1 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
PENGGUNAAN CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN MEMBACA NYARING SISWA KELAS II SDN
MARGOREJO III/405 SURABAYA
Jurnal : Jurnal Unesa : Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Volume 1 Nomer 1 (Februari 2013)
Tahun : 2013
Penulis : M. Syifak (PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya)
Sumber : http://ejournal.unesa.ac.id
Ditelaah oleh:
Ady Setiawan (NIM 111714043)
Mahasiswa S1 Program Studi Manajemen Pendidikan
FIP Universitas Negeri Surabaya
ISI JURNAL
M. Syifak dalam jurnalnya yang berjudul “Penggunaan Cerita Bergambar
untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring Siswa Kelas II SDN Margorejo
III/405 Surabaya”, menjelaskan tentang sebuah penelitian peningkatan kemampuan
membaca nyaring siswa yang dapat ditunjang oleh penggunaan media modern yakni
media cerita bergambar. Dari hasil penelitian tersebut secara singkat disimpulkan
bahwa keberadaan media cerita bergambar sangatlah menunjang peningkatan
kemampuan membaca nyaring siswa. Media cerita bergambar yang menarik dapat
meningkatkan konsentrasi siswa pada materi yang diberikan, dan menambah motivasi
serta daya tarik tersendiri bagi siswa untuk membaca kalimat pendek ataupun panjang
yang ada di sekitar gambar tersebut. Sasaran dari penelitian ini adalah siswa kelas II
SDN Margorejo III/405 Surabaya.
Beberapa tujuan penelitian yang dilakukan di kelas II SDN Margorejo III/405
Surabaya tersebut diantaranya: (1) untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan media cerita bergambar untuk meningkatkan keterampilan
membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya; (2)
mendeskripsikan hasil belajar membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo
III/405 Surabaya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan media cerita
bergambar; dan (3) mendeskripsikan kendala yang ditemui dalam pelaksanaan
2 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
pembelajaran dengan penggunaan media cerita bergambar untuk meningkatkan
keterampilan membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya dan
cara mengatasinya.
Penelitian ini menggunakan metode Tindakan Penelitian Kelas, yang
dilakukan dalam dua siklus, yakni siklus I dan siklus II. Sedangkan rangkaian
prosedur kegiatan dapat dituliskan sebagai berikut: (1) tahap perencanaan tindakan,
tahap awal ini terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya menganalisis kurikulum
mata pelajaran bahasa Indonesia, menyusun RPP bahasa Indonesia dengan
menggunakan media cerita bergambar, merencanakan langkah-langkah pembelajaran,
merencanakan evaluasi, dan menyusun instrumen penelitian; (2) tahap pelaksanaan,
yakni pelaksanaan dilakukan oleh peneliti, sedangkan guru serta teman sejawat
bertindak selaku observer dalam keperluan pengumpulan data. Pelaksanaan tindakan
direncanakan dengan rangkaian siklus-siklus secara berulang, yakni siklus I dilakukan
selama 4 kali pertemuan, dan siklus II dilakukan selama 4 kali pertemuan juga dengan
cacatan bila semua koordinator telah terpenuhi, maka siklus akan diakhiri. (3) tahap
observasi, tahap ini dilaksanakan oleh guru kelas II dan teman sejawat secara intensif
untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media cerita
bergambar, mereka juga mencatat segala aktivitas dan jalannya pelaksanaan
pembelajaran dalam suatu lembar instrumen penelitian yang telah disiapkan oleh
peneliti. (4) tahap refleksi, tahap ini merupakan langkah akhir dari penelitian ini,
yakni dilakukan setelah segala instrumen penelitian terpenuhi.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, bahwa pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar untuk meningkatkan
keterampilan membaca nyaring cenderung mengalami peningkatan yang signifikan di
setiap siklusnya. Indikator yang sangat tampak ketika pembelajaran berlangsung ialah
berjalannya proses pembelajaran dengan baik dan semangat membaca nyaring siswa
yang dapat terlihat dari wajah mereka. Untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran
dalam siklus I dan II pertemuan 1 dan 2, dapat diamati dari sajian diagram berikut ini:
3 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
Gambar 1. Diagram keterlaksanaan pembelajaran
Dari diagram tersebut dapat difahami bahwa pada siklus I pertemuan 1 mencapai
presentase 88,23% dan pertemuan 2 mencapai persentase 94,12% dengan rata-rata
persentase 91,18%, sedangkan persentase ketercapaian pembelajaran pada siklus I
pertemuan 1 dan 2 mencapai 78,83% dan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 mencapai
persentase 88,82% dengan kriteria baik sekali. Data keterlaksanaan pembelajaran
pada siklus I jika dibandingkan dengan siklus II secara singkat dapat disimpulkan
telah mengalami peningkatan. Dengan demikian, hal ini telah menunjukkan bahwa
keterlaksanaan pembelajaran membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo III/405
Surabaya sudah berjalan baik. Tentu pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya
peningkatan yang terjadi pada siklus II di atas.
