Download - KASUS KELOLAAN PICU
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.DDENGAN TETRALOGY OF FALLOT
DI RUANG PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT RSUP DR.HASAN SADIKIN BANDUNG
Diajukan Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Aplikasi Keperawatan Anak II
Salis Miftahul Khoeriyah
NPM. 215114018
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S2)
STIKES JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI
2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.DDENGAN TETRALOGY OF FALLOT
DI RUANG PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT RSUP DR.HASAN SADIKIN BANDUNG
A. Riwayat Singkat Klien
1. Identitas Klien
Nama : An. D
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Tanggal lahir : 28 – 12 - 2007
Alamat : Panumbangan
No RM : 0004664735
Tanggal Masuk : 17 September 2015
Tanggal Pengkajian : 27 Oktober 2015
2. Resume Singkat Klien
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh sesak napas. Sesak
napas yang dirasakan semakin lama semakin bertambah. Keluhan disertai
adanya kebiruan di sekitar mulut dan ujung – ujung jari tangan serta kaki. Saat
beraktivitas klien cepat lelah dan sesak berkurang bila klien jongkok. Keluhan
sesak tidak disertai dengan adanya bengkak pada kedua tungkai dan panas
badan.
Pada saat pengkajian tanggal 26 Oktober 2015 pukul 15.00, klien tampak
kesulitan bernapas, seperti tersengal-sengal. Bunyi napas stridor dan suara paru
ronchi, retraksi dinding dada ke dalam, napas cuping hidung. Klien terpasang
ETT dan disambungkan ke ventilator. Ukuran ETT 6/20, Ventilator dalam
mode SimV-PS. Selain itu klien mengalami Akrosianosis, clubbing finger,
mukosa mulut kebiruan, produksi sputum/slem banyak di jalan napas, paru dan
rongga mulut. Klien juga terpasang NGT dengan retensi berwarna kuning
sebanyak 5 cc. Kesadaran: CM
TTV: TD: 96/62 mmHg, N: 119x/mnt, HR: 121x/mnt, S: 38,70C, RR: 28x/mnt
BAB dan BAK tidak ada keluhan. Riwayat kejang di bulan juni sebanyak 2x.
Klien terdiagnosis TOF saat usia 3 bulan, akan tetapi keluarga klien menolak di
operasi karena tidak ada biaya.
Hasil Rontgen thorax tanggal 17 September 2015, jantung membesar ke lateral
kiri dengan apeks tertanam pada diafragma, pinggang jantung normal
(CTR=61%), Sinuses dan diafragma normal. Pada Pulmo: hili normal, corakan
bronkovaskuler normal. Kesan: kardiomegali, tidak tampak
bronkopneumonia/pneumonia
Hasil laboratorium tanggal 28 Oktober 2015
Jenis pemeriksaan Nilai Nilai Rujukan SatuanHematologiHemoglobin 19,7 11,5 – 15,5 gr/dlHematokrit 62 35 – 45 %Eritrosit 7,40 4,19 – 5, 96 Juta/ulLeukosit 13400 4500 – 13500 Mm3
Trombosit 93000 150000 – 450000 Mm3
Index eritrositMCV 84,1 77 – 95 FlMCH 26,6 25 – 33 PgMCHC 31,7 31 – 37 %Kimia KlinikCRP Kuantitatif 6,23 < 5 %Natrium 129 135 – 145 %Kalium 4,5 3,6 – 5,5 %AGDPH 7,304 7,34 – 7,44PCO2 41,7 35 – 45 PO2 37,0 69 – 116 HCO3 19,5 22 – 26 TCO2 39,1 22 – 29 Base Excess 5,4 (-2) – (-3) Saturasi Oksigen 57,6 95 – 98
