Download - k3 Kesehatan Dan Keselamatan Tenaga Kerja
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PT. PLN USB (SUB REGION BALI) 1 Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Manajemen sebagai salah satu ilmu perilaku yang mencakup aspek sosial dan eksak tidak terlepas dari tanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja, baik segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi. Baik kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan bagian dari biaya produksi. Sekalipun sifatnya sosial, setiap kecelakaan atau tingkat keparahannya tidak dapat dilepaskan dari faktor ekonomi dalam suatu lingkungan kerja. Pencegahan kecelakaan dan pemeliharaan hygiene dan kesehatan kerja tidak saja dinilai dari segi biaya pencegahannya, tetapi juga dari segi manusianya. Antara biaya kecelakaan dan biaya pencegahan terdapat beberapa pokok yang berakar pada manajemen. Pokok pokok ini menentukan kebijaksanaan perusahaan yang mengendalikan operasi. Kebijakan ini melahirkan satu atau dua kemungkinan : hasil yang baik dan atau hasil yang merugikan sebagai akibat kecelakaan. Untuk memperkecil kerugian ini, segala upaya perlu diadakan. Selama biaya pencegahan masih lebih kecil dibanding faedahnya, perlu diadakan usaha untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja. 1.1 Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah suatu usaha pencegahan terhadap kecelakaan kerja yang dapat mengakibatkan berbagai kerugian, baik kerugian harta benda (rusaknya peralatan) maupun kerugian jiwa manusia (luka ringan, luka berat, cacat atau tewas). Keselamatan kerja bertalian dengan keselamatan manusia, mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja / lingkungan kerja serta cara cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa, keselamatan kerja adalah tugas untuk semua orang yang bekerja. Keselamatan
kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya juga mayarakat pada umumnya. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya, adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir. 1.2 Pengertian Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah ilmu kesehatan yang dimanifestasikan dalam lingkungan masyarakat tenaga kerja dengan tujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh penyakit umum dan penyakit akibat kerja. 2 Prosedur Keselamatan Kerja pada Instalasi Tegangan Tinggi Prosedur kerja atau petunjuk kerja untuk keselamatan kerja adalah suatu tata cara yang disusun secara sistematis dengan tujuan untuk menerapkan peraturan peraturan keselamatan kerja dengan mudah dan jelas, sehinggan dapat digunakan sebagai pedoman oleh para pekerja dan para pengawas serta penanggung jawab pekerjaan untuk menyelenggarakan kerja yang aman bagi manusia dan peralatan listrik yang termasuk dalam ruang lingkup pekerjaannya. Prosedur keselamatan kerja sangat erat kaitannya dengan hal hal keamanan personil, kelayakan peralatan kerja, dan keamanan peralatan listrik tegangan tinggi berhubungan erat dengan keandalan sistem operasi dan kontinuitas penyaluran tenaga listrik. Kegiatan keselamatan kerja direncanakan / dipersiapkan sebelum pekerjaan dimulai yang dalam pelaksanaannya merupakan prosedur atau langkah langkah berurutan sedemikian rupa sehingga pelaksanaan pekerjaan pada instalasi listrik tegangan tinggi berjalan aman dan lancar. Kegiatan manuver peralatan instalasi listrik tegangan tinggi merupakan tahapan pelaksanaan pekerjaan dari suatu rencana kerja pemeliharaan / perbaikan instalasi transmisi / gardu induk yang telah disetujui bersama oleh PLN Sektor, Unit Pengatur Beban (UPB) dan Area Pengatur Distribusi (APD). Pada waktu pemeliharaan peralatan gardu induk dan SUTT, kegiatan keselamatan kerja dan
2
kegiatan manuver peralatan instalasi listrik sudah menjadi kegiatan rutin bagi operator gardu induk bersama sama dengan Unit Pengatur Beban / Dispatcher SCADA. Rutinitas yang sudah berlangsung lama dan bersifat monoton ini cenderung memberi peluang terjadinya kesalahan manuver atau kesalahan prosedur pelaksanaan pekerjaan yang pada akhirnya juga dapat menimbulkan kecelakaan kerja.perubahan organisasi PT. PLN (Persero) yang secara umum menuntut agar perusahaan dikelola secara lebih profesional, efektif, efisien dan andal, maka dalam upaya meningkatkan keandalan dan keselamatan kerja serta pelayanan kepada konsumen, perlu adany suatu prosedur dalam melaksanakan pekerjaan pada instalasi tegangan tinggi, khususnya yang menyangkut keselamatan kerja. Dengan menerapkan prosedur ini secara benar dan sungguh sungguh, disertai rasa kesadaran yang tinggi diharapkan akan didapat suatu zero accident. 3 Struktur Organisasi dan Tugas Pokok Unit Transmisi dan Gardu Unit Transmisi dan Gardu Induk (UTRAGI), adalah merupakan unit pelaksana real time yang merupakan kepanjangan tangan dari PLN sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan operasi dan pemeliharaan instalasi tenaga listrik tegangan tinggi (gardu induk dan transmisi) dilingkungan kerjanya. Dengan tujuan agar diperoleh kelangsungan penyaluran tenaga listrik secara handal. Di Unit Transmisi dan Gardu Induk inilah prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan tinggi / ekstra tinggi diterapkan / dilaksanakan. Supaya dapat melaksanakan prosedur keselamatan kerja dengan baik, diperlukan job description yang benar pada para pelaksana dan pengawas. Pelaksanaan ini harus sesuai dengan peraturan dan buku petunjuk yang dikeluarkan dan diedarkan oleh P.T. PLN (Persero). Dalam hal ini petunjuk dan peraturan ini telah diuji dan disahkan oleh para ahli K3 dengan menggunakan peraturan yang ketat dan menyeluruh, mengingat keselamatan kerja adalah tujuan utama dari pekerjaan yang dilaksanakan.
