Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
i
KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN
TRIWULAN-IV
2008
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
iii
Kata Pengantar
Sebagaimana diketahui dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tentang tujuan Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Lebih lanjut, tugas-tugas pokoknya adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi bank.
Sejalan dengan Undang-Undang tersebut, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah dalam era otonomi mempunyai peranan yang strategis, selain sebagai economic intelligence dan research unit di wilayah kerjanya. Dalam kaitan dengan peran tersebut, KBI bertugas untuk melakukan pengumpulan data dan informasi (antara lain melalui survei), dan melakukan pengkajian serta penelitian mengenai perkembangan ekonomi daerah secara terkini dan berkala.
Sejak tahun 2002 KBI Makassar telah melakukan Kajian terhadap Perkembangan Ekonomi Daerah secara triwulanan atau disingkat menjadi KER dengan cakupan daerah Sulawesi Selatan. Sejak ditetapkannya secara resmi pemisahan antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, maka sejak tahun 2007 ini materi kajian untuk masing-masing provinsi (Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat) akan dipisahkan dan disampaikan dalam buku laporan yang terpisah. Adapun cakupan kajian (KER) tersebut adalah pada aspek makroekonomi, inflasi, moneter-perbankan-sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek ekonomi. Dalam perkembangannya, cakupan ini akan kami kembangkan terus sejalan dengan ketersediaan data ekonomi daerah yang kami peroleh.
Selanjutnya, informasi dan hasil kajian/riset tersebut akan disampaikan ke Kantor Pusat Bank Indonesia, sebagai masukan dalam formulasi kebijakan moneter. Disamping itu, hasil kajian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi stakeholder Bank Indonesia di daerah antara lain: Pemerintah Daerah, DPRD, akademisi, pihak swasta dan kalangan masyarakat Iainnya.
Saran dan masukan dan semua pihak, sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas laporan ini di masa mendatang. Perlu kami sampaikan pula penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara aktif dalam penyusunan laporan ini, dengan memberikan data dan informasi secara kontinyu, tepat waktu dan reliable. Selanjutnya, kami nantikan kerjasama tersebut dapat terus berlangsung di masa mendatang guna mendukung kesinambungan penyusunan laporan ini.
Makassar, Februari 2009 BANK INDONESIA MAKASSAR
Ttd.
Lambok A. Siahaan
Pemimpin
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
v
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ~ iii
DAFTAR ISI ~ v
DAFTAR GRAFIK ~ vii
DAFTAR TABEL ~ viii
RINGKASAN EKSEKUTIF ~ 1
INDIKATOR EKONOMI PEKDA Trw. IV-2008 ~6
BAB 1 PERKEMBANGAN KONDISI MAKRO EKONOMI ~ 9
1.1. Permintaan Daerah ~ 10
a. Konsumsi ~ 10
b. Investasi ~ 13
c. Net Perdagangan Eksternal ~ 14
1.2. Penawaran Daerah (Sektoral) ~ 16
a. Sektor Pertanian ~ 17
b. Sektor Industri Pengolahan ~ 18
c. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran ~ 19
d. Sektor Jasa-jasa ~ 20
e. Sektor Angkutan dan Komunikasi ~ 21
f. Sektor Keuangan-Sewa-Jasa-Perusahaan ~ 23
g. Sektor Lainnya ~ 23
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI ~ 27
2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ~ 28
2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan ~ 36
2.3. Inflasi Harga Konsumsen Pedesaan ~ 37
2.4. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua) ~ 38
Triwulan IV-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
vi
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN ~ 39
3.1. Perkembangan Moneter ~ 39
3.2. Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah) ~ 40
3.2.1. Kelembagaan dan Aset ~ 40
3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan ~ 41
3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional ~ 46
3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah ~ 47
3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat/Syariah (BPR/S) ~ 48
BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ~ 51
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) ~ 51
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) ~ 52
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ~ 52
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS ~ 53
4.4.1. Perkembangan RTGS ~ 53
4.4.2. Perkembangan Kliring ~ 53
BAB 5 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN ~ 55
5.1. Ketenagakerjaan ~ 55
5.1.1. Survei Angkatan Kerja ~ 55
5.1.2. Tenaga Kerja Indonesia ~ 58
5.2. Kesejahteraan ~ 58
5.2.1. Nilai Tukar Petani ~ 58
5.2.2. Survei ~ 59
BAB 6 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ~ 61
BAB 7 OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI ~ 63
7.1. Outlook Kondisi Makroregional ~ 63
7.2. Outlook Inflasi ~ 65
7.3. Prospek Perbankan ~ 66
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
vii
Daftar Grafik Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB ~ 9 Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi ~ 11 Grafik 1.3. Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi ~ 13 Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Luar Negeri ~ 15 Grafik 1.5. Perkembangan Volume Impor Non Migas Sulawesi Selatan ~ 16 Grafik 1.6. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian ~ 18 Grafik 1.7. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan ~ 19 Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restauran ~ 20 Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa ~ 21 Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan ~ 22 Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan ~ 23 Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih ~ 24 Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian ~ 25 Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan ~ 26
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan~ 27 Grafik 2.2. Harga CPO, Kedelai, Beras dan Jagung di Pasar Internasional ~ 29 Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan ~ 30 Grafik 2.4. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi di Makassar ~ 30 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi ~ 31 Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Makanan Jadi di Makassar Hasil
Survei Bank Indonesia ~ 31 Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang ~ 34 Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas ~ 33 Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan ~ 33 Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan ~ 34 Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi ~ 35 Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan ~ 35
Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel ~ 40 Grafik 3.2. Aset Bank Umum Sulsel Berdasarkan Kelompok Bank ~ 41 Grafik 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/pembiayaan BU di Sulsel ~ 42 Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan BU Per Jenis Penggunaan di Sulsel ~ 42 Grafik 3.5. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi di Sulsel
(November 2008) ~ 43 Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi ~ 43 Grafik 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum di Sulsel ~ 44 Grafik 3.8. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi di Sulsel (November 2008) ~ 44 Grafik 3.9. Kredit/Pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum di Sulsel ~ 46 Grafik 3.10. Pangsa Kredit/Pembiayaan MKM BU Per Sektor Ekonomi di Sulsel ~ 46 Grafik 3.11. Perkembangan Bank Umum Syariah Sulawesi Selatan ~ 47 Grafik 3.12. Perkembangan Aset BPR/S Sulsel ~ 48 Grafik 3.13. Perkembangan DPK, Kredit & LDR BPR/S Sulsel ~ 49
Triwulan IV-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
viii
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar ~ 51 Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow ~ 52 Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan Trw. IV-2008 ~ 52 Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS ~ 53 Grafik 5.1. Presentase Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Utama ~ 57 Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini ~ 60 Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu ~ 60 Grafik 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan
IV-2008 ~ 62 Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen dan Komponennya ~ 64 Grafik 7.2. Indeks Ekapektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d ~ 66
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
ix
Daftar Tabel
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) ~ 10 Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah (y.o.y) ~ 17
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y) ~ 28 Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan ~ 28 Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau ~ 31 Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang ~ 32 Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bahan Bakar ~ 33 Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan ~ 34 Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan ~ 34 Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga ~ 36 Tabel 2.9. Perbandingan Laju Kota di Sulsel Per Desember 2008 ~ 36 Tabel 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel ~ 37 Tabel 2.11. Perbandingan Laju Inflasi Propinsi di Zona Sulampua ~ 38 Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bankk Umum Sulawesi Selatan ~ 40 Tabel 3.2. Penyaluran Kredit/Pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel ~ 46
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makssar Trw. IV-2008 ~ 52 Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong ~ 54 Tabel 5.1. Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Utama ~ 55 Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Thn Keatas Menurut Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT), Setengah Pengangguran Terpaksa dan Setengah Pengangguran Sukarela ~ 56
Tabel 5.3. Penduduk Usia 15 Thn + yg Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ~ 57 Tabel 5.4. Perkembangan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia Sulawesi Selatan ~ 58 Tabel 5.5. NiLai Tukar Petani Sulsel 2008 per Triwulan ~ 59
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
1
Ringkasan Eksekutif
GAMBARAN UMUM Perekonomian daerah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan
IV-2008 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 4,83% (y.o.y), melambat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 7,71% (y.o.y) maupun dengan triwulan yang sama tahun lalu (triwulan IV-2007) yang sebesar 11,19% (y.o.y).
Sementara dari sisi kestabilan harga, laju inflasi tahunan Sulsel tercatat sebesar 12,40% (y.o.y). Laju inflasi tersebut tercatat lebih tinggi dibanding baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,28% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 11,06% (y.o.y).
Sejalan dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel, terjadi perlambatan pertumbuhan di sektor keuangan-sewa-jasa perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank. Perlambatan pertumbuhan di subsektor bank ditandai dengan melambatnya pertumbuhan tahunan dana masyarakat yang dihimpun perbankan, penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan. Namun di sisi lain, kualitas kredit yang pada triwulan laporan terjadi penurunan jumlah kredit/pembiayaan bermasalah terhadap total kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan NPLs ini harus dicermati dengan seksama karena penurunannya diduga karena dampak dari perlambatan ekonomi dan tidak semata menggambarkan meningkatnya repayment capacity debitur.
Demikian pula terkait dengan sistem pembayaran, nilai transaksi pembayaran tunai pada triwulan laporan ini juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibanding nilai transaksi pembayaran pada triwulan sebelumnya. Pada sistem pembayaran non tunai, khususnya kliring juga menunjukkan terjadinya kegiatan transaksi yang mengalami penurunan. Sedangkan pembayaran non tunai via RTGS justru mengalami peningkatan.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) relatif cukup berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Meskipun tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan, namun tingkat kesejahteraan masyarakatnya, terutama di sektor pertanian, masih relatif belum mengalami perbaikan yang cukup signifikan. Struktur ketenagakerjaan di Sulsel selama 2 tahun terakhir relatif tidak mengalami perubahan, dengan sektor pertanian dan perdagangan yang masih merupakan mata pencaharian utama penduduknya.
Berdasarkan data keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, terdapat perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah pada triwulan laporan. Anggaran pendapatan naik sebesar 5,37% sedangkan anggaran belanja meningkat 12,86%. Sampai dengan triwulan laporan, diperkirakan realisasi pendapatan
Laju inflasi tahunan di Sulsel tercatat sebesar 12,40% (y.o.y)…..
sistem pembayaran tunai dan non tunai, kecuali RTGS, menunjukkan penurunan transaksi ….
Struktur ketenagakerjaan di Sulsel selama 2 tahun terakhir relatif tidak mengalami perubahan, …….
….realisasi pendapatan telah mencapai di atas 100%. Sementara realisasi belanja diperkirakan sebesar 84,01% ...
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2008 mengalami pertumbuhan sebesar 4,83% (y.o.y) ...
Perlambatan pertumbuhanperbankan ditandai dengan melambatnya pertumbuhan DPK, penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan.
Triwulan IV-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
2
daerah telah mencapai di atas 100% yang didorong oleh realisasi ‘Pendapatan Asli Daerah’ yang telah mencapai 102,38%. Sedangkan realisasi belanja pemerintah baru mencapai 84,01%.
PERKEMBANGAN KONDISI MAKROEKONOMI
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara umum masih didukung oleh kinerja investasi yang tumbuh sebesar 19,10% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 3,43% terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel, meskipun pada triwulan laporan kinerja investasi tersebut mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 26,35%. Pertumbuhan kinerja investasi, salah satunya didorong dengan adanya realisasi investasi di sektor industri pengolahan kayu dan industri lainnya.
Dari sisi penawaran (sektoral), hanya sektor jasa-jasa yang mengalami peningkatan pertumbuhan, sementara sektor ekonomi lainnya diperkirakan mengalami perlambatan dan bahkan sektor pertambangan diperkirakan mengalami kontraksi, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor bangunan/konstruksi. Penyumbangn terbesar diperkirakan masih terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran, diikuti oleh sektor jasa, jasa dan bangunan serta angkutan-komunikasi.
PERKEMBANGAN INFLASI
Laju inflasi tahunan di Sulsel tercatat sebesar 12,40% (y.o.y), sedikit lebih tinggi dibanding baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,28% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 11,06% (y.o.y). Meski terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan libur panjang menjelang tahun baru, namun peningkatan tersebut tidak terlalu besar sehingga pertumbuhan laju inflasi meningkat relatif kecil. Hal tersebut tercermin pada konsumsi PDRB Sulsel yang pada triwulan laporan melambat menjadi 3,20% (y.o.y), sementara pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 4,64% (y.o.y).
Laju inflasi Sulsel dihitung berdasarkan inflasi ke-empat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone, Pare-pare dan Palopo. Laju inflasi Sulsel tersebut didominasi sumbangan inflasi tahunan kota Makassar yang memberikan sumbangan sebesar 78% terhadap pembentukan inflasi tahunan Sulsel. Sementara sumbangan terendah masih diberikan oleh kota Watampone yaitu sebesar 6% dari inflasi Sulsel. Adapun laju inflasi tahunan kota Watampone tercatat sebesar 13,34% (y.o.y) pada triwulan laporan.
PERKEMBANGAN PERBANKAN
Pada triwulan IV-2008 (November), total aset perbankan tumbuh lebih kecil daripada triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp36,75 triliun atau turun menjadi 13,64% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007. Kemudian, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank umum juga mengalami pertumbuhan yang cenderung lebih kecil
Berdasarkan inflasi ke-empat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone, Pare-Pare dan Palopo, didapatkan bahwa laju inflasi tahunan Sulsel tercatat sebesar 12,40%, lebih tinggi …...
Dari sisi sumbangan, penyumbang pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan masih disumbang oleh sektor perdagangan-hotel-restoran …..
Pada triwulan IV-2008 (November), toatal aset perbankan tumbuh lebih kecil daripada triwulan sebelumnya.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
3
daripada triwulan sebelumnya, yaitu tumbuh 13,12% (y.o.y) atau sebesar Rp27,77 triliun. Sedangkan pertumbuhan DPK pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 16,66% (y.o.y).
Tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan DPK bank umum di Sulsel yang tercatat mengalami perlambatan, kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Sulsel juga tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek, kredit/pembiayaan tumbuh sebesar 25,78% (y.o.y) dari Rp25,22 triliun pada November 2007 menjadi Rp31,72 triliun pada November 2008. ). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi kredit/pembiayaan bank umum dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR (Loan to Deposit Ratio) bank umum mengalami peningkatan, yaitu dari 107,87% pada November 2007 menjadi 114,23% pada November 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada kredit/pembiayaan bank umum.
Berdasarkan kualitas kredit, petumbuhan kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) bank umum di wilayah Sulsel tercatat melambat menjadi 7,93% (y.o.y) dibandingkan posisi November 2007 yang sebesar 10,87 triliun. Penurunan pertumbuhan NPLs tersebut diperkirakan terjadi seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan juga penyaluran kredit di Sulsel pada triwulan laporan.
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), tercatat mengalami net inflow, yaitu sebesar Rp0,67 triliun, dengan nilai inflow sebesar Rp2,19 triliun, sedangkan nilai outflow sebesar Rp1,51 triliun. Sementara jumlah Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) mengalami penurunan menjadi sebesar Rp0,41 triliun, lebih rendah dibanding PTTB pada triwulan III-2008 (Rp0,54 triliun).
Jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami peningkatan. Pada triwulan IV-2008, jumlah uang palsu yang ditemukan sebesar Rp12,6 juta, menurun menjadi Rp1,3 juta pada triwulan laporan.
Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS (incoming) pada triwulan laporan mengalami peningkatan sebesar 22,09% (y.o.y) yaitu dari Rp11,96 triliun menjadi Rp14,60 triliun. Kondisi yang sama juga terjadi pada transaksi transfer keluar via RTGS (outgoing) yang mengalami peningkatan sebesar 10,86% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp9,23 triliun, sementara pertumbuhan outgoing pada triwulan III-2008 sebesar -21,51% (y.o.y) dengan nominal transaksi sebesar Rp7,79 triliun.
Selain BI-RTGS, penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi kredit kurang dari Rp100 juta mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triwulan III-2008. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 13,55% (y.o.y), yaitu dari Rp6,43 triliun pada triwulan IV-2007 menjadi Rp7,30 triliun. Pertumbuhan transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 30,03% (y.o.y).
Perkembangan transaksi transfer masuk dan keluar via RTGS pada triwulan laporan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya ...
Kredit/pembiayaan mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan.
NPLs Bank Umum cenderung mengalami penurunan ...
Triwulan IV-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
4
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2007 – Agustus 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 4,10% (y.o.y), sementara pada periode yang sama tahun 2007 tumbuh sebesar 2,25% (y.o.y). Pertumbuhan angkatan kerja tersebut, mampu menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 60 ribu orang. Kondisi tersebut mengakibatkan TPT Sulsel mengalami perbaikan.
Persentase jumlah angkatan yang bekerja terhadap angkatan kerja juga mengalami peningkatan, yaitu dari 88,75% pada Agustus 2007 menjadi 90,96% pada Agustus 2008. Sementara angkatan kerja yang bekerja pada Agustus 2008 tumbuh sebesar 6,69% (y.o.y) sedangkan pada Agustus 2007 tumbuh sebesar 4,01% (y.o.y). Peningkatan tersebut diperkirakan didorong oleh penyerapan tenaga kerja di sektor jasa (2,80%), searah dengan sumbangan pertumbuhan sektor jasa pada perekonomian Sulsel yang mengalami peningkatan pertumbuhan. Selain sektor jasa, sektor ekonomi yang mendorong peningkatan tenaga kerja tersebut adalah sektor industri yang memberikan sumbangan peningkatan sebesar 1,23%.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Pada triwulan IV-2008 terjadi perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Anggaran pendapatan berubah menjadi sebesar Rp2,02 triliun, atau meningkat sebesar 5,37%, sementara anggaran belanja berubah menjadi Rp1,85 triliun atau meningkat sebesar 12,86%.
Hingga triwulan IV-2008, realisasi anggaran PAD diperkirakan telah mencapai lebih dari 100% dari target yang ditentukan, yang terutama disebabkan oleh realisasi ’Lain-lain PAD yang Sah’ diperkirakan mencapai 254,96% dari target yang ditetapkan. Sedangkan 2 komponen PAD, yaitu ‘Bagian Laba Hasil Daerah’ dan ‘Pendapatan Pajak dan Retribusi Daerah’ diperkirakan belum mencapai 100%.
Sementara itu, diperkirakan realisasi belanja daerah baru mencapai 84,01% atau sebesar Rp1,55 triliun. Secara normal, belanja pemerintah sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar 100% dari anggaran yang ditetapkan, maka terdapat deviasi sebesar 15,99% sementara pada triwulan III-2008 terjadi deviasi sebesar 14,01%. Perlambatan realisasi belanja pemerintah tersebut diperkirakan karena pengaruh tingkat inflasi sehingga terjadi penghematan belanja.
OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
Dari sisi penawaran, pada triwulan I-2009 diperkirakan sektor pertanian akan mengalami penurunan produksi, terutama pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor perikanan, sehubungan dengan kondisi cuaca yang diperkirakan masih kurang kondusif. Selain itu, relatif melemahnya permintaan ekspor komoditi Sulsel dan melemahnya tingkat harga di pasar
Jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2007- Agustus 2008 mengalami kenaikan, yang diikuti dengan penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka ...
Hingga triwulan IV-2008, realisasi anggaran PAD diperkirakan telah mencapai lebih dari 100% dari target yang ditentukan ...
Untuk triwulan mendatang diperkirakan perekonomian Sulsel akan tumbuh pada kisaran 5,1% ± 1% ...
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
5
internasional, khususnya komoditi hasil produksi sektor pertanian (misal CPO) dan pertambangan (misal nikel), relatif akan memperlambat laju pertumbuhan ekspor. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan I-2009, sehubungan dengan adanya rencana stimulus pemerintah untuk mengatasi dampak krisis global. Selain itu, penurunan harga BBM yang terjadi pada akhir triwulan IV-2008, relatif akan mampu mendorong peningkatan konsumsi masyarakat.
Perekonomian Sulsel pada triwulan mendatang, secara tahunan, diperkirakan akan lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (10,59%), namun sedikit tinggi dibanding pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2008 (4,83%). Laju inflasi pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 5,1% ± 1% (y.o.y).
Dari tingkat kestabilan harga, pada triwulan mendatang, dorongan inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada kelompok bahan makanan, terutama untuk komoditas beras, tepung terigu dan ikan. Faktor pendorong peninkatan inflasi diperkirakan karena faktor cuaca yang kurang kondusif sehingga mempengaruhi pasokan komoditas bahan makanan. Namun di sisi lain, terjadinya penurunan harga BBM tersebut diperkirakan akan mampu mengurangi tekanan terjadinya inflasi.
Akibat tekanan harga pada komoditas-komoditas tersebut di atas di atas maka diperkirakan laju inflasi akan cenderung mengalami perlambatan. Pada triwulan mendatang laju inflasi tahunan diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan I-2008 (7,96%), namun lebih rendah dibanding laju inflasi triwulan IV-2008 (12,40%). Laju inflasi pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 10,2% ± 1% (y.o.y).
Laju inflasi secara tahunan pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 10,2% ± 1% (y.o.y)...
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
7
INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN
a. INFLASI dan PDRB
Triwulan IV-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
8
LANJUTAN ... INDIKATOR EKONOMI DAN PERBANKAN TRIWULAN
PROPINSI SULAWESI SELATAN B. PERBANKAN
9Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Bab 1
Perkembangan Kondisi Makroekonomi
Perekonomian daerah Sulawesi Selatan pada triwulan IV-2008 diperkirakan
mengalami pertumbuhan sebesar 4,83% (y.o.y), lebih rendah apabila dibandingkan dengan
pertumbuhan tahunan triwulan III-2008 yang sebesar 7,71% (y.o.y) maupun dengan triwulan
yang sama tahun lalu (triwulan IV-2007) yang sebesar 11,19% (y.o.y).
Dari sisi permintaan, laju pertumbuhan regional secara umum masih didukung oleh
pertumbuhan kinerja investasi yang diperkirakan sebesar 19,10% (y.o.y) dengan sumbangan
terhadap pertumbuhan sebesar 3,43%, meskipun pada triwulan laporan kinerja investasi
diperkirakan masih mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat
tumbuh sebesar 26,35%. Pertumbuhan kinerja investasi tersebut, salah satunya didorong
dengan adanya realisasi investasi di sektor industri pengolahan kayu dan industri lainnya.
Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan PDRB
(3)
(2)
(1)
-
1
2
3
4
5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
%
-
2
4
6
8
10
12
%
qtq
yoy
Dari sisi penawaran (sektoral), selain sektor jasa-jasa, semua sektor ekonomi
diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan terendah diperkirakan
terjadi di sektor pertambangan-penggalian yang pada triwulan laporan terjadi kontraksi.
Sementara pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor bangunan/konstruksi. Penyumbangn
terbesar diperkirakan masih terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran, diikuti oleh sektor
jasa, jasa dan bangunan serta angkutan-komunikasi.
10 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
1.1 Permintaan Daerah
Perlambatan kinerja perekonomian daerah pada triwulan IV-2008 tersebut, baik
dibanding pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya maupun secara triwulanan (q.t.q),
terjadi di semua kinerja komponen.
Tabel 1.1. Perkembangan PDRB Riil : Permintaan Daerah (y.o.y) Trw III-07 Trw IV-07 Trw III-08 Trw IV-08 Trw III-07 Trw IV-07 Trw III-08 Trw IV-08
7.55 11.19 7.71 4.83 2.41 2.52 2.33 (0.22) 1. Konsumsi 3.68 2.29 6.53 4.58 2.06 2.13 2.47 0.26
a. Rumah Tangga 5.58 3.47 5.41 4.09 1.20 1.21 2.51 (0.06) b. Nirlaba 10.51 17.53 7.19 1.45 4.12 7.46 4.27 1.71 c. Pemerintah (3.18) (2.30) 10.75 6.49 5.37 5.39 2.27 1.34
2. Investasi 15.27 16.04 26.35 19.10 5.13 3.31 2.45 (2.62) a. Pembentukan Modal 12.92 17.81 23.08 18.92 6.49 7.40 8.72 3.77 b. Perubahan Stok 86.99 (44.01) 86.56 31.83 (14.88) (72.25) (39.80) (80.39)
3. Ekspor - Impor (Net) 23.52 111.54 (14.47) (16.19) 0.49 3.78 0.96 1.69 a. Ekspor (0.02) 1.79 7.26 (9.08) (17.69) 7.01 (0.62) (9.29) b. Impor (6.09) (12.93) 14.63 (6.76) (22.45) 8.11 (1.02) (12.06)
7.55 11.19 7.71 4.83 2.41 2.52 2.33 (0.22)1. Konsumsi 2.71 1.76 4.64 3.24 1.47 1.51 1.73 0.18
a. Rumah Tangga 3.16 2.05 3.01 2.25 0.68 0.67 1.36 (0.03) b. Nirlaba 0.06 0.11 0.04 0.01 0.03 0.05 0.03 0.01 c. Pemerintah (0.52) (0.40) 1.58 0.98 0.77 0.79 0.34 0.20
2. Investasi 2.54 2.76 4.70 3.43 0.89 0.59 0.51 (0.55) a. Pembentukan Modal 2.08 2.98 3.91 3.35 1.06 1.25 1.59 0.73 b. Perubahan Stok 0.46 (0.22) 0.79 0.08 (0.16) (0.66) (1.07) (1.28)
3. Ekspor - Impor (Net) 2.30 6.67 (1.63) (1.84) 0.06 0.43 0.09 0.15 a. Ekspor (0.01) 0.90 3.22 (4.20) (9.76) 3.11 (0.28) (4.10) b. Impor (2.31) (5.76) 4.84 (2.36) (9.82) 2.68 (0.37) (4.25)
Sumber : BPS Sulbar
Ket. : Angka Sementara
Pertumbuhan (%, y.o.y) Pertumbuhan (%, q.t.q)KOMPONEN
Sumbangan (%, y.o.y) Sumbangan (%, q.t.q)KOMPONEN
a. Konsumsi
Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi diperkirakan tumbuh sebesar 4,58% (y.o.y),
lebih rendah dibanding triwulan III-2008 (6,53%; y.o.y), namun lebih tinggi dibanding
triwulan IV-2007 (2,29%; y.o.y). Pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut diperkirakan
didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga meski mengalami perlambatan pertumbuhan
apabila dibanding triwulan III-2008. Perlambatan kinerja konsumsi ini relatif disebabkan oleh
adanya tekanan harga secara umum yang cukup tinggi, sementara tingkat penghasilan
masyarakat relatif tidak mengalami perubahan (hasil survey konsumen Bank Indonesia
Makassar).
Kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sebesar 4,09% (y.o.y)
dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 2,25% (y.o.y). Angka pertumbuhan tersebut lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang tercatat sebesar 5,41%
(y.o.y). Perlambatan pertumbuhan kinerja konsumsi tersebut diperkirakan karena
melemahnya konsumsi rumah tangga terhadap bahan makanan yang relatif dipicu karena
keterbatasan ketersediaan pasokan bahan makanan sehubungan dengan adanya pengaruh
cuaca yang relatif kurang kondusif.
11Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Kondisi tersebut juga menekan laju pertumbuhan kinerja konsumsi pemerintah dan
konsumsi nirlaba. Kinerja konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sebesar 6,49%
(y.o.y), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang tumbuh sebesar
10,75% (y.o.y). Selain karena pengaruh tersebut di atas, perlambatan kinerja konsumsi
pemerintah ini diperkirakan karena adanya perlambatan realisasi belanja dari target yang
ditentukan. Sementara di konsumsi Nirlaba, dengan adanya tekanan harga relatif
menyebabkan terjadinya rasionalisasi konsumsinya yang diperkirakan karena adanya
keterbatasan anggaran operasional. Pada triwulan laporan, kinerja konsumsi nirlaba tumbuh
sebesar 1,45% (y.o.y), lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
sebesar 7,19%. Beberapa prompt indikator terjadinya pertumbuhan kinerja konsumsi
tersebut di atas terlihat dari grafik sebagai berikut :
Grafik 1.2. Prompt Indikator Kinerja Konsumsi
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
85
90
95
100
105
110
115
120
125
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007 2008
Inde
ks
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Yang Lalu
85
95
105
115
125
135
145
155
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007 2008
Inde
ks
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
70
75
80
85
90
95
100
105
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007 2008
Inde
ks
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang
Tahan Lama
60
70
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1
2007 2008 2009
Inde
ks
Ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahanlama
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Jumlah Kendaraan Non Niaga Yang Terdaftar
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%Non Niaga (1-8)Y.O.Y
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor
Rumah Tangga
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%Rumah Tangga
y.o.y
12 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Sosial
-
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%Sosialy.o.y
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
-
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Gd Kantor Pemerintahany.o.y
Survey Pedagang Eceran
Perlengkapan Rumah Tangga
Perlengkapan Rumah Tangga
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Survey Pedagang Eceran Makanan dan Tembakau
Makanan & Tembakau
-
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008
Mily
ar R
p
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Survey Pedagang Eceran
Pakaian dan Perlengkapannya Pakaian & Perlengkapannya
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Perkembangan Kredit Konsumsi
Bank Umum
-
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40% Konsumsi y.o.y
Pemakaian Air (M³) di Makassar
7.47.67.88.08.28.48.68.89.09.29.4
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008Juta
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%10%Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks
Pemasangan Saluran Air di Makassar
375380385390395400405410415420425
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008Ribu
an
3.6%
3.7%
3.8%
3.9%
4.0%
4.1%
4.2%
4.3%
4.4%Pemasangan Saluran (SL)Y.O.Y (SL)
Sumber : PDAM Mks
13Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
b. Investasi
Meski terjadi penambahan investasi baru di wilayah Sulsel, pertumbuhan tahunan
kinerja investasi pada triwulan laporan diperkirakan lebih rendah dibanding pertumbuhan
tahunan pada triwulan III-2008. Pada triwulan IV-2008, kinerja investasi diperkirakan tumbuh
sebesar 19,10% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar 3,43% (y.o.y). Sementara
pertumbuhan pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 26,35% (y.o.y) dengan sumbangan
pertumbuhan sebesar 4,70% (y.o.y). Perlambatan kinerja investasi tersebut diperkirakan
karena pengaruh krisis keuangan global yang cenderung mendorong perilaku pelaku usaha
untuk menunggu kepastian dampak dari krisis tersebut secara regional (Sulsel). Selain itu,
nilai tukar Rupiah yang cenderung melemah relatif menekan peningkatan volume impor
barang modal. Di sisi lain, tekanan harga dampak dari tekanan kenaikan BBM yang terjadi
pada pertengahan triwulan II-2008 relatif masih mempengaruhi kinerja investasi pada
triwulan laporan.
Beberapa prompt indikator yang relatif menunjukkan pertumbuhan kinerja investasi
di daerah adalah sebagai berikut :
Grafik 1.3. Prompt Pertumbuhan Kinerja Investasi
Volume Impor Barang Modal
-150%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9Ribu TonCAPITAL GOODSY.O.Y
Realisasi Pengadaan Semen
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Ribu
an Ton ‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%Pengadaan Sulsel
y.o.y
Sumber : ASI
Jumlah Kendaraan Niaga
Yang Terdaftar
10,000
10,500
11,000
11,500
12,000
12,500
13,000
13,500
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%Niaga (9-16)Y.O.Y
Perkembangan Kredit Produktif
Bank Umum
-2468
101214161820
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40% Produktif (MK + Inv) y.o.y
14 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Industri
-
50
100
150
200
250
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%Industriy.o.y
Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%Bisnisy.o.y
Survey Pedagang Eceran Kendaraan & Suku Cadang
Kendaraan & Suku Cadang
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Survey Pedagang Eceran
Bahan Konstruksi
Bahan Konstruksi
050
100150200250300350400450500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
c. Net Perdagangan Eksternal (Ekspor – Impor)
Secara nominal, kinerja perdagangan ke luar Sulsel diperkirakan masih mengalami
surplus, namun pada triwulan laporan diperkirakan masih mengalami kontraksi pertumbuhan
tahunan. Pada triwulan IV-2008, net perdagangan eksternal diperkirakan mengalami
kontraksi sebesar 16,19% (y.o.y) dengan sumbangan pertumbuhan sebesar -1,84%.
Kontraksi ini lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang juga tercatat mengalami
kontraksi sebesar 14,47% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan net perdagangan eksternal ini
yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi daerah mengalami perlambatan.
Kontraksi tersebut disumbangkan oleh kinerja perdagangan antar negara yang
diperkirakan kembali mengalami kontraksi sebesar 11,10% (y.o.y), sedangkan pada triwulan
sebelumnya juga mengalami kontraksi sebesar 16,28% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan
kinerja perdagangan antar negara tersebut relatif didorong oleh kontraksi pertumbuhan
ekspor ke luar negeri, yaitu sebesar 7,19% (y.o.y), meski kontraksi ini diperkirakan lebih baik
dibanding kontraksi pada triwulan III-2008 (-13,02%; y.o.y). Melemahnya pertumbuhan
ekspor antar negara tersebut diperkirakan karena melemahnya permintaan komoditas ekspor
Sulsel sebagai akibat terjadinya krisis keuangan global. Selain itu, akibat krisis tersebut
cenderung menyebabkan melemahnya tingkat harga beberapa komoditas di pasar
internasional, seperti nikel, yang relatif mendorong terjadinya efisiensi produksi.
15Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Sementara kinerja impor dari luar negeri justru mengalami pertumbuhan positif
sebesar 7,73% (y.o.y), lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 1,89% (y.o.y). Pertumbuhan kinerja impor antar negara tersebut
diperkirakan karena adanya peningkatan volume impor barang modal .
Sementara perdagangan antar propinsi secara nominal diperkirakan masih defisit,
namun mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan seiring dengan melambatnya tingkat
konsumsi masyarakat dan tekanan harga secara umum. Pertumbuhan kinerja perdagangan
antar propinsi pada triwulan laporan diperkirakan kontraksi sebesar 5,53% (y.o.y), lebih
rendah dibanding kinerja pada triwulan sebelumnya yang kontraksi sebesar 17,43% (y.o.y).
Grafik 1.4. Prompt Indikator Kinerja Ekspor Luar Negeri
Volume Ekspor Non Migas Total SULSEL
-
100
200
300
400
500
600
700
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rib
u To
n
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%Volume EksporY.O.Y
Volume Ekspor Nikel BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM
-
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rib
u To
n
-150%-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%
Volume EksporY.O.Y
Volume Ekspor Ikan, Udang, Kerang dll
IKAN, UDANG, KERANG, DLL
-
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rib
u To
n
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%Volume EksporY.O.Y
Harga Nikel di Pasar Dunia
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008
US$/Metric Ton
Sumber : Bloomberg
Volume Muat Barang
Via Pelabuhan
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Rib
u T
on
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%MUAT
Y.O.Y
Perkembangan Kredit Ekspor
Bank Umum
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Rp
Trili
un
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%1-EksporY.O.Y
16 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Grafik 1.5. Perkembangan Volume Impor Non Migas Sulawesi Selatan
Volume Impor Non Migas Total
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
0
50
100
150
200
250
300
350
400Ribu TonSITCY.O.Y
Volume Impor Gandum
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
0
50
100
150
200
250
300
350Ribu Ton04 - CEREAL & CEREALPREPARATIONSy.o.y
Volume Bongkar Barang Via Pelabuhan
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Rib
u T
on
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%BONGKAR
Y.O.Y
Harga Gandum di Pasar Dunia
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008
$/Bushel
Sumber : Bloomberg
1.2 Penawaran Daerah (Sektoral)
Dari sisi penawaran, secara tahunan diperkirakan hanya sektor jasa-jasa yang
mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan
sebelumnya, sedangkan sektor-sektor lainnya tercatat mengalami perlambatan. Pertumbuhan
tertinggi diperkirakan masih terjadi di sektor bangunan (konstruksi) yaitu tercatat sebesar
15,20% (y.o.y), sedangkan pertumbuhan terendah terjadi di sektor pertambangan-
penggalian yang kembali mengalami kontraksi sebesar 2,17% (y.o.y).
Dari sisi sumbangan, penyumbang pertumbuhan terbesar pada triwulan laporan
diperkirakan masih diberikan oleh sektor perdagangan-hotel-restoran, meski tercatat
mengalami penurunan sumbangan dibandingkan sumbangan pada pertumbuhan tahunan
triwulan sebelumnya. Sementara sektor jasa-jasa, diperkirakan memberikan sumbangan
pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi dibanding sumbangan pada triwulan sebelumnya.
