KONEKTIVITAS DAN INFRASTRUKTURMENUJU PEMBANGUNAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
Bambang Susantono, Ph.D.Wakil Menteri Perhubungan
Republik Indonesia
Disampaikan Pada Jakarta Food Security Summit (JFSS) 2012
Jakarta, 7 Februari 2012
2
KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI PADA PEREKONOMIAN INDONESIA
Sumber : BPS, Renja Kemenhub 2011, diolah
Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2012** 2013** 2014**
Produk Domestik Bruto Nasional 1,750,815 1,847,127 1,964,327 2,082,456 2,177,741 2,310,689 2,449,330 2,606,087 2,780,695 2,975,344
PDB Transportasi 66,450 70,970 72,800 78,220 82,430 89,230 97,260 106,600 117,310 129,630
Share Transportasi Terhadap PDB Nasional 3.80% 3.84% 3.71% 3.76% 3.79% 3.86% 3.97% 4.09% 4.22% 4.36%
Pertumbuhan PDB Transportasi 6.32% 6.80% 2.58% 7.45% 5.38% 8.25% 9.00% 9.60% 10.05% 10.50%
► Kontribusi sektor transportasi dalam
pembentukan PDB Nasional pada
kurun waktu 2005-2011 cenderung
meningkat, dengan kisaran 3,71%-
3,97%. Diperkirakan kontribusi
sektor transportasi ini akan terus
meningkat, hingga mencapai 4,36%
di tahun 2014.
► Pada tahun 2011 sektor transportasi
diperkirakan bertumbuh sebesar 9%.
Untuk mencapai target pertumbuhan
ekonomi yang dicanangkan
pemerintah tahun 2012, diharapkan
sektor transportasi tumbuh lebih
tinggi lagi, yaitu sebesar 9,60%.
Lebih lanjut diharapkan
pertumbuhan sektor transportasi ini
akan terus meningkat, hingga
mencapai 10,50% di tahun 2014.
6,32%6,80%
2,58%
7,45%
5,38%
8,25%9,00%
9,60%10,05%
10,50%
0,00%
2,00%
4,00%
6,00%
8,00%
10,00%
12,00%
2005 2006 2007 2008 2009 2010* 2011* 2012* 2013* 2014*
Pertumbuhan PDB Transportasi Share Transportasi Terhadap PDB Nasional
2
3
MP3EI DAN PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
► Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi (MP3EI) terdiri atas tiga
strategi utama meliputi (1) pembangunan koridor ekonomi Indonesia, (2) penguatan
konektivitas nasional dan (3) percepatan pengetahuan dan teknologi yang handal
► Sebagai salah satu pilar MP3EI, penguatan konektivitas adalah merupakan salah satu
faktor penentu suksesnya pelaksanaan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi
Indonesia.
Sumber: MP3EI, 2011 3
4
PENTINGNYA KONEKTIVITAS DALAM PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI
► Infrastruktur transportasi yang memadai diperlukan dalam menghubungkan daerah
penghasil pertanian, perkebunan, perikanan, dengan tempat pengolahan atau pusat
konsumsi.
Economic / Financial Center
Port
Economic / Financial Center
Port
Main Connectivity
Supporting Connectivity
Plantation Area
Plantation Area
IndustrialArea
MiningArea
Power Plant
Industrial Area
Industrial Area
4
5
SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS)
► SISTRANAS merupakan suatu sistem pelayanan jasa transportasi yang saling berinteraksi secara efektif
dan efisien yang terdiri dari transportasi jalan, kereta api, sungai dan danau, penyeberangan, laut, udara
serta transportasi pipa.
► SISTRANAS berfungsi sebagai unsur penunjang yang menyediakan jasa transportasi untuk memenuhi
kebutuhan sektor lain, mengerakan pembangunan, serta sebagai industri jasa. Selain itu, SISTRANAS
juga berfungsi sebagai unsur pendorong untuk menghubungkan daerah terisolasi maupun berkembang
guna menumbuhkan perekonomian.
