KONSEP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
(Studi Komparasi atas Penafsiran Nasaruddin Umar
dan KH. Husein Muhammad)
S K R I P S I
Diajukan Kepada Fakultas UshuluddinStudi Agama, dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga YogyakartaUntuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S. Th. I)
Oleh:
ZULFIKRINIM. 06530006
JURUSAN TAFSIR DAN HADISFAKULTAS USHULUDDIN
STUDI AGAMA, DAN PEMIKIRAN ISLAMUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA2010
v
...
MOTTO
…
…”Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yang ma'ruf.”
(Q. S. al-Baqarah ; 228)
Menghidupkan kembali agama berarti menghidupkan suatu bangsa.
Hidupnya agama berarti cahaya kehidupan
(Bediuzzaman Said Nursi)
vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya kecilku ini teruntuk
Kedua orang tuaku terkasih
adik-adikku tercinta
Pada para perempuan, mereka adalah makhluk yang belum dikenal
secara utuh hingga kini
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang
selalu mencurahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada para hamba yang
serius dalam urusan dunia dan akhiratmya. Dia-lah yang membantu penyusunan
skripsi ini sehingga berjalan dengan lancar di tengah-tengah halangan yang tak
henti-hentinya. Sholawat dan salam tetap terlimpahkan keharibaan Nabi
Muhammad SAW sebagai penebar cinta dan kasih sayang pada semua makhluk.
Penulis sangat sadar bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dan dukungan pihak lain. Oleh karena itu penulis sampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang membantu dan mendukung penulis :
1. Rektor UIN Sunan Kalijaga bapak Prof. Dr. H. Amin Abdullah dan Dekan
Fakultas Ushuluddin, Ibu Dr. Sekar Ayu Aryani M.Ag.
2. Kepala Jurusan Tafsir dan Hadis, Bapak Prof. Dr. Suryadi M. Ag dan Sekjur
Bapak Dr. Ahmad Baidowi. M.Si.
3. Penasehat Akademik Bapak Drs. Moh. Mansur M.Ag yang selalu menasehati
dan membimbing penulis selama menjadi mahasiswa.
viii
4. Bapak Dr. H. Abdul Mustaqim, M.Ag selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.
H. Mohammad Yusup, M.Ag selaku Pembimbing II yang banyak memberikan
pelajaran dan masukan, tanpa keduanya penulis akan menyelesaikan skripsi
ini dengan penuh kesalahan dan kekeliruan.
5. Pimpinan dan staf Perpustakaan Pusat UIN Sunan Kalijaga, Perpustakaan
Pusat Studi Wanita UIN Sunan Kalijaga, Perpustakaan Daerah DI
Yogyakarta dan Perpustakaan Tafsir dan Hadis, terima kasih atas pelayanan
dan penyediaan buku-bukunya.
6. Kedua orang tua penulis, terima kasih atas segalanya yang tak lelah
mendoakan dan memotifasi penulis selama ini dan seterusnya. Semoga Allah
Swt menurunkan segala rahmat, ampunan dan syurga-Nya untuk papa dan
mama di sini (dunia) dan di sana nanti (akhirat), Amin ya Rabb.
7. Terima kasih sebesar-besarnya kepada KH. Husein Muhammad, bpk Prof. Dr.
Nasaruddin Umar, ibu Inayah Rohmaniyah M.A, M.Hum, ibu Adib Sofia S.S,
M.Hum, bpk Afdawaiza, M.Ag, (semoga Ph.D / Dr-nya cepat selesai), Kanda
Yuldi Hendri, S.Th.I (yang sangat memberi inspirasi dan memberikan
perubahan pada diri penulis) dan mereka yang memberikan perhatian lebih
kepada penulis.
8. Adik-adikku, Nurul Fadlillah dan sekecil Arifa Rahmi, terima kasih kalian
selalu memotifasiku, semoga cita-cita kalian tercapai.
9. Semua teman-teman Jurusan TH angkatan 2006, saudara Taqiyudin, S.Th.I
yang telah menemaniku selama penelitian di Cirebon, Faturrohim, Amin,
Ariel, Firman, Alif, kang Suhendra, Arif, Luthfi, dan lain-lain yang tak bisa
ix
kusebutkan satu-persatu terima kasih dan minta maaf atas segala kebaikan
dan kesalahan penulis selama bersama kalian.
10. Terima kasih kepada kak Rahmat S.HI (UIN Jakarta), Da Okdi S.Psi, saudara
Bull (Ashabul), Abenk (Wahyu), Gito, Fitri, Mas Arif S.Th.I, Da Faisal
S.Th.I, Mas Hendro S.Th.I, Mas Udin, kakak-kakak dan uni-uni Jamayyka,
Mbak Hana, Riri, Hamda, Handayana, Dek Fadhli, Dek Zikri, Dek Rian,
MasBro Tadjab, Mas Muh, Mas Edi, ST, Akhi Dwi, Mas Anto, Mas Gun,
Mas Imam, Kemal, Mas Irsan, Amul, Siska, Arifin, dan lain-lain.
11. Terima kasih sebesar-besarnya pada teman-teman angkatan ’06 MAPK Koto
Baru di Yogyakarta, Mesir, Jakarta, dan Padang, yang masih tetap
komunikasi dan memberikan informasi di Jogja dan dunia maya.
12. Terima kasih kepada Jama’ah Ta’lim di Mesjid Baiturrahman Gowok, Pak
drg. Maftuh, para ustadz Subhan Khadafi, Lc (yang sedang menempuh studi
M.A di IIU Malaysia), Ust Jundi, Lc, Ust Arif Syarifuddin, Lc, dll, dan
temen-temen wisma Imam Syafi’i. Tetap semangat ngaji, rajin menghafal
hadis 40 (arba’in), rajin baca al-Qur’an dan pahami maknanya yang penting
amalnya.
Terima kasih semuanya. Jazakumullah ahsanal jaza’. Semoga Allah
menganugerahkan istiqamah dan khusnul khatimah kepadaku dan kalian. Amin.
Yogyakarta, 6 Mei 2010
Penulis
Zulfikri
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakanpedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan MenteriPendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987.Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:
1. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
ا alif - -
ب ba b Be
ت ta t Te
ث sa s\ es dengan titik di atas
ج jim j Je
ح ha h{ ha dengan titik di bawah
خ kha kh ka-ha
د dal d De
ذ za z\ z dengan titik di atas
ر ra r Er
ز zai z Zet
س sin s Es
ش syin sy es-ye
ص sad s} es dengan titik di bawah
ض dad d{ de dengan titik di bawah
ط ta t} te dengan titik di bawah
ظ za z} zet dengan titik di bawah
ع ‘ain ‘ koma terbalik di atas
غ gain G Ge
ف fa f Ef
ق qaf q Ki
ك kaf k Ka
ل lam l El
م mim m Em
ن nun n En
و wau w We
xi
ھـ ha h ha
ء hamzah ’apostrof (tetapi tidakdilambangkan apabila ter-letak diawal kata)
ي ya y ya
2. Vokal
a. Vokal Tunggal
Tanda Vokal Nama Huruf Latin Nama
◌ Fath}ah a A
◌ Kasroh i I
◌ D{ammah u U
b. Vokal Rangkap
Tanda Nama Huruf Latin Nama
◌ي Fath{ah dan alif Ai a-i
◌و Fath}ah dan wau Au a-u
Contoh:
كيف kaifa حول haula
c. Vokal Panjang (maddah)
Tanda Nama Huruf Latin Nama
◌ ا Fath}ah dan alif - a dengan garis di atas
◌ ى Fath}ah dan ya - a dengan garis di atas
◌ ي Karah dan ya - i dengan garis di atas
◌ و D{ammah dan wau - u dengan garis di atas
Contoh:
قال - qa>la قيل - qi>la
سعى - sa’a> يـقول - yaqu>lu
xii
3. Ta’ Marbu>t}aha. Ta Marbu>t}ah hidup
Ta’ marbu>t}ah yang hidup atau yang mendapat harkat fath}ah, kasrah dand}ammah, transliterasinya adalah “ t ”.
b. Ta’ Marbu>t}ah matiTa’ marbu>t}ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinyaadalah “ h “.
c. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta’ marbut}ah diikuti oleh kata yangmenggunakan kata sandang “al” serta bacaan kedua kata itu terpisah,maka ta’marbut}ah itu ditransliterasikan dengan “ t “ atau “ h “.Contoh:
طلحة T{alh}ah atau T{alh}atu
روضة الجنة Raud}ah al-Jannah atau Raudatul Jannah
4. Syaddah (Tasydi>d)Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengansebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebutdilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tandasyaddah itu.
