JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA| Page : 53 – 72
Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | p-ISSN2356-2528; e-ISSN 2620-9640
IMPLEMENTASI KELOMPOK PENDUKUNG ASI TERHADAP
KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI KABUPATEN BANYUWANGI
Yeni Andriani1
Email: [email protected] 1 Prodi DIII Kebidanan Akademi Kesehatan Rustida
Reni Sulistyowati1
2 Prodi DIII Kebidanan Akademi Kesehatan Rustida
Vita Raraningrum1
3 Prodi DIII Kebidanan Akademi Kesehatan Rustida
ABSTRAK
Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 48 dari 51 anak
yang stunting tidak mendapatkan ASI eksklusif. Angka stunting di Kabupaten
Banyuwangi tahun 2017 adalah 26,2%. Cakupan ASI eksklusif Kabupaten
Banyuwangi tahun 2017 sejumlah 81,5%, sedangkan Puskesmas Purwoharjo
78,32% dan Puskesmas Paspan 92,3%. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh implementasi kelompok pendukung ASI (KP-ASI)
terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-kualitatif. Pada penelitian
kuantitatif menggunakan quasy eksperimen dan dibutuhkan 120 subjek, terbagi
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Data kuantitatif
dianalisa menggunakan uji Wilcoxon Signed Ranks Test, sedangkan untuk
mengetahui perbedaan pada dua kelompok menggunakan uji Mann Whitney.
Informan utama penelitian kualitatif berjumlah 4 orang dan informan triangulasi
berjumlah 6 orang.
Hasil uji Wilcoxon, terdapat pengaruh yang signifikan tentang pengetahuan
(p=0,000), sikap (p=0,005), praktik (p=0,001) dan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif (p=0,000) antara sebelum dan sesudah dilakukan penguatan/refreshing
KP-ASI. Hasil uji dengan Mann Whitney adalah terdapat perbedaan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
(p=0,000). Kegiatan KP-ASI di Kabupaten Banyuwangi belum dilaksanakan
secara optimal pada setiap desa. Di Desa Olehsari kegiatan KP-ASI sudah
berjalan aktif sejak tahun 2015 namun di Desa Purwoharjo belum berjalan secara
aktif.
Kegiatan KP-ASI yang dilakukan rutin minimal 1 bulan sekali dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap positif ibu untuk memberikan ASI sehingga
mampu mempraktikkan pemberian ASI dan meningkatkan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif.
Kata Kunci: Kelompok pendukung ASI, ASI eksklusif
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
54 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
PENDAHULUAN
Di Indonesia menunjukkan,
pemberian ASI eksklusif sangat
berkaitan dengan kejadian stunting
pada anak. Sekitar 48 dari 51 anak
yang stunting tidak mendapatkan
ASI eksklusif. Pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dini
sebelum anak berusia 6 bulan juga
berhubungan dengan kejadian
stunting pada anak. Hal ini
disebabkan karena pada saat ASI
dihentikan, anak tidak mendapatkan
zat kekebalan yang terkandung
dalam ASI. Sedangkan jika MP-
ASI yang diberikan tidak higenis
atau anak belum siap
mengkonsumsi makanan, ia akan
terkena infeksi (Adisti, 2017).
Angka kejadian stunting di
Kabupaten Banyuwangi tahun 2017
adalah 26,2% (Dinkes Banyuwangi,
2018), di Puskesmas Paspan sebesar
0,625% (Laporan Puskesmas Paspan,
2018) dan di Puskesmas Purwoharjo
sebesar 0,79% (Laporan Puskesmas
Purwoharjo, 2018). Cakupan ASI
eksklusif di Kabupaten Banyuwangi
mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun yaitu tahun 2015 mencapai
67,92%, tahun 2016 mencapai
70,19% dan tahun 2017 meningkat
menjadi 81,5% (Dinkes Banyuwangi,
2018). Sudah ada peningkatan
cakupan ASI eksklusif, namun belum
mencapai target yang diharapkan
yaitu menuju Jawa Timur 100% ASI
eksklusif (Soekarwo, 2016).
Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas
Purwoharjo tahun 2017 yaitu 78,32%
(Laporan Puskesmas Purwoharjo,
2018). Berbeda dengan Puskesmas
Paspan yang dapat mencapai nilai
lebih tinggi yaitu sebesar 92,3%.
Strategi untuk mendukung
perempuan agar menyusui antara lain
memberikan penyuluhan, bimbingan,
konseling. Pemberian ASI perlu
diprogramkan dengan mendirikan
Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
sebagai kegiatan yang dapat
mendukung keberhasilan ibu
menyusui (Sedyaningsih, 2010).
Percepatan peningkatan ASI
eksklusif di Kabupaten Banyuwangi
sudah banyak melakukan kegiatan
diantaranya launching KP-ASI
ditingkat Kabupaten yang diberi
nama KP-ASI “sahabat” (sehat,
hemat, hebat), yang pembentukannya
kemudian diikuti oleh semua desa
minimal 1 kelompok di setiap desa.
Namun, dalam kenyataannya KP-
ASI belum dilaksanakan secara
optimal. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis pengaruh
implementasi KP-ASI terhadap
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif di Kabupaten Banyuwangi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif-kualitatif.
Penelitian kuantitatif dengan desain
quasy experiment. Populasinya
adalah anggota dan peserta KP-ASI
di Desa Purwoharjo dan Desa
Olehsari Kabupaten Banyuwangi.
Subjek penelitian dipilih dengan
teknik simple random sampling
sebanyak 120 yang terbagi menjadi 2
kelompok yaitu kelompok
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
55 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
eksperimen (metode pemberian
penguatan/refreshing KP-ASI)
sejumlah 60 dan kelompok kontrol
(metode pemberian pendidikan
kesehatan tentang ASI) sejumlah 60.
Data kuantitatif dianalisa dengan uji
Wilcoxon Signed Ranks Test untuk
mengetahui adanya pengaruh antara
sebelum dan sesudah perlakuan dan
uji Mann Whitney untuk mengetahui
perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kontrol. Informan
utama penelitian kualitatif berjumlah
4 orang dan informan triangulasi
berjumlah 6 orang. Penelitian
kualitatif dianalisis dengan metode
analisis deskripsi isi.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Kuantitatif
1. Pengetahuan, Sikap, Praktik, dan
Keberhasilan Pemberian ASI
Eksklusif
Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Pengetahuan, Sikap,
Praktik, dan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Variabel Metode Penguatan/Refreshing
Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
Metode Pendidikan Kesehatan
Tentang ASI
Pre Post Pre Post
N % N % N % N %
Pengetahuan
Tinggi 28 46,7% 54 90% 24 40% 31 51,7%
Rendah 32 53,3% 6 10% 36 60% 29 48,3%
Sikap
Positif 52 86,7% 60 100% 47 78,3% 48 80%
Negatif 8 13,3% 0 0% 13 21,7% 12 20%
Praktik
Baik 42 70% 54 90% 37 61,7% 40 66,7%
Kurang 18 30% 6 10% 23 38,3% 20 33,3%
Keberhasilan
Berhasil 18 30% 49 81,7% 16 26,7% 22 36,7%
Tidak berhasil 42 70% 11 18,3% 44 73,3% 38 63,7% Tabel 1 menunjukkan bahwa
subjek penelitian dengan metode
pemberian refreshing KP-ASI
sebelum dilakukan refreshing
memiliki pengetahuan tinggi
sebesar 46,7% dan setelah
dilakukan refreshing meningkat
menjadi 90%. Pada variabel sikap,
mempunyai sikap positif terhadap
pemberian ASI eksklusif sebesar
86,7% dan setelah dilakukan
refreshing meningkat menjadi
100%. Subjek yang mampu
mempraktikkan pemberian ASI
eksklusif dengan baik, sebelum
dilakukan refreshing sebesar 70%
dan setelah dilakukan refreshing
meningkat menjadi 90%.