Sedangkan sumbangan pertumbuhan tahunan oleh sektor ekonomi lainnya justru mengalami
penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
17Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Tabel 1.2. Perkembangan PDRB Riil : Penawaran Daerah
Secara triwulanan (q.t.q), pertumbuhan ekonomi daerah didorong oleh sektor jasa-
jasa, keuangan-persewaan-jasa perusahaan dan pertambangan-penggalian yang masing-
masing sektor memberikan sumbangan sebesar 0,43%, 0,32% dan 0,21%. Secara
keseluruhan pertumbuhan triwulanan Sulsel juga tercatat mengalami kontraksi yaitu sebesar
0,22% dari 2,33% pada triwulan lalu. Sementara dari sisi pertumbuhan, sektor keuangan-
persewaan-jasa perusahaan diperkirakan mengalami pertumbuhan triwulanan tertinggi yaitu
sebesar 5,12%, kemudian diikuti sektor jasa-jasa (3,93%), sektor bangunan (2,99%) dan
sektor pertambangan-penggalian (2,27%). Ke-empat sektor tersebut mengalami
pertumbuhan triwulanan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulanan pada
triwulan III-2008.
a. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian diperkirakan mengalami perlambatan yaitu tumbuh sebesar
2,39% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,27%
(y.o.y). Diperkirakan perlambatan pertumbuhan tahunan sektor ini disebabkan karena adanya
penurunan kinerja subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan perikanan, yang
disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif, seperti tingginya curah hujan dan
gelombang laut, yang dalam beberapa kasus mengakibatkan bencana alam seperti banjir
yang melanda area persawahan. Penurunan kinerja di subsektor perikanan salah satunya
ditandai dengan menurunnya volume ekspor ikan, udang, kerang dan sejenisnya. Volume
18 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
ekspor komoditi tersebut tercatat kontraksi sebesar 12,14% (y.o.y), sementara pada triwulan
sebelumnya tumbuh sebesar -8,71% (y.o.y). Sementara di subsektor tanaman bahan
makanan terjadi penurunan produksi dan luas panen seperti yang ditunjukkan pada grafik di
bawah ini.
Grafik 1.6. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Pertanian
Volume Ekspor Ikan, Udang, Kerang dll IKAN, UDANG, KERANG, DLL
-
1
2
3
4
5
6
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rib
u To
n
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%Volume EksporY.O.Y
Kredit Sektor Pertanian Bank Umum - Sulsel
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Rp
Trili
un-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120% Pertanian y.o.y
Jumlah Produksi Tanaman Bahan Makanan
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1.4
1.6
1.8
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2007Juta Ton
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%Produksi Tabama
y.o.y
Smb : BPS Sulsel & Dinas Pertanian Sulsel
Luas Panen
Tanaman Bahan Makanan
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2007Ribu
Ha ‐15%
‐10%
‐5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%Luas Panen Tabama
y.o.y
Smb : BPS Sulsel & Dinas Pertanian Sulsel
b. Sektor Industri Pengolahan
Perlambatan pertumbuhan diperkirakan juga terjadi di sektor industri pengolahan
yang pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 3,24% (y.o.y), lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,79% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan sektor ini diperkirakan disebabkan oleh menurunnya produktifitas industri
pengolahan makanan-minuman yang relatif tinggi, meski terjadi peningkatan produksi di
industri pengolahan semen. Menurunnya produktifitas pada industri pengolahan makanan-
minuman diperkirakan karena faktor eksternal, yaitu terutama karena tingginya harga bahan
baku impor di pasar internasional (misal gandum) sementara di sisi lain nilai tukar Rupiah
pada triwulan laporan yang melemah dibanding US Dollar. Kondisi tersebut yang
menyebabkan volume impor bahan baku mengalami penurunan. Sedangkan peningkatan
yang terjadi pada industri pengolahan semen diperkirakan karena faktor musiman yaitu
percepatan proses pembangunan fisik pada akhir tahun anggaran.
19Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Grafik 1.7. Prompt Indikator Pertumbuhan Kinerja Sektor Industri Pengolahan
Realisasi Pengadaan Semen di Sulsel
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Ribu
an Ton ‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%Pengadaan Sulsel
y.o.y
Sumber : ASI
Realisasi Produksi Tepung Terigu di Sulsel
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Ribu M/T
‐40%
‐30%
‐20%
‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
%
Produksi
y.o.y
Kredit Sektor Industri Pengolahan Bank Umum - Sulsel
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25% Industri pengolahan y.o.y
Volume Impor Gandum
-60%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
0
50
100
150
200
250
300
350Ribu Ton04 - CEREAL & CEREALPREPARATIONSy.o.y
c. Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Perlambatan pertumbuhan juga terjadi di sektor perdagangan-hotel-restoran yang
diperkirakan tumbuh sebesar 7,58% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap total pertumbuhan
sebesar 1,17%. Sementara pertumbuhan tahunan pada triwulan III-2008 diperkirakan
sebesar 13,55% (y.o.y) dengan sumbangan sebesar 2,07%. Perlambatan pertumbuhan di
sektor ini diperkirakan karena melemahnya pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan
eceran, yang pada triwulan laporan tumbuh sebesar 7,63%% (y.o.y), sementara subsektor
hotel dan restoran relatif stabil pertumbuhannya.
Perlambatan pertumbuhan kinerja subsektor perdagangan besar dan eceran relatif
diperkirakan karena melemahnya permintaan komoditas ekspor Sulsel sehubungan dengan
krisis global. Sementara secara internal di Sulsel, tekanan pertumbuhan subsektor ini relatif
disebabkan oleh melemahnya konsumsi masyarakat karena adanya peningkatan harga
barang secara umum.
Sementara perlambatan kinerja subsektor hotel dan restoran pada triwulan laporan
relatif disebabkan adanya kegiatan menyambut Natal dan Tahun Baru 2009, serta
meningkatnya penggunaan jasa hotel/restoran yang terkait dengan kegiatan
pertemuan/rapat maupun acara seremonial lainnya.
20 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Grafik 1.8. Prompt Indikator Kinerja Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran
Perkembangan Volume Ekspor-Impor
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Rib
u To
n
ImporEkspory.o.y - (axis kiri)
Arus Bongkar Muat Cargo Melalui Angkutan Udara
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008Rib
u K
g -15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%ARR DEP y.o.yLalu Lintas Cargo
q
Arus Bongkar Muat Melalui
Angkutan Laut
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
3.0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Rib
u T
on
-60%
-50%
-40%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%BONGKARMUATY.O.Y
Survey Pedagang Eceran
Perlengkapan Rumah Tangga
Perlengkapan Rumah Tangga
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Survey Pedagang Eceran Pakaian dan Perlengkapannya
Pakaian & Perlengkapannya
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Kredit Sektor Perdagangan
Bank Umum
0.001.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.009.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35% Perdagangan y.o.y
d. Sektor Jasa-jasa
Diperkirakan masih mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu dari 5,52% (y.o.y)
pada triwulan III-2008 menjadi sebesar 7,38% (y.o.y) pada triwulan laporan dengan
sumbangan terhadap total pertumbuhan adalah sebesar 0,83%. Pendorong utama kinerja
sektor jasa-jasa adalah subsektor Jasa Pemerintahan Umum, yang diperkirakan terjadi
peningkatan konsumsi sehubungan dengan masa akhir tahun anggaran. Sementara di
subsektor swasta, pertumbuhannya relatif didorong oleh pertumbuhan kinerja jasa hiburan-
rekreasi yang disebabkan oleh banyaknya hari libur pada triwulan laporan.
21Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Grafik 1.9. Prompt Indikator Kinerja Sektor Jasa-jasa
Konsumsi Listrik Sektor Sosial
-
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%Sosialy.o.y
Konsumsi Listrik Sektor Pemerintah
-
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%Gd Kantor Pemerintahany.o.y
Konsumsi Listrik Umum (Penerangan Jalan Umum)
-
5
10
15
20
25
30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%Penerangan Jln Umumy.o.y
Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha
Bank Umum - Sulsel
-0.30
0.20
0.70
1.20
1.70
2.20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100% Jasa Dunia Usaha y.o.y
Kredit Sektor Jasa Sosial Kemasyarakatan Bank Umum - Sulsel
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120% Jasa Sosial Masyarakat y.o.y
e. Sektor Angkutan dan Komunikasi
Sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan laporan diperkirakan masih
mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan IV-2008, sektor ini diperkirakan
tumbuh sebesar 9,13% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar 0,74%
(y.o.y), sementara pertumbuhan pada triwulan III-2008 sebesar 13,21% (y.o.y) dengan
sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar 1,05% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan sektor
ini diperkirakan didominasi oleh penurunan kinerja subsektor pengangkutan, yang relatif
disebabkan oleh faktor musiman dimana akan terjadi penurunan kinerja pasca bulan suci
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang pada tahun 2008 jatuh pada akhir triwulan III-2008.
Sementara di sisi lain, dengan banyaknya hari libur pada triwulan IV-2008 relatif mendorong
terjadinya pertumbuhan kinerja subsektor ini.
22 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Perlambatan juga diperkirakan terjadi di subsektor komunikasi, yang diperkirakan
karena terjadi perang tarif murah antar operator seluler yang mendorong terjadinya
peningkatan penggunaan seluler oleh masyarakat sehingga menyebabkan terjadinya
pertumbuhan kinerja subsektor komunikasi. Namun di sisi lain, terjadi efisiensi konsumsi
masyarakat terhadap pulsa seluler yang relatif menekan pertumbuhan kinerja subsektor
komunikasi.
Grafik 1.10. Prompt Indikator Kinerja Subsektor Angkutan
Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Udara
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008Rib
u O
rg
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%ARR DEP y.o.y
Lalu Lintas Penumpang
Lalu Lintas Pesawat Angkutan Udara
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%ARR DEP y.o.yLalu Lintas Pesawat
Jumlah Kendaraan Mikrolet
Yang Terdaftar
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008
-14%
-12%
-10%
-8%
-6%
-4%
-2%
0%
2%
4%Angkutan (6)Y.O.Y
Lalu Lintas Penumpang
Angkutan Laut
Jumlah Penumpang
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%Embarkasi (keluar)Debarkasi (masuk)Y.O.Y
Perkembangan Kredit Sektor Angkutan Bank Umum
0.0
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300% Pengangkutan y.o.y
Survey Pedagang Eceran
Kendaraan & Suku Cadang Kendaraan & Suku Cadang
0
50
100
150
200
250
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
23Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
f. Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan
Pada triwulan laporan diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari
6,18% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi sebesar 4,98% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan tersebut diperkirakan karena faktor peningkatan suku bunga kredit perbankan
yang mengalami peningkatan, sementara di sisi lain relatif terjadi penurunan produktifitas di
sektor riil. Kondisi ini relatif menyebabkan terjadinya penurunan kinerja subsektor perbankan,
yang ditandai dengan menurunnya Nilai Tambah Bruto Bank Umum di Sulsel. Selain
subsektor bank, subsektor sewa bangunan juga relatif terkena dampaknya, yaitu dengan
berkurangnya jumlah penyewa sehubungan dengan meningkatnya biaya sewa bangunan,
terutama sewa rumah. Namun di sisi lain, kondisi tersebut diperkirakan menyebabkan
terjadinya pertumbuhan di subsektor lembaga keuangan non bank, yang relatif karena
pergeseran nasabah dari bank ke lembaga dimaksud. Kondisi tersebut tercermin dari
meningkatnya pertumbuhan pembiayaan lembaga tersebut.
Grafik 1.11. Prompt Indikator Kinerja Sektor Keuangan-Sewa-Jasa Perusahaan
Nilai Tambah Bruto Bank Umum
37.60%
36.08%
27.91%
31.43%
33.24%
26.64%
37.10%
‐3.41%
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008
R M
iliar -10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%NTB Bank Umumy.o.y
Pembiayaan Lemb. Keuangan Non Bank
55.7%
20.7%
30.7%
37.8%
14.6%19
.6%
21.0%26
.0%
25.7%
29.4%
23.0%
27.1%
‐
200
400
600
800
1,000
1,200
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*
2006 2007 2008Mily
ar Rp
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
P embiayaan
Y oY
Sumber : Kanwil Pegadaian Sulsel
g. Sektor Lainnya
Sektor listrik-gas-air bersih, diperkirakan masih mengalami pertumbuhan, namun
dalam besaran yang lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2008. Pada
triwulan laporan, sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 9,66% (y.o.y), sementara pada
triwulan III-2008 tumbuh sebesar 13,85% (y.o.y). Pertumbuhan sektor ini masih didominasi
oleh sumbangan subsektor listrik yaitu sebesar 0,09% (y.o.y) sedangkan sumbangan sektor
listrik-gas-air bersih terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel sebesar 0,10%(y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan pada sektor ini diperkirakan karena adanya tekanan harga BBM
serta program penghematan listrik kepada masyarakat, sehingga cenderung terjadi
penghematan konsumsi listrik. Namun di sisi lain, pemasangan jaringan listrik baru yang
relatif meningkat, mendorong terjadinya peningkatan pemakaian listrik.
24 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Di subsektor air bersih, diperkirakan juga terjadi perlambatan pertumbuhan tahunan
dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan pada triwulan laporan di
subsektor ini diperkirakan karena terjadi gangguan pada sarana dan prasarana penyediaan
fasilitas air bersih, terutama di Makassar.
Grafik 1.12. Prompt Indikator Kinerja Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Penjualan Listrik (Juta Kwh) di Sulsel
-
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Juta
GW
H
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%Total Pemakaian Listriky.o.y
Pemakaian Air (M³) di Makassar
7.47.67.88.08.28.48.68.89.09.29.4
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008Juta
0%1%2%3%4%5%6%7%8%9%10%Pemakaian Air (M³)
Y.O.Y (PA)
Sumber : PDAM Mks
Survey Pedagang Eceran - Bahan Bakar Bahan Bakar
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
Pemasangan Saluran Air di Makassar
375380385390395400405410415420425
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008Rib
uan
3.6%
3.7%
3.8%
3.9%
4.0%
4.1%
4.2%
4.3%
4.4%Pemasangan Saluran (SL)Y.O.Y (SL)
Sumber : PDAM Mks
Kredit Sektor Listrik-Gas-Air Bersih
Bank Umum - Sulsel
0.0
0.0
0.0
0.1
0.1
0.1
0.1
0.1
0.2
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
-45%-40%-35%-30%-25%-20%-15%-10%-5%0%5% Listrik,Gas dan Air y.o.y
Sektor pertambangan-penggalian, diperkirakan masih mengalami kontraksi
pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding kontraksi pada triwulan III-2008 yang sebesar -
1,35% (y.o.y). Kontraksi pertumbuhan sektor ini pada triwulan laporan diperkirakan sebesar
2,17% (y.o.y) dengan sumbangan terhadap PDRB daerah sebesar -0,22% (y.o.y).
Penyumbang terbesar kontraksi ini adalah masih subsektor pertambangan bukan migas
sebesar -0,22% (y.o.y). Kontraksi pada subsektor dimaksud diperkirakan karena masih
25Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
menurunnya produktifitas hasil tambang, terutama nikel. Penurunan produksi nikel tersebut
ditandai dengan menurunnya volume ekspor nikel Sulsel yang relatif karena penyesuaian
terhadap tingkat harga nikel di pasar dunia yang makin melemah/kurang menguntungkan.
Selain itu, sehubungan dengan terjadi kecenderungan melemahnya beberapa komoditi hasil
tambang di pasar dunia, maka tingkat risiko kredit di sektor ini relatif mengalami
peningkatan. Sehingga terjadi kecenderungan penurunan penyaluran kredit perbankan.
Grafik 1.13. Prompt Indikator Kinerja Sektor Pertambangan-Penggalian
Volume Ekspor Nikel BIJIH LOGAM & SISA-SISA LOGAM
-
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rib
u To
n
-150%-100%-50%0%50%100%150%200%250%300%350%400%
Volume EksporY.O.Y
Perkembangan Harga Nikel di Pasar Dunia
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008
US$/Metric Ton
Sumber : Bloomberg
Perkembangan Kredit
Sektor Pertambangan-Penggalian Bank Umum
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
-100%
-50%
0%
50%
100%
150% Pertambangan y.o.y
Sektor bangunan, diperkirakan masih mengalami pertumbuhan positif yang cukup
signifikan namun lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor
ini diperkirakan tumbuh 15,02% (y.o.y) sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
sebesar 23,20% (y.o.y). Pertumbuhan positif pada sektor ini ditandai dengan meningkatnya
realisasi pengadaan semen di wilayah Sulsel yang mengalami peningkatan pada triwulan IV-
2008 dibanding triwulan IV-2007. Peningkatan dimaksud diperkirakan terkait dengan
percepatan pembangunan pada akhir tahun anggaran mengingat pada triwulan III-2008
terjadi perlambatan pembangunan. Sementara di sisi lain, diperkirakan terjadi tekanan
pertumbuhan karena relatif menurunnya daya beli masyarakat terutama terhadap sektor
properti sehubungan dengan meningkatnya tingkat suku bunga KPR (Kredit Perumahan
Rakyat).
26 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Grafik 1.14. Prompt Indikator Kinerja Sektor Bangunan
Realisasi Pengadaan Semen
0
50
100
150
200
250
300
350
400
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Ribu
an Ton ‐10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%Pengadaan Sulsel
y.o.y
Sumber : ASI
Perkembangan Kredit Sektor Konstruksi Bank Umum
-0.30
0.20
0.70
1.20
1.70
2.20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
Trili
un
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90% Konstruksi y.o.y
Perkembangan Kredit Properti
Bank Umum
-
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2005 2006 2007 2008Rp
Trili
un
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%KREDIT PROPERTYY.O.Y
Survey Pedagang Eceran
Bahan Konstruksi
Bahan Konstruksi
050
100150200250300350400450500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008Rp
Mil
iar
Sumber : KBI Makassar Survei Penjualan Eceran
27Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Bab 2
Perkembangan Inflasi
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada periode laporan dimaksud, secara
tidak langsung diduga telah menurunkan laju permintaan masyarakat sehingga relatif
mengurangi tekanan inflasi pada triwulan IV-2008. Peningkatan inflasi regional yang relatif
kecil, diduga berasal dari fluktuasi permintaan dan penawaran pada kelompok bahan
makanan dan makanan jadi.
Laju inflasi tahunan di Sulsel tercatat sebesar 12,40% (y.o.y), sedikit lebih tinggi
dibanding baik dengan laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
12,28% (y.o.y) maupun dengan laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 11,06% (y.o.y).
Meski terjadi peningkatan konsumsi masyarakat sehubungan dengan adanya Hari Raya Idul
Adha, Natal dan libur panjang menjelang tahun baru, namun peningkatan tersebut tidak
terlalu besar sehingga pertumbuhan laju inflasi meningkat relatif kecil. Hal tersebut tercermin
pada konsumsi PDRB Sulsel yang pada triwulan laporan melambat menjadi 3,20% (y.o.y),
sementara pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 4,64% (y.o.y).
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Sulawesi Selatan
‐2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2003 2004 2005 2006 2007 2008
%
y.o.y ‐ Ss
y.t.d ‐ Ss
y.o.y ‐ Nas
Sumber : BPS, diolah Posisi September 2008 : y.o.y : 12,28% y.t.d : 12,12%Nas y.o.y : 12,14%
Laju inflasi tahunan tertinggi masih terjadi pada kelompok bahan makanan yang
tercatat sebesar 21,45% (y.o.y) atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 19,21% (y.o.y). Sedangkan laju inflasi tahunan terendah
masih terjadi pada kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga yaitu sebesar 3,72% (y.o.y), yang
juga lebih tinggi dibanding laju inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40%
(y.o.y).
