HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN
KEBERMAKNAAN HIDUP PADA
MASY ARAKAT BETAWI
Oleh:
SU LAI MAN Nim : 102070026067
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
HU BU NGAN ANT ARA SENSE OF HUMC)R DENGAN
KEBERMAKNAAN HIDUP PADA
MASYARAKAT BETAWI
OLEH:
SULAIMAN
Nim: 102070026067
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Psikologi
FAKUL TAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H / 2007 M
HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA
MASYARAKAT BETA'WI
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk rnernenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikolo~1i
Olel1:
SULAIMAN NIM: 102070026067
Di bawah Bimbingan
FAKULTAS PSIKOLOGI
f'embimbing II
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1428 H/2007 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skr1ps1 yang ber!ucJul HUBUNGAN ANTARA SENSE o,= HIJMOR
DENGAN KEBEF<MAKNAAN HIDUP PADA MASYAl<AKAT BETAWI
telah d1u11kan dalam s1dang munaqosyah Fakultas Ps,kolog1 Ur:iversitas
Islam Neger1 Syarif H1dayatullah Jakarta pada tanggal 20 Februari 2007
Sknps1 1n1 telah ij1terirna seb<JQa1 salah satu syarat cntuk mernpero!eh
gelar Sar1ana Ps1kolog1
Dra.
oemb1rnb1ng I
Jakarta 20 Fel::ruari 2007
S1dang Mu11aqosyal1
\
Hartati. M. Si.33 15938
Sekretaris Mecangkap Anggota
Dco Hj z,hm~. M. SL NIP. 15023 73
Anggota ·
PenguJ1 II
\ Dra. Hj. Ne ·t Hartati. M. Si.
NIP. 150215938
Pembimbing II
~· " / /
S. Evanqeline. I. S. M. Psi NIF'.
MOTTO•
Telur yang ada saat ini lebih baik daripada ayam esok hari yang belum tentu ada dihadapan kita.
-:Mutiara}!ra6-
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri.
-Q$.J![Jsra: 7-
Kalau Anda ingin seseorang tertawa, Anda harus memberinya alasan untuk tertawa, ... Anda tidak bisa memicu tawa yang asli dengan mendesak orang itu agar tertawa, atau meminta dia mendesak dirinya agar tertawa.
-1/ifiJor'E. 'Franlif-
'jangan pernah meragukan kemampuan sendiri'
-Inspire a-
1(.arya seaerliaua iui
clipersem6alilism
teruntuli_,: J!yaftanaa
aan I6utufa serta
se[uruli li§fnarga
tercinta.
ABSTRAK
(C) SULAIMAN
(A) Fakultas Psikologi (B) Janu21ri 2007
(D) HUBUNGAN ANT ARA SENSE OF HUMOR DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA MASYARAKT BETAWI
(E) xviii + 95 halaman + lampiran (F) Kebanyakan orang dalam hidupnya menginginkan berharga dan
bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, keluarga, dan masyarakatnya. Keinginan tersebut mencerminkan hasrat yang paling mendasar dalam diri manusia yaitu hasrat untuk hidup bermakna, jika keinginan tersebut terpenuhi maka kehidupan akan dirasakan berharga dan bahagia, tetapi jika tidak terpenuhi akan memunculkan kekecewaan.
Frankl (1973) memformulasikan teknik logoterapi untuk menemukan makna hidup, yaitu teknik Paradocxical Intention. Teknik ini memanfaatkan salah satu kualitas insani yaitu rasa humor. Berbagai teori dan penelitian menjelaskan tentang humor dalam kaitannya dengan kehidupan manusia, seperti humor meningkatkan kesehatan mental, sebagai anti-dote stress, terkait dengan kretivitas dan lainnya.