Keberhasilan pemberian ASI
eksklusif sebelum dilakukan
refreshing sebesar 30% dan
setelah dilakukan refreshing
meningkat menjadi 81,7%.
2. Hasil analisis bivariat kelompok
eksperimen antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan
menggunakan uji Wilcoxon
Signed Ranks Test.
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
56 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Pengetahuan, Sikap, Praktik dan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Kelompok Ekperimen Variabel N Mean
Rank
Sum of
Ranks
Z p
Pengetahuan
Post test – pre test Negative ranks 0a 0,00 0,00 -5,099b 0,000
Positive ranks 26b 13,50 351,00
Ties 34c
Total 60
Sikap
Post test – pre test Negative ranks 0a 0,00 0,00 -2,828b 0,005
Positive ranks 8b 4,50 36,00
Ties 52c
Total 60
Praktik
Post test – pre test Negative ranks 0a 0,00 0,00 -3,464b 0,001
Positive ranks 12b 6,50 78,00
Ties 48c
Total 60
Keberhasilan
Post test – pre test Negative ranks 0a 0,00 0,00 -5,568b 0,000
Positive ranks 31b 16,00 496,00
Ties 29c
Total 60
Tabel 2 menunjukkan bahwa
dari hasil uji Wilcoxon Signed
Ranks Test, nilai signifikansi
pengetahuan (p=0,000)<0,05
maka terdapat pengaruh
pengetahuan pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan refreshing KP-
ASI. Nilai signifikansi sikap
(p=0,005)<0,05 maka terdapat
pengaruh sikap pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan refreshing KP-
ASI.
Nilai signifikansi praktik
(p=0,001)<0,05 maka terdapat
pengaruh praktik pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan refreshing KP-
ASI. Nilai signifikansi
keberhasilan (p=0,000)<0,05
maka terdapat pengaruh terhadap
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan refreshing KP-
ASI.
3. Hasil analisis bivariat kelompok
kontrol antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan
menggunakan uji Wilcoxon
Signed Ranks Test
Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat Pengetahuan, Sikap, Praktik dan Keberhasilan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Kelompok Kontrol Variabel N Mean
Rank
Sum of
Ranks
Z p
Pengetahuan
Post test – pre test Negative ranks 0a 0,00 0,00 -2,646b 0,008
Positive ranks 7b 4,00 28,00
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
57 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
Ties 53c
Total 60
Sikap
Post test – pre test Negative ranks 0a 0,00 0,00 -1,000b 0,317
Positive ranks 1b 1,00 1,00
Ties 59c
Total 60
Praktik
Post test – pre test Negative ranks 0a 0,00 0,00 -1,732b 0,083
Positive ranks 3b 2,00 6,00
Ties 57c
Total 60
Keberhasilan
Post test – pre test Negative ranks 0a ,00 ,00 -2,449b 0,014
Positive ranks 6b 3,50 21,00
Ties 54c
Total 60
Tabel 3 menunjukkan bahwa
dari hasil uji Wilcoxon Signed
Ranks Test, nilai signifikansi
pengetahuan (p=0,008)<0,05
maka terdapat pengaruh
pengetahuan pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang ASI. Nilai
signifikansi sikap (p=0,317)>0,05
maka tidak terdapat pengaruh
pada sikap pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang ASI.
Nilai signifikansi praktik
(p=0,083)>0,05 maka tidak
terdapat pengaruh praktik
pemberian ASI eksklusif antara
sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan tentang
ASI. Nilai signifikansi
keberhasilan (p=0,014)<0,05
maka terdapat pengaruh terhadap
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang ASI.
4. Hasil analisis bivariat perbedaan
antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dengan
menggunakan uji Mann Whitney
Tabel 4. Hasil Analisis Bivariat Perbedaan Antara Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol Tentang Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif Metode N Mean
Rank
Sum of
Ranks
Mann
Whitney U
Wilco-
xon
Z p
Keber-
hasilan
Kontrol 60 47 2820 990 2820 -4,994 0,000
Eksperimen 60 74 4440
Total 120
Tabel 4 menunjukkan bahwa
dari hasil uji Mann Whitney, nilai
p (0,000)<0,05 maka terdapat
perbedaan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif antara
kelompok eksperimen dengan
metode refreshing KP-ASI dan
kelompok kontrol dengan metode
pendidikan kesehatan tentang
ASI.
Hasil Kualitatif
Apakah selama ini program KP-
ASI berjalan?
a) Informan Utama
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
58 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
“Ya setahu saya kegiatan KP-ASI
belum berjalan kayaknya mbak
soalnya saya juga masih baru jadi
Kepala Desa. Saya juga jarang lihat
di desa, kalau di tempatnya bu bidan
pernah tapi yang kayak kelas ibu
hamil gitu..” (IF U 1)
“Belum berjalan mbak. Saya sampun
15 tahun dados kader ngertos
gambaran posyandu itu gimana
tetapi karena kegiatan KP-ASI masih
baru nggih bu jadi saya ndak tahu bu
jadi ya belum berjalan.....” (IF U 2)
“Alhamdulillah Kampung ASI kita
sudah ada mbak saya juga menjabat
sebagai Kepala Desa hampir 5
tahun, alhamdulilah tahu
bagaimana KP-ASI ini mulai tahun
2015 sampai berjalan tahun 2018.
Kegiatan tersebut sudah di skan
sehingga kegiatan diupayakan tahun
berikutnya bisa berjalan dengan
berjalannya waktu kegiatan tersebut
efektif berjalan tetapi belum optimal
pada saat tahun 2017–2018 yang
mana kegiatan KP-ASI atau
Kampung ASI GEMPITA (Gerakan
Masyarakat Peduli ASI) sudah
mendapat penghargaan dari Dinas
Kesehatan sebagai Kampung ASI
ditahun berapa 2016...” (IF U 3)
“Saya sudah hampir 3 tahun menjadi
ketua kader serta motivator ASI, aktif
kegiatan KP-ASI, alhamdulillah
sudah berjalan dari tahun 2015
sampai sekarang setelah ada
keputusan dari desa, kegiatan KP-
ASI ini efektif dilakukan setiap bulan
di daerah Olehsari. Dengan adanya
Kampung ASI masyarakat di
Olehsari alhamdulillah sudah mau
dan ikut untuk memberikan ASI
selama 6 bulan dan lanjut selama 2
tahun...” (IF U 4)
Sesuai dengan pernyataan
informan utama dari Kepala Desa
dan juga kader/motivator ASI maka
kegiatan KP-ASI di Desa Purwoharjo
belum berjalan sesuai harapan Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyuwangi.
Berbeda dengan di Desa Olehsari,
kegiatan KP-ASI sudah berjalan
secara rutin sejak tahun 2015.
b) Infoman Triangulasi
“.... Saya sebagai Bidan Desa
Purwoharjo dari tahun 1992. Selama
itu kegiatan atau program dari
Puskesmas atau desa juga berganti-
ganti, kalau tentang KP-ASI pernah
dulu tetapi gabung dengan kegiatan
kelas ibu hamil dan dilakukannya di
rumah bidan karena kegiatannya
gabung dengan senam hamil, juga
kegiatan tersebut kurang lebih jalan
5 tahun terakhir sayangnya tahun ini
KP-ASI yang berdiri sendiri belum
berjalan sesuai harapan...(IF T 5)
“.... Saya tinggal di daerah
Purwoharjo. Saya sampun nggadah
2 putra dan 1 putri mbak, ini anak
ketiga kulo, alhamdulilah saya
memberikan ASI mbak tapi saya
ndak tahu kalau ada program KP-
ASI itu apa mbak. Pas anak saya 1
dan 2 juga belum denger program itu
mbak..”(IF T 6)
“..... Saya suami dari SR mbak.
