KAJIAN EKONOMI KEUANGAN REGIONAL
Provinsi Kalimantan Selatan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah II Kalimantan
Triwulan II - 2014
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
i i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan
Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) periode triwulan II-
2014 ini dapat hadir di tangan pembaca. Publikasi rutin triwulanan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan ini mengulas
perkembangan terakhir berbagai variabel makro ekonomi di tingkat provinsi,
meliputi perkembangan ekonomi, inflasi, perbankan, sistem pembayaran,
keuangan daerah, indikator kesejahteraan, serta prospek pertumbuhan
ekonomi dan inflasi triwulan mendatang. Kami mengharapkan publikasi ini
dapat menjadi salah satu sumber informasi yang bermanfaat bagi pemangku
kebijakan, akademisi, pelaku usaha, perbankan, masyarakat, dan pihak-
pihak lainnya yang memerlukan dan menaruh perhatian terhadap
perkembangan ekonomi Provinsi Kalsel.
Pada edisi ini dapat kami sampaikan bahwa secara umum kinerja
perekonomian Kalsel pada triwulan II 2014 mencatat pertumbuhan yang
melambat dari 5,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,89% (yoy).
Hal ini tidak terlepas dari pelemahan kinerja sektor pertambangan dan
sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Pelemahan permintaan
batubara dari Tiongkok menyebabkan terjadi penurunan hasil produksi
tambang dan aktivitas perdagangannya. Sementara itu, konsumsi rumah
tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi dapat menopang
perekonomian Kalsel pada kisaran 5%.
Sementara itu, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II
2014 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi
Kalimantan Selatan yang diwakili Kota Banjarmasin dan Tanjung tercatat
sebesar 6,83% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
(4,88%, yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut terutama
didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food akibat kebijakan
pemerintah dalam pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC)
dan permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok
administered price yang didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat
terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan laporan
menjadi lebih tinggi.
Dari sisi perbankan, kinerja perbankan Kalimantan Selatan pada
triwulan II 2014 menunjukkan pertumbuhan yang kembali meningkat.
Pertumbuhan aset perbankan mencapai 12,68% (yoy), dana pihak ketiga
tumbuh 8,25% (yoy) dan kredit tumbuh 5,12% (yoy). Kondisi tersebut
mencerminkan intermediasi perbankan mencapai 89,98% dengan tingkat
risiko kredit yang masih terjaga.
Kata Pengantar
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
ii
Ke depan, kami memperkirakan prospek ekonomi masih mengalami
perlambatan sesuai dengan pola historisnya. Perekonomian Kalsel pada
triwulan III 2014 tumbuh pada kisaran 4,6% - 5,0% (yoy). Perlambatan
terutama disumbang oleh ekspor luar negeri yang masih mengalami
kontraksi. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi
masih menopang perekonomian Kalsel. Sementara itu tekanan inflasi pada
triwulan III 2014 diperkirakan akan lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu pada kisaran 4,4%-4,8% (yoy).
Kesimpulan di atas merupakan hasil analisa kami terhadap berbagai
data dan informasi, yang selain berasal dari Bank Indonesia, laporan
perbankan, serta hasil-hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Wil. II juga berbagai instansi terkait, seperti Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan dan dinas-dinas terkait, BPS Kalimantan
Selatan, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Banjarmasin, serta
berbagai perusahaan, serta asosiasi dan akademisi. Sehubungan dengan hal
tersebut, perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada pihak-pihak tersebut yang telah membantu penyusunan
buku ini.
Akhirnya, kami berharap semoga publikasi ini bermanfaat bagi
berbagai pihak yang membutuhkan, meskipun kami menyadari masih
banyak langkah-langkah penyempurnaan yang perlu kami lakukan. Saran
dan kritik kami nantikan untuk penyempurnaan publikasi ini. Selanjutnya
kami sampaikan penghargaan dan terima kasih yang tulus kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang
kami perlukan, semoga hubungan baik ini dapat terus terbina di masa yang
akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan
kemudahan kepada kita dalam mengupayakan hasil kerja yang terbaik
Banjarmasin, 15 Agustus 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN
Mokhammad Dadi Aryadi
Direktur Eksekutif
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii DAFTAR TABEL ........................................................................................................ v DAFTAR GRAFIK ...................................................................................................... vii KETERANGAN DAN SUMBER DATA ........................................................................ ix TABEL INDIKATOR TERPILIH .................................................................................... xi
RINGKASAN EKSEKUTIF . ................. 1 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ............................. ......... 7
1. Sisi Permintaan ........................................................................................ 7 1.1 Konsumsi Rumah Tangga .................................................... ............ 8 1.2 Pengeluaran Pemerintah ................................................................... . 9 1.3 Investasi ................................................................................. ........... 9 1.4 Perkembangan Ekspor ...................................................................... . 11 1.5 Perkembangan Impor ............................................................. ........... 12
2. Sisi Penawaran: Sektor Utama Daerah 13 2.1 Sektor Pertanian ................................................................................ 14 2.2 Sektor Pertambangan ...................................................................... .. 15 2.3 Sektor Industri Pengolahan ................................................................ 16 2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) ..................... ............ 18
BOKS 1 : Analisis Pengaruh Konsumsi dan Investasi Pemerintah Terhadap ....... 19
BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... ............................... 21
1. Kondisi Umum ........................... 23 2. Faktor- ................. 27
BOKS 2 : Upaya Peningkatan Produksi Bahan Pangan Berbasis Klaster .............. 31
BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN ....... ........ 33 1. Perkembangan Bank Umum .................................. .................................. 35
1.1 Perkembangan Volume Usaha ......................................................... 35 1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat ..................................................... 36 1.3 Penyaluran Kredit ............................................................................ 37 1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit ...................................................... 38 1.5 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ............................ 38
2. Perkembangan Bank Umum Syariah .......................................... ................ 39 3. Perkembangan Sistem Pembayaran ......................... .................................. 40
3.1 Transaksi Pembayaran Tunai .............................................. ............. 41 3.2 Transaksi Pembayaran Non Tunai .................................... ................ 42 BOKS 3 : Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem Informasi Layanan Kas (BISILK) .................................................................................................................. 44 BAB 4. KEUANGAN DAERAH .............................................. 45
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah .......... ................................................. 47 2. Realisasi Belanjar Daerah ........................................................................ 49
Daftar Isi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014 iv
BAB 5. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN.... ......................................... 51
...................................................................... 53
2. Kesejahteraan .......... ................................................................................ 54 BAB 6. PROSPEK EKONOMI ............................................................. ....................... 59
1. Prakiraan Kondisi Makro Ekonomi .... . ............................................. 61
2. Prakiraan Inflasi .......... .............................................................................. 62
DAFTAR ISTILAH
TIM PENYUSUN
Daftar Tabel
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014 v v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan ............. 8 Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%,yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan ........................................... 13 Tabel 2.1. Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan Menurut Kelompok ........................................................................ 24 Tabel 2.2. Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ................................................................ 26 Tabel 2.3. Tingkat Inflasi Kota Tanjung Bulanan (mtm) dan Tahunan (yoy) Menurut Kelompok ............................................................... 27 Tabel 3.1. Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalsel ................. 35 Tabel 3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah ................................... 39 Tabel 3.3. Perkembangan Transaksi Melalui BI RTGS di Kalsel ..................... 43 Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Juta) ............................................................................. 47 Tabel 4.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) ....................................................................................... 48 Tabel 4.3. Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp. Miliar) .. 50 Tabel 5.1. Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007) ................................................................................................ 56 Tabel 5.2. Tingkat Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan .......................... 58
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
vii vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan ..................... 7 Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen ........................................................... 8 Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja ..................... 8 Grafik 1.4. Indeks Tedensi Konsumen ............................................................... 9 Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalimantan Selatan .............................................. 9 Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA ................................................................. 10 Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA ........................................................ 10 Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN ................................................................. 10 Grafik 1.9. Jumlah Proyek Investasi PMDN ...................................................... 10 Grafik 1.10. Kredit Investasi ................................................................................ 11 Grafik 1.11. Volume Bongkar Barang Modal ...................................................... 11 Grafik 1.12. Nilai Ekspor LN Kalsel ...................................................................... 12 Grafik 1.13. Volume Ekspor LN Kalsel ................................................................. 12 Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ............................................................................................. 12 Grafik 1.15. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas ...................................................................................... 12 Grafik 1.16. Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan ............... 13 Grafik 1.17. Nilai Impor LN Kalsel ....................................................................... 13 Grafik 1.18. Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar) ................................. 14 Grafik 1.19. Produksi Karet Alam ........................................................................ 14 Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek ........................................... 15 Grafik 1.21. Luas Lahan Panen Padi Kalsel ......................................................... 15 Grafik 1.22. Volume Ekspor Batubara ................................................................. 15 Grafik 1.23. Stok Batubara Taboneo .................................................................. 15 Grafik 1.24. Produksi Batubara Kalori Menengah Tinggi ................................... 16 Grafik 1.25. Kredit Sektor Pertambangan ........................................................... 16 Grafik 1.26. Ekspor CPO Kalsel ............................................................................ 17 Grafik 1.27. Produksi CPO .................................................................................... 17 Grafik 1.28. Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan ....................... 17 Grafik 1.29. Kredit Sektor Industri Pengolahan .................................................. 17 Grafik 1.30. Aktivitas Perdagangan LN .............................................................. 18 Grafik 1.31 Aktivitas Perdagangan DN ............................................................. 18 Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel Berbintang ................................................... 18 Grafik 1.33. Kredit Sektor PHR ............................................................................ 18 Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan, dan Nasional ... 23 Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan Tw I 2014 dan Tw II 2014 ........................................................... 25 Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Tw I 2014 dan Tw II 2014 ........................................ 25 Grafik 2.4. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan ............................................... 25 Grafik 2.5. Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan Kelompok Pengeluaran di Tw II 2014 .......................................................... 25 Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab .......................... 27 Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan ........................... 28 Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global ....................... 30 Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah ............................................................ 30
Daftar Grafik
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
viii
Grafik 2.10. Ekspektasi Inflasi Konsumen ............................................................ 30 Grafik 2.11. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK) ................................... 30 Grafik 3.1. Pertumbuhan Aset Bank Umum Kalimantan Selatan ..................... 36 Grafik 3.2. Perkembangan DPK Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan ............................................................................... 36 Grafik 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan ........................................................................... 37 Grafik 3.4. Perkembangan DPK, Kredit, dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan .............................................................................................. 37 Grafik 3.5. Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha ................................. 39 Grafik 3.6. NPL Kredit UMKM Di Wilayah Kalimantan Selatan ....................... 39 Grafik 3.7. Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK, dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan ......................................................................... 40 Grafik 3.8. Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan ................... 40 Grafik 3.9. Perkembangan Inflow dan Outflow di Kalimantan Selatan .......... 41 Grafik 3.10. Pekembnagan Penukaran Uang Di KPw BI Wil. II (Kalimantan) ..... 41 Grafik 3.11. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan ...................... 42 Grafik 3.12. Share Pecahan Uang Palsu Di Wilayah Kalimantan Selatan ........... 42 Grafik 3.13. Perkembangan Jumlah Perputaran Kliring Di Kalimantan Selatan 43 Grafik 3.14. Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong Di Kalimantan Selatan ..................................................................... 43 Grafik 4.1. Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Dalam APBD Triwulan II - 2014 ............................................................................. 49 Grafik 4.2. Rasio Kemandirian Daerah / Desentralisasi Fiskal ......................... 49 Grafik 4.3. Prosentase Realisasi Belanja Modal Terhadap Anggaran Belanja Modal ................................................................................. 50 Grafik 4.4. Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total .................... 50 Grafik 5.1. Saldo Bersih Tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja .............. 54 Grafik 5.2. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja ............................................ 54 Grafik 5.3. Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ....... 55 Grafik 5.4. Upah Rill di Kalimantan Selatan ..................................................... 55 Grafik 5.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel .............................. 56 Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia ........................................ 61 Grafik 6.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha ............................................................. 61 Grafik 6.3. Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang ... 63
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
ix ix
KETERANGAN DAN SUMBER DATA
Buku Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan berjalan, yang diterbitkan secara berkala setiap triwulan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Bab I Angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan angka perkiraan atas
dasar tahun 2000 bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Untuk kepraktisan, beberapa nama sektor dan subsektor disingkat sesuai kelaziman. Untuk data ekspor dan impor nonmigas Kalimantan Selatan, bersumber dari
Dokumen Pemberitahuan Ekspor/Impor Barang yang diolah Divisi PDIE-Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia, yang tercantum pula pada buku Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) Kalimantan Selatan.
Bab II Data IHK dan inflasi pedesaan bersumber dari BPS Provinsi Kalimantan Selatan,
dioleh lebih lanjut dan disandingkan dengan berbagai hasil survei KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan khususnya Survei Konsumen (SK) dan Survei Pemantauan Harga (SPH) untuk keperluan analisis.
Bab III Data perbankan bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) bank-bank
yang berlokasi di wilayah Kalimantan Selatan, khusus untuk data penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek bersumber dari Datawarehouse Bank Indonesia. Data sistem pembayaran merupakan data di wilayah kerja KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan. Untuk data transaksi tunai bersumber dari Departemen Pengedaran Uang, Bank Indonesia. Untuk data transaksi non-tunai melalui BI-RTGS bersumber dari Departemen Akunting dan Sistem Pembayaran, Bank Indonesia, sedangkan data transaksi non tunai melalui kliring bersumber dari data kliring KPw Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan).
Bab IV Data keuangan daerah hanya mencakup data keuangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan yang bersumber dari Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan.
Bab V Data ketenagakerjaan daerah bersumber dari Survei Ketenagakerjaan Nasional
(Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kalimantan Selatan serta data pencairan Jaminan Hari tua (JHT) dari Jamsostek Wilayah Kalimantan selatan. Sedangkan angka kesejahteraan menggunakan indikator Nilai Tambah Petani (NTP) yang juga bersumber dari data Badan Pusat Statistik Provinsi Kalsel. Sebagai suplemen informasi juga digunakan data olahan hasil SKDU KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan.
Bab VI Prospek perekonomian regional dibuat atas dasar perkembangan indikator ekonomi
dan moneter dengan didukung oleh hasil survei yang dilakukan KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan seperti SKDU, SK, dan SPE.
Buku ini diterbitkan pada akhir periode triwulan laporan sehingga angka yang disajikan dalam triwulan dimaksud sebagian di antaranya merupakan angka sementara hasil estimasi. Selanjutnya, adakalanya angka yang menunjukkan penjumlahan tidak selalu sama besarnya dengan penjumlahan angka-angka yang bersangkutan karena pembulatan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
x
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil. Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-nilai Strategi Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trus and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork. Visi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasiona. Misi KPw Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
xi xi
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
a. Inflasi dan PDRB
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
xii
b. Perbankan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
xiii xiii
c. Sistem Pembayaran
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
RINGKASAN EKSEKUTIF
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERTUMBUHAN EKONOMI
Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014
mengalami perlambatan dari 5,50% (yoy) pada triwulan
sebelumnya menjadi 4,89% (yoy). Perlambatan ini terjadi
karena penurunan kinerja sektor pertambangan dan sektor
perdagangan, melambatnya kinerja sektor hotel dan restoran
(PHR), impor yang masih meningkat dan ekspor yang masih
terkontraksi. Memburuknya kinerja sektor pertambangan
dipengaruhi oleh sentimen negatif dari pelemahan
perekonomian Tiongkok dan rencana pengurangan konsumsi
batubara di negara tersebut. Kondisi tersebut menyebabkan
ekspor Kalsel yang didominasi ekspor komoditas batubara masih
mengalami kontraksi.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan
dipengaruhi oleh ekspor yang masih terkontraksi dan
impor yang meningkat. Peningkatan impor yang terjadi
didorong oleh konsumsi rumah tangga yang masih tinggi dan
aktivitas investasi yang meningkat. Struktur industri yang
didominasi oleh perusahaan CPO dan bukan perusahaan
consumer goods maupun bahan bangunan menyebabkan
Kalimantan Selatan bergantung dengan impor (dari dalam
maupun luar negeri). Sementara itu, permintaan Tingkok yang
menurun terhadap komoditas batubara masih menurunkan
kinerja ekspor pada triwulan tersebut.
Dari sisi penawaran atau sektoral, perlambatan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada periode
laporan, terutama disebabkan oleh perlambatan sektor
pertambangan dan sektor PHR. Kinerja produksi
pertambangan terpengaruh oleh pelemahan permintaan
Tiongkok terutama untuk komoditas batubara. Selain itu, belum
diterbitkannya surat ijin ekspor untuk hasil produksi smelter bijih
besi menyebabkan terhambatnya eksplorasi pertambangan bijih
Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2014 sebesar 4,89% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Ekspor yang masih terkontraksi dan impor yang meningkat menahan laju perekonomian Kalsel.
Sektor pertambangan dan sektor PHR menjadi penahan laju perekonomian Kalsel
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
2
besi di Kalsel. Sementara itu, meskipun konsumsi rumah tangga
dan investasi mengalami peningkatan, namun sektor PHR
mengalami perlambatan. Kondisi ini terjadi karena sektor PHR
didominasi oleh perdagangan komoditas eskpor seperti
batubara, CPO dan karet. Karena ekspor batubara mengalami
tekanan maka sektor PHR juga terpengaruh.
ASESMEN INFLASI
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat
meningkat dari 4,88% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi
6,83% (yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut
terutama didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile
food. Beberapa komoditas seperti daging ayam ras, beras dan
bumbu-bumbuan akibat kebijakan pemerintah dalam
pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC) dan
permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok
administered price yang didorong oleh peningkatan permintaan
masyarakat terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong
inflasi triwulan laporan menjadi lebih tinggi. Searah dengan
kelompok volatile food dan administered price, kelompok inflasi
inti juga sedikit mengalami peningkatan yang didorong oleh
penyesuaian harga beberapa komoditas yang disebabkan oleh
peningkatan biaya produksi.
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM
PEMBAYARAN
Dari berbagai indikator utama perbankan, kinerja
perbankan di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014
menunjukkan adanya peningkatan. Pertumbuhan aset
perbankan mencapai 12,68% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 8,15% (yoy).
Sementara itu, dana masyarakat yang dihimpun (DPK) oleh bank
umum Kalimantan Selatan mencapai Rp38,4 triliun atau tumbuh
8,25% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya (5,51%,
yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi pada simpanan dalam
Laju inflasi Kalsel pada triwulan II 2014 sebesar 6,83% (yoy), kembali meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya terpengaruh oleh kenaikan harga di kelompok volatile food dan administered price
Total aset tumbuh 12,68% (yoy) dan DPK tumbuh 8,25% (yoy).
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
3
bentuk giro dan tabungan, sementara deposito mengalami
perlambatan.
Kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah
Kalimantan Selatan (lokasi bank) pada triwulan II 2014
juga meningkat. Pada triwulan II 2014 kredit yang disalurkan
mencapai Rp33,4 triliun atau tumbuh sebesar 5,12% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat
pertumbuhan 4,61% (yoy). Sementara itu, total kredit yang
disalurkan ke Kalsel (berdasarkan lokasi proyek) mencapai Rp45,6
triliun, tumbuh 10,78% (yoy) atau lebih lambat dari sebelumnya
(12,79%, yoy). Untuk kredit lokasi proyek, jika dilihat dari jenis
penggunaannya, kredit investasi dan konsumsi tercatat
mengalami perlambatan. Penurunan tersebut terutama
disebabkan oleh turunnya kredit investasi pada sektor
pertambangan. Dengan kondisi tersebut LDR berdasarkan lokasi
bank pada mencapai 86,98%, atau turun dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 88,18%. Sementara itu risiko
kredit yang diindikasikan oleh rasio kredit bermasalah (NPL), juga
mengalami peningkatan dari 1,69% menjadi 2,40%.
Transaksi tunai dan non tunai baik melalui kliring maupun
RTGS terindikasi mengalami peningkatan. Total perputaran
aliran uang kartal mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,23
triliun. Peningkatan tersebut seiring peningkatan outflow dan
menurunnya inflow sejalan dengan meningkatnya konsumsi dan
investasi. Sejalan dengan transaksi tunai, transaksi pembayaran
non tunai melalui kliring dan BI-RTGS juga mengalami
penurunan. Nilai nominal transaksi melalui BI-RTGS pada
triwulan laporan tercatat sebesar Rp43,37 triliun dan transaksi
kliring mencapai Rp4,12 triliun.
PROSPEK EKONOMI
Perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan akan
sesuai dengan pola historisnya kembali melambat pada
triwulan III 2014 dan berada dalam kisaran 4,6% - 5,0%
(yoy). Perekonomian ke depan diperkirakan masih memiliki
kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan II 2013
terutama pengaruh dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal,
perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan
masih dapat tumbuh meski diwarnai dengan risiko pelemahan
Transaksi pembayaran secara tunai dan non tunai di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi dan investasi
Kredit perbankan Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh 5,12% (yoy). LDR mencapai 86,98% dan NPL tercatat sebesar 2,40%
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan II 2014 diperkirakan sebesar 4,6%- 5,0% (yoy) sehingga untuk tahun 2014 tumbuh sebesar 4,8 5,2% (yoy).
Ringkasan Eksekutif
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
4
yang tinggi. Perekonomian negara-negara tujuan ekspor
Kalimantan Selatan seperti Tiongkok dan India masih memiliki
pertumbuhan yang baik meskipun oleh beberapa lembaga
keuangan internasional diperkirakan akan mengalami
perlambatan. Kondisi ini juga tercermin dari penurunan
ekspektasi dunia usaha di Kalsel sesuai Survei Kegiatan Dunia
Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II-Kalimantan.
Adapun untuk sepanjang tahun 2014, perekonomian Kalsel
diperkirakan tumbuh melambat pada kisaran 4,8%-5,2% (yoy)
Dari sisi permintaan, perlambatan terutama disumbang oleh
ekspor luar negeri yang masih mengalami kontraksi. Sementara
itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih
menopang perekonomian Kalsel. Dari sisi sektoral,
perlambatan diperkirakan terjadi karena perlambatan kinerja
sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan.
Perlambatan sektor pertambangan terutama disebabkan oleh
penurunan permintaan Tiongkok dan terbitnya ketentuan baru
mengenai perijinan ekspor batubara.
PROSPEK INFLASI
Tekanan inflasi pada triwulan III 2014 diperkirakan mereda
seiring hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi
tahun 2013 (base effect). Penurunan inflasi yang terjadi
tersebut terutama disebabkan oleh penurunan tekanan pada
kelompok administered price dan kelompok volatile food dengan
kembali normalnya permintaan masyarakat pasca perayaan
bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta adanya peningkatan
produksi beberapa komoditas tanaman bahan makanan di
wilayah Kalimantan Selatan.
Pada triwulan III 2014, inflasi Kalimantan Selatan
diperkirakan mencapai 4,4%-4,8% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan II 2014 yang mencapai 6,8% (yoy).
Sedangkan untuk tahun 2014, inflasi Kalimantan Selatan
diperkirakan berada dalam kisaran 4,5%-5,5% (yoy).
Laju inflasi d triwulan III-2014 diperkirakan pada kisaran 4,4%-4,8% (yoy).
Penurunan investasi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi di tengah penurunan kinerja sektor PHR dan bangunan.
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
8
paman
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO REGIONAL
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
7
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Sesuai dengan perkiraan sebelumnya, perekonomian Kalimantan Selatan (Kalsel) pada triwulan II
2014 mengalami perlambatan, yaitu hanya tumbuh 4,89% (yoy) dari sebelumnya 5,50% (yoy) 1.
Perlambatan ini terjadi karena adanya penurunan kinerja sektor pertambangan dan sektor perdagangan,
melambatnya kinerja sektor hotel dan restoran (PHR), impor yang masih meningkat dan ekspor yang masih
terkontraksi. Memburuknya kinerja sektor pertambangan dipengaruhi oleh sentimen negatif dari
pelemahan perekonomian Tiongkok dan rencana pengurangan konsumsi batubara di negara tersebut.
Kondisi tersebut menyebabkan ekspor Kalsel yang didominasi ekspor komoditas batubara masih mengalami
kontraksi. Sementara itu, konsumsi rumah tangga dan investasi yang masih tumbuh tinggi mendorong
impor tumbuh lebih tinggi dan menekan pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan II 2014 tersebut.
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonoi Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber: BPS, BPS Kalimantan Selatan
1. SISI PERMINTAAN
Perlambatan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan dipengaruhi oleh ekspor yang masih
terkontraksi dan impor yang meningkat. Peningkatan impor yang terjadi didorong oleh konsumsi
rumah tangga yang masih tinggi dan aktivitas investasi yang meningkat. Struktur industri yang didominasi
oleh perusahaan CPO dan bukan perusahaan consumer goods maupun bahan bangunan menyebabkan
Kalimantan Selatan bergantung dengan impor (dari dalam maupun luar negeri). Sementara itu, permintaan
Tingkok yang menurun terhadap komoditas batubara masih menurunkan kinerja ekspor pada triwulan
tersebut.
1 Terdapat perubahan angka pertumbuhan ekonomi Triwulan I 2014 oleh BPS pada tanggal 5 Agustus 2014 dari
sebelumnya 5,87% (yoy).
4,89%
5,12%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Pertumbuhan Kalsel (yoy) Pertumbuhan Nasional (yoy)
1
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
8
Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Permintaan
Keterangan: PMTB = Pembentukan Modal Tetap Bruto; SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan); yoy Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)
1.1. Konsumsi Rumah Tangga
Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2014 tumbuh meningkat menjadi 7,09% (yoy)
dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi perekonomian yang secara umum mengalami perlambatan
tidak menyurutkan aktivitas konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga di Kalsel. Peningkatan konsumsi
pada triwulan tersebut lebih didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terkait dengan perayaan
hari besar keagamaan, persiapan menjelang bulan Ramadhan, persiapan umroh, dan liburan anak sekolah.
Kondisi ini berbeda dengan triwulan sebelumnya dimana konsumsi rumah tangga mengalami peningkatan
karena adanya kenaikan penghasilan.
Grafik 1.2. Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Grafik 1.3. Indeks Penghasilan & Ketersediaan Lapangan Kerja
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Hal tersebut tercermin dari survey konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II (Kalimantan) dimana
Indeks Pembelian Barang Tahan Lama di Kota Banjarmasin mengalami penurunan, namun Indeks Keyakinan
Konsumen pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan. Dengan demikian, kenaikan konsumsi rumah
tangga yang terjadi didorong oleh pembelian barang tidak tahan lama seperti bahan pangan, makanan jadi
dan pakaian. Perilaku rumah tangga tersebut juga terlihat dalam hasil Indeks Tendensi Konsumen yang
dikeluarkan oleh BPS Provinsi Kalsel, dimana pada triwulan II 2014 komponen pendapatan masyarakat
mengalami penurunan.
Pangsa SOG
I II III IV I II III IV I II
Konsumsi Rumahtangga 5,2 5,5 5,5 7,8 7,8 7,4 6,9 6,58 6,62 7,09 45,92 3,19
Konsumsi Pemerintah 4,4 12,7 5,6 5,6 6,0 6,9 10,6 8,66 8,86 8,91 13,78 1,18
PMTB (Investasi) 6,4 8,2 9,3 13,8 10,0 10,3 10,0 7,03 7,10 10,77 19,46 1,98
Ekspor 0,5 2,2 -2,4 -5,5 12,4 -5,4 -5,2 -3,82 -7,62 -2,14 55,08 -1,26
Impor 19,0 16,9 15,0 7,6 3,8 0,6 3,6 3,24 3,44 6,01 -41,85 -2,49
PDRB 6,29 5,94 4,79 5,98 5,57 5,05 4,77 5,40 5,50 4,89 4,89
2012
TwII 2014
2014Penggunaan
2013
95
100
105
110
115
120
125
130
135
140
145
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
IKE - Kondisi Ekonomi Saat Ini
IEK - Ekspektasi Konsumen
IKK - Indeks Keyakinan Konsumen
optimispesimis
90
100
110
120
130
140
150
160
170
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Indeks Pembelian Barang Tahan Lama
Indeks Penghasilan
Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
9
Grafik 1.4. Indeks Tendensi Konsumen
Sumber: BPS Kalimantan Selatan
Grafik 1.5. Kredit Konsumsi Kalsel
Peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat di triwulan II 2014 tersebut juga tercermin dari meningkatkan
realisasi penyaluran kredit konsumsi. Pada akhir triwulan II 2014, kredit konsumsi tercatat mencapai
Rp15,82 triliun, atau bertambah sebesar Rp549 miliar dari posisi akhir triwulan I 2014. Pertumbuhan kredit
konsumsi yang masih tercatat tumbuh tinggi adalah untuk KPR (18%, yoy), otomotif (32%, yoy) dan
elektronik (177%, yoy).
1.2. Pengeluaran Pemerintah
Realisasi pertumbuhan pengeluaran belanja pemerintah pada triwulan II 2014 tercatat mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan
tersebut mencapai 8,91% (yoy), sementara pada triwulan I 2014 hanya tumbuh 8,86% (yoy). Peningkatan
ini turut disebabkan oleh lebih tingginya anggaran pemerintah daerah pada tahun 2014. Total belanja
untuk konsumsi (di luar belanja modal) se-Provinsi Kalimantan Selatan mencapai Rp14,37 triliun atau
meningkat sebesar 13,5% (yoy).
Pada triwulan II 2014, realisasi belanja operasional Pemprov Kalsel saja sudah mencapai 38,08%.
Pencapaian tersebut lebih tinggi daripada tahun 2013 yang pada periode yang sama baru merealisasikan
anggaran belanja operasional sebesar 35,44%. Dari realisasi belanja operasional sampai triwulan II 2014
tersebut, pertumbuhan terbesar adalah realisasi belanja barang dan jasa (23,9%, yoy), sementara
pertumbuhan realisasi belanja pegawai hanya tumbuh 4,2% (yoy).
1.3. Investasi
Masih menariknya Kalsel sebagai tempat investasi turut memperbesar aliran modal yang masuk
ke Kalsel pada triwulan II 2014. Pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
tercatat sebesar 10,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh 7,10% (yoy). Kondisi
ini sejalan dengan data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan adanya peningkatan realisasi
111,47
107,86
90
95
100
105
110
115
120
125
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Indeks
Indeks Tendensi Konsumsi Pendapatan rumah tangga
Kaitan inflasi dengan konsumsi Konsumsi food & non food
15,2715,82
16,4%
13,5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
-
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Kredit Konsumsi gKredit Konsumsi (skala kanan)
Rp Triliun yoy
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
10
investasi PMA pada triwulan tersebut. Nilai investasi PMA tercatat mencapai US$170,24 juta (tumbuh
186,6%, yoy) untuk 23 proyek investasi. Meningkatnya produksi kelapa sawit di Kalsel dan rencana hilirisasi
produk CPO turut mendorong investasi perusahaan pengolahan CPO. Selain itu, pemberlakuan UU Minerba
mendorong perusahaan tambang membangun smelter bijih besi maupun instalasi pembersihan batubara.
Grafik 1.6. Realisasi Investasi PMA
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.7. Jumlah Proyek Investasi PMA
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.8. Realisasi Investasi PMDN
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Grafik 1.9 Jumlah Proyek Investasi PMDN
Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal
Meskipun terjadi peningkatan penanaman modal asing, kegiatan investasi dari perusahaan dalam negeri
tercatat mengalami penurunan tajam. Pada triwulan II 2014, realisasi investasi penanaman modal dalam
negeri (PMDN) hanya mencapai Rp495,37 miliar (turun 70,6%, yoy). Meskipun demikian, realisasi pada
triwulan II tersebut sudah lebih baik daripada realisasi pada awal tahun 2014. Berdasarkan hasil liaison,
beberapa perusahaan batubara skala kecil menengah menahan investasinya hingga kondisi harga batubara
kembali membaik. Selain itu, perusahaan masih menunggu kondisi perekonomian dan politik pasca Pemilu
2014.
Selain itu, peningkatan pertumbuhan investasi Kalsel pada periode laporan turut disumbang oleh
peningkatan belanja modal pemerintah pada tahun 2014. Total belanja modal pemerintah daerah se-
Kalimantan Selatan pada tahun 2014 mencapai Rp5,93 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 33,8%
dibandingkan dengan anggaran tahun 2013. Beberapa proyek infrastruktur pemerintah masih terus
148,6
170,24
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
500%
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Realisasi Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Juta US$ 38
23
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
350%
400%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Proyek Investasi PMA Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
115
495,37
-200%
0%
200%
400%
600%
800%
1000%
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Realisasi Investasi PMDN Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Miliar Rp
5
9
-300%
-200%
-100%
0%
100%
200%
300%
400%
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Proyek Investasi PMDN Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
11
berjalan terutama untuk proyek multiyears seperti pembangunan jalan layang Gatot Subroto di Banjarmasin
dan beberapa ruas jalan. Realisasi belanja modal pemerintah Provinsi Kalsel pada triwulan II 2014 mencapai
26,29% dari target, dimana pencapaian tersebut lebih tinggi daripada realisasi pada tahun 2013 yang
hanya mencapai 21,25%.
Peningkatan investasi juga terjadi pada pembangunan rumah/ konstruksi bangunan. Hal ini sejalan dengan
peningkatan kinerja sektor bangunan dari semula tumbuh 7,28% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi
7,65% (yoy) pada triwulan II 2014. Beberapa faktor yang mendorong peningkatan kinerja investasi
bangunan/perumahan adalah menguatnya rupiah, suku bunga kredit yang masih stabil, pertambahan
penduduk dan pendatang, dan peningkatan penghasilan masyarakat. Kondisi ini tercermin dari volume
bongkar barang modal (berupa bahan bangunan dan kendaraan) di pelabuhan Banjarmasin yang
mengalami peningkatan dan tumbuh sebesar 16,5%. Selain itu, kredit investasi juga masih dapat tumbuh
12%. Meskipun melambat, namun kredit investasi yang disalurkan bertambah cukup besar mencapai
Rp1,18 triliun dari triwulan sebelumnya.
Grafik 1.10. Kredit Investasi
Grafik 1.11. Volume Bongkar Barang Modal
Sumber: KSOP Banjarmasin
1.4. Perkembangan Ekspor
Pada triwulan II 2014 ekspor Kalimantan Selatan (ke luar negeri dan provinsi lain) masih
menunjukkan kontraksi meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Secara total, ekspor Kalsel
mengalami penurunan sebesar 2,14% (yoy), sementara pada triwulan I 2014 penurunan mencapai 7,62%
(yoy). Hampir sama dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, kinerja ekspor Kalsel pada triwulan II 2014
tersebut dipengaruhi penurunan ekspor hasil pertambangan batu bara dan mineral mentah. Penurunan
ekspor batu bara lebih dominan disebabkan karena permintaan Tiongkok yang menurun, seiring dengan
pelemahan ekonomi Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara yang masih tinggi
di negara tersebut. Sementara itu, seiring dengan pemberlakuan UU Minerba, ekspor komoditas mineral
Kalsel seperti bijih besi tidak dapat dilakukan karena harus diolah/dimurnikan terlebih dahulu menggunakan
smelter.
13,87
15,05
12%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
50%
0
5
10
15
20
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Kredit Investasi gKredit Investasi (skala kanan)
Rp Triliun yoy
411,5
435,0
16,5%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
200
250
300
350
400
450
500
550
600
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Vol Bongkar Barang Modal Pertumbuhan yoy (skala kanan)
Ribu Ton %, yoy
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
12
Nilai ekspor Kalimantan Selatan ke luar negeri pada triwulan II 2014 mencapai US$2,02 miliar, sedikit lebih
rendah daripada triwulan sebelumnya yang sebesar US$2,20 miliar. Dari sisi volume, ekspor juga
menunjukkan penurunan. Jumlah barang yang diekspor ke luar negeri pada triwulan II 2014 hanya sebesar
34,92 juta ton, sementara di triwulan sebelumnya dapat mencapai 36,9 juta ton. Dilihat jenis komoditasnya,
produk utama yang diekspor pada triwulan II 2014 masih didominasi oleh komoditas batubara sebesar 77%
dari total ekspor Kalimantan Selatan, diikuti dengan crude palm oil (CPO) sebesar 15% dan produk kayu
sebesar 3%.
Grafik 1.12. Nilai Ekspor LN Kalsel
Grafik 1.13. Volume Ekspor LN Kalsel
Grafik 1.14. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Negara Tujuan
Grafik 1.15. Pangsa Ekspor Kalimantan Selatan Berdasarkan Komoditas
1.5. Perkembangan Impor
Impor Kalimantan Selatan (dari luar negeri dan provinsi lain) pada triwulan II 2014 mengalami
peningkatan sebesar 6,01% (yoy). Nominal impor pada triwulan tersebut tercatat sebesar Rp4,02 triliun
(harga konstan) dimana sebanyak 74,5% merupakan aktivitas impor antar provinsi dan 25,5% merupakan
aktivitas impor luar negeri. Peningkatan aktivitas impor disebabkan oleh beberapa faktor seperti
peningkatan konsumsi rumah tangga, peningkatan kinerja perkebunan kelapa sawit (mendorong impor
pupuk) dan masih tingginya investasi (impor barang modal).
