1
KARYA TULIS ILMIAH
LAPORAN STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN DEMAM
HEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG RAWAT INAP
ANAK RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2019
OLEH :
TIKA GENESHA PUTRI
NIM : 1614401030
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
TAHUN 2019
2
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. D DENGAN DENGUE
HEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG RAWAT INAP
ANAK RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2019
LAPORAN STUDI KASUS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Di STIKes Perintis Padang
OLEH :
TIKA GENESHA PUTRI
NIM : 1614401030
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
TAHUN 2019
3
4
5
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
Karya Tulis Ilmiah, Juli 2019
TIKA GENESHA PUTRI
1614401030
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.D DENGAN DENGUE
HEMORHAGIC FEVER (DHF) DI RUANG RAWAT INAP ANAK RSUD DR.
ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN 2019
V BAB + 123 Halaman + 8 Tabel + 4 Lampiran
ABSTRAK
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabakan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Insiden
Dengue Hemorhagic Fever ( DHF ) di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
tahun 2017 sebanyak 17 orang, pada tahun 2018 terdapat kasus sebanyak 18
orang. Tujuan penulisan laporan ini adalah mampu melakukan Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Hasil
laporan kasus di temukan data pada An.D yaitu Ibu klien mengatakan demam
sejak 4 hari yang lalu, ibu mengatakan suhu tubuh turun naik, ibu klien
mengatakan klien minum kurang, ibu klien mengatakan klien buang air besar
tidak ada, klien mengatakan terasa pusing, letih, nafsu makan klien menurun. Ibu
klien mengatakan bingung dengan penyaakit anaknya, ibu mengatakan bingung
cara menaikan trombosit anaknya lagi, ibu klien mengatakan trombosit klien
menurun, klien mengatakan badan lemas. Hasil pengkajian tersebut didapatkan
masalah keperawatan pada An. D kekurangan volume cairan ( hipovolemia ),
defisit nutrisi, defisit pengetahuan, dan resiko perdarahan . Berdasarkan masalah
keprawatan maka disusunlah rencana dan melakukan tindakan keperawatan serta
evaluasi yang mengacu pada tujuan dan kriteria hasil. Dari empat Diagnosa diatas
dapat disimpulkan bahwa masalah klien teratasi, dan klien rencana pulang hari
Senin, 24 Juli 2019. Dengue Hemorhagic Fever ( DHF ) merupakan kejadian yang
sering terjadi di kalangan masyarakat Indonesia dimana jika tidak ditangi secara
tepat bisa mengancam kehidupan pasien. Oleh karena itu di sarankan kepada
instasi rumah sakit untuk melakukan Asuhan Keperawatan pasien Dengue
Hemorhagic Fever ( DHF ) secara tepat dan benar.
Kata kunci : Asuhan Keperawatan Dengue Hemorhagic Fever ( DHF )
Daftar pustaka : 20 ( 2000 – 2018 )
6
High School of Health Science Perintis Padang
Diploma III Study of Nurshing Progran
Scientific Writing, July 2019
TIKA GENESHA PUTRI
1614401030
NURSING CARE IN AN.D WITH DENGUE HEMORHAGIC FEVER (DHF)
IN CHILDREN'S HOSPITAL ROOM, DR. ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI IN 2019
V CHAPTER + 123 Pages + 8 Table + 4 Attachment
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by the dengue
virus and transmitted by the bite of the aedes aegypti mosquito. The incidence of
dengue hemorrhagic fever (DHF) in Dr. Hospital Achmad Mochtar Bukittinggi in
2017 as many as 17 people, in 2018 there were 18 people. The purpose of this
report is to be able to carry out nursing care in patients with dengue hemorrhagic
fever (DHF). The results of the case report were found on An.D, namely the
client's mother said fever since 4 days ago, the mother said the body temperature
dropped, the client's mother said the client was drinking less, the client's mother
said there was no defecation client, the client said it felt dizzy, tired, the client's
appetite decreases. The client's mother said she was confused with her son's
illness, the mother said she was confused how to raise her child's platelets again,
the client's mother said the client's platelets decreased, the client said the body
was limp. The results of the study found an nursing problem in An. D lack of
fluid volume (hypovolemia), nutritional deficits, and knowledge deficits. Based
on the problem of care, a plan was prepared and carried out nursing actions as
well as evaluations that refer to the objectives and outcome criteria. From the four
diagnoses above, it can be concluded that the client problem is resolved, and the
client plans to go home on Monday, July 24, 2019. Dengue Hemorhagic Fever
(DHF) is an event that often occurs in Indonesian society where if it is not
matched properly it can threaten the lives of patients. Therefore, it is
recommended to the hospital staff to carry out nursing care for dengue
hemorrhagic fever patients (DHF) correctly and correctly.
Keywords : Nursing Care Dengue Hemorhagic Feve ( DHF )
Bibliograpy : 20 ( 2000 – 2018 )
7
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatulllahi Wabarakatu.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun laporan
Studi Kasus ini dapat terselesaikan. Laporan Studi Kasus ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikkan Program Diploma (D III)
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Padang tahun 2019 dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada An. D Dengan Dengue Hemorhagic Fever
(DHF) Di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Sumatera Barat Tahun 2019”
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada-Nya junjungan Nabi
Muhammad Saw, semoga atas izin Allah SWT penulis dan teman-teman
seperjuangan semua mendapatkan syaafaatnyaa nanti. Amin Ya Rabbal Alamin.
Penyusun Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat dukungan,
dorongan, motivasi, bimbingan, nasehat, dan semangat dari orang terdekat dan
orang yang berada disekitar penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikannya.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada Yth.
Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed Selaku pembimbing 1 dan Ibu Ns. Susi
Dewi Yanti, S.Kep selaku pembimbing klinik Ruang Rawat Inap Anak RSUD
i
8
Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Sumatera Barat yang telah banyak meluagkan
waktunya dengan penuh perhatian. Petunjuk dan bimbingan sehingga Karya Tulis
Ilmiah dapat terselesaikan.
Seterusnya ucapan terima kasih saya kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed selaku Ketua STIKes Perintis
Padang.
2. Ibu Ns. Endra Amalia, M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII
Keperawatan STIKes Perintis Padang.
3. Bapak Dr. Khairul Said, Sp.M selaku direktur RSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi yang telah memberikan izin untuk melakukan studi
kasus ini, beserta staf yang telah memberi izin dalam pengambilan data
yang penulis butuhkan.
4. Bapak Ns. FaleriSiska Yunere, M.Kep selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan dan bimbingan selama
mengikuti pendidikan.
5. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.
6. Ibu Ns. Susi Dewi Yanti, S.Kep selaku Pembimbing Klinik yang telah
memberikan bimbingan dalam pembuatan Laporan Studi Kasus ini.
7. Khususnya kepada kedua orangtua ku tercinta serta seluruh keluarga atas
jerih payah, curahan kasih sayang, bantuan moral maupun material serta
Do’a yang tulus dan ikhlas bagi kesuksesan penulis.
8. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi STIKes Perintis Padang Prodi D III
Keperawatan yang telah memberi masukan dan dukungan kepada penulis.
ii
9
Penulis menyadari bahwa Laporan Studi Kasus ini jauh dari
kesempurnaan, hal ini bukanlah suatu kesenjangan melainkan karena
keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis. Untuk itu penulis berharap
tanggapan dan kritikan serta saran yang bersifat membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan Laporan Studi Kasus ini.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar Laporan Studi Kasus ini
bermanfaat bagi kita semua, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan
hidayah kepada kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wb.
Bukittinggi, 4 Juli 2019
Penulis
iii
10
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................. vii
DAFTAR TABEL.................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang............................................................................... 1
1. 2 Tujuan
1. 2. 1 Tujuan Umum................................................................... 4
1. 2. 2 Tujuan Khusus.................................................................. 4
1.3 Manfaat
1. 3. 1 Bagi Penulis………………………………….………… 5
1. 3. 2 Bagi Institusi Pendidikan…………………….………… 5
1. 3. 3 Bagi institusi rumah sakit…………………….……….. 6
iv
11
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Konsep Dasar
2. 1. 1 Konsep Dasar Kep. Anak............................................. 7
2.2 Tumbuh Kembang
2. 2. 1 Pengertian tumbuh kembang………………….....…….. 12
2. 2. 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh Kembang.... 13
2. 2. 3 Ciri proses tumbuh kembang.......................................... 16
2. 2. 4 Tahap-tahap Tumbuh Kembang……………………. 17
2.3 Konsep Dasar
2. 1. 1 Pengertian......................................................................... 18
2. 1. 2 Anatomi Fisiologi............................................................. 19
2. 1. 3 Etiologi............................................................................. 27
2. 1. 4 Manifestasi Klinis............................................................. 28
2. 1. 5 Klasifikasi………………………………………………. 30
2. 1. 6 Patofisiologi...................................................................... 30
2. 1. 7 Pemeriksaan Penunjang.................................................... 33
2. 1. 8 Penatalaksanaan
a. Keperawatan............................................................... 33
b. Medis.......................................................................... 36
2.1.9 Komplikasi........................................................................ 38
2.4 Asuhan Keperawatan Teoritis
2. 3. 1 Pengkajian......................................................................... 38
2. 3. 2 Diagnosa Keperawatan..................................................... 44
2. 3. 3 Intervensi........................................................................... 45
v
12
2. 3. 4 Implementasi..................................................................... 57
2. 3. 5 Evaluasi............................................................................. 57
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian.................................................................................... 58
3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 72
3.3 Intervensi..................................................................................... 73
3.4 Implementasi............................................................................... 78
3.5 Evaluasi........................................................................................ 78
BAB IV PEMBAHASAN
4. 1 Pengkajian..................................................................................... 103
4. 2 Diagnosa........................................................................................ 108
4. 3 Intervensi....................................................................................... 111
4. 4 Implementasi................................................................................. 114
4. 5 Evaluasi......................................................................................... 117
BAB V PENUTUP
5. 1 Kesimpulan................................................................................... 120
5. 2 Saran.............................................................................................. 122
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 anatomi pembuluh darah................................................................... 8
Gambar 2.2 anatomi darah.................................................................................. 10
vii
14
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan...................................................................... 40
Tabel 3.1 Laboratorium 1.................................................................................. 68
Tabel 3.2 Laboratorium 2................................................................................. 69
Tabel 3.3 Laboratorium 3................................................................................. 69
Tabel 3.4 Laboratorium 4................................................................................. 70
Tabel 3.5 Analisa Data..................................................................................... 72
Tabel 3.6 Intervensi......................................................................................... 75
Tabel 3.7 Implementasi................................................................................... 79
viii
15
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Hidup
Lampiran 2 Lembar Konsultasi Bimbingan
Lampiran 3 Lemnbar Konsul Revisi
Lampiran Daftar Hadir Ujian Pengamatan Kasus
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak fundamental setiap individu yang ditanyakan secara global dlm
konstitusi WHO merupakan kesehatan, pada decate terakhir telah disepakati
komitmen global Millenium Development Goals ( MDGs ) yang penyatakan
pembangunan kesehatan adalah pangkal kecerdasan, produktivitas dan
kesejahteraan manusia serta Kementrian Kesehatan telah menetapkan visi “
Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan “ ( Kemenkes, 2011 )
Mufidah (2012), berdasarkan data World Health Organization (WHO),
diperkirakan 500.000 pasien DBD membutuhkan perawatan di rmah skit
dalam setiap tahunnya dan sebagian besar penderitanya adalah anak-
anak. Ironisnya, sekitar 2,5% diantara pasien anak tersebut diperkirakan
meninggal dunia. Penyebaran penyakit DBD semakin besar ketika musim
hujan atau pancaroba tiba. Hampir bisa dipastikan terjadi peningkatan
jumlah masyarakat yang terjangkit DBD (Mufidah, 2012). Menurut data
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2008 jumlah
Incident Rate (IR) 59,02 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality
Rate (CFR) 0,86%. Sedangkan di tahun 2009 jumlah Incident Rate (IR)
68,22 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,89%. Dan
pada tahun 2010 jumlah Incident Rate (IR) 65,70 per 100.000 penduduk
dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,87% (Kemenkes RI, 2011).
2
Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus Dengue Hemorhagic
Fever, karena tempat hidup nyamuk hamper seluruhnya adalah buatan
manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas hingga bak mandi. Karena itu, 10
kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya merupakan ibukota
provinsi yang padat penduduknya. Data kementrian kesehatan ( Kemenkes )
Republik Indonesia mencatat jumlah kasus Dengan Berdarah Dengue (DBD)
pada tahun 2009 mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini cendrung stabil pada
tahun 2010, sehingga kasus Demam Berdarah Dengue di Indonesia belum
bisa dikatakan berkurang. Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak
banyak berubah dari 0,89%. Pada tahun 2009 menjadi 0,87% pada tahun
2010. Berarti ada sekitar 1.420 korban tewas akibat Demam Berdarah
Dengue pada 2009 dan sekitar 1.317 korban tewas pada tahun 2010. (
pramudiarja, 2011 )
Dinas Kesehatan Sumatra Barat melaporkan bahwa kota Padang merupaka
kota tertinggi angka kejadian demam berdarah dengue di Sumatra Barat,
dilaporkan pada tahun 2014 angka kejadian DBD yaitu 666 kasus dan
meningkat pada tahun 2015 yaitu 830 kasus DBD (Dinkes Sumbar, 2016)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang penduduk Kota Padang
tahun 2016 dengan jumlah penduduk 1.001.396 jiwa, ditemukan penderita
Demam Berdarah Dengue (DBD) sebanyak 930 kasus pada tahun 2016. Dari
11 kecamatan dikota padang ditemukan daerah tertinggi kejadian demam
berdarah dengue (DBD) adalah kecamatan Kuranji dengan 168 ditahun 2015
dan 201 di tahun 2016 kasus dan kejadian terendah adalah kecamatan Bungus
dengan 11 kasus ditahun 2015 dan 20 kasus ditahun 2016 (Dinas Kesehatan
3
Kota Padang, 2016). Jika ditinjau dari data ke- 3 puskesmas yang ada di
kecamatan Kuranji puskesmas belimbing mengalami angka kejadian tertinggi
penyakit DBD yaitu tahun 2016 sebanyak 104 kasus, dimana tahun
sebelumnya 2015 yaitu 59 kasus, meningkat ditahun 2016. Dan puskesmas
terendah terdapat di puskesmas Bungus Selatan tahun 2016 yaitu 20 kasus,
dimana sebelumnya tahun 2015 yaitu 42 kasus, tahun 2015 adalah angka
tertinggi kejadian DBD di puskesmas bungus, kecamatan Bungus.
Komplikasi dari DHF adalah ensafalopatif, perdarahan intracranial,
pneumonia, syok, perdarahan otak,hidrasi berlebihan, hernia batang otak, dan
sepsis.
Berdasarkan dari data yang didapatkan dari pengkajian di ruanngan Inap
Anak RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017 jumlah kasus Dengue
Hemorhagic Fever ( DHF ) sebanyak 17 kasus, pada tahun 2018 terdapat
kasus sebanyak 18 kasus dan pada tahun 2019 dari januari sampai april
terdapat kasus sebanyak 8 kasus.
Peran perawat terhadap penyakit DHF salah satunya adalah pemberi
informasi kepada penderita penyakit DHF, untuk menghindari kemungkinan
efek yang lebih lanjut. Banyak sekali efek buruk yang terjadi pada penyakit
DHF, oleh karena itu penting sekali perawat dalam memberikan
informasi tentang DHF. Selain itu peran perawat adalah sebagai advokat
pasien memberikan pelayanan sesuai standar yang harus di berikan
kepada pasien. Dan juga sebagai sebagai fasilitator, peran ini dilakukan
karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain berupaya mengidentifikasi pelayanan
4
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam
penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
Berdasarkan latarbelakang yang telah penulis paparkan diatas dan
mengingat pentingnya pencegahan dan pemberantasan sarang nyamuk
dan penyakit DHF, sehingga penulis tertarik membuat karya tulis ilmiah
dengan judul “ Asuhan Keperawatan Pada An. D dengan DHF (Dengeu
HaemorrhagicFever) di ruang Inap Anak RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi Tahun 20019 ”
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang dirawat di ruang Anak RSUD
Dr Achmad Mochtar .
