PERKUMPULAN AGROTEKNOLOGI/AGROEKOTEKNOLOGI INDONESIA (PAGI)& PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI, FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
PROSIDINGSeminar dan Lokakarya Nasional Perkumpulan
Agroteknologi/Agroekoteknologi Indonesia (PAGI)
“Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju
Kemandirian Pangan Nasional”
Surabaya, 22-23 Nopember 2017
Hotel Swiss Bellin Tunjungan
ISBN 978-602-73476-3-2
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
i
PROSIDING
Seminar dan Lokakarya Nasional Perkumpulan Agroteknologi/Agroekoteknologi Indonesia (PAGI)
“Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju
Kemandirian Pangan Nasional”
Surabaya, 22-23 Nopember 2017
Hotel Swiss Bellin Tunjungan Surabaya
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA Skretariat: Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan Madura
web: agroekoteknologi.trunojoyo.ac.id
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
ii
PROSIDING
PAGI
Seminar dan Lokakarya Nasional Perkumpulan Agroteknologi/Agroekoteknologi Indonesia (PAGI)
Penerbit dan Panitia tidak bertanggung jawab terhadap kebenaran, kesalahan,
keakuratan isi, dan akibat yang diakibatkan oleh penggunaan sebagian atau
seluruh materi makalah dalam prosiding ini. Pengutipan, pengambilan,
penggunaan, atau penerbitan kembali sebagian atau seluruh materi makalah dalam
prosiding ini hanya dapat dilakukan atas ijin penulis yang bersangkutan. Penerbit
dan Panitia seminar dan lokakarya nasional tidak bertanggung jawab secara
hukum atas akibat yang mungkin dihasilkan.
ISBN 978-602-73476-3-2
DIPUBLIKASIKAN OLEH: Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
iii
PROSIDING
Seminar dan Lokakarya Nasional Perkumpulan Agroteknologi/Agroekoteknologi
Indonesia (PAGI).
Dari Lahan Sub Optimal Bersama Pagi Menuju Kemandirian Pangan Nasional.
Universitas Trunojoyo Madura, Kamal-Bangkalan-Madura, Indonesia.
PANITIA
Penanggung Jawab : Dr. Ir. Gita Pawana. MSi
Ketua : Dr. Ir. Eko Murniyanto, MP
Sekretaris : Diana Nurus Sholehah, S.Farm. MSi.
Bendahara : Miftahol Arifin, S.Kom
Sie Kesekretariatan : Syaiful Khoiri, SP. MSi
Yusy Purwaningsih, SP
Sie Acara : Drs. H. Kaswan Badami, MSi
Dr. Ir. A. Arsyadmunir, MS
Dr. Achmad Amzeri, SP. MP
Dr. Ir. RA. Sidqi Zaed ZM, MS
Nur Kholis Firdaus, SP, MSc
Sie Konsumsi : Rosasi Dwi Alianti, Amd
Ir. Sinar Suryawati, MSi
Sie Perlengkapan : Ir. Suhartono, MP
Edy Suryono, SP
Ir. Ahmad Djunaedi, MP
Sie Pubdekdok : Nurul Hidayat, SP
Reviewer & Editor : Dr. Agr. Eko Setiawan, SP, MSi
Ir. Slamet Supriyadi, MSi
Nurholis, SP, MSi
ISBN : 978-602-73476-3-2
Cetakan Pertama : Pertama, Februari 2018
Penerbit:
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Jl. Raya Telang, PO. Box. 2 Kamal, Bangkalan-Madura.
E-mail: [email protected]
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Hom swasti astu.
Salam sejahtera bagi yang lain
Alhamdulillahirobbilálamiin, sepantasnya dihaturkan keharibaan Illahi
Robbi, dzat pemberi pertolongan dan kemudahan bagi sekalian kehidupan,
termasuk persiapan hingga terselenggaranya Seminar dan Lokakarya Nasional
(Semloknas) Perhimpunan Agroteknologi/ Agroekoteknologi Indonesia (PAGI) di
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
Madura, yang ditempatkan di Hotel Bell-Inn Surabaya.
Tema Seminar Nasional yang ditetapkan adalah “Dari Lahan Sub Optimal
Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional”, sehingga akan
dipaparkan karya ilmiah yang berupa konsep dan hasil penelitian yang berkaitan
dengan teknologi dan inovasi bioenergi, budidaya, pengelolaan lahan,
pengendalian OPT hingga mitigasi perubahan iklim. Lokakarya Nasional juga
menetapkan tema yaitu “Pengembangan Kurikulum Prodi
Agroteknologi/Agroekoteknologi Menuju Percepatan Pembentukan Lulusan
Berdaya Saing Global”. Terdapat 3 (tiga) materi utama dan 45 materi penunjang
dalam Semnas serta 3 (tiga) materi utama dalam Lokakarya. Disamping itu pada
hari ke dua akan dihantarkan para peserta untuk mengenal Pulau Madura lebih
dekat melalui destinasi wisata alam, kuliner dan religi.