2.200 2.023
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
USD Juta
Nilai Ekspor Pertumbuhan (sb. kanan)
36.932 34.918
-8,4%-11,6%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
1.000
6.000
11.000
16.000
21.000
26.000
31.000
36.000
41.000
46.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Ribu Ton
Volume Ekspor Pertumbuhan (sb. kanan)
AS1%
ASEAN14%
Hongkong3%
India27%
Jepang11%
Tiongkok27%
Korsel5%
Taiwan3%
Eropa5%
Lainnya4%
Batubara77%
CPO15%
Kayu3%
Karet3%
Lain2%
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
13
Grafik 1.16. Volume Impor Barang Dari Provinsi Lain Via Pelabuhan
*) Total volume bongkar tidak termasuk batubara
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.17. Nilai Impor LN Kalsel
Peningkatan impor Kalsel ini juga terlihat dari meningkatnya aktivitas bongkar barang di Pelabuhan Trisakti
Banjarmasin. Pada triwulan II 2014, total barang yang dibongkar di pelabuhan tersebut (tidak termasuk
batubara) sebanyak 2,04 juta ton, lebih tinggi dari aktivitas bongkar triwulan sebelumnya yang hanya
sebesar 1,95 juta ton. Peningkatan aktivitas impor antar daerah ini seiring dengan bertambahnya pasokan
barang investasi. Dari sisi impor luar negeri, aktivitas impor pada triwulan II 2014 juga masih tumbuh tinggi,
meskipun tidak sebesar triwulan sebelumnya. Total impor Kalsel mencapai US$65,5 juta, atau tumbuh
sebesar 46,2% (yoy). Adapun jumlah volume impor mencapai 61,1 ribu ton dimana sebanyak 79%
merupakan impor bahan baku dan 20% merupakan impor barang modal.
2. SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA DAERAH
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan (%, yoy) Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan
SOG = Source of Growth (sumber pertumbuhan) Sumber: BPS Kalimantan Selatan (diolah)
1.955
2.048
3,1%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Total Volume Bongkar Barang* Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Ribu Ton
106,9
65,5
46,2%
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
USD Juta
Nilai impor Pertumbuhan (sb. kanan)
Pangsa SOG
I II III IV I II III IV I II
Pertanian 5,6 3,7 3,7 3,1 4,2 2,6 2,4 2,20 2,59 3,18 24,08 1,18
Pertambangan 5,9 5,0 0,0 -1,9 2,6 1,6 0,8 1,14 0,81 0,23 19,72 0,96
Industri Pengolahan 2,8 3,4 3,6 6,2 4,6 5,1 3,3 4,11 4,74 5,08 9,86 0,48
Listrik, Gas, dan Air Bersih 7,0 7,0 6,8 6,9 6,3 6,4 5,4 6,00 6,05 5,95 0,52 0,03
Bangunan/Konstruksi 8,6 8,8 9,1 12,6 7,4 8,9 8,7 8,15 7,28 7,65 5,92 0,29
PHR 8,2 8,6 9,8 13,1 6,9 8,6 8,0 10,27 10,08 8,23 16,72 0,82
Pengangkutan & Komunikasi 5,8 6,6 7,2 8,4 7,6 7,0 7,0 5,94 7,86 6,86 8,85 0,43
Jasa Dunia Usaha 7,0 7,2 6,7 11,8 10,9 11,4 10,9 7,94 8,92 9,90 4,52 0,22
Jasa-jasa 8,1 9,9 6,5 9,7 8,2 6,7 9,3 10,47 9,15 7,72 9,82 0,48
PDRB 6,29 5,94 4,79 5,98 5,57 5,05 4,77 5,40 5,50 4,89 100 4,89
2013
TwII 2014Lapangan Usaha
2012 2014
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
14
Dari sisi penawaran atau sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan pada
periode laporan, terutama disebabkan oleh perlambatan sektor pertambangan dan sektor PHR.
Kinerja produksi pertambangan terpengaruh oleh pelemahan permintaan Tiongkok terutama untuk
komoditas batubara. Selain itu, belum diterbitkannya surat ijin ekspor untuk hasil produksi smelter bijih besi
menyebabkan terhambatnya eksplorasi pertambangan bijih besi di Kalsel. Sementara itu, meskipun
konsumsi rumah tangga dan investasi mengalami peningkatan, namun sektor PHR mengalami perlambatan.
Kondisi ini terjadi karena sektor PHR didominasi oleh perdagangan komoditas eskpor seperti batubara, CPO
dan karet. Oleh karena ekspor batubara mengalami tekanan maka sektor PHR juga terpengaruh.
2.1. Sektor Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pada periode tersebut, sektor pertanian dapat tumbuh sebesar 3,18% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,59%. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh
peningkatan kinerja di perkebunan kelapa sawit. Produksi tandan buah segar (TBS) di Kalsel pada triwulan II
2014 mencapai 312,6 ribu ton, lebih besar daripada periode sebelumnya yang hanya menghasilkan 244,4
ribu ton kelapa sawit. Setelah mengalami kontraksi selama 3 triwulan berturut-turut, kinerja sub sektor
perkebunan kelapa sawit dapat tumbuh 11,6% (yoy) pada triwulan II 2014. Hal tersebut seiring dengan
kondisi cuaca yang mendukung pada periode enam bulan sebelumnya dan juga didorong oleh mulai
berproduksinya lahan-lahan sawit baru.
Grafik 1.18. Produksi Kelapa Sawit (Tandan Buah Segar)
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan
Grafik 1.19. Produksi Karet
Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Selatan
Untuk kinerja perkebunan karet, pada triwulan II 2014 dapat memproduksi 64 ribu ton karet alam.
Meskipun masih mengalami kontraksi, namun secara year on year kinerjanya menunjukkan adanya
perbaikan. Sementara itu, kinerja pertanian bahan makanan (padi) pada triwulan II 2014 secara siklusnya
menunjukkan adanya peningkatan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Luas lahan panen padi
di Kalsel pada triwulan II 2014 mencapai 166 ribu hektare (tumbuh sebesar 0,73%, yoy).
244,4
312,6
11,6%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
-
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
TBS Kalsel Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
ribu ton
58,864,0
-5,74%
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Produksi Karet (ton) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Ribu Ton
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
15
Grafik 1.20. Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek
Grafik 1.21 Luas Lahan Panen Padi Kalsel
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu, dukungan dari perbankan terhadap sektor pertanian di Kalsel tetap tumbuh tinggi. Pada
triwulan II 2014, kredit di sektor pertanian mencapai Rp5,02 triliun atau tumbuh sebesar 41,9% (yoy), lebih
rendah daripada pertumbuhan kredit periode sebelumnya yang dapat mencapai 56,5% (yoy).
2.2. Sektor Pertambangan
Sektor pertambangan Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh melambat, yaitu hanya
tumbuh sebesar 0,23% (yoy). Perlambatan terjadi pada pertambangan batubara dan pertambangan
mineral yang terkena dampak UU Minerba. Belum siapnya smelter mineral seperti bijih besi pada periode
tersebut menyebabkan beberapa perusahaan tambang mineral mengurangi aktivitasnya.
Grafik 1.22. Volume Ekspor Batubara
Grafik 1.23 Stok Batubara Taboneo
Sumber: KSOP Pelabuhan Banjarmasin
Selain itu, melemahnya perekonomian Tiongkok, depresiasi mata uang Renminbi dan persediaan batu bara
yang masih tinggi di negara tersebut turut menekan harga batubara internasional dan mempengaruhi
5.179
5.025
41,90%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Kredit Pertanian Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Rp Miliar
49
166
0,73%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Ribu Ha
Luas Panen Padi Kalsel (Ha) Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
35,734,4
-3,2%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Juta Ton
Ekspor Batubara Pertumbuhan (sb. kanan)
6,56
6,30
1%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
-
1,0
2,0
3,0
4,0
5,0
6,0
7,0
8,0
9,0
10,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014Stok batubara Taboneo Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
juta ton
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
16
kinerja perusahaan pertambangan batubara. Hal ini terlihat dari volume ekspor batubara Kalsel yang masih
relatif tinggi di atas 6 juta ton.
Meskipun demikian, untuk produksi batubara kalori menengah tinggi masih mencatat adanya pertumbuhan
produksi meskipun melambat secara year on year. Produksi batubara kalori menengah tinggi di salah satu
perusahaan batubara besar pada triwulan II 2014 mencapai 13,84 juta ton (tumbuh 2,3%). Bahkan
perusahaan tersebut sudah mulai mengoperasikan area tambang yang baru di Kabupaten Balangan untuk
memenuhi permintaan dari Thailand.
Grafik 1.24. Produksi Batubara Kalori Menengah Tinggi
Sumber: Dinas Pertambangan, BEI
Grafik 1.25 Kredit Sektor Pertambangan
Dari sisi pembiayaan perbankan, sektor pertambangan didominasi oleh perusahaan pemiliki ijin usaha
pertambangan (IUP) yang memproduksi batubara kalori rendah. Harga batubara internasional yang masih
rendah menyebabkan tekanan pada kondisi keuangan perusahaan. Hal ini menyebabkan penyaluran kredit
perbankan untuk sektor ini semakin terkontraksi menjadi sebesar -24,49% (yoy).
2.3. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan pada triwulan II 2014 mencatatkan kinerja yang meningkat dan
mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi Kalsel pada periode tersebut. Pertumbuhan sektor
industri pengolahan mencapai 5,08% (yoy), meningkat dari 4,74% (yoy) pada periode sebelumnya.
Peningkatan sektor industri pengolahan pada periode ini turut disumbang oleh peningkatan produksi CPO
dan juga kayu lapis yang masih tumbuh tinggi. Hal ini terlihat dari produksi CPO yang tumbuh meningkat
sebesar 13,2% (yoy). Peningkatan tersebut terjadi karena supply bahan baku sudah cenderung stabil dan
sebagai persiapan dalam mengantisipasi kenaikan permintaan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri.
Disisi lain ekspor CPO Kalsel cenderung melambat kisaran 31,5% (yoy). Hal ini karena permintaan CPO
terperngaruh dengan berlangsungnya masa panen sumber minyak nabati lainnya, seperti kedelai, rapeseed
dan bunga matahari. Selain itu adanya penurunan harga minyak dunia menyebabkan permintaan CPO
14,0 13,8
2,3%
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
8
10
12
14
16
18
20
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Produksi batubara Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
juta ton
2.724
2.432
-24,49%-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
140%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Kredit Sektor Pertambangan Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Rp Miliar
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
17
untuk biodiesel relatif tertahan. Kondisi ini tercermin dari pelemahan harga komoditas CPO internasional.
Dimana pada triwulan II 2014, harga CPO tercatat pada level 795,35 USD/metric ton atau menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 815,82 USD/metric ton.
Grafik 1.26. Ekspor CPO Kalsel
Grafik 1.27. Produksi CPO
Sumber: Dinas Perkebunan Kalsel
Grafik 1.28. Volume Muat Komoditas Kayu Lapis di Pelabuhan Trisakti
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.29. Kredit Sektor Industri Pengolahan
Sementara itu, permintaan kayu lapis di pasar domestik sebagai salah satu komoditas utama sektor industri
pengolahan Kalimantan Selatan relatif masih tumbuh tinggi sebesar 97,6% (yoy). Dari data pengiriman
barang (muat barang) di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, jumlah kayu lapis yang dimuat ke daerah lain
mencapai 95,5 ribu ton.
Dukungan pembiayaan terhadap sektor industri pengolahan di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014
juga menunjukkan peningkatan. Pada periode laporan realisasi kredit ke sektor ini mencapai nilai yang
cukup tinggi yaitu Rp2,1 triliun, tumbuh sebesar 38,96% (yoy).
419,9
374,0
31,5%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Ribu Ton
Volume Ekspor CPO Pertumbuhan (sb. kanan)
47,7
81,2
13,2%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Produksi CPO Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
ribu ton
113,6
95,5
97,6%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
(10)
10
30
50
70
90
110
130
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Volume Muat Kayu Lapis Pertumbuhan yoy (sb. Kanan)
Ribu Ton
1.727
2.117
38,96%
-40%
-20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
-
500
1.000
1.500
2.000
2.500
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Kredit Sektor Industri Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Rp Miliar
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
18
2.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan pertumbuhan dari
10,08% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 8,23% (yoy) di triwulan II 2014. Perlambatan ini terutama
terjadi di subsektor perdagangan yang mendominasi sektor ini sebesar 87,7%. Dari sisi perdagangan,
perlambatan terjadi karena penurunan aktivitas perdagangan komoditas tambang. Kondisi ini terlihat dari
peningkatan aktivitas perdagangan luar negeri maupun aktivitas dalam negeri di pelabuhan Banjarmasin.
Total bongkar muat barang perdagangan luar negeri pada triwulan II 2014 mencapai 17,08 juta ton (-
8,2%, yoy) dan untuk perdagangan dalam negeri mencapai 20,4 juta ton (-7,9%, yoy).
Grafik 1.30. Aktivitas Perdagangan LN
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.31 Aktivitas Perdagangan DN
Sumber: KSOP Banjarmasin
Grafik 1.32. Tingkat Hunian Hotel Berbintang
Sumber: BPS Kalsel
Grafik 1.33. Kredit Sektor PHR
Pada triwulan II 2014 tingkat hunian hotel berbintang sebesar 48,42%, atau lebih tinggi dibandingkan
dengan periode sebelumnya yang sebesar 45,41%. Sementara itu, dari sisi pembiayaan perbankan terjadi
perlambatan realisasi kredit sektor PHR. Sampai dengan triwulan I 2014 total kredit yang disalurkan ke
sektor ini mencapai Rp9,75 triliun, atau tumbuh sebesar 11,26% (yoy) lebih rendah dari periode
sebelumnya.
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Volume Bongkar Volume Muat
%, yoy
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Volume Bongkar Volume Muat
%, yoy
45,41
48,42
-9,3%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
40,0
45,0
50,0
55,0
60,0
65,0
70,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Tingkat Hunian Hotel Bintang Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Tingkat Hunian
8.558
9.749
11,26%0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
-
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Kredit Sektor PHR Pertumbuhan yoy (sb.kanan)
Rp Miliar
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
19
BOKS 1
Analisis Pengaruh Konsumsi dan Investasi Pemerintah Daerah terhadap Ekonomi Kalsel
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah tidak dapat terlepas dari peranan konsumsi dan investasi yang
dilakukan oleh pemerintah daerah. Hal ini sudah tergambar jelas dari persamaan umum PDRB (produk
domestik regional bruto) di sisi permintaan yaitu:
Y = C + I + G + X M
dimana Y adalah PDRB suatu daerah, C adalah konsumsi rumah tangga, I adalah kegiatan investasi yang
dilakukan oleh rumah tangga maupun pemerintah, G adalah konsumsi pemerintah, X adalah ekspor dan M
adalah impor.
Meskipun demikian, belanja pemerintah daerah baik berupa belanja operasional ( masuk ke komponen G)
dan belanja modal (masuk ke komponen I) ternyata dapat mempengaruhi kondisi perekonomian beberapa
periode berikutnya. Oleh sebab itu, dalam kajian ini akan ditelusuri bagaimana pengaruh konsumsi dan
investasi pemerintah daerah tersebut.
Dengan menggunakan model REMBI* (Regional Macroeconomic Model Bank Indonesia) yang sedang
dikembangkan oleh KPw BI Wilayah II Kalimantan, konsumsi dan investasi pemerintah dimasukkan ke
dalam blok fiskal.
Gambar A. Skema Umum Model REMBI Kalimantan Selatan
* REMBI merupakan suatu model makroekonometrik regional yang relatif komplit (struktural), obyektif dan powerfull dalam menjelaskan State of Economy daerah (termasuk untuk proyeksi 1-2 tahun kedepan), Terdiri dari 5 blok: blok PDRB Permintaan, PDRB Penawaran, Blok Moneter, Fiskal dan Harga. Metode estimasi dan proyeksi yang digunakan adalah Error Correcting Model (ECM). REMBI Provinsi Kalsel diestimasi dengan menggunakan data kuartalan, dari kuartal I-2000 s.d kuartal IV 2012.
PDRB
C I Gc X
Inflasi
Regional
Investasi
Swasta
Suku Bunga
Kredit
Output
Gap
Volume
Kredit
Disposable
Income
Investasi
Pemda
M
PDB (Dunia,
Nasional,
Daerah Lain)
Output Potensial
Deflator
Investasi
Deflator
Konsumsi
Blok Harga
Blok PDB-Penawaran
Blok Moneter
Blok PDB-Permintaan
Blok Fiskal Nilai Tukar
Riil
Suku Bunga
Simpanan
Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
20
Dengan menggunakan model tersebut, disimulasikan shock berupa kenaikan Konsumsi Pemda APBD
sebesar 10% dalam 1 periode/triwulan. Didapatkan bahwa kenaikan tersebut akan:
- Berdampak pada peningkatan PDRB pada periode/triwulan berikutnya sebesar 0,49% dan
mencapai puncaknya pada periode ke-5.
- Peningkatan Konsumsi Pemerintah berpengaruh langsung kepada peningkatan PDRB, dan akan
menggerakan investasi yang pada akhirnya memberikan efek multiplier ke peningkatan PDRB.
Peningkatan 10% Konsumsi Pemda Peningkatan 10% Investasi Pemda
Gambar B. Impuls Response Peningkatan 10% Konsumsi Pemda APBD dan Peningkatan 10% Investasi Pemda APBD
Selanjutnya dengan metode yang sama disimulasikan disimulasikan shock berupa kenaikan Investasi Pemda
APBD sebesar 10% dalam 1 periode/triwulan. Didapatkan bahwa kenaikan tersebut akan:
- Berdampak pada naiknya PDRB pada awal periode sebesar 0,12% dan mencapai puncaknya pada
periode ke 3.
- Namun kenaikan investasi akan mendorong terjadinya impor barang modal yang cenderung
menahan laju kenaikan PDRB.
Dengan melihat grafik shock pengaruh kenaikan konsumsi dan investasi Pemda yang memperlihatkan
pengaruh cukup lama (kembali ke titik 0/hilangnya pengaruh kenaikan), memperlihatkan bahwa konsumsi
dan investasi Pemda cukup penting dalam meningkatkan perekonomian Kalimantan Selatan dalam jangka
panjang.
Periode Periode
% %
Bab 2 – Perkembangan Inflasi
ai
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
23
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 mengalami peningkatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. Laju inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat meningkat dari 4,88%
(yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 6,83% (yoy). Meningkatnya inflasi Kalimantan Selatan tersebut
terutama didorong oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food seperti daging ayam ras, beras dan
bumbu-bumbuan akibat kebijakan pemerintah dalam pembatasan produksi bibit ayam (Day Old Chick/DOC)
dan permasalahan pasokan. Selain itu, peningkatan inflasi kelompok administered price yang didorong oleh
peningkatan permintaan masyarakat terhadap jasa angkutan udara juga ikut mendorong inflasi triwulan
laporan menjadi lebih tinggi.
Searah dengan kelompok volatile food dan administered price, kelompok inflasi inti juga sedikit mengalami
peningkatan yang didorong oleh penyesuaian harga beberapa komoditas yang disebabkan oleh
peningkatan biaya produksi.
1. KONDISI UMUM
Setelah pada triwulan sebelumnya inflasi Kalimantan Selatan mengalami penurunan, pada
triwulan II-2014 inflasi Kalimantan Selatan menunjukan peningkatan. Peningkatan ini dipicu oleh
beberapa permasalahan pasokan komoditas pangan strategis dan peningkatan permintaan
masyarakat seiring adanya hari libur keagamaan, nasional dan libur sekolah, serta persiapan
bulan Ramadhan. Inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 2,39% (qtq) atau
secara tahunan sebesar 6,83% (yoy). Realisasi inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat sebesar 0,15% (qtq) atau 4,89% (yoy), serta lebih tinggi dari inflasi Nasional yang
tercatat sebesar 6,70% (yoy).