28 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Berdasarkan tahun kalender, laju inflasi kumulatif sampai dengan akhir bulan
Desember 2008 akan sama dengan inflasi tahunan yaitu sebesar 12,40% (y.t.d). Angka ini
lebih tinggi dibandingkan laju inflasi kumulatif pada periode sama tahun 2007 yang tercatat
sebesar 5,71% (y.t.d). Tekanan harga kumulatif tertinggi masih terjadi di kelompok bahan
makanan yaitu sebesar 21,45% (y.t.d) sedangkan yang terendah juga masih terjadi pada
kelompok pendidikan-rekreasi-olahraga yang tercatat sebesar 3,72% (y.t.d).
Tabel 2.1. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa (%, y.o.y)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Bahan Makanan 16.96 20.83 20.69 16.07 14.52 10.53 16.84 11.27 14.75 20.25 19.21 21.45 Makanan J adi 11.44 13.52 11.74 5.72 4.98 3.28 3.75 4.03 8.14 7.62 14.10 14.51 Perumahan 10.16 10.66 10.4 3.26 2.89 2.55 2.45 3.01 3.85 8.40 11.91 11.13 S andang 7.2 8.85 6.06 4.79 5.49 3.38 6.37 9.29 12.42 11.13 11.89 11.32 Kesehatan 5.48 5.71 5.92 3.33 2.85 2.71 4.08 4.39 5.30 7.11 8.97 11.11 Pendidikan 8.31 9.15 13.49 13.12 12.99 12.12 8.5 8.25 8.28 5.90 3.40 3.72 Transpor 29.99 29.67 29.6 0.98 0.54 0.48 0.35 0.27 0.74 6.77 7.84 5.29
UMUM / TOTAL 15.23 16.85 16.52 7.21 6.68 5.11 6.98 5.71 7.96 11.94 12.28 12.40S umber : BPS , diolah
2008KE TE RANGAN
2006 2007
2.1 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Secara umum, inflasi tahunan pada triwulan laporan ini diperkirakan dipicu oleh
adanya kenaikan permintaan masyarakat sehubungan dengan konsumsi pada hari raya Idul
Adha, Natal dan libur panjang Tahun Baru. Sementara di sisi lain, kondisi tingkat harga di
pasar internasional pada triwulan IV-2008 mengalami koreksi serta adanya tindakan
pemerintah daerah dalam upaya mengantisipasi kesiapan pasokan barang terutama pasokan
bahan makanan, pada saat hari raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru, relatif mampu
meredam terjadinya peningkatan harga akibat meningkatnya permintaan masyarakat.
Sehingga laju inflasi tahunan daerah selama triwulan laporan relatif terkendali, meski laju
inflasi tahunan pada triwulan laporan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
Berdasarkan laju inflasi tahunan dari setiap kelompok barang dan jasa pada triwulan IV-2008
di Makassar, secara berurutan dari yang terbesar hingga yang terkecil adalah sebagai berikut:
Kelompok Bahan Makanan, pada
triwulan IV-2008 tercatat inflasinya sebesar
21,45% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
19,21% (y.o.y). Ditinjau dari sub
kelompoknya, masing-masing sub kelompok
masih tercatat mengalami inflasi dan empat
sub kelompok tersebut mengalami inflasi
lebih rendah dibanding inflasi tahunan
Tabel 2.2. Inflasi Per-Sub Kelompok Bahan Makanan
III-2008 IV-2008 - P adi-padian, Umbi-umbian & Has ilnya 9.58 9.21 - Daging & Has il-has ilnya 27.23 24.24 - Ikan S egar 20.21 43.79 - Ikan Diawetkan 30.96 37.18 - Telur, S usu & Has il-has ilnya 16.15 9.93 - S ayur-sayuran 10.81 28.49 - Kacang-kacangan 75.68 73.32 - Buah-buahan 15.11 17.60 - Bumbu-bumbuan 15.90 (4.77) - Lemak & Minyak 22.26 13.06 - Bahan Makanan Lainnya 3.66 8.01
Inflas i Kelompok 19.21 21.45 S umber : BP S diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
29Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
triwulan sebelumnya. Perlambatan laju inflasi tahunan terbesar pada sub kelompok bahan
makanan terjadi pada sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya, dengan laju inflasi sebesar
9,93% (y.o.y) sementara laju inflasi pada triwulan III-2008 sebesar 16,15% (y.o.y).
Sedangkan perlambatan lau inflasi tahunan terkecil terjadi pada sub kelompok padi-
padian,umbi-umbian dan hasilnya yaitu sebesar 9.21% (y.o.y) sementara pada triwulan
sebelumnya adalah 9.58% (y.o.y). Kemudian diikuti sub kelompok daging dan hasil-hasilnya,
yang melambat dari 27,23% (y.o.y) pada triwulan III-2008, menjadi 24,24% (y.o.y).
Di sisi lain, peningkatan laju inflasi yang paling besar terjadi pada sub kelompok ikan
segar, yang meningkat dari 20,21% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi 43,79% (y.o.y)
pada triwulan laporan. Kemudian diikuti oleh sub kelompok sayur-sayuran, ikan diawetkan
dan buah-buahan yang masing-masing menjadi 28,49% (y.o.y), 37,18% (y.o.y) dan 17,60%
(y.o.y). Peningkatan harga sub kelompok tersebut diakibatkan oleh terganggunya pasokan
karena faktor musim yang mengakibatkan cuaca buruk sehingga menyulitkan nelayan untuk
melaut dan juga menyebabkan terjadinya gagal panen.
Peningkatan laju inflasi sub kelompok ini sejalan dengan hasil Survei Pemantauan
Harga (SPH) dimana beberapa komoditi yang termasuk dalam kelompok ini mengalami
kenaikan harga, terutama pada komoditi jeruk dan sayur-sayuran.
Grafik 2.2. Harga CPO, Kedelai, Beras dan Jagung di Pasar Internasional Sawi Hijau
-20.0%
-15.0%
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags S ep Okt Nov Des
2008
S awi Hijau
Bayam
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2008
Bayam
Kentang
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags S ep Okt Nov Des
2008
Kentang
Jeruk
-8.0%
-3.0%
2.0%
7.0%
12.0%
17.0%
22.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2008
Jeruk
Disisi lain, perlambatan inflasi terjadi pada sub kelompok daging-hasil-hasilnya, telur-
susu-hasil-hasilnya, kacang-kacangan dan lemak-minyak. Kemudian pada sub kelompok
bumbu-bumbuan terjadi deflasi dari 15,90% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi -4,77%
30 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
(y.o.y) pada triwulan laporan. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil Survei Pemantauan
Harga (SPH ) yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Penurunan harga minyak goreng, diperkirakan karena tingkat harga CPO di pasar
internasional pada triwulan laporan mengalami koreksi harga karena terjadi penurunan
permintaan sebagai akibat dari krisis keuangan global. Sedangkan untuk komoditi beras dan
bumbu-bumbuan relatif disebabkan karena melimpahnya pasokan di pasar regional
sehubungan dengan terjadinya panen komoditi dimaksud. Untuk kelompok daging-
dagingan, juga tercatat mengalami kecenderungan penurunan harga. Hal ini diduga karena
terjaganya kecukupan stock komoditas tersebut sehingga peningkatan permintaan tidak
tidak menyebabkan inflasi yang berlebihan pada sub komoditas ini.
Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Kelompok Bahan Makanan
6.50
1.20
21.45
5.99
3.55
6.518.78
5.88
10.61
7.45
16.96
20.8320.69
16.07
14.52
10.53
16.84
11.27
14.75
21.16
19.21
21.45
2.002.71
8.78
-0.720.56
2.91
7.458.06
13.08
15.59
16.07
6.61 7.68
16.35
11.27
9.94
14.72
21.73
-5
0
5
10
15
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008
%
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Grafik 2.4. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi di Makassar Beras
-4.5%
-3.5%
-2.5%
-1.5%
-0.5%
0.5%
1.5%
2.5%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags S ep Okt Nov Des
2008
Beras
Daging Sapi
-2.5%
-0.5%
1.5%
3.5%
5.5%
7.5%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2008
Daging S api
Minyak Goreng
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags S ep Okt Nov Des
2008
Minyak Goreng
Bawang Merah
-40.0%
-20.0%
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
2008
Bawang Merah
31Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau, mengalami inflasi
tahunan sebesar 14,51% (y.o.y) pada triwulan laporan, sedikit lebih tinggi dibanding
triwulan sebelumnya yang sebesar 14,10% (y.o.y). Diperkirakan peningkatan tersebut
didorong oleh permintaan masyarakat akan makanan jadi terutama terkait dengan liburan
panjang menjelang tahun baru yang
membuat orang mengkonsumsi
komoditas makanan jadi pada saat pergi
berlibur. Hal tersebut ditandai dengan
peningkatan laju inflasi pada sub
kelompok minuman yang tidak
beralkohol yang cukup besar, yaitu
sebesar 7,83% (y.o.y) pada triwulan laporan, lebih tinggi dibanding laju inflasi pada triwulan
sebelumnya (4,60%; y.o.y). Namun terjadi perlambatan yang relatif kecil pada sub kelompok
lainya.
Disisi lain, akibat adanya libur panjang yang biasanya dijadikan acara keluarga,
mengakibatkan permintaan atas konsumsi komoditi yang termasuk dalam sub kelompok
tembakau dan minuman beralkohol mengalami penurunan. Sehingga mengakibatkan laju
inflasi sub kelompok ini mengalami perlambatan.
Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Kelompok Makanan Jadi
11.74
14.5114.5114.10
10.37
8.14
4.033.753.28
4.98
5.72
13.52
11.44
14.64
9.17
7.697.22
2.40
2.071.69
3.75
12.47
7.13
5.014.03
2.841.871.02
5.72
4.79
4.27
1.73
14.64
7.52
5.314.66
2.40
0.850.13-0.04
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008%
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Grafik 2.6. Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Makanan Jadi di Makassar Hasil Survei Bank Indonesia
Ayam Goreng
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
20.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags S ep Okt Nov Des
2008
Ayam Goreng
Nasi
-10.0%
-8.0%
-6.0%
-4.0%
-2.0%
0.0%
2.0%
4.0%
6.0%
8.0%
10.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags S ep Okt Nov Des
2008
Nas i
Tabel 2.3. Inflasi Per-Sub Kelompok Makanan Jadi-Minuman-Rokok-Tembakau
III-2008 IV-2008 - Makanan Jadi 17.92 17.91 - Minuman yg Tidak Beralkohol 4.60 7.83 - Tembakau & Minuman Beralkohol 10.96 9.95
Inflasi Kelompok 14.10 14.51 Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
32 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Kelompok Sandang pada periode laporan mengalami inflasi sebesar 11,32% (y.o.y),
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (11,89%; y.o.y). Perlambatan pertumbuhan
laju inflasi tersebut dibentuk oleh perlambatan laju inflasi dihampir semua sub kelompok
sandang, kecuali pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya. Perlambatan laju
inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok sandang wanita, yaitu sebesar 7,6% (y.o.y) pada
triwulan III-2008 menjadi 5,90% (y.o.y) pada triwulan laporan. Sedangkan peningkatan laju
inflasi hanya terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yang pada
triwulan laporan tercatat sebesar 22,58% (y.o.y), sedangkan laju inflasi triwulan sebelumnya
sebesar 21,64% (y.o.y).
Terjadinya perlambatan laju inflasi pada sub kelompok pada sub kelompok sandang
laki-laki, wanita dan anak-anak diduga karena kecenderungan adanya diskon atau sale di
akhir tahun untuk menghasbiskan stock barang yang lama.
Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Kelompok Sandang
11.8911.32
1.36
4.15
7.56
11.32
3.13 3.982.73
4.12 4.223.92
6.52 6.977.20
8.85
6.06
4.79
5.49
3.38
6.37
9.29
12.4213.53
0.44
1.561.80
4.120.53
6.97
0.74
3.14 3.26
4.79
1.41 1.75
4.81
9.29
4.315.13
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008%
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Sedangkan pada sub kelompok
barang pribadi dan sandang lainnya
mengalami peningkatan laju inflasi tahunan
tersebut, diperkirakan karena masyarakat
Sulsel cenderung membeli perhiasan emas
untuk kemudian dipakai pada musim
perayaan hari besar. Selain itu, diperkirakan
pengaruh tingkat harga emas di pasar internasional yang cenderung naik maka pergerakan
harga pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya mengalami tekanan.
Tabel 2.4. Inflasi Per-Sub Kelompok Sandang
III-2008 IV-2008 - Sandang Laki-laki 9.84 8.08 - Sandang Wanita 7.66 5.90 - Sandang Aanak-anak 7.00 6.56 - Barang Pribadi & Sandang Lainnya 21.64 22.58
Inflasi Kelompok 11.89 11.32 Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
33Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Grafik 2.8. Perkembangan Harga Emas Makassar
-10.0%
-5.0%
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags S ep Okt Nov Des
2008
E mas P erhiasan
Pasar Internasional
-
200.00
400.00
600.00
800.00
1,000.00
1,200.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2006 2007 2008
$/Troy oz
Harga E mas
Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Gas-Bahan Bakar, tercatat mengalami
pertumbuhan laju inflasi sebesar 11,13% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan laju inflasi
triwulan sebelumnya yang tercatat 11,91% (y.o.y). Peningkatan laju inflasi hanya terjadi pada
sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga (11,62%; y.o.y). Sedangkan perlambatan
inflasi terbesar terjadi pada sub kelompok bahan bakar-penerangan-air (7,03,5%; y.o.y),
yang diperkirakan karena pengaruh penurunan harga BBM pada akhir triwulan IV-2008.
Alasan yang sama juga menyebabkan terjadinya perlambatan laju inflasi tahunan pada sub
kelompok biaya tempat tinggal.
Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Kelompok Perumahan
10.4011.1311.13
5.35
4.84
3.38
5.35
7.166.23
6.20
12.34
10.16
10.66
3.26
2.892.55 2.45
3.01
3.85
9.40
11.91
1.20
2.16
3.05
5.35
2.94 3.01
3.88
12.34
0.95
1.47
2.09
3.260.58
0.781.29
3.01
1.40
6.96
10.51
0
2
4
6
8
10
12
14
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008%
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Sementara di sisi lain, terjadi
tekanan inflasi yang relatif disebabkan oleh
pengaruh tingkat harga internasional untuk
beberapa komoditi bahan bangunan,
seperti baja. Sehingga mendorong
terjadinya kenaikan harga komoditi di
subsektor biaya tempat tinggal, meski tidak
setinggi triwulan sebelumnya.
Tabel 2.5. Inflasi Per-Sub Kelompok Perumahan-Air-Listrik-Bhn Bakar
III-2008 IV-2008 - Biaya Tempat Tinggal 14.13 13.91 - Bhn Bakar, Penerangan & Air 10.17 7.03 - Perlengkapan Rumah Tangga 7.53 7.53 - Penyelenggaraan Rumah Tangga 9.89 11.62
Inflasi Kelompok 11.91 11.13 Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
34 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Kelompok Kesehatan pada
triwulan laporan mencatat pertumbuhan laju
inflasi tahunan sebesar 11,11% (y.o.y), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 8,97% (y.o.y).
Peningkatan laju inflasi tahunan kelompok
ini diperkirakan karena terjadinya
peningkatan permintaan masyarakat untuk kosmetika. Selain itu dampak dari penyesuaian
tarif dokter pada triwulan sebelumnya, masih relatif berdampak pada peningkatan laju inflasi
pada sub kelompok jasa kesehatan.
.Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Kelompok Kesehatan
5.31
11.11
1.48
6.00
11.11
1.311.14
0.350.76
2.48
3.19 3.40
5.85 5.48 5.715.92
3.332.852.71
4.084.39
7.65
8.97
-0.27-0.23
0.170.76
1.422.18
2.79
5.85
1.072.04
2.853.33
0.59 1.42
3.60
4.39
8.99
-2
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008
%
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan, pada triwulan laporan
mencatat pertumbuhan laju inflasi sebesar 5,29% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan laju
inflasi tahunan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,84% (y.o.y). Ditinjau dari laju
inflasi per sub kelompoknya, sub kelompok
transpor mengalami laju inflasi yang lebih
rendah dibanding triwulan sebelumnya, yaitu
dari 14,87% (y.o.y) menjadi 10,25% (y.o.y).
Faktor penyebab penurunan laju inflasi pada
sub kelompok ini disebabkan oleh adanya
penurunan harga BBM subsidi dan industri.
Sehingga relatif mempengaruhi penurunan tingkat harga tarif transportasi. Meskipun tarif
angkutan darat belum terjadi penyesuaian.
Tabel 2.6. Inflasi Per-Sub Kelompok Kesehatan
III-2008 IV-2008 - Jasa Kesehatan 13.39 14.01 - Obat-obatan 6.50 6.70 - Jasa Perawatan Jasmani 15.58 20.32 - Perawatan Jasmani & Kosmetika 6.94 9.66
Inflasi Kelompok 8.97 11.11 Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
Tabel 2.7. Inflasi Per-Sub Kelompok Transportasi-Komunikasi-Jasa Keuangan
III-2008 IV-2008 - Transpor 14.87 10.25 - Komunikasi & Pengiriman (12.60) (10.54) - Sarana & Penunjang Transpor 5.29 6.05 - Jasa Keuangan 6.32 6.32
Inflasi Kelompok 7.84 5.29 Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
35Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Grafik 2.11. Perkembangan Inflasi Kelompok Transportasi
5.297.847.82
0.740.270.35
0.480.54
0.98
29.6029.6729.99
40.60
9.7211.06
16.51
7.057.226.23
1.055.29
7.957.49
0.550.270.220.070.070.980.85
0.560.50
40.60
9.409.048.717.05
6.745.10-0.12
-5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008
%y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
Sementara di sub kelompok komunikasi-pengiriman kembali mengalami deflasi yang
lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Deflasi pada sub kelompok ini diperkirakan
adanya perang tarif murah antar operator seluler, terutama pada hari raya Idul Adha, Natal
dan Tahun Baru. Sedangkan untuk pengiriman disinyalir terjadi penurunan tarif biaya
pengiriman sehubungan dengan meningkatnya volume pengiriman barang dari Sulsel.
Peningkatan tersebut terkait dengan kegiatan perayaan hari besar. Sementara itu, pada sub
kelompok jasa keuangan pertumbuhannya relatif sama dengan triwulan sebelumnya, yaitu
6,32% (y.o.y).
Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga, tercatat masih mengalami laju inflasi
tahunan yang terendah dibandingkan kelompok lainnya. Pada triwulan IV-2008, kelompok
ini tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 3,72% (y.o.y), lebih tinggi dibanding triwulan
sebelumnya yang tercatat 3,40% (y.o.y).
Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Kelompok Pendidikan
12.12
3.72
0.95
3.723.40
6.07
8.288.258.50
12.9913.1213.49
9.15
8.31
8.25
15.27
16.19
16.53
16.43
8.79
3.943.46
3.09
0.520.09
8.258.11
0.060.06
13.1212.71
0.17
8.257.50
0.120.12
16.43
8.59
0.330.03
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2004 2005 2006 2007 2008%
y.o.y
y.t.d
Sumber : BPS, diolah
36 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Laju inflasi sub kelompok jasa pendidikan mengalami peningkatan laju inflasi, yaitu
dari 4,63% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi 5,08% (y.o.y) pada triwulan laporan.
Peningkatan laju inflasi kelompok tersebut
diperkirakan sebagai akibat dari adanya
program sertifikasi guru yang
mengakibatkan terjadinya peningkatan
insentif kepada guru-guru yang telah
memiliki sertifikasi tersebut.
Sementara untuk subkelompok
rekreasi yang mengalami peningkatan laju
inflasi dari 1,65% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi 2,33% (y.o.y) pada triwulan IV-2008.
Hal ini diperkirakan karena adanya pengaruh libur pada perayaan hari besar seperti Idul fitri,
Idul adha, Natal dan Tahun Baru.
2.2. Inflasi Kota Lainnya di Sulawesi Selatan
Berdasarkan komposit inflasi ke-empat kota di Sulsel, yaitu Makassar, Watampone,
Pare-pare dan Palopo, didapatkan bahwa laju inflasi tahunan Sulsel tercatat sebesar 12,40%,
lebih tinggi dibandingkan laju inflasi
tahunan pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 12,28%. Kota
yang mengalami laju inflasi tahunan
tertinggi pada triwulan laporan
adalah kota Palopo yang tercatat
sebesar 17,58% (y.o.y), terutama
terjadi pada kelompok bahan
makanan (28,60%; y.o.y). Sementara laju inflasi terendah terjadi di kota Makassar (11,79%;
y.o.y) dengan laju inflasi tahunan tertinggi pada kelompok bahan makanan (2,04%; y.o.y).
Laju inflasi Sulsel tersebut didominasi sumbangan inflasi tahunan kota Makassar yang
memberikan sumbangan sebesar 78% terhadap pembentukan inflasi tahunan Sulsel,
sementara sumbangan terendah masih diberikan oleh kota Watampone yaitu sebesar 6%
dari inflasi Sulsel. Kemudian, adapun laju inflasi tahunan kota Watampone tercatat sebesar
13,34% (y.o.y) pada triwulan laporan.
Tabel 2.9. Perbandingan Laju Inflasi Kota di SulselPer Desember 2008
m.t.m y.t.d y.o.yWatampone 119.49 0.40 13.34 13.34Makassar 113.72 0.46 11.79 11.79Palopo 122.01 0.83 17.58 17.58Pare-pare 119.49 0.40 13.34 13.34
SULSEL 115.05 0.44 12.40 12.40Sumber : BPS, diolah
KOTA IHKPerubahan IHK
Tabel 2.8. Inflasi Per-Sub Kelompok Pendidikan-Rekreasi-Olahraga
III-2008 IV-2008 - Jasa Pendidikan 4.63 5.08 - Kursus-kursus/Pelatihan 0.74 1.34 - Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 2.17 2.73 - Rekreasi 1.65 2.33 - Olahraga 2.46 2.03
Inflasi Kelompok 3.40 3.72 Sumber : BPS diolah
Sub Kelompoky.o.y (%)
37Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
2.3. Indeks Harga Konsumen Pedesaan
Secara triwulanan (q.t.q), Indeks Harga Konsumen (IHK) Pedesaan tercatat sebesar
1,48%, yang mengalami perlambatan dibanding triwulan III-2008 yang tercatat sebesar
2,62%. Indeks ini mencerminkan angka inflasi di wilayah pedesaan. Pada triwulan IV-2008,
hampir semua kelompok barang dan jasa mengalami perlambatan laju inflasi triwulanan, dan
bahkan pada kelompok transportasi mengalami deflasi. Namun untuk kelompok pendidikan
mengalami peningkatan laju inflasi. Perlambatan laju inflasi di wilayah pedesaan tersebut
diperkirakan karena relatif berkurangnya tekanan kenaikan harga sehubungan dengan
terjadinya penurunan harga BBM yang terjadi pada bulan Desember 2008. Kondisi tersebut
yang menyebabkan terjadinya deflasi di kelompok transportasi. Sementara peningkatan laju
inflasi di kelompok pendidikan relatif dipengaruhi oleh minimnya sarana hiburan di
pedesaan, sementara permintaan hiburan mengalami peningkatan sehubungan dengan
banyaknya hari libur pada triwulan laporan. Sebagaimana diketahui bahwa hiburan
merupakan subsektor dalam kelompok pendidikan.
Apabila dibandingkan dengan inflasi triwulanan Sulsel posisi yang sama yaitu triwulan
IV-2008 yang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,23% (m.t.m), maka tingkat harga di
pedesaan relatif jauh lebih tinggi dari inflasi triwulanan Sulsel. Kondisi tersebut diperkirakan
karena ketersediaan barang dan jasa yang ada di pedesaan didistribusikan ke kota, seperti
komoditi pada kelompok bahan makanan, serta minimnya sarana dan prasarana hiburan di
pedesaan.
Sementara di sisi lain, dengan tingginya inflasi di pedesaan tersebut diperkirakan akan
terjadi penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang mayoritas sebagai
petani, mengingat Nilai Tukar Petani
(NTP) Sulsel pada bulan Desember 2008
mengalami penurunan sebesar 3,11%
jika dibandingkan September 2008.
Pada triwulan IV-2008, secara
umum inflasi di pedesaan relatif lebih
tinggi daripada inflasi Sulsel, yang
didorong oleh peningkatan inflasi pada
kelompok bahan makanan, dan
pendidikan-rekreasi-olahraga. Sementara kelompok barang dan jasa lainnya tercatat lebih
rendah dibanding laju inflasi Sulsel.
Tabel 2.10. Perbandingan Laju Inflasi Sulsel dan Pedesaan di Sulsel
38 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
2.4. Inflasi di Zona Sulawesi, Maluku dan Papua (Sulampua)
Pada triwulan laporan, hanya 1 dari 10 propinsi di zona Sulampua yang mengalami
peningkatan laju inflasi tahunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu Sulawesi
Selatan yang mengalami laju inflasi sebesar 12,40% (y.o.y) dari 12,28% (y.o.y). Sedangkan
laju inflasi tahunan terendah pada triwulan laporan terjadi di Gorontalo (9,20%; y.o.y) diikuti
provinsi Maluku (9,34%; y.o.y). Sementara laju inflasi tahunan tertinggi terjadi di Irian Jaya
Barat (19,75%; y.o.y). Berdasarkan bobot masing-masing propinsi tersebut maka didapatkan
laju inflasi tahunan zona Sulampua pada triwulan laporan sebesar 12,10% (y.o.y), lebih
rendah dibanding laju inflasi tahunan
triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar 14,45%..
Tabel 2.11. Perbandingan Laju Inflasi Propinsi di Zona Sulampua
III-2008 IV-2008Sulawesi Selatan 115.05 12.40 12.28 12.40Sulawesi Barat 119.25 11.66 17.69 11.66Sulawesi Tenggara 117.45 15.28 16.22 15.28Sulawesi Tengah 114.41 10.40 14.33 10.40Gorontalo 113.39 9.20 12.26 9.20Sulawesi Utara 115.21 9.71 13.15 9.71Maluku Utara 115.88 11.25 16.63 11.25Maluku 110.70 9.34 14.87 9.34Papua 115.32 12.55 14.76 12.55Irian jaya Barat 128.83 19.75 31.48 19.75
Sulampua 115.74 12.10 14.45 12.10Sumber : BPS , diolah
y.o.yKOTA IHK y.t.d
39Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Bab 3
Perkembangan Perbankan
Pada sisi pertumbuhan ekonomi, terjadi perlambatan pertumbuhan di sektor
keuangan-sewa-jasa perusahaan (PDRB) terutama subsektor bank. Perlambatan
pertumbuhan di subsektor bank ditandai dengan melambatnya pertumbuhan tahunan dana
masyarakat yang dihimpun perbankan, penyaluran kredit/pembiayaan dan aset perbankan.
Namun di sisi lain, kualitas kredit yang pada triwulan laporan terjadi penurunan jumlah
kredit/pembiayaan bermasalah terhadap total kredit/pembiayaan perbankan Sulawesi Selatan
jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan NPLs ini harus dicermati dengan
seksama karena penurunannya diduga karena dampak dari perlambatan ekonomi dan tidak
semata menggambarkan meningkatnya repayment capacity debitur.
3.1 Perkembangan Moneter
Searah dengan melambatnya kinerja perbankan dalam pertumbuhan ekonomi Sulsel
apabila dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya, komponen uang uang
kuasi juga mengalami penurunan pertumbuhan di masyarakat. Namun, di sisi lain
pertumbuhan uang giral meningkat.
Likuiditas moneter di Sulsel pada
triwulan IV-2008 (posisi November
2008), secara nominal cenderung terus
mengalami peningkatan. Adapun
komponen uang giral dan uang kuasi
dapat diukur berdasarkan proxy
sebagaimana terlihat pada Grafik 3.1.
Secara tahunan, uang kuasi
mencatat pertumbuhan sebesar
14,71% (y.o.y) yaitu dari Rp19,49 triliun
pada triwulan IV-2007 menjadi Rp22,36
triliun pada triwulan laporan.
Pertumbuhan uang kuasi tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan uang kuasi pada
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 21,68% (y.o.y). Terjadinya perlambatan
pertumbuhan uang kuasi tersebut diduga dipengaruhi oleh terjadinya peningkatan konsumsi
masyarakat sehubungan dengan konsumsi untuk keperluan hari raya Idul Fitri, Natal dan
Grafik 3.1. Uang Giral dan Uang Kuasi di Sulsel (Rp Triliun)
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
Triliun Rp
Uang Giral Uang Kuasi
Sumber : KBI Makassar
40 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
tahun Baru. Namun uang giral tumbuh sebesar 6,98% (y.o.y) yaitu dari Rp5,06 triliun pada
triwulan IV-2007 menjadi Rp5,41 triliun pada triwulan laporan.
Secara triwulanan, uang kuasi mengalami pertumbuhan yang lebih rendah diabnding
pertumbuhan triwulanan pada triwulan III-2008. Sedangkan uang giral tumbuh cukup besar
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan triwulanan IV-2008 untuk uang kuasi dan
giral masing-masing sebesar 3,67% (q.t.q) dan 11,21% (q.t.q), sementara pertumbuhan
pada triwulan III-2008 masing-masing sebesar 4,59% (q.t.q) dan -8,65% (q.t.q).
3.2 Perkembangan Bank Umum (Konvensional dan Syariah)
3.2.1. Kelembagaan dan Aset
Dari sisi kelembagaan, kinerja bank umum pada triwulan IV-2008 tercatat mengalami
peningkatan. Terhitung selama triwulan laporan terdapat penambahan 1 (satu) bank umum
yang beroperasi di Makassar, yakni Bank Bumi Putera, serta terdapat penambahan 1 (satu)
unit usaha syariah yaitu UUS Bank Sulsel Syariah Makassar. Sementara jumlah kantornya,
tercatat penambahan jumlah kantor bank dari 599 kantor pada triwulan III-2008 menjadi
616 kantor pada triwulan IV-2008 (lihat Tabel 3.1.).
Tabel 3.1. Perkembangan Kelembagaan Bank Umum Sulawesi Selatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4Jumlah bank 54 54 54 55 59 60 62 62 64 65 68 69 Bank Umum 27 27 27 28 32 33 35 35 36 37 40 41 ‐ Konvensional 25 25 25 26 26 26 27 27 27 28 30 30 ‐ Syariah 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 ‐ Unit Usaha Syariah 4 4 4 4 4 5 5 5 6 6 7 8
Jumlah kantor bank 477 477 479 557 561 562 564 581 585 642 599 616 Sumber : Bank IndonesiaCatt : Jumlah kantor termasuk BRI Unit
KELEMBAGAAN2006 2007 2008
Pada triwulan IV-2008 (November), total aset perbankan tumbuh lebih kecil daripada
triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, total aset perbankan mencapai Rp36,75 triliun
atau turun menjadi 13,64% (y.o.y) dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007.
Perlambatan aset perbankan pada triwulan laporan ini tercatat lebih kecil dibanding
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 21,99% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan tertinggi terjadi di kelompok bank swasta nasional, yaitu dari tumbuh 30,63%
(y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi tumbuh sebesar 13,19%. Hal yang sama juga terjadi
pada kelompok bank pemerintah yang pada pada triwulan III-2008 tumbuh sebesar 16,15%
(y.o.y) menjadi tumbuh sebesar 12,00% (y.o.y). Sementara itu, bank asing-campuran tumbuh
dari 64,80% menjadi 70,77%. Adapun pangsa terbesar dari total aset perbankan masih
didominasi oleh kelompok bank pemerintah yang tercatat sebesar 62,22%, kelompok bank
41Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
swasta nasional sebesar 34,88%, sisanya kelompok bank asing campuran. Pangsa kelompok
bank pemerintah tersebut mengalami peningkatan dibanding pangsa pada triwulan III-2008
yang sebesar 61,48%.
Grafik 3.2. Aset Bank Umum Sulsel Berdasarkan Kelompok Bank
-
5
10
15
20
25
30
35
40
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008Rp
Tri
liun
Bank As ing dan CampuranBank S was ta Nas ionalBank P emerintah
3.2.2. DPK dan Kredit/Pembiayaan
Sehubungan dengan banyaknya perayaan hari besar seperti, Idul Fritri, Idul Ahda,
Natal dan tahun baru maka secara otomatis membuat konsumsi masyarakat cenderung
mengalami peningkatan. Oleh karena itu, maka dana masyarakat yang dihimpun perbankan
bertambah minim dan dimungkinkan simpanan masyarakat menjadi alternatif sumber
pendanaan konsumsi tersebut. Per November 2008, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun
oleh bank umum juga mengalami pertumbuhan yang cenderung lebih kecil daripada
triwulan sebelumnya, yaitu tumbuh 13,12% (y.o.y) atau sebesar Rp27,77 triliun. Sedangkan
pertumbuhan DPK pada triwulan III-2008 tercatat sebesar 16,66% (y.o.y).
Dilihat dari jenis simpanannya, perlambatan pertumbuhan DPK tersebut terjadi pada
tabungan, sementara simpanan giro dan deposito tercatat mengalami peningkatan.
Simpanan giro pada November 2008 tercatat sebesar Rp5,41 triliun atau kontraksi sebesar
1,34% (y.o.y), sementara tabungan sebesar Rp13,81 triliun atau meningkat 24,37% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan tersebut diduga karena adanya peningkatan likuiditas di
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi untuk hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Natal
dan libur panjang menjelang tahun baru 2009. Selain itu dimungkinkan terjadi perpindahan
alokasi dana yang berasal dari pasar saham ke dalam bentuk deposito.
Sejalan dengan kondisi tersebut, untuk deposito mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 22,94% (y.o.y) sehingga menjadi Rp8,55 triliun. Dengan demikian
komposisi DPK pada triwulan laporan sebesar 19,49% untuk giro, 49,72% untuk tabungan
dan 30,79% untuk deposito. Dari komposisi tersebut di atas, DPK berjenis tabungan masih
42 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
tetap mendominasi jenis simpanan DPK, meski tercatat mengalami penurunan dalam
porsinya terhadap total DPK.
Tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan DPK bank umum di Sulsel yang tercatat
mengalami perlambatan, kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum di wilayah
Sulsel juga tercatat mengalami perlambatan. Atas dasar lokasi proyek, kredit/pembiayaan
tumbuh sebesar 25,78% (y.o.y) dari Rp25,22 triliun pada November 2007 menjadi Rp31,72
triliun pada November 2008. Pertumbuhan tersebut lebih kecil dari pada pertumbuhan
triwulan III-2008, yaitu 28,73% (y.o.y). Kondisi tersebut, memperlihatkan kondisi
kredit/pembiayaan bank umum dan DPK sama-sama mengalami perlambatan. Namun LDR
(Loan to Deposit Ratio) bank umum mengalami peningkatan, yaitu dari 107,87% pada
November 2007 menjadi 114,23% pada November 2008. Hal ini mengindikasikan bahwa
penurunan pertumbuhan DPK lebih kecil dari pada kredit/pembiayaan bank umum.
Grafik 3.3. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum
di Sulsel
0
5,000,000
10,000,000
15,000,000
20,000,000
25,000,000
30,000,000
35,000,000
1 2 3 4 1 2 3 4
2007 2008
Rp
Juta
an
95.00%
100.00%
105.00%
110.00%
115.00%
120.00%
DPK Kredit LDR
Grafik 3.4. Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Jenis Penggunaan
di Sulawesi Selatan
-
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*
2006 2007 2008Rp
Tri
liun
Kons ums iProduktif2 per. Mov. Avg. (Produktif)2 per. Mov. Avg. ( Kons ums i)
Berdasarkan jenis penggunaan, sebagian besar portofolio kredit/pembiayaan masih
didominasi oleh kredit/pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi). Pada November
2008, posisi kredit modal kerja tercatat sebesar Rp12,52 triliun atau 39,47% dari total kredit,
sementara kredit investasi sebesar Rp6,52 triliun (20,56%). Sehingga total porsi kredit
produktif sebesar 60,03%, lebih besar dibanding porsi pada triwulan III-2008 yaitu sebesar
59,94%. Sedangkan untuk kredit konsumsi sebesar Rp12,68 triliun dengan porsi sebesar
39,97% dari total kredit.
Dari sisi pertumbuhan tahunan (y.o.y), per November 2008, kredit produktif (modal
kerja dan investasi) mengalami penurunan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya.
Untuk kredit modal kerja juga mengalami perlambatan pertumbuhan dibanding
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, yakni sebesar 28,0% (y.o.y) pada triwulan IV-2008
sedangkan 36,7% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan
relatif tidak berubah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya,
43Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
yaitu sebesar 8,2% (y.o.y). Perlambatan pertumbuhan pada kredit produktif tersebut relatif
menggambarkan perlambatan kegiatan ekonomi sektor riil, yang diperkirakan terjadi
penurunan kapasitas usaha dikarenakan perbankan menjadi relatif lebih ketat untuk
memberikan kredit sebagai respon dari sikap kehati-hatian akan dampak dari krisi global
yang sedang terjadi.
Adapun untuk kredit konsumsi juga mengalami pertumbuhan sebesar 28,5% (y.o.y),
lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2008 yang sebesar 34,1% (y.o.y).
Perlambatan kredit konsumsi tersebut juga dimungkinkan sebagia akibat dari sikap
perbankan yang lebih ketat dalam memberikan kredit. Kecenderungan peningkatan kehati-
hatian bank dalam menyalurkan kredit konsumsi kepada masyarakat disebabkan karena
besaran dampak dari krisis global pada sektor-sektor perekonomian masih belum dapat
diperdiksi dengan baik.