► SISTRANAS merupakan acuan dari dokumen-dokumen perencanaan transportasi yang ada di masing-
masing sub sektor. Rencana-rencana transportasi tersebut juga mengakomodasi kebutuhan dari Sistem
Logistik Nasional (Sislognas) dan disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN).
Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional
Rencana Jaringan
Jalan Nasional
UU Tata Ruang
Rencana Induk Jaringan LLAJ Nasional
Rencana Induk KA Nasional
Rencana Induk Pelabuhan Nasional
Rencana Induk Bandar Udara
Nasional
UU 22/2009Ttg. LLAJ
UU 23/2007Ttg. KA
UU 17/2008Ttg. Pelayaran
UU 1/2009Ttg. Penerbangan
Tatanan Kepelabuhanan
Nasional
Tatanan Kebandarudaraan
Nasional
SISTRANAS SISLOGNAS
Angkutan Multimoda
(PP. 8 Tahun 2011)
Cetak Biru Logistik Nasional
5
7
TRANSPORTASI LAUT SEBAGAI TULANG PUNGGUNG KONEKTIVITAS NASIONAL
► Sebagai negara maritim dan sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia
memiliki kepentingan untuk membangun transportasi laut yang handal.
► MP3EI mengedepankan upaya memaksimalkan transportasi laut agar Indonesia dapat
meraih keuntungan dari modalitas maritim untuk mengakselerasi pertumbuhan di
berbagai kawasan di Indonesia (khususnya Kawasan Timur Indonesia) dan membangun
daya saing maritim.
Tg. Priok Makassar
Bitung
ALKI-I
ALKI-II ALKI-III ALKI-IIIB
ALKI-IIIC
SLoC MALACA
7
8
JARINGAN TRAYEK DAN ARMADA KAPAL PENUMPANG PT. PELNI
► Untuk melayani transportasi antar pulau dengan jarak yang jauh, transportasi laut
merupakan sarana transportasi yang cukup strategis
► Trayek PT Pelni, yang menyinggahi 94 pelabuhan, adalah armada yang paling dominan
dalam sistem angkutan laut bagi pelayanan di wilayah Jawa dan Kawasan Timur Indonesia. 8
9
POLA SISTEM ANGKUTAN PENUMPANG LAUT DALAM NEGERI TERJADWAL (PELNI)
► Untuk pola angkutan laut PELNI, frekuensi pelayaran lebih dari 4 pelayaran/bulan masih
didominasi oleh rute yang menghubungkan Tanjung Perak Surabaya dengan wilayah
lainnya.
► Sedangkan untuk Pelabuhan Makasar, didominasi oleh pelayaran dengan frekuensi 2 – 3
pelayaran/bulan.
Nangroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau Kepulauan Riau
Bengkulu Sumatera Selatan
Lampung
BantenDKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I YogyakartaJawa Timur Bali
Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi UtaraGorontalo
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Maluku Utara
Maluku
Irian Jaya
Barat
Irian Jaya
Tengah
Irian Jaya
Timur
Jambi
Sorong
Ternate
Banda
Ambon
KendariPare-Pare
Makassar
Pantoloan
Toli-Toli
Gorontalo
Bitung
Nunukan
Tarakan
Samarinda
Balikpapan
Batu LicinBanjarmasin
KumaiSampit
Ketapang
Letung
Pontianak
Kalabahi
Maumere
Ende
WaingapuTenau/Kupang
Badas
Bima
LembarBenoa
Surabaya
Semarang
Tg. Priok
Belinyu
Tg. Pandan
Tambelan
Padang
KijangTg. Balai
Karimun
BatamDumai
GN. Sitoli
Sibolga
Belawan
Malahayati
Manokwari
Merauke
Biak
Jayapura
Midai
Ranai