Masyarakat Betawi yang hidup kesehariannya membalut dengan banyolan-banyolan dan celetukan mengindikasikan masyarakat Betawi memiliki rasa humor. Banyolan masyarakat Betawi biasanya terjadi saat kumpul-kumpul, kerja bakti, setelah pengajian, atau saat berpapasan, dan kadang diiringi sindiran-sindiran (sarcastic) namun mereka hidup terlihat harmonis yang mencerminkan kehidupannya bermakna.
Tujuan : mengetahui apakah ada hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi. Secara khusus rumusan penelitian ini yaitu, apakah ada korelasi dari masing-masing aspek sense of humor yang terdiri dari 4 aspek dengan kebermaknaan hid up.
Metode : pendekatan kuantitatif dan menggunakan korelasi deskripsi dengan variabel bebas; Sense of humor, variabel terikat; Makna hidup
Sampel : masyarakat Betawi Pondok Cabe RT. 001 RW. 010 Kampung Poncol Pamulang-Tangerang, dengan menggunakan teknik
purposive sampling, sebanyak 35 persen atau 30 orang dari 86,orang Betawi.
Pengumpulan data : skala sense of humor menggunakan MSHS Thorson & Powell (1993) yang telah dimodifikasi menjadi 50 item dan 29 item valid setelah uji validitas. Skala makna hidup menggunakan skala PIL Test Crumbaugh & Maholick (1973) dan dimodifikasi menjadi skala likert menjadi 35 item dan 23 valid setelah uji validitas. Uji validitas menggunakan rumus Product Moment Pearson. Estimasi reliabelitas menggunakan rumus Alpha Cronbach, sedangkan untuk analisa data untuk mencari korelasi menggunakan rumus Product Moment Pearson, dan mendapatkan hasil 0,192 < 0,05 (0,361) dan 0,01 (0,463).
Kesimpulan: hasil uji statistik (rh = 0,192 <rt= 0,05 (0,361), artinya tidak ada hubungan antara sense of humor dengan makna hid up. Didiskusikan, disebabkan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi makna hid up selain sense of humor seperti: transendensi diri, pengenalan dan pengembangan diri serta encounter.
(G) Daftar bacaan : 26 buku (1976 - 2006) 7 website, 4 jurnal/artikel
KATA PENGANTAR
A/hamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. keluarganya, sahabatnya dan umatnya yang setia hingga akhir jaman.
Berbagai kendala mulai dari awal pemilihan judul, yakni dalam merumuskan latar belakang masalah penelitian yang membutuhkan banyak waktu dan pikiran, hingga pada penelitian lapangan yang banyak membutuhkan tenaga dan materi dalam penyebaran angket penelitian, membuat penulis merasa sangat bahagia setelah skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya walaupun masih jauh dari sempurna.
Penulisan skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi, meneliti untuk mencari hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi. Latar belakang skripsi ini diawali dengan menggambarkan bagaimana seseorang mencari, menghayati dan menemukan makna hidupnya yang terkaitjuga dengan metode, salah satunya dengan metode pemanfaatan humor, dan pada bagian lainnya, menjelaskan tentang manfaat serta fungsi humor dalam kehidupan baik secara fisik maupun psikis.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk mencari hubungan antara sense of humordengan kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi yang notabene memiliki rasa humor yang tinggi, walaupun belum ada penelitian-penelitian yang menjelaskan keterkaitan dari dua variabel tersebut.
Sebagai peneliti awal, penulis merasa bahwa karya sederhana ini masih jauh dari sempurna, maka kririk dan saran menjadi hal yang urgen bagi penulis guna memacu dan memotivasi penulis kedepan.
Ciputat, ;w Februari 2007
Penulis
Sulaiman
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan karya sederhana ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya, diantaranya :
1. Kedua orang tua tercinta (Bapak Daman S dan lbu Maimunah) yang telah memberikan perhatian cukup besar, juga seluruh keluarga (Kakak dan adik).
