Download - Kepentingan Rusia Dalam Penandatanganan
KEPENTINGAN RUSIA DALAM PENANDATANGANAN
KONTRAK GAS ALAM DENGAN CHINA 2014
A. Alasan Pemilihan Judul
Dalam sejarahnya, hubungan antara Rusia dan China awalnya telah memiliki
hubungan yang tidak baik. Pada tahun 1929, Sovyet menginvasi China di Manchuria
untuk melakukan klaim atas jalur timur rel kereta api dan konflik diperbatasan Sino-
Sovyet pada tahun 1969. Sebuah pulau di Sungai Ussuri, disebut Zhenbao Island oleh
Cina dan Damansky Island oleh Soviet.1 Namun dalam perkembangannya saat ini,
Rusia dan China memperlihatkan hubungan diplomatik yang sangat baik.
Hal tersebut ditunjukkan lewat kerjasama di bidang gas alam yang kesepakatan
pertama dibuat pada 9 November 2011 dan kemudian dibuat lagi kesepakatan kedua
pada Mei 2014 saat KTT APEC di China. Kerjasama tersebut bernilai sangat tinggi
yaitu sebesar 400 milyar dollar (hampir 4.800 triliun Rupiah) dan untuk masa 30
tahun.2 Perjanjian yang mencakup jalur pasokan utama kedua itu ditandatangani oleh
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping. Jalur itu akan memasok
1 “1969, Pasukan Soviet Berseteru dengan China”, diambil dari http://news.okezone.com/read/2013/04/24/414/797004/1969-pasukan-soviet-berseteru-dengan-china, diakses pada 15 Desember 20142 “Kesepakatan gas Rusia-Cina senilai US$400 miliar”, diambil dari http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2014/05/140521_bisnis_rusia_cina, diakses pada 15 Desember 2014
1
gas alam Rusia ke Cina lewat pipa gas yang akan dibangun di sepanjang jalur Barat
yaitu melalui wilayah otonomi Xinjiang.3
Kesepakatan yang terjadi antara Rusia dan China dalam bidang gas alam ini
membuat beberapa pihak khawatir, karena dengan kesepakatan yang bernilai sangat
besar ini akan secara efektif membuat patokan harga baru bagi gas alam. Hal ini
secara tidak langsung akan berimplikasi langsung terhadap negara yang juga
melakukan ekspor gas alam, salah satunya Amerika. Langkah Rusia berupa
kerjasama ini dilakukan bersamaan dengan memanasnya persoalan Krimea di
Ukraina. Dampak dari permasalahan tersebut adalah dijatuhkannya embargo terhadap
Rusia oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa. Hal-hal tersebut yang menjadi alasan
ketertarikan penulis untuk mengangkat tema tentang “Kepentingan Rusia Dalam
Penandatanganan Kontrak Gas Alam Dengan China Tahun 2014”.
B. Latar Belakang Masalah
Gas bumi merupakan bahan bakar yang saat ini banyak digunakan sebagai
pengganti minyak bumi yang sudah makin sulit dicari. Gas merupakan energi yang
ramah lingkungan, irit dan bersih. Rusia merupakan negara dengan cadangan gas
alam terbesar ke dua di dunia. Cadangan gas bumi Rusia saat ini mencapai 1.162,54
TCF dan merupakan negara kedua yang memiliki cadangan gas terbesar di dunia atau
3 “Rusia-Cina Sepakati Kontrak Gas Senilai 400 Miliar Dolar AS”, diambil dari http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis-global/14/05/21/n5xi6c-rusiacina-sepakati-kontrak-gas-senilai-400-miliar-dolar-as, diakses pada 15 Desember 2014
2
sebanyak 17,58% cadangan gas di dunia saat ini ada di Rusia.4 Hal tersebut membuat
Rusia menjadi salah satu negara yang memiliki keuntungan politik terhadap negara-
negara lain yang memiliki kepentingan nasional terhadap gas alam.