Induk
3
Kepala Transmisi dan Gardu Induk
Penyelia Menengah
Penyelia Dasar
Kepala Seksi Operasi
Kepala Seksi Pemeliharaan Transmisi dan GI
Kepala Seksi Tata Usaha
Gardu Induk
Juru Administrasi Pengusahaan Transmisi dan GI
Teknisi Transmisi
Juru I Tata Usaha Teknisi Gardu Induk
Juru Satuan Pengamatan
Keterangan : Perintah langsung Perintah tidak langsungJuru II Tata Usaha
4
Gambar 1
Struktur Organisasi Unit Transmisi dan Gardu Induk
3
Tugas Pokok Unit transmisi dan Gardu Induk Unit Transmisi dan Gardu Induk mempunyai tugas pokok melaksanakan
operasi dan pemeliharaan transmisi dan gardu induk. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagai unsur pelaksana, Unit transmisi dan Gardu Induk mempunyai fungsi : a. b. c. d. e. f. pengoperasian transmisi tenaga listrik dan gardu induk pemeliharaan transmisi tenaga listrik dan gardu induk penanganan gangguan transmisi tenaga listrik dan gardu induk pelaporan keadaan transmisi tenaga listrik dan gardu induk penanganan pengadaan material / jasa sesuai kebutuhn dan pengawasan kesehatan dan keselamatan kerja
kewenagannya untuk melaksanakan fungsi tersebut, transmisi dan gardu induk terdiri dari tiga seksi, yaitu :1.
Seksi Operasi, mempunyai tugas : membuat pedoman dan petunjuk dalam bidangnya untuk melaksanakan operasi penyaluran tenaga listrik, yaitu sebagai mencatat data pengusahaan penyaluran tenaga listrik dan unjuk membuat usulan rencan operasi berdasarkan kondisi dan melaksanakan pengawasan Kesehatan dan Keselamatan Kerja membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya melaksanakan tanggung jawab pokoknya
a. b. c. d. e. f. g.
kelancaran pelaksanaan pekerjaan petugas pemeliharaan dan tenaga ahli dalam bidang transmisi kerja peralatan transmisi dan gardu induk kemampuan operasi transmisi dan gardu induk (K3) pada setiap pekerjaan pemeliharaan
5
2.
Seksi Pemeliharaan, mempunyai tugas jabatan :Membuat pedoman dan petunjuk dalam bidangnya untuk kelancaran Melaksanakan pemeliharaan rutin Transmisi dan Gardu Induk Membuat usulan rencana pemeliharaan Transmisi dan Gardu Induk Menghimpun data kerusakan dan gangguan peralatan Transmisi dan Membuat usulan rencana peningkatan keandalan dairi kinerja Membuat laporan berkala sesuai bidang tugasnya Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain sesuai kewajiban dan
a. b. c. d. e. f. g.
pelaksanaan pekerjaan
Gardu Induk sebagai bahan masukan untuk evaluasi kinerja peralatan peralatan Transmisi dan Gardu lnduk berdasarkan evaluasi yang dilakukan
tanggung jawab pokoknya
3.
Seksi Tata Usaha, mempunyai tugas jabatan :Membuat pcdoman dan petunjuk dalarn bidangnya untuk kelancaran Melaksanakan tata Usaha kesekretariatan. keuangan dan
a. b. c. Gardu Induk d. Gardu Induk e. f.
pelaksana pekerjaan kepegawaian pada Transmisi dan Gardu Induk Melaksanakan pengadaan barang/jasa pekerjaan yang meliputi pengadaan material pemeliharaan dan jasa sesuai kewenangan Unit Transmisi dan Melaksanakan pembinaan keamanan dan ketertiban Transmisi dan Membuat Laporan berkala sesuai bidang tugasnya Melaksanakan tugas-tugas kedinasan Iain sesuai kewajiban dan
tanggung jawab pokoknya
4
Penunjukan Pengawas dan Tanggung Jawabnya Untuk menerapkan prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan
tinggi di unit unit transmisi dan gardu induk, maka perlu ditunjuk para pengawas yang terdiri dari : a. b. Pengawas Manuver, yaitu Kepala Seksi Operasi Unit TRAGI Pengawas Pekerjaan, yaitu Kepala Seksi Pemeliharaan Unit TRAGI
6
c.
Pengawas K3, yaitu Petugas Pemeliharaan Senior yang mempunyai
pengalaman dan keahlian dalam bidang pemeliharaan dan pencegahan kecelakaan dari Unit TRAGI maupun kantor Sektor d. Penanggungjawab Pekerjaan, yaitu kepala Unit TRAGI 4.1 Tugas dan Tanggung JawabPengawas Manuver
Pengawas Pekerjaan
Prosedur Keselamatan Kerja pada Instalasi Tegangan Tinggi
Pengawas K3
Penanggung Jawab
Gambar 2 Para pengawas untuk melaksanakan prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan tinggi.