Kalau tentang KP-ASI saya ndak
tahu mbak, baru denger ini mbak....”
(IF T 7)
“....Kalau dibilang jalan
alhamdulillah kegiatan KP-ASI di
daerah Olehsari berjalan. Kegiatan
tersebut berawal dari saat itu
cakupan ASI yang turun sehingga
Kepala Puskesmas beserta bidan
sebelum saya mengupayakan,
memotivasi kader untuk terus
mengkampanyekan ASI, sampai pada
bulan Juni 2017 berganti kepada
saya dan progam KP-ASI
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
59 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
alhamdulillah berjalan dalam satu
bulan 2 sampai 3 kali.....” (IF T 8)
“....Saya sudah lama tinggal di
Olehsari ini mbak, alhamdulillah
tahu tentang KP-ASI dan ASI
eksklusif itu apa. Informasi itu ya
saya tahunya lewat bu bidan, kader
dan ibu-ibu juga di daerah sini
karena disini itu udah lama ya mbak
jadi kampung ASI jadi ya mulai bayi
harus diberikan ASI..” (IF T 9)
“.... Kalau KP-ASI saya kurang
begitu paham ya bu, ya setahu saya
bayi harus disusui sampai 2 tahun.
Selama ini saya mengantarkan saja
bu ke posyandu tapi ndak pernah
saya tunggui bu, saya tinggal, nanti
pulangnya ya kadang pulang sendiri
kadang saya jemput lagi. Kalau
pertemuan KP-ASI saya belum
pernah ikut, saya nganter saja....”
(IF T 10)
Dari pernyataan informan triangulasi,
dapat ditarik kesimpulan bahwa
program KP-ASI di Desa Purwoharjo
belum berjalan secara aktif, bahkan
ibu menyusui dan keluarga belum
pernah mendengar program tersebut.
Berbeda dengan pernyataan dari
informan triangulasi Desa Olehsari
bahwa program KP-ASI sudah
berjalan secara aktif dan pertemuan
rutin bisa dilakukan 2-3 kali dalam
satu bulan, tetapi program ini kurang
begitu dimengerti oleh pihak
keluarga.
Sejak kapan dan dimana Program
KP-ASI dilakukan?
a) Informan Utama
“..... Karena belum jalan kegiatan
tersebut maka program KP-ASI juga
tidak dilakukan..” (IF U 1)
“..... Belum pernah dilakukan bu, ya
cuma posyandu biasa saja, jadi
belum pernah ada pertemuan yang
ngomongin tentang ASI gitu bu
ya......” (IF U 2)
“......Kegiatan Kampung ASI di
Olehsari sudah berjalan sejak tahun
2015, ya biasanya diadakan di
Posyandu, balai desa, atau kader
bisa masuk ke kegiatan ibu-ibu di
desa seperti pengajian, untingan
kacang yang banyak berkumpulnya
ibu-ibu. Jadi selama ini juga
dilakukan penyuluhan disana juga
mbak setahu saya itu. Kalau kegiatan
selama ini ya ada absennya mbak
dan yang bawa kader karena itu
bukti kapan dilakukan pertemuan
setiap bulannya, dimana dan berapa
yang datang.”(IF U 3)
“...Tahun 2015. Kalau selama ini
kegiatan KP-ASI dilakukan di
beberapa posyandu di wilayah
Olehsari dan juga kegiatan ibu-ibu
mbak soalnya disini itu kan
penghasil kacang untingan yang
alhamdulillah sudah dijual di luar
Banyuwangi juga, disitu banyak ibu-
ibu yang kadang saya atau kader
lainnya memberikan penyuluhan
tentang ASI eksklusif mbak dan
selama ini alhamdulillah berjalan
dengan lancar dan pelaksanaannya 2
minggu sekali atau 1 bulan 2 kali
mbak ya, acak juga tapi kalau
penyuluhan ASI sering mbak sampai-
sampai kalau ada masalah kami
dengan ibu Kades, bidan serta kader
mendatangi rumah para ibu untuk
diberikan solusi atau ngobrol
tentang ASI. Kalau buktinya ya cuma
daftar hadir sih mbak sama foto tapi
jarang di prin kalau fotonya..”(IF U
4)
Dari pernyataan Kepala Desa
dan juga motivator ASI, maka dapat
disimpulkan di Desa Purwoharjo
kegiatan KP-ASI belum berjalan.
Jadi di desa tidak ada yang fokus
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
60 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
membahas tentang ASI. Hal ini
berbeda dengan program KP-ASI di
Desa Olehsari yang sudah rutin
dilakukan sejak tahun 2015.
Kegiatan tersebut dilakukan di balai
desa, saat posyandu, pengajian dan di
rumah warga saat untingan kacang
tanah yang banyak berkumpulnya
ibu-ibu pada kegiatan tersebut.
Pelaksanaan KP-ASI bisa dilakukan
tiap 2 minggu sekali atau 1 bulan 2
kali. Bukti kegiatan KP-ASI hanya
berupa daftar hadir dan foto itu pun
belum lengkap, maka dari itu laporan
kegiatan masih belum
terdokumentasi dengan baik oleh
Motivator ASI ataupun desa.
b) Informan Triangulasi
“..Kegiatan KP-ASI di daerah
Purwoharjo karena belum berjalan
jadi kegiatannyapun belum ada
mbak...”(IF T 5)
“... Kalau sejak kapan ngggih
mboten wonten kegiatan niku mbak
....” (IF T 6)
“... Mboten semerep nggih soale
nggih nembe mireng nggih kegiatan
niku mbak..” (IF T 7)
“....Kegiatan KP-ASI dilakukan sejak
tahun 2015 dan pelaksanaan
kegiatan tersebut dapat di balai
desa, posyandu, ponkesdes,
pengajian ibu-ibu maupun kegiatan
masyarakat yang lainnya. Selama ini
kegiatan tersebut dilakukan kadang 2
minggu sekali atau kadang 1 bulan
bisa 2-3 kali...” (IF T 8)
“..Kalau kegiatan KP-ASI selama ini
dilakukan di pertemuan
posyandu”(IF T 9)
“....Kurang tahu sejak kapan dimulai
kegiatan tersebut...”(IF T 10)
Dari informan triangulasi dapat
disimpulkan bahwa kegiatan KP-ASI
di Desa Purwoharjo belum berjalan
secara aktif dan kegiatan KP-ASI di
Desa Olehsari sudah dilakukan sejak
tahun 2015. Pelaksanaan KP-ASI di
Desa Olehsari dapat dilakukan di
balai desa, saat posyandu, di
ponkesdes, pengajian ibu-ibu
maupun kegiatan masyarakat yang
lainnya. Kegiatan tersebut dilakukan
kadang 2 minggu sekali atau kadang
1 bulan bisa 2-3 kali.
Apakah program KP-ASI
berpengaruh terhadap
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif dan sejauh mana
pengaruhnya?
a) Informan Utama
“......Berpengaruh mbak. Setelah
dilakukan penguatan KP-ASI dan
kemudian dilaksanakan program
tersebut, pasti pengetahuan
masyarakat akan semakin bertambah
tentang ASI eksklusif. Ibu-ibu disini
lebih mengerti tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif dan saya
berharap tidak diberikan susu
formula lagi sehingga dapat
mempraktikkan pemberian ASI
eksklusif dan meneruskan ASI
sampai 2 tahun. Sebagai pihak desa,
saya juga berkeinginan untuk
mencetak generasi penerus bangsa
yang sehat, pintar dan unggul.
