Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Identifikasi Karakteristik Limbah Cair Industri Daur Ulang Plastik pada CV Majestic Buana Group dan Pengolahannya Menggunakan Sequencing
Batch Reactor (SBR)
Fitria Istikara, Setyo Sarwanto Moersidik
Program Studi Teknik Lingkungan, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak Industri daur ulang plastik merupakan salah satu jenis industri yang mulai banyak dilakukan di Indonesia. CV Majestic Buana Group sebagai salah satu industri daur ulang plastik yang berlokasi di Bekasi menghasilkan air limbah dari proses pencucian sampah plastik. Air limbah yang dihasilkan langsung dibuang ke lingkungan tanpa suatu pengolahan. Karenanya, dibutuhkan suatu proses pengolahan untuk menurunkan tingkat polutan pada air limbah. Berdasarkan hasil identifikasi karakteristik air limbah pencucian plastik, air limbah mengandung chemical oxygen demand (COD) dengan konsentrasi tinggi yaitu sebesar 1810 mg/L yang melebihi baku mutu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2014. Selain itu air limbah juga mengandung konsentrasi fosfat yang tinggi jika dibandingkan dengan air limbah sejenis seperti air limbah laundry dan air limbah pencucian mobil. Pada penelitian ini digunakan sequencing batch reactor (SBR) untuk menurunkan konsentrasi COD dan fosfat. SBR dioperasikan dengan hydraulic retention time (HRT) yang bervariasi yaitu 12, 24, dan 36 jam untuk mendapatkan HRT optimum yang menghasilkan efisiensi SBR terbesar. Rentang efisiensi removal COD untuk HRT 12, 24, dan 36 jam secara berturut-turut adalah 83,60-90,19%; 89,09-92,33%; dan 89-91,93%. Sementara sistem SBR tidak mampu menghasilkan efisiensi removal fosfat yang baik karena efisiensi sangat berfluktuatif dan beberapa kali dihasilkan efisiensi bernilai negatif. Dari hasil penelitian, tidak terdapat perbedaan efisiensi removal COD yang signifikan antar HRT.
Characteritation of Plastic Recycling Industry Wastewater at CV Majestic Buana Group and Its Treatment Using Sequencing Batch Reactor (SBR)
Abstract
Plastic recycling industry is one of industries that began increasing in Indonesia. CV Majestic Buana Group in Bekasi as one of the plastic recycling industries, producing wastewater from plastic waste washing process. Wastewater discharged directly into environment without any treatment. Therefore, a treatment is required to reduce the level of pollutants in the wastewater. Based on the results of the characteritation of plastic washing wastewater, wastewater contains high concentration of COD for 1810 mg/L which exceeds the quality standard in Regulation of Minister of Environment No.5 Year 2014. In addition, wastewater also contains high concentration of phosphate when compared with other wastewater such as laundry wastewater and car wash wastewater. This study using sequencing batch reactor (SBR) to reduce the concentration of COD and phosphate. SBR runs with varying hydraulic retention times (HRT) of 12, 24, and 36 hours to get the optimal HRT that resulting the greatest SBR efficiency. The COD removal efficiency range for HRT 12, 24, and 36 hours respectively are 83,60-90,19%; 89,09-92,33%; and 89-91,93%. While the SBR system is not capable of producing high phosphate removal efficiency because the efficiency is fluctuate and several times produced negative efficiency. This research showed that there is no significant difference of COD removal efficiency between HRT Keywords: chemical oxygen demand (COD); hydraulic retention time (HRT); phosphate; plastic recycling industry wastewater; sequencing batch reactor (SBR).
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Pendahuluan Di Indonesia, kegiatan industri cukup berkembang, tidak hanya industri besar namun
juga dengan industri kecil dan menengah (IKM). Salah satu industri kecil dan menengah yang
mulai banyak peminatnya adalah industri daur ulang plastik. Industri daur ulang plastik
tentunya memberikan dampak positif bagi keselamatan lingkungan karena dapat mengurangi
jumlah sampah plastik yang sampai di TPA ataupun di lingkungan. Walaupun begitu, tidak
dapat dipungkiri bahwa industri merupakan salah satu sumber penghasil berbagai jenis limbah
termasuk limbah cair.
CV Majestic Buana Group merupakan industri daur ulang plastik yang berlokasi di
kota Bekasi dengan kegiatan utamanya adalah pencacahan/ penggilingan plastik. Limbah cair
yang dihasilkan sebagian besar berasal dari proses pencucian sampah plastik. Pabrik
mengelola air limbah yang dihasilkan dengan cara membuangnya ke lubang resapan tanpa
pengolahan terlebih dahulu. Air limbah ini dapat meresap ke dalam tanah yang kemudian
dapat berpotensi mencemari lingkungan sekitar terutama air tanah dan badan air terdekat serta
memberikan dampak negatif lainnya karena membawa beberapa jenis polutan.
Berdasarkan penjabaran diatas, diperlukan suatu pengolahan sebagai upaya
pencegahan pencemaran serta sebagi upaya kepatuhan terhadap peraturan yang ditetapkan
pemerintah terkait baku mutu air limbah. Untuk mencapai hal tersebut, perlu dipilih metode
penanganan limbah cair yang sesuai dengan sifat limbah cair, oleh karena itu karakteristik
limbah cair yang akan diberi pengolahan perlu diketahui terlebih dahulu (Ibrahim, 2005).
Permasalahannya, informasi mengenai karakteristik air limbah dari industri daur ulang
plastik terbilang sangat sulit untuk ditemukan atau terdapat kemungkinan belum pernah
diteliti dan dibahas sebelumnya. Walaupun begitu, air limbah dari proses pencucian
diperkirakan memiliki kadar COD dan fosfat yang tingi.
Pengolahan yang dianggap sesuai untuk mengolah air limbah dari proses pencucian
plastik pada CV Majestic Buana Group adalah jenis batch mengingat efluen air limbah
dihasilkan tidak secara terus menerus (continuous) serta lahan yang tersedia di pabrik tidak
cukup besar. Sequencing batch reactor (SBR) merupakan salah satu bentuk khusus dari
pengolahan lumpur aktif (activated sludge). Pada penelitian terdahulu, efisiensi penyisihan
COD sebesar 79,4% (Sathian et al, 2014); 90% (Lim & Vadivelu, 2014) dan penyisihan fosfat
sebesar 97,8% (Obaja et al, 2005). Sehingga dapat disimpulkan bahwa teknologi pengolahan
SBR dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi COD dan fosfat. Oleh karenanya, perlu
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
dilakukan penelitian efektivitas SBR dalam mengolah air limbah pencucian plastik dari CV
Majestic Buana Group.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik limbah cair pencucian sampah
plastik pada CV Majestic Buana Group, mengkaji efisiensi reaktor SBR skala laboratorium
dalam menurunkan konsentrasi COD dan fosfat pada limbah cair pencucian sampah plastik,
serta mendapatkan hydraulic retention time (HRT) optimal untuk menghasilkan efisiensi
penurunan konsentrasi COD dan fosfat yang terbesar.