Contoh: ربنا - rabbana>
5. Kata Sandang
Kata sandang ditransliterasikan dengan “al” diikuti dengan tanda “ال“penghubung strip (-), baik ketika bertemu dengan huruf qamariyyah maupunhuruf syamsiyyah. Contoh:
Cotoh :
القسم ----al-qasamu
الرجل –--- al-rajulu
6. Huruf KapitalMeskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalamtransliterasi ini huruf tersebut digunakan juga unuk awal kalimat, nama diri,dan sebagainya seperti ketentuan yang berlaku dalam EYD. Awal katasandang pada nama diri tidak ditulis dengan huruf capital, kecuali jikaterletak pada awal kalimat.
xiii
Contoh :
اال رسولومامحمد wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l
Penggunaan huruf kapital untuk Alla>h hanya berlaku bila dalam tulisanArabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukandengan kata lain sehingga ada kata lain sehingga ada huruf atau harkat yangdihilangkan, maka huruf kapital tidak dipergunakan.Contoh :
وفتح قريب اهللا مننصر nas}run minalla>hi wa fathun qari>b
7. PengecualianSistem transliterasi ini tidak berlaku pada:a. Kosa kata Arab yang lazim dalam Bahasa Indonesia dan terdapat dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, misalnya: al-Qur’an, hadis, mazhab,syariat, lafaz.
b. Judul buku yang menggunakan kata Arab, namun sudah dilatinkan olehpenerbit, seperti judul buku al-Hijab.
c. Nama pengarang yang menggunakan nama Arab, tapi berasal dari negerayang menggunakan huruf latin, misalnya Quraish Shihab, Ahmad SyukriSoleh
d. Nama penerbit di Indonesia yang mengguanakan kata Arab, misalnyaToko Hidayah, Mizan.
xiv
ABSTRAK
Tidak bisa disangkal, doktrin agama seringkali dijadikan untukmembenarkan tindakan tidak adil, sesuatu yang baku dan tidak bisa ditafsirkan,sehingga posisi marginal perempuan dalam agama dianggap takdir yang tidakdapat diubah. Selain agama, budaya juga mempengaruhi terbentuknya strukturdan sosial politik yang timpang di masyarakat, yang kemudian berdampak padaperempuan dianggap incapable dalam memimpin. Disinilah peran proaktifNasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad sebagai seorang ilmuwan tafsirdan aktifis pemberdayaan perempuan yang berusaha merekonstruksi wacanakepemimpinan perempuan dari akarnya dalam perspektif gender dan menawarkanalternatif penafsiran serta pemahaman yang kontekstual terhadap teks yang biasgender dalam kasus kepemimpinan perempuan Oleh karena itu, penulis berusahamenemukan bagaimana metode penafsiran, pemahaman, dan konsep yangNasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad terhadap kasus kepemimpinanperempuan, serta apa relevansi dan kontribusi penafsiran mereka.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif-analitis yaitu denganmendeskripsikan dan menganalisis pembacaan kedua tokoh terhadapkepemimpinan perempuan, setelah itu kemudian di komparasikan. Denganpendekatan historis-sosiologis, yaitu dengan menelusuri sejarah pertumbuhan danpola pemikiran serta konteks sosial-budaya yang mempengaruhinya. Adapun jenispenelitian ini adalah penelitian perpustakaan, dengan menekankan pada bukunyaNasaruddin Umar yaitu Argumen Kesetaraan Jender; Perspektif al-Qur’an, danbuku KH. Husein Muhammad yaitu Fiqih Perempuan; Refleksi Kiai atas WacanaAgama dan Gender.
Nasaruddin Umar melihat bahwa setiap kata dalam al-Qur’an tidak hanyamempunyai makna literal. Dengan pendekatan hermeneutika, semantik, dan ilmu-ilmu sosial, ia mendapati ketika pengungkapan laki-laki dan perempuan dari segibiologis maka al-Qur’an menggunakan al-zakr dan al-uns}a. Sementara dari segibeban sosial seringkali menggunakan istilah al-rajul/al-rija>l dan al-mar’ah/al-nisa >’. Perbedaan-perbedaan laki-laki dan perempuan tidaklah menjadijustification dan menolak kepemimpinan perempuan. Maka bisa saja seseorangyang secara biologis dikategorikan sebagai perempuan, tetapi dari sudut genderdapat berperan sebagai laki-laki atau sebagai perempuan. Dengan kapasitasintelektual yang dimiliki, suatu keniscayaan bagi perempuan menjadi pemimpin.Dengan demikian konsep dan manifestasi dari relasi gender lebih dinamis.
Sedangkan KH. Husein Muhammad dengan pendekatan kontekstual-substansial dan bercorak fiqih, ia menilai bahwa surat an-nisa>’ : 34 tesebut suatuyang menunjukkan yang partikular, dan dilihat aspek kausalitasnya, dalam artianharus dipahami dengan kontekstual dan sosiologis. Dengan demikian makaterbuka kemungkinan bagi terjadinya proses perubahan, hal ini di dukung olehkeadaan, dimana potensi intelektual dan didukung oleh potensi moral sertaspiritual dapat dimiliki oleh setiap individu tanpa melihat jenis kelamin. Hal iniberdampak pada peluang besar dan kebolehannya perempuan menjadi pemimpindalam berbagai sektor. Sehingga al-Qur’an yang menjadi rujukan Islam tetapsalih li kulli zama>n wa al-maka>n.
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
NOTA DINAS I ............................................................................................... ii
NOTA DINAS II ............................................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ....................................................................... x
ABSTRAK ........................................................................................................ xiv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 11
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .................................................. 11
D. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 13
E. Metode Penelitian ....................................................................... 16
1. Jenis Penelitian ....................................................................... 17
2. Sumber Data .......................................................................... 17
3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 18
4. Pendekatan Penelitian ............................................................ 18
5. Teknik Analisis Data ............................................................... 19
6. Langkah-langkah Penelitian .................................................... 19
F. Sistematika Pembahasan ............................................................... 20
BAB II. SKETSA KEHIDUPAN NASARUDIN UMAR DAN KH. HUSEINMUHAMMAD SERTA KONSEP MEREKA TENTANG GENDER
A. Biografi Nasarudin Umar ............................................................ 22
1. Riwayat Hidup dan Pendidikan ............................................... 22
xvi
2. Aktivitas Intelektual ................................................................. 26
3. Karya-Karya Nasarudin Umar .................................................. 28
B. Biografi KH. Husein Muhammad ............................................... 31
1. Riwayat Hidup dan Pendidikan ............................................... 31
2. Aktivitas Intelektual ................................................................. 32
3. Karya-Karya KH. Husein Muhammad ...................................... 38
C. Kesetaraan Gender dalam al-Qur’an Menurut Nasarudin Umardan KH. Husein Muhammad ...................................................... 42
BAB III. TERMINOLOGI KEPEMIMPINAN SERTA INTERPRETASINASARUDDIN UMAR DAN KH. HUSEIN MUHAMMADTERHADAP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
A. Sekilas Pengertian Kepemimpinan ............................................. 61
1. Term Kepemimpinan dalam al-Qur’an ................................... 61
2. Teori Lahirnya Pemimpin dan Prinsip-Prinsip Kepemimpinan 63
3. Defenisi Kepemimpinan Perempuan ......................................... 66
B. Metode dan Penafsiran Tentang Ayat KepemimpinanPerempuan ................................................................................ 68
1. Metode dan Penafsiran Nasarudin Umar ................................ 68
2. Metode dan Penafsiran KH. Husein Muhammad .................... 75
C. Pemahaman Nasarudin Umar dan KH. Husein Muhammad Terhadap Kepemimpinan Perempuan ....................................... 84
1. Kepemimpinan Perempuan di Ranah Domestik .................... 84
2. Kepemimpinan Perempuan di Ranah Publik .......................... 92
BAB IV. ANALISIS PANDANGAN NASARUDIN UMAR DAN KH HUSEINMUHAMMAD TERHADAP KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
A. Akar dan Metodologi Penafsiran Kedua Tokoh ......................... 101
1. Latar belakang dan Akar-akar Pemikiran Penafsiran .............. 101
2. Konstruksi Metodologi Penafsiran ............................................ 106
3. Orisinalitas Pemikiran .............................................................. 112
B. Konsepsi Penafsiran Kepemimpinan Perempuan ...................... 116
xvii
C. Relevansi dan Kontribusi Penafsiran Nasarudin Umar dan KH Husein Muhammad dengan Konteks Perempuan Indonesia .. 119
1. Kontribusi dalam Bidang Pengembangan Karir Perempuandi Publik ................................................................................... 125
2. Kontribusi Bagi Pengembangan Keilmuan Tafsir .................... 127
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 131
B. Saran-saran ................................................................................ 133
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 130
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persoalan perempuan1 merupakan hal yang selalu menarik dan aktual
untuk dikaji dan telah berlangsung hampir seusia dengan lahirnya kebudayaan
Islam.2 Hal ini tidak terlepas dari problematika yang dihadapi oleh kaum
perempuan sendiri, dan hampir selalu melahirkan pro-kontra yang sangat luar
biasa, bahwa perempuan kurang dan bahkan tidak dapat memainkan peran
independen dalam tataran domestik dan publik. Perjuangan perempuan untuk
memperoleh keadilan atas hak-hak kemanusiaannya hingga hari ini masih
terus menghadapi halangan-halangan yang serius, antara lain dari pandangan
keagamaan. Sehingga hari ini pendapat mainstream yang dipakai untuk
menafsirkan, baik dari al-Qur’an sendiri maupun hadis, menilai dan
memproduksi pengetahuan adalah suatu h}ujjah keagamaan tekstual yang
dihasilkan zaman stagnasi (ketandusan atau kebantutan) pemikiran Islam pada
abad pertengahan. Meskipun kemoderenan telah mengubah kehidupan
perempuan dalam berbagai aspek, namun pendapat keagamaan konservatif
1 Para kamum feminis Indonesia lebih suka menggunakan kata perempuan daripadawanita. Dalam prasasti Gandasuli disebutkan bahwa asal kata perempuan adalah Parpuanta yangmemiliki arti yang dipertuankan atau dihormati, Empu dalam pengertian ini merupakan sebuahgelar kehormatan yang berarti tuan. Namun menurut William Shakespeare (seorang pujanggaInggris) apapun namanya wanita atau perempuan sama saja, yaitu satu jenis makhluk manusiayang paling berjasa terhdap spesiesnya secara biologis yang memungkinkan manusia bisa lebihbanyak dan silih berganti dari generasi kegenerasi. Lihat Zaitunah Subhan, Kodrat Perempuan;Takdir atau Mitos (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2004), hlm. 4-8.
2 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 269-318.
1
2
tersebut masih terus meletakkan perempuan sebagai makhluk yang lebih
rendah.3
Jika dilihat dengan benar pada doktrin Islam sendiri, ternyata ide
egalitarianisme, kemanusiaan, dan kesejahteraan sangat dijunjung tinggi.