Serasan
Tarempa
Kwandang
Bawean
Labuhan Bajo Larantuka
Sabu
BanggaiKolonedale
Luwuk
Bau-Bau
Raha
Wanci
Tahuna
Lirung
Amahai
Dobo
Saumlaki
Namlea
TualAgats
Fak-Fak
Kaimana
Nabire
Serui
Timika
Frekuensi 2 - 3 kali per bulan
Frekuensi 1 - 2 kali per bulan
Frekuensi kurang dari 1 kali perbulan
Frekuensi 3 - 4 kali per bulan
Frekuensi lebih dari 4 kali per bulanPETA LAYANAN ANGKUTAN PNP LAUT
DALAM NEGERI PT. PELNI 2003
Sumber :
OD SILANG PT. PELNI TAHUN 2003, DIOLAH
Batas Provinsi
LEGENDA :
Batas Teritorial
Batas ZEE
Pelabuhan
Nangroe Aceh Darussalam
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau Kepulauan Riau
Bengkulu Sumatera Selatan
Lampung
BantenDKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I YogyakartaJawa Timur Bali
Nusa Tenggara BaratNusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan
Selatan
Kalimantan Timur
Sulawesi UtaraGorontalo
Sulawesi
Tengah
Sulawesi
Selatan
Sulawesi
Tenggara
Maluku Utara
Maluku
Irian Jaya
Barat
Irian Jaya
Tengah
Irian Jaya
Timur
Jambi
Sorong
Ternate
Banda
Ambon
KendariPare-Pare
Makassar
Pantoloan
Toli-Toli
Gorontalo
Bitung
Nunukan
Tarakan
Samarinda
Balikpapan
Batu LicinBanjarmasin
KumaiSampit
Ketapang
Letung
Pontianak
Kalabahi
Maumere
Ende
WaingapuTenau/Kupang
Badas
Bima
LembarBenoa
Surabaya
Semarang
Tg. Priok
Belinyu
Tg. Pandan
Tambelan
Padang
KijangTg. Balai
Karimun
BatamDumai
GN. Sitoli
Sibolga
Belawan
Malahayati
Manokwari
Merauke
Biak
Jayapura
Midai
Ranai
Serasan
Tarempa
Kwandang
Bawean
Labuhan Bajo Larantuka
Sabu
BanggaiKolonedale
Luwuk
Bau-Bau
Raha
Wanci
Tahuna
Lirung
Amahai
Dobo
Saumlaki
Namlea
TualAgats
Fak-Fak
Kaimana
Nabire
Serui
Timika
Frekuensi 2 - 3 kali per bulan
Frekuensi 1 - 2 kali per bulan
Frekuensi kurang dari 1 kali perbulan
Frekuensi 3 - 4 kali per bulan
Frekuensi lebih dari 4 kali per bulanPETA LAYANAN ANGKUTAN PNP LAUT
DALAM NEGERI PT. PELNI 2003
Sumber :
OD SILANG PT. PELNI TAHUN 2003, DIOLAH
Batas Provinsi
LEGENDA :
Batas Teritorial
Batas ZEE
Pelabuhan
9
10
JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT PERINTIS
► Untuk melengkapi pelayanan angkutan laut komersial, Pemerintah juga menyelenggarakan
angkutan laut perintis, dengan tujuan membuka daerah yang terisolir atau
terpencil, menghubungkan daerah yang moda transportasinya belum dapat beroperasi secara
komersial, mendorong pengembangan daerah, dan mempercepat pengurangan kesenjangan
pembangunan di daerah-daerah tersebut melalui peningkatan aksesibilitas wilayah-wilayah
tersebut. 10
11
RENDAHNYA FREKUENSI KAPAL PERINTIS
► Masalah utama pengoperasian kapal perintis pada jaringan trayek di Kawasan Timur
Indonesia adalah frekuensinya yang masih sangat kurang, di mana 1 round voyage masih
di atas 14 hari.
► Untuk itu konektivitas akan ditingkatkan dengan cara memecah trayek agar frekuensi
trayek kapal perintis dapat ditingkatkan dari >14 hari menjadi tidak lebih dari 14 hari per
voyage.