Tinjauan Teoritis Proses Daur Ulang Plastik
Proses daur ulang sampah plastik yang dilakukan oleh industri daur ulang plastik
tergantung pada produk yang ingin dihasilkan, seperti cacahan plastik, bijih plastik, ataupun
produk jadi. Secara umum proses produksi cacahan plastik, produksi bijih plastik, hingga
menjadi produk jadi meliputi: 1) pengumpulan sampah plastik; 2) pemilahan sampah plastik;
3) penggilingan sampah plastik; 4) pencucian sampah plastik; 5) pengeringan sampah plastik;
6) pemanasan sampah plastik menjadi bijih plastik; 7) pemotongan bijih plastik; 8)
pengadukan bijih plastik dengan bahan tambahan; 9) pelelehan campuran bijih plastik; 10)
pencetakan lelehan plastik; 11) pengerasan/ pendinginan produk.
Karakteristik Limbah Cair
Biochemical oxygen demand (BOD) adalah jumlah oksigen yang digunakan mikroba
dalam stabilisasi bahan organik dibawah kondisi aerobik (Reynolds/ Richards, 1996).
Mikroorganisme menggunakan bahan organik pada limbah cair sebagai substrat atau
makanannya, dalam prosesnya, mikroorganisme membutuhkan oksigen untuk respirasi
mereka dan menghasilkan produk akhir berupa karbon dioksida dan air. Sumber BOD
termasuk daun, sampah kayu, hewan dan tanaman mati, dll.
Chemical oxygen demand (COD) digunakan untuk mengukur oksigen yang ekuivalen
dengan material organik pada limbah cair yang dapat dioksidasi secara kimia menggunakan
dikromat pada larutan yang asam (Metcalf & Eddy, 2003). Nilai normal COD pada limbah
cair sekitar 200-600 mg/L (Water Environment Federation, 2007). Tes COD tidak
membedakan antara organik biodegradable dan organik non-biodegradable (Environmental
Protection Agency, 1997).
Fosfat (PO4) adalah senyawa alami yang tersedia dalam 3 bentuk yaitu
orthophosphate, metaphosphate, dan fosfat organik. Sifat penting dari fosfat pada deterjen
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
adalah menyediakan dan mengendalikan alkalinitas. Fosfat mampu melembutkan air sadah
dengan menonaktifkan mineral kesadahan melalui penyerapan (menahan ion logam) atau
presipitasi (menghilangkan ion logam dari larutan sebagai bahan tidak terlarut).
Dissolved oxygen (DO) merupakan jumlah oksigen yang berada di air DO berperan
sebagai indikator dari kesehatan biologis perairan. Kebanyakan hewan dan tanaman dapat
tumbuh dan berkembang biak saat DO lebih dari 5 mg/L. Tingkat DO dipengaruhi oleh suhu,
bahan organik dalam air, dan ketinggian dari permukaan laut.
pH merupakan ukuran seberapa asam atau basa sebuah larutan (Environmental
Protection Agency, 2006). Limbah cair dengan konsentrasi ion hidrogen yang ekstrim sulit
untuk diolah secara biologis. Efluen yang telah diolah memiliki rentang pH yang diizinkan
dibuang ke lingkungan sebesar 6,5-8,5 (Metcalf & Eddy, 2003). Banyak spesies yang akan
mengalami kesulitan dalam bertahan hidup jika pH turun dibawah 5,0 dan naik lebih dari 9,0.
Sequencing Batch Reactor (SBR)
SBR merupakan salah 1 variasi atau bentuk dari lumpur aktif. Pada SBR, pengolahan
dapat dilakukan secara batch dimana ekualisasi, aerasi dan sedimentasi dilakukan sekaligus
namun dengan waktu yang berbeda (Vigneswaran et al, n.d.). SBR digunakan untuk
mengolah air limbah kota maupun industri, terutama yang memiliki karakteristik laju aliran
yang rendah dan bervariasi (New England Interestate Water Pollution Control , 2005). SBR
dapat melakukan penyisihan BOD dan nutrisi (Environmental Protection Agency, 1999).
Prinsip kerja SBR terdiri dari 5 tahap yaitu fill, react, settle, draw, dan idle. Pada tahap
fill, bak diisi oleh influen air limbah. Pada react, reaksi biologis yang telah dimulai pada tahap
fill, diselesaikan pada tahap ini. Tidak terdapat air limbah yang masuk dimana dilakukan
aerasi dan pencampuran mekanik. Pada settle, lumpur aktif dibiarkan mengendap agar terjadi
pemisahan antara padatan dengan efluen dimana tidak terdapat air limbah yang masuk serta
tidak dilakukan aerasi dan pencampuran. Pada tahap decant/ draw, dilakukan pembuangan
efluen dari reaktor. Pada tahap idle, beberapa bagian lumpur aktif pada dasar bak dibuang.
Tabel 1. Parameter Desain SBR
Parameter SBR systems
Mixed liquor suspended solids (mg/L) 2000-6500 F/M load (lb BOD/d/MLVSS) 0,04-0,20 Hydraulic retention time (h) 9-30 Total cycle times (h) 4-12 Solids retention time (days) 20-40 Decanter overflow rate (gpm/ft2) <100
Sumber: Environmental Protection Agency, n.d.
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif, sementara metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Jenis data yang digunakan terdiri dari 2
yaitu data primer dan data sekunder. Variabel bebas yang digunakan adalah hydraulic
retention time (HRT) yang terdiri dari 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Sementara variabel
terikatnya adalah konsentrasi chemical oxygen demand (COD) dan fosfat (PO4-P). Kemudian
variabel kontrol yang digunakan adalah pH influen yang dijaga pada rentang 6-8.
Sampel yang digunakan adalah limbah cair dari proses pencucian sampah plastik pada
CV Majestic Buana Group. Teknik pengambilan dan pengawetan sampel mengacu pada SNI
6989.59:2008 tentang “Air dan air limbah–Bagian 59: Metoda pengambilan contoh air
limbah”.
Prosedur penelitian meliputi pre-sampling, pembuatan reaktor sequencing batch
reactor (SBR), pengujian karakteristik awal limbah cair, dan pengoperasian SBR
(aklimatisasi dan running). Pre-sampling dilakukan untuk mengetahui konsentrasi parameter
kunci yakni COD dan fosfat pada air limbah demi mencegah gagalnya penelitian. Dari hasil
pre-sampling dengan jenis sampel grab, didapatkan konsentrasi beberapa parameter yaitu
COD (1540 mg/L), BOD5 (1000-3500 mg/L), fosfat (151,9 mg/L), dan amonia (1,7 mg/L)
dimana konsentrasi COD pada air limbah melebihi baku mutu dan konsentrasi fosfat sangat
tinggi.
