Download - Ispa Diannnnnnn
Pengertian ISPAI S P A a d a l a h i n f e k s i s a l u r a n p e r n a p a s a n y a n g berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasanadalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organd i s e k i t a r n y a s e p e r t i : s i n u s , r u a n g t e l i n g a t e n g a h d a n s e l a p u t p a r u (Setiowulan, 2001).Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifatr i n g a n s e p e r t i b a t u k p i l e k d a n t i d a k m e m e r l u k a n p e n g o b a t a n d e n g a n antibiotik. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini i a l ah v i ru s dan t i dak d ibu tuhkan t e r ap i an t i b io t i k .Faringitis oleh kuman Streptococcs jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobatidengan an t i b io t i k pen i s i l i n , s emua r adang t e l i nga aku t ha rus mendapa t a n t i b i o t i k ( D e p k e s R I , 2 0 0 7 ) . bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semuagolongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin (Pusdiknakes, 1990).R i s i k o t e r u t a m a terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang,beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasitdan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.(Setiowulan, 2001).Penularan ISPAI S P A d a p a t d i t u l a r k a n m e l a l u i a i r l u d a h , d a r a h , b e r s i n , u d a r a pe rnapasan yang mengandung kuman yang t e rh i rup o l eh o r ang s eha t kesaluran pernapasannya. Tanda dan GejalaS e b a g i a n b e s a r o a n g d e n g a n i n f e k s i s a l u r a n n a f a s b a g i a n a t a s memberikan gejala yang sangat penting yaitu batuk. Infeksi saluran nafasbagian bawah memberikan beberapa tanda lainnya seperti nafas yang cepatdan r e t r aks i dada . Se l a in ba tuk ge j a l a ISPA juga dapa t d ikena l i ya i t u f l u , demam dan suhu t ubuh men ingka t l eb ih da r i 38 ,5 0 Ce l c iu s dan d i s e r t a i s e s a k n a f a s ( P D P E R S I , 2 0 0 2 ) . M e n u r u t d e r a j a t k e p a r a h a n n y a , I S P A dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu (Suyudi, 2002):1). Gejala ISPA ringanSeo rang d inya t akan mende r i t a ISPA r i ngan j i ka d i t emukan ge j a l a sebagai berikut :a . B a t u k .
b.Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara(misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
.c.Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d.Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C. Jika menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah tidakperlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat penurunpanas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika dalam dua har
6A.
PengertianISPA adalah suatu penyakit pernafasan akut yang ditandai dengan gejala batuk,pilek, serak, demam dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung sampaidengan 14 hari (Depkes RI, 2000).ISPA adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu dan atau lebih bagiandari saluran napas, mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) hingga alveoli(saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, ronggatelinga tengah dan pleura yang disebabkan oleh masuknya kuman (bakteri, virus atauriketsia) ke dalam organ saluran pernapasan yang berlangsung selama 14 hari.Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut dari suatu penyakit,meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses inidapat berlangsung lebih dari 14 hari.Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaituISPA ringan, ISPA sedang, dan ISPA berat. Pembagian menurut deajat keparahantersebut didasarkan pada gejala-gejala dan tanda-tandanya . ISPA ringan dapatberkembang menjadi ISPA sedang atau ISPA berat jika keadaan memungkinkan,misalnya penderita kurang mendapat perawatan atau saat penderita dalam keadaanlemah hingga daya tahan tubuKlasifikasiMenurut derajat keparahannya, ISPA dapat di bagi menjadi 3 golongan yaitu :a)
ISPA ringanSeorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebihgejala-gejala sebagai berikut :i) Batuk ii) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnyapada waktu berbicara atau menangis).iii) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung. 7iv) Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba
dengan penggung tangan terasa panas.b) ISPA sedangSeorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala-gejalaISPA ringan disertai gejala-gejala berikut :i) Pernapasan>50 kali per menit pada anak yang berumur>1 tahun atau>40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun atau lebih.ii)
Suhu tubuh lebih dari 390C.iii) Tenggorokan berwarna merah.iv) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.v) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.vi) Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit.Dari gejala-gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak menderita ISPAringan sedangkan suhu tubuhnya lebih dari 390C atau gizinya kurang baik,atau umurnya≤4 bulan, maka anak tersebut menderita ISPA sedang danharus mendapat pertolongan dari petugas kesehatan.c) ISPA beratSeorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-gejala ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut :i) Bibir atau kulit membiru.ii) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas.iii) Kesadaran menurun.iv) Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah.v) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.vi) Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak terab 8vii) Tenggorokan berwarna merah.Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena perlumendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan atau cairaninfus
