i
KEBIJAKAN YUNANI DALAM MENANGGULANGI IMIGRAN YANG
MELEWATI TURKI PERIODE
2010-2013
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Sosial
Oleh:
HARY SATRIA NUGRAHA
NIM. 1111114000020
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
iv
ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisa tentang kebijakan Yunani dalam menanggulangi
imigran yang melewati Turki periode 2010-2013. Tujuan penulisan ini adalah untuk
mengetahui kebijakan apa yang diterapkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam penulisannya, Skripsi ini menggunakan metode kualitatif dengan
mengambil berbagai sumber dan data yang akan di verifikasi.
Skripsi ini berisi tentang arus imigran ilegal yang masuk ke Yunani secara
besar-besaran dimana pada saat itu Yunani sedang menghadapi krisis ekonomi yang
tidak dapat di tangani. Beban Yunani bertambah karena adanya implementasi
Dublin II Regulation yang mengharuskan Yunani bertanggung jawab terhadap
imigran yang masuk dan juga kurangnya kerjasama dengan negara tetangga yaitu
Turki. Hal ini membuat penulis menganalisa dengan menggunakan Konsep
Keamanan Nasional kepada Yunani dan Kebijakan Luar Negeri serta Imigrasi
dalam rangka melindungi keamanan Yunani.
Konsep Keamanan Nasional dipakai penulis untuk menganalisa kebijakan
lapangan yang dilakukan Yunani yaitu pembangunan pagar besi, Operation Shield
dan Operation Xenios Zeus. Sedangkan pada Konsep Kebijakan Luar Negeri
dipakai untuk menganalisa inisiasi Yunani kepada Uni Eropa yaitu melakukan
protes di European Commision terkait revisi Dublin II Regulation. Lalu Konsep
Imigrasi untuk mengidentifikasi asal imigran dan kebijakan kerjasama Yunani
dengan Frontex.
Kata kunci: Imigran Ilegal, Imigrasi Yunani-Turki, Dublin II Regulation, Konsep
Keamanan Nasional, Kebijakan Luar Negeri, Imigrasi
v
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah Rabbil Alamin, segala puji syukur kepada Allah SWT atas
segala karunia, rahmat, nikmat, dan petunjuknya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi persyaratan jenjang studi sarjana pada
program Hubungan Internasional. Penulis sadar bahwa terselesaikannya skripsi ini
bukan hanya dari kerja keras penulis sendiri tetapi merupakan bagian dari dukungan
dan bantuan orang orang terdekat dalam penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda almarhum Tatang
Suryadi bin H. Achmad Humaedi, ibunda saya Tati Budiarti SE.MM dan Daddy
saya Soleh Boediardjo. Kepada kakak saya tercinta Dr. Hartika Safitri yang selalu
mengingatkan saya untuk menuntaskan studi saya. Terimakasih atas doa dan
dukungannya selama penulis mengerjakan skripsi ini di rumah dan dukungan dana
yang penulis butuhkan selama pengerjaan skripsi ini. Tidak lupa juga terimakasih
kepada mbak Yati yang selalu mengurusi penulis selama dirumah dan kepada kedua
kucing tercinta Remy dan Hyuna yang selalu menemani serta menghibur disaat
jenuh melanda.
Terselesaikannya skripsi ini, tidak lepas dari kontribusi orang-orang sekitar.
Maka dari itu penulis akan mengungkapkan rasa terimakasih kepada:
1. Bapak Irfan Hutagalung, LL.M, dosen pelajaran favorit penulis
International Humanitarian Law sekaligus dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk mengkoreksi dan memberikan masukan
terhadap terselesaikannya skripsi ini tepat waktu.
2. Ibu Debbie Affianty, MA, yang telah memberikan masukan terhadap judul
dan isi dari skripsi ini pada mata kuliah seminar proposal.
3. Almarhum, Bapak Budi Satari, M.Sc yang telah menjadi inspirasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih kepada beliau yang sudah
membagikan kisah hidupnya kepada kelas kami dan pelajaran bapak yang
akan selalu kami kenang.
vi
4. Kolega di kampus sekaligus sahabat sejati selama penulis menempuh
pendidikan Hubungan Internasional Kelas Internasional yang tidak pernah
terpisahkan dari tahun 2011 (IRIC): Ketua kelas Niken Aulia Febrina yang
selalu membantu penulis, Tito Nugroho yang selalu menemani penulis,
Fikri Al-Fajr yang selalu menghibur penulis, Reta Marina Pratiwi yang
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta Masmuhah
Oecha, Selvy Afriany, Desica, Bu Yani, Maria Ulfah, Bayu, Andhika
Babeh, Adnan Geh, Ical Farras, Hasmar, Alif, Rifky yang telah dan
seterusnya akan menjadi kenangan terindah penulis selama menempuh studi
di UIN.
5. Dina Damayanti S.Ikom yang telah memberikan kasih sayangnya serta
dukungan selama lima tahun lebih tanpa pamrih. Berkat dia penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat KKN Kasabian 2014: Afifah, Al, Ayu, Bilqis, El, Fauzan Ojan,
Bang Kiki, Intan, Reza, Rifky, Siroj, Ncus, dan Tito yang telah membantu
penulis dalam memenuhi syarat kelulusan.
7. Terimakasih juga kepada teman teman seperjuangan HI lainnya: Monna,
Karina, Shofi, Zahra, dan Afina semoga kalian juga dapat menyelesaikan
skripsi kalian.
8. Terimakasih kepada Komunitas Fotografi Indonesia, senior-senior
fotografer dan model yang telah membantu penulis dalam menyalurkan
hobbi dan melepaskan jenuh.
9. Terimakasih sebanyak banyaknya kepada teman SMA 103 dan Teteh Bar
and Lounge: Ario, Luthfi, Lexa, Nandra, Manchuy, Begeng, Ambon, Adhy,
Gaza, Ago, Jalu, Yodi, Bembeng, Beben, Danar, Danu, Kolor, Idham,
Mawan, Iyyo, Memed, Nopal, Nico, Perta, Raystar, Raymon Ridho, Ledog,
Fitri Dwi Aryani, Fika, Erindah, Caca, Nahla, Jeje, Faisal, Risca, dan Telly
yang telah menemani penulis saat suka dan duka.
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..............................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ............................................................ ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................................................... iii
ABSTRAKSI........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ........................................................................ x
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xi
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Pernyataan Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian .................................................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
1.3.1 Tujuan Penelitian .................................................................................... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian .................................................................................. 9
1.4 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 10
1.5 Landasan Teori ............................................................................................ 13
1.5.1 Konsep Kebijakan Luar Negeri ............................................................ 13
1.5.2 Konsep Keamanan Nasional ................................................................. 15
1.5.3 Konsep Imigrasi .................................................................................... 16
1.6 Metode Penelitian ........................................................................................ 18
1.7 Sistematika Penulisan .................................................................................. 19
BAB II ................................................................................................................... 21
PERKEMBANGAN DAN HAMBATAN PENYELESAIAN MASALAH
IMIGRAN ILEGAL DI YUNANI ........................................................................ 21
2.1 Perkembangan Arus Imigran Ilegal Yang Masuk ke Yunani Melalui Turki
........................................................................................................................... 21
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Imigran Ilegal Masuk ke Yunani. .................. 24
2.2.1 Faktor Pendorong .................................................................................. 24
ix
2.2.2 Faktor Penarik ....................................................................................... 27
2.3 Sejarah Dublin II Regulation ....................................................................... 30
2.3.1 Hambatan Yunani Terhadap Implementasi Dublin II Regulation ........ 31
BAB III.................................................................................................................. 37
KEBIJAKAN REGULASI DAN KERJASAMA YUNANI – TURKI DALAM
MENGATASI IMIGRAN ILEGAL.................................................................. 37
3.1 Imigran Pada Masa Resesi Ekonomi ........................................................... 37
3.2 Kebijakan Regulasi Imigrasi Yunani........................................................... 40
3.3 Dampak Penerapan Regulasi Yunani .......................................................... 44
3.4 Hubungan Yunani dan Turki dalam Menangani Imigran Ilegal Tahun 2001-
2012 ................................................................................................................... 49
BAB IV ................................................................................................................. 52
ANALISIS KEBIJAKAN YUNANI DALAM MENYELESAIKAN
MASALAH IMIGRAN ILEGAL ..................................................................... 52
4.1 Upaya Perlindungan Perbatasan Terhadap Imigran Ilegal .......................... 52
4.1.1 Pembangunan Pagar Besi...................................................................... 54
4.1.2 Operation Shield (Aspida) .................................................................... 57
4.1.3 Operation Xenios Zeus.......................................................................... 59
4.2 Desakan Yunani Terhadap Amandemen Dublin II Regulation ................... 60
4.3 Kerjasama Yunani Dalam Meminimalisir Angka Imigran Ilegal ............... 66
BAB V ................................................................................................................... 70
KESIMPULAN ................................................................................................. 70
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 1
LAMPIRAN .......................................................................................................... 12
x
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1.1 Peta Geografis Yunani ..................................................... 5
Gambar 1.2 Peta Arus Imigrasi Yunani ............................................... 6
Gambar 3.1 Grafik Jumlah Populasi Imigran di Yunani................... 38
Gambar 3.2 Grafik Imigran yang Tidak Memiliki Pekerjaan
Tahun 2005-2014 ............................................................................... 39
Gambar 3.3 Data Claim Pemulangan Imigran Ilegal dari
Yunani ke Turki ................................................................................. 50
Tabel 4.1 Ilustrasi Pagar Besi ............................................................ 57
Tabel 4.2 Total Imigran Ilegal Yang Masuk 2007-2013.................... 68
xi
DAFTAR SINGKATAN
CBMs = Confidence Building Measures
ECRE = European Council on Refugees and Exiles
EURODAC = European Dactyloscopy
GDP = Gross Domestic Product
OECD = Organization Economic Cooperation and Development
TCN = Third Country Nationals
UNHCR = United Nations High Commissioner for Refugees
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pernyataan Masalah
Pada awalnya Yunani merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai
pengirim imigran1 ke negara lain, tetapi keadaan berubah setelah runtuhnya Uni
Soviet dan negara-negara komunis lainnya di kawasan Eropa, sehingga Yunani
berubah dari negara pengirim menjadi negara penerima imigran.2 Yunani bukan
hanya menjadi tempat transit namun menjadi tempat tujuan utama bagi para imigran
termasuk yang legal maupun ilegal serta para pencari suaka yang bertujuan untuk
mencari kehidupan yang lebih layak di Eropa. Sebagian besar imigran datang dari
negara-negara dunia ketiga seperti Afrika, Asia, dan negara-negara di Timur
Tengah.3
Perlu dibedakan secara singkat antara Imigran dengan para pencari suaka
karena itu merupakan dua hal yang sangat berbeda. Ada dua tipe imigran yaitu yang
legal dan ilegal. Imigran ilegal adalah orang yang masuk ke suatu negara secara
1 Dalam skripsi ini istilah yang dipakai untuk menggambarkan masuknya orang asing ke Yunani dari berbagai negara untuk: a) mencari penghidupan yang layak secara ekonomi dengan cara legal maupun ilegal; b) para pencari suaka atau mereka yang layak untuk diberi status pengungsi sesuai dengan hukum nasional maupun internasional tentang pengungsi. Istilah-istilah imigran legal atau imigran ilegal, pencari suaka, dan pengungsi akan digunakan jika faktanya menunjukkan demikian. 2 Fakiolas, R. And King R. 1996. Emigration, Return, Immigration: A Review and Evaluation of Greece’s Experience of International Migration. International Journal of Population Geography Vol. 2: Hal.171-190 3 Antonopoulos, Georgios A., and John Winterdyk. 2006 . The Smuggling of Migrants in Greece an Examination of its Social Organization. European Journal of Criminology 3.4 Hal.439-461.
2
tidak resmi karena murni untuk mencari kehidupan yang lebih baik dengan mencari
pekerjaan di negara tersebut walaupun sebenarnya tidak ada masalah di negara
asalnya,4 ada 3 dasar yang membuat seorang imigran menjadi ilegal, yang pertama
adalah seseorang yang melewati perbatasan negara secara ilegal, kedua adalah
seseorang yang tetap tinggal di negara asing walau sudah habis masa berlaku status
resminya sebagai imigran yang sah dan yang ketiga adalah melintasi perbatasan
negara dengan cara yang resmi tetapi menggunakan dokumen yang dipalsukan atau
menggunakan data milik seseorang yang bukan hak nya atau menggunakan
dokumen resmi dengan tujuan yang ilegal.5 Sedangkan para pencari suaka
merupakan kumpulan orang-orang yang pindah ke negara lain karena mereka
merasa terancam di negara asalnya seperti banyaknya pelanggaran hak asasi
manusia dan kondisi perang yang tidak dapat dihindari.6 Pencari suaka bisa
dikategorikan sebagai imigran ilegal jika mereka tidak mengikuti prosedur yang
diterapkan dari suatu negara untuk mendapatkan status pengungsi.
Kondisi Geografi Yunani yang berbatasan langsung dengan negara-negara
di Timur Tengah membuat Yunani menjadi pintu selatan dari kawasan Uni Eropa
dan juga perbatasan yang mudah di akses menjadi daya tarik bagi imigran ilegal
yang ingin mencari kehidupan baru di Eropa.7 Perubahan drastis dimulai sejak
Yunani bergabung menjadi anggota European Community (Komunitas Eropa) pada
4 Borjas, G.J. 1994. The economics of immigration, Journal of Economic Literature 5 Friedrich Heckmann, 2004. Ilegal Migration: What Can We Know And What Can We Explain? The Case of Germany, international migration review, Volume 38 Hal.1106 6 A sofinar, 2014. The UN Refugee Agency Indonesia, Pencari Suaka, dapat diakses di http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pencari-suaka pada 20 November 2014 15.20 7 De Divitiis, Valerio, 2011. Considerations over Factors Empowering Radicalization in the European Union. Perspectives on immigration and terrorism:ISSN 1874 -6376 Hal. 51–61.
3
tahun 1981 atau yang kita kenal sebagai Uni Eropa sekarang. Pada saat itu banyak
perubahan yang terjadi seperti peningkatan ekonomi, biaya hidup, dan juga standar
tingkat pendidikan membuat pemuda Yunani menolak segala pekerjaan yang
bergaji rendah seperti sektor konstruksi, pertanian, dan pariwisata.8 Ketiga Sektor
tersebut merupakan salah satu pembuat lapangan pekerjaan terbesar di Yunani
tetapi kesempatan ini diambil alih oleh para imigran ilegal yang dikarenakan
penduduk asli enggan mengambil pekerjaan itu.9
Peraturan keras tentang imigrasi telah diterapkan oleh Spanyol dan Italia
pada tahun 2008 serta adanya kerjasama dengan negara-negara di Afrika tentang
memerangi imigran ilegal membuat para imigran mulai beralih ke Yunani yang
belum menerapkan sanksi berat atas kasus tersebut.10
Pada tahun 2010, 132.524 orang ditangkap karena masuk secara ilegal ke
Yunani, ini merupakan peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan pada tahun
2006 sebesar 95.239 Imigran,11 Sebagian besar dari imigran ilegal tersebut adalah
orang dari negara konflik yang masuk melewati Albania dengan 33.979 orang dan
Turki dengan 53.292 orang tahun 2010.12 Ada 3 jalan utama yang memudahkan
para imigran masuk ke dalam Yunani adalah melalui Perbatasan Darat Yunani –
Albania, Perbatasan Darat Yunani – Turki, dan Perbatasan Laut Yunani – Turki.
8 Baldwin Martin, 2002. Southern European labour markets and immigration: A structural and functional analysis. Panteion University, Athens, Greece Hal. 19. 9 Ibid. 10 Charalambos Kasimis, 2012. Greece: Illegal Immigration in the Midst of Crisis. Agricultural University of Athens dapat diakses di http://www.migrationpolicy.org/article/greece-ilegal-immigration-midst-crisis, pada 20 November 2014 12.30 11 Ibid. 12 Ibid.
4
Hal ini dimanfaatkan oleh para penyelundup yang akan memasukan para imigran
ilegal maupun pencari suaka yang rela membayar untuk membawa mereka
melintasi perbatasan. Para mafia berperan besar dalam hal ini terutama mafia di
Albania dan juga di Turki.13
Pada tahun 2011, diperkirakan sebanyak 1.1 juta lebih imigran berada di
Yunani, 400.000 diantaranya tidak memiliki dokumen resmi atau masuk secara
ilegal tetapi tetap bertahan di Yunani walau masa kadaluarsa visa telah habis.14
Jumlah imigran tersebut merupakan 10 persen dari total penduduk Yunani, ini
merupakan angka yang tergolong besar bagi negara sekecil Yunani.
Penerapan Dublin II Regulation (2003/323/CE)15 tentang aturan untuk
menyediakan tempat relokasi sementara bagi para pencari suaka maupun para
imigran ilegal hingga permohonan mereka disidangkan membuat Yunani menjadi
destinasi utama bagi imigran ilegal yang ingin masuk ke Eropa.16
13 Antonopoulos, Georgios A., and John Winterdyk, Hal.439-461. 14 Icduygu, Ahmet. 2004. Transborder Crime between Turkey and Greece: Human Smuggling and Its Regional Consequences. Southeast European and Black Sea Studies 4.2 .Hal.294-314. 15 Summaries of EU legislation dapat diakses di http://europa.eu/legislation_summaries/justice_freedom_security/free_movement_of_persons_asylum_immigration/l33153_en.htm diakses pada 1 November 2014. 12.20 16 Charalambos Kasimis, Greece Illegal Immigration
5
Gambar 1.1 Peta Geografis Yunani17
Sejak tahun 2010, perbatasan darat Yunani dan Turki merupakan jalur
favorit para imigran karena mudahnya akses masuk. Banyaknya imigran ilegal yang
masuk melalui jalur perbatasan Yunani dan Turki menyebabkan pemerintah
berupaya melakukan upaya penangkapan para imigran ilegal tersebut. Para imigran
ilegal yang tertangkap dimasukkan dalam penampungan sementara, hal ini
dilakukan karena upaya deportasi terkendala oleh peraturan yang ditetapkan oleh
European Union Court of Justice tahun 2011 yang melarang pemulangan imigran
ilegal maupun pencari suaka ke negara asalnya jika masih ada konflik atau situasi
yang membahayakan hidup manusia di negara tersebut. Namun banyaknya imigran
ilegal tersebut membuat penampungan yang dibuat oleh Pemerintah Yunani
kelebihan kapasitas sehingga kebersihan, keadaan lingkungan penampungan tidak
17 Panagiotis, 2014. Greek Island dapat diakses http://www.greek-islands.us/ diakses pada 10 Desember 2014. 13.52
6
terjaga, serta adanya perlakuan kekerasan yang dilakukan oleh pihak Yunani.18 Hal
ini terjadi karena tidak dapat terpenuhinya kebutuhan para imigran ilegal maupun
pencari suaka di penampungan sementara yang disebabkan oleh tidak stabilnya
kondisi ekonomi Yunani dan membuat hal seperti ini terbengkalai.