Apalagi kita mau mencanangkan
kampung ASI, setidaknya dapat
menjadi contoh dari desa-desa lain
khususnya di Kecamatan
Purwoharjo....” (IF U 1)
“.....Ya berpengaruh bu. Pasti saget
nambah informasi tentang ASI,
kersane mboten tumbas susu
botol....” (IF U 2)
“.....Berpengaruh mbak. Dulu
sebelum melaksanakan program KP-
ASI, di Olehsari tidak seperti ini.
Tahun 2015 kita mulai melaksanakan
program KP-ASI. Alhamdulillah
selain dari pihak Puskesmas, pihak
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
61 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
Kecamatan juga sangat mendukung.
Waktu itu kita gencar kampanye ASI
eksklusif dan penanaman 1000
pohon katu. Pihak Puskesmas, bidan
desa, bu kader, bu kades semua
kampanye tentang manfaat pohon
katu untuk memperlancar ASI, jadi
masyarakat disini tau manfaat daun
katu untuk apa, baik tua maupun
muda. Dengan banyaknya pohon
katu itu, kita berkreasi untuk
mengolahnya menjadi puding dan
rempeyek katu. Olahan katu tersebut
dibagikan ke ibu menyusui dan
kemudian kita berpikir bagaimana
kalau olahan katu tersebut
digunakan untuk menambah
perekonomian warga yaitu dengan
menjualnya. Tapi mau dijual dimana
olahan katu tersebut, kemudian
muncul ide untuk membuat kuliner
malam minggu Desa Olehsari. Jadi
adanya kuliner setiap malam minggu
disini ya itu latar belakangnya mbak,
karena banyaknya pohon katu dan
kemudian dimanfaatkan oleh warga.
Seperti yang saya sampaikan tadi,
KP-ASI berpengaruh terhadap
keberhasilan ASI eksklusif. Selain
pengetahuan masyarakat pasti
meningkat dan ibu-ibu disini mampu
memberikan ASI pada anaknya
sampai minimal 6 bulan, juga dapat
menambah penghasilan. Dari situ
kan bisa terlihat mbak kalau ibu-ibu
disini berhasil memberikan ASI pada
anaknya yang ditunjang dengan
semakin tahun keberhasilan
menyusui makin meningkat...” (IFU
3)
“..Sangat berpengaruh bu. Dulu
disini tidak seperti ini bu. Cakupan
ASI-nya rendah. Kemudian dengan
adanya Kampung ASI dan kita rutin
melaksanakan KP-ASI minimal 1
bulan sekali, atau 2 minggu sekali
akhirnya ibu-ibu hamil, ibu menyusui
tahu tentang pentingnya ASI
eksklusif. Dengan rutin dilakukan
penyuluhan tentang ASI dan sharing
masalah menyusui, pengetahuan ibu-
ibu pasti meningkat dan hasilnya
ibu-ibu dapat menyusui secara
eksklusif. Dengan tetap semangat
melakukan KP-ASI cakupan ASI
dapat meningkat bu”(IF U 4)
Dari pernyataan informan utama
diatas, dapat disimpulkan bahwa
program KP-ASI dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan pemberian
ASI eksklusif. Pada Desa Olehsari,
KP-ASI yang dilakukan rutin
minimal 1 bulan sekali dan biasanya
dilakukan 1 bulan bisa 2-3 kali dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap
positif ibu untuk memberikan ASI
sehingga ibu-ibu tersebut mampu
mempraktikkan pemberian ASI
eksklusif. Selain itu adanya
Kampung ASI dan 1000 pohon katuk
juga dapat dimanfaatkan untuk
menambah perekonomian warga
dengan menjual produk olahan katuk
pada kuliner malam minggu Desa
Olehsari.
b) Informan Triangulasi
“....Berpengaruh. Jika KP-ASI
dilaksanakan secara rutin, maka
pengetahuan masyarakat
Purwoharjo semakin meningkat,
yang percaya mitos puting susu
pecah setidaknya bisa berkurang,
ibu-ibu juga tidak memberikan susu
formula pada anaknya sehingga
dapat memberikan ASI eksklusif
penuh sampai 6 bulan. Dengan
begitu, harapannya cakupan ASI
eksklusif juga bisa meningkat..”(IF T
5)
“...Program KP-ASI nggih
berpengaruh to bu, dadose saget
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
62 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
nambah pengetahuan dan saget
mraktekne ASI eksklusif..”(IF T 6)
“.....Nggih berpengaruh bu, ilmune
tambah terus saget nyukani ASI
sampe 6 ulan niku wau...” (IF T 7)
“Berpengaruh bu. Alhamdulillah
keadaan Olehsari sekarang seperti
ini. Seperti yang saya ceritakan tadi,
ini berawal saat cakupan ASI disini
rendah terus Kepala Puskesmas
mengupayakan dan memberi
motivasi kepada bidan dan kader
untuk mengkampanyekan ASI
eksklusif. Dengan keadaan disini
yang hanya mempunyai 2 dusun dan
rumahnya yang mepet-mepet, jadi
mudah dilakukan koordinasi dan
dilaksanakanlah KP-ASI. Ketika
program KP-ASI ini berjalan sampai
sekarang, alhamdulillah cakupan
pemberian ASI eksklusif bisa
meningkat. Tahun 2017 saja seingat
saya sekitar 92% bu cakupan
Puskesmas Paspan dan Februari
2018 kemarin cakupan Desa
Olehsari 100%. Program KP-ASI
dan kampung ASI ini dijadikan
program unggulan Kecamatan
Glagah. Jadi program KP-ASI
berpengaruh terhadap keberhasilan
pemberian ASI eksklusif, baik berupa
peningkatan pengetahuan, sikap
untuk mau menyusui dan mampu
memberikan ASI eksklusif sampai
bayi berumur 6 bulan sehingga
berpengaruh juga terhadap
peningkatan cakupan ASI
eksklusif”(IF T 8)
“...Berpengaruh bu. Pengetahuannya
bisa meningkat...” (IF T 9)
“....Kalau seperti itu ya berpengaruh
bu.....” (IF T 10)
Kesimpulan dari pernyataan
informan triangulasi adalah program
KP-ASI berpengaruh terhadap
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif, baik dari segi pengetahuan,
sikap mau memberikan ASI dan
mampu mempraktikkan/memberikan
ASI eksklusif sehingga dapat
meningkatkan cakupan pemberian
ASI eksklusif.
Pembahasan
Penelitian Kuantitatif
1. Pengaruh pemberian penguatan/
refreshing KP-ASI terhadap
pengetahuan tentang ASI ekslusif
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon
Signed Ranks Test, nilai
signifikansi pengetahuan
(p=0,000)<0,05 maka terdapat
pengaruh pengetahuan pemberian
ASI eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan refreshing KP-
ASI. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Afifah (2013),
yang menyebutkan bahwa skor
pengetahuan anggota yang aktif
mengikuti kelompok pendukung
lebih tinggi dibandingkan dengan
anggota yang tidak aktif.
Ibu yang mengikuti KP-ASI
memiliki pengetahuan lebih baik
mengenai ASI ekslusif dari pada
ibu yang tidak mengikuti kegiatan
KP-ASI. Dengan adanya
pemberian informasi tentang ASI
dan sharing yang secara rutin
dilakukan, maka dapat
meningkatkan pengetahuan
peserta KP-ASI. Metode
refreshing KP-ASI termasuk juga
dalam metode yang tergolong
efektif karena ada interaksi antar
peserta KP-ASI, selain itu tidak
terpaku pada materi saja, akan
tetapi juga praktik. Adanya
pemberian materi dan praktik
pada saat refreshing, dapat
menambah pengetahuan pada ibu
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
63 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
yang sebelumnya tidak tahu
tentang masalah ASI dan
menyusui.