2. Dosen Pembimbing I lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M. Si., clan Dosen Pembimbing II lbu S. Evangeline, l.S, M. Psi. yang telah memberikan bimbingan, arahan, waktu, pengalaman dan semangatnya yang cukup besar dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Firdaus Kasmi, MA. selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan semangat, perhatian dan doa.
4. Bapak Abdurrahman Saleh, M. Psi. yang turut memberikan kontribusi berupa ide dan gagasannya.
5. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan pengalaman dan ilmunya pada penulis dan civitas akademika Fak. Paikologi
6. Kakak Rena Latifa, M. Psi yang bersedia mengijinkan penggunaan ala! tes MSHS dan meminjamkan referensi dalam kelancaran proses penulisan skripsi ini.
7. Ketua RW. 010 Bapak H. Misan Endon dan Ketua RT. 001 Bapak Sarih Mikin yang mengijinkan tempat penelitian.
8. Masyarakat Betawi Kampung Poncol RT. 001 RW. 010 yang telah bersedia berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.
9. Teman-teman kelas D 2002 Fak. Psikologi (Angke, Ucup, Lulu, Hany, Ira, Dona, Mery, Dikin, Doel Aziz dan yang lainnya), ternan-teman (aka, juki, abenk, umay dan andi UBL) teman-teman IRMAS, sahabat/i PMll, Rokib 'gade-camp', dan Ema Marwiyah yang senantiasa memberikan semangat serta dukungannya, serta seluruh pihak yang tidak penulis sebutkan namanya satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat.
DAFTAR ISi
HALAMAN JUDUL .................................................................. ,, ................ .
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
MOTTO ....................................................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... viii
DAFT AR ISi ................................................................................................. ix
DAFT AR T ABEL ......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................... 1-13
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2. ldentifikasi Masalah ......................................................... 8
1.3. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................... 8
1.3.1. Pembatasan masalah ......... ........ .................... ....... 8
1.3.1. Rumusan masalah ......................................... 10
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 11
1.4.1. Tujuan penelitian ........................... ..................... 11
1.4.2. Manfaat Penelitian .... ....... ........ ......... .................. 11
1.5. Sistematika Penulisan .. ................................................... 12
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 14-60
2.1. Kebermaknaan Hidup ................................................... ..
2.1.1. Pengertian makna hidup .................................... ..
2. 1.2. Karakteristik makna hidup ................................. ..
2.1.3. Sumber-sumber makna hidup ............................. .
2.1.4. Faktor yang mempengaruhi kebermaknaan
hidup ................................................................... .
2.1.5. Metode menemukan makna hidup ...................... .
2.1.6. Ciri-ciri individu yang memiliki kebermaknaan
14
14
16
18
20
21
hidup ..................................................................... 23
2.1. 7. Pandangan Islam tentang manusia dan
kebermaknaan hidup .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 23
2.2. Sense Of Humor ............................................................. 26
2.2.1. Pengertian humor .............................. .................. 26
2.2.2. Pengertian sense of humor................................. 29
2.2.3. Aspek-aspek sense of humor.............................. 31
2.2.4. Jen is humor .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .... .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. 33
2.2.5. Fungsi sense of humor.......................................... 37
2.2.6. Pandangan Islam tentang humor........................... 39
2.2.7. Hubungan humor dengan makna hidup ................ 45
2.3. Masyarakat Betawi .......................................................... 48
2. 3.1. Asal usul masyarakat Betawi................................. 48
2.3.2. Masyarakat dan kebudayaan Betawi..................... 50
2.3.3. Peran humor pada masyarakat Betawi............... .. . 56
2.4. Kerangka berfikir................... .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . . . . . . . . . 57
2.5. Hipotesis . ................. ........ ............ ... .. .. ............. ........... ... 60
BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................... 62-75
3.1. Jen is Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ... . . .. . . . . . . . . 62
3.1.1. Variabel penelitian. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . 63
3.1.2. Operasionalisasi variabel ............ ... .. ................... .. 63