Meningkatnya imigran ilegal setiap tahun, membuat pemerintah Yunani
merancang wacana membangun konstruksi pagar besi sepanjang 12.5 km dan tinggi
4 meter yang membatasi perbatasan darat Yunani – Turki (greece-turkish border
fence). Proyek ini akan dilengkapi oleh kamera yang dapat melihat dalam kegelapan
dan akan memberikan informasi ke pangkalan utama baru.19
Gambar 1.2 Peta Arus Imigrasi di Yunani 20
18 Charalambos Kasimis, Greece Illegal Immigration 19 Kathy zilifakis, 2012. Global Security dapat diakses di http://www.globalsecurity.org/military/world/europe/gr-turkey-fence.htm pada 10 November 2014 13.20 20 Frontex, Greek Ministry for Public Order. The Wallstreet Journal dapat diakses http://hellenicleaders.com/blog/amnesty-internationals-report-on-immigration-in-greece-a-call-for-international-action/#.VwYz2Pl96Cg pada 11 November 2014. 12.45
7
Pagar besi sejauh 12.5 kilometer ini akan melintasi perbatasan di mana
terjadi arus imigran ilegal memasuki Uni Eropa. Pagar besi ganda setinggi empat
meter itu akan terbentang antara Desa Kastanies dan Nea Vyssa di kawasan Evros
yang berbatasan dengan Turki. Lokasi ini dekat dengan kota Orestiada, di timur laut
Yunani.
Sejak dikirimnya Frontex (The European Union’s agency for the
management of external borders) mulai tahun 2009 untuk meneliti kawasan
perbatasan antara Yunani – Turki telah memunculkan data baru bahwa sejak di
umumkannya wacana pembangunan pagar besi sepanjang perbatasan darat antara
Yunani – Turki, telah membuat para imigran yang melewati perbatasan laut
meningkat sebesar 222 persen hingga mencapai 30.000 orang.21
Masalah dana menghambat implementasi segala kebijakan Yunani demi
menekan tingkat pertumbuhan Imigran ilegal. Europe Commission mulai
membantu mencairkan dana untuk mengatasi masalah perlindungan perbatasan
terhadap imigran ilegal.22 Pemerintah Yunani mengerahkan sekitar 2.500 petugas
patroli untuk menjaga perbatasan timur laut Yunani – Turki, dan mengeluarkan
dana sekitar $4.007.296 untuk membangun pagar besi.23
21 Frontex, 2012. Western Balkan Route. dapat diakses di dihttp://frontex.europa.eu/trends-and-
routes/western-balkan-route pada 11 November 2014 14.20
22 Matina Stevis, 2012, Ilegal Immigration Emerges as New Crisis for Greece. dapat diakses di http://online.wsj.com/articles/SB10000872396390444506004577617383132000476 pada 15 November 2014. 15.17 23 Ibid.
8
Rencana lain yang disiapkan oleh Pemerintah Yunani adalah, membuat
kesepakatan dengan Pemerintah Turki untuk mengembalikan imigran ilegal yang
di tampung di kamp pengungsian Yunani. Tetapi hal ini masih terkendala oleh
penolakan Pemerintah Turki untuk menerima kembali imigran tersebut, karena
mereka menanggap bahwa sebagian dari imigran tersebut bukan warga Turki asli.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk menganalisis
Kebijakan Yunani Dalam Menanggulangi Imigran Yang Melewati Turki Periode
2010-2013. Isu ini merupakan isu yang menarik karena berpotensi menjadi masalah
yang lebih besar daripada krisis Ekonomi yang sedang di hadapi Yunani.
Diharapkan dengan penelitian ini akan menghasilkan kesimpulan, saran serta cara
efektif untuk menangani gelombang imigran ilegal dunia, termasuk di Indonesia.
Sehingga akan menjadi masukan bagi Pemerintah secara umum untuk mengarahkan
permasalahan imigran agar berdampak positif bagi kondisi ekonomi, politik dan
sosial bagi kehidupan bernegara. Analisa Kebijakan Yunani akan menjadi fokus
utama penelitian ini. Peneliti akan mengidentifikasi semua aspek dan kondisi
negara Yunani pada masa krisis periode 2010-2013 serta implementasi kebijakan
Yunani dalam menanggulangi imigran yang melewati Turki.
9
1.2 Pertanyaan Penelitian
Dari penjelasan pernyataan masalah, kita dapat menentukan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana kebijakan Pemerintah Yunani dalam menanggulangi
peningkatan arus imigran yang melewati Turki dalam periode 2010-2013?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui hambatan hambatan yang dihadapi oleh Yunani
dalam menyelesaikan masalah imigran
2. Untuk mengetahui apa kebijakan yang diterapkan Yunani untuk
menanggulangi imigran yang bermasalah.
3. Untuk mengetahui apa respon yang diberikan Uni Eropa terhadap
kasus imigran ilegal di Yunani.
1.3.2 Manfaat dari penelitian ini bertujuan untuk:
1. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan mampu menyumbang ilmu
pengetahuan di bidang Hubungan Internasional, khususnya kawasan
Eropa.
2. Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat
mengenai respon Yunani dalam mengatasi masalah imigran.
10
3. Diharapkan penelitian ini mampu menambahkan wawasan bagi
penulis untuk mengembangkan potensi dalam penulisan karya
ilmiah yang sistematis.
1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam Jurnal “The Economic Impact of Immigration in Greece: Taking
Stock of the Existing Evidence” yang ditulis oleh Ioannis Cholezas dan Panos
Tsakloglou, 2008, menjelaskan mengapa Yunani membutuhkan banyak buruh
dengan gaji yang murah. Keuntungan yang diperoleh antara lain menjaga biaya dan
harga akomodasi untuk memenuhi kriteria sebagai salah satu syarat bergabung di
European Monetary Union. Para imigran ilegal bersedia bekerja apapun demi
diperbolehkannya mereka tetap tinggal di Yunani, walaupun dengan keadaan
lingkungan yang bisa dibilang tidak layak huni daripada di deportasi ke negara
asalnya.
Dengan meningkatnya imigran setiap tahun, pemerintah berusaha
memperkenalkan kebijakan migrasi yang bertujuan untuk menghentikan arus
imigran untuk masuk ke Yunani. Tetapi hal ini tidak berjalan efektif karena hampir
sebagian para imigran datang dari negara tetangga yang tergolong dekat dan sulit
dikendalikan. Cholezas Ioannis dan Tsakloglou Panos, 2008 menjelaskan lebih
lanjut bahwa imigran juga memiliki pengaruh positif dan negatif bagi kelangsungan
Yunani yaitu seperti peningkatan GDP (Gross Domestic Product), revitalisasi
sektor pertanian, dan bermacam macam industri kecil. Efek negatifnya adalah
11
segala pekerjaan yang tidak membutuhkan banyak keterampilan, bidang ini di
dominasi oleh orang orang imigran, maka dari itu para penduduk asli yang tidak
memiliki keahlian menjadi kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.24 Perbedaan
antara jurnal dengan skripsi ini adalah pada objeknya, dimana Cholezas Ioannis dan
Tsakloglou Panos menjelaskan secara signifikan tentang imigran sedangkan skripsi
ini lebih fokus terhadap imigran yang ilegal.
Pada tulisan selanjutnya “Migration between Greece and Turkey: From the
Exchange of Populations to Non-Recognition of Borders” yang ditulis oleh Martin
Baldwin, 2006, menjelaskan bagaimana kondisi imigran ilegal yang melewati
perbatasan Yunani – Turki, begitupun dijelaskan cara untuk masuk ke wilayah
Eropa, serta tidak efektifnya pengajuan kembali kesepakatan antara Yunani dan
Turki tentang imigran ilegal pada tahun 2001. Jurnal ini menawarkan gambaran
keseluruhan dari situasi menunjukkan bahwa hubungan antar negara merupakan
komponen inti dari manajemen arus migrasi yang tidak sah. Sifat tegang hubungan
Yunani – Turki baru-baru ini memiliki implikasi negatif tidak hanya untuk
manajemen migrasi, tetapi juga untuk hak asasi manusia migran ilegal dan pencari
suaka. Masalah ini harus cepat di selesaikan karena hubungan antar negara adalah
hal yang penting, bukan hanya untuk manajemen dari perbatasan kedua belah pihak
melainkan sebagai perlindungan bagi kaum etnis minoritas pada wilayah masing
masing. Masalah ini mungkin tidak terlalu besar tetapi jika dibiarkan akan
24 Cholezas Ioannis and Tsakloglou Panos, 2008. The Economic Impact of Immigration in Greece: Taking Stock of the Existing Evidence, Hal. 25-30
12
menimbulkan reputasi yang buruk bagi kedua belah pihak dalam hak asasi
manusia.25
Perbedaan antara jurnal yang ditulis oleh Martin Baldwin dengan skripsi ini
adalah skripsi ini akan lebih menyoroti respon kedua negara atas penyelesaian
masalah perbatasan periodisasi 2010-2013 yang semakin parah karena tidak adanya
komunikasi antar negara.
Dalam tulisan selanjutnya “Report on Immigration to Greece (Pilot Study)”
oleh Theodore P .Lianos, 2004, menjelaskan tentang data-data imigran yang masuk
ke Yunani diantaranya adalah mayoritas imigran datang dari negara tetangga
Albania yang didominasi oleh kaum pria dan berumur rata-rata 34 tahun, buruh
imigran mungkin akan menguntungkan untuk jangka pendek, para imigran ilegal
akan menjadi sumber tenaga kerja murah yang dapat membantu meningkatkan
perekonomian, tetapi akan merugikan jika dipakai dalam jangka panjang karena
sekarang ini mulai diadopsi metode teknologi yang dapat menggantikan buruh
manusia. Permintaan penggunaan layanan publik seperti sekolah, rumah sakit,
administrasi oleh imigran belum berlebihan. Hal ini mungkin telah berubah dalam
beberapa tahun terakhir karena legalisasi imigran dan penyatuan keluarga.
Penyatuan imigran terhadap kehidupan sosial di Yunani dapat terbilang lamban
karena masih banyaknya jarak diantara penduduk asli dan imigran.26 Perbedaan
antara jurnal yang ditulis oleh Theodore P. Lianos dengan skripsi ini dapat terlihat
25 Baldwin Martin, 2006. Migration between Greece and Turkey: From the Exchange of Populations to Non-Recognition of Borders. Hal. 1-6 26 Lianos, Theodore P, 2004. Report on Immigration to Greece (Pilot Study). Hal. 24-26
13
dari datanya dimana Theodore lebih fokus terhadap data statistik pertumbuhan
imigran di Yunani sedangkan skripsi ini akan lebih fokus menganalisa kebijakan
yang diterapkan Pemerintah yunani terhadap imigran ilegal yang mempengaruhi
kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Yunani.
1.5 Landasan Teori
Dalam membahas dan menganalisa pertanyaan penelitian, maka dibutuhkan
beberapa teori yang relevan untuk menunjang pembahasan tentang apa saja
Kebijakan Yunani Dalam Menanggulangi Imigran Yang Melalui Turki Periode
2010-2013. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Konsep
Kebijakan Luar Negeri, Keamanan Nasional, Imigrasi.
1.5.1 Konsep Kebijakan Luar Negeri
Konsep kebijakan luar negeri menurut Rosenau adalah upaya suatu
negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan
memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya.27 Lebih spesifik,
kebijakan luar negeri identik di tujukan kepada segala sesuatu yang berada
di luar suatu negara. Selain memperhitungkan kondisi internal suatu negara,
penyusunan kebijakan luar negeri juga perlu mempertimbangkan kondisi
eksternal negara yaitu sistem global atau internasional. Kebijakan luar
27James, N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics: An Introduction. New York: The Free Press, hal. 27
14
negeri dapat berupa reaksi dari apa yang terjadi dalam sistem
internasional.28
Konsep menurut Rosenau tidak jauh berbeda dengan K.J Holsti
yaitu, lingkup kebijakan luar negeri meliputi semua tindakan serta aktivitas
negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya memperoleh
keuntungan dari lingkungan tersebut, serta hirau akan berbagai kondisi
internal yang menopang formulasi tindakan tersebut.29
Menurut William D. Coplin, mendefinisikan kebijakan luar negeri
sebagai sebuah keputusan yang didahului oleh sebuah proses di mana ada
tuntutan dari politik domestik, serta melihat kemampuan dari kekuatan
ekonomi dan militer. Faktor-faktor tersebut kemudian memengaruhi para
pembuat kebijakan, yang kemudian meramunya menjadi sebuah kebijakan
luar negeri dalam merespon situasi internasional. Menurut bukunya
Pengantar Politik Internasional, dikatakan bahwa terdapat empat isu yang
mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara (policy influencers) yaitu:
1. Keamanan nasional
2. Kepentingan ekonomi
3. Ideologis dan historis
4. Sarana dan prosedur politik luar negeri30
28 Soeprapto. 1997. Ilmu Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku. PT Raja Grafindo Persada hal. 35. 29 K.J Holsti, 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Sina Cipta, hal 21. 30 William D Coplin dan Marsedes Marbun, 2003. Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis. Bandung: Sinar Baru Algesindo edisi ke-2. hal 30
15
Berdasarkan judul penelitian analisa kebijakan Yunani dalam
menanggulangi imigran yang melewati Turki Periode 2010-2013, peneliti
menggunakan konsep kebijakan luar negeri menurut Rosenau untuk
menganalisa dan memahami perilaku suatu negara seperti Yunani yang
mengedepankan keamanan dan kesejahteraan rakyatnya dari warga
pendatang yang legal maupun ilegal. Yunani berusaha mempertahankan
negaranya dari kerugian besar yang ditimbulkan oleh imigran ilegal yang
datang dengan menerapkan kebijakan luar negerinya dengan melakukan
protes kepada European Commission terkait revisi Dublin II Regulation
serta melakukan kerjasama dengan Frontex untuk menjaga perbatasan darat
maupun laut. Yunani mengerahkan berbagai macam cara untuk
menyelesaikan masalah ini yaitu dengan mengadakan perundingan dengan
Negara-negara pengirim imigran terbesar yaitu Turki.
1.5.2 Konsep Keamanan Nasional
Menurut Barry Buzan keamanan nasional berkaitan dengan masalah
kelangsungan hidup (survival). Isu-isu yang mengancam kelangsungan
suatu unit kolektif atau prinsip-prinsip yang dimiliki oleh unit-unit kolektif
tertentu akan dipandang sebagai ancaman yang nyata. Untuk itu diperlukan
tindakan untuk memprioritaskan isu tersebut agar ditangani sesegera
mungkin dan menggunakan sarana-sarana yang ada untuk menangani
masalah tersebut. Berdasarkan kriteria isu keamanan, Buzan membagi
keamanan kedalam lima dimensi, yaitu politik, militer, ekonomi, sosial dan
16
lingkungan.31 Tiap-tiap dimensi keamanan tersebut memiliki unit
keamanan, nilai dan karakteristik survival dan ancaman yang berbeda-beda.
Ancaman juga memiliki dimensi horizontal yang menambahkan
kompleksitas persepsi atau ancaman. Dimensi sejarah berakibat bagaimana
ancaman dipersepsikan. Ancaman yang berhubungan dengan pengalaman
sejarah akan memperkuat kepekaan suatu negara.32
Kita dapat melihat contoh Yunani yang kurang mengontrol dan
belum menganggap ini merupakan salah satu masalah besar yang harus
diselesaikan. Lemahnya kontrol Pemerintah terhadap pengendalian arus
imigran ilegal yang selalu meningkat setiap tahunnya dan sekitar 10 persen
dari total penduduk Yunani adalah imigran dan hampir setengah nya
merupakan imigran ilegal yang menandakan adanya indikasi melemahnya
konsep keamanan nasional yang dimiliki negara. Hal inilah yang menjadi
ancaman terbesar Yunani dalam menghadapi isu imigran ilegal ini.
1.5.3 Konsep Imigrasi
Migrasi menurut Everett S. Lee adalah perubahan tempat tinggal
yang permanen atau semi-permanen dan tidak ada batasan mengenai jarak
yang ditempuh, apakah perubahan tempat tinggal itu dilakukan secara
31 Barry Buzan, 2008. People, States, and Fear: an Agenda for International Security Studies in The Post Cold War Era. ECPR Press, hal 107-117 32 Roe Paul, 2011. Global Security and International Political Economy. Vol. 1 – The Societal Dimension of Global Security. hal 3 dapat diakses http://www.eolss.net/sample-chapters/c04/e1-68-04.pdf diakses pada 7 Juli 2015
17
sukarela atau terpaksa, dan apakah perubahan tempat tinggal itu antar
Negara atau masih dalam suatu Negara33.