Pada era kepemimpinan Vladimir Putin tahun 1999, Rusia berhasil melakukan
reformasi ekonomi, yaitu mengembalikan aset negara yang dulunya terjadi
swastanisasi akibat krisis pasca keruntuhan Uni Soviet. Hasil dari reformasi tersebut
membuat perusahaan ekspor gas Rusia Gazprom menjadi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) yang memiliki peran yang sangat besar dalam menangani distribusi di
bidang gas bumi. Rusia sebagai negara pemasok utama energi terutama gas alam ke
negara-negara Eropa menjadikannya sebagai aktor penting dalam penentuan
hubungan Rusia dengan negara-negara Uni Eropa, atau yang lebih dikenal dengan
Diplomasi Gas. Gazprom mengekspor sepertiga dari kebutuhan dunia di bidang gas
bumi. Sekitar seperempat dari gas yang digunakan di Uni Eropa (UE) berasal dari
Rusia, dan 80 persen dari volume gas bumi itu melintasi Ukraina.5 (Lihat Gambar 1)
Rusia sebagai negara pemasok utama energi terutama gas alam ke negara-negara
Eropa menjadikannya sebagai aktor penting dalam penentuan hubungan Rusia dengan
negara-negara Uni Eropa, dari situ dapat dilihat bahwa gas menjadi instrumen
diplomasi yang penting bagi Rusia untuk menjaga eksistensi dependensi energinya
pada negara-negara Eropa.
4 “Ini 5 Negara Pemilik Cadangan Gas Terbesar di Dunia”, diambil dari http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=12693&type=112, diakses pada 19 Desember 20145 “Russia's Gazprom Diplomacy: Turning Off Europe's Heat”, diambil dari http://content.time.com/time/world/article/0,8599,1870111,00.html, diakses pada 19 Desember 2014
3
Gambar 1
Suplay Gas Uni Eropa
Sumber: http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/7817043.stm#map, diakses pada 19 Desember 2014
Dalam rangka menopang perekonomiannya yang sedang berkembang hingga 9
persen per tahun sejak tahun 1978, China semakin membutuhkan pasokan energi. Hal
inilah yang membuat China merupakan pengguna gas alam terbesar ketiga di dunia.
Pertumbuhan permintaan minyak besar dan ketidakpastian geopolitik telah
meningkatkan tekanan pada China untuk mengimpor minyak dalam volume yang
besar dari berbagai sumber. China membuat kemajuan pada peningkatan jaringan
pipa minyak dalam negeri untuk mengintegrasikan pasokan minyak dan diversifikasi
sumber impor minyak melalui link pipa dengan Kazakhstan, Rusia, dan Myanmar.6
Volume impor gas alam China dari luar negeri naik sebanyak 25 persen pada tahun
2013. Pada tahun 2013 lalu, negara ini mengimpor 53 miliar meter kubik gas alam,
6 “China”, diambil dari http://www.eia.gov/country/country-data.cfm?fips=CH, diakses pada 20 Desember 2014
4
dan 31,6 persen diantaranya berasal dari produksi gas domestik ditambah volume
yang diimpor.7 Hal inilah yang membuat China mengamankan pasokan gas alamnya
melalui kerjasama dengan negara pengekspor gas alam yaitu Rusia.
Dalam beberapaa tahun ini pertukaran dan kerja sama antara Rusia dan China di
bidang ekonomi dan perdagangan terus membaik, salah satu diantaranya yang
menarik perhatian umum yaitu kerja sama energi. Kerja sama antara Tiongkok dan
Rusia di bidang minyak dan gas alam yang telah dicanangkan pada tahun 2006 lalu,
berlangsung lancar dan mempunyai prospek luas. Ketua Dewan China National
Petroleum Corporation (CNPC) Jiang Minjie menyatakan hal ini dalam Sidang
Promosi Perdagangan dan Investasi Tiongkok-Rusia yang digelar di Moskow pada 28
April 2012. Dia mengimbau kedua pihak untuk mempertahankan prinsip saling
menguntungkan, meningkatkan kepercayaan, dan meningkatkan kerja sama di hulu
maupun hilir. Jiang Minjie menyatakan, MoU Pasokan Gas dan Perjanjian Kerangka
Pembelian dan Penjualan Gas Alam yang ditandatangani CNPC dan Perusahaan
Rusia Gazprom merencanakan pasokan gas alam sejumlah 68 miliar meter kubik dari
Rusia ke Tiongkok melalui jalur timur dan jalur barat. CNPC pada tahun 2009 telah
menandatangani kontrak dengan perusahaan minyak bumi Rusia dan perusahaan
transportasi jalur Rusia mengenai perdagangan minyak mentah serta pembangunan
dan pengelolaan pipa minyak Tiongkok-Rusia. Menurut kontrak itu, Rusia memasok
15 juta ton minyak per tahun kepada Tiongkok dan akan berlangsung selama 20