Tugas dan tanggung jawab para pengawas tersebut adalah sebagai berikut : Pengawas Manuver Mengawasi pelaksanaan manuver, mengawasi pemasangan atau pelepasan sistem pentanahan, menjaga keamanan instalasi dan menghindari kesalahan manuver yang dilakukan pelaksana manuver (operator)
Pegawas Pekerjaan pelaksanaan pemeliharaan instalasi yang meliputi metode
Mengawasi
pelaksanaan pemakaian alat kerja, pemakaian material, lama pekerjaan (waktu)
7
dan pemasangan pentanahan lokal sehingga pekerjaan pemeliharaan berlangsung tertib, efektif dan efisien. Pengawas Kesehatan dan Keselamatan Kerja Mengawasi kondisi / tempat tempat yang berbahaya (unsafe condition) dan tingkah laku / sikap yang berbahaya dari para pelaksana (unsafe act). Mengawasi pemakaian alat alat keselamatan kerja, melaksanakan pemeriksaan kondisi petugas sebelum bekerja, pemasangan rambu rambu pengamandan mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Penanggung Jawab Pekerjaan Mengkoordinir seluruh kegiatan pemeliharaan dan melakukan koordinasi dengan unit lain apabila diperlukan. 5 Prosedur Keselamatan Kerja pada Instalasi Tegangan Tinggi Untuk menerapkan prosedur keselamatan kerja pada pekerjaan instalasi tegangan tinggi seperti halnya yang telah diterapkan pada Unit unit transmisi dan gardu induk di lingkungan PT. PLN (Persero) P3B, maka diperlukan tahapan tahapan sebagai berikut : Tahap I Tahap II Tahap III : Persiapan : Pembebasan tegangan dan pelaksanaan pekerjaan : Pekerjan selesai dan pemberian tegangan
5.1 Tahap I : Persiapan Hal hal yang harus dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut : perbaikan Menyiapkan / memeriksa peralatan kerja dan material yang Menyiapkan / memeriksa peralatan keselamatan kerja yang diperlukan diperlukan Melakukan koordinasi dengan unit terkait Membuat rencana kerja, baik untuk pemeliharaan maupun
8
Membuat / mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK) Memeriksa kesiapan personil yang akan melaksanakan pekerjaan Memberikan penjelasan mengenai pekerjaan yang akan
dilaksanakan dan cara cara melaksanakannya dan cara cara melaksanakannya dengan baik dan aman Memberikan penjelasan mengenai macam alat kerja dan alat Menjelaskan tempat tempat yang rawan terhadap bahaya Membuat rencana pengamanan terhadap instalasi yang dikerjakan Membagi tugas sesuai dengan kemampuan, keahlian dan Menyusun langkah langkah untuk manuver pembebasan pengaman kerja / pelindung diri yang harus dipakai kecelakaan kerja
pengalaman masing masing tegangan 5.2 Tahap II : Pembebasan Tegangan dan Pelaksanaan Pekerjaan Hal hal yang harus dilakukan pada tahap Pembebasan Tegangan dan Pelaksanaan Pekerjaan adalah sebagai berikut : Melaksanakan manuver pembebasan tegangan sampai dengan masuknya PMS tanah Memeriksa tegangan pada peralatan instalasi yang akan dikerjakan menggunakan tester tegangan
Memasang
pentanahan
setempat
(pentanahan
portable),
pentanahan ini berguna untuk memotong arus yang datang dari sisi hulu.
Memasang pengaman tambahan (pengaman berlapis) yaitu : Memasang kunci / gembok mekanik PMS untuk Memutus supply tegangan untuk motor penggerak PMS menghindari penutupan switch secara tidak sengaja (melepas sekering MCB), hal ini sangat berguna untuk melakukan antisipasi akan adanya arus yang datang dari switch yang menutup tidak disengaja
9
Memasang sekat sekat isolasi / partisi atau selubung
isolasi pada peralatan / lokasi yang memungkinkan terjadi penggerakan (pisau pisau PMS yang terbuka dan lain lain) Memasang rambu rambu pengaman (tanda tanda peringatan) daerah berbahaya dan daerah aman Membuat / mengeluarkan Pernyataan Bebas Tegangan. Dengan dikeluarkannya surat ini berarti peralatan / instalasi sudah aman dan siap untuk dikerjakan persiapan) Mengawasi pelaksanaan pekerjaan (pengawasan pekerjaan dan pengawasan K3) Jika dibuat sebuah diagram, maka dapat dilihat sebagai berikut :Penguncian Pemisah
Melaksanakan pekerjaan sesuai rencana (pekerjaan hanya dilaksanakan oleh personil yang telah ditunjuk dan diperiksa pada saat
Pengetesan Tegangan
Pentanahan
Pemasangan Rambu dan Pengaman Berlapis
Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 3 Urutan pengamanan pekerjaan pembebasan tegangan
5.3 Tahap III : Pekerjaan Selesai dan Pemberian Tegangan
10
Hal hal yang harus dilaksanakan pada tahap ketiga ini adalah sebagi berikut : Pemeriksaan hasil pekerjaan pengawas pekerjaan meneliti kembali lokasi pekerjaan sekelilingnya secara cermat, misalnya hasil pekerjaan, benda- benda asing, peralatan dan perlengkapan kerja lainnya yang mungkin masih tertinggal portable)
Pelepasan
pentanahan
setempat
(pentanahan
lepaskan seluruh klem yang terpasang pada
sistem pentanahan setempat yang terpasang pada instalasi dengan menggunakan stock arde (tongkat pentanahan). dilepas kembali pengawas pekerjaan memberitahu kepada semua Membuat pernyataan bahwa pekerjaan telah selesai setelah pekerjaan selesai sesuai dengan prosedur, pengawas Persiapan pemberian tegangan Pengawas Pekerjaan, Pengawas Manuver dan Pengawas K3 melaksanakan pemeriksaan ulang terhadap kondisi instalasi untuk persiapan pemberian tegangan Manuver pemberian tegangan pekerjaan mengeluarkan pernyataan selesai pekerjaan pelaksana bahwa instalasi sudah tidak aman lagi untuk dilakukan pekerjaan fuse / sekering MCB untuk motor PMS dimasukkan Pentanahan dilepaskan terlebih dahulu dibagian instalasi keudian pada bagian sistem pentanahan / arde. Menyimpan peralatan pada tempatnya Pelepasan tanda / rambu pengaman setelah sistem pentanahan setempat dilepas, maka peralatan pengaman lainnya seperti kunci kunci, rambu rambu dapat
11
setelah diperiksa bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan baikdan
instalasi siap untuk dinormalkan / diberi tegangandan dibebani, maka selanjutnya dilaporkan ke PIOP Sektor dan Piket UPB. Berdasarkan perintah Piket UPB / APD operator melakukan manuver pemberian tegangan. Saat melaksanakan manuver KSO (Pengawas Manuver) mencatat, mengawasi / memantau pelaksanaan manuver sesuai perintah UPB / APD. 6 6.1
SOP Manuver Pembebasan dan Pemberian Tegangan SOP Manuver Pembebasan Tegangan PMT (pemutus tenaga) lebih dulu dikeluarkan kemudian diperiksa apakah PMT yang dikeluarkan tadi sudah terbuka sempurna, dilihat dari penunjukkan indikator O (keluar) atau I (masuk) atau indikator lain yang menunjukkan apakah PMT membuka atau menutup. sempurna.