Apabila kita merujuk kepada al-Qur’an dengan cermat banyak ayat-ayat yang
menginformasikan bahwa kedudukan antara perempuan dan laki-laki di
hadapan Allah adalah setara.4 Namun dalam tataran realitas ternyata ide-ide
egalitarian dalam al-Qur’an serta petunjuk-petunjuk Nabi (baca: hadis) sering
berbenturan dengan respon masyarakat yang cenderung bias, dengan
memposisikan perempuan sebagai the second class.
Permasalahnnya muncul kemudian ketika memandang “pengakuan”
dalam memandang kepemimpinan diampu oleh kaum perempuan sendiri.
Lebih menarik lagi bila melihat dalam wacana pemikiran Islam, khusus
membicarakan hak-hak kepemimpinan kaum perempuan ini. Secara garis
besar terdapat dua pendapat yang berkembang. Pertama, menganggap
perempuan tidak layak untuk menjadi seorang pemimpin. Kedua, pendapat
yang menyatakan bahwa sejak awal al-Qur’an telah memperkenankan
3 KH. Husein Muhammad, Kaedah Kontekstual ‘Suatu Cara Untuk MewujudkanKeadilan’(Text And Context The Social Construction Of Syari’ah), makalah pada padaPersidangan Internasional bertema “Trends in Family Law Reform in Muslim Countries” KualaLumpur, 18-20 Maret 2006.
4 Perempuan dan laki-laki sama-sama sebagai hamba Allah yang diciptakan hanyauntuk mengabdi kepada Allah (al-Dzariyat: 56), Kualitas seseorang ditentukan dari ketakwaannya(al-Hujurat: 13), Perempuan dan laki-laki sama sabagai khali>fah fi> al-ard}i (al-Baqarah: 30 dan al-An’a>m: 165), Perempuan dan laki-laki mempunyai peran sosial politik (at-Taubah: 71).
3
perempuan ikut berpartisipasi aktif layaknya kaum laki-laki dalam ranah
publik serta domestik.5
Adalah suatu hal yang wajar adanya berbagai ketegangan dalam tradisi
lama jika dikonfrontasikan dengan kecenderungan baru yang berkembang,
yang belakangan ini merupakan konsekuwensi logis dari evolusi kesadaran
dan peradaban manusia. Terlebih lagi mengenai supremasi kepemimpinan
perempuan, yang pada umumnya secara tekstual mendapat legitimasi dalam
al-Qur’an. Hal ini sebagai contoh tergambar dalam surat an-Nisa>’ ayat 34 dan
hadis Nabi6 yang seolah-olah membedakan status laki-laki dan perempuan,
yang menurut sebagian penafsiran hanya dipahami secara literal-normatif
semata, namun juga disisi lain penafsiran dipahami secara kontekstual-
historis. Varian penafsiran muncul ketika menginterpretasikan surat an-Nisa>’
ayat 34 tersebut, misal Musthofa Al-Maraghi mengatakan diantara tugas laki-
laki ialah memimpin kaum perempuan dengan melindungi dan menanggung
pemeliharaan atas mereka (kaum perempuan).7 Hal ini karena Allah
melebihkan laki-laki atas perempuan dalam perkara kejadian, dan memberi
5 Farichatul Maftuchah, “Reposisi Perempuan dalam Kepemimpinan”, Jurnal StudiGender dan Anak Yin Yang, PSG STAIN Purwokerto, Vol. 3, No. 2, Jul-Des 2008, hlm. 2.
6 “Telah bercerita kepada kami Ustman bin al-Haitsam, telah bercerita kepada kami‘Auf dari al-Hasan dari Abu Barkah berkata: “Sesungguhnya Allah memberi manfaat kepadakudengan sebuah kalimat pada hari perang (jamal). Tatkala nabi mendengar orang-orang Persiamengangkat anak perempuan Kisra sebagai pemimpin, maka beliau bersabda: “Tidaklah sekali-kali suatu kaum memperoleh kemakmuran, apabila menyerahkan urusan mereka kepadaperempuan.” (H.R. al-Bukhari), Lihat Abi Abdilla>h Isma>il bin Ibra>him bin al-Mughira>h binBardizbah al-Bukha>ri, Shahih al-Bukha>ri, Jilid IV (Beirut: Da>r al-Fikr, 1981), hlm. 97.
7 Maulana > Muhammad Ali, Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir (Jakarta: Darul KutubulIslamiyah, 2006), hlm. 237.
4
mereka kekuatan yang tidak diberikan kepada kaum perempuan,8 juga
memberi nafkah kepada kaum wanita, membela, dan melindungi mereka.9
Di lain sisi, Asghar Ali Enginner sebagai feminis muslim mengkritik
metode para mufasir yang hanya memahami ayat dengan nilai teologis dan
mengenyampingkan nilai sosiologis10, senada dengan Asghar, Fazlur Rahma>n
mengungkapkan bahwa ungkapan laki-laki sebagai qawwa>mu>n bukanlah
perbedaan hakiki namun lebih bersifat fungsional11. Demikian juga Amina
Wadud Muhsin, ia juga mengkritik penafsiran-penafsiran yang selama ini ada,
terutama tafsir perempuan. Menurutnya dalam suatu penafsiran tersebut ada
tiga kategori yang perlu diperhatikan, yaitu tradisional, reaktif, dan holistik.
Pada kategori ketiga inilah dimana seorang penafsir menggunakan seluruh
metode penafsiran tersebut, termasuk didalamnya hermeneutika dan
mengkaitkannya dengan berbagai persoalan sosial, moral, ekonomi, dan poltik
yang ada di era modern ini12, dan dalam kategori inilah Nasaruddin Umar
menempatkan karya-karyanya.13 Pada umumnya feminis muslim menggugat
paham konsevatif karena dianggap tidak sejalan dengan ide feminis yakni
8 Ahma>d Musthafa al-Maraghi>, Tafsir al-Ma>ra>ghi (Beirut: Da>r al-Fikr), hlm. 27.
9 Abu Abdilla>h Muhammad Ibn Ahmad al-Ansari Al-Qurt}u>bi>, Tafsir al-Qurt}u>bi> al-Ja>mi’ Li Ahka>m Al-Qur’an (Kairo: Da>r al-Katib al-‘Arabiyah, 1967), hlm. 168.
10 Asghar Ali Enginner, Hak-hak Perempuan Dalam Islam, Terj. Farid Wajidi dan CiciFarkha Assegaf (Bandung: LSPPA dan CUSO Indonesia, 1994), hlm. 57.
11 Fazlur Rahma>n, Tema-Tema Pokok Al-Qur’an, terj. Anas Mahyuddin (Bandung:Pustaka, 1983), hlm. 72.
12 Amina Wadud Muhsin, Wanita dalam Al-Qur’an, terj, Yazia Radianti (Bandung::Pustaka, 1994), hlm. 2.
13 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an (Jakarta::Paramadina, 1999), hlm. xxxvii-xxxviii.
5
terciptanya kesetaraan equal antara laki-laki dan perempuan. Pemahaman
yang beragam ini, pada gilirannya, menempatkan interpretasi (exegesis)
sebagai disiplin keilmuan yang tidak mengenal kering, bahkan senantiasa
hidup bersamaan dengan perkembangan teori pengetahuan para
pengimannya.14
Dalam hal peran ini juga, sering terjadi kekaburan dikehidupan sehari-
hari antara ketimpangan peran kehidupan. Ada yang lebih berpegang pada
adat, budaya dari pada agamanya dan ada yang sebaliknya mereka lebih
mengedepankan agama dari pada adat, dan budayanya, yang menganggap
laki-laki adalah yang lebih cocok untuk mengemban tugas kekeluargaan dan
menjalankan pemerintahan, karena sudah menjadi tradisi dan kewajiban
agama.
Terkait dengan prolem diatas, pada era globalisasi pembangunan
nasional sekarang dalam konteks sumber daya manusia, keterlibatan kaum
perempuan dalam pekerjaan yang dilakukan kaum laki-laki merupakan suatu
hal yang mendesak dan sangat esensial wacana keIslaman. Karenanya
sebenarnya kepedulian holistik yang melihat sumber daya perempuan dengan
peran kekhalifahannya di muka bumi dengan acuan pada nilai-nilai agama dan
nilai luhur budaya bangsa, perlu disinergikan dalam konteks dimensi publik
dan domestik sekaligus. Dimensi publik menyangkut aspek perempuan
dibidang iptek, ekonomi, ketenagakerjaan, politik, dan ketahanan nasional.
14 M. Nur Kholis Setiawan, Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar (Yogyakarta: eLSAQPress, 2006). hlm. 1.
6
Sedangkan dimensi domestik mencakup aspek kesejahteraan keluarga,
kesehatan, hubungan keluarga yang simetris dan lain-lain.15
Prestasi kaum perempuan sendiri disaat sekarang jauh lebih
mengesankan, hal ini salah satunya tergambar diaspek pendidikan. Jumlah
kaum perempuan buta huruf dalam masa dasawarsa terakhir menurun secara
dramatis dibanding kaum laki-laki, peran kaum perempuan melonjak dengan
pesat. Perjuangan mereka dalam mengesahkan anti discrimination law secara
global telah membawa dampak luas terhadap kesempatan kerja kaum
perempuan,16 hingga merambah pada posisi kepemimpinan dalam berbagai
tataran, ini terbukti disaat sekarang kaum perempuan Indonesia telah berhasil
menduduki beberapa jabatan kepemerintahan.17
Di Indonesia wacana pemimipin perempuan telah mencuat ke
permukaan sejak era tahun 1998. Dalam catatan kami diskursus wacana
pemimipin perempuan telah memancing polemik dan debat antara yang pro
maupun kontra terhadap pemimpin perempuan dalam sebuah negara. Apalagi
dalam masyarakat yang secara umum bersifat patrilinial, yakni memuliakan
kaum laki-laki dalam semua aspek kehidupan. Ini merupakan sebuah
15 Huzaemah Tahido Yanggo, “Pandangan Islam tentang Gender” dalam MansourFakih (dkk.), Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam (Surabaya: RisalahGusti, 1996), hlm. 151.
