PT Pertamina (Persero)
Jln. Medan Merdeka Timur No.1A Jakarta 10110
Telp (62-21) 381 5111 Fax (62-21) 384 6865
http://www.pertamina.com
Jakarta, 30 Mei 2016
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN SPBN/SPDN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN BBM BAGI NELAYAN
2
Peran KKP, BPH Migas dan Pertamina dalam
Pelaksanaan Pelayanan BBM Subsidi untuk Nelayan :
BPH Migas
Kementrian
KP
Pertamina
• Menentukan Kuota BBM Bersubsidi untuk sektor
Nelayan di seluruh Indonesia
• Mengkoordinasikan kegiatan pengawasan
penyaluran BBM bersubsidi untuk Nelayan
• Menentukan lokasi-lokasi sentra nelayan yang
membutuhkan pelayanan BBM bersubsidi
• Merekomendasikan titik lokasi dan calon pengelola
lembaga penyalur khusus nelayan
• Mengevaluasi kebutuhan BBM nelayan secara akurat
berdasarkan data jumlah kapal nelayan dan data
pendukung lainnya
• Memastikan BBM bersubsidi untuk nelayan
tersalurkan dengan baik sesuai kuota yang
ditetapkan ke lembaga penyalur yang ditunjuk
• Membentuk Lembaga Penyalur untuk nelayan di
lokasi yang direkomendasikan oleh KKP
3
SPBU : Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum, melayani
konsumen kendaraan bermotor dan konsumen pengguna
lainnya yang berhak sesuai ketetentuan, khususnya di darat.
APMS : Agen Premium dan Minyak Solar,
merupakan cikal bakal SPBU, melayani konsumen
pengguna di daerah terpencil
JENIS LEMBAGA PENYALUR PERTAMINA YANG MELAYANI KEBUTUHAN
BBM PSO UNTUK NELAYAN
SPBN : Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan, melayani
konsumen Nelayan dan Usaha Perikanan
SPDN : Solar Packed Dealer Nelayan,
merupakan Cikal Bakal SPBN, melayani
konsumen Nelayan dan usaha Perikanan
SPBB : Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Bunker,
melayani pengisian Bahan Bakar untuk Bungker pada
konsumen yang berhak sesuai ketentuan.
4
REALISASI VOLUME PENYALURAN PREMIUM & SOLAR SUBSIDI NASIONAL
UNTUK NELAYAN TAHUN 2008 - 2015
- Volume Kebutuhan Nelayan per tahun (Data KKP Tahun 2014) : 2.795.147 KL (termasuk
kebutuhan Kapal Nelayan > 30 GT)
- Penurunan konsumsi pada tahun 2015, karena kebijakan pelarangan kapal nelayan > 30 GT
menggunakan BBM Bersubsidi
Note : Data diunduh dari SAP BI dipadukan dengan laporan Sales di Region
Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
SPBN
68.016
84.682
98.173
100.016
161.876
120.035
128.286
112.136
SPDN
92.283
107.328
124.427
18.397
297.756
242.865
257.940
239.675
SPBB
260.248
24.354
279.235
296.348
479.639
324.469
304.731
183.327
SPBU / APMS
Laut 113.628 115.681
136.601
466.149
754.462
970.063
975.829
870.681
TBBM
130.229
143.891
100.148
127.444
206.268
131.040
130.918
92.992
Total
664.404
475.936
738.584
1.008.354
1.900.001
1.788.472
1.797.704
1.498.810
SEBARAN LEMBAGA PENYALUR NELAYAN
September 1999
DOMESTIC MARKETING & SUPLYDOMESTIC MARKETING & SUPLY
AND DITRIBUTION PATERNAND DITRIBUTION PATERN
S U
M A
T E
R A
IRIAN
JAYA
SULAWESI
KALIMANTAN
SOUTH CHINA SEA
JAWA SEA
BANDA SEA
PACIFIC OCEAN
N
SIS-DIS\MAS TER\ MAP\IN\ 5/9 6
EX. REFINERY
EX. SUPPL Y POINT
PI PE LINES
EX. TRANSIT TERMNAL
DOWN
STREAM
MOR I
MOR II
MOR III
MOR IV