2. Pengaruh pemberian penguatan/
refreshing KP-ASI terhadap sikap
dalam pemberian ASI ekslusif
Berdasarkan uji Wilcoxon
Signed Ranks Test nilai
signifikansi sikap (p=0,005)<0,05
maka terdapat pengaruh sikap
pemberian ASI eksklusif antara
sebelum dan sesudah dilakukan
refreshing KP-ASI. Hasil
penelitian ini sejalan dengan
penelitian Ichsan (2015), yang
menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang bermakna antara
sikap tentang ASI eksklusif dari
ibu-ibu yang menjadi anggota
program kelompok pendukung ibu
dan yang tidak. Ibu-ibu yang
menjadi anggota program
kelompok pendukung ibu
memiliki sikap yang lebih baik
tentang ASI eksklusif.
Untuk melaksanakan kegiatan/
penguatan KP-ASI diperlukan
adanya interaksi dan sharing antar
anggota dan peserta KP-ASI.
Dengan adanya interaksi tersebut,
semua pihak lebih memahami
tentang permasalahan yang
dihadapi ibu selama menyusui,
sehingga untuk mencapai
pemberian ASI eksklusif yang
optimal dibutuhkan adanya
dukungan semua pihak baik dari
keluarga maupun masyarakat.
Dukungan tersebut terutama harus
diberikan oleh keluarga atau
suami ibu hamil/menyusui karena
mereka yang paling dekat dengan
ibu. Jika keluarga/suami ibu
hamil/menyusui mendukung,
mencintai dan memperhatikan ibu
dalam memberikan ASI sehingga
muncul sikap postitif yang akan
meningkatkan produksi hormon
oksitosin untuk melancarkan
produksi ASI. Jika produksi ASI
ibu lancar, maka ibu mempunyai
keyakinan yang kuat untuk dapat
memberikan ASI eksklusif pada
bayinya.
3. Pengaruh pemberian penguatan/
refreshing KP-ASI terhadap
praktik menyusui secara eksklusif
Hasil uji Wilcoxon Signed
Ranks Test menunjukkan nilai
signifikansi praktik (p=0,001) <
0,05 maka terdapat pengaruh
praktik pemberian ASI eksklusif
antara sebelum dan sesudah
dilakukan refreshing KP-ASI.
Hasil ini tidak berbeda jauh
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Yuniyanti, et al (2017),
menunjukkan kelompok yang
mendapat dukungan KP-ASI
sebagian besar (86,4%)
memberikan ASI secara eksklusif
sedangkan kelompok dengan
pemberian pendidikan kesehatan
dengan media leaflet hanya
sebagian kecil (31,8 %) yang
memberikan ASI secara eksklusif.
Pada metode refreshing KP-
ASI selain diberikan materi/
informasi kesehatan mengenai
dampak tidak diberikan ASI dan
pentingnya pemberian ASI
eksklusif, juga dilakukan
praktik/demonstrasi tentang
perawatan payudara, cara
menyusui yang benar dan teknik
memperbanyak ASI dengan
booster ASI. Setelah diberikan
refreshing KP-ASI, pengetahuan
mereka meningkat dan dapat
mempraktikkannya dengan benar.
4. Pengaruh pemberian penguatan/
refreshing KP-ASI terhadap
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
64 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif
Hasil uji Wilcoxon Signed
Ranks Test nilai signifikansi
keberhasilan (p=0,000)<0,05
maka terdapat pengaruh terhadap
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan refreshing KP-
ASI. Hasil penelitian ini, sejalan
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Purwati (2015),
menunjukkan bahwa terdapat
hubungan signifikan partisipasi
ibu menyusui pada KP-ASI
dengan keberhasilan pemberian
ASI eksklusif di Puskesmas
Kasihan II Bantul (p=0,000).
Keberhasilan pemberian ASI
eksklusif dapat dilihat dari
peningkatan pengetahuan, sikap
yang positif dan praktik
pemberian ASI eksklusif.
Sebelum dilakukan refreshing KP-
ASI, mayoritas kelompok
eksperimen tersebut
berpengetahuan rendah tetapi
setelah mengikuti refreshing,
pengetahuan tersebut dapat
meningkat. Salah satu faktor
penting yang mendukung
pengetahuan adalah tingkat
pendidikan yang lebih tinggi,
karena semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin luas cara
pandang dan pola berfikir dalam
bertindak.
Sikap positif tentang
pemberian ASI eksklusif sudah
tercermin dalam kelompok
eksperimen, dan terjadi
peningkatan yang signifikan.
Dengan adanya kegiatan dan
refreshing KP-ASI, ibu menyusui
mendapat dukungan dari semua
pihak, baik dari keluarga/suami,
masyarakat, motivator dan bidan.
Adanya dukungan tersebut
membuat psikologis ibu menjadi
tenang sehingga lebih percaya diri
untuk dapat memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Pada
umumnya, praktik pemberian ASI
eksklusif sudah cukup baik dan
terjadi peningkatan antara
sebelum dan setelah mendapat
refreshing KP-ASI.
5. Pengaruh pemberian pendidikan
kesehatan tentang ASI terhadap
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif
Hasil uji Wilcoxon Signed
Ranks Test menunjukkan bahwa
nilai signifikansi keberhasilan
(p=0,014)<0,05 maka terdapat
pengaruh terhadap keberhasilan
pemberian ASI eksklusif antara
sebelum dan sesudah dilakukan
pendidikan kesehatan tentang
ASI. Pendidikan kesehatan
berorientasi kepada perubahan
perilaku yang diharapkan yaitu
perilaku sehat dan identik dengan
penyuluhan kesehatan (Effendy,
1998).
Pendidikan kesehatan yang
diberikan pada kelompok kontrol
penelitian ini berupa penyuluhan
tentang pentingnya dan manfaat
pemberian ASI eksklusif. Dalam
pendidikan kesehatan tersebut
hanya disinggung tentang
pengetahuannya saja tanpa
diimbangi dengan praktik
perawatan payudara serta praktik
menyusui yang benar. Walaupun
terdapat pengaruh tentang
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif antara sebelum dan
sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang ASI, jika
pendidikan kesehatan tersebut
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
65 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
hanya berupa pengetahuan saja
tanpa adanya praktik, maka hasil
peningkatan tersebut tidak terlalu
besar dan masyarakat kurang
begitu memahami informasi
kesehatan yang telah diberikan
karena masyarakat akan lebih
mudah menyerap ilmu dengan
belajar secara teori, melihat dan
mempraktikkan sendiri.
6. Perbedaan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif antara
kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
Hasil uji Mann Whitney,
menunjukkan bahwa nilai
p(0,000)<0,05 maka terdapat
perbedaan keberhasilan pem-
berian ASI eksklusif antara
kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Yuniyanti, et al (2017), bahwa
kelompok yang mendapat
dukungan KP-ASI sebagian besar
(86,4%) memberikan ASI secara
eksklusif sedangkan kelompok
dengan pemberian leaflet hanya
sebagian kecil (31,8%) yang
memberikan ASI eksklusif
sehingga pembentukan KP-ASI
eksklusif efektif terhadap perilaku
pemberian ASI eksklusif (p value
0,0001).
Pada kelompok eksperimen
dengan pemberian refreshing KP-
ASI lebih berpengaruh untuk
meningkatkan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif dari
pada pemberian pendidikan
kesehatan yang berupa
penyuluhan dan pemberian
informasi tentang pengetahuan
saja. Hal ini dikarenakan pada
penguatan KP-ASI tidak hanya
pemberian informasi pengetahuan
tentang kesehatan, namun juga
diberikan praktik berupa
demonstrasi tentang perawatan
payudara pada ibu hamil, cara
menyusui yang benar, teknik
memperbanyak ASI dengan
booster ASI sehingga dengan
metode penguatan/refreshing KP-
ASI pemberian pengetahuan dan
praktikum langsung lebih
berpengaruh terhadap keberhasil-
an pemberian ASI eksklusif.