EtiologiEtiologi ISPA terdiri dari :Bakteri :Diplococcus pneumonia, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes,Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain
9Virus :Influenza, adenovirus, sitomegalovirusJamur :Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.Aspira :Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing(biji-bijian,
mainan plastic kecil, dan lain-lain).Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yangmempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktoryaitu:a) Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak.b) Keadaan gizi dan cara pemberian makan.c) Kebiasaan merokok dan pencemaran udara 9Virus :Influenza, adenovirus, sitomegalovirusJamur :Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.Aspira :Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing(biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yangmempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktoryaitu:a) Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak.b) Keadaan gizi dan cara pemberian makan.c) Kebiasaan merokok dan pencemaran udaraFaktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan, gizi kurang,Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak memadai,polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menyelimuti anak berlebihan.Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari 2 bulan, tingkatsocial ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tingkatpengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap danmenderita penyakit kronis.E. Patologi dan Gejala klinisBila virus masuk ke dalam pernapasan maka hanya dalam waktu 1-3 hari akantimbul gejala penyakitnya. Gejala sistemik influenza mulainya mendadak dan disertaidemam (samapai 104 derajat Farenheit), mengigil, nyeri kepala, mialgia (nyeri otot) 9Virus :Influenza, adenovirus, sitomegalovirusJamur :Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.Aspira :Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing(biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yangmempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum ada 3 faktoryaitu:a) Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak.b) Keadaan gizi dan cara pemberian makan.c) Kebiasaan merokok dan pencemaran udaraFaktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan, gizi kurang,Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu (ASI) tidak memadai,polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap dan menyelimuti anak berlebihan.Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari
2 bulan, tingkatsocial ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), tingkatpengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah, imunisasi tidak lengkap danmenderita penyakit kronis.E. Patologi dan Gejala klinisBila virus masuk ke dalam pernapasan maka hanya dalam waktu 1-3 hari akantimbul gejala penyakitnya. Gejala sistemik influenza mulainya mendadak dan disertaidemam (samapai 104 derajat Farenheit), mengigil, nyeri kepala, mialgia (nyeri otot)Farmakologii) Analgesik-antipiretik untuk mengobati gejala demam seperti parasetamol danaspirin.ii) Kombinasi dekongestan dan anti alergi untuk pilek dan flu. Contoh :dekongestan antara lain pseudoefedrin, fenil propanolamin. Contoh antialergiadalah dipenhidramin.iii) Ekspektoran untuk batuk berdahak. Contoh : ammonium klorida.iv) Mukolitik untuk batuk berdahak. Contoh : ambroksol, bromheksin, gliserilgualakolat.v) Antitusif untuk meringankan gejala batuk kering. Contoh : dekstrometorfan.vi) Antibiotik 12Antibiotik yang paling sesuai untik ISPA oleh bakteri adalah golonganpenisilin (missal : amoksilin) dan eritromisin.H. PencegahanSebagai tindakan mencegah terjadinya penularan penyakit ISPA, maka :a) Keadaan gizi dijaga agar tetap baik.b) Imunisaai lengkap.c) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan terutama sanitasi rumah.d) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
A q q q q q q q q q
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung, pharing
dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas dan akan
menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian
Roberts; 1990; 450).
Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan alami jalan nafas dalam
menghadapi organisme asing (Whaley and Wong; 1991; 1418).
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan
pengertian sebagai berikut (Indah, 2005)
Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya
seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup
saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-
paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk
dalam saluran pernafasan (respiratory tract)
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
B. Klasifikasi
Berdasarkan lokasi anatomis ISPA dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Infeksi saluran pernafasan bagian atas.
Merupakan infeksi akut yang menyerang hidung hingga faring.
Infeksi saluran pernafasan bagian bawah.
Merupakan infeksi akut yang menyerang daerah di bawah faring sampai dengan alveolus
paru-paru.