Hasil laboratorium UPF Patologi Klinik
Pemeriksaan
Jenis sample: darah
Hasil: tidak ditemukan bakteri
BB klien: 19 kg, PB: 113,5 cm Status Gizi: BB = 19000 = 14,75 (Normal)
PB2 1,289
Terapi Enteral dan Parenteral yang diberikan:
Kebutuhan Cairan: 1460 – 1700 cc/hari
Enteral NGT: makanan cair: 8 x 125 cc
Par enteral:
- Morfin 1cc/jam
- Miloz 5 cc/jam
- Infus D5% (1:4) 20 cc/jam
- Dobutamin 0,5 cc/jam
Terapi Obat:
Propanolol 4x 10 mg (per sonde)
Merompenen 3 x 800 mg iv
Omeprazole 2x10 mg
Fluconazole 1 x 230 mg iv
Paracetamol 20 mg bila panas
3. Pengkajian (terlampir)
4. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN
1 2 3 4
1 - Ds: -- DO:- - suara napas stridor- - suara paru ronchi- - Tampak banyak secret/slem di
selang ventilator dan mulut- - sianosis- - mata terbelalak-
Akumulasi secret di jalan napas
Bersihan Jalan Napas tidak efektif
2 - Ds: - Perubahan Gangguan pertukaran gas
- Do: - - retraksi dinding dada ke dalam- - retraksi dinding epigastrium- - dispnea- - nafas irreguler- - warna kulit cyanosis- - gelisah- - klien terlihat tersengal – sengal,
saturasi O2 57,6%- - sianosis
membrane kapiler-alveolar
3 - Ds: ibu klien mengatakan badan anaknya teraba panas
- Do: - - Akral teraba hangat- - Suhu: 38,70C- - RR: 28 x/mnt- - takikardi
Pengobatan, proses inflamasi
Hipertermi
4 - Ds : -- Do : sianosis pada telapak tangan,
kaki dan bibir, penggunaan otot bantu napas
- Ronchi, mur-mur jantung
Anomaly jantung (TOF)
Penurunan Curah Jantung
Mempengaruhi/ mengenai pada pembentukan jantung pada 2 bulan kehamilan
Defek Septum Vertikel Stenosis Pulmonal Overiding Aorta Hipertrofi Vertikel
Faktor Ibu
Rubella, Taldomi
Lingkungan
Radiasi
Hereditas
Darah mengalir dari venrtikel kiri ke
kanan atau sebaliknya
Obstruksi vertikel
Hipertropi akan terus menerus pada vertikel
Penyempitan eksterm jalan keluar vertikel kanan
Kontraktivitas kerja jantung menjadi berat untuk mengembangkan kebutuhan
Respirasi
Pada saat menangis
Valsava meningkat
Pengurangan darah ke paru
Asidosis respiratorik
Gangguan Pertukaran Gas
Kerja ginjal
Gangguan Keseimbangan Cairan
Ginjal
Penurunan GFR
Gagal ginjal
Asidosis Metabolik
Sianosis pada daerah perifer
Bibir kebiruan, clubbing finger
Kaki dan jari tangan sianosis/ biru
Penurunan curah jantung
hematologi
Trombosit & fibrinogen
Perdarahan lama
KP: infeksi
Gigi geligi
Sianotik
Perkembangan
Email buruk
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan
Reaksi tubuh terhadap benda asing
Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Dipasang ventilator
sekresi sputum di jalan napas
Akumulasi secret di jalan napas
B. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan (terlampir)
C. Catatan Perkembangan
