Download - Index TK13
Pusat Perencanaan Tenaga KerjaSekretariat Jenderal - Kemnakertrans R.I.
2013
INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2013
ISBN : 978-602-7536-17-3
INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN TAHUN 2013
Diterbitkan oleh :
Pusat Perencanaan Tenaga Kerja
Sekretariat Jenderal
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Jln. Jenderal Gatot Subroto Kav. 51 Jakarta Selatan 12950
Telepon : 021-5270944
Fax : 021-5270944
Website : http://pusatptk.depnakertrans.go.id
iii
SAMBUTAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.
Tingkat keberhasilan pembangunan di berbagai bidang, seperti banyaknya penciptaan kesempatan kerja, berkurangnya tingkat penganggur terbuka, setengah penganggur, meningkatnya angkatan kerja yang terampil, meningkatnya tingkat produktivitas tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang mendapat perlindungan serta keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan lainnya. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan setiap tahunnya diperlukan alat ukur yang dapat diterapkan di seluruh Indonesia.
Salah satu ukuran keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan tersebut adalah Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini, berdasarkan Kepmenakertrans Nomor 457 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan melalui 9 (sembilan) indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja, produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja serta jaminan sosial tenaga kerja. Dari kesembilan indikator utama tersebut diasumsikan sudah dapat merefleksikan seluruh aspek ketenagakerjaan.
Hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini meningkat sebanyak 2,16 yakni dari 54,15 pada tahun 2012 meningkat menjadi 56,31 pada tahun 2013. Peningkatan indeks ini merupakan
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
iv
manifestasi kerja keras dari semua pihak, yakni Gubernur, Bupati, Walikota, seluruh pejabat dan pegawai Kemnakertrans, Kepala Dinas yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan dan seluruh jajarannya.
Kami mengharapkan para Gubernur, Bupati, Walikota memprioritaskan pembangunan bidang ketenagakerjaan agar pembangunan ketenagakerjaan semakin lebih baik, serta menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015, dan semua pihak agar mendorong pembangunan ketenagakerjaan secara intensif di daerah, terutama daerah yang indeks pembangunan ketenagakerjaan dalam tingkatan status rendah, maupun yang indikator utamanya juga masih rendah.
Akhirnya saya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pimpinan dan staf Pusat Perencanaan Tenaga Kerja dan semua pihak yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran terhadap tersusunnya Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini.
Jakarta, Oktober 2013
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia,
Drs. H.A. Muhaimin Iskandar, M.Si
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
v
KATA PENGANTAR
SEKRETARIS JENDERAL
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I.
Indeks pembangunan ketenagakerjaan ini merupakan salah satu alat ukur
yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan di setiap
daerah khususnya provinsi. Penyusunan indeks pembangunan ketenagakerjaan ini
merupakan implementasi dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, khususnya pasal 7 dan pasal 8.
Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini,
berdasarkan Kepmenakertrans Nomor 457 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Dalam pengukuran Indeks
Pembangunan Ketenagakerjaan melalui 9 (sembilan) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan
dan kompetensi kerja, produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi
lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja serta jaminan sosial tenaga
kerja. Dari kesembilan indikator utama tersebut diasumsikan sudah dapat
merefleksikan seluruh aspek ketenagakerjaan.
Berdasarkan pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
menunjukkan hasil pembangunan ketenagakerjaan yang mengalami peningkatan
nilai Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan dari 49,92 pada tahun 2011 meningkat
menjadi 54,15 pada tahun 2012 dan meningkat lagi menjadi 56,31 pada tahun 2013.
Peningkatan ini, merupakan manifestasi kerja keras dari seluruh pemangku
kepentingan, baik yang di pusat maupun di daerah. Namun demikian kita masih
harus bekerja lebih keras lagi karena Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Nasional yang dicapai masih dalam klasifikasi menengah bawah.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
vi
Penghitungan indeks pembangunan ketenagakerjaan ini dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi kebijakan dan program yang telah dilakukan oleh setiap
Pemerintah Daerah di bidang pembangunan ketenagakerjaan, serta sebagai bahan
penyusunan rencana pembangunan ketenagakerjaan ke depan. Hasil evaluasi
tersebut juga diperlukan Pemerintah Pusat sebagai bahan pembinaan Pemerintah
Daerah. Indeks pembangunan ketenagakerjaan ini juga berguna bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam kajian ketenagakerjaan pada
umumnya serta bidang ketenagakerjaan lainnya.
Pada kesempatan ini kami sampaikan penghargaan dan terima kasih kepada
pimpinan dan staf Pusat Perencanaan Tenaga Kerja, Sekretariat Jenderal,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI, semua pihak serta para pakar yang
telah membantu, sehingga buku indeks pembangunan ketenagakerjaan ini dapat
dirumuskan dengan baik.
Jakarta, Oktober 2013 Sekretaris Jenderal,
Dr. Ir. Muchtar Luthfie,MMA NIP 19541204 198212 1 001
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
vii
DAFTAR ISI
Sambutan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.......................... iii Kata Pengantar Sekretaris Jenderal Kemnakertrans RI......................... v Daftar Isi ............................................................................................... vii Daftar Tabel .......................................................................................... ix Daftar Gambar...................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1 1.1. Latar Belakang ......................................................... 1 1.2 Tujuan ...................................................................... 3 1.3 Ruang Lingkup, Metodologi dan Sumber Data........ 3 1.4 Konsep dan Definisi.................................................. 5
BAB II INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN
KETENAGAKERJAAN ......................................................
11 2.1 Indikator Utama dan Sub Indikator ......................... 11 2.1.1. Indikator Utama ......................................... 11 2.1.2. Sub Indikator .............................................. 12 2.2. Penetapan Bobot dan Kriteria Pengukuran
Indikator Utama dan Sub Indikator Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan ..............................
15 2.2.1. Penetapan Bobot Indikator Utama dan
Sub Indikator ..............................................
15 2.2.2. Kriteria Pengukuran ................................... 16
BAB III METODE PENGHITUNGAN ............................................ 23 3.1. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan 23 3.1.1. Menghitung Koefisien Masing-Masing
Indikator Utama .........................................
23 3.1.2. Menghitung Indeks Masing-Masing Sub
Indikator .....................................................
24 3.1.3. Menentukan Sub Indikator Sebelum
Pembobotan ...............................................
34 3.1.4. Menentukan Indeks Sub Indikator Setelah
Pembobotan ...............................................
35 3.1.5. Menghitung Indeks Indikator Utama......... 37 3.1.6. Menghitung Indeks Komposit Untuk
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan.....
37
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
viii
3.2. Penetapan Status Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan ......................................................
38
BAB IV PENGUKURAN INDEKS PEMBANGUNAN
KETENAGAKERJAAN ......................................................
41 4.1. Nasional ................................................................... 41 4.2. Provinsi..................................................................... 46
BAB V PENUTUP ...................................................................... 125
Lampiran Daftar Pustaka Tim Penyusun Tim Penilai Tim Pengukur
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Indikator Utama dan Sub Indikator Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan ..........................................
15
Tabel 3.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Sub Indikator Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan...........
36
Tabel 3.2 Tingkatan Status Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan.... 38 Tabel 4.1 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Nasional
Tahun 2011-2013 .................................................................
43 Tabel 4.2 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Menurut Provinsi
Tahun 2013 ..........................................................................
44 Table 4.3 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Menurut Indikator
Utama dan Provinsi Terbaik Tahun 2013 .............................
45 Table 4.4 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Aceh......... 47 Table 4.5 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Sumatera Utara ....................................................................
49 Table 4.6 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Sumatera Barat....................................................................
52 Table 4.7 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Riau......... 54 Table 4.8 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Jambi........ 56 Table 4.9 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Sumatera Selatan..................................................................
59 Table 4.10 Indeks Pembangunan KetenagakerjaanProvinsi Bengkulu... 61 Table 4.11 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Lampung.. 63 Table 4.12 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung....................................................................
65 Table 4.13 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Kepulauan Riau.....................................................................
68 Table 4.14 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
DKI Jakarta............................................................................
71 Table 4.15 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Jawa Barat............................................................................
73 Table 4.16 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Tengah..................................................................................
75 Table 4.17 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Banten..... 78 Table 4.18 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Jawa Timur ...........................................................................
80
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
x
Table 4.19 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Daerah Istimewa Yogyakarta.............................................................
83
Table 4.20 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Bali........... 85 Table 4.21 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Nusa
Tenggara Barat.....................................................................
88 Table 4.22 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Nusa
Tenggara Timur.....................................................................
90 Table 4.23 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Barat..................................................................
92 Table 4.24 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Tengah...............................................................
94 Table 4.25 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Selatan...............................................................
97 Table 4.26 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Timur.................................................................
99 Table 4.27 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Utara......................................................................
101 Table 4.28 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Tengah...................................................................
104 Table 4.29 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Selatan...................................................................
106 Table 4.30 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi
Tenggara.............................................................................
108 Table 4.31 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo 110 Table 4.32 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Barat......................................................................
113 Table 4.33 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Maluku..... 115 Table 4.34 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Maluku Utara........................................................................
117 Table 4.35 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi Papua....... 119 Table 4.36 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi
Papua Barat .........................................................................
122
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan .........................................................
39
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hasil pengukuran Indeks pembangunan ketenagakerjaan Tahun 2011
secara Nasional masih berada pada tingkatan rendah dengan indeks sebesar
49,92, kemudian pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi sebesar
54,15 dengan tingkatan status menengah bawah. Besarnya nilai indeks
pembangunan ketenagakerjaan tersebut menggambarkan adanya
keberhasilan yang dicapai dalam pembangunan ketenagakerjaan.
Keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan dapat dilihat dari semakin
mengecilnya tingkat penganggur terbuka, semakin mengecilnya tingkat
setengah penganggur, meningkatnya produktivitas tenaga kerja, semakin
sedikitnya jumlah pekerja anak, sedikit adanya peningkatan ukuran-ukuran
hubungan industrial dan pengawasan ketenagakerjaan.
Hasil pembangunan ketenagakerjaan di masing-masing provinsi di
seluruh Indonesia memiliki tingkat keberhasilan yang berbeda. Tingkat
keberhasilan pembangunan ketenagakerjaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya prioritas pemerintah daerah, ketersediaan sumber daya
manusia (SDM), baik dari sisi jumlah maupun kualitasnya, ketersediaan
sarana dan prasarana serta besarnya dukungan dari pemerintah pusat atau
lembaga lainnya. Prioritas daerah dapat dilihat dari besarnya anggaran yang
disediakan untuk pembangunan ketenagakerjaan, besarnya lembaga yang
bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan serta fokusnya kebijakan dan
program ketenagakerjaan yang dikembangkan. Hal ini berakibat langsung
terhadap hasil pembangunan di daerah dan pembangunan secara nasional.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
2
Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia masih banyak dan
kompleks, seperti masih besarnya jumlah penganggur terbuka, besarnya
jumlah setengah penganggur (bekerja kurang dari 35 jam per minggu),
terbatasnya kesempatan kerja baru, masih besarnya angkatan kerja yang
berpendidikan maksimum SD, rendahnya kualitas angkatan kerja, rendahnya
produktivitas tenaga kerja, rendahnya kesadaran perusahaan melaporkan
ketenagakerjaan, rendahnya perlindungan dan kesejahteraan pekerja dan
permasalahan ketenagakerjaan lainnya.
Permasalahan ketenagakerjaan di atas bersifat nasional. Namun harus
dipahami bahwa setiap provinsi memiliki intensitas permasalahan yang
berbeda-beda, baik mengenai juml ah maupun karakteristiknya. Pemerintah
dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi harus memiliki peta
keberhasilan dan permasalahan ketenagakerjaan secara spesifik di tiap-tiap
daerah khususnya di tingkat provinsi. Peta tersebut tercermin dari indeks
pembangunan ketenagakerjaan baik secara keseluruhan maupun masing-
masing indikator maupun sub indikator.
Indeks pembangunan ketenagakerjaan masing-masing daerah sangat
dibutuhkan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, baik sebagai dasar
evaluasi pembangunan di masing-masing daerah dan sebagai dasar
pembangunan ketenagakerjaan. Bagi pemerintah pusat, indeks
pembangunan ketenagakerjaan dapat dijadikan dasar evaluasi kebijakan dan
penyusunan program nasional pembangunan ketenagakerjaan di setiap
daerah maupun setiap fungsi ketenagakerjaan. Bagi pemerintah daerah,
indeks pembangunan ketenagakerjaan ini dapat dijadikan sebagai dasar
penyusunan kebijakan dan program yang dikembangkan, terutama fungsi
ketenagakerjaan yang dianggap kurang berhasil.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembangunan
ketenagakerjaan yang telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, serta
pembangunan ketenagakerjaan di setiap fungsi ketenagakerjaan (unit eselon
I ketenagakerjaan), maka perlu dilakukan pengukuran pembangunan
ketenagakerjaan. Untuk itu, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
perlu melakukan pengukuran indeks pembangunan ketenagakerjaan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
3
1.2. Tujuan
Penyusunan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan bertujuan untuk :
1. Mengetahui hasil pembangunan ketenagakerjaan, secara
keseluruhan di setiap Provinsi, maupun setiap fungsi
ketenagakerjaan secara Nasional;
2. Menyusun peta pembangunan ketenagakerjaan;
3. Bahan evaluasi dan penyusunan kebijakan dan program
pembangunan ketenagakerjaan;
4. Dasar pembinaan pembangunan ketenagakerjaan;
5. Dasar koordinasi antar instansi;
6. Dasar pengusulan program pembangunan ketenagakerjaan.
1.3. Ruang Lingkup, Metodologi dan Sumber Data
1.3.1. Ruang Lingkup
Penyusunan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan dilakukan
berdasarkan umpan balik (feedback) dari keberhasilan perencanaan
tenaga kerja yang telah dilakukan daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota),
sebagaimana yang diamanatkan Pasal 7 Ayat 3 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang berbunyi
bahwa dalam penyusunan kebijakan, strategi dan pelaksanaan
program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan,
pemerintah harus berpedoman pada perencanaan tenaga kerja. Hal
ini dilanjutkan dalam Pasal 8, bahwa Perencanaan tenaga kerja
disusun atas dasar informasi ketenagakerjaan yang antara lain
meliputi : a. Penduduk dan tenaga kerja; b. Kesempatan kerja;
c. Pelatihan dan kompetensi kerja; d. Produktivitas tenaga kerja; e.
Hubungan industrial; f. Kondisi lingkungan kerja; g. Pengupahan dan
kesejahteraan tenaga kerja; dan h. Jaminan sosial tenaga kerja.
Komponen ketenagakerjaan yang termaktub dalam Pasal 8 tersebut
dijadikan indikator utama dalam pengukuran Indeks Pembangunan
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
4
Ketenagakerjaan, dan setiap indikator utama diuraikan kedalam sub
indikator yang dapat mewakili keberhasilan setiap indikator utama.
1.3.2. Metodologi
Metodologi pengumpulan data dan informasi serta pengolahan
data berdasarkan :
1. Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara :
- Wawancara langsung dengan seluruh pejabat yang
bertangung jawab dibidang ketenagakerjaan Provinsi, BPS
Provinsi dan Bappeda Provinsi;
- Kepustakaan, yaitu melalui pengumpulan data laporan
tahunan yang dikeluarkan oleh dinas ketenagakerjaan
Provinsi, Bappeda dan hasil survei yang dipublikasikan oleh
BPS Provinsi, serta data dan informasi di unit teknis
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
- Permintaan khusus ke PT Jamsostek Pusat;
- Pengolahan database Survei Angkatan Kerja Nasional.
2. Pengolahan data dan informasi indeks pembangunan
ketenagakerjaan dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 457 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan.
3. Analisis indeks pembangunan ketenagakerjaan dilakukan secara
deskriptif, serta asumsi indeks setiap indikator dan sub indikator
bila:
- Kurang dari (<) 50 persen adalah kurang baik;
- 50 – 80 persen adalah cukup baik;
- Lebih dari (>) 80 persen adalah baik.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
5
1.3.3. Sumber Data
Data untuk pengukuran indeks pembangunan
ketenagakerjaan tahun 2013 ini menggunakan data tahun 2012 yang
bersumber dari :
1. Dinas yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan di 33
Provinsi;
2. Badan Pusat Statistik pusat dan daerah;
3. Unit Teknis Ketenagakerjaan di Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi R.I;
4. PT. Jamsostek pusat dan daerah.
1.4. Konsep dan Definisi
1. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan adalah suatu nilai yang
bisa menggambarkan kondisi keberhasilan pembangunan
ketenagakerjaan dan dinyatakan dalam bentuk suatu indeks
komposit yang mencakup 9 (sembilan) bidang pembangunan
ketenagakerjaan yang dianggap sangat mendasar yaitu
perencanaan tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja,
penciptaan kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja,
produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi
lingkungan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, serta
jaminan sosial tenaga kerja.
2. Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan
tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa
kerja.
3. Perencanaan Tenaga Kerja adalah proses penyusunan rencana
ketenagakerjaan secara sistematis yang dijadikan dasar dan acuan
dalam penyusunan kebijakan, strategi, dan pelaksanaan program
pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan.
4. Penduduk Usia Kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun dan
lebih.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
6
5. Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun ke
atas) yang selama seminggu sebelum pencacahan, bekerja atau
punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja dan mereka yang
tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan.
6. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang
dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus)
dalam seminggu yang lalu.
7. Penganggur Terbuka terdiri dari :
a. mereka yang mencari pekerjaan ;
b. mereka yang mempersiapkan usaha;
c. mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak
mungkin dapat pekerjaan;
d. mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai
bekerja.
8. Tingkat Penganggur Terbuka yang selanjutnya disingkat TPT,
adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap jumlah
angkatan kerja.
9. Setengah Penganggur adalah kegiatan seseorang yang bekerja
dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu).
10. Tingkat Setengah Penganggur adalah rasio jumlah setengah
penganggur terhadap jumlah penduduk yang bekerja.
11. Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
12. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
13. Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah atas
barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di
wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu.
14. Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi
kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada tingkat
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
7
keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan
kualifikasi jabatan atau pekerjaan.
15. Kompetensi Kerja adalah kemampuan kerja setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
16. Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang
terbentuk antara para pelaku dalam proses produksi barang
dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh,
dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
17. Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang selanjutnya disingkat SP/SB,
adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk
pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan,
yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta
melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
18. Lembaga Kerjasama Bipartit yang selanjutnya disebut LKS Bipartit,
adalah forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan hubungan industrial di satu perusahaan yang
anggotanya terdiri dari pengusaha dan serikat pekerja/serikat
buruh yang sudah tercatat di instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan atau unsur pekerja/buruh.
19. Peraturan Perusahaan yang selanjutnya disingkat PP, adalah
peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan.