PMS PMS (pemisah) rel dan line dikeluarkan kemudian
diperiksa secara visual apakah kontak kontak PMS tersebut telah keluar Load Break Switch (LBS) rel dan lin dikeluarkan kemudian
diperiksa secara visual apakah kontak kontak LBS tersebut telah keluar sempurna. PMS telah dimasukkan, kemudian diperiksa secara visual Setelah manuveer pembebasan tegangan posisi peralatan apakah kontak kontak PMS tanah tersebut telah masuk. harus dijaga tetap (tidak berubah) misalnya melepaskan sekering atau pengaman lebur sistem kendali, mengunci tuas tuas penggerak, memasang plat isolasi pengaman diantara kontak. menengah. 6.2 SOP Manuver Pemberian Tegangan PMS (pemisah) tanah lebih dulu dikeluarkan Pelaksanaan manuver oleh operator atas perintah / ijin piket UPB untuk sisi tegangan tinggi dan piket APD untuk sisi tegangan
12
kembali
Semua pengaman lebur (fuse) yang dikeluarkan harus dipasang PMS PMS rel dan line dimasukkan PMT (pemutus tenaga) dimasukkan Pelaksana manuver oleh operator atas perintah / ijin piket UPB
untuk sisi tegangan tinggi dan piket APD untuk sisi tegangan menengah.
TAHAP I
PERSIAPAN
TAHAP II
PEMBEBASAN TEGANGAN DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN
TAHAP III
PEKERJAAN SELESAI DAN PEMBERIAN TEGANGAN
Gambar 4 tahapan prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan tinggi
7
Daerah Berbahaya dan Jarak Aman Daerah berbahaya (danger zone) adalah suatu tempat (daerah) disekitar
peralatan yang bertegangan, dimana batas jaraknya tidak boleh dilanggar untuk keamanan. Batas jarak daerah berbahaya sampai pada daerah yang aman tergantung dari besarnya nominal tegangan sistem. Sedangkan jarak aman (safety distance) adalah jarak diluar daerah berbahaya yang mana manusia dapat menjangkau tanpa ada resiko terkena tegangan yang dialirkan dari peralatan yang bertegangan. Menurut Electrical Safety Advice (ESA), jarak aman diperlihatkan pada tabel berikut :
13
Tabel 1 Jarak minimum aman dalam melaksanakan pekerjaan instalasi sistem bertegangan
Sistem Tegangan (kV) 1 52 60 72.5 80 100 100 145 150 170 220 245 275 420
Jarak Aman (cm) 50 75 100 120 140 210 350
Gambar 5 Daerah berbahaya dan jarak aman untuk pekerjaan bertegangan
JARAK AMAN
DAERAH BERBAHAYA
14
Gambar 6 Daerah berbahaya dan jarak aman untuk pekerjaan bertegangan
8
Manuver Tegangan Tinggi Manuver adalah suatu prosedur untuk mengubah posisi jaringan / instalasi
dari kondisi tidak operasi atau keluar dari sistem ke kondisi operasi atau masuk kedalam sistem. Dalam manuver terjadi suatu kegiatan operasi pembukaan dan penutupan PMT, CB, PMS, fuse atau bentuk kegiatan lain dalam pemutusan / penyambungan sirkit listrik serta pelepasan dan pemasangan sistem pentanahan. Prosedur manuver dikenal juga dengan istilah lain yaitu Prosedur Switching. 1. Tujuan Manuver kebutuhan sistem, keamanan / keselamatan personil dan keamanan / keselamatan instalasi / peralatan 2.a.
Setiap manuver bertujuan untuk :
Pemberi Perintah / Ijin Manuver Pemberi perintah manuver terdiri dari : Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (P3B) atau Unit Pengatur Beban (UPB) atau ACC (Area Control Centre) Area Pengatur Distribusi (APD) atau DCC (Distribution Pelaksana Manuver Operator Gardu Induk Operator pusat pusat listrik (pembangkit listrik) P3B (JCC) UPB (ACC)
JCC (Java Control Centre) untuk sistem SUTET 500 kVb.
untuk sistem SUTT 150 kVc.