Setelah mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media
cerita bergambar tersebut, maka selanjutnya penulis akan menyajikan suatu hasil
belajar siswa sebagaimana yang telah disajikan oleh peneliti, sebagai berikut:
Gambar 2. Diagram hasil belajar siswa
80.00%
85.00%
90.00%
95.00%
100.00%
Siklus I Siklus II
Pertemuan I Pertemuan II
65.00%
70.00%
75.00%
80.00%
85.00%
Siklus I Siklus II
Siklus I dan II
4 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
Berdasar dari diagram tersebut dapat difahami bahwa pada siklus I nilai rata-rata hasil
belajar siswa belum mencapai 75%, olehnya itu peneliti melanjutkan pada siklus II
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat mencapai
ketuntasan klasikal yang telah ditentukan. Sedangkan pada siklus II, hasil nilai rata-
rata hasil belajar ialah 82,5%, yang berarti telah mengalami peningkatan dari siklus I.
Berikut penulis sajikan diagram ketuntasan klasikal berdasarkan jurnal yang ditulis
oleh peneliti,
Gambar 3. Diagram ketuntasan hasil belajar
Berdasarkan diagram di atas, maka dapat difahami bahwa ketuntasan hasil belajar siswa untuk mata
pelajaran bahasa Indonesia materi membaca nyaring, secara klasikal pada siklus I telah mencapai
ketuntasan klasikal 59,5% , dan 40,5% dari jumlah keseluruhan siswa belum mencapai standar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan bahasa lain, telah diketahui sebanyak 24 siswa yang
telah tuntas belajar sesuai indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, dan sebanyak 16 siswa
lainnya yang belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil ini telah menunjukkan bahwa siklus I belum
mencapai standar ketuntasan klasikal yang ditetapkan yakni sebesar 75%. Selanjutnya, pada siklus II
ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi membaca
nyaring mencapai ketuntasan klasikal 82,5% dan hanya sebesar 17,5% saja yang belum mencapai
standar. Atau dengan bahasa lain dapat diterjemahkan bahwa sebanyak 33 siswa yang yang telah
tuntas belajar dan hanya tersisa 7 siswa saja yang belum mencapai ketuntasan belajar. Dari kedua
hasil yang telah didapatkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pencapaian ketuntasan belajar
siswa secara klasikal antara siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan hingga mencapai
standar yang telah ditetapkan pada indikator keberhasilan. Adanya peningkatan ketuntasan hasil
belajar klasikal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media cerita bergambar sangat
berpengaruh untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo
III/405 Surabaya.
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Siklus I Siklus II
Siklus I dan II
5 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
Penelitian yang dilakukan selama dua siklus tersebut menemukan beberapa
kendala yang dapat dideskripsikan berikut ini: (1) kurangnya kemampuan siswa kelas
II SDN Margorejo III/405 Surabaya dalam membaca, hal ini tampak dengan
ditemukannya beberapa siswa yang belum mampu membaca dengan lancar, dan (2)
diperlukannya waktu adaptasi siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya dalam
menerima metode pembelajaran membaca nyaring menggunakan media cerita
bergambar, hal ini akibat dari belum pernah diperkenalkannya media cerita bergambar
kepada siswa.
6 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
KELEBIHAN JURNAL
a. Pendahuluan
Beberapa kelebihan dalam sub pendahuluan yang dituliskan penulis yakni:
1) Penulis berusaha menuliskan pendahuluan secara hierarki
2) Berusaha menyajikan analisis berdasarkan kasus di lapangan
3) Menjelaskan kondisi penggunaan metode media cerita bergambar secara detail
4) Didukung dengan alasan kuat mengapa media cerita bergambar perlu
digunakan dalam kasus ini. Dukungan tersebut juga berupa usaha dalam
meyakinkan pembaca bahwa media ini sudah lama digunakan oleh beberapa
Negara maju, dan metode mengeja layaknya yang sedang digunakan ini
ternyata sudah lama ditinggalkan oleh beberapa Negara.