7 “China Menjadi Pengguna Gas Alam Terbesar Ketiga Dunia”, http://vibiznews.com/2014/02/09/china-menjadi-pengguna-gas-alam-terbesar-ketiga-dunia/, diakses pada 20 Desember 2014
5
tahun. Pipa minyak mentah Tiongkok-Rusia telah digunakan mulai November 2011,
dan telah menyalurkan 20 juta ton minyak kepada Tiongkok.8
Hubungan Rusia dan China selama beberapa tahun terakhir mengalami banyak
kemajuan dan kedua negara menjalin kerjasama bilateral dan multilateral yang luas,
termasuk dengan memanfaatkan forum-forum internasional. Kerjasama bilateral
kedua negara khususnya di bidang ekonomi dan energi berada pada level tinggi. Para
pemimpin Rusia dan Cina juga aktif mendiskusikan sejumlah isu di bidang politik,
ekonomi, investasi, energi, teknologi mutakhir, dan juga isu-isu penting regional dan
internasional. Kedua negara bahkan sudah menandatangani sejumlah kontrak di
berbagai bidang. Dalam kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Cina pada akhir Mei
2014, Rusia dan China menandatangani perjanjian kerjasama di bidang energi. Pada
kesempatan itu, Rusia menyetujui perjanjian ekspor gas alam ke Cina. Berdasarkan
kesepakatan tersebut, Rusia sejak tahun 2018 akan mengirim gas alam ke Cina
selama 30 tahun. Nilai kontrak itu diperkirakan mencapai 400 miliar dolar, dan kedua
negara setuju untuk menggunakan mata uang rubel dan yuan dalam transaksi
perdagangan mereka.9
Di luar memasok gas alam kepada Cina dengan melalui pipa, kesepakatan
tersebut juga membuka kesempatan bagi Gazprom untuk menjadi pemain besar di
pasar besar pada sektor gas alam di Asia, sektor itu sejauh ini tidak pernah terlibat 8 “Prospek Kerja Sama Migas Tiongkok-Rusia Cerah”, diambil dari http://indonesian.cri.cn/201/2012/04/30/1s127318.htm, diakses pada 21 Desember 20149 “Peningkatan Hubungan Strategis Rusia-Cina”, diambil dari http://indonesian.irib.ir/editorial/fokus/item/85497-peningkatan-hubungan-strategis-rusia-cina, diakses pada 21 Desember 2014
6
dalam dalam skala besar sebelumnya. Gazprom berencana untuk membangun
terminal LNG ekspor di pantai Pasifik Rusia, di pulau Sakhalin dan dekat
Vladivostok, tapi sejauh ini tidak memiliki infrastruktur untuk memasok proyek
tersebut dengan gas yang diperlukan untuk memenuhi permintaan di Asia. Dengan
adanya kerjasama luar biasa antara Rusia dan China menyebabkan akses tersebut
terbuka dan membuat Rusia menjadi aktor penting dalam kinerjanya di Asia. Posisi
pipa gas alam dari Gazprom dekat dengan pembeli gas alam terkemuka Jepang dan
Korea Selatan serta membuat pasar gas alam menjadi naik di pantai timur China, dan
meletakkan Rusia dalam posisi yang lebih baik dibanding eksportir di Afrika,
Australia dan Amerika Utara.
Perusahaan gas alam Rusia, Gazprom, dan perusahaan China National Petroleum
Corp (CNPC), telah sepakat menandatangani kontrak kerja sama selama 30 tahun,
dengan nilai yang ditafsir mencapai US$ 400 miliar. Perjanjian tersebut telah dibahas
sejak 2004 lalu, namun belum mencapai kata sepakat dan pada 21 Mei 2014 kedua
pihak setuju untuk meresmikan kerja sama tersebut.10 Peningkatan hubungan bilateral
dengan China ini bersamaan dengan Rusia yang sedang berseteru dengan Barat
terkait krisis Ukraina. Hal ini membuat Rusia menghadapi sanksi dari Eropa terkait
masalah geopolitik di Ukraina.
C. Rumusan Masalah
10 Ibid
7
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengangkat rumusan masalah
pada penelitian ini adalah apa kepentingan Rusia dalam penandatanganan kontrak gas
alam dengan China tahun 2014?
D. Kerangka Pemikiran
Untuk menjawab pertanyaan masalah di atas, penulis menggunakan teori Politik
Luar Negeri, Kepentingan Nasional, dan Kebijakan Luar Negeri. Penjelasan dari
teori-teori tersebut adalah sebagai berikut:
1. Politik Luar Negeri
Pengertian dasar dari politik luar negeri merupakan “action theory”, atau
kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain untuk mencapai suatu
kepentingan tertentu. Secara umum politik luar negeri (foreign policy) merupakan
suatu perangkat formula nilai, sikap, arah, serta sasaran, untuk mempertahankan,
mengamankan, dan memajukan kepentingan nasional di dalam ruang lingkup dunia
internasional.11 Politik Luar negeri suatu negara menentukan interaksi antarnegara
dalam menentukan hubungannya dengan negara lain.