2119
14
19 19 20 2022 22
13
1921
19
22 22 22
14
19 19 20
14
22
17
13
18 1817
14
21
13
20 20
14 14
0
5
10
15
20
25
Rata-rata Round Voyage Kapal Perintis per Kabupaten
Di Kawasan Timur Indonesia
Kabupaten
Ro
un
d V
oya
ge
11
12
CONTOH UPAYA PENINGKATAN FREKUENSIPELAYANAN KAPAL PERINTIS
► KR-58 semula : Merauke -325- Bade -220- Agats -115- Pomako -194- Dobo -116- Tual -140- Kaimana -
182- Fak Fak -60- Kokas - 67- Babo -40- Bintuni -245- Sorong PP (25 hari dilayani 1 kapal)
► Menjadi R-58 A : Merauke -325- Bade -220- Agats -115- Pomako -194- Dobo -116- Tual PP (12 hari
dilayani 1 kapal)
► Dan R-58 B : Sorong -245- Bintuni -40- Babo -67- Kokas -60- Fak Fak -182- Kaimana - 140- Tual PP (13
hari dilayani 1 kapal) 12
13
KONSEP TRANSPORTASI ANTAR MODA DI PAPUA DAN PAPUA BARAT YANG SEDANG DIKEMBANGKAN
► Peningkatan aksesibilitas ke kabupaten-kabupaten di wilayah pegunungan tengah melalui
pengembangan transportasi antar moda yang merupakan perpaduan dari angkutan
laut/sungai dan angkutan jalan.
► Peningkatan layanan transportasi laut perintis menjadi salah satu layanan utama yang akan
dikembangkan dalam rangka pengembangan sistem transportasi antar moda tersebut. 13
14
PEMBANGUNAN KAPAL PERINTIS
► Saat ini pada trayek pangkalan Merauke dan Sorong masih menggunakan kapal kargo
yang diberikan dispensasi untuk mengangkut penumpang.
► Guna meningkatkan pelayanan angkutan laut pada masyarakat Papua & Papua
Barat, pemerintah sedang membangun 4 kapal 200 DWT, 2 kapal 1200 GT, dan 2 kapal
2000 GT.
► Pembangunan kapal disesuaikan dengan kondisi geografi wilayah tersebut, yaitu berupa
pengembangan kapal dengan desain “2-in-1” (penumpang dan kargo) dan “3-in-1”
(penumpang, kargo, dan ternak). 14
15
LINTAS PENYEBERANGAN NASIONAL
► Untuk memfasilitasi konektivitas antar pulau, sistem penyeberangan memegang peranan
strategis, khususnya untuk angkutan jarak pendek.
► Saat ini konektivitas Kawasan Timur dan Kawasan Barat Indonesia dipolakan dengan
pembangunan sabuk penyeberangan utara, tengah dan selatan.
► Hingga tahun 2011, terdapat 40 lintas penyeberangan komersil dan 114 lintas penyeberangan
yang disubsidi.
Sabuk
Utara
Sabuk Selatan
Sabuk Tengah
15
16
FREKUENSI LAYANAN LINTAS PENYEBERANGAN
► Untuk Kawasan Timur Indonesia, masih didominasi oleh lintas penyeberangan perintis dengan
frekuensi penyeberangan kurang dari 6 trip/minggu
► Selain itu pada kawasan kepulauan Maluku dan Maluku Utara, masih terdapat pulau-pulau yang
belum terhubung dengan lintas penyeberangan 16
17
KONSEP PENGEMBANGAN TRANS MALUKU
► Trans Maluku merupakan suatu sistem jaringan transportasi darat dan penyeberangan secara
terpadu yang memungkin terhubungnya antar gugus pulau melalui pusat kota dari gugus pulau
tersebut.
► Kombinasi jaringan jalan dan penyeberangan dirancang untuk memperpendek jangkauan
jarak, waktu tempuh dan peningkatan kapasitas angkut menjadi lebih besar. Sebagai
konektor, jaringan baru Trans-Maluku akan memfungsikan armada kapal sebagai penghubung
(“jembatan bergerak”) 17
18
TAHAP AWAL PENGEMBANGAN TRANS MALUKU
► Pembangunan Trans Maluku akan melewati ruas jalan sepanjang 1.015,70 km, dan 40 dermaga
yang akan dilayani oleh 24 kapal penyeberangan.