3.2. Pengambilan Sampel ............................ ... ..................... .. 65
3.3.1. Populasi dan sampel ................ ........................ .... 65
3.3.2. Teknik pengambilan sampel ................................. 65
3.3. Pengumpulan Data .... ................ ............. ... . ................... 67
3.4. Teknik Uji lnstrumen ................................... ................... 72
3.4.1. Uji validitas skala . . . .. . . . . . . . . . . . . . .. . .. . . . . .. .. . . ... . . . . . .. . . .. . .. 72
3.4.2. Estimasi reliabelitas ska la ..... ... ... .. .... ........... .... .. .. 73
3.5. Teknik Analisa Data ......................... .............................. 74
3.6. Tahapan Penelitian ......................................................... 75
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA ..................................... 77-88
4.1. Gamba ran Umum Subjek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . .. . . . . . . 77
4.2. Presentasi dan Analisa Data ........ .............. ..................... 79
4.2.1. Uji instrumen penelitian . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . .. . . . . 79
4.2.2. Uji normalitas .................... ..... ........ .. .. ......... ... ...... 79
4.2.3. Uji hipotesis ................................. ... . ....... ........ ... .. 84
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ................................... 89-95
5.1. Kesimpulan . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 89
5.2. Diskusi .. .. .. ........... .. ..... ... .......... ... .......... ..... .. ...... ... ... .. ... . 90
5.3. Saran ......... ..... ..................... ......... ............... .................. .. 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPI RAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. : Penskoran ska la likert ............ ...................... ... . . .. . ... ......... 65
Tabel 3.2 : Dimensi skala dan nomor item sense of humor (sebelum
uji coba). ....... ......... ....... ... . ............ ....... ............. .. ............... 68
Tabel 3.3. : Dimensi skala dan nomor item makna hidup (sebelum
uji coba)............................................................................. 70
Tabel 3.4. : Dimensi ska la dan nomor item sense of humor (setelah
uji coba) ....... ......... ........ .................................... ..... .... ........ 71
Tabel 3.5. : Dimensi skala dan nomor item makna hidup (setelah
uji coba). .... .... ................... .... ........ ........ ..... ... ........ .... ....... .. 72
Tabel 4.1. : Gambaran um um subjek berdasarkan jenis kelamin .. ...... 77
Tabel 4.2. : Gambaran umum subjek berdasarkan usia....................... 78
Tabel 4.3. : Has ii uji normalitas skala sense of humor.......................... 80
Tabel 4.4. : Hasil uji normalitas skala kebermaknaan hidup ................. 81
Tabel 4.5. : Gambaran umum subjek berdasarkan penyebaran skor
skala sense of humor........................................................ 83
Tabel 4.6. : Gambaran umum subjek berdasarkan penyebaran skor
skala kebermaknaan hidup................................................ 84
Tabel 4.7. : Hasil uji hipotesa .............................................................. 85
Tabel 4.8. : Korelasi antara aspek humor production dengan
kebermaknaan hid up......................................................... 86
Tabel 4.9. : Korelasi antara aspek uses of humor for coping dengan
kebermaknaan hid up ... .. ........... ................... ........ ..... ........ 86
Tabel 4.10. : Korelasi antara aspek social uses of humor dengan
kebermaknaan hid up......................................................... 87
Tebel 4.11. : Korelasi antara aspek attitudes toward humor and
humorous people dengan kebermaknaan hidup.............. 87
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. : Bagan kerangka berfikir........ ............ .... .. ........... .......... .. 60
Gambar 4.1 : Scatterplot skala sense of humor.................................. 81
Gambar 4.2. : Scatterplot skala kebermaknaan hidup.......................... 82
BABI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebanyakan orang dalam hidupnya, menginginkan dirinya bisa berharga dan
bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain, keluarga, dan
masyarakatnya. Seorang ayah misalnya, pasti selalu ingin dihormati oleh istri
dan anak-anaknya serta berkemampuan untuk menjalankan fungsi sebagai
kepala keluarga dengan tepat dan sebaik-baiknya. Begitu juga dambaan
seorang ibu, senantiasa agar sedapat mungkin melayani dan menjaga nama
baik keluarga dan selalu memberikan perhatian serta kasih sayang pada
anggota keluarganya. Sebaliknya, seorang anak bercita-cita dapat
membahagiakan kedua orang tuanya dan membanggakan keluarganya.