20. Perjanjian Kerja Bersama yang selanjutnya disingkat PKB, adalah
perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat
pekerja/serikat buruh atau beberapa serikat pekerja/serikat
buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan dengan pengusaha, atau beberapa
pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
8
21. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat
yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,
perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan
kerja serta perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan.
22. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi
kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh
dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
atau akan dilakukan.
23. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disingkat SMK3, adalah bagian dari sistem
manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan
sumberdaya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang
berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien dan produktif.
24. Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang selanjutnya disebut Jamsostek,
adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk
santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari
penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai
akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja
berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan
meninggal dunia.
25. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung
dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena
hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
9
perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan
pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
26. Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan adalah kegiatan
wajib perusahaan dalam pelaporan mengenai identitas
perusahaan, hubungan ketenagakerjaan, perlindungan tenaga
kerja dan kesempatan kerja pada perusahaannya.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
11
BAB II
INDIKATOR INDEKS PEMBANGUNAN
KETENAGAKERJAAN
Pengukuran indeks pembangunan ketenagakerjaan tahun 2013
berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 457 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan. Pengukuran indeks pembangunan ketenagakerjaan didasarkan pada indikator utama dan sub indikator utama.
2.1. Indikator Utama dan Sub Indikator
2.1.1. Indikator Utama
Indikator yang digunakan dalam penyusunan indeks pembangunan ketenagakerjaan ini terdiri dari indikator utama dan sub indikator. Indikator utama merupakan gambaran aktivitas utama dalam bidang ketenagakerjaan, sebagaimana tercermin dalam Pasal 7 dan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yaitu :
a. Perencanaan tenaga kerja; b. Penduduk dan tenaga kerja; c. Kesempatan kerja; d. Pelatihan dan kompetensi kerja; e. Produktivitas tenaga kerja; f. Hubungan industrial; g. Kondisi lingkungan kerja; h. Pengupahan dan kesejahteraan pekerja; i. Jaminan sosial tenaga kerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
12
2.1.2. Sub Indikator
Sub indikator merupakan kegiatan pokok dari indikator utama, yang dianggap dapat mewakili indikator utama. Sub indikator dari tiap-tiap indikator utama adalah :
a. Perencanaan tenaga kerja terdiri dari 7 (tujuh) sub indikator : 1) Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi
Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi dan pelaksanaan pembangunan ketenagakerjaan di daerah masing-masing.
2) Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi pendidikan dan pelatihan di daerah masing-masing.
3) Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi penciptaan dan perluasan kesempatan kerja di daerah masing-masing.
4) Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi produktivitas tenaga kerja di daerah masing-masing.
5) Perencanaan Hubungan Industrial Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi hubungan industrial di daerah masing-masing.
6) Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi pengawasan tenaga kerja di daerah masing-masing.
7) Perencanaan Pengupahan dan Jaminan Sosial Sebagai acuan dan pedoman bagi pemerintah provinsi dalam rangka menyusun kebijakan, strategi pengupahan dan jamsostek di daerah masing-masing.
b. Penduduk dan tenaga kerja terdiri dari 4 (empat) sub indikator: 1) Angkatan Kerja Muda
Sebagai gambaran kemampuan pemerintah provinsi dalam mendorong peningkatan jenjang pendidikan dan kualitas calon tenaga kerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
13
2) Pekerja Anak Sebagai usaha memberikan kesempatan/mengembalikan anak yang terpaksa bekerja untuk memperoleh pendidikan baik formal maupun informal serta menghapus dan mengurangi pekerja anak dan sebagai usaha mengembangkan intelektualitas SDM yang bermutu untuk pembangunan di masa depan serta usaha menghapus dan mengurangi pekerja anak dan melindungi anak yang terpaksa bekerja agar terhindar dari bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.
3) Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Sebagai gambaran ketidakmampuan perekonomian suatu daerah, dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja bagi tambahan angkatan kerja.
4) Tingkat Setengah Penganggur Sebagai gambaran ketidakmampuan perekonomian suatu daerah, dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja sesuai jam kerja normal (minimum 35 jam per minggu).
c. Kesempatan kerja sub indikatornya adalah: 1) Kesempatan Kerja Formal
Sebagai gambaran kemampuan perekonomian suatu daerah, dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja yang memiliki hubungan kerja yang jelas (formal).
2) Kesempatan Kerja Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga Sebagai gambaran kemampuan perekonomian suatu daerah dan masyarakat dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja yang tidak memiliki hubungan kerja yang jelas (informal).
3) Tambahan Kesempatan Kerja Sebagai gambaran kemampuan perekonomian suatu daerah, dalam pembangunan ketenagakerjaan untuk menyediakan kesempatan kerja.
d. Pelatihan dan kompetensi kerja terdiri dari 2 (dua) sub indikator: 1) Kapasitas Pelatihan
Sebagai gambaran kemampuan lembaga pelatihan kerja pemerintah (BLK) di suatu daerah dalam menyelenggarakan
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
14
pelatihan kerja bagi masyarakat guna meningkatkan kemampuan, keterampilan dan kompetensi tenaga kerja.
2) Jumlah Lulusan Pelatihan Sebagai gambaran kemampuan BLK di suatu daerah dalam meluluskan peserta pelatihan.
e. Produktivitas tenaga kerja terdiri dari 1 (satu) sub indikator: Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Sebagai gambaran kemampuan pemerintah provinsi dan masyarakat dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
f. Hubungan Industrial terdiri dari 4 (empat) sub indikator: 1) Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan
Sebagai gambaran jumlah perusahaan yang menyusun peraturan perusahaan secara bipartit.
2) Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang didaftarkan Sebagai gambaran jumlah perusahaan yang menyusun sarana hubungan industrial yang mengatur kepentingan para pihak dalam mewujudkan hubungan industrial yang harmonis.
3) Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan Sebagai gambaran jumlah perusahaan yang mempunyai sarana hubungan industrial yang mampu menyelesaikan setiap perselisihan tanpa melalui pengadilan hubungan industrial.
4) Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial Sebagai gambaran ketidakmampuan perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan antara pekerja/buruh dengan pengusaha.
g. Kondisi lingkungan kerja terdiri dari 3 (tiga) sub indikator: 1) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) di perusahaan Sebagai gambaran keberhasilan perusahaan yang diaudit dalam penerapan norma keselamatan dan kesehatan kerja.
2) Jumlah Kecelakaan Kerja Sebagai gambaran perusahaan yang belum menerapkan norma keselamatan dan kesehatan kerja secara sempurna.
3) Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan Sebagai gambaran kepatuhan perusahaan dalam menerapkan Undang-Undang wajib lapor ketenagakerjaan Nomor 7 Tahun 1981.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
15
h. Pengupahan dan kesejahteraan pekerja terdiri dari 1 (satu) sub indikator yaitu: Besaran upah minimum terhadap Kebutuhan Hidup Layak (KHL) sebagai gambaran kemampuan pemerintah provinsi dalam menetapkan upah minimum mengacu pada standar kebutuhan hidup yang ditempatkan pada skala minimal, yaitu dengan mempertimbangkan KHL, kondisi pasar kerja, produktivitas makro, pertumbuhan ekonomi dan usaha yang paling tidak mampu.
i. Jamsostek terdiri dari 2 (dua) sub indikator: 1) Perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek
Sebagai gambaran kesadaran perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada pekerjanya melalui program Jamsostek.
2) Pekerja/Buruh yang menjadi anggota Jamsostek aktif Sebagai gambaran kesadaran perusahaan mengikutsertakan pekerja/buruh dalam program Jamsostek.
2.2. Penetapan Bobot dan Kriteria Pengukuran Indikator Utama dan Sub Indikator Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
2.2.1. Penetapan Bobot Indikator Utama dan Sub Indikator
Tabel 2.1 Daftar Indikator Utama dan Sub Indikator
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
INDIKATOR UTAMA (u) SUB INDIKATOR (s)
BOBOT
INDIKATOR UTAMA
SUB INDIKATOR
(Wu) (Ws)
1. Perencanaan Tenaga Kerja 15
1.1.1.1. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 40
1.1.1.2. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 10
1.1.1.3. Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 10
1.1.1.4. Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 10
1.1.1.5. Perencanaan Hubungan Industrial 10
1.1.1.6. Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja 10
1.1.1.7. Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 10
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 10
a. Angkatan Kerja Muda (Umur 15-19 Tahun) 25
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
16
INDIKATOR UTAMA (u) SUB INDIKATOR (s)
BOBOT
INDIKATOR UTAMA
SUB INDIKATOR
(Wu) (Ws)
b. Pekerja Anak 25
c. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 25
d. Tingkat Setengah Penganggur 25
3. Kesempatan Kerja 15
a. Kesempatan Kerja Sektor Formal 35
b. Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
25
c. Tambahan Kesempatan Kerja 40
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 10
a. Kapasitas Pelatihan 50
b. Jumlah Lulusan Pelatihan 50
5. Produktivitas Tenaga Kerja 10
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 100
6. Hubungan Industrial 10
a. Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan 25
b. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) didaftarkan 25
c. Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan 25
d. Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 25
7. Kondisi Lingkungan Kerja 10
a. Kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan 40
b. Penerapan SMK3 di Perusahaan 30
c. Jumlah Kecelakaan Kerja 30
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 100
9. Jamsostek 10
a. Perusahaan yang menjadi Peserta Jamsostek 50
b. Pekerja/Buruh yang menjadi Peserta Jamsostek Aktif 50
2.2.2. Kriteria Pengukuran
a. Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Pengukuran sub indikator perencanaan tenaga kerja provinsi dihitung menggunakan kriteria sebagai berikut: 1) Keberadaan unit atau tugas dan fungsi di bidang
perencanaan tenaga kerja diberikan nilai: 15;
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
17
2) Terbentuknya tim perencanaan tenaga kerja diberikan nilai: 15;dan
3) Ketersediaan buku rencana tenaga kerja yang masih berlaku diberikan nilai: 70, dengan kelengkapan informasi tentang: a) Persediaan tenaga kerja; b) Kebutuhan tenaga kerja; c) Keseimbangan tenaga kerja; d) Produktivitas tenaga kerja; dan e) Kebijakan dan program, meliputi:
(1) Umum (penciptaan kesempatan kerja, investasi, pengurangan pengangguran, dll);
(2) Kebijakan sektoral; (3) Kebijakan pelatihan; (4) Kebijakan penempatan; (5) Kebijakan pengawasan; (6) Kebijakan hubungan industrial dan jamsos; (7) Kebijakan ketenagakerjaan lainnya.
f) Akurasi perencanaan tenaga kerja dengan berbagai karakteristiknya.
b. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan Nilai maksimum 100 untuk perencanaan pendidikan dan pelatihan dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana pendidikan dan pelatihan dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan pendidikan dan pelatihan dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.
c. Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja Nilai maksimum 100 untuk perencanaan perluasan kesempatan kerja dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana perluasan kesempatan kerja dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan perluasan kesempatan kerja dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.
d. Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja Nilai maksimum 100 untuk perencanaan produktivitas tenaga kerja dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana untuk produktivitas tenaga kerja
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
18
dengan nilai 50 dan adanya anggaran untuk kegiatan produktivitas tenaga kerja dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.
e. Perencanaan Hubungan Industrial Nilai maksimum 100 untuk perencanaan hubungan industrial dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana hubungan industrial dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan hubungan industrial dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.
f. Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja Nilai maksimum 100 untuk perencanaan pengawasan tenaga kerja dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana pengawasan tenaga kerja dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan pengawasan tenaga kerja dengan nilai 50 dan akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.
g. Perencanaan Pengupahan dan Jamsos Nilai maksimum 100 untuk perencanaan pengupahan dan jamsos dicapai apabila 2 (dua) komponen terpenuhi yaitu tersedianya rencana pengupahan dan jamsos dengan nilai 50 dan adanya anggaran kegiatan pengupahan dan jamsos dengan nilai 50 serta akan mendapat nilai minimum 0 apabila kedua komponen tersebut tidak ada.
h. Angkatan Kerja Muda Besaran proporsi angkatan kerja muda (umur 15-19 tahun) diharapkan akan semakin kecil, untuk itu yang terbaik proporsi angkatan kerja muda diharapkan 0 persen dan yang terburuk diharapkan hanya sebesar 40 persen.
i. Pekerja Anak Pekerja anak diharapkan semakin berkurang dan menjadi tidak ada di negara kita, tetapi hal ini sulit dicapai. Batas toleransi maksimum tingkat partisipasi pekerja anak adalah 40 persen dan yang diharapkan adalah 0 persen (tidak ada pekerja anak).
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
19
j. Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Tingkat penganggur terbuka menggambarkan proporsi jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja atau yang sedang mencari pekerjaan. Besaran TPT ini diharapkan semakin kecil. Dalam pembangunan ketenagakerjaan besaran TPT terbaik adalah 3 persen dari total angkatan kerja dan terburuk adalah 15 persen.
k. Tingkat Setengah Penganggur Tingkat setengah penganggur menggambarkan proporsi jumlah penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan tidak termasuk yang tidak bekerja (0 jam) terhadap total penduduk yang bekerja. Besaran tingkat setengah penganggur diharapkan semakin mengecil, yang terbaik tingkat setengah penganggur hanya 10 persen dan yang terburuk 50 persen.
l. Kesempatan Kerja Sektor Formal Pekerjaan yang layak (decent work) merupakan wujud yang harus diperjuangkan oleh pemerintah, sehingga kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan. Untuk pekerja layak atau disebut formal diharapkan yang terbaik adalah mencapai 75 persen dari jumlah pekerja dan yang terburuk adalah 10 persen.
m. Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga Kesempatan kerja sektor ini, khususnya adalah kesempatan kerja dengan status berusaha sendiri, berusaha dengan dibantu anggota keluarga, dan pekerja bebas atau kesempatan kerja diluar pekerja keluarga/pekerja tidak dibayar. Kesempatan kerja sektor ini di suatu daerah yang terbaik adalah 25 persen dari total penduduk yang bekerja dan yang terburuk adalah 90 persen.
n. Tambahan Kesempatan Kerja Keberhasilan program penempatan tenaga kerja adalah ditempatkannya semua angkatan kerja. Untuk itu, yang terbaik adalah 100 persen angkatan kerja ditempatkan dan yang terburuk adalah 0 persen (tidak ada yang ditempatkan).
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
20
o. Kapasitas Pelatihan Daya tampung (kapasitas) lembaga pelatihan yang dimiliki daerah diharapkan mampu menampung penganggur terbuka yang berpendidikan SMTP-SMTA. Daya tampung BLK yang terbaik adalah 20 persen dari angkatan kerja berpendidikan maksimal SMTA dan yang terburuk adalah 0 persen.
p. Lulusan Pelatihan Lulusan dari lembaga pelatihan yang terbaik adalah sebesar 20 persen dari penganggur terbuka yang berpendidikan SMTP- SMTA dan yang terburuk adalah 0 persen.
q. Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja Produktivitas tenaga kerja merupakan rata-rata nilai barang dan jasa yang dihasilkan setiap pekerja. Produktivitas tenaga kerja terbaik adalah sebesar Rp100 juta/tenaga kerja sedangkan yang terburuk adalah sebesar Rp 5 juta/tenaga kerja.
r. Peraturan Perusahaan (PP) yang Disahkan Peraturan Perusahaan merupakan peraturan yang harus dibuat perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 10 orang, yang mengatur hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja, syarat kerja dan tata tertib. Kondisi terbaik adalah 100 persen perusahaan memiliki PP dan kondisi terburuk adalah 0 persen.
s. Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang Didaftarkan Perusahaan yang telah memiliki PP didorong untuk menyusun PKB bersama-sama dengan Serikat Pekerja. Dengan memiliki PKB, hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja disepakati bersama. Kondisi terbaik adalah 100 persen perusahaan memiliki PKB dan yang terburuk adalah 0 persen.
t. Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan Perusahaan yang mempekerjakan lebih dari 50 orang mempunyai kewajiban membentuk LKS Bipartit. Lembaga ini berfungsi sebagai forum komunikasi dan konsultasi mengenai hal ketenagakerjaan. Untuk itu, kondisi terbaik
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
21
adalah 100 persen perusahaan memiliki LKS Bipartit dan yang terburuk adalah 0 persen.
u. Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial Perselisihan hubungan industrial akan sangat mengganggu proses produksi serta terganggunya hubungan pekerja dengan perusahaan. Untuk itu, kondisi yang terbaik adalah 0 persen (tidak ada perselisihan) dan yang terburuk adalah 10 persen.
v. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaan Penerapan SMK3 di perusahaan merupakan hal yang wajib dilaksanakan. Pengauditan penerapan SMK3 ini memerlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu, kondisi terbaik adalah 5 persen (perusahaan wajib sudah diaudit penerapan SMK3nya) dan yang terburuk adalah 0 persen.
w. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang harus dihindari baik oleh pekerja maupun pengusaha karena akan sangat merugikan kedua belah pihak. Untuk itu, kondisi yang terbaik tingkat kecelakaan kerja adalah 0 persen dan yang terburuk adalah 5 persen.
x. Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan Setiap perusahaan kecil, menengah dan besar wajib melaporkan keadaan ketenagakerjaannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981. Untuk itu, kondisi terbaik adalah 100 persen (perusahaan melaporkan ketenagakerjaannya) dan yang terburuk adalah 0 persen.
y. Besaran UMP terhadap KHL Besaran upah sangat berpengaruh kepada kesejahteraan pekerja. UMP yang berfungsi sebagai jaring pengaman masih menjadi tumpuan bagi para pekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk itu, diharapkan nilai UMP secara bertahap dapat memenuhi KHL. Kondisi terbaik besaran UMP terhadap KHL adalah 100 persen dan yang terburuk adalah 0 persen.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
22
z. Perusahaan yang Menjadi Anggota Jamsostek Seluruh perusahaan selayaknya menjadi anggota Jamsostek agar bisa melindungi perusahaan dan tenaga kerjanya. Kondisi terbaik adalah 100 persen (perusahaan di wilayah tersebut seluruhnya menjadi anggota Jamsostek) dan kondisi terburuk adalah 0 persen.
aa. Pekerja/Buruh yang Menjadi Anggota Jamsostek aktif Menjadi anggota Jamsostek sangat penting bagi pekerja/buruh karena dapat menjadi jaminan terhadap kecelakaan kerja, kesehatan, hari tua dan lain-lain. Untuk itu, diharapkan seluruh pekerja/buruh perusahaan diikutsertakan menjadi anggota Jamsostek. Kondisi terbaik bila semua pekerja/buruh menjadi anggota Jamsostek adalah 100 persen dan kondisi yang terburuk adalah 0 persen.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
23
BAB III
METODE PENGHITUNGAN
3.1. Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Angka indeks pembangunan ketenagakerjaan untuk suatu daerah dihitung berdasarkan indikator utama dan sub indikator yang telah diberikan pembobotan. Proses penghitungan indeks pembangunan ketenagakerjaan terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu: 1. Menghitung koefisien masing-masing indikator utama; 2. Menghitung indeks masing-masing sub indikator; 3. Menghitung indeks indikator utama; dan 4. Menghitung indeks komposit untuk indeks pembangunan
ketenagakerjaan.
