Download - Jawaban Makalah Termo Pemicu 4 Dan 5 Lengkap
SOAL NO 1
Gambar dibawah ini merupakan diagram P-x-y asetonitril (1) dan nitrometana (2) pada 75oC, garis putus-putus menunjukkan hasil perhitungan diagram fasa yang didasarkan pada asumsi bahwa sistem bersifat ideal sehingga hukum Raoult dapat digunakan. Dapatkah anda menyatakan karakteristik sistem ideal/hukum Raoult dari gambar tersebut? Hubungkanlah dengan hukum Raoult dan perhatikanlah adakah hubungan yang linier antara besaran-besaran hukum tersebut? Gambar ulang plot diagram P-x-y tersebut.
Apa yang dapat anda jelaskan mengenai konsep potensial kimia dan fungsinya sebagai dasar perhitungan kesetimbangan fasa cair-uap? Mengapa diperlukan model termodinamika yang abstrak yaitu persamaan-persamaan matematika yang diturunkan dari hukum pertama dan hukum kedua termodinamika dalam mendefnisikan nilai μi? Bagaimanakah kelompok anda menjelaskan persamaan dibawah ini :
f l=f V atau φL=φV
Dapatkah anda menjelaskan tentang aturan fasa Gibbs untuk kesetimbangan fasa cair-uap fluida campuran? Bagaimana pula anda menentukan nilai titik gelembung dan titik embun dalam kesetimbangan fasa tersebut? Apa guna perhitungan flash dalam kesetimbangan uap-cair?
Ketika termodinamika diterapkan untuk kesetimbangan uap-cair, tujuannya adalah
menemukan temperatur, tekanan, dan komposisi fasa dalam kesetimbangan dengan
perhitungan. Sesungguhnya, termodinamika menyediakan ruang lingkup kerja matematis
untuk hubungan sistematis, ekstensi, generalisasi, evaluasi, dan interpretasi data. Lebih dari
itu, ini berarti dengan prediksi berbagai teori fisika molekular dan mekanik statistik dapat
diterapkan untuk tujuan praktis. Karena tidak satupun dari hal ini dapat diselesaikan tanpa
model untuk perilaku sistem dalam kesetimbangan uap-cair, terdapat dua model yang paling
sederhana yaitu Hukum Raoult dan Hukum Henry. Hukum Raoult berbunyi :
The partial vapor pressure of a component in a mixture is equal to the vapour
pressure of the pure component at that temperature multiplied by its mole fraction
in the mixture
Pada penggunaannya, terdapat dua asumsi utama untuk mereduksi perhitungan
kesetimbangan fasa uap-cair pada hukum Raoult, yaitu :
Fasa uapnya merupakan gas ideal
Fasa cairnya merupakan larutan ideal
Asumsi pertama memberi arti bahwa hukum Raoult dapat diterapkan untuk tekanan rendah
sampai menengah dan asumsi kedua menjelaskan bahwa hukum ini memiliki nilai perkiraan
yang bisa dibilang valid apabila komponen penyusun sistemnya sama secara kimia.
Penjelasan asumsi kedua didapatkan dengan pengertian terhadap definisi dari larutan ideal.
Larutan ideal dapat didefinisikan sebagai larutan dengan sifat-sifat yang analog dengan gas
ideal. Namun, terdapat perbedaan diantaranya yang terletak interaksi antar molekularnya
dimana interaksi pada larutan ideal yang berfasa cair akan lebih kuat daripada pada gas ideal
sehingga membuatnya tidak dapat begitu saja diabaikan. Walaupun begitu, pada asumsi
larutan ideal mean strength interaksi antar molekulnya dapat dianggap sama.
Selain melihat dari mean strength antar molekulnya, suatu larutan dapat dikategorikan sebagai
ideal dilihat dari kepolarannya. Larutan ideal memiliki momen dipol bernilai kecil sampai nol
sehingga larutan tersebut dapat dikategorikan sebagai larutan yang non-polar. Polaritas ini
akan tercapai apabila kita melihat rumus bangun dan nilai elektronegatifitas dari molekul-
molekul penyusun larutan tersebut.
Persamaan hukum Raoult untuk campuran dari larutan A dan B, akan menjadi demikian:
pA=x A . POA
pB=xB .POBPadapersamaanini PA dan PB adalahtekananuapparsialdarikomponenAdan B.
Dalamsuatucampuran gas, tiap gas mempunyaitekananuapnyasendiri,
daninidisebuttekananparsial yangindependent. Bahkanapabilaandamemisahkansemuajenis
gas-gas lain yang ada, satu-satunyajenis gas yang
tersisaakanmasihmempunyaitekananparsialnya.
Tekananuap total
darisebuahcampuranadalahsamadenganjumlahdaritekananparsialindividutiap gas.
Po adalahtekananuapdariAdan B apabilakeduanyaberadadalamkeadaanterpisah
(dalamlarutanmurni).xA dan xB adalahfraksimol A dan B. Keduanyaadalahfraksi
(bagian/proporsi) darijumlah total mol (A maupun B) yang
ada. Andadapatmenghitungfraksimoldenganrumusini
Gambar diatas merupakan proyeksi dua dimensi dari diagram kesetimbangan fasa uap cair
tiga dimensi yang digunakan apabila diambil titik temperatur konstan. Garis di bagian tengah
merupakan garis campuran ideal yang dibuat berdasarkan hukum Raoult. Kurva di bagian atas
dan bawah dari garis ini merupakan deviasi positif dan deviasi negatif dari hukum Raoult.
Kurva di bagian atas merepresentasikan bubble curve dan kurva di bagian bawah
merepresentasikan dew curve dari campuran asetonitril dan nitrometana. Daerah yang berada
di atas bubble curve merupakan daerah berfase liquid dan daerah yang berada dibawah dew
curve merupakan daerah berfasa vapor. Kurva ini merupakan kurva tekanan terhadap fraksi
mol nitrometana maupun fraksi mol asetonitril di dalam campuran. Sumbu y merupakan nilai
besaran tekanan, sedangkan sumbu x merupakan besaran fraksi mol. Apabila kita membaca
fraksi mol dari kiri ke kanan maka kita membaca fraksi mol untuk larutan (1) sedangkan
apabila kita membacanya dari kanan ke kiri maka kita membaca fraksi mol larutan (2).
Terdapat beberapa karakteristik yang menunjukkan bahwa campuran asetonitril dan
nitrometana merupakan campuran yang ideal. Pertama, penelitian menunjukkan bahwa
nitrometana (MeNO2) dan asetonitril (MeCN) memiliki interaksi yang lemah antar unlike
neighbor-nya sehingga dapat diabaikan (Aprano, 1994). Kedua, berdasarkan gambar pada
soal, tidak terdapat azeotrop yang terbentuk pada grafik. Azeotrop adalah campuran dari dua
atau lebih cairan dalam sedemikian rupa sehingga komponen yang tidak dapat diubah dengan
distilasi sederhana sehingga tidak bisa dibedakan antara fase uap dan fase cairnya lagi. Ketiga,
pada grafik jelas terlihat bahwa keduanya membentuk 2 fase yang berbeda, tidak terlihat
kurva yang keduanya berdeviasi negatif maupun keduanya berdeviasi positif.
Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa peningkatan tekanan berbanding lurus dengan
peningkatan fraksi mol cair dari komponen (1) dan penurunan fraksi mol cair dari komponen
(2) serta penurunan fraksi mol uap dari komponen (1) dan peningkatan fraksi mol uap dari
komponen (2). Terdapat beberapa tahap dalam penggambaran kembali gambar diatas.
Pertama, adalah mengidentifikasi soal yang diberikan. Berdasarkan penjelasan halaman pada
buku Van Ness Chemical Engineering Thermodynamics, terdapat 4 metode penyelesaian soal
kesetimbangan cair-uap berdasarkan data-data yang diketahui, yaitu BUBL P, BUBL T, DEW
P, dan DEW T. Berdasarkan contoh 10.1 pada halaman 343 di buku yang sama, data yang
diketahui adalah data temperatur. Karena kita mengetahui data temperatur, maka kita dapat
menghitung dengan cara BUBL P ataupun DEW P. Untuk penghitungan BUBL P maka kita
harus mencari terlebih dahulu nilai y1 (bubble point) dengan memilih nilai x1 (dew point)
secara random sedangkan untuk DEW P kita melaksanakan hal secara sebaliknya. Sesuai
dengan penyelesaian soal pada buku, maka dipilihlah metode BUBL P. Kemudian pada suhu
75oC, diketahui persamaan antoine-nya adalah sebagai berikut :
ln P1sat(kPa)=14.2724− 2,945.47
t ( C❑o )+224.00
ln P2sat(kPa)=14.2043− 2,972.64
t ( C❑o )+209.00
dihasilkan nilai P1sat=83.21 kPa dan P2
sat=41.98 kPa. Kemudian dicari nilai tekanan total
sistem dengan persamaan kalkulasi titik gelembung sistem biner yang berupa :
P=P2sat+ (P1
sat−P2sat ) x1
Dengan mengambil nilai x1 yang berbeda akan didapatkan nilai P yang berbeda pula. Setelah
nilai P diperoleh maka dengam persamaan
y1=x1 . P1
sat
P
Akan diperoleh nilai y1 yang kemudian hasilnya ditabulasi dan dibuat menjadi suatu grafik
yang baru. Untuk beberapa nilai x1 (dew point) yang berbeda maka akan dihasilkan nilai y1
(bubble point) yang berbeda pula sehingga dari beberapa titik yang diketahui tersebut kita
dapat menarik garis dan membentuk kurva.
Potensial kimia (µ) merupakan analog untuk potensial listrik dan potensial gravitasi ,
menggunakan ide yang sama dari medan gaya sebagai penyebab hal-hal yang bergerak, baik
itu massa, atau, dalam hal ini, bahan kimia. Potensial kimia merupakan ukuran stabilitas kimia
yang digunakan untuk memprediksi dan menafsirkan perubahan fasa dan reaksi kimia.
Potensial kimia merupakan suatu besaran intensif karena sama perannya dengan temperatur
dan tekanan, perbedaan nilai potensial kimia akan menyebabkan suatu zat kimia dengan
potensial yang lebih tinggi tinggi berubah fase ke potensial yang lebih rendah untuk
menurunkan keseluruhan energi bebas Gibbs dari sistem. Potensial kimia juga disebut sebagai
energi Gibbs molar parsial diukur dalam satuan energi/partikel atau energi/mol.
Penyebutan potensial kimia sebagai energi Gibbs molar parsial memberikan arti bahwa
potensial kimia merupakan perubahan energi bebas Gibbs ketika satu mol zat ditambahkan ke
jumlah sampel yang sangat besar. Karena potensial kimia merupakan suatu besaran intensif
yang perbedaannya akan membentuk suatu potensial perubahan fase, potensial kimia
memiliki peran penting dalam kesetimbangan fasa cair-uap karena dapat memprediksi kemana
arah perubahan fasenya. Banyak persamaan potensial kimia diturunkan dari hukum I dan
hukum II termodinamika untuk mendefinisikan potensial kimia karena hukum pertama
termodinamika adalah suatu pernyataan mengenai hukum universal dari kekekalan energi dan
mengidentifikasikan perpindahan panas sebagai suatu bentuk perpindahan energi dan terkait
idealitas dari suatu komponen sedangkan hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa
aliran kalor memiliki arah; dengan kata lain, tidak semua proses di alam semesta adalah
reversible (dapat dibalikkan arahnya). Sehingga dari kesemua hukum ini dapat dikaitkan
bahwa terjadi suatu perpindahan energi yang memiliki arah dan sifat perpindahannya bisa
reversibel dan irreversibel yang arah geraknya dipengaruhi oleh suatu potensial, yaitu
potensial kimia.
f l=f V atau φL=φV
Persamaan diatas menunjukkan kesamaan nilai antara fugasitas ( f ) dan koefisien fugasitas (
φ ¿ fasa cair dan uap. Fugasitas merupakan nilai kecenderungan suatu komponen fasa cair
pada campuran liquid untuk berevaporasi. Fugasitas suatu komponen secara inti merupakan
tekanan yang diberikan pada fase uap saat berada dalam kesetimbangan dengan fasa cairnya.
Fugasitas dibagi berdasarkan fasanya menjadi fugasitas di fasa uap dan fugasitas di fasa cair.
Pada fugasitas di fasa uap, terdapat suatu koefisien yang bernama koefisien fugasitas.
Koefisien ini mendefinisikan deviasi fugasitas campuran terhadap keadaan idealnya, yaitu gas
ideal. Persamaan diatas merupakan persamaan fugasitas dan koefisien fugasitas untuk suatu
zat murni i dimana pada kondisi tersebut
Sehingga
Karena nilai R dan T selalu terdefinisi, maka dapat diketahui nilai
lnf i
V
f iL=0
fil=fiV
GiV−Gi
L=0
GiV−Gi
L=RT lnf i
V
f iL=0
“Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada bersama-sama jika keduanya memiliki
temperatur, tekanan dan fugasitas yang sama”
Sedangkan korelasinya untuk koefisien fugasitas adalah persamaan koefisien fugasitas dapat
didefinisikan sebagai berikut
Sehingga persamaan diatas yang menunjukkan kesamaan antara fugasitas cair dan uap pada
suatu zat murni akan memberikan perbandingan yang sama pada koefisien fugasitasnya
“Untuk zat murni, fasa cair dan uap ada bersama-sama jika keduanya memiliki
temperatur, tekanan dan koefisien fugasitas yang sama”
Aturan fasa Gibbs untuk zat ideal didefinisikan sebagai
F=N−π+2
Dengan F merupakan derajat kebebasan, N merupakan jumlah spesi kimia dan π merupakan
jumlah fase. Karena aturan fasa Gibbs ini hanya dapat diaplikasikan pada suatu zat ideal
dengan mengasumsikan tidak ada perbedaan potensial, maka untuk suatu campuran yang
diketahui terdapat beda potensial variabel yang mempengaruhi bukan hanya tekanan dan
temperatur, tetapi campuran tersebut dapat dipengaruhi oleh sejumlah variabel intensif
lainnya seperti jumlah fraksi dari masing-masing komponen. Untuk itu, nilai +2 pada
persamaan diatas tidak dianggap valid lagi dan diformulasikan suatu persamaan baru
berdasarkan teori Duhem berupa
F=2+Nπ
Dengan N merupakan jumlah spesi kimia dan πmerupakan jumlah fase.