Pendapat senada dikatakan oleh Bastaman (1995), bahwa manusia memiliki
keinginan-keinginan dalam hidupnya. Dari sekian banyaknya keinginan
tersebut, ternyata menggambarkan hasrat dalam diri manusia, yaitu hasrat
untuk hidup bermakna.
Keinginan hidup secara bermakna m6mang benar-benar meirupakan motivasi
utama setiap orang. Hasrat inilah yang mendasari berbagai kegiatan
2
manusia, misalnya saja bekerja dan berkarya, agar kehidupannya dirasakan
berarti dan berharga (Bastaman, 1995). Hal senada juga dikatakan oleh
Djamaluddin Ancok (2004), bahwa kebermaknaan hidup aclalah sebuah
motivasi yang kuat dan menclorong orang untuk melakukan sesuatu kegiatan
berguna. Hidup berguna adalah hidup yang terus memberi makna pada diri
sendiri dan orang lain.
Basta man ( 1996) mengatakan, makna hiclup merupakan sesuatu yang
dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi
seseorang. Makna hidup bila berhasil clitemukan dan dipenuhi akan
menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga, dan
pada akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia (happiness) sebagai
akibat sampingannya. Namun sebaliknya, bila hasrat ini tidak terpenuhi akan
mengakibatkan munculnya kekecewaan hiclup dan penghayatan cliri hampa
tak bermakna yang jika berlarut-larut akan menimbulkan berbagai gangguan
perasaan clan penyesuaian diri yang mengakibatkan terhambatnya
pengembangan pribadi dan harga diri.
Pembicaraan mengenai makna hidup, memang tidak terlepas juga dari
pembicaraan tentang cara clan atau metode pencarian untuk
menemukannya. Frankl (1973) memformulasikan teknik logoterapi untuk
menemukan makna hidup, salah satunya dengan memanfaatkan
3
kemampuan insani dalam mengambil jarak (se/f-detacmenl) dan kemampuan
mengambil sikap (to take a stand) terhadap diri sendiri dan lingkungannya,
yaitu teknik Paradocxical Intention, teknik ini memanfaatkan salah satu
kualitas insani yaitu rasa humor. Pendapat senada juga dikatakan oleh Allport
(dalam Bastaman, 1996), dengan memandang segi-segi humor dari
keluhannya, maka ketegangan biasanya menghilang dan sikap terhadap
simtom-simtom pun langsung berubah dari takut menjadi ticlak takut, atau
bahkan menjadi akrab dan menyukainya. lni sejalan dengan berkembangnya
perasaan humor dan sikap humoristis pada si penderita terhadap keluhannya
sendiri. Dengan demikian rasa humor memiliki potensi terapi.
Humor merupakan salah satu metode yang paling sehat dan sangat kuat
dalam memberikan perspektif atas pengalaman-pengalaman hidup yang sulit,
dan seringkali dirasakan dapat membantu dalam mengatasi kakacauan
emosional. Humor itu mengalir meliputi karakteristik dasar dari ekspresi
individu dalam tubuh, emosi dan spirit Uesthealth.com).
Fenomena humor, sebenarnya sudah menjadi perhatian para ahli dan ilmuan
sejak lama, seperti Plato, Aristoteles, Descartes, Immanuel l<ant, Thomas
Hobbes dan Henry Bergson tercatat pernah memikirkan dan mengungkapkan
pandangan-pandangannya mengenai humor dan yang berkaitan dengan
gejala itu (Levine dalam Bastaman, 1996). Perhatian ahli-ahli ilmu sosial
4
khususnya psikologi terhadap fenomena humor temyata juga cukup besar. lni
terlihat dari adanya berbagai teori dan penelitian tentang humor dalam
kaitannya dengan kehidupan manusia (Bastaman, 1996).