Tanda dan gejala menurut tingkat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan
yaitu (Suyudi, 2002) :
1. ISPA Ringan
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala sebagai berikut:
a. Batuk.
b. Serak, yaitu bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misalnya pada waktu berbicara
atau menangis).
c. Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
d. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370C atau jika dahi anak diraba dengan punggung
tangan terasa panas
2.Gejala ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala ISPA ringan dengan
disertai gejala sebagai berikut :
a. Pernapasan lebih dari 50 kali /menit pada anak umur kurang dari satu tahun atau lebih dari
40 kali/menit pada anak satu tahun atau lebih.
b. Suhu lebih dari 390C.
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
g. Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
3. Gejala ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA ringan atau sedang
disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
a. Bibir atau kulit membiru
b. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernapas
c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
e. Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
f. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
g. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
h. Tenggorokan berwarna merah
C. Etiologi
1. Virus Utama :
ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus
ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2. Bakteri Utama: Streptococus, pneumonia, haemophilus influenza, Staphylococcus aureus
3. Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis, pada anak usia sekolah : Mycoplasma
pneumonia.
D. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan tubuh.
Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada
permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu
tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan (Kending dan Chernick, 1983).
Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering (Jeliffe, 1974).
Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas
kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi
pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kending and Chernick, 1983). Sehingga pada tahap awal
gejala ISPA yang paling menonjol adalah batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat
infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme
perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan
bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus
pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak
tersebut (Kending dan Chernick, 1983). Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi
mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran nafas
sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan
penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran
nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam
tubuh, sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas
bawah (Tyrell, 1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran pernafasan
atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan
pneumonia bakteri (Shann, 1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan aspek imunologis
saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar
terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun
saluran nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas
system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada
saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori
IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas (Siregar,
1994).
E. Manifestasi Klinik
Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi
hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, bayi menjadi
gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Pincus Catzel & Ian Roberts;
1990; 451).
Tanda dan gejala yang muncul ialah:
1. Demam, Seringkali demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh
bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada
punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan menjadi susah
minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama bayi tersebut
mengalami sakit.
5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran pernafasan akibat
infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya lymphadenitis
mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan lebih mudah
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan, mungkin tanda ini
merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak terdapatnya suara
pernafasan (Whaley and Wong; 1991; 1419)
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian terutama pada jalan nafas:
Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman, usaha serta irama dari
pernafasan.
1. Pola, cepat (tachynea) atau normal.
2. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya dapat kita amati melalui
pergerakan rongga dada dan pergerakan abdomen.
3. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai dengan adanya bersin.
4. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman pernafasan.
5. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing. Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada
rongga dada dan peningkatan produksi dari sputum
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah
1. pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman,
2. Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat disertai dengan
adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya thrombositopenia, dan
3. Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan
G. Diagnosis Banding
Penyakit infeksi saluran pernafasan ini mempunyai beberapa diagnosis banding yaitu difteri,
mononukleosis infeksiosa dan agranulositosis yang semua penyakit diatas memiliki
manifestasi klinis nyeri tenggorokan dan terbentuknya membrana. Mereka masing-masing
dibedakan melalui biakan kultur melalui swab, hitungan darah dan test Paul-bunnell. Pada
infeksi yang disebabkan oleh streptokokus manifestasi lain yang muncul adalah nyeri
abdomen akut yang sering disertai dengan muntah.
H. Pencegahan ISPA
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah ISPA adalah:
1. Mengusahakan Agar Anak Mempunyai Gizi Yang Baik
a. Bayi harus disusui sampai usia dua tahun karena ASI adalah makanan yang paling baik
untuk bayi.
b. Beri bayi makanan padat sesuai dengan umurnya.
c. Pada bayi dan anak, makanan harus mengandung gizi cukup yaitu mengandung cukup
protein (zat putih telur), karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
d. Makanan yang bergizi tidak berarti makanan yang mahal. Protein misalnya dapat di peroleh
dari tempe dan tahu, karbohidrat dari nasi atau jagung, lemak dari kelapa atau minyak
sedangkan vitamin dan mineral dari sayuran,dan buah-buahan.
e. Bayi dan balita hendaknya secara teratur ditimbang untuk mengetahui apakah beratnya
sesuai dengan umurnya dan perlu diperiksa apakah ada penyakit yang menghambat
pertumbuhan.Dinkes DKI (2005)
2. Mengusahakan Kekebalan Anak Dengan Imunisasi
Agar anak memperoleh kekebalan dalam tubuhnya anak perlu mendapatkan imunisasi yaitu
DPT (Depkes RI, 2002). Imunisasi DPT salah satunya dimaksudkan untuk mencegah
penyakit Pertusis yang salah satu gejalanya adalah infeksi saluran nafas (Gloria Cyber
Ministries, 2001).