Grafik 2.1. Inflasi Tahunan Kalimantan Selatan, Kalimantan dan Nasional
4,89
6,83
7,577,32
6,70
3
4
5
6
7
8
9
10
TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI TwII TwIII TwIV TwI Tw II
2010 2011 2012 2013 2014
% yoy
Kalsel
Kalimantan
Nasional7.30
2
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
24
Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan II-2014 terutama bersumber dari peningkatan harga di berbagai
komoditas dalam kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.
Tingkat inflasi pada kelompok bahan makanan pada triwulan II-2014 sebesar 4,08% (qtq) atau 11,0% (yoy),
meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 6,40% (yoy). Peningkatan tersebut
terutama didorong oleh peningkatan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang tercatat mengalami inflasi
10,28% (qtq) dan sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya yang mengalami inflasi sebesar 6,06% (qtq).
Pada sub kelompok daging dan hasi-hasilnya, peningkatan inflasi terutama disumbang oleh kenaikan harga
daging ayam ras, akibat meningkatnya permintaan serta permasalahan penurunan pasokan DOC akibat
kebijakan pemerintah untuk menghindari kebangkrutan masal peternak ayam. Selain itu, semakin menipisnya
pasokan beras lokal (unus dan siam) akibat belum mulainya masa panen raya dan berkurangnya pasokan
bumbu-bumbuan terutama bawang merah akibat menurunnya produksi di daerah penghasil, turut
mendorong inflasi triwulan II-2014.
Peningkatan tekanan inflasi yang cukup signifikan juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan
jasa keuangan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 4,93% (qtq), atau meningkat dari 7,6% (yoy) pada
triwulan I-2014 menjadi 10,6% (yoy) pada triwulan laporan. Tingginya inflasi kelompok tersebut didorong
oleh peningkatan tarif angkutan udara selama triwulan II-2014, yang disebabkan oleh penerapan
Permenhub No. 2/2014 yang mengatur besaran biaya tambahan (surcharge) pada bulan April 2014 dan
peningkatan permintaan masyarakat seiring adanya hari libur, pelaksanaan ibadah Umroh, serta untuk
persiapan mudik hari raya Idul Fitri. Pada triwulan ini, tarif angkutan udara tercatat mengalami inflasi
sebesar 61,51% (qtq) dan setiap bulan selalu masuk dalam 10 komoditas penyumbang inflasi terbesar di
Kalimantan Selatan dengan sumbangan terhadap inflasi triwulan II-2014 sebesar 1,22%.
Tabel 2.1 Tingkat Inflasi dan Sumbangan Inflasi Tahunan menurut Kelompok
Selain itu, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2014 juga didorong oleh peningkatan harga
pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dan kelompok perumahan, air, listrik, gas
dan bahan bakar. Penyesuaian biaya produksi pada komoditas di sub kelompok makanan jadi seperti
peningkatan harga ikan bakar, mie dan nasi dengan lauk, serta inflasi pada sub kelompok biaya tempat
tinggal menjadi penyumbang utama dari kedua kelompok pengeluaran tersebut.
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II
Umum 5,2 4,7 7,1 7,0 4,9 6,8 5,2 4,7 7,1 7,0 4,9 6,8
1 Bahan Makanan 8,3 6,7 11,8 9,9 6,4 11,0 2,3 1,8 3,3 2,8 1,3 2,3
2 Mamin, Rokok & Tembakau 7,7 6,7 6,1 5,6 6,7 7,2 1,8 1,6 1,4 1,3 1,6 1,8
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 3,7 3,8 4,4 6,2 2,3 3,8 0,8 0,8 0,9 1,2 0,5 0,8
4 Sandang 0,8 (1,3) (0,8) (2,3) 1,0 0,9 0,1 (0,1) (0,1) (0,2) 0,1 0,1
5 Kesehatan 4,3 4,2 2,4 3,3 2,4 3,9 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2
6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 3,0 3,4 2,1 2,4 2,1 2,2 0,1 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1
7 Transportasi & Komunikasi 0,8 2,9 11,1 12,4 7,6 10,6 0,1 0,4 1,6 1,8 1,2 1,8
No Kelompok Barang 20132013
Sumbangan Inflasi yoy
20142014
Inflasi yoy
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
25
Grafik 2.2. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Bahan Makanan
Tw I-2014 dan Tw II-2014
Grafik 2.3. Inflasi (qtq) Sub Kelompok Transpor,
Komunikasi dan Jasa Keuangan Tw I-2014 dan Tw II-2014
Sumber: BPS Kalsel, data diolah Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Grafik 2.4 Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan
Grafik 2.5 Inflasi Bulanan Kalimantan Selatan Berdasarkan
Kelompok Pengeluaran di Tw II-2014
Sumber: BPS Kalsel, data diolah Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Jika dilihat secara bulanan, selama triwulan II-2014 realisasi inflasi Kalimantan Selatan lebih tinggi dari rata-
rata inflasi pada periode yang sama dalam 5 tahun terakhir. Laju inflasi bulanan Kalimantan Selatan pada
bulan April, Mei dan Juni 2014 secara berturut-turut adalah 0,53% (mtm), 1,04% (mtm) dan 0,81% (mtm),
lebih tinggi dari periode (bulan) yang sama pada tahun 2012 dan 2013. Salah satu yang mendorong
peningkatan inflasi di triwulan II-2014 adalah tingginya inflasi bulan Mei 2014 yang mencapai 1,04% (mtm)
dimana sangat berbeda dengan pola historisnya yang cenderung mengalami deflasi. Hal tersebut
dikarenakan pada bulan Mei 2014 terjadi peningkatan tarif angkutan udara yang sangat signifikan dengan
sumbangan terhadap inflasi Kalimantan Selatan sebesar 0,67%. Peningkatan tarif angkutan udara tersebut
didorong oleh meningkatnya permintaan karena banyaknya hari libur keagamaan dan hari libur nasional
pada pertengahan Mei 2014, serta masuknya bulan Rajab dimana terjadi peningkatan intensitas ibadah
umroh yang dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Selatan.
Perkembangan Inflasi Menurut Kota
-13,00
-8,00
-3,00
2,00
7,00
12,00Padi-padian
Daging & Hasilnya
Ikan Segar
Ikan Diawetkan
Telur, Susu & Hasilnya
Sayur-sayuranKacang-kacangan
Buah-buahan
Bumbu-bumbuan
Lemak & Minyak
Bahan Makanan Lainnya
Tw I-2014 Tw II-2014
-4,16
7,19
2,03
-6,00 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00
Transport
Kom & Pengiriman
Sarana & Pnj Trans
Jasa Keuangan
% qtq
Tw II-2014
Tw I-2104
0,76
-0,27 -0,35
0,53
1,04
0,80
-0,70
-0,20
0,30
0,80
1,30
1,80
2,30
2,80
JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
% mtm
2012
2013
2014
rata-rata 5 thn
-1,80 -0,80 0,20 1,20 2,20 3,20
Bahan Makanan
Makanan, Rokok & Tbakau
Perumahan, ALHBB
Sandang
Kesehatan
Pendidikan
Transportasi
% mtm
Jun
Mei
Apr
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
26
Jika dilihat berdasarkan kotanya, Inflasi triwulan II-2014 untuk kota Banjarmasin tercatat sebesar 6,81%
(yoy) meningkat dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 4,83% (yoy). Sedangkan untuk kota
Tanjung pada periode laporan tercatat mengalami inflasi sebesar 7,01% (yoy), juga mengalami peningkatan
dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,29% (yoy).
Jika dilihat secara bulanan, pada bulan April 2014, kota Banjarmasin mengalami inflasi 0,55% (mtm) yang
didorong oleh meningkatnya komoditas kelompok bahan makanan terutama ikan kembung dan ikan gabus
akibat masih tingginya curah hujan pada bulan April 2014. Selain itu, efek dari kenaikan surcharge
mengakibatkan peningkatan tarif angkutan udara yang sebelumnya mengalami penurunan selama 3 bulan
berturut-turut. Peningkatan tarif angkutan udara mengalami puncaknya pada bulan Mei 2014 yang terlihat
dari inflasi kelompok pengeluaran transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 3,24% (mtm) yang
tertinggi dibandingkan kelompok pengeluaran lainnya. Sedangkan untuk inflasi bulan Juni 2014 yang
tercatat sebesar 0,79% (mtm) didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat menjelang bulan
Ramadhan dan permasalahan pasokan pada komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras akibat
kebijakan pemerintah terhadap produksi DOC, berkurangnya pasokan padi lokal yang belum memasuki
masa panen raya, serta komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang merah yang memasuki masa tanam di
daerah penghasil.
Tabel 2.2 Tingkat Inflasi Kota Banjarmasin bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok
Berbeda dengan inflasi di kota Banjarmasin, selama triwulan II-2014 kota Tanjung cenderung mengalami
inflasi bulanan yang lebih rendah dari kota Banjarmasin. Hanya pada bulan Juni 2014 dimana kota Tanjung
tercatat mengalami inflasi sebesar 0,98% (mtm), atau lebih tinggi dari kota Banjarmasin yang tercatat
sebesar 0,79% (mtm). Inflasi kota Tanjung selama triwulan II-2014 lebih didominasi oleh permasalahan
pasokan bahan makanan yang tercermin pada inflasi kelompok bahan makanan yang mencapai 0,99%
(mtm) pada bulan April; 2,40 (mtm) pada bulan Mei; dan 3,24% (mtm) pada bulan Juni. Berbagai kendala
dan permasalahan terkait pasokan dan distribusi memicu tingginya inflasi bahan makanan di kota Tanjung.
Seperti halnya kota Banjarmasin, peningkatan harga pada komoditas daging ayam ras, ikan gabus, telur
ayam ras, bawang merah, ikan kembung dan tomat menjadi pendorong utama inflasi kota Tanjung pada
triwulan laporan.
Apr Mei Jun Apr Mei Jun
Umum 0.55 1.07 0.79 5.26 6.55 6.81
1 Bahan Makanan 1.07 0.58 2.13 7.44 9.00 10.90
2 Mamin, Rokok & Tembakau 0.65 0.61 0.56 6.82 7.15 7.17
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.21 1.23 0.38 2.07 3.21 3.67
4 Sandang -1.19 -0.85 -0.15 0.37 0.41 0.78
5 Kesehatan 0.76 0.84 0.01 2.74 3.58 3.57
6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0.19 0.13 0.05 1.95 2.12 2.17
7 Transportasi & Komunikasi 0.98 3.24 0.95 8.96 12.68 11.00
No Kelompok BarangTw II-2014 (mtm) Tw II-2014 (yoy)
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
27
Di sisi lain, baik pada kota Banjarmasin maupun kota Tanjung, terdapat beberapa komoditas yang menjadi
penahan inflasi pada triwulan II-2014 seperi emas perhiasan seiring dengan trend penurunan harga emas
dunia dan komoditas cabai merah dan cabai rawit yang telah memasuki masa panen raya pada daerah
produsen.
Tabel 2.3 Tingkat Inflasi Kota Tanjung bulanan (mtm) dan tahunan (yoy) menurut Kelompok
2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Tekanan inflasi yang meningkat dari 4,89 (yoy) menjadi 6,83% (yoy) di triwulan II-2014 bersumber
dari peningkatan tekanan pada hampir semua kelompok, terutama kelompok volatile food dan
administered price. Inflasi volatile food mengalami peningkatan yang paling signifikan dari 6,33% (yoy) pada
triwulan I-2014 menjadi 11,09% (yoy) pada periode laporan, atau secara triwulanan tercatat mengalami inflasi
sebesar 2,31% (qtq). Sedangkan untuk kelompok administered price mengalami peningkatan dari 10,95%
(yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 14,14% (yoy) pada triwulan laporan, atau secara triwulanan mengalami
inflasi sebesar 1,53% (qtq). Sementara itu, tekanan inflasi dari faktor inti secara triwulanan tercatat mengalami
inflasi sebesar 0,23% (qtq) dan secara tahunan inflasi inti pada akhir triwulan II-2014 tercatat sebesar 4,12%
(yoy).
Grafik 2.6. Inflasi Tahunan Menurut Komponen Penyebab
Meningkatnya inflasi volatile foods pada triwulan II-2014 didorong oleh permasalahan pasokan
dan peningkatan permintaan masyarakat. Pada awal triwulan II-2014, tekanan inflasi kelompok volatile
food di wilayah Kalimantan Selatan terutama didorong oleh komoditas yang berada dalam sub kelompok
Apr Mei Jun Apr Mei Jun
Umum 0.37 0.66 0.98 5.66 6.41 7.02
1 Bahan Makanan 0.99 2.40 3.24 7.23 10.10 11.80
2 Mamin, Rokok & Tembakau 0.11 0.11 0.35 6.82 6.92 7.30
3 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.39 0.14 0.20 4.63 4.64 4.85
4 Sandang 0.00 0.02 0.20 2.37 2.65 2.79
5 Kesehatan 0.27 0.36 0.35 8.18 8.57 8.95
6 Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga 0.00 0.00 0.00 2.89 2.89 2.89
7 Transportasi & Komunikasi 0.00 -0.30 0.01 4.39 4.37 4.38
No Kelompok BarangTw II-2014 (mtm) Tw II-2014 (yoy)
4.88 6.83
10.95
14.14
6.33
11.09
3.214.12
-3.00
2.00
7.00
12.00
17.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
% yoy
Inflasi IHK (yoy) Adm Price
Volatile Foods Core
Sumber: BPS Kalsel, data diolah
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
28
ikan segar seperti ikan kembung/gembung dan ikan gabus, serta sub kelompok buah-buahan seperti melon
dan semangka. Peningkatan harga pada kelompok ini terutama disebabkan masih tingginya curah hujan
yang terjadi pada bulan April 2014 sehingga mengakibatkan penurunan pasokan ikan segar dan buah yang
berasal dari wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, tekanan inflasi kelompok volatile food pada awal
triwulan II-2014 juga didorong oleh kenaikan harga minyak goreng kemasan per 1 April 2014 yang dipicu
oleh kenaikan harga bahan baku. Minyak goreng 1 liter yang sebelumnya dijual Rp14.000 naik menjadi
Rp16.000 s.d Rp17.000 dan untuk minyak goreng kemasan 2 liter dijual Rp27.000 s.d Rp28.000 dari
sebelumnya dijual sebesar Rp24.000.
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Komoditas Harga Pangan
Pada pertengahan triwulan II-2014, tekanan inflasi kelompok volatile food sedikit mengalami penurunan
yang didorong oleh koreksi harga komoditas bahan makanan strategis seperti cabai merah, cabai rawit,
komoditas buah-buahan dan komoditas ikan segar, akibat meningkatnya pasokan yang berasal dari
-3.00
-2.00
-1.00
0.00
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
9,000
9,500
10,000
10,500
11,000
11,500
12,000
12,500
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
2012 2013 2013
% mtmHarga (Rp)
P Beras
Perubahan (mtm)
-40.00
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
u
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
Jul
Ag
u
Sep
Okt
No
v
De
s
Jan
Feb
Ma
r
Ap
r
Me
i
Jun
2012 2013 2013
% mtmHarga (Rp)
P Bawang Merah
Perubahan (mtm)
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
30,000
35,000
40,000
45,000
50,000
55,000
60,000
65,000
70,000
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
2012 2013 2013
% mtmHarga (Rp)
P Ikan Gabus
Perubahan (mtm)
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
2012 2013 2013
% mtmHarga (Rp)
P Daging Sapi
Perubahan (mtm)
-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
Jul
Agu Se
p
Okt
No
v
Des Jan
Feb
Mar
Ap
r
Mei
Jun
2012 2013 2013
% mtmHarga (Rp)
P Daging Ayam Ras Perubahan (mtm)-20.00
-15.00
-10.00
-5.00
0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ei
Jun
Jul
Agu
Se
pO
ktN
ov
De
sJa
nF
eb
Ma
rA
pr
Me
iJu
nJu
lA
guS
ep
Okt
No
vD
es
Jan
Fe
bM
ar
Ap
rM
ei
Jun
2012 2013 2013
% mtmHarga (Rp)
P Telur Ayam Ras
Perubahan (mtm)
Sumber: Survei Pemantauan Harga Mingguan, KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
29
peningkatan produksi komoditas tersebut. Namun demikian, tekanan inflasi Kalimantan Selatan pada bulan
Mei 2014 didorong oleh kenaikan harga beras seiring menipisnya persediaan akibat pergeseran musim
panen raya beras lokal di Kalimantan Selatan yang diperkirakan baru akan terealisasi pada bulan Agustus
2014. Selain itu, dengan adanya perayaan bulan Rajab dan Isra Mi raj yang secara tradisi dirayakan oleh
masyarakat Kalimantan Selatan dengan cukup besar, mendorong peningkatan permintaan terhadap daging
ayam ras dan telur ayam ras, yang pada akhirnya mendorong peningkatan harga komoditas tersebut.
Peningkatan tekanan inflasi kelompok volatile food kembali terjadi pada akhir triwulan II-2014 yang
didorong oleh beberapa komoditas pangan strategis seperti daging ayam ras, bawang merah dan telur
ayam ras. Kebijakan pemerintah dalam pengaturan harga jual DOC maksimal Rp3.200/ekor dan
memangkas produksi DOC hingga 15% yang bertujuan untuk menyelamatkan peternak rakyat, mendorong
peningkatan harga daging ayam ras dan telur ayam ras di tingkat peternak. Hal ini berdampak pada
kenaikan harga jual ayam ras pada konsumen, selain juga dipengaruhi adanya peningkatan permintaan
masyarakat menjelang event tahunan bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Sedangkan untuk harga
bawang yang mengalami peningkatan selain disebabkan oleh peningkatan permintaan masyarakat, juga
karena menurunnya pasokan dari daerah penghasil akibat berlalunya masa panen untuk bawang merah.
Tekanan Inflasi kelompok administered price pada triwulan II-2014 kembali mengalami
peningkatan yang didorong peningkatan tarif angkutan udara. Setelah pada triwulan sebelumnya
tarif angkutan udara mengalami koreksi cukup dalam, pada triwulan II-2014 terjadi peningkatan tarif
angkutan udara sehingga mendominasi inflasi kelompok administered price. Adanya hari libur nasional dan
keagamaan, tingginya intensitas ibadah Umroh, libur anak sekolah dan pembelian tiket untuk persiapan
udara yang mengakibatkan naiknya tarif angkutan udara. Selain itu, peningkatan tarif angkutan udara juga
didorong oleh penerapan Permenhub No. 2/2014 tentang peningkatan tarif surcharge dan semakin
terdepresiasinya nilai tukar rupiah yang menyebabkan meningkatnya biaya operasional pesawat.