Control Centre) untuk sistem SUTM 20 kV 3. a. b. c. d. Pelaksana manuver terdiri dari :
15
e. 9
APD (DCC) Macam macam Manuver
9.1 Manuver Pembebasan Tegangan
Gambar 7 Diagram garis tunggal manuver pembebasan tegangan
Prosedur Manuver Pembebasan Tegangan : 1. a. membuka PMT b. mengecek secara visual, apakah PMT sudah terbuka dengan sempurna 2. a. membuka PMS Rel I b. menecek secara visual, apakah PMS tersebut sudah dibuka dengan sempurna 3. a. membuka PMS Len b. mengecek secara visual, apakah PMS Len tersebut sudah terbuka dengan sempurna 4. a. memeriksa ada atau tidaknya tegangan pada kV meter b. memeriksa tegangan dengan menggunakan tester tegangan
16
5. a. jika tegangan sudah tidak ada, maka PMS tanah ditutup b. mengunci tuas tuas penggerak c. memasang rambu rambu pada mimic panel 9.2 Manuver Pemberian Tegangan
Gambar 8 Diagram garis tunggal manuver pemberian tegangan
Prosedur manuver pemberian tegangan : 1. sempurna 2. a. menutup PMS Len b. memeriksa secara visual apakah PMS Len tersebut sudah menutup dengan sempurna 3. a. menutup PMS Rel I b. memeriksa secara visual apakah PMS Rel I tersebut sudah menutup dengan sempurna a. membuka PMS tanah b. mengecek secara visual apakah PMS tanah tersebut sudah terbuka dengan
17
4. a. menutup PMT b. memeriksa secara visual apakah PMT tersebut sudah menutup secara sempurna c. melepas rambu peringatan pada mimic panel 9.3 Manuver Pemindahan Operasi dari Rel I ke Rel II atau Sebaliknya Untuk manuver pemindahan operasi dari rel I ke rel II atau sebaliknya, ada dua macam prosedur yaitu prosedur tanpa pemadaman beban dan prosedur dengan pemadaman beban. 1. Tanpa Pemadaman Beban
Gambar 9 Diagram garis tunggal manuver pemindahan operasi dari rel I ke rel II atau sebaliknya tanpa pemadaman beban.
Keterangan gambar : a = PMS Rel I Kopel b = PMS Rel II Kopel c = PMS Rel I Beban d = PMS Rel II Beban e = PMT Kopel f = PMT Beban
Urutan manuver pemindahan beban ke rel II : 1. 2. 3. 4. menutup PMS Rel I Kopel menutup PMS Rel II Kopel menutup PMT Kopel menutup PMS Rel II Beban
18
5. 6. 7.
membuka PMT Kopel membuka PMS Rel I Kopel membuka PMS Rel II Kopel
2. Dengan Pemadaman Beban
Gambar 10 Diagram garis tunggal manuver pemindahan operasi dari rel I ke rel II atau sebaliknya dengan pemadaman beban.
Keterangan gambar : a = PMS Rel I b = PMS Rel II c = PMT Urutsn manuver pemindahan beban ke rel II : 1. membuka PMT 2. membuka PMS Rel I 3. menutup PMS Rel II 4. Menutup PMT 9.4 Manuver Pemberian dan Pembebasan Tegangan pada Penghantar yang Dioperasikan Pararel dan Disuatu sisi Menggunakan PMS
19
Gambar 11 Diagram garis tunggal manuver pemberian dan pembebasan tegangan pada penghantar yang dioperasikan pararel dan disuatu sisi menggunakan PMS
Langkah Manuver Pembebasan Tegangan Penghantar I : 1. membuka PMS Len di GI B 2. membuka PMT Len I di GI A 3. membuka PMS Rel dan Len I di GI A 4. menutup PMS Tanah di GI A dan GI B Langkah Manuver Pemberian Tegangan Penghantar I : 1. membuka PMS Tanah di GI B dan GI A 2. menutup PMS Rel dan Len I di GI A 3. menutup PMT Len I di GI A 4. menutup PMS LEN I di GI B10
Potensi Bahaya dan Pencegahan Kecelakaan dalam Manuver Setiap potensi bahaya dalam manuver dapat menimbulkan suatu
kecelakaan jika potensi bahaya tersebut tidak diantisipasi sebelumnya. Seluruh potensi bahaya yang ada dalam kegiatan manuver dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
20
a.
potensi bahaya yang disebabkan oleh sikap / tingkah laku manusia potensi bahaya yang disebabkan oleh kondisi / keadaan tempat
yang tidak aman (unsafe act)b.
kerja dan peralatan kerja serta instalasi yang tidak aman (unsafe condition) 10.1 Potensi Bahaya yang Disebabkan oleh Unsafe Act a. isi, maksud dan tujuan perintah manuver kurang jelas / kurang bisa dimengerti oleh penerima perintah manuver (operator) b. salah melaksanakan perintah manuver c. melaksanakan manuver dengan cara yang tidak aman / ceroboh d. melaksanakan manuver tidak sesuai dengan prosedur / SOP yang berlaku 10.2 a. b. Potensi Bahaya yang Disebabkan oleh Unsafe Condition adanya tegangan / arus listrik yang membahayakan kemungkinan timbulnya ledakan / kebakaran pada peralatan, misalnya
pada PMT, PMS, CT, PT dan sebagainya jika terjadi kesalahan dalam manuver atau adanya kegagalan kerja dari peralatan yang digunakan. c. d. kerja) e. f. g.11
Adanya semburan minyak panas dari PMT yang menggunakan Adanya peralatan / instalasi yang kondisinya kurang baik (baik
minyak, jika PMT tersebut meledak karena gangguan peralatan yang terpasang maupun peralatan kerja dan peralatan keselamatan Sistem penerangan yang kurang baik sehingga obyek kerja dan Cuaca buruk Adanya gangguan peralatan komunikasi
peralatan kurang jelas terlihat
Pencegahan Kecelakaan dalam Manuver Untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam manuver, maka potensi
bahaya yang ada dalam manuver harus diantisipasi / dihilangkan atau minimal
21
dikurangi sampai sekecil kecilnya. Berikut ini merupakan beberapa usaha / cara cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan dalam manuver.Tabel 2 Potensi Bahaya Kecelakaan dan Pencegahannya
No.