Seperti yang telah dijelaskan diatas pada jawaban soal berdasarkan contoh 10.1 pada buku
Van Ness, terlihat bahwa terdapat 4 cara dalam menentukan dew point dan bubble point. Dew
point atau titik embun merupakan titik dimana suatu komponen uap mengembun dan pertama
kali membentuk titik cairan sedangkan bubble point atau titik gelembung merupakan titik
φ= fP
φ iV=φ i
L
dimana pertama kali komponen cair terevaporasi dan membentuk gelembung uap. Berikut
klasifikasi metode penyelesaian soal berdasarkan objek jawaban dan informasi yang diberikan
di soal :
BUBL P : Kalkulasi {y} dan P dengan data {x} dan TDEW P : Kalkulasi {x} dan P dengan data {y} dan TBUBL T : Kalkulasi {y} dan T dengan data {x} dan PDEW T : Kalkulasi {x} dan T dengan data {y} dan P
Kondisi dimana cairan dengan tekanan yang sama atau lebih besar dari tekanan bubble point-
nya akan berevaporasi sebagian (flash) saat tekanannya diturunkan dan menghasilkan sistem
dua fase uap cair di kesetimbangan. P-T-flash merupakan suatu kalkulasi dari kuantitas dan
komposisi uap dan cair yang membuat sistem dua fasa tersebut pada kesetimbangan apabila
diketahui T, P, dan komposisi keseluruhan (komposisi dari spesi-spesi pencampur).
Perhitungan ini digunakan untuk menentukan fraksi cair dan uap dari masing-masing spesi
tersebut.
SOAL NOMOR 5
Activity coefficient approach is capable of modeling and correlating VLE of highly non-
ideal mixtures at low pressures.
a. Give definition for activity coefficient of component I using your own words
b. Comment of the shape of the phase envelope of the following mixture:
tetrahydrofuran/carbon tetrachloride, ethanol/toluene, chloroform/tetrahydrofuran,
furan/carbon tetrachloride. Based on your explanation on the molecular structure
and molecular interaction between the molecules
c. List the advantages and disadvantages of using the activity coefficient approach
Jawab:
a. Koefisien aktivitas adalah sebuah faktor yang digunakan dalam termodinamika untuk
menghitung penyimpangan dari kondisi ideal dalam larutan. Dalam hal ini kondisi ideal
berdasarkan Hukum Roult. Koefisien aktivitas digunakan pada larutan dengan tekanan
sistem rendah-moderat sedang.
b. Komentar pada grafik
1. Tetrahydrofuran/carbon tetrachloride
Terlihat bahwa P-x1 atau kurva bubble point berada dibawah garis linear hukum
Raoult. Hal ini dinyatakan negatif dari kelinearan. Kurva THF berada diatas kurva carbon
tetrachlorida. Dan daerah dua fasa yang relatif kecil. Hal ini menunjukkan bahwa THF
lebih mudah menguap dibandingkan carbon tetrachloride. Seperti yang diketahui bahwa
titik didih THF adalah 66oC sedangkan titik didih carbon tetrachloride adalah 76,72oC.
Diketahui campuran polar dan polar. Sehingga dapat larut. Jadi pada kondisi ini tidak
akan terbentuk azeotrope.
2. Chloroform/tetrahydrofuran
Terlihat bahwa titik minimum kurva P-x1 (bubble point) dan P-y1 (dew point)
berada pada titik yang sama. Kondisi pada titik ini disebut azeotrope. Kurva chloroform
berada diatas kurva tetra hydrofuran. Daerah dua fasa relatif kecil. Hal ini terjadi karena
perbedaan titik didih yang sangat kecil. Dimana titik didih chloroform = 61,2oC dan THF
= 66oC. Azeotrope pada titik minimum kurva menunjukkan bahwa komposisi kedua
larutan adalah sama. Hal ini terjadi karena chloroform merupakan senyawa nonpolar
sedangkan THF merupakan senyawa polar. Diketahui bahwa senyawa polar sulit larut
dalam senyawa nonpolar. Sehinga tidak tidak terjadi reaksi pada titik ini, sehingga
komposisi kedua larutan sama.
3. furan/carbon tetrachloride
Terlihat bahwa kurva P-x1 berada diatas garis linear hukum Raoult. Sedangkan
kurva P-y1 berada dibawah kurva ideal. Terlihat daerah dua fasa yang relatif besar. Hal
ini menunjukkan perbedaan titik didih yang tinggi antara kedua larutan. Seperti diketahui
bahwa titik didih furan = 31,4oC dan carbon tetrachloride = 76,72oC. Diketahui campuran
sama-sama polar sehingga dapat larut satu sama lain. Sehingga tidak akan terbentuk
azeotrope pada kondisi ini.
4. Ethanol /toluene
Terlihat bahwa titik maksimum kurva P-x1 dan P-y1 berada pada titik yang sama.
Titik ini desebut titik maksimum azeotrope. Kurva ethanol berada diatas kurva toluene .
Daerah dua fasa yang terbentuk relatif besar. Hal ini karena perbedaan titik didih dari
kedua larutan yang besar. Diketahui titik didih ethanol = 78,37oC dan toluene = 111oC.
Azeotrope pada titik maksimum kurva menunjukkan bahwa komposisi kedua larutan
adalah sama. Hal ini terjadi karena ethanol merupakan senyawa polar sedangkan toluene
merupakan senyawa nonpolar. Diketahui bahwa senyawa polar sulit larut dalam senyawa
nonpolar. Sehinga tidak tidak terjadi reaksi pada titik ini, sehingga komposisi kedua
larutan sama.
c. Keuntungan dan kerugian dalam penggunaan pendekatan koefisien aktivitas
Keuntungan
Pendekatan koefisien aktifitas merupakan cara terbaik dalam menunjukkan
ketidak idealan larutan pada tekanan rendah.
Kerugian
o Anda harus memperkirakan atau memperoleh parameter dari data eksperimen,
contoh: data kesetimbangan fasa
o Parameter akan valid hanya pada range temperatur dan tekanan dari data
o Pendekanan koefisien aktifitas hanya dapat digunakan pada tekanan rendah
SOAL NO 4
Sistem benzene(1)/toluene(2)/etilbenzena(3) adalah fluida aromatic yang bersifat nonpolar sehingga dapat diasumsikan mengikuti hukum Raoult. Tekanan uap masing-masing fluida murni dapat dihitung dengan persamaan Antoine berikut (tekanan uap jenuh Psat dalam kPa dan suhu t dalam oC)
ln P1sat=13,8858− 2788,51
t+220,79
ln P2sat=13,9987−3096,52
t+219,8
ln P3sat=14,0045−3279,47
t+213,2
Komposisi keseluruhan adalah z1= 0,41; z2 = 0,34; dan z3 = 0,25. Jelaskanlah cara anda menentukan harga jumlah mol cairan L, jumlah mol uap V, komposisi cairan {xi} dan komposisi uap yi jika suhu system 100oC dan tekanan system sama dengan separuh dari jumlah Ptitik didih dan Ptitik embun.