16 Mansour Fakih, Analisa Gender dan Transformasi Sosial (Yogyakarta: PustakaPelajar, 1996), hlm. 158.
17 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melantik menteri dalam kabinetIndonesia Bersatu II. Dari 34 menteri yang telah dilantik terdapat 5 perempuan yang memperolehkesempatan berada di posisi tertinggi periode 2009-2014. Kelimanya adalah Sri Mulyani Indrawati(Menteri Keuangan), Mari Elka Pangestu (Menteri Perdagangan), Armida Alisjahbana (MenteriNegara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas), Endang Rahayu Sedyaningsih(Menteri Kesehatan), dan Linda Agum Gumelar (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan danPerlindungan Anak). Nur Azizah, “Lima “Perempuan” di Kabinet Indonesia Bersatu II” dalamhttp://www.Jurnalperempuan.com, diakses tanggal 30 Januari 2010.
7
fenomena yang tidak dapat disangkal lagi, bahwa perempuan sekarang ini
telah tampil menduduki berbagai jabatan penting dalam masyarakat besar
(publik), atau kecil (domestik).
Selain itu fakta sejarah menginformasikan dalam al-Qur’an bahwa
kepemimpinan perempuan itu telah ada, hal ini tergambar dalam kisah ratu
perempuan bernama Bilqis dari negeri Saba Yaman Selatan18, selain itu
contoh lain Sittu al-Mulk saudara perempuan al-Hakim bin Amrillah al-Fat}imi
selama empat tahun pernah berkuasa di Mesir, demikian pula Sjararah ad-Du>r,
istri al-Ma>lik as-Shalih Ayyub yang menjabat khalifah di Mesir hingga tahun
1357 H.19 Peranan Khadijah terhadap misi dakwah Nabi Saw. Namun data
sejarah tersebut seolah-olah tidak “diindahkan” bagi sebagian muslim. Dan
menjadikannya suatu sikap apologetik akan hal tersebut.
Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa sebenarnya al-Qur’an tidak
diragukan lagi dalam memandang laki-laki dan perempuan dalam berbagi
terminologi kesetaraan sebagai makhluk manusia dalam berbagai hal.
Keseluruhan spirit Islam secara umum sangat menegaskan kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan baik dalam status, posisi, dan nilai,20 baik juga dalam
perannya sebagai pemimpin di ranah domestik dan publik, dan ini menjadi
suatu isu dan problem global yang menjadi hak setiap insan untuk mencari
18“Sesungguhnya aku (Hud-hud) menemukan seorang perempuan yang memerintahmerekea dan diadianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar,” Q.S. An-Naml : 23, Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: PT Syamil CiptaMedia, 2005), hlm. 379.
19 Hasjim Abbas, Presiden Perempuan Perspektif Hukum Islam (Yogyakarta: Kutub,2004), hlm. 173.
20 Waryono Abdul Ghafur dan Muh. Isnato, Gender dan Islam; Teks dan Konteks(Yogyakarta: PSW IAIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 27.
8
solusi yang tepat, dengan berusaha mengkomunikasikan teks-teks keagamaan
dengan akulturasi zaman yang terus berkembang, supaya terjadi dialog antar
keduanya, dan tetap merefleksikan tujuannya secara utuh dan holistik,
terutama dalam etika universal dan kosmopolitannya, seperti tentang spirit
keadilan dan kesetaraan.
Salah satu alasan perbenturan teks-teks agama dan fenomena yang
berkembang inilah, yang mendorong lahirnya tafsir yang bercorak feminis,
yang mengupayakan untuk menjadikan analisis gender sebagai karangka kerja
penafsiran bersifat kontekstual yang seterusnya memerlukan penelitian
terhadap aspek rasional yang terdapat dalam teks dan menempatkan dan
melihat teks-teks tersebut dari pesan metafisiknya.21 Selain itu juga menurut
para feminis pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin bukan saja
merugikan perempuan, tetapi juga sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan di
dalam masyarakat modern, karena laki-laki dan perempuan mempunyai
peluang dan potensi yang sama untuk mengakses berbagai bidang profesi.22
Atribut gender yang diartikan sama dengan atribut jenis kelamin biologis
menjadi sebuah wacana dan diperdebatan di dalam masyarakat, dan hal ini
berimplikasi pada sebuah wacana pada pengingkaran eksistensi perempuan
sebagai manusia yang mandiri, dan lebih jauh tentang kelayakan perempuan
menjadi pemimpin baik di ranah domestik ataupun publik.
21 Sinta Nuriyah A. Rahman, dkk, Islam dan Konstruksi Seksualitas (Yogyakarta: PSWIAIN Yogyakarta, The Ford Foundation dan Pustaka Pelajar, 2002), hlm. xix.
22 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an, hlm. 95.
9
Dari uraian di atas, penulis merasa perlu adanya penelitian tentang
kepemimpinan perempuan yang ditawarkan dari tokoh Indonesia yang sesuai
dengan kultur dan kepribadian bangsa Indonesia. Pada penelitian ini, penulis
akan memaparkan dan mengeksplorasi penafsiran Nasarudin Umar dalam
karyanya Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an dan K.H. Husein
Muhammad pada karyanya Fiqih Perempuan; Refleksi Kiai atas Wacana
Agama dan Gender dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an, khususnya yang
berkaitan dengan kepemimpinan perempuan.
Nasarudin Umar merupakan tokoh yang mempunyai pengaruh
terhadap pemikiran dan gerakan keadilan gender di Indonesia. Ia menafsirkan
ayat-ayat yang terkesan bias gender dalam karyanya dengan berbagai metode
dan pendekatan yang sesuai dengan perkembangan keilmuan studi tafsir.
Selain itu ia mencoba memberikan sebuah cara baru dalam menelaah kata-kata
dalam rangkaian ayat, salah satu contohnya yaitu ia membedakan antara kata-
kata ar-rajul dengan az-zakr, juga antara an-nisa >’ dengan al-mar’ah, yang
perbedaan tersebut berimplikasi pada kejelasan arah dari ayat tersebut,
sehingga konsep al-Qur’an dalam mewujudkan kesetaraan, dan egaliter
terwujud. Nasaruddin Umar bisa dibilang sebagai akademisi dan praktisi, ini
terlihat dari aktifitas yang ia geluti, sebagai staf pengajar di berbagai
Universitas pada kajian wanita misalnya Fisip UI dan Pascasarjana UIN
Jakarta. Terakhir jabatan yang diampu ialah sebagai Dirjen Bimbingan
Masyarakat Islam Jakarta dan rektor Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ)
Jakarta.
10
Sedangkan Husein Muhammad juga merupakan salah seorang tokoh
yang konsen terhadap permasalahan gender. Ia adalah salah satu deretan
ulama Indonesia yang melontarkan gagasan-gagasan pembacaan ulang
terhadap fiqih klasik terutama yang berkaitan dengan permasalahan
perempuan, rumusan yang telah ada dalam literatur kitab-kitab fiqh
mengambarkan sikap ambivalensi Islam dalam memperlakukan perempuan.
Dimana bagi masyarakat Indonesia umumnya, keyakinan akan kebenaran
dalam fiqh telah sedemikian mendalam sehingga fiqh telah menjadi norma
yuridis, sosiologis, dan filosofis. Implikasi lebih jauh dari pandangan seperti
ini adalah kedudukan perempuan (terlebih dalam posisi kepemimpinan)
secara umum di Indonesia ditentukan oleh isi fiqh yang dalam banyak hal
masih dipahami secara tekstual dan kaku. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, mau tidak mau mengubah aturan-aturan dan tata nilai yang
selama ini dianggap mapan dan dipegang secara kokoh. Dalam tatanan sosial
yang semakin rasional dan liberal, tidak mungkin lagi mempertahankan
sikap-sikap maupun pandangan lama terhadap perempuan. Karenanya, teks-
teks kitab suci dan berbagai produk pemikiran keagamaan sudah seharusnya
dibaca ulang, setidaknya di kalangan progresif dari berbagai lapisan
masyarakat. Dari kerangka inilah makna kehadiran Husein Muhammad.
Kesehariannya Ia menjadi pengasuh PP Da>rut Tauhid, Arjawinangun Cirebon
Jawa Barat yang memiliki tradisi kitab kuning cukup kuat. Setidaknya ia
mampu membaca secara teliti dan kritis serta memetakan beragam referensi
klasik yang berisi tentang ketentuan-ketentuan mengenai relasi laki-laki dan
11
perempuan yang dianggap timpang.23 Pandangan kedua tokoh tersebut tentang
kepemimpinan perempuan sangat urgen untuk diteliti yang bertujuan untuk
memberikan kontribusi terhadap khazanah pemikiran Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari deskripsi di atas, penelitian ini akan terfokus pada.
1. Bagaimana metode dan penafsiran Nasaruddin Umar dan KH Husein
Muhammad dalam karyanya tentang memaknai ayat-ayat al-Qur’an,
khususnya mengenai kepemimpinan perempuan?
2. Bagaimana konsep Nasarudin Umar dan KH Husein Muhammad tentang
kepemimpinan perempuan ?
3. Apa kontribusi pemikiran mereka dan relevansinya dengan konteks
perempuan di Indonesia sekarang?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini di antaranya adalah:
1. Untuk mengetahui metode dan penafsiran Nasarudin Umar dan KH
Husein Muhammad dengan analisis mereka.