Potensi Bahaya yang Dapat Menimbulkan Kecelakaan YANG DISEBABKAN OLEH UNSAFE ACT
Pencegahan Kecelakaan
1.
Isi, maksud dan tujuan Mengkonfirmasikan kembali perintah manuver manuverkurang penerima operator jelas, tersebut kepada pemberi perintah (dispatcher), / dan jelas maksud serta tujuannya. kurang dimengerti oleh sehingga perintah dapat dimengerti dengan baik perintah
2
salah
melaksanakan
a. salah satu penyebab kesalahan manuver adalah karena pelaksana manuver / operator mengabaikan isi perintah manuver secara mendetil, olek karena itu isi perintah manuver harus dicatat dalam buku khusus / buku catatan manuver. b. Buku catatan manuver tersebut harus dibawa ke lokasi / tempat peralatan yang akan dimanuver, sebagai panduan untuk melaksanakan manuver, serta untuk menghindari kelalaian perintah. c. pelaksana manuver harus diawasi oleh pengawas manuver.
perintah manuver
.3.
melaksanakan
manuver
a. dalam melaksanakan manuver, pelaksana manuver / operator harus selalu waspada terhadap bahaya bahaya yang muncul dan selalu penuh kehati hatian
dengan cara yang tidak aman / ceroboh dan tidak sesuai dengan prosedur /
22
SOP yang berlaku
b. bersikap tenang, aman dan tidak ceroboh c. jangan melaksanakan manuver dengan sikapayang tidak aman, misalnya sambil bergurau, makan, merokok dan sebagainya. d. Pelaksana manuver agar selalu menjaga jarak aman terhadap peralatan. e. Pelaksana manuver harus sesuai dengan prosedur / SOP yang berlaku. f. Menggunakan peralatan pelindung diri. g. Pelaksana manuver harus diawasi oleh pengawas manuver. h. Sebelum memasukkan PMT / PMS, operator tegangan. harus mengecek dulu apakah instalasi peralatan sudah siap untuk diberi
YANG DISEBABKAN OLEH CONDITION 1. adanya tegangan / arus listrik membahayakan yang a. pelaksana manuver harus berada pada jarak aman dari peralatan yang bertegangan b. pelaksana manuver harus menggunakan pelindung diri c. pelaksana manuver tidak boleh berada pada daerah bahaya maupun menyentuh peralatan bertegangan d. pelaksana manuver jangan sampai keliru membuka / menutup PMT, PMS maupun PMS tanah e. sebelum mengeluarkan PMS Rel, Len maupun PMS Kabel, pelaksana manuver UNSAFE
23
harus mengecek secara visual apakah PMT sudah terbuka atau belum f. antara PMT, PMS dan PMS Tanah, sistem sebaiknya dilengkapi dengan
interlock, sehingga kesalahan operasi / salah urutan dapat dihindari g. sebelum memasukkan PMS Tanah, operator harus mengecek dulu apakah sudah bebas tegangan atau belum dengan menggunakan tester tegangan 2 kemungkinan timbulnya ledakan / kebakaran pada a. pada waktu menutup / memasukkan kembali peralatan, misalnya pada PMT, PMS, CT, PT dan sebagainya jika terjadi kesalahan manuver kegagalan peralatan digunakan atau kerja adanya dari yang PMT yang trip karena suatu gangguan dengan cara lokal harus berhati hati dan selalu memakai pelindung diri. hanya memasukkan kembali PMT yang yang benar benar siap untuk dioperasikan, yaitu : Tidak terjadi kerusakan / cacat pada PMT dan peralatan pendukung PMT Tidak terdapat indikasi gangguan berat c. pada saat melaksanakan manuver, harus diawasi pengawas manuver d. pemasukan PMT secara lokal setelah trip agar dihindari, kecuali dapat dipertanggung jawabkan atau dalam keadaan darurat 3. Sistem penerangan yang kurang obyek baik kerja sehingga a. dan memasang pelaksana penerangan manuver permanen harus pada
dalam b. Setelah terjadi ganggun, pelaksana manuver
switchyard dengan luminasi yang baik membawa
peralatan kurang jelas b.
24
terlihat 4. Cuaca buruk
penerangan portable
a. tidak diperkenankan bekerja I switchyard pada saat cuaca buruk b. menginformasikan kondisi cuaca buruk kepada pemberi perintah manuver, sehingga manuver dapat ditunda 5. Adanya gangguan a. menunda pelaksanaan manuver jika perintah manuver tidak diterima dengan jelas b. melakukan komunikasi ulang dengan pemberi perintah manuver peralatan komunikasi
12
Persyaratan Umum Pentanahan Dalam melaksanakan pekerjaan pentanahan sebagai pengaman dalam
melakukan pekerjaan instalasi tegangan tinggi harus memperhatikan hal hal berikut : 1. Pentanahan utama harus difungsikan / dipasang pada daerah bebas tegangan dan bila mungkin diletakkan diantara tempat kerja dan titik titik pemisah. Pembumian dapat diambil dari sistem pentanahan instalasi tetapi bukan dari pentanahan tegangan rendah. 2. Penampang hantaran antara titik pentanahan dengan titik pembumian harus cukup sehingga dapat menyalurkan dengan aman arus gangguan maupun arus yang tidak disengaja.3.
kawat pentanahan portable yang digunakan di pusat pembangkit atau gardu induk harus mempunyai penampang tidak kurang dari 65 mm2 setara tembaga.
25
4.
pada gardu induk yang besar perlu dipasang lebih dari satu kawat pentanahan pada setiap titik pentanaha, sesuai dengan fault level gardu induk yang bersangkutan.