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mampu menyusun konsep dasar Dengue Hemorhagic Fever ( DHF )
b. Mampu melakukan pengkajian keperawatan terhadap asuhan
keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) .
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan terhadap asuhan
keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) .
5
d. Mampu menyusun intervensi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan pada anak mengalami Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) .
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF)
f. Mampu melakukan evaluasi keperawatan terhadap asuhan
keperawatan pada anak yang mengalami Dengue Hemorrhagic (
DHF ) .
g. Mampu melakukan pendokumentasian keperawatan terhadap
asuhan keperawatan pada anak yang mengalami Dengue
Hemorhagic Fever (DHF).
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Bagi Penulis
Dengan membuat Karya Tulis Ilmiah atau Laporan studi Kasus dapat
menambah wawasan dan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak DHF. Dan sebagai bekal ilmu bagi penulis
untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terkait
dengan DHF.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi
pendidikan, khususnya tentang laporan studi kasus dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak dengan DHF dan masalh – masalah
yang muncul muncul pada penyakit DHF.
6
1.3.3 Bagi Institusi Rumah Sakit
Laporan Studi Kasus dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
asuhan Keperawatan terutama pada pasien Dengue Hemorhagic Fever
( DHF ) dan sebagai masukan dalam upaya promotif, preventif dan
Kuratif dalam penanganan pasien Dengue Hemorhagic Fever ( DHF ).
7
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2. 1 Konsep Dasar
2. 1. 1 Konsep Dasar Keprawatan Anak
a. Atraumatic Care
1) Pengertian Atraumatic Care
Menurut Supartini (2004), dalam Debbi (2013), Atraumatic
care merupakan perawatan terapeutik yang diberikan oleh
tenaga kesehatan dalam bentuk tatan pelayanan kesehatan
anak melalui penggunaan tindakan yg dapat mengurangi
distress fisik maupun psikologis yg dialami ank maupun
orang tua.
Perawatan terapeutik pencegahan dapat dilakukan melalui
tindakan, penerapan diagnostik, pengobatan dan baik
perwatan pada kasus akut maupun kronis dengan mencakup
intervensi pendekatan psikologis (Supartini, 2004, dalam
Debbi, 2013).
2) Prinsip Atraumatic Care
Menurut Hidayat (2005) dalam Debbi (2013), ada beberapa
prinsip atraumatic care perawatan yang harus dimiliki oleh
perawat anak, yaitu:
a) Mencegah atau menurunkan dmpak perpisahan dari
keluarga
8
Perpisahan dari keluarga berdampak pada anak akan
mengalami gangguan psikologis seperti kurangnya
kasih sayang, ketakutan, kecemasan, gngguan ini akan
menghambat proses penymbuhan anak dan dpat
mengganggu prtumbuhan dan prkembangan anak.
b) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak
Perasaan kehilangan kontrol dapat dicegah dengan
menghindari pembatasan fisik jika anak kooperatif
terhadap petugas kesehatan.
c) Mengurangi atau mencegah cedera (injury) dan nyeri
(dampak psikologis)
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak dapat
dihilangkan namun dapat dikurangi melalui teknik
farmakologi (seperti prinsip penggunaan obat enam
benar) dan teknik nonfarmakologi (seperti
mempersiapkan psikologi orang tua dan anak.
d) Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekrasan pda anak akn menimbulkan gangguann
psikologis yang sangat berarti dlm kehidpan anak. Pada
saat anak dalam proses tumbuh kembang apabila itu
terjadi maka kemungkinan pencapaian kematangan
akan terhambat, dngan demikian tindkan kekerasan pda
9
anak sangat tidak dianjurkan karna akan memperberat
kondsi anak.
e) Modifikasi lingkungan fisik
Modifikasi ruang perawatan anak dapat dilakukan
dengan cara membuat situasi ruang anak yang
bernuansa anak, seperti menempelkan gambar tokoh
kartun, dinding ruangan berwarna cerah, dan terdapat
hiasan mainan anak.
b. Family Center Care (FCC)
1) Pengertian Family Center Care (FCC)
Family Center Care (FCC) didefinisikan oleh Association
for the Care of Chidren’s Health (ACCH) sebagai filosofi
dimana pemberi perawatan meningkat dan peran penting
dari keluarga melibatkan dukungan keluarga akan
membangun kekuatan, membantu umtuk membuat suatu
pilihan yang trbaik, dan mningkatkan pola normal yang ada
dlam kesehariannya selama anak sakit dan menjalani
penymbuhan.
Family Center Care didefinisikan menurut Hanson dalam
Yetti, dkk (2018) sebagai pendkatan inovatif dalam
merncanakan, melakukan dan mengevaluasi tindakan
keperawatan yng diberikan berdasarkan pda manfaat
hubungan antara perawat dan keluarga yaitu orang tua.
10
2) Tujuan Family Center Care
Tujuan penerapan konsep Family Center Care dalam
perawatan anak, menurut Brunner and suddarth (1986)
dalam Yetti, dkk (2018) adalah mmberikan kesemptan bagi
orang tua umtuk merawat anak mereka selama proses
hospitalisasi dngan pengawasan dri perawat sesuai dngan
aturan yng berlaku.
Selain itu Family Center Care juga bertujuan umtuk
meminimalkan trauma selama perwatan anak dirumah sakit
dan meningkatkn kemandirian sehngga peningkatan
kualitas hdup dpat tercapai.
3) Elemen Family Center Care
Menurut Shelton (1987) dalam Yetti, dkk (2018) terdapat
beberapa elemen Family Center Care, yaitu:
perawat menyadari bahwa keluarga adalah bagian yang
konstan dalam kehidupan anak, memfasilitai kerjasama
antara keluarga dan perawat disemua tingkat pelayanan
kesehatan, mengakui kekuatan keluarga dan individualitas,
memberikan informasi yng lengkap dan jelas kepada orng
tua dan secara berkelanjutan dngan dukungan penuh,
menghormati keanekargaman ras, etnis bdaya dan sosial
ekonomi dalam keluarga, mendorong dan memfasilitasi
keluarga untuk saling mendukung, memahami dan
menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan
11
bayi, anak-anak, remaja dan keluarga kedalam sistem
perawatan kesehatan, menrapkan kebjakan yng
komprehensif dan program yng membrikan dukungan
emosional dan keuangan umtuk memenuhi kehidupan
keluarga, dan merncang sistem perwatan kesehatan yng
fleksibel.
4) Prinsip Family Center Care
a) Kehormatan dan Martabat
Praktisi keperawatan menghormati dan mendengarkan
pandangan dan pilihan pasien. Pngetahuan, nlai,
kepercayaan, dan latar belkang budaya pasien dan
keluarga bergabung dlam rencana dan intervensi
keprawatan.
b) Berbagi informasi
Praktisi keprawatan berkomunikasi dan memberikan
informasi yng berguna bgi pasien dan kluarga dngan
benar dan tdak memihak kepda keluarga dan pasien.
c) Partisipasi
Keluarga dan pasien termotivasi dalm perwatan dan
pngambilan keputusan sesuai dngan kesepakatan yng
tlah mereka buat.
d) Kolaborasi
Keluarga dan pasien jga termasuk kedalam kmponen
dasar kolaborasi. Perwat berklaborasi dngan keluarga
12
dan pasien dlam pengambilan kebijakaan dan
pengembangan program, implementasi, dan evaluasi,
desain fsilitas keshatan dan pndidikan profesional
tertama dalm pemberian kperawatan (Potter & Oerry,
2007 dalam Yetti, dkk, 2018).
2.2 Konsep Dasar Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Anak umur 13-18
tahun
2. 2. 1 Pengertiann Pertmbuhan dan Perkmbangan
a. Prtumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,
yaitu brtambahnya jmlah, ukurann, dimensi, pada tngkat sel,
organn, maupunn indiividu. Anak tidak hanya bertambah besar
secara fisik, melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh
dan otak. Sebagai contoh, hsil dri pertumbuhann otak adalah anak
mempnyai kpasitas lbih besaar umtuk plajar mengingat, dan
memprgunakan akalnya. Jadi anak tmbuh baik scara fisik maupunn
mental. Pertmbuhan fsik dpat dinilai dngan ukurann berat (gram,
pound, kilogram), ukran panjang(cm, m) umr tlang, dan tnda-tnda
seks skunder (Soetjingsih, 2013). Menurut Karl E. Garrison
(Samsusbahri, 2013) Prtumbuhan adalah prubahan indiividu dlam
bntuk ukran bdan, prubahan otot, tlang, kulit, raambut dan kelenjar.
b. Perkembangan (development) adalah prubahan secra berangsur-
angsur dan brtambah sempurnanyaa fngsi alat tubuh, mningkat dan
meluasnyaa kpasitas sseorang mlalui prtumbuhan, kematangann
atau kedewasaann (maturation), dan pmbelajaran (learning).
13
Perkembangan manusiaberjalan scara progresiff, sistmatis dan
berksinambungan dngan prkembangan di waktu yang lalu.
Perkembangan terjadi perubahan dalambentuk dan fngsi
kematanganorgan mlai dri aspekfisik, intlektual dan emsional.
Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan
bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan itelektual
ditnjukkan dengn kemampuan scara simbolmaupun abstrk seprti
brbicara, brmain dan brhitung. Prkembangan emsional dapt dilihatt
dari perilaku sosial lingkungan anak (Depkes, 2007 dalam Tari,
2018).
2. 2. 2 Faktor-fktor yng mempngaruhi tmbuh kmbang
Setiapmanusia mengalamii pertumbuhann dan prkembangan yng
brbeda-bda antarasatu dngan mnusia lainnya, bsa dngan cpat bahkann
lmbat trgantung pda individudan lngkungannya. Proses trsebut
dipengruhi olehbeberapa fktor-faktordi antaranya:
a. Faktor Heriditeratau Gnetik
Fktor hriditer pertumbuhann adalahsuatu prses almiah yng trjadi
pda idividu yaitu scara brtahap, brat dantinggi ank smakin
brtambah dansecara simultann mngalami pningkatan umtuk
brfungsi baiksecara kgnitif, pskososial maupunn spritual
(Supartini, 2010 dalam Tari 2018).
b. Faktor Lingkungan/ eksternal
Lngkungan mrupakan faktr yng mempngaruhi individuu stiap hri
mlai lhir smpai akhirhayatnya, dan sngat mmpengaruhi tercapainya
14
atau tidk ptensi yng sdah adaa dalm dri mnusia trsebut ssuai dngan
gnetiknya. Fktor lngkungan inisecara gris bsar dibagi menjadi 2
yaitu:
1) Lngkungan Prnatal (faktorlingkungan ktika msih dalam
kandungan)
Faktorpranatal yng brpengaruh atara lainn gzi ibupada wktu
hmil, fktor mkanis, tksin atau zat kmia, endkrin, rdiasi, infksi,
stress, imnitas, dananoksia embrio.
2) Lingkungan Postnatal (lingkungan setelah melahirkan)
Lngkungan pstnatal dpat dgolongkan mnjadi:
a. Lingkunganbiologis, mliputi ras, jnis klamin, gzi, prawatan
ksehatan, pnyakit konis, dan fngsi mtabolisme.
b. Lingkunganfisik, mliputi snitasi,cuaca, keadan rmah, dan
rdiasi.
c. Lingkungan psikkososial, mliputi stimlasi, mtivasi beljar,
tman sbaya, strss, seklah, cintaa ksih, dan iteraksi ank dngan
orng tuaa.
d. Lingkungan kluarga dan dat istiadt, mliputi oekerjaan atu
pndapatan kluarga, pndidikan orng ua, stbilitas rmah tngga,
dan kepribadian orang tua.
3) Fktor tatus Ssial Eknomi
Sttus ssial eknomi dpat brpengaruh pda tmbuh kmbang nak.
Anak yng lhir dan dbesarkan dlam lngkungan sttus ssial yng
tnggi cnderung lbih dpat trcukupi kebtuhan giznya
15
dbandingkan dngan ana yng ahir dan dibsarkan dlam sttus
eknomi yng endah.
4) Faktor Nutrisi
Ntrisi adlah slah stu omponen pnting dlam mnunjang
klangsungan prses tmbuh kmbang. Selama msa tumbh kembng,
nak sngat mmbutuhkan zat gzi sperti protei, krbohidrat, lmak,
mneral, vtamin, danair. Apbila kbutuhan trsebut tdak dipenuhi
mka prosestumbuh kmbang selnjutnya dpat terhmbat.
5) Faktor Kesehatan
Sttus ksehatan dpat brpengaruh pada pncapaian tmbuh kembng.
Padaanak dngan kndisi tbuh yng shat, prcepatan umtuk tmbuh
kmbang sngat mdah. amun sbaliknya, pabila kndisi sttus
ksehatan krang bik akn trjadi prlambatan (Supartini, 2010
dalamm Tari, 2018).
2. 2. 3 CiriProses Tmbuh Kmbang
Menurut Soetjiningsih (2013), tmbuh kembng anak dimlai dri msa
knsepsi smpai dewsa mmiliki ciri-ciri trsendiri yaitu:
a. Tumbuh kmbang dalah prses yng kntinyu sjak knsepsi smpai
mturitas (dwasa) yng dipengruhi olehfaktor bwaan dan lngkungan.
b. Dalm priode trtentu trdapat prcepatan dan perlambtan dlam prses
tmbuh kmbang paada stiap organn tbuh brbeda.
c. Pla perkembngan ank adalahh sma, ttapi kcepatannya brbeda
antara anak satu dngan yng lainnya.
16
d. Aktivitas sluruh tbuh dganti dngan rspon tbuh yng khass
olehsetiap organ.
Scara gris bsar mnurut Markum (1994) dalam Tari (2028) tmbuh
kmbang dbagi mnjadi 3 yaitu:
1) Tumbuh kembang fisis
Tmbuh kmbang fisiss mliputi prubahan dlam kuran bsar dan
fngsi rganisme atau indvidu. Perubahan ni brvariasi dri fngsi
tngkat mlekuler yng sderhana sperti atifitas ezim trhadap
difrensi sell, smpai kpada prses mtabolisme yng kmpleks dan
prubahan bntuk fisk di msa pbertas.
2) Tumbuh kembang intelektual
Tmbuh kmbang intelektualberkaitan dngan kpandaian
brkomunikasi dankemampuan mnangani mteri yng brsifat
bstrak dan smbolik sperti brmain, brbicara, brhitung, atau
mmbaca.
3) Tumbuh kembang emosional
Prosess tmbuh kembng mosional brgantung pda kmampuan
byi umtuk mmbentuk iktan btin, kmampuan umtuk
bercintakasih.
Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2015) yaitu
perkembngan mrupakan hal yng tratur dan mngikuti rah
rankaian tertent. Perkembangann dalah suatuu yng trarah dan
brlangsung trus mnerus, dlam pla sbagai brikut
Cephalocaudalyaitu prtumbuhan brlangsung trus dri kpala
17
kearah bwah bgian tbuh, Prximodistal yaituu perkembangann
brlangsung trus dri daerahh psat (proksimall) tubuhke arah
luar tubuh (distal), Differentation yaituperkembangan
brlangsung trus dri yng mdah kearah yng lbih kmpleks.
Perkembangan mrupakan halyang kmpleks, dpat diprediksi,
trjadi dngan pla yng knsisten dankronologis.