Menurut Arthur Lewis faktor-faktor atau alasan yang menyebabkan
seseorang melakukan migrasi adalah karena perbedaan upah. Dengan
adanya perbedaan upah antara sektor industri dan pertanian, maka tenaga
kerja akan bermigrasi ke perkotaan dalam rangka memperoleh pekerjaan
pada sektor industri, karena sektor pertanian mengalami pertumbuhan relatif
lambat, baik di sektor produksi, penyerapan tenaga kerja, demikian juga
tingkat upah.34
Menurut Michael P. Todaro dan Lydia Marusko, imigran ilegal
terjadi karena sebuah negara tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan
dan menyebabkan banyaknya pengangguran sehingga mereka memilih
pindah dari negara asalnya dengan harapan mendapatkan pekerjaan dan
upah minimum yang layak serta rasa tidak aman pada negara asal.35
Berdasarkan pemaparan konsep, penulis memilih untuk
menggunakan konsep imigrasi dari Michael P. Todaro dan Lydia Marusko
untuk menganalisa faktor utama yang membuat banyaknya imigran ilegal
masuk ke Yunani yaitu adalah masalah ekonomi dan konflik yang terjadi di
negara asalnya. Hal ini terjadi karena tingkat kemiskinan yang tinggi dan
33 Everett S. Lee. 1996. A Theory of Migration. Vol. 3, No.1. Springer. Hal. 47-57. 34 Hasibuan, Nurimansyah, 1987. Sejarah Pemikiran Ekonomi, Jakarta: UT, Depdikbud 35 Todaro, Michael P. and Lydia Marusko, 1987. Illegal Migration and US Immigration Reform: A Conceptual Framework. Population Development Review 13 Hal. 101-114
18
adanya harapan seseorang untuk mendapatkan hidup yang lebih baik,
sehingga mereka mencari suaka ke negara-negara maju yang dalam kasus
ini adalah Yunani untuk mendapatkan jaminan keselamatan, tetapi inilah
yang menjadi masalah di Yunani, adanya krisis ekonomi yang sedang
dihadapi menambah berat beban yang harus ditanggung pemerintah
sehingga masalah tentang ke imigrasian menjadi terbengkalai.
Penampungan imigran di Yunani telah melebihi kapasitas dan terbengkalai
karena menurut Dublin II Regulation para imigran yang datang merupakan
tanggung jawab negara seutuhnya. Hal inilah yang memotivasi calon
imigran ilegal untuk menggunakan jasa mafia di Albania dan Turki untuk
menyelundupkan mereka ke Yunani dan ini juga merupakan momentum
untuk mencari keuntungan dengan menyelundupkan para imigran ilegal ke
Yunani.
1.6 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
yang dilatarbelakangi oleh pemikiran rasional dan menekankan objektivitas dan
dipaparkan secara deskriptif analisis. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian
ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial
secara alamiah. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif
berfungsi memberikan pemahaman mendalam terhadap substansi obyek yang
diteliti dan hipotesis penelitian kualitatif.
19
Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan dengan
mencari informasi berupa berita analisis, konsep-konsep hasil pemikiran para ahli
yang dimuat dalam buku karya tulis ilmiah, artikel, jurnal Hubungan Internasional
dan jurnal politik, dan juga didapat dari lembaga-lembaga pemerintahan, juga studi
kepustakaan ke berbagai perpustakaan seperti perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Nasional Jakarta,
Perpustakaan Universitas Indonesia. Data kualitatif yang sudah diperoleh kemudian
diolah dan dijelaskan menggunakan analisis deskriptif.
Sebagai pedoman penulisan karya ilmiah ini, teknik penulisan dilakukan
berdasarkan pada buku Panduan Penyusunan Proposal dan Penulisan Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012,
disusun oleh tim Penyusun Panduan Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.
1.7 Sistematika Penulisan
Penulisan dalam skripsi ini dibagi menjadi lima bab dan pada beberapa bab
mempunyai sub-bab tertentu untuk memperjelas bab sebelumnya.
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan pernyataan masalah tentang topik
yang dibahas dalam skripsi ini. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
penelitian, kerangka pemikiran, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II Perkembangan dan Hambatan Penyelesaian Masalah Imigran Ilegal
di Yunani. Pada bab ini membahas tentang Perkembangan Arus Imigran Ilegal yang
20
Masuk ke Yunani melalui Turki. Lalu dilanjutkan dengan Faktor yang
mempengaruhi imigran ilegal masuk ke Yunani dan dijelaskan dengan beberapa
faktor yaitu penarik dan pendorong. Selanjutnya sejarah Dublin II Regulation serta
hambatan Yunani terhadap implementasi Dublin II Regulation.
BAB III Kebijakan Regulasi dan Kerjasama Yunani – Turki Dalam
Mengatasi Imigran Ilegal. Bab ini membahas kondisi Imigran Pada Masa Resesi
Ekonomi, lalu penerapan kebijakan Regulasi Imigrasi Yunani dan Dampak
Penerapan Regulasi Yunani. Selanjutnya adanya pembahasan Hubungan Yunani
dan Turki Dalam Menangani Imigran Ilegal tahun 2001 hingga 2012.
BAB IV Analisis kebijakan Yunani dalam menyelesaikan masalah imigran
ilegal. Bab ini berisikan analisa yang dilengkapi oleh konsep-konsep Hubungan
Internasional yang relevan diantaranya konsep Keamanan Nasional yang
menyangkut kepada Upaya Perlindungan Perbatasan Terhadap Imigran Ilegal yang
memiliki beberapa sub-bab yaitu Pembangunan Pagar Besi, Operation Shield
(Aspida), dan Operation Xenios Zeus. Konsep berukutnya berisi tentang Kebijakan
Luar Negeri Yunani yaitu Desakan Yunani Terhadap Amandemen Dublin II
Regulation.
BAB V Kesimpulan. Pada bab ini terdapat kesimpulan dari seluruh
pembahasan yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya.
21
BAB II
PERKEMBANGAN DAN HAMBATAN PENYELESAIAN
MASALAH IMIGRAN ILEGAL DI YUNANI
Bab ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan arus imigran ilegal yang
masuk melalui Turki ke Yunani hingga faktor pendorong serta faktor penarik bagi
para imigran ilegal untuk masuk ke salah satu negara anggota Uni Eropa ini. Selain
itu, Bab ini berusaha untuk mengetahui tentang kesulitan Yunani terhadap
implementasi Dublin Regulation II yang sangat membebani dalam penyelesaian
masalah imigran yang legal maupun ilegal dinegara tersebut.
2.1 Perkembangan Arus Imigran Ilegal Yang Masuk ke Yunani Melalui
Turki
Pada tahun 2007, The European Commission memperkirakan setidaknya
4.5 juta imigran ilegal tinggal di negara anggota Uni Eropa. Hampir 500,000 orang
telah ditangkap tiap tahun saat sedang berusaha masuk ke wilayah Uni Eropa.
Imigran ilegal biasanya masuk karena ingin mencari kehidupan yang lebih baik.
Hal inilah yang membuat Yunani menjadi salah satu negara paling sering didatangi
oleh imigran ilegal karena merupakan salah satu negara anggota Uni Eropa.36 Sejak
36 European Commission, Directorate-General for Communication, 2009. An opportunity and a
challenge Migration in the European Union. Manuscript completed dapat diakses di
22
tahun 2007 banyak dari imigran ilegal yang berusaha mendapatkan status pencari
suaka maupun pengungsi, tetapi dokumen permintaan yang di setujui oleh
Pemerintah Yunani kurang dari 4% total keseluruhan.37
Letak geografis Yunani yang menjadi pintu utama negara-negara Eropa
menjadi target para imigran, negara ini memiliki 1.170 kilometer perbatasan darat
dan 18.400 kilometer perbatasan laut, termasuk pulau-pulau yang berdekatan
dengan Turki. Negara tetangga Yunani sering mengirimkan imigran ilegal dan
tinggal permanen atau sementara hingga mereka dapat pergi ke negara Eropa
lainnya.
Sejak tahun 1990, laut Aegean yang berada di antara Yunani-Turki telah
menjadi tempat singgah untuk imigran internasional dari Asia maupun Timur
Tengah, dan sejak pertengahan tahun 2000 an jalur ini juga diminati oleh imigran
Afrika yang akan melewati Yunani lalu ke Eropa. Disaat ketidakstabilan antara
perbatasan Yunani – Turki di laut Aegean, hal ini memakan korban jiwa dari para
imigran dan pencari suaka yang berusaha menyusup ke tepi pantai Yunani.
Ketidakstabilan ini juga menyebabkan perselisihan antara Yunani dan Turki,
dengan menuduh Turki bahwa mereka tidak menganggapi fenomena imigran ilegal
ini secara serius. Berdasarkan Risk Analysis Frontex pada tahun 2010, Yunani
menyumbangkan 75% dari total imigran ilegal yang masuk ke negara anggota Uni
http://www.enpi-info.eu/files/publications/Migration-in-Europe-an-opportunity-and-a-
challenge.doc pada 10 Agustus 2015. 12.45
37 Residence/Work Permits for Undocumented Workers in Greece dapat diakses di http://livingingreece.gr/2007/06/29/residencework-permit-for-undocumented-workers-in-greece/ pada 23 September 2015. 15.46
23
Eropa, angka ini meningkat 25 persen dari tahun 2009. Sebagian besar angka
tersebut masuk dari perbatasan Yunani – Turki dan Albania.38
Banyak imigran pada awalnya datang ke Yunani secara resmi dengan
melalui prosedur yang sudah ditetapkan, akan tetapi setelah itu mereka melanggar
ketentuan izin tinggal yang tertera pada Visa (Tourist Migrant) dan sebagian lain
masuk ke Yunani dengan dokumen palsu. Banyak yang datang ke Yunani dengan
menggunakan bantuan pada penyelundup. Ada dua cara untuk masuk ke dalam
Yunani yaitu melalui jalur darat dengan menyebrangi perbatasan Yunani – Turki
dan lewat laut dengan melintasi pulau pulau di laut Aegean.39
Pilihan pertama untuk masuk ke Yunani adalah dengan menyebrangi Sungai
Evros pada perbatasan Yunani – Turki adalah rute yang sangat berbahaya, banyak
dari para imigran ilegal yang tenggelam saat melewati sungai tersebut dan juga di
tambah oleh keberadaan ranjau darat. Pilihan yang kedua adalah dengan melewati
jalur laut, yaitu dengan menggunakan kapal nelayan atau kapal kargo dengan
bantuan dari para penyelundup. Hal ini juga berbahaya karena tidak sedikit kapal
yang tenggelam karena kelebihan muatan sehingga banyak imigran ilegal yang
tenggelam.40
Menurut data yang dikeluarkan oleh polisi perbatasan, imigran yang
melewati sungai Evros pada tahun 2009 mencapai angka 8.800 orang, dan
38 Risk Analysis Unit, 2010. Extract from the Annual Risk Analysis 2010. hal 3 dapat diakses di http: //frontex.europa.eu/assets/Publications/Risk_Analysis/Annual_Risk_Analysis_2010.pdf. pada 17 September 2015. 12.32 39 Maria Lianou, 2010. Illegal Economic Immigrants in Greece. MA, National and Kapodistrian University of Athens 40 Ibid.
24
meningkat pada tahun 2010 sekitar 47.000 orang, pada tahun 2011, 55.000 orang
dan pada tahun 2012 bulan januari awal mencapai 2.800 orang. Hal ini membuat
lapangan kerja semakin sedikit karena adanya perebutan pekerjaan antara imigran
dan penduduk lokal.41
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Imigran Ilegal Masuk ke Yunani.
2.2.1 Faktor Pendorong
Ada beberapa faktor pendorong yang mempengaruhi imigran ilegal
masuk ke Yunani salah satunya adalah kemiskinan. Pada awal tahun 1990,
pendapatan perkapita di sejumlah besar negara pengirim seperti Albania,
adalah kurang dari $1000. Pada saat yang sama, kesempatan kerja di negara
asalnya dapat terbilang cukup langka sehingga 86.6% dari warga Albania
yang bermigrasi ke Yunani pada tahun 90-an pergi karena desakan ekonomi
dan untuk mencari pekerjaan yang layak.42
Jumlah imigran di Yunani cenderung terus mengalami peningkatan
sejak tren imigrasi tahun 1980-an. Data sensus tahun 2001 Badan Statistik
Nasional Yunani (National Statistical Service of Greece) mencatat jumlah
penduduk migran di Yunani sebanyak 762.191 orang.43 Kemudian, sebuah
laporan dari International Migration Outlook dari The Organization for
41 Alexandrooupolis and Banja Koviljaca, 2012. Would be Imigrants to Europe can go almost anywhere for a price. 42 Antonopoulos, Georgios A., and John Winterdyk, The Smuggling 43 Baldwin Martin, 2004. Statistical Data on Immigrants in Greece: an Analytic Study of Available Data and Recommendations for Conformity with European Union Standards. Revised version 15 November, University Research Institute for Urban Environment and Human Resources. Hal 16.
25
Economic Cooperation and Development (OECD) pada tahun 2010
memperkirakan angka imigran di Yunani berjumlah 1.259.258 orang.
Sedangkan berdasarkan laporan resmi dari pemerintah tentang sensus tahun
2011, jumlah imigran yang berada di Yunani sekitar 1.824.000 orang.44
Laporan dari OECD menyebutkan bahwa sejak 2007, jumlah imigran yang
mendapatkan izin untuk tinggal dan bekerja hanya berjumlah sekitar
650.000 orang.45 Sedangkan pada akhir tahun 2010 ada penurunan
pengajuan izin tinggal dan bekerja sebanyak 550.000 orang, dan pada tahun
2012 mencapai titik terendahnya dengan 440.000 orang.46 Ini menunjukkan
bahwa hampir setengah dari jumlah penduduk migran yang ada di Yunani
merupakan imigran yang tidak tercatat secara resmi atau ilegal. Angka
sensus imigran yang tidak akurat tersebut menunjukkan bahwa imigrasi di
Yunani sangatlah sulit untuk dikendalikan.
Alasan lainnya adalah konflik bersenjata dan situasi politik yang
tidak stabil seperti kerusuhan sipil dan politik dan konflik bersenjata di
wilayah Balkan dan Timur Tengah yang sebagian besar mengungsi ke
Yunani. Perang di bekas Yugoslavia pada 1990-an, perang saudara di
Georgia dan negara-negara lain di awal 1990-an dan 2000-an, lalu perang
di Kosovo selama akhir 1990-an.47 Selain itu, penggunaan senjata kimia di
Halabja, Irak dan Perang Teluk di awal 1990-an, eskalasi kekerasan di Turki
44 Hellenic Statistical Authority, 2013. National Census 2011 45 Kasimis Caharalambos, Greece Illegal Immigration 46 Triandafyllidou Anna, 2014. Migration in Greece Recent Developments in 2014. hal 7-8 47 Ibid.
26
pada pertengahan 90-an, dan konflik antara orang-orang Kurdi di Irak Utara
dan Turki dan rezim Saddam membuat banyak orang mencari perlindungan
di Yunani.48 Ditambah lagi sekitar tahun 2008 negara negara di timur tengah
mulai bergejolak karena Arab Spring serta banyaknya perang saudara di
Afrika.
Datangnya para pengungsi di Eropa bukan merupakan fenomena
baru. Konflik yang terjadi di Suriah yang pecah pada tahun 2011, memicu
naiknya angka pencari suaka ke Eropa sejak saat itu. Sekitar 4 juta warga
Suriah telah ditemukan aman di negara-negara tetangga, walaupun negara
tersebut belum menyediakan status hukum maupun hak yang dibutuhkan
para pencari suaka di bawah konvensi pengungsi tahun 1951.49 Walaupun
belum memadai tetapi para pencari suaka Suriah lebih memilih kesempatan
untuk hidup normal di negara yang pertama mereka datangi dengan harapan
bahwa dapat memiliki kehidupan yang lebih baik daripada di negara
asalnya. Dari semua gelombang besar imigrasi mupun pencari suaka yang
melarikan diri negara-negara ini, banyak dari mereka menetap di Yunani.
Alasan terakhir adalah faktor demografis Yunani yang sangat
menarik minat para imigran. Yunani dan Italia memiliki populasi yang
sebagian besar adalah orang tua dengan tingkat pertumbuhan pemuda yang
48 Papadopoulou, Aspasia, 2004. Smuggling into Europe: transit migrants in Greece. Journal of Refugee Studies 17.2: 167-184. 49 Natalia Banulescu-Bogdan and Susan Fratzke, 2015. Europe’s Migration Crisis in Context: Why Now and What Next. dapat diakses di http://www.migrationpolicy.org/article/europe-migration-crisis-context-why-now-and-what-next pada 29 Januari 2016
27
berbanding terbalik dengan orang tua. Hal ini menarik negara-negara
pengirim imigran yang hampir sebagian besar adalah pemuda dalam masa
produktif seperti Albania, Eropa timur, dan negara negara Balkan.50 Para
imigran yang masih muda kesulitan mencari pekerjaan di negara asalnya,
hal ini juga di dorong oleh permintaan Yunani akan upah murah terhadap
pekerja dan tenaga kerja produktif.51
2.2.2 Faktor Penarik
Stabilnya kondisi politik dan finansial di Yunani sekitar tahun 1981
dikarenakan oleh bergabungnya Yunani sebagai negara anggota European
Community, hal ini membuat Yunani sebagai lahan tambang bagi negara-
negara Balkan.52 Bahkan pekerja serabutan yang bekerja di Yunani dapat
memperoleh sekitar empat sampai enam kali lebih besar daripada gaji yang
diterima di negara asalnya.53 Meskipun para pekerja serabutan ini
mendapatkan upah yang lebih besar daripada saat tinggal di negara asalnya,
upah yang diterima masih tergolong sangat rendah. Penelitian yang
50 Balkan ialah nama historis dan geografis yang digunakan menggambarkan Eropa bagian tenggara. Daerah ini memiliki daerah gabungan 550.000 km² dan penduduk sekitar 53 juta. Daerah ini mendapatkan namanya dari pegunungan Balkan yang melintasi pusat Bulgaria ke Serbia bagian timur. Negara-negara yang berada dalam Balkan adalah Albania, Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Yunani, Macedonia, Montenegro, dan Kosovo 51 Baldwin Martin, 2002. Southern European labour markets and immigration: A structural and functional analysis. Employment [in Greek]; in English, as MMO Working Paper 5, Panteion University, Athens, Greece hal 19. 52 Antonopoulos, Georgios A., and John Winterdyk , The Smuggling 53 Karakatsanis, Neovi M., and Jonathan Swarts, 2003. Migrant Women, Domestic Work and the Sex Trade in Greece: A Snapshot of Migrant Policy in the Making. Greek Review of Sosial Research 110: hal 239-70.