Keempat tahapan penghitungan indeks pembangunan ketenagakerjaan tersebut adalah sebagai berikut:
3.1.1. Menghitung Koefisien Masing-Masing Indikator Utama
Koefisien indikator utama dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot indikator utama dengan jumlah bobot setiap sub indikatornya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
∑
Keterangan
: Koefisien Indikator Utama ke-n : Bobot Indikator Utama ke-n : Bobot Sub Indikator dari Indikator Utama ke-n
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
24
3.1.2. Menghitung Indeks Masing-Masing Sub Indikator
Proses penghitungan indeks masing-masing sub indikator terdiri dari 3 (tiga) langkah, yakni: a. Menentukan nilai aktual sub indikator; b. Menentukan indeks sub indikator sebelum pembobotan; dan c. Menentukan indeks sub indikator setelah pembobotan.
Proses penghitungan indeks masing-masing sub indikator ini akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Menentukan Nilai Aktual Sub Indikator Nilai aktual sub indikator dihitung secara individual menggunakan berbagai formula. Berikut akan dijelaskan secara rinci proses penghitungan nilai aktual setiap sub indikator dimaksud.
1) Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi Nilai aktual perencanaan tenaga kerja provinsi merupakan penjumlahan dari ketersediaan tupoksi, tim PTK dan buku RTK yang masih berlaku, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual sub indikator PTK Provinsi di
Provinsi j Tupoksi : Unit atau Tugas Pokok dan Fungsi Tim PTK : Tim Perencanaan Tenaga Kerja Buku RTK : Buku Rencana Tenaga Kerja yang masih berlaku
2) Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan Nilai aktual sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana pendidikan dan pelatihan dengan ketersediaan anggaran kegiatan diklat yangdirumuskan sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual sub indikator rencana Diklat
dari Provinsi j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
25
3) Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja Nilai aktual sub indikator perencanaan perluasan kesempatan kerja dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana perluasan kesempatan kerja dengan ketersediaan anggaran perluasan kesempatan kerja yang dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual sub indikator perluasan
kesempatan Kerja dari Provinsi j KK : Kesempatan Kerja
4) Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja Nilai aktual sub indikator perencanaan produktivitas tenaga kerja dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana produktivitas tenaga kerja dengan ketersediaan anggaran kegiatan produktivitas tenaga kerja yang dirumuskansebagai berikut:
Keterangan :Nilai aktual sub indikator produktivitas
tenaga kerja dari Provinsi j
5) Perencanaan Hubungan Industrial Nilai aktual sub indikator perencanaan hubungan industrial dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana hubungan industrial dengan ketersediaan anggaran kegiatan HI yang dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual sub indikator hubungan
industrialdari Provinsi j HI : Hubungan industrial
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
26
6) Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja Nilai aktual sub indikator perencanaan pengawasan tenaga kerja dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana pengawasan tenaga kerja dengan ketersediaan anggaran kegiatan pengawasan tenaga kerja yang dirumuskan sebagai berikut:
Dengan : : Nilai aktual sub indikator pengawasan
tenaga kerja dari Provinsi j Wasnaker : Pengawasan tenaga kerja
7) Perencanaan Pengupahan dan Jaminan Sosial Nilai aktual sub indikator perencanaan pengupahan dan jaminan sosial dihitung dengan cara menjumlahkan ketersediaan rencana pengupahan dan jamsos dengan ketersediaan anggaran kegiatan pengupahan dan jamsos yang dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual sub indikator pengupahan dan
jamsos dari Provinsi j
8) Angkatan Kerja Muda Nilai aktual angkatan kerja muda merupakan rasio antara angkatan kerja muda (15-19 tahun) dengan penduduk usia kerja muda (15-19 tahun), yang rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual angkatan kerja muda dari
Provinsi j
MudaAK : Jumlah angkatan kerja muda
MudaPUK : Jumlah penduduk usia kerja muda
10021 xPUK
AKx
Muda
Muda
j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
27
9) Pekerja Anak Nilai aktual tingkat pekerja anak merupakan rasio antara penduduk yang bekerja di bawah 18 tahun dengan jumlah penduduk yang bekerja, yang rumusnya adalah sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual tingkat pekerja anak dari
Provinsi j ∑ : Jumlah pekerja anak ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja
10) Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) Nilai aktual TPT dihitung dengan membandingkan antara jumlah penganggur terbuka (angkatan kerja dikurangi penduduk yang bekerja) dengan total angkatan kerja menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual tingkat penganggur terbuka
dari Provinsi j ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja ∑ : Jumlah angkatan kerja
11) Tingkat Setengah Penganggur
Nilai aktual tingkat setengah penganggur dihitung dengan cara membandingkan jumlah setengah penganggur (PYB < 35 jam dalam seminggu dan tidak termasuk tidak bekerja/0 jam) dengan total penduduk yang bekerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
10022 xPYB
PYBx
Anak
j
10023 x
AK
PYBAKx j
100min/35
24 xPYB
ggujamPYBx j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
28
Keterangan : Nilai aktual tingkat setengah
penganggur dari Provinsi j ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja ∑ < 35 jam/minggu : Jumlah setengah penganggur
tidak termasuk tidak bekerja/0 jam
12) Penciptaan Kesempatan Kerja Sektor Formal
Nilai aktual penciptaan kesempatan kerja sektor formal merupakan rasio antara jumlah penduduk yang bekerja sektor formal (berusaha dengan buruh dan pekerja/buruh/karyawan) dengan jumlah penduduk yang bekerja.
Keterangan : Nilai aktual tingkat penciptaan KK sektor
formal Dari Provinsi j ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja sektor
formal ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja
13) Penciptaan Kesempatan Kerja Sektor InformalTidak
Termasuk Pekerja Keluarga Nilai aktual penciptaan kesempatan kerja sektor informal tidak termasuk pekerja keluarga merupakan selisih antara total penduduk yang bekerja (tanpa pekerja keluarga) dengan penduduk yang bekerja di sektor formal dibagi dengan total penduduk yang bekerja.
Keterangan : Nilai aktual tingkat penciptaan KK sektor
Informal dari Provinsi j
100
.32 x
PYB
PYBSFKelPekPYBx j
10031 xPYB
PYBSFx j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
29
∑ : Jumlah penduduk yang bekerja sektor formal
∑ : Jumlah penduduk yang bekerja Pek.Kel : Pekerja Keluarga
14) Tambahan Kesempatan Kerja Nilai aktual tambahan kesempatan kerja merupakan perbandingan antara penduduk yang bekerja dengan angkatan kerja.
Keterangan : Nilai aktual tingkat tambahan kesempatan
kerja dari Provinsi j ∑ : Jumlah penduduk yang bekerja ∑ : Jumlah angkatan kerja
15) Kapasitas Pelatihan Nilai aktual kapasitas pelatihan merupakan perbandingan antara daya tampung BLK dengan penganggur terbuka yang berpendidikan SMTP sampai dengan SMTA.
Keterangan : Nilai aktual tingkat kapasitas pelatihan
dari Provinsi j DTP : Daya tampung lembaga pelatihan BLK : Penganggur terbuka (SMTP-SMTA)
16) Lulusan Pelatihan Lulusan pelatihan dihitung dengan cara membandingkan total lulusan peserta pelatihan dengan penganggur terbuka yang berpendidikan SMTP sampai dengan SMTA.
10033 xAK
PYBx j
10041 xPT
DTPx
SMTASMTP
BLKj
10042 xPT
LPPx
SMTASMTP
j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
30
Keterangan : Nilai aktual tingkat lulusan pelatihan dari
Provinsi j LPP : Lulusan peserta pelatihan : Penganggur terbuka (SMTP-SMTA)
17) Produktivitas Tenaga Kerja Nilai aktual produktivitas tenaga kerja dihitung dengan membandingkan produk domestik regional bruto (PDRB) dengan total penduduk yang bekerja menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual produktivitas tenaga kerja dari
Provinsi j PDRB ADHK : Produk Domestik Regional Bruto Atas
Dasar Harga Konstan PYB : Penduduk yang bekerja
18) Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan Nilai aktual jumlah PP yang disahkan dihitung dengan cara membandingkan jumlah perusahaan wajib lapor yang telah memiliki PP dengan total perusahaan wajib lapor menggunakan rumus:
Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan wajib lapor
yang mempunyai PP dari Provinsi j ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor yang
mempunyai PP yang disahkan ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor
X51j= PDRB ADHK
PYB
10061 xPW
PWPPx j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
31
19) Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang didaftarkan Untuk menghitung jumlah perjanjian kerja bersama (PKB) yang didaftarkan adalah dengan membandingkan jumlah perusahaan wajib lapor yang telah memiliki PKB dengan total perusahaan wajib lapor menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan wajib lapor
yang mempunyai PKB dari Provinsi j ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor yang
mempunyai PKB ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor
20) Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan
Nilai aktual jumlah LKS Bipartit di perusahaan dihitung dengan membandingkan antara jumlah perusahaan menengah dan besar yang wajib lapor dan memiliki LKS Bipartit dengan total perusahaan wajib lapor menggunakan rumus:
Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan wajib lapor
yang mempunyai lembaga bipartit dari Provinsi j
∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor yang mempunyai LKS Bipartit
∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor
21) Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial Untuk menghitung jumlah perselisihan hubungan industrial dilakukan dengan membandingkan total perselisihan hubungan industrial dengan total perusahaan wajib lapor menggunakan rumus:
10062 xPW
PWPKBx j
10063 xPW
PWBTx j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
32
Keterangan : : Nilai aktual tingkat perselisihan hubungan
industrial dari Provinsi j ∑ : Jumlah perselisihan HI ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor
22) Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Perusahaan Dihitung dengan membandingkan jumlah perusahaan yang diaudit penerapan SMK3 dengan total perusahaan wajib lapor menggunakanrumus:
Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan wajib lapor
yang menerapkan SMK3 dari Provinsi j ∑ : Jumlah perusahaan yang diaudit
menerapkan SMK3 ∑ : Jumlah perusahaan wajib lapor
23) Jumlah Kecelakaan Kerja Penghitungan jumlah kecelakaan kerja dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja di perusahaan wajib lapor dengan total tenaga kerja di perusahaan wajib lapor.
Keterangan : Nilai aktual tingkat kecelakaan kerja pada
perusahaan wajib lapor dari Provinsi j
10064 xPW
PHIx j
1003
71 xPW
PWSMKx j
10072 xTKPW
TKKKx j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
33
∑ : Jumlah tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja pada perusahaan wajib lapor
∑ : Jumlah tenaga kerja pada perusahaan wajib lapor
24) Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan
Dihitung dengan membandingkan antara jumlah perusahaan wajib lapor dengan total perusahaan kecil, menengah dan besar.
Keterangan
jx73 : Nilai aktual tingkat kepatuhan perusahaan
wajibketenagakerjaan di perusahaan dari Provinsi j
PW : Jumlah perusahaan wajib lapor
BesarKecilP : Jumlah perusahaan kecil, menengah dan
besar
25) Besaran UMP terhadap KHL Besaran UMP terhadap KHL dihitung dengan cara membandingkan besaran UMP dengan KHL menggunakan rumus:
Keterangan : Nilai aktual tingkat besaran UMP dari
Provinsi j : Upah minimum Provinsi : Kebutuhan hidup layak
26) Perusahaan yang menjadi Peserta Jamsostek Untuk menghitung perusahaan yang menjadi peserta Jamsostek dilakukan dengan cara membandingkan total
10073 xP
PWx
BesarKecil
j
10081 xKHL
UMPx j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
34
perusahaan yang menjadi peserta Jamsostek dengan total perusahaan wajib Jamsostek menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Nilai aktual tingkat perusahaan yang
menjadi peserta Jamsostek dari Provinsi j ∑ : Jumlah perusahaan yang menjadi peserta
Jamsostek aktif
PWJ : Jumlah perusahaan wajibJamsostek
27) Pekerja/Buruh yang menjadi Peserta Jamsostek aktif
Untuk menghitung pekerja/buruh yang menjadi peserta Jamsostek aktif adalah dengan membandingkan total pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek aktif dengan total pekerja/buruh di perusahaan wajib lapor.
Keterangan : Nilai aktual tingkat pekerja/buruh yang
menjadi peserta Jamsostek dari Provinsi j ∑ : Jumlah pekerja/buruh yang menjadi
peserta Jamsostek aktif ∑ : Jumlah pekerja/buruh di perusahaan wajib
lapor
3.1.3. Menentukan Indeks Sub Indikator Sebelum Pembobotan
Indeks sub indikator sebelum pembobotan dihitung berdasarkan perbandingan antara selisih nilai aktual suatu sub indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum sub indikator yang bersangkutan menggunakan rumus sebagai berikut:
10091 xPWJ
PWJSTKx j
10092 xTKPW
TKJSTKx j
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
35
Keterangan
: Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama
ke-n dari daerah j sebelum pembobotan; dengan n=Indikator Utama;
j = Provinsi; i =Sub Indikator
: Nilai aktual sub indikator ke-i untuk indikator utama ke-n
dari Provinsi-j
: Nilai minimum sub indikator ke-i
: Nilai maksimum sub indikator ke-i
Nilai maksimum dan minimum dari setiap sub indikator indeks pembangunan ketenagakerjaan dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3.1.
3.1.4. MenentukanIndeks Sub Indikator Setelah Pembobotan
Indeks sub indikator setelah pembobotan dihitung berdasarkan karakteristik dari masing-masing sub indikator. Jadi, formula yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sub indikator, yakni sebagai berikut:
1) Jika nilai aktual sub indikator atau tingkat capaian sub indikator diharapkan tinggi digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan : Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama
ke-n dari Provinsi j setelah pembobotandengan n : Indikator utama j : Provinsi i : Sub indikator : Bobot sub indikator ke-i untuk
indikator utama ke-n dari Provinsi j : Indeks sub indikator ke-i untuk
indikator utama ke-n dari Provinsi j sebelum pembobotan
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
36
Tabel 3.1 Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Sub Indikator
Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
No Sub Indikator Nilai
Maksimum Nilai
Minimum Ket.*)
(xmax) (xmin)
1 Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi 100 0 %
2 Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 0 %
3 Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 0 %
4 Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 0 %
5 Perencanaan Hubungan Industrial 100 0 %
6 Perencanaan Pengawasan Tenaga Kerja 100 0 %
7 Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 0 %
8 Angkatan Kerja Muda 40 0 %
9 Pekerja Anak 40 0 %
10 Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 15 3 %
11 Tingkat Setengah Penganggur 50 10 %
12 Kesempatan Kerja Sektor Formal 75 10 %
13 Kesempatan Kerja Sektor InformalTidak Termasuk Pekerja Keluarga
90 25 %
14 Tambahan Kesempatan Kerja 100 0 %
15 Kapasitas Pelatihan 20 0 %
16 Jumlah Lulusan Pelatihan 20 0 %
17 Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 100 5 Juta/TK
18 Peraturan Perusahaan (PP) yang disahkan 100 0 %
19 Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang didaftarkan 100 0 %
20 Lembaga Kerja Sama (LKS) Bipartit di Perusahaan 100 0 %
21 Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 10 0 %
22 Penerapan SMK3 di Perusahaan 5 0 %
23 Jumlah Kecelakaan Kerja 5 0 %
24 Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 100 0 %
25 Besaran Upah Minimum terhadap KHL 100 0 %
26 Perusahaan yang Menjadi Anggota Jamsostek Aktif 100 0 %
27 Pekerja/Buruh yang Menjadi Anggota Jamsostek Aktif 100 0 %
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
37
2) Jika nilai aktual sub indikator atau tingkat capaian sub indikator diharapkan rendah digunakan rumus sebagai berikut:
( )
Keterangan : Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama
ke-n dari Provinsi j setelah pembobotan dengan n = Indikator utama
j = Provinsi i = Sub indikator : Bobot sub indikator ke-i untuk indikator utama
ke-n dari Provinsi j : Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama
ke-n dari Provinsi j sebelum pembobotan
3.1.5. Menghitung Indeks Indikator Utama
Indeks indikator utama merupakan perkalian dari koefisien indikator utama dengan total indeks sub indikator. Rumusnya adalah sebagai berikut:
(∑ )
Keterangan : Indeks indikator utama ke-n dari Provinsi j
: Koefisien indikator utama ke-n dari Provinsi j
: Indeks sub indikator ke-i untuk indikator utama ke-n dari
Provinsi j setelah pembobotan; dengan n = Indikator utama
i = Sub indikator j = Provinsi
3.1.6. Menghitung Indeks Komposit untuk Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Indeks komposit indeks pembangunan ketenagakerjaan merupakan total dari indeks indikator utama. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
38
∑
Keterangan
: Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan dari Provinsi j
: Indeks indikator utama ke-n dari Provinsi j,
Dengan n = Indikator utama j = Provinsi
Seluruh tahapan penghitungan indeks pembangunan ketenagakerjaan tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar 3.1.
3.2. Penetapan Status Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Sebagai tahap akhir pengukuran indeks pembangunan ketenagakerjaan adalah menentukan status daerah yang menjadi objek pengukuran. Untuk tingkat provinsi statusnya dibedakan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu:
a. Rendah (< 50);
b. Sedang atau menengah (antara 50 dan 80); dan
c. Tinggi (80 ke atas).
Untuk keperluan perbandingan antar daerah, status menengah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu menengah bawah dan menengah atas dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.2
Tingkatan Status Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Tingkatan Status Kriteria
Rendah ≤ 49,99
Menengah bawah 50,00 − 65,99
Menengah atas 66,00 – 79,99
Tinggi ≥ 80,00
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
39
Gambar 3.1 Kerangka Pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
PROPINSI ‘X’
PROPINSI ‘X’
INDIKATOR UTAMA
SUB INDIKATOR
BOBOT INDIKATOR UTAMA (Wu)
HITUNG KOEFISIEN
n
n
nWs
Wuk
KOEFISIEN INDIKATOR UTAMA (kn)
HITUNG INDEKS INDIKATOR UTAMA
jinjnjn IsukIu ,,,,
INDEKS INDIKATOR UTAMA (Iu)
HITUNG INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI
‘X’
jnj IuIPK ,
INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN PROPINSI ‘X’
(IPK j)
NILAI MAKS & MIN SUB INDIKATOR (Xmax & Xmin)
HITUNG INDEKS SUB INDIKATOR SEBELUM BOBOT
minmax
min,,
,,xx
xxuIxu
jin
jin
INDEKS SUB INDIKATOR SEBELUM BOBOT (Ixu)
HITUNG INDEKS SUB INDIKATOR SETELAH BOBOT
ATAU
jinjinjin IxuWsuIsu ,,,,,,
)( ,,,,,,,, jinjinjinjin IxuWsuWsuIsu
INDEKS SUB INDIKATOR SETELAH BOBOT (Isu)
BOBOT SUB
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
41
BAB IV
PENGUKURAN INDEKS
PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
4.1. Nasional Nilai indeks pembangunan ketenagakerjaan secara Nasional dalam
rentang waktu 3 (tiga) tahun terakhir menunjukkan peningkatan yang cukup
besar meskipun masih berada pada tingkatan status menengah bawah.