2. 2. 4 Tahap-Tahap Tumbuh Kembang
Thap-thap tumbuhkembang pda mnusia dalah sbagai berikut:
a. Thap tumbuhkembang usia0-6 tahun, trbagi atas :
MasaPranatal mlai msa mbrio (mulaikonsepsi-8minggu), msa
ftus (9minggu smpai lhir),
MasaPascanatal mlai dri masaneonatus (0-28 hari), msa bayii
(29hari-1 tahun), msa anak (1-2 tahun), dan masaprasekolah
(3-6 tahun).
b. Tahap tumbuhkembang sia 6tahun keatas, trdiri atas:
MasaSekolah (6-12 tahun)
MasaRemaja (12-18 tahun)
Tnda-tanda msa rmaja wal : sikap ngative disebabkanalam
pkirannya yng kritiss mlihat knyataan rang-orang bragama
scara hypocrite yng pngakuan danucapannya tdak slalu sma
cdengan prbuatannya, pndangan dlam halke- tuhanan mnjadi
kcau arena iabingung trhadap brbagai knsep tntang liran
danpaham yng sling brtentangan.
18
Tanda-tanda remajaakhir :sikap kmbali kearahh psitif dngan
trcapainya kdewasaan ntelektual, pndangan dlam halke-
tuhanan dpahamkan dlam knteks agma yng dianutt dandipilih,
pnghayatan rhaninya kmbali tnang stelah mlalui prses
dentifikasi danmembedakan aagama sbagai dktrin bagipara
penganutnya.
2.3 Konsep Dasar DHF
2. 3. 1 Pengertian
Demam Dengue Fever ( DHF ) atauu DBD adalah pnyakit infeksi
yng dsebabkan olehvirus dngue mnifestasi klinisdemam, nyeriotot
tau nyerisendi yng dsertai leukpenia, ruam,limfadenopati, trombosit
opnia dandiathesis hmoragic. Pda DBD trjadi prembesan lasma yng
dtandai dngan hmokonsentrasi (pningkatan hematocrit) tau
pnumpukan cairann dirongga tbuh. Sindrom renjatan dengue (dengue
syoksyndrome) dalah dmam brdarah yng dtandai leh rnjatan/syokk
(Sudowo et al, 2009).
DBD dalah suatuu pnyakit yng dsebabkan leh virusdengue
(arbovirus) yng msuk kdalam tbuh mlalui ggitan nyamukaedes
aegepty (suriadi & rita yuliani, 2010).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalahpenyakit dmam kut yng
dtandai dngan empatgejala klnis utamayaitu dmam tinggi, prdarahan,
hpatomegali, dantanda keggalan srkulasi smpai tmbul rjatan (sndrom
19
rejatan dngue) sbagai kibat dri kbocoran plsma yng dpat
mnyebabkan kematian(Padila, 2013).
2. 3. 2 Anatomi Fisiologi
a. Pembuluh Darah
Gambar 2.3 Anatomi Pembuluh Darah (Pearce 2006)
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1. Arteri
merupakan pmbuluh drah yng kluar dri jntung yng
mmbawa drah kseluruh bagian dan alattubuh. Pmbuluh
drah arteri yng pling besar yang keluar dari ventrikel
sinistra disebut aorta. Arteri ini mempunyai dindingyang
kuat dantebal ttapi sifatnyaelastic dan terdiri dari 3lapisan.
Asuhan Keperawatanpda arteri yng palingg bsar didalam
tbuh yaituu orta dan arteripulmonalis, gris tengahnya kira-
kira 1-3cm. Arteri inimempunyai cabang-cabang
keseluruhan tubuh yang disebut arteriolayang akhirnya
akan mnjadi pmbuluh darah rambut(kapiler). Arteri
mndapat darah dari darah yng mngalir ddalamnya tetapi
20
hnya untuk tunika intima. Sedangkan umtuk lapisan
lainnya mendapat darah dari pembuluh darah yng dsebut
vasavasorum.
2. Vena
Vna (pmbuluh darah balik) mrupakan pmbuluh d4arah yng
mmbawa darah dri bgian/alat-alat tbuh masuk kedalam
jntung. Tentang bentuk ssunan dan juga prnafasan pmbuluh
drah yng mnguasai vena sama dngan padaarteri. Katup-
katup pada vena kbanyakan terdiri dari duakelompok yang
gunanya umtuk mncegah darah agar tidakkembalilagi.
Vena-vena yng ukrannya bsar diantaranyaa vna kavadan
venapulmonalis. Venaini jga mmpunyai cbang yng lbih kcil
yng dsebut venolusyang slanjutnya mnjadi kpiler.
3. Kapiler
Kpiler (pmbuluh darahrambut) mrupakan pmbuluh drah
yng sngat hlus. Diameternya kra-kira 0,008mm. Asuhan
Keperawatan pada dndingnya trdiri dri suatulapisan ndotel.
Bgian tbuh yng tdak trdapat kpiler yaituu: rambut,kuku,
dan tlang rwan. Pembuluhdarah rambut/kapiler pda
mumnya mliputi sel-sel jringan. Oleh Karen itudindingnya
sngat tipis maka plasma dan zat mkanan mdah mrembes
kecairan jringan antarsel.
b. Darah
21
Gambar 2.4 Anatomi Darah (Syaifudin 2011)
Drah dalah cairann didalam pmbuluh drah yng mmpunyai fngsi
sngat pnting dlam tbuh yaitufungsi trnsportasi dlam tbuh
yaitumembawa ntrisi, oksigendari sus danparu-paru umtuk
kmudian diedarkann keseluruh tbuh. Drah mmpunyai
2komponen yaitukomponen pdat dan koomponencair. Darah
brwarna mrah, wrna mrah trsebut keadaannyaa tdak ttap,
trgantung kpada bnyaknya O2danCO2 didalamnya. Apbila
kndungan O2 lbih anyak mka wrnanya kan mnjadi mrah mda.
Sdangkan Drah jga pmbawa danpenghantar hrmon. Hrmon dri
klenjar ndokrin keorgan ssarannya. Drah mngangkut nzim,
elektrolitdan brbagai zatt kmiawi umtuk ddistribusikan
keseluruh tbuh.
Peran pnting yng dilakukan darh yaitu dlam pengaturan suhu
tubuh, karena dengan cara konduksi darah membawa pnas tubh
dri pusat produksi panas (hepar dan otot) untuk didistribusikan
ke selruh tubuh dn permukaan tubuh yang ada akhirnya ditur
22
pelepasannya dalam upaya homeostasis suhu (termoregulasi).
Jumlah darah manusiaa bervariasi tergantung dari berat baadan
seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70 cc/kgBB.
Dalm komponeen cair atau plasma ini mempunyai fungsi
sebagai media transport, berwarna kekuningan. Sedangkan
pada komponen padt terdri dari sel-sel darah eritrosit, leukosit
dan trombosit. Pada batas tertentu diatur olh teknan osmotik
dlam pembluh darah dan jaringan. Bagian-bagian padt darah
terndam dalam plama.
1. Sel-sel darah :
a. Eritrosiit
Eritrosit dibuat didlam sumsum tulang, di dalam
sumsum tulang masih berainti, inti dilepaskan sesaat
sebelum dilepaskan / keluar. Pda proses
pembentukannya diperlukan Fe, Vit. B12, asam folat dan
rantai globlin yang merupkan senyawa protein. Selain
itu untuk proses pematangan (maturasi) diperlkan
hormon eritropooetin yang dibuat oleh ginjal, sehingga
bila kekrangan salah satu unsur pembentkan seperti di
atas (kurang gizi) ataau ginjal mengalami keruusakan,
maka terjadi gangguaan eritroosit (anemia). Umur
peredaran eritrosit sekitar 105-120 hari. Pada kedaan
penghancran eritrosit yang berlebihan, misalny pada
hemdialisis darah, hepar kewawalahan kewalahan
23
menglah bilirubin yang tiba-tiba banyak jumlahnya.
Maka akan timbul juga gejla kuning walaupun hati
tidak mengalaami kerusaakan. Eritroosit dihancurkan di
organ lien terutama pada proses penghancurannya
dilepakan zat besi dan pigmen bilirubin. Zat besi yang
diguunakan untuk proses sintesa sel eritrosit baru,
sedangkan pigmeen bilirbin di dalam hati akan
mengalami proises konjugasi kimiawi menjadi pigmen
empdu dan keluar berama cairan empedu ke dalam
usus. Jumlah normal eritrost pada laki-laki 5,5 juta
sel/mm3, pada permpuan 4,8 juta sel/mm
3. Di dalam sel
eritrosit didapat hemglobin suatu senyawa kimiawi
yang tediri dari atas molekul hem yang mempunyai ion
Fe (besi) yang terait dengan rantai globulin (suatu
senyawa protein). Hemoglobin berpweran mengangkut
O2 dan CO2, jumlah Hb pada laki-laki 14-16 gr%, pada
perempuan 12-14 gr%.
b. Leukosit
Fungsi utama leukosit adalah sebagai perthanan tubuh
dengan cara menghncurkan antigen (kuman, virus,
toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leuksit yaitu neutrofil,
eosinoofil, basofil, limfosit, monosit. Jumah nomal
leukosit 5.000-9.000 /mm3. Bila jumlanya berkurang
24
disebut leukopenia. Jika tubuh tidak membuat lekosit
sama sekali disebut agraanulasitosis.
c. Trombosit
Trobosit bukan berupa sel, tetapi berupa/berbentuk
keping yang merupkan bagian-bagian kecil dari sel
besar yang membuatny yaitu megakaryosit, di sumsum
tulang dan lien. Ukurannya sekitar 2-4 mikron, dan
umur peredarannya sekitar 10 hari. Trombosit
mempunyai kemampuan untuk melakukan :
daya aglutinasi (membeku dan menggumpal)
daya adhesi (melekat)
daya agregasi (berkelompok)
Jumlah trombosit 150.000-450.000/mm3, fungsinya
seabagai hemostasis dan pembekuan darah. Pembekuan
darah proses kimiawi yang mempunyi pola tertentu dan
berjalan dalam waktu singkat. Bila ada kerusakan pada
dinding pembuluh darah maka trombosit akan
berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara
saling melekat, berkelompok dan menggumpal dan
kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah
.Kemampuan trombosit seperti ini karena trobosit
mempunyai 2 zat yaitu Prostaglandin dan Tromboxan
yang segera dikeluarkan bila ada kerusakan dinding
pembuluh darah atau kebocoran, zat ini menimbulkan
25
efek vassokontriksi pembuluh darah, sehingga aliran
darah berkurang dan membantu proses pembekuan
darah.
2. Plasma
Plasma merupkan bagian caair dari darah. Plasma
membntuk sektar 5% dari berat badan tubuh. Plasma adalah
sebagai media sirkulasi elmen-elemen darah yang berbntuk
(sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, trombosit). Plasma
juga berfungsi sebagai media transportasi bahan-bahan
organk dan anorganik dari satuu organ atau jaringan ke
organ atau jaringan lain.
Komposisi dari plasma :
Air : 91-92%
Protein plasma :
o Albumin (bagian besar pembentuk plasma protein,
dibentuk di hepar).
o Globulin (terbentuk di dalam hepar, limfosit dan
sel-sel retikuloendotelial). Immunoglobulin
merupakan bentuk globulin.
o Fibrinogen
o Protrombin.
Unsur-unsur pokok anorganik : Na, K, Cl, Magnesium,
zat besi, Iodin
26
Unsur-unsur pokok organik : urea, asam urat, kreatinin,
glukose, lemak, asam amino, enzim, hormon.
Fungsi Protein Plasma :
a) Memprtahankan tekanan osmotik plasma yang
diperlukan untuk pembentukan dan penyerapan cairan
jaringan.
b) Dngan bergabung bersama asam dan alkali protein
plasma bertndak sebagai penyngga dalam
mempertahnkan pH normal tubuh.
c) Fibringen dan protrombin adlah penting untuk
pembekuan darah.
d) Immunglobulin merupakan hal yang esensial dalam
pertahanan tuuh melawan infeksi.
2.3.3 Etiologi
Menurut Soedarto (2012), demam haemorrhagic fever (DHF)
disebabkan oleh :
a. Virus Dengue.
Virus dngue yg menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbvirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari
empat tipe yaitu virs dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus
dengue tersebut terdpat di Indonesia dn dapat dibedakan satu dari
yg lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam
gens flavirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang
biak dengan baaik pada berbagai macam kultur jaringan baik
27
yang bersal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby
Homster Kiney) maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes
Albopictuus.
b. Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui
vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus,
aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor
yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotipe akan
menimbulkn antibodi seumur hidup terhadap serootipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe
jeniis yang lainnya.
2.3.4 Manifestasi Klinis
Menurut Susilaningrum (2013) manifestasi klinis dari DHF adalah :
1) Demam.
Demam tinggi sampai 40 oC dan mendadak, Demam terjadi secara
mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju
suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung
demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri
kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.
2) Perdarahan.
Uji tourniquet positif h. Perdarahan, petekia, epitaksis,
perdarahan massif. Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2
dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat
28
berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada
tempat fungsi vena, petekia ( bintik-bintik merah akibat
perdarahan intradermak / submukosa ) purpura ( perdarahan di
kulit ), epistaksis ( mimisan ), perdarahan gusi, . Perdarahan
ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis, dan melena ( tinja
berwarna hitam karena adanya perdarahan. Perdarahan
gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat.
3) Anoreksia
4) Mual muntah
5) Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
6) Nyeri kepala
7) Nyeri otot dan sendi
8) Trombositopenia (< 100.000/ mm3 )
9) Hepatomegali.
Pda permulaan dari demam biasaanya hati sudah teraba,
meskipun pada anak yang kurng gizi hati juga sudah. Bila terjadi
peningkatan dari hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di
perhatikan kemuungkinan akan tejadi renjtan pada penderita.
10) Renjatan (Syok).
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya
penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu
kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki srta
29
sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yg buruk.
2.3.5 Klasifikasi
WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DBD/DHF menjadi 4
derajat, yaitu sebagai berikut:
Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi
perdarahan(ujitourniquiet positif).
Derajat II
Seperti derajat I disertai perdaarahan spontan di kulit dan
perdarhan lain.
Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn
lmah, tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg) atau
hipotnsi disrtai kulit yang dingin dan lembab, gelisah
Derajat IV
Rnjatan berat dengan nadi tak terba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur
2.3.6 Patofisiologi dan WOC
a. Patofisiologi
Menurut Huda dan Kusuma 2015
Virus dengue maasuk ke dalaam tubuh manuusia akan
menyebabkn klien mengalami viremia. Beberpa tanda dan
gejala yang muncul seeperti demam, sakit kepla, mual nyeri
30
otot, pegal seluruh tubuh, timbulny ruam dan kelainan yang
mungkin terjadi pada sistem vskuler. Pada penderita DBD,
terdapat kerusakan yng umum pada sistem vaskuler yang
mengakibatkan terjadinya penngkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah. Plsma dapat menembus dinding
vaskuler selama pross perjalanan penyakit, dari mulai
demam hingga klieen mengalami renjatan berat. Volume
plasma dapat meniurun hingga 30%. Hal ini lah yang dapat
mengakibatkan seseorang mengalami kegagalan sirkulasi.