2. Untuk mengetahui inti atau konsep pemahaman dari sudut pandang
Nasarudin Umar dan KH Husein Muhammad,
3. Untuk mengetahui apa kontribusi serta relevansi pemikiran penafsiran
mereka pada konteks perkembangan perempuan Indonesia saat sekarang.
23 Husein Muhammad, Fiqih Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama danGender (Yogyakarta: LKiS, 2001), hlm. xi.
12
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Bersifat ilmiah
a. Penelitian ini merupakan langkah awal penulis dalam usaha mengkaji
al-Qur’an secara tematik, dan upaya mengembangkan kajian terhadap
al-Qur’an.
b. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada
para pemerhati studi tafsir untuk mengkaji ayat-ayat al-Qur’an
berperspektif gender, sebab tafsir feminis banyak disoroti oleh para
cendikiawan khususnya para feminis tentang kebenarannya yang
banyak dijadikan legitimasi untuk mendiskreditkan kaum perempuan.
c. Memberikan alternatif pemahaman tentang tafsir berperspektif
feminis agar tidak terjadi pemaksaan kehendak atau penindasan atas
nama agama serta terwujud keadilan bagi perempuan.
d. Memberikan sumbangan pemikiran bagi bangsa Indonesia dalam
menghadapi masalah-masalah yang berkaitan dengan feminisme di
Indonesia dan memberikan sudut pandang baru dalam memahami
kedudukan dan peran perempuan dalam kehidupan yang sesuai dengan
latar belakang sosio-kultural Indonesia.
2. Bersifat akademik
a. Untuk mengetahui aplikasi praktis metodologis penafsiran feminis
Nasarudin Umar dan KH Husein Muhammad dalam konteks studi
penafsiran ayat-ayat al-Qur’an khususnya mengenai kepemimpinan
perempuan .
13
b. Untuk memenuhi salah satu syarat akademis guna memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu dari Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
D. Tinjauan Pustaka
Untuk dapat memecahkan persoalan dan mencapai tujuan
sebagaimana diungkapkan di atas, maka perlu dilakukan tinjauan pustaka
guna mendapat kerangka berfikir yang dapat mewarnai kerangka kerja serta
memperoleh hasil sebagaimana yang diungkapkan. Dalam kajian ini terdapat
beberapa buku dan tulisan yang terkait tentang perempuan. Kajian yang
membahas tema-tema perempuan sebenarnya sudah banyak dilakukan. Di
Indonesia sendiri buku-buku yang berkaitan dengan persoalan perempuan
sudah tidak asing lagi. Khusus karya yang mengkaji kepemimpinan
perempuan perspektif Nasarudin Umar dan KH Husein Muhammad,
sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti secara spesifik. Beberapa
tulisan yang berkaitan dengan masalah kepemimpinan perempuan antara lain
sebagai beikut.
M. Qurasih Shihab menulis dalam karyanya yang berjudul
“Perempuan” tepatnya pada pembahasan kepemimpinan perempuan
menyatakan bahwa dalam pengertian “kepemimpinan” tercakup pemenuhan
kebutuhan, perhatian, pemeliharaan, pembelaan, dan pembinaan. Oleh karena
itu, kepemimpinan perempuan tidak hanya terbatas dalam upaya
mempengaruhi lelaki agar mengakui hak-haknya yang sah, tetapi juga harus
14
mencakup sesama jenisnya agar dapat bangkit kerjasama meraih dan
memelihara harkat dan martabatnya, dan kepemimpinan perempuan tidak
hanya terbatas dalam rumah tangga, tetapi juga dalam masyarakat (publik).24
Dalam buku Hamim Ilyas “Perempuan Tertindas kajian Hadis-Hadsi
Misoginis” dijelaskan bahwasanya kepemimpinan perempuan khususnya
politik secara tekstual. Mereka berpendapat bahwa berdasarkan petunjuk
hadis tersebut pengangkatan perempuan menjadi kepala negara, hakim
pengadilan, dan berbagai jabatan politis lainnya dilarang. Selanjutnya mereka
menyatakan bahwa perempuan menurut petunjuk syara’ hanya diberi
tanggung jawab untuk menjaga harta suaminya. Oleh karenanya, al-Khattabi
misalnya, mengatakan bahwa seorang perempuan tidak sah menjadi khalifah.
Demikian pula as-Syauka>ni dalam menafsirkan hadis tersebut berkata bahwa
perempuan itu tidak termasuk ahli dalam hal kepemimpinan, sehingga tidak
boleh menjadi kepala negara.25
Syafiq Hasyim dalam buku editannya “Kepemimpinan Perempuan
dalam Islam” juga mengupas tentang keabsahan perempuan menjadi
pemimpin baik secara teologis, politis maupun kesejarahannya. Di sini
dikemukakan beberapa artikel yang menyoroti tentang kepemimpinan
perempuan baik lewat tinjauan al-Qur’an, hadis, fiqih maupun tasawuf.26
24 M.Quraish Shihab, Perempuan (Jakarta: Lentera Hati, 2007), hlm. 341.
25 Hamim Ilyas (dkk.), Perempuan Tertindas Kajian Hadis-Hadis Misoginis(Yogyakarta: elSAQ Press, 2003), hlm. 279.
26 Syafiq Hasyim, Kepemimpinan Perempuan dalam Islam (Jakarta: TAF Indonesia,tth), hlm. 23-32.
15
Penelitian Skripsi tentang isu-isu perempuan juga banyak ditemukan,
di antaranya: dalam skripsinya Hendro Sucipto, yang berjudul
“Kepemimpinan dalam Keluarga; Studi Komparasi Yunahar Ilyas dan Husein
Muhammad”, dia berpandangan bahwa mereka menafsirkan ayat tentang
kepemimpinan dalam keluarga disandarkan pada surat an-Nisa>’ ayat 34,
awalnya mereka mempunyai pandangan yang sama dalam hal kelayakan
perempuan menjadi pemimpin, akan tetapi ada penekanan selanjutnya, bahwa
Yunahar melihat harus ada salah satu yang menjadi pemimpin agar tidak
menjadi kebuntuan dalam keluarga, karena kepemimpinan keluarga bersifat
normatif bukan kontekstual. Sementara Husein melihat kepemimpinan dapat
dipegang suami atau istri, karena keduanya mempunyai hak yang sama dalam
memimpin keluarga.27
Kemudian dalam skripsi Abdul Wahid, yang berjudul “Pemimpin
Perempuan Menurut Pandangan Fatima Mernisi” mengatakan memahami
pemimpin perempuan semestinya dikembalikan kepada prinsip etis agama
yang berkesetaraan dan berkeadilan, karena sejauh pengamatannya persoslan
memimpin semat-mata tidak dilihat dari unsur jenis kelamin, namun
tergantung pada kesiapan, kemampuan serta bakat yang dimilikinya,
sehingga mampu menjalankan tugas dengan baik.28
27 Hendro Sucipto, “Kepemimpinan dalam Keluarga; Studi Komparasi Yunahar Ilyasdan Husein Muhammad”, Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009,hlm. 102.
28 Abdul Wahid, “Pemimpin Perempuan Menurut Pandangan Fatima Mernisi”, SkripsiFakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarata, 2008, hlm. 76.
16
Penelitian tesis tentang pemikiran feminis juga dibahas, oleh Inayah
Rohmaniyah dengan judul “Otonomi Perempuan dalam Islam; Studi
Metodologi Pemikiran Asghar Ali Angineer”. Tesis ini mendiskripsikan
konsepsi Asghar tentang keberadaan perempuan, mencakup eksistensinya
sebagai individu maupun makhluk sosial, serta bagaimana sebenarnya al-
Qur’an memberikan penghargaan yang tinggi kepada perempuan, serta
menempatkan laki-laki dan perempuan pada posisi yang egaliter dan memiliki
hak yang sama, individualitas dan independensi yang sama.29
Kemudian Farichatul Maftuchah dalam jurnal studi gender dan anak
Yin Yang PSG STAIN Purwokerto, “Reposisi Perempuan dalam
Kepemimpinan” menyatakan keterbukaan ruang bagi perempuan untuk
mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya telah memberikan kesempatan
melahirkan kemampuan-kemampuan perempuan dalam segala sektor
kehidupan yang sebelumnya hanya diklaim milik kaum laki-laki. Realitas
mengenai perempuan yang mampu memerankan fungsi kepemimpinan dalam
berbagai sektor menunjukkan adanya potensi yang sama antara perempuan
dan laki-laki.30
E. Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan ialah deskriptif
analitis. Dari situ, langkah awal yang ditempuh adalah mengumpulkan data-
29 Inayah Rohmaniyah, “Otonomi Perempuan dalam Islam; Studi MetodologiPemikiran Asghar Ali Angineer”, Tesis Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2001, hlm. 155.
30 Farichatul Maftuchah, “Reposisi Perempuan dalam Kepemimpinan”, Jurnal StudiGender dan Anak Yin Yang, hlm. 6.
17
data yang dibutuhkan, baru kemudian dilakukan klasifikasi, deskripsi dan
analisis. Alat penelitian ini digunakan jenis penelitian, sumber data, metode
pengumpulan data, dan metode analisis data, sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka (library research)
yaitu penelitian yang fokus penelitiannya menggunakan data,31 dan meneliti
buku-buku kepustakaan dan karya-karya dalam bentuk lain.