5. 6.
pemasangan kawat tanah seyogyanya didahului dengan pemasukan pemisah tanah. pelaksanaan pentanahan harus menerima perintah langsung dari pejabat yang berhak, baik secara tertulis, secara lisan, maupun melalui alat komunikasi. Perintah tersebut harus dicatat oleh pelaksana pentanahan, kemudian dibacakan kembali untuk mendapat konfirmasi sebelum dapat dilaksanakan.
7. 8.
pemberi perintah pentanahan harus membuat rencana pentanahan secara tertulis dan terinci urutan pekerjaannya. alat pentanahan portable harus disimpan ditempat khususyang terhindar dari bahaya bahaya yang merusak, alat tersebut hanya dikeluarkan dari tempat penyimpanan apabila ada perintah untuk menggunakannya. Dan setelah selesai dipergunakan, alat tersebut harus dikembalikan ketempat penyimpanannya.
9.
alat pentanahan portable harus diperiksa setiap triwulan sekali, dan hasil pemeriksaannya dicatat dalam kartu pemeliharaan yang bersangkutan. Pemeriksaan juga harus dilaksanakan sebelum digunakan. Setiap alat pentanahan portable yag rusak harus ditarik dari pemakaian.
10.
pejabat pemberi perintah pentanahanwajib mengatur dan mengambil langkah langkah yang perlu, guna menjamin bahwa pelaksanaan pentanahn berada pada jarak yang aman dari bagian bagian yang bertegangan.
11.
sebagai pengamanan tambahan, pejabat pemberi perintah pentanahan haruslah memperhitungkan adanya cukup rele proteksi yang akan segera bekerja pada rangkaian rangkaian yang bersebelahan, bilamana terjadi kesalahan dalam pelaksanaan pentanahan.
12.
pelaksanaan pemasangan alat pentanahan portable sebaiknya dilaksanakan oleh 2 orang satu sebagai pelaksana dan satu sebagai pengawas.
26
13.
kawat pelepas muatan untuk pentanahan pada tower harus mempunyai penampang kawat minimal 25 mm2 setara tembaga. pada saat membawa peralatan pelepas muatan keatas traverse agar diperhatikan jangan sampai melampaui jarak aman yang diijinkan.
14.
13
Peralatan Keselamatan Kerja yang Diperlukan Peralatan keselamatan kerja yang diperlukan untuk menerapkan prosedur keselamatan kerja pada instalasi tegangan tinggi / ekstra tinggi adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Peralatan Keselamatan Kerja dan Fungsinya
No. Nama Peralatan 1. Shackel stock (tongkat penghubung)
Terbuat
Fungsi / Kegunaan dari bahan isolasi,
bentuknya
merupakan tongkat dan ujungnya dilengkapi besi melengkung kedalam dan keluar juga dilengkapi kawat pentanahan. (gambar 4.12). Gunanya untuk mengeluarkan / memasukkan PMS / LBS. Cara pemakaian : Pilih shackelstock yang sesuai dengan tegangan Sebelum digunakan, alat pentanahan kerja. schackelstock harus dipasang terlebih dahulu. Pakailah sarung tangan dan sepatu berisolasi. ini dipergunakan sebagai pengaman pad
2.
PMS tanah
Alat
penyulang / penghantar terhadap tegangan sisa. Cara penggunaan : PMS pentanahan dimasukkan setelah penyulang / penghantar tersebut bebas dari tegangan kerja. Digunakan untuk mengetanahkan peralatan instalasi
27
3.
Alat pentanahan (gambar 4.13 dan gambar 4.14) portable Terbuat dari bahan non konduktor, berbentuk seperti
4.
Voltage (alat tegangan)
tester galah dan pada ujungnya terdapat alat yang dapat tes menyalakan indikator tegangan (gambar 4.15). Berfungsi untuk meyakinkan apakah penyulang penyulang / alat alat listrik lainnya yang telah dibebaskan dari tegangan kerja masih bertegangan atau sudah bebas, hal ini dapat dilihat pada indikator tegangan alat tersebut. Macamnya :
5.
Rambu rambu pengaman / tanda peringatan
Pita / rantai yang terbuat dari bahan non konduktor yang berwarna merah, dilengkapi dengan tonggak dipasang pemeliharaan. tonggak / patok untuk menyangga dan sebagai pembatas daerah kerja
Bendera merah dipasang pada tonggak tonggak didaerah atau lokasi yang berbahaya (diluar lokasi pemeliharaan)
Bendera hijau dipasang pada tonggak tonggak didaerah atau lokasi pekerjaan yang aman Tanda tanda peringatan yang bertuliskan peringatan atau larangan Daerah berbahaya dipasang tanda peringatan awas berbahaya ada tegangan Tanda peringatan jangan dimasukkan sedang dikerjakan dipasang pada PMT dan PMS dari daerah yang diisolir.