Adanya kebcoran plasma ini jika tidak segera di tangani
dapat menyebabkn hipokisia jaringan, asidosis metabolik
yang pada akhirny dapat berakibat fatal yaitu kematian. Virmia
jga menimbulkan agresi trombosit dalam darah sehingga
menyebabkan trombositopeni yang berpengaruh pada proses
pembekuan 15 darah. Pubahan fungsioner pembuluh darah
akibat kebocoran plasma yng berakhir pada perdarahan, baik
pada jaringan kulit maupun saluran cerna biasanya
menimbulkn tanda seprti munculnya prpura, ptekie,
hematemesis, atapun melena
31
PATHWAY DHF ( Sumber : Huda dan Kusuma 2015 )
A
A
z
hepar
Resiko syok
(hipovolemik) Kekurangan volume
cairan
Paru-paru
Ke extravaskuler
Arbovirus (melalui
nyamuk aedes
beredar dalam aliran
darah
infeksi virus dengue
(viremia)
PGE2 Hipothalamus Membentuk &
melepaskan zat C3a, C5a
Mengaktifkan system
komplemen
Hipertermi Peningkatan reabsorbsi
Na+ dan H2O
Permeabilitas
membrane meningkat
Agregasi trombosit Kerusakan endetol
pembuluh darah
Resiko syok
hipovolemik
Trombositopeni
a
Perdarahan
Kebocoran plasma
Resiko perdarahan
Resiko perfusi jaringan
tidak efektif
Asidosis Metabolik
renjatan hipovolemik
dan hipocensi
DIC
Merangsan &
mengaktivasi faktor
pembekuan
Hipoksia Jaringan
Abdomen
Efusi pleura hepatomegali Assites
Ketidakefektifan pola
napas Penekanan intra abdomen
nyeri
Mual, muntah
Ketidakseimbangan nutrisi
dari kebutuhan tubuh
32
2.3.7 Pemeriksaan Penunjang
a) Darah
Trombosit menurun
Hb Meningkat lebih 20 %
Ht Meningkat Lebih 20 %
Leukosit menurun pada hari ke – 2 dan ke – 3
Protein darah rendah
Ureum PH bias meningkat
Na dan Cl rendah
b) Rontgen thorax
c) Uji tourniket ( Positif )
2.3.8 Penatalaksanaan (Nursalam, 2008)
a. Keperawatan
Masaalah pasien yg perlu diperhatikan ialah bahaya kegagalan
sirkulasi darah, resiko terjadi pendrahan, gangguan suhu tubuh,
akibat infeksi virus dengue, ganggan rasa amman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
Kegagalan sirkulasi darah
Dngan adanya kebcoran plasma dari pembuluh darah ke dalam
jaringan ekstrovaskular, yang pncaknya terjadi pada saat
renjatan akan terliht pada tubh pasien mnjadi sembab (edema)
dan drah menjadi kental. Pengawasan tanda vital (nadi, TD,
suhu dan pernafasan) perlu dilakakan secara kontinu, bila
perlu setiap jam. Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai
33
permintaan dokter setiap 4 jam. Perhatikan apakah pasien
kencing / tidak.
Risiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab
terjadinya pendarahan utama pada traktus gastrointestinal.
Pendarahan grastointestinal didahului oleh adanya rasa sakit
perut yang hebat atau daerah retrosternal.
Bila pasien muntah bercampur darah atau semua darah perlu
diukur. Karena melihat seberapa banyak darah yang keluar
perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien perlu
dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak dipasang infus
segera dipasang. Formulir permintaan darah disediakan.
Perawatan selanjutnya seperti pasien yang menderita syok.
Bila terjadi pendarahan (melena, hematesis) harus dicatat
banyaknya / warnanya serta waktu terjadinya pendarahan.
Pasien yang mengalami pendarahan gastrointestinal biasanya
dipasang NGT untuk membantu mengeluarkan darah dari
lambung.
Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit
atau hari ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi
hyperpyrexia yang dapat menyebabkan pasien kejang.
Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi virus dengue maka
34
pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan anti
konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah
agar tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang
perlu diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak
disertai berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan
lembab, nadi lembut halus waspada karena gejala renjatan.
Kontrol TD dan nadi harus lebih sering dan dicatat secara baik
dan memberitahu dokter.
Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena
penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada
pasien DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht,
trombosit, Hb secara periodik (setiap 4 jam) dan mudah terjadi
hematom, serta ukurannya mencari vena jika sudah stadium II.
Untuk megurangi penderitaan diusahakan bekerja dengan
tenang, yakinkan dahulu vena baru ditusukan jarumnya. Jika
terjadi hematom segera oleskan trombophub gel / kompres
dengan alkohol. Bila pasien datang sudah kolaps sebaiknya
dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba mencari vena
dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat. Jika
sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set
venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2005).
35
b.Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan
suportif
DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan
pasien dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak
minum, yaitu 1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan
teh manis, sirup, susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara
memberikan minum sedikit demi sedikit dan orang tua yang
menunggu dilibatkan dalam kegiatan ini. Jika anak tidak mau
minum sesuai yang dianjurkan tidak dibenarkan pemasangan
sonde karena merangsang resiko terjadi perdarahan. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik dan kompres
dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti konvulsan
lainnya. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur kurang 1
tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit
kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kg BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1
tahun 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi
vital. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
1) Pasien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
36
2) Hematokrit yang cenderung meningkat.
Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital
(hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya
nilai trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit.
Oleh karena itu, pada pasien yang diduga menderita DHF
harus diperiksa hemoglobin, hematokrit dan trombosit
setiap hari mlai hari ke-3 sakit sampai demam telah turun 1
sampai 2 hari. Nilai hematokrit itulah yang menentukan
apabila pasien perlu dipasang infus atau tidak.
DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (syok) harus segera dipasang
infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika
pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau
plasma ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada
pasien dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur
dengan cara membuka klem infus. Apabila renjatan telah
teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitudo nadi besar, tekanan
sistolik 80 mmHg / lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10
liter/kgBB/jam. Mengingat kebocoran plasma 24 sampai 48
jam, maka pemberian infus dipertahankan sampai 1 sampai 2
hari lagi walaupun tanda-tanda vital telah baik. Pada pasien
renjtan berat atau renjaan berulang perlu dipasang Central
37
Venous Pressure (CVP) untuk mengukur tekanan vena sentral
melalui vena magna atau vena jugularis, dan biasanya pasien
dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada pasien dengan
perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-kadang
perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila nilai
hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan perdarahannya
sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan evaluasi klinik
yang telah disebut, maka dengan keadaan ini dianjurkan
pemberian darah.
2.3.9 Komplikasi
Menuruut Widagdo (2012) komplikasi DBD adalah sebagai berikut:
a. Gagal ginjal.
b. Efusi pleura.
c. Hepatomegali.
d. Gagal jantung
2.4 Asuhan Keperawatan
2.4.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan
orang tua.
38
2. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran composmentis. Turunnya
panas terjadi antara hari ke-3 sampai ke-7, dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa
pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade
III, IV), melena atau hematesis.
4. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada DHF, anak bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga klien
6. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan
akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
7. Riwayat gizi Status gizi
anak menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor
predisposisinya.Anak yang menderita DHF sering mengalami
39
keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi
ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak akan mengalami penurunan berat badan
sehingga status gizinya menjadi kurang.
8. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan
yang kurang bersih (seperti air yang mengenang dan gantungan
baju di kamar).
9. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu
makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak
mengalami diar/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV
bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering
kencing, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering
terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mrngalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
e. Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aegypti.
40
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menjaga kesehatan.
10. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan
perkusi dari ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik
secara umum:
1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta
nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit.
2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil
(gradeIII), nadi tidak teraba (grade IV), tekanan darah menurun (
sistolik menurun sampai 80mmHg atau kurang), suhu tinggi
(diatas 37,5oC)
3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala
terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
41
4) Mata Konjungtiva anemis
5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis)
pada gradeII,III, IV.
6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak
ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
7) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan
hyperemia pharing.
8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak
mengalami pembesaran
9) Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang
tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade
III, dan IV.
10) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal :Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali)
Per : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
42
11) Sistem integument
Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan
terlebih dahulu menetapkan tekanan darah anak. Selanjutnya
diberikan 24 tekanan antara sistolik dan diastolic pada alat
ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan
selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian
volarlenga bawah (Soedarmo,2008).
12) Genitalia Biasanya tidak ada masalah
13) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada
kuku sianosis/tida
14) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
Ig. D. dengue positif.
Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan :
hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
Urium dan pH darah mungkin meningkat.
Asidosis metabolik : pCO2< 35 – 40 mmHg dan HCO3
rendah.
43
SGOT / SGPT mungkin meningkat.
2.4.2 Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir
kering
b. Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun
c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi
d. Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia
e. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan mengeluh lelah
44
2.4.3 INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Hipovolemia berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif ditandai
dengan mukosa bibir kering
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
hipovolemia terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Status Cairan
Turgor kulit
Perasaan lemah
Keluhan haus
Tekanan darah
Intake cairan membaik
Suhu tubuh
Manajemen hipovolemia
Observasi :
Periksa tanda dan gejala
hipovolemik ( tekanan darah
menurun, membrane mukosa
kering, hematocrit meningkat )
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan posisi modified
trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan
posisi mendadak
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV
45
isotonis ( misalnya : NaCl, RL )
- Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( missal : glukosa 2,5%,
NaCl 0,4% )
- Kolaborasi pemberian cairan
koloid ( miosal : albumin,
plasmanate )
- Kolaborasi pemberian produk
darah
Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor status hidrasi ( mis.
Frekuensi nadi, kekuatan nadi,
akral, pengisian kapiler,
kelembaban mukosa, turgor kulit,
tekanan darah )
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium ( mis. MAP, CVP,
PAP, PCWP jika tersedia )
Terapeutik :
- Catat intake-output dan hitung
balans cairan 24 jam
- Berikan asupan cairan, sesuai
46
kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika
perlu
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretik,
jika perlu
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan
psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan
berat badan menurun
Setelah dilakuan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Status Nutrisi
Porsi makanan yang dihabiskan
sedang
Frekuensi makan
Nafsu makan cukup membaik
Mermban mukosa sedang
Manajemen nutrisi
Observasi :
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan
jenis nutrient
- Identifikasi perlunya penggunaan
selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
dier ( mis. Piramida makanan )
47
- Sajikan makanan secara menarik
dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat
untuk menjegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika
perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk jika
mampu
- Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic ), jika perlu
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan
48
Pemantauan nutrisi
Observasi :
- Identifikasi factor yang
mempengaruhi asupan gizi ( mis.
Pengetahuan, ketersediaan
makanan, agama/kepercayaan,
budaya, mengunyah tidak adekuat,
gangguan menelan, penggunaan
obat-obatan atau pascaoperasi )
- Identikasi perubahan berat badan
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminas (
mis. Kering, tipis, kasar, dan
mudah patah )
- Identifikasi pola makan ( mis.
Kesukaan/ketidaksukaan makanan,
konsumsi makanan cepat saji,
makan terburu-buru )
- Identifikasi kelainan pada kuku (
mis. Diare, darah, lender, dan
eliminasi yang tidak teratur )
- Identifikasi kemampuan menelan (
mis. Fungsi motoric wajah, reflex
menelan, dan reflex gag )
49
- Identifikasi kelainan rongga mulut
( mis. Peradangan, gusi berdarah,
bibir kering dan retak, luka )
- Identifikasi kelainan eliminasi (
mis. Diare, darah, lender. Dan
eliminasi yang tidak teratur )
- Monitor mual dan muntah
- Monitor asupan oral
- Monitor warna konjungtiva
- Monitor hasil laboratorium ( mis.
Kadar kolestrol, albumin serum,
transferrin, kreatinin, hemoglobin,
hematocrit, dan elektrolit darah )
Terapeutik :
- Timbang berat badan
- Ukur antropometrik komposisi
tubuh ( mis. Indeks massa tubuh,
pengukuran pinggang, dan ukuran
lipatan kulit )
- Hitung perubahan berat badan
- Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi :
50
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
3. Defisit Pengetahuan berhubungan
dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
deficit pengetahuan meningkat.
Kriteria Hasil :
Tingkat Pengetahuan
Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu
topik meningkat
Pertanyaan tentang masal;ah
yang dihadapi meningkat
Edukasi Kesehatan
Observasi :
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang
dapay meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
51
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
4. Resiko Perdarahan berhubungan
dengan gangguaan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai
dengan trombositopenia
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
tingkat perdarahan menurun .
Kriteria Hasil :
Tingkat Perdarahan
Kelembapan membran
mukosa
Suhu tubuh meningkat
Hematokrit membaik
Pencegahan Perdarahan
Observasi :
- Monitor tanda dan gejala
perdarahan
- Monitor nilai hematocrit /
hemoglobin sebelum dan sesudah
kehilangan darah
- Monitor tanda dan gejala ortostatik
- Monitor koagulasi ( mis.
Prothrombin time (PT), Partial
thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, deradasi fibrin
dan/atau platelet )
Terapeutik :
- Pertahankan bedrest selama
perdarahan
- Batasi tindakan invasive, jika perlu
- Gunakan kasur pencegah
decubitus
- Hindari pengukuran suhu rektal
52
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
- Anjurkan menggunakan kaus kaki
saat ambulasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
untuk menghindari konstipasi
- Anjurkan menghindari aspirin atau
antikoagulan
- Anjurkan meningkatkan asupan
makanan dan vitamin K
- Anjurkan segera melapor jika
terjadi perdarahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
- Kolaborasi pemberian produk
darah, jika perlu
- Kolaborasi pemberian pelunak
tinja
5. Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi virus dengue
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
hipertermi membaik.
Kriteria Hasil :
Manajemen Hipertermia
Observasi :
- Identifikasi penyebab hipertemia (
mis. Dehidrasi, terpapar
53
Termoregulasi
Menggigil
Kulit merah
Kejang
Pucat
Suhu tubuh
Tekanan darah
lingkungan panas, penggunaan
incubator )
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluan urine
- Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami
hyperhidrosis ( keringat berlebihan
)
- Lakukan pendinginan eksternal (
mis. Seliput hipotermia atau
kompres dingin di dahi, leher,
dada, abdomen, aksila )
- Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen jika perlu
54
Edukasi :
- Anjurkan tiring baring
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan
elektrolit intravena, jika perlu
6. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan fisik
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
intoleransi aktivitas meningkat.
Kriteria Hasil
Toleransi aktivitas
Frekuensi nadi
Kemudahan dalam
melakukan aktivitas sehari-
hari
Manajemen energi
Observasi :
- Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
emosional
- Monitor pola dan jam tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik :
- Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus ( mis. Cahaya,
suara, kunjungan )
- Lakukan latihan rentang gerak
pasif atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempay
55
tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi :
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawatb
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan asupan
makanan
56
2.4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu
pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan (Nursallam, 2011).
2.4.5 Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011 , evaluasi keperawatan terdiri dari dua
jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan
dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam
metode evaluasi ini menggunakan SOAP.
57
BAB III
TINJAUAN KASUS
3. 1 Pengkajian
Tanggal Pengambilan Data : 21 Juni 2019
MRS : 20 Juni 2019
Ruang : Inap anak
Reg : 522707
3. 1. 1 Identitas Pasien
Nama : An.D
Tempat / Tanggal Lahir : Bukittinggi / 29 Februari
2006
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah / Ibu : Dalimin / Sariyus Mahera
Pekerjaan Ayah : Petani
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga ( IRT )
Alamat : Jorong Bateh Sariak ,
Nagari Nan Tujuah
Kecamatan Palupuah,
Kabupaten Agam.
Suku Bangsa : Minang
Agama : Islam
58
Biaya Ditanggung Oleh : BPJS
3. 1. 2 Alasan Masuk
Klien datang ke IGD tanggal 20 Juni 2019 jam 12.30 dengan
keluhan demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit,
mimisan satu jam sebelum dibawa ke rumah sakit, muntah 2
kali, dan BAB susah.