Jawab:
Menentukan tekanan benzene(1) murni
ln P1sat=13,8858− 2788,51
t+220,79
ln P1sat=13,8858− 2788,51
100+220,79
ln P1sat=5,193
P1sat=180 kPa
Menentukan tekanan uap toluene(2) murni
ln P2sat=13,9987−3096,52
t+219,8
ln P2sat=13,9987− 3096,52
100+219,8
ln P2sat=4,136
P2sat=74,89 kPa
Menentukan tekanan uap etilbenzena(3) murni
ln P3sat=14,0045−3279,47
t+213,2
ln P3sat=14,0045− 3279,47
100+213,2
ln P3sat=3,534
P3sat=34,25 kPa
Menentukan Pbulb
Pbubble=x1 P1sat+x2 P2
sat+x3 P3sat
Pbubble=(0,41 ) (180 )+(0,34 ) (74,89 )+ (0,25 ) (35,25 )
Pbubble=108,1 kPa
Menentukan Pdew
Pdew=1
y1/ P1sat+ y2¿ P2
sat+ y3 ¿ P3sat
Pdew=1
(0,41) /(180)+ (0,34 )/ (74,89 )+( 0,25 )/ (35,25 )
Pdew=71,89 kPa
Nilai tekanan total P yang diberikan merupakan setengah dari jumlah Pbubble dan Pdew, artinya tekanan total berada diantara Pbubl dan Pdew sehingga system merupakan dua fasa dan perhitungan flash dapat dibuat.
Menentukan P total
P=Pbubble+Pdew
2=108,1+71,89
2=90 kPa
Menentukan K-value masing-masing komponen
K1=P1
sat
P=180
90=2
K2=P2
sat
P=74,89
90=0,8320
K3=P3
sa t
P=34,25
90=0,381
Menentukan nilai V
z1 K1
1+V ( K 1−1 )+
z2 K 2
1+V ( K2−1 )+
z3 K3
1+V ( K 3−1 )=1
(0,41 ) (2 )1+V (2−1 )
+(0,34 )(0,832)
1+V (0,832−1 )+
(0,25 )(0,381)1+V (0,381−1 )
=1
0,8201+V
+ 0,28291−0,168V
+ 0,095251−0,619 V
=1
Untuk penyelesaian perhitungan nilai V maka dapat menggunakan kalkulator dengan solve calculation. Didapat V dengan nilai 4,665. Namun cara ini kurang akurat sehingga dapat digunakan metode yang lebih akurat yaitu metode trial and error sebagai berikut :6
Metode trial and error untuk menentukan nilai V:
V Hasil Error
0.465 1.000325 3.2527E-04
0.466 1.000116 1.1575E-04
0.467 0.999907
9.3031E-05
0.468 0.999699 3.0107E-04
0.469 0.999492 5.0836E-04
Dikarenakan galat terkecil didapatkan pada V = 0,467 mol maka diperoleh nilai V =0,467 mol
Menentukan nilai L
L=1−V=1−0,467=0,533
Menentukan nilai fraksi mol uap masing-masing komponen
y1=z1 K1
1+V ( K1−1 )=
(0,41 ) (2 )1+ (0,467 ) (2−1 )
=0,559
y2=z2 K2
1+V ( K2−1 )=
(0,34 )(0,832)1+(0,467 ) (0,832−1 )
=0,307
y3=1− y1− y2=0,134
Menentukan fraksi mol cair masing-masing komponen
x1=y1
K1
=0,5592
=0,2795
x2=y2
K2
=0,3070,832
=0,369
x3=1− y1− y2=0,3515
SOAL NO 6 ( From SVA book (6 th edition , problem 12.9) )
Following are VLE data for the system acetonitrile (l)/ benzene(2) at 318,15 K (45°C) (extracted
from I. Brown and F. Smith, Austral.J.Chem., vol.8,p.62,1955) are as follow:
P/kPa x1 y1 P/kPa x1 y1
29.819 0.0000 0.0000 36.978 0.5458 0.5098
31.957 0.0455 0.1056 36.778 0.5946 0.5375
33.553 0.0940 0.1818 35.792 0.7206 0.6157
35.285 0.1829 0.2783 34.372 0.8145 0.6913
36.457 0.2909 0.3607 32.331 0.8972 0.7869
36.996 0.3980 0.4274 30.038 0.9573 0.8916
37.068 0.5069 0.4885 27.778 1.0000 1.0000
That data are well correlated by the three-parameter Margules equation (see Pb.12.6).
a) Basing calculation on Eq. (12.1), Find the values of parameter A12, A21, and C that provide the
best fit of GE/RT to the data.
b) Prepare a plot of ln(γ 1¿, ln(γ 2 ¿, and GE/(x1.x2.RT) vs x1 showing both the correlation and
experimental values.
c) Prepare a P-x-y diagram [see fig.12.7(a)] that compares the experimental data with the
correlation determined in (a). The data are well correlated by the three-parameter Margules
equation (see Pb.12.6)
Jawaban Soal Keenam: T: 318.15 K
P=(29.81931.95733.55335.28536.45736.99637.06836.97836.77835.79234.37232.33130.03827.778
)kPa ; x1=(0.00000.04550.09400.18290.29090.39800.50690.54580.59460.72060.81450.89720.95731.0000
); y1=(0.00000.10560.18180.27830.36070.42740.48850.50980.53750.61570.69130.78690.89161.0000
)
x2=⃗(1−x1 )=(1
0.95450.90600.81710.70910.60200.49310.45420.40540.27940.18550.10280.04270.0000
); y2=⃗(1− y1 )=(1
0.89440.81820.72170.63930.57260.51150.49020.46250.38430.30870.21310.10840.0000
)Dimana nilai Psat1 = 27.778kPa dan Psat2 = 29.819kPa.