MOR V
MOR VI
MOR VII
Marketing Operation
Region
MOR VIII
JENIS PENYALUR MOR I MOR II MOR III MOR IV MOR V MOR VI MOR VII MOR VIII TOTAL
1. SPBB 12 7 6 4 9 19 1 0 58
2. SPBN 2 7 3 11 4 6 4 6 43
3.SPDN 44 27 14 18 45 23 62 23 256
TOTAL 58 41 23 33 58 48 67 29 357
JUMLAH SPBU & APMS YANG MELAYANI NELAYAN
Jumlah Lembaga Penyalur Jenis Lembaga Penyalur
Row Labels APMS SPBU Grand Total
Region I 66 91 157
Aceh 6 39 45
Kepulauan Riau 19 9 28
Riau 26 26
Sumatera Barat 1 10 11
Sumatera Utara 14 33 47
Region II 32 21 53
Bangka Belitung 24 7 31
Bengkulu 6 6
Lampung 4 8 12
Sumatera Selatan 4 4
Region III 57 57
Banten 8 8
Jawa Barat 49 49
Region IV 31 31
DI Yogyakarta 8 8
Jawa Tengah 23 23
Region V 33 126 159
Bali 6 6
Jawa Timur 9 72 81
NTB 32 32
NTT 18 22 40
Jumlah Lembaga Penyalur Jenis Lembaga Penyalur
Row Labels APMS SPBU Grand Total
Region VI 90 20 110
Kalimantan Barat 7 7 14
Kalimantan Selatan 3 13 16
Kalimantan Tengah 22 22
Kalimantan Timur 58 58
Region VII 89 125 214
Gorontalo 1 1
Sulawesi Barat 4 4
Sulawesi Selatan 12 74 86
Sulawesi Tengah 28 26 54
Sulawesi Tenggara 44 10 54
Sulawesi Utara 5 10 15
Region VIII 77 10 87
Maluku 25 2 27
Maluku Utara 20 4 24
Papua 19 2 21
Papua Barat 13 2 15
Grand Total 387 481 868
Selain SPDN/SPBN/SPBB, kebutuhan BBM untuk nelayan selama ini juga dilayani melalui 868 SPBU
dan APMS yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total penyaluran +/- 870.681 KL Premium
dan Solar per Tahun
7
DINAMIKA DALAM PENYALURAN BBM SUBSIDI
UNTUK NELAYAN
1. Sulitnya menetapkan jumlah kebutuhan BBM yang tepat bagi kapal-
kapal ikan, dikarenakan tidak ada/ sulitnya mendapatkan data kapal
dan data operasionalnya yang valid dari pihak nelayan maupun
Instansi yang terkait
2. Kesulitan Nelayan dalam memperoleh surat rekomendasi pembelian
BBM subsidi dari instansi terkait.
3. Alokasi yang diberikan untuk SPDN seringkali sudah habis di
pertengahan bulan (atau sebaliknya), hal ini terkait dengan musim
melaut nelayan
4. Adanya perpindahan kelompok nelayan ke lokasi lain (sesuai dengan
musim) sehingga menyulitkan penetapan alokasi secara tetap di
suatu wilayah Kab/Kota tertentu.
5. Skema pembelian BBM oleh Nelayan Umumnya BBM dibeli oleh
juragan yang selanjutnya menyuplai paket BBM dan sembako kepada
Nelayan.
8
9
10
UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN BBM SUBSIDI
UNTUK NELAYAN
1. Menambah lembaga penyalur nelayan baru (SPDN/SPBN) di sentra
nelayan yang belum tersedia lembaga penyalur khusus nelayan.
2. Untuk daerah-daerah yang belum tersedia SPDN/SPBN, Nelayan tetap
dapat membeli BBM di SPBU/APMS dengan Surat Rekomendasi dari
Instansi Teknis terkait (DKP) sesuai ketentuan Pemerintah
3. Berkoordinasi dengan BPH Migas dan KKP untuk menetapkan kuota
BBM Subsidi khusus Nelayan dan selanjutnya mengalokasikan kuota
tersebut ke masing-masing wilayah Kabupaten/Kota sesuai data
kebutuhan nelayan yang riil
4. Dalam rangka memastikan penyaluran BBM Subsidi untuk Nelayan
tepat sasaran, Pertamina bekerjasama dengan BRI dan KKP telah
mengujicobakan sistem pembayaran non cash dengan “Fuel Card” di
beberapa wilayah.