2. Sumber Data
Sasaran atau objek utama penelitian ini adalah penafsiran terhadap
teks-teks yang terkait dengan kepemimpinan perempuan menurut Nasarudin
Umar dan KH Husein Muhammad dan data-data yang sesuai dengan tema
dari berbagai sumber yang berkaitan dengan pokok pembahasan yang penulis
angkat, baik itu bersifat primer yakni karya Nasarudin Umar dengan bukunya
Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an dan KH Husein
Muhammad dengan bukunya Fiqih Perempuan; Refleksi Kiai atas Wacana
Agama dan Gender dan karya-karya tulisannya di berbagai media serta
penulis akan melakukan wawancara, baik secara langsung, maupun via
internet, dan telepon sebagai data pelengkap. Sedangkan data sekundernya
diambil dari data tertulis yang berupa buku-buku, jurnal maupun artikel yang
berkaitan dengan kepemimpinan perempuan. Misalnya tulisan Husein
Muhammad dalam buku Islam Agama Ramah Perempuan; Pembelaan Kiai
31 Kartini, Pengantar Metodologi Riset (Bandung: Mandar Maju, 1996), hlm. 33.
18
Pesantren, dan Nasarudin Umar dalam bukunya Paradigma Baru Teologi
Wanita.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Metode Dokumenter
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen berupa buku-buku, artikel dan makalah yang ditulis
oleh KH Husein Muhammad, dan Nasarudin Umar. Penelitian ini lebih
menekankan terhadap buku Fiqh Perempuan dan Argumen Kesetaraan Jender
Perspektif Al-Qur’an dan karya-karya Nasarudin Umar dan KH Husein
Muhammad yang tersebar di berbagai media.
b. Metode Wawancara
Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan mewawancarai
Nasarudin Umar dan KH Husein Muhammad, baik secara langsung maupun
melalui media seperti via telepon dan internet. Namun, data-data ini hanya
bersifat pendukung dan penguat saja, bukan sebagai sumber utama dalam
penelitian.
4. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini akan menggunakan pendekatan historis-
sosiologis, dengan tujuan untuk menelusuri biografi serta sejarah
pertumbuhan dan perkembangan pola pemikiran dan interpretasi Nasarudin
Umar dan KH Husein Muhammad serta konteks sosial-budaya yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan itu.
19
5. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan beberapa meode,
yaitu:
a. Metode deskriptif-analisis. Metode deskriptif adalah digunakan dalam
rangka memberikan gambaran data yang ada serta memberikan interpretasi
terhadapnya,32 serta melakukan analisa interpretatif.33 Sedangkan metode
analisis digunakan untuk melakukan pemeriksaan (analisis) secara
konsepsional atas makna yang terkandung dalam istilah-istilah yang
digunakan dan pernyataan-pernyataan yang dibuat.
b. Kemudian dengan metode komparasi, dimaksudkan untuk
membandingkan metode, dan konsep penafsiran kedua tokoh tentang
kepemimpinan perempuan. Dari perbandingan inilah ditemukan adanya
persamaan dan perbedaan penafsiran di antara keduanya.
6. Langkah-langkah Penelitian
a. Meneliti ayat-ayat tentang kepemimpinan yang ditafsirkan oleh
Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad.
b. Meneliti penafsiran Nasaruddin Umar dan KH. Husein Muhammad
disertai inti-inti pokok pikirannya.
c. Melacak sumber-sumber panafsiran Nasaruddin Umar dan KH. Husein
Muhammad.
32 Anton Baker dan Ahmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat (Yogyakarta:Kanisius, 1990), hlm. 27.
33 Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1982), hal.139.
20
d. Terakhir setelah data terkumpul kemudian diolah agar menjadi ringkas
dan sistematis. Dimulai dari menulis data-data yang berkaitan dengan
tema pembahasan, mengedit, mengklarisifikasi, mereduksi dan
menyajikan berupaya merekonstruksi dan menyimpulkan.34
F. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan arah dan tersusunnya pembahasan dalam
penulisan ini, maka penulis membaginya menjadi. Pembahasan diawali
dengan Bab I yang menjelaskan signifikansi dari penelitian ini. Bagian Bab I
menjelaskan tentang latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan
dan kegunaan penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan yang
terakhir adalah sistematika pembahasan.
Selanjutnya sebagai pengantar sebelum memasuki wilayah inti, pada
Bab II penuyusun akan mencoba untuk mendiskripsikan biografi Nasarudin
Umar dan KH Husein Muhammad, meliputi sketsa kehidupan, biografi
intelektual serta karya-karyanya. Untuk memberikan gambaran yang jelas
tentang kepemimpinan perempuan, maka pada bab ini penyusun juga akan
menyertakan konsep kesetaraan gender dalam al-Qur’an menurut Nasarudin
Umar dan KH Husein Muhammad.
Pembahasan selanjutnya dalam penulisan ini adalah pada Bab III,
berupa penelitian terhadap metode dan penafsiran Nasarudin Umar dan KH
Husein Muhammad terhadap kepemimpinan perempuan dalam karya mereka.
34 Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasim, 1996),hlm. 29.
21
Di sini akan dipaparkan bagaimana pandangan Nasarudin Umar dan KH
Husein Muhammad dan metode penafsiran terhadap ayat kepemimpinan
perempuan, serta pandangan Nasarudin Umar dan KH Husein Muhammad
terhadap perempuan sebagai pemimpin. Dengan tujuan supaya dapat
diketahui model pemikiran dan penafsiran Husein Muhammad mengenai
tema kepemimpinan perempuan
Pembahasan yang sentral dan analisis akan dilakukan pada Bab IV,
yakni ulasan dan menyingkap tentang kekhasan pemikiran-penafsiran
keduanya terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang kepemimpinan,
khususnya perempuan, yakni dengan menganalisis beberapa aspek dalam
pemikiran keduanya yang meliputi pokok-pokok pemikiran, dan relevansi
penafsiran Nasarudin Umar dan KH Husein Muhammad dengan konteks
perempuan Indonesia sekarang. Setelah pembahasan utama, penulis akan
mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai penutup di Bab V, yang dapat
diambil dari pembahasan yang telah dilakukan serta beberapa saran guna
melengkapi pembahasan di atas yang sangat terbatas.
131
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan beberapa poin utama
sebagai berikut:
1. Dalam semangat Al-Qur'an, kepemimpinan tidak ada jenis kelamin yang
diistimewakan. Namun the cultural factors sangat dominan dalam
mendefinisikan dan menafsirkan al-Qur'an. setiap kata dalam al-Qur’an
tidak hanya mempunyai makna literal. Didapati ketika pengungkapan laki-
laki dan perempuan dari segi biologis maka al-Qur’an menggunakan al-
zakar dan al-untsa. Sementara dari segi beban sosial seringkali
menggunaka istilah al-rajul/al-rijal dan al-mar’ah/al-nisa >’. Jadi perlu
pendekatan semantik di dalam memahami shigat mudzakkar dan shigat
muannats dalam al-Qur'an. Perlu juga pendekatan hermeneutik dan
terutama metode maudhu'i di dalam memahami ayat-ayat gender. Jadi
perbedaan-perbedaan laki-laki da perempuan tidaklah menjadi
justification Untuk menskreditkan perempuan dan menutup mata akan
kepemimpinan perempuan. Kepemimpinan perempuan di publik dan
domestik dapat berkaca pada kisah masa lalu. Khadijah adalah kepada
rumah tangga ketika Nabi di Mekah. Ratu Balqis mendapatkan bintang
penghargaan sebagai "Laha> 'arsyun 'adhim" (tidak menggunakan "lahu”)
132
ini menandakan bahwa kepemimpinan perempuan dapat diterima selagi
dapat mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran.
2. Sedangkan Husein dalam penafsirannya terhadap kepemimpian
perempuan tergambar dalam Q.S. al Nisa >’, 34, ayat ini tidak menguraikan
atau merujuk pada norma universal tetapi mendukung norma kontekstual,
dan menunjukkan sesuatu yang partikular. Ayat ini harus dipahami sebagi
bersifat sosiologis dan kontekstual. Posisi yang ditempatkan sebagi
subordinat laki-laki sesungguhnya muncul dan lahir dari sebuah bangunan
masyarakat atau peradaban yang dikuasai laki-laki, yang secara popular
dikenal sebagai peradaban patriaki. Kehebatan atau potensi intelektual dan
profesi adalah dua hal yang menjadi syarat bagi sebuah kepemimpinan
dalam berbegai wilayahnya, domesik maupun publik. Dengan syarat
seperti ini, terbuka kesempatan yang luas bagi perempuan untuk
menduduki posisi-posisi kepemimpinan domestik dan publik.
3. Jadi Nasaruddin Umar dan KH Husein Muhammad mencoba pembacaan
teks keagamaan ke arah yang lebih berkeadilan gender. Dengan paradigma
tersebut, maka warna distorsi posisi perempuan dalam Islam terlebih
dalam isu kepemimpiann perempuan dapat terkuak sebagai akibat dari
begitu dominannya tafsir maskulin yang menjalar dalam penafsiran teks
keagamaan. Husein mencoba model pembacaan kontekstual dengan basis
utama visi universal Islam, melalui bingkai “Fiqih emansipatoris“ yang ia
bangun, dan hal tersebut mesti dibangun atas dasar paradigma dan
pondasi demokrasi sebab pilar kesetaraan dan penghargaan terhadap
133
sesama manusia terdapat di dalamnya, dan dapat diarahkan kepada
penciptaan struktur sosial yang adil, berkeadaban, dan
berprikemanusiaan. Sedangkan Nasaruddin Umar disini Nasaruddin Umar
ingin mencipakan kesadaran gender yang lebih makro dan holistik
sekaligus, bahkan ia juga membawa elemen-elemen dalam dunia
mikrokosmos, makrokosmos, dan Tuhan. Dengan demikian kontibusi
yang tampak ialah pembacaan yang demikian akan menunjukkan kepada
masyarakat umumnya bahwa penafsiran terhadap teks agama sebenarnya
tidak akan diskriminatif apabila berorientasi pada pemahaman, bukan
pada framework penguasaan. Sehingga adagium yang menjadi jargon para
mufassir kontemporer adalah bahwa al-Qur’an merupakan sebuah kitab
suci yang salih li kulli zama>n wa al-maka>n, dapat tetap komunikatif bagi
setiap insan dan waktu.
