmann no. 1 dengan
kecepatan sedang. Sejumlah cuplikan ditotolkan menggunakan mikropipet pada jarak
beberapa cm dari salah satu ujung kertas yang sudah diberi garis horisontal dengan
pensil. Spot atau noda yang terbentuk dikeringkan, lalu kertas dimasukkan dalam
bejana tertutup yang sudah dijenuhkan dengan pelarut yang sesuai untuk
dikembangkan.
Terdapat tiga metode pengembangan pada kromatografi kertas, yaitu:
Metode penaikkan (ascending)
Prinsipnya: Kertas digantung sedemikian rupa sehingga bagian bawah kertas tercelup
pada pelarut yang terletak di dasar bejana. Noda harus diusahakan tidak sampai
tercelup karena dapat larut dalam pelarut. Pelarut akan naik melalui serat-serat kertas
oleh gaya kapiler yang menggerakkan komponen dengan jarak yang berbeda-beda.
Metode penurunan (descending)
Prinsipnya: Kertas digantung dalam bejana dimana aliran mulai bergerak, dicelupkan
dalam palung kaca yang berisi pelarut. Pelarut bergerak turun membawa komponen
melalui gaya kapiler dan gaya gravitasi.
Metode mendatar (radial)
Kertas dibentuk bulat yang tengahnya diberi sumbu dari benang atau gulungan kertas.
Noda ditempatkan pada pusat kertas kemudian pelarut akan naik melalui sumbu
sehingga membasahi kertas untuk kemudian mengembang melingkar membawa
komponen yang dipisahkan.
Bila permukaan pelarut telah mengembang atau bergerak pada batas tertentu, maka
kertas dikeluarkan dari bejana dan batas permukaan pelarut diberi tanda lalu kertas
dikeringkan. Jika senyawa yang dipisahkan berwarna maka akan nampak sebagai
noda-noda yang terpisah. Tetapi jika komponen zat tidak berwarna (umumnya senyawa
organik), maka dapat dideteksi dengan cara fisika atau kimia.
Pada cara fisika noda komponen disinari lampu ultraviolet dengan panjang gelombang
254-370 nm yang akan memberikan fluorescensi. Secara kimia noda disemprot dengan
pereaksi tertentu, sehingga memberikan warna spesifik. Biasanya untuk mendeteksi
asam-asam amino digunakan pereaksi ninhidrin 0,1 % dalam butanol. Warna akan
nampak merah-ungu sekitar 4 menit setelah dipanaskan 100oC. Setelah letak noda
komponen diketahui dan diberi tanda batas harga Rf dapat diketahui.
Contoh: Apabila kita mempunyai tiga pena biru dan akan mencari tahu dari tiga pena
itu, yang mana yang digunakan untuk menulis sebuah pesan. Sampel dari masing-
masing tinta ditotolkan pada garis dasar pensil pada selembar kromatografi kertas.
Beberapa pewarna larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan
itu juga di totolkan pada garis yang sama.
Kertas digantungkan pada wadah yang berisi campuran pelarut yang sesuai
didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah garis pada
bercak diatasnya. Alasan untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa
astmosfer dalam gelas kimia terjenuhkan dengan uap pelarut. Karena pelarut bergerak
lambat pada kertas, komponen-komponen yang berbeda dari campuran tinta akan
bergerak pada laju yang berbeda dan campuran dipisahkan berdasarkan pada
perbedaan bercak warna.
Contoh: Kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Campuran asam amino akan memisahkan asam amino tertentu yang terdapat dalam
campuran. Setetes larutan campuran ditempatkan pada garis dasar kertas, dan dengan
cara yang sama ditempatkan asam amino yang telah diketahui ditotolkan
disampingnya. Kertas lalu ditempatkan dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan
seperti sebelumnya.
Posisi pelarut depan ditandai dengan pensil dan kromatogram dikeringkan dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino
menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu.
Penyemprotan ninhidrin tujuannya adlah agar bercak noda terlihat dan terbentuk
warna sehingga dapat mengetahui keberadaan asam amino.