28
dilakukan di Yunani utara, para pekerja imigran menerima kurang lebih 40
persen lebih kecil daripada pekerja lokal.54
Selain itu kondisi ekonomi di Yunani yang kondusif terhadap
pengembangan tenaga kerja yang murah. Rata-rata Wirausaha di Yunani
lebih besar tiga kali daripada negara anggota Uni Eropa, yang
mencerminkan sektor pertanian besar, bisnis keluarga skala kecil, dan
keberadaan ekonomi informal yang besar.55 Faktanya adalah bahwa sektor
ekonomi informal di Yunani menyumbang sekitar 30 persen dari total GDP
negara tersebut yang membuat Yunani menjadi negara dengan pendapatan
ekonomi informal terbesar di Eropa.56 Sektor informal tersebut
membutuhkan tenaga kerja yang murah dan tidak mempunyai skill karena
pemuda lokal Yunani menolak untuk bekerja di sektor tersebut. Para
pemuda Yunani memiliki tingkat partisipasi yang rendah terhadap sektor
tersebut dan lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan hingga jenjang
yang lebih tinggi sehingga dapat memperoleh pekerjaan yang memiliki
status sosial dan gaji yang tinggi pula. Ini berarti banyak pemuda imigran
yang dapat menemukan pekerjaan yang rendah jika mereka dapat menerima
status rendah yang ditolak oleh para pemuda lokal. Hal ini dapat dilihat
54 Lazaridis, Gabriella, and Joanna Poyago‐Theotoky, 2002. Undocumented migrants in Greece: Issues of regularization. International Migration 37.4: 715-740. 55 Baldwin Martin, Souther European Labour 56 Antonopoulos, Georgios A. and John Winterdyk, The Smuggling
29
dalam sektor pertanian, industri berat untuk laki laki, pembantu, dan tukang
kebersihan.57
Faktor penarik yang terakhir adalah letak geografis Yunani yang
menjadi persimpangan dari Eropa, Asia, dan Afrika, ini bukan hanya
sebagai tujuan akhir para imigran dari Asia dan Afrika melainkan dapat
menjadi pintu gerbang atau batu loncatan ke negara-negara maju di Eropa.
Panjangnya perbatasan pantai dan ratusan pulau membuat pengamanan
migrasi menjadi sangat sulit untuk dilakukan. Ketergantungan Yunani
terhadap sektor pariwisata membuat perbatasan tidak pernah dijaga ketat.58
Fakta menunjukan bahwa semua imigran ilegal yang masuk ke Uni
Eropa melewati perbatasan yang pengawasannya lemah. Pada tahun 2010,
90 persen dari imigran ilegal yang masuk ke Uni Eropa masuk melalui
Yunani, dibandingkan pada tahun 2009 sekitar 75 persen, dan 50 persen
pada tahun 2008.59 Karena alasan inilah banyak imigran ilegal masuk
Yunani untuk mendapatkan akses ke negara-negara Uni Eropa lainnya.
Beban Yunani bertambah dengan diberlakukannya Perjanjian Dublin
Regulation II tahun 2003 yang mengatur bahwa seluruh imigran ilegal yang
berada di Kawasan Uni Eropa menjadi tanggungjawab negara anggota Uni
Eropa pertama yang dimasuki oleh imigran. Sehingga, seluruh imigran
57 Baldwin Martin, Southern European Labour 58 Iosifides T. Dan King R, 1996. Recent Immigration to Southern Europe: Socio-Economic and labour market context. hal 70-94 59 Charalambos Kasimis, Greece: Illegal Immigration
30
ilegal yang tertangkap akan dikembalikan kepada negara pertama yang
dimasuki pertama kali oleh imigran tersebut.
2.3 Sejarah Dublin II Regulation
Dublin Regulation II berisi tentang negara anggota Uni Eropa yang
bertanggung jawab untuk pemeriksaan dan pengurusan aplikasi dari pencari suaka
yang mencari perlindungan internasional dalam Uni Eropa di bawah Konvensi
Jenewa dan Kualifikasi Direktif Uni Eropa. Ini adalah landasan dari Dublin System,
yang terdiri dari Peraturan Dublin dan Peraturan EURODAC (European
Dactyloscopy), yang menetapkan database sidik jari Eropa untuk pendatang tanpa
izin ke Uni Eropa.60
Dublin Regulation II pada asalnya muncul dari hasil Dublin Convention
yang ditanda tangani di Dublin, Irlandia pada 15 Juni 1990, dan mulai berlaku sejak
1 September 1997 untuk 12 negara yang menandatangani pertama yaitu Belgia,
Denmark, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luxemburg, Belanda,
Portugal, Spanyol, dan Inggris. Pada 1 Oktober 1997 berlaku untuk Austria dan
Swedia, setelah itu pada 1 Januari 1998 berlaku untuk Finlandia.61
60 European Council on Refugees and Exiles, 2012. What is Dublin System?. Dapat diakses di http://www.ecre.org/topics/areas-of-work/protection-in-europe/10-dublin-regulation.html pada 11 Januari 2016. 11.00 61 European Council of the European Union. Convention determining the State responsible for examining applications for asylum lodged in one of the Member States of the European Communities (Deposited with the Government of Ireland)". Dapat diakses di http://www.consilium.europa.eu/en/documents-publications/agreements-conventions/agreement/?aid=1990090 pada 20 Januari 2016. 16.50
31
Dublin Regulation II diadopsi pada tahun 2003 oleh negara-negara anggota
Uni Eropa, ditambah Norwegia, Islandia dan Swiss, menggantikan sebelumnya
Konvensi Dublin pada tahun 90-an. Peraturan ini mulai berlaku pada tahun 2008
dan sejak saat itu terdapat banyak kritik tentang peraturan tersebut.62
Biasanya, negara anggota yang pertama kali menjadi singgahan imigran
ilegal dan pencari suaka yang memasuki Uni Eropa bertanggung jawab penuh untuk
menampung mereka sementara hingga dokumen yang diajukan lengkap, maka dari
itu hal inilah yang menjadi masalah yang tidak kunjung usai. Menurut Pasal 10
Dublin II Regulation, seorang imigran ilegal dan pencari suaka dapat dikirim
kembali ke negara anggota pertama yang mereka masuki, dan negara anggota
memiliki tanggung jawab klaim suaka.63
2.3.1 Hambatan Yunani Terhadap Implementasi Dublin II Regulation
Negara-negara Mediterania; Yunani, Italia dan Spanyol merupakan
negara anggota yang paling banyak menangani sejumlah besar imigrasi.
Kita dapat melihat bagaimana Yunani sedang berjuang secara finansial
sama seperti Spanyol dan Italia. Peneliti Madeline Garlic dan Elspeth Guild
menyatakan bahwa daripada dikatakan sebagai pembagian tanggung jawab,
62 European Council on Refugees and Exiles, What Is Dublin 63 Regulation (EU) No 604/2013 of the European Parliament and of the Council, dapat di akses di http://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/TXT/?uri=CELEX:32013R0604 pada 12 Januari 2016. 12.30
32
Dublin Regulation II digunakan sebagai Burden Shifting “Pergeseran
Beban” yang diberikan kepada negara yang lebih lemah.64
Imigran ilegal yang masuk ke suatu negara tidak selalu ingin tinggal
disana, tetapi mereka juga berusaha untuk mencapai negara eropa yang lebih
stabil ekonominya. Dengan memaksa mereka berada pada perbatasan
negara, hal ini membuat para imigran ilegal dan pencari suaka yang masuk
tidak jelas masa depannya.65 Sebagian besar dari imigran ilegal atau pencari
suaka yang masuk ke Eropa melalui Yunani, Malta, Italia dan Spanyol.
Sebagian dari negara tersebut terlalu kecil seperti Malta atau kondisi
ekonomi yang terlalu lemah pada saat itu seperti Yunani yang harus
berhadapan dengan banyaknya jumlah imigran yang masuk. Salah satu cara
Pemerintah Yunani menahan arus imigran yang masuk yaitu dengan
mempersulit birokrasi dalam mengurus surat surat.66
Negara-negara kaya di Uni Eropa membuat negara di perbatasan
sulit dalam menangani masalah ini dengan tidak memberikan bantuan, lalu
mereka juga mengkritik atas kegagalan atau kesalahan penanganan
penanggulangan imigran ilegal. Salah satu tujuan utama dari Peraturan
Dublin adalah untuk mencegah pemohon dari mengirimkan aplikasi di
negara beberapa anggota. Tujuan lainnya adalah untuk mengurangi jumlah
pencari suaka yang meningkat secara tajam, yang dikirim dari negara
64 Maryellen Fullerton, 2011. The Refugee Law Reader. Sixth Edition Budapest – Newyork hal. 45 65 Ibid. 66 Christos Mouzeviris, 2013. The impact of the Dublin II Regulation on Greece. Dapat diakses di http://one-europe.info/dublin-ii-regulation-and-its-impact-on-greece pada 11 Januari 2016
33
perbatasan ke negara anggota yang lebih kaya.67 Namun, sejak negara yang
disinggahi pertama oleh imigran ilegal maupun pencari suaka, mereka
bertanggung jawab untuk menangani aplikasi dan dokumen para pendatang,
ini menempatkan tekanan berlebihan pada daerah perbatasan, di mana
negara-negara perbatasan tidak mampu menawarkan perlindungan. Saat ini,
mereka yang sedang ditransfer bawah Dublin tidak selalu dapat mengakses
prosedur suaka. Dibawah peraturan Dublin, para pendatang tidak selalu
dapat mengakses prosedur pencari suaka yang mendapatkan perlindungan
dari negara penerima. Hal ini menyebabkan akan banyak orang yang
menerima kembali penganiayaan pada negara asalnya.68
Yunani menerima ratusan ribu imigran (baik legal dan ilegal) dan
pencari suaka per tahun. Sebuah negara kecil yang memiliki hutang, dengan
batas-batas yang sebagian besar wilayah laut yang luas dan sulit untuk
dijaga. Yunani dipaksa untuk menyediakan perlindungan untuk semua
imigran serta menyaring mereka sebelum mereka mencapai negara-negara
kaya.
Athena telah diubah oleh populasi imigran yang tidak selalu menjadi
lebih baik. Kelompok geng imigran berkeliaran dikota, kadang-kadang
berbalik melawan satu sama lain dan sehingga kejahatan menjadi hal yang
biasa. Prostitusi, eksploitasi, dan kekerasan terjadi di pusat kota. Untuk
67 Ibid. 68 European Court of Human Right, 2011 dapat diakses di http://www.w2eu.info/dublin2.en.html?file=tl_files/doc/Dublin2/dublingreece2012_en.pdf pada 11 Januari 2016
34
negara kecil dan konservatif seperti Yunani, ditambah dengan krisis
ekonomi dan depresi cukup untuk memicu bangkitnya nasionalisme69 dan
xenophobia.70 Kekerasan terjadi antara kelompok imigran dan penduduk
lokal baik dalam hal legal maupun ilegal.
Menurut European Council on Refugees and Exiles (ECRE) dan UN
High Commissioner for Refugees (UNHCR), sistem yang diterapkan dinilai
gagal dalam menyediakan keadilan, efisiensi, dan perlindungan yang
efektif.71 Dengan kata lain, sistem ini tidak adil untuk kedua pihak baik
untuk para imigran maupun negara-negara yang ada diperbatasan.
Bukannya memberikan bantuan tetapi negara anggota Uni Eropa yang lain
hanya memberikan kritik dan saran dalam menangani imigran yang
masuk.72
Tidak ada penyangkalan bahwa kebijakan Yunani terhadap imigran
hampir tidak ada dan bahkan tidak berjalan. Tetapi negara anggota Uni
Eropa yang lain lebih memilih menyalahkan daripada mengambil tindakan
dan pertanggungjawaban dalam menangani masalah ini bersama. Hal ini
membuat negara seperti Yunani berada dalam tekanan yang besar dengan
menerima beban sebagai penyaring imigran yang tidak diinginkan masuk
ke Eropa dan juga menerima penyalahan terhadap gagalnya kebijakan
69 Nasionalisme adalah rasa mencintai tanah air 70 Xenophobia adalah rasa membenci atau sentimen negatif penduduk lokal terhadap para pendatang baru di tanah air mereka. 71 European Council on Refugees and Exiles, 2008. Sharing Responsibility for Refugee Protection in Europe: Dublin Reconsidered. ECRE. Retrieved 2008-03-31. Dapat diakses di http://www.ecre.org/component/content/article/134.html pada 11 Januari 2016 72 Ibid
35
mereka.73 Nasib orang-orang yang menginginkan kehidupan yang lebih baik
di Yunani bertabrakan dengan kemampuan Eropa dalam menawarkan
solusi, untuk imigran dan penduduk asli. Baik itu tentang pekerjaan,
keamanan, perdamaian, kemajuan, stabilitas atau kemakmuran, kebijakan
Uni Eropa lemah dalam hal kesepakatan bersama, visi dan keadilan.
Tampaknya tidak mengejutkan bahwa Yunani akan selalu berada dalam
krisis.
Kesulitan Yunani dalam mengatasi masalah tentang imigran ilegal
maupun pencari suaka didasari oleh banyak hal yaitu sejarah Yunani yang
telah menjadi negara penerima imigran terbesar setelah menjadi negara
anggota European Community sejak tahun 1981, hal ini membuat banyak
orang tertarik datang ke Yunani karena masalah Ekonomi. Terlebih lagi
posisi Yunani yang berbatasan langsung dengan benua Asia, Afrika,
maupun negara negara di Timur Tengah membuat Yunani mudah diakses
oleh para imigran. Para imigran tertarik bekerja di Yunani dikarenakan juga
faktor demografis Yunani yang didominasi orang orang yang sudah non
produktif dan para usia produktif enggan untuk mengambil sektor yang bisa
dikatakan rendah seperti petani maupun buruh pabrik. Keadaan semakin
memburuk sejak adanya Arab Spring tahun 2010-an yang membuat negara-
negara di timur tengah bergejolak dan diperparah dengan adanya perang
73 Ibid.
36
saudara di Suriah yang membuat Yunani menjadi singgahan utama para
pencari suaka yang melarikan diri atas kekejaman dinegaranya.
Dengan meningkatnya jumlah imigran yang masuk, membuat
Yunani kesulitan karena kondisi ekonomi yang tidak stabil sejak 2008 dan
tidak adanya peraturan tegas dalam menyelesaikan masalah ini. Tidak hanya
berhenti sampai disitu, kesulitan Yunani ditambah karena adanya peraturan
Dublin II Regulation yang mengharuskan negara pertama yang menjadi
singgahan pencari suaka maupun imigran harus bertanggung jawab penuh
atas perlindungan maupun pengurusan dokumen para pendatang tersebut.
Yunani yang sedang diambang kehancuran di bebani oleh peraturan tersebut
dengan menyediakan kamp pengungsi serta kebutuhan hidup sehari hari
para pendatang. Hal ini lah yang menyebabkan banyak kamp pengungsi
yang kelebihan kapasitas sehingga kebersihan, maupun keadaan lingkungan
penampungan tidak terjaga. Hal inilah yang menjadi akar permasalahan
skripsi ini dan akan di jelaskan lebih terperinci tentang kerjasama Yunani –
Turki dalam menyelesaikan masalah tentang imigran ini.
37
BAB III
KEBIJAKAN REGULASI DAN KERJASAMA YUNANI –
TURKI DALAM MENGATASI IMIGRAN ILEGAL
Bab ini bertujuan untuk menjelaskan tentang kondisi para imigran saat
penurunan ekonomi yang terjadi di Yunani dengan memaparkan data pengangguran
imigran yang berada di Yunani, lalu menjelaskan riwayat berbagai macam
kebijakan Yunani tentang regularisasi imigran untuk menjadi warga negara Yunani
serta sentimen negatif penduduk asli Yunani terhadap imigran dan juga
menjelaskan beberapa kesepakatan terdahulu tentang penanganan imigran ilegal
dengan negara tetangga yaitu Turki.
3.1 Imigran Pada Masa Resesi Ekonomi
Sebuah periode resesi ekonomi yang dihadapi Yunani pada tahun 2008, memicu
penurunan indikator ekonomi dan peningkatan penghematan fiskal. Resesi yang
dihadapi Yunani tergolong buruk dan memiliki implikasi negatif bagi buruh yang
tidak memiliki kemampuan dan bergaji rendah, khususnya populasi imigran di
Yunani.74
Menurut data dari Hellenic Statistical Authority, tingkat pengangguran di
Yunani telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, dari 10.6 persen pada
74 Kasimis Caharalambos, Greece Illegal Immigration
38
November 2009 menjadi 13.9 persen di November 2010, dan 20.9 persen pada
November 2011, hal ini mungkin akan terus meningkat pada tahun 2012.75
Gambar 3.1 Grafik Jumlah Populasi Imigran di Yunani 76
75 Hellenic Statistical Authority, 2013, Mean yearly unemployment rate by NUTS3 area (1st Quarter 2004-4th Quarter 2013, Letter to Author, 8. 76 National Statistical Authorithy, Labour Force Survey, Various Years
39
Gambar 3.2 Grafik Imigran yang Tidak Memiliki Pekerjaan Tahun
2005-2014.77 78
Dapat dilihat bahwa peningkatan pengangguran meningkat secara berkala sejak
tahun 2008, hal ini terjadi karena krisis ekonomi sudah mulai menyerang
perekonomian Yunani sehingga banyak lapangan kerja yang hilang serta banyaknya
imigran yang berpartisipasi dalam angkatan kerja Yunani pada tingkat yang lebih
tinggi, bukan hanya pada sektor menegah saja. Hal ini juga diperparah oleh imigran
ilegal yang mendominasi sektor rendahan karena upah yang harus dibayarkan
sangat rendah dibandingkan penduduk lokal.