Hari /tanggal Evaluasi ParafRabu, 28 Oktober 2015Dinas pagi
S:-O:- klien tampak tersengal – sengal- retraksi dinding dada ke dalam- gambaran EKG sinus takikardi- Hasil Lab : Hb: 19,7 g/dl, Ht: 62%, Eritrosit: 7,40 jt/ul, trombosit: 93.000/mm3, Na: 129 mEq/L, PH: 7,30, PO2: 37mmHg, HCO3: 19,5 mEq/l, Sat Oksigen: 57,6%A: masalah belum teratasiP: intervensi tetap dilanjutkanI:- Mengobservasi KU dan TTV- Memberikan terapi- Memberikan kompres- Melakukan mika miki setiap 3 jam sekali- Memposisikan kaki/lutut menekuk ke dada- Melakukan suctioning- Melakukan oral hygiene- Memberikan makanan cair- Mengganti pampers
Salis MK
Kamis, 29/10/2015Dinas sore
S:-O:- klien tampak tersengal – sengal- retraksi dinding dada ke dalam- gambaran EKG sinus ritmia- Hasil Lab : Hb: 19,7 g/dl, Ht: 62%, Eritrosit: 7,40 jt/ul, trombosit: 93.000/mm3, Na: 129 mEq/L, PH: 7,30, PO2: 37mmHg, HCO3: 19,5 mEq/l, Sat Oksigen: 57,6%- Observasi pukul 17.00: HR: 121, RR: 28x/mnt, Sat O2:58%, T: 37,70C.- mode ventilator: PC, IPL: 20, PEEP: 8, F1O2: 60%A: masalah belum teratasiP: intervensi tetap dilanjutkanI:- Mengobservasi KU dan TTV- Mengganti balutan luka dekubitus di kepala- Memberikan terapi obat, koreksi natrium, terapi
parenteral- Memberikan kompres- Melakukan mika miki setiap 3 jam sekali
Salis MK
- Memposisikan kaki/lutut menekuk ke dada- Mengganti ETT- Melakukan suctioning- Melakukan oral hygiene- Memberikan makanan cair
Mengganti pampersJumat, 30/10/2015Dinas malam
S:-O:- klien tampak tersengal – sengal- retraksi dinding dada ke dalam- gambaran EKG sinus ritmia- Hasil Lab : GDS: 133 mg/dl, Na: 138 mEq/L, K: 4,4 mEq/L. AGD: PH: 7,29, PO2: 38,9 mmHg, HCO3 18,8 mEq/L, Sat O2: 67%- Observasi pukul 23.00: HR: 104, RR: 22x/mnt, Sat O2:97%, T: 37,30C.- mode ventilator: PC, IPL: 20, PEEP: 8, F1O2: 50%, I: E: 1:2A: masalah belum teratasiP: intervensi tetap dilanjutkanI:- Mengobservasi KU dan TTV- Memberikan terapi obat, koreksi natrium, terapi
parenteral- Memberikan kompres- Melakukan mika miki setiap 3 jam sekali- Memposisikan kaki/lutut menekuk ke dada- Melakukan suctioning- Melakukan oral hygiene- Memberikan makanan cair- Memandikan dan mengganti pampers serta linen
Salis MK
D. Analisis masalah keperawatan dengan solusinya
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Adanya pemasangan ETT mengakibatkan reaksi fisiologis di mana selang ETT dianggap
sebagai benda asing oleh tubuh. Rekasi fisiologis dari tubuh berupa peningkatan
produksi sputum di jalan napas, kemudian adanya pemberian napas dengan bantuan
ventilator mengakibatkan kurangnya kelembaban jalan napas sehingga kompensasi
tubuh adalah meningkatkan produksi secret. Penumpukan secret yang berlebihan di jalan
napas dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas. Hal ini dapat mengganggu proses
inspirasi dan ekspirasi sehingga beresiko pada gagal napas.