Sangat membanggakan dan sepantasnya diucapkan penghargaan kepada
peserta seminar mengingat Semnas ini diikuti dari Perguruan Tinggi yang berasal
dari Provinsi Sumut, Sumbar, Riau, Kepulauan Riau (Babel), Kalteng, NTB, NTT
(Maumere Timor), Banten, DKI, Jabar, Jateng, DIY dan Jatim. Lokakarya diikuti
Kaprodi dan Sekprodi Agroteknologi/ Agroekoteknologi PT se Indonesia, kami
sampaikan selamat datang dan terima kasih. Kesempatan yang membahagiakan
ini disampaikan terima kasih dan penghargaan kepada kepala daerah, Dirjen
Belmawa, Rektor UTM, Sekjen PAGI, Pemateri utama, segenap panitia serta
pendukung kegiatan Semloknas Tahun 2017. Dengan kerendahan hati kami
mohon maaf apabila dalam pelaksanaan kegiatan ini masih terpandang banyak
kekurangannnya. Selanjutnya memohon kepada pimpinan kiranya berkenan
memberikan sambutan sekaligus membuka acara ini.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 7 Februari 2018
Panitia Seminar Nasional
Ketua
Dr. Ir. Eko Murniyanto. MP
NIP. 195705021992031001
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
v
SAMBUTAN REKTOR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Selamat Pagi dan Salam Sejahtera buat kita semua
Yang terhormat
Dirjen Bilmawa Kemenristekdikti, Bapak Prof. Dr. Intan Ahmad
Sekjen PAGI, Bapak Prof. Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi.
Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura
Pembicara Lokakarya dan Pemateri Utama Seminar Nasional
Para Pemakalah penunjang dan undangan yang berbahagia
Pertama-tama marilah kita memanjatkan puja dan puji syukur kita
kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat dan hidayahnya sehingga kita dapat
menghadiri acara Seminar dan Lokakarya Nasional PAGI. Disamping itu kami
sampaikan Selamat Datang di Universitas Trunojoyo Madura, namun dengan
pertimbangan kemudahan jangkauan peserta kegiatan ini kita tempatkan di
Surabaya.
Bapak/Ibu Hadirin yang saya hormati
Berkurangnya lahan produktif menjadi permasalahan nasional dalam
pengembangan pertanian di Indonesia. Lahan pertanian yang ada saat ini tidak
kesemuanya berproduksi optimal, banyak kendala diantaranya masalah kesuburan,
ketersediaan air, pengelolaan serta konservasi untuk mendukung daya produksi.
Disisi lain Negara indonesia memiliki sekitar 86,24% lahan pertanian berupa sub
optimal. Salah satu yang menjadi keterbatasan di beberapa wilayah adalah
pengelolaan dan pemanfaatan lahan sub optimal masih belum terkelola dengan
baik.
Selama ini lahan sub optimal identik dengan keterbelakangan, kemiskinan,
pengangguran, dan rawan pangan. Hal tersebut adalah potret umum daerah
pertanian lahan sub optimal, meskipun tidak semuanya benar. Dengan
keterbatasan air, kesuburan kimia dan biologi, lahan sub optimal masih
mempunyai potensi diantaranya tanaman penghasil metabolit sekunder untuk
bahan baku industry obat, kosmetik, pangan specific dan lainnya. Permasalahan
tersebut mendorong para ilmuan untuk menciptakan dan menerapkan teknologi
dan inovasi yang tepat. Karenanya tepat jika Seminar Nasional ini mengambil
tema : “Dari Lahan Sub-optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan
Nasional”.
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
vi
Kami sampaikan terimakasih dan penghargaan kepada pemateri utama,
yaitu Prof. Dr. Hadiwiyono dari PAGI, Dr. Marga Mandala dari Unej dan Dr.
Achmad Amzeri dari UTM serta para pemakalah penunjang atas konsep dan hasil
penelitiannya di Lahan Sub-optimal. Kita harapkan hal-hal tersebut dapat menjadi
wahana komunikasi untuk saling tukar informasi serta penanganan lahan sub-
optimal bagi kesejahteraan pemilik/ petani, sekaligus menunjang kemandirian
pangan nasional.
Bapak/Ibu Hadirin yang berbahagia
Sebagai lembaga pendidikan, kita dituntut menghasilkan lulusan yang
analisis, professional disamping kompetensi yang sesuai dengan tuntutan
pengguna. Pengguna lulusan Perguruan Tinggi (PT) khususnya
Agroteknologi/Agroekoteknologi dihadapkan pada kebijakan “yang terbatas” di
Kementerian khususnya Kementerian Pertanian, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dan institusi swasta. Ragam profesi menuntut kompetensi yang beragam
pula, disinilah menjadi tantangan bagi para pengelola program studi, pengelola
fakultas hingga kemenristekdikti untuk merancang kurikulum yang dapat
mengakomodasi ragam tersebut.
Lebih dari itu, kebutuhan dan penyediaan pekerjaan juga menjadi
tantangan yang tidak kalah pentingnya. Kebutuhan tenaga kerja menyangkut
banyak sector dan sepertinya belum terkoordinasi, hal ini makin memprihatinkan
jika semua sector (kementerian, BUMN dan swasta) belum mengetahui
Agroteknologi/ Agroekoteknologi. Gejala tersebut dapat ditunjukkan lulusan
Agroteknologi/ Agroekoteknologi hanya dapat menempati jabatan sebagai
pengawas benih di lingkungan Kementan, sedangkan lulusan lainnya dalam
lingkup budidaya pertanian lebih banyak. Tidak dipungkiri bahwa kebijakan
pendidikan di lingkungan Kemenristekdikti diarahkan menciptakan pekerjaan
(bukan mencari pekerjaan/ wiraswasta), namun lagi-lagi kebijakan dan atau
regulasi untuk memberikan ruang juga terbatas. Jika ini semua, kedepan, dapat
diagendakan oleh PAGI maka dapat menghasilkan sumbangan pemikiran bagi
pemerintah dan bagi anggotanya untuk mempersiapkan pendidikan yang lebih
baik. Meskipun demikian, tidak ada sesuatu hal yang sia-sia, sub tema yang telah
ditetapkan dalam lokakarya kali ini kita harapkan menghasilkan pengembangan
kurikulum yang match dengan dunia kerja, baik secara nasional hingga global.
