Transcript
Page 1: Kementerian Agama Tak Alergi Terhadap Kritikan · 2012-01-16 · Namun demikian, kata Irjen, apa-pun kritikan yang ditujukan pada Ke-menterian Agama, kita tidak boleh alergi. Kita

6 MPA 304 / Januari 2012

Tudingan terhadap KementerianAgama, bak air pasang yang tak per-nah surut. Dan yang selalu diulang-ulang, adalah soal penyelenggaraanhaji dan pencatatan nikah. Padahaldalam melaksanakan reformasi biro-krasi, Kementerian Agama mempu-nyai KMA No.118 tentang ProgramPercepatan Melelui PenyelenggaraanLayanan Unggulan (Quick Wins).

Ada lima program yang diprio-ritaskan dalam penyelenggaraan la-yanan unggulan tersebut; pendaftar-an Haji, penerimaan CPNS, pencatat-an nikah, sertifikasi guru dan dosen,serta pemberian beasiswa. “Dua pro-gram Quick Wins, yakni penyeleng-garaan haji dan pencatatan nikah ini-lah, yang menjadi sorotan dari ber-bagai pihak,” tutur DR. H. MundzierSuparta, MA. “Kita seolah-olahsetiap hari berada di kursi pesa-kitan.. mengklarifikasi terus me-nerus,” tukasnya.

Inspektur Jenderal Kemen-terian Agama RI ini mengakui, bah-wa LPH (Laporan Hasil Pemerik-saan oleh BPK RI) masih ada yangbelum diluruskan. Untuk hal itu,Menteri Agama sendiri telah mene-gaskan, bahwa pihaknya telah me-nyusun rencana aksi untuk menin-daklanjuti rekomendasi atas temuanauditor. Baik yang bersifat intern, pe-ngendalian belanja, pendapatan,maupun kepatuhan terhadap per-undang-undangan. “Kami dari Ins-pektorat Jenderal Kementerian Aga-ma, terus memantau dan memberikanbimbingan dalam pelaksanaan tugasyang sesuai dengan SOP, membantuterhadap penyelesaian permasalah-an, maupun dalam menyelesaikanLPH tersebut,” tegasnya.

Dalam masalah penyelenggara-an haji, Irjen yang sebelumnya men-jemput kedatangan jamaah haji kloter66 pada tanggal 12 Desember 2011 diAsrama haji Embarkasi Surabaya, me-ngajak dialog secara langsung parajamaah haji tersebut.

Di hadapan para wartawan diri-nya mempersilakan para jamaah hajitanpa ditunjuk, untuk secara lang-

Kementerian AgamaTak Alergi Terhadap Kritikan

sung memberikan penilain terhadappenyelenggaraan haji tahun ini. Danseorang jamaah spontan mengata-kan: luar biasa! “Hal semacam inilahyang sebenarnya perlu diketahui olehmasyarakat. Karena pernyataan jama-ah haji tersebut murni, tidak direka-yasa,” ucapnya bernada harap.

Masyarakat hendaknya menge-tahui pula, bahwa Kementerian Aga-ma dalam hal ini Direktorat JenderalPenyelenggaraan Haji dan Umroh pa-da tahun 2010 telah memperoleh ISO9001:2008. Tentu hal itu tidaklah mu-dah karena memerlukan upaya yangsungguh-sungguh dan serius. Kan-tor Wilayah Kementerian AgamaProvinsi Jawa Timur sendiri memper-oleh ISO 901:2008 tersebut padatahun 2011.

Salah satu implementasi ISO901:2008 adalah menyelenggarakansurvey secara acak kepada jamaahhaji yang baru datang terhadap ting-kat kepuasan pelayanan penyeleng-garaan ibadah haji. Mulai keberang-katan hingga kedatangan di asramahaji. Dari gelombang pertama dieva-luasi dan didapatkan data, hanya 7persen yang menyatakan kurang ba-gus. Maka sudah saatnya ada pihakyang netral dalam menilai suatu ins-titusi pemerintah, terutama ketika te-ngah menjadi sorotan publik. Bisa da-ri kalangan akademisi, atau pengamatyang berkompeten dan independen.Jadi bukan hanya mencari-cari kesa-lahan, dengan mengesampingkanprestasi atau sisi baik dari institusipemerintah.

Sedangkan tanggapan atas tu-

dingan seputar biaya pencatatan ni-kah yang tinggi, Suparta mengatakanbahwa pada tahun 2012 nantinya ti-dak akan ada lagi pelayanan perni-kahan di rumah, di luar jam dan harikerja. Semuanya akan dilakukan diKUA. “Maka sudah bisa dipastikantentang keluhan dan kritikan yangakan datang dari masyarakat nanti,”tengarainya. “Tapi bukankah paraKepala KUA, Penghulu, P2N danpegawai administrasi juga PegawaiNegeri Sipil yang mempunyai waktujam kerja yang sudah ditentukan?”tukasnya.

Salah satu upaya yang jugaakan diperbaiki, adalah sosialisasimodel pengumuman atau banner ditiap KUA perihal PP No.47 tahun 2004tentang biaya pencatatan nikah yangbesarnya hanya Rp. 30.000,- . Ini per-lu diketahui agar masyarakat tahu me-ngapa jumlahnya menjadi membeng-kak. “Masyarakat sendirilah yangmembengkakkan. Karena mereka ti-

dak mau menikah di KUA, pada jamdan hari kerja, dan juga tidak maumengurus sendiri,” simpulnya.“Dengan alasan menghitung danmempertimbangkan hari dan tem-pat yang baik, namun juga tuntutanpelayanan tetap ingin terpenuhi,”tambahnya menyontohkan.

Upaya-upaya KementerianAgama terus dilakukan untuk men-capai opini WTP (Wajar Tanpa Pe-ngecualian) dari BPK RI pada ta-hun 2012 melalui peningkatan kua-

litas LPH. Opini WTP inilah yang da-pat diperlihatkan pada publik sebagaisuatu pembuktian akan kritikan dantuduhan-tuduhan selama ini. Denganjumlah satker sebanyak 4.381 dalamKementerian Agama di seluruh Indo-nesia, tentu hal itu menjadi tantangantersendiri.

Namun demikian, kata Irjen, apa-pun kritikan yang ditujukan pada Ke-menterian Agama, kita tidak bolehalergi. Kita introspeksi diri. Mungkinini menjadi kado pahit HAB Kemen-terian Agama tahun 2012. Kita harustetap meneguhkan komitmen padasemua jajaran Kementerian Agama.Penciptaan tata kelola yang bersihdan berwibawa sebagai upaya mewu-judkan good governance di Kemen-terian Agama.

Anni Athi’ah (Surabaya)

Top Related