77 Hellenic Statistical Authority, Unemployment Rates by Nationality in Percentages, Various Years 78 TCNs adalah Third Country Nationals, yang mewakilkan imigran yang bukan berasal dari Uni Eropa maupun dalam negeri. Contohnya seperti pendatang dari Asia
40
Peningkatan pengangguran dari para imigran dipengaruhi oleh arus imigran
yang masuk ke Yunani sangat besar dan tidak terkontrol, dan menyebabkan
banyaknya persaingan kerja antara para imigran maupun dengan penduduk lokal
yang menyebabkan tingginya angka pengangguran. Hal ini dikarenakan berbagai
macam kebijakan Yunani yang diterapkan sejak tahun 1990-an kurang efektif
dalam mengintegrasi maupun mengkontrol arus imigran yang masuk.
3.2 Kebijakan Regulasi Imigrasi Yunani
Kebijakan Yunani periode 2010-2013 yang akan di jawab pada skripsi ini
berkaitan erat dengan pengambilan kebijakan Yunani sebelumnya. Hal ini
merupakan rangkaian usaha dari Pemerintah Yunani untuk menyelesaikan masalah
imigran ilegal yang telah meresahkan warga asli Yunani, baik dalam politik,
ekonomi, dan sosial.
Pemerintah Yunani telah menerapkan kebijakan mengenai imigrasi sejak tahun
1990. Berbagai macam peraturan imigrasi yang dikeluarkan Pemerintah Yunani
diantaranya; Undang-Undang No. 1975 Tahun 1991 tentang keluar masuknya
imigran, tempat tinggal, pekerjaan, pemulangan imigran ilegal, dan prosedur
pengajuan status pengungsi (Entry, Exit, Sojourn, Employment, Removal of Aliens,
Procedure for the Recognition of Refugees and other Measures).79
79 Triandafyllidou Anna and Ruby Gropas, 2005. Migration in Greece at a Glance. hal 3, dapat diakses di http://www.eliamep.gr/wp-content/uploads/en/2008/10/migration.pdf pada 10 Maret 2016, 22.39
41
Setelah itu ada Dekrit Presiden No. 358 dan No. 359 Tahun 1997 yang mengatur
tentang program regularisasi imigran. Dekrit ini memberikan kesempatan bagi para
imigran untuk mendapatkan White Card atau izin tinggal sementara yang akan
digunakan sebagai syarat mendapatkan Green Card atau izin tinggal selama periode
satu sampai lima tahun.80
Pada tahun 2001, Pemerintah Yunani mengeluarkan Undang-Undang No. 2910
Tahun 2001 mengenai rencana integrasi sosial bagi para imigran (Action Plan for
The Social Integration of Immigrants). Undang-undang ini menciptakan
kesempatan bagi para imigran untuk melegalkan status mereka, asalkan mereka
dapat membuktikan tempat mereka tinggal selama setidaknya satu tahun. Tetapi
pelaksanaan program ini dinilai bermasalah dan akhirnya tidak ditindak lanjuti
karena lemahnya pelayanan masyarakat, kurangnya infrastruktur, birokrasi yang
membingungkan, dan adanya sentimen negatif dari penduduk lokal.81
Undang-Undang No. 3386 Tahun 2005 tentang izin masuk, tempat tinggal, dan
integrasi imigran diperkenalkan yang termasuk program regularisasi lain. Peraturan
ini berketentuan bahwa para imigran yang telah tinggal di Yunani sebelum tanggal
31 Desember 2004 dapat di regularisasi menjadi penduduk tetap dengan
membuktikan bahwa mereka telah masuk ke Yunani sebelum tanggal tersebut.
Prosedur yang baru ini membuat izin bertempat tinggal bagi para imigran menjadi
80 Ibid. 81 Entry and Stay of Aliens in Greek Territory. Acquisition of Greek Citizenship by Naturalisation and Other Provisions, Law 2910/2001 dapat diakses di http://eudo-citizenship.eu/NationalDB/docs/GRE%20Law%202910%202001%20(English).pdf pada 25 Februari 2016. 13.45
42
lebih mudah daripada peraturan pada tahun 2001. Ini merupakan revisi dari
Undang-Undang sebelumnya dan juga penyelarasan dengan arahan dari Uni Eropa
yang mengacu pada peraturan tentang reunifikasi keluarga (Council Directive
2003/86/EC) dan izin bertempat tinggal jangka panjang bagi para imigran (Council
Directive 2003/109/EC).82 Pada akhirnya peraturan ini juga memiliki banyak
masalah seperti yang sebelumnya yaitu kurangnya pengawasan di lapangan.
Pemerintah memutuskan untuk menyerahkan Rancangan Undang-Undang
imigrasi yang baru ke Parlemen. Undang-Undang No. 3536 Tahun 2007
memperkenalkan beberapa perubahan positif, peraturan ini menghapuskan biaya
regularisasi untuk anak anak antara usia 14 dan 18 tahun.83
Pada tahun 2010, Undang-Undang No. 3838 Tahun 2010 menjamin para
imigran yang mempunyai izin tinggal jangka panjang akan diberikan hak suara
untuk pemilihan kepala daerah, dan hal ini juga berlaku bagi warga Uni Eropa yang
lainnya. Tambahan lainnya adalah penjaminan kewarganegaraan Yunani bagi bayi
yang baru lahir dari orang tua imigran.84
82 Codification of Legislation on The Entry, Residence and Social Integration of Third Country Nationals on Greek Territory, Law 3386/2005 dapat diakses di http://www.mfa.gr/switzerland/images/docs/ethnikes_theoriseis/codification_of_legislation_en.pdf pada 18 Februari 2016. 16.30 83 Civic stratification, ‘Plastic’ citizenship and ‘plastic subjectivities’ in Greek Immigration Policy, Law 3536/2007 dapat diakses di http://www.umdcipe.org/conferences/Maastricht/conf_papers/Papers/Greek_Immigration_Policy.pdf pada 18 Februari 2016 17.50 84 Eudo Citizenship, 2013. What Next for Greek Nationality Law?. Dapat diakses di http://eudo-citizenship.eu/news/citizenship-news/806-what-next-for-greek-nationality-law pada 18 Februari 2016. 18.00
43
Pembuatan Undang-Undang yang berulang-ulang, membuktikan bahwa
kebijakan Yunani tentang imigran selalu berakhir dengan tidak memuaskan. Lebih
dari 20 tahun setelah arus imigran masuk ke Yunani, Pemerintah tidak dapat
mengkontrol dan merancang kebijakan yang dapat mengatasi masalah tersebut.
Pemerintah Yunani tidak siap untuk menerima gelombang besar imigran dalam
waktu yang relatif sangat singkat, dan telah mengusahakan berbagai macam cara
untuk mengintegrasi populasi lokal dengan para imigran. Meskipun Pemerintah
telah mengadopsi selama bertahun-tahun regularisasi terbatas yang akan
melegalkan para imigran yang tidak terdaftar, hampir setengah dari total populasi
imigran yang berada di Yunani masih menyandang status imigran ilegal yang tidak
memiliki dokumen resmi dan bahkan tidak diketahui oleh pemerintah setempat.
Selain itu kebijakan Uni Eropa turut mempengaruhi kebijakan imigrasi Yunani.
Uni Eropa menjunjung tinggi prinsip European Convention for the Protection of
Human Rights and Fundamental Freedoms dan Charter of Fundamental Rights of
the European Union yang membuat Yunani harus menyesuaikan kebijakan
imigrasinya sehingga hak setiap warga imigran sama dengan warga negara anggota
Uni Eropa lainnya.85 Uni Eropa juga menganut prinsip non-refoulement yang dalam
Hukum Internasional melarang pengusiran imigran di batas terluar negara. Hal ini
menyebabkan Yunani tidak dapat mengembalikan atau mendeportasi para imigran
85 Triandafyllidou Annawith R. Gropas, 2009. Constructing Difference: The Mosque Debates in Greece. Journal of Ethnic and Migration Studies, Vol 35 hal. 957-977.
44
yang masuk ke wilayahnya seperti peraturan yang di terapkan pada Tahun 1991 No.
1975.86
Hal lainnya adalah penanganan masalah imigran ilegal Pemerintah Yunani yang
belum menciptakan kerangka kerja yang memuaskan atau mengadopsi kebijakan
integrasi tertentu. Pembuatan kebijakan regularisasi Yunani berdampak terhadap
penolakan serta sentiment negatif dari penduduk asli Yunani terhadap penerapan
kebijakan yang di terapkan Pemerintah karena akan banyak merugikan penduduk
asli maupun keadaan di Yunani.
3.3 Dampak Penerapan Regulasi Yunani
Berbagai macam kebijakan yang dikeluarkan Yunani sejak tahun 2001 sampai
2010, membuktikan bahwa Pemerintah Yunani tidak sepenuhnya anti terhadap
imigran yang masuk baik secara legal maupun ilegal. Walaupun hal ini berdampak
kepada respon dari warga Yunani asli yang menentang kebijakan yang membantu
para imigran.87 Regularisasi dan integrasi yang di jalankan oleh Pemerintah Yunani
membuat kesempatan bagi para imigran ilegal untuk mendapatkan pengakuan dan
perlindungan dari Yunani, hal inilah yang dapat memicu meningkatnya jumlah
imigran ilegal menuju negara tersebut dan akan berakibat sentimen negatif
86 EurActiv, 2015. EU Won’t adopt Australian Model of Turning Back Immigrant Boats. dapat diakses di http://www.euractiv.com/section/justice-home-affairs/news/eu-won-t-adopt-australian-model-of-turning-back-immigrant-boats/ pada 19 Februari 2016. 17.20 87 Amanda Levinson, 2005. The Regularisation of Unauthorized Migrants Programmes in Greece Oxford University. Hal 1-4
45
penduduk lokal Yunani terhadap para imigran akan semakin tinggi.88 Sentimen
negatif ini terbentuk dari 3 faktor yaitu adalah lapangan pekerjaan, jaminan sosial,
dan identitas nasional. Sebagian besar beranggapan bahwa para imigran telah
merebut lapangan pekerjaan yang tersedia baik itu sektor formal maupun informal.
Selain itu masyarakat Yunani menanggap bahwa kehadiran imigran juga
mengganggu stabilitas politik dan persatuan nasional Yunani.89 Berdasarkan
polling Gallup90 tahun 2012 sampai 2014 menyatakan bahwa 84 persen masyarakat
Yunani menginginkan jumlah imigrasi yang masuk harus dikurangi oleh
Pemerintah. 91
Dalam sektor pekerjaan informal memang didominasi oleh para imigran seperti
buruh atau pekerja lapangan, dan juga karena pemuda asli Yunani tidak ingin
bekerja yang dapat dikatakan sektor rendahan. Tetapi krisis ekonomi yang
menghantam Yunani tahun 2008, membuat keadaan berubah dan terjadinya
pesaingan dalam memperebutkan lapangan pekerjaan antara masyarakat asli
Yunani dan imigran di sektor informal. Berdasarkan data dari Labour Inspectorate
(SEPE) bahwa tingkat penyerapan sektor informal Yunani pertengahan tahun 2012
meningkat 6 persen dari data tahun 2011 yaitu 30 persen dan tahun 2010 dengan 27
88 Katerina Linos, 2003. Understanding Greek Immigration Policy. University of California, Berkeley – School of Law dapat diakses di http://ssrn.com/abstract=1881037 pada 24 Februari 2016. 18.20 89 Triandafyllidou Anna with R. Gropas, Constructing Difference 90 Gallup adalah perusahaan survey yang berbasis di Amerika dan telah berdiri sejak tahun 1935 dan dibuat oleh George Gallup. Perusahaan ini fokus untuk menganalisa dan memberikan saran terhadap pemimpin negara untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan perhitungan data. 91 International Organization for Migration, 2015. How the World Views Migration: IOM - Gallup World Poll. dapat diakses di https://www.iom.int/news/how-world-views-migration-iom-gallup-world-poll pada 26 Februari 2016. 05.30
46
persen.92 Dengan peningkatan ini maka persaingan antara imigran dan masyarakat
asli Yunani akan semakin meningkat.
Imigran juga mempengaruhi dan membebani skema jaminan sosial yang
disediakan oleh Pemerintah Yunani. Berdasarkan prinsip persamaan yang tidak
adanya perbedaan dalam besarnya tanggungan jaminan kesehatan berdasarkan jenis
pekerjaan maupun status warga negara. Ini menandakan bahwa imigran yang
bekerja pada sektor informal akan menerima jaminan kesehatan yang sama dengan
masyarakat asli Yunani yang bekerja pada sektor formal. Pembayaran iuran antara
penduduk asli dengan imigran sangat jauh berbeda. Penduduk asli Yunani
membayar iuran jaminan sosial melalui pajak penghasilkan, oleh karena itu
penduduk asli Yunani yang rata rata memiliki pekerjaan dan gaji yang tinggi akan
membayar iuran jaminan kesehatan relatif lebih besar daripada imigran. Sedangkan
jumlah anggota keluarga imigran lebih banyak ketimbang keluarga masyarakat asli
Yunani. Ini berarti jaminan kesehatan akan lebih banyak diterima oleh keluarga
imigran daripada masyarakat asli Yunani sendiri. Hal ini menimbulkan masalah
karena masyarakat asli Yunani beranggap bahwa jaminan kesehatan seharusnya
harus diterima lebih optimal untuk mereka sendiri.93
Peraturan yang diterapkan Pemerintah Yunani menegaskan bahwa yang bisa
mendapatkan jaminan kesehatan hanyalah masyarakat asli Yunani dan juga imigran
yang memiliki dokumen resmi. Namun, imigran ilegal juga bisa mendapatkan
jaminan kesehatan walaupun dalam kategori terbatas. Imigran ilegal mempunyai
92 OECD, 2013. Economic Surveys: Greece November 2013. hal 123-124 93 Robolis, S. 2009. Report for Greece, Permanent Observation System on Migration. SOPEMI
47
hak dalam menerima layanan kesehatan bagi anak anak dibawah umur 18 tahun
atau saat ada kondisi darurat seperti persalinan, perawatan penderita HIV/AIDS dan
juga kecelakaan.94 Hal inilah yang membuat sentimen di masyarakat Yunani lebih
besar karena para imigran ilegal tidak ikut membayar iuran jaminan kesehatan
namun tetep mendapatkan layanan kesehatan darurat karena Yunani ikut
meratifikasi dalam perjanjian Konvensi Eropa tentang Hak Asasi Manusia yang
berisi hak hidup dan hak diperlakukan secara manusiawi harus dilindungi.95
Perjanjian ini ditandatangani oleh 27 anggota Uni Eropa seperti yang tercantum
dalam perjanjian Lisbon tahun 2007.96
Masyarakat Yunani menanggap imigran juga membebankan jaminan sosial lain
seperti sektor pendidikan maupun santunan bagi para pengangguran. Undang-
Undang Yunani berkomitmen bahwa semua anak-anak wajib mendapatkan
pendidikan dasar tanpa melihat status sosial dan kewarganegaraan. Karena semua
sekolah negeri dikelola oleh Pemerintah, maka biaya iuran sekolah sepenuhnya di
tanggung oleh Pemerintah Yunani sehingga para siswa tidak perlu membayar uang
sepeserpun. Akibatnya banyak dari anak dari keluarga imigran belajar di sekolah
negeri. Lalu hal yang membebankan lainnya adalah imigran yang memiliki
dokumen resmi serta mempunyai pekerjaan tetapi diberhentikan akan diberikan
santunan dari Pemerintah sebesar 360 Euro perbulan dan ditambah 10 persen untuk
94 Ibid. 95 European Union Agency for Fundamental Rights. 2011. Fundamental Rights: Challenges and Achievements. hal 28, dapat diakses di http://ec.europa.eu/health/sti_prevention/docs/ev_20130527_discussion_paper_en.pdf pada 1 Maret 2016. 18.20 96 Ibid.
48
tiap tanggungan dalam keluarga.97 Jumlah santunan yang diterima oleh imigran
tersebut sama dengan santunan yang diterima oleh masyarakat asli Yunani yang
diberhentikan dari pekerjaannya. Krisis ekonomi yang menerpa Yunani membuat
tingkat pengagguran meningkat, hal inilah yang memberatkan bagi Pemerintah
Yunani karena mereka harus menanggung dan memberikan santunan baik terhadap
warga asli Yunani sendiri maupun para imigran.
Selanjutnya kekhawatiran masyarakat asli Yunani bahwa imigran dapat
mengancam identitas nasional mereka. Usaha Pemerintah Yunani untuk
meregularisasi para imigran melalui berbagai macam kebijakan memberikan
peluang bagi generasi kedua dari para imigran atau keturunannya untuk
mendapatkan pengakuan kewarganegaraan Yunani. Sebelumnya Yunani
mengadopsi prinsip Ius Sanguinis dalam menetapkan kewarganegaraannya yang
berarti bahwa orang yang berhak mendapatkan hak kewarganegaraan hanyalah
orang yang memiliki hubungan keturunan bangsa Yunani, bukan diperoleh dari
pengajuan hak kewarganegaraan berdasarkan lamanya tinggal di negara tersebut
maupun tempat lahir.98
97 European Commission, Greece Unemployment Benefits dapat diakses di http://ec.europa.eu/social/main.jsp?catId=1112&langId=en&intPageId=2593 pada 1 Maret 2016. 17.50 98 Godam, 2012. Daftar Negara Penganut Asas Kewarganegaraan Ius Soli dan Ius Sanguinis. Dapat diakses di http://www.organisasi.org/1970/01/daftar-negara-penganut-asas-kewarganegaraan-ius-soli-dan-ius-sanguinis.html pada 2 Maret 2016. 19.29
49
3.4 Hubungan Yunani dan Turki dalam Menangani Imigran Ilegal Tahun
2001-2012
Perbaikan hubungan antara Yunani dan Turki sejak tahun 1999 menyebabkan
berkurangnya aktifitas imigran di perbatasan laut selain pemegang paspor Uni
Eropa dan turis. Melalui perkembangan wacana yang mengusung rezim yang
mengamankan perbatasan melawan ancaman baru dari imigrasi.99
Penandatanganan dari kerjasama bilateral tahun 2001, sebagai bagian dari
Confidence Building Measures (CBMs) antara Yunani dan Turki, dalam melawan
tindak kriminal, terorisme, kejahatan terorganisir, penyelundupan narkoba, dan
imigran ilegal, termasuk ketentuan bahwa Turki akan menerima kembali semua
imigran ilegal yang tertangkap oleh Yunani pada saat melewati laut Aegean. Tetapi
perjanjian ini kurang efektif dan Yunani telah menyepakati perjanjian ulang dengan
Turki pada tahun 2002. Isi dari perjanjian baru ini adalah bahwa semua imigran
termasuk pencari suaka yang masuk ke Yunani melalui Turki akan dikembalikan
dan menjadi tanggung jawab Turki seutuhnya. Untuk pencari suaka, akan di
kembalikan ke Turki apabila klaim suaka yang diajukan ke Yunani sudah di proses
dan ditolak, maka pencari suaka baru akan dipulangkan.100
Berdasarkan kesepakatan baru antara Yunani dan Turki pada rentang waktu
2002-2010, ada 65.300 imigran yang ingin Yunani kembalikan ke Turki sebagai
imigran ilegal. Turki menerima, tetapi mereka hanya menganggap bahwa 10.124
99 Today’s Zaman, 2009. Ilegal immigration and the future of Greco-Turkish relations. Dapat diakses di http://www.todayszaman.com/national_ilegal-immigration-and-the-future-of-greco-turkish-relations_182785.html pada 12 Maret 2016. 14.20 100 Leonidas Karakatsanis, 2014. Turkish – Greek Relations, Rapprochement, Civil Society, and The Politic of Friendship. published by Routledge, New York, hal 101
50
orang yang dapat dinyatakan sebagai imigran ilegal. Dengan diplomasi yang rumit,
dalam rentang 8 tahun, Yunani hanya dapat mengembalikan Imigran sebesar 2.425
orang.