Berdasarkan alokasi penyaluran kredit per sektor ekonomi, kredit produktif yang
disalurkan oleh perbankan daerah di Sulsel masih didominasi oleh sektor lain-lain (jasa
konsumsi) yaitu sebesar 39,52% kemudian diikuti oleh sektor perdagangan dan sektor
industri pengolahan masing-masing sebesar 26,61% dan 11,22%. Tingginya pangsa sektor
lain-lain sejalan dengan peningkatan portofolio kredit produktif (modal kerja dan investasi)
yang menunjukkan perkembangan positif. Selain itu peran Makassar sebagai pusat
perdagangan di Kawasan Timur Indonesia juga masih menjadi salah satu faktor pendukung
pertumbuhan sektor perdagangan di daerah ini.
Grafik 3.5. Pangsa Kredit/Pembiayaan Bank Umum Per Sektor Ekonomi
di Sulsel (November 2008)
L is trik,Gas dan Air
0%
Indus tri pengolahan
11%
Pertambangan0% Pertanian
3%
Kons truks i6%
Perdagangan27%
Pengangkutan
5%
Jas a Dunia Us aha
6%
J as a S os ial Mas yarakat
1%
Lain-lain41%
Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit/Pembiayaan Per Sektor Ekonomi
Dari sisi pertumbuhan kredit, sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan tahunan
tertinggi dari penyerapan kredit tercatat di sektor jasa soaial masyarakat menglami keniakan
pertumbuhan yang cukup signifikan menjadi 6,0% (y.o.y) jika dibandingkan dengan
-65.0% -15.0% 35.0% 85.0%
Pertanian
Pertambangan
Indus tri pengolahan
Lis trik,Gas dan Air
Kons truks i
Perdagangan
Pengangkutan
J as a Dunia Us aha
J as a S os ial Mas yarakat
Lain-lain 2008 32008 22008 3
2008 4
44 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Sedangkan pertumbuhan kredit pada sketor
lainnya mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit masing-masing sektor tersebut tercatat
lebih rendah dibanding pertumbuhan tahunan kredit pada triwulan III-2008. Selain itu,
perlambatan pertumbuhan tersebut sejalan dengan penurunan kinerja masing-masing sektor
pada PDRB Sulsel.
Kredit di sektor pertambangan, mengalami kontraksi pertumbuhan yang lebih dalam
lagi yaitu sebesar -76,2% (y.o.y), yang pada triwulan sebelumnya juga sudah mengalami
pertumbuhan yang negatif (-53,2%; y.o.y). Kontraksi pertumbuhan kredit di sektor
pertambangan ini seiring dengan menurunnya kinerja sektor pertambangan, yang pada
triwulan IV-2008 mengalami kontraksi -2.17% (y.o.y) pada PDRB Sulsel. Untuk sektor
industri, mengalami perlambatan pertumbuhan kredit/pembiayaan dibanding pertumbuhan
pada triwulan III-2008 (18,1%; y.o.y), yang pada November 2008 tercatat tumbuh sebesar
13,0% (y.o.y) atau menjadi Rp3,56 triliun. Perlambatan ini diperkirakan karena turun
permintaan ekspor (misal: kayu). Selain itu, harga gandum dan bahan baku semen yang naik
menyebabkan perlambatan produksi pada sketor tersebut. Kondisi tersebut sejalan dengan
perkembangan sektor industri pengolahan di PDRB Sulsel yang tercatat mengalami
perlambatan pertumbuhan tahunan.
Grafik 3.7. Perkembangan NPLs Net dan Gross Bank Umum di Sulsel
7.93%
4.47%
10.87%
11.80%
13.78%
10.39%
12.99%13.20%
14.21%13.21%
17.11%16.76%17.07%
4.72%
5.27%
6.64%3.31%7.25%
6.67%
8.68%
8.10%
13.54%
11.85%11.07%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
NP L (Gros s %)NP L (Net %)
Grafik 3.8. Pangsa NPLs Per Sektor Ekonomi di Sulsel (November 2008)
Indus tri pengolahan,
19.02%
Jas a S os ial Mas yarakat,
2.50%
Lain-lain, 8.59%
Kons truks i, 5.09%
Perdagangan,
5.19% Pengangkutan,
2.35%
Jas a Dunia Us aha, 5.82%
Pertanian, 3.76%
Berdasarkan kualitas kredit, petumbuhan kredit/pembiayaan bermasalah (NPLs) bank
umum di wilayah Sulsel tercatat melambat menjadi 7,93% (y.o.y) dibandingkan posisi
November 2007 yang sebesar 10,87 triliun. Penurunan pertumbuhan NPLs tersebut
diperkirakan terjadi seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi dan juga penyaluran
kredit di Sulsel pada triwulan laporan.
Berdasarkan sektor ekonominya, sektor ekonomi yang tercatat memiliki rasio NPLs
yang tinggi adalah industri pertambangan (4900,00%), sektor lain-lain (403,88%) dan sektor
45Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
jasa sosial masyarakat (13,79%). Kemudian peningkatan pertumbuhan NPLS terbesar terjadi
pada sektor konstruksi, yang meningkat dari -26,26% (y.o.y) pada triwulan III-2008 menjadi
11,10% (y.o.y) pada triwulan laporan. Selain itu, pertumbuhan NPLs sektor listrik-gas-air juga
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari -11,11% (y.o.y) menjadi 0,00%
(y.o.y). Ada beberapa sektor yang masih mengalami pertumbuhan NPLs negatif, yaitu sektor
pertanian (-52,20%;y.oy), industri pengolahan (-58,38%;y.oy), perdagangan (-30,98%;y.oy),
pengangkutan (-83,78%;y.o.y) dan sektor jasa dunia usaha (-26,21%;y.oy). Pertumbuhan
NPLs yang masih negatif pada triwulan ini disinyalir karena terjadi penurunan jumlah kredit
yang diberikan oleh perbankan untuk menghindari resiko gagal bayar ditengah krisis. Jadi
bukan semata-mata menggambarkan meningkatnya repayment capacity debitur.
Perlambatan pertumbuhan NPLs yang cukup signifikan terjadi pada sektor jasa dunia usaha
mengalami yaitu -5,17% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi -26,21% (y.o.y) pada
triwulan IV-2008.
Berdasarkan segmentasi kredit/pembiayaannya, sebagian besar kredit/pembiayaan
bank umum Sulsel diklasifikasikan sebagai kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah
(MKM). Pangsa kredit/pembiayaan MKM dibandingkan total kredit/pembiayaan per
November 2008 adalah 69,79% atau sebesar Rp22,14 triliun. Kredit/pembiayaan MKM
tersebut lebih kecil pada November 2008yaitu 29,69% (y.o.y) atau Rp22,14 triliun,
sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 31,09% (y.o.y).
Diperkirakan perlambatan pertumbuhan kredit MKM relatif disebabkan karena adanya
kecenderungan dari pihak bank untuk mengurangi penyaluran kredit pada sektor produktif.
Hal ini dalam rangka kehati-hatian perbankan dalam memberikan kredit sebagai akibat dari
kewaspadaan menyikapi krisis global.
Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan tahunan kredit MKM terjadi di sektor
pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik-gas-air, pengangkutan dan jasa sosial
masyakat, yang masing-masing sebesar 56,89%, 21,60%, 6,47%, 342,38%, -36,59% dan
3,08% (y.o.y). Namun per November 2008, kontraksi kredit terjadi pada sektor konstruksi
(48,94%; y.o.y), perdagangan (25,69%; y.o.y), jasa dunia usaha (67,37%; y.o.y) dan lain-lain
(30,26%; y.o.y), dimana pada triwulan sebelumnya pertumbuhan masing-masing sektor
tersebut adalah 49,70% (y.o.y), 27,24% (y.o.y), 75,95% (y.o.y) dan 33,81% (y.o.y).
46 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Grafik 3.9. Kredit/pembiayaan Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Bank Umum
di Sulsel
0.67
0.70
0.69
0.68
0.68
0.67
0.68
0.67
0.66
0.70
0.72
0.71
-
5
10
15
20
25
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2006 2007 2008Rp
Tri
liun 0.62
0.63
0.64
0.65
0.66
0.67
0.68
0.69
0.70
0.71
0.72
0.73
%
UMKM S hare Terhadap Total Kredit
Grafik 3.10. Pangsa Kredit/pembiayaan MKM Bank Umum Per Sektor Ekonomi
di Sulsel
J as a S os 1%
P engangkuta
n1%
P ertanian3%
Indus tri2%
P erdaganga
n27%
J as a Us aha
5%
Kons truks i4%
L ain-lain57%
3.2.3. Intermediasi Bank Umum Konvensional
Kegiatan intermediasi perbankan bank umum konvensional di Sulsel menunjukan
perlambatan, sebagaimana terlihat dari penurunan pertumbuhan kredit dan LDR yang
disalurkan pada triwulan IV-2008. Nilai kredit mencapai Rp31,72 triliun atau tumbuh 25,78%
(y.o.y) atau lebih kecil dari pertumbuhan triwulan III-2008 (28,73%; y.o.y). Kemudian, LDR
bank umum juga tercatat menurun, dari 121,72% pada triwulan III-2008 menjadi 115,62%
pada triwulan laporan. Namun, DPK yang dihimpun mencapai Rp27,771 triliun, tumbuh
18,78% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 lebih besar daripada triwulan sebelumnya (16,66%;
y.o.y).
Tabel 3.2. Penyaluran Kredit/pembiayaan dan DPK per DATI II di Sulsel
D P K K redit L DR (%) D P K K redit L DR (%)
K ab. P inrang 367,599 498,042 135.49% 410,835 650,007 158.22%
K ab. G owa 306,244 633,535 206.87% 404,772 954,338 235.77%
K ab. Wajo 828,405 459,577 55.48% 892,370 595,075 66.68%
K ab. B one 708,984 711,053 100.29% 834,368 1,093,105 131.01%
K ab. T ana T oraja 327,837 252,622 77.06% 420,808 353,215 83.94%
K ab. Maros 212,346 1,153,970 543.44% 262,048 1,267,405 483.65%
K ab. L uwu 291,604 662,192 227.09% 385,015 785,681 204.07%
K ab. S injai 248,809 261,739 105.20% 242,435 371,650 153.30%
K ab. B ulukumba 536,169 414,457 77.30% 605,684 541,882 89.47%
K ab. B antaeng 146,427 232,068 158.49% 192,140 222,622 115.86%
K ab. J eneponto 150,803 229,502 152.19% 164,540 304,815 185.25%
K ab. S elayar 191,696 70,522 36.79% 211,314 89,088 42.16%
K ab. T akalar 161,192 263,394 163.40% 191,954 387,986 202.12%
K ab. B arru 250,718 194,898 77.74% 273,077 284,120 104.04%
K ab. S indenreng R appang 265,530 301,243 113.45% 343,104 438,550 127.82%
K ab. P angkajene K epulauan 369,038 304,376 82.48% 419,308 460,954 109.93%
K ab. S oppeng 304,594 293,208 96.26% 375,808 380,879 101.35%
K ab. E nrekang 311,350 172,643 55.45% 365,257 234,001 64.06%
K ota Makas s ar 16,195,461 16,646,858 102.79% 18,166,012 19,952,828 109.84%
K ota P are-pare 928,198 840,696 90.57% 1,049,570 961,138 91.57%
K otaP alopo 1,100,834 904,171 82.14% 1,212,950 1,241,192 102.33%
2008*K ota dan K abupaten
2007
47Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Per November 2008, dari seluruh kabupaten di wilayah Sulsel, Kabupaten Maros
tercatat mencapai LDR tertinggi yaitu sebesar 483,65%, lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya sebesar 543,44%. Kemudian diikuti oleh Kabupaten Gowa, Kabupaten
Luwu, dan Kabupaten Takalar, yang masing-masing mencapai LDR sebesar 235,77%,
204,07% dan 202,12%. Pencapaian LDR tertinggi untuk beberapa kabupaten tersebut juga
tercatat sebagai daerah yang mencapai LDR tertinggi pada triwulan III-2008 yaitu Kabupaten
Maros, kemudian diikuti oleh Kabupaten Luwu, Gowa dan Takalar. LDR terendah masih
terjadi di wilayah Kabupaten Selayar yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 42,16%.
3.2.4. Intermediasi Bank Umum Syariah
Hingga akhir triwulan laporan jumlah perbankan syariah tidak mengalami perubahan
dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni tercatat sebanyak 9 bank dengan rincian 3 bank
umum syariah, yaitu Bank Syariah
Mandiri, Bank Muamalat Indonesia dan
Bank Mega Syariah dan 6 bank
konvensional yang membuka Unit
Usaha Syariah (UUS) yaitu BTN Syariah,
Bank Danamon Syariah, BNI Syariah, BRI
Syariah, Bank Sulsel Syariah dan Bank
Permata Syariah sejumlah 2 unit.
Pada periode laporan
(November), bank umum syariah
mencatat perlambatan pertumbuhan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya apabila
dilihat dari sisi pertumbuhan FDR (Financing to Deposit Ratio) yang negatif, yaitu -5,98%
pada triwulan laporan sedangkan pada triwulan III-2008 tumbuh 16,71%. Padahal, FDR
mencerminkan fungsi intermediasi perbankan syariah di Sulsel sebesar.
Penurunan FDR ini lebih disebabkan oleh pembiayaan yang mengalami penurunan
sebesar 21,36% (y.o.y) pada triwulan IV-2008 dari 64,64% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya.
Peningkatan pembiayaan ini lebih dipicu oleh penurunan pembiayaan kredit konsumsi yaitu
sebesar 52,83% (y.o.y) dari 132,63% triwulan sebelumhya. Sementara kredit produktif
(modal kerja dan investasi) mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dari pertumbuhan
kredit konsumsi yaitu sebesar 1,75% (y.o.y), meski pertumbuhan kredit produktif tersebut
juga tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan kredit pada triwulan III-2008 (22,66%,
y.o.y). Di sisi lain, DPK bank umum syariah pada triwulan laporan juga mengalami penurunan
sebesar 29,07% (y.o.y) dari Rp504,400 miliar pada November 2007. Peningkatan tertinggi
Grafik 3.11. Perkembangan Bank Umum Syariah Sulawesi Selatan
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
1.2
1 2 3* 4
2008
130%
135%
140%
145%
150%
155%
160%DPK Pembiayaan FDR* Perkiraan
48 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
pada DPK jenis deposito yang tercatat sebesar 35,67% (y.o.y) diikuti tabungan dan giro yang
masing-masing tumbuh sebesar 29,39% (y.o.y). 5,59% (y.o.y),
Sejalan dengan perlambatan kinerja bank umum syariah tersebut di atas, rasio
pertumbuhan total aset bank umum syariah pada periode laporan juga mengalami
perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan III-2008. Pertumbuhan aset bank
syariah pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 31,58% (y.o.y), sementara pada
triwulan III-2008 tercatat tumbuh sebesar 41,60% (y.o.y). Sementara itu, NPF (Non
Performing Loan) bank umum syariah pada periode laporan tercatat sebesar 7,58%
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,97%, maupun
dibanding dengan November 2007 (6,31%).
3.3. Perkembangan Bank Pekreditan Rakyat/Syariah (BPR/S)
Dari sisi kelembagaan, jumlah jaringan kantor BPR yang beroperasi mengalami
peningkatan dari 49 kantor pada triwulan III-2008 menjadi 51 kantor bank pada triwulan
laporan. Sedangkan jumlah BPR konvensional maupun syariah tercatat tidak mengalami
perubahan sebagaimana triwulan
sebelumnya masing-masing sebanyak 22
BPR dan 6 BPRS.
Per November 2008, dari segi
total aset perbankan, kelompok BPR/S
mencatat perlambatan pertumbuhan
dibanding pertumbuhan triwulan
sebelumnya. Aset BPR/S tumbuh sebesar
64,48% (y.o.y) menjadi Rp320,049
miliar, sementara pada triwulan III-2008 tumbuh 75,25% (y.o.y). Pertumbuhan aset BPR/S ini
lebih tinggi dibandingkan kelompok bank pemerintah maupun swasta yang masing-masing
tercatat tumbuh sebesar 12,00% dan 13,19%. Namun demikian, pangsa total aset
kelompok BPR/S masing jauh lebih rendah dibandingkan kelompok bank lainnya yaitu
tercatat sebesar 0,80% atau mengalami penurunan dibandingkan pangsa triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,87%.
Dari sisi penghimpunan dana, DPK BPR/S mencatat peningkatan pertumbuhan
sebesar 41,27% (y.o.y) dari Rp105,072 miliar pada November 2007 menjadi Rp148,431
miliar pada triwulan laporan. Pertumbuhan DPK pada triwulan laporan tersebut tercatat lebih
rendah dibanding dengan pertumbuhan DPK pada triwulan III-2008 yang sebesar 40,07%
(y.o.y).
Grafik 3.12. Perkembangan Aset BPR/S Sulsel
95.5
3
104.
01
114.
98
128.
98
139.
87
151.
58
178.
57
207.
89
224.
77 273.
40
320.
0531
2.94
-
50
100
150
200
250
300
350
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
Rp
mili
ar
49Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Perlambatan pertumbuhan yang
terjadi pada DPK tersebut, searah
pertumbuhan dengan menurunnya
penyaluran kredit/pembiayaan BPR/S.
Pada November 2008 Kredit/pembiayaan
yang berhasil disalurkan oleh BPR/S
tercatat menurun sebesar 66,86% (y.o.y)
atau Rp252,273 miliar pada triwulan
laporan. Pertumbuhan tersebut tercatat
lebih rendah dibanding pertumbuhan
pada triwulan sebelumnya yang tercatat
sebesar78,64% (y.o.y).
Dengan adanya perkembangan perlambatan pertumbuhan DPK dan
kredit/pembiayaan, maka rasio perbandingan kredit/ pembiayaan dengan dana pihak ketiga
BPR/S pada triwulan laporan (November 2008) tercatat sebesar 170,0%, yang sedikit lebih
rendah dibanding LDR pada triwulan III-2008 yang sebesar 179,28%.
Rasio NPLs (gross) BPR/S pada November 2008 tercatat sebesar 5,28%,, lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,56%. Hal ini berkaitan dengan penurunan
pertumbuhan kredit/pembiayaan yang disalurkan oleh BPR/S pada triwulan November 2008
sehingga terdapat kesan bahwa telah terjadi peningkatan kualitas kredit/pembiayaan yang
ditunjukan oleh terjadinya penururnan NPL pada triwulan laporan.
Grafik 3.13. Perkembangan DPK, Kredit & LDRBPR/S Sulsel
-
50
100
150
200
250
300
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008Rp
mili
ar 0%
50%
100%
150%
200%DPK Kredit LDR
Halaman ini sengaja dikosongkanThis page is intentionally blank
51Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Bab 4
Perkembangan Sistem Pembayaran
Seiring mulai melambatnya kegiatan perekonomian, nilai transaksi pembayaran pada
triwulan laporan juga cenderung menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibanding nilai
transaksi pembayaran pada triwulan sebelumnya, meski pada nilai transaksi non tunai via
RTGS mengalami peningkatan.