Tekanan inflasi pada kelompok administered price pada triwulan II-2014 juga turut didorong oleh kebijakan
pemerintah seperti kebijakan Pertamina menaikkan harga LPG 12 Kg sebesar Rp1.000/kg pada tanggal 1
Juni 2014, yang merupakan kenaikan tahap kedua setelah kenaikan harga pada bulan Januari 2014. Selain
itu, pada akhir triwulan II-2014 juga terjadi peningkatan harga LPG 3 Kg pada tingkat pengecer akibat
penyesuaian biaya angkut yang dilakukan oleh pedagang.
Tekanan inflasi dari kelompok inti sedikit mengalami peningkatan yang disebabkan oleh
penyesuaian biaya produksi. Hal ini terjadi pada inflasi kelompok makanan jadi seperti ikan bakar, nasi
dengan lauk, serta kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar seperti komoditas papan dan pasir
yang menjadi pendorong inflasi kelompok inti di triwulan II-2014. Namun demikian, laju inflasi inti di
triwulan II-2014 tertahan oleh masih berlanjutnya tren penurunan harga emas perhiasan akibat penurunan
harga emas internasional seiring membaiknya ekonomi Amerika Serikat.
Tekanan faktor eksternal mengalami peningkatan karena kembali melemahnya nilai tukar Rupiah
dan kecenderungan naiknya harga komoditas global. Depresiasi nilai tukar Rupiah yang kembali
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
30
terjadi semenjak pertengahan Mei 2014 mendorong peningkatan biaya impor untuk bahan makanan, selain
itu masih belanjutnya kecenderungan peningkatan harga beberapa komoditas global mendorong tekanan
inflasi dari eksternal semakin meningkat. Namun, dengan melihat kondisi minimnya komponen impor yang
dikonsumsi oleh masyarakat Kalimantan Selatan berakibat minimnya tekanan eksternal pada tingkat inflasi
Kalimantan Selatan. Hal tersebut dikarenakan impor terbesar untuk wilayah Kalimantan Selatan berupa
barang modal yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan pertambangan seperti alat-alat berat.
Ekspektasi inflasi di tingkat konsumen kembali menunjukan trend peningkatan. Peningkatan
tekanan inflasi pada triwulan II-2014 terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada triwulan
I-2014 yang memperlihatkan peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat Kalimantan Selatan untuk periode 3
bulan yang akan datang, setelah adanya koreksi berbagai harga komoditas strategis pada triwulan I-2014.
Berdasarkan survei tersebut, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi pada periode triwulan III-2014
cenderung mengalami peningkatan seiring adanya event musiman seperti bulan puasa Ramadhan dan hari
raya Idul Fitri.
-60
-40
-20
00
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
% yoygEmas gJagung gKedelai
gTerigu gCPO gMinas
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
200.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
% yoyIndeks Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6bln yad (sk. Kiri)Inflasi IHK aktual (sk. Kanan)Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3bln yad (sk. Kiri)
100.000
110.000
120.000
130.000
140.000
150.000
160.000
170.000
180.000
190.000
200.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2012 2013 2014
IndeksHarga Umum Bahan MakananMakanan Jadi, Min, Rokok & Tbk Perumahan, LGBBSandang KesehatanTransport, Kom dan Jasa Keu Pendidikan, Rekreasi dan OL
Grafik 2.8. Perkembangan Beberapa Harga Komoditas Global
Grafik 2.9. Perkembangan Kurs Rupiah
Sumber: Bloomberg, data diolah
Grafik 2.10. Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 2.11. Ekspektasi Kenaikan Harga Kelompok (SK)
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
31
BOKS 2
Upaya Peningkatan Produksi Bahan Pangan Berbasis Klaster
Dalam pengendalian inflasi, pasokan bahan pangan merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi
inflasi volatile food. Pasokan bahan pangan di suatu daerah diperoleh dari produksi sendiri maupun
mendatangkan dari daerah lain. Sebagian dari kebutuhan pangan di Kalimantan Selatan masih didatangkan
dari Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui jalur laut. Kondisi logistik bahan pangan yang sangat tergantung
dengan kondisi cuaca dan gelombang laut meningkatkan risiko peningkatan inflasi. Oleh sebab itu, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II membentuk klaster sebagai upaya peningkatan produksi bahan
pangan. Pendekatan klaster dirasakan lebih tepat digunakan karena dapat memberikan nilai tambah bagi
petani dan memperbesar output produksi. Klaster yang sudah dibentuk antara lain:
1. Klaster Cabai Besar Merah Kab. Hulu Sungai Selatan (HSS)
Klaster ini merupakan klaster untuk melakukan stabilisasi harga cabai besar merah di daerah khususnya di
Provinsi Kalimantan Selatan yang merupakan komoditas penyumbang inflasi yang mulai dilaksanakan pada
Tahun 2012 dengan peserta Klaster adalah : (1). Gapoktan Puspa Desa Telaga Langsat Kec. Telaga Langsat
dan (2). Gapoktan Ruhui Rahayu Desa Kayu Abang, Kecamatan Angkinang Kab. HSS dengan menitik
beratkan pada pengaturan pola tanam untuk peningkatan produksi dan pengaturan pemasaran melalui
Rumah Pasar dengan menerapan POLA KANDANGAN dan pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA)
Muara Taniran bekerjasama dengan Pemkab. HSS yang sekarang ini telah mampu menyediakan cabai besar
merah secara berkesinambungan dengan harga yang relatif stabil dibandingkan sebelum adanya klaster ini.
2. Klaster Sapi Kabupaten Tanah Laut.
Klaster sapi di Kabupaten Tanah Laut dilakukan dalam rangka mengatasi kelangkaan daging di daerah ini,
di mana Kab. Tanah Laut sebagai penyumbang 40% dari kebutuhan daging sapi di wilayah Kalimantan
Selatan dan provinsi tetangga (Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur) yang juga merupakan komoditas
penyumbang inflasi yang mulai dilaksanakan pada Tahun 2013 dengan peserta Klaster, yaitu : (1). Poknak
Harapan Makmur Kelurahan Sarang Halang Kec. Pelaihari dengan menekankan pada integritas Sapi -
Kelapa Sawit, dan (2). Poknak Bina Tani Desa Batu Tungku, Kecamatan Panyipatan dengan menekankan
pada integritas Sapi Jagung yang akan dilanjutkan lagi pada tahun 2015 dengan menekankan pada
integritas Sapi Jerami Padi. Klaster sapi ini dilakukan baik untuk pengembangan maupun pengemukan
sapi untuk dapat mendukung keberadaan Pasar Hewan Sarang Halang Pelaihari menjadi pasar terbesar dan
termodern di Kalimantan dengan menerapkan sistem timbangan untuk penyediaan sapi yang cukup dan
berkualitas khususnya di wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan pada umumnya.
Bab 2 Perkembangan Inflasi Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
32
3. Klaster Padi Unggul Kabupaten Tanah Bumbu.
Pengembangan klaster padi unggul Kabupaten Tanah Bumbu telah berjalan sejak tahun 2013 dengan
membangun kerjasama dan sinergi dengan SKPD terkait pada Kabupaten Tanah Bumbu dan KPw Bank
Indonesia Wilayah Kalimantan yang pada tahun 2013 yang lalu telah meningkatkan produktivitas hasil
pertanian : (a). Pada musim tanam I sebesar 0,4 ton/ha atau sebesar 5,84%; (b). Pada musim tanam II
sebesar 0,35 ton/ha atau sebesar 5,47% dan (c). Adanya musim tanam III dengan hasil 6,5 ton/ha yang
sebelumnya belum pernah ada. Pengembangan klaster ini terus dilakukan dengan menekankan pada
keseragaman waktu tanam dalam kelompok sebagai upaya mengurangi kehilangan hasil panen oleh hama
tikus dengan memaksimalkan penggunaan handtracktor dan alat pengusir tikus elektronik yang dilakukan
bagi peserta klaster, yaitu : (1). Poktan Mattiro Wali, (2). Poktan Mattiro Deceng, dan (3). Poktan Baringin
Desa Saring Sei Binjai Kecamatan Kusan Hilir Kab. Tanah bumbu.
4. Klaster Bawang Merah Kabupaten Tapin.
Bawang merah sebagai komoditas penyumbang inflasi pada hampir seluruh wilayah di Indonesia di luar
Pulau Jawa termasuk juga di wilayah Kalimantan Selatan dan berdasarkan hasil penanaman pada tahun
2013 yang lalu untuk varietas Manjung di Kab. Tapin dengan rata-rata produksi sebesar 11,8 ton/ha. Hal ini
menunjukkan prestasi produksi tertinggi untuk wilayah Kalimantan Selatan secara keseluruhan. Karena itu
pada APBD Kab. Tapin pada Tahun 2014 telah dicanangkan pengembangan bawang merah seluas 15 ha
dan APBN untuk seluas 15 ha juga yang didukung dari swadaya petani seluas 8 ha. Dalam mendukung
pengembangan kawasan ini menjadi sentra pengembangan bawang merah di Kalimantan Selatan, maka
atas kesepakatan antara KPw BI Wilayah Kalimantan dan Pemkab. Tapin mengembangkan Klaster Bawang
Merah di Poknak Harapan Bersama Desa Shabah Kec. Bungur Kab. Tapin dengan memberikan bantuan
sarana produksi dan fasilitas pendukung lainnya dari PSBI KPw BI Wilayah Kalimantan yang diharapkan
dapat memenuhi setidaknya sebagian kecil kebutuhan di Kalimantan Selatan.
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
49
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
35
PERKEMBANGANPERBANKAN DAN
SISTEM PEMBAYARAN
Dari berbagai indikator utama perbankan, kinerja perbankan di Kalimantan Selatan pada triwulan
II 2014 tumbuh meningkat. Berdasarkan data Laporan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia, pertumbuhan
aset, DPK dan kredit berdasar lokasi banklebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya.Sementara
itu,kredit berdasar lokasi proyek tercatat tumbuh melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,
sehingga mendorong turun LDR berdasar lokasi proyek.Disisi lain, kredit bermasalah di Kalimantan Selatan
menunjukkan peningkatan sebagaimana tercermin dari peningkatan angka NPL namun masih dalam batas
kewajaran. Seiring dengan meningkatnya NPL, terjadi peningkatan tekanan pada stabilitas sistem keuangan,
yang ditunjukkan dengan meningkatnya probability of default baik sektor korporasi maupun rumah tangga.
1. PERKEMBANGAN BANK UMUM
1.1.Perkembangan Volume Usaha
Pada akhir triwulan II 2014, aset perbankan di Provinsi Kalimantan Selatan tercatat sebesar Rp50,19 triliun
atau tumbuh 10,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya Rp45,46 triliun. Secara tahunan
aset perbankan Kalimantan Selatan tumbuh 12,68% (yoy), ataumeningkatbila dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,15% (yoy).
Tabel 3.1 Perkembangan Beberapa Indikator Bank Umum Kalimantan Selatan
Jika dilihat dari kelompok bank, pertumbuhan aset usaha bank umum terutamaterjadi padakelompok bank
swasta yang tumbuh21,80% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya
tumbuh17,80% (yoy). Sementara itu aset bank umum milik pemerintah tumbuh 9,64% (yoy),
meningkatjika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya berkisar pada level4,79% (yoy).
3
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
36
Grafik 3.1 Pertumbuhan Asset Bank Umum Kalimantan Selatan
Grafik 3.2 Perkembangan DPK Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Simpanan
1.2 Penghimpunan Dana Masyarakat
Dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II-
2014 mencapai Rp38,45 triliun, atau tumbuh8,25% (yoy). Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
periode sebelumnyayang tercatat 5,51% (yoy).Dilihat dari jenis simpanannya, peningkatan pertumbuhan
terjadi pada simpanan dalam bentuk giro dan tabungan, sementara deposito mengalami perlambatan.
Pertumbuhan giro meningkat tajam dari -4,33% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi tumbuh 9,98% (yoy)
pada triwulan laporan. Jika dilihat dari kepemilikannya, pertumbuhan ini didorong oleh kembali tumbuhnya
giro pemerintah daerah (Pemda) sebesar 8,81% (yoy) pada triwulan II-2014 setelah mengalami penurunan -
17,56% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Giro Pemda kembali tumbuh seiring dengan meningkatnya
realisasi pendapatan daerah pada triwulan laporan dibandingkan triwulan yang sama pada tahun
sebelumnya.
Sementara itu, simpanan berbentuk tabungan juga mencatatkan peningkatan pertumbuhan dari 7,49%
(yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 7,98% (yoy) pada triwulan laporan. Jika dilihat dari kepemilikannya,
pertumbuhan tabungan terbesar terjadi pada tabungan swasta perseorangan, yang meningkat 8,09% (yoy).
Peningkatan pertumbuhan tabungan ini terjadi seiring dengan meningkatnya pertumbuhan PDRB sektor
pertanian, yang menyerap tenaga kerja terbanyak di Provinsi Kalimantan Selatan, yaitu 36,84% dari total
tenaga kerja. Pertumbuhan sektor pertanian yang didorong oleh mulainya musim panen padi serta
meningkatnya aktivitas perkebunan, peternakan dan perikanan ini berdampak pada peningkatan
pendapatan masyarakat yang kemudian disimpan di bank dalam bentuk tabungan.
Di sisi lain, deposito terus dalam tren pertumbuhan yang melambat sejak triwulan III-2013, dimana
pertumbuhan deposito pada triwulan II-2014 melambat menjadi 6,89% (yoy) dibanding triwulan
sebelumnya yang mencapai 11,61% (yoy).Jika dilihat dari kepemilikannya, perlambatan pertumbuhan
deposito disebabkan oleh turunnya deposito pemda sebesar -17% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 11,40% (yoy). Turunnya deposito Pemda terjadi seiring dengan meningkatnya
realisasi belanja pemda pada triwulan laporan dibanding dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan deposito
-10,00%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Growth DPK (y-o-y) Growth Giro (y-o-y)
Growth Tabungan (y-o-y) Growth Deposito (y-o-y)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
37
swasta perorangan yang merupakan komponen terbesar dari deposito tumbuh meningkat dari 16,27%
(yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 19,58% (yoy) pada triwulan II-2014.
1.3 Penyaluran Kredit
Berdasarkan data Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Bank Indonesia, kredit yang disalurkan oleh bank
umum di Kalimantan Selatan (kredit menurut lokasi bank) hingga akhir triwulan II-2014 mencapai
Rp33,4triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kredit ini tumbuhsebesar
5,12% (yoy), meningkatdibandingkan dengan triwulan sebelumnyayang tumbuh 4,61% (yoy).
Sementara itu, kredit yang disalurkan seluruh bank umum ke wilayah Kalimantan Selatan (Kredit menurut
lokasi proyek) pada triwulan laporan mencapai Rp45,6 triliun atau tumbuh sebesar 10,78% (yoy), lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat pertumbuhan 12,79% (yoy).
Untuk kredit lokasi proyek, jika dilihat dari jenis penggunaannya, kredit investasi dan konsumsi tercatat
mengalami perlambatan pertumbuhan pada triwulan II-2014. Kredit investasi tumbuh sebesar 12,89% (yoy)
atau lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yangmencapai19,12% (yoy). Penurunan tersebut
terutama disebabkan oleh turunnya kredit investasi pada sektor pertambangan yang mencapai -44,17%
(yoy) seiring dengan melemahnya kinerja sektor tersebut di tengah tekanan harga internasional.
Hal yang sama juga terjadi pada kredit konsumsiyang juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan
I-2014 yaitu dari 16,38% (yoy) menjadi 13,52%(yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan terjadi terutama
pada kredit pemilikan rumah (KPR)yang hanya tumbuh 18,28%(yoy),jauh melambat dibandingkan dengan
triwulan I-2014yang tumbuh mencapai 30,13% (yoy).
Grafik 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum Kalimantan Selatan Menurut Jenis Penggunaan
Grafik 3.4 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Bank Umum Kalimantan Selatan
Sementara itu,kredit modal kerja pada triwulan laporantumbuh6,01% (yoy), atau lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tumbuh4,20% (yoy). Kredit modal kerja mengalami peningkatan pertumbuhan signifikan
terutama pada sektor industri pengolahan, yang pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar -
7,77% (yoy), menjadi tumbuh tajam sebesar 30,96% (yoy).
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Growth Kredit (y-o-y) Growth Modal kerja (y-o-y)
Growth Investasi (y-o-y) Growth Konsumsi (y-o-y)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
38
Dengan perkembangan indikator tersebut, fungsi intermediasi perbankan di Kalimantan
Selatanmenunjukkan penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.Hal ini tercermin dari Loan to
Deposit Ratio (LDR) perbankan Kalimantan Selatan menurut lokasi proyek pada triwulan laporan yang
mencapai 118,61%,atau mengalami penurunan dibandingkantriwulan I-2014 yang tercatat sebesar
121,15%.
1.4 Risiko Likuiditas dan Risiko Kredit
Sementara itu, LDR berdasarkan lokasi bank pada triwulan II-2014 mencapai 86,98%, atau turun
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 88,18%. Dari sisi manajemen risiko, penurunan
LDR ini meningkatkan ketahanan likuiditas bank umum yang beroperasi di Kalimantan Selatan. Sedangkan
dari sisi intermediasi, angka LDR tersebut masih berada dalam batas kewajaran dan menunjukkan tingkat
intermediasi perbankan yang cukup baik.
Risiko kredit yang diindikasikan oleh rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL)tercatatsebesar
2,22%, atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,78%. Ditinjau dari jenis
penggunaannya, peningkatan rasio NPL tersebut terutama didorong oleh NPL pada kredit investasi yang
mengalami peningkatan cukup besar yaitu dari 1,69% pada triwulan I-2014 menjadi 2,40% pada triwulan
laporan.Sementara untuk NPL kredit konsumsidan kredit modal juga juga mengalami peningkatan namun
tidak sebesar kredit investasi, yaitu masing-masing mengalami peningkatan dari 1,57% menjadi 1,74% dan
dari 2,09% menjadi 2,56%.
Sementara itu, jika dilihat dari sektor ekonominya, peningkatan rasio NPL terbesar terjadi di sektor listrik,
gas, dan air, yaitu dari 0,2% pada triwulan I-2014 menjadi 9,08% pada triwulan laporan. Hal ini terkait
dengan realisasi proyek investasi infrastruktur kelistrikan di Kalimantan Selatan yang tidak sesuai jadwal
sehingga pembayarannya terlambat yang akhirnya mempengaruhi kelancaran pembayaran angsuran kredit
terkait dengan proyek tersebut.
1.5 Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM)
Perkembangan kredit yang disalurkan bank umum ke UMKM di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan,
dimana pada akhir triwulan II-2014mencapai Rp11,06 triliun, atau tumbuh 18,34%(yoy), lebih tinggi dari
pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai14,38% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit UMKM
ditengah penurunan kredit non UMKM, menyebabkanpangsa kredit UMKM terhadap total kredit yang
disalurkan juga mengalami peningkatan, yaitu dari 22,08% pada triwulan I-2014 menjadi 24,25% pada
triwulan laporan.