Pada kesempatan yang berbahagia ini kami mengucapkan terima kasih
kepada Sekjen PAGI yang telah mempercayakan Universitas Trunojoyo Madura
menyelenggarakan Lokakarya Nasional. Penghargaan kepada Prof. Dr. Intan
Aahmad, Direktur Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti.
Juga terima kasih kepada Dr.Agr. Nunun Barunawati atas tukar pengalamannya
serta Bapak Deri Iswanda atas kesediaannya membuka diri terhadap kompetensi
Agroteknologi/ Agroekoteknologi yang diperlukan dunia usaha dan industry.
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
vii
Akhirnya, selamat berseminar dan berlokakarya serta menikmati destinasi
wisata alam, wisata kuliner dan wisata religi di Pulau Madura.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Rektor
Dr. Drs. Ec. H. Muh. Syarif, M.Si
NIP. 19631130 2001121001
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
viii
DAFTAR ISI
Cover i
Kata Pengantar iv
Sambutan Rektor v
Daftar Isi viii
Makalah Utama 1
Strategi Pengelolaan Keberlanjutan Kesuburan pada Lahan Sub Optimal
Marga Mandala 2
Virulence and Genetic Diversity of Fusarium oxysporum f. sp. cepae of
Isolated Originated from Tawangmangu, Karanganyar, Central Java
Zainal D. Fatawai, Salim Widono, Hadiwiyono 5
Perakitan Varietas Jagung pada Lahan Sub Optimal
Achmad Amzeri 7
Makalah Penunjang 10
Aspek Kebijakan 11
Pemberdayaan Kelompok Tani Melalui Pemanfaatan Buah dan Limbah Biji
Pepaya (Carica Papaya) dalam Upaya Peningkatan Ekonomi Petani di
Kabupaten Lebak Provinsi Banten
Andi Apriany Fatmawaty, Palmawati Tahir, Nuniek Hermita
12
Sumber Daya Lahan dan Lingkungan 19
Tinjauan Pengelolaan Kesuburan Tanah Sesuai Kaidah Konservasi di Wilayah
Desa Petarangan, Kab Temanggung, Jawa Tengah
Inkorena G.S.Sukartono, Etty Hesthiati, Tri waluyo, Syaiful Hidayat,
Vicky Try A
20
Peningkatan Produktivitas Lahan Kering Melalui Intensitas Tanam dengan
Tanaman Kacang Hijau (Vignaradiata L.)
Ahmad Arsyadmunir 28
Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea L.) dan Jagung (Zea
mays L.) pada Pola Tumpang Sari dengan Berbagai Waktu Tanam dalam Dua
Musim Tanam pada Dataran Rendah
Indra Dwipa 42
Prediksi Erosi dan Tingkat Bahaya Erosi Pertanaman Hortikultura pada
Lahan Berlereng di Hulu DAS Jeneberang
Saida, Abdullah, A. Tjoneng 57
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
ix
Evaluasi Kesuburan Beberapa Jenis Tanah di Perkebunan Tebu
Amran Jaenudin, Maryuliyanna 68
Aspek Potensi Hayati, Bahan Tanam, Persiapan Lahan, dan Penanaman 86
Ketahanan Padi Varietas Lokal terhadap Hawar Daun Bakteri
Dwiwiyati Nurul Septariani, Hadiwiyono, Supyani, Mohammad Nur
Udin 87
Kajian Karakter Fisiologi Beberapa Varietas Kacang Panjang (Vigna
sesquipedalis L. Fruwirth) dan Toleransinya Terhadap Cekaman Kekeringan
Mahayu Woro Lestari, Sugiarto, Maria Ulfah 96
Uji Ketahanan Beberapa Genotip Jagung (Zea mays L.) Terhadap Intensitas
Serangan Penyakit Bulai (Peronosclerospora maydis)
Kaswan Badami, Achmad Amzeri 107
Penggunaan Thidiazuron dan Arang Aktif pada Induksi Tunas Vanda tricolor
secara In Vitro
Innaka Ageng Rineksane, Gatot Supangkat, Agung Astuti 113
Kajian Potensi Elaeidobius kamerunikus Faust (Coleoptera: Curculionidae)
dan Thrips hawaiiensis Morgan (Thysanoptera:Thripidae) sebagai Agen
Polinator pada Tanaman Kelapa Sawit
Siska Efendi, Dewi Rezki 122
Pengembangan Genotipe Jagung Toleran Kekeringan dan Umur Genjah di
Lahan Kering Marginal
St. Subaedah, Saida, Sudirman Numba
132
Eksplorasi dan Aplikasi Mikoriza Sebagai Masukan Teknologi Pupuk Hayati
Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Mutu Melon
Muhammad, Haris Setyaningrum 144
Respons Dua Genotipe Kedelai Terhadap Aplikasi Alfa Tokoferol pada
Kondisi Cekaman Salinitas
Nini Rahmawati, Revandy I. M. Damanik 156
Pengaruh Aplikasi Cendawan Endofit Terhadap Pertumbuhan Bibit Cabai
Evan Purnama Ramdan, Efi Toding Tondok, Suryo Wiyono, Sri
Hendrastuti Hidayat, Widodo
165
Potensi Buah Mangrove Apel (Sonneratia alba) sebagai Insektisida Nabati
Victor George Siahaya, Trijunianto Moniharapon, Meigy Nelce
Mailoa, Johanna Audrey Leatemia 174
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
x
Aspek Air, Pupuk, Hormon, Pangkas, dan Organisme Pengganggu
Tanaman 186
Peran Aplikasi Kitosan dan Asam Salisilat terhadap Produksi Kedelai
Yaya Hasanah, Mariani Sembiring, Rijalul Afkar 187
Pengaruh Pemberian Kompos Jerami dan Pupuk Kalium Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Kultivar Ciherang Serta
Intensitas Penyakit Hawar Bakteri
R. Eviyati
195
Efektivitas Waktu Aplikasi dan Dosis Trichoderma sp sebagai Pengendali
Penyakit Layu Fusarium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai
Akhmad Rezki, Nurul Hidayati, Fahruddin Arfianto, Pienyani
Rosawanti 206
Pengaruh Pupuk Organik Limbah Jarak Pagar terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Wijen (Sesamum indicum L.)