3. 1. 3 Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan demam sejak 4 hari yang lalu, ibu
mengatakan suhu tubuh turun naik, ibu klien mengatakan klien
buang air besar tidak ada sejak hari minggu sebelum masuk
rumah sakit, klien mengatakan terasa pusing saat duduk dan
berdiri, klien mengatakan badan terasa letih,ibu klien
mengatakan nafsu makan menurun, minum kurang, ibu klien
mengatakan trombosit klien menurun.
3. 1. 4 Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu klien mengatakan klien pernah di rawat pada umur 4 tahun
di RSUD Achmad Mochtar dengan penyakit ssama.
3. 1. 5 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga klien ada yang sedang
mengalami penyakit yang sama yaitu kakak klien, ibu
mengatakan ibu memiliki penyakit vertigo, dan tidak ada
keluarga lainnya yang memiliki penyakit hipertensi, DM,
jantung dan penyakit lainnya.
59
GENOGRAM
Keterangan :
1. Laki – Laki
2. Perempuan :
3. Klien :
4. Meinggal :
5. Serumah :
3. 1. 6 Riyawat Kehamilan dan Kelahiran
1) Prenatal
Ibu klien mengatakan saat hamil klien rutin melakukan
pemeriksaan kehamilan 1 x 1 bulan ke bidan. Ibu klien
tidak ada mengkonsumsi obat-obatan saat hamil.
60
2) Natal
Ibu klien melahirkan klien secara normal di RS. Achmad
Mochtar, usia kehamilan saat lahir 9 bulan 15 hari. Berat
Badan 4 Kg, Panjang Badan 47 cm.
3) Post Natal
Keadaan ibu saat pasca melahirkan tidak ada mengalami
perdarahan, ASI ibu dapat keluar dan banyak.
3. 1. 7 Riwayat Sosial
1) Yang mengasuh : klien tinggal di kos bersama kakaknya,
kakaknya saying dengan adiknya. Dan orang tua klien
sering ke kosan klien dan orang tua klien sangat saying
dengan klien
2) Hubungan dengan keluarga : saat di rumah sakit ibu dan
ayah klien selalu nemanin klien dan anggota keluarga yang
lain bergntian untuk menjaga klien seperti adik dari ibunya
klien.
3) Hubungan dengan teman sebaya : baik
4) Pembawaan secara umum : pada saat komunikasi dengan
perawat klien tampakk malu tapi klien sangat kooperatif
dan mudah akeab
5) Lingkungan rumah : Bersih, aman dan nyaman
61
3. 1. 8 Kebutuhan Dasar
1) Makanan yang disukai / tidak disukai
Klien mengatakan suka makan ayam, ikan, nasi goring,
manga, pisang, dan makanan yang tidak disukai klien
nenas.
2) Pola Tidur
Klien mengatakan tidur siang hanya 4 jam semenjak sakit
dan tidur malam hanya 6 jam.
3) Mandi
Klien saat sehat rajin mandi,klien mandi 2 kali sehari tetapi
semenjak sakit klien tidak ada mandi atau hanya di lap
dengan waslap basah.
4) Aktivitas Bermain
Klien waktu sehat sering bermain dengan teman sebayanya,
tapi saat sakit sekarang klien tidak ada bermain.
5) Eliminasi
BAB : Klien belum ada BAB semenjak sakit ini.
BAK : buang air kecil klien lancar, frekuensi 4x sehari, bau
pesing,warna kuning, konsistensi cair dan tidak ada
kesulitan dalam BAK.
3. 1. 9 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5 = 15
BB / TB : 45 Kg / 130 Cm
62
Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 20 x/m
S : 36,5 ˚C
1) Kepala
Rambut
I : Rambut klien tampak hitam, rambut klien
berminyak dan lepek, tidak ada ketombe, tidak ada
kutu
P : Tidak ada terdapat udem dan pembengkakan pada
kepala
Mata
Bersih, tidak ada kotoran, mata simetris kiri dan kanan,
Pupil isokor, sclera tidak ikterik, konjungtiva anemis, tidak
ada gangguan penglihatan.
Telinga
Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.
Hidung
Bersih, bentuk simetris, tidak ada sekresi, tidak ada polip,
tidak ada gangguan penciuman.
Mulut dan Gigi
Bersih, mukosa bibir kering, , gigi rapi, bibir simetris kiri
dan kanan, tidak ada kelainan.
63
2) Leher
Tidak ada terdapat pembesaran kelenjar tiroid, tida ada
kelainan pada leher.
3) Thorak
Paru – Paru
I : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan, tidak ada
menggunakan otot bantu pernafasan.
P : Pergerakan dinding dada teratur, traktil fremitus
sama, tidak ada oedem
P : Sonor
A : Irama pernafasan vesikuler
Jantung
I : simetris kiri dan kanan, Ictus cordis Terlihat, tidak ada
palpitasi
P : Ictus Cordis
P : Suara jantung vesikuler
A : Suara jantung terdengar S1 S2, lup dup
4) Abdomen
I : Perut klien tampak simetris, Tidak ada bekas operasi,
tidak ada lesi
A : Bising usus 12 x/menit
64
P : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada oedem atau masa,
pembesaran hepar tidak ada
P : Tympani
5) Punggung : tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, tidak ada
kelainan pada punggung
6) Esktremitas
Atas : CRT < 2 detik, Klien terpasang infus RL 30 tts/m
ditangan sebelah kiri.
Bawah : Klien tidak terpasang kateter
Kekuatan otot :
5555 5555
5555 5555
7) Genetalia
tampak bersih, tidak ada kelainan pada genetalia
8) Integument
warna kulit sawo matang, kulit ada bintik-bintik merah,
turgor kulit jelek.
3. 1. 10 Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
1) Kemandian dan Bergaul
Klien sangat mandiri saat bermain, klien sudah mampu
mandi atau memakai pakaian sendiri dan berinteraksi dengan
keluarga secara baik.
2) Motorik Halus
Klien mampu membaca,menggambar dan belajar sendiri
65
3) Motorik Kasar
Klien mampu berjalan mundur dan melangkah, klien mampu
bermain aktif saat sehat dan tidak ada kendala saat berjalan
dan bermain.
4) Kognitif dan Bahasa
Klien mampu menjawab dengan benar dan berbahasa
Indonesia atau bahasa minang dengan benar. Klien mampu
mengucapkan kata-kata lebih dari 2 kata atau mengucapkan
dengan baik.
3. 1. 11 Data Penunjang
Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 21 Juni 2019 Jam
09.51 wib
Tabel 3.1 Laboratorium
No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal
1. HGB 14.6 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.90 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 41.2 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 2.95 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 1.7 [10^3/uL] 1 – 3
6. BASO% 0.3 [10^3/uL] 0 – 1
7. NEUT 24.1 [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 65.1 [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 8.8 [10^3/uL] 2 – 8
10. PLT 19* [10^3/uL] 150 - 400
66
Laboratorium tanggal 21 Juni 2019 jam 16.57 WIB
Tabel 3.2
No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal
1. HGB 14.4 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.74 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 40.7 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 3.44 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 2.3 [10^3/uL] 1 – 3
6. BASO% 0.3 [10^3/uL] 0 – 1
7. NEUT 22.1* [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 66.9* [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 8.4* [10^3/uL] 2 – 8
10. PLT 16* [10^3/uL] 150 - 400
Laboratorium tanggal 22 Juni 2019
Tabel 3.3
No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal
1. HGB 14.6 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.92 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 42.4 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 3.69 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. EO% 2.3 [10^3/uL] 1 – 3
6. BASO% 0.8 [10^3/uL] 0 – 1
7. NEUT 23.3* [10^3/uL] 50 – 70
8. LYMPH 64.5* [10^3/uL] 20 – 40
9. MONO% 9.5* [10^3/uL] 2 – 8
10. PLT 12* [10^3/uL] 150 - 400
67
Laboratorium tanggal 23 Juni 2019
Tabel 3.4
No Nama Pemeriksa Jumlah Satuan Nilai Normal
1. HGB 13.7 [g/dL] 13.0 – 16.1
2. RBC 4.65 [10^6/uL] 4.5 – 5.5
3. HCT 40.4 [%] 40.0 – 48.0
4. WBC 4.67 [10^3/uL] 5.0 – 10.0
5. PLT 23* [10^3/uL] 150 - 400
3. 1. 12 Data Pengobatan
a. Paracetamol tablet 3x500 mg
b.Infus RL 30 tts/menit
3. 1. 13 Data Fokus
a. Data Subjektif
1) Ibu klien mengatakan klien kurang minum
2) Ibu klien mengatakan klien letih
3) Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien turun naik
4) Ibu klien mengatakan nafsu makan klien menurun
5) Klien mengatakan pusing saat berdiri dan duduk
6) Ibu klien mengatakan klien tadi siang muntah
7) Ibu klien mengatakan klien sudah 3 hari tidak BAB
8) Ibu klien mengatakan kurang pengatuhuan tengtang
penyakitnya
9) Ibu tampak mengatakan kurang informasi tentang penyakit
anaknya
10) Ibu klien mengatakan trombosit anaknya menurun
68
11) Klien mengatakan lemah
b.Data Objektif
1) Klien tampak letih
2) Klien tampak ada bintik-bintik merah di tangan klien, pada
tangan ( + )
TD : 100/70 P : 24 x/m
N : 64 x/m S: 36,5 ˚C
- Input : 1170 cc
- Output : urine : 1300 cc
- IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam = 110,8 cc
- Balance Cairan : - 240,8 cc
3) Klien tampak tidak nafsu makan
4) Klien hanya menghabiskan 3 sendok dari porsi yang
diberikan
5) Mukosa bibir klien tampak pucat
6) Ibu klien tampak bingung
7) Ibu klien tampak sering bertanya tentang penyakit anaknya
8) Trombosit : 19* [10^3/uL]
69
ANALISA DATA
Tabel 3.5
No Data Masalah Etiologi
1. DS :
- Ibu klien mengatakan klien
kurang minum
- Ibu klien mengatakan klien
letih
- Ibu klien mengatakan klien
tadi siang muntah 2x
- Ibu klien mengatakan suhu
tubuh klien turun naik
DO :
- Klien tampak letih
- Klien tampak ada bintik-
bintik merah di tangan klien
- TD : 100/70 P : 24 x/m
N : 64 x/m S: 36,5 ˚C
- Pteke pada tangan ( + )
Input : 1170 cc
Output : urine : 1300 cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =
110,8 cc
Balance Cairan : - 240,8 cc
Hipovolemia Peningkatan
permeabilitas
kapiler
2. DS :
- Ibu klien mengatakan nafsu
makan klien berkurang.
- Klien mengatakan pusing saat
berdiri dan duduk
- Ibu klien mengatakan klien
Defisit
Nutrisi
Psikologis
(keengganan
untuk makan)
70
tadi siang muntah
- Ibu klien mengatakan klien
sudah 3 hari tidak BAB
DO :
- Klien tampak tidak nafsu
makan
- Klien hanya menghabiskan 3
sendok dari porsi yang
diberikan
- Mukosa bibir klien tampak
pucat
- TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 24 x/m
S : 36,5 °C
BB : 38 Kg TB : 1 cm
IMT : BB / TB²
38 / (144)² = 18,3
3. DS :
- Ibu klien mengatakan kurang
pengatuhuan tengtang
penyakitnya
- Ibu tampak mengatakan
kurang informasi tentang
penyakit anaknya
DO :
- Ibu klien tampak bingung
- Ibu klien tampak sering
bertanya tentang penyakit
anaknya
Defisit
Pengetahuan
Gangguan fungsi
kognitif
DS :
- Ibu klien mengatakan
Resiko
Perdarahan
Gangguan
Koagulasi
71
trombosit klien menurun
- Pasien mengatakan lemas
DO :
- Trombosit klien 19*
[10^3/uL]
- Pasien tampak lemah
(penurunsn
trombosit)
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Kekurangan volume cairan ( Hipovolemia ) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir
kering
3.2.2 Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) makanan ditandai dengan berat badan menurun
3.2.3 Kurang Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi
3.2.4 Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguaan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia
72
3.3 INTERVENSI ( RENCANA KEPERAWATAN )
Tabel 3.6 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1. Hipovolemia berhubungan dengan
Peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan mukosa bibir
kering
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
hipovolemia membaik.
Kriteria Hasil :
Status Cairan
Turgor kulit
Perasaan lemah
Intake cairan membaik
Suhu tubuh
Manajemen hipovolemia
Observasi :
- Periksa tanda dan gejala
hipovolemik ( tekanan darah
menurun, membrane mukosa
kering, hematocrit meningkat )
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis ( misalnya : RL )
73
Pemantauan cairan
Observasi :
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik :
- Berikan cairan intravena
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian diuretik
2. Defisit Nutrisi berhubungan
dengan psikologis (keengganan
untuk makan) ditandai dengan berat
badan menurun
Setelah dilakuan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Status Nutrisi
Porsi makanan yang dihabiskan
sedang
Frekuensi makan
Manajemen nutrisi
Observasi :
- Identifikasi alergi
- Identifikasi makanan yang disukai
Terapeutik :
- Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk jika
mampu
74
Nafsu makan cukup membaik
Mermban mukosa sedang
Kolaborasi :
- kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan
Pemantauan nutrisi
Observasi :
- Identifikasi kelainan pada kulit
- Identintifikasi kelainan eliminasi
- Monitor mual dan muntah
Terapeutik :
- Timbang berat badan
Edukasi :
- Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Defisit Pengetahuan berhubungan
dengan fungsi kognitif ditandai
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
Edukasi Kesehatan
Observasi :
75
dengan kurang informasi deficit pengetahuan meningkat.
Kriteria Hasil :
Tingkat Pengetahuan
- Kemampuan menjelaskan
pengetahuan tentang suatu
topik meningkat
- Pertanyaan tentang masal;ah
yang dihadapi meningkat
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
- Identifikasi faktor-faktor yang
dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Terapeutik :
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Berikan kesempatan bertanya
Edukasi :
- Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup sehat
Resiko Perdarahan berhubungan
dengan gangguaan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai
dengan trombositopenia
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1 x 24 jam diharapkan
tingkat perdarahan menurun .
Kriteria Hasil :
Tingkat Perdarahan
Mencegahan Perdarahan
Observasi :
- Monitor tanda dan gejala
perdarahan
76
Kelembapan membran
mukosa
Suhu tubuh meningkat
Hematokrit membaik
- Monitor nilai hematokrit /
hemoglobin sebelum dan sesudah
kehilangan darah
Terapeutik :
- Pertahankan bedrest selama
perdarahan
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
- Anjurkan meningkatkan asupan
untuk menghindari konstipasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu
77
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Tabel 3.7 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
NO HARI / TANGGAL DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
1. Jumat / 21 Juni 2019 Hipovolemia
berhubungan
dengan
Peningkatan
permeabilitas
kapiler ditandai
dengan mukosa
bibir kering
08.00 Memanajemen hypovolemia
Observasi :
1. Memperiksa tanda dan
gejala hipovolemik (
tekanan darah 100/70
mmHg, membran mukosa
bibir klien kering, bibir
pecah-pecah, lidah klien
putih,hematocrit
meningkat, dari hasil
laboratorium klien
hematokrit klien tidak
meningkat 41.2 [%] )
2. Memonitor intake dan
output cairan
Jam : 13.00
S :
Ibu klien mengatakan klien kurang
minum
Ibu klien mengatakan klien letih
Ibu klien mengatakan klien tadi
siang muntah
Ibu klien mengatakan suhu tubuh
klien turun naik
O :
Klien tampak letih
Klien tampak ada bintik-bintik
merah di tangan klien, Pteke
pada tangan ( + )
TD : 100/70 P : 24 x/m
78
Intake: 1170 cc
Output : urine : 1300 cc
T :
3. Memberikan asupan cairan
oral, sebanyak 4 gelas dari
jam 08.00-14.00, 1200 cc
E :
4. Menganjurkan
memperbanyak asupan
cairan oral, dengan cara
memberi tahu kepada
keluarga atau klien untuk
memperbanyak minum
sesuai kebutuhan tubuh
sekitar 2400 cc / 24 jam
K :
5. Memantau pemberian
cairan IV isotonis ( RL 30
N : 64 x/m S: 36,5 ˚C
Intake : 1170 cc
Output : urine : 1300 cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =
110,8 cc
Balance Cairan : - 20,8 cc
A : Hipovolekimi
P : Intervensi dilanjutkan
Memanajemen hipovolemia no
1,2,3, dan 5
Memantau cairan no 2,3 dan 4
79
tts/m )
Memantauan cairan
Observasi :
1. Memonitor berat badan
(BB sebelum sakit 45 Kg)
2. Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium (
hematokrit 41.2 [%] )
Terapeutik :
3. Berikan asupan cairan oral
sebanyak 4 gelas dari jam
08.00-14.00, 1200 cc
4. Memberikan cairan
intravena ( RL 30 tts/m )
Kolaborasi :
5. Melakukan Kolaborasi
pemberian diuretic tidak
dilakukan, karena tidak
sesuai dengan kondisi
80
klien. Klien urine nya
lancar tidak memakai
kateter.