Banyaknya perhatian para ahli karena memang humor merupakan bagian
dari kualitas insani yang memiliki dampak positif bagi keset1atan fisik dan
mental manusia. Kelly mengatakan, humor dapat mengurangi tingkat stress.
Miller juga mengatakan bahwa humor dapat meningkatkan kesehatan mental.
Begitu juga dengan Wooten yang menjelaskan peranan humor bagi 'anti-dote'
stress, serta Allport mengatakan humor terkait dengan kepribadian yang
matang (seperti dikutip Latifa, 2006). Kalangan humorolog percaya, dalam
masyarakat yang 'sakit' humor apa pun bentuknya sangat diperlukan. Di
tengah masyarakat yang tertekan, di tengah situasi yang penuh
ketidakpastian, di tengah hiruk-pikuk kecemasan sosial, humor menjadi
semakin penting untuk lepas dari kesumpekan itu. Dalam situasi semacam ini
humor bisa menjadi semacam katup pelepas, paling tidak untuk
menertawakan diri sendiri dengan cara memberi harapan-harapan semu
(geocities.com).
Terlepas dari banyaknya manfaat humor dalam hidup, tertuju pada
masyarakat Betawi yang kesehariannya membalut kehidupannya dengan
banyolan-banyolan dan celetukan mengindikasikan masyarakat Betawi
memiliki rasa humor. Hal ini sebagaimana dalam penelitian Rena Latifa
(2006), yang menunjukkan tentang tingginya rasa humor berdasarkan jenis
suku, dimana suku Betawi berada pada urutan kedua setelah suku Jawa
dilanjutkan suku Padang dan Batak.
5
Rasa humor pada masyarakat Betawi dapat tergambarkan dengan ucapan
dan perkataannya yang diselipkan dengan banyolan-banyolan dan anekdot.
Banyolan-banyolan dan celetukan masyarakat Betawi, memang terkesan
'kocak dan konyol', dan biasanya ini terjadi pada saat merel'a berinteraksi,
bisa saat kumpul-kumpul, kerja bakti, setelah pengajian, dan saat
berpapasan. Dimana, ada saja kata-kata atau bahasa yang terkesan 'konyol
dan kocak' yang kadang juga diiringi dengan sindiran-sindiran (sarkastis).
Contoh "ngapain bocah perempuan sekolah tinggi-tinggi ntar ujung-ujungnya
pada didapur, sumur ama dikasur juga " atau "eh tong, e/u seko/ah tinggi
tinggi amat, presiden ama menteri kan' udah pada ada, pik1rin dulu dah".
Memang, ungkapan pertama terkesan menggambarkan tugas seorang
perempuan hanya sebatas pada mengurus rumah tangganya saja, namun
sebenarnya mengandung pesan akan tanggung jawab sang istri untuk lebih
fokus melayani dan menjaga suami serta anak-anaknya . Aclapun ungkapan
kedua berpesan, tentang terlebih dahulu mempertimbangkan akan
kemampuan (materi dan skill) dari apa yang dicita-citakan, karena dikuatirkan
akan kekecewaan dan kesia-siaan. Namun ada juga ungkapan yang sering
6
terlontarkan para orang tua yang mengandung pesan dan larangan seperti
"eh anak perawan mah kaga boleh ganjen ama kegenitan tar !uh 'dipake'
ama orang", atau "neng kalo cari laki bekal suami, cari yang rada kayaan dikit
biar idup kaga nyusahin mertua", atau juga "buruan dah elu sekolahnya, biar
cepet-cepet kawin soa/nya entar keburu ketuaan kaga laku /uh".