Dalam periode 2011-2013 telah terjadi peningkatan indeks sebesar 6,39 dari
49,92 tahun 2011 menjadi 56,31 tahun 2013.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja nilai indeksnya berfluktuatif
selama periode tiga tahun tersebut. Pada tahun 2011 indeks indikator utama
perencanaan tenaga kerja sebesar 9,25 meningkat tahun 2012 menjadi
sebesar 11,20. Tahun 2013 terjadi penurunan menjadi sebesar 10,75, hal ini
disebabkan ada beberapa provinsi yang belum memiliki buku RTK Provinsi
atau sudah habis masa berlakunya.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja nilai indeksnya juga
berfluktuatif. Tahun 2011 nilai indeksnya sebesar 5,68 mengalami penurunan
tahun 2012 menjadi sebesar 5,48 dan kembali meningkat tahun 2013 menjadi
sebesar 5,66. Nilai indeks indikator utama penduduk dan tenaga kerja ini
banyak dipengaruhi oleh rendahnya pekerja anak dan tingkat penganggur
terbuka secara keseluruhan.
Indikator utama kesempatan kerja merupakan salah satu indikator
utama yang mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2011
nilai indeksnya sebesar 9,92 kemudian meningkat tahun 2012 menjadi
sebesar 10,53 dan tahun 2013 meningkat kembali menjadi sebesar 10,75. Hal
ini didukung oleh meningkatnya ketiga sub indikatornya.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja juga mengalami
peningkatan nilai indeksnya dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2011 sub
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
42
indikatornya masih terdiri dari 3 (tiga) sub indikator dengan nilai indeks
sebesar 2,80. Tahun 2012 dan 2013 sub indikatornya berkurang satu menjadi
dua sub indikator tetapi nilai indeksnya tetap mengalami peningkatan
menjadi sebesar 3,90 tahun 2012 dan 4,72 tahun 2013. Nilai indeks indikator
utama pelatihan dan kompetensi kerja ini masih rendah dalam tiga tahun
terakhir yang menunjukkan belum dioptimalkannya keberadaan BLK milik
pemerintah dalam melakukan pelatihan tenaga kerja.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja merupakan indikator utama
yang dalam tiga tahun terakhir nilai indeksnya paling rendah. Tahun 2011
indeksnya sebesar 1,59 meningkat tahun 2012 menjadi sebesar 1,73 dan
tahun 2013 meningkat kembali menjadi sebesar 1,86. Masih rendahnya
angka indeks indikator utama produktivitas tenaga kerja ini menunjukkan
bahwa secara umum produktivitas tenaga kerja di Indonesia masih rendah.
Indikator utama hubungan industrial dalam tiga tahun terakhir nilai
indeksnya terendah kedua setelah indikator utama produktivitas tenaga
kerja. Tahun 2011 indeksnya sebesar 1,68 mengalami peningkatan tahun
2012 menjadi sebesar 2,86 kemudian meningkat kembali tahun 2013 menjadi
sebesar 3,36. Angka indeks indikator utama hubungan industrial ini masih
sangat rendah karena hanya sub indikator jumlah perselisihan hubungan
industrial saja yang memberikan kontribusi yang cukup baik sedangkan sub
indikator lainnya kontribusinya masih kurang baik.
Indikator utama ketujuh yakni kondisi lingkungan kerja nilai indeksnya
secara keseluruhan terus mengalami peningkatan tetapi termasuk kedalam
kelompok indeks yang masih rendah. Tahun 2011 dengan 2 (dua) sub
indikator indeksnya sebesar 5,02 mengalami penurunan menjadi sebesar 3,71
tahun 2012 dengan 3 (tiga) sub indikator. Tahun 2013 indeksnya mengalami
peningkatan meskipun kecil menjadi sebesar 3,73.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja merupakan
indikator utama yang konsisten meningkat dengan nilai yang baik. Tahun
2011 indeksnya sebesar 8,47 meningkat menjadi sebesar 8,93 tahun 2012
kemudian meningkat lagi tahun 2013 menjadi sebesar 9,33.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
43
Tabel. 4.1 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Nasional
Tahun 2011-2013
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR
NILAI AKTUAL INDEKS INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR 2011 2012 2013
2011 2012 2013
1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,25 11,20 10,75
PTK Provinsi 28,03 66,26 63.81 1,68 3,98 3.83
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 86,36 84,85 82.12 1,30 1,27 1.23
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 86,36 83,94 77.88 1,30 1,26 1.17
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 81,82 81,21 73.64 1,23 1,22 1.10
Perencanaan Hubungan Industrial 87,88 80,45 81.36 1,32 1,21 1.22
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 87,88 82,58 80.76 1,32 1,24 1.21
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 74,24 68,94 65.61 1,11 1,03 0.98
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,68 5,48 5,66
Angkatan Kerja Muda 33,54 35,43 33.17 0,43 0,32 0.46
Pekerja Anak 0,11 3,87 4.07 2,49 2,26 2.25
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 6,55 5,75 5.33 1,76 1,91 2.01
Tingkat Setengah Penganggur 33,96 34,39 35.06 1,00 0,99 0.95
3. Kesempatan Kerja 9,92 10,53 10,75
Kesempatan Kerja Sektor Formal 32,91 37,72 39.10 1,85 2,24 2.35
Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
47,34 44,21 42.85 2,46 2,64 2.72
Tambahan Kesempatan Kerja 93,45 94,25 94.67 5,61 5,66 5.68
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,80 3,90 4,72
Kapasitas Pelatihan 5,51 12,65 13.01 0,96 2,71 2.90
Jumlah Lulusan Pelatihan 2,00 5,71 7.33 0,25 1,19 1.83
Jumlah Lulusan Pelatihan Yang Ditempatkan 39,61 - 1,58
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,59 1,73 1,86
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja (Juta Rp.) 20.15 21.41 22.69 1,59 1,73 1.86
6. Hubungan Industrial 1,68 2,86 3,36
PP Yang Disahkan 14,12 14,96 18.20 0,28 0,37 0.46
PKB Yang Didaftarkan 4,08 4,58 4.72 0,08 0,11 0.12
LKS Bipartit di Perusahaan 4,64 24,86 34.44 0,09 0,61 0.86
SP/SB di Perusahaan 7,56 - 0,15
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2,87 2,94 2.28 1,07 1,76 1.93
7. Kondisi Lingkungan Kerja 5,02 3,71 3,73
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan
11,71 13.15 - 0,47 0.53
Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,63 0,87 0.79 0,63 0,52 0.47
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,61 0,47 0.45 4,39 2,72 2.73
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,47 8,93 9,33
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 85,02 90,28 98.82 8,47 8,93 9.33
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,50 5,81 6,14
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 55,23 58,34 66.52 2,64 2,92 3.19
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 58,90 61,11 60.93 2,86 2,89 2.95
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan 49,92 54,15 56,31
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
44
Tabel 4.2 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Menurut Provinsi
Tahun 2013
Provinsi Indeks
Pembangunan Ketenagakerjaan
Peringkat Tingkatan
Status
D.K.I. Jakarta 64.83 1 Menengah bawah
Kepulauan Riau 64.14 2 Menengah bawah
Kalimantan Tengah 62.01 3 Menengah bawah
D.I. Yogyakarta 61.58 4 Menengah bawah
Bali 61.21 5 Menengah bawah
Sulawesi Tengah 60.67 6 Menengah bawah
Bengkulu 60.61 7 Menengah bawah
Jambi 60.01 8 Menengah bawah
Kalimantan Timur 59.62 9 Menengah bawah
Kalimantan Selatan 59.49 10 Menengah bawah
Sulawesi Tenggara 59.07 11 Menengah bawah
Sumatera Barat 58.83 12 Menengah bawah
Kepulauan Bangka Belitung 58.79 13 Menengah bawah
Papua Barat 57.96 14 Menengah bawah
Jawa Timur 57.73 15 Menengah bawah
Sulawesi Utara 57.10 16 Menengah bawah
Riau 56.23 17 Menengah bawah
Banten 56.13 18 Menengah bawah
Jawa Barat 55.98 19 Menengah bawah
Sulawesi Selatan 55.39 20 Menengah bawah
Sumatera Utara 54.67 21 Menengah bawah
Gorontalo 54.44 22 Menengah bawah
Jawa Tengah 53.35 23 Menengah bawah
Sulawesi Barat 53.31 24 Menengah bawah
Aceh 52.96 25 Menengah bawah
Maluku Utara 52.83 26 Menengah bawah
Nusa Tenggara Timur 52.42 27 Menengah bawah
Sumatera Selatan 52.23 28 Menengah bawah
Papua 50.48 29 Menengah bawah
Lampung 49.52 30 Rendah
Nusa Tenggara Barat 49.49 31 Rendah
Maluku 47.75 32 Rendah
Kalimantan Barat 47.25 33 Rendah
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
45
Indikator utama terakhir, jaminan sosial tenaga kerja nilai indeksnya
mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2011 indeks
indikator utama ini sebesar 5,50 meningkat pada tahun 2012 menjadi sebesar
5,81 dan tahun 2013 meningkat kembali menjadi sebesar 6,14. Peningkatan
nilai indeks indikator utama jaminan sosial tenaga kerja ini diharapkan
berpengaruh terhadap perbaikan jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh
tenaga kerja di Indonesia.
Indeks pembangunan ketenagakerjaan tahun 2013 menurut provinsi
menunjukkan Provinsi DKI Jakarta menempati peringkat pertama dengan nilai
indeks sebesar 64,83 diikuti Provinsi Kepulauan Riau di peringkat kedua
dengan nilai indeks sebesar 64,14 dan peringkat ketiga ditempati Provinsi
Kalimantan Tengah dengan nilai indeks sebesar 62,01. Provinsi Nusa Tenggara
Barat menempati peringkat ketigapuluh dengan nilai indeks sebesar 49,49,
Provinsi Maluku berada di peringkat 31 (tiga puluh satu) dengan nilai indeks
sebesar 47,75 dan peringkat terakhir Provinsi Kalimantan Barat dengan nilai
indeks sebesar 47,25. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel. 4.3 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Menurut Indikator Utama dan Provinsi Terbaik Tahun 2013
Indikator Utama Provinsi
1. Perencanaan Tenaga Kerja DI Yogyakarta
2. Penduduk dan Tenaga Kerja Kepulauan Riau
3. Kesempatan Kerja Kepulauan Riau
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja Kalimantan Tengah
5. Produktivitas Tenaga Kerja DKI Jakarta
6. Hubungan Industrial Sulawesi Utara
7. Kondisi Lingkungan Kerja Riau
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja Sulawesi Utara
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja Riau
Dari kesembilan indikator utama indeks pembangunan ketenagakerjaan
tahun 2013, Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi terbaik pada
indikator utama perencanaan tenaga kerja. Terbaik pada indikator utama
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
46
penduduk dan tenaga kerja dan kesempatan kerja diperoleh oleh Provinsi
Kepulauan Riau. Untuk indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja,
Provinsi Kalimantan Tengah merupakan yang terbaik. Provinsi DKI Jakarta
memperoleh indeks terbaik pada indikator utama produktivitas tenaga kerja.
Untuk indikator utama hubungan industrial dan pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, Provinsi Sulawesi Utara merupakan yang terbaik.
Sementara itu, Provinsi Riau memperoleh terbaik pada indikator utama
kondisi lingkungan kerja dan jaminan sosial tenaga kerja.
4.2. Provinsi
Hasil pengukuran Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan tiap-tiap
provinsi secara lengkap diuraikan di bawah ini.
4.2.1. Pemerintah Aceh
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Aceh adalah
sebesar 52,96 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-25 dari 33
provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja dan jaminan sosial tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan
pelatihan dan perencanaan hubungan industrial.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub
indikator tambahan kesempatan kerja, dan cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal dan sektor informal tidak termasuk pekerja keluarga.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
Pemerintah Aceh dikarenakan tingginya persentase upah minimum provinsi
terhadap kebutuhan hidup layak.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
47
Tabel.4.4 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Pemerintah Aceh
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI
AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,71
PTK Provinsi 71,07 4,26
21
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 50 0.75
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 50 0.75
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,76
Angkatan Kerja Muda 21.52 1.15
32 Pekerja Anak 1.97 2.38
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 9.10 1.23
Tingkat Setengah Penganggur 50.63 0.00
3. Kesempatan Kerja 10,58
Kesempatan Kerja Sektor Formal 40.22 2.44
15 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
43.44 2.69
Tambahan Kesempatan Kerja 90.90 5.45
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,15
Kapasitas Pelatihan 5.78 1.45 26
Jumlah Lulusan Pelatihan 2.81 0.70
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,62
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 20,349,760 1,62 13
6. Hubungan Industrial 4,37
PP Yang Disahkan 13.31 0.33
3 PKB Yang Didaftarkan 3.68 0.09
LKS Bipartit di Perusahaan 57.89 1.45
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.00 2.50
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,36
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 7,20 0,29
23 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,38 0,23
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,27 2,84
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,48
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 98,84 9,48 22
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,93
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 57.58 2.88 18
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 61.00 3.05
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 52,96 25
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
48
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan cukup baiknya sub indikator perusahaan yang
menjadi anggota jamsostek dan pekerja/buruh yang menjadi anggota
jamsostek.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan
dan kompetensi kerja, kondisi lingkungan kerja, hubungan industrial, dan
penduduk dan tenaga kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Pemerintah
Aceh.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan sedikitnya jumlah lulusan
pelatihan.
4.2.2. Provinsi Sumatera Utara
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sumatera
Utara adalah sebesar 54,67 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-21
dari 33 provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator
utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan kesejahteraan
pekerja, kesempatan kerja, dan penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama Perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan
pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial dan
pengupahan dan jaminan sosial tenaga kerja.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi tertinggi kedua, karena tingginya persentase upah minimum
provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
49
Tabel.4.5 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Sumatera Utara
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,61
PTK Provinsi 71 4.26
14
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,16
Angkatan Kerja Muda 41.78 0.00
26 Pekerja Anak 6.26 2.11
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 6.20 1.83
Tingkat Setengah Penganggur 30.52 1.22
3. Kesempatan Kerja 10,89
Kesempatan Kerja Sektor Formal 40.09 2.43
11 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
40.88 2.83
Tambahan Kesempatan Kerja 93.80 5.63
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 1,56
Kapasitas Pelatihan 4.27 1.07 30
Jumlah Lulusan Pelatihan 1.95 0.49
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,93
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 23,377,509 1.93 6
6. Hubungan Industrial 3,97
PP Yang Disahkan 12.44 0.31
8 PKB Yang Didaftarkan 3.46 0.09
LKS Bipartit di Perusahaan 47.46 1.19
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.44 2.39
7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,60
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 6.44 0.26
4 Penerapan SMK3 di Perusahaan 3.00 1.80
Jumlah Kecelakaan Kerja 0.76 2.54
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 124.22 10,00 2
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,94
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 41.02 2.05 24
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 57.80 2.89
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 54,67 21
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
50
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub
indikator tambahan kesempatan kerja, dan cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal dan sektor informal tidak termasuk pekerja keluarga.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,
produktivitas tenaga kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, dan
jaminan sosial tenaga kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan sedikitnya jumlah
lulusan pelatihan.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sumatera
Utara.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sumatera
Utara karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan dan sedikitnya
Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan.
4.2.3. Provinsi Sumatera Barat Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sumatera
Barat adalah sebesar 58,83 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-12
dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja,
kesempatan kerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan tenaga
kerja.
Indikator utama Perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan
pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
pengawasan ketenagakerjaan, perencanaan pengupahan dan jamsos dan
perencanaan hubungan industrial.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
51
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi kedua tertinggi dalam penentuan indeks keseluruhan Provinsi
Sumatera Barat dengan tingginya persentase upah minimum provinsi
terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub
indikator tambahan kesempatan kerja dan cukup berkembangnya
kesempatan kerja sektor informal tidak termasuk pekerja keluarga.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan baiknya sub indikator perusahaan yang menjadi
anggota jamsostek dan cukup baiknya pekerja/buruh yang menjadi anggota
jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi
lingkungan kerja, hubungan industrial, dan pelatihan dan kompetensi kerja
ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sumatera Barat.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena rendahnya
kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan dan penerapan SMK3.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sumatera
Barat karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan dan sedikitnya
Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
52
Tabel.4.6 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Sumatera Barat
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,84
PTK Provinsi 67,36 4,04
11
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 90 1.35
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,69
Angkatan Kerja Muda 25.02 0.94
16
Pekerja Anak 2.71 2.33
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 6.52 1.77
Tingkat Setengah Penganggur 39.55 0.65
3. Kesempatan Kerja 9,99
Kesempatan Kerja Sektor Formal 35.68 2.07
25 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
49.96 2.31
Tambahan Kesempatan Kerja 93.48 5.61
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 4,88
Kapasitas Pelatihan 14.41 3.60 16
Jumlah Lulusan Pelatihan 5.11 1.28
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,74
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 21,549,418 1,74 9
6. Hubungan Industrial 4,24
PP Yang Disahkan 18.81 0.47
6 PKB Yang Didaftarkan 8.45 0.21
LKS Bipartit di Perusahaan 77.50 1.94
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 3.53 1.62
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,17
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 4,17 0,17 28 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,74 0,44
Jumlah Kecelakaan Kerja 1,14 2,56
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 104.62 10,00 12
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7,29 9
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 85.56 4,28 9
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 60.24 3,01
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 58,83 12
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
53
4.2.4. Provinsi Riau
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Riau
adalah sebesar 56,23 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-17 dari 33
provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu
kesempatan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, jaminan sosial
tenaga kerja, penduduk dan tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub
indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja
keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi kedua tertinggi dalam penentuan indeks keseluruhan Provinsi Riau
dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan
hidup layak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
baik dikarenakan baiknya sub indikator perusahaan yang menjadi anggota
jamsostek dan pekerja/buruh yang menjadi anggota jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya penerapan SMK3 di perusahaan dan rendahnya
jumlah kecelakaan kerja.
Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,
perencanaan tenaga kerja, hubungan industrial, dan produktivitas tenaga
kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan sedikitnya jumlah
lulusan pelatihan.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan kontribusi
rendah karena seluruh sub indikator perencanaan tenaga kerja kurang baik,
terutama tidak tersedianya Perencanaan Tenaga Kerja Provinsi.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
54
Tabel.4.7 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Riau
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 2,55
PTK Provinsi 15 0.90
32
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 20 0.30
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 20 0.30
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 10 0.15
Perencanaan Hubungan Industrial 30 0.45
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 30 0.45
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 0 0.00
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,10
Angkatan Kerja Muda 27.87 0.76
8 Pekerja Anak 3.38 2.29
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.30 2.23
Tingkat Setengah Penganggur 36.84 0.82
3. Kesempatan Kerja 11,77
Kesempatan Kerja Sektor Formal 47.67 3.04
7 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
38.23 2.99
Tambahan Kesempatan Kerja 95.70 5.74
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,25
Kapasitas Pelatihan 6.58 1.64 25
Jumlah Lulusan Pelatihan 2.44 0.61
5. Produktivitas Tenaga Kerja 4,15
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 44,417,762 4,15 4
6. Hubungan Industrial 3,85
PP Yang Disahkan 32.91 0.82
10 PKB Yang Didaftarkan 6.02 0.15
LKS Bipartit di Perusahaan 20.26 0.51
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.52 2.37
7. Kondisi Lingkungan Kerja 5,78
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 4,44 0,18
1 Penerapan SMK3 di Perusahaan 5,31 3,00
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,67 2,60
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 100.61 10,00 14
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 9,78
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 164.29 5.00 1
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 95.52 4.78
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 56,23 17
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
55
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Riau karena
sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, sedikitnya Perjanjian Kerja
Bersama yang didaftarkan dan sedikitnya Lembaga Kerja Sama Bipartit di
perusahaan.
4.2.5. Provinsi Jambi
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Jambi
adalah sebesar 60,01 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-8 dari 33
provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama, yaitu
kesempatan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, perencanaan
tenaga kerja, jaminan sosial tenaga kerja, pelatihan dan kompetensi kerja
dan penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub
indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja
keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi tertinggi kedua dalam penentuan indeks keseluruhan Provinsi
Jambi dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap
kebutuhan hidup layak.
Indikator utama Perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan perluasan kesempatan
kerja, perencanaan produktivitas tenaga kerja dan perencanaan pengawasan
ketenagakerjaan.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena baiknya perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek dan cukup
baiknya pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks
yang cukup baik karena cukup baiknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan
jumlah lulusan pelatihan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
56
Tabel.4.8 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Jambi
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,69
PTK Provinsi 49 2,94
27
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 60 0.90
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 90 1.35
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 50 0.75
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,91
Angkatan Kerja Muda 25.26 0.92
13 Pekerja Anak 2.50 2.34
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.22 2.46
Tingkat Setengah Penganggur 46.94 0.19
3. Kesempatan Kerja 11,01
Kesempatan Kerja Sektor Formal 40.49 2.46
10 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
42.45 2.74
Tambahan Kesempatan Kerja 96.78 5.81
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,37
Kapasitas Pelatihan 15.25 3.81 11
Jumlah Lulusan Pelatihan 10.22 2.55
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,98
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 14,311,363 0,98 23
6. Hubungan Industrial 4,34
PP Yang Disahkan 22.57 0.56
4 PKB Yang Didaftarkan 3.87 0.10
LKS Bipartit di Perusahaan 72.98 1.82
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2.57 1.86
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,44
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 6,22 0,25
22 Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,04 0,62
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,71 2,57
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 111.16 10,00 8
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,26
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 97.48 4.87 4
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 67.79 3.39
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 60,01 8
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
57
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi
lingkungan kerja, dan hubungan industrial memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jambi.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Jambi.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya
perusahaan yang melaksanakan kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan
diperusahaan dan rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jambi
karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, dan sedikitnya
Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan.
4.2.6. Provinsi Sumatera Selatan
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sumatera
Selatan adalah sebesar 52,23 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-28
dari 33 provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator
utama, yaitu pengupahan dan kesejahteraan pekerja, kesempatan kerja,
perencanaan tenaga kerja dan penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub
indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja
keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Sumatera Selatan
dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan
hidup layak.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
58
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan,
perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan produktivitas tenaga
kerja dan perencanaan hubungan industrial.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan
dan kesempatan kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, dan
jaminan sosial tenaga kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sumatera Selatan.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan
pelatihan.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
rendahnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan, dan
rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi relatif
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sumatera
Selatan karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, sedikitnya
Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan dan sedikitnya Lembaga Kerja
Sama Bipartit di perusahaan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
59
Tabel.4.9 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Sumatera Selatan
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,57
PTK Provinsi 42 2,52
28
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 90 1.35
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,19
Angkatan Kerja Muda 32.73 0.45
25 Pekerja Anak 2.86 2.32
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.70 1.94
Tingkat Setengah Penganggur 42.41 0.47
3. Kesempatan Kerja 10,55
Kesempatan Kerja Sektor Formal 35.96 2.10
16 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
41.51 2.80
Tambahan Kesempatan Kerja 94.30 5.66
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,14
Kapasitas Pelatihan 9.18 2,29 22
Jumlah Lulusan Pelatihan 3.37 0,84
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,62
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 20,406,327 1,62 12
6. Hubungan Industrial 3,97
PP Yang Disahkan 28.03 0.70
8 PKB Yang Didaftarkan 8.83 0.22
LKS Bipartit di Perusahaan 21.98 0.55
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.00 2.50
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,74
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 7,80 0,31
12 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,88 0,53
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,17 2,90
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 112.66 10,00 6
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,45
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 60.08 3.00 28
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 28.91 1.45
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 52,23 28
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
60
4.2.7. Provinsi Bengkulu
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Bengkulu
adalah sebesar 60,61 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-7 dari 33
provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, dan penduduk dan
tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan
pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial dan
perencanaan pengupahan dan jaminan sosial.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub indikator
tambahan kesempatan kerja, dan cukup berkembangnya kesempatan kerja
sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Bengkulu dengan
tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup
layak.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan
pelatihan.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
banyaknya perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi
lingkungan kerja, dan hubungan industrial, ternyata mendapatkan indeks
yang kurang baik.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
61
Tabel.4.10 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Bengkulu
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,69
PTK Provinsi 87,33 5,24
12
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 70 1.05
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 60 0.90
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,31
Angkatan Kerja Muda 28.19 0.74
4 Pekerja Anak 3.09 2.31
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.61 2.50
Tingkat Setengah Penganggur 37.73 0.77
3. Kesempatan Kerja 10,20
Kesempatan Kerja Sektor Formal 32.64 1.83
22 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
45.18 2.59
Tambahan Kesempatan Kerja 96.39 5.78
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 7,93
Kapasitas Pelatihan 23.66 5,00 5
Jumlah Lulusan Pelatihan 11.73 2,93
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,67
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 11,399,082 0,67 27
6. Hubungan Industrial 3,58
PP Yang Disahkan 25.93 0.65
13 PKB Yang Didaftarkan 11.04 0.28
LKS Bipartit di Perusahaan 60.08 1.50
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 5.37 1.16
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,27
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 7,58 0,30
25 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,91 0,54
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,96 2,42
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 115.09 10,00 5
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,96
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 78.91 3,95 12
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 60.19 3,01
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 60,61 7
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
62
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Bengkulu.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
rendahnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan, dan
rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
sedikitnya Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Peraturan
Perusahaan yang disahkan.
4.2.8. Provinsi Lampung
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Lampung
adalah sebesar 49,52 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-30 dari 33
provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja,
kesempatan kerja, dan penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena baiknya sub indikator perencanaan pengawasan
ketenagakerjaan, perencanaan pendidikan dan pelatihan, perencanaan
perluasan kesempatan kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, dan perencanaan pengupahan dan jaminan sosial.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Lampung dengan
tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup
layak.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
dengan adanya pertambahan kesempatan kerja yang besar di sub indikator
tambahan kesempatan kerja, dan cukup berkembangnya kesempatan kerja
sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
63
Tabel.4.11 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Lampung
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,04
PTK Provinsi 64 3,84
17
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,61
Angkatan Kerja Muda 32.83 0.45
17 Pekerja Anak 4.04 2.25
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.18 2.04
Tingkat Setengah Penganggur 36.17 0.86
3. Kesempatan Kerja 9,75
Kesempatan Kerja Sektor Formal 30.43 1.65
27 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
48.27 2.41
Tambahan Kesempatan Kerja 94.82 5.69
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 1,67
Kapasitas Pelatihan 3.60 0.90 29
Jumlah Lulusan Pelatihan 3.08 0.77
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,80
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 12,614,128 0,80 25
6. Hubungan Industrial 3,14
PP Yang Disahkan 11.59 0.29
19 PKB Yang Didaftarkan 4.33 0.11
LKS Bipartit di Perusahaan 17.76 0.44
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.82 2.29
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,60
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 8,06 0,32
15 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,78 0,47
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,32 2,81
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 108.62 10,00 11
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3,93
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 40.12 2.01 30
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 38.38 1.92
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 49,52 30
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
64
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Lampung karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat penganggur
terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan
dan kompetensi kerja, hubungan industrial, kondisi lingkungan kerja, dan
jaminan sosial tenaga kerja ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Lampung.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan
pelatihan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama
yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
rendahnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan, dan
rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
sedikitnya perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
4.2.9. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung adalah sebesar 58,77 sehingga provinsi ini berada
di peringkat ke-13 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam)
indikator utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja, jaminan
sosial tenaga kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, penduduk dan
tenaga kerja, dan pelatihan dan kompetensi kerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
65
Tabel.4.12 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Kepulaun Bangka Belitung
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,53
PTK Provinsi 70,44 4,23
23
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 70 1.05
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 70 1.05
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,09
Angkatan Kerja Muda 37.89 0.13
9 Pekerja Anak 3.40 2.29
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.49 2.40
Tingkat Setengah Penganggur 29.69 1.27
3. Kesempatan Kerja 12,16
Kesempatan Kerja Sektor Formal 51.62 3.36
5 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
37.94 3.00
Tambahan Kesempatan Kerja 96.51 5.79
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,03
Kapasitas Pelatihan 13.30 3.33 14
Jumlah Lulusan Pelatihan 10.81 2.70
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,69
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 21,010,046 1,69 10
6. Hubungan Industrial 3,00
PP Yang Disahkan 29.84 0.75
22 PKB Yang Didaftarkan 5.54 0.14
LKS Bipartit di Perusahaan 49.54 1.24
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 6.49 0.88
7. Kondisi Lingkungan Kerja 2,92
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 4,30 0,17
30 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,17 0,10
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,60 2,64
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 7,11
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 71.06 7.11 32
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 9,26
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 100.52 5.00 2
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 85.23 4.26
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 58,77 13
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
66
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub indikator
tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja sektor formal
dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena baiknya sub indikator perencanaan hubungan industrial,
perencanaan pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan
kerja, dan perencanaan produktivitas tenaga kerja.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena banyaknya
perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi cukup baik dalam penentuan peringkat Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dengan cukup tingginya persentase upah minimum provinsi
terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena rendahnya tingkat penganggur terbuka, tingkat setengah
penganggur, dan sedikitnya pekerja anak.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan
pelatihan.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi
lingkungan kerja, dan hubungan industrial, ternyata mendapatkan indeks
yang kurang baik.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan, karena
rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan dan rendahnya kepatuhan wajib
lapor ketenagakerjaan di perusahaan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
67
sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama
yang didaftarkan, dan masih banyaknya jumlah perselisihan hubungan
industrial.
4.2.10. Provinsi Kepulauan Riau
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi
Kepulauan Riau adalah sebesar 64,14 sehingga provinsi ini berada di
peringkat ke-2 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam)
indikator utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja,
pengupahan dan kesejahteraan pekerja, penduduk dan tenaga kerja, jaminan
sosial tenaga kerja, dan produktivitas tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub indikator
tambahan kesempatan kerja, kesempatan kerja sektor formal dan
kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan,
perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial,
perencanaan pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan
dan jamsos.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Kepulauan Riau dengan
tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup
layak.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena rendahnya tingkat penganggur terbuka, tingkat setengah
penganggur dan sedikitnya pekerja anak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
banyaknya perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kepulauan Riau karena tingginya indeks sub indikator tingkat produktivitas
tenaga kerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
68
Tabel.4.13 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Kepulaun Riau
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,01
PTK Provinsi 71 4,26
18
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 60 0.90
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 7,69
Angkatan Kerja Muda 24.08 1.00
1 Pekerja Anak 1.75 2.39
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.37 2.01
Tingkat Setengah Penganggur 13.24 2.30
3. Kesempatan Kerja 14,28
Kesempatan Kerja Sektor Formal 70.13 4.86
1 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
24.78 3.75
Tambahan Kesempatan Kerja 94.63 5.68
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 1,91
Kapasitas Pelatihan 3.75 0.94 28
Jumlah Lulusan Pelatihan 3.88 0.97
5. Produktivitas Tenaga Kerja 5,53
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 57,490,396 5,53 3
6. Hubungan Industrial 3,66
PP Yang Disahkan 32.43 0.81
11 PKB Yang Didaftarkan 3.98 0.10
LKS Bipartit di Perusahaan 18.21 0.46
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.81 2.30
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,88
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 18,93 0,76
9 Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,32 0,79
Jumlah Kecelakaan Kerja 1,11 2,34
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,90
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 89.04 8,90 24
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7,27
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 125.37 5,00 10
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 45.45 2,27
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 64,14 2
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
69
Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,
hubungan industrial, dan kondisi lingkungan kerja ternyata mendapatkan
indeks yang kurang baik.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
karena sedikitnya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah lulusan
pelatihan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena
sedikitnya Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, rendahnya Lembaga
Kerja Sama bipartit di perusahaan, dan Peraturan Perusahaan yang disahkan.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi yang
kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan, karena
rendahnya penerapan SMK3 di perusahaan dan rendahnya kepatuhan wajib
lapor ketenagakerjaan di perusahaan.
4.2.11. Provinsi DKI Jakarta
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi DKI
Jakarta adalah sebesar 64,83 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat
pertama dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator
utama, yaitu kesempatan kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja,
produktivitas tenaga kerja, perencanaan tenaga kerja, jaminan sosial tenaga
kerja dan penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
dikarenakan banyaknya kesempatan kerja sektor formal dan tambahan
kesempatan kerja serta kesempatan kerja di sektor informal makin
berkembang.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi DKI Jakarta dengan
tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup
layak.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi DKI Jakarta dengan tingginya tingkat produktivitas tenaga kerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
70
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan
pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, dan
perencanaan hubungan industrial.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang baik juga terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi DKI Jakarta dengan banyaknya pekerja/buruh yang
menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi DKI
Jakarta karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat setengah
penganggur.
Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,
hubungan industrial, dan kondisi lingkungan kerja belum memberikan
kontribusi yang baik pada pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi DKI Jakarta tahun 2013.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi DKI Jakarta dikarenakan kurang baiknya kedua sub indikatornya.
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks Provinsi DKI Jakarta dengan rendahnya
Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang
didaftarkan dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.
Kondisi lingkungan kerja termasuk indikator utama yang kurang baik
kontribusinya dikarenakan rendahnya kepatuhan wajib lapor
ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di perusahaan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
71
Tabel.4.14 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi DKI Jakarta
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,23
PTK Provinsi 36,26 2,18
30
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 50 0.75
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 50 0.75
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,07
Angkatan Kerja Muda 37.80 0.14
6 Pekerja Anak 2.22 2.36
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 9.87 1.07
Tingkat Setengah Penganggur 9.31 2.50
3. Kesempatan Kerja 14,18
Kesempatan Kerja Sektor Formal 72.16 5.02
2 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
22.66 3.75
Tambahan Kesempatan Kerja 90.13 5.41
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 1,23
Kapasitas Pelatihan 1.39 0.35 31
Jumlah Lulusan Pelatihan 3.52 0.88
5. Produktivitas Tenaga Kerja 9,26
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 92,965,149 9,26 1
6. Hubungan Industrial 3,10
PP Yang Disahkan 15.78 0.39
20 PKB Yang Didaftarkan 2.89 0.07
LKS Bipartit di Perusahaan 16.89 0.42
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.14 2.21
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,71
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 6,39 0,26
13 Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,13 0,68
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,37 2,78
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 108.85 10,00 10
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,06
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 61.21 3,06 6
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 152.59 5,00
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 64,83 1
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
72
4.2.12. Provinsi Jawa Barat
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Jawa
Barat adalah sebesar 55,98 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat
ke-19 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama,
yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan
tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan
dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan
pengawasan ketenagakerjaan dan perencanaan pengupahan dan jamsos.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal, dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja
keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat dengan cukup tingginya persentase
upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi Jawa Barat dengan banyaknya perusahaan dan pekerja/buruh yang
menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Jawa Barat karena sedikitnya pekerja anak dan cukup rendahnya tingkat
setengah penganggur.
Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,
produktivitas tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan
industrial, belum memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan
indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
73
Tabel.4.15 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Jawa Barat
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,55
PTK Provinsi 75,85 4,55
2
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1,50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1,50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1,50
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1,50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1,50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 1,50
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,53
Angkatan Kerja Muda 35.63 0.27
18 Pekerja Anak 2.23 2.36
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 9.08 1.23
Tingkat Setengah Penganggur 23.47 1.66
3. Kesempatan Kerja 10,87
Kesempatan Kerja Sektor Formal 45.30 2.85
13 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
45.62 2.56
Tambahan Kesempatan Kerja 90.92 5.46
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 0,77
Kapasitas Pelatihan 2.03 0.51 32
Jumlah Lulusan Pelatihan 1.05 0.26
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,57
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 19,890,173 1,57 15
6. Hubungan Industrial 3,38
PP Yang Disahkan 26.18 0.65
16 PKB Yang Didaftarkan 3.85 0.10
LKS Bipartit di Perusahaan 12.29 0.31
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.71 2.32
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,17
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 3,55 0,14
27 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,89 0,53
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,84 2,50
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,92
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 89.17 8,92 23
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,23
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 89.55 4.48 5
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 75.03 3.75
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 55,98 19
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
74
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang kurang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi Jawa Barat dikarenakan kurang baiknya kedua sub indikatornya
(kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan).
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Barat dengan sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian
Kerja Bersama yang didaftarkan dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di
perusahaan.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Jawa Barat
dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto
terhadap penduduk yang bekerja.