Reaktor SBR memiliki volume total 7 L dengan volume kerja 5 L yang berisi 2 L
lumpur aktif dan 3 L air
limbah. Reaktor terdiri dari
beberapa komponen
utama yaitu tabung
reaktor, stirrer, aerasi, dan
komponen pendukung.
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Gambar 1. Desain Reaktor SBR Tabel 2. Desain Reaktor SBR
No Desain Satuan Nilai
1
Volume reaktor Volume total Volume kerja Volume lumpur aktif Volume air limbah
L L L L
7 5 2 3
2
Tabung reaktor Material tabung Diameter Tinggi
-
cm cm
Akrilik (tebal 6 mm)
15 39,5
3 Hydraulic Retention Time (HRT)
jam jam jam
12 24 36
4
Siklus masing-masing HRT HRT = 12 jam Fill Anaerobic react Aerobic react Settle Draw HRT = 24 jam Fill Anaerobic react Aerobic react Settle Draw HRT = 36 jam Fill Anaerobic react Aerobic react Settle Draw
menit menit menit menit menit
menit menit menit menit menit
menit menit menit menit menit
5 270 (4,5 jam) 390 (6,5 jam)
45 10
5
540 (9 jam) 780 (13 jam)
105 10
5
810 (13,5 jam) 1170 (19,5 jam)
165 10
5
Pengaduk (stirrer) Komponen pengaduk Torsi motor Kecepatan anaerobik Kecepatan aerobik Material shaft dan blade
-
kg rpm rpm
-
power supply, speed controller,
motor, shaft dan blade 9
25 150
stainless steel
6 Aerasi Debit pompa udara Flow adjuster
L/jam
-
270 ada
Karakteristik awal limbah cair pencucian plastik dari CV Majestic Buana Group yang
diuji adalah BOD, COD, fosfat, dan amonia. Pengujian karakteristik menggunakan sampel
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
tipe gabungan waktu (komposit waktu) yang berasal dari 5 buah sampel grab yang diambil
pada 5 hari berbeda secara berturut-turut. Sampel diambil di akhir jam operasi pada pukul
15.00 s/d 16.00 WIB agar mendapatkan karakteristik air limbah yang sesungguhnya. Hasil
karakteristik lalu disesuaikan dengan PermenLH RI Nomor 5 Tahun 2014 tentang Baku Mutu
Air Limbah untuk mengetahui ada atau tidaknya parameter yang melebihi baku mutu.
Lumpur aktif yang digunakan untuk pengolahan diambil dari WWTP II Jababeka.
Aklimatisasi dilakukan dengan menggunakan HRT terpendek yaitu HRT 12 jam serta
dilakukan dalam 5 tahap dengan penambahan volume air limbah sebesar 20% tiap
aklimatisasi selanjutnya. Parameter yang diuji adalah COD, pH, dan DO. Proses aklimatiasasi
dilanjutkan ke proses running saat efisiensi removal COD telah konstan dengan fluktuasi
≤10%.
Proses running dilakukan langsung setelah tahap aklimatisasi berakhir. Air limbah
dimasukkan ke dalam reaktor secara intermittent dimana reaktor mengolah 100% air limbah.
SBR dioperasikan mulai dari HRT 12 jam, 24 jam dan 36 jam dengan durasi siklus berbeda.
Parameter yang diuji adalah COD dan fosfat untuk mengetahui efisiensi SBR dalam
mengolah air limbah. Selain itu parameter pH dan DO tetap dijaga selama pengoperasian
reaktor.
Data yang didapat selama aklimatisasi dan running diolah dengan rumus berikut untuk
mengetahui efisiensi removal dari reaktor SBR skala laboratorium:
!""#$#!%$& =!! − !!!!
×100%
Dimana
Efficiency = efisiensi penyisihan parameter (%)
C0 = konsentrasi parameter di influen (mg/L)
C1 = konsentrasi parameter di efluen (mg/L)
Lokasi pengambilan sampel air limbah pencucian plastik adalah pabrik CV Majestic
Buana Group yang merupakan industri daur ulang plastik, berlokasi di Bekasi Timur. Reaktor
SBR ditempatkan dan dioperasikan di rumah penulis. Pengujian sampel limbah cair pencucian
plastik dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan dan Penyehatan Lingkungan yang
berlokasi di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Hasil Penelitian Gambaran Umum CV Majestic Buana Group
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
CV Majestic Buana Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang daur ulang
sampah plastik. Pabriknya beralamat di Jl. Putat Cimuning 35, Kelurahan Cimuning,
Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi. Kegiatan yang dilakukan di pabrik ini adalah
pencacahan plastik dan pembuatan mesin pencacah plastik. Pabrik beroperasi hari Senin s/d
Sabtu pukul 08.00 s/d 16.00 WIB dengan pekerja sebanyak 20 orang. Jenis sampah plastik
yang dicacah meliputi PET (botol minuman, botol kecap, botol sauce, dll), PP (gelas
minuman), LD (tutup galon air minum), dan HDPE (botol oli, botol shampoo, botol lotion,
botol bedak, dll).
Proses pencacahan plastik meliputi pencacahan sampah plastik, pencucian cacahan
plastik dengan air deterjen, pencucian cacahan plastik dengan air hangat, pengeringan cacahan
plastik dengan mesin pengering, penghamburan cacahan plastik, pembungkusan cacahan
plastik ke dalam karung. Saat pencucian tahap pertama, cacahan plastik dicuci dengan air
bersih yang ditambahkan texapon gel dan soda api bubuk atau natrium peroksida (NaOH).
Selama proses pencacahan plastik dalam satu hari, air pencucian diresirkulasi terus
menerus tanpa dilakukan penggantian air. Oleh karenanya air limbah baru dihasilkan di akhir
jam operasi yakni antara pukul 15.00 s/d 16.00 WIB. Air limbah yang dihasilkan sekitar 1-2
m3. Dari bak pencucian, air limbah dialirkan ke bak penampungan untuk ditampung
sementara, jika bak penampungan telah penuh barulah air limbah dibuang ke lubang resapan.
Terdapat 1 buah bak pencucian, 1 bak penampungan, dan 3 sumur resapan.
Dalam sehari, pabrik dapat mencacah ±1 ton sampah plastik. Tidak terdapat
penjadwalan khusus untuk jenis dan jumlah plastik yang akan dicacah, pencacahan hanya
disesuaikan dengan suplai sampah plastik yang tersedia di pabrik. Terkadang pencacahan
dilakukan hanya dari pagi hingga siang ataupun dari siang hingga sore, bahkan terdapat hari
dimana pabrik tidak melakukan pencacahan plastik. Akibatnya, kuantitas dan kualitas air
limbah yang dihasilkan tidak sama setiap harinya.