5) Penulis merumuskan tujuan dengan cukup signifikan dan mewakili tujuan
umum penelitian, yaitu agar dapat mendeskripsikan pembelajaran dan hasil
belajar siswa dengan menggunakan media cerita bergambar, serta
mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi.
b. Kajian pustaka
Dalam penulisan jurnal ini, penulis tidak menyajikan sub kajian pustaka. Sehingga
penelaah tidak dapat menganalisis kelebihan dan atau kekurangannya.
c. Metode penelitian
1) Penulis menyajikan metode penelitian secara rinci tahap demi tahap
2) Merujuk pada kurikulum yang sedang berlaku untuk kelas sampling
3) Penulis memaparkan sampel dan populasi serta waktu yang digunakan selama
penelitian
4) Dalam tahap pelaksanaan, peneliti melibatkan guru kelas dan teman sejawat
sebagai observer
d. Hasil penelitian dan pembahasan
1) Menyajikan diagram dan tabel untuk membantu pembaca dalam memahami
pembahasan
2) Penulis memberikan pembahasan atas tabel atau diagram yang disajikan
3) Membuka pembahasan dengan kalimat simpulan sekilas
e. Simpulan
Penulis berusaha me-review dengan bahasa sesingkat mungkin dengan tanpa
menghilangkan makna sebenarnya
7 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
KEKURANGAN JURNAL
a. Pendahuluan
1) Tidak menuliskan Kajian Pustaka sebagai suatu sub bab tersendiri
2) Masih terdapat beberapa penggalan kalimat yang belum singkron dengan
kalimat berikutnya karena ketiadaan atau kurang tepatnya kata penghubung
yang digunakan
3) Pencampuradukan antara pendahuluan dan kajian pustaka, sehingga teks
terkesan terlalu panjang dan dapat membingungkan pembaca
4) Dalam kalimat terakhir, penulis menuliskan kalimat yang sebaiknya
diletakkan di kesimpulan
b. Kajian pustaka
Dalam penulisan jurnal ini, penulis tidak menyajikan sub kajian pustaka. Sehingga
penelaah tidak dapat menganalisis kelebihan dan atau kekurangannya.
c. Metode penelitian
1) Tidak dicantumkan jenis metode yang digunakan sebagai penekanan setelah
disebutkan di dalam abstrak
2) Tidak menjelaskan populasi dan sampel penelitian secara tegas
3) Tidak memaparkan teknik pengumpulan data dan pengembangan instrument
dengan jelas
4) Pada tahap persiapan, tidak dicantumkan dalam poin terpisah tentang
persiapan pengadaan media cerita bergambar yang akan digunakan
5) Pada tahap refleksi, penjelasan terlalu singkat sehingga dikhawatirkan dapat
mengaburkan pemahaman pembaca terkait metode pelaksanaan refleksi
setelah penelitian tindakan kelas
d. Hasil penelitian dan pembahasan
1) Pemaparan dan pembahasan penelitian belum sesuai tujuan penelitian, yakni
dengan tidak dibahasnya kendala penelitian dalam sub pembahasan hasil
penelitian
2) Tampilan tabel atau grafik masih belum maksimal. Hal ini dilihat dari hanya
ditampilkannya 2 dari 4 pertemuan saja. Seperti pada tabel keterlaksanaan
pembelajaran.
3) Tidak adanya penjelasan awal sebagai penekanan terhadap definisi dan nilai
ketuntasan klasikal serta indikator keberhasilan. Penjelesan tersebut dapat
disampaikan dalam metode atau dalam penulisan awal pembahasan.
4) Masih terdapat kesenjangan antara penjelasan tabel dengan data yang terdapat
dalam tabel sendiri.
Misal, pada penjelasan tabel tentang keterlaksanaan pembelajaran. Peneliti
hanya menuliskan hasil penelitian pada siklus I pertemuan 1 dan 2, dengan
mengabaikan penjelasan hasil penelitian pada siklus II pertemuan 1 dan 2.
8 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
Sementara penulis langsung memberi kesimpulan dengan tanpa pembanding
yang jelas.
