Download - KimOr Esterifikasi Aspirin
ESTERIFIKASI ASPIRIN
Laporan Resmi
Praktikum Kimia Organik II
Oleh:
Istary Amysha Badilo NIM 652009002
Devy Kartika Ratnasari NIM 652009602
Program Studi Kimia
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2011
LAPORAN RESMI KIMIA ORGANIK II
Nama/NIM : 1. Istary Amysha Badilo/652009002
2. Devy Kartika Ratnasari/652009602
Tanggal Praktikum : 25 Februari 2011
JUDUL : ESTERIFIKASI ASPIRIN
TUJUAN
1. Membuat aspirin dari asam salisilat
2. Melakukan 2 jenis metode esterifikasi asam salisilat dengan 2 macam pereaksi yaitu dengan
asam asetat anhidrida dan dengan metanol
3. Melakukan uji fenolik pada aspirin yang diperoleh dengan membandingkan warnanya
dengan senyawa fenol dan asam salisilat yang menggunakan reagen FeCl3 dan air
4. Melakukan pembuatan metil salisilat dari asam salisilat dan memahami proses-proses
pembuatannya
5. Memisahkan kristal dari pelarut dengan menggunakan corong buchner
6. Menarik kesimpulan mengenai efisiensi metode dan tingkat keberhasilan esterifikasi aspirin
dari asam salisilat berdasarkan % yield yang diperoleh
DATA FISIK
Asam Salisilat [ C7H6O3 ]C= 60,87 % H= 4,38 % O= 34,75 %
Berat molekul (mw) :138,12Titik didih (Bp) :sekitar 211 CTitik cair (mp) :157 - 159 CDensitas ( d ) :1,44Sifat khas : Menyublim pada suhu 76 CSebagai reagent dalam penelitian kimiaDapat menyebabkan kulit menjadi kudis pada seseorang yang sensitive.Mempercepat pernapasan, Dapat menyebabkan mual/muntah.
Asetat Anhidrida(C4H6O3 )C= 47,06 % H = 5,92 % O = 47,02 %
Berat molekul (mw) : 102,09Titik didih (bp) : 139 0CTitik cair (mp) : -73 0CDensitas (d) : 1,080 Sifat khas :
Cairan yang sangat reaktif, larut dalam kloroform dan eter, sangat lambat larut dalam air. H3PO4
P = 31,61 % H = 3,09 % O = 65,31 %
Berat molekul (mw) : 98,00Titik didih (bp) : 265 0CTitik cair (mp) : 42,35 0CDensitas (d) : 1,870Sifat khas :
Cairan tak berwarna, tidak stabil, sangat korosif, dapat bercampur dengan air dan alkohol. Metil salisilat (C8H8O3 )
Berat molekul (mw) : 152,14Titik didih (bp) : 220-224 0CTitik cair (mp) : -8,6 0CDensitas (d) : 1,184 Sifat khas :
Cairan tak berwarna, seperti minyak, berbau khas, dapat larut dalam kloroform dan eter, dapat bercampur dengan alkohol, dan asam asetat glasial. Asetil salisilat/ Aspirin(C9H8O4)
C= 60.08 % H = 4,48 % O = 35,53 %
Berat molekul (mw) : 180,15solidif (mp) : 135 0CDensitas (d) : 1,35 Sifat khas :
Tidak dapat larut dengan anhidrat eter dan tidak berbau dapat larut dalam alkali hidroksida dan karbonat, stabil dalam udara kering. phenol ( C6H5OH/C6H6O )
C= 76,57 % H =6,43 % O = 17,00 %
Berat molekul (mw) : 94,11Titik didih (bp) : 182 0CTitik cair (mp) : 40,85 0CDensitas (d) : 1,071Sifat khas :
Cairan tak berwarna, bentuk kristal/hablur, beracun dan tajam /pedas sangat larut dalam alkohol, kloroform, eter, gliserol, karbon disulfida, mudah menguap, tidak larut dalam petroleum eter. FeCl3
Fe = 34,43 % Cl =65,67 %
Berat molekul (mw) : 162,22Titik didih (bp) : sekitar 316 0CDensitas (d) : 2,90Sifat khas : Hexagonal, cepat larut dalam air, alkohol, eter dan aseton, agak larut dalam CS2 dan memiliki warna perak.