Roni Syaputra, Suminar Dyah Nugra Heni, Yoga Anggaga Yogi
Titiek Yulianti
215
Induksi Tunas Andalas (Morus macroura Miq.) Jantan Secara in vitro pada
Media dengan Zat Pengatur Tumbuh Berbeda untuk Mempersiapkan Kebun
Induk
Aswaldi Anwar, Koni Rahmadia, Yusniwati, Armansyah, Aprizal
Zainal 224
Pengaruh Pupuk Organik dan Jarak Tanam Terhadap C-Organik Populasi
Jamur Tanah dan Bobot Kering Akar serta Hasil Padi Sawah (Oryza sativa L.)
pada Inceptisols Jatinangor Sumedang
Ida Adviany, Suli Suswana, Dick Dick Maulana 234
Pengaruh Aplikasi Boron pada Pembungaan Berbagai Kultivar Bawang
Merah (Allium cepa L. Aggregatum group) pada Dataran Rendah
Alfu Laila, Lutfy Ditya Cahyanti
249
Karakterisasi Pupuk Organik Limbah Jarak Pagar (Jatropha curcas)
Berdasarkan SNI
Roni Syaputra, Titiek Yulianti 257
Pengaruh Pupuk ZA dan Jenis Mulsa Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanaman Semangka (Citrullus lanatus) Kultivar Redin 273
Tety Suciaty
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
xi
Respons Tanaman Jagung (Zea mays) Akibat Aplikasi Jarak Tanam dan
Pemberian Pupuk Anorganik yang Berbeda
Endang Kantikowati, Asep Yaya Komajaya, YudiYusdian, Siti
Winarti Utami 281
Pertumbuhan Tanaman Kedelai Hitam dengan Pemberian FMA (Fungi
Mikoriza Arbuskula) dan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria)
Rama Adi Pratama, Kiki Zakiah 287
Pengaruh Peningkatan Takaran Pupuk Buatan dan Kompos Jegpit (Jerami
Gandum Plus Titonia) Terhadap Produksi Tanaman Gandum (Triticum
aestivum L.) pada Inceptisol
Agustian, Imra, Eti Farda Husin, Syafrimen Yasin 292
A Population of Goosegrass (Eleusine indica) from Oil Palm Field Resistant
to Glyphosate and Paraquat
301 Edison Purba
Pertumbuhan dan Produksi Baby Corn pada Kombinasi Media Tanam dan
Dosis Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)
Nirwana, Suryanti HS 308
Uji 4 Varietas Kedelai (Glycine Max L.) Terhadap Pemberian Herbafarm
T. Edy Sabli, Mardaleni, Selvia Sutriana, Maruli Tua 316
Aspek Panen dan Penanganan Lepas Panen 326
Daya Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) pada Perlakuan
Pelapisan
327 Yenisbar, Luluk Prihastuti EW, Mufti Ali Iskandar
Pengaruh HCL terhadap Reduksi Kalsium Oksalat pada Iles-Iles
(Amorphophallus muelleri)
Kisroh Dwiyono, Ikna S Jalip, Annastasya Rahmadhani 347
Karakteristik Fisik beberapa Jenis Klon Biji Kakao pada Berbagai Lama
Fermentasi
St Sabahannur 352
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
165
PENGARUH APLIKASI CENDAWAN ENDOFIT TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT CABAI
Evan Purnama Ramdan1, Efi Toding Tondok
2, Suryo Wiyono
2,
Sri Hendrastuti Hidayat2, Widodo
2
1. Staff Pengajar Universitas Gunadarma, Depok 16424
2. Staf Pengajar Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
Alamat Korespondensi : Program Studi Agroteknologi, Fakultas Teknologi
Industri, Universitas Gunadarma. Jalan Margonda Raya 100 Pondok Cina, Depok.
No HP: 085777886807, Email: [email protected]
ABSTRAK
Cendawan endofit telah diketahui memiliki hubungan spesifik dengan
inangnya, baik sebagai agens hayati untuk mengendalikan penyakit pada tanaman
maupun agens pemacu pertumbuhan. Delapan cendawan endofit yang berasal dari
tanaman cabai (Capsicum annum) telah diseleksi berdasarkan uji patogenisitas,
kemudian diuji terhadap pertumbuhan bibit cabai. Suspensi cendawan endofit
diuji pada konsentrasi 2.8 x 106 cfu mL
-1 untuk dua tahap aplikasi. Tahap pertama,
suspensi cendawan endofit diaplikasikan melalui perendaman benih, yaitu 100
butir cabai dalam 100 mL suspensi cendawan endofit. Tahap kedua, suspensi
cendawan endofit diaplikasikan melalui penyiraman, yaitu 10 mL suspensi
cendawan endofit per tanaman di sekitar perakaran. Parameter pertumbuhan
tanaman yang diamati meliputi pengukuran tinggi tajuk dan jumlah daun pada
satu minggu setelah bibit pindah tanam; sedangkan pengukuran panjang akar,
bobot basah dan kering biomassa dilakukan pada empat minggu setelah pindah
tanam. Pengamatan terhadap parameter pertumbuhan tanaman menunjukkan
bahwa aplikasi cendawan endofit mennyebabkan penambahan tinggi tajuk dan
panjang akar, berturut-turut sebesar 39.9 – 56.1% dan 24.1 – 33.3%; serta
peningkatan bobot basah dan kering bibit cabai, berturut-turut 44.2 – 73.9% dan
29.7 – 69.7%.