5) Tidak adanya keterangan waktu yang jelas dan akurat tentang kapan data
diambil. Keterangan tersebut dapat berupa rentang waktu antara siklus I
berlangsung atau antara pertemuan 1 berlangsung menuju ke pertemuan 2, 3,
hingga 4.
e. Simpulan dan Saran
1) Terdapat beberapa pola bahasa yang dikhawatirkan dapat membingungan
pembaca. Seperti pada kalimat “… dapat disimpulkan penggunaan media
cerita bergambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca
nyaring, hal ini terbukti dengan kemampuan guru dalam melaksanakan RPP
mendapatkan hasil yang sangat baik sekali dan hasil belajar siswa meningkat”.
Sebaiknya dituliskan secara ringkas dan jelas bahwa media cerita bergambar
sangat berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan membaca nyaring
siswa kelas II …, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada hasil
belajar siswa.
2) Penulisan dalam kesimpulan hasil penelitian tidak terpadu dengan
pembahasan, seperti dalam kesimpulan menggunakan istilah “keterlaksanaan
RPP”, sementara dalam pembahasan menggunakan istilah “keterlaksanaan
pembelajaran”. Juga terdapat perbedaan angka yang dicantumkan antara
dalam kesimpulan dan pembahasan
3) Memasukkan kendala penelitian dalam kesimpulan
9 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH
Pada sub pembahasan kali ini, penelaah akan mencoba menyajikan berbagai
alternative penyelesaian atas beberapa kekurangan yang penelaah temukan dalam
penulisan yang disajikan penulis. Berikut pembahasan secara terperinci yakni:
1) Pendahuluan
Menurut hemat penelaah, setidaknya dalam sub pendahuluan perlu memuat (1)
permasalahan penelitian, (2) rencana pemecahan masalah, (3) tujuan penelitian,
(4) biasanya pula dituliskan manfaat serta harapan penelitian, dan (5) menyajikan
secara singkat ulasan kajian teoritik terkait penelitian ini.
Hendaknya pendahuluan disajikan secara hierarki mulai permasalahan hingga
diakhiri dengan alasan mengapa mengangkap penelitian ini. selain itu, penulisan
dalam pendahuluan perlu ditata dengan baik agar pembaca tidak kebingungan
dalam memahami teks, atau bahkan menghilangkan beberapa kata penghubung
yang justru akan berakibat fatal pada kesempurnaan teks. Menurut penelaah juga,
tidak seharusnya setiap pendahuluan ditulis dengan kalimat yang panjang
sebagaimana disajikan penulis dan peneliti di atas. Artinya selama susunan
kalimat tersebut cukup mewakili maksud penulis, maka sewajarnya dapat
meminimalisir penggunaan kata.
2) Kajian Pustaka
Selazimnya kajian pustaka dihadirkan dalam suatu sub pembahasan tersendiri. Hal
ini dilakukan agar mempermudah pembaca dalam memahami tulisan. Namun
penelaah belum mengetahui alasan mengapa penulis memasukkan dalam sub
pendahuluan. Dapat memungkinkan hal tersebut karena ketentuan yang penulis
jalankan dari institusi yang dianut, sehingga penelaah tidak serta merta
menyalahkan penulisan ini dan tetap menghargai karya penulis sekaligus peneliti
tersebut. Dalam penulisannya, keseluruhan teks perlu dirangkai secara hierarki
mulai kajian pustaka skala umum menuju khusus, sebagaimana yang sudah
berusaha dilakukan oleh penulis jurnal ini. namun sayangnya penulis memasukkan
kajian pustaka tersebut di dalam pendahuluan dan terkesan masih belum hierarki.
Artinya penulis menerangkan terlebih dahulu pendapat beberapa ahli tentang
membaca hingga pentingnya penggunaan media cerita bergambar. Namun di lain
paragraph penulis kembali membahas tentang apa makna masing-masing dari
media, media cerita bergambar, dan apa makna membaca nyaring itu.
Alangkah baiknya jika penulis memaparkan tentang bagaimana pentingnya
berkomunikasi menurut para ahli, kemudian apa yang dimaksud membaca,
bagaimana membaca nyaring itu dan mengapa penting untuk anak sekolah rendah,
lalu memaparkan makna media, kemudian media apa saja yang bisa digunakan,
dan diakhiri dengan penjelesanan media cerita bergambar yang akan diteliti
tersebut. memang sudah menjadi ciri karya ilmiah dengan mencantumkan gagasan
orang lain dan menuliskan sumber gagasan tersebut didapat. Penulis dalam usaha
10 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
menyuguhkan pendapat orang lain sudahlah cukup baik, hanya saja tetap perlu
diindahkan unsur keterpaduan antar satu pendapat dengan pendapat yang lainnya.