► Kombinasi moda penyeberangan yang didukung oleh moda darat akan menjadi tulang
punggung pelayanan transportasi di wilayah kepulauan terbesar di Indonesia ini.
► Dalam jangka menengah, Trans Maluku akan dikembangkan untuk menghubungkan Kepulauan
Maluku Utara, Maluku, Nusa Tenggara dan wilayah di sekitarnya
Sumber: Pemda Maluku
18
20
PENGEMBANGAN PELABUHAN PADA KORIDOR EKONOMI
► Direncanakan di tahun 2012 akan dilakukan pengembangan beberapa pelabuhan utama
yang mendukung Koridor Ekonomi seperti perluasan Pelabuhan Dumai, Pelabuhan
Belawan, dan Pelabuhan Teluk Bayur di Sumatera, pengembangan Terminal Kalibaru -
Tanjung Priok dan Pelabuhan Tanjung Perak di Jawa, pembangunan Pelabuhan Balikpapan
dan Pelabuhan Banjarmasin di Kalimantan.20
21
UPAYA PEMERINTAH DALAM MENURUNKAN BIAYA DI PELABUHAN
KEPUTUSAN DIRJEN PERHUBUNGAN LAUT NO : UM.002/38/18/DJPL-11
TENTANG STANDAR KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PELABUHAN
Mengatur standar kinerja pelayanan digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja pelayanan pengoperasian di pelabuhan, kelancaran dan ketertiban pelayanan serta sebagai dasar pertimbangan untuk perhitungan tarif jasa pelabuhan
IndikatorKinerja
PelayananOperasional
WaktuPelayanan
Pemanduan(Approach Time/AT) Waktu
Efektif(Effective Time/ET)
Berth Time/BT
Receiving/Delivery petikema
s
Tingkat Penggunaan
Dermaga(Berth
Occupancy Ratio/BOR)
Tingkat Penggunaan Gudang
(Shed Occupancy Ratio/SOR)
Tingkat Penggunaan Lapangan
(Yard Occupancy Ratio/YOR)
KesiapanOperasiPeralata
n
WaktuTungguKapal
(Waiting Time/WT)
21
24
CONTAINERIZATION BAG CARGO
Sumber: Pelindo II
► Kantong kecil dimasukan ke dalam petikemas (containerization dari bag cargo)
24
► Kantong kecil diganti menjadi jumbo bag, dimasukan ke dalam petikemas
27
► Rata-rata Dwell Time di Pelabuhan Tanjung Priok adalah 6,04 hari
► Rata-rata Dwell Time naik dari 4,9 hari menjadi 6 hari (23%) kurang dari 1 tahun
CONTOH KASUS PELABUHAN TANJUNG PRIOK: MASIH TINGGINYA DWELLING TIME
Sumber: Wold Bank27
30
REKOMENDASI AWAL DARI STUDI WORLD BANK UNTUK MENGURANGI DWELL TIME TG. PRIOK
Sumber: Wold Bank 30
31
PENERAPAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW)
► Salah satu program yang didorong untuk mewujudkan peningkatan daya saing pelabuhan
adalah penerapan sistem Indonesia National Single Window (INSW).
► Empat pelabuhan utama dan satu bandara di Indonesia yang akan menerapkan INSW, adalah
Pelabuhan Tanjung Priok, Belawan, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas, serta Bandara
Soekarno-Hatta. Ke depan, akan dilakukan perluasan penerapan INSW pada Pelabuhan
Merak, Bandara Halim PK dan Juanda, serta Dry Port Cikarang.