11
PROSEDUR PERIJINAN DAN PEMBANGUNAN SPDN/SPBN
Calon Pengusaha
Mengajukan Surat ke
Pertamina (GM Fuel Retail
Marketing Region),
dilengkapi :
1. Fotocopy KTP
2. Denah rencana
SPDN/SPBN
3. Akta kepemilikan tanah
4. Surat Rekomendasi
DKP Kab/Kota dan
Provinsi
5. Surat Rekomendasi KKP
Dirjen KP3K
Evaluasi oleh Pertamina
Dengan mempertimbangkan
aspek :
1. Ketersediaan kuota BBM
PSO
2. Kelayakan Operasi
3. Keberadaan lembaga
penyalur lain
4. Potensi pasar
5. Perkembangan daerah
6. Dll.
Jika disetujui
Surat dari Pertamina untuk meminta
kelengkapan administrasi
(Izin Pemda, SITU, SIUP dll).
Calon Pengusaha melengkapi
persyaratan administrasi dalam batas
waktu yang ditentukan.
Pertamina menerbitkan Surat
Persetujuan Pembangunan dan
gambar teknik SPDN/SPBN
Calon Pengusaha membangun
SPDN/SPBN sesuai standar dan batas
waktu yang ditentukan.
Jika lengkap
Pertamina memeriksa fisik bangunan
SPDN/SPBN, aspek teknik,dan HSSE.
Jika sesuai standar
Kontrak dan Surat
Persetujuan Operasi
SPDN/SPBN.
Operasional
12
STANDAR FORMAT FISIK SPDN TYPE B
13
Contoh SPDN
SPDN
SPBB
14
Contoh SPBN - SPBB
15
PENENTUAN QUOTA SPDN / SPBN
Pihak DKP merekomendasikan kebutuhan BBM di sentra nelayan berdasarkan hasil verifikasi
kebutuhan nelayan
Berdasarkan hasil pengecekan lapangan petugas Pertamina serta data jumlah dan jenis kapal
yang sudah diverifikasi oleh DKP dilakukan perhitungan perkiraan kebutuhan nelayan, dengan
formula sbb :
Jumlah Kebutuhan Nelayan dipengaruhi oleh: Kapasitasitas Mesin, Jumlah Mesin, Waktu
Melaut/Trip, dan Jumlah hari Efektif Melaut
Dimana :
α = angka konstanta jenis BBM (ditetapkan 0,16)
KM = Kapasitas mesin (HP),
JM = jumlah mesin,
LP = lama mesin bekerja (jam),
µ = efisiensi (ditetapkan 0,8)
Volume = α X (KM x JM) X LP x µ
Evaluasi Kebutuhan nelayan dilakukan 3 (tiga) bulan sekali dengan mempertimbangkan :
• Data Realisasi 3 bulan terakhir (data historis)
• Musim Melaut
• Perkembangan Jumlah Kapal Nelayan, berdasarkan rekomendasi dari DKP
Dengan pertimbangan diatas, setiap 3 bulan alokasi untuk SPDN/SPBN disesuaikan sesuai
kebutuhan
1. TAHAP AWAL (PENENTUAN QUOTA SPDN/SPBN BARU)
2. TAHAP EVALUASI (3 BULANAN)
TERIMA KASIH
17
REALISASI PENYALURAN BBM PSO UNTUK NELAYAN PER REGION
TAHUN 2015
Note : Data diunduh dari SAP BI dipadukan dengan laporan Sales di Region
PREMIUM
(KL)
SOLAR/BIO
(KL)
PREMIUM
(KL)
SOLAR/BIO
(KL)
PREMIUM
(KL)
SOLAR/BIO
(KL)
PREMIUM
(KL)
SOLAR/BIO
(KL)
PREMIUM
(KL)
SOLAR/BIO
(KL)
PREMIUM
(KL)
SOLAR/BIO
(KL)
PREMIUM
(KL)
SOLAR/BIO
(KL)
I 3.824 5.942 1.494 31.665 - 3.924 700 44.875 3.046 113.623 - 4.474 9.064 204.503