3) Metode penelitian
Sebagai koreksi atas beberapa kekurangan yang penelaah temukan dalam sub ini,
maka sebaiknya:
a) Penulis secara jelas dan tegas mencantumkan jenis metode yang digunakan
dalam penelitian sekalipun sudah disebutkan dalam abstrak yakni teknik
Penelitian Tindakan Kelas.
b) Penulis hendaknya secara jelas dan tegas menuliskan dimana populasi dan
sampel yang diteliti tersebut, seperti menuliskan “penelitian ini akan
berlangsung di kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya dengan jumlah
sampel sebanyak 35 siswa”.
c) Mungkin ini merupakan kelengahan penulis, setelah asyik memaparkan tahap-
tahap penelitian tersebut sehingga terlupa untuk memaparkan bagaimana
teknik pengumpulan data dan bagaimana pengembangan instrument.
Penjelesan kedua hal tersebut lazim dilakukan oleh para peneliti agar pembaca
senada dengan peneliti dalam menyikapi penelitian yang dilakukan.
d) Menurut penelaah, persiapan pengadaan instrument yang berupa media cerita
bergambar perlu dituliskan dengan jelas. Hal ini karena merupakan salah satu
rangkaian pada tahap persiapan penelitian.
e) Pada tahap refleksi, sebaiknya penulis memaparkan secara rinci bagaimana
dan siapa saja yang akan merefleksi data yang telah diperoleh tersebut.
4) Hasil dan pembahasan
a) Salah satu tujuan utama sub hasil dan pembahasan ialah untuk menjawab
tujuan penelitian sebagaimana dituliskan dalam pendahuluan. Sehingga
sewajarnya bila pola penulisan pun mengikuti hierarki tujuan penelitian.
Penulis sudah berusaha memberikan yang terbaik dalam pembahasan, namun
dalam sub hasil dan pembahasan penulis tidak memaparkan tujuan ketiga
penelitian, yakni mendeskripsikan kendala-kendala selama penelitian. Akan
tetapi dipaparkan pada sub simpulan dan saran.
b) Fungsi utama tabel atau grafik ialah untuk mempermudah pemahaman dan
sebagai pengganti redaksi. Sehingga sebaiknya penulis menyajikan tabel
secara sempurna sesuai fakta ataupun redaksi penjelasnya. Kejanggalan
ditemukan penelaah, ketika penulis menjelaskan bahwa penelitan akan
berlangsung selama 2 siklus dan masing-masing 4 kali pertemuan. Namun
penulis hanya menyajikan pembahasan dua kali pertemuan saja dalam tabel.
Hal ini tentu tidak sama dengan konsep yang diberikan.
c) Nilai ketuntasan belajar dan indicator keberhasilan menurut penelaah sangat
perlu dijelaskan sejak awal. Sehingga antara penulis dan pembaca memiliki
sepemahaman untuk memberikan penilaian atas hasil penelitian yang
dilakukan.
11 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r
d) Penulis haruslah konsisten. Artinya jika di dalam tabel tertuliskan dua siklus
dengan masing-masing dua kali pertemuan. Maka seharusnya penulis
menjelaskan masing-masing data secara detail sehingga mempermudah
pemahaman pembaca. Begitu halnya dengan tabel lainnya yang disajikan
dalam jurnal ini.
e) Sebaiknya penulis mencantumkan petunjuk waktu penelitian dilakukan
dengan jelas. Keterangan tersebut dapat berupa rentang waktu antara siklus I
berlangsung atau antara pertemuan 1 berlangsung menuju ke pertemuan 2, 3,
hingga 4.
5) Penutup dan simpulan
Menurut hemat penelaah, bahwa keberadaan simpulan sebagai suatu ringkasan
yang terpadu mewakili secara keseluruhan terhadap penulisan dari awal hingga
akhir. Sehingga pola bahasa dan tata penulisan perllu diatur sebaik mungkin agar
tulisan dapat ringkas dengan tanpa mengurangi makna yang sebenarnya.