Download - Komplikasi Pada Saat Ekstraksi Gigi
Shinta Nareswari 0618011034
Pembimbing : drg. Welly Jozal
Pendahuluan Pencabutan gigi suatu prosedur bedah yang dapat
dilakukan dengan tang, elevator, atau pendekatan transalveolar. Pencabutan gigi suatu proses pengeluaran gigi dari
alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi bersifat irreversible dan terkadang
menimbulkan komplikasi.
Pencabutan gigi yang ideal : Mengeluarkan gigi atau sisa akar gigi dari soket secara utuh tanpa menimbulkan rasa sakit. Trauma harus sekecil / seminimal mungkin pada jaringan sekitarnya. Luka bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat komplikasi / masalah prostetik di masa mendatang.
Indikasi Exodontia
Gigi dengan supernumerary, Gigi persistensi, Gigi yang menyebabkan fokal infeksi, Gigi yang tidak dapat diobati dengan perawatan endodontic Gigi dengan fraktur/patah pada akar karena trauma Gigi dengan sisa akar, Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar Untuk keperluan perawatan ortodontik ataupun prostodontik Gigi dengan impaksi. Keinginan pasien untuk dicabut giginya
Kontraindikasi Exodontia Faktor Lokal : Gigi dengan kondisi abses Adanya suspect keganasan bila dilakukan pencabutan Pasien dengan perawatan radioterapi
Kontraindikasi Exodontia Faktor sistemik : Penyakit kelainan jantung Diabetes mellitus Penyakit Ginjal Penyakit hepar Epilepsy Toxic goiter Hipertensi Trismus Kehamilan
Komplikasi pada saat ekstraksi gigi Perdarahan Trauma alat Cedera saraf
Perforasi Sinus Maksilaris / Oroantral Fistula Pergeseran Mandibula Komplikasi pada sendi temporomandibula (sendi yang
menggerakkan rahang) Fraktur
Perdarahan Etiologi perdarahan : faktor lokal & sistemik Pencegahan perdarahan sangat perlu untuk dikuasai
oleh seorang dokter gigi. Pasien harus dianamnesis terlebih dahulu apakah
pada pencabutan sebelumnya pernah terjadi prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi riwayat penyakit.
Perdarahan Pencegahan kemungkinan terjadinya komplikasi
perdarahan juga dapat dilakukan dengan menghindari pembuluh darah. Pengetahuan mengenai anatomi merupakan jaminan
terbaik untuk menghadapi kejadian yang tidak diharapkan yaitu perdarahan pada arteri atau vena. Keadaan patologi kadang-kadang juga mengakibatkan
risiko perdarahan, misal : hemangioma dan malformasi arterovenous adalah yang paling berbahaya.
Perdarahan Bila terjadi perdarahan lakukan penekanan langsung
dengan tampon kapas atau kassa pada daerah perdarahan supaya terbentuk bekuan darah yang stabil. Jika perdarahan belum berhenti lakukan penekanan
atau pasien diminta menggigit tampon yang telah diberi anestetik lokal yang mengandung vasokonstriktor (adrenalin). Bila perlu, dapat ditambahkan pemberian bahan
absosrbable yang diletakkan di alveolus.
Trauma Alat Gusi robek karena attached gingival tidak dibuka
dahulu, atau alat mengenai mukosa gingiva. Lecet dapat dihindari dengan perhatian yang cermat
dari operator dan asistennya.
Cedera Saraf Saraf yang sering cedera selama pencabutan dan
pembedahan gigi adalah divisi ketiga dari n. trigeminus. Pada umumnya kerusakan saraf akan mengalami
perbaikan secara spontan.
Cedera Saraf Jejas pada saraf alveolaris inferior terjadi secara primer
karena hubungan anatominya dengan gigi molar tiga bawah. Kerusakan saraf lingualis lebih mengganggu pasien
karena akan menyebabkan sensasi rasa yang abnormal dan lebih sulit mengalami perbaikan. Kerusakan saraf dapat pula disebabkan oleh
hematoma dan fibrosis akibat penyuntikan anestesi lokal.
Perforasi Sinus Maksilaris / Oroantral Fistula Tindakan pencabutan gigi-gigi posterior rahang atas
terutama pada gigi molar dan premolar yang tidak hati-hati dan penggunaan elevator dengan tekanan yang berlebihan ke arah superior dalam upaya pengambilan fragmen atau ujung akar gigi molar dan premolar kedua atas melalui alveolus dapat menyebabkan terbentuknya lubang antara prosessus alveolaris dengan antrum.
Perforasi Sinus Maksilaris / Oroantral Fistula Oroantral fistula yang tidak segera ditangani, dapat
menyebabkan terjadinya infeksi. Perawatan yang tidak benar, menyebbakan infeksi dapat menyebar ke arah sinus melalui lubang oroantral sehingga dapat menyebabkan terjadinya sinusitis maksilaris. untuk penutupan oroantral fistula. Pemilihan metode dibuat berdasarkan cara yang telah dilakukan dalam setiap kasus tertentu, dengan mengobservasi prinsip dasar pembedahan yang diperlukan.
Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan
Pergeseran Mandibula Pergeseran mandibula biasanya hanya melibatkan gigi
molar, sedangkan kanalis mandibularis dan ruang submandibularis adalah bagian yang sering mengalami pergeseran ini. Ujung akar molar ketiga baik yang sudah erupsi atau
impaksi sering sangat dekat letaknya terhadap tulang kortikal dari bundle neuromuscular canalis alveolar inferior, seperti terbukti dari seringnya laserasi.
Komplikasi pada sendi temporomandibula Pencabutan gigi molar kadang akan mengakibatkan
disfungsi sendi temporomandibua terutama pada penderita yang sebelumnya telah mengalami gangguan sendi, tindakan yang lama dan tenaga yang berlebihan. Bila terjadi, maka kelainan sendi tersebut diterapi
secara konvensional seperti istirahat, terapi hangat, muscle relaxant.
Fraktur Fraktur bisa mengenai akar gigi, gigi tetangga, atau
gigi antagonis, prosesus alveolaris, dan kadang-kadang mandibula. Semua fraktur yang dapat dihindarkan mempunyai
etiologi yang sama, yaitu tekanan yang berlebihan atau tidak terkontrol atau keduanya. Cara terbaik untuk menghindari fraktur disamping
tekanan terkontrol adalah dengan menggunakan gambar sinar-X sebelum melakukan pembedahan.
Fraktur Pengenalan adanya fraktur biasanya secara klinik dan
mudah terlihat, kecuali untuk fraktur mandibula. Hal ini biasanya terjadi pada waktu dilakukan pencabutan dengan tang, atau pembedahan biasanya melibatkan gigi molar ketiga. Meskipun garis fraktur bisa dilihat pada film
periapikal, ketidakberadaannya bukan selalu berarti tidak terjadi fraktur. Jika masih ada keraguan bisa dilakukan panoramic, atau film ekstraoral yang lain.