Suctioning atau penghisapan lendir merupakan prosedur yang rutin dilakukan untuk
membebaskan jalan nafas. Frekuensi yang terlalu sering dapat mengakibatkan produksi
lendir menjadi bertambah atau resiko infeksi menjadi tinggi. Tindakan ini dilakukan jika
memang dianggap perlu sekali karena pertimbangan jalan nafas yang buruk atau jika
saturasi oksigen monitor mengalami penurunan atau jika lendir mengakibatkan
penumpukan CO2 dalam darah yang ditunjukkan dengan AGD. Untuk menghindari
hipoksemia saat tindakan, dapat diberikan FiO2 dengan konsentrasi tinggi (100%) dalam
3-5 siklus pernafasan atau sampai nilai saturasi oksigen diatas 95%. Untuk menghindari
atelektasis akibat penghisapan lendir, perawat harus menggunakan teknik yang tepat
misalnya diameter suction tidak kurang dari 0,5 diameter ETT. Menarik ujung suction 1-
2 cm dari karina (setelah ada rangsangan batuk) dan tekanan suction tidak melebihi 100
cmH2O. untuk menghindari infeksi nosokomial kanula suction digunakan tipe system
tertutup atau prosedur 1 kali pakai buang kanula suction tipe terbuka. Aspirasi tidak
melebihi 10 detik dan berikan FiO2 konsentrasi tinggi selama 5-6 siklus nafas untuk
menghindari hipoksemia paska penghisapan lendir. pasien ARDS, resiko kolaps tidak
saja akibat suctioning namun lepasnya tubing saat akan melakukan tindakan suctioning
mengakibatkan PEEP yang sudah diset menjadi nol dan seketika itu paru-paru menjadi
kolaps. Selain suction pasien juga dapat diberikan mobilisasi miring kanan dan kiri
setiap 3 jam sekali untuk meningkatkan pernapasan dan mencegah penumpukan secret.
2. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas pada klien karena terjadi ketidakseimbangan perfusi ventrikel .
Jika hal ini tidak diatasi, maka biru-biru pada tubuh klien akan semakin banyak dan suplai oksigen ke jaringan akan terganggu
Pada awalnya masalah ini disebabkan karena penurunan aliran darah ke pulmonal. Pada klien dengan tetralogi of fallot akan mengalami stenosis arteri pulmonal sehingga aliran darah ke pulmonal tidak bisa mengalir sepenuhnya sehingga hanya sedikit darah yang mengalir ke paru-paru dan mengalami pertukaran gas.
Untuk mengatasi masalah ini maka peningkatan jumlah oksigen yang masuk yaitu dengan pemberian ventilasi mekanik
3. Penurunan curah jantung
Masalah penurunan cardiac output pada klien disebabkan adanya sirkulasi yang tidak
efektif karena malformasi jantung. Hal ini dibuktikan dengan klien mengalami sianosis
pada tubuhnya, klien terlihat pucat dan klien terlihat lemah oleh karena kebutuhan
metabolism tubuh tidak terpenuhi. Adanya ketidsempurnaan dari jantung (terjadi defeks
septum ventrikel), maka sirkulasi darah dalam jantung tidak efektif, yang mana saat
ventrikel memompa darah ke paru – paru, tidak sepenuhnya darah masuk ke paru – paru
tetapi ada yang masuk ke aorta. Sehingga cardiac output menuju paru – paru menjadi
berkurang.
Untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan pemberian oksigen yang adekuat, pemberian
posisi knee chest dan pengaturan mobilisasi setiap 3 jam
4. Hipertermi
Hipertermi pada kasus tetralogy of fallot bisa dikarenakan adanya inflamasi. Inflamasi
dapat diakibatkan karena proses sepsis ataupun disebabkan oleh perlukaan saat dipasang
ventilator. Pada klien ini, peningkatan suhu tubuh juga bisa dikarenakan adanya luka
dekubitus. Untuk mengatasi masalah ini adalah bisa dilakukan pencegahan infeksi,
perbaikan sepsis dan perawatan luka dekubitus
E. Analisa Praktik Berdasarkan Pembuktian Ilmiah
1. EBP 1
Peneliti:
Edita Hlinková1, Jana Nemcová1, Katarína Bielená2
Judul :
Closed Versus Open Suction System Of The Airways In The Prevention Of Infection In
Ventilated Patients
Sumber:
Central European Journal of Nursing and Midwifery 2014;5(2):63-71 ISSN 2336-3517Analisis:
Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan pengaruh jenis sistem suction tertutup
denan sistem suction terbuka dalam meminimalisasi risiko infeksi pernapasan pada pasien
berventilasi mekanik (Ventilator Associated Pneumonia - VAP). Jenis penelitian ini
menggunakan studi retrospektif dengan Sampling disengaja. Kriteria inklusi untuk
pasien: setidaknya tiga hari tinggal di rumah sakit dan dipasang endotrakeal atau
trakeostomi intubasi. Sedangkan pasien dengan penyakit pernapasan akut atau kronis dan
sepsis dikeluarkan dari penelitian. Dari total (n = 100) sampel, sebanyak 49 pasien telah
ditutup dan 51 memiliki sistem hisap terbuka. Untuk mengumpulkan data empiris, maka
penelitian ini menggunakan analisis isi dari temuan dalam catatan medis. Sebuah protokol
penelitian termasuk VAP tanda-tanda diagnostik: perubahan suhu tubuh (BT> 38 ° C; BT
<36 ° C), leukositosis, leukopenia, PaO2 di bawah 10kPa, sebuah temuan positif pada
dada X-ray, sifat sekresi dihapus, kolonisasi mikroba, faktor risiko VAP tak terkendali
(usia, jenis kelamin, penyakit primer, tingkat kematian pada pasien berventilasi di Klinik
dari Anestesiologi dan Intensive Kedokteran - Caim). Hasilnya adalah Tidak ada
perbedaan dalam kejadian perubahan BT dalam hal nilai-nilai fisiologis, leukosit nilai,
atau PaO2 pada pasien dengan ventilasi paru-paru buatan dalam kaitannya dengan jenis
sistem suction. Demikian pula, tanda-tanda diagnostik infeksi lain secara statistik tidak
signifikan. Namun hasil yang signifikan adalah dalam hubungan antara kolonisasi
mikroba (Acinetobacter spp, Proteus mirabilis) dan jenis sistem suction (Pearson's Chi-
square = 4,060; p = 0,044 dan Pearson's Chi-square = 4,273; p = 0,039) . Sistem hisap
tertutup menyebabkan lebih cepat kolonisasi oleh mikroorganisme multi-resisten.
Kesimpulan: jenis sistem hisap tidak mempengaruhi kejadian infeksi saluran pernapasan
nosokomial pada pasien berventilasi.
2. EBP 2
Peneliti : A Taksande, V. Gautami, S Padhi, K Bakshi
Judul :
Hypercyanotic Spells
Sumber : J MGIMS, September 2009, Vol 14, No (ii), 7 - 9
Analisis
Manajemen pada pasien dengan hipersianotic antara lain knee-to-chest: Menempatkan
anak dalam posisi lutut-dada baik berbaring telentang atau di atas bahu orang tua. Posisi
tersebut ternyata dapat menenangkan anak, mengurangi aliran balik vena sistemik dan
meningkatkan resistensi vaskuler sistemik. Postur knee to chest dapat diasumsikan untuk
menghilangkan sesak. Ada manfaat yang sangat terbatas untuk mengelola oksigen, karena
masalah berkurang pada aliran darah paru, bukan kemampuan untuk memberikan oksigen
ke paru-paru. Mengelola morfin sulfat 0,1 mg / kg IV atau IM. Ini menekan pusat
pernafasan dan menyebabkan penurunan aliran balik vena sistemik. Asidosis:
Mendapatkan pH, memberikan Inj. Soda bikarbonat (1-2 meq / kg IV). Ini mengurangi
stimulasi pernapasan oleh asidosis metabolik, dan mungkin mengurangi peningkatan paru
resistensi pembuluh darah yang disebabkan oleh hipoksia dan asidosis. Obat Propranolol,
0,1 mg / kg dorongan IV lambat. Mungkin diulang dalam 15 menit. Dengan menurunkan
jantung kontraktilitas, propranolol dapat menurunkan obstruksi infundibular ventrikel
kanan outflow. Diberikan secara oral pada 2-4 mg / kg / hari PO untuk mencegah mantra.