4.2.13. Provinsi Jawa Tengah
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Jawa
Tengah adalah sebesar 53,35 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat
ke-23 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama,
yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan
tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan
dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan
pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan dan jamsos.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja, dan berkembangnya kesempatan
kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah dengan tingginya persentase upah
minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
75
Tabel.4.16 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Jawa Tengah
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,39
PTK Provinsi 64 3,84
9
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 90 1.35
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 90 1.35
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,77
Angkatan Kerja Muda 36.80 0.20
14 Pekerja Anak 2.79 2.33
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.63 1.95
Tingkat Setengah Penganggur 29.40 1.29
3. Kesempatan Kerja 9,90
Kesempatan Kerja Sektor Formal 33.86 1.93
26 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
49.93 2.31
Tambahan Kesempatan Kerja 94.37 5.66
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,06
Kapasitas Pelatihan 5.98 1.50 27
Jumlah Lulusan Pelatihan 2.26 0.56
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,85
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 13,069,450 0,85 24
6. Hubungan Industrial 3,40
PP Yang Disahkan 14.85 0.37
15 PKB Yang Didaftarkan 4.18 0.10
LKS Bipartit di Perusahaan 20.77 0.52
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.37 2.41
7. Kondisi Lingkungan Kerja 2,76
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 3,87 0,15
32 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,36 0,22
Jumlah Kecelakaan Kerja 1,01 2,39
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,65
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 96.46 9,65 19
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,57
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 64.41 3.22 15
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 66.92 3.35
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 53,35 23
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
76
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah dengan cukup banyaknya perusahaan
dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Jawa Tengah karena sedikitnya pekerja anak, rendahnya tingkat penganggur
terbuka, dan tingkat setengah penganggur.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan
dan kompetensi kerja, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan industrial
belum memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks
pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Tengah dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto
terhadap penduduk yang bekerja.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi Jawa Tengah dikarenakan kurang baiknya kedua sub indikator
kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan.
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Tengah dengan sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian
Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di
perusahaan.
4.2.14. Provinsi Banten
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Banten
adalah sebesar 56,13 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat ke-18
dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan
tenaga kerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
77
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan
dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan
pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan dan jamsos.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal, dan berkembangnya kesempatan kerja sektor informal (tidak
termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Banten dengan tingginya persentase upah
minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Banten dengan cukup banyaknya perusahaan dan
pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Banten karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat setengah
penganggur.
Indikator utama yang lain, yaitu pelatihan dan kompetensi kerja,
produktivitas tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja, dan hubungan industrial
belum memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks
pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Banten.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang paling rendah terhadap indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Banten dikarenakan kurang baiknya sub indikator
kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
78
Tabel.4.17 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Banten
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,41
PTK Provinsi 73.45 4.41
3
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 1.50
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,31
Angkatan Kerja Muda 39.10 0.06
21 Pekerja Anak 3.32 2.29
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 10.13 1.01
Tingkat Setengah Penganggur 18.92 1.94
3. Kesempatan Kerja 12,52
Kesempatan Kerja Sektor Formal 58.51 3.92
4 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
34.44 3.21
Tambahan Kesempatan Kerja 89.87 5.39
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 0,34
Kapasitas Pelatihan 1.16 0.29 33
Jumlah Lulusan Pelatihan 0.20 0.05
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,76
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 21,711,501 1,76 8
6. Hubungan Industrial 2,59
PP Yang Disahkan 26.05 0.65
29 PKB Yang Didaftarkan 5.53 0.14
LKS Bipartit di Perusahaan 6.95 0.17
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 3.49 1.63
7. Kondisi Lingkungan Kerja 2,57
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 6,16 0,25
33 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,84 0,50
Jumlah Kecelakaan Kerja 1,97 1,82
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,87
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 98.72 9,87 16
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7,76
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 55.26 2.76 8
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 108.12 5.00
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 56,13 18
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
79
Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Banten dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto
terhadap penduduk yang bekerja.
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Banten karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian
Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di
perusahaan.
4.2.15. Provinsi Jawa Timur
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Jawa
Timur adalah sebesar 57,73 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat
ke-15 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama,
yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, penduduk dan tenaga kerja, pelatihan dan
kompetensi kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik, karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan
dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan
pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan dan jamsos.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja, dan berkembangnya kesempatan
kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur dengan tingginya persentase upah
minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Jawa Timur karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
80
Tabel.4.18 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Jawa Timur
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,63
PTK Provinsi 75,5 4,53
7
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 90 1.35
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,24
Angkatan Kerja Muda 31.95 0.50
5 Pekerja Anak 1.92 2.38
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.12 2.27
Tingkat Setengah Penganggur 32.60 1.09
3. Kesempatan Kerja 10,16
Kesempatan Kerja Sektor Formal 33.80 1.92
23 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
46.87 2.49
Tambahan Kesempatan Kerja 95.88 5.75
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 5,76
Kapasitas Pelatihan 21.29 5.00 13
Jumlah Lulusan Pelatihan 3.02 0.76
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,65
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 20,630,256 1,65 11
6. Hubungan Industrial 2,91
PP Yang Disahkan 6.31 0.16
23 PKB Yang Didaftarkan 2.93 0.07
LKS Bipartit di Perusahaan 11.22 0.28
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.41 2.40
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,26
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,47 0,22
26 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,67 0,40
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,60 2,64
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,63
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 96,27 9,63 20
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,50
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 66.83 3.34 21
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 43.13 2.16
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 57,73 15
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
81
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur dengan banyaknya kapasitas pelatihan
yang dimiliki.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Jawa Timur dengan cukup banyaknya perusahaan
yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, dan kondisi lingkungan kerja belum memberikan kontribusi yang
baik pada pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Timur.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Timur dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto
terhadap penduduk yang bekerja.
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Jawa
Timur karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian
Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di
perusahaan.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya kurang baik
karena sedikitnya jumlah kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan
penerapan SMK3 di perusahaan.
4.2.16. Daerah Istimewa Yogyakarta
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah sebesar 61,58 sehingga menempatkan provinsi ini di
peringkat ke-4 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam)
indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja,
pengupahan dan kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja,
penduduk dan tenaga kerja, dan pelatihan dan kompetensi kerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
82
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik, karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan tenaga kerja
provinsi dan seluruh perencanaan lainnya.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal, dan berkembangnya kesempatan kerja sektor informal (tidak
termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan DI.Yogyakarta dengan tingginya persentase upah minimum
provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan
DI.Yogyakarta dengan banyaknya perusahaan yang menjadi anggota
Jamsostek dan cukup banyaknya pekerja/buruh yang menjadi anggota
Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
DI.Yogyakarta karena sedikitnya pekerja anak, rendahnya tingkat penganggur
terbuka, dan relatif rendahnya tingkat setengah penganggur.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan DI.Yogyakarta dengan cukup banyaknya kapasitas pelatihan
yang dimiliki dan jumlah lulusan pelatihan.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, dan kondisi lingkungan kerja belum memberikan kontribusi yang
baik pada pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan
DI.Yogyakarta.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan DI.Yogyakarta
dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto
terhadap penduduk yang bekerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
83
Tabel.4.19 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Daerah Istimewa Yogyakarta
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,68
PTK Provinsi 78 4.68
1
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 1.50
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,80
Angkatan Kerja Muda 27.83 0.76
3 Pekerja Anak 1.93 2.38
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.97 2.30
Tingkat Setengah Penganggur 28.24 1.36
3. Kesempatan Kerja 11,34
Kesempatan Kerja Sektor Formal 43.44 2.70
8 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
40.18 2.87
Tambahan Kesempatan Kerja 96.03 5.76
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,50
Kapasitas Pelatihan 14.27 3.57 10
Jumlah Lulusan Pelatihan 11.74 2.94
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,79
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 12,480,002 0,79 26
6. Hubungan Industrial 1,58
PP Yang Disahkan 22.14 0.55
33 PKB Yang Didaftarkan 7.18 0.18
LKS Bipartit di Perusahaan 25.59 0.64
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 9.17 0.21
7. Kondisi Lingkungan Kerja 2,86
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,30 0,21
31 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,31 0,19
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,90 2,46
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 111.26 10,00 7
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 8,03
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 83.85 4.19 7
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 76.75 3.84
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 61,58 4
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
84
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan DI.Yogyakarta
karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja
Bersama yang didaftarkan, Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan, dan
masih banyaknya jumlah perselisihan hubungan industrial.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan DI.Yogyakarta
karena sedikitnya jumlah kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan
penerapan SMK3 di perusahaan.
4.2.17. Provinsi Bali
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Bali
adalah sebesar 61,21 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat ke-5
dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi
kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja, dan penduduk dan tenaga
kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan pendidikan
dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, dan
perencanaan pengawasan ketenagakerjaan.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja, cukup baiknya kesempatan kerja
sektor formal, dan berkembangnya kesempatan kerja sektor informal (tidak
termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Bali dengan banyaknya kapasitas pelatihan yang
dimiliki dan jumlah lulusan pelatihan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
85
Tabel.4.20 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Bali
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,55
PTK Provinsi 71,7 4,30
8
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 90 1.35
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,82
Angkatan Kerja Muda 34.82 0.32
2 Pekerja Anak 3.81 2.26
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 2.04 2.50
Tingkat Setengah Penganggur 22.23 1.74
3. Kesempatan Kerja 11,84
Kesempatan Kerja Sektor Formal 46.95 2.98
6 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
38.38 2.98
Tambahan Kesempatan Kerja 97.96 5.88
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 9,30
Kapasitas Pelatihan 31.40 5.00 2
Jumlah Lulusan Pelatihan 17.19 4.30
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,00
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 14,459,499 1,00 20
6. Hubungan Industrial 2,73
PP Yang Disahkan 12.97 0.32
27 PKB Yang Didaftarkan 2.66 0.07
LKS Bipartit di Perusahaan 23.38 0.58
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2.97 1.76
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,47
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,91 0,24
20 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,46 0,27
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,07 2,96
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,78
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 87.81 8,78 27
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,72
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 73.45 3.67 25
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 21.03 1.05
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 61,21 5
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
86
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Bali dengan tingginya persentase upah minimum
provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Bali karena sedikitnya pekerja anak, rendahnya tingkat penganggur terbuka,
dan relatif rendahnya tingkat setengah penganggur.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, kondisi lingkungan kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja belum
memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Bali.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Bali
dengan masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional bruto
terhadap penduduk yang bekerja.
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Bali
karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja
Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Bali
karena sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan
SMK3 di perusahaan.
4.2.18. Provinsi Nusa Tenggara Barat
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Nusa
Tenggara Barat adalah sebesar 49,49 sehingga menempatkan provinsi ini di
peringkat ke-31 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima)
indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, kesempatan kerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan
penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
87
pengawasan ketenagakerjaan, dan cukup baiknya sub indikator perencanaan
pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja,
perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial,
dan perencanaan pengupahan dan jamsos.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan tingginya persentase
upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja, dan berkembangnya kesempatan
kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan cukup banyaknya
pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Nusa Tenggara Barat karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, kondisi lingkungan kerja, dan pelatihan dan kompetensi kerja,
belum memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks
pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Nusa
Tenggara Barat karena masih rendahnya rasio pendapatan domestik regional
bruto terhadap penduduk yang bekerja.
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Nusa
Tenggara Barat karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan,
Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit
di perusahaan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
88
Tabel.4.21 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Nusa Tenggara Barat
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,57
PTK Provinsi 76,18 4,57
22
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 70 1.05
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 60 0.90
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 60 0.90
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 80 1.20
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,02
Angkatan Kerja Muda 33.41 0.41
27 Pekerja Anak 4.26 2.23
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.26 2.03
Tingkat Setengah Penganggur 44.50 0.34
3. Kesempatan Kerja 8,59
Kesempatan Kerja Sektor Formal 23.87 1.12
33 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
59.08 1.78
Tambahan Kesempatan Kerja 94.74 5.68
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,65
Kapasitas Pelatihan 8.16 2.04 19
Jumlah Lulusan Pelatihan 6.43 1.61
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,50
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 9,738,493 0.50 29
6. Hubungan Industrial 2,84
PP Yang Disahkan 11.39 0.28
25 PKB Yang Didaftarkan 5.44 0.14
LKS Bipartit di Perusahaan 15.12 0.38
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.83 2.04
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,31
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,66 0,23
24 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,27 0,16
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,12 2,93
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,93
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 99.30 9.93 15
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,08
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 38.42 1.92 23
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 63.25 3.16
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 49,49 31
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
89
Indikator utama kondisi lingkungan kerja belum memberikan
kontribusi yang baik dikarenakan sedikitnya kepatuhan wajib lapor
ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di perusahaan.
4.2.19. Provinsi Nusa Tenggara Timur
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Nusa
Tenggara Timur adalah sebesar 52,42 sehingga menempatkan provinsi ini di
peringkat ke-27 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima)
indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, kesempatan kerja, pelatihan dan kompetensi kerja,
dan penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena didukung oleh baiknya sub indikator PTK Provinsi, perencanaan
pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja,
perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial,
dan perencanaan pengawasan ketenagakerjaan.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan tingginya persentase
upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator
tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor
informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan besarnya kapasitas
pelatihan yang dimiliki.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Nusa Tenggara Timur karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
90
Tabel.4.22 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Nusa Tenggara Timur
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,78
PTK Provinsi 84,18 5,05
6
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50
Perencanaan Hubungan Industrial 85 1.28
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 95 1.43
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 55 0.83
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,24
Angkatan Kerja Muda 33.14 0.43
22
Pekerja Anak 5.51 2.16
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 2.89 2.50
Tingkat Setengah Penganggur 47.51 0.16
3. Kesempatan Kerja 8,99
Kesempatan Kerja Sektor Formal 20.12 0.82
32
Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
49.32 2.35
Tambahan Kesempatan Kerja 97.11 5.83
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 5,55
Kapasitas Pelatihan 17.08 4.27 15 Jumlah Lulusan Pelatihan 5.11 1.28
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,17
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 6,617,714 0,17 33
6. Hubungan Industrial 2,71
PP Yang Disahkan 9.94 0.25
28
PKB Yang Didaftarkan 0.64 0.02
LKS Bipartit di Perusahaan 16.07 0.40
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.81 2.05
7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,24
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 30,48 1,22 8
Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,08 0,05
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,04 2,97
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,51
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 95.07 9.51 21
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3,24
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 27.04 1.35 32 Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 37.71 1.89
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 52,42 27
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
91
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, jaminan sosial tenaga kerja dan kondisi lingkungan kerja belum
memberikan kontribusi yang baik pada pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja masih rendah sehingga
kontribusinya paling kecil terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Indikator utama hubungan industrial masih rendah dikarenakan
sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama
yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.
4.2.20. Provinsi Kalimantan Barat
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi
Kalimantan Barat adalah sebesar 47,25 sehingga menempatkan provinsi ini di
peringkat terakhir dari 33 provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4
(empat) indikator utama, yaitu kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja, dan penduduk dan
tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja dan cukup berkembangnya
kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat karena tingginya persentase upah
minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi Kalimantan Barat karena sudah banyaknya perusahaan dan
pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja termasuk indikator utama
yang memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Barat karena sedikitnya pekerja anak
dan rendahnya tingkat penganggur terbuka.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
92
Tabel.4.23 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Kalimantan Barat
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 0,00
PTK Provinsi 0 0.00
33
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 0 0.00
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 0 0.00
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 0 0.00
Perencanaan Hubungan Industrial 0 0.00
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 0 0.00
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 0 0.00
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,23
Angkatan Kerja Muda 37.00 0.19
23 Pekerja Anak 3.94 2.25
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.48 2.40
Tingkat Setengah Penganggur 43.82 0.39
3. Kesempatan Kerja 10,46
Kesempatan Kerja Sektor Formal 32.48 1.82
18 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
40.58 2.85
Tambahan Kesempatan Kerja 96.52 5.79
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,63
Kapasitas Pelatihan 7.38 1.84 20
Jumlah Lulusan Pelatihan 7.16 1.79
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,17
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 16,146,866 1,17 19
6. Hubungan Industrial 4,49
PP Yang Disahkan 27.71 0.69
2 PKB Yang Didaftarkan 2.83 0.07
LKS Bipartit di Perusahaan 61.49 1.54
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.23 2.19
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,50
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 3,83 0,15
18 Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,07 0,64
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,48 2,71
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,67
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 96.66 9,67 18
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 9,10
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 95.78 4.79 3
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 86.19 4.31
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 47,25 33
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
93
Indikator utama yang lain, yaitu perencanaan tenaga kerja,
produktivitas tenaga kerja, kondisi lingkungan kerja, pelatihan dan
kompetensi kerja, dan hubungan industrial belum memberikan kontribusi
yang baik pada pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Barat.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah dikarenakan belum memilikinya perencanaan tenaga kerja
provinsi maupun perencanaan ketenagakerjaan lainnya.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja kontribusinya kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Barat karena masih rendahnya rasio pendapatan domestik
regional bruto terhadap penduduk yang bekerja.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya relatif rendah
karena sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan
SMK3 di perusahaan.
Indikator utama hubungan industrial belum memberikan kontribusi
yang baik karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan dan
Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan.
4.2.21. Provinsi Kalimantan Tengah
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Kalimantan
Tengah adalah sebesar 62,01 sehingga menempatkan provinsi ini di peringkat
ke-3 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama,
yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, jaminan sosial tenaga
kerja dan penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
dikarenakan banyaknya kesempatan kerja di sub indikator tambahan
kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor informal
(tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama perencanaan tenaga kerja juga memberikan indeks
yang baik karena didukung oleh baiknya sub indikator perencanaan
pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja,
perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial
dan perencanaan pengawasan ketenagakerjaan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
94
Tabel.4.24 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Kalimantan Tengah
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,94
PTK Provinsi 69,76 4,19
19
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 90 1.35
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 90 1.35
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 20 0.30
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,04
Angkatan Kerja Muda 33.85 0.38
10 Pekerja Anak 3.26 2.30
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.17 2.46
Tingkat Setengah Penganggur 35.72 0.89
3. Kesempatan Kerja 11,18
Kesempatan Kerja Sektor Formal 39.50 2.38
9 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
38.25 2.99
Tambahan Kesempatan Kerja 96.83 5.81
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 7,48
Kapasitas Pelatihan 41.69 5,00 1
Jumlah Lulusan Pelatihan 9.92 2,48
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,58
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 20,003,317 1,58 14
6. Hubungan Industrial 4,22
PP Yang Disahkan 45.90 1.15
7 PKB Yang Didaftarkan 4.60 0.11
LKS Bipartit di Perusahaan 28.23 0.71
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.99 2.25
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,51
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,48 0,22
17 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,49 0,30
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,01 2,99
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 121.23 10,00 3
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 7,07
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 66.47 3.32 11
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 75.02 3.75
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 62,01 3
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
95
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Kalimantan Tengah
dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan
hidup layak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Tengah karena cukup banyaknya
perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks
yang cukup baik dikarenakan besarnya kapasitas pelatihan yang dimiliki.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan kontribusi
yang cukup baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Tengah karena sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi
lingkungan kerja, dan hubungan industrial ternyata mendapatkan indeks yang
kurang baik.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Tengah karena rendahnya rasio PDRB terhadap penduduk yang
bekerja.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja termasuk indikator utama
yang kurang baik kontribusinya dikarenakan sedikitnya kepatuhan wajib lapor
ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di perusahaan.