Holsti menjelaskan bahwa kebijakan luar negeri adalah ide atau gagasan atau
tindakan yang dirumuskan oleh pembuat keputusan untuk menyelesaikan suatu
masalah, melakukan perubahan dalam kebijakan, sikap atau tindakan suatu negara,
11 Agung Banyu Perwita, Anak dan Yanyan Mochammad Yani. 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 47
8
aktor non-negara atau lingkungan dunia. Faktor-faktor eksternal mempengaruhi
substansi kebijakan luar negeri yang meliputi kondisi perekonomian dunia, struktur
sistem internasional, kebijakan dan tindakan negara lain, hukum internasional,
masalah global dan regional yang muncul dari kegiatan individual, serta opini global.
Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara
yaitu kebutuhan sosio-ekonomi dan keamanan, struktur pemerintahan, letak
geografis, opini publik, pertimbangan etis, serta birokrasi. Holsti dalam bukunya
International Politics: A Framework of Analysis menyebutkan bahwa:12
“Orientasi dasar politik luar negeri ada tiga. Pertama disebut isolasi dimana untuk menjaga kepentingannya, negara memilih membatasi hubungannya dengan negara lain. Kedua yaitu nonalignment atau non-blok dan sering juga disamakan dengan netralitas. Ketiga yaitu pembuatan koalisi dan pembangunan aliansi. Berbeda dengan isolasi, orientasi yang ketiga ini berangkat dari ketidakmampuan negara, baik dalam pertahanan maupun ekonomi, untuk berdiri sendiri. Jadi karena itulah mereka berusaha melakukan koalisi diplomatik dan melakukan aliansi militer untuk melindungi pertahanan negaranya.”
Dalam kajian politik luar negeri sebagai suatu sistem, rangsangan dari lingkungan
eksternal dan internal sebagai input yang mempengaruhi politik luar negeri suatu
negara dipersepsikan oleh para pembuat keputusan dalam suatu proses konversi
menjadi output. Proses konversi yang terjadi dalam perumusan politik luar negeri
suatu negara ini mengacu pada pemaknaan situasi, baik yang berlangsung dalam
12 Holsti, K.J, International Politics : A Framework for Analysis, Englewood Cliffs : Prentica Hall Inc, 1992, hal 98
9
lingkungan eksternal maupun internal dengan mempertimbangkan tujuan yang ingin
dicapai serta sarana dan kapabilitas yang dimilkinya.13
Dalam kasus ini, Rusia sedang terlibat dalam permasalahan geopolitik dengan
Ukraina. Dukungan Rusia terhadap Krimea untuk melepaskan diri dari Ukraina
menuai berbagai sanksi dari Amerika Serikat dan Uni Eropa. Sanksi-sanksi tersebut
merupakan factor yang mempengaruhi Rusia dalam mengambil kebijakan untuk
menandatangani kesepakatan perjanjian penjualan gas alam dengan China. Tindakan
ini merupakan upaya dari Rusia dalam mempertahankan ekonominya dari dampak
yang akan ditimbulkan oleh sanksi-sanksi dari AS dan Uni Eropa. Politik Luar Negeri
Rusia ingin tetap mempertahankan kesetaraannya dengan Amerika Serikat sebagai
negara yang memiliki pengaruh, tetap memainkan peranan yang dominan di negara-
negara bekas pecahan Uni Soviet dan menjadi peserta aktif yang berpengaruh dalam
masalah-masalah Internasional.
2. Kepentingan Nasional
Kepentingan nasional menurut Jack C. Plano dan Roy Olton adalah tujuan
mendasar serta faktor paling menentukan yang memandu para pembuat keputusan
dalam merumuskan politik luar negeri.14 Kepentingan nasional adalah tujuan-tujuan
yang ingin dicapai sehubungan dengan kebutuhan negara yang dicita-citakan.