Untuk menghitung nilai dari koefisien aktivitas dan energi Gibbs berlebih dari data percobaan
maka dapat dihitung dengan; dimana P merupakan nilai tekanan pada saat nilai y yang ke-i
γ 1=y⃗1 . P
x1 . Psat 1
;dan γ 2=y⃗2 .P
x2 . P sat 2
Sehingga setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan bantuan Microsoft excel maka
akan didapatkan data pada tabel berikut:
f̂ 1= y1 P f̂ 2= y2 P γ 1 γ 2 ln γ1 ln γ2
0 29.819 0 1 0
3.374659 28.58234 2.670039 1.00422 0.982093 0.004211
6.099935 27.45306 2.336127 1.016177 0.848494 0.016048
9.819816 25.46518 1.932808 1.04515 0.658974 0.04416
13.15004 23.30696 1.627355 1.102263 0.486956 0.097365
15.81209 21.18391 1.430228 1.180094 0.357834 0.165594
18.10772 18.96028 1.285998 1.289486 0.251535 0.254244
18.85138 18.12662 1.243394 1.338371 0.217845 0.291453
19.76818 17.00983 1.196853 1.407094 0.179695 0.341526
22.03713 13.75487 1.10093 1.650961 0.096156 0.501358
23.76136 10.61064 1.050218 1.918247 0.048997 0.651412
25.44126 6.889736 1.020818 2.247586 0.020605 0.809857
26.78188 3.256119 1.007145 2.557286 0.00712 0.938947
27.778 0 1 0 0
Untuk mendapatkan nilai GE/RT dan nilai dari GE/x1x2RT dapat digunakan rumus berikut, dan
untuk menghitungnya dapat menggunakan bantuan Microsoft excel
GE
RT=¿⃗¿
GE
x1 x2 RT=¿⃗¿¿
GE
RTGE
x1 x2 RT
0 0
0.048705 1.121456
0.094298 1.107251
0.15661 1.047923
0.210697 1.021427
0.242105 1.010474
0.252871 1.011677
0.251278 1.013616
0.245302 1.017635
0.209369 1.039901
0.160745 1.063906
0.10174 1.103083
0.046909 1.147565
0 0
a) Berdasarkan nilai GE/RT yang didapat dari data percobaan, kita dapat menyesuaikannya
dengan persamaan Margules untuk mencari nilai dari parameter A12, A21, dan C dengan
menggunakan Sum of the Squared Error (SSE) dimana untuk mencari nilai Sum of the
Squared Error tersebut dapat menggunakan Microsoft excel dan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
SSE(A12,A21,C) = ∑i
[ GE
RTi ( A21 . x1 i+A12 . x2 i−C . x1i . x2 i ) . x1 i . x¿¿2 i ]
2
¿¿
GE
RT(predicted) = ∑
i( A21 . x1i+ A12 . x2 i−C . x1 i . x2 i) . x1i . x
2i¿
Dimana data-data yang telah didapatkan sebelumnya adalah sebagai berikut:
x1 x2 GE
RT
(measured)
GE
RT
(predicted)
Error =
Predicted-
Measured
The
Squared
Error
SSE (A12, A21,C)
0 1 0 0 0 0 A12 = 1.128265
0.0455 0.9545 0.048705 0.048053 0.000652 4.25E-07 A21 = 1.154616
0.094 0.906 0.094298 0.092456 0.001842 3.39E-06 C = 0.529822
0.1829 0.8171 0.15661 0.157503 -0.00089 7.99E-07
0.2909 0.7091 0.210697 0.211772 -0.00108 1.16E-06
0.398 0.602 0.242105 0.242425 -0.00032 1.02E-07
0.5069 0.4931 0.252871 0.25225 0.000621 3.86E-07
0.5458 0.4542 0.251278 0.250704 0.000573 3.29E-07
0.5946 0.4054 0.245302 0.24496 0.000341 1.16E-07
0.7206 0.2794 0.209369 0.209506 -0.00014 1.88E-08
0.8145 0.1855 0.160745 0.161617 -0.00087 7.6E-07
0.8972 0.1028 0.10174 0.101736 3.88E-06 1.51E-11
0.9573 0.0427 0.046909 0.046266 0.000643 4.14E-07
1 0 0 0.048053 0.000652 4.25E-07
Sum of The Squared Error 7.9E-06
Dapat dilihat bahwa semakin kecil nilai SSE atau menuju nilai nol, maka konstanta A 12, A21, dan
C akan semakin mendekati nilai sebenarnya dimana pada perhitungan ini diperoleh nilai A 12, A21,
dan C berturut-turut sebesar = ( 1,128265; 1,152616; 0,529822).
b) Untuk memplotting dan menunjukan nilai dari ln γ 1, ln γ 2, dan GE
x1 x2 RT baik yang
didapatkan dari korelasi persamaan Margules maupun yang didapatkan dari eksperimen
akan dimasukan kedalam tabel berikut. Untuk mencari nilai dari ln γ 1, ln γ 2, dan GE
x1 x2 RT
yang menggunakan korelasi persamaan Margules maka dapat menggunakan rumus
sebagai berikut:
GE
x1 . x2 . RT = (A21.x1 + A12.x2 – C.x1x2)
lnγ 1=x22 . [ A12+2. ( A21−A12−C ) . x1+3.C . x1
2 ]lnγ 2=x1
2 . [ A21+2. ( A12−A21−C ) . x2+3.C . x22 ]
dimana nilai A12, A21, dan C berturut-turut sebesar = ( 1,128265; 1,152616; 0,529822) dan
untuk mendapatkan nilai ln γ 1, ln γ 2, dan GE
x1 x2 RT yang menggunakan korelasi persamaan
Margules dapat kembali menggunakan bantuan Microsoft excel untuk perhitungannya,
sedangkan nilai ln γ 1, ln γ 2, dan GE
x1 x2 RT yang menggunakan data eksperimen langsung
dapat menggunakan hasil dari perhitungan pada point sebelum A di nomor 6 ini.
Maka akan didapatkan tabel dengan nilai sebagai berikut:
Eksperimen Korelasi Persamaan Margules
ln γ 1 ln γ 2 GE
x1 x2 RTln γ 1 ln γ 2 GE
x1 x2 RT
Undefined 0 0 Undefined Undefined 1.128265
0.982093 0.004211 1.121456 1.030926281 0.003085468 1.106454
0.848494 0.016048 1.107251 0.900041183 0.012348945 1.08562
0.658974 0.04416 1.047923 0.725593704 0.040411866 1.053904
0.486956 0.097365 1.021427 0.542344777 0.088425511 1.02664
0.357834 0.165594 1.010474 0.393977821 0.149197497 1.011809
0.251535 0.254244 1.011677 0.276194199 0.223919045 1.009192
0.217845 0.291453 1.013616 0.225141782 0.2782426 1.011303
0.179695 0.341526 1.017635 0.187461689 0.321947324 1.016219
0.096156 0.501358 1.039901 0.105768674 0.429821696 1.040581
0.048997 0.651412 1.063906 0.050140247 0.596087533 1.069677
0.020605 0.809857 1.103083 0.016777296 0.776852688 1.103041
0.00712 0.938947 1.147565 0.003065791 0.955980625 1.131834
0 Undefined 0 0 1.107118942 1.154616
Selanjutnya, kita dapat melihat perbedaan dari plotting grafik yang telah didapat dengan
menggunakan persamaan Margules dan dengan menggunakan nilai dari eksperimen.
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
Grafik Eksperimen x1 vs (lnG1 - lnG2 - GE/x1x2RT)
lnG1 lnG2 GE/x1x2RT
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
Grafik Margules x1 vs (lnG1 - lnG2 - GE/x1x2RT)
lnG1 lnG2 GE/x1x2RT
Dapat kita lihat dimana terdapat perbedaan grafik yang dibentuk dari nilai dengan menggunakan
persamaan Margules dan nilai yang didapatkan dengan menggunakan data dari eksperimem
dimana nilai yang didapatkan dari persamaan Margules lebih rendah dibandingkan nilai yang
didapatkan dari eksperimen. Hal ini disebabkan karena adanya konstanta atau parameter yang
digunakan pada saat perhitungan .
c) Untuk membuat diagram P-x-y dengan menggunakan data yang didapat dari eksperimen
dan memplotnya dengan masing-masing data dimana sumbu-x merupakan nilai dari
fraksi cair 1 dan sumbu y merupakan nilai dari tekanan dalam satuan bar. Untuk memplot
diagram P-x-y maka dibutuhkan data-data seperti pada tabel berikut ini:
x1 y1 P (bar)
0 0 0.29819
0.0455 0.1056 0.31957
0.094 0.1818 0.33553
0.1829 0.2783 0.35285
0.2909 0.3607 0.36457
0.398 0.4274 0.36996
0.5069 0.4885 0.37068
0.5458 0.5098 0.36978
0.5946 0.5375 0.36778
0.7206 0.6157 0.35792
0.8145 0.6913 0.34372
0.8972 0.7869 0.32331
0.9573 0.8916 0.30038
1 1 0.27778
Maka akan didapatkan diagram P-x-y seperti diagram dibawah ini.