Gambar 3.3 Data Klaim Pemulangan Imigran Ilegal dari Yunani ke Turki.101
Setelah beberapa lama, perjanjian ini tidak menimbulkan dampak yang
signifikan terhadap Yunani. Perjanjian ini mulai ditingkatkan kembali setelah
kunjungan dari Pemerintah Turki ke Yunani, yaitu kunjungan Perdana Menteri
Turki pada tahun 2010 dan Menteri Luar Negeri Turki pada tahun 2012, ketika ada
laporan bahwa ada kapal penyelundup imigran yang ditangkap. Penempatan
Frontex pada perbatasan Yunani sejak 2006 yang bertugas untuk mengamankan
perbatasan Eropa tampaknya merupakan faktor penentu yang mengisyaratkan
kedua jenis kinerja baru pada perbatasan Laut Aegean102 dan hal ini mendorong
arus imigran untuk tidak melewati perbatasan laut lagi, melainkan melalui
perbatasan darat yaitu dengan menyebrangi sungai Evros. Petugas Frontex telah
101 Icduygu, Ahmet. 2011. Europe, Turkey, and International Migration: An Uneasy Negotiation. London, Palgrave MacMillan Publishers, Hal 201-222 102 Leonidas Karakatsanis, Turkish-Greek Relations
51
bersiaga di sepanjang perbatasan laut maupun darat dan Yunani berinisiatif
membuat wacana pembangunan pagar berduri sepanjang perbatasan darat yang
menuai banyak kritik dari organisasi hak asasi manusia.103
Singkatnya krisis ekonomi yang dihadapi Yunani tahun 2008 berdampak buruk
pada sektor ekonomi yang menimbulkan banyaknya pengangguran baik dari
penduduk asli Yunani maupun para imigran. Arus imigran yang masuk berusaha di
atasi oleh pemerintah dengan membuat kebijakan regularisasi, tetapi hal ini
mendapatkan penolakan dari warga asli mereka. Terlepas dari dalam negeri, Yunani
berusaha menjalin kerjasama ke Turki terkait pengembalian imigran ilegal yang
ditangkap, tetapi hal ini tidak berjalan baik karena proses yang berbelit-belit, hal
inilah yang menjadi dasar tindakan tegas dari Pemerintah Yunani yang membuat
pagar besi di sepanjang perbatasan Yunani – Turki serta mengajukan amandemen
untuk Dublin II Regulation yang akan di bahas lebih jelas pada bab selanjutnya.
103 Ibid.
52
BAB IV
ANALISIS KEBIJAKAN YUNANI DALAM
MENYELESAIKAN MASALAH IMIGRAN ILEGAL
Bab ini menjelaskan jawaban dari pertanyaan penelitian tentang kebijakan
yang dikeluarkan Yunani untuk menyelesaikan masalah imigran ilegal setelah
diterapkannya kebijakan terdahulu yaitu regularisasi dan penjalinan kerjasama
dengan Turki. Untuk menjawab pertanyaan penelitian diatas dibutuhkan beberapa
konsep diantaranya Keamanan Nasional, Kebijakan Luar Negeri, dan Imigrasi.
4.1 Upaya Perlindungan Perbatasan Terhadap Imigran Ilegal
Arus imigran yang masuk secara besar-besaran ke Yunani, membuat
penanganan masalah imigran menjadi sulit diselesaikan dikarenakan kapasitas
kemampuan Yunani yang tidak mencukupi. Kondisi ekonomi Yunani yang sedang
tidak stabil, serta besarnya wilayah yang berada di tempat strategis untuk masuknya
para imigran menjadi salah satu masalah yang dihadapi Yunani.
Menurut Barry Buzan dalam bukunya yang berjudul : People State and
Fear: An Agenda for International Security Studies in Post-Cold War Era, bahwa
keamanan yang dimaksud di dalam pendekatan ini tidak sebatas pada keamanan
saja, tetapi mencakup keamanan militer, politik, ekonomi, sosial dan lingkungan.104
104 Barry Buzan, People, States, and Fear
53
Pertama, keamanan militer yang mengganggu segala komponen suatu negara.
Kedua, keamanan politik yang lebih mengarah kepada stabilitas organisasi
pemerintah atau menekan pemerintah yang berkuasa dalam kebijakan,
menggulingkan pemerintahan, atau menciptakan intrik politik yang mampu
menganggu jalannya pemerintahan. Ketiga, keamanan sosial yang biasanya terjadi
sebagai dampak dari ancaman militer dan politik. Keempat, keamanan ekonomi
yang merupakan ancaman yang paling sulit diatasi dalam kaitannya dengan
keamanan nasional. Kelima keamanan lingkungan, merupakan ancaman yang
bersifat alami seperti gempa bumi, angin topan, banjir, tsunami, dan iklim yang
tidak menentu. Hal ini dapat mempengaruhi segala aspek, baik itu militer, sosiologi,
ekonomi, dan politik.
Dalam kaitannya dengan kasus yang akan di bahas pada skripsi ini, imigran
dianggap menjadi masalah yang mengganggu dan harus dihadapi Yunani karena
mempengaruhi 3 aspek, yaitu keamanan politik, sosial, dan ekonomi. Kebijakan ini
harus dilaksanakan karena dalam konteks ekonomi, imigran mendominasi sektor
pekerjaan bergaji rendah, terlebih lagi adanya imigran ilegal yang tidak terdaftar
sehingga mereka bekerja dengan tidak membayarkan pajak penghasilan. Hal ini
meresahkan para penduduk asli Yunani yang mulai takut tidak mendapatkan
pekerjaan dimana kondisi ekonomi Yunani sedang mengalami krisis dan tingkat
pengangguran selalu naik sejak tahun 2008.
Dalam konteks sosial, isu imigran ini sudah sangat meresahkan bagi para
penduduk asli Yunani dikarenakan kebijakan regularisasi yang mudah untuk
menjadi warga Yunani, ditambah lagi warga asli masih menganut paham Ius
54
Sanguinis yang berarti hanya orang yang memiliki darah keturunan Yunani lah
yang dapat menjadi warga asli. Ditambah lagi banyaknya sentimen negatif di
kalangan penduduk asli bahwa para imigran hanya menjadi beban bagi Yunani.
Sedangkan dalam konteks politik, isu imigran menjadi perhatian utama dari
partai lokal. Partai yang sedang berkuasa saat itu sangat mendukung tentang
keberadaan imigran, sedangkan partai lawan cenderung anti terhadap imigran.
Keresahan penduduk asli Yunani diwakili oleh partai ekstrimis Golden Dawn yang
menolak adanya imigran di negara tersebut dan beranggapan bahwa Yunani hanya
boleh ditinggali oleh warga mereka sendiri.105 Dalam kasus politik internasional,
Yunani didesak oleh Uni Eropa untuk menyelesaikan masalah imigran ini karena
juga berdampak kepada Negara-negara anggota lainnya.
Untuk mengatasi permasalahan dari ketiga kategori itu, Pemerintah Yunani
membuat berbagai kebijakan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu dengan
membangun pagar besi di sepanjang perbatasan Yunani - Turki dan menambahkan
petugas patroli untuk menahan imigran yang akan masuk dan mencari para imigran
yang sudah berada di Yunani.
4.1.1 Pembangunan Pagar Besi
Masuknya imigran bukan hanya melalui jalur darat melainkan
melewati jalur laut. Perjalanan imigran melalui jalur laut cenderung
berbahaya karena hanya menggunakan perahu kecil dan peralatan
105 Matthaios Tsimitakis, 2013. Golden Dawn is a Product of Greece’s Crisis. dapat di akses di http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2013/08/20138794312724889.html pada 17 Maret 2016 15.35
55
keselamatan seadanya untuk menyelinap di pulau pulau yang berada di
perbatasan Yunani. Adanya banyak korban tenggelam yang berusaha
melewati perbatasan laut membuat para imigran lebih memilih melewati
jalur darat yang cenderung aman dan mudah walaupun ada kemungkinan
mereka akan tertangkap lebih besar dibandingan melewati jalur laut. 106
Jalur terpendek dan teraman adalah dengan melewati perbatasan Yunani –
Turki sepanjang sungai Evros di Yunani Utara.
Sungai Evros merupakan pagar alami untuk mencegah para imigran
masuk, tetapi para imigran lebih memilih melewati desa Kastanies dan Nea
Vyssa karena tidak ada hambatan sama sekali. Keadaan ini berubah ketika
Pemerintah Yunani menjalin kerjasama dengan Frontex dan memulai
wacana pembangunan pagar besi yang akan di bangun pada Oktober 2011.
Pembangunan pagar besi bukan hanya menawarkan penekanan arus
masuk para imigran melainkan mempunyai arti simbolis yang berarti
Pemerintah Yunani menanggapi masalah perbatasan secara serius.
Pembangunan pagar besi ini selesai pada Desember 2012 dengan perkiraan
dana $5.200.000 yang membengkak menjadi $6.000.000 pada akhirnya.
Pemerintah Yunani berusaha meminta dana kepada European Commission,
tetapi mereka beranggapan bahwa proyek ini merupakan hal yang tidak
berguna karena hanya bersifat jangka pendek dan tidak menyelesaikan
106 Fani Toli, 2011. 2000 Illegal Immigrants Drown in Mediterranean Waters. dapat diakses di http://greece.greekreporter.com/2011/11/30/2000-illegal-immigrants-drown-in-mediterranean-waters/ pada 7 Maret, 18:46
56
masalah imigrasi dalam konteks struktural.107 Dalam pandangan European
Commission, pengadaan peralatan seperti kamera pendeteksi suhu, X-Ray,
dan berbagai macam kendaraan khusus dinilai tidak diperlukan dan
merupakan pemborosan anggaran.108 Pernyataan dari European
Commission dibantah oleh Perdana Menteri Yunani, Antonis Samaras yang
beranggapan bahwa pembangunan pagar besi diperlukan karena para
imigran melewati perbatasan Yunani dengan sangat mudah. Pagar besi ini
akan berdiri setinggi 3 meter dengan 2 lapis tembok yang diantaranya akan
ada kawat berduri untuk mencegah para imigran melintasi perbatasan.
107 Ekathumerini Newspaper, 2012. Minister in Eu Row Over Fence. dapat diakses dihttp://www.ekathimerini.com/138924/article/ekathimerini/news/minister-in-eu-row-over-fence Pada 7 Maret 2016, 19.21 108 Ibid.
57
Gambar 4.1 Ilustrasi Pagar Besi 109
4.1.2 Operation Shield (Aspida)
3 Bulan sebelum penyelesaian Pagar Besi antara desa Katasnies dan
Nea Vyssa, Pemerintah Yunani meluncurkan Operation Shiled (Aspida).
Tujuan dari operasi ini adalah untuk mengkontrol dan menakuti para
109 Clandestina, 2011. Evros Fence to be Built, Detentions Centers Announced. dapat diakses di https://clandestinenglish.wordpress.com/2011/05/21/evros-fence-to-be-built-detentions-centers-announced/ Pada 7 Maret 2016, 19.44
58
imigran ilegal yang akan masuk ke perbatasan Yunani – Turki dengan
menguatkan kehadiran fisik dari petugas patroli.110
Operation Shield diluncurkan pada 2 Agustus 2012 dan masa tugas
pertama dimulai hingga 2 Februari 2013. Pada mulanya operasi ini telah
diperkenalkan pada 30 Juli 2012, dan hanya ditargetkan beroperasi selama
2 bulan. Kinerja yang baik dari petugas membuat operasi ini
diperpanjang,111 selama masa tugas 1.881 petugas di terjunkan ke lapangan.
Pagar besi hanya mencakup 5% dari total panjang perbatasan Yunani –
Turki, Operation Shield menyebar sepanjang 206 km sungai Evros. Tidak
semua petugas menjaga perbatasan, ada yang menjadi resepsionis dan
pengecekan bagi para imigran ilegal termasuk memberikan informasi
tentang hak yang akan mereka dapatkan.112
Dalam masa tugas pertama selama 6 bulan, total pengeluaran
Pemerintah Yunani untuk menjalankan operasi ini sekitar $17.527.000 dan
ditambah masa tugas selama 5 bulan hingga Juni 2013 yang menghabiskan
$8.706.000 dengan estimasi total $26.000.000. Dengan selesainya pagar
besi dan telah menurunnya angka imigran ilegal yang masuk, para petugas
110 Minister of Citizen Protection, 2012. Parliamentary Reply. dapat diakses di http://www.hellenicparliament.gr/UserFiles/67715b2c-ec81-4f0c-ad6a-476a34d732bd/7696899.pdf pada 7 Maret 2016, 20.00 111 Frontex, 2012. Fran Quarterly Issue. dapat diakses di http://frontex.europa.eu/assets/Publications/Risk_Analysis/FRAN_Q3_2012.pdf pada 7 Maret 2016, 20.07 112 Minister of Citizen Protection, Parliamentary Reply
59
yang telah menjalankan misinya dikurangi hingga setengah. Hal ini
dilakukan untuk penghematan biaya yang dikeluarkan.113
4.1.3 Operation Xenios Zeus
Operation Xenios Zeus diluncurkan hampir bersamaan dengan
Operation Shield. Operasi ini bertindak sebagai bagian internal dalam
menyelesaikan masalah imigran, dengan menganalisa serta mengkontrol
bagian dalam Yunani. Program ini bertujuan untuk menelusuri tempat yang
dianggap banyak berkumpulnya imigran illegal di Yunani, dengan
melakukan penangkapan langsung dijalan atau melakukan pencarian di tiap
rumah. Target operasi dari program ini adalah melakukan pemeriksaan
dokumen baik dari imigran yang sudah tercatat secara resmi, imigran illegal,
maupun para pencari suaka. 65.000 orang telah dicek dokumennya sejak
dimulainya operasi ini pada 24 Agustus 2012, dan 4.128 orang telah
ditangkap karena tidak memiliki dokumen yang resmi.
Jumlah petugas yang diterjunkan untuk melaksanakan operasi ini
tidak diketahui berapa banyak jumlahnya, bahkan total pengeluaran dari
pelaksanaan operasi ini tidak diberitahukan ke publik. Di salah satu kota
metropolitan Yunani yaitu Attica, petugas yang diterjunkan hampir 2.000
113 Ministry of Citizen Protection, 2013. Revised National Action Plan on Greek Asylum and Migration Management. dapat diakses di http://www.europarl.europa.eu/meetdocs/2009_2014/documents/libe/dv/p4_progressreport_/p4_progressreport_en.pdf pada 7 Maret 2016, 20.39
60
orang pada satu wilayah. Pengendalian imigran ilegal telah menjadi tugas
wajib bagi para petugas polisi, maka dari itu pembiayaan dari operasi ini
didapatkan dari penyerapan dana petugas kepolisian.
4.2 Desakan Yunani Terhadap Amandemen Dublin II Regulation
Semakin bertambahnya penduduk imigran yang masuk Yunani setiap tahun
membuat kondisi dalam negeri Yunani bergejolak. Pertumbuhan kaum imigran
tidak dapat di kontrol oleh Pemerintah Yunani karena kurangnya penerapan
kebijakan di lapangan. Hal ini di perburuk dengan pengeluaran kebijakan untuk
mempermudah para imigran meraih status penduduk tetap dengan kebijakan
regularisasi. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan penduduk asli,
mereka beranggapan bahwa orang yang bisa menjadi warga negara adalah orang
yang memiliki darah berkebangsaan Yunani karena mereka masih memegang teguh
paham Ius Sanguinis. Penduduk asli beranggapan bahwa para imigran telah
mengambil banyak lapangan pekerjaan sehingga para penduduk asli banyak
berstatus sebagai pengangguran. Hal ini juga di tambah dengan peraturan dari Uni
Eropa bahwa setiap imigran diharuskan memiliki hak yang sama dengan penduduk
lokal dalam hal jaminan kesehatan maupun pendidikan.
61
Keluhan masyarakan Yunani ini di tampung oleh partai ekstrimis Golden
Dawn yang merupakan perwujudan dari Neo-Nazi114 dan Fasisme115 menurut
media maupun para ahli.116 Vasilopoulou mengatakan bahwa117 :
“The extremist character of the Golden Dawn, its neo-Nazi
principles, racism and ultranationalism, as well as its violence,
render the party a least likely case of success...”