Penelitian Kualitatif
1. Implementasi Kelompok
Pendukung ASI (KP-ASI) di
Desa Purwoharjo
Kegiatan KP-ASI di Desa
Purwoharjo belum berjalan secara
aktif, bahkan ibu menyusui dan
keluarga belum pernah mendengar
program tersebut. Menurut
Menteri Kesehatan Sedyaningsih
(2010), terdapat sepuluh langkah
menuju keberhasilan menyusui
yang harus diterapkan oleh
seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia, salah
satunya mengupayakan terbentuk-
nya KP-ASI di masyarakat. Di
Kabupaten Banyuwangi upaya
tersebut juga sudah dilakukan
dengan Lounching KP-ASI
“sahabat” (sehat, hemat, hebat)
dan pembentukannya kemudian
diikuti oleh semua desa minimal 1
kelompok di setiap desa.
Program KP-ASI di Desa
Purwoharjo belum berjalan secara
aktif. Hal ini disebabkan oleh
mayoritas pendidikan masyarakat
yang rendah sehingga masyarakat
kurang antusias mengikuti
program tersebut, Desa
Purwoharjo yang hanya memiliki
1 motivator ASI, kurangnya
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
66 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
dukungan dari pihak Desa serta
kurangnya sosialisasi program
oleh pihak Desa dan tenaga
kesehatan.
Masyarakat Desa Purwoharjo
yang mayoritas bersuku Jawa
masih percaya adanya mitos
puting susu pecah. Beberapa
masyarakat masih mempunyai
keyakinan bahwa jika menyusui
dengan keadaan puting susu
pecah, dapat menyebabkan bayi
meninggal dunia. Mitos yang ada
di masyarakat Purwoharjo dapat
dikurangi dengan aktif melakukan
kegiatan KP-ASI dan gencar
menggalakkan kampanye ASI
eksklusif sehingga pengetahuan-
nya meningkat.
Langkah yang dilakukan tim
peneliti dalam membentuk
kampung ASI di Purwoharjo
(Purwoharjo Booster ASI/JOOS
ASI) adalah sebagai berikut.
Gambar 1. Langkah Pembentukan Kampung ASI di Desa Purwoharjo (Purwoharjo
Booster ASI/JOOS ASI)
2. Implementasi Kelompok
Pendukung ASI (KP-ASI) di Desa
Olehsari
Kegiatan KP-ASI di Desa
Olehsari sudah berjalan secara
aktif sejak tahun 2015 sampai
sekarang. Kegiatan ini rutin
dilakukan dalam 1 bulan bisa 2-3
kali pertemuan. Kegiatan
dilaksanakan di balai desa,
posyandu, ponkesdes, pengajian
dan di rumah warga saat untingan
kacang tanah. Oleh karena itu
Kampung ASI GEMPITA di
Olehsari mendapat penghargaan
dari Dinas Kesehatan Banyuwangi
sebagai juara I Kampung ASI
tahun 2016. Menurut Sutrisminah
et al (2014), pertemuan KP-ASI
dapat dilaksanakan secara rutin
seminggu sekali, 2 minggu sekali
atau 1 bulan sekali.
Kegiatan KP-ASI di Desa
Olehsari sudah dilakukan sesuai
dengan teori, ini dibuktikan
dengan adanya kegiatan
penyuluhan maupun sharing
tentang permasalahan menyusui.
Pertemuan kegiatan KP-ASI
sangat rutin dilakukan setiap
bulan dengan rentang waktu tidak
terlalu lama yaitu 2 minggu sekali
atau 1 bulan 2-3 kali karena jika
jarak waktu antar pertemuan
terlalu lama dapat meningkatkan
risiko bagi peserta untuk
melupakan materi yang telah
dipelajari dan dapat membuat
malas untuk hadir kembali.
Pertemuan tersebut dilakukan ± 1
jam karena kegiatan yang lama
dapat membuat peserta menjadi
bosan.
Pelaksanaan KP-ASI di Desa
Olehsari dapat berjalan dengan
sangat lancar karena pihak Desa
sangat mendukung kegiatan
tersebut, masyarakat sangat
antusias, mudah untuk dilakukan
koordinasi serta memiliki
motivator ASI sebanyak 3 orang.
Untuk mengaktifkan kegiatan KP-
Mengevalu
asi kegiatan
KP-ASI
Melakukan
penguatan/r
efreshing
KP-ASI
Melaksana
kan
kegiatan
KP-ASI
Mencanang
kan
kampung
ASI (JOOS
ASI)
Melaksana
kan
pelatihan
motivator
ASI
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
67 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
ASI di desa membutuhkan 2-3
motivator ASI, yang bertujuan
untuk pembagian peran dan
tugasnya dalam pelaksanaan KP-
ASI. Selain itu pihak Puskesmas
juga mendukung dalam pemberian
informasi tentang ASI,
memberikan arahan dan motivasi
kepada masyarakat untuk tetap
memberikan ASI eksklusif,
memotivasi motivator ASI agar
lebih percaya diri saat melakukan
penyuluhan dan selalu siap
membantu permasalahan yang
ditemui selama kegiatan KP-ASI.
Walaupun Desa Olehsari bersuku
Osing dengan adat istiadat yang
sangat kental, tetapi mereka sudah
tidak mempercayai mitos tentang
larangan memberikan ASI dan
pantangan makanan pada ibu yang
sedang menyusui.
Kegiatan KP-ASI di Desa
Olehsari walaupun sudah sangat
bagus, namun masih ada
kekurangan. Kekurangan tersebut
terlihat dari segi pen-
dokumentasian kegiatan dan pada
pihak keluarga masih ada yang
belum mengerti tentang program
KP-ASI. Oleh karena itu, tim
AKES Rustida memberikan
contoh buku laporan pen-
dokumentasian kegiatan dan
untuk lebih mensukseskan serta
mempertahankan kegiatan KP-
ASI dan juara I Kampung ASI
diharapkan lebih banyak
melibatkan peran suami atau
keluarga ibu hamil/menyusui.
3. Pengaruh KP-ASI terhadap
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif di Kabupaten
Banyuwangi
Program KP-ASI dapat
berpengaruh terhadap keberhasil-
an pemberian ASI eksklusif.
Kegiatan KP-ASI yang dilakukan
rutin minimal 1 bulan sekali dapat
meningkatkan pengetahuan dan
sikap positif ibu untuk
memberikan ASI sehingga ibu-ibu
tersebut mampu mempraktikkan
pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dan akan meneruskan
menyusui sampai bayi berumur 2
tahun. Hal ini didukung oleh
penelitian Purwati (2015), bahwa
terdapat hubungan signifikan
antara partisipasi ibu menyusui
pada KP-ASI dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif di
Puskesmas Kasihan II Bantul
(p=0,000).
Semua progam dibidang
kesehatan bertujuan untuk
merubah perilaku dan sikap
masyarakat sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Salah satunya adalah
program KP-ASI. Menurut L.
Green (1991), terdapat 3 faktor
yang berpengaruh pada perubahan
perilaku yaitu faktor predisposisi,
faktor penguat dan faktor
pemungkin. Pada faktor
predisposisi terdapat pengetahuan,
sikap dan praktik pemberian ASI
eksklusif.
Pada pertemuan KP-ASI selalu
dilakukan diskusi antara anggota
dan peserta KP-ASI serta
diberikan pendidikan kesehatan
tentang ASI dan menyusui.