II 1.550 1.008 2.582 10.172 300 12.992 1.104 19.918 3.660 - - 2.498 9.195 46.587
III - - - 82.756 - 8.444 - 18.884 - 218.657 - 16.847 - 345.588
IV - - - 13.723 - 54.528 4.040 32.160 994 3.819 - 3.007 5.034 107.237
V 7.186 665 - 17.893 2.202 6.906 8.292 39.202 - 289.713 - 25.933 17.680 380.311
VI 768 7.222 3.485 15.698 576 6.727 - 14.332 4.766 51.828 - 7.491 9.594 103.299
VII 6.759 1.411 - 3.859 891 6.941 696 30.694 83.945 23.083 - 24.214 92.291 90.201
VIII 7.327 6.647 - - 4.785 2.920 12.685 12.093 9.009 14.230 - 8.529 33.806 44.419
TOTAL 27.414 22.894 7.560 175.767 8.754 103.382 27.517 212.158 105.420 714.954 - 92.992 176.665 1.322.146
TBBM TOTAL
MOR
APMS SPBB SPBN SPDN SPBU
REALISASI PENYALURAN BBM PSO UNTUK NELAYAN TAHUN 2015 :
• Premium : 176.665 KL
• M. Solar : 1.322.146 KL
Total : 1.498.810 KL
18
REALISASI PENYALURAN BBM PSO UNTUK NELAYAN PER PROVINSI TAHUN
2015
Note : Data diunduh dari SAP BI dipadukan dengan laporan Sales di Region
PREMIUM PREMIUM PREMIUM PREMIUM PREMIUM TOTAL SOLAR/BIO SOLAR/BIO SOLAR/BIO SOLAR/BIO SOLAR/BIO SOLAR/BIO SOLAR/BIO SOLAR/BIO
SPBU APMS SPBB SPDN SPBN PREMIUM SPBU APMS SPBB SPDN SPBN PerikananAngkutan
LautTOTAL
I Nanggroe Aceh Daruss - - - - - - 5.813 196 - 9.521 3.924 - 454 19.908
I Sumatera Utara - - - - - - 86.381 2.389 11.128 24.173 - - 665 124.737
I Sumatera Barat - - - 700 - 700 18.943 146 - 6.017 - - 486 25.591
I Riau - 3.137 - - - 3.137 - - 5.282 2.316 - - 403 8.001
I Kepulauan Riau 3.046 688 1.494 - - 5.228 2.486 3.211 15.254 2.848 - - 2.466 26.265
II Jambi - - - - - - - - 30 435 2.144 - - 2.609
II Bengkulu 2.176 - - - - 2.176 - - - 4.584 - - 140 4.724
II Sumatera Selatan 1.484 - 2.582 - - 4.065 - 1.008 10.142 - - - 393 11.543
II Bangka-Belitung - 896 - 1.104 300 2.300 - - - 14.899 6.911 - 1.550 23.360
II Lampung - 654 - - - 654 - - - - 3.937 - 414 4.351
III DKI Jakarta - - - - - - - - 33.523 1.872 - - 16.847 52.242
III Banten - - - - - - 35.136 - 46.675 8.744 2.248 - - 92.803
III Jaw a Barat - - - - - - 183.521 - 2.558 8.268 6.196 - - 200.544
IV Jaw a Tengah - - - 4.040 - 4.040 - - 13.723 32.160 54.528 - 3.007 103.418
IV DI Yogyakarta 994 - - - - 994 3.819 - - - - - - 3.819
V Jaw a Timur - 5.147 - 4.248 - 9.395 280.659 265 12.094 29.520 4.064 20 17.556 344.178
V Bali - - - 3.520 - 3.520 4.040 - 5.799 1.448 2.384 - 2.717 16.388
V Nusa Tenggara Barat - - - 64 2.202 2.266 2.720 - - 1.928 458 - 3.609 8.715
V Nusa Tenggara Timur - 2.039 - 460 - 2.499 2.294 400 - 6.306 - 410 1.620 11.030
VI Kalimantan Barat - - 493 - 72 565 41.918 2.768 8.349 7.332 4.481 - 864 65.712
VI Kalimantan Tengah - - 45 - - 45 2.276 1.626 2.847 2.565 - - 442 9.756