B. Saran- Saran
Dengan mempertimbangkan hasil kajian terhadap Penafsiran
Nasaruddin Umar dan KH Husein Muhammad yang telah dilakukan,
penyusun memberikan saran sebagai berikut:
1. Apa yang tercover dalam skripsi ini hanyalah sedikit dari pemikiran
Nasaruddin Umar dan Husein Muhammad. Karya ini bermaksud sebagai
salah satu usaha memperoleh sekelumit dari pemikirannya. Sebagai
seorang penafsir, pemikir, sekaligus praktisi dalam bidang tafsir al-Qur’an
dan pemberdayaan perempuan pemikiran Umar dan Husein tidak akan
134
pernah habis dibahas. Oleh karenanya, diharapkannya muncul kehadiran
karya-karya lain.
2. Karya ini merupakan usaha maksimal dari penyusun. Tetapi sebagai
manusia tentunya mempunyai kekurangan dan karya ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk perbaikan karya penyusun berikutnya, kritik, saran,
pikiran dan masukan dari pembaca sangat dinantikan. Akhirnya karena
dorongan rasa hormat, dan cinta, kepada perempuan dapat terselesaikan,
meski dengan susah payah dan kesungguhan. Semoga karya kecil ini
dapat bermamfaat. Amin. wallahu a’lam bi al-s}awa>b.
135
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hasjim. Presiden Perempuan Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta:Kutub, 2004.
Ali, Maulana Muhammad. Qur’an Suci Terjemah dan Tafsir. Jakarta: DarulKutubul Islamiyah, 2006.
Asfar, Haleh. “Islam and Feminism: An Analysis of Political Strategies” dalamMai Yamani, Feminism and Islam: Legal and Literary Perspectives. USA:New York University Perss, 1996.
Amin, Qasim. Sejarah Penindasan Perempuan; Menggugat “Islam Laki-laki”,Menggugat “Perempuan Baru”. Yogyakarta: IRCiSoD. 2003.
Baidan, Nasaruddin. Metodologi Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: PustakaPelajar. 2000.
Al-Bukha>ri, Abi Abdilla>h Isma>il bin Ibra>him bin al-Mughira>h bin Bardizbah.Sha>hih al-Bukha>ri. Jilid IV. Beirut: Da>r al-Fikr. 1981.
As-Shabuni, Muhammad Ali. Ikhtisar Ulumul Qura’n Praktis. terj. M QodirunNur. Jakarta: Pustaka Amani. 2001.
Chirzin, Muhammad. Al-Qur’an dan Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Dana BaktiPrima Yasa. 2003.
Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV. Toha Putra.1989.
Enginner, Asghar Ali. Hak-hak Perempuan Dalam Islam. Terj. Farid Wajidi danCici Farkha Assegaf. Bandung: LSPPA dan CUSO Indonesia. 1994.
Fakih, Mansour. Analisa Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: PustakaPelajar. 1996.
Al-Farmawi, Abdul Hayy. Metode Tafsi>r Maud}u>’I; Suatu Pengantar. terj. SuryanA. Jamrah. Jakarta: Raja Grapindo Persada. 1994.
136
Fatimah. “Prinsip-Prinsip Kesetaraan Gender dalam Al-Qur’an dan ImplikasinyaTerhadap Kepemimpinan Keluarga (Studi Buku Nasaruddin Umar;Argumen kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an)”. Skripsi FakultasSyariah UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. 2002.
Ghafur, Waryono Abdul dan Muh. Isnato. Gender dan Islam; Teks dan Konteks.Yogyakarta: PSW IAIN Sunan Kalijaga. 2002.
Al-Ghazali, Muhammad. al-Sunnah al-Nabawiyah baina ahl al-Fiqh wa ahl al-Hadis. Beirut: Da>r al-Shuru>q. 1989.
Hasyim, Syafiq. Kepemimpinan Perempuan dalam Islam. Jakarta: TAFIndonesia. tth.
Hardjono S, Am. Mangun. Kepemimpinan. Yogyakarta: Kanisius. 1976.
Hendri, Yuldi. “Wali Nikah Dalam Pandangan KH Husein Muhammad; AnalisisKritis Terhadap Pemahaman KH Husein Muhammad Dalam Konsep WaliNikah”. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.2009.
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama; Sebuah Kajian Hermeneutika.Jakarta: Paramadina. 1996.
Ilyas, Hamim, dkk. Perempuan Tertindas Kajian Hadis-Hadis Misoginis.Yogyakarta: elSAQ Press. 2003.
Ilyas, Yunahar. Feminisme dalam Kajian Tafsir Klasik dan Kontemporer.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1997.
----------. Kesetaraan Gender dalam al-Qur’an; Studi Pemikiran Para Mufassir.Yogyakarta: Labda Press. 2006.
Inayatillah, dan Eka Srimulyani. Perempuan Dalam Masyarakat Aceh. BandaAceh: LOGICA, ARTI, Puslit IAIN Ar-Raniry.
Ismail, Nurjannah. Perempuan Dalam Pasungan; Bias Laki-laki DalamPenafsiran. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. 2003.
137
Iqbal, Muhammad. The Recontruction of Religious Thought in Islam. Lahore:Shakh Muhammad Ashraf. 1962.
Jawad, Haifa A. Otentitas Hak-Hak Perempuan; Perspektif Islam atas KesetaraanJender. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru. 2002.
Kartini. Pengantar Metodologi Riset. Bandung: Mandar Maju. 1996.
Kholid Zulfa, “Belenggu Kepemimpinan Perempuan Dalam Ranah Politik” dalamMusawa, Vol. 3, No. 1. Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga dan TheRoyal Danish Embassy Jakarta. 2004.
Maftuchah, Farichatul. “Reposisi Perempuan dalam Kepemimpinan” dalam PSGSTAIN Purwokerto, Vol. 3, No. 2, Jul-Des 2008.
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi. Beirut: Da>r al-Fikr.
Muhadjir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasim.1996.
Muhammad, Husein. Fiqih Perempuan: Refleksi Kiai atas Wacana Agama danGender. Yogyakarta: LKiS. 2001.
--------. Kaedah Kontekstual ‘Suatu Cara Untuk Mewujudkan Keadilan’(Text AndContext The Social Construction Of Syari’ah), makalah pada padaPersidangan Internasional bertema “Trends in Family Law Reform inMuslim Countries” Kuala Lumpur. 18-20 Maret 2006.
--------. Islam Agama ramah Perempuan; Pembelaan Kiai atas Pesantren.Yogyakarta: LKiS. 2004.
Muhsin, Amina Wadud. Wanita didalam Al-Qur’an, terj. Yazia Radianti.Bandung: Pustaka. 1994.
Mulia, Siti Musdah dan Anik Farida. Perempuan dan Politik. Jakarta: GramediaPustaka Utama. 2005.
Munawir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawir. Surabaya: Pustaka Progresif.1997.
138
Mustaqim, Abdul. Paradigma Tafsir Feminis Membaca al-Qur’an dengan OptikPerempuan; Studi Pemikiran Rifaat Hasan tentang Isu Gender dalamIslam. Logung Pustaka: Yogyakarta. 2008.
--------. Pergeseran Epistemologi Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008.
--------.Aliran-Aliran Tafsir; dari Periode Klasik Hingga Kontemporer.Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2005.
Nuryani, Muhammad, “Kata-kata yang Mengandung Arti Kepemimpinan dalamal-Qur’an”. Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga,Yogyakarta. 2002.
Al-Qathan, Mana’. Mabahits fi Ulum al-Qu’an, Mabahis fi ‘Ulumi Al-Qur’an. Al-Hidayah : Surabaya. 1973 M/1393 H.
Al-Qurasyi, Imam Hafidh Imanuddin Abu al-Fida Ismail ibn Katsir. Tafsir Al-Qur’an ‘A >zhim. Cairo: Makta>ba>h Taufiq. tt.
Al-Qurtubi, Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad al-Ansari. Tafsir al-Qurthubial-Ja>mi’ Li Ahka>m Al-Qur’an. Kairo: Da>r al-Katib al-‘Arabiyah. 1967.
Al-Qur’a>n Al-Ka>rim
Rahardjo, M. Dawam. Ensiklopedi al-Qur’an; Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep Kunci. Jakarta: Paramadina. 2002.
Rahman, Fazlur. Tema Pokok al-Qur’an. terj. Anas Mahyuddin. Bandung:Pustaka. 1983.
Rahman, Sinta Nuriyah A, dkk. Islam dan Konstruksi Seksualitas. Yogyakarta:PSW IAIN Yogyakarta, The Ford Foundation dan Pustaka Pelajar. 2002.
Al-Ra>zi, Fakhr al-Di>n. al-Tafsi>r al-Kabi>r. Kairo: Maktabah al-Nahdan al-Misriyyah. 1938.
Rohmaniyah, Inayah. “Otonomi Perempuan dalam Islam; Studi MetodologiPemikiran Asghar Ali Angineer”. Tesis Pascasarjana UGM. Yogyakarta.2001.
139
Ricoeur, Paul. Hermeneutika Ilmu Sosial. terj. Muhammad Syukri. Yogyakarta:Kreasi Wacana. 2006.
Saenong, Ilham B. Hermeneutika Pembebasan; Metodologi Tafsir al-Qur’anMenurut Hasan Hanafi. Jakarta: Teraju. 2002.
Salim, Yenny dan Peter Salim. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta:Modern English Press. 1991
Setiawan, M. Nur Kholis. Al-Qur’an Kitab Sastra Terbesar. Yogyakarta: eLSAQPress. 2006.