4.1. Aliran Uang Kartal Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow)
Aliran uang kartal masuk (inflow) dan keluar (outflow), pada triwulan laporan, KBI
Makassar tercatat mengalami net inflow, yang tercatat sebesar Rp0,67 triliun, sementara
pada triwulan sebelumnya terjadi posisi net outflow. Terjadinya net inflow tersebut
diperkirakan karena faktor musiman yaitu meredanya kegiatan perekonomian pasca bulan
suci Ramadhan dan hari raya Idul Fitri yang pada tahun 2008 jatuh pada triwulan III-2008.
Sementara di sisi lain, terjadinya net inflow tersebut relatif disebabkan karena terjadi
perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulsel pada triwulan laporan.
Secara rinci aliran uang kartal
masuk (inflow) ke KBI Makassar, pada
triwulan IV-2008 tercatat sebesar
Rp2,19 triliun, tumbuh 66,42%
(y.o.y), lebih rendah dibanding
pertumbuhan tahunan inflow pada
triwulan IIII-2008 yang tercatat
sebesar 70,27% (y.o.y). Melambatnya
pertumbuhan inflow tersebut
diperkirakan karena tingkat
perputaran uang yang masih
cenderung tinggi sehubungan
dengan kegiatan hari raya Idul Adha, Natal dan Tahun Baru 2009. Sejalan dengan kondisi
tersebut, aliran uang kartal keluar (outflow) pada triwulan laporan mengalami kontraksi
sebesar 16,12% (y.o.y), sementara pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan
sebesar 384,43% yang dimungkinkan karena kebutuhan uang kartal selama bulan suci
Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Grafik 4.1. Aliran Uang Kartal di Depo Kas KBI Makassar
52 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)
Kegiatan pemusnahan terhadap uang lusuh/rusak sehingga tidak layak lagi untuk
diedarkan (Pemberian Tanda Tidak Berharga/ PTTB), pada triwulan laporan, mengalami
kontraksi sebesar 53,13% (y.o.y) yaitu dari Rp0,87 triliun pada triwulan IV-2007 menjadi
Rp0,41 triliun. Sementara pada triwulan III-2008, kegiatan PTTB mengalami peningkatan
sebesar 15,95% (y.o.y). Penurunan jumlah uang yang dimusnahkan tersebut sejalan dengan
perlambatan aliran uang kartal masuk (inflow) yang terkait karena faktor musiman. Apabila
ditinjau dari rasio PTTB- inflow, Rasio PTTB-inflow pada triwulan IV-2008 tercatat sebesar
18,65%, sementara pada triwulan sebelumnya sebesar 37,93%.
Penurunan PTTB dan rasio
PTTB-inflow diperkirakan relatif adanya
penurunan transaksi di masyarakat,
meskipun diperkirakan masih terjadi
peningkatan kegiatan perekonomian
pada triwulan laporan terkait dengan
kegiatan hari raya Idul Adha, Natal dan
Tahun Baru 2009. Penurunan transaksi
tersebut relatif terjadi yang
diperkirakan karena laju inflasi selama
triwulan laporan yang relatif stabil.
4.3. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan, jumlah temuan uang rupiah palsu mengalami peningkatan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV-2008, jumlah uang palsu yang
ditemukan sebesar Rp12,6 juta, menurun menjadi Rp1,3 juta pada triwulan laporan.
Berdasarkan jenis pecahan, uang kertas Rp50.000,- merupakan jenis uang yang paling
banyak dipalsukan yakni 123 lembar atau 60,6% dari total lembar temuan uang palsu.
Tabel 4.1. Perkembangan Temuan Uang Palsu di Wilker KBI Makassar
Triwulan IV-2008 Pecahan
100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 Trw III-2007 105 127 21 12 7 272
Trw IV-2007 37 97 11 5 8 158
Trw III-2008 69 82 10 5 2 168
Trw IV-2008 62 123 11 5 2 203Sumber : Bank Indonesia
Periode Total
Grafik 4.3. Proporsi Jumlah Lembar Uang Palsu Berdasarkan Pecahan
Triwulan IV-2008
Grafik 4.2. Pemberian Tanda Tidak Berharga dan Inflow
53Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
4.4. Perkembangan Kliring dan RTGS
4.4.1. Perkembangan RTGS
Perkembangan transaksi non tunai dengan menggunakan sarana BI-RTGS di KBI
Makassar selama triwulan IV-2008 menunjukan peningkatan baik transaksi masuk maupun
keluar. Perkembangan transaksi transfer masuk via RTGS (incoming) pada triwulan laporan
mengalami peningkatan sebesar 22,09% (y.o.y) yaitu dari Rp11,96 triliun menjadi Rp14,60
triliun. Pertumbuhan incoming tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan
III-2008 yaitu sebesar 18,20% (y.o.y)
dengan nilai nominal sebesar Rp10,30
triliun. Kondisi yang sama juga terjadi
pada transaksi transfer keluar via RTGS
(outgoing) yang mengalami peningkatan
sebesar 10,86% (y.o.y) dengan nominal
transaksi sebesar Rp9,23 triliun,
sementara pertumbuhan outgoing pada
triwulan III-2008 sebesar -21,51% (y.o.y)
dengan nominal transaksi sebesar Rp7,79
triliun.
Mencermati kondisi tersebut di atas, peningkatan transaksi non tunai via RTGS pada
triwulan IV-2008 diperkirakan karena faktor musiman, dimana pada setiap akhir tahun atau
pada triwulan IV-2008 terjadi kecenderungan peningkatan aliran masuk (incoming) ke Sulsel.
Secara netto, transaksi pembayaran via RTGS di Sulawesi Selatan tercatat masih
mengalami net inflow yaitu sebesar 5,36 triliun, yang juga mengalami peningkatan baik dari
sisi pertumbuhan maupun secara nominal. Apabila dibandingkan dengan net inflow triwulan
III-2008. Pertumbuhan net inflow pada triwulan IV-2008 tumbuh sebesar 47,87% (y.o.y)
sementara net inflow pada triwulan sebelumnya tumbuh -306,39% (y.o.y). Secara nominal,
net inflow pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp2,51 triliun, lebih rendah dibanding
net inflow pada triwulan laporan.
4.4.2. Perkembangan Kliring
Selain BI-RTGS, penyelesaian non tunai untuk nilai transaksi transfer dana/transaksi
kredit kurang dari Rp100 juta mengalami pertumbuhan yang lebih kecil dibanding triwulan
III-2008. Nominal perputaran kliring pada triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 13,55%
(y.o.y), yaitu dari Rp6,43 triliun pada triwulan IV-2007 menjadi Rp7,30 triliun. Pertumbuhan
transaksi via kliring tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh
sebesar 30,03% (y.o.y). Sedangkan rata-rata harian nilai nominal perputaran kliring tercatat
Grafik 4.4. Transaksi Non Tunai via RTGS
(10)
(5)
‐
5
10
15
Rp Triliu
n
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2006 2007 2008
IncomingOutgoing Netto
54 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
sebesar Rp121,74 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 13,55% (y.o.y), lebih rendah
dibanding pertumbuhan triwulan III-2008 yang sebesar 32,10% (y.o.y). Perlambatan
pertumbuhan nominal traksaksi via kliring tersebut relatif mencerminkan kegiatan sektor riil,
terutama mikro (karena transaksi di bawah 100 juta), juga mengalami perlambatan
produktifitasnya.
Tabel 4.2. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong
Di sisi lain, rasio penolakan warkat (Cek/BG) kosong hingga akhir triwulan IV-2008
tercatat mengalami peningkatan, yaitu sebesar 1,22%, lebih tinggi dibanding triwulan III-
2008 yang tercatat sebesar 0,98%. Secara nominal, rasio rata-rata warkat yang ditolak juga
meningkat menjadi sebesar 1,32%, sementara pada triwulan III-2008 sebesar 1,05%.
55Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 + Menurut Kegiatan Utama
Agustus Agustus2007 2008
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas 5,423,403 5,559,748Angkatan Kerja 3,312,177 3,447,879
a. Bekerja 2,939,463 3,136,111b. Pengangguran 372,714 311,768
Bukan Angkatan Kerja 2,111,226 2,111,869Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 61.1% 62.0%Tingkat Pengangguran Terbuka 11.3% 9.0%Sumber : BPS
KEGIATAN UTAMA
Bab 5
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan (Sulsel) pada triwulan laporan
relatif belum berdampak terhadap tingkat angkatan kerja di Sulsel. Melemahnya permintaan
ekspor Sulsel sebagai dampak dari krisis global relatif belum mempengaruhi ketenagakerjaan
Sulsel meskipun tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan, namun tingkat
kesejahteraan masyarakatnya, terutama di sektor pertanian, masih relatif belum mengalami
perbaikan yang cukup signifikan. Struktur ketenagakerjaan di Sulsel selama 2 tahun terakhir
relatif tidak mengalami perubahan, dengan sektor pertanian dan perdagangan yang masih
merupakan mata pencaharian utama penduduknya.
Tingkat kesejahteraan petani di Sulsel relatif masih mengkuatirkan dimana petani
relatif belum mempunyai kekuatan tawar dalam perdagangan produknya. Indeks yang
diterima petani mengalami pertumbuhan yang relatif lamban dibanding dengan
pertumbuhan indeks yang dibayar petani. Sementara indeks yang dibayar petani tersebut
terus mengalami dorongan untuk meningkat yang disebabkan oleh kenaikan harga
barang/jasa secara umum (inflasi) atau adanya kebijakan pemerintah dalam kenaikan harga
barang tertentu (misal BBM). Kondisi tersebut tentunya akan mengancam tingkat
kesejahteraan masyarakat Sulsel, khususnya petani. Selain itu, akan berdampak pula pada
penurunan jumlah angkatan kerja di sektor pertanian, karena sektor ini kurang
menguntungkan, yang berimbas pada tingkat produktifitas sektor pertanian, yang secara
regional akan menghambat pertumbuhan ekonomi Sulsel.
5.1. Ketenagakerjaan
5.1.1. Survei Angkatan Kerja
Pertumbuhan ekonomi Sulsel selama 3 triwulan terakhir (triwulan I-III 2008) yang
diperkirakan lebih tinggi dibanding periode yang sama pada tahun 2007 relatif menunjukkan
dampaknya terhadap
ketenagakerjaan. Pertumbuhan
ekonomi sampai dengan triwulan
III-2008 diperkirakan sebesar
8,66% (y.o.y) sementara untuk
periode yang sama tahun 2007
sebesar 4,73% (y.o.y)
56 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulsel berkurang sebesar 2,21%,
sedangkan pada tahun 2007 menurun sebesar 1,52%.
Namun perbaikan angka TPT dimaksud perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut,
mengingat terdapat potensi peningkatan TPT dari kelompok setengah pengangguran
terpaksa dan kelompok setengah pengangguran sukarela yang pada Agustus 2008, tercatat
berjumlah lebih besar dibanding jumlah pengangguran Sulsel. Per Agustus 2008, jumlah
setengah pengangguran terpaksa sebesar 546 ribu orang, yang mengalami peningkatan
8,01% (y.o.y), sementara setengah pengangguran sukarela berjumlah 603 ribu orang yang
mengalami peningkatan sebesar 7,62% (y.o.y). Kondisi ini merupakan ancaman bagi tingkat
tenaga kerja di Sulsel, terlebih pada kelompok setengah pengangguran terpaksa.
Tabel 5.2. Penduduk Usia 15 Thn Keatas Menurut Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), Setengah Pengangguran Terpaksa dan Setengah
Pengangguran Sukarela Agustus Agustus
2007 2008Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 11.25% 9.04%Jumlah Pengangguran (000) 373 312 Jumlah Setengah Pengangguran Terpaksa (000) 506 547 Jumlah Setengah Pengangguran Sukarela (000) 560 603 Sumber : BPS
KEGIATAN UTAMA
Di sisi lain, jumlah angkatan kerja di Sulsel selama Agustus 2007 – Agustus 2008
mengalami pertumbuhan sebesar 4,10% (y.o.y), sementara pada periode yang sama tahun
2007 tumbuh sebesar 2,25% (y.o.y). Pertumbuhan angkatan kerja tersebut, mampu
menyerap jumlah angkatan kerja yang menganggur sebesar 60 ribu orang. Kondisi tersebut
mengakibatkan TPT Sulsel mengalami perbaikan.
Persentase jumlah angkatan yang bekerja terhadap angkatan kerja juga mengalami
peningkatan, yaitu dari 88,75% pada Agustus 2007 menjadi 90,96% pada Agustus 2008.
Sementara angkatan kerja yang bekerja pada Agustus 2008 tumbuh sebesar 6,69% (y.o.y)
sedangkan pada Agustus 2007 tumbuh sebesar 4,01% (y.o.y). Peningkatan tersebut
diperkirakan didorong oleh penyerapan tenaga kerja di sektor jasa (2,80%), searah dengan
sumbangan pertumbuhan sektor jasa pada perekonomian Sulsel yang mengalami
peningkatan pertumbuhan. Selain sektor jasa, sektor ekonomi yang mendorong peningkatan
tenaga kerja tersebut adalah sektor industri yang memberikan sumbangan peningkatan
sebesar 1,23%.
Lapangan pekerjaan utama yang mendominasi jumlah angkatan kerja yang bekerja
masih terdapat di sektor pertanian yaitu sebesar 51,5%. Pangsa angkatan kerja yang bekerja
di sektor pertanian ini mengalami penurunan dibanding Agustus 2007 yang tercatat sebesar
53,8%. Sektor dengan jumlah tenaga kerja kedua terbesar adalah sektor perdagangan
57Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
(18,5%) yang mengalami penurunan dibanding pangsa pada Agustus 2007 (19,3%).
Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa (11,2%) yang mengalami peningkatan dari 9,2%. Dari sisi
perbandingan komposisi per sektor ekonominya, terjadi pergeseran komposisi tenaga kerja di
sektor pertanian ke sektor non pertanian.
Pergeseran angkatan kerja ke non pertanian tersebut, salah satunya ditandai dengan
meningkatnya jumlah pekerja bebas non pertanian yang tercatat sebesar 80,07% yaitu dari
39 ribu pada Agustus 2007 menjadi 70 ribu pada Agustus 2008. Sedangkan untuk
buruh/karyawan, mengalami peningkatan pangsa yaitu dari 22,8% menjadi 23,2%.
Sementara jumlah pekerja bebas pertanian hanya mengalami pertumbuhan sebesar 9,55%
(dari 116 ribu pada Agustus 2007 menjadi 127 ribu pada Agustus 2008).
Diperkirakan pergeseran tersebut terjadi karena tingkat penghasilan tenaga kerja di
sektor pertanian relatif kurang mampu mengimbangi tekanan kebutuhan sehari-hari yang
didorong oleh adnaya kenaikan harga secara umum. Sementara di sisi lain, mulai
berkurangnya luas lahan pertanian dan relatif rendahnya harga jual produk pertanian yang
diakibatkan karena mutu maupun pengaruh faktor eksternal yang relatif mendorong
terjadinya perpindahan tenaga kerja, terutama pada sektor industri dan konstruksi.
Grafik 5.1. Persentase Penduduk Usia 15 + yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
53.8%
5.0%
4.3%
19.3%
6.4%
9.2%2.1%
Pertanian
Industri
Konstruksi
Perdagangan
Angkutan/KomunikasiJasa
Lainnya *)
Agustus 2007
Sumber : BPS
2.0%11.2%
6.2%
18.5%
4.7%
5.8%
51.5%
Agustus 2008
Tabel 5.3. Penduduk Usia 15 Thn Keatas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Agustus Agustus2007 2008
Berusaha sendiri 533 570 Berusaha dibantu buruh tdk tetap/buruh tdk dibayar 846 862 Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 76 103 Buruh/karyawan 670 726 Pekerja bebas pertanian 117 128 Pekerja bebas non pertanian 39 70 Pekerja tidak dibayar/pekerja keluarga 659 676
TOTAL 2,939 3,136 Sumber : BPSKet. : dalam Ribuan
STATUS PEKERJAAN UTAMA
58 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
5.1.2. Tenaga Kerja Indonesia
Pada triwulan IV-2008, jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dari Sulsel yang
disalurkan sebanyak 499 orang. Keadaan jumlah penyaluran tenaga kerja tersebut tercatat
mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 296% (y.o.y), dari 126 orang pada
triwulan IV-2007, sementara pada triwulan III-2008 tumbuh sebesar 8,8% (y.o.y). Tingginya
animo pencari kerja ke luar negeri tersebut diperkirakan karena masih relatif minimnya
kesempatan lapangan kerja baru di Sulsel, sedangkan tuntutan kebutuhan hidup cenderung
mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya laju inflasi di Sulsel. Apabila
dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tersebut di atas, diperkirakan peningkatan jumlah
TKI tersebut berkaitan dengan menurunnya angkatan kerja yang bekerja di sektor pertanian.
Penyaluran tenaga kerja menurut pendidikan, memperlihatkan kecenderungan
tenaga kerja berpendidikan minimum SLTA ke bawah masih mendominasi yaitu sebesar
91,0% dari total TKI yang dikirim pada triwulan laporan. Kondisi tersebut mencerminkan
tenaga kerja yang diperkerjakan di luar negeri merupakan tenaga kasar/tenaga kerja yang
berkualitas rendah. Sementara berdasarkan negara tujuan TKI pada triwulan laporan,
Malaysia dan Arab Saudi masih menjadi penyerap terbanyak TKI dari Sulsel. Keadaan tersebut
relatif tidak banyak mengalami perubahan dalam 6 tahun terakhir.
Tabel 5.4 Perkembangan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia Sulawesi Selatan
1 2 3 4 1 2 3 4Tenaga Kerja 322 436 535 126 462 491 582 499 a. Laki-laki 136 239 222 4 325 310 363 213 b. Perempuan 186 197 313 122 137 181 219 286 Pendidikan 322 436 535 126 462 491 582 499 a. SLTP ke bawah 258 434 493 122 221 483 456 454 b. SLTA 60 2 42 4 241 8 126 45 c. Perguruan Tinggi 4 - - - - - - - Negara Tujuan 322 436 535 126 462 491 582 499 a. Malaysia 176 350 300 - 411 409 328 291 b. Jepang 10 - 29 - - 4 21 2 c. Arab Saudi 83 85 205 126 50 71 111 179 d. Lainnya 53 1 1 - 1 7 122 27 Dipulangkan 76 207 12 12 - - 8 - a. Laki-laki 63 183 12 12 - - 8 - b. Perempuan 13 24 - - - - - - Sumber : Dinas Transmigrasi dan TenagakerjaBalai Pelayanan Penyaluran Tenaga Kerja Indonesia
2007 2008KETERANGAN
5.2. Kesejahteraan
5.2.1. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani merupakan salah satu ukuran tingkat kemampuan daya tukar dari
produk pertanian dengan barang/jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi, atau
menggambarkan daya beli petani di pedesaan. Per Desember 2008, NTP Sulsel mengalami
59Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
penurunan sebesar 0,24% dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya, lebih
rendah dibanding pertumbuhan NTP pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,56%
(y.o.y). Apabila ditinjau dari komponen pembentuk NTP tersebut, kedua komponen
pembentuk NTP yaitu indeks yang dibayar petani (Ib) dan indeks yang diterima petani (It)
masing-masing mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya.