Sistem pemasangan rantai /pita pengaman ada 2
28
macam : sistim pengaman terbuka, yaitu menutup daerah yang berbahaya disekitar tempat pekerjan. Sistim pengaman tertutup, yaitu menutup / mengelilingi daerah pekerjaan dan hanya disediakan pintu masuk ketempat pekerjaan tersebut. Pemberian tanda tanda dilakukan oleh pengawas pekerjaan dan pengawas K3. 6. Topi pengaman / Terbuat dari bahan non konduktor. helm Fungsinya : Melindungi kepala dari benturan / jatuhan benda keras dan tajam. 7. Pakaian kerja Dapat menyerap keringat dan memenuhi syarat untuk pekerjaan dibengkel, regu jaga maupun regu pemeliharaan yang berfungsi untuk melindungi diri. 8. Sarung tangan Untuk melindungi tangan pada saat bekerja. Macamnya : sarung tangan isolasi tahan tegangan, sarung tangan tahan panas, sarung tangan kulit dan lain lain. 9. Kaca mata Untuk melindungi mata pada waktu melaksanakan pekerjaan juga melindungi mata dari cahaya cahaya yang dapat merusak mata. 10. Sabuk pengaman Dipakai untuk pengamanan para petugas yang bekerja memanjat ketempat tempat yang tinggi seperti tower, tiang menara, busbar dan lain sebagainya. Terbuat dari karet atau kulit atau juga dari bahan lain 11. Sepatu kerja yang bersifat non konduktor dengan sol atau alas tanpa
29
paku dan lars yang tinggi yang berfungsi melindungi kaki pada saat melakukan pekerjaan. Macamnya : sepatu tahan tegangan, sepatu tahan pukul, sepatu tahan licin dan sebagainya. Untuk mengamankan petugas dari gangguan pernapasan 12. Masker hidung terhadap kotoran / debu debu atau bahan kimia. Bangku yang terisolasi terhadap tanah yang berfungsi 13. Bangku isolator sebagai alat bantu bagi petugas pada waktu melaksanakan pekerjaan. Melindungi telinga dari kebisingan. Macamnya : ear 14. Alat telinga protector) Terdiri dari masker hidung lengkap dengan 15. Peralatan pernapasan (breathing apparatus) saluran oksigen serta tabung oksigen Kegunaannya untuk memberikan pertolongan pada orang yang terjebak pada ruangan yang terancam kebakaran (penuh asap) Untuk pekerjaan pada tangki minyak atau pada ruangan yang mengandung gas beracun Untuk bekerja pada tempat tempat yang tercemar / kekurangan oksigen Berfungsi untuk melinduni dada dari radiasi panas pada waktu mengelas listrik 16. Penutup dada Berfungsi untuk melindungi petugas yang sedang melaksanakan pekerjaan dilapangan pada waktu hujan. untuk las listrik penutup muff, ear plug, plug band. (ear (respirator)
30
17.
Jas hujan
Gambar 12 Shackel stock (tongkat penghubung)
31
Gambar 13 Alat pentanahan portable
Gambar 14 Alat pentanahan portable
32
Gambar 15 Voltage tester (alat tes tegangan) 14
Petunjuk
Pelaksanaan
Pemasangan
Pentanahan
Setempat
pada
Pekerjaan Pemeliharaan Transmisi Tegangan Tinggi Pentanahan peralatan tegangan tingi dilaksanakan sebagai bagian dari tindakan pengamanan guna melindungi personil yang sedang bekerja atau
33
menguji / mencoba suatu peralatan, terhadap pengaruh / bahaya yang diakibatkan oleh pemberian tegangan tak sengaja atau tegangan induksi. Hasil perlindungan yang diperoleh dengan pentanahan tergantung dari kombinasi keadaan sebagai berikut : 1. kesempurnaan pemasangan pentanahan dan kemampuannya untuk memikul / menyalurkan arus gangguan ketanah, sampai bekerjanya sistem proteksi yang bersangkutan. 2. 3. kecepatan bekerjanya sistem proteksi yang bersangkutan. besarnya tegangan sistem, gradien tegangan sampai ditempat pentanahan dan besarnya tingkat arus gangguan (fault level) pada tempat bekerja. Ketentuan ini berlaku sebagai petunjuk dalam menempatkan / memasang peralatan pentanahan untuk melindungi personil yang sedang bekerja atau menguji peralatan sistem tegangan tinggi. Peralatan tegangan tinggi pada tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan harus telah diberi tanda pengenal. Tanda tersebut harus tetap efektif selama pekejaan berlangsung. Bahaya utama terhadap personil yang memasang peralatan pentanahan pada peralatan tegangan tinggi adalah kejutan listrik (electrical shock), terbakar atau terjatuh sebagai akibat dari : pemasangan pentanahan pada peralatan tegangan tinggi yang masih bertegangan sambungan pentanahan yang tidak baik atau peralatan pentanahan yang tidak memenuhi syarat. Salah cara (metoda) atau salah urutan tahap pelaksanaan pemasangan / pelepasan peralatan pentanahan. Salah cara melaksanakan pemasangan atau pelepasan peralatan pentanahan. Tidak sengaja menyinggung peralatan tegangan tinggi yang bertegangan karena kehilangan kendali atau karena kesulitan dalam penanganan peralatan pentanahan yang portable.
34
15
Pekerjaan pada Tiang Tegangan Tinggi Pekerjaan pada tiang tegangan tinggi merujuk kepada petunjuk pentanahan
pada instalasi tegangan tinggi. Pekerjaan tiang ada beberapa macam, yaitu : 1. Bekerja pada tiang tidak termasuk penyambungan atau pelepasan konduktor
Gambar 16 bekerja pada tiang tidak termasuk pekerjaan melepas atau memasang konduktor
2. Melepas sementara dan memasang kembali jembatan pada tiang penegang
35
Gambar 17 Melepas sementara dan memasang kembali jembatan pada tiang penegang
3.
Melepas mur baut terminal jembatan dan menurunkan konduktor sampai ke tanah pada tiang penegang
36
Gambar 18 Melepas mur baut terminal jembatan dan menurunkan konduktor sampai ke tanah pada tiang penegang
4.
Menaikkan konduktor sampai ke traverse pada tiang penegang dan memasang mur baut pada terminal jembatan
37
Gambar 19 Menaikkan konduktor sampai ke traverse pada tiang penegang dan memasang mur baut pada terminal jembatan
5.
Melepas jembatan untuk memisahkan rangkaian secara permanen atau membuat seksi pada tiang penegang
38
Gambar 20 Melepas jembatan untuk memisahkan rangkaian secara permanen atau membuat seksi pada tiang penegang
39