METODE
1. Pembuatan Aspirin dari Asam Salisilat
Menimbang 0,5 gram asam salisilat dalam Erlenmeyer Menambahkan 1,3 ml asam asetat anhidrida dan 6 tetes H3PO4 pekat Memanaskan Erlenmeyer diatas waterbath selama + 10 menit Mendinginkan Erlenmeyer sampai suhu ruang setelah itu tambahkan 13 ml aquades Masukkan kedalam freezer + 10 menit ( tunggu sampai terbentuk kristal ) Menimbang Cawan Petri dan kertas saring menyaring kristal aspirin dengan corong buchner dan membilas dengan aquades dingin Kemudian dioven selama + 10 menit,lalu memasukkannya pada desikator menimbang hasil percobaan mencatat hasil pengamatan dan meng hitung %yield
2. Uji Fenolik
menyiapkan 3 buah tabung reaksi mengisi tabung reaksi dengan phenol, asam salisilat dan kristal aspirin pada masing-masing
tabung reaksi melarutkan masing-masing tabung yang berisi bahan yang diuji dengan aquades menambahkan 2 tetes FeCl3
Mengamati warna masing-masing tabung reaksi yang berisi bahan yang diuji dan membandingkan ketiga tabung tersebut
3. Esterifikasi
Mengambil metanol, lalu menambahkan Asam salisilat, setelah itu tambahkan lagi H2SO4
pekat Memanaskan campuran tersebut Mengamati bau yang terjadi dan produk yang dihasilkan mencatat hasil pengamatan
HASIL PENGAMATAN
1. Pembuatan Aspirin dari Asam Salisilat
Reaksi:
Asam salisilat + Asetat anhidrat asam asetil salisilat
Massa Asam Salisilat = 0,5 gram
Mol Asam Salisilat =0,5 gram
138,12gram /mol=0,00362mol=3,62.10−3mol
Volume Asetat anhidrat = 1,3 ml
Massa Asetat anhidrat = 1,3 ml . 1,080 gram/ml
= 1,404 gram
Mol Asetat anhidrat =1,404 gram
102,09gram /mol=0,01375mol
Mol Asam Asetil Salisilat = mol Asam Salisilat
= 3,62.10-3 mol
Massa Asam Asetil Salisilat = 3,62.10-3 mol . 180,15
= 0,6521 gram
Massa cawan petri + kertas saring = 38,9380 gram
Mass cawan petri + kertas saring + kristal = 39,3919 gram
Massa kristal = 0,4539 gram
% yield= massahasilmassateoritis
.100%=0,4539gram0,6521gram
.100%=69,6059%
2. Uji Fenolik
Asam salisilat + akuades + FeCl3 Larutan berwarna ungu
Fenol + akuades + FeCl3 Larutan berwarna ungu kebiruan
Kristal aspirin + akuades + FeCl3 Larutan berwarna ungu
3. Esterifikasi
Reaksi:
Asam salisilat + Metanol Metil salisilat + Air
Metil salisilat berbau balsam
PEMBAHASAN
Aspirin (asetil salisilat) dapat disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida
asetat. Asam salisilat terasetilasi dengan anhidrida asetat. Asetilasi adalah subsitusi gugus OH - pada
asalm salisilat dengan gugus asil (gugus alkil yang terikat pada ikatan rangkap C=O).
Penambahan asam berfungsi sebagai katalis yang meningkatkan daya oksidasi agen
pengoksidasi untuk memecah ikatan-ikatan karbon sehingga reaksi esterifikasi dapat berjalan dengan
cepat. Pemanasan juga dilakukan untuk mempercepat laju reaksi esterifikasi. Setelah dipanaskan,
campuran didinginkan, kemudian ditambah akuades agar terjadi kristalisasi. Selanjutnya, campuran
dimasukkan ke dalam freezer. Pendinginan dilakukan untuk mengkondisikan campuran mencapai
titik super jenuhnya sehingga terjadi kristalisasi atau pembentukan kristal.
Pemisahan filtrat dan kristal dilakukan dengan menggunakan corong buchner. Filtrat yang
didapat berupa air dan kristalnya merupakan aspirin. Selanjutnya, kristal aspirin dioven selama ± 10
menit untuk menguapkan akuades yang masin terkandung dalam kertas saring maupun kristal.
Setelah dioven kristal aspirin dimasukkan ke dalam desikator untuk mengurangi uap air yang
terkandung dalam kertas saring maupun kristal. Penimbangan massa kristal aspirin dilakukan setelah
kristal aspirin bersuhu sama dengan suhu ruang, tidak mengandung akuades ataupun uap air
sehingga penimbangan massa lebih teliti.
Dari hasil perhitungan, didapat %yield sebesar 69,6059%. Nilai yield, yang kurang dari 80%,
menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan kurang efisien, diduga terdapat kekurangtelitian
dalam melakukan metode percobaan. Kekurangtelitian diduga berupa pemanasan yang terlalu lama
dan suhunya terlalu tinggi sehingga terdapat campuran yang menguap; pada saat pemisahan filtrat
dan kristal dengan corong buchner, terdapat kristal yang jatuh ke corong buchner; masih terdapat
sisa kristal dalam erlenmeyer; atau kristal yang terbentuk kurang sempurna.