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10.3
0.31
0.32
0.33
0.34
0.35
0.36
0.37
0.38 Diagram P-x-y
P-xP-y
Soal Ketujuh
Untuk tugas ini, gunakan persamaan keadaaan Soave-Redlich-Kwong untuk menentukan tekanan
uap, volum uap dan cairan jenuh dari propane dalam rentang suhu 260 sampai 360 K.
tabulasikanlah hasil perhitungan dalam increment/interval 5 K. selain itu, hitunglah volum
propane dengan tekanan 0,5 sampai 10 Mpa, ditabulasikan dalam increment 0,5 Mpa.
Anda bebas memilih bahasa komputer seperti turbo-pascal, C, fortran atau yang lainnya. Untuk
menentukan akar volum dari persamaan pangkat tiga, gunakanlah prosedur/subroutine untuk
menghitung akar persamaan kubik secara analitik. Besaran-besaran kritik utuk program dapat
dilihat pada buku Smith dan Van Ness Appedix B.
Data berikut ini adalah hasil perhitungan dengan mempergunakan persamaan keadaan khusus
untuk propane dan data ini dapat dipakai data untuk perbandigan dengan hasil perhitungan anda.
T/K P/MPa V1 (m3/kg) Vv (m3/kg)
260 0,3081 0,001857 0,14520
280 0,5779 0,001941 0,07924
300 0,9935 0,002044 0,04612
320 1,5960 0,002183 0,02790
340 2,4350 0,002403 0,01695
360 3,5660 0,002956 0,009517
SOAL NOMOR 2
The Stream from a gas well is a mixture containing 50-mol-% methane, 10-mol-%ethane,
20mol-%n-propane, 20-mol-%n-butane. This stream is fed into partial condenser maintained at a
pressure of 17.24 bar, where its temperature is brought to 300.15 K (270C). Prepare an algorithm
that could be used to solve this problem and then use that algorithm to determine:
The molar fraction of the gas that condenses
The compositions of the liquid and vapor phases leaving the condensor
Assume that a mixture is an ideal mixture
Jawaban:
Pada intinya pemicu ini mengharuskan kita menghitung Flash Calculation dari sebuah
campuran 4 komponen yang masuk kedalam sebuah kondenser. Langkah pertama kita harus
menentukan keadaan akhir dari campuran yang keluar dari campuran dengan menghitung nilai
dew point dan buble point dari campuran.
pbulb=∑ x i psati dan
pdew=∑ 1y i
psati
Untuk menentukan nilai P saturasi dari masing masing komponen yang ada dalam campuran
tersebut dengan menggunakan persamaan antoine sebagai berikut:
ln ( psat )=A− BC+T
dimana nilai parameter A, B dan C adalah spesifik untuk masing masing komponen. Nilai
parameter tersebut untuk komponen dalam campuran adalah (dimana P dalam mmHg dan T
dalam Celcius)
Senyawa A B C T min T max
Metana 6.69561 405.420 267.777 -181 -152
Etana 6.83452 663.7 256.470 -143 -75
Propana 6.80398 803.81 246.990 -108 -25
Butana 6.80896 935.86 238.730 -78 19
Selanjutnya setelah itu dengan persamaan antoine maka didapatkan nilai tekanan saturasi
dari masing masing komponen dalam campuran pada suhu 270C. Setelah itu maka kita bisa
mendapatkan nilai tekanan pada keadaan dew dan buble dengan menggunakan persamaan yang
telah disebutkan diatas. Jika nilai tekanan pada sistem kondenser yang diberikan yaitu 17.24 bar
berada diantara tekanan dew dan buble, maka keadaan akhir campuran adalah dua fasa yaitu
cair-uap, selanjutnya jika lebih kecil dibanding dew point maka campuran akhir berwujud cair
dan bila lebih besar dibanding buble point maka campuran berada di fase uap. Sehingga kita
tidak akan perlu menghitung lagi jika memang keadaan campuran sudah dalam satu fasa.
Namun, permasalahannya disini adalah suhu pada pemicu yang diberikan berada diluar
jangkauan suhu dari parameter antoine sehingga kita tidak bisa menggunakan persamaan antoine
untuk menentukan suhu saturasi dari komponen dalam campuran. Untuk itu pula lah kita tidak
bisa menentukan keadaan akhir dari campuran karena kita tidak dapat menetukan dew point dan
buble point nya. Sehingga harus diasumsikan bahwa campuran akhir berada
kesetimbangan dua fasa cair-uap.
Selanjutnya dalam Flash Calculation terdapat fraksi mol uap ataupun cair dari suatu zat
(zi) dan jumlah mol yang dirumuskan sebagai:
L+V=1
z i=x i L+ y i V
Dimana L adalah fraksi mol cair suatu sistem, V adalah fraksi mol gas suatu sistem, x adalah
fraksi mol cair suatu zat serta fraksi mol gas suatu zat. Dengan mengombinasikan kedua
persamaan diatas maka akan didapatkan persamaan:
y i=zi K i
1+( K i−1 ) V→∑ y i=1→∑ zi K i
1+( K i−1 ) V=1
Selanjutnya nilai K pada persamaan diatas dapat diperoleh dengan menggunakan grafik
yang ada di buku Introduction of Chemical Engineering Thermodynamics 6th Edition halaman
341-342. Nilai K tersebut kemudian diplot kedalam grafik yang kedua (untuk temperatur yang
tinggi) dengan tekanan sebesar 250.405 psia dan suhu sebesar 80.60F, sehingga didapatkan nilai
K yaitu:
NO Senyawa Z K
1 Metana 0.5 10
2 Etana 0.1 2.1
3 Propana 0.2 0.68
4 n-Butana 0.2 0.21
Selanjutnya persamaan terakhir diatas kita substitusikan dengan angka yang sudah kita cari dan
ketahui, sehingga didapatkan:
(0.5× 10)1+ (10−1 ) V
+(0.1 ×2.1)
1+(2.1−1 )V+
(0.2 × 0.68)1+(0.68−1 ) V
+(0.2 ×0.21)
1+(0.21−1 )V=1
51+9V
+ 0.211+1.1V
+ 0.1361−0.32 V
+ 0.0421−0.79V
=1
Untuk mencari nilai V digunakan Program Secant, fungsi yang dimasukkan adalah sebagai
berikut:
51+9 V
+ 0.211+1.1V
+ 0.1361−0.32 V
+ 0.0421−0.79V
−1=0
Menggunakan metode trial and error untuk menentukan nilai V
Nilai V Pendekatan
0,853 1,00042
0,854 1,00016
0,855 0,99990
0,856 0,99964
0,857 0,99938
Maka didapatkan nilai dari atau V sebesar 0.855 Nilai dari komposisi mol cair dan uap adalah
sebagai berikut:
V=0.855
L+V=1
L=1−V=1−0.855=0.14
a. Mencari nilai Fraksi Uap pada masing-masing komponen:
Methane
y1=z1 K1
1+( K1−1 ) V=
(0.5 ×10)1+ (10−1 ) 0.855
=0.575
Ethane
y2=z2 K2
1+( K2−1 ) V=
(0.1 ×2.1)1+(2.1−1 ) 0.855
=0.108
Propane
y3=z3 K3
1+( K3−1 )V=
(0.2 ×0.68)1+(0.68−1 )0.855
=0.187
n-Butane
y4=z4 K4
1+( K4−1 )V=
(0.2 ×0.21)1+(0.21−1 )0.855
=0.129
Setelah mendapatkan nilai dari y yang merupakan fraksi dari uap, maka dari rumus
K i=y i
xi
dapat dicari nilai x yang merupakan fraksi dari cairan yaitu:
Methane
x1=y1
K1
=0.57510
=0.058
Ethane
x2=y2
K2
=0.1082.1
=0.052
Propane
x3=y3
K3
=0.1870.68
=0.275
n-Butane
x4=y4
K 4
=0.1290.21
=0.616
Maka hasil diatas dapat dibentuk menjadi sebuah tabel
NO Komponen K Z y x
1 Metana 10 0.5 0.575 0.058
2 Etana 2.1 0.1 0.108 0.052
3 Propana 0.68 0.2 0.187 0.275
4 n-Butana 0.21 0.2 0.129 0.616
Jumlah Total 1.000 0.999 1.001
b. Komposisi Fase Cair dan Fase Gas yang meninggalkan Kondensor
Komposisi Gas
Metana : 0.575 x V = 0.575 x 0.855 = 0.492 = 49.2 %
Etana : 0.108 x V = 0.108 x 0.855 = 0.092 = 9.2 %
Propana : 0.187 x V = 0.187 x 0.855 = 0.16 = 16 %
N-Butana : 0.129 x V = 0.129 x 0.855 = 0.113 = 11.3 %
Komposisi Liquid
Metana : 0.575 x L = 0.575 x 0.145 = 0.00841 = 0.84 %
Etana : 0.108 x L = 0.108 x 0.145 = 0.00754 = 7.54 %
Propana : 0.187 x L = 0.187 x 0.145 = 0.0398 = 3.98 %
N-Butana : 0.129 x L = 0.129 x 0.145 = 0.0893 = 8.9 %
SOAL NOMOR 3 ANTOINE (Tanpa Program Peng-Robinson)
ELPIJI adalah nama dagang yang digunakan oleh PERTAMINA untuk Liqufied Petroleum Gases (LPG). Diketahui komposisi cairan yang berada pada kesetimbangan dengan uap cair ELPIJI adalah 30% mol C3H8 dan 70% mol n-C4H10 pada suhu 25oC. Pada kondisi ini tentukanlah tekanan gas elpiji di dalam tabung (satuan kPa).