2. Jumat / 21 Juni 2019 Defisit Nutrisi
berhubungan
dengan
psikologis
(keengganan
untuk makan)
ditandai dengan
berat badan
menurun
10.00 Manajemen nutrisi
Observasi :
1. Mengidentifikasi alergi,
klien tidak ada alergi
terhadap obat maupun
makanan.
2. Mengidentifikasi makanan
yang disukai, makanan
yang disukai klien.
Makanan yang disukai
klien ayam, ikan, nasi
goring, mangga, pisang dan
makanan yang tidak
disukai klien nenas.
S :
Ibu klien mengatakan nafsu
makan klien menurun.
Klien mengatakan pusing saat
berdiri dan duduk
Ibu klien mengatakan klien tadi
siang muntah
Ibu klien mengatakan klien
sudah 3 hari tidak BAB
O :
Klien tampak tidak nafsu makan
Klien hanya menghabiskan 3
sendok dari porsi yang diberikan
Mukosa bibir klien tampak pucat
81
Terapeutik :
3. Memberikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi (
pepaya )
Edukasi :
4. Menganjurkan posisi
duduk jika mampu, agar
klien tidak merasa letih dan
lemah.
K :
5. Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 24 x/m
S : 36,5 ˚C
BB : 38 Kg TB : 1 cm
IMT : BB / TB²
38 / (1)² = 18,3
A : Defisit nutrisi
P : Intervensi dilanjutkan
Memanajemen Nutrisi no 3,4
dan 5
Pemantauan Nutrisi NO 1,2,3
dan 4
82
Memantau nutrisi
Obdervasi :
1. Mengidentifikasi kelainan
pada kulit, ( pada kulit
klien terdapat bintik-bintik
merah di tangan klien ).
2. Mengidentintifikasi
kelainan eliminasi, BAK
klien lancar, sedangkan
BAB klien susah
3. Memonitor mual dan
muntah ( klien merasakan
mual dan muntah )
Terapeutik :
4. Menimbang berat badan,
berat badan klien 42 kg
Edukasi :
5. Menjelaskan tujuan
83
prosedur pemantauan (ibu
tujuan pemantauan nutrisi
agar nutrisi klien
terpenuhi)
3. Jumat / 21 Juni 2019 Defisit
pengetahuan
berhubungan
dengan
gangguan
fungsi kognitif
ditandai dengan
kurang
informasi
12.00 Edukasi Kesehatan
Observasi :
1. Mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan
sehat ( yang dapat
meningkatkan hidup bersih
dan sehat dengan cara
mencuci tangan setiap
sebelum atau sesudah
melakukan aktivitas,
membersihkan rumah.
S :
Ibu klien mengatakan kurang
pengatuhuan tengtang
penyakitnya
Ibu mengatakan kurang
informasi tentang penyakit
anaknya
O :
Ibu klien tampak bingung
Ibu klien tampak sering bertanya
tentang penyakit anaknya
TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 24 x/m
84
Yang dapat menurunkan
motivasi prilaku hidup
bersih dan sehat yaitu
kurangnya partisipasi
keluarga dalam
membersihkan lingkungan
rungan dan keluarga tidak
mengajarkan hidup bersih
dan sehat kepada anak )
Terapeutik :
2. Memberikan kesempatan
bertanya ( keluarga klien
menanyakan bagaimana
cara menaikan trombosit
anaknya yang turun )
Edukasi :
3. Menjelaskan faktor risiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan ( faktor yang
S : 36,5 ˚
A : Masalah defisit Pengetahuan belum
teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Edukasi Kesehatan
85
dapat mempengaruhi
kesehatatan yaitu
lingkungan, bak mandi,
genangan air jernih banyak
jentik-jentik nyamuk yang
mengakinatkan demam
berdarah )
4. Mengajarkan perilaku
hidup sehat ( mengajarkan
cara cuci tangan yang
benar, dan membuang
sampah pada tempatnya )
Jumat / 21 Juni 2019 Resiko
Perdarahan
berhubungan
dengan
gangguaan
koagulasi
(penurunan
08.00 Mencegahan Perdarahan
Observasi :
1. Memonitor tanda dan
gejala perdarahan
(perdarahan pada hidung /
mimisan, muntah terus
Jam 13.00
S :
Ibu klien mengatakan trombosit
anaknya menurun
Pasien mengatakan lemah
O : :
86
trombosit)
ditandai dengan
trombositopenia
menerus)
2. Memonitor nilai
hematokrit 2.95 [10^3/uL]
Terapeutik :
3. Mempertahankan bedrest
selama perdarahan
Edukasi :
4. Menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan ( tanda
gejala perdarahan yaitu
mimisan, mual muntah,
feses berwarna hitam,
kesemutan ditangan atau
kaki )
5. Menganjurkan
meningkatkan asupan
untuk menghindari
konstipasi ( banyak
mengkonsumsi pepeaya
Trombosit klien 19* [10^3/uL]
Pasien tampak lemah
A : Resiko Perdarahan
P : Intervensi dilanjutkan
Mencegahan perdarahan 1, 2, 3
dan
87
agar tidak terjadi konstipasi
)
Kolaborasi :
6. Melakukan Kolaborasi
pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu
(tidak ada diberikan obat)
5. Sabtu / 22 Juni 2019 Hipovolemia
berhubungan
dengan
Peningkatan
permeabilitas
kapiler ditandai
dengan mukosa
bibir kering
08.00 Memanajemen
hipovolemia
Observasi :
1. Memperiksa tanda dan
gejala hipovolemik (
tekanan darah menurun
100/70 mmHg, membran
mukosa klien masih kering,
bibir pecah-pecah, lidah
klien putih, hematokrit
Jam 13.00
S :
Ibu klien mengatakan klien sudah
mau minum
Ibu klien mengatakan klien tidak
ada merasa letih atau lemah lagi
Ibu klien mengatakan klien siang
tidak ada muntah
Ibu klien mengatakan suhu tubuh
88
meningkat, dari hasil
laboratorium klien
hematokrit klien tidak
meningkat 42,4 [%] )
2. Memonitor intake dan
output cairan
Intake: oral : 1200
Output : urine : 100 cc
Terapeutik :
3. Memberikan asupan cairan
oral, sebanyak 4 gelas dari
jam 08.00-14.00, 1200 cc
Edukasi :
4. Mengingatkan kembali
kepada keluarga dan klien
untuk memperbanyak
minum sesuai kebutuhan
tubuh sekitar 2400 cc / 24
jam
klien masih turun naik
O :
Klien tampak sudah segar
Bintik-bintik merah di tangan
klien sudah berkuran
TD : 100/70 P : 30 x/m
N : 83 x/m S : 35,0 ˚C
Pteke pada tangan ( + )
Input : 1200 cc
Output : urine : 100 cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =
110,8 cc
Balance Cairan : - 310,8
A : Hipovolemik teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Memanajemen Hipovolekimia
no 1,2,3, dan 5
89
Kolaborasi :
5. Memantau pemberian
cairan IV isotonis ( RL 30
tts/m )
Memantau cairan
Observasi :
1. Memonitor berat badan (
BB 38 Kg )
2. Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium (
hematokrit 42,4 [%] )
Terapeutik :
3. Berikan asupan cairan oral
sebanyak 4 gelas dari jam
08.00-14.00, 1200 cc
4. Memberikan cairan
intravena ( RL 30 tts/m )
Kolaborasi :
Melakukan Kolaborasi
90
pemberian diuretic tidak
dilakukan, karena tidak
sesuai dengan kondisi
klien. Klien urine nya
lancar tidak memakai
kateter.
5. Sabtu / 22 Juni 2019 Defisit Nutrisi
berhubungan
dengan
prikologis
(keengganan
untuk makan)
ditandai dengan
berat badan
menurun
10.00 Manajemen nutrisi
O :
1 dan 2 sudah dilakukan
pada hari pertama
T :
3. Memberikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi (
papaya, sayur bayam )
E :
4. Menganjurkan posisi
duduk jika mampu, agar
klien tidak merasa letih dan
S :
Ibu klien mengatakan nafsu
makan klien sudah mulai enak.
Klien mengatakan pusing saat
berdiri dan duduk sudah
berkurang
Ibu klien mengatakan klien
tidak ada muntah
Ibu klien mengatakan klien
sudah ada BAB satu kali
O :
Klien tampak nafsu makan
91
lemah.
K :
5. Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
Memantau nutrisi
O :
1. Mengidentifikasi kelainan
pada kulit, ( pada kulit
klien tbintik-bintik merah
di tangan klien sudah
berkurang ).
2. Mengidentintifikasi
kelainan eliminasi, BAK
klien lancar, sedangkan
BAB klien sudah ada 1
mulai membaik
Klien hanya menghabiskan ½
dari porsi yang diberikan
Mukosa bibir klien tampak pucat
TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/m
P : 30 x/m
S : 35 ˚C
A : Defisit nutrisi teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Memanajemen Nutrisi
Pemantauan Tanda Vital
92
kali.
3. Memonitor mual dan
muntah ( klien sudah tidak
merasakan mual dan
muntah )
T :
4. Menimbang berat badan,
berat badan 45 kg
6. Sabtu / 22 Juni 2019 Defisit
Pengetahuan
berhubungan
dengan
gangguan
fungsi kognitif
ditandai dengan
kurang
informasi
12.00
Edukasi Kesehatan
Observasi :
1. Mengulang kembali
Mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan
sehat ( yang dapat
meningkatkan hidup bersih
dan sehat dengan cara
S :
Ibu klien mengatakan kurang
pengatuhuan tentang
penyakitnya
Ibu mengatakan kurang
informasi tentang penyakit
anaknya
O :
Ibu klien tampak bingung
Ibu klien tampak sering bertanya
93
mencuci tangan setiap
sebelum atau sesudah
melakukan aktivitas,
membersihkan rumah.
Yang dapat menurunkan
motivasi prilaku hidup
bersih dan sehat yaitu
kurangnya partisipasi
keluarga dalam
membersihkan lingkungan
rungan dan keluarga tidak
mengajarkan hidup bersih
dan sehat kepada anak )
Terapeutik :
2. Memberikan kesempatan
bertanya ( dan keluarga
klien menanyakan kenapa
trombosit anaknya masih
turun, bagaimana cara
tentang penyakit anaknya
TD : 100/70 mmHg
N : 64 x/m
P : 24 x/m
S : 36,5 ˚C
A : Defisit Pengetahuan teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Edukasi kesehatan
94
mengatasinya )
Edukasi :
3. Menjelaskan kembali
faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan (
faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatatan
yaitu lingkungan, bak
mandi, genangan air jernih
banyak jentik-jentik
nyamuk yang
mengakinatkan demam
berdarah )
4. Mengajarkan perilaku
hidup sehat ( mengajarkan
kembali cara cuci tangan
yang benar, dan membuang
sampah pada tempatnya )
95
Sabtu / 22 Juni 2019 Resiko
Perdarahan
berhubungan
dengan
gangguaan
koagulasi
(penurunan
trombosit)
ditandai dengan
trombositopenia
08.00 Mencegahan Perdarahan
Observasi :
1. Memonitor tanda dan
gejala perdarahan
(perdarahan pada hidung /
mimisan, muntah terus
menerus)
2. Memonitor nilai
hematokrit 2.95 [10^3/uL]
Terapeutik :
3. Mempertahankan bedrest
selama perdarahan
Edukasi :
4. Menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan ( tanda
gejala perdarahan yaitu
mimisan, mual muntah,
feses berwarna hitam,
Jam 13.00
S :
Ibu klien mengatakan trombosit
anaknya menurun
Pasien mengatakan lemah
O : :
Trombosit klien 12* [10^3/uL]
Pasien tampak lemah
A : Resiko Perdarahan
P : Intervensi dilanjutkan
Mencegahan perdarahan 1 dan 2
96
kesemutan ditangan atau
kaki )
5. Menganjurkan
meningkatkan asupan
untuk menghindari
konstipasi ( banyak
mengkonsumsi pepeaya
agar tidak terjadi konstipasi
)
Kolaborasi :
6. Melakukan Kolaborasi
pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu (
tidak ada diberikan obat)
7. Senin / 24 Juni 2019 Hipovolemia
berhubungan
dengan
Peningkatan
permeabilitas
08.00 Memanajemen
hipovolemia
Observasi :
1. Memperiksa tanda dan
gejala hipovolemik (
Jam 13.00
S :
Ibu klien mengatakan klien sudah
sering minum
Ibu klien mengatakan sudah tidak
97
kapiler ditandai
dengan mukosa
bibir kering
tekanan darah menurun
100/70 mmHg, membran
mukosa bibir klien sudah
lemab, bibir tidak pecah-
pecah, lidah klien putih,
hematokrit meningkat, dari
hasil laboratorium klien
hematokrit klien tidak
meningkat 40.4 [%] )
2. Memonitor intake dan
output cairan
Intake: 1850 cc
Output : urine : 1350 cc
Terapeutik :
3. Memberikan asupan cairan
oral, sebanyak 4 gelas dari
jam 08.00-14.00, 1200 cc
Kolaborasi :
4. Memantau pemberian
merasa letih lagi
Ibu klien mengatakan klien tidak
ada muntah
Ibu klien mengatakan suhu tubuh
klien masih turun naik
O :
Klien tampak segar
Bintik-bintik merah di tangan
klien sudah tidak ada lagi
TD : 110/80 P : 28 x/m
N : 70 x/m S: 35,5 ˚C
Input : 1850 cc
Output : urine : 1350 cc
IWL : 38 x 10 x 7 / 2 jam =
110,8 cc
Balance Cairan : + 389,2
A : Masalah Hipovolemik teratasi
P : Intervensi dihentikan
98
cairan IV isotonis ( RL 30
tts/m )
Memantau cairan
Observasi :
1. Memonitor berat badan (
BB 45 Kg
2. Memonitor hasil
pemeriksaan laboratorium (
hematokrit 40.4 [%] )
Terapeutik :
3. Berikan asupan cairan oral
sebanyak 8-9 gelas 1880 cc
dalam 2 jam
4. Memberikan cairan
intravena ( RL 30 tts/m )
8. Senin / 24 Juni 2019 Defisit Nutrisi
berhubungan
dengan
psikologis
10.00 Manajemen nutrisi
T :
4. Memberikan makanan
S :
Ibu klien mengatakan nafsu
makan klien membaik
99
(keengganan
untuk makan)
ditandai dengan
penurunan berat
badan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi (
papaya, sayur bayam )
K :
6. Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
Memantau nutrisi
O :
1. Mengidentifikasi kelainan
pada kulit, ( pada kulit
klien tbintik-bintik merah
di tangan klien sudah tidak
ada lagi ).