Karakteristik Air Limbah
Tabel 3. Karakteristik Air Limbah CV Majestic Buana Group dan Kesesuainnya Dengan Baku Mutu (Permen LH RI Nomor 5 Tahun 2014)
Tanggal uji Jenis sampel Parameter Satuan Nilai BM Gol.I Memenuhi BM
2 Februari 2017
Komposit waktu (5 hari)
COD mg/L 1810 100 X BOD5 mg/L 1342,15 50 X Fosfat mg/L 25,3 - - Amonia mg/L 1 5 V DO mg/L 0,81 - - MBAS mg/L 0,276 5 V
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
pH mg/L 11 6,0-9,0 X
Karaktersitik air limbah disesuaikan dengan Lampiran XLVII (Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan/ Kegiatan yang Belum Memiliki Baku Mutu Air Limbah yang Ditetetapkan)
pada PermenLH RI Nomor 5 Tahun 2014. Karena konsentrasi BOD sebesar 1342,15 mg/L
dan COD sebesar 1810 mg/L, maka digunakkan Baku Mutu Golongan I. Terdapat 3
parameter yang melebihi baku mutu yaitu COD, BOD5, dan pH. Parameter yang telah
memenuhi baku mutu adalah amonia, MBAS, dan suhu. Parameter fosfat dan DO tidak
terdapat baku mutunya.
Proses Aklimatisasi
Proses aklimatisasi menggunakan HRT 12 jam. Pemilihan HRT terpendek
dimaksudkan agar sistem pengolahan dapat beradaptasi dengan organic loading rate (OLR)
terbesar, sehingga nantinya pada proses running diharapkan sistem dapat beradaptasi dengan
lebih mudah pada HRT 24 dan 36 jam dengan OLR yang lebih rendah.
Sebelum proses aklimatisasi dimulai, dilakukan pengambilan lumpur aktif dari unit
oxidation ditch (OD) pada Wastewater Treatment Plant (WWTP) II Jababeka. Pengambilan
dilakukan di saluran resirkulasi dimana kondisi lumpur aktifnya tidak tercampur dengan air
limbah WWTP serta konsentrasinya lebih pekat. Konsentrasi MLSS lumpur aktif ini sebesar
13000 mg/L, sementara konsentrasi MLSS pada parameter desain SBR dari U.S. EPA hanya
2000 s/d 6500 mg/L. Karenanya dilakukan pengenceran lumpur aktif dengan target MLSS
sebesar 4000 mg/L. Dilakukan pengenceran 3 kali dengan mencampurkan 0,7 L lumpur aktif
dengan 1,3 L air suling didalam reaktor sehingga total campurannya adalah 2 L. Selain itu
lumpur aktif didominasi oleh mikroorganisme jenis Nitrobacter, Pseudomonas, dan Aspidisca.
pH optimum bagi Nitrobacter adalah 7,5-8 (EPA, 2002), Pseudomonas 6,6-7 (Todar, 2008),
dan Aspidisca 6-8 bahkan dapat mentolerir pH antara 4,5-5 (Baldwin et al, 2001).
Pengoperasian reaktor dimulai dengan menyiapkan influen (pencampuran dengan air
suling sesuai tahap aklimatisasi dan penurunan pH dengan menambahkan larutan asam
H2SO4) dalam bak influen. Kemudian influen dimasukkan ke dalam reaktor secara gravitasi
dengan waktu 5 menit. Setelah seluruh influen berada dalam reaktor, pengadukan dilakukan
dengan durasi 4,5 jam. Rencana kecepatan pengadukan pada tahap anaerobic react adalah 25
rpm, namun ternyata dengan kecepatan ini sebagian besar lumpur aktif masih mengendap,
karenanya kecepatan diset sebesar 100 rpm yang mampu mengaduk lumpur aktif secara
sempurna. Kemudian dilanjutkan dengan aerobic react dengan menyalakan pompa udara
dengan debit sekitar 135 L/jam dan merubah kecepatan pengadukan menjadi 150 rpm.
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Kemudian masuk ke tahap settle selama 45 menit dimana lumpur aktif dibiarkan mengendap
hingga terbentuk supernatant di bagian atas dengan cara mematikan pengadukan dan aerasi.
Setelah itu supernatan dikeluarkan melalui kran efluen selama 10 menit serta diambil
sampelnya. Aklimatisasi berlangsung selama 24 hari. Konsentrasi COD influen selama
aklimatiasi sangat berfluktuatif yakni sebesar 620 s/d 1720 mg/L. Hal ini diakibatkan oleh
perbedaan kuantitas dan jenis plastik yang dicacah serta lamanya proses pencacahan tiap
harinya.
Tabel 4. Hasil Pengujian Sampel Aklimatisasi
Tahap aklimatisasi
COD DO pH In
(mg/L) ef
(mg/L) eff (%)
in (mg/L)
ef (mg/L) awal in ef
1 665 145 78,20 3,74 4,29 11,9 6,7 7,7 1 1675 250 85,07 3,58 5,91 11,3 6 7,8 2 1210 370 69,42 3,16 4,57 11,6 7,2 8,3 3 1240 490 60,48 3,38 4,54 11,4 6,9 8,3 4 1720 650 62,21 1,13 3,68 9,6 7 8,6 5 620 330 46,77 4,89 3,02 12,4 7,5 8,5 5 1500 730 51,33 1,11 1,27 11,8 8,8 8,7 5 1550 500 67,74 2,73 3,12 11,8 7,1 8,7 5 1590 330 79,25 1,72 2,69 11,9 6,7 8,5
Proses Running
Setelah sistem pengolahan sequencing batch reactor (SBR) berisi 100% air limbah
serta efisiensi removal COD telah stabil dengan selisih efisiensi removal ≤10%, maka proses
aklimatisasi dilanjutkan ke proses running. Proses running dilakukan dengan perlakuan yang
sama dengan proses aklimatisasi. Perbedaan hanya terletak pada hydraulic retention time
(HRT) yang digunakan dan parameter air limbah yang diuji. Pada running digunakan 3 jenis
HRT yakni 12 jam, 24 jam, dan 36 jam. Kemudian parameter yang diuji meliputi COD, fosfat
(PO4-P), pH, dan DO. Proses running dilakukan selama 16 hari mulai dengan menggunakan
HRT terpendek yakni 12 jam. Pada tiap HRT dilakukan 5 kali siklus proses running.
