Transcript
Page 1: Kecuali Pada Pangkal Kota Ini

Pada pangkal kota ini, amak. Adakegamaangan yang membikinketakutan seperti melihat hantu,ngilu badan amakada kegamangan seperti keramapangdigantung pada ketinggian.

Pada pangkal kota ini masih aku asai tinggam purba yang membikin lambung lunak seperti mabuk laut,duri terserak dalam daging,rasa orang jauh memanggil, hingga demam yang sungguh demamPukau yang tak kunjung hilang.

Dengung pitunang talang seruas membikin tubuh rubuh,mendengung membangunkan batang tubuh.“Turut aku, disini ada aku menunggu!”.

Pada pangkal kota ini, akumendengar bunyi sampelong mendendangkan“Terserak tangis saat terbangun, mabuk angan kata terlanjur sampai!”.Dalam pada itu datang simambang badan terbuangdiatas ranjang badan meradangyang dihuni jantung-hati siang malam“Turut aku, adik. Rindu yang lama ditanggungkan, rambut tergerai tampak jua!”

“Jangankan mambang, jangankan sampelong, jangankan pitunangtiba pada darah akanku timba, tiba pada jantung akanku putus!”Asalkan dapat yang dinanti. Sebabmata sama bisa dipicing namun hati dengan apa akan didinding.

Pajakumbuah, 21 Juni 2015

Top Related