JAWAB:
Persamaan Antoine untuk P dalam mmhg and T dalam Celcius adalah sebagai berikut
log (P sat )=A− BT+C
Dan diberikan koefisien Antoine A,B, dan C untuk propana dan butana adalah sebagai berikut :
Formula A B C
C3H8 6,80398 803,810 246,990
n-C4H10 6,80896 935,860 238,730
Menentukan tekanan uap jenuh murni komponen propana
log (P sat )=6,80398− 803,81025+246,990
log (P sat )=3,8487
Psa t = 7058,3 mmHg = 9,287 atm = 941,005 kPa
Menentukan tekanan uap jenuh murni komponen butane
log (P sat )=6,80896− 935,86025+238,730
log (P sat )=3,260
Psat = 1819.7 mmHg = 2,394 atm = 242,572 kPa
Menentukan tekanan total
P=X A PAsat+ XB PB
sat
P= (0,3 )(941,005)+(0,7)(242,572)
P=452,1019 kPa
SOAL NOMOR 3
ELPIJI adalah nama dagang yang digunakan oleh PERTAMINA untuk Liqufied Petroleum Gases (LPG). Diketahui komposisi cairan yang berada pada kesetimbangan dengan uap cair ELPIJI adalah 30% mol C3H8 dan 70% mol n-C4H10 pada suhu 25oC. Pada kondisi ini tentukanlah tekanan gas elpiji di dalam tabung (satuan kPa). Dengan mengkombinasikan persamaan Peng-Robinson, lakukanlah perhitungan tekanan uap jenuh masing-masing komponen dengan algoritma berikut.
Input Tc, Pc, ω, T
T<Tc Stoptidak
Hitung Pinitial = f(T) dan tentukan P = Pinitial
ya
Hitung koefisien PK c0, c1, c2, dan c3
Jawab :
a. Tentukan gas elpiji di dalam tabung (satuan kPa)
Menggunakan program Peng-Robinson sebagai berikut :
Dengan menggunakan alat bantu program Fortran maka diharuskan memasukkan data-data yaitu Tc, Pc, ω, xi, tebakan Psat dan tebakan yi
Diketahui dari soal :
x1 (C3H8) = 0,3 x2 (n-C4H10) = 0,7 Suhu sistem = 298˚K
Data Tc dan Pc (Sumber : Himmelblau, David M. Basic Principles and Calculations in Chemical Engineering 6th edition, Jilid 1)
Formula Tc (˚K) Pc (atm)
C3H8 369,9 42,0
n-C4H10 425,17 37,47
Data ω (Sumber : appendix B buku Van Ness)
ω C3H8 = 0,152 ω n-C4H10 = 0,2
Setelah menggunakan program didapat hasil sebagai berikut :
Hasil yang didapat dari program diatas adalah :
Psat sebesar 4,32 bar Vl sebesar 94,00 cm3/mol Vv sebesar 5176,5 cm3/mol y1 sebesar 0.588
Sesuai hasil yang didapat pada program maka Psat gas elpiji dalam tabung adalah sebesar 4,32 bar atau 432 kPa
Sehingga tekanan gas elpiji didalam tabung adalah sebesar 432 kPa.
b. Tekanan uap jenuh masing-masing komponen
Dengan menggunakan alat bantu program Fortran dapat ditentukan tekanan uap jenuh masing-masing komponen dengan input nilai Tc, Pc, ω, Psat, Vl, dan Vv
Nilai Psat telah didapat pada program sebelumnya sebesar 4,32 bar Nilai Vl telah didapat pada program sebelumnya sebesar 94,00 cm3/mol Nilai Vv telah didapat pada program sebelumnya sebesar 5176,5 cm3/mol
Setelah menggunakan program akan didapat hasil sebagai berikut :
Pada C3H8 :
Hasil yang didapat dari program diatas adalah :
Psat sebesar 9.366 bar Vl sebesar 87,02 cm3/mol Vv sebesar 2174.74 cm3/mol
Sehingga didapat Psat propane sebesar 9,366 bar
Untuk n-C4H10 :
Hasil yang didapat dari program diatas adalah :
Psat sebesar 2,384 bar Vl sebesar 97,81 cm3/mol Vv sebesar 9670,11 cm3/mol
Didapat Psat n-butana sebesar 2,384 bar
Menghitung tekanan uap jenuh masing-masing komponen secara manual menggunakan hukum Raoult
yi pi = xi Psati
Psat i= yixi
P
untuk C3H8
nilai y1 didapat dari program pertama sebesar 0,588
Psat i=0.5880.3
432
Psat i=846,72 kPa
untuk n-C4H10
nilai y2 adalah 1 – y1 yaitu 0,412
Psat i=0.4120.7
432
Psat i=254,26 kPa
SOAL NO 7
Untuk tugas ini, Gunakan Persamaan Keadaan Soave-Redlich-Kwong untuk menentukan tekanan uap, volume uap, dan cairan jenuh dari propana dalam rentang suhu 260 sampai 360 K. Tabulasikan hasil perhitungan anda dalam increment/interval 5 K. Selain itu, hitunglah volume propana pada 380 K dengan tekanan 0,5 sampai 10 MPa, ditabulasikan dalam incremen 0,5 MPa.