** Kromatografi kertas dua arah**
Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan untuk pemisahan substansi atau
campuran yang mempunyai nilai Rf yang serupa. Posisi pelarut ditandai dengan pensil
sebelum kertas tersebut kering. Posisi ini ditandai dengan SF1, SF1 adalah untuk
pelarut pertama. Pada gambar diatas dapat kita lihat bercak atau noda pusat besar
dalam kromatogram berwarna sebagian biru dan sebagian lagi hijau. Dua pewarna
dalam campuran atau bercak noda tersebut mempunyai nilai Rf yang hampir sama.
Tunggu kertas diatas hingga kering seluruhnya untuk perlakuan yang kedua, yang
pasti dengan pelarut yang berbeda. Setelah kertas kering lalu kertas tersebut diputar
900, lalu lakukan pemisahan kembali dengan pelarut berbeda.
II.d. Kertas
Kertas dibuat dari serat selulosa. Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana,
yaitu glukosa. Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak
sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak.
Berbagai macam kertas yang tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM
Kertas yang lain adalah:
a. Kertas asam asetil: dapat digunakan untuk zat-zat hidrofobik
b. Kertas silikon
c. Kertas penukar ion
d. Kertas selulosa murni
e. Kertas selulosa yang dimodifikasi
f. Kertas serat kaca: untuk reagen yang korosif
Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah:
1. Tingkat dan kesempurnaan pemisahan
2. Difusivitas pembentukan spot
3. Pembentukan komet
4. Laju pergerakan pelarut
Kertas yang akan digunakan harus disimpan dalam ruang tertutup atau di tempat yang
kering, jauh dari sumber uap terutama yang mempunyai afinitas (kekuatan) tinggi
terhadap selulosa. Dalam kromatografi kertas menggunakan kertas saring Whatmann
No.1 sampai sekarang masih dipakai. Kertas dalam pemisahan mempunyai pengaruh
pada kecepatan aliran pelarut. Kecepatan aliran naik dengan penurunan kekentalan
dari pelarut, tetapi aliran pelarut pada suhu tertentu, ditentukan oleh kerapatan dan
tebal dari kertas. Penurunan kerapatan atau kenaikan tebal memberikan kecepatan
aliran yang lebih tinggi. Kertas Whatmann No.4 mempunyai karakteristik yang mirip
seperti No.1, tetapi kira-kira memberikan efek dua kali lebih cepat. Kertas-kertas yang
lebih tebal (Whatmann No.3 atau 3 MM) biasanya digunakan untuk pemisahan pada
jumlah yang lebih besar, karena kertas tersebut dapat menampung lebih banyak
cuplikan tanpa menaikkan area dari noda mula-mula.
BAB III
KESIMPULAN
Kromatografi kertas adalah salah satu metode untuk identifikasi komponen kimia dari
suatu campuran zat. Kromatografi kertas digunakan untuk memisahkan campuran dari
substansinya (campuran zat) menjadi komponen-komponennya (pita-pita
kromatogram). Fasa diam dari kromatografi kertas adalah kertas serap dan fasa gerak
adalah pelarut (campuran pelarut yang sesuai).
Secara umum cara kerja kromatografi kertas yaitu: kertas dimasukkan dalam bejana
tertutup untuk dijenuhkan dengan uap pelarut (eluen) dalam waktu yang ditentukan
dan dilakukan elusi. Lalu kertas diambil dan dikeringkan untuk mengetahui bercak
noda yang terbentuk. Bila senyawa yang diidentifikasi berwarna maka setelah
dikeringkan bercak noda yang terpisah akan tampak, tetapi jika senyawa yang
diidentifikasi tidak berwarna maka setelah dikeringkan tidak tampak bercak noda,
untuk mengetahui bercak noda tersebut harus direaksikan dengan pelarut tertentu.
Alat yang digunakan dalam kromatografi kertas ini adalah bejana yang terbuat dari
gelas, platina/logam tahan karat yang di atasnya ditutup. Teknik kromatografi kertas
ada tiga yaitu: metode penurunan, penaikkan dan mendatar.
Kromatografi kertas menggunakan kertas Whatmann No. 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas
yang lain biasa digunakan adalah kertas asam asetil, kertas kieselguhr, kertas silicon,
kertas penukar ion dan kertas selulosa murni. Kertas dalam pemisahan mempunyai
pengaruh pada kecepatan aliran pelarut.