Pada uji fenolik, asam salisilat menghasilkan larutan berwarna ungu, fenol menghasilkan
larutan berwarna ungu kebiruan, dan kristal aspirin menghasilkan larutan berwarna ungu, sama
seperti larutan pada asam salisilat. Warna ungu yang dihasilkan pada kristal aspirin diduga karena
terdapat sisa asam salisilat yang belum bereaksi. Kualitas kristal aspirin juga ditunjukkan dengan
warna ungu yang dihasilkan. Semakin muda atau semakin bening warna ungu yang dihasilkan, kristal
aspirin akan semakin murni, tidak terdapat sisa asam salisilat yang belum bereaksi.
Esterifikasi kualitatif dilakukan dengan mereaksikan asam salisilat dan metanol dalam suasana
asam (H2SO4) dan suhu tinggi. Bau balsam yang dihasilkan merupakan indikator terbentuknya metil
salisilat yang merupakan produk esterifikasi antara asam salisilat dan metanol.
KESIMPULAN
Aspirin (asetil salisilat) dapat disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida
asetat. Dari hasil perhitungan, didapat %yield sebesar 69,6059%. Nilai yield, yang kurang dari 80%,
menunjukkan bahwa percobaan yang dilakukan kurang efisien, diduga terdapat kekurangtelitian
dalam melakukan metode percobaan.
Pada uji fenolik, asam salisilat menghasilkan larutan berwarna ungu, fenol menghasilkan
larutan berwarna ungu kebiruan, dan kristal aspirin menghasilkan larutan berwarna ungu, sama
seperti larutan pada asam salisilat. Warna ungu yang dihasilkan pada kristal aspirin diduga karena
terdapat sisa asam salisilat yang belum bereaksi.
Bau balsam yang dihasilkan merupakan indikator terbentuknya metil salisilat yang merupakan
produk esterifikasi antara asam salisilat dan metanol.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Beri penjelasan tentang LC50 dan LD 50!
2. Beri contoh dan penjelasan obat yang merupakan hasil esterifikasi di luar yang dipraktikumkan!
1. LD singkatan dari Lethal dosis. LD50 adalah jumlah material,diberikan sekaligus yang
menyebabkan kematian 50% (satu setengah) dari kelompok hewan yang diuji. LD50 merupakan
salahsatu cara untuk mengukur potensi keracunan jangka pendek ( toksisitas akut) dari suatu
material.dalam hampir semua kasus, pengujian LD50 dilakukan engan menggunakan bentuk murni
bahan kimia,dalam bentuk campuran masih jarang dipelajari.bahan kimia yang diberikan kepada
binatang biasanya diberikan melalui mulut (oral), dengan menerapkan pada kulit (dermal), dan
melalui suntikan pada situs-situs seperti pembuluh darah(iv-intravena). otot (im-
intramuskuler),atau ke dalam rongga perut (ip-intraperitoneal).
LC adalah singkatan dari Lethal Concentration.nilai LC biasanya mengacu pada konsentrasi
bahan kimia di udara tetapi pada studi lingkungan dapat juga berarti konsentrasi suatu bahan
kimia dalam air. pada percobaan inhalasi, LC50 merupakan konsentrasi bahan kimia di udara yang
dapat membunuh 50% dari hewan uji dalam waktu tertentu (biasanya 4 jam). Jika efek yang
mematikan dari pernapasan senyawa yang akan diuji, kimia (biasanya gas atau uap) pertama-tama
dicampur dalam konsentrasi pada ruang udara khusus dimana binatang yang kan diuji
ditempatkan.konsentrasi ini biasa dikutip sebagai bagian perjuta (ppm) atau miligram per meter
kubik (mg/m3).dalam percobaan ini konsentrasi yang membunuh 50% dari hewan tersebut dikenal
sebagai LC50 (Lethal Concentration 50) bukan LD50. Ketika sebuah nilai LC 50 dilaporkan, juga harus
dinyatakan jenis hewan uji yang dipelajari dan durasi pemaparan, misalnya, LC 50 (tikus) - 1000
ppm / 4 jam atau LC 50 (mouse) - 5mg / m 3 / 2hr.