31
32
PENERAPAN INAPORTNET
Operator Pelabuhan Operator Pelabuhan/TKBM/SyahbandarOperator
Pelabuhan
Sumber: Pelindo II, diolah 32
34
RENCANA PEMBANGUNAN AKSES KERETA API MENUJU PELABUHAN
REGIONAL JAWA
Pengembangan Jaringan dan Layanan Kereta Api Menuju
Pelabuhan :
No Program Periode
1 Tanjung Priok (DKI Jakarta) 2011-2013
2 Cirebon (Jawa Barat) 2011-2016
3 Tanjung Perak (Jawa Timur) 2011-2014
4 Tanjung Emas (Jawa Tengah) 2012-2015
5 Bojanegara (Banten) 2016-2018
34
35
RENCANA PEMBANGUNAN AKSES KERETA API MENUJU PELABUHAN
REGIONAL SUMATERA
IndustriCPO
Karet, Industri CPO
IndustriCPO, Batubar
a
No
.Program Periode
1 Lhokseumawe (NAD) 2018-2020
2 Belawan (Sumatera Utara) 2011-2012
3Tanjung Api-api (Sumatera
Selatan)2018-2023
4 Dumai (Riau) 2019-2023
5 Teluk Bayur (Sumatera Barat) 2021-2025
6 Panjang (Lampung) 2018-2023
Pengembangan Jaringan dan Layanan
Kereta Api Menuju Pelabuhan :
35
37
JARINGAN TRANSPORTASI LAUT NASIONAL
► Untuk melayani transportasi antar pulau dengan jarak jauh, khususnya bagi angkutan
logistik, transportasi laut merupakan sarana transportasi yang sangat strategis.
► Tercatat hingga saat ini pelayanan angkutan dalam negeri dilayani oleh angkutan dalam negeri
nasional, termasuk dalam hal ini PT Pelni. Trayek PT Pelni, yang menyinggahi 94
pelabuhan, adalah yang paling dominan dalam sistem angkutan laut bagi pelayanan di wilayah
Jawa dan Kawasan Timur Indonesia.
► Untuk melengkapi pelayanan angkutan laut komersial, Pemerintah juga menyelenggarakan
angkutan laut perintis, dengan tujuan membuka daerah yang terisolir atau
terpencil, menghubungkan daerah yang moda transportasinya belum dapat beroperasi secara
komersial, mendorong pengembangan daerah, dan mempercepat pengurangan kesenjangan
pembangunan di daerah-daerah tersebut melalui peningkatan aksesibilitas wilayah-wilayah
tersebut.
NTB
KENDARI
PONTIANAK
BITUNG
TEMBILAHAN
SORONG
JAYAPURA
TARAKAN
BONTANG
SAMARINDA
GORONTALO
TAYIN
TOLI TOLI
SANGKULIRANG
TANJUNG SELOR
SENGATA
BENGALON
BALIKPAPAN
DUMAI
MALAHAYATI
PALEMBANG
BIMA
BITUNG
TEMBILAHAN
TG. WANGI
Biringkasi
JAYAPURA
TARAKAN
BONTANG
SAMARINDA
KOTA BARU
GORONTALO
TAYIN
TOLI TOLI
SANGKULIRANG
TANJUNG SELOR
SENGATA
BENGALON
BALIKPAPAN
DUMAI
MALAHAYATI
PALEMBANG
DARWIN
BAGANSIAPIAPI
PEKANBARU
LEMBAR
BITUNG
TEMBILAHAN
Parepare
JAYAPURA
TARAKAN
BONTANG
SAMARINDA
GORONTALO
MUNTOK
PALU
TOLI TOLI
SANGKULIRANG
TANJUNG SELOR
SENGATA
BENGALON
BALIKPAPAN
DUMAI
MALAHAYATI
PALEMBANG
DARWIN
BAGANSIAPIAPI
PEKANBARU
KUPANG
TUAL
MAKASSAR