Kata kunci : Agens hayati, agens pemacu pertumbuhan, Capsicum annum, uji
patogenisits
ABSTRACT
Endophytic fungi have been known to have a specific relationship with its
plant host, i.e. as a biological control agent to control plant disease or as plant
growth-promoting agents. Eight endophytic fungi was isolated from chili plants
(Capsicum annum) and selected based on pathogenicity test before application on
chili seedlings. Endophytic fungi was tested on 2.8x106
cfu mL-1
concentration in
2 period of application. First application was carried out by seed treatment, i.e.
soaking 100 seeds in 100 mL suspension of each endophytic fungi. Second
application was performed by watering each plant around root areas with 10 mL
suspension of endophytic fungi. Observation on plant growth a week after
transplanting involved seedling height and the number of leaves; whereas
assessment on root length, fresh and dry weight of biomass were carried out at
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
166
four weeks after transplanting. It was observed that application of endophytic
fungi improved plant height and root length by 39.9 – 56.1% and 24.1-33.3%,
respectively; as well as fresh and dry weight of chili seedlings by 44.2 - 73.9%
and 29.7 - 69.7%, respectively.
Keywords: Biological control agent, Capsicum annum, endophytic fungi, plant
growth promoting agent
PENDAHULUAN
Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura utama yang memiliki
nilai ekonomi tinggi. Peningkatan produksi cabai masih menemui kendala, baik
dalam pemilihan benih, serangan hama dan penyakit, serta kultur teknis.
Kementan RI (2017) melaporkan bahwa produksi cabai besar di Indonesia pada
tahun 2016 hanya meningkat 0.04% dari tahun 2015, sedangkan produktivitas
cabai nasional -2.05%. Angka tersebut tentu masih rendah dibandingkan dengan
kebutuhan terhadap cabai. Marnita et al. (2017) melaporkan bahwa produktivitas
tanaman yang menurun dapat disebabkan oleh faktor abiotik dan biotik, seperti
cuaca dan organisme pengganggu tanaman.
Beberapa upaya untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman diantaranya
penggunaan unsur hara, zat pengatur tumbuh, dan penggunaan mikroba
bermanfaat (Sutriati dan Saufan, 2012; Agustiansyah et al. 2013; Arinasa, 2015;
Marpaung dan Hutabarat, 2015). Mikroba yang sedang banyak diteliti manfaatnya
adalah cendawan endofit (CE), baik sebagai agens hayati maupun agens pemacu
pertumbuhan tanaman. CE merupakan cendawan yang hidup dalam jaringan
tanaman inang tanpa menimbulkan gejala penyakit (Schulz dan Boyle, 2005).
Keberadaan CE pada inangnya mempunyai hubungan spesifik, seperti promosi
pertumbuhan tanaman dan ketahanan tanaman terhadap patogen (Arnold et al.,
2003; Kavroulakis et al., 2007; Ganley et al., 2008).
CE asal tanaman cabai telah dilaporkan sebagai agens hayati untuk P.
capsici secara in vitro, F. oxsporum, antraknosa, dan layu bakteri (Paul et al.,
2012; Asniah et al., Istikorini, 2008; Irawati et al. 2016). Sementara sebagai agens
pemacu pertumbuhan, CE telah dilaporkan mampu memicu pertumbuhan benih
cabai saat perkecambahan yang ditunjukkan dengan penambahan tinggi tajuk dan
panjang akar (Ramdan et al., 2013; Irawati et al., 2017). Marnita et al. (2017)
telah melakukan pengujian CE Penicillium sp., Rhizoctonia sp., dan Geotrichum
sp. dengan berbagai metode (perendaman benih, perendaman akar, penyemprotan
daun dan penyemprotan buah) dengan hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan
produksi cabai. Malinowski dan Belesky (2000) menyatakan bahwa cara kerja CE
di alam tidaklah tunggal tetapi dalam komunitas untuk menghasilkan multi-
mekanisme yang melindungi inangnya dari lingkungan biotik dan abiotik yang
tidak mendukung. Peluang untuk memaksimalkan potensi CE masih terbuka baik
melalui kombinasi perlakuan, cara aplikasi yang tepat, formulasi yang mendukung
dan perawatan tanaman yang tepat.
Oleh karena itu, pengujian CE terhadap pertumbuhan cabai masih perlu
dilakukan baik dari metode aplikasi dan jeni CE yang berbeda. Pada penelitian ini
akan diuji depalan CE terhadap pertumbuhan bibit cabai dengan menggunakan
metode perendaman benih dan penyiraman suspensi CE di sekitar perakaran. Oleh
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
167
karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan khazanah
keilmuan mengenai manfaat CE sebagai agens pemacu pertumbuhan tanaman.