Indikator utama hubungan industrial kontribusinya relatif rendah
dikarenakan sedikitnya Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, Lembaga
Kerja Sama Bipartit, dan Peraturan Perusahaan yang disahkan.
4.2.22. Provinsi Kalimantan Selatan
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi
Kalimantan Selatan adalah sebesar 59,49 sehingga provinsi ini berada di
peringkat ke-10 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima)
indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja,
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
96
pengupahan dan kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja dan
pelatihan dan kompetensi kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan,
perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan produktivitas tenaga
kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan pengawasan
ketenagakerjaan dan perencanaan pengupahan dan jamsos.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub
indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja
sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi Kalimantan Selatan dikarenakan tingginya persentase upah
minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja termasuk yang
memberikan kontribusi cukup baik terhadap pembentukan indeks
pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Selatan dikarenakan
cukup banyaknya jumlah perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi
anggota jamsostek.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja berkontribusi cukup
baik terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Selatan karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, kondisi lingkungan kerja, dan penduduk dan tenaga kerja ternyata
mendapatkan indeks yang kurang baik.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja kontribusinya relatif kurang
baik dikarenakan sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan
penerapan SMK3 di perusahaan.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Selatan karena rendahnya rasio PDRB terhadap penduduk yang
bekerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
97
Tabel.4.25 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Kalimantan Selatan
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 12,18
PTK Provinsi 60,5 3,63
10
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 100 1.50
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 90 1.35
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,92
Angkatan Kerja Muda 44.54 0,00
30 Pekerja Anak 4.35 2.23
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.25 2.03
Tingkat Setengah Penganggur 39.53 0.65
3. Kesempatan Kerja 10,47
Kesempatan Kerja Sektor Formal 36.26 2.12
17 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
43.79 2.67
Tambahan Kesempatan Kerja 94.75 5.69
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,21
Kapasitas Pelatihan 18.50 4,62 12
Jumlah Lulusan Pelatihan 6.36 1,59
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,46
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 18,897,505 1,46 16
6. Hubungan Industrial 3,15
PP Yang Disahkan 21.64 0.54
18 PKB Yang Didaftarkan 7.16 0.18
LKS Bipartit di Perusahaan 27.16 0.68
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2.99 1.75
7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,30
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 4,99 0,20
7 Penerapan SMK3 di Perusahaan 2,04 1,23
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,21 2,87
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 116.29 10,00 4
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,80
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 58.15 2.91 13
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 77.91 3.90
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 59,49 10
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
98
Indikator utama hubungan industrial berkontribusi kurang baik
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Kalimantan Selatan dikarenakan sedikitnya Peraturan Perusahaan yang
disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja
Sama Bipartit di perusahaan.
4.2.23. Provinsi Kalimantan Timur
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi
Kalimantan Timur adalah sebesar 59,62 sehingga provinsi ini berada di
peringkat ke-9 dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam)
indikator utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja,
pengupahan dan kesejahteraan pekerja, produktivitas tenaga kerja, jaminan
sosial tenaga kerja, dan penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
karena besarnya sub indikator tambahan kesempatan kerja, kesempatan
kerja sektor formal dan kesempatan kerja sektor informal (tidak termasuk
pekerja keluarga).
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dengan baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan
pelatihan dan sub indikator perencanaan hubungan industrial.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi Kalimantan Timur dikarenakan tingginya persentase upah minimum
provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan cukup baiknya rasio antara PDRB terhadap penduduk
yang bekerja.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan sedikitnya pekerja anak, relatif rendahnya tingkat
penganggur terbuka, dan tingkat setengah penganggur.
Indikator utama yang lain, yaitu hubungan industrial, pelatihan dan
kompetensi kerja dan kondisi lingkungan kerja ternyata mendapatkan indeks
yang kurang baik.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
99
Tabel.4.26 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Kalimantan Timur
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,38
PTK Provinsi 60.5 3.63
24
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 60 0.90
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 65 0.98
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 55 0.83
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,72
Angkatan Kerja Muda 35.04 0.31
15
Pekerja Anak 1.89 2.38
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 8.90 1.27
Tingkat Setengah Penganggur 21.85 1.76
3. Kesempatan Kerja 12,68
Kesempatan Kerja Sektor Formal 57.04 3.80
3
Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
30.81 3.41
Tambahan Kesempatan Kerja 91.10 5.47
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,82
Kapasitas Pelatihan 6.07 1.52 23
Jumlah Lulusan Pelatihan 5.19 1.30
5. Produktivitas Tenaga Kerja 7,30
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 74,318,240 7,30 2
6. Hubungan Industrial 2,04
PP Yang Disahkan 9.89 0.25
31
PKB Yang Didaftarkan 2.07 0.05
LKS Bipartit di Perusahaan 4.02 0.10
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 3.44 1.64
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,85
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 10,76 0,43 10
Penerapan SMK3 di Perusahaan 1,04 0,62
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,33 2,80
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,20
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 82.00 8.20 29
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,64
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 41.02 2.05 14 Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 91.71 4.59
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 59,62 9
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
100
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi paling
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan
Timur dikarenakan sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan,
Perjanjian Kerja Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit
di perusahaan.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
dikarenakan sub indikator kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah
lulusan pelatihan masih sedikit.
4.2.24. Provinsi Sulawesi Utara
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi
Utara adalah sebesar 57,10 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-16
dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, penduduk dan tenaga kerja, hubungan industrial, dan
jaminan sosial tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator PTK Provinsi, perencanaan
pendidikan dan pelatihan, dan sub indikator perencanaan pengupahan dan
jamsos.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang baik
karena baiknya sub indikator tambahan kesempatan kerja dan cukup baiknya
sub indikator kesempatan kerja sektor formal dan sektor informal (tidak
termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Utara dikarenakan tingginya persentase upah minimum
provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan sedikitnya pekerja anak, relatif rendahnya tingkat
penganggur terbuka, dan tingkat setengah penganggur.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
101
Tabel.4.27 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Utara
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,65
PTK Provinsi 84,18 5,05
13
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 70 1.05
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,04
Angkatan Kerja Muda 26.80 0.83
11 Pekerja Anak 2.20 2.36
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 7.79 1.50
Tingkat Setengah Penganggur 28.46 1.35
3. Kesempatan Kerja 10,69
Kesempatan Kerja Sektor Formal 43.05 2.67
14 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
46.88 2.49
Tambahan Kesempatan Kerja 92.21 5.53
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 2,40
Kapasitas Pelatihan 6.41 1.60 24
Jumlah Lulusan Pelatihan 3.19 0.80
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,81
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 22,236,244 1,81 7
6. Hubungan Industrial 5,56
PP Yang Disahkan 22.71 0.57
1 PKB Yang Didaftarkan 15.65 0.39
LKS Bipartit di Perusahaan 84.21 2.11
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.03 2.49
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,50
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 13,44 0,54
19 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,10 0,06
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,16 2,91
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 133.69 10,00 1
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,45
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 62.59 3.13 22
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 46.42 2.32
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 57,10 16
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
102
Indikator utama hubungan industrial memberikan indeks yang cukup
baik dikarenakan baiknya sub indikator jumlah perselisihan hubungan
industrial dan sub indikator Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan cukup banyaknya perusahaan dan pekerja/buruh
yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, pelatihan
dan kompetensi kerja dan kondisi lingkungan kerja ternyata mendapatkan
indeks yang kurang baik.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Utara dikarenakan rendahnya rasio PDRB terhadap penduduk yang
bekerja.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan
kontribusi rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
dikarenakan sub indikator kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan
masih sedikit.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan
sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di
perusahaan.
4.2.25. Provinsi Sulawesi Tengah
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi
Tengah adalah sebesar 60,67 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-6
dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 6 (enam) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, jaminan sosial
tenaga kerja serta penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena baiknya sub indikator PTK Provinsi, perencanaan pendidikan dan
pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan industrial, perencanaan
pengawasan ketenagakerjaan, dan perencanaan pengupahan dan Jamsos.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
103
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik karena banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator
tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor
informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi ketiga tertinggi terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Tengah dikarenakan tingginya persentase upah minimum
provinsi terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks
yang baik dikarenakan banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan cukup
banyaknya jumlah lulusan pelatihan.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan cukup banyaknya perusahaan yang menjadi anggota
jamsostek dan pekerja/buruh yang menjadi anggota jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan rendahnya tingkat penganggur terbuka dan
sedikitnya pekerja anak.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial dan kondisi lingkungan kerja ternyata mendapatkan indeks yang
kurang baik.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Tengah dikarenakan kurang baiknya rasio PDRB terhadap penduduk
yang bekerja.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan sedikitnya
Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang
didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan
rendahnya sub indikator kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan
penerapan SMK3 di perusahaan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
104
Tabel.4.28 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Tengah
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,35
PTK Provinsi 85.02 5.10
4
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,50
Angkatan Kerja Muda 33.89 0.38
19 Pekerja Anak 5.52 2.16
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.93 2.31
Tingkat Setengah Penganggur 39.55 0.65
3. Kesempatan Kerja 10,11
Kesempatan Kerja Sektor Formal 33.56 1.90
24 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
47.74 2.44
Tambahan Kesempatan Kerja 96.07 5.76
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 8,49
Kapasitas Pelatihan 28.52 5,00 4
Jumlah Lulusan Pelatihan 13.97 3,49
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,37
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 18,035,218 1.37 17
6. Hubungan Industrial 3,17
PP Yang Disahkan 10.91 0.27
18 PKB Yang Didaftarkan 4.37 0.11
LKS Bipartit di Perusahaan 16.00 0.40
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.47 2.38
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,76
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 9,85 0,39
11 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,76 0,46
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,15 2,91
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 9,83
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 98.33 9,83 17
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,65
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 58.77 2.94 19
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 54.28 2.71
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 60,67 6
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
105
4.2.26. Provinsi Sulawesi Selatan
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi
Selatan adalah sebesar 55,39 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-20
dari 33 provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu
kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, jaminan sosial tenaga kerja serta penduduk dan
tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik karena banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator
tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor
informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena cukup baiknya sub indikator perencanaan tenaga kerja provinsi
dan baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan pelatihan,
perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan hubungan industrial,
perencanaan pengawasan ketenagakerjaan dan perencanaan pengupahan
dan Jamsos.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Selatan dikarenakan tingginya persentase upah minimum provinsi
terhadap kebutuhan hidup layak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan cukup banyaknya pekerja/buruh yang menjadi
anggota Jamsostek.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan sedikitnya pekerja anak dan relatif rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi
lingkungan kerja, hubungan industrial dan pelatihan dan kompetensi kerja
ternyata mendapatkan indeks yang kurang baik.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
106
Tabel.4.29 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Selatan
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,34
PTK Provinsi 34,86 2,09
25
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,19
Angkatan Kerja Muda 32.61 0.46
24 Pekerja Anak 5.81 2.14
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.87 1.90
Tingkat Setengah Penganggur 38.93 0.69
3. Kesempatan Kerja 10,41
Kesempatan Kerja Sektor Formal 36.08 2.11
19 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
43.96 2.66
Tambahan Kesempatan Kerja 94.13 5.65
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 4,84
Kapasitas Pelatihan 12.70 3.17 17
Jumlah Lulusan Pelatihan 6.65 1.66
5. Produktivitas Tenaga Kerja 1,35
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 17,809,284 1,35 18
6. Hubungan Industrial 4,26
PP Yang Disahkan 11.38 0.28
5 PKB Yang Didaftarkan 2.72 0.07
LKS Bipartit di Perusahaan 71.36 1.78
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 1.49 2.13
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,46
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 12,20 0,49
21 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,26 0,15
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,30 2,82
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 110.80 10,00 9
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,53
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 36.71 1.84 20
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 73.96 3.70
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 55,39 20
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
107
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Selatan dikarenakan kurang baiknya rasio PDRB terhadap penduduk
yang bekerja.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan
sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di
perusahaan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan sedikitnya
Peraturan Perusahaan yang disahkan dan Perjanjian Kerja Bersama yang
didaftarkan.
4.2.27. Provinsi Sulawesi Tenggara
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi
Tenggara adalah sebesar 59,07 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-
11 dari 33 provinsi. Peringkat ini hanya didukung oleh 4 (empat) indikator
utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, dan pelatihan dan kompetensi kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
baik karena baiknya sub indikator perencanaan tenaga kerja provinsi,
perencanaan pendidikan dan pelatihan, perencanaan perluasan kesempatan
kerja, perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan hubungan
industrial, perencanaan pengawasan ketenagakerjaan dan perencanaan
pengupahan dan jamsos.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik karena banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator
tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor
informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama yang lain, yaitu produktivitas tenaga kerja, kondisi
lingkungan kerja, hubungan industrial, jaminan sosial tenaga kerja dan
penduduk dan tenaga kerja belum memberikan kontribusi yang baik
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
108
Tabel.4.30 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Tenggara
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 13,08
PTK Provinsi 70,44 4,23
5
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 100 1.50
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 100 1.50
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 90 1.35
Perencanaan Hubungan Industrial 100 1.50
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 100 1.50
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 100 1.50
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,99
Angkatan Kerja Muda 35.05 0.31
29 Pekerja Anak 7.83 2.01
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.04 2.28
Tingkat Setengah Penganggur 43.82 0.39
3. Kesempatan Kerja 10,22
Kesempatan Kerja Sektor Formal 32.92 1.85
21 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
44.68 2.61
Tambahan Kesempatan Kerja 95.96 5.76
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 7,19
Kapasitas Pelatihan 14.39 3.60 8
Jumlah Lulusan Pelatihan 14.39 3.60
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,99
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 14,366,535 0,9 22
6. Hubungan Industrial 3,60
PP Yang Disahkan 7.54 0.19
12 PKB Yang Didaftarkan 1.25 0.03
LKS Bipartit di Perusahaan 38.10 0.95
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.28 2.43
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,60
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 30,30 1,29
6 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,09 0,06
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,04 2,98
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 10,00
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 101.83 10,00 13
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,67
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 68.50 3.43 26
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 24.83 1.24
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 59,07 11
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
109
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Tenggara dikarenakan kurang baiknya rasio PDRB terhadap
penduduk yang bekerja.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan
sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan dan penerapan SMK3 di
perusahaan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan sedikitnya
Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang
didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di perusahaan.
4.2.28. Provinsi Gorontalo
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Gorontalo
adalah sebesar 54,44 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-22 dari 33
provinsi. Peringkat ini didukung oleh 5 (lima) indikator utama, yaitu
perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi serta penduduk dan tenaga
kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator PTK Provinsi, dan perencanaan
perluasan kesempatan kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik karena banyaknya penambahan kesempatan kerja pada sub indikator
tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja sektor
informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Gorontalo dikarenakan tingginya persentase upah minimum provinsi
terhadap kebutuhan hidup layak.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
110
Tabel.4.31 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Gorontalo
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,42
PTK Provinsi 87,75 5,27
15
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 60 0.90
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 70 1.05
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,11
Angkatan Kerja Muda 29.90 0.63
6 Pekerja Anak 4.09 2.24
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.36 2.22
Tingkat Setengah Penganggur 33.74 1.02
3. Kesempatan Kerja 10,24
Kesempatan Kerja Sektor Formal 36.65 2.15
20 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
49.26 2.35
Tambahan Kesempatan Kerja 95.64 5.74
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 6,92
Kapasitas Pelatihan 13.96 3.49 9
Jumlah Lulusan Pelatihan 13.71 3.43
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,27
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 7,591,205 0,27 32
6. Hubungan Industrial 2,86
PP Yang Disahkan 5.11 0.13
24 PKB Yang Didaftarkan 0.86 0.02
LKS Bipartit di Perusahaan 29.43 0.74
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 2.09 1.98
7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,85
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 48,69 1,95
3 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,00 0,00
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,16 2,90
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,41
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 84.06 8.41 28
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 3,37
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 23.09 1.15 31
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 44.21 2.21
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 54,44 22
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
111
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks
yang cukup baik dikarenakan cukup banyaknya kapasitas pelatihan yang
dimiliki dan jumlah lulusan pelatihan.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik dikarenakan sedikitnya pekerja anak dan rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, jaminan sosial tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja masih
kurang baik kontribusinya terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Gorontalo dikarenakan kurang baiknya rasio PDRB terhadap penduduk yang
bekerja.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan masih
sedikitnya jumlah Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja
Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi
relatif rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan
belum adanya perusahaan yang menerapkan SMK3.
4.2.29. Provinsi Sulawesi Barat
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Sulawesi
Barat adalah sebesar 53,31 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-24
dari 33 provinsi. Pencapaian peringkat tersebut didukung oleh 4 (empat)
indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, pelatihan dan kompetensi
kerja, kesempatan kerja, dan pengupahan dan kesejahteraan pekerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks paling
tinggi karena baiknya sub indikator perencanaan pengawasan
ketenagakerjaan, perencanaan perluasan kesempatan kerja, perencanaan
hubungan industrial, dan perencanaan pengupahan dan jamsos.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
112
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks
yang baik karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan jumlah
lulusan pelatihan.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang banyak pada sub
indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja
sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi yang baik dalam penentuan peringkat Provinsi Sulawesi Barat
dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan
hidup layak.
Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, jaminan
sosial tenaga kerja, hubungan industrial, penduduk dan tenaga kerja, dan
kondisi lingkungan kerja masih kurang baik kontribusinya terhadap
pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Sulawesi Barat.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Sulawesi Barat.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya
jumlah perusahaan dan pekerja/buruh yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan masih
sedikitnya jumlah Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja
Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
113
Tabel.4.32 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Sulawesi Barat
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 11,20
PTK Provinsi 71,7 4,30
16
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 60 0.90
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 80 1.20
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 80 1.20
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,49
Angkatan Kerja Muda 40.87 0.00
33 Pekerja Anak 8.16 1.99
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 2.14 2.50
Tingkat Setengah Penganggur 56.44 0,00
3. Kesempatan Kerja 9,45
Kesempatan Kerja Sektor Formal 25.26 1.23
29 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
49.29 2.35
Tambahan Kesempatan Kerja 97.86 5.87
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 10,00
Kapasitas Pelatihan 23.20 5,00 3
Jumlah Lulusan Pelatihan 21.07 5,00
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,57
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 10,394,509 0,57 28
6. Hubungan Industrial 2,76
PP Yang Disahkan 1.94 0.05
26 PKB Yang Didaftarkan 0.62 0.02
LKS Bipartit di Perusahaan 8.89 0.22
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.09 2.48
7. Kondisi Lingkungan Kerja 4,57
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 39,34 1,57
5 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,03 0,02
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,03 2,98
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,16
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 81.58 8,16 30
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 2,10
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 16.83 0.84 33
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 25.25 1.26
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 53,31 24
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
114
4.2.30. Provinsi Maluku
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Maluku
adalah sebesar 47,75 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-32 dari 33
provinsi. Pencapaian peringkat tersebut didukung oleh 5 (lima) indikator
utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja, pengupahan dan
kesejahteraan pekerja, kondisi lingkungan kerja, dan penduduk dan tenaga
kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan indeks yang paling
tinggi dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang banyak di sub
indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja
sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pengawasan
ketenagakerjaan, perencanaan pendidikan dan pelatihan, dan perencanaan
produktivitas tenaga kerja.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi cukup baik dalam penentuan peringkat Provinsi Maluku dengan
cukup tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan
hidup layak.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena cukup banyaknya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan
di perusahaan dan sedikitnya jumlah kecelakaan kerja.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena sedikitnya pekerja anak dan relatif rendahnya tingkat
penganggur terbuka.
Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, pelatihan
dan kompetensi kerja, hubungan industrial, dan jaminan sosial tenaga kerja
masih kurang baik kontribusinya terhadap pembentukan indeks
pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Maluku.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Maluku karena rendahnya rasio PDRB terhadap penduduk yang bekerja.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
115
Tabel.4.33 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Maluku
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 8,97
PTK Provinsi 42 2,52
31
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 50 0.75
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 90 1.35
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,34
Angkatan Kerja Muda 26.69 0.83
20 Pekerja Anak 4.01 2.25
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 7.51 1.56
Tingkat Setengah Penganggur 38.79 0.70
3. Kesempatan Kerja 9,40
Kesempatan Kerja Sektor Formal 28.30 1.48
30 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
48.83 2.37
Tambahan Kesempatan Kerja 92.49 5.55
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 3,42
Kapasitas Pelatihan 9.57 2.39 21
Jumlah Lulusan Pelatihan 4.12 1.03
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,31
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 7,963,068 0,31 30
6. Hubungan Industrial 3,94
PP Yang Disahkan 9.12 0.23
9 PKB Yang Didaftarkan 2.92 0.07
LKS Bipartit di Perusahaan 47.34 1.18
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.19 2.45
7. Kondisi Lingkungan Kerja 5,49
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 63,04 2,52
2 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,02 0,01
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,06 2,96
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 6,21
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 62.06 6,21 33
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,67
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 63.68 3.18 27
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 29.63 1.48
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 47,75 32
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
116
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan kontribusi
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya
kapasitas pelatihan dan jumlah lulusan pelatihan.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan masih
sedikitnya jumlah Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja
Bersama yang didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan.
4.2.31. Provinsi Maluku Utara
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Maluku
Utara adalah sebesar 52,83 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-26
dari 33 provinsi. Pencapaian peringkat tersebut didukung oleh 5 (lima)
indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja,
pengupahan dan kesejahteraan pekerja, pelatihan dan kompetensi kerja, dan
penduduk dan tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks cukup
baik karena baiknya sub indikator perencanaan perluasan kesempatan kerja
dan perencanaan pengawasan ketenagakerjaan.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan kontribusi yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang banyak di sub
indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja
sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi cukup baik dalam penentuan peringkat Provinsi Maluku Utara
dengan tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan
hidup layak
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks
yang cukup baik karena cukup banyaknya kapasitas pelatihan dan jumlah
lulusan pelatihan.
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena rendahnya tingkat penganggur terbuka dan sedikitnya
pekerja anak.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
117
Tabel.4.34 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Maluku Utara
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,11
PTK Provinsi 73,45 4,41
26
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 70 1.05
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 80 1.20
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 70 1.05
Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 80 1.20
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 10 0.15
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 5,00
Angkatan Kerja Muda 33.40 0.41
28 Pekerja Anak 7.11 2.06
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 4.76 2.13
Tingkat Setengah Penganggur 43.63 0.40
3. Kesempatan Kerja 9,70
Kesempatan Kerja Sektor Formal 28.53 1.50
28 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
46.84 2.49
Tambahan Kesempatan Kerja 95.24 5.71
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 7,20
Kapasitas Pelatihan 17.30 4.32 7
Jumlah Lulusan Pelatihan 11.49 2.87
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,29
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 7,770,495 0,29 31
6. Hubungan Industrial 3,48
PP Yang Disahkan 13.98 0.35
14 PKB Yang Didaftarkan 4.08 0.10
LKS Bipartit di Perusahaan 24.00 0.60
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 0.28 2.43
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,60
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 16,67 0,67
16 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,00 0,00
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,12 2,93
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,81
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 88.12 8,81 26
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4,65
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 43.57 2.18 28
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 49.38 2.47
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 52,83 26
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
118
Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, kondisi lingkungn kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja masih
kurang baik kontribusinya terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Maluku Utara.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena masih sedikitnya
jumlah Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang
didaftarkan, dan Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan belum adanya
perusahaan yang menerapkan SMK3 dan sedikitnya kepatuhan wajib lapor
ketenagakerjaan di perusahaan.
4.2.32. Provinsi Papua
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Papua
adalah sebesar 50,48 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-29 dari 33
provinsi. Pencapaian peringkat tersebut hanya didukung oleh 4 (empat)
indikator utama, yaitu perencanaan tenaga kerja, kesempatan kerja,
pengupahan dan kesejahteraan pekerja, dan jaminan sosial tenaga kerja.
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
paling tinggi karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan
pelatihan dan perencanaan produktivitas tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan kontribusi yang cukup
baik dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang banyak di sub
indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja
sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi cukup baik dalam penentuan peringkat Provinsi Papua dengan
tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup
layak.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
119
Tabel.4.35 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi Papua
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 10,73
PTK Provinsi 66.26 3,98
16
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 85 1.28
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 65 0.98
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 80 1.20
Perencanaan Hubungan Industrial 75 1.13
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 75 1.13
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 70 1.05
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 4,78
Angkatan Kerja Muda 50.97 0,00
31 Pekerja Anak 11.82 1.76
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 3.63 2.37
Tingkat Setengah Penganggur 38.14 0.74
3. Kesempatan Kerja 9,18
Kesempatan Kerja Sektor Formal 18.95 0.72
31 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
43.64 2.67
Tambahan Kesempatan Kerja 96.37 5.78
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 4,06
Kapasitas Pelatihan 6.55 2.46 18
Jumlah Lulusan Pelatihan 6.41 1.60
5. Produktivitas Tenaga Kerja 0,99
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 14,368,808 0,99 21
6. Hubungan Industrial 1,97
PP Yang Disahkan 32.23 0.81
32 PKB Yang Didaftarkan 7.74 0.19
LKS Bipartit di Perusahaan 34.20 0.85
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 9.52 0.12
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,40
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 5,73 0,23
29 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,60 0,36
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,31 2,82
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,90
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 88.98 8,90 25
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 6,39
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 84.49 4.22 16
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 43.28 2.16
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 50,48 29
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
120
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena banyaknya perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama yang lain, yakni produktivitas tenaga kerja, hubungan
industrial, kondisi lingkungan kerja, dan penduduk dan tenaga kerja masih
kurang baik kontribusinya terhadap pembentukan indeks pembangunan
ketenagakerjaan Provinsi Papua.
Indikator utama produktivitas tenaga kerja memberikan kontribusi
paling rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Papua.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya jumlah
Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja Bersama yang
didaftarkan, Lembaga Kerja Sama Bipartit di Perusahaan, dan masih
banyaknya jumlah perselisihan hubungan industrial.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan dikarenakan sedikitnya
perusahaan yang menerapkan SMK3 dan sedikitnya kepatuhan wajib lapor
ketenagakerjaan di perusahaan.
4.2.33. Provinsi Papua Barat
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Provinsi Papua
Barat adalah sebesar 57,96 sehingga provinsi ini berada di peringkat ke-14
dari 33 provinsi. Pencapaian peringkat tersebut didukung oleh 6 (enam)
indikator utama, yaitu kesempatan kerja, perencanaan tenaga kerja,
pelatihan dan kompetensi kerja, pengupahan dan kesejahteraan pekerja,
penduduk dan tenaga kerja, dan jaminan sosial tenaga kerja.
Indikator utama kesempatan kerja memberikan kontribusi yang paling
tinggi dengan adanya penambahan kesempatan kerja yang besar di sub
indikator tambahan kesempatan kerja dan berkembangnya kesempatan kerja
sektor informal (tidak termasuk pekerja keluarga).
Indikator utama perencanaan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena baiknya sub indikator perencanaan pendidikan dan
pelatihan dan cukup baiknya sub indikator perencanaan perluasan
kesempatan kerja, perencanaan produktivitas tenaga kerja, perencanaan
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
121
hubungan industrial, perencanaan pengawasan ketenagakerjaan, dan
perencanaan pengupahan dan Jamsos.
Indikator utama pelatihan dan kompetensi kerja memberikan indeks
yang cukup baik karena banyaknya kapasitas pelatihan yang dimiliki dan
jumlah lulusan pelatihan.
Indikator utama pengupahan dan kesejahteraan pekerja memberikan
kontribusi baik dalam penentuan peringkat Provinsi Papua Barat dengan
tingginya persentase upah minimum provinsi terhadap kebutuhan hidup
layak
Indikator utama penduduk dan tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena rendahnya tingkat penganggur terbuka dan sedikitnya
pekerja anak.
Indikator utama jaminan sosial tenaga kerja memberikan indeks yang
cukup baik karena cukup banyaknya jumlah perusahaan dan pekerja/buruh
yang menjadi anggota Jamsostek.
Indikator utama yang lain, yakni hubungan industrial, produktivitas
tenaga kerja, dan kondisi lingkungan kerja masih kurang baik kontribusinya
terhadap pembentukan indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi
Papua Barat.
Indikator utama hubungan industrial memberikan kontribusi paling
rendah terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat,
karena sedikitnya Peraturan Perusahaan yang disahkan, Perjanjian Kerja
Bersama yang didaftarkan, dan masih banyaknya jumlah perselisihan
hubungan industrial.
Indikator utama kondisi lingkungan kerja memberikan kontribusi rendah
terhadap indeks pembangunan ketenagakerjaan karena sedikitnya penerapan
SMK3 di perusahaan dan sedikitnya kepatuhan wajib lapor ketenagakerjaan
di perusahaan.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
122
Tabel.4.36 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan
Provinsi PapuaBarat
INDIKATOR UTAMA/SUB INDIKATOR NILAI AKTUAL
INDEKS INDIKATOR
UTAMA/SUB INDIKATOR
PERINGKAT NASIONAL
1. Perencanaan Tenaga Kerja 9,35
PTK Provinsi 55,86 3,35
29
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan 80 1.20
Perencanaan Perluasan Kesempatan Kerja 70 1.05
Perencanaan Produktivitas Tenaga Kerja 60 0.90
Perencanaan Hubungan Industrial 70 1.05
Perencanaan Pengawasan Ketenagakerjaan 60 0.90
Perencanaan Pengupahan dan Jamsos 60 0.90
2. Penduduk dan Tenaga Kerja 6,02
Angkatan Kerja Muda 26.39 0.85
12 Pekerja Anak 4.31 2.23
Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) 5.49 1.98
Tingkat Setengah Penganggur 34.64 0.96
3. Kesempatan Kerja 10,87
Kesempatan Kerja Sektor Formal 38.77 2.32
12 Kesempatan Kerja Sektor Informal Tidak Termasuk Pekerja Keluarga
40.20 2.87
Tambahan Kesempatan Kerja 94.51 5.67
4. Pelatihan dan Kompetensi Kerja 8,12
Kapasitas Pelatihan 20.70 5,00 6
Jumlah Lulusan Pelatihan 12.46 3,12
5. Produktivitas Tenaga Kerja 3,72
Tingkat Produktivitas Tenaga Kerja 40,326,329 3,72 5
6. Hubungan Industrial 2,11
PP Yang Disahkan 7.08 0.18
30 PKB Yang Didaftarkan 4.44 0.11
LKS Bipartit di Perusahaan 70.07 1.75
Jumlah Perselisihan Hubungan Industrial 9.72 0.07
7. Kondisi Lingkungan Kerja 3,74
Kepatuhan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan 19,84 0,79
12 Penerapan SMK3 di Perusahaan 0,07 0,04
Jumlah Kecelakaan Kerja 0,15 2,91
8. Pengupahan dan Kesejahteraan Pekerja 8,06
Besaran Upah Minimum terhadap KHL 80,56 8,06 31
9. Jaminan Sosial Tenaga Kerja 5,97
Perusahaan Yang Menjadi Anggota Jamsostek 75.96 3.80 17
Pekerja/Buruh Yang Menjadi Anggota Jamsostek 43.53 2.18
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Provinsi 57,96 14
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
123
4.2.34. Provinsi Kalimantan Utara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 Provinsi
Kalimantan Utara secara yuridis terpisah dengan Provinsi Kalimantan Timur,
namun sampai dengan sekarang belum terbentuk dinas yang bertanggung
jawab di bidang ketenagakerjaan, untuk itu pengukuran indeks pembangunan
ketenagakerjaan Tahun 2013 belum dilakukan secara terpisah dengan
Provinsi Kalimantan Timur.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013
125
BAB V
PENUTUP
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun 2013 ini merupakan
suatu dokumen yang memuat hasil pengukuran Indeks Pembangunan
Ketenagakerjaan di setiap fungsi secara Nasional dan setiap fungsi di 33
Provinsi di Indonesia.
Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan ini merupakan gambaran hasil
pembangunan ketenagakerjaan yang sudah dilakukan, baik secara
keseluruhan (seluruh indikator utama) maupun secara parsial (sub indikator)
baik secara Nasional dan tiap-tiap provinsi seluruh Indonesia.
Dengan disusunnya Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan Tahun
2013 ini diharapkan setiap unit ketenagakerjaan di Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi untuk mendorong pembangunan ketenagakerjaan yang
indikatornya relatif rendah dan provinsi yang indeks pembangunan
ketenagakerjaannya juga rendah. Pemerintah provinsi diharapkan
menindaklanjuti dengan menginventarisasi permasalahan-permasalahan
yang menghambat nilai indeks pembangunan ketenagakerjaan secara
keseluruhan maupun indikator utama/sub indikator yang selanjutnya
dijadikan pijakan penyusunan kebijakan. Selain itu agar dijadikan bahan
evaluasi kebijakan dan program ketenagakerjaan yang telah dilakukan serta
sebagai bahan penyusunan kebijakan dan program pembangunan
ketenagakerjaan di masa yang akan datang.
Lampiran 1
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
PUSAT PERENCANAAN TENAGA KERJA
DAFTAR PERTANYAAN
PENGUKURAN
INDEKS PEMBANGUNAN KETENAGAKERJAAN
TAHUN 2013
I. DAERAH
1. PROVINSI
2. DINAS
3. ALAMAT
4. TELEPON
5. E-MAIL
II. PENGESAHAN
………………………, …………………… 2013
Kepala Dinas
ttd dan cap
( ………………………………… )
NIP.
DAFTAR PUSTAKA BPS, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut Provinsi
Kabupaten/Kota.
International Labour Organization, Key Indicator of The Labour Market.
BPS, Keadaan Angkatan Kerja Indonesia, Sakernas.
Payaman Simanjuntak, Prof. Dr., Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta, LDFE UI.
Supranto J, Statistik Teori dan Aplikasi, Jakarta, Erlangga 1994.
Yudoswasono, Dr dan Endang Sulistyaningsih, Perencanaan Tenaga Kerja, 1994.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Depnakertrans.
Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak
Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 2007 Tentang Tata cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja, Depnakertrans.
Permenakertrans No.16/Men/XI/2010 Tentang Perencanaan Tenaga Kerja Makro, Kemnakertrans.
Wardoyo Bambang, Konsep Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (Manpower Development Index).
TIM PENYUSUN Pengarah : Dr. Ir. Muchtar Luthfie, MMA
Penanggungjawab : Drs. Nurahman, M.Si
Koordinator : Bambang Wardoyo, SE.MM
Penulis : Rini Nurhayati, SE.MT
Dra. Gunarti Pamungkas, MA
Endang Asriyati, S.Si
Atep Juarsa, S.Si
Sukma Hadinuriani, S.Sos
Anggit Tri Widyaningsih, S.Si
Pengolah Data : Edi Gunadi, SE
Atep Juarsa, S.Si
Sukma Hadinuriani, S.Sos
Anggit Tri Widyaningsih, S.Si
Jaelani Efendi, SP
Narasumber : Prof. Dr. Payaman Simanjuntak
Drs. Suwito Ardiyanto, SH, MH
Mulyadi Kurdi, SH, MH
Tim Teknis : Reni Mursidayanti, SH, MH
Adriani, SE, MA
Drs. Akhmad Junaedi
Drs. Dopang Manurung, M.Si
Ir. Sanggam Purba, MM
Khairul Ismed, ST, MT
Drs. Sapto Purnomo, MT
Selviana, S.Kom, M.Si
St. Reno Budi Susatyo, ST
Unit Teknis Lainnya
TIM PENILAI
1. Dr. Ir. Muchtar Luthfie, MMA
2. Drs. Nurahman, M.Si
3. Sunarno, SH, MH
4. Ir. Sugiarto Sumas, MT
5. Drs. Ending Khaerudin, MM
6. Drs. Suhartono, MM
7. Roostiawati, SH, M.Sc
8. Drs. Bibit Setiawan, MM
9. Ir. Maruli A. Hasoloan, MA. Ph.D
10. Drs. Bambang Satrio Lelono, MA
11. Iskandar Maula, SH, MM
12. Ir. Timbur Saut Parulian Siahaan, M.Kes
13. Bambang Wardoyo, SE, MM
TIM PENGUKUR
1. Drs. Nurahman, M.Si
2. Syarifuddin Sinaga, SH
3. Bambang Wardoyo, SE, MM
4. Rini Nurhayati, SE, MT
5. Drs. Akhmad Junaedi
6. Ir. Sanggam Purba, MM
7. Adriani, SE, MA
8. Khairul Ismed, ST, MT
9. Drs. Sapto Purnomo, MT
10. Reni Mursidayanti, SH, MH
11. Selviana, S.Kom, M.Si
12. Ganjar Kusmana, SH
13. St. Reno Budi Susatyo, ST
14. Drs. Ardencius Gultom
15. Woro Sukesti, SE
16. Jasarlem Damanik, SE
17. Sri Ning Sulastri, SE, MM
18. Dra. Gunarti Pamungkas, MA
19. Endang Asriyati, S.Si
20. Edi Gunadi, SE
21. Atep Juarsa, S.Si
22. Sukma Hadinuriani, S.Sos
23. Anggit Tri Widyaningsih, S.Si
24. Alita Rachmawati, SH
25. Widyantoro Mukti R, S.Sos, MM
26. Kurtisan Wahyudi, SE
27. Ervin Jongguran M, SE. Ak
28. Dwi Hadianto, S.Sos
29. Yulvita Sangdiah, S.Si
30. Puspita Mekarsari, SE
31. R.S. Ramdhani, S.Sos
32. Karseno