Tabel 5. Nilai Rata-Rata, Maksimum, Minimum, Dan Standar Deviasi Dari Efisiensi Removal COD
HRT 12 Jam HRT 24 Jam HRT 36 Jam COD in (mg/L)
COD ef (mg/L) Eff (%) COD in
(mg/L) COD ef (mg/L) Eff (%) COD in
(mg/L) COD ef (mg/L) Eff (%)
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
1377 165 88,02 1288 150 88,35 2876 232 91,93 1147 161 85,96 2880 221 92,33 2200 222 89,91 863 199 76,94 2616 369 85,89 1588 178 88,79 948 219 76,9 2740 271 90,11 1280 189 85,23
1968 193 90,19 2540 285 88,78 1436 156 89,14 Mean 1260,6 187,4 83,60 2412,8 259,2 89,09 1876 195,4 89 Max 1968 219 90,19 2880 369 92,33 2876 232 91,93 Min 863 161 76,9 1288 150 85,89 1280 156 85,23 Std dev 442,34 24,30 6,28 641,86 81,00 2,36 658,92 31,39 2,43
Tabel 6. Efisiensi Removal Fosfat
HRT 12 Jam HRT 24 Jam HRT 36 Jam
Fosfat in (mg/L)
Fosfat ef (mg/L) Eff (%) Fosfat in
(mg/L) Fosfat ef (mg/L) Eff (%)
Fosfat in
(mg/L)
Fosfat ef (mg/L) Eff (%)
167,8 158,1 5,78 119,2 115,5 3,1 123 14 88,62 135,3 135,1 0,15 116,1 130,6 -12,49 17,5 12,6 28 120,1 94,4 21,4 118,9 120,6 -1,43 18,6 11,6 37,63 153,9 143,6 6,69 128,4 133,7 -4,13 20,1 22,7 -12,94 137,1 151,6 -10,58 131,7 124,9 5,16 15,8 42,8 -170,89
Tabel 7. pH dan Efisiensi Removal
HRT (jam) Efisiensi
removal COD (%)
Efisiensi removal fosfat
(%) pH asli pH in pH ef
12
88,02 5,78 12,1 6,9 8,4 85,96 0,15 12,3 6,8 8,3 76,94 21,40 12,2 6,2 8,2 76,90 6,69 12,3 7,1 8,3 90,19 -10,58 12,2 7,1 8,4
24
88,35 3,10 11,6 7,4 8,4 92,33 -12,49 12,2 8,3 8,6 85,89 -1,43 12,1 8,2 8,6 90,11 -4,13 12 7,5 8,7 88,78 5,16 12 7,3 8,6
36
91,93 88,62 11,9 7,4 8,6 89,91 28,00 12 7,2 8,7 88,79 37,63 12 7 8,7 85,23 -12,94 11,9 6,6 8,6 89,14 -170,89 11,8 7,6 8,8
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Tabel 8. DO Efluen dan Efisiensi Removal
HRT (jam) Efisiensi removal COD (%) Efisiensi removal fosfat (%) DO efluen (mg/L)
12
88,02 5,78 3,79 85,96 0,15 2,33 76,94 21,40 2,69 76,90 6,69 2,38 90,19 -10,58 1,88
24
88,35 3,10 3,06 92,33 -12,49 2,6 85,89 -1,43 2,91 90,11 -4,13 2,83 88,78 5,16 2,64
36
91,93 88,62 1,43 89,91 28,00 1,68 88,79 37,63 2,43 85,23 -12,94 3,06 89,14 -170,89 2,69
Pembahasan Identifikasi Karakteristik Air Limbah
Nilai COD dan BOD5 yang tinggi dan melebihi baku mutu mengindikasikan bahwa air
limbah pencucian plastik mengandung banyak bahan organik. Bahan organik dapat berupa
minyak, oli, bahan kimia sintetis lain, dan organik lain yang berasal dari aktivitas manusia.
Bahan organik lainnya dapat berupa tanah, debu, dan mikroorganisme yang berasal dari
sumber alami. Bahan organik ini dapat berasal dari 3 sumber utama yakni dari material yang
tertinggal di dalam sampah plastik itu sendiri, material yang menempel pada sampah yang
berasal dari lingkungan luar, dan juga material yang digunakan sebagai agen pembersih
selama proses pencucian sampah plastik.
Penggunaan plastik sebagai kontainer dari material tertentu sangat berpengaruh pada
jenis polutan yang dihasilkan. Lalu sumber sampah plastik akan mempengaruhi banyaknya
kotoran yang menempel pada sampah plastik. Kemudian semakin jauh sumber sampah dari
pabrik dan semakin lama sampah berada di lingkungan luar sebelum sampai di pabrik,
kemungkinan besar sampah plastik akan terpapar berbagai jenis kotoran lebih banyak.
pH air limbah pencucian plastik sebesar 11 melebihi baku mutu sebesar 6,0-9,0. pH air
limbah yang sangat tinggi disebabkan oleh penggunaan natrium hidroksida (NaOH) atau
disebut sebagai soda api yang merupakan basa kuat. Saat NaOH berada di air, senyawa ini
terurai sepenuhnya menjadi kation natrium (Na+) dan anion hidroksida (OH-).
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Konsentrasi fosfat sebesar 25,3 mg/L. Tidak terdapat baku mutu untuk senyawa fosfat,
oleh karena itu dibuat perbandingan konsentrasi fosfat air limbah pencucian plastik dengan air
limbah laundry dan pencucian mobil. Pada penelitian terdahulu, konsentrasi fosfat ataupun
total fosfor (TP) pada air limbah laundry antara lain adalah fosfat 94,6±75,4 mg/L (Braga et
al, 2014), TP 12,7 mg/L (Bering et al, 2011), TP ±23 mg/L (Shang et al, 2015), dan TP 22±4
mg/L (Kim et al, 2014). Kemudian konsentrasi fosfat pada air limbah pencucian mobil antara
lain adalah fosfor 2,79-8,63 mg/L (Mohamed et al, 2014), fosfat 10,18±0,87 mg/L (Hashim et
al, 2016), dan TP 25 mg/L (Boluarte et al, 2016). Oleh karenanya dapat diketahui bahwa air
limbah pencucian plastik memiliki konsentrasi fosfat yang lebih tinggi dikarenakan air limbah
laundry dan pencucian mobil secara umum memiliki konsentrasi TP yang lebih kecil. Nilai
fosfat yang tinggi dapat berasal dari deterjen yang digunakan yang bernama texapon, yang
menandakan bahwa komposisi texapon didominasi oleh senyawa fosfat dibandingakn dengan
surfaktan.
Konsentrasi dissolved oxygen (DO) sangat rendah yakni 0,81 mg/L, padahal
organisme air membutuhkan setidaknya 5 mg/L DO untuk dapat bertahan hidup dan
berkembang biak. Rendahnya DO ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal yaitu kekeruhan
yang tinggi, penggunaan air hangat selama proses pencucian, dan penggunaan sampel
gabungan waktu.
Dari penjabaran dan analisis diatas, disimpulkan bahwa air limbah perlu diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang karena beberapa parameter melebihi baku mutu yang ada.
Pengolahan utamanya dilakukan untuk menurunkan konsentrasi COD hingga baku mutu yang
diizinkan serta menurunkan konsentrasi fosfat yang konsentrasinya dianggap cukup tinggi.