Berdasarkan skala usahanya,penyaluran terbesar dari kredit UMKM kini berada pada kredit usaha menengah,
bukan lagi usaha kecil.Pada triwulan laporan, kredit untuk usaha menengah memiliki pangsa 40,27%, atau
meningkat dari 38,68% pada triwulan sebelumnya. Kredit usaha mikro juga mengalami peningkatan pangsa,
dari 16,56% pada triwulan I-2014 menjadi 21,28% pada triwulan II-2014. Sebaliknya pangsakredit usaha
kecil turun dari 44,76% pada triwulan sebelumnya menjadi 38,45% pada triwulan laporan.
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
39
Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaan,kredit UMKM terutama disalurkan dalam bentuk kredit modal
kerja dengan pangsa sebesar 65,57%,sedangkanuntuk kredit investasi sebesar 34,43%.
Terkait kinerja kredit UMKM yang diperlihatkan oleh parameter Non Performing Loan (NPL) secara
keseluruhan pada triwulan II-2014 sebesar3,87%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tercatat3,72%. Peningkatan NPL tersebut terjadi pada semua jenis kredit UMKM, dimana peningkatan
tertinggi terjadi pada kredit kecil yang meningkat dari 3,99% pada triwulan I-2014 menjadi 4,29% pada
triwulan laporan. Peningkatan tersebut juga terjadi pada kredit mikro dan menengah yang masing-masing
tercatat sebesar 3,19% dan 3,83% pada triwulan laporan.
Grafik 3.5 Kredit UMKM Berdasarkan Klasifikasi Usaha
Grafik 3.6 NPL Kredit UMKM di Wilayah Kalimantan Selatan
2. PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH
Sejalan dengan perkembangan perbankan secara umum, kinerja perbankan syariah juga masih
menunjukkan perkembangan yang positif khususnya dari sisi aset. Pada akhir triwulan laporan, aset bank
umum syariah dan unit usaha syariah di Provinsi Kalimantan Selatan mencapai Rp3,79 triliun, atau
meningkat 3,39% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara tahunan perkembangan volume
usaha kelompok syariah mengalami pertumbuhan yang melambat, yaitu dari 16,79% (yoy) pada triwulan I-
2014 menjadi 15,45% (yoy) pada triwulan laporan.
Tabel 3.2. Perkembangan Kinerja Bank Umum Syariah
Dari sisi penghimpunan dana, DPK perbankan syariah pada akhir triwulan laporan mencapai Rp2,63 triliun
atau tumbuh 18,06% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat 11,03% (yoy).
Meningkatnya pertumbuhan DPK terutama terjadi pada jenis simpanan dalam bentuk giro yang tumbuh
sebesar 50,05% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan I-2014 sebesar 33,57% (yoy). Begitu
II III IV I II III IV I II
Asset (Rp Miliar) 2.494 2.737 3.020 3.138 3.282 3.468 3.711 3.665 3.789
Pembiayaan lokasi proyek (Rp Miliar) 2.045 2.260 2.481 2.870 3.199 3.477 3.677 3.716 4.006
Dana (Rp Miliar) 1.948 2.062 2.242 2.296 2.231 2.359 2.707 2.549 2.634
FDR lokasi proyek (%) 105,01% 109,61% 110,66% 124,98% 143,42% 147,41% 135,81% 145,74% 152,13%
NPF lokasi proyek (%) 1,35% 2,45% 2,16% 2,77% 2,45% 1,68% 1,76% 2,04% 2,55%
2013 20142012Keterangan (Miliar Rp)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
40
pula untuk 2 (dua) jenis simpanan yang lain yaitu tabungan dan deposito masing-masing tumbuh 13,4%
(yoy) dan 16,11% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing hanya tercatat
sebesar 7,62% (yoy) dan 11,27% (yoy).
Sementara itu, realisasi pembiayaan syariah yang disalurkan oleh perbankan (berdasarkan lokasi proyek) di
provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2014 mencapai Rp4,01 triliun, lebih tinggi dari triwulan
sebelumnya yang tercatat Rp3,72 triliun. Namun secara tahunan,pertumbuhan kredit syariah mengalami
perlambatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 29,47% (yoy) menjadi 25,23%
(yoy). Dilihat dari jenis kreditnya, menurunnya pembiayaan syariah ini terjadi pada pembiayaan modal kerja
yang tumbuh 37,66% (yoy), melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai
58,34% (yoy). Pertumbuhan kredit konsumsi syariah juga relatif mengalami perlambatan, dari 20,49% (yoy)
menjadi 20,44% (yoy) pada triwulan laporan. Sebaliknya, kredit investasi syariah mengalami peningkatan
pertumbuhan, dari 8,04% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 16,38% (yoy) pada triwulan II-2014.
Dengan perkembangan tersebut, Financing to DepositRatio(FDR) menurut lokasi proyek pada triwulan II-
2014 tercatat152,13%, meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya 145,74%.
Kondisi ini menjadi indikasi bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah pada triwulan laporan masih
berjalan baik. Namun meningkatnyafungsi intermediasi ini tidak diikuti dengan membaiknya kinerja
pembiayaan. Rasio Non Performing Financing (NPF) pada akhir triwulan laporan tercatat 2,55%, meningkat
dibandingkantriwulan I-2014yang sebesar 2,04%. Peningkatan tingkat risiko pembiayaan ini terutama
terjadi pada pembiayaan yang bersifat investasidimana NPF tercatat meningkat dari 2,40% pada triwulan I-
2014 menjadi 3,71%pada triwulan laporan.
Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Syariah, DPK dan FDR Bank Syariah Kalimantan Selatan
Grafik 3.8 Perkembangan NPF Bank Syariah Kalimantan Selatan
3. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksipembayaran tunai di Kalimantan Selatan melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II
(Kaliamantan)selama triwulan II-2014, menunjukkan net inflow. Penukaran uang pecahan kecildan temuan
uang palsu sedikit mengalami penurunan selama triwulan laporan. Sementara itu pada sistem pembayaran
non tunai baik melalui kliring dan RTGS mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya.
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
41
3.1 Transaksi Pembayaran Tunai
Pada triwulan II-2014, total transaksi tunai melalui loket Kantor Perwakilan (KPw) BI Wilayah II(Kalimantan)
khususnya uang kartal masuk (inflow) tercatat mengalami penurunan, sedangkan uang kartal keluar
(outflow) mengalami peningkatan.Hal ini sesuai dengan siklus ekonomi tahunan yang mulai menggeliat
pada triwulan II.
a. Aliran Uang Kartal Masuk/Keluar (Inflow/Outflow)
Total perputaran aliran uang kartal pada triwulan II-2014 sedikit mengalami peningkatan sebesar 16,6% (qtq)
dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,23 triliun. Peningkatan tersebut
terutama terjadi pada aliran uang keluar (outflow) yang naik cukup tajam, yaitusebesar 72,77% (qtq) dari
Rp1,02 triliun pada triwulan I-2014 menjadi Rp1,76 triliun. Mulaiterealisasi proyek pemerintah dan swasta di
kuartal kedua merupakan salah satu faktor utama terjadinya peningkatanoutflow tersebut.Sementara itu,
jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) mengalami penurunan sebesar 4,89% (qtq) yaitu
dari Rp 2,66 triliun menjadi Rp 2,54 triliun. Untuk itu, transaksi pembayaran tunai di Kalimantan Selatanpada
triwulan II-2014 mengalami net inflow sebesar Rp 773 miliar.
Grafik 3.9 Perkembangan Inflow dan Outflow di Kalimantan Selatan
Grafik 3.10 Perkembangan Penukaran Uang di Kantor Perwakilan BI Wilayah II (Kalimantan
b. Perkembangan Penukaran Uang Rupiah
Selama triwulan II-2014, jumlah nominal penukaran uang baik melalui kegiatan kas keliling maupun loket
penukaran uang di KPw BI Wilayah Kalimantan tercatat mencapai Rp54,58 miliar, atau meningkat 19,62%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp45,63miliar. Jika dilihat dari pecahannya, uang
pecahan kecil yaitu Rp2.000, Rp5.000 dan Rp10.000 menjadi pecahan yang paling banyak diminta oleh
masyarakat dalam kegiatan penukaran uang di KPw BI Wilayah II (Kalimantan).
Selain menerima penukaran uang rupiah melalui loket di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II
(Kalimantan), selama triwulan II-2014 Bank Indonesia juga melakukan penukaran langsung ke tengah
masyarakat melalui kegiatan kas keliling sebanyak 12kali termasuk ke daerah terpencil. Kas Keliling tersebut
merupakan salah satu upaya aktif Bank Indonesia untuk mendukung ketersediaan uang layak edar di
masyarakat.
(3.000)
(2.000)
(1.000)
-
1.000
2.000
3.000
II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp Miliar) Net Inflow/Outflow (Rp Miliar)
-100%
-50%
0%
50%
100%
150%
200%
250%
300%
-
20.000
40.000
60.000
80.000
100.000
120.000
140.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2009 2010 2011 2012 2013 2014
Nominal (Rp Juta) % Growth (qtq)
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
42
c. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan
Selama triwulan II-2014 tercatat sebanyak 167 lembar uang palsu yang ditemukan di wilayah Kalimantan
Selatan.Jumlah temuan uang palsu tersebut relatif menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang mencapai 177 lembar. Dilihat dari sumbernya, uang palsu tersebut ditemukan dari penukaran uang di
loket Bank Indonesia, kegiatan kas keliling, loket perbankan, setoran perbankan, maupun yang dilaporkan
masyarakat atau ditemukan oleh pihak kepolisian.Seiring jumlah bilyet uang palsu pada triwulan II-2014 yang
menurun, rasio jumlah uang palsu terhadap aliran uang masuk (inflow) juga menurun dibandingkan dengan
triwulan I-2014 yaitu dari 0,000332% menjadi 0,000329% pada triwulan laporan.Seperti pada triwulan
sebelumnya, mayoritas uang palsu yang ditemukan merupakan uang pecahan Rp100.000 dan pecahan
Rp50.000.
Sebagai upaya untuk menanggulangi peredaran uang palsu tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Wilayah II (Kalimantan) terus berupaya untuk meningkatkan awareness dari masyarakat melalui berbagai
macam kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat dan berbagai
daerah di Kalimantan Selatan.
Grafik 3.11 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan
Grafik 3.12 Share Pecahan Uang Palsu di Wilayah Kalimantan Selatan
3.2 Transaksi Pembayaran Non-Tunai
Selama triwulan II-2014, transaksi pembayaran non tunai melalui BI-RTGS dan Kliring yang dilakukan
melalui KPwBI Wilayah Kalimantan cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode
sebelumnya.Peningkatan tersebut seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi di sesuai dengan siklus
tahunannya.
a. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)
Transaksi non-tunai yang bernilai besar khususnya lebih dari Rp500 juta harus dilakukan melalui sarana
Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). Selama triwulan II-2014 ini transaksi melalui BI-RTGS
mengalami peningkatanbaik dari sisi nominal maupun dari sisi volume transaksi.Nilai nominal transaksi
melalui BI-RTGS pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp43,38 triliun atau meningkat
0,000000%
0,000500%
0,001000%
0,001500%
0,002000%
0,002500%
0
100
200
300
400
500
600
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2010 2011 2012 2013 2014
Lembar Uang Palsu Rasio UPAL/UYD
13%40%
19% 22% 15% 16% 5% 12%4% 10%
21%
17%
14%
69%
28% 30%
12%
49%
26% 16%
65%43%
67%
9%
55% 54%
81%
36%
69% 74%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
I II III IV I II III IV I II
2012 2013 2014
Pecahan 2 ribu ke bawah Pecahan 5 ribu Pecahan 10 ribu
Pecahan 20 ribu Pecahan 50 ribu Pecahan 100 ribu
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
43
sebesar14,49%(qtq), sedangkan untuk volume transaksi mengalami peningkatan sebesar 1,88% (qtq) dari
41.979 transaksi menjadi 42.769 transaksi.
Tabel 3.3.Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS di Kalimantan Selatan
b. Transaksi Kliring
Sejalan dengan peningkatan transaksi BI-RTGS, transaksi kliring pada triwulan II-2014 juga mengalami
peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan nominal transaksi kliring mencapai
Rp4,12 triliunatau sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 0,18% (qtq) dari triwulan sebelumnya.Apabila
dihitung dengan jumlah hari kerja pelaksanaan kliring, maka rata-rata harian perputaran kliring adalah sebesar
Rp68,67miliar. Namun demikian, jumlah warkat yang ditransaksikan relatif tidak mengalami peningkatan yang
signifikan, dari 78.153 lembar menjadi 80,037 lembar, atau rata-rata perputaran harian sebanyak
1.351lembar.
Grafik 3.13 Perkembangan Jumlah Perputaran Kliring di Kalimantan Selatan
Grafik 3.14 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Kalimantan Selatan
Sementara itu, penolakan cek dan bilyet giro kosong yang ditemukan dalam transaksi kliring mengalami
peningkatan baik dari sisi nominal maupun jumlah transaksi.Dari sisi jumlah transaksi, rata-rata harian
cek/bilyet giro kosong mencapai 40 lembar, meningkat dari triwulan sebelumnya yang berkisar pada 30
lembar. Secara nominal, jumlah cek dan bilyet giro kosong yang ditemukan pada triwulan II-2014 rata-rata
mencapai Rp2,04 miliar per hari, meningkat dari triwulan I-2014 yang sebesarRp1,70 miliar per hari.
Nilai Nilai Nilai Nilai
(Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp)
1 19.292 17.164 13.419 21.756 4.735 4.977 37.446 43.897
2 19.362 12.032 13.713 22.081 4.628 5.056 37.702 39.169
3 21.262 18.696 15.923 22.815 5.038 5.165 42.223 46.676
4 23.349 20.305 18.066 25.107 5.777 5.700 47.191 51.112
1 23.216 17.547 18.201 21.627 5.114 4.775 46.531 43.949
2 31.699 21.394 22.743 23.651 6.634 5.272 61.076 50.317
3 24.859 21.048 14.982 22.437 5.327 5.055 45.168 48.540
4 28.709 22.721 17.406 24.750 6.160 5.619 52.275 53.090
1 29.824 20.355 15.097 21.371 4.921 4.784 49.842 46.510
2 35.465 20.769 16.537 22.214 5.646 4.847 57.648 47.830
3 24.719 18.523 15.681 20.081 6.395 4.786 46.795 43.390
4 21.801 20.003 16.345 21.560 6.543 5.146 44.688 46.709
1 18.241 18.298 14.162 18.997 5.485 4.684 37.888 41.979
2 21.854 18.841 15.473 19.334 6.050 4.594 43.376 42.769 2014
FROM TO FROM - TO TOTAL
Volume Volume Volume VolumePeriode
2011
2012
2013
0,00,51,01,52,02,53,03,54,04,55,0
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Nominal (Triliun Rp) Transaksi (ribu lembar)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500
5.000
II III IV I II III IV I II III IV I II
2011 2012 2013 2014
Nominal Per Hari (Juta Rp) Lembar Per Hari
Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
44
BOKS 3
Penyelenggaraan Bank Indonesia Sistem InformasiLayanan Kas (BISILK)
Bank Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kelancaran proses layanan kas untuk
memenuhi kebutuhan uang Rupiah di masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang
sesuai, tepat waktu, dan dalam kondisi yang layak edar.
Langkah terbaru yang ditempuh Bank Indonesia adalah melalui penerbitan Surat Edaran no.16/6/DPU
tanggal 17 April 2014 tentang penerapan Bank Indonesia Sistem Layanan Kas (BISILK).
1. BISILK merupakan sistem informasi yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia dan digunakan oleh
bank untuk menunjang kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang yang terdiri dari:
a. informasi posisi likuiditas;
b. transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
c. rencana Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang; dan
d. laporan terkait kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang,
yang diproses secara elektronik, on-line, dan tersentralisasi.
2. Penyelenggara BISILK adalah Bank Indonesia, sementara Bank peserta BISILK adalah kantor Bank yang
ditunjuk sebagaikoordinator dalam kegiatan Penyetoran Uang dan/atau PenarikanUang. Setiap Bank
hanya dapat menunjuk 1 (satu) kantor Bankuntuk bertindak sebagai koordinator pada 1 (satu) wilayah
kerjakantor Bank Indonesia setempat sebagai peserta BISILK.
3. BISILK mulai diimplementasikan pada tanggal 21 April 2014 untuk Bank yang berada di wilayah kerja
Kantor Pusat Bank Indonesia, dan tanggal 18 Agustus 2014 untuk Bank yang berada di luar wilayah
kerja Kantor Pusat Bank Indonesia. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh melalui implementasi
BISILK adalah:
a. meningkatkan kecepatan, keamanan, keakuratan, akuntabilitas, transparansi, dan
kenyamanan dalam kegiatan Penyetoran Uang dan/atau Penarikan Uang;
b. meningkatkan efektifitas dan efisiensi manajemen kas perbankan; dan
c. mengoptimalkan proses sirkulasi uang Rupiah di masyarakat.
4. Informasi lebih lengkap mengenai SE ini dapat dilihat pada website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Bab 4 Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
46
BAB IV KEUANGAN DAERAH
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 4 Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
47
KEUANGAN DAERAH
Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, kinerja keuangan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan selama triwulan II-2014 mengalami perbaikan. Hal
ini ditunjukkan baik dari sisi realisasi pendapatan daerah maupun dari sisi realisasi belanja
yang keduanya mengalami peningkatan.
Kinerja APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada pos pendapatan daerah sampai dengan triwulan II-
2014 relatif membaik. Hal ini dicerminkan oleh realisasinya yang mencapai Rp2,42 triliun atau sebesar
51,44% dari Rp4,70 triliun anggaran pendapatan tahun 2014. Kinerja tersebut menunjukkan sedikit
peningkatan dari triwulan II-2013, dimana realisasi berada pada tingkat 50,26% atau Rp2,2 triliun dari
total anggaran sebesar Rp4,37 triliun.
Tabel 4.1.Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Juta)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Sementara itu, realisasi belanja daerah dalam APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan laporan
terserap 35,05%, atau Rp1,85 triliun dari Rp5,27 triliun yang dianggarkan. Penyerapan ini relatif
meningkat dibanding triwulan yang sama pada tahun 2013, yaitu sebesar Rp1,62 triliun atau 32,61%
dari Rp4,97 triliun anggaran.
1. Realisasi Pos Pendapatan Daerah
Dari sisi pos pendapatan, realisasi APBD Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II-
2014 menunjukkan kinerja yang sedikit mengalami perbaikan dibandingkan periode
sebelumnya.
2013 2014 2013 2014 2013 2014
Pendapatan Daerah 4.369.706 4.701.326 2.196.328 2.418.264 50,26% 51,44%
Pendapatan Asli Daerah 2.751.770 2.975.594 1.237.096 1.398.920 44,96% 47,01%
Dana Perimbangan 1.270.215 1.374.101 790.385 837.186 62,22% 60,93%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 347.721 351.632 168.846 182.158 48,56% 51,80%
Belanja Daerah 4.973.326 5.266.326 1.621.569 1.846.036 32,61% 35,05%
Belanja Operasi 3.963.757 3.919.559 1.404.658 1.492.701 35,44% 38,08%
Belanja Modal 999.569 1.336.767 214.985 351.442 21,51% 26,29%
Belanja Tidak Terduga 10.000 10.000 1.926 1.893 19,26% 18,93%
Uraian Pos APBDAPBD Realisasi s/d Triwulan II % Realisasi
4
Bab 4 Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
48
Efektivitas keuangan daerah1, sebagaimana diukur melalui realisasi Pendapatan Asli Daerah
(PAD), pada triwulan laporan mencapai 47,01% dari total PAD yang dianggarkan. Hal ini
menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan triwulan II-2013 yang hanya mencapai 44,96%.