-------. Akar-akar Pemikiran Progresif dalam Kajian al-Qur’an. Yogyakarta:eLSAQ Press. 2008.
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudu’i Atas BerbagaiPersoalan Umat. Bandung: Mizan. 1996.
--------. Perempuan. Jakarta; Lentera Hati. 2007.
--------. Membumikan al-Qur’an. Bandung: Mizan. 1992.
--------. (ed.). Ensiklopedi al-Qur’an; Kajian Kosakata. Jakarta: Lentera Hati,Pusat Studi al-Qur’an dan Paguyuban Yayasan Ikhlas. 2007.
Subhan, Zaitunah. Kodrat Perempuan; Takdir atau Mitos. Yogyakarta : PustakaPesantren. 2004.
Sucipto, Hendro. “Kepemimpinan dalam Keluarga; Studi Komparasi YunaharIlyas dan Husein Muhammad”.Skripsi Fakultas Ushuluddin UIN SunanKalijaga. Yogyakarta. 2009.
Sudjiman, Panuti dan Aart van Zoets. Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: GramediaPustaka Utama. 1996.
Surachmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. 1982.
Suryadilaga, M. Alfatih,dkk. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: TERAS. 2005.
140
Syahrur, Muhammad. al-Kita>b wa al-Qur’a>n: Qiraah Mu’ashirah. Damaskus:Ahali li al-Nasr wa at Tauzi’. 1992.
Tucker, Judith E (ed.). Arab Women. Bloomington & Indianapolis: IndianaUniversity Press. 1993.
Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an. Jakarta:Paramadina. 1999.
--------. Kodrat Perempuan dalam al-Qur’an. Jakarta: PT Fikahati Aneska. 2000.
--------. Paradigma Baru Teologi Wanita. Malaysia: SISTRES IN ISLAM. 2004.
--------. “Kodrat Perempuan dalam Perspektif al-Qur’an”, dalam K.H.A. WahidZaini, Memposisikan Kodrat: Perempuan dan Perubahan dalamPerspektif Islam. Bandung: Mizan. 1999.
--------. ”Ratu Balqis Simbol Kepemimpinan Perempuan dalam al Qur’an” dalamhttp://www.egroups.com/group/melb-disc http://www.egroups.com,diakses tanggal 17/02/2010.
Wahid, Abdul. “Pemimpin Perempuan Menurut Pandangan Fatima Mernisi”.Skripsi Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarata. 2008.
www. Jurnalperempuan.com.
www.nasaruddinumar.com.
www.Wahyunishifaturrahmah’s.blog.com.
Yanggo, Huzaemah Tahido. “Pandangan Islam tentang Gender” dalam MansourFakih (dkk.), Membincang Feminisme Diskursus Gender Perspektif Islam.Surabaya: Risalah Gusti. 1996.
Al-Zahabi, Muhammad Husain. al-Tafsir wa al-Mufassiru >n. Mesir: Da>r al-Kutubal-Hadis. 1961.
141
Zulfa, Kholid. “Belenggu Kepemimpinan Perempuan Dalam Ranah Politik”dalam Musawa, Vol. 3, No. 1. Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga danThe Royal Danish Embassy Jakarta, 2004
Zubair, Anton Baker dan Ahmad Charis. Metode Penelitian Filsafat. Yogyakarta:Kanisius. 1990.
Al-Zuhaili, Wahabah. al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh. Da>r al-Fikr: Beirut. 2004.
Lampiran
Aspek Perbedaan dan Persamaan
A. Perbedaan
1. Konstruksi Pemikiran
Aspek Perbedaan Nasaruddin Umar Husein MuhammadLatar BelakangPendidikan
Seorang yang tumbuhdengan latar pendidikanyang formal dan agamis.
Seorang yang tumbuhdengan latar pendidikanpesantren dan ilmuagama yang sangatkental.
Motivasi Keilmuan Terilhami oleh adikperempuan satu-satunya,dan ibunya, yang ia lihatposisinya lemahdibandingkan saudaralaki-laki lainnya, danIbunya yang ikut sertamencari nafkah.
Melihat ketimpanganantar teks-teks agama(khususnya bidang fiqih)dan realitas yangberkembang.
Bidang Keilmuan Lebih mengkhususkanpada bidang tafsir dan
- Profesor dalam bidangtafsir al-Qur’an danpengajar di berbagaiUniversitas
Lebih kepada hukumIslam (corak fiqih) yangdi ramu denganseperangkat ilmu ushulfiqih dan tafsir.
- Seorang Kiai Pesantrendan aktifis perempuan diLSM yang didirikannya.
2. Pokok Pemikiran
a. Konseptual
Aspek Perbedaan Nasaruddin Umar Husein MuhammadPandangan Ontologi Bahwa proses
transformasi sosial bisaberangkat dari konsep al-Qur’an yang bersifatholistik. Dan terciptanyanuansa adil, berkeadabandan berkeprimanusiaan.
- Narasi surat an-Nisa > ; 34bersifat sosiologis. Danpersoalan partikularseperti ini selalu beradadalam ruang danwaktunya sendiri
- Fiqih tetap sejalandengan zaman, danmenjadikan tujuansyari’ah (maqa>sid
syari’ah) sebagai basisutama takwa danberkeadilan.
Syarat Kepemimpinan Selama dapat menyuruhmengerjakanyang ma'ruf dan mencegahdari yang munkar, tanpamelihat perbedaan jeniskelamin
- Integritas intelektual,moral dan kemampuanprofesi
- Dapat mewujudkankondisi berkeadilan, sertamewujudkan prinsip-prinsip agama dan hak-hak asasi manusia dalamrelasi kehidupan laki-lakidan perempuan
Aspektabilitasperempuan sebagaipemimpin
- Biologis ; Identitas gendertidak mesti atau tidaksemata-mata ditentukanoleh atribut biologis
- Intelektual/kemampuan; laki-laki dan perempuanmempunyai potensi danpeluang untuk menjadihamba yang ideal dalambidang spiritual maupunurusan karir profesional.
- Biologis ; Secaraeksistesnisal sama,diciptakan secara sama,dalam arti memilikipotensi yang relatif,adanya kemampuan untukmelakukannya, perbedaanhanya pada hal-hal yangdiciptakan secaraberbeda, hanya biologis,kodrati.
- Intelektual/kemampuan; Perempuan dan laki-lakimemiliki seperangkatpotensi ; spiritual,intelektual, dan moral.
Implikasi Penafsiran Terciptanya sebuahkehidupan manusia yangbermoral yang menghargainilai-nilai kemanusiaanunivesal (kemaslahatan,keadilan, kerahmatan dankebijaksanaan)
Penafsiran yang bercorakFiqih “emansipatoris”dapat diarahkan kepadapenciptaan struktur(bangunan) sosial yangadil, berkeadaban danberkeprimanusiaan.
b. MetodologiAspek Perbedaan Nasaruddin Umar Husein Muhammad
Asumsi Dasar Identitas gender tidaksemata-mata ditentukanoleh atribut biologis,melainkan melahirkanbeban gender warisankultural yangberkembang.
Fiqih tetap sejalandengan zaman, danmenjadikan tujuansyari’ah (maqa>sidsyari’ah) sebagai basisutama takwa danberkeadilan.
Objek Kajian Dengan membedakanberbagai identitas genderdalam al-Qur’an, sepertikata ar-rijal, az-zakr, an-nisa>’, al-mar’ah, dll, sertabias gender dalampemahaman teks, sepertipembakuan huruf,kosakata, qiraa’t, dll.
fiqih kontemporer(munakahat, muamalahsiyasah), sepertikepemimpinanperempuan, khitanperempuan, Hak kawinmuda, dll.
Corak Metodologi Analisis denganpendekatan yangkomprehensif, yangmembahas wacanagender di masa lalu dankontemporer denganseperangkat metodeHermenutika, Filologis,Lingustik,dll.
Secara metodologi dancorak penafsiran lebihmenitik beratkanmasalah fiqih, normatif-ideologis,hermeneutika-kontekstual.
B. PersamaanAspek Persamaan Nasaruddin Umar Husein Muhammad
Bentuk tafsir Bi al-ra’yi Bi al-ra’yiPenyampaian bahasa Persuasif dikalangan
masyarakat, khususnyaakademik.
Persuasif diberbagaikalangan masyarakat
Metode Metode tafsir maudhu>’i Metode tafsir maudhu>’iKesimpulan Penafsiran Laki-laki dan perempuan
setara, dan berhakmenjadi pemimpin dalamberbagai sektor, dengansyarat dan ketentuan yangmengiringinya.
Laki-laki dan perempuansetara, dan berhakmenjadi pemimpin dalamberbagai sektor, dengansyarat dan ketentuan yangmengiringinya.
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Zulfikri
Tempat tanggal Lahir : Bantul, 27 November 1988
NIM : 06530006
Alamat Domisili : Jln. Laksda Adisucipto R.146 RT/RW 01/01,
Ambarukmo, Depok, Sleman, Yogyakarta
Alamat Asli : Jl. Pramuka No. 01, Pauh, Lubuk Sikaping, Kab.
Pasaman, Sumatera Barat.
Nama Ayah : Drs. H. Zulkarnaini, M.Pd.
Nama Ibu : Misnah
Pekerjaan Orang Tua : PNS
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. Pendidikan Formal
a. SDN 05 Pauh Lubuk Sikaping, Sumbar (1994-2000)
b. MTsN Lubuk Sikaping, Sumbar (2000-2003)
c. MAKN Koto Baru-Padang Panjang, Sumbar (2003-2006)
d. UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta (2006-2010)
2. Pendidikan Non Formal
a. Madinah International University (MEDIU) di Yogyakarta, 2008.
b. Ma’had Imam Syafi’i, Yogyakarta, 2006-sekarang.
Yogyakarta, 6 Mei 2010
Zulfikri