3. Menjaga Kebersihan Perorangan Dan Lingkungan
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan modal utama bagi pencegahan penyakit ISPA,
sebaliknya perilaku yang tidak mencerminkan hidup sehat akan menimbulkan berbagai
penyakit. Perilaku ini dapat dilakukan melalui upaya memperhatikan rumah
4. Pengobatan Segera
Apabila anak sudah positif terserang ISPA, sebaiknya orang tua tidak memberikan makanan
yang dapat merangsang rasa sakit pada tenggorokan, misalnya minuman dingin, makanan
yang mengandung vetsin atau rasa gurih, bahan pewarna, pengawet dan makanan yang terlalu
manis. Anak yang terserang ISPA, harus segera dibawa ke dokter (PD PERSI, 2002)
I. Pengobatan Pada Ispa
1. ISPA Berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus , di beri oksigen
dan sebagainya
2. ISPA ringan : diberi obat antibiotik melaui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi
alergi / tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin
3. ISPA ringan : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk
dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang
merugikan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan
gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman
streptococcuss dan harus diberi antibiotik selama 10 hari.
Perawatan Dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA.
1. Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
2. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kalsehari.
3. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari
biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
4. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya.
Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit
yang diderita.
5. Lain-lainnya
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih
pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung , yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat
tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama
perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau
petugas kesehatan.
J. Pemberantasan Ispa
Yang Dilakukan Adalah :
. Komplikasi
Adapun komplikasinya adalah
1. Meningitis
2. OMA
3. Mastoiditis
4. Kematian
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelelahan
Insomnia
Tanda ;
Letargi
Penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya/GJK kronis
Tanda :takikkardia
Penampilan kemerahan atau pucat
3. Integritas Ego
Gejala :
Banyakya stressor, masalah finansial
4. Makanan/Cairan
Gejala :
Kehilangan nafsu makan,mual/muntah
Tanda :
]Distensi abdomen
Hiperaktif bunyi usus
Kulit kering dengan turgor buruk
Penampilan kakeksia(malnutrisi)
5. Neurosensori
Gejala :sakit kepala daerah frontal (influnza)
Tanda :perubahn mental (bingung, samnolen )
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala :
sakit kepala
Nyeri dada(pleuritik), meningkat oleh batuk, nyeri dada subternal(influenza)mialgia,artralgia,
nyeri tenggorokan
7. Pernafasan
Gejala :
Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret.
Tanda :
Adanya sputum atau sekret
Perkusi : pekak di atas area yang konsolidasi
Bunyi nafas :menurun atau tidak ada di atas area yang terlibat , atau nafas yang bronkhial
Warna :pucat atau sianosis bibir/kuku
8. Keamanan
Gejala :
Demam (mis :38,5-39,76oC)
Tanda :
Berkeringat
Menggigil berulang, gementar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela
9. Penyuluhan/Pembelajaran
Tanda :
Bantuan dengan perawatan diri: tugas pemeliharaan rumah
Oksigen mungkin diperlukan, bila ada kondisi pencetus
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
aadanya sekret
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan
nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret
3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak,
hospitalisasi pada anak
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
8. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake inadekuat
9. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi
Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi pada saluran pernafasan,
aadanya sekret
Tujuan: Pola nafas kembali efektif dengan
Kriteria: Usaha nafas kembali normal dan meningkatnya suplai oksigen ke paru-paru.
Intervensi:
a. Observasi tanda vital, adanya cyanosis, serta pola, kedalaman dalam pernafasan
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Berikan posisi yang nyaman pada pasien
Rasional : Semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru dan memperbaiki ventilasi
c. Ciptakan dan pertahankan jalan nafas yang bebas.
Rasional : Untuk memperbaiki ventilasi
d. Anjurkan untuk tidak memberikan minum selama periode tachypnea.