Namun demikian, tingkat efektivitas keuangan daerah pada triwulan laporan belum dapat kembali ke
tingkat yang sama seperti triwulan II-2012, yang mencapai 67,35% dari anggaran PAD.
Tabel 4.2.Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Seiring dengan meningkatnya realisasi PAD, kemandirian daerah2 Provinsi Kalimantan Selatan selama
triwulan II-2014 juga mulai mengalami peningkatan. Rasio kemandirian daerah mencapai 57,85%,
membaik dibanding dengan triwulan yang sama pada periode sebelumnya yang hanya mencapai
56,33%.
Di sisi lain, kemampuan fiskal daerah3 Provinsi Kalimantan Selatan dalam membiayai belanja sedikit
mengalami penurunan, dari 76,29% pada triwulan I-2013 menjadi 75,78%. Peningkatan realisasi PAD
sebesar 13,08% (yoy) belum dapat menyamai peningkatan realisasi belanja daerah, yang meningkat
sebesar 13,84% (yoy). Hal ini berakibat pada meningkatnya ketergantungan daerah terhadap dana
perimbangan.
1Efektivitas Keuangan Daerah merupakan rasio realisasi pendapatan asli daerah terhadap rencana pendapatan asli daerah yang dianggarkan. Indikator ini menunjukkan sejauh mana efektivitas pemerintah daerah dalam merealisasikan target pendapatan asli daerahnya.
2Rasio kemandirian daerah (desentralisasi fiskal) merupakan perbandingan Pendapatan asli daerah (PAD) terhadap pendapatan daerah secara keseluruhan, semakin tinggi rasio yang dimiliki maka semakin mandiri daerah tersebut
3Kemampuan Fiskal Daerah merupakan rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap realisasi belanja daerah pada periode yang sama. Indikator ini menunjukkan sejauh mana kemandirian pemerintah daerah dalam membiayai belanja daerahnya.
2013 2014 2013 2014 2013 2014
Pendapatan Asli Daerah 2.751.770 2.975.594 1.237.096 1.398.920 44,96% 47,01%
Hasil Pajak Daerah 2.481.325 2.652.000 1.042.641 1.157.028 42,02% 43,63%
Hasil Retribusi Daerah 7.069 18.205 5.800 9.705 82,04% 53,31%
Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 43.528 33.666 37.016 44.141 85,04% 131,12%
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 219.848 271.723 151.639 188.047 68,97% 69,21%
Dana Perimbangan 1.270.215 1.374.101 790.385 837.186 62,22% 60,93%
Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 545.150 647.375 379.204 411.589 69,56% 63,58%
Dana Alokasi Umum 683.511 701.726 398.715 409.340 58,33% 58,33%
Dana Alokasi Khusus 41.554 25.000 12.466 16.257 30,00% 65,03%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 347.721 351.632 168.846 182.158 48,56% 51,80%
Pendapatan Daerah 4.369.706 4.701.326 2.196.328 2.418.264 50,26% 51,44%
Uraian Pos APBDAPBD Realisasi s/d Triwulan II % Realisasi
Bab 4 Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
49
Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah dalam APBD Triwulan II-
2014
Grafik 4.2 Rasio Kemandirian Daerah/ Desentralisasi Fiskal
Dilihat dari komponen pembentuk PAD, komponen yang mengalami peningkatan terbesar terjadi
pada komponen retribusi daerah, yaitu mencapai Rp9,7 miliar, atau meningkat 67,33% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp5,8 miliar. Selain
itu, Pajak Daerah juga mengalami kenaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun
sebelumnya, yaitu dari Rp1,24 triliun menjadi Rp1,4 triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat
kesadaran dan partisipasi masyarakat serta dunia usaha di Kalimantan Selatan semakin meningkat
dalam mendorong pembangunan melalui pembayaran pajak dan retribusi daerah.
Sementara itu, persentase realisasi dana perimbangan cenderung menurun dibandingkan periode yang
sama tahun sebelumnya, yaitu dari 62,22% pada triwulan II-2013 menjadi 60,93% pada triwulan
laporan, walaupun realisasi nominal meningkat dari Rp790,39 miliar menjadi Rp837,19 miliar.
Menurunnya realisasi tersebut terutama dipengaruhi oleh sub komponen Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak,
yang menurun dari 69,56% pada triwulan II-2013 menjadi 63,58% pada triwulan II-2014.
2. Realisasi Belanja Daerah
Sejalan dengan pos pendapatan, realisasi sisi pos belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan selama triwulan II-2014 tercatat sebesar 35,05%, atau mengalami peningkatan dari
32,61% pada periode yang sama tahun 2013. Dilihat dari nominalnya, realisasi belanja mengalami
peningkatan sebesar 13,84 % (yoy), yaitu dari Rp1,62 triliun pada triwulan II-2013 menjadi Rp1,85
triliun pada triwulan laporan.
Ditinjau dari komponen belanja daerah, baik belanja operasi maupun belanja modal mengalami
peningkatan realisasi. Pada belanja operasi, realisasi pada triwulan II-2014 mencapai Rp1,49 triliun
atau 38,08% dari total anggaran, meningkat dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
yang hanya mencapai Rp1,4 triliun atau 35,44% dari total anggaran. Meningkatnya prosentase
realisasi pada triwulan II-2014 terutama didorong oleh meningkatnya realisasi anggaran belanja
barang dan jasa dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya.
67,35% 44,96% 47,01%0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Tw2-2012 Tw2-2013 Tw2-2014
60,95% 56,33% 57,85%53%54%55%56%57%58%59%60%61%62%
Tw2-2012 Tw2-2013 Tw2-2014
Bab 4 Keuangan Daerah
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
50
Tabel 4.3.Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalsel (Rp Miliar)
Sumber: Biro Keuangan Provinsi Kalimantan Selatan
Hal yang sama juga terjadi pada realisasi komponen belanja modal yang mengalami peningkatan.
Sampai dengan akhir triwulan II-2014, realisasi telah mencapai Rp351,44 miliar, atau 26,29% dari
anggaran 2014. Realisasi ini lebih tinggi dari periode yang sama tahun 2013, dimana pada periode
tersebut belanja modal terealisasi sebesar 21,51% dengan nominal Rp215 miliar.
Peningkatan realisasi belanja modal tersebut mengindikasikan peningkatan perhatian pemerintah untuk
penyediaan infrastruktur yang lebih baik. Hal ini mengingat belanja modal pada umumnya dipergunakan
untuk membiayai pembangunan sarana dan prasarana untuk mendorong investasi dan memperlancar
distribusi sehingga dapat menjadi motor pendorong perekonomian daerah. Kondisi ini juga tercermin
dari meningkatnya rasio realisasi belanja modal pemerintah terhadap realisasi belanja total yang
mencapai 19,04% pada triwulan II-2014, meningkat signifikan dibanding triwulan II-2013 yang hanya
mencapai 13,26%.
Grafik 4.3 Prosentase Realisasi Belanja Modal Terhadap Anggaran Belanja Modal
Grafik 4.4 Rasio Realisasi Belanja Modal Terhadap Belanja Total
2013 2014 2013 2014 2013 2014
Belanja Operasi 3.963.757 3.919.559 1.404.658 1.492.701 35,44% 38,08%
Belanja Pegawai 806.693 866.944 304.277 317.186 37,72% 36,59%
Belanja Barang dan Jasa 1.028.254 1.276.271 344.487 426.745 33,50% 33,44%
Hibah 421.620 396.546 190.526 171.519 45,19% 43,25%
Belanja Bantuan Sosial 422.781 10 47 - 0,01% 0,00%
Belanja Bantuan Keuangan 1.284.409 1.379.788 565.321 577.251 44,01% 41,84%
Belanja Modal 999.569 1.336.767 214.985 351.442 21,51% 26,29%
Belanja Tidak Terduga 10.000 10.000 1.926 1.893 19,26% 18,93%
Total Belanja 4.973.326 5.266.326 1.621.569 1.846.036 32,61% 35,05%
Uraian Pos APBDAPBD Realisasi s/d Triwulan II % Realisasi
1111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111111411111111111044444441100140014 014411014014 0 104
BAB V KETENAGAKERJAAN DAN
KESEJAHTERAAN
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
53
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Seiring dengan melambatnya kinerja perekonomian Kalimantan Selatan, pada triwulan II-2014 ini
kondisi ketenagakerjaan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari hasil liaison dan Survei
Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja pada
triwulan laporan relative stabil. Namun demikian, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan penyerapan tenaga kerja khususnya
pada sektor industri pengolahan serta sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran walaupun tidak terlalu besar.
Sementara itu, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan pada triwulan laporan secara umum
memperlihatkan kecenderungan yang menurun. Berbagai indikator seperti peningkatan daya beli
masyarakat dari hasil Survei Konsumen memperlihatkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap
Penghasilan Saat Ini mengalami mengalami penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Kalsel yang juga
mengalami penurunan, serta adanya peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan, Indeks Keparahan
Kemiskinan dan peningkatan garis kemiskinan.
1. KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan hasil liaison Bank Indonesia, jumlah penggunaan tenaga kerja pada triwulan laporan relatif
stabil, hal ini dikonfirmasi oleh sebagian besar contact liaison yang menyatakan bahwa contact tidak
menambah maupun mengurangi jumlah tenaga kerja. Sementara dari hasil Survei Konsumen (SK) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia, indeks ketersediaan lapangan kerja yang merupakan persepsi masyarkat
terhadap kondisi saat ini dibandingkan periode sebelumnya, mengalami penurunan dari 132,5 pada
triwulan I-2014 menjadi 116,7 pada triwulan II-2014 (Grafik 5.2) Namun indeks tersebut masih berada di
atas angka 100 yang artinya masyarakat masih optimis terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan di
Kalimantan Selatan.
Di sisi lain, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia pada triwulan II-2014
mengindikasikan kenaikan realisasi penggunaan tenaga kerja pada dunia usaha di Kalimantan Selatan,
dimana tercermin dari angka saldo bersih tertimbang (SBT) realisasi penggunaan tenaga kerja triwulan II-
2014 sebesar 8,06, atau mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -
3,50 (Grafik 5.1). Kondisi tersebut terutama disebabkan oleh membaiknya ekspektasi pelaku usaha, seiring
meningkatnya aktivitas di sektor perdagangan hotel dan restoran, khususnya menjelang bulan Ramadhan
dan musim liburan sekolah. Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2014, dua dari tiga sektor utama (sektor
pertanian dan sektor PHR) di Kalimantan Selatan mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja, kecuali
5
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
54
sektor pertambangan yang menurun, seiring belum meningkatnya permintaan dan harga komoditas
batubara yang mendorong pelaku usaha untuk tidak melakukan penambahan tenaga kerja.
2. KESEJAHTERAAN
Selama triwulan II-2014, tingkat kesejahteraan masyarakat Kalimantan Selatan mengalami
penurunan. Hal ini dikonfirmasi dari beberapa indikator kesejahteraan yang dihasilkan selama triwulan
laporan di bawah ini.
2.1. Daya Beli Masyarakat
Bedasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II
(Kalimantan), Indeks Penghasilan Konsumen (IPK) pada triwulan II-2014 sebesar 147,1 atau menunjukkan
penurunan dari triwulan I-2014 yang mencapai 152,1. Hal ini juga tercermin dari nilai Indeks Tendensi
Konsumen (ITK) Kalimantan Selatan yang dirilis oleh BPS untuk triwulan II-2014 sebesar 107,86 atau
menurun dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang tercatat 111,47. Penurunan ini sejalan dengan
turunnya UMP riil Kalimantan Selatan karena cukup tingginya tingkat inflasi pada semester I-2014 akibat
kenaikan harga pangan dan komoditas strategis lainnya.
Namun demikian, Indeks Ekspektasi Penghasilan Konsumen pada triwulan III-2014 menunjukkan masih
berada pada level yang optimis dan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, yaitu dari 147,1 menjadi 152,9.
Grafik 5.1 Saldo Bersih tertimbang Indikator Jumlah Tenaga Kerja
Grafik 5.2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
55
2.2. Nilai Tukar Petani
NTP adalah suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang
diperlukan petani untuk konsumsi untuk rumah tangganya dan untuk keperluan memproduksi produk
pertanian. Oleh karena itu, NTP dapat dijadikan alat ukur untuk tingkat kesejahteraan masyarakat
khususnya yang berkerja di sektor pertanian. Pada triwulan II-2014, NTP Kalimantan Selatan tercatat sebesar
99,89, atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 100,12. Penurunan NTP pada
triwulan laporan didorong oleh penurunan indeks harga yang diterima petani lebih besar daripada
penurunan indeks harga yang dibayar petani.
Dilihat dari sub sektornya, hampir seluruh subsektor mengalami penurunan NTP, dimana penurunan terbesar
terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan, yaitu dari 97,8 menjadi 93,87 atau turun 4,02% jika
dibandingkan triwulan lalu (qtq). Sementara itu, hanya subsektor peternakan yang mengalami kenaikan NTP,
yaitu dari 108,97 menjadi 109,27. Namun, mengingat penurunan di 4 subsektor lainnya yang jauh lebih
dalam dibandingkan kenaikan NTP di subsektor perkebunan, mengakibatkan NTP di Kalimantan Selatan
mengalami penurunan sebesar 1,3% (qtq) atau 6,07% (yoy).
Jika di bandingkan dengan propinsi lainnya di Indonesia, NTP Kalimantan Selatan mengalami penurunan
ranking yang cukup besar, dimana saat ini berada pada urutan ke-24 sementara pada triwulan sebelumnya
berada pada urutan ke-14. Sementara jika dibandingkan dengan propinsi lainnya di Kalimantan, NTP
Kalimantan Selatan berada di urutan ke-2 setelah Kalimantan Tengah dengan NTP 101,23, kemudian
Kalimantan Timur di urutan 3 dengan NTP 99,77 dan Kalimantan Barat berada di urutan terakhir dengan NTP
97,05.
Grafik 5.3 Indeks Keyakinan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini
Grafik 5.4 Upah Riil di Kalimantan Selatan
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wilayah II (Kalimantan) Sumber: BPS Provinsi Kalsel, diolah
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
56
Grafik 5.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalsel
Sumber : BPS Provinsi Kalsel, diolah
Tabel 5.1 Perubahan Nilai Tukar Petani Kalimantan Selatan (Tahun Dasar 2007)
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
II III IV I II III IV I II qtq yoy
107,37 106,66 106,61 105,46 105,49 102,61 96,56 98,97 98,76 -0,21% -6,38%
146,39 147,27 147,91 149,95 150,01 149,99 102,30 105,80 107,66 1,76% -28,23%
a. 146,64 147,17 147,82 149,90 149,35 149,35 102,11 106,08 108,13 1,93% -27,60%
b. 145,09 147,78 148,37 150,21 153,31 153,20 103,88 103,35 103,57 0,21% -32,44%
136,33 138,07 139,52 142,20 142,20 146,17 105,94 106,90 109,01 1,97% -23,34%
a. 138,50 140,48 141,84 145,08 145,01 149,73 106,43 107,41 109,83 2,25% -24,26%
b. 127,90 128,70 130,48 130,97 131,24 132,28 104,58 105,48 106,72 1,18% -18,68%
128,53 128,84 126,04 123,64 125,26 123,18 100,79 100,94 98,86 -2,06% -21,08%
173,53 176,07 173,76 173,88 176,17 178,12 106,37 107,60 107,83 0,21% -38,79%
a. 200,85 203,09 204,89 211,18 215,73 221,44 117,41 117,61 118,61 0,85% -45,02%
b. 166,71 169,33 166,00 164,58 166,30 167,32 102,82 104,52 104,48 -0,04% -37,17%
c. Tanaman Obat 103,54
135,01 136,65 137,87 140,63 140,64 144,59 104,02 106,60 109,07 2,32% -22,45%
a. 137,05 139,02 140,34 143,53 143,48 148,05 105,54 107,20 109,99 2,60% -23,34%
b. 124,36 124,31 124,95 125,48 125,81 126,56 103,04 103,63 104,53 0,87% -16,91%
93,66 94,28 95,34 95,71 93,07 90,70 98,92 97,80 93,87 -4,02% 0,86%
124,59 127,12 129,41 132,20 128,53 128,95 104,71 104,43 102,22 -2,12% -20,47%
124,59 127,12 129,41 132,20 128,53 128,95 104,71 104,43 102,22 -2,12% -15,27%
133,02 134,83 135,74 138,13 138,10 142,17 105,86 106,77 108,90 1,99% -20,46%
a. 137,61 139,83 140,89 144,08 143,95 148,81 106,47 107,51 109,85 2,18% -27,04%
b. 120,52 121,21 121,70 121,89 122,17 124,04 103,40 103,76 105,02 1,21% -14,04%
104,13 104,58 104,90 104,11 104,75 105,52 108,93 108,97 109,27 0,28% 4,32%
132,56 134,44 135,77 136,98 137,57 142,27 113,54 114,35 116,33 1,73% -15,44%
a. Ternak Besar 122,18 123,07 125,76 126,84 126,69 129,03 119,53 118,50 120,67 1,83% -4,75%
b. Ternak Kecil 133,21 134,41 136,97 137,36 138,35 140,62 110,37 111,17 111,91 0,67% -19,11%
c. 138,34 140,99 141,21 142,86 146,29 150,55 113,04 113,06 115,51 2,17% -21,04%
d. 147,17 150,36 149,93 151,06 149,99 160,35 109,76 113,05 114,39 1,19% -23,73%
127,30 128,55 129,42 131,58 131,34 134,83 104,23 104,93 106,46 1,46% -18,94%
a. 138,13 140,02 141,24 144,47 144,02 149,05 106,56 107,57 109,96 2,22% -23,65%
b. 106,93 106,98 107,19 107,31 107,47 108,07 101,62 101,98 102,54 0,55% -4,59%
86,68 86,51 88,17 87,99 88,68 89,39 107,80 108,58 108,09 -0,45% 21,89%
110,12 111,27 113,89 115,57 116,15 120,09 115,75 117,56 118,70 0,97% 2,20%
a. 106,28 106,95 109,90 111,62 112,37 116,76 116,72 119,10 119,59 0,41% 6,43%
b. 119,31 121,60 123,44 125,01 125,17 128,05 113,18 113,46 116,35 2,55% -7,05%
127,04 128,63 129,17 131,34 130,98 134,35 107,37 108,27 109,81 1,42% -16,16%
a. 134,81 137,18 138,01 141,00 140,49 145,34 109,52 110,55 112,77 2,01% -19,73%
b. 111,15 111,13 111,08 111,57 111,52 111,83 103,54 104,18 104,54 0,35% -6,26%
107,78 107,57 107,00 106,23 106,34 104,26 100,44 101,21 99,89 -1,30% -6,07%
144,51 146,02 146,55 148,21 148,32 149,47 106,19 107,92 108,54 0,57% -26,82%
134,08 135,75 136,96 139,53 139,48 143,36 105,72 106,63 108,66 1,90% -22,10%
a. 137,78 139,81 141,07 144,27 144,13 148,88 106,65 107,67 110,11 2,27% -23,60%
b. 123,01 123,50 124,62 125,05 125,28 126,29 103,56 104,18 105,21 0,99% -16,02%
2014
Nilai Tukar Petani
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
2012 Perubahan (%)Sektor, Kelompok dan Subkelompok
Nilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Indeks harga yang dibayar petani (lb)
Tanaman Pangan
Padi
Palawija
2013
Buah-buahan
Indeks harga yang dibayar petani (lt)
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Indeks BPPBM
Tanaman Perkebunan Rakyat
Indeks BPPBM
HortikulturaNilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Sayur-sayuran
Indeks BPPBM
PerikananNilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Tanaman Perkebunan Rakyat
Indeks harga yang dibayar petani (lt)
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Indeks BPPBM
PeternakanNilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Unggas
Hasil Ternak
Indeks harga yang dibayar petani (lt)
Penangkapan Ikan
Indeks harga yang dibayar petani (lb)
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Indeks BPPBM
Indeks harga yang dibayar petani (lb)
Indeks Konsumsi Rumah Tangga
Indeks BPPBM
GabunganNilai Tukar Petani
Indeks harga yang diterima petani (lt)
Budidaya
Bab 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
57
2.3. Tingkat Kemiskinan
Angka kemiskinan di Provinsi Kalimantan Selatan menunjukan trend penurunan baik dari jumlah maupun
prosentase penduduk miskin. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel, jumlah penduduk miskin di Kalimantan
Selatan pada bulan Maret 2014 mencapai 182.876 orang atau 4,68% dari total penduduk Kalsel. Jumlah
tersebut menurun 1.423 orang atau sebesar 0,77% dibandingkan data September 2013.