"Kekocakkan dan konyolnya" ungkapan dan ucapan masyarakat Betawi ini,
menggambarkan penghayatan terhadap kehidupannya dengan sudut
pandang yang sederhana, yaitu memalui humor, walaupun sebagian si
pembicara (masyarakat Betawi) tidak bermaksud melucu namun kebanyakan
orang yang mendengar itu menganggapnya sebagai hal yang lucu dan
meresponnya dengan ketawa bahkan sampai terbahak-bahak. Pendapat
senada dikatakan Ridwan Saidi (1984), bahwa humor senantiasa menjadi
bumbu dalam kehidupan orang Betawi, takala susah, apakah senang.
Ditambahkan Ridwan Saidi (2001 ), bahwa kebanyakkan masyarakat Betawi
mampu melucu karena kelucuan itu dapat membangun optimisme dalam
menghaclapi kehidupannya. Hal ini semua dapat tergambarkan oleh tokoh
tokoh budayawan dan aktor layar lebar seperti Benjamin Sueb atau centa Si
Doel Anak Sekolahan. Berikut ini ungkapan salah satu masyarakat Betawi
yang menyikapi kehidupannya saat ini. Sebut aja ED berusia 27 tahun dan
berstatus belum kawin, menuturkan sebagai berikut:
7
" ... , sekarang ntu susah banget buat cari kerjaan ... , gua aja nih, udah kesono-kemari cari kerjaan 'susang sumbel' tapi tetep aJa nganggur eman1e pendidikan gua rendah, STM itu juga cuma ampe kelas dua doang ... _enak kali ya kalo gua bisa kawin ama cewe anak orang kaya, biarin dah jelek asal ada 'anunya' yang penting gua bisa idup seneng enggak kaya sekarang, roko sebatang aja boleh ngutang, ha ... ha ... ha gua juga kaga bakalan cape-cape lagi nyari kerjaan kesono-kemari".
Selain itu juga, dari perilaku 'kocak dan konyolnya' masyarakat Betawi ini,
mengesankan akan kerukunan hidup dalam berkeluarga, bertetangga dan
bermasyarakat, dimana hal ini dapat terlihat dari tetap harmonisnya
kehidupan sehari-harinya. Seperti saling tutur sapa saat berpapasan, gotong-
royong dalam penyelanggaraan acara peringatan kemerdekaan atau hari-hari
besar Islam seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad saw dan lsra Mi'raj,
melakukan sholat berjamaah dan pengajian mingguan di musholla-musholla
dan masjid-masjid, dan atau sekedar kongkow-kongkow (bahasa Betawi :
ngobrol) yang sarat mengandung makna pada hidupnya. Pendapat senada
juga dikatakan oleh Ridwan Saidi (2001 ), bahwa gaya hidup Betawi yang
berkaitan dengan aktifitas sosial dalam rangka menghibur diri dan
mengekalkan silaturahmi/persaudaraan adalah 'Ngerahu/' yang sarat dengan
pesan dan humor, memiliki fungsi sosial diantaranya yaitu, menguatkan
solidaritas dan transformasi nilai-nilai luhur.
Maka berdasarkan dari beberapa alasan tentang pentingnya humor dalam
hidup, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mHngenai
8
penghayatan hidup masyarakat Betawi yang melihat kehidupan dengan sudut
pandang yang sederhana yaitu melalui humor. Serta mencoba mencari
hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hid up pada
masyarakat Betawi Kampung Poncol RT. 001 RW. 010.Kelurahan Pondok
Cabe Pamulang - Tangerang.
1.2. ldentifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis telah
mengidentifikasi permasalahan yang ada menjadi :
1. Apakah ada hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan
hidup pada masyarakat Betawi Kampung Poncol Kelurahan Pondok Cabe
Pamulang - Tangerang?
2. Sejauhmana sense of humor mempengaruhi kebermaknaan hidup pada
masyarakat Betawi Kampung Poncol