Namun pertumbuhan It masih tercatat lebih rendah dibanding pertumbuhan Ib.
Pertumbuhan It tercatat sebesar 9,58% (y.o.y) yaitu dari 106,78 menjadi 117,01. Angka
pertumbuhan It tersebut lebih rendah dibanding angka pertumbuhan pada triwulan III-2008
yang sebesar 14,78% (y.o.y). Sementara pertumbuhan Ib tercatat sebesar 17,23% (y.o.y) dari
101,55 menjadi 119,05, yang lebih rendah dibanding pertumbuhan pada triwulan III-2008
yang sebesar 23,12% (y.o.y).
Tabel 5.5 Nilai Tukar Petani Sulsel 2008 per Triwulan
Perlambatan pertumbuhan Ib tersebut diperkirakan didorong oleh adanya penurunan
harga BBM pada akhir triwulan IV-2008, yang relatif menekan peningkatan konsumsi petani.
Sementara di sisi lain, terjadi peningkatan harga barang/jasa secara umum yang menuntut
adanya peningkatan biaya produksi dan penambahan barang modal.
Sementara perlambatan pertumbuhan indeks yang diterima petani (It) (9,58%) relatif
karena adanya pengaruh penurunan BBM serta diperkirakan terjadi penurunan
permintaan/konsumsi masyarakat sehingga cenderung menekan tingkat harga produk
pertanian. Apabila diperbandingkan antara indeks yang diterima petani (It) dengan laju inflasi
tahunan Sulsel, maka pendapatan petani Sulsel tersebut relatif mengalami tekanan, yaitu
sebesar -2,82%. Sementara di sisi lain, pertumbuhan indeks yang diterima petani tidak
seimbang dengan pertumbuhan indeks yang dibayar petani, yang dapat diartikan bahwa
kondisi tersebut relatif menggambarkan tingkat kesejahteraan petani makin mengalami
penurunan.
5.2.2. Survei
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia Makassar pada triwulan
laporan, indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini dan indeks penghasilan saat ini
dibanding 6 (enam) bulan yang lalu relatif mengalami penurunan apabila dibandingkan
60 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada indeks ketersediaan lapangan kerja saat
ini, terjadi penurunan sebesar 14,2% yaitu dari 106,00 pada Desember 2007 menjadi 91,00
pada Desember 2008, sementara pada triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan
sebesar sebesar 4,4% (y.o.y). Penurunan indeks ini searah dengan pertumbuhan ekonomi
yang cenderung mengalami perlambatan. Diperkirakan diakibatkan karena terjadi penurunan
aktivitas pembangunan (kontruksi), perdagangan dan rasionalisasi di dunia usaha.
Sementara itu indeks penghasilan saat ini dibanding 6 bulan lalu juga mengalami
penurunan yaitu sebesar 10,3% yaitu dari 146,00 pada Desember 2007 menjadi 131,00.
Penurunan indeks penghasilan ini diperkirakan karena tingkat penghasilan riil masyarakat
relatif mengalami penurunan sehubungan dengan harga barang/jasa secara umum telah
mengalami kenaikan, yang salah satunya dipicu oleh kenaikan BBM. Kondisi tersebut relatif
menggambarkan kurang terdapat perbaikan kesejahteraan dan bahkan diperkirakan akan
mengurangi daya beli masyarakat.
Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
70
75
80
85
90
95
100
105
110
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007 2008
Inde
ks
Ketersediaan lapangan kerja saat ini
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
Grafik 5.3. Indeks Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan Lalu
85
95
105
115
125
135
145
155
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007 2008
Inde
ks
Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu
Sumber : KBI Makassar Survei Konsumen
61Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV - 2008
Bab 6
Perkembangan Keuangan Daerah
Berdasarkan data keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, rencana
anggaran pendapatan daerah pada tahun anggaran 2008 terdapat perubahan yang menjadi
sebesar Rp2,13 triliun dari Rp2,02 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 5,37%.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2007, terjadi peningkatan sebesar 32,79%. Dari ketiga
komponen pendapatan daerah (Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-
Lain Pendapatan yang Sah), apabila dibandingkan dengan tahun 2007 kenaikan tertinggi
dicapai oleh komponen PAD tercatat sebesar 51,73% kemudian diikuti oleh komponen Dana
Perimbangan tercatat sebesar 19,91%. Sementara itu, komponen Lain-lain Pendapatan yang
Sah mengalami penurunan sebesar 90,97%.
Hingga triwulan IV-2008, diperkirakan realisasi anggaran PAD tercatat berkisar pada
angka Rp1,25 triliun atau mencapai 102,38% dari target yang ditentukan. Dari komponen
PAD, tercatat bahwa realisasi ‘Lain-lain PAD yang Sah’ telah mencapai di atas 100% yaitu
sebesar 254,96%, kemudian diikuti oleh komponen ‘Bagian Laba Hasil Daerah’ yang telah
mencapai 99,17% dan Pendapatan Pajak Daerah yang realisasinya mencapai 98,74%.
Sementara itu realisasi komponen Pendapatan Retribusi Daerah sebesar 98,12%.
Sementara itu rencana anggaran belanja daerah pada tahun 2008 juga mengalami
perubahan, dari Rp1,64 triliun menjadi Rp1,85 triliun atau mengalami peningkatan sebesar
12,86%. Apabila dibandingkan dengan anggaran belanja pada tahun 2007 tercatat
mengalami peningkatan sebesar 33,48%. Hingga triwulan IV-2008, diperkirakan realisasi
belanja daerah baru mencapai 84,01% atau sebesar Rp1,55 triliun. Secara normal, belanja
pemerintah sampai dengan triwulan IV terealisasi sebesar 100% dari anggaran yang
ditetapkan, maka terdapat deviasi sebesar 15,99% sementara pada triwulan III-2008 terjadi
deviasi sebesar 14,01%. Dengan kondisi realisasi belanja pemerintah daerah yang masih
dibawah persentase penyerapan belanja normal, maka relatif menunjukkan adanya
hambatan dalam merealisasikan belanja untuk keperluan pembangunan regional.
Melambatnya realisasi belanja tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan konsumsi
pemerintah di triwulan laporan pada PDRB Sulsel. Diperkirakan perlambatan tersebut karena
beberapa hal antara lain karena unsur kehati-hatian dalam pelaksanaan kegiatan dan
pengaruh dari laju inflasi Sulsel yang relatif cukup tinggi yang mempengaruhi kuantitas dari
belanja pemerintah sehingga terjadi penghematan pengeluaran.
62 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi SelatanTriwulan IV - 2008
Berdasarkan pencapaian hingga triwulan IV-1008, diketahui bahwa diperkirakan
realisasi pencapaian ketiga komponen belanja (Belanja Operasi, Belanja Modal dan Belanja
Tidak Terduga) masih dibawah kondisi normal yaitu 100%. Sampai dengan triwulan laporan,
diperkirakan realisasi ‘belanja operasi’ terealisasi sebesar 83,79% dari target, untuk ‘belanja
modal’ terealisasi sebesar 88,13% dari target, sementara untuk ‘belanja tidak terduga’
terealisasi sebesar 23,34% dari target. Masih rendahnya ketiga komponen tersebut
diperkirakan karena adanya penghematan sehubungan dengan perkembangan tingkat harga
barang dan jasa yang relatif tinggi. Namun dampak dari masih rendahnya realisasi belanja
tersebut, terutama belanja modal, akan memperlambat pertumbuhan ekonomi, mengingat
investasi di Sulsel sebagian besar bersumber dari dana pemerintah.
Tabel 6.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
63
Bab 7
Outlook Kondisi Ekonomi dan Inflasi
7.1 Outlook Kondisi Makroregional
Perlambatan kinerja perekonomian daerah secara tahunan pada triwulan IV-2008
diperkirakan karena akibat dari tekanan perekonomian global, yaitu melemahnya permintaan
komoditas ekspor serta menurunnya tingkat harga beberapa komoditas di pasar
internasional, serta relatif tingginya laju inflasi regional. Perlambatan pertumbuhan ekonomi
tersebut diperkirakan masih akan berlanjut pada triwulan I-2009.
Dari sisi penawaran, pada triwulan I-2009 diperkirakan terdapat tekanan
pertumbuhan terutama pada sektor pertanian meski masih terdapat produktifitas namun
besaran yang relatif terbatas. Perlambatan pertumbuhan di sektor ini relatif disebabkan oleh
pengaruh kondisi cuaca yang kurang kondusif yang mempengaruhi kinerja subsektor
tanaman bahan makanan dan perikanan. Dorongan pertumbuhan pada sektor ini
diperkirakan masih berasal dari subsektor tanaman bahan pangan namun mengalami
penurunan sumbangan pertumbuhan.
Di sektor pertambangan dan penggalian, berhubung tingkat harga beberapa
komoditas hasil pertambangan di pasar internasional mengalami penurunan serta
melemahnya permintaan komoditas hasil tambang, diperkirakan akan mempengaruhi kinerja
sektor ini. Dampak krisis global diperkirakan juga akan mempengaruhi kinerja sektor industri
pengolahan. Kinerja industri pengolahan diperkirakan masih akan mengalami tekanan
pertumbuhan khususnya pada subsektor makanan-minuman-tembakau, mengingat terdapat
kecenderungan terjadi kenaikan harga bahan makanan seperti gandum yang digunakan
sebagai bahan baku terigu. Dorongan pertumbuhan di sektor industri pengolahan
diperkirakan oleh adanya peningkatan produktifitas subsektor industri pengolahan semen
sehubungan dengan masih tingginya pembangunan infrastruktur di Sulsel, serta wilayah
timur Indonesia. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada pertumbuhan sektor
bangunan. Selain itu, dorongan pertumbuhan sektor industri pengolahan diperkirakan juga
diberikan oleh industri pengolahan kayu.
Sektor perdagangan-hotel-restoran diperkirakan masih menjadi faktor penggerak
pertumbuhan ekonomi di Sulsel, mengingat masih tingginya pola konsumsi masyarakat
terhadap komoditas yang ada. Kondisi yang mendukung lainnya pada kinerja sektor
perdagangan-hotel-restoran adalah maraknya perluasan pembangunan di masing-masing
daerah kabupaten/kota sehingga diperkirakan mampu mendorong peningkatan volume
Triwulan IV-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
64
perdagangan antar kota. Selain itu, diperkirakan faktor pendorong pertumbuhan sektor ini
karena adanya rencana pemberian stimulus pemerintah untuk mendorong konsumsi
masyarakat.
Sejalan dengan kondisi di sisi sektoral (penawaran), dari sisi permintaan,
diperkirakan kinerja konsumsi masih akan menjadi motor penggerak perekonomian Sulsel
pada triwulan I-2009, khususnya bersumber pada konsumsi rumah tangga dan pemerintah.
Rencana stimulus pemerintah yang diberikan untuk mendorong konsumsi masyarakat
diperkirakan akan mempengaruhi kinerja konsumsi. Selain itu, tekanan harga yang
diperkirakan akan mengalami perlambatan sehubungan dengan penurunan harga BBM pada
bulan Desember 2008 dan Januari 2009 akan mampu mendorong peningkatan konsumsi
masyarakat. Kinerja investasi diperkirakan akan mengalami perlambatan sehubungan dengan
dampak dari krisis global terhadap perekonomian Sulsel. Para pelaku usaha diperkirakan
masih akan memperhitungkan risiko atas dampak krisis tersebut, sehingga cenderung masih
akan menahan ekspansi usahanya. Nilai ekspor pada triwulan mendatang diperkirakan masih
memberikan kontribusi positif, terutama pada subsektor ekspor antar propinsi, meski nilai
ekspor antar negara diperkirakan akan mengalami penurunan. Penurunan ekspor antar
negara tersebut sejalan dengan melemahnya kinerja sektor pertanian dan pertambangan.
Dorongan pertumbuhan ekspor diperkirakan diberikan oleh industri pengolahan, khususnya
semen.
Pada triwulan mendatang, faktor-faktor yang perlu diwaspadai adalah kondisi cuaca
yang diperkirakan masih kurang kondusif, serta meningkatnya aktifitas kegiatan politik
sehubungan dengan akan diselenggarkannya PEMILU Legislatif yang akan diselenggarakan
pada awal triwulan II-2009. Faktor-faktor tersebut relatif akan dapat memberikan dampak
negatif terhadap terciptanya stabilitas perekonomian Sulsel.
Grafik 7.1. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen dan Komponennya
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Indeks Ekspektasi KonsumenKondisi ekonomi 6 bulan yadEkspektasi penghasilan 6 bulan yadKetersediaan lapangan kerja 6 bulan yad
Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia Makassar
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
65
Berdasarkan alasan tersebut di atas dan dengan asumsi tidak ada kejadian yang
cukup mengganggu proses kinerja pembangunan, maka diperkirakan perekonomian Sulsel
pada triwulan mendatang, secara tahunan akan lebih rendah dibanding periode yang sama
tahun sebelumnya (10,59%), namun sedikit tinggi dibanding pertumbuhan tahunan pada
triwulan IV-2008 (4,83%). Laju inflasi pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 5,1% ±
1% (y.o.y). Kondisi perkiraan tersebut sejalan dengan hasil survey konsumen yang dilakukan
oleh Bank Indonesia Makassar yang cenderung menunjukkan sedikit peningkatan dibanding
triwulan IV-2008.
7.2 Outlook Inflasi
Laju inflasi di wilayah Sulawesi Selatan (Sulsel) pada tahun 2008 tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan laju inflasi tahun 2007. Peningkatan laju inflasi tersebut lebih
disebabkan karena kenaikan harga BBM pada pertengahan triwulan II-2008, meski terjadi
penurunan harga BBM pada bulan Desember 2008. Pada triwulan mendatang, dorongan
inflasi diperkirakan masih akan terjadi pada kelompok bahan makanan, terutama untuk
komoditas beras, tepung terigu dan ikan. Dorongan inflasi pada komoditas beras
diperkirakan karena faktor stok beras yang relatif menipis sehubungan dengan terganggunya
produktivitas sektor tanaman bahan makanan karena faktor cuaca. Kondisi cuaca tersebut
relatif juga mempengaruhi pasokan ikan di pasaran. Adapun dorongan inflasi pada
komoditas tepung terigu diperkirakan disebabkan karena adanya peningkatan harga gandum
di pasar internasional yang merupakan bahan baku tepung terigu, selain tekanan dari
kenaikan harga bahan baku terigu. Namun di sisi lain, dengan adanya penurunan BBM pada
bulan Desember 2008 dan Januari 2009 tersebut, diperkirakan tekanan inflasi di kelompok
bahan makanan dapat berkurang mengingat biaya transportasi relatif mengalami penurunan
Selain itu tekanan tingkat harga CPO di pasar internasional yang cenderung melemah,
diperkirakan akan mempengaruhi tingkat harga minyak goreng di pasar regional. Kondisi
tersebut tentunya akan mempengaruhi laju inflasi di kelompok barang dan jasa lainnya. Di
kelompok makanan jadi diperkirakan juga akan mengalami perlambatan sehubungan
dengan melemahnya laju inflasi kelompok bahan makanan. Di kelompok sandang, laju
inflasinya akan didorong oleh komoditi emas perhiasan mengingat tingkat harga emas di
pasar internasional yang masih cenderung meningkat.
Akibat tekanan harga pada komoditas-komoditas tersebut di atas di atas maka
diperkirakan laju inflasi akan cenderung mengalami perlambatan. Pada triwulan mendatang
laju inflasi tahunan diperkirakan masih lebih tinggi dibandingkan laju inflasi triwulan I-2008
(7,96%), namun lebih rendah dibanding laju inflasi triwulan IV-2008 (12,40%). Laju inflasi
pada triwulan I-2009 diperkirakan pada kisaran 10,2% ± 1% (y.o.y).
Triwulan IV-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
66
Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Terhadap Harga-harga dalam 3 bulan y.a.d
-
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
4 5 6 7 8 910
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12 1 2 3
2006 2007 2008 2009
Indeks perubahan harga umum 3 bulan yad
2 per. Mov. Avg. (Indeks perubahan harga3 b l d)
Sumber : Survey Konsumen Bank Indonesia Makassar
7.3. Prospek Perbankan
Pada triwulan laporan, kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Selatan memperlihatkan
peningkatan yang cukup signifikan dan diperkirakan pertumbuhan tersebut akan terus
berlanjut seiring dengan perkembangan perekonomian daerah, meskipun terdapat tekanan
dari dampak krisis global. Tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI-rate) yang cenderung
mengalami penurunan pada akhir triwulan IV-2008, diharapkan dapat mendorong
penyaluran kredit/pembiayaan perbankan meskipun dari sisi simpanan, khususnya deposito,
berpotensi untuk terus menurun. Namun demikian, kondisi tersebut menuntut perbankan
daerah untuk lebih kreatif dalam memberikan jasa pelayanannya kepada masyarakat.
Disamping itu, rencana stimulus pemerintah untuk mendorong peningkatan konsumsi
masyarakat dan peningkatan anggaran pendapatan dan belanja pemerintah daerah relatif
akan mendorong terjadinya peningkatan fungsi intermediasi perbankan.
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
67
LAMPIRAN 1. Data Ekonomi Makro
Tabel 1.a Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
-
Tabel 1.b Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Provinsi Sulawesi Selatan
Atas Dasar Harga Konstan (Rp Miliar)
2. Data Inflasi
Tabel 2.a Laju Inflasi Kota Makassar Menurut Kelompok Pengeluaran (2007 = 100)
Triwulan IV-2008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan
68
Tabel 2.b Perbandingan Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Des 2008
Di Provinsi se-Sulampua
3. Data Perbankan -
Tabel 3.a. Uang Giral dan Kuasi (Bank Umum dan BPR) (Rp Miliar)
Tabel 3.b. Penghimpunan Dana dan Penyaluran Kredit Bank Umum (Rp Miliar)
Tabel 3.c. Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Bank Umum (Rp Miliar)
Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan IV-2008
69
4. Data Sistem Pembayaran
Tabel 4.a. Aliran Uang Kartal di Depo KBI Makassar
Tabel 4.b. Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) (Rp Triliun)
Tabel 4.c. Transaksi Non Tunai via RTGS (Rp Triliun)