Dengan adanya pemberian
pendidikan kesehatan maka dapat
meningkatkan pengetahuan
peserta tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif sehingga
dapat mengurangi mitos yang
merugikan saat menyusui.
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
68 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
Keikutsertaan ibu dalam
kegiatan KP-ASI, maka ibu akan
merasa lebih didukung dan
diperhatikan. Bentuk dukungan
tersebut berupa bantuan seorang
ayah merawat bayinya terutama
saat menyusui, ayah meng-
gendongkan bayi ke ibu saat akan
menyusu, ayah menyendawakan
bayi setelah menyusu, dan lain
sebagainya. Jika hal itu terjadi,
maka hati ibu akan dipenuhi
perasaan dicintai dan diperhatikan
oleh suami/keluarga. Hal ini yang
menyebabkan ibu merasa senang
dan mempunyai sikap positif
untuk dapat memberikan ASI
eksklusif pada bayinya. Ketika ibu
menyusui merasa senang dan
didukung oleh suami, keluarga
atau masyarakat sekitar, maka
produksi hormon oksitosin dalam
tubuhnya akan meningkat
sehingga memperlancar produksi
ASI. Saat ibu selalu merasa
senang menyusui bayinya dan
produksi ASI-nya lancar, maka
akan selalu mempraktikkan
pemberian ASI eksklusif selama 6
bulan dan akan meneruskan
menyusui sampai 2 tahun.
Keberhasilan pemberian ASI
eksklusif tidak terlepas dari peran
berbagai pihak pada semua
elemen masyarakat maupun pihak
tenaga kesehatan/bidan. Pada
faktor penguat, adanya sikap dan
perilaku tenaga kesehatan yang
mendukung kegiatan KP-ASI dan
pemberian ASI eksklusif juga
dapat meningkatkan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif.
Tenaga kesehatan/bidan yang
selalu melakukan pendampingan
dan bimbingan pada kegiatan KP-
ASI dapat meningkatkan
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif. Hal ini didukung oleh
peran seorang Kepala Desa yang
sangat peduli dengan kesehatan
masyarakatnya. Dukungan
tersebut berupa Kepala Desa
sebagai penanggungjawab
kegiatan KP-ASI, membuat Surat
Keputusan (SK) tentang KP-ASI,
hadir saat kegiatan KP-ASI,
memberikan dukungan pada ibu
menyusui serta menyediakan dana
dan fasilitas untuk ibu menyusui.
Kepala desa juga ikut
bertanggungjawab dalam
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakatnya sehingga
peningkatan derajat kesehatan
masyarakat tidak sepenuhnya
dibebankan pada pihak
Puskesmas.
Pada faktor pemungkin
terdapat fasilitas dan sarana/
prasarana yang menunjang
keberhasilan pemberian ASI
eksklusif, misalnya penyediaan
ruang menyusui, kulkas untuk
menyimpan ASI perah,
penyediaan dana dan tempat
kegiatan KP-ASI, bahkan adanya
kurir ASI untuk ibu-ibu yang
bekerja. Ketiga faktor diatas
saling mempengaruhi untuk
mencapai keberhasilan pemberian
ASI eksklusif.
KESIMPULAN
1. Terdapat pengaruh yang
signifikan tentang pengetahuan
pemberian ASI eksklusif antara
sebelum dan sesudah dilakukan
refreshing KP ASI (p=0,000)
2. Terdapat pengaruh yang
signifikan tentang sikap
pemberian ASI eksklusif antara
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
69 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
sebelum dan sesudah dilakukan
refreshing KP ASI (p=0,005)
3. Terdapat pengaruh yang
signifikan tentang praktik
pemberian ASI eksklusif antara
sebelum dan sesudah dilakukan
refreshing KP ASI (p=0,001)
4. Terdapat pengaruh yang
signifikan tentang keberhasilan
pemberian ASI eksklusif antara
sebelum dan sesudah dilakukan
refreshing KP ASI (p=0,000)
5. Terdapat perbedaan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif antara
kelompok eksperimen dengan
metode pemberian refreshing KP
ASI dan kelompok kontrol dengan
metode pemberian pendidikan
kesehatan tentang ASI (p=0,000)
6. Kegiatan KP-ASI di Kabupaten
Banyuwangi belum dilaksanakan
secara optimal pada setiap desa.
Di Desa Olehsari kegiatan KP-
ASI sudah berjalan aktif sejak
tahun 2015 sampai sekarang.
Kegiatan ini rutin dilakukan setiap
bulan. Dalam 1 bulan bisa 2-3 kali
pertemuan. Dalam pertemuan
selalu dilakukan pemberian
informasi kesehatan mengenai
ASI dan menyusui serta adanya
kegiatan sharing/berbagi pendapat
antar peserta. Tempat
pertemuannya di balai desa,
posyandu, ponkesdes, rumah
warga saat pengajian dan saat
untingan kacang tanah. Oleh
karena itu Kampung ASI
GEMPITA di Olehsari mendapat
penghargaan dari Dinas
Kesehatan Banyuwangi sebagai
juara I Kampung ASI pada tahun
2016. Pelaksanaan kegiatan KP-
ASI di Desa Olehsari dapat
berjalan dengan sangat lancar
karena pihak Desa sangat
mendukung kegiatan tersebut,
masyarakat sangat antusias dalam
mengikuti semua kegiatan, mudah
untuk dilakukan koordinasi serta
memiliki motivator ASI sebanyak
3 orang. Hal ini berbeda dengan
kegiatan KP-ASI di Desa
Purwoharjo. Kegiatan KP-ASI di
Desa Purwoharjo belum berjalan
secara aktif, bahkan ibu menyusui
dan keluarga belum pernah
mendengar program tersebut.
Ketidakaktifan program KP-ASI
disebabkan oleh mayoritas
pendidikan masyarakat yang
masih rendah sehingga
masyarakat kurang antusias
mengikuti program tersebut, Desa
Purwoharjo yang hanya memiliki
1 motivator ASI, kurangnya
dukungan dari pihak Desa serta
kurangnya sosialisasi program
oleh pihak Desa dan tenaga
kesehatan.
7. Keikutsertaan kegiatan KP-ASI
dapat menambah pengetahuan
peserta sehingga dapat
mengurangi kepercayaan pada
mitos masyarakat yang merugikan
saat ibu menyusui dan dapat
meningkatkan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif.
Keberhasilan pemberian ASI
eksklusif tidak terlepas dari peran
berbagai pihak pada semua
elemen masyarakat maupun pihak
tenaga kesehatan/bidan. Tenaga
kesehatan/bidan yang selalu
melakukan pendampingan dan
bimbingan pada kegiatan KP-ASI
dapat meningkatkan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Hal ini
didukung oleh peran seorang
Kepala Desa sebagai penanggung-
jawab kegiatan KP-ASI. Pada
kegiatan KP-ASI peran seorang
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
70 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
motivator juga sangat besar dalam
mencapai keberhasilan pemberian
ASI eksklusif. Sikap dan perilaku
seorang motivator ASI yang
selalu memberikan motivasi,
dukungan psikologis, memberikan
informasi tentang menyusui dan
sebagai pemimpin jalannya
diskusi saat kegiatan KP-ASI juga
sangat menunjang pemberian ASI
eksklusif. Dengan adanya
dukungan psikologis dan motivasi
yang kuat pada diri ibu maka akan
timbul rasa percaya diri untuk
memberikan ASI eksklusif pada
bayinya sehingga dapat
meningkatkan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Selain
itu fasilitas dan sarana/prasarana
juga menunjang keberhasilan
pemberian ASI eksklusif,
misalnya penyediaan ruang
menyusui, penyediaan kulkas
untuk menyimpan ASI perah,
penyediaan dana dan tempat
kegiatan KP-ASI, bahkan adanya
kurir ASI untuk ibu-ibu yang
bekerja.