2. a. Transformasi Tipe Senyawa Andrografolid dari Daun Sambiloto, serta Uji Aktivitas
terhadap Waktu Beku Darah
Telah dilakukan penelitian uji aktivitas antiagrgasi trombosit dari andrografolid yang
diisolasi dari daun sambiloto (Andrographis paniculata) serta produk transformasinya
(oksidasi dan esterifikasi). Isolasi komponen utama dengan gabungan cara maserasi,
perkolasi, dan sokietasi dengan pelarut metanol dan diianjutkan dengan teknik kromatografi
dan kristalisasi diperoleh suatu kristal putih dengan titik leleh 129,6- 131 C. Analisis dengan
FT-IR, 1H-NMR, 13C-NMR dan GC-MS menunjukkan bahwa kristal tersebut adalah senyawa
Andrografolid. Rendemen isolasi andrografolid bergantung cara mengisolasinya, hasil yang
diperoleh adalah sebanyak 0,56% (cara maserasi-perkolasi) dan 0,78% (soksletasi).
Transformasi dilakukan dengan cara mengoksidasi dengan pereaksi Jones - serta
esterifikasi langsung andrografolidnya. Esterifikasi tidak dilakukan terhadap produk
oksidasinya karena hasil transformasi pertama tersebut tidak cukup untuk ditransformasi
kembali serta untuk uji yang harus dilakukan. oksidasi andrografolid dengan cara Jones
menyebabkan gugus OH nya berubah menjadi keton untuk alkohol sekunder dan menjadi
asam karboksilat untuk alkohol primer. namun tidak memecahkan cincin laktonnya.
Studi kestabilan andrografolid sebagai komponen aktif bahan obat dilakukan terhadap
perubahan temperatur maupun kondisi pH. Hasil analisis menunjukkan bahwa harga
konstanta hidrolisis (k) meningkat dengan kenaikan temperatur dan pH > 9,0.
Uji toksdisitas menggunakan mencit dan Brine Shrimp (Artemia saliva) menunjukkan
bahwa andrografolid terrnasuk senyawa yang tidak toksik. Berdasarkan uji larva tersebut
diperoleh angka. LD50 sebesar 128,82 ppm (andrografolid), LD50 sebesar 165,96 ppm (hasil
oksidasi). Sedangkan untuk senyawa hasil esterifikasi LD50 yang diperoleh sebesar 19,50
ppm. Batas toksis uji toksisitas menggunakan larva Artiva saliva adalah sebesar 30 ppm
dengan demikian hanya senyawa hasil benzoilisasi yang dianggap toksis.
Uji aktivitas anti agregasi trombosit terhadap andrografolid dan senyawa hasil
transformasinya menunjukkan adanya aktivitas yang meningkat dengan bertambahnya kadar
yang ditambahkan, Uji secara in vivo menggunaka kelinci percobaan memberikan IC50 =
55,36 mg/kg bb. Sedangkan uji in vitro menggunakan serum darah manusia (PRP : Platelet
Rich Plasma) memberikan IC50 = 626,7 .tM (andrografolid); 4968,7 p.M (hasil oksidasi) dan
5180.9 M (hasil esterifikasi). Namun demikian hasil uji menunjukkan bahwa variasi hasil
cukup tinggi baik antar pengulangan maupun antar sukarelawan (asal sampel darah) pada
studi in-vitro. Demikian juga pengamatan studi in-vivo dengan kelinci, terutama karena
kebutuhan darah uji yang cukup banyak. Dengan uji ini ditunjukkan bahwa penambahan ADP
yang optimal adalah 10 p.M.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan masih banyak potensi lain dari
tanaman obat yang banyak terdapat di Indonesia tidak hanya digunakan sebagai jamu
tradisionil saja. Dengan cara mengisolasi komponen aktif dan jika perlu mentransfornnasinya
maka akan dapat diperoleh manfaat yang lebih baik sebagai sedian bahan obat alternatif
atau bahkan obat modern (Hudiyono, ?).
b. Reduksi, Esterifikasi Kalanon dan Uji Aktivitas Biologinya
Kalanon mempunyai potensi sebagai obat antitumor (antikanker) maka perlu dilakukan
pengembangan melalui proses hubungan aktivitas dan struktur molekul. Melalui proses
reduksi dan esterifikasi diharapkan akan mendapatkan senyawa analog yang lebih aktif.
Kalanon yang akan diesterifikasi ditimbang dalam labu reaksi, tambahkan aktivator
DCC (sedikit berlebih, 1,1 x), katalis DMAP (0,1 x) dan divakum. Kemudian tambahkan asam
karboksilat (oktanoat, isobutirat) dan pelarut CHCl3 melalui septum. Setelah reaksi dianggap
selesai disaring untuk menghilangkan hasil samping DCC, kemudian dimurnikan melalui
kromatografi kolom.
Esterifikasi kalanon dengan asam isobutirat berjalan dengan cukup baik, namun
esterifikasi dari animasi kalanon belum berhasil. Turunan kalanon belum memperlihatkan
aktivitasnya sebagai antibakteri maupun antioksidan, dan anti sel kanker leukimia (Hartati
dan Hanafi, 2001).