Proses Aklimatisai
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
665
1675
1210 1240
1720
620
1500 1550 1590
145 250
370 490
650
330
730 500
330
40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90
0 200 400 600 800
1000 1200 1400 1600 1800 2000
1 1 2 3 4 5 5 5 5
Efisie
nsi Rem
oval COD (%
)
Konsen
trasi COD (m
g/L)
Tahap aklimaHsasi
COD in COD ef Eff (%)
Gambar 2. Grafik Efisiensi Removal COD pada Aklimatisasi
Dari gambar 2 diatas dapat dilihat bahwa efisiensi removal COD suatu tahap
umumnya mengalami penurunan dari tahap aklimatisasi sebelumnya, kecuali efisiensi tahap 4
sebesar 62,21% yang naik ±2% dari tahap 3. Penurunan efisiensi ini kemungkinan disebabkan
oleh konsentrasi COD yang semakin besar tiap tahap aklimatisasi selanjutnya dimana
mikroorganisme masih mencoba beradaptasi dengan air limbah baru sehingga belum mampu
mendegradasi senyawa organik secara optimal. Pada tahap 5, dilakukan 4 kali pengujian
sampel dimana efisiensi removal COD terus mengalami peningkatan dari 46,77%, 51,33%,
67,74%, hingga 79,25%. Peningkatan ini menandakan bahwa mikroorganisme telah
beradaptasi dengan air limbah dan mampu mendegradasi senyawa organik lebih baik dari
sebelumnya.
Parameter pH awal, influen, dan efluen pada air limbah juga diukur. Pengukuran pH
dilakukan untuk mengetahui apakah air limbah memiliki rentang pH optimum yang
mendukung kehidupan mikroorganisme. Berdasarkan berbagai sumber, kebanyakan bakteri
tumbuh pada pH netral yakni antara 6-8. pH awal air limbah memiliki rentang dari 9,6 s/d
12,4. Kemudian air limbah ditambahkan sejumlah air suling sesuai tahap aklimatisasi serta
ditambahkan larutan asam H2SO4 untuk menurunkan pH. Penambahan larutan asam dilakukan
secara coba-coba atau tidak dengan takaran khusus, namun sebisa mungkin pH influen dibuat
antara 5 s/d 9. pH influen yang dihasilkan memiliki rentang 5,4 hingga 9,7. Rentang pH
efluen pada tahap 1 adalah 7,7-7,9, tahap 2 sebesar 8,1-8,3, tahap 3 sebesar 8,3-8,4, tahap 4
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
1377 1147
863 948
1968
1288
2880 2616 2740 2540
2876
2200
1588 1280
1436
165 161 199 219 193 150 221 369 271 285 232 222 178 189 156
70
75
80
85
90
95
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Efisie
nsi Rem
oval COD (%
)
Konsen
trasi COD (m
g/L)
Running ke-‐
COD in COD ef Eff (%)
sebesar 8,5-8,7, dan tahap 5 sebesar 8,4-8,8. Berdasarkan Metcalf & Eddy (2003), efluen yang
telah diolah memiliki rentang pH yang diizinkan dibuang ke lingkungan sebesar 6,5-8,5.
Parameter terakhir yang diukur adalah dissolved oxygen (DO) pada influen dan efluen
air limbah. Konsentrasi DO influen pada tahap awal lebih tinggi jika dibandingkan tahap
akhir, hal ini dikarenakan pada tahap awal air limbah dicampurkan dengan air suling
bervolume lebih besar. Konsentrasi DO influen memiliki rentang 1,11 s/d 4,89 mg/L,
sementara DO efluen sebesar 1,27 s/d 5,91 mg/L dimana secara umum DO efluen lebih tinggi
dibandingkan influen.
Proses Running
Efisiensi Removal COD
Gambar 3. Grafik Konsentrasi COD dan Efisiensi Removal COD pada Running
Dari tabel 5 dan gambar 3, diketahui bahwa efisiensi removal pada tiap HRT cukup
konsisten dimana fluktuasinya tidak terlalu besar. Rentang efisiensi removal COD pada HRT
12 jam sebesar 76,90-90,19%, HRT 24 jam sebesar 85,89-92,33% dan HRT 36 jam sebesar
85,23-91,93%. Dari rentang ini dapat diketahui bahwa efisiensi removal COD antar HRT
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal serupa terjadi pada penelitian terdahulu
mengenai efek HRT pada sistem lumpur aktif (Abbas et al, 2001) dimana peningkatan HRT
hanya menyebabkan sedikit peningkatan efisiensi removal COD yakni sebesar 88% pada
HRT 18 jam dan sebesar 84% pada HRT 3,37 jam.
HRT 12 jam HRT 24 jam HRT 36 jam
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Nilai statistik untuk tiap HRT dihitung demi mengetahui HRT optimum yang
menghasilkan efisiensi removal COD terbesar. Dari tabel 5 diketahui bahwa HRT 24 jam
menghasilkan efisiensi removal COD terbaik karena memiliki nilai rata-rata tertinggi, nilai
maksimum tertinggi, nilai minimum tertinggi, serta standar deviasi terkecil yakni berturut-
turut sebesar 89,09%, 92,33%, 85,89% dan 2,36.
Dari semua efluen yang dihasilkan pada tiap HRT, belum terdapat nilai COD efluen
yang memenuhi baku mutu sebesar 100 mg/L. Rentang konsentrasi COD efluen untuk HRT
12 jam adalah 161-219 mg/L, HRT 24 jam 150-369 mg/L, dan HRT 36 jam 156-232 mg/L.
Nilai COD efluen yang terdekat dengan baku mutu adalah sebesar 150 mg/L yang terjadi pada
siklus 1 HRT 24 jam dari nilai COD influen sebesar 1288 mg/L dan efisiensi sebesar 88,35%.
Gambar 4. Grafik OLR Vs Efisiensi Removal COD
Dari gambar 4 dapat dilihat hubungan berbanding lurus antara OLR dengan efisiensi
removal COD. Pada semua HRT, efisiensi removal COD terbesar dihasilkan saat sistem
menerima OLR terbesar. Efisiensi terbesar dan OLR terbesar untuk HRT 12, 24, dan 36 jam
berturut-turut adalah 90,19% dan 2,36 kg/m3.d; 92,33% dan 1,73 kg/m3.d; dan 91,93% dan
1,73 kg/m3.d. Hubungan berbanding lurus ini terjadi pada berbagai penelitian terdahulu
dimana umumnya efisiensi removal COD terus naik hingga OLR berada pada kisaran 3-4 kg
COD/m3.d. Efisiensi removal COD sebesar 74% terjadi saat OLR 3,6 kg COD/m3.d, efisiensi
turun menjadi 43% saat OLR dinaikkan hingga 9 kg COD/m3.d (Kanimozhi et al, 2014).
Berdasarkan penelitian Rajab et al (2017), efisiensi removal COD meningkat seiring
peningkatan OLR yakni 97,9±0,8% saat 0,5-1,5 kg COD/m3.d; 98,9±0,3% saat 2-3 kg
COD/m3.d; 99,2±0,4% saat 3,5-4,5 kg COD/m3.d; dan menurun menjadi 94,4±2,2% saat 5-6
70 75 80 85 90 95
0.5
1.0
1.5
2.0
2.5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Efi
siensi Rem
oval COD (%
)
OLR (kg CO
D/m3.d)
Running ke-‐
OLR Eff (%)
HRT 12 jam HRT 24 jam HRT 36 jam
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
kg COD/m3.d. Chiavola et al (2014) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahwa kinerja
SBR meningkat saat OLR yang diberikan meningkat.