METODE PENELITIAN
Penyiapan Isolat Cendawan Endofit
CE yang digunakan terdiri dari delapan isolat, yaitu Aspergillus galur
HAG1, Penicillium galur PAB2, Penicillium galur MAG1, Fusarium galur
MAGR1, hifa steril HAJ1, hifa steril HAJ2, hifa steril PBG7, dan isolat CBG5.
Kedelapan cendawan endofit merupakan kultur koleksi dari Laboratorium
Mikologi IPB yang sebelumnya telah teruji tidak patogenik dan memiliki potensi
memacu pertumbuhan benih pada perkecambahan (Ramdan et al., 2013).
Pembuatan Suspensi Cendawan Endofit
CE yang diaplikasikan pada penelitian ini terdiri dari CE yang memproduksi
konidia dan berupa hifa steril, sehingga penyiapan suspensinya berbeda. Pada CE
yang membentuk masa konidia dilakukan pemanenan kondia dengan cara
menambahkan 10 mL akuades steril pada koloni CE yang ditumbuhkan pada
medium Potato Dextrose Agar (PDA). Pada permukaan medium digosok
menggunakan jarum ose untuk memisahkan konidium. Sementara pada CE yang
berupa hifa steril dilakukan pemanenan propagul hifa dengan cara menumbuhkan
terlebih dahulu CE pada medium Potata Dextrose Broth (PDB) yang diinkubasi
selama 7 hari pada shaker dengan kecepatan 130 rpm. Kumpulan miselium yang
tumbuh dipisahkan dari PDB dan dibilas dengan akuades steril sebanyak 3 kali.
Kemudian dimasukkan ke dalam 100 mL akuades steril dan dihancurkan
menggunakan homogenizer Ika Turrax T18 Basic pada kecepatan 3..500 – 24.000
rpm selama 5 menit hingga didapatkan suspensi yang relatif homogen.
Konesentrasi CE yang digunakan ialah 2.8 x 106 cfu mL
-1.
Aplikasi Cendawan Endofit
Benih cabai yang digunakan berasal dari varietas Gelora, yang terlebih
dahulu disterilisasi permukaan menggunakan NaOCL 1% selama 2 menit,
kemudian dibilas dengan akuades steril sebanyak 2 kali. Setiap 100 butir benih
direndam dalam 100 mL suspensi CE selama 15 jam, kemudian disemai pada baki
semai dengan medium semai komersial. Pada saat bibit cabai mencapai umur 3
minggu setelah semai (MSS). CE diaplikasikan kembali dengan penyiraman
suspensi sebanyak 10 mL per tanaman di sekitar perakaran. Akuades steril
digunakan sebagai kontrol untuk perlakuan perendaman dan penyiraman. Pada
umur 4 MSS benih cabai dipindah tanam ke polybag yang berisi media tanah
dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Pemeliharaan bibit dilakukan
dengan penyiraman tanaman secara berkala.
Variabel Pengamatan
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan bibit akibat
pengaruh CE meliputi pengukuran tinggi tanaman dan jumlah daun yang dimulai
setelah pindah tanam. Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang di atas
permukaan tanah hingga ke ujung daun termuda (pucuk) dan jumlah daun
dihitung dari daun tertua sampai daun termuda yang telah terbentuk sempurna.
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
168
Sementara panjang akar, bobot basah dan bobot kering biomassa diukur
pada akhir pengamatan pada tanaman berumur 4 minggu setelah pindah tanam
(MSPT). Panjang akar diukur dari pangkal batang sampai ujung akar, sedangkan
bobot kering diukur setelah tanaman dikeringkan pada oven selama tiga hari
dengan suhu 60 oC.
Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan
ulangan sebanyak 3 kali, setiap perlakuan terdiri dari 3 bibit. Data yang diperoleh
kemudian diolah menggunakan program SAS versi 9.1. Perlakuan yang
menunjukkan beda nyata diuji lanjut dengan uji selang berganda Duncan pada
taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aplikasi CE menunjukkan respon yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit
cabai (Tabel 1). Hasil analisis ragam menjukkan ada 5 CE (Penicillium galur
PAB2, hifa steril HAJ1, hifa steril HAJ2, hifa steril PBG7, dan isolat CBG5) yang
memiliki pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertambahan tinggi bibit cabai
dengan penambahan tinggi bibit sebesar 39.9–56.1%. Hal ini diduga CE
mempunyai kemampuan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan
memproduksi sejumlah metabolit pemacu tumbuh. Metabolit yang telah
dilaporkan mampu diproduksi oleh cendawan endofit adalah indole acetic acid
(IAA) giberelin, auksin, dan sitokinin (Dai et al. 2008; Hamayun et al. 2010;
Khan et al. 2012).
Gambar 1. Tinggi bibit cabai selama 4 minggu setelah pindah tanam
Peningkatan pertumbuhan tanaman oleh CE juga diduga adanya transfer
nutrisi yang diperoleh secara saprofitik dari rhizosfer, karena adanya
perpanjangan hifa dari silinder vascular ke rhizosfer. Caldwell et al. (2000)
menyebutkan bahwa CE bersepta gelap mampu mengakses karbon, nitrogen, dan
fospor dari rhizosper menjadi tersedia bagi inang. Penambahan tinggi tanaman
dimulai pada minggu ketiga setelah pindah tanaman, sedangkan pada minggu
0
5
10
15
20
25
30
35
1 2 3 4
Tin
gg
i ta
nm
an
(cm
)
Umur tanaman (minggu setelah pindah tanam)
Aspergillus galurHAG1
Penicillium galur PAB2
Penicillium galur MAG1
Fusarium galur MAGR1
Hifa steril HAJ1
Hifa steril HAJ2
Hifa steril PBG7
Isolat CBG5
KONTROL
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
169
pertama dan kedua setelah pindah tanaman penambahan tinggi masih belum
terlihat perbedaan yang signifikan (Gambar 1).