Partai Golden Dawn mulai mendapatkan perhatian dan pengakuan dari
masyarakat lebih dari partai yang sedang berkuasa. Partai ini menyalahkan imigran
ilegal karena telah mencuri lapangan pekerjaan yang tersedia. Mereka percaya
bahwa Yunani hanyalah untuk warga Yunani dan menginginkan pengetatan dalam
hal penyaringan imigran yang masuk. Para pendukung Golden Dawn tidak hanya
menyuarakan kekesalan mereka tetapi juga melakukan kekerasan terhadap para
imigran.118 Pada Mei 2011, imigran asal Bangladesh dibunuh oleh salah satu
anggota Golden Dawn dan berlanjut pada tahun 2012 dengan menyerang nelayan
114 Neo Nazi adalah ideologi pasca Perang Dunia II yang ingin menghidupkan kembali Nazisme. Biasanya ide yang dianut adalah kesetiaan pada Adolf Hitler, Antisemitisme, Rasisme, Xenophobia, Nasionalisme, Militerisme, dan Homophobia. Biasanya lambang yang digunakan berwarna merah,hitam, putih. 115 Fasisme adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Fasis berusaha untuk mengatur bangsa menurut perspektif korporatis, nilai, dan sistem, termasuk sistem politik dan ekonomi. 116 Vasilopoulou, 2015. The Golden Dawn’s Nationalist Solution. Edition 1. Palgrave Macmillan US. hal 32 117 Ibid 118 CMSNY, 2013. Greece’s Golden Dawn and the Anti-Immigrant Platform. CMS News dapat diakses di http://cmsny.org/2013/02/04/greeces-golden-dawn-and-the-anti-immigrant-platform/ pada 17 Maret 2016 18.55
62
asal Mesir dan menyerang warga asal Pakistan di rumahnya serta berbagai macam
kasus pembunuhan terhadap para imigran oleh anggota Golden Dawn.119
Kondisi ekonomi Yunani yang tidak stabil juga mempengaruhi
penyelesaian masalah imigran maupun dalam mengatasi kecemburuan sosial di
masyarakat. Pemerintah tidak mampu untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang
memadai bagi para imigran maupun penduduk asli. Ditambah dengan
dipermudahnya kebijakan regularisasi sampai tahun 2010 yang mengakui bayi dari
pasangan imigran sebagai warga Yunani. Untuk saat ini pengalokasian dana di
fokuskan untuk tindakan pencegahan bagi para imigran untuk masuk ke Yunani
dengan membangun pagar besi serta melakukan operasi penjagaan di perbatasan
dan di dalam negeri.
Berdasarkan pada posisi geografis, negara anggota Uni Eropa yang berada
di daerah selatan dan timur selalu menjadi tujuan utama para imigran dan para
pencari suaka yang masuk melalui jalur darat maupun jalur laut. Hal ini di tambah
dengan kewajiban setiap negara anggota untuk mentaati peraturan yang telah
ditetapkan dalam menyaring para imigran dan pencari suaka yang masuk, dalam
hal ini adalah Dublin II Regulation. Dalam pasal 13 Dublin II Regulation yang
berisi120:
“Where no Member State responsible for examining the application
for asylum can be designated on the basis of the criteria listed in this
119 Counter Extrimism Project, 2015. Golden Dawn. dapat diakses di http://www.counterextremism.com/threat/golden-dawn pada 17 Maret 2016 18:53 120 Council Regulation (EC) No. 343/2003.art. 3. at.3 dapat di akses di http://eur-lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=OJ:L:2003:050:0001:0010:EN:PDF pada 17 Maret 2016. 19.29
63
Regulation, the first Member State with which the application for
asylum was lodged shall be responsible for examining it.” (2003)
Dalam menanggapi kasus ini Yunani melayangkan protes kepada Uni Eropa
untuk turut serta membantu menyelesaikan masalah imigran yang sangat
menyulitkan Yunani dan tindakan ini dilakukan dalam rangka melindungi
keamanan nasional Yunani. Dalam pertemuan European Commission di Brussels
pada 17 Juli 2013, Greece Public Order Minister Nikos Dendias mendesak untuk
merevisi Dublin II Regulation dimana negara yang memiliki hutang besar seperti
Yunani harus mengakomodasi semua para imigran yang masuk ke dalam
perbatasannya dan mencegah para imigran masuk ke negara anggota Uni Eropa
lainnya. Dublin II Regulation merupakan beban bagi negara anggota di bagian
perbatasan.121 Dalam pidatonya Nikos Dendias berpendapat bahwa122:
“Greece is responsible for handling a very large percentage of the
migration flows to the EU and it is not fair.” (2013)
Menurut K.J Holsti, perumusan kebijakan luar negeri terbentuk dari faktor
eksternal dan internal suatu negara. Pernyataan keberatan yang disampaikan oleh
Yunani merupakan perwujudan dari kedua elemen tersebut. Tindakan ini dilakukan
121 Ekathimerini, 2013. Greece wants ‘redistribution’ of irregular immigration burden. dapat diakses di http://www.ekathimerini.com/137289/article/ekathimerini/news/greece-wants-redistribution-of-irregular-immigration-burde pada 17 Maret 2016 15.45 122 Ibid.
64
karena penyelesaian masalah tentang imigran merupakan hal yang sulit bagi Yunani
karena bermasalah dengan biaya. Pengeluaran untuk mengatasi masalah imigran
setiap tahunnya diperkirakan sekitar 247 Juta Euro, sedangkan Uni Eropa hanya
menyumbang 187 Juta Euro.123
Permasalahan lainnya adalah kondisi penampungan sementara di Yunani
yang sangat memprihatinkan. Dalam kasus ini, seorang warga Afghanistan yang
melarikan diri dari taliban dan lari ke Yunani pada tahun 2008 mencatat bahwa dia
di kurung di ruangan yang kecil dan berisi 20 orang, dan hanya dapat pergi ke toilet
dengan dampingan penjaga, tidak boleh keluar dari ruangan serta hanya diberikan
sedikit makanan dan tidur di matras yang kotor.124 Yunani dinilai gagal dalam
menyediakan kehidupan yang layak bagi para imigran menurut Pasal 3 Dublin II
Regulation yang mengharuskan negara memenuhi kebutuhan para imigran dalam
hal makanan, kebersihan, dan tempat tinggal.125 Hal inilah yang mendasari
European Court of Justice126 untuk mengkaji ulang tentang Dublin II Regulation.
Sejak kasus imigran Afghanistan ini dikaji oleh European Court of Justice,
penerapan Pasal 10 Dublin II Regulation yang mengatur tentang pengembalian
kembali imigran ke negara pertama yang didatangi di hentikan sejak Desember
123 Journal of the Abroad, 2013. Public order Minister appeals for EU’s help with illegal migration problems.Dapat diakses di http://journaloftheabroad.wordpress.com/2013/06/21/public-order-minister-appeals-for-eus-help-with-illegal-migration-problems/ pada 17 Maret 2016 16.00 124 Ibid. 125 Ibid 126 European Court of Justice adalah pengadilan tertinggi yang di naungi Uni Eropa untuk menangani masalah hukum Uni Eropa. European Court of Justice didirikan pata tahun 1952 dan bertempat di Luxembourg
65
2011.127 Sebenarnya proposal pengajuan amandemen terkait Dublin II Regulation
telah diajukan sejak tahun 2008 oleh European Commision pada saat kasus warga
Afghanistan mencuat tetapi kasus ini baru diselesaikan pada tahun 2011.
Setelah pengkajian ulang oleh European Court of Justice, Dublin III
Regulation di sahkan pada 19 Juli 2013. Peraturan ini merupakan penyempurnaan
dari peraturan sebelumnya. Negara pertama yang menjadi destinasi para imigran
masih tetap harus bertanggung jawab menampung sementara tetapi seluruh negara
anggota berkewajiban untuk menanggung hal yang sama dengan menerima
permintaan negara pertama untuk men-transfer imigran ke negara tertentu.128
Peraturan ini juga mengatur bahwa para imigran memiliki hak dalam mengakses
informasi serta dapat mengajukan wawancara personal tentang keberadaan anggota
keluarga yang tidak diketahui. Selanjutnya, para imigran dapat berkesempatan
untuk menolak dan menunda pemindahan ke negara lain yang tersirat pada Pasal 4
dan 5 Dublin III Regulation.129 Dengan diterapkannya peraturan baru ini membuat
beban Yunani sangat berkurang karena semua negara anggota Uni Eropa
bertanggung jawab dalam hal penyelesaian masalah imigran dan pencari suaka.
127 Library of the European Parliament, 2012. Transfer of Asylum-Seekers and Fundamental Rights. dapat diakses di http://www.europarl.europa.eu/RegData/bibliotheque/briefing/2012/120374/LDM_BRI(2012)120374_REV1_EN.pdf pada 17 Maret 2016 16.38 128 European Parliament, 2013. Establishing the Criteria and Mechanisms for Determining the Member State Responsible for Exmaining an Application for International Protection. Regulation No. 604 dapat diakses di http://eur-lex.europa.eu/legal-content/EN/ALL/?uri=celex%3A32013R0604 pada 17 Maret 2016 17.00 129 Ibid.
66
4.3 Kerjasama Yunani Dalam Meminimalisir Angka Imigran Ilegal
Dalam kasus ini arus imigran yang selalu datang secara besar-besaran di
akibatkan oleh status Yunani yang menjadi negara anggota European Community
sejak tahun 1981. Dengan bergabungnya Yunani dengan European Community
membuat kondisi ekonomi negara tersebut berkembang dan menjadi salah satu
negara maju yang menjadi daya tarik para imigran untuk mencari pekerjaan yang
lebih baik.130 Faktor tersebut didukung oleh letak geografis Yunani yang sangat
mudah di akses karena berbatasan langsung dengan Albania, Turki, dan negara
negara di Afrika.131 Akses yang mudah tidak di ikuti oleh penegakan hukum yang
tegas, hal ini membuat banyak imigran ilegal masuk secara leluasa dan mengambil
pekerjaan di sektor sektor menengah seperti petani dan buruh. Hal ini terus berlanjut
hingga tahun 2008 saat krisis ekonomi menghantam perekonomian dunia yang
membuat banyak imigran pergi dari negaranya untuk pergi ke Yunani sebagai
tempat transit ke negara negara Eropa.
Gelombang besar-besaran lainnya adalah para pencari suaka yang mulai
berdatangan sejak tahun 2011. Mereka merupakan pengungsi dari korban perang
saudara yang terjadi akibat Arab Spring dan mencari perlindungan ke negara
terdekat yang dapat menampung mereka untuk berlindung dari kekejaman rezim
yang berkuasa di negara asalnya. Puncaknya terjadi pada akhir tahun 2011 ketika
perang saudara di Suriah pecah dan membuat warganya terancam keselamatannya
sehingga mereka melarikan diri ke Turki yang berbatasan langsung dengan Suriah
130 Antonopoulos, Georgios A., and John Winterdyk , The Smuggling 131 Charalambos Kasimis, Illegal Immigration
67
lalu melanjutkan perjalanannya ke Yunani.132 Menurut Michael P. Todaro dan
Lydia Marusko mengenai konsep imigrasi, bahwa imigran datang ke sebuah negara
diakibatkan negara asalnya yang tidak mampu menyediakan lapangan pekerjaan
dan menyebabkan banyak pengangguran serta adanya ketidakamanan yang
mengancam kelangsungan hidup warganya.133 Negara anggota Uni Eropa tidak bisa
menolak kedatangan para pencari suaka ini, walaupun mereka di cap sebagai
imigran ilegal dan harus mengajukan permohonan status pencari suaka, negara
penerima pertama harus bertanggung jawab atas pengurusan dokumen dan
perlindungan sementara sesuai dengan European Convention for the Protection of
Human Rights and Fundamental Freedoms yang menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia. Oleh karena 2 perjanjian tersebut Yunani melakukan kerjasama dengan
Frontex Tahun 2010 dan ditanda tangani di Athena oleh Executive Director of
Frontex, Ilkka Laitinen dan Greece Minister of Public Order Nikos Dendias.
Kerjasama ini berbentuk perlindungan perbatasan Yunani – Turki maupun laut
Aegean yang mulai aktif beroperasi pada 1 Oktober 2010 dengan Evaluasi setiap 9
bulan sekali.134
Penerapan Dublin II Regulation menuai banyak masalah karena semua
proses penyaringan imigran yang masuk ke Uni Eropa di bebankan kepada negara
anggota di perbatasan salah satunya Yunani.135 Tetapi hal ini mulai berubah karena
132 Natalia Banulescu Bogdan and Susan Fratzke, Europe’s Migration Crisis 133 Todaro, Michael P and Lydia Marusko, Illegal Migration 134 Frontex, 2010. Frontex Signs Seat Agreement with Greece. dapat diakses di https://web.archive.org/web/20120316180115/http://www.frontex.europa.eu/newsroom/news_releases/art74.html Pada 7 Maret 2016, 17:44 135 Maryellen Fullerton, The Refugee Law
68
diamandemennya peraturan sebelumnya menjadi Dublin III Regulation yang mulai
aktif sejak tahun 2013. Peraturan ini menitik beratkan kepada Sharing
Responsibilities yakni pengurusan imigran di perbatasan bisa di alihkan ke negara
anggota lainnya dan semua memiliki kewajiban yang sama untuk menyediakan
perlindungan sementara bagi para pencari suaka.136
4.2 Total Imigran Ilegal Yang Masuk Periode 2007-2013.137
Masalah imigran yang berlarut-larut membuat Yunani melakukan tindakan
realistis yaitu dengan membatasi perbatasannya dengan pagar besi yang di jaga oleh
petugas Frontex baik di darat maupun laut. Tidak hanya sampai disitu, Pemerintah
Yunani juga melakukan Operation Shield untuk menjaga perbatasan serta
Operation Xenios Zeus untuk mencari imigran yang tidak resmi di dalam negeri.
136 European Parliament, Establishing the Criteria 137 Greek Police Data, 2014. Dapat diakses di www.astynomia.gr pada 23 April 2016. 02.55
69
Program ini dinilai berhasil untuk menurunkan angka imigran yang masuk, serta
dengan di amandemennya Dublin II Regulation membuat beban dalam menangani
imigran berkurang karena seluruh negara anggota turut bertanggung jawab dalam
menyelesaikan masalah tersebut.
70
BAB V
KESIMPULAN
Sejak bergabungnya Yunani menjadi negara anggota Uni Eropa European
Community tahun 1981 dan kondisi geografis yang berbatasan langsung dengan
Turki yang berada di benua Asia maupun Afrika, membuat Yunani menjadi target
utama para imigran yang legal maupun ilegal untuk mencari pekerjaan atau
mengungsi baik hanya sekedar transit untuk pergi ke negara Eropa lainnya maupun
untuk tinggal di Yunani. Kondisi ekonomi Yunani yang mulai terpuruk sejak 2008
membuat negara ini di ambang kehancuran ditambah lagi peningkatan jumlan
imigran yang selalu bertambah setiap tahun membuat beban Yunani semakin berat,
hal ini dikarenakan Yunani tidak memiliki kebijakan tegas serta lemahnya
pengawasan di lapangan.
Penerapan Dublin II Regulation yang mewajibkan negara pertama yang
menjadi singgahan para imigran untuk bertanggung jawab dalam mengurus
dokumen maupun kehidupan para imigran membuat Yunani semakin terpuruk.
Dengan tidak adanya bantuan dari Uni Eropa dan kondisi ekonomi yang tidak stabil
membuat kamp pengungsi tidak terawat dan kebutuhan sehari hari para imigran
tidak terpenuhi.
Peningkatan imigran yang masuk tiap tahunnya membuat pemerintah
Yunani berinisiatif untuk membuat program regularisasi bagi para imigran yang
dikarenakan banyaknya imigran ilegal yang tidak terdaftar. Program ini telah
71
direvisi berkali-kali sejak tahun 2001 hingga tahun 2010 untuk menyempurnakan
dan mempermudah para imigran agar terdaftar dan dapat menjadi warga negara
Yunani. Tetapi kebijakan regularisasi ini mendapatkan penolakan dari warga asli
Yunani karena mereka masih menganut paham Ius Sanguinis yang berarti hanya
orang keturunan Yunani lah yang pantas menjadi warga Yunani. Sentimen negatif
warga Yunani semakin meningkat karena banyak lapangan pekerjaan yang di ambil
oleh para imigran karena gaji yang dibayarkan tergolong murah dibandingkan
memperkerjakan warga Yunani. Aspirasi warga Yunani ditampung oleh partai
oposisi Golden Dawn yang menurut para ahli partai ini merupakan perwujudan
Neo-Nazi. Partai ini menolak keras adanya imigran di negara Yunani hingga
banyak kasus kekerasan dilakukan oleh anggota Golden Dawn kepada warga
imigran.
Yunani juga berupaya untuk bekerjasama dengan pemerintah Turki dalam
memulangkan para imigran kembali ke Turki. Tetapi pemerintah Turki menolak
menerima kembali semua imigran karena mereka beranggapan bahwa sebagian dari
mereka bukan warga Turki sehingga dilakukan lah seleksi kembali antara 2 negara
tersebut. Dalam rentang 8 tahun Yunani berusaha untuk memulangkan para imigran
kembali ke Turki sebanyak 65.300 orang tetapi hanya 2.425 orang lah yang diterima
kembali sehingga kebijakan ini dinilai kurang efektif.
Masalah imigran yang tidak kunjung usai membuat Yunani berinisiatif
membuat Pagar besi sepanjang 12.5 km di perbatasan darat Yunani – Turki yang
berada di desa Kastanies dan Nea Vyssa yang mulai dibuat tahun 2011 dan Yunani
bekerjasama dengan Frontex untuk melindungi perbatasan dari para imigran selama
72
pembangunan pagar besi dilaksanakan. Pemerintah Yunani juga membuat berbagai
operasi diantaranya Operation Shield yang bertujuan untuk melindungi perbatasan
dari imigran, serta Operation Xenios Zeus yang bertugas untuk mencari dan
menangkap para imigran ilegal yang sudah masuk dan bersembunyi. Tidak sampai
disitu, pemerintah Yunani juga menyuarakan keberatan dan protesnya di pertemuan
European Commission bahwa Yunani semua beban terkait imigran di pusatkan di
Yunani dan tidak adil. Pemerintah Yunani mendesak untuk merevisi Dublin II
Regulation serta meminta negara anggota Uni Eropa turut andil dalam menangani
masalah imigran dan 2 hari setelah pernyataan tersebut, Dublin III Regulation di
sahkan. Desakan tersebut merupakan perwujudan konkrit dari kebijakan luar negeri
yang diambil untuk melindungi keamanan nasional Yunani.