Ketika digunakan kronis, memiliki efek menguntungkan dari menstabilkan pembuluh
darah perifer reaktivitas. atau inj Esmolol (0.5mg / kg lebih 1 menit kemudian 50 mcg /
kg / min lebih dari 4 min. atau inj Metoprolol- 0.1mg / kg lebih dari 5 menit, ulangi setiap
5 min ke max 3 dosis, kemudian mulai infus 1-5 mcg / kg / min. Fenilefrin 5-20 mcg / kg
IV setiap 10-15 menit. Meningkatkan SVR, memaksa lebih aliran darah ke paru-paru.
fenilefrin terus menerus infus untuk mempertahankan paru yang memadai aliran darah
untuk menjaga saturasi oksigen dalam 90. Sebuah tetes fenilefrin dapat dijalankan pada
0,1-0,5 mcg /kg / menit, dititrasi untuk efek yang diinginkan. Ini sangat baik sebagai
vasokonstriktor yang akan mengakibatkan berkurangnya ginjal dan perfusi mesenterika
juga. Ketamine- 0.25 - 1,0 mg / kg. IV atau IM? memiliki penyebab manfaat ganda sedasi
dan peningkatan SVR. Methoxamine - 0.10mg / Cairan infus - sebaiknya awalnya sebagai
bolus dari 10-20cc / kg à 60cc / kg. Kristaloid atau koloid bolus cairan: ini
memaksimalkan preload dan harus diberikan sebelum obat berikut yang mungkin
menginduksi hipotensi. Anemia yang benar dan mempertimbangkan operation kg IV
lebih 5-10 menit. Memimpin untuk meningkatkan SVR.
3. EBP 3
Peneliti :
Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Inne Suherna Sasmita and Yetty Herdiati Nonong
Judul :
Oral And Dental Management In Children With Tetralogy Of Fallot
Sumber :
Department of Pediatric Dentistry, Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Bandung
- Indonesia
Tetralogi Fallot adalah salah satu penyakit jantung sianotik kongenital yang sering
ditemukan pada anak-anak. Kelainan ini memiliki empat fitur, sebuah defek septum
ventrikel, overriding aorta, stenosis pulmonalis, dan hipertrofi ventrikel kanan. Seperti
penyakit jantung bawaan lainnya. Tetralogi Fallot kadang-kadang berhubungan dengan
komplikasi yang fatal, seperti endokarditis bakteri yang berhubungan dengan infeksi gigi.
Manajemen yang benar dari kondisi gigi dan mulut penting untuk mencegah endokarditis
bakteri. Makalah ini membahas lisan dan kondisi gigi dan manajemen dalam dua kasus
tetralogi Fallot anak. Perawatan gigi dan mulut pada anak dengan bawaan penyakit
jantung sangat penting. Titik utama yang harus diperhatikan adalah bahwa pasien dengan
gangguan ini sangat rentan Endokarditis bakteri yang menyebabkan dari bakteri mulut
telah dicegah dengan pemberian profilaksis antibiotik. Antibiotik dapat mencegah
endokarditis dengan membunuh bakteri atau kerusakan itu sehingga dapat dihancurkan
oleh pertahanan tubuh. Efeknya dapat terjadi di rongga mulut, aliran darah, atau di
jantung. Poin penting untuk diingat dalam administrasi antibiotik profilaksis harus
dilakukan pada setiap perlakuan di setiap kunjungan, mengingat state.6 emosional pasien
Dalam setiap kunjungan, pasien pertama diekstraksi 1-2 gigi bergantung pada negara
pasien kesehatan. Selain antibiotik profilaksis, risiko mengembangkan endokarditis
bakteri dapat diminimalkan dengan pencegahan prosedur gigi. Ini mengandung dari
pemeriksaan gigi rutin, fluoridasi, modifikasi diet untuk meminimalkan risiko karies gigi
dan penyakit periodontal, dan pemeliharaan kebersihan mulut (menyikat gigi) . Aplikasi
fluoride topikal ditujukan sebagai pengobatan pencegahan sementara pengobatan kuratif