5. Mengidentintifikasi
kelainan eliminasi, BAK
klien lancar, sedangkan
Klien mengatakan tidak ada
merasa pusing saat berdiri dan
duduk
Ibu klien mengatakan klien
sudah ada BAB
O :
Klien tampak menghabiskan
makan nya
Mukosa bibir klien tampak
lembab
TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/m
P : 28 x/m
S : 35,5 ˚C
A : defisit nutrisi teratasi
P : Intervensi dihentikan
100
BAB klien sudah mulai
lancar
6. Memonitor mual dan
muntah (klien sudah tidak
ada mual dan muntah lagi )
T :
7. Menimbang berat badan,
berat badan klien 45 kg
9. Senin / 24 Juni 2019 Deficit
pengetahuan
berhubungan
dengan
gangguan
fungsi kognitif
ditandai dengan
kurang
informasi
12.00 Edukasi Kesehatan
Sudah mengasih tahu kepada
keluarga tentang faktor yang
mempengaruhi hidup bersih dan
sehat, dan cara meningkatkan
hidup bersih dan sehat
S :
Ibu klien mengatakan sudah tau
tengtang penyakit anaknya
Ibu mengatakan tau informasi
tentang penyakit anaknya
O :
Ibu klien tampak sudah tidak
bingung lagi
TD : 110/80 mmHg
N : 70 x/m
101
P : 28 x/m
S : 35,5 ˚C
A : defisit Pengetahuan teratasi
P : Intervensi dihentikan
Sabtu / 22 Juni 2019 Resiko
Perdarahan
berhubungan
dengan
gangguaan
koagulasi
(penurunan
trombosit)
ditandai dengan
trombositopenia
08.00 Mencegahan Perdarahan
Observasi :
1. Memonitor tanda dan
gejala perdarahan
(perdarahan pada hidung /
mimisan, muntah terus
menerus)
2. Memonitor nilai
hematokrit 2.95 [10^3/uL]
Jam 13.00
S :
Ibu klien mengatakan trombosit
anaknya sudah mulai meningkat
Pasien mengatakan tidak terasa
lemah lagi
O : :
Trombosit klien 23* [10^3/uL]
Pasien tampak segar
A : Resiko Perdarahan teratasi
P : Intervensi dihentikan
102
BAB IV
PEMBAHASAN
Selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien An.D dengan diagnosa
Dengue Hemorhagic Fever ( DHF ) Diruangan Rawat Inap Anak RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi pada tanggal 21 Juni 2019, maka disini akan terlihat
keadaan klien secara nyata. Dalam studi ini penulis tidak menemukan kesenjangan
atara tinjauan teori dan tinjauan kasus. Pembahasan ini dibuat sesuai dengan
tahap-tahap dan proses keperawatan yang meliputi : pengkajian perencanaan,
implementasi, evaluasi.
4. 1 Pengkajian
4.1.1 Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut Nursalam (2008), pada penyakit DHF Didapatkan adanya
keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam
kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
sampai ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu
hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kulit, melena atau hematesis. Hal ini sesuai dengan
hasil pengkajian An.D didapatkan ada bintik-bintik merah di tangan
klien, mual muntah, kepala terasa pusing. Hal ini terjadi karena klien
terinfeksi yang disebabkan oleh virus dengue akan menyebabkan
viremia seperti tanda dan gejala diatas. Pada penderita DHF terdapat
103
kerusakan yang umum pada system vaskuler yamg
mengakibatkatkan terjadinya peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah. Plasma dapat menembus dinding vaskuler selama
proses perjalanan penyakit, dari mulai demam hingga klien
mengalami renjatan berat (Huda & Kusuma 2015).
4.1.2 Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut Nursalam (2008), Penyakit apa saja yang pernah diderita
pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe
virus yang lain.Hal ini sesuai dengan teori bahwa pada saat
melakukan pengkajian pada An.D , ibu klien mengatakan klien
pernah mengalami penyakit DHF pada umur 4 tahun yang lalu, dan
klien pernah di rawat di RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.
Menurut Suriadi dan Yuliana (2010), hal ini terjadi Karena penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus, tubuh secara alamiah akan
membentuk antibodi untuk melawan virus tersebut. Tetapi pada
penyakit DHF meski terbentuk antibodi, tubuh bukannya kebal tetapi
merespon virus dengan berlebihan sehinggaa menimbulkan gejala
yang lebih parah dengan tipe virus yang berbeda.
4.1.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut Nursalam (2008) pada anak DHF, Penyakit apa saja yang
pernah di derita sama keluarga klien. Pada saat melakukan
pengkajian ibu klien mengatakan kakak klien sedang mengalami
penyakit yang sama, dan dilingkungan kos klien memang sudah
banayak yang terkena penyakit DHF dan tidak ada keluarga lainnya
104
yang memiliki penyakit hipertensi, DM, jantung, dan penyakit
lainnya.
4.1.4 Pola Makan
Menurut Nurslam (2008), secara teori anak menderita DHF dapat
bervariasi.Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Hal ini sesuai dengan
hasil pengkajian dan teori dengan hasil klien menghabiskan 3 sendok
dari porsi makanan di rumah sakit, ibu klien mengatakan nafsu
makan anaknya menurun, berat badan klien menurun dengan BB : 38
Kg, dan status gizi klien kurang dengan IMT : 38 / (144)² = 18,3 .
Hal ini terjadi karena kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak akan mengalami
penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
Klien bisa mengalami mual muntah, nafsu makan klien yang
menurun (Nursalam : 2008).
4.1.5 Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran
Secara teoritis menurut Nursalam (2008), kesadaran klien
composmentis, keadaan umum lemah, hal ini sesuai dengan
hasilpengkajian didapatkan bahwa GCS (15 E=4, V=5, M=4)
dengan kesadaran klien composmentis, pada saat pengkajiaan
klien bisa merespon secara spontan, kemudian pasien bisa
berorientasi dan menjawab pertanyaan perawat dengan baik, dan
klien bisa mengikuti perintah seperti disuruh untuk mengangkat
105
tangannya. Hal ini terjadi karena tidak ada gangguan syok pada
klien dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin
pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukkan prognosis yang buruk (Susilaningrum, 2013).
b. Head to toe
Kepala
Secara teoritis menurut Nursalam, (2008) yang dikaji
bentuk, kebersihan, ada pembengkakan atau tidak, yang
didapatkan saat pengkajian Rambut klien tampak hitam,
rambut klien berminyak dan lepek, tidak ada ketombe,
tidak ada kutu, Tidak ada terdapat udem dan pembengkakan
pada kepala.
Mata
Secara teoritis menurut Nursalam, (2008) konjungtiva
anemis dan saat pengkajian mata Bersih, tidakada kotoran,
mata simetris kiri dan kanan, Pupil isokor, sclera tidak
ikterik, konjungtiva tidak anemis, tidak ada gangguan
penglihatan. Hal ini terjadi karena Hb klien tidak rendah Hb
klien normal.
Telinga
Secara teoritis menurut Nursalam, (2008) yang dikaji pada
anak DHF yaitu tidak ada perdarahan di telinga, simetri,
bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
106
Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian didapatkan telinga
bersih, tidak ada serumen, tidak ada perdarahan ditelinga,
tidak ada gangguan pendengaran.
Hidung
Secara teoritis menurut Nursalam (2008) yang dikaji pada
anak DHF yaitu hidung kadang mengalami perdarahan (
epistaksis ), hidung bersih, bentuk simertris. Hal ini sesuai
dengan hasil pengkajian yang didapatkan kadang ada
perdarahan di hidung (mimisan), hidung bersih, bentuk
simetris. Hal ini terjadi karena trombosit klien yang rendah
akibat virus dengue, yang mengakibatkan kebocoran
plasma yang berakhir pada perdarahan, baik pada jaringan
kulit maupun saluran cerna. (Huda & Kusuma 2015).
Mulut
Secara teoritis menurut Nursalam (2008) yang dikaji pada
mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri menelan. Hal ini sesuai dengan
hasil pengkajian yang didapatkan mukosa bibir kering,
tidak ada perdarahan gusi dan tidak ada gangguan lainnya.
Hal ini terjadi karena klien kurang minum
Tenggorakan
Nursalam (2008) yang dikaji pada DHF tenggorokan
mengalami hyperemia pharing, dan ada gangguan atau
107
tidak. Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian didapatkan
tenggorokan tida ada gangguan.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pada tinjauan teoritis menurut Nursalam (2008) dilakukan
pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah (Trombosit
menurun ). Hal ini sesuai dengan pengkajian dengan
didapatkan hasil pemriksaan darah trombosit 19* [10^3/uL],
trombosit klien menurun. Hal ini terjadi karena disebabkan
oleh virus dengue yang menyerang trombosit yang dibawa oleh
nyamuk aedes aegypti yang mengakibatkan kebocoran plasma
( Padila, 2013).
4.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis terhadap pengalaman
atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada masalah kesehatan,
pada resiko masalah kesehatan atau proses kehidupan. Pada tinjauan teoritis
ditemukan 6 diagnosa keperawatan, sedangkan pada tinjauan kasus
ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan kasus
karena sesuai dengan keadaan pasien. Diagnosa uang muncul adalah :
1) Kekurangan volume cairan ( hipovolemia ) berhubungan dengan
peningkatan permeabilitas kapiler ditandai dengan mukosa bibir kering.
Data pendukung kekurangan volume cairan (hipovolemia) b/d
kekurangan intake cairan d/d mukosa bibir kering yaitu, saat dilakukan
pengkajian hari Jumat 21 Juni 2019, ibu klien mengatakan klien kurang
108
minum, klien mengatakan klien letih Ibu klien mengatakan klien tadi
siang muntah 2x, Ibu klien mengatakan suhu tubuh klien turun naik TD :
100/70 mmHg Nadi : 64 x/m Pernafasan : 24 x/m Suhu : 36,5. Intake :
1170 cc, output : 1300cc, IWL : 110,8 cc, Balance Cairan : -240,8 cc.
Hal ini terjadi karena ada kebobocoran plasma darah yang mengeluarkan
air, ion, dan gula, dan klien mengalami kurang minum, dan kurangnya
cairan pada tubuh klien (Syaifuddin 2011).
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) ditandai dengan berat badan menurun
Data pendukung deficit nutrisi b/d psikologis (keengganan untuk makan)
d/d berat badan menurun, yaitu Ibu klien mengatakan nafsu makan klien
berkurang, ibu klien mengatakan, BB badan klien turun, Klien
mengatakan pusing saat berdiri dan duduk BB klien 38 Kg semula 40
Kg. Menurut Suriadi & Yulisna (2010), hal ini terjadi karena virus
dengue yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk yang
bereaksi dengan antibodi di dalam tubuh dan mengakibatkatkan mual
muntah karena adanya stiumulusi pada medulla vomiting, terjadinya
mual muntah menyebabkan anoreksia, nafsu makan berkurang,
penurunan berat badan, dan status gizi klien kurang, ditandai dengan
IMT : BB/(TB)² = 38/(1.44)² = 18,3
3) Defisit Pengetahuan Keluarga berhubungan dengan gangguan fungsi
kognitif ditandai dengan kurang informasi
Data pendukung deficit pengetahuan keluarga b/d gangguan fungsi
kognitif d/d kurang informasi yaitu saat dilakukan pengkajian Ibu klien
109
mengatakan kurang pengatuhuan tentang penyakit anaknya, Ibu
mengatakan kurang informasi tentang penyakit anaknya. Hal ini terjadi
Karena kurangnya pengetahuan keluarga dan informasi yang jelas
tentang penyakit.
4) Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan gangguan koagulagi
(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia.
Data pendukung Resiko Perdarahan Berhubungan Dengan gangguan
koagulagi ditandai dengan trombositopenia yaitu saat dilakukan
pengkajian, ibu klien mengatakan trombosit anaknya menurun, klien
mengatakan lemah. Hal ini terjadi Karena trombosit yang menurun
akibat virus dengue yang menyerang trombosit dibawa oleh nyamuk
aedes aegypti, fungsi trombosit menjaga plasma darah dan pembekuaan
darah, jika terjadi kerusakan pada pembuluh darah maka trombosit akan
berkumpul dan menutup lubang yang bocor dengan cara saling melekat
(syaifuddin, 2011)
Diagnosa pada teori yang tidak ditemukandikasus :
1) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Alasan penulis tidak mengangkat diagnosa ini, karena datanya
tidak sesuai pada saat pengkajian suhu tubuh klien tidak tinggi lagi,
suhu 36,5 ˚C, suhu tubuh klien masih turun naik dan Hb klien tidak
rendah.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Alasan penulis tidak mengangkat diagnosa ini pada saat pengkajian
datanya tidak sesuai aktivitas klien tidak sepenuhnya dibantu sama
110
keluarganya. Jadi penulis tidak ada mengangkat diagnosa ini
karena klien masih bisa beraktivitas sendiri.
4.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi Keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat
lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai
oleh perawat, dokter, atau intervensi kolaboratif (Mc. Closky & Bulechek,
200)
Dalam menyusun rencana timdakan keperawatan kepada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori
dapat ditegakkan pada tinjauan kasus. Karena tindakan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan keluhan dan keadaan klien pada saat pengkajian.
4.3.1 Untuk diagnosa pertama
Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan mukosa bibir kering, rencana yang dilakukan
manajemen hipolemia ( periksa tanda gejala hipolemik, monitor
intake dan output cairan, berikan asupan caiaran oral, anjurkan
memperbanyak asupan cairan oral, kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis ( RL ) ), Manajemen cairan ( Monitor berat badan, monitor
hasil pemeriksaan laboratorium, berikan cairan intravena, ). Hal ini
sesuai dengan SIKI. Rencana akan dilakukan untuk memantau
keseimbangan cairan pada tubuh klien akibat kebocoran plasma,
sehingga nantinya diharapkan asupan cairan pada tubuh klien
terpenuhi.
111
4.3.2 Untuk diagnosa kedua
Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) ditandai dengan berat badan menurun rencana yang
dilakukan Manajemen nutrisi( Identifikasi alergi, identifikasi
makanan yang disukai, berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi, anjurkan posisi duduk jika mampu, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan ), Pemantauan tanda vital ( Monitor TTV,
dokumentasikan hasil pemantauan, informasikan hasil pemantauan ).
Hal ini sesuai dengan buku SIKI. Rencana akan dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, sehingga nantinya diharapkan intake
dan output adekuat, BB ideal, klien tidak lemas lagi (Hidayat, 2006).
4.3.3 Untuk diagnosa ketiga
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi, rencana yang dilakukan Edukasi
Kesehatan ( Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi, identifikasi faktor-faktor yang dapay meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat, Sediakan
materi dan media pendidikan kesehatan, berikan kesempatan
bertanya, Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi
kesehatan). Rencana akan dilakukan untuk memberika meningkatkan
pengetahuan dan wawasan keluarga, serta sikap, praktek baik
individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
112
meningkatkan kesehatan. Sehingga diharapkan keluarga tidak kurang
pengetahuan (Nuradita & Mariam, 2013).
4. 4.1Untuk Diagnosa Keempat
Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia rencana
yang dilakukan Mencegahan Perdarahan ( Monitor tanda dan gejala
perdarahan, Monitor nilai hematokrit / hemoglobin sebelum dan
sesudah kehilangan darah, Pertahankan bedrest selama perdarahan,
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan, Anjurkan meningkatkan
asupan untuk menghindari konstipasi, Kolaborasi pemberian obat
pengontrol perdarahan, jika perlu). Rencana akan dilakukan untuk
mengurangi terjadinya syok yang ditandai dengan nadi lemah dan
cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau
kurang) tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik menurun
sampai 80 mmHg atau kurang), kulit teraba dingin (Nursalam, 2008).
Sehingga diharapkan tidak ada resiko perdarahan yang terjadi pada
klien.