Anda bebas memilih bahasa komputer seperti turbo-pascal, C, Fortran, atau yang lainnya. Untuk menentukan akar volume dari persamaan pangkat tiga, gunakanlah prosedur/subroutine untuk menghitung akar persamaan kubik secara analitik. Basaran-besaran kritik untuk program dapat dilihat pada Buku Smith dan Van Ness Appendix B.
Data berikut ini, adalah hasil perhitungan dengan mempergunakan persamaan keadaan khusus untuk propana dan data ini dapat dipakai data untuk perbandingan dengan hasil perhitungan anda.
T/K P/MPa Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
260 0,3081 0,001857 0,14520
280 0,5779 0,001941 0,07924
300 0,9935 0,002044 0,04612
320 1,5960 0,002183 0,02790
340 2,4350 0,002403 0,01695
360 3,5660 0,002956 0,009517
Jawab :
Untuk menyelesaikan soal diatas, kelompok kami menggunakan program FORTRAN. Berikut akan ditampilkan program yang kelompok kami buat untuk menjawab atau mencari nilai dari tekanan, volume uap dan cairan jenuh dari suhu 260 sampai dengan 360 K :
Nilai tekanan dalam program yang kami buat memiliki satuan bar, sehingga nilai tekanan dalam soal harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam satuan bar agar program dapat berjalan. Kemudian dalam soal diminta bahwa kita harus mencari nilai tekanan, volume cairan jenuh, dan uap pada increment suhu 5 K. Data yang dimasukkan kedalam program merupakan data dari tabel yang telah disediakan diatas. Untuk data yang tidak ada dalam tabel, kelompok kami menggunakan cara interpolasi. Berikut akan ditampilkan hasil “run” program yang telah kami buat :
a. Pada Suhu T = 260 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
260 3,081 0,001857 0,14520
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 3,112401
Vl = 0,001950 Vv = 0,145771
b. Pada Suhu T = 265 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
265 3,7555 0,001878 0,12871
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 3,681332
Vl = 0,001977 Vv = 0,124277
c. Pada Suhu T = 270 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
270 4,43 0,001899 0,11222
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 4,325174
Vl = 0,002006 Vv = 0,106521
d. Pada Suhu T = 275 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
275 5,1045 0,00192 0,09573
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 5,049825
Vl = 0,002038 Vv = 0,091749
e. Pada Suhu T = 280 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
280 5,779 0,001941 0,07924
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 5,861292
Vl = 0,002071 Vv = 0,07924
f. Pada Suhu T = 285 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
285 6,818 0,00196675 0,07096
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 6,765680
Vl = 0,002107 Vv = 0,068949
g. Pada Suhu T = 290 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
290 7,857 0,0019925 0,06268
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 7,769191
Vl = 0,002146 Vv = 0,060107
h. Pada Suhu T = 295 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
295 8,896 0,00201825 0,0544
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 8,878104
Vl = 0,002187 Vv = 0,052567
i. Pada Suhu T = 300 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
300 9,935 0,002044 0,04612
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 10,098775
Vl = 0,002233 Vv = 0,046101
j. Pada Suhu T = 305 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
305 11,44125 0,00207875 0,041565
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 11,437621
Vl = 0,002282 Vv = 0,040528
k. Pada Suhu T = 310 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
310 12,9475 0,0021135 0,03701
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 12,901133
Vl = 0,002336 Vv = 0,035700
l. Pada Suhu T = 315 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
315 14,45375 0,00214825 0,032455
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 14,495874
Vl = 0,002396 Vv = 0,031496
m. Pada Suhu T = 320 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
320 15,960 0,002183 0,02790
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 16,228407
Vl = 0,002462 Vv = 0,027817
n. Pada Suhu T = 325 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
325 18,0575 0,002238 0,0251625
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 18,105404
Vl = 0,002536 Vv = 0,024582
o. Pada Suhu T = 330 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
330 20,155 0,002293 0,022425
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 20,133571
Vl = 0,002620 Vv = 0,021723
p. Pada Suhu T = 335 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
335 22,2525 0,002348 0,0196875
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 22,319664
Vl = 0,002716 Vv = 0,019180
q. Pada Suhu T = 340 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
340 24,350 0,002403 0,01695
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 24,670494
Vl = 0,002827 Vv = 0,01695
r. Pada Suhu T = 345 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
345 27,1775 0,00254125 0,01509175
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 27,192924
Vl = 0,002960 Vv = 0,014855
s. Pada Suhu T = 350 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
350 30,005 0,0026795 0,0132335
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 29,893870
Vl = 0,003120 Vv = 0,012987
t. Pada Suhu T = 355 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
355 32,8325 0,00281775 0,01137525
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 32,780306
Vl = 0,003325 Vv = 0,011260
u. Pada Suhu T = 360 KData yang dimasukkan ke dalam program yaitu :
Dari hasil diatas, diperoleh nilai :
P = 35,660
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
360 35,660 0,002956 0,009517
Vl = 0,003601 Vv = 0,009620
Dibawah ini merupakan tabel nilai tekanan, volume uap, dan volume cair jenuh hasil perhitungan dengan menggunakan program FORTRAN setiap kenaikan suhu 5 K :
Tabel Daftar Hasil Nilai Tekanan, Volume Uap, dan Volume Cairan Jenuh
T/K P/Bar Vl (m3/kg) Vv (m3/kg)
260 3,112401 0,001950 0,145771
265 3,681332 0,001977 0,124277
270 4,325174 0,002006 0,106521
275 5,049825 0,002038 0,091749
280 5,861292 0,002071 0,07924
285 6,765680 0,002107 0,068949
290 7,769191 0,002146 0,060107
295 8,878104 0,002187 0,052567
300 10,098775 0,002233 0,046101
305 11,437621 0,002282 0,040528
310 12,901133 0,002336 0,035700
315 14,495874 0,002396 0,031496
320 16,228407 0,002462 0,027817
325 18,105404 0,002536 0,024582
330 20,133571 0,002620 0,021723
335 22,319664 0,002716 0,019180
340 24,670494 0,002827 0,01695
345 27,192924 0,002960 0,014855
350 29,893870 0,003120 0,012987
355 32,780306 0,003325 0,011260
360 35,660 0,003601 0,009620
Untuk menyelesaikan soal kedua diatas, kelompok kami juga menggunakan program FORTRAN. Berikut akan ditampilkan program yang kelompok kami buat untuk menjawab atau mencari nilai dari volume propana pada suhu 380 K untuk berbagai tekanan :
Dalam soal diminta bahwa kita harus mencari nilai dari volume propana pada suhu 380 K dengan tekanan 0,5 sampai 10 MPa serta dengan increment 0,5 MPa. Berikut akan ditampilkan hasil “run” program yang telah kami buat secara keseluruhan setiap kenaikan tekanan 0,5 MPa :
Dibawah ini merupakan tabel nilai volume propana hasil perhitungan dengan menggunakan program FORTRAN setiap kenaikan tekanan 0.5 MPa :
Tabel Volume Propana pada Suhu 380 K dan Tekanan 0.5-10 MPa
P/ MPa V Propana/m3
0.5 0.00608119
1 0.00291577
1.5 0.00185587
2 0.00132151
2.5 0.00099638
3 0.00077459
3.5 0.00060996
4 0.00047773
4.5 0.00035952
5 0.00023612
5.5 0.00018404
6 0.00016648
6.5 0.00015645
7 0.00014952
7.5 0.00014428
8 0.00014007
8.5 0.00013659
9 0.00013362
9.5 0.00013103
10 0.00012876