Pengamatan jumlah daun menunjukkan tidak terdapat beda nyata antara
aplikasi CE dengan kontrol (Tabel 1). Hal ini diduga karena umur bibit cabai pada
saat pengamatan berlangsung masih muda, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan sel daunnya belum tumbuh dengan sempurna. Meskipun demikian,
hasil pengamatan mingguan menunjukkan jumlah daun bibit cabai yang diberi
aplikasi endofit cenderung lebih banyak dibandingkan dengan kontrol (Gambar
2). Jumlah daun paling besar ditunjukkan oleh bibit cabai yang diberi aplikasi CE
hifa steril HAJ2 dan hifa steril HAJ1. Sementara jumlah daun yang lebih rendah
ditunjukkan oleh bibit cabai yang tidak diberi perlakuan (kontrol) sebesar 14.0
buah.
Gambar 2. Jumlah daun selama 4 minggu setelah pindah tanam
Hasil pengukuran bobot basah dan bobot kering biomassa menunjukkan
bahwa cendawan endofit memberikan pengaruh terhadap bobot dari bibit cabai
(Gambar 3). Perlakuan cendawan endofit menunjukkan bertambahnya bobot
basah dari bibit cabai sebesar 44.2– 73.9% dibandingkan dengan. Bobot basah
yang paling tinggi ditunjukkan oleh perlakuan hifa steril PBG7, diikuti oleh isolat
CBG5, Penicillium galur MAG1, dan hifa steril HAJ2.
Seiring dengan penambahan bobot basah bibit, bobot kering bibit juga
mengalami peningkatan bobot sebesar 29.7 – 69.7% dibandingkan dengan
kontrol. Bobot basah yang paling tinggi ditunjukkan oleh CE hifa steril PBG7,
Fusarium galur MAGR1 dan hifa steril HAJ2. Koloniasi CE telah ditemukan yang
menemukan bahwa kolonisasi cendawan endofit non-sporulasi mampu
meningkatkan biomassa akar peppermint (Mucciarelli et al., 2003), dan bobot
tajuk jagung (Varma et al., 2000).
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4
Jum
lah
dau
n
Umur tanaman (minggu setelah pindah tanam)
Aspergillus galur HAG1
Penicillium galur PAB2
Penicillium galur MAG1
Fusarium galur MAGR1
hifa steril HAJ1
hifa steril HAJ2
hifa steril PBG7
Isolat CBG5
KONTROL
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
170
0
1
2
3
4
5
6
7
Bo
bo
t (g
) /
tan
aman
Isolat cendawan endofit
Bobot basah Bobot kering
Gambar 3. Bobot basah dan kering bibit cabai setelah pemberian cendawan
endofit
Sementara itu panjang akar bibit cabai berdasarkan analisis ragam
menunjukkan adanya perbedaan nyata antara perlakuan dengan kontrol (Tabel 1),
dengan peningkatan panjang akar sebesar 24.1 – 33.3%. Akar yang paling panjang
ditunjukkan oleh bibit cabai yang diberi perlakuan hifa steril HAJ1 diikuti oleh
hifa steril HAJ2 dan hifa steril PABG7. Vasudevan et al. (2002) melaporkan
bahwa pada varietas padi IR 24, IR 50, dan Joythi terjadi peningkatan panjang
akar setelah pemberian endofit, masing-masing sebesar 47.8; 46.9; dan 44.0%.
Sesuai dengan laporan Schulz (2006) kolonisasi akar bibit Larix deciduas oleh
cendawan endofit P. fortinii dan Cryiptosporiopsis sp. signifkan dalam
meningkatkan tinggi tajuk, panjang akar, serta bobot kering akar dan tajuk.
Tabel 1 Pengaruh cendawan endofit terhadap respon pertumbuhan tanaman
Kode isolat Tinggi tajuk
(cm)1,2
Jumlah daun
Panjang akar
(cm)
Aspergillus galur HAG1 29.8±3.7ab 15.7±2.9a 17.7±1.8a
Penicillium galur PAB2 34.8±4.3a 14.7±0.6a 17.7±1.6a
Penicillium galur MAG1 29.3±2.2ab 14.3±1.5a 16.7±1.3ab
Fusarium galur MAGR1 30.8±6.7ab 14.3±0.6a 17.2±1.9a
Hifa steril HAJ1 31.2±4.5a 16.0±2.6a 18.8±0.8a
Hifa steril HAJ2 32.8±3.5a 16.3±2.1a 18.0±2.6a
Hifa steril PBG7 34.7±3.7a 15.7±1.1a 18.0±1.7a
Isolat CBG5 32.7±4.0a 15.7±0.6a 17.5±0.9a
Kontrol 22.3±7.0b 14.0±0.0a 14.1±1.5b
Keteranagan: 1rataan±standar deviasi,
2Angka-angka pada kolom yang sama yang
diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(uji selang Duncan).
KESIMPULAN
Aplikasi CE melalui perendaman benih dan penyiraman bibit memberikan
hasil positif terhadap pertumbuhan bibit cabai. Perbedaan signifikan yang
ditunjukkan dari pemberian CE adalah penambahan tinggi tajuk (39.9 – 56.1%),
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
171
panjang akar (24.1 – 33.3%), serta bobot basah (44.2 – 73.9%) dan bobot kering
(29.7 – 69.7%). Sementara CE yang konsisten mempengaruhi pertumbuhan bibit
cabai yaitu Penicillium galur PAB2, Hifa steril HAJ1, Hifa steril HAJ2, Hifa steril
PBG7, dan isolat CBG5.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didanai melalui Hibah Penelitian Unggulan Strategis Nasional,
Direktorat Perguruan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tahun 2011–2012.