VI Kalimantan Selatan - - - - - - 4.542 329 - 3.200 790 - 1.715 10.576
VI Kalimantan Timur 4.354 - - - 504 4.858 2.979 1.852 2.941 645 1.456 - 4.260 14.133
VI Kalimantan Utara 412 768 2.947 - - 4.127 114 648 1.562 590 - - 209 3.122
VII Sulaw esi Utara - - - 568 - 568 1.725 103 2.381 6.336 - 70 6.801 17.416
VII Gorontalo 1.252 36 - - - 1.288 598 16 - 899 - - 320 1.833
VII Sulaw esi Tengah 6.362 313 - - - 6.675 2.392 313 499 626 - - 883 4.714
VII Sulaw esi Tenggara 56.917 6.061 - 128 512 63.618 1.278 555 - 5.774 6.501 434 3.586 18.127
VII Sulaw esi Selatan 19.414 349 - - 379 20.141 7.484 337 979 16.595 440 - 12.120 37.955
VII Sulaw esi Barat - - - - - - 9.606 87 - 464 - - - 10.157
VIII Maluku 4.872 4.772 - 515 155 10.314 4.301 2.871 - 2.670 415 26 3.517 13.800
VIII Maluku Utara 3.452 2.081 - 235 865 6.633 4.085 2.340 - 2.790 995 - 1.893 12.103
VIII Papua - - - 5.140 2.565 7.705 1.370 1.078 - 4.458 1.030 - 1.205 9.140
VIII Papua Barat 685 475 - 6.795 1.200 9.154 4.474 359 - 2.175 480 (20) 1.908 9.376
105.420 27.414 7.560 27.517 8.754 176.665 714.954 22.894 175.767 212.158 103.382 940 92.052 1.322.146 TOTAL
PROVINSIMOR
19
BESARAN MARGIN YANG DIBERIKAN UNTUK
LEMBAGA PENYALUR NON SPBU
20
Sumber Data : Kementerian Kelautan dan Perikanan
URAIAN JUMLAH KEBUTUHAN (KL)
Perikanan Tangkap 395.975 unit 2.195.147
• Kapal Motor < 30 GT 391.208 unit 940.366
• Kapal Motor Tempel 231.333 unit 74.619
• Kapal Motor (< 5 GT) 110.163 unit 122.593
• Kapal Motor (5 – 10 GT) 31.460 unit 123.126
• Kapal Motor (10 – 20 GT) 10.988 unit 323.239
• Kapal Motor (20 – 30 GT) 7.264 unit 296.790
• Kapal Motor > 30 GT 4.767 unit 1.254.781
• Kapal Motor ( > 30 – 60 GT) 1.434 unit 148.331
• Kapal Motor > 60 – 100 GT 1.311 unit 435.210
• Kapal Motor > 100 GT 2.022 unit 671.240
Perikanan Budidaya 600.000
JUMLAH 2.795.147
KEBUTUHAN BBM NELAYAN TAHUN 2014
21
Mekanisme Pembelian BBM PSO oleh Nelayan dengan Fuel card
Transaksi Menu :
Payment BBM Subsidi
Isi BBM
SPBB SPDN
SPBN
22
Detail Mekanisme Transaksi
Pemegang Nelayan
Pemegan
g SPDN/SPBN/
SPBB Pemegan
g BANK
Pemegan
g Pertamina
Mentransaksikan
“Fuel Card"
Transaksi
Menggunakan
Menu Subsidi
Sukses
Melakukan
Pengisian BBM
Menerima Kembali
“Fuel Card"
Menerima Data
Settlement
Proses Settlement
dan Validasi
Transaksi
Reporting
Pelimpahan Ke
Rekening
Menerima Rekap
Transaksi Per
Periode
Melakukan
Settlement
Mekanisme Pembelian BBM PSO oleh Nelayan
dengan Fuel card
Design SPBU Transportable Untuk Nelayan
(SPDN Tranportable)
24
LATAR BELAKANG PELAYANAN BBM
MELALUI SPBU-T UNTUK NELAYAN
• Lembaga penyalur pelayanan BBM kepada nelayan belum
tersedia di semua daerah.
• Harga jual BBM kepada nelayan di beberapa tempat lebih
tinggi dari harga Perpres. Karena mereka membeli melalui
pengecer/ tengkulak.
• Nelayan harus mengeluarkan biaya tambahan (ongkos angkut
ke lokasi sentra nelayan) jika membeli melalui SPBU
• Perlunya lembaga penyalur resmi yang dibuat khusus melayani
kebutuhan BBM nelayan sesuai dengan harga Perpres dan
menyebar disemua Sentra Nelayan
25
CONTOH SPBU-T
EXISTING
Sarfas Pelayanan SPBU-T :
• Kapasitas tangki Timbun 8 KL
• Pompa Dispenser 2 Nozle
• Omzet BBM Kurang dari 5 KL
• Berada di daerah terpencil
• Luas lahan +/- 400 meter persegi
• Jaringan listrik/genset 20 KVA
• Harga jual sesuai dengan Perpres
• Biaya Investasi sekitar 500 juta
(diluar tanah dan perizinan)
26
PERSYARATAN LOKASI SPBU-T
UNTUK NELAYAN
• Berada di daerah sentra-sentra nelayan / PPI / TPI / Lokasi Budidaya
Perikanan
• Jumlah kebutuhan nelayan di bawah 6 KL/hari
• Jalan menuju lokasi dapat dilalui oleh mobil truck trailer pembawa
kontainer 20 feet (untuk mobilisasi fasilitas) dan mobil tangki BBM
(untuk supply BBM-nya)
• Untuk sentra nelayan yang sulit dilalui mobil tangki, lokasi
penempatan SPBU-T diprioritaskan di dekat lokasi SPBU yang
selama ini menjadi tempat pengambilan BBM oleh Nelayan
• Perlu Ditetapkan alokasi BBM Solar subsidi khusus untuk nelayan yang
akan dialokasikan untuk rencana penambahan SPBU-T khusus nelayan
27
BIAYA PEMBANGUNAN @SPBU-T RP. 494,010,000
ESTIMASI BIAYA PENYIAPAN LOKASI & MOBILISASI SARFAS RP. 100,000,000
TOTAL INVESTASI @SPBU-T RP. 594,010,000
ESTIMASI BIAYA INVESTASI
SPBU-T NELAYAN
Anggaran PKBL PERTAMINA Tersedia Rp. 250 Miliar,
hanya cukup untuk pembangunan sekitar 421 SPBU-T
28
STANDAR FORMAT FISIK SPDN Transportable
29
STANDAR FORMAT FISIK SPDN Transportable
Konversi BBM ke LPG u Nelayan Kecil
Dasar Hukum Penugasan
Keputusan Menteri ESDM Nomor 537K/12/MEM/2016
Penugasan Kepada Pertamina Dalam Penyediaan dan Pendistribusian Paket Perdana LPG Untuk Kapal Perikanan Bagi Nelayan Kecil Tahun 2016
Peraturan Presiden Nomor 126 Tahun 2015
Penyediaan, Pendistribusian dan Penetapan Harga LPG Untuk Kapal Perikanan Bagi Nelayan Kecil
PELAKSANAAN KONVERSI MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB BERSAMA
Lembaga
Kementrian ESDM
Kementrian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi
Kementrian Perindustrian
Kementrian Perdagangan
Kementrian Keuangan
Kementrian Kelautan dan
Perikanan
Pertamina
Koordinator Program Konversi BBM ke LPG untuk Nelayan.