SARAN
1. Desa Oleh Sari
Diharapkan desa mampu
melaksanakan program kegiatan
KP – ASI secara rutin dan selalu
mendokumentasikan kegiatan
sosialisasi KP-ASI.
2. Desa Purwoharjo
Diharapkan untuk lebih aktif
melakukan sosialisasi tentang
adanya program KP-ASI kepada
masyarakat minimal 1 kali dalam
sebulan serta mensosialisasikan
adanya kampung “Joos ASI”
(Purwoharjo Booster ASI)
3. Puskesmas
Diharapkan untuk tetap
melakukan pemantauan dalam
kegiatan program KP-ASI
minimal tiap 3 bulan sekali,
memfasilitasi desa dengan
memberikan refreshing KP-ASI
minimal 1 kali setiap tahun,
mengevaluasi dalam sistem
pelaporan kegiatan KP-ASI serta
meningkatkan promosi kesehatan
tentang pentingnya pemberian
ASI eksklusif pada seluruh
masyarakat.
4. Dinas Kesehatan
a. Diharapkan untuk tetap
melakukan monitoring dan
evaluasi secara berkala dan
berkelanjutan tentang KP-ASI
yang berguna meningkatkan
keberhasilan dan cakupan
pemberian ASI eksklusif
b. Diharapkan untuk mampu
mendorong agar setiap
kecamatan di Kabupaten
Banyuwangi memiliki
percontohan kampung ASI
DAFTAR PUSTAKA
Adisti, H. (2017). Stunting Itu Apa
Sih ?.
https://www.guesehat.com/stuntin
g-itu-apa-sih. Diakses 4 Maret
2018.
Afifah, M.N. (2013). Hubungan
Kelompok Pendukung dengan
Tingkat Pengetahuan Anggota
tentang ASI Eksklusif di Desa
Dukuhturi Kabupaten Brebes.
Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyuwangi. (2015). Rencana
Aksi Daerah Kabupaten
Banyuwangi Layak Anak Tahun
2013-2015. Banyuwangi: Dinas
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
71 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
Kesehatan Kabupaten
Banyuwangi.
. (2018). Pokok
Kinerja Tahun 2018 Pada
Penilaian PKP-GP Berhati MP3.
Banyuwangi: Dinas Kesehatan
Kabupaten Banyuwangi.
Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar
Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Green, L. (1991). Health Promotion
Planning An Aducational and
Environmental Approach Second
Edition. London : Mayfield
Publishing Company.
Hikmawati, N. (2017). Pengaruh
Kelompok Pendukung Air Susu
Ibu (KP-ASI) terhadap
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Ibu dalam Pemberian ASI
Eksklusif Serta Status Gizi Bayi
6-12 Bulan Di Wilayah
Kabupaten Sidoarjo. Tesis.
Surabaya: Universitas Airlangga.
Ichsan, B. (2015). Keefektifan
Program Kelompok Pendukung
Ibu Dalam Mengubah Perilaku
Ibu Menyusui. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Vol 10 (2). Halaman
: 186 -194. ISSN: 1858-1196.
Karuniawati, N.S. (2012). KP Ibu,
Sarana Efektif Peningkatan
Cakupan ASI Eksklusif. Kulon
Progo.
http://www.dinkes.kulonprogokab
.go.id/?pilih=news&mod=yes&ak
si=lihat&id=105. Diakses 4 Maret
2018.
Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi. (2017). Buku Saku
Desa dalam Penanganan
Stunting. Jakarta : Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi.
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. (2010). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas
2010). Jakarta : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Tahun
2010.
. (2011).
Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu
Hamil. Jakarta : Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
. (2013). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas
2013). Jakarta : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Tahun
2013.
. (2014).
Infodatin Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta : Kementerian
Kesehatan RI.
. (2016). Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2015.
Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI.
. (2017). Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2016.
Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI.
. (2018). Data
dan Informasi Profil Kesehatan
Indonesia 2017. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI.
Murti, B. (2013). Desain dan Ukuran
Sampel Untuk Penelitian
Kuantitatif dan Kualitatif Di
Bidang Kesehatan. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Purwati, Y. (2015). Korelasi
Partisipasi Ibu Menyusui Pada
Kelompok Pendamping ASI
dengan Keberhasilan Pemberian
ASI Eksklusif. Yogyakarta :
Stikes Aisyiyah Yogyakarta.
Jurnal Kebidanan dan
Implementasi kelompok .....
Yeni Andriani, Reni Sulistyowati & Vita Rara
72 | Vol. 06 No. 01 Januari 2019 | JURNAL ILMIAH KESEHATAN RUSTIDA
Keperawatan, Vol 11, No. 1. Juni
2015. 73-82.
Puskesmas Paspan. (2016). Laporan
Tahunan Puskesmas Paspan
Tahun 2015. Banyuwangi :
Puskesmas Paspan.
. (2017).
Laporan Tahunan Puskesmas
Paspan Tahun 2016.
Banyuwangi : Puskesmas
Paspan.
. (2018).
Laporan Tahunan Puskesmas
Paspan Tahun 2017.
Banyuwangi : Puskesmas
Paspan.
Puskesmas Purwoharjo. (2016).
Laporan Tahunan Puskesmas
Purwoharjo Tahun 2015.
Banyuwangi : Puskesmas
Purwoharjo.
. (2017).
Laporan Tahunan Puskesmas
Purwoharjo Tahun 2016.
Banyuwangi : Puskesmas
Purwoharjo.
. (2018). Laporan
Tahunan Puskesmas Purwoharjo
Tahun 2017. Banyuwangi :
Puskesmas Purwoharjo.
Sedyaningsih, E.R. (2010). Menkes
Mengajak Seluruh Fasilitas
Kesehatan Terapkan 10 Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui.
Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
http://www.depkes.go.id/article/p
rint/1167/menkes-mengajak-
seluruh-fasilitas-kesehatan-
terapkan-10-langkah-menuju-
keberhasilan-menyusui.html.
Diakses 5 Maret 2018.
Septianingrum, A. (2016). Hubungan
Peran Kelompok Pendukung Ibu
dengan Keberhasilan Pemberian
ASI Eksklusif di Wilayah Kerja
Puskesmas Gambirsari Surakarta.
Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Soekarwo, N. (2016). Menuju Jawa
Timur 100 Persen ASI Eksklusif.
Surabaya. Breastfeeding
Symposium, di Isyana Ballroom
Bumi Surabaya Hotel.
https://beritalima.com/menuju-
jawa-timur-100-persen-asi-
eksklusif. Diakses 5 Maret 2018.
Sutrisminah, E dan Sukma, F.
(2014). Pelaksanaan Kelompok
Pendukung Ibu (KP-IBU) Dalam
Keberhasilan Pemberian ASI
Eksklusif. Semarang :
Unissula.http://research.unissula.
ac.id/file/publikasi/210104088/2
250artikel_KP_ibu-Emi-
Febi.pdf. Diakses 5 Maret 2018.
Yuniarni, R.R. (2014). Kelompok
Pendukung (KP) ASI.
http://oryshaa.blogspot.com/2014
/05/kelompok-pendukung-kp-
asi.html. Diakses 5 Maret 2018.
Yuniyanti, B. Rofi’ah, S dan
Rubiyanti. (2017). Efektivitas
Kelompok Pendukung ASI (KP-
ASI) Eksklusif Terhadap Perilaku
Pemberian ASI Ekslusif.
Semarang : Poltekkes Kemenkes
Semarang Prodi Kebidanan
Magelang. Jurnal Ilmiah Bidan.
Vol. 2, No.1. Halaman: 48-54.
Issn : 2620-4991.