Efisiensi Removal Fosfat
Gambar 5. Grafik Konsentrasi Fosfat dan Efisiensi Removal Fosfat
Dari tabel 6 dan gambar 5 dapat diketahui bahwa efisiensi removal fosfat sangatlah
berfluktuatif. Rentang removal fosfat pada HRT 12, 24, dan 36 jam berturut-turut adalah -
10,58 s/d 21,40%, -12,49 s/d 5,16%, dan -170,89 s/d 88,625%. Akibat efisiensi removal yang
sangat berfluktuasi, nilai statistik seperti nilai rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, dan
standar deviasi tidak dapat ditentukan. Efisiensi bernilai negatif mungkin disebabkan oleh
kesalahan pada proses pengolahan dan kesalahan pada pengujian sampel.
Kesalahan pada proses pengolahan adalah tidak atau kurang terciptanya kondisi
anaerob. Saat kondisi anaerob berlangsung pada tiap HRT, stirrer berputar dengan kecepatan
100 rpm untuk mencegah lumpur aktif mengendap. Kecepatan ini mungkin menghasilkan
sejumlah oksigen yang menyebabkan kondisi anaerob tidak tercipta dengan baik. Hal ini
mengakibatkan sedikitnya asetat yang dihasilkan yang kemudian mengakibatkan PHB
dihasilkan dalam jumlah yang juga sedikit oleh PAO. Akibat keterbatasan PHB, tidak tersedia
cukup energi untuk pengikatan ortofosfat pada ikatan polifosfat dalam sel bakteri. Akibatnya
sejumlah besar ortofosfat tetap berada pada air limbah yang mengakibatkan tingginya
konsentrasi fosfat efluen.
Kesalalahan pada proses lainnya adalah penggunaan waktu kontak anaerobik yang
terlalu lama. Berdasarkan Metcalf & Eddy (2003), menggunakan waktu kontak anerobik lebih
-‐180 -‐150 -‐120 -‐90 -‐60 -‐30 0 30 60 90
-‐10 10 30 50 70 90 110 130 150 170
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Efisie
nsi Rem
oval Fosfat (%)
Konsen
trasi Fosfat (mg/L)
Running ke-‐
Fosfat in Fosfat ef Eff (%)
HRT 12 jam HRT 24 jam HRT 36 jam
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017 70
75
80
85
90
95
HRT 12 jam HRT 18 Jam HRT 24 Jam HRT 24 jam HRT 36 jam
dari 3 jam dapat mengakibatkan potensi pelepasan sekunder dari fosfor dimana pelepasan
fosfor tidak terkait dengan pengambilan asetat. Saat pelepasan sekunder ini terjadi, bakteri
belum mengakumulasi PHB untuk oksidasi selanjutnya pada tahap aerobik dimana PHB
menyediakan energi untuk pengambilan dan penyimpanan fosfor. Waktu kontak anaerobik
untuk HRT 12, 24, dan 36 jam berturut-turut adalah 4,5, 9, dan 13,5 jam dimana kesemuanya
melebihi 3 jam.
Alasan kedua adalah metode pengujian fosfat di laboratorium yang rentan terhadap
kesalahan relatif. Kuvet 25 ml yang digunakan untuk pengujian dicuci menggunakan sabun
cair yang mungkin mengandung fosfat dalam konsentrasi tinggi sehingga tercampur dengan
sampel air limbah yang diuji. Akibatnya, nilai konsentrasi fosfat yang terbaca pada
spektrofotometri mungkin menjadi lebih besar dari konsentrasi sesungguhnya.
Dari kesemua efluen, konsentrasi fosfat efluen terendah dihasilkan pada HRT 36 jam
yakni sebesar 11,6 mg/L. Namun tidak dapat dikatakan memiliki efisiensi terbaik karena
efisiensinya hanya sebesar 37,63% dari konsentarsi influen yang juga rendah yaitu 18,6 mg/L.
Akibat nilai efisiensi removal fosfat yang berfluktuasi pada tiap HRT, serta
terdapatnya nilai efisiensi yang negatif, dapat disimpulkan bahwa sistem SBR pada penelitian
ini tidak efektif atau tidak mampu mengolah fosfat pada air limbah pencucian plastik. Padahal
pada berbagai penelitian terdahulu, sistem SBR mampu mengolah fosfat dengan efisiensi
yang tinggi. Jenis air limbah dan efisiensi removal fosfat oleh SBR pada penelitian terdahulu
yakni air limbah sintetik; 70% (Kargi et al, 2002), air limbah sintetik; 90% (Kargi et al,
2004), efluen anaerobic digester pengolah kotoran babi; 97,8-98,1% (Obaja et al, 2005), dan
air limbah sintetik; 95% (Li et al, 2014).
HRT optimum
Pemilihan HRT optimum didasarkan pada efisiensi removal COD dimana efisiensi
removal fosfat tidak dijadikan pertimbangan karena nilainya yang sangat berfluktuatif dan
terdapat efisiensi bernilai negatif. Rentang efisiensi removal COD pada HRT 12 jam sebesar
76,90-90,19%, HRT 24 jam sebesar 85,89-92,33% dan HRT 36 jam sebesar 85,23-91,93%.
Dari rentang ini dapat diketahui
bahwa tidak terdapat perbedaan efisiensi
removal COD yang signifikan antar HRT.
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Gambar 6. Box Plot Efisiensi Removal COD
Data diolah lebih lanjut dengan uji T-test meggunakan aplikasi SPSS untuk
mengetahui apakah perbedaan efisiensi removal COD cukup signifikan antar HRT. Dari hasil
T-test independen, diketahui bahwa perbedaan mean efisiensi removal COD antara salah satu
HRT dengan HRT lainnya tidaklah signifikan (sig (2 tailed) > 0,05).
Namun berdasarkan nilai statistik, HRT 24 jam merupakan HRT optimum karena
memiliki nilai rata-rata tertinggi, nilai maksimum tertinggi, serta nilai minimum tertinggi
yakni berturut-turut sebesar 89,09%, 92,33%, dan 85,89%. Selain itu HRT 24 jam juga
memiliki standar deviasi terkecil yaitu sebesar 2,36.
Kesimpulan Karakteristik air limbah pencucian plastik pada CV Majestic Buana Group adalah:
COD sebesar 1810 mg/L, BOD5 sebesar 1342,15 mg/L, fosfat sebesar 25,3 mg/L, amonia
sebesar 1 mg/L, DO sebesar 0,81 mg/L, MBAS sebesar 0,276 mg/L, dan pH sebesar 11. Dari
semua parameter tersebut, parameter yang melebihi baku mutu pada PermenLH Nomor 5
Tahun 2014 adalah COD, BOD5, dan pH. Walaupun tidak tersedia baku mutu untuk
parameter fosfat, namun konsentrasinnya dapat dikatakan cukup tinggi jika dibandingkan
dengan air limbah sejenis yaitu air limbah laundry dan air limbah pencucian mobil.Reaktor
SBR skala laboratorium dapat mengolah parameter COD dengan sangat baik dengan rentang
efisiensi removal COD untuk HRT 12, 24, dan 36 jam berturut-turut adalah 83,60-90,19%;
89,09-92,33%; dan 89-91,93%. Sementara SBR tidak mampu mengolah parameter fosfat
dengan baik karena efisiensi sangat berfluktuatif dan beberapa kali dihasilkan efisiensi
bernilai negatif. Tidak terdapat perbedaan efisiensi removal COD yang signifikan antar HRT.