Dilihat dari lokasinya, penurunan kemiskinan ini terjadi di daerah pedesaan. Penduduk miskin di perdesaan
pada Maret 2014 tercatat 120.367 orang, atau menurun 2.626 orang (2,14%) dibandingkan dengan bulan
September 2013. Sebaliknya, di perkotaan, penduduk miskin pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar
62.509 orang, atau mengalami peningkatan dari bulan September 2013 sebesar 1.203 orang (1,66%).
Sementara itu sebagai acuan dasar dari menentukan tingkat kemiskinan atau dikenal dengan Garis
Kemiskinan terus mengalami peningkatan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan di Provinsi
Kalimantan Selatan meningkat sebesar 2,72% dari Rp300.329 per kapita/bulan pada posisi September
2013 menjadi Rp308.512 per kapita/bulan di bulan Maret 2014. Kenaikan ini tampaknya didorong oleh
cukup tingginya tingkat inflasi pada semester I-2014 akibat kenaikan harga pangan dan komoditas strategis
lainnya. Peningkatan garis kemiskinan terjadi baik pada komponen makanan dan komponen bukan
makanan. Kontribusi garis kemiskinan dari komponen makanan pada Maret 2014 sebesar 71,71%, sedikit
mengalami penurunan dibandingkan posisi September 2013 sebesar 71,81%.
Walaupun secara umum angka kemiskinan menunjukkan kecenderungan yang menurun, namun terdapat
kecenderungan kesenjangan antar penduduk miskin semakin melebar. Hal tersebut dicerminkan oleh
peningkatan Indeks Kedalaman Kemiskinan dari 0,61 pada September 2013 menjadi 0,63 pada Maret
2014. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan yang mengalami sedikit peningkatan dari 0,11 menjadi
0,14 pada Maret 2014.
Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah Distribusi Pendapatan yang merupakan suatu gambaran
tentang pemerataan maupun ketimpangan pembagian pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi
di suatu wilayah. Ketimpangan distribusi pendapatan dapat dilihat dari angka Gini Ratio. Pada periode
September 2013 sampai dengan Maret 2014 ketimpangan distribusi pendapatan masih dalam kategori
ketimpangan sedang, walaupun terjadi kenaikan angka Gini Ratio dimana pada September 2013 sebesar
0,3555 menjadi 0,3594 pada bulan Maret 2014.
Jika dibandingkan dengan persentase jumlah penduduk miskin nasional yang pada Maret 2014 mencapai
11,25%, tingkat kemiskinan di Kalsel masih jauh lebih baik. Hal yang sama juga terjadi jika dibandingkan
dengan provinsi lainnya wilayah Kalimantan, dimana persentase penduduk miskin di Kalsel berada paling
rendah diantara provinsi lain, yaitu Kalteng (6,03%), Kaltim (6,42%) dan Kalbar (8,54%).
Bab 5 – Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II-2014
58
Tabel 5.2 Tingkat Kemiskinan Provinsi Kalimantan Selatan
Sumber : BPS Provinsi Kalsel
Garis
Kemiskinan
Jumlah
Penduduk
Miskin
Persentase
Penduduk
Miskin (P0)
Tingkat
Kedalaman
Kemiskinan
(P1)
Tingkat
Keparahan
Kemiskinan
(P2)2000 74.441 385.300 13,05 2,53 0,71
2001 86.515 357.442 11,92 1,58 0,43
2002 98.596 259.800 8,51 1,11 0,23
2003 114.151 258.960 8,16 1,22 0,28
2004 121.879 231.000 7,19 1,04 0,24
2005 128.598 235.700 7,23 1,09 0,25
2006 147.915 278.451 8,32 1,28 0,32
2007 161.514 233.500 7,01 0,81 0,16
2008 180.263 218.898 6,48 1,03 0,27
2009 195.787 175.977 5,12 0,73 0,17
2010 210.850 181.963 5,21 0,69 0,18
Maret 2011 238.535 194.623 5,29 0,81 0.20
September 2011 249.487 198.611 5,35 0,81 0,20
Maret 2012 262.459 189.875 5,06 0,65 0,13
September 2012 269.714 189.214 5,01 0,76 0,17
Maret 2013 283.515 181.739 4,77 0,53 0,11
September 2013 300.329 184.299 4,76 0,61 0,11
Maret 2014 308.512 182.876 4,68 0,63 0,14
Waktu
Prov. Kalimantan Selatan
Bab 6 Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
81
BAB VI PROSPEK EKONOMI
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Bab 6 Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
61
PROSPEK EKONOMI
Pada triwulan III 2014 mendatang pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan diperkirakan masih
melanjutkan tren melambat. Sementara itu, laju inflasi diproyeksi cenderung mereda bila
dibandingkan dengan triwulan laporan. Berdasarkan beberapa indikator pendukung, hasil survei dan
liaison, pertumbuhan ekonomi Kalsel pada triwulan III 2014 diprakirakan berada pada kisaran 4,6% - 5,0%
(yoy). Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalsel untuk tahun 2014 diperkirakan berada di bawah
perkiraan sebelumnya atau berada pada kisaran 4,8%-5,2% (yoy).
Sementara itu, dari arah trend data, isu di lapangan, serta hasil survei kepada masyarakat dan pelaku usaha,
serta memperhatikan laju inflasi hingga triwulan laporan, tingkat inflasi Kalimantan Selatan pada akhir
triwulan III-2014 cenderung turun dengan perkirakan berada pada kisaran 4,4% - 4,8% (yoy).
1. PRAKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI
Grafik 6.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Sumber: Survei Konsumen - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Grafik 6.2. Ekspektasi Kegiatan Usaha
Sumber: SKDU - KPw BI Wilayah II (Kalimantan)
Perekonomian Kalimantan Selatan diperkirakan akan sesuai dengan pola historisnya kembali
melambat pada triwulan III 2014 dan berada dalam kisaran 4,6% - 5,0% (yoy). Perekonomian ke
depan diperkirakan masih memiliki kondisi yang tidak jauh berbeda dengan triwulan II 2013 terutama
pengaruh dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal, perekonomian dunia pada periode mendatang diperkirakan
masih dapat tumbuh meski diwarnai dengan risiko pelemahan yang tinggi. Perekonomian negara-negara
tujuan ekspor Kalimantan Selatan seperti Tiongkok dan India masih memiliki pertumbuhan yang baik
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2010 2011 2012 2013 2014
Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha (rhs)
6
Bab 6 – Prospek Ekonomi
62Kajian Ekonom
i
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
meskipun oleh beberapa lembaga keuangan internasional diperkirakan akan mengalami perlambatan.
Kondisi ini juga tercermin dari penurunan ekspektasi dunia usaha di Kalsel sesuai Survei Kegiatan Dunia
Usaha yang dilakukan oleh KPw BI Wilayah II-Kalimantan.
Dari sisi permintaan, perlambatan terutama disumbang oleh ekspor luar negeri yang masih mengalami
kontraksi. Sementara itu konsumsi rumah tangga dan kegiatan investasi masih menopang perekonomian
Kalsel. Hal ini terkait dengan masih berlanjutnya proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan
pembangunan smelter. Selain itu, berkembangnya pasar batubara domestik untuk pembangkit listrik dan
smelter diperkirakan akan membuat perusahaan tetap melanjutkan kegiatan investasinya di bidang
pertambangan.
Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan terjadi karena perlambatan kinerja sektor pertambangan dan
sektor industri pengolahan. Perlambatan sektor pertambangan terutama disebabkan oleh penurunan
permintaan Tiongkok. Selain itu terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menurunkan kinerja
pertambangan batubara, seperti :
a. kekhawatiran terhadap larangan impor batubara kalori rendah oleh pemerintah Tiongkok. Sebagian
kalangan memperkirakan larangan ini akan diberlakukan pada awal tahun depan.
b. rencana menaikkan pajak impor batubara kalori rendah oleh pemerintah Korea Selatan juga menjadi isu
penarik kinerja ekspor batubara Kalimantan. Ekspor ke pasar Korsel sejak awal tahun cenderung
konstan menunggu kepastian pemberlakuan kebijakan tersebut.
c. Dikeluarkannya ketentuan mengenai perijinan ekspor batubara oleh Kementerian ESDM
Sementara itu, perlambatan di sektor industri pengolahan lebih disebabkan karena penurunan permintaan
luar negeri terhadap komoditas CPO. Pelemahan permintaan CPO asal Indonesia dari pasar internasional
merupakan imbas kenaikan Bea keluar (BK) CPO yang ditetapkan Kementerian Perdagangan RI dari yang
sebelumnya sebesar 10,5% menjadi 13,5%. Sedangkan, BK CPO Malaysia hanya sebesar 5,5%. Hal ini
membuat importir lebih memilih CPO asal Malaysia yang harganya jauh lebih rendah. Naiknya harga BK
CPO sebesar 13,5% yang ditetapkan Kementrian Perdagangan (Kemendag) terhitung sejak tanggal 1 April
2014. Penurunan permintaan diperkirakan juga terjadi karena adanya penurunan harga seiring dengan
berlangsungnya masa panen kedelai, rapeseed dan bunga matahari yang digunakan sebagai bahan baku
minyak nabati.
Dengan kondisi tersebut, perekonomian Kalsel untuk tahun 2014 yang pada awal tahun diperkirakan
tumbuh sebesar 5,2%-5,6% (yoy) akan cenderung terkoreksi ke bawah berada pada kisaran 4,8%-5,2%.
Dengan demikian, perekonomian Kalsel diperkirakan menjadi lebih rendah dibandingkan dengan tahun
2013 yang mencapai 5,18% (yoy).
2. PRAKIRAAN INFLASI
Tekanan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 diperkirakan mereda seiring
hilangnya pengaruh kenaikan BBM bersubsidi tahun 2013 (base effect), yaitu pada kisaran 4,4-
4,8% (yoy). Angka inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan II-2014 yang mencapai 6,8% (yoy).
Penurunan inflasi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan tekanan pada kelompok administered price
Bab 6 Prospek Ekonomi
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
63
dan kelompok volatile food dengan kembali normalnya permintaan masyarakat pasca perayaan bulan
Ramadhan dan Idul Fitri, serta adanya peningkatan produksi beberapa komoditas tanaman bahan makanan
di wilayah Kalimantan Selatan.
Dari sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan akan mengalami penurunan seiring dengan berlalunya
perayaan keagamaan bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta pelaksanaan pemilihan presiden di triwulan II-
2014. Kembali normalnya permintaan masyarakat pada triwulan III-2014 akan mendorong koreksi berbagai
harga komoditas dan tarif yang terdapat di kelompok volatile food seperti daging ayam ras, telur ayam ras
dan beras, serta kelompok administered price seperti tarif angkutan udara dan tarif angkutan laut yang
pada periode sebelumnya mengalami peningkatan.
Sejalan dengan sisi permintaan, dari sisi pasokan/supply juga berpotensi untuk menurunkan tekanan inflasi.
Masuknya panen raya beras lokal Kalimantan (Siam dan Unus) yang diperkirakan mulai bulan Agustus 2014
akan meningkatkan pasokan beras lokal sehingga akan diperkirakan akan terjadi koreksi harga beras.
Namun demikian, dengan adanya kebijakan pemerintah terkait peningkatan tarif tenaga listrik (TTL) serta
kebijakan pemerintah terkait pembatasan BBM bersubsidi yang akan menahan penurunan tekanan inflasi
Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014.
Dari sisi ekspektasi masyarakat, tekanan inflasi pada triwulan III-2014 mengalami penurunan. Hal ini
terindikasi dari Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga-harga dalam 3 bulan yang akan datang,
menunjukkan bahwa pada awal triwulan II-2014 mengalami penurunan. Namun, ekspektasi masyarakat
terhadap inflasi kembali meningkat pada triwulan IV-2014 seperti yang terlihat pada hasil survei konsumen
pada akhir triwulan II-2014.
Grafik 6.3 Ekspektasi Inflasi Konsumen 3 dan 6 Bulan Yang Akan Datang
Ke depan, tekanan inflasi Kalsel sepanjang tahun 2014 diperkirakan berada dalam kisaran 4,5% - 5,5%.
Masih relatif tingginya inflasi Kalsel tersebut terutama bersumber dari kelompok bahan makanan dan
kenaikan tarif tenaga listrik (TTL). Selain itu, hal yang perlu diwaspadai terkait adanya sejumlah faktor risiko
yang berpotensi mendorong inflasi tahun 2014 lebih tinggi dari perkiraan antara lain: 1) risiko dari
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
10.00
80.000
100.000
120.000
140.000
160.000
180.000
200.000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2011 2012 2013 2014
% yoyIndeks Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6bln yad (sk. Kiri)Inflasi IHK aktual (sk. Kanan)Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3bln yad (sk. Kiri)
Sumber: Survei Konsumen KPw BI Wil II, Diolah
Bab 6 – Prospek Ekonomi
64Kajian Ekonom
i
Kajian Ekonomi Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II 2014
kebijakan pembatasan penjualan BBM bersubsidi untuk mengamankan kuota dalam APBNP 2014 sebesar
46 juta Kilo Liter yang mulai berlaku per 1 Agustus 2014, 2) risiko dampak second round akibat kebijakan
pembatasan penjualan BBM besubsidi terkait kenaikan tarif angkutan orang dan angkutan barang yang
pada akhirnya dapat meningkatkan inflasi, dan 3) masih adanya risiko el nino yang dapat mengakibatkan
kondisi cuaca yang sulit diprediksi dan dapat berisiko untuk mengeser masa tanam/panen komoditas bahan
pangan strategis.
Tabel Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)
2011 2012
2013 2013
2014 2014* I II III IV I II III*
Pertumbuhan PDRB, % yoy
6,12 5,73 5,57 5,05 4,77 5,40 5,18 5,50 4,89 4,6-5,0 4,8 5,2
Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan
Inflasi
2011 2012 2013
2013 2014
2014* I II III I II III*
IHK, %yoy 3,98 5,96 5,25 4,74 7,09 6,98 4,89 6,8 4,4 4,8 4,5 5,5
Sumber : BPS Provinsi Kalsel *) Proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wil II Kalimantan
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan
DAFTAR ISTILAH
Administered price
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh pemerintah.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana Perimbangan
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.
Faktor Fundamental
Faktor fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang dapat dipengaruhi oleh kebijakan moneter, yakni interaksi permintaan-penawaran atau output gap, eksternal, serta ekspektasi inflasi masyarakat
Faktor Non Fundamental
Faktor non fundamental adalah faktor pendorong inflasi yang berada di luar kewenangan otoritas moneter, yakni produksi maupun distribusi bahan pangan (volatile foods), serta harga barang/jasa yang ditentukan oleh pemerintah (administered price)
Imported inflation Salah satu disagregasi inflasi, yaitu inflasi yang berasal dari pengaruh perkembangan harga di luar negeri (eksternal)
Indeks Ekspektasi Konsumen
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1 100.
Indeks Harga Konsumen (IHK)
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1 100.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1100.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Inflasi inti Inflasi inti adalah inflasi yang dipengaruhi oleh faktor fundamental
Liaison Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Ratio yang menunjukkan perbandingan antara jumlah pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ke tiga yang dihimpun pada suatu waktu tertentu.
Migas Minyak dan gas. Merupakan kelompok sektor industri yang mencakup industri minyak dan gas.
Mtm Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing Loan (NPL)
Besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu Bank dibanding dengan total keseluruhan kreditnya
Omzet Nilai penjualan bruto yang diperoleh dari satu kali proses produksi.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
Perceived risk Persepsi risiko yang dimiliki oleh investor terhadap kondisi perekonomian sebuah negara
Qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Saldo Bersih Selisih antara persentase jumlah responden yang memberikan jawaban dengan persentase jumlah responden yang memberikan jawaban
SBT Saldo Bersih Tertimbang. Nilai yang diperoleh dari hasil perkalian saldo bersih
sektor/subsektor yang bersangkutan dengan bobot sektor/subsektor yang bersangkutan sebagai penimbangnya.
Sektor ekonomi dominan
Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Volatile food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
West Texas Intermediate
Jenis minyak bumi yang menjadi acuan untuk transaksi perdagangan minyak dunia.
Yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
TIM PENYUSUN
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB
Mokhammad Dadi Aryadi
Maurids H. Damanik
KOORDINATOR PENYUSUN
Triatmo Doriyanto
TIM PENULIS
Agus Hartanto, Andika Surya Akbar, Daniel Agus Prasetyo , One Yusril Fikar, dan Rubiyanto
KONTRIBUTOR
Tim Statistik, Survei dan Liaison Tim Akses Keuangan dan UMKM
Tim Sistem Pembayaran
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH KALIMANTAN
Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Jl. Lambung Mangkurat No. 15 Banjarmasin
No. Telp. (0511) 4368182 ext. 8236 No. Fax.(0511) 3354678
Email : [email protected]
Halaman Ini Sengaja Dikosongkan