Rencana penerapan Atraumatic Care pada asuhan keperawatan ini
adalah mencegah atau mengurangi cedera dan nyeri, memodifikasi
lingkungan fisik. Pada Familly Center Care adalah melibatkan orang
tua pada saat merawat anak dalam proses hospitalisasi,
meminimalkan trauma pada saat anak dirawat.
113
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam
proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi
pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan (Nursallam,
2011).
Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut data bentuk nyata. Terlebih dahulu penulis menulis strategi
agar tindakan keperawatan dapat terlaksanakan, yang di mulaibdengan
melakukan pendengkatan pada klien agar nantinya klien mau melaksanakan
apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan keperawatan
yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
4.4.1 Untuk diagnosa pertama
Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler
ditandai dengan mukosa bibir kering, rencana yang dilakukan
Memanajemen hypovolemia. Memperiksa tanda dan gejala
hipovolemik ( tekanan darah 100/70 mmHg, membran mukosa
klien kering, bibir pecah-pecah, lidah klien putih, hematokrit
meningkat, dari hasil laboratorium klien hematokrit klien tidak
meningkat 41.2 [%] ), Memonitor intake dan output cairanIntake:
1170 Output : urine : 1300 cc , Memberikan asupan cairan oral,
sebanyak 4 gelas dari jam 08.00-14.00, 1200 cc, Menganjurkan
memperbanyak asupan cairan oral, dengan cara memberi tahu
kepada keluarga atau klien untuk memperbanyak minum sesuai
114
kebutuhan tubuh sekitar 2400 cc / 24 jam, Memantau pemberian
cairan IV isotonis ( RL 30 tts/m ). Memanajemen cairan :
Memonitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis ( BB sebelum
sakit 45 Kg dan sesudah 42 Kg ), Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium ( hematokrit 41.2 [%] ) memberikan asupan cairan oral
sebanyak 4 gelas dari jam 08.00-14.00, 1200 cc , Memberikan
cairan intravena ( RL 30 tts/m ), Melakukan Kolaborasi pemberian
diuretic tidak dilakukan, karena tidak sesuai dengan kondisi klien.
Klien urine nya lancar tidak memakai kateter.
4.4.2 Untuk diagnosa kedua
Defisit Nutrisi berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk
makan) rencana yang dilakukan Manajemen nutrisi :
Mengidentifikasi alergi, klien tidak ada alergi terhadap obat maupun
makanan., mengidentifikasi makanan yang disukai, makanan yang
disukai klien. Makanan yang disukai klien ayam, ikan, nasi goring,
mangga, pisang dan makanan yang tidak disukai klien nenas. ,
memberikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi (
pepaya ), menganjurkan posisi duduk jika mampu, agar klien tidak
merasa letih dan lemah. Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan.
Pemantauan nutrisi, Mengidentifikasi kelainan pada kulit, ( pada
kulit klien terdapat bintik-bintik merah di tangan klien ),
Mengidentintifikasi kelainan eliminasi, BAK klien lancar, sedangkan
BAB klien susah, Memonitor mual dan muntah ( klien merasakan
115
mual dan muntah ), Menimbang berat badan, berat badan klien 42 kg
, Menjelaskan tujuan prosedur pemantauan ( ibu tujuan pemantauan
nutrisi agar nutrisi klien terpenuhi )
4.4.3 Untuk diagnosa ketiga
Defisit Pengetahuan berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif
ditandai dengan kurang informasi rencana yang dilakukan Edukasi
Kesehatan, Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat ( yang
dapat meningkatkan hidup bersih dan sehat dengan cara mencuci
tangan setiap sebelum atau sesudah melakukan aktivitas,
membersihkan rumah. Yang dapat menurunkan motivasi prilaku
hidup bersih dan sehat yaitu kurangnya partisipasi keluarga dalam
membersihkan lingkungan rungan dan keluarga tidak mengajarkan
hidup bersih dan sehat kepada anak ), Memberikan kesempatan
bertanya ( keluarga klien menanyakan bagaimana cara menaikan
trombosit anaknya yang turun ), Menjelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan ( faktor yang dapat mempengaruhi
kesehatatan yaitu lingkungan, bak mandi, genangan air jernih banyak
jentik-jentik nyamuk yang mengakinatkan demam berdarah ),
Mengajarkan perilaku hidup sehat ( mengajarkan cara cuci tangan
yang benar, dan membuang sampah pada tempatnya )
4.4.4 Untuk Diagnosa Keempat
Resiko Perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi
(penurunan trombosit) ditandai dengan trombositopenia rencana
116
yang dilakuka Mencegahan Perdarahan, Memonitor tanda dan gejala
perdarahan (perdarahan pada hidung / mimisan, muntah terus
menerus), Memonitor nilai hematokrit 2.95 [10^3/uL],
Mempertahankan bedrest selama perdarahan, Menjelaskan tanda dan
gejala perdarahan ( tanda gejala perdarahan yaitu mimisan, mual
muntah, feses berwarna hitam, kesemutan ditangan atau kaki ),
Menganjurkan meningkatkan asupan untuk menghindari konstipasi
(banyak mengkonsumsi pepeaya agar tidak terjadi konstipasi),
Melakukan Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
perlu ( tidak ada diberikan obat)
Untuk rencana penerapan Atraumatic Care pada asuhana
keperawatan ini dilakukan adalah perawat memodifikasi ruang
perawatan dengan car membuat situasi ruang anak menjadi terlihat
nyaman seperti mengajak anak dan keluarga mengobrol. Dan pada
Familly Center Care adalah melibatkan orang tua saat pemasangan
infus, dengan cara orang tua selau dekat dengan anaknya.
4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi
meliputi evaluasi hasil dan evaluasi proses. Pada kasus ini menunjukkan
bahwa adanya kemajuan atau keberhasilan dalam mengatasi masalah pasien.
pada kasus An.D yang dirawat diruang rawat inap anak RSUD Dr.Achmad
Mochtar Bukittingi dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
sebagai metode pemecahan masalah, hasil evaluasi akhir yaitu pada tanggal
117
20 – 22 Juni 2019 dari diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam kasus,
keseluruhan diagnosa keperawatan telah teratasi,
4.5.1 Pada diagnosa pertama setelah dilakukan asuhan keperawatan selama
3x24 jam masalah hipovolemia membaik dengan memanajemen
hipovolemia, memanajemen cairan, dengan hasil mukosa bibir
lembab, bibir tidak pecah-pecah, lidah bersih, turgor kulit baik, klien
banyak minum TD : 110/80 mmHg. N ; 70 x/m, P ; 28 x/m, S ; 36,5
˚C, klien sudah diperbolehkan pulang. Karena asupan cairan pada
tubuh klien sangat penting untuk mengganti air dan ion yang keluar
dari pembuluh darah akibat mengalami kebocoran (Dr. Leonard
Nainggolan, 2012).
4.5.2 Pada diagnosa kedua setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24
jam maslah Defisit Nutrisi tetap, dengan hasil klien sudah tampak
menghabiskan 1 porsi makan, berat badan klien 38 Kg, TB 144 cm,
jadi: BB/(TB)² = 18,3 yang artinya status gizi klien masih kurang,
klien sudah boleh pulang. Karena BB dalam 3 hari tidak langsung
naik atau bertambah, untuk menaikan BB harus memerlukan waktu
yang cukup. Dapat diperbaiki dengan pengaturan makanan sesuai
selera anak, memilih menu makanan yang kandungan gizinya cukup
tinggi dan lebih variatif supaya anak tidak bosan (Ain, dkk, 2015)
4.5.3 Pada diagnosa ketiga setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24
jam masalah Defisit Pengetahuan membaik dengan hasil ibu klien
sudah tau penyakit anaknya dan bagaimanacara meningkatkan hidup
sehat, dan sudah mengetahui informasi. Karena keluarga sudah
118
mendapatkan informasi dan terpapar dengan pengetahuan apa yang
diberikan,
4.5.4 Pada Diagnosa keempat setelah dilakukan asuhan keperawatan
3x2jam masalah resiko perdarahan membaik dengan trombosit
anaknya meningkat dengan hasil 23* [10^3/uL]. Karenan trombosit
adalah salah satu sel dalam darah yang berfungsi untuk
menghentikan perdarahan. Trombosit berperan dalam pembekuan
darah dan membuat darah menjadi lengket sehingga bisa membentuk
gumpalan (Syaifuddin, 20110
Penerapan rencana Atraumatic Care setelah dilakukan asuhan
Keperawatan, pada saat pemasangan infus klien tampak tenang, tidak
ada nyeri. Penerapan rencana Familly Center Care setelah dilakukan
asuhan Keperawatan klien dan keluarga tampak tenang dan nyaman.
119
BAB V
PENUTUP
5. 1 Kesimpulan
5. 1. 1 Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegepty (suriadi & rita yuliani,
2010). Yang ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
demam tinggi, perdarahan, hepatomegali, dan tanda kegagalan
sirkulasi sampai timbul rejatan (sindrom rejatan dengue) sebagai
akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan
kematian.
5. 1. 2 Dari hasil pengkajian di ruang rawat inapRSUD Dr. Achmad
Mochtar Bukittinggi. Data yang didapatkan, Ibu klien
mengatakan demam sejak 4 hari yang lalu, ibu mengatakan suhu
tubuh turun naik, ibu klien mengatakan klien buang air besar
tidak ada sejak hari minggu sebelum masuk rumah sakit,
mengatakan badan terasa letih,ibu klien mengatakan nafsu
makan menurun, minum kurang, ibu klien mengatakan
trombosit klien menurun. Hasil pemeriksaan GCS : 15 (E=,
M=6, V=5), kesadaran : Compos Mentis, BB/TB : 5 Kg / 130
Cm, Tanda Vital : TD : 100/70 mmHg, N :6 x/m, P : 2 x/m, S :
36,5˚C, Trombosit : 19* [10^3/uL]
120
5. 1. 3 Dari hasil Diagnosa keperawatan yang muncul dalam Asuhan
Keperawatan pada An.D Dengan Dengue Hemorhagic Fever
(DHF) DI Ruangan Rawat Inap Anak RSUD Achmad Mochtar
Bukittinggi tahun 2019, Kekurangan volume cairan (
hipovolemia ) berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
ditandai dengan mukosa bibir kering, Defisit Nutrisi
berhubungan dengan psikologis (keengganan untuk makan)
ditandai dengan berat badan menurun, Defisit Pengetahuan
berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif ditandai dengan
kurang informasi, Resiko Perdarahan berhubungan dengan
gangguan koagulasi (penurunan trombosit) ditandai dengan
trombositopenia.
5. 1. 4 Dari hasil Intervensi yang dilakukan pada klien adalah
melakukan manajemen hipovolemia, pemantauan cairan,
manajemen nutrisi, pemantauan nutrisi, edukasi keluarga, dan
mencegah perdarahan.
5. 1. 5 Dari hasil implementasi yang dilakukan pada klien adalah
memeriksa tanda dan gejala hipovolemia, memonitor intake dan
ouput, memanajemen nutrisi (memonitor status nutrisi),
memberikan edukasi kesehatan dan memonitor perdarahan dan
hasil pemeriksaan trombosit.
Dari perencanaan yang disusun oleh penulis, perencanaan untuk
diagnosa keperawatan disusun sesuai SDKI, SLKI, dan SIKI
121
5. 1. 6 Dari hasil evaluasi dilakukan, bahwa didapatkan masalah
teratasi.
Masalah yang teratasi hipovolemia membaik, pengetahuan
keluarga membaik dan resiko perdarahan mulai membaik.
Sedangkan masalah yang tidak teratasi adalah defisit Nutrisi
klien masih tetap, BB : 38 Kg, TB : 144 cm, karena status gizi
klien masih kurang IMT : BB/(TB)² = 18,3.
5. 1. 7 Pada saat penulis melakukan pendokumentasian penulis
melakukan pengumpulan data pada saat pengkajian,
menganalisis data untuk menegakkan diagnosa, menyusun
intervensi sesuai dengan masalah yang ada, melakukan
implementasi sesuai rencana yang telah dilakukan dan perawat
melakukan evaluasi dari implementasi yamg sudah diberikan.
5. 2 Saran
Berdasarkan hasil penerapan asuhan keperawatan yan telah
dilakukan,maka penulis dapat memberikan saran antara lain :
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Disarankan kepada institusi pendidikan untuk mengembangkan
ilmu kesehatan keperawatan anak kepada peserta didik sehingga
pengetahuan dan keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi
kedepannya dan akan dapat membantu dalam mendukung untuk
bahan pengajaran ilmu keperawatan anak kedepannya.
122
5.2.2 Bagi Penulis
Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah atau Laporan studi Kasus
dapat mengembangkan pengetahuan serta wawasan khususnya
mengenai ilmunkeperawatan anak tentang asuhan keperawatan
pada anak DHF. Dan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan selanjutnya dengan lebih baik
lagi.
5.2.3 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pihak rumah sakit khususnya ruangan anak dapat
memberikan informasi dan pengetahuan kepada petugas
kesehatan khususnya perawat untuk melakukan asyhan
keperawatan pada anak yang lebih baik lagi.
123
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, D. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Aini. Kasiati. Rahayu. Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita Yang dirawat Inap Di
Rumah Sakit. Jurnal Pendidikan Kesehatan, Volume , No 2, oktober 2015.
Ambarwati, Fitri Respati dan Nita Nasution. 2012. Buku Pintar Asuhan
Keperawatan Bayi dan Balita. Yogyakarta : Cakrawala Ilmu
Charnidah. A.N. 2012. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Anak. Yogyakarta. https://journal.uny.ac.id
Fadhillah Harif, 2018. SDKI ( Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia ). Jakarta
Hidayat.A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Kemenkes RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta:
Mauliana Y, dkk 2018. Makalah Family Center Care. Mataram.
https//id.scribe.com
Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Kepearawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Nursalam, DR., susilaningrum, R., utami S. (2008). Asuhan Keperawatan Bayi
Dan Anak Untuk Perawat Dan Bidan : Salemba Medika
Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
124
Potter, P.A, Perry, A.G, 2015 Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep
Proses, dan Praktik. Edisi . Volume 2. Alin Bahasa :Renata Komalasari,
dkk. Jakarta : EGC
Rini. D.M. 2013. Hubungan Penerapan Atraumatic Care D4engan Kecemasan
anak Prasekolah Saat Proses Hospitalisasi Di RSU dr. H. Koesnadi Jember.
https//repository.unei.ac.id
Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta:
Sagung Seto
Suriadi, Yuliani Rita. (2010). Buku Pegangan Praktis Klinik Asuhan Keperawatan
pada Anak. Edisi 2, Penerjemah Haryanto, EGC, Jakarta, hal 122.
Suriadi, dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 2. Jakarta: CV Agung
Seto.
Susilaningrum, R. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Supartini, 2000. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta
World Health Organization (WHO), 2012. Angka Kematian Bayi
125
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Penulis
Nama : Tika Genesha Putri
Tempat Tanggal Lahir : Pauh Kambar Hilir, 1 April
Agama : Islam
Negeri Asal : Pariaman
Jumlah saudara : 4 orang
Anak ke : 2 orang
Alamat : Korong Pauh Kambar Hilir, Kelurahan
Pauh Kambar, kecematan Nan Sabaris,
Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi
Sumbar.
II. Nama Orang Tua
Ayah : Zulkifli
Ibu : Mayulis
III. Riwayat Pendidikan
1. SDN 01 Nan Sabaris : Lulusan 2005 -2010
2. SMPN 01 Nan Sabris : Lulusan 2010-2013
3. SMAN 1 Nan Sabaris : Lulusan 2013-2016
4. Program Studi D III Keperawatan Stikes Perintis Padang Tahun
2016 Sampai Sekarang
126
127
128
129
130