Saran
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Selama penelitian, parameter seperti fosfat dan amonia terus diukur untuk mengetahui
pengaruh faktor nutrisi terhadap efisiensi pengolahan. Selain itu penting untuk melakukan
penelitian dengan HRT yang lebih pendek dari 12 jam.
Daftar Referensi
Abbas, H., Seif, H., & Moursi, A. (2001). Effect of Hydraulic Retention Time on The
Activated Sludge System. Sixth International Water Technology Conference, (pp. 277-284). Alexandria.
Baldwin, D. D., & Campbell, C. E. (2001). Short-Term Effects of Low pH on the Microfauna of an Activated Sludge Wastewater Treatment System. Retrieved from cawq.ca:https://www.cawq.ca/journal/temp/article/225.pdf
Bering, S., Mazur, J., & Tarnowski, K. (2011). TECHNICAL AND ECONOMIC ASPECTS OF INDUSTRIAL LAUNDRY WASTEWATER TREATMENT . Retrieved from ceer.uz.zgora.pl: http://www.ceer.uz.zgora.pl/CR_filearchive/0f84fc98ec79ee3dfc45c083c52721d0.pdf
Braga, J. K., & Varesche, M. B. (2014). Commercial Laundry Water Characterisation. American Journal of Analytical Chemistry, 8-16.
Environmental Protection Agency. (1997). Wastewater Treatment Manuals Primary, Secondary, and Tertiary Treatment. Retrieved from epa.ie: https://www.epa.ie/pubs/advice/water/wastewater/EPA_water_%20treatment_manual_primary_secondary_tertiary1.pdf
Environmental Protection Agency. (1999, 9). Wastewater Technology Fact Sheet Sequencing Batch Reactors. Diambil kembali dari epa.gov: https://www3.epa.gov/npdes/pubs/sbr_new.pdf
Environmental Protection Agency. (2002, Agustus 15). Nitrification. Retrieved from epa.gov: https://www.epa.gov/sites/production/files/2015-09/documents/nitrification_1.pdf
Environmental Protection Agency. (2006, 3). Voluntary Estuary Monitoring Manual Chapter 15: Turbidity and Total Solids . Diambil kembali dari epa.gov: https://www.epa.gov/sites/production/files/2015-09/documents/2009_03_13_estuaries_monitor_chap15.pdf
Environmental Protection Agency. (t.thn.). Onsite Wastewater Treatment Systems Technology Fact Sheet 3 Sequencing Batch Reactor Systems. Diambil kembali dari norweco.com: http://www.norweco.com/pdf/epa/625R00008tfs3.pdf
Hashim, N. H., & Zayad, N. (2016). Pollutants Characterization of Car Wash Wastewater. Retrieved from matec-conferences.org: http://www.matec-conferences.org/articles/matecconf/pdf/2016/10/matecconf_iconcees2016_05008.pdf
Ibrahim, B. (2005). Kaji Ulang Sistem Pengolahan Limbah Cair Hasil Perikanan Secara Biologis Dengan Lumpur Aktif. Diambil kembali dari http://jesl.journal.ipb.ac.id/: http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi/article/view/1028
Identifikasi Karakteristik …, Fitria Istikara, FT UI, 2017
Kanimozhi, R., & Vasudevan, N. (2014). Effect of organic loading rate on the performance of aerobic SBR treating anaerobically digested distillery wastewater. Retrieved from Springer Link: https://link.springer.com/article/10.1007%2Fs10098-013-0639-x
Kargi, F., & Uygur, A. (2002). Nutrient Removal Performance of a Sequencing Batch Reactor as a Function of The Sludge Age. Elsevier, 842–847.
Kargi, F., & Uygur, A. (2004). Hydraulic residence time effects in biological nutrient removal using five-step sequencing batch reactor. Elsevier, 167-172.
Kim, H.-C., Shang, X., Huang, J.-H., & Dempsey, B. A. (2014). Treating laundry waste water: Cationic polymers for removal of contaminants and decreased fouling in microfiltration. Journal of Membrane Science, 167-174.
Li, X.-m., Chen, H.-b., Yang, Q., Wang, D.-b., Luo, K., & Zeng, G.-m. (2014). Biological Nutrient Removal in A Sequencing Batch Reactor Operated as oxic/anoxic/extended-idle Regime. Elsevier, 75-81.
Lim, J. X., & Vadivelu, V. M. (2014). Treatment of Agro Based Industrial Wastewater in Sequencing Batch Reactor: Performance Evaluation And Growth Kinetics of Aerobic Biomass. Elsevier, 217-225.
Metcalf & Eddy. (2003). Wastewater Engineering Treatment and Reuse (Fourth Edition). Republic of China: McGraw-Hill Companies, Inc.
Mohamed, R. M., Kutty, N. M., & Kassim, A. H. (2014). Efficiency of Using Commercial and Natural Coagulants in Treating Car Wash Wastewater Treatment. Australian Journal of Basic and Applied Sciences, 227-234.
New England Interestate Water Pollution Control . (2005, 9). Sequencing Batch Reactor Design and Operational Consideration. Diambil kembali dari http://neiwpcc.org/: http://neiwpcc.org/neiwpcc_docs/sbr_manual.pdf
Obaja, D., Mace, S., & Mata-Alvarez, J. (2005). Biological Nutrient Removal By a Sequencing Batch Reactor (SBR) Using an Internal Organic Carbon Source in Digested Piggery Wastewater. Elsevier, 7-14.
Rajab, A. R., Salim, M. R., Sohaili, J., Anuar, A. N., Salmiati, & Lakkaboyana, S. K. (2017). Performance of integrated anaerobic/aerobic sequencing batch reactor treating poultry slaughterhouse wastewater. Elsevier, 967-974.
Reynolds/ Richards. (1996). Unit Operations And Processes in Environmental Engineering. Boston: PWS Publishing Company.
Sathian, S., Rajasimman, M., Radha, G., Shanmugapriya, V., & Karthikeyan, C. (2014). Performance of SBR for The Treatment of Textile Dye Wastewater: Optimization and Kinetic Studies. Alexandria Engineering Journal, 417–426.
Shang , X., Kim, H.-C., Huang, J.-H., & Dempsey, B. A. (2015). Coagulation strategies to decrease fouling and increase critical flux and contaminant removal in microfiltration of laundry wastewater. Separation and Purification Technology, 44-50.