BITUNG
LAMPUNG
Tg. Pandan/Belitung
BATAM
TEMBILAHAN
JAYAPURA
Fa
kfa
kTARAKAN
BONTANG
GORONTALO
Poso
TOLI TOLI
SANGKULIRANG
TANJUNG SELOR
SENGATA
BENGALON
BALIKPAPAN
BELAWAN
LHOKSEUMAWE
DUMAI
MALAHAYATI
PALEMBANG
DARWIN
BAGANSIAPIAPI
SIAK
MERAUKE
PANJANG
MALAYSIA
SIBOLGA
NUNUKAN
TG. PINANG
KUMAII
KETAPANG
Ende
BAWEAN
P. Simeulue
P. Banyak
Lahewa
Afulu
Solanakak Sirombu
Sehe Tl.Dalam
Tapak Tuan
P. TelloBoluta
SaeruSigologolo
Singapokna Sinaki
Sikabaluan SrilaguiM.Saibi Siberut
Saumanuk
Sioban
Berilau
BENGKULU
Letung
Tarempa
Midai
SINTETE
Serasan
SedanauRanai
Tambelan
P. Kerayan
Marabatuan
Maradapan
Masalembo
PULANG PISAUPegatan
Bahaur Maliku
Makalehi
LipangKawalusoMatutuang
Kawio
Marore
MiangasKaratung
KakorotanGemeEssang
RainisBeo Melonguane
LirungMangarang
Pehe
Biaro
Kolonedale
Ampana
Popolii
PAGIMANA
Bonerate
Jampea
Kayuadi
Selayar
Batu atas
Papalia
(P.Binongko)
Usuku(P.Tomia)Burunga (P.Kaledupa)
Banabungi
RahaMaligan
Sikeli
Boepinang
KolakaLarearea/
Sinjai
Watunoho
NaikliuWini
Attapupu
Maritaim
Wo
nre
li/
Kis
ar
Ndao
Sabu
Raijua
Mpokot
AMBONLeksula
Namrole Ulim
a/
P.A
mb
ala
u
Am
ah
ai
To
he
ru
Kobisonta/
Kobisadar
Bula
We
rina
ma
Ba
nd
a
Fafanlap
Waigama/
Misol
Ge
se
r
Go
rom
/
On
do
r
P.KesuiP. TiorKaimer
P.KurP. Toyando
Ela
t
SAUMLAKI
Tutu Kembong
Larat
P. Molu
Seira
Batu Goyang
Kalar kalar
Benjina
Dobo
Upisera
Ilwa
ki Le
tiM
oa
Lakor
Le
lan
g/
Ma
ha
lea
t
Te
pa
Ma
se
laK
roin
g
Ad
au
t
Am
ah
ai
Se
rua
Nila
Te
on
Be
ba
r/
Wu
lur
Ge
la
Sanana
Indari BesuiMafaWedaKayoa
Gita
MotiTifure
Mayau
Dama TobeloDaruba
Berebere
LolasitaWayamliBuli
PenitiBicoli
Wasilei
Gemia
Pomako
Wanam
Kimaam
Nabire
WarenBabo
Bintuni
MANOKWARI
SausaporBIAK
SeruiTeba
Sarmi
D. Rombebai
Trimuris
Kasonaweja
Koweda
Kaipuri
Poom
Sa
rib
i
We
rur
Are
fi
Meosmengkara
Teminabuan
KoridoJenggerbun
Miosbipondi
P. Mafia
Wapoga
Asiki
Gententiri
Ampera
Tanah merah
Bu
la
R - 1
Ket : Pelabuhan Pangkal Perintis
R - 5 R - 8
R - 10
R – 13
R - 14 R - 15 R - 24
R – 25
R - 28
R – 33
R - 35
Tl. Bayur
J
AYAPURA
R - 3
R - 4 R - 7
R - 6 R - 9
R - 12
R - 11
R - 16
R – 17
R - 18R - 19
R - 20
R – 21
R - 22
R - 23 R - 26
R - 27
R – 29
R - 30
R - 31R - 32
R - 34
R - 36
R – 37
R - 38
R - 39
R - 40
R – 41
R - 42
R - 43
R - 44
R – 45
R - 46
R - 47
SORONG
BIAKTERNATESAUMLAKI
TUAL
AMBONKUPANG
KENDARI
Makassar
Pagimana
Tahuna
BITUNG
Surabaya
P. Pisau
Kotabararu
Sintete
Tg.Pinang
Bengkulu
R - 2
MANOKWARI
R - 48R - 49R - 50R - 51R - 52R - 53R - 54R - 55R - 56R - 57R - 58
Ket : Trayek PT. Pelni