DAFTAR PUSTAKA
Arnold AE, Mejia LC, Kyllo D, Rojas EI, Maynard Z, Robbins N, Herre EA.
2003. Fungal endophytes limit pathogen demage in a tropical tree. PNAS.
100:15649-15654.
Asniah, Lestari D, Mariadi, Darlian L. Potensi cendawan endofit nonpatogen asal
akar tanaman cabai (Capsicum annuum L.) sebagai biofungisida patogen
Fusarium oxysporum. Agriplus. 24(2): 177-183.
Caldwell BA, Jumpponen A, Trappe JM. 2000. Ulitization of major detrital
subrates by dark-septate, root endophytes. Mycologia. 92:230-232.
Dai C, Yu B, Li X. 2008. Screening of endophytic fungi that promote the growth
of Euphorbia pekinensis. Afr J Biotechnol. 7:3505-3510.
Ganley RJ, Sniezko RA, Newcombe G. 2008. Endophyte-mediated resistance
against white pine blister rust in Pinus monticola. Forest Ecology and
Management. http://www.cnr.uidaho.edu/crissp/CRISSP%20pdf/Ganley,%
20R.%20Endophytemediated%20resistance%20against%20white%20pin
%20blister%20rust%20publication.pdf. diakses tanggal 2012 Jun 2010.
Hamayun M, Khan SA, Khan AL, Tang DS, Hussain J, Ahmad B, Anwar Y, Lee
IJ. 2010. Growth promotion of Cucumber by pure cultures of gibberellins-
producting Phoma sp. GAH7. J Microbiol Biotechnol. 26:889-894.
Irawati AFC, Sastro Y, Sulastri, Suhartono MT, Mutaqin KH, Widodo. 2016.
Cendawan endofit yang potensial meningkatkan ketahanan cabai merah
terhadap penyakit layu bakteri. J Fitopatol Indones.12(4):133–141.
Istikorini Y. 2008. Potensi cendawan endofit untuk mengendalikan penyakit
antraknosa pada cabai (Capsicum annum L.) [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
172
Kavroulakis N, Ntougias S, Zervakis GI, Ehaliotis C, Haralampidis K,
Papadopoulou KK. 2007. Role of ethylene in the protection of tomato
plants against soil-borne fungal pathogens conferred by an endophitic
Fusarium solani strain. J Exp Bot. 58:3853-3864.
Khan SA, Hamayun M, Khan AL, Lee IJ, Shinwari ZK, Kim J. 2012. Isolation of
plant growth promoting fungi from dicots inhabiting coastal sand dunes of
Korea. J. Bot. 44:1453-1460.
Kementerian Pertanian Republik Indonesia [Kementan RI]. 2017. Produktivitas
Cabai Besar Menurut Provinsi 2012-2016.
http://www.pertanian.go.id/Datatahun/HortiATAP2016/Produktivitas%20
Cabai%20Besar.pdf. Diakses tanggal 13 November 2017.
Khan SA, Hamayun M, Khan AL, Lee IJ, Shinwari ZK, Kim J. 2012. Isolation of
plant growth promoting fungi from dicots inhabiting coastal sand dunes of
Korea. J. Bot. 44:1453-1460.
Marnita Y, Lisnawita, Hasanuddin. 2017. Potensi jamur endofit terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman cabai. Jurnal Pertanian Tropik.
4(2):1-12.
Mucciarelli M, Scannerini S, Bertea C, Maffei M. 2003. In vitro dan in vivo
peppermint (Mentha piperita) growth promotion by nonmycorrhizal fungal
colonization. New Phytol. 158:579-591.
Paul NC, Deng JX, Sang HK, Choi YP, Yu SH. 2012. Distribution and antifungal
activity of endophytic fungi in different growth stages of chili pepper
(Capsicum annuum L.) in Korea. Plant Pathol J. 28:10–19.
Ramdan EP, Widodo, Tondok ET, Wiyono S, Hidayat SH. 2013. Cendawan
endofit nonpatogen asal tanaman cabai dan potensinya sebagai agens
pemacu pertumbuhan. J Fitopatol Indones. 9(5):138–144.
Schulz B. 2006. Mutualistic Interactions with fungal root endophytes. Di Dalam:
Di dalam: Schulz BJE, Boyle CJC, Sieber TN, editor. Microbial root
endophytes. Berlin (DE): Springer-verlag. hlm 261-279.
Schulz B, Boyle C. 2005. The endophyte continuum. Mycol Res. 109:661-686.
SEMLOKNAS: Dari Lahan Sub Optimal Bersama PAGI Menuju Kemandirian Pangan Nasional
173
Varma A, Singh A, Sahay NS, Sharma J, Roy A, Kumari M, Raha D, Thakran S,
Deka D, Bharti K, Hurek T, Blechert O, Rerer KH, Kost G, Hahn A, Maier
W, Walter M, Strack D, Kranner I. 2000. Piriformospora indica: an
axenically culturable mycorrhiza-like endosymbiotic fungus. Di dalam:
Hock B, editor. The Mycota, vol IX. New York (US): Springer. hlm 125-
150.
Vasudevan P, Reddy MS, Kavitha S, Velusamy P, Paulraj RSD. 2002. Role of
biological preparations in enhacement of rice seedling growth and grain
yield. Curr Sci. 83:1140-1143.