Dari pemaparan sebelumnya, pertanyaan penelitian skripsi ini telah berhasil
terjawab dengan realisasi pembuatan pagar besi, berbagai macam operasi dan
kerjasama untuk menghambat para imigran masuk serta direvisinya Dublin II
Regulation membuat beban Yunani sangat berkurang karena arus imigran di
perbatasan dapat di tekan dan kebijakan sharing responsibilities bagi negara
anggota Uni Eropa untuk turut andil dalam menampung para imigran maupun
pencari suaka.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Amanda Levinson, 2005. The Regularisation of Unauthorized Migrants
Programmes in Greece. Oxford University. Hal 1-4
Baldwin Martin, 2002. Southern European labour markets and immigration: A
structural and functional analysis. Panteion University, Athens, Greece Hal.
19.
Baldwin Martin, 2002. Southern European labour markets and immigration: A
structural and functional analysis. Employment [in Greek]; in English, as
MMO Working Paper 5, Panteion University, Athens, Greece hal 19.
Baldwin Martin, 2004. Statistical Data on Immigrants in Greece: an Analytic
Study of Available Data and Recommendations for Conformity with
European Union Standards. Revised version 15 November, University
Research Institute for Urban Environment and Human Resources. Hal 16.
Baldwin Martin, 2006. Migration between Greece and Turkey: From the
Exchange of Populations to Non-Recognition of Borders. Hal. 1-6
Barry Buzan, 2008. People, States, and Fear: an Agenda for International
Security Studies in The Post Cold War Era. ECPR Press, hal 107-117
Cholezas Ioannis and Tsakloglou Panos, 2008. The Economic Impact of
Immigration in Greece: Taking Stock of the Existing Evidence, Hal. 25-30
De Divitiis, Valerio, 2011. Considerations over Factors Empowering
Radicalization in the European Union. Perspectives on immigration and
terrorism:ISSN 1874 -6376 Hal. 51–61.
Everett S. Lee. 1996. A Theory of Migration. Vol. 3, No.1. Springer. Hal. 47-57.
Hasibuan, Nurimansyah, 1987. Sejarah Pemikiran Ekonomi. Jakarta: UT,
Depdikbud
Icduygu, Ahmet. 2004. Transborder Crime between Turkey and Greece: Human
Smuggling and Its Regional Consequences. Southeast European and Black
Sea Studies 4.2 .Hal.294-314.
Icduygu, Ahmet. 2011. Europe, Turkey, and International Migration: An Uneasy
Negotiation. London, Palgrave MacMillan Publishers, Hal 201-222
James, N. Rosenau, Gavin Boyd, Kenneth W. Thompson. 1976. World Politics:
An Introduction. New York: The Free Press, hal. 27
Karakatsanis, Neovi M., and Jonathan Swarts, 2003. Migrant Women, Domestic
Work and the Sex Trade in Greece: A Snapshot of Migrant Policy in the
Making. Greek Review of Sosial Research 110: hal 239-70.
Leonidas Karakatsanis, 2014. Turkish – Greek Relations, Rapprochement, Civil
Society, and The Politic of Friendship. published by Routledge, New York,
hal 101
K.J Holsti, 1992. Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis. Bandung: Sina
Cipta, hal 21.
Lazaridis, Gabriella, and Joanna Poyago‐Theotoky, 2002. Undocumented
migrants in Greece: Issues of regularization. International Migration 37.4:
715-740.
Lianos, Theodore P, 2004. Report on Immigration to Greece (Pilot Study). Hal.
24-26
Soeprapto. 1997. Ilmu Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku.
PT Raja Grafindo Persada hal. 35.
Todaro, Michael P. and Lydia Marusko, 1987. Illegal Migration and US
Immigration Reform: A Conceptual Framework. Population Development
Review 13 Hal. 101-114
Vasilopoulou, 2015. The Golden Dawn’s Nationalist Solution. Edition 1. Palgrave
Macmillan US. hal 32
William D Coplin dan Marsedes Marbun, 2003. Pengantar Politik Internasional:
Suatu Telaah Teoritis. Bandung: Sinar Baru Algesindo edisi ke-2. hal 30
Jurnal:
Alexandrooupolis and Banja Koviljaca, 2012. Would be Imigrants to Europe can
go almost anywhere for a price.
Fakiolas, R. And King R. 1996. Emigration, Return, Immigration: A Review and
Evaluation of Greece’s Experience of International Migration. International
Journal of Population Geography Vol. 2: Hal.171-190
Antonopoulos, Georgios A., and John Winterdyk. 2006 . The Smuggling of
Migrants in Greece an Examination of its Social Organization. European
Journal of Criminology 3.4 Hal.439-461.
Borjas, G.J. 1994. The economics of immigration, Journal of Economic Literature
Friedrich Heckmann, 2004. Ilegal Migration: What Can We Know And What Can
We Explain? The Case of Germany, international migration review, Volume
38 Hal.1106
Hellenic Statistical Authority, 2013. Mean yearly unemployment rate by NUTS3
area (1st Quarter 2004-4th Quarter 2013. Letter to Author, 8.
Hellenic Statistical Authority, Unemployment Rates by Nationality in
Percentages. Various Years
Iosifides T. Dan King R, 1996. Recent Immigration to Southern Europe: Socio-
Economic and labour market context. hal 70-94
Maria Lianou, 2010. Illegal Economic Immigrants in Greece. MA, National and
Kapodistrian University of Athens
Maryellen Fullerton, 2011. The Refugee Law Reader. Sixth Edition Budapest –
Newyork hal. 45
National Statistical Authorithy, Labour Force Survey. Various Years
OECD, 2013. Economic Surveys: Greece November 2013. hal 123-124
Papadopoulou, Aspasia, 2004. Smuggling into Europe: transit migrants in
Greece. Journal of Refugee Studies 17.2: 167-184.
Robolis, S. 2009. Report for Greece, Permanent Observation System on
Migration. SOPEMI
Roe Paul, 2011. Global Security and International Political Economy. Vol. 1 –
The Societal Dimension of Global Security. hal 3 dapat diakses
http://www.eolss.net/sample-chapters/c04/e1-68-04.pdf
Triandafyllidou Annawith R. Gropas, 2009. Constructing Difference: The Mosque
Debates in Greece. Journal of Ethnic and Migration Studies, Vol 35 hal.
957-977.
Triandafyllidou Anna, 2014. Migration in Greece Recent Developments in 2014.
hal 7-8
Website:
A sofinar, 2014. The UN Refugee Agency Indonesia, Pencari Suaka, dapat diakses
di http://www.unhcr.or.id/id/siapa-yang-kami-bantu/pencari-suaka pada 20
November 2014 15.20
Civic stratification, ‘Plastic’ citizenship and ‘plastic subjectivities’ in Greek
Immigration Policy, Law 3536/2007 dapat diakses di
http://www.umdcipe.org/conferences/Maastricht/conf_papers/Papers/Greek
_Immigration_Policy.pdf pada 18 Februari 2016 17.50
Charalambos Kasimis, 2012. Greece: Illegal Immigration in the Midst of Crisis.
Agricultural University of Athens dapat diakses di
http://www.migrationpolicy.org/article/greece-ilegal-immigration-midst-
crisis, pada 20 November 2014 12.30
Christos Mouzeviris, 2013. The impact of the Dublin II Regulation on Greece.
Dapat diakses di http://one-europe.info/dublin-ii-regulation-and-its-impact-
on-greece pada 11 Januari 2016
Clandestina, 2011. Evros Fence to be Built, Detentions Centers Announced. dapat
diakses di https://clandestinenglish.wordpress.com/2011/05/21/evros-fence-
to-be-built-detentions-centers-announced/ Pada 7 Maret 2016, 19.44
CMSNY, 2013. Greece’s Golden Dawn and the Anti-Immigrant Platform. CMS
News dapat diakses di http://cmsny.org/2013/02/04/greeces-golden-dawn-
and-the-anti-immigrant-platform/ pada 17 Maret 2016 18.55
Codification of Legislation on The Entry, Residence and Social Integration of
Third Country Nationals on Greek Territory, Law 3386/2005 dapat diakses
di
http://www.mfa.gr/switzerland/images/docs/ethnikes_theoriseis/codification
_of_legislation_en.pdf pada 18 Februari 2016. 16.30
Council Regulation (EC) No. 343/2003.art. 3. at.3 dapat di akses di http://eur-
lex.europa.eu/LexUriServ/LexUriServ.do?uri=OJ:L:2003:050:0001:0010:E
N:PDF pada 17 Maret 2016. 19.29
Counter Extrimism Project, 2015. Golden Dawn. dapat diakses di
http://www.counterextremism.com/threat/golden-dawn pada 17 Maret 2016
18:53
Ekathumerini Newspaper, 2012. Minister in Eu Row Over Fence. dapat diakses
dihttp://www.ekathimerini.com/138924/article/ekathimerini/news/minister-
in-eu-row-over-fence Pada 7 Maret 2016, 19.21
Ekathimerini, 2013. Greece wants ‘redistribution’ of irregular immigration
burden. dapat diakses di
http://www.ekathimerini.com/137289/article/ekathimerini/news/greece-
wants-redistribution-of-irregular-immigration-burde pada 17 Maret 2016
15.45
Entry and Stay of Aliens in Greek Territory. Acquisition of Greek Citizenship by
Naturalisation and Other Provisions, Law 2910/2001 dapat diakses di
http://eudo-
citizenship.eu/NationalDB/docs/GRE%20Law%202910%202001%20(Engli
sh).pdf pada 25 Februari 2016. 13.45
Eudo Citizenship, 2013. What Next for Greek Nationality Law?. Dapat diakses di
http://eudo-citizenship.eu/news/citizenship-news/806-what-next-for-greek-
nationality-law pada 18 Februari 2016. 18.00
EurActiv, 2015. EU Won’t adopt Australian Model of Turning Back Immigrant
Boats. dapat diakses di http://www.euractiv.com/section/justice-home-
affairs/news/eu-won-t-adopt-australian-model-of-turning-back-immigrant-
boats/ pada 19 Februari 2016. 17.20
European Commission, Directorate-General for Communication, 2009. An
opportunity and a challenge Migration in the European Union. Manuscript
completed dapat diakses di http://www.enpi-
info.eu/files/publications/Migration-in-Europe-an-opportunity-and-a-
challenge.doc pada 10 Agustus 2015. 12.45
European Council of the European Union. Convention determining the State
responsible for examining applications for asylum lodged in one of the
Member States of the European Communities (Deposited with the
Government of Ireland)". Dapat diakses di
http://www.consilium.europa.eu/en/documents-publications/agreements-
conventions/agreement/?aid=1990090 pada 20 Januari 2016. 16.50
European Council on Refugees and Exiles, 2008. Sharing Responsibility for
Refugee Protection in Europe: Dublin Reconsidered. ECRE. Retrieved
2008-03-31. Dapat diakses di
http://www.ecre.org/component/content/article/134.html pada 11 Januari
2016
European Council on Refugees and Exiles, 2012. What is Dublin System?. Dapat
diakses di http://www.ecre.org/topics/areas-of-work/protection-in-
europe/10-dublin-regulation.html pada 11 Januari 2016. 11.00
European Court of Human Right, 2011 dapat diakses di
http://www.w2eu.info/dublin2.en.html?file=tl_files/doc/Dublin2/dublingree
ce2012_en.pdf pada 11 Januari 2016
European Commission, Greece Unemployment Benefits dapat diakses di
http://ec.europa.eu/social/main.jsp?catId=1112&langId=en&intPageId=259
3 pada 1 Maret 2016. 17.50
European Union Agency for Fundamental Rights. 2011. Fundamental Rights:
Challenges and Achievements. hal 28, dapat diakses di
http://ec.europa.eu/health/sti_prevention/docs/ev_20130527_discussion_pap
er_en.pdf pada 1 Maret 2016. 18.20
European Parliament, 2013. Establishing the Criteria and Mechanisms for
Determining the Member State Responsible for Exmaining an Application
for International Protection. Regulation No. 604 dapat diakses di http://eur-
lex.europa.eu/legal-content/EN/ALL/?uri=celex%3A32013R0604 pada 17
Maret 2016 17.00
Fani Toli, 2011. 2000 Illegal Immigrants Drown in Mediterranean Waters dapat
diakses di http://greece.greekreporter.com/2011/11/30/2000-illegal-
immigrants-drown-in-mediterranean-waters/ pada 7 Maret, 18:46
Frontex, Greek Ministry for Public Order. The Wallstreet Journal dapat diakses
http://hellenicleaders.com/blog/amnesty-internationals-report-on-
immigration-in-greece-a-call-for-international-action/#.VwYz2Pl96Cg pada
11 November 2014. 12.45
Frontex, 2010. Frontex Signs Seat Agreement with Greece. Dapat diakses di
https://web.archive.org/web/20120316180115/http://www.frontex.europa.eu
/newsroom/news_releases/art74.html Pada 7 Maret 2016, 17:44
Frontex, 2012. Western Balkan Route. dapat diakses di
dihttp://frontex.europa.eu/trends-and-routes/western-balkan-route pada 11
November 2014 14.20
Frontex, 2012. Fran Quarterly Issue. dapat diakses di
http://frontex.europa.eu/assets/Publications/Risk_Analysis/FRAN_Q3_2012.pdf
pada 7 Maret 2016, 20.07
Godam, 2012. Daftar Negara Penganut Asas Kewarganegaraan Ius Soli dan Ius
Sanguinis. Dapat diakses di http://www.organisasi.org/1970/01/daftar-
negara-penganut-asas-kewarganegaraan-ius-soli-dan-ius-sanguinis.html
pada 2 Maret 2016. 19.29
Greek Police Data, 2014. Dapat diakses di www.astynomia.gr pada 23 April 2016.
02.55
Hellenic Statistical Authority, 2013. National Census 2011
International Organization for Migration, 2015. How the World Views Migration:
IOM - Gallup World Poll. dapat diakses di https://www.iom.int/news/how-
world-views-migration-iom-gallup-world-poll pada 26 Februari 2016. 05.30
Journal of the Abroad, 2013. Public order Minister appeals for EU’s help with
illegal migration problems.Dapat diakses di
http://journaloftheabroad.wordpress.com/2013/06/21/public-order-minister-
appeals-for-eus-help-with-illegal-migration-problems/ pada 17 Maret 2016
16.00
Katerina Linos, 2003. Understanding Greek Immigration Policy. University of
California, Berkeley – School of Law dapat diakses di
http://ssrn.com/abstract=1881037 pada 24 Februari 2016. 18.20
Kathy zilifakis, 2012. Global Security dapat diakses di
http://www.globalsecurity.org/military/world/europe/gr-turkey-fence.htm
pada 10 November 2014 13.20
Library of the European Parliament, 2012. Transfer of Asylum-Seekers and
Fundamental Rights. dapat diakses di
http://www.europarl.europa.eu/RegData/bibliotheque/briefing/2012/120374/
LDM_BRI(2012)120374_REV1_EN.pdf pada 17 Maret 2016 16.38
Matina Stevis, 2012, Ilegal Immigration Emerges as New Crisis for Greece. dapat
diakses di
http://online.wsj.com/articles/SB10000872396390444506004577617383132
000476 pada 15 November 2014. 15.17
Matthaios Tsimitakis, 2013. Golden Dawn is a Product of Greece’s Crisis. dapat
di akses di
http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2013/08/20138794312724889.ht
ml pada 17 Maret 2016 15.35
Minister of Citizen Protection, 2012. Parliamentary Reply. dapat diakses di
http://www.hellenicparliament.gr/UserFiles/67715b2c-ec81-4f0c-ad6a-
476a34d732bd/7696899.pdf pada 7 Maret 2016, 20.00
Ministry of Citizen Protection, 2013. Revised National Action Plan on Greek
Asylum and Migration Management. dapat diakses di
http://www.europarl.europa.eu/meetdocs/2009_2014/documents/libe/dv/p4_
progressreport_/p4_progressreport_en.pdf pada 7 Maret 2016, 20.39
Natalia Banulescu-Bogdan and Susan Fratzke, 2015. Europe’s Migration Crisis in
Context: Why Now and What Next. dapat diakses di
http://www.migrationpolicy.org/article/europe-migration-crisis-context-
why-now-and-what-next pada 29 Januari 2016
Panagiotis, 2014. Greek Island dapat diakses http://www.greek-islands.us/ diakses
pada 10 Desember 2014. 13.52
Regulation (EU) No 604/2013 of the European Parliament and of the Council,
dapat di akses di http://eur-lex.europa.eu/legal-
content/EN/TXT/?uri=CELEX:32013R0604 pada 12 Januari 2016. 12.30
Residence/Work Permits for Undocumented Workers in Greece dapat diakses di
http://livingingreece.gr/2007/06/29/residencework-permit-for-
undocumented-workers-in-greece/ pada 23 September 2015. 15.46
Risk Analysis Unit, 2010. Extract from the Annual Risk Analysis 2010. hal 3 dapat
diakses di http:
//frontex.europa.eu/assets/Publications/Risk_Analysis/Annual_Risk_Analys
is_2010.pdf. pada 17 September 2015. 12.32
Summaries of EU legislation dapat diakses di
http://europa.eu/legislation_summaries/justice_freedom_security/free_move
ment_of_persons_asylum_immigration/l33153_en.htm diakses pada 1
November 2014. 12.20
Today’s Zaman, 2009. Ilegal immigration and the future of Greco-Turkish
relations. Dapat diakses di http://www.todayszaman.com/national_ilegal-
immigration-and-the-future-of-greco-turkish-relations_182785.html pada 12
Maret 2016. 14.20
Triandafyllidou Anna and Ruby Gropas, 2005. Migration in Greece at a Glance.
hal 3, dapat diakses di http://www.eliamep.gr/wp-
content/uploads/en/2008/10/migration.pdf
LAMPIRAN
Dublin III Regulation