Rasional : Agar tidak terjadi aspirasi
e. Kolaborasi
Pemberian oksigen
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan oksigen
Nebulizer
Rasional: Mengencerkan sekret dan memudahkan pengeluaran sekret
Pemberian obat bronchodilator
Rasional: Untuk vasodilatasi saluran pernapasan
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi mekanik dari jalan
nafas oleh sekret, proses inflamasi, peningkatan produksi sekret.
Tujuan :Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret
Kriteria Hasil : Jalan nafas yang bersih dan patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih
Intervensi:
a. Kaji bersihan jalan napas klien
Rasional : Sebagai indicator dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Auskultasi bunyi napas
Rasional : Ronchi menandakan adanya sekret pada jaan nafas
c. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : Mencegah terjadinya aspirasi sekret (semiprone dan side lying position).
d. Lakukan suction sesuai indikasi
Rasional: membantu mengeluarkan sekret
e. Anjurkan keluarga untuk memberikan air minum yang hangat
Rasional: membantu mengencerkan dahak sehingga mudah untuk dikelurkan
f. Kolaborasi
Pemberian ekspectorant
Rasional : Untuk mengencerkan dahak
Pemberian antibiotic
Rasional: Mengobati infeksi sehingga terjadi penurunan produksi sekret
3. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan :Nyeri terkontrol atau menghilang
Kriteria Hasil :Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks,
klien tidak gelisah dan rewel
Intervensi :
a. Kaji nyeri yang dirasakan klien , perhatikan respon verbal dan nonverbal
Rasional: sebagai indicator dalam menentukan intervensi selajutnya
b. Anjurkan keluarga memberikan minum air hangat
Rasional: Mengurangi nyeri pada tenggorokan
c. Berikan lingkungan yang nyaman
Rasional: meningkatkan kenyamanan dan meningkatkan istirahat
d. Kolaborasi
Pemberian antibiotik
Rasional: Mengobati infeksi
Pemberian ekspectoran
Rasional : Memudahkan pengeluaran sekret sehingga mengurang rasa sakit saat batuk
4. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penyakit yang dialami oleh anak,
hospitalisasi pada anak
Tujuan :Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan koping
Kriteria Hasil :Orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan anak
dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak
Intervensi:
a. Kenali kekhawatiran dan kebutuhan orang tua untuk informasi dukungan
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Gali perasaan keluarga dan masalah sekitar hospitalisasi
Rasional: Mengetahui masalah dan perasaan yang dirasakan oleh keluarga. Dapat mengurangi
kecemasan
c. Berikan dukungan sesuai kebutuhan
Rasional: dukungan yang adekuat menghasilkan mekanisme coping yang efektif
d. Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam perawatan anaknya.
Rasional: Dapat mengurangi rasa cemas karena dapat memantau langsung perkembangan anaknya
e. Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.
Rasional: Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif dan mengurangi kecemasan
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi
Tujuan : Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
KH : Hipertermi/peningkatan suhu dapat teratasi dengan proses infeksi hilang
Intervensi :
a. Kaji peningkatan suhu tubuh yang dialami oleh klien
Rasional: sebagai dasar dalam menentukan intervensi selanutnya
b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan perawatan selanjutnya.
c. Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan kompres dengan air pada daerah dahi dan
ketiak
Rasional: Dengan memberikan kompres maka akan terjadi proses konduksi / perpindahan panas dengan
bahan perantara .
d. Anjurkan keluarga untuk mempertahankan pemberian cairan melalui rute oral sesuai indikasi
Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
e. Anjurkan keluarga untuk menghindari pakaian yang tebal dan menyerap keringat
Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi untuk pakaian yang tebal dan tidak akan menyerap
keringat.
f. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik
Rasional: Untuk mengontrol panas
6. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan
Tujuan :Volume cairan tetap seimbang
Kriteria Hasil :Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa lembab,
TTV dalam batas normal
d. Jelaskan kepada orang tua pentingnya cairan yang adekuat bagi tubuh
Rasional :Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif orang tua dalam tindakan keperawatan
e. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan klien
7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sesak dan batuk
Tujuan : Pola tidur kembali optimal
Kriteria Hasil :Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien
nampak segar
Intervensi :
a. Kaji gangguan pola tidur yang dialami klien
Rasional: sebagai indicator dalam melakukan tindakan selanjutnya
b. Ciptakan lingkungan yang tenang
Rasional : Mengurangi rangsangan suara yang dapat menyebabkan klien tidak nyaman untuk
tidur
c. Berikan bantal dan seprei yang bersih
Rasional: meningkatkan kenyamanan
Intervensi :
a. Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional: Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya
b. Observasi TTV
Rasional: Perubahan TTV merupakan indicator terjadinya dehidrasi
c. Anjurkan orang tua untuk tetap memberikan cairan peroral
Rasional: Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang
Kolaborasi
Pemberian obat sedatif
Rasional :membantu klien untuk istirahat
Pemberian antibiotic
Rasional: Mengobati infeksi
8. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, intake inadekuat
Tujuan : Tidak terjadi nutrisi kurang dari kebutuhan
Kriteria Hasil : Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan
nampak dihabiska, tidak terjadi
penurunan berat badan 15-20%
Intervensi :
a. Kaji status nutrisi klien
Rasional: Sebagai indikator dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Timbang berat badan setiap hari
Rasional: Mengetahui perkembangan terapi
c. Berikan diet dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien
d. Anjurkan keluarga untuk menyajikan makanan dalam keadaan hangat
Rasional: Meningkatkan nafsu makan
e. Jelaskan kepada keluarga pentingnya nutrisi yang adekuat dalam proses kesembuhan
Rasional : Peningkatan pengetahuan mengembangkan kooperatif keluarga dalam pemberian tindakan
f. Kolaborasi dengan bagian gizi
Rasional : untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien sesuai kebutuhan
9. Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit berhubungan dengan kurang
informasi
Tujuan : Pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya meningkat setelah dilakukan
tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti tentang penyakit
anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien tentang proses penyakit anaknya
Rasional:sebagai dasar dalam menetukan tindakan selanjutnya
b. Jelaskan pada keluarga klien tentang Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pengobatan,
pencegahan dan komplikasi dengan memberikan penkes.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman keluarga
c. Bantu orang tua klien untuk mengembangkan rencana asuhan keperawatan dirumah sakit
seperti : diet, istirahat dan aktivitas yang sesuai
Rasional: Melibatkan keluarga dalam perencanaan dapat meningkatkan pemahaman keluarga
d. Beri kesempatan pada orang tua klien untuk bertanya tentang hal yang belum dimengertinya
Rasional: Menghindari melewatkan hal yang tidak dijelaskan dan belum dimengerti oleh keluarga
Evaluasi
1. Pola nafas kembali efektif ditandai dengan usaha nafas kembali normal dan meningkatnya
suplai oksigen ke paru-paru.
2. Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan jalan nafas yang bersih dan
patent, meningkatnya pengeluaran sekret, suara napas bersih
3. Nyeri terkontrol ditandai dengan klien melaporkan nyeri menghilang, ekspresi wajah rileks,
klien tidak gelisah dan rewel
4. Keluarga mengalami pengurangan ansietas dan peningkatan melakukan koping ditandai
dengan orang tua mengajukan pertanyaan yang tepat, mendiskusikan kondisi dan perawatan
anak dengan tenang, terlibat secara positif dalam perawatan anak
5. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh ditandai dengan suhu tubuh dalam batan norma,
keluarga melaporkan anaknya tidak demam
6. Volume cairan tetap seimbang ditandai dengan turgor kulit baik, membrane mukosa lembab,
TTV dalam batas normal
7. Pola tidur membaik ditandai dengan orang tua melaporkan anaknya sudah dapat tidur, klien
nampak segar
8. Nutrisi adekuat ditandai dengan nafsu makan klien meningkat, porsi makan yang diberikan
nampak dihabiska, tidak terjadi penurunan berat badan 15-20%
9. Pengetahuan orang tua klien meningkat ditandai dengan orang tua mengerti tentang penyakit
anaknya, nampak tidak sering bertanya, terlibat aktif dalam proses perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih bahasa oleh Dr. yohanes
gunawan. Jakarta: EGC.
Whalley & wong. (1991). Nursing Care of Infant and Children Volume II book 1. USA: CV.
Mosby-Year book. Inc
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
Doenges, Marlyn E . Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien
Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung Seto,Jakarta
Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus.
Jakarta: Balai penerbit FKUI.