Sedangkan kepentingan nasional menurut Donald E. Nuechterlein adalah kepentingan
13 James N. Rosenau, The Scientific Study of Foreign Policy, New York: The Free Press, 1980, hal. 17114 Jack C Plano dan Roy Olton, Kamus Hubungan Internasional, Terjemahan Wawan Juanda, Bandung, CV. Putra Abardin, 1999, hal 7
10
yang dirasakan dan diinginkan oleh beberapa negara yang berdaulat yang mencakup
juga lingkungan eksternalnya. Ada empat jenis kepentingan nasional, yaitu sebagai
berikut:15
a) Kepentingan pertahanan (defence interest), kepentingan untuk melindungi
warga negaranya serta wilayah dan sistem politik dari ancaman negara lain.
b) Kepentingan ekonomi (economic interest), yakni kepentingan pemerintah
untuk meningkatkan perekonomian negara melalui hubungan ekonomi
dengan negara lain.
c) Kepentingan tata internasional (world order interest), yaitu kepentingan
untuk mewujudkan/ mempertahankan sistem politik dan ekonomi
internasional yang menguntungkan bagi negaranya dari ancaman luar.
d) Kepentingan ideology (ideological interest), yaitu kepentingan untuk
mempertahankan atau melindungi ideologi negaranya dari ancaman ideologi
negara lain.
Berdasarkan jenis kepentingan menurut Donald E. Nuechterlein, kepentingan
Rusia pada kesepakatan di bidang gas alam dengan China termasuk ke dalam
kepentingan ekonomi dan tata internasional. Dari aspek ekonomi, Rusia dapat
menguatkan perekonomian negaranya dengan adanya kontrak senilai 400 miliar dolar
terhadap embargo ekonomi dari AS dan Uni Eropa. Sementara itu, dari aspek tata
internasional, Rusia ingin tetap menjaga system politik dan ekonomi internasionalnya
15 Nuechterlein, Donald E., The Concept of National Interest: A Time for New Aprroach”, ORBIS. A Journal of World Affairs, vol.23, 1979, hal. 75-76
11
di kawasan Asia, khususnya Asia Tengah. Melalui kesepakatan ini, Rusia dengan
bantuan China akan dengan mudah memasuki pasar gas alam Asia yang sebelumnya
sudah di incar oleh negara-negara lain. Adanya akses Rusia ke Asia melalui gas alam
maka dengan meningkatnya kebutuhan dunia terhadap gas alam secara khusus Asia,
maka Rusia juga mudah memasuki wilayah politik lain dari negara-negara di Asia.
Dengan begitu lawan-lawan politik Rusia akan menjadi terancam jika Rusia sudah
masuk dan melakukan kepentingannya di Asia.
E. Argumen Pokok
Dengan menggunakan kerangka pemikiran di atas, penulis memiliki argument
bahwa kepentingan Rusia dalam penandatanganan kontrak gas alam dengan China
tahun 2014 adalah:
1. Rusia ingin tetap sejajar dengan AS sehingga dapat memainkan peran yang
dominan di negara-negara bekas pecahan Uni Soviet dalam hal ini adalah
Krimea, dan menjadi peserta aktif yang berpengaruh dalam masalah-masalah
Internasional.
2. Memperkuat perekonomiannya terhadap sanksi-sanksi ekonomi dari AS dan
Uni Eropa.
12
3. Dengan bekerjasama dengan China, Rusia dengan mudah masuk ke dalam
pasar gas alam di Asia. Hal ini sebagai upaya mempertahankan tata ekonomi
internasionalnya dan menempatkan pengaruh politiknya di kawasan Asia.
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitik dimana dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan kepentingan Rusia
dalam penandatanganan kontrak gas alam dengan China tahun 2014. Sedangkan,
untuk teknik pengumpulan data penulis menggunakan studi kepustakaan. Studi
kepustakaan merupakan sebuah metode pengumpulan data dengan cara menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari tulisan atau literatur dari beberapa buku, jurnal,
artikel dari berbagai media cetak seperti koran, majalah, tabloid, internet, dan lain
sebagainya.
G. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan kepentingan Rusia
dalam penandatanganan kontrak gas alam dengan China tahun 2104. Sehingga
diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi bahan pengayaan dalam studi ilmu
hubungan internasional. Penelitian ini juga merupakan syarat kelulusan bagi penulis
dalam menyelesaikan studinya di jurusan Ilmu Hubungan Internasional.
13
H. Jangkauan Penelitian
Dalam mempermudah penelitian, penulis mengambil rentang waktu kajian sejak
mulai dibukanya pembicaraan tentang kerjasama di bidang gas alam antara Rusia
dengan China pada tahun 2006 hingga penandatanganan kesepakatan ini pada tahun
2014. Tetapi tidak menutup kemungkinan jangkauan di luar tahun tersebut dibahas
selama masih memiliki keterkaitan atau kesesuaian terhadap topic yang di bahas.
14