adalah di bentuk ekstraksi gigi dengan karies pulpa yang terlibat dan mengisi karies
dentin gigi didiagnosis. Pada pasien normal, gigi bubur yang terlibat dapat diobati dengan
terapi pulp, tapi pada pasien dengan ToF tidak dapat dilakukan karena risiko dari
endocarditis. Selama Prosedur, status Pasien dipantau dengan pulsa oksimetri. Saturasi
Oksigen Pasien di Bawah 70 persen, sehingga Pasien diberikan inhalasi Oksigen selama
Perawatan. Perawatan gigi dan mulut penting untuk dilakukan pada anak dengan risiko
endokarditis bakteri. pasien pada kondisi umum yang baik dapat menerima setiap
perawatan gigi selama ditutupi oleh antibiotik profilaksis. aspek penting perawatan gigi
adalah pendidikan kesehatan gigi, perawatan gigi preventif, dan pemeliharaan gigi setelah
pengobatan. Pendidikan kesehatan gigi dapat disampaikan karena anak menunjukkan
gangguan jantung bawaan mempertimbangkan penyakit jantung sebagian besar
menunjukkan tanda-tanda klinis pada masa bayi. Pendidikan kesehatan gigi dini dapat
meminimalkan lisan dan penyakit gigi yang mungkin risiko adanya bakteri endokarditis.
F. Analisa aspek etik dan legal
1. Autonomy
Klien diberikan perawatan di ruang picu, orang tua klien diberikan penjelasan mengenai
tujuan perawatan, orang tua klien diminta pendapat apakah menyetujui atau tidak, dalam
hal ini perawat sudah memberikan hak otonomi kepada keluarga klien untuk menyetujui
2. Kebebasan (freedom)
Dalam hal ini pun sudah dilakukan perawat dengan baik, keluarga diberikan kebebasan
untuk menyetujui atau menolak tindakan yang diberikan.
3. Kebenaran (Veracity) truth
Dalam prinsip ini perawat sudah melakukan dengan baik.
4. Tidak Membahayakan (Nonmaleficence)
Pada prinsip ini perawat sudah melakukan dengan baik
5. Keadilan (Justice)
Pada prinsip ini perawat sudah memberlakukan klien dengan baik, memberikan tindakan
kepada pasien sesuai dengan masalah klien, dan tidak membeda-bedakan tindakan
dengan pasien lainnya.
6. Kesetiaan (fidelity)
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan tanggung jawab,
memenuhi janji-janji.. Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan memberikan
perhatian/kepedulian.hal ini pun sudah dilakukan perawat dengan baik.
7. Kerahasiaan (Confidentiality)
Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwa perawat menghargai semua
informsi tentang pasien dan perawat menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa
dan semua yang berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan secara
tidak tepat (Aiken, 2003)..
8. Hak (Right)
Keluarga Klien berhak untuk mengetahui informasi tentang penyakit dan segala sesuatu
yang perlu diketahuinya.maka dalam hal ini keluarga sudah diberikan. Pada prinsip ini
perawat sudah melakukan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Engel Joyce (2008), Pengkajian pediatric, editor Esty Wahyuningsih,edisi 4, Jakarta:EGC
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wong’s essential of pediactric nursing (8 th ed). St. Louis: Mosby Elseivier.
Virginia Bonsal Cooper, et al., (2013), preventing ventilator associated: An Evidence Based Protocol, American Association of critical care nurses doi.
Wilkinson, Judith M (2011) Buku saku diagnosis keperawatan: diagnosis NANDA, intervensi NIC, Kriteria hasil NOC/ editor Esty Wahyuningsih,edisi 9, Jakarta:EGC