Sosialisasi, Penetapan Data Calon Penerima, Pengawasan dan
Verifikasi atas Penyediaan dan Pendistribusian LPG Tabung 3 kg
Pengawasan terhadap tabung LPG
Ijin Industri dan Spesifikasi Material (tabung LPG 3 kg, Kompor,
Regulator, Selang dan Konverter Kit)
Pengawasan terhadap barang yang beredar dan impor
Alokasi Anggaran paket Perdana Konversi BBM ke LPG untuk
Nelayan dan penggantian Subsidi LPG 3 kg
Koordinasi data nelayan calon penerima paket Perdana Konversi
BBM ke LPG untuk Nelayan
• Pengadaan & Pendistribusikan paket Perdana LPG 3 kg
• Pengisian ulang produk LPG 3kg,
• Suplai dan distribusi LPG 3 kg sampai kepada Agen
Fungsi
Pemerintah Daerah Koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan konversi di daerah dan
Penyedia data nelayan calon penerima paket Perdana
Kriteria Calon Penerima Paket Perdana
Kapal perikanan nelayan kecil yang menggunakan mesin motor
tempel dan/atau mesin dalam yang beroperasi harian
• Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang
digunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi
penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan,
pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi
perikanan.
• Nelayan Kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
yang menggunakan Kapal Perikanan berukuran paling besar 5
(lima) gross ton (GT).
• Legalitas penerima Paket Perdana adalah nama calon penerima
paket perdana yang telah ditetapkan oleh dinas yang membidangi
kelautan dan perikanan didaerah terpilih.
Data Calon Penerima Paket Perdana
• Data Calon Penerima Paket Perdana (“DCPPP”) adalah daftar calon
penerima paket perdana yang ditetapkan oleh Dinas yang
membidangi kelautan dan perikanan di daerah terpilih yang
merupakan nelayan pemilik kapal/perahu motor dibawah/sama
dengan 5 GT di daerah terpilih yang bersedia berpartisipasi dalam
Pilot Project Konversi BBM ke BBG Untuk Nelayan Kecil.
• Apabila ada usulan perubahan daerah (Kabupaten/Kota) dan/atau
jumlah paket perdana dari Pemerintah Daerah, maka Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi KESDM menetapkan perubahan
daerah (Kabupaten/Kota) dan jumlah paket perdana setelah
dilakukan verifikasi oleh Ditjen Migas KESDM terhadap calon
penerima paket perdana pada daerah yang akan ditetapkan dengan
ketentuan sepanjang biayanya tidak melebihi pagu anggaran yang
ditetapkan.
Spesifikasi Teknis Paket Perdana
Rencana Wilayah Distribusi Paket
Wilayah Est. Jumlah Paket
CILACAP 900
DEMAK 250
TUBAN 350
CIREBON 180
KARANGASEM 2,340
SUKABUMI 950
JAKARTA UTARA 20
PEMALANG 10
TOTAL 5,000
Timeline Pelaksanaan
No Kegiatan PIC 2016
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
1 Koordinasi dengan Dinas yang membidangi Kelautan dan Perikanan di Daerah calon penerima paket terpilih dan instansi terkait
ESDM
2 Pembahasan Kontrak, SOP Kegiatan Pilot Project Konversi BBM ke BBG Untuk Nelayan
ESDM PTMN
3 Penetapan calon penerima paket perdana LPG Untuk kapal nelayan ESDM 4
Penetapan Keputusan Menteri ESDM tentang Penugasan Kepada PT PERTAMINA (PERSERO)
ESDM
5 Penandatanganan Kontrak dan SOP kegiatan pilot project konversi BBM ke BBG Untuk Nelayan
ESDM PTMN
6 Lelang Pengadaan dan Pendistribusian paket perdana lpg untuk kapal nelayan PTMN
7 Sosialisasi konversi kapal nelayan penerima paket perdana LPG ESDM
8 Distribusi dan Pemasangan PTMN (vendor)
9 Verifikasi dan Pengawasan ESDM
Tantangan dan Dukungan
• Mengingat penggunaan tabung 3kg, maka perluasan
wilayah mengikuti daerah terkonversi Mitan ke LPG.
• Ketepatan Data calon penerima paket perdana untuk
distribusi tepat sasaran.
• Penyediaan refill LPG 3kg melalui Pangkalan LPG
mengikuti sistem distribusi LPG 3kg.
• Dukungan tenaga penyuluh dari Ditjen Migas ESDM dan
Dinas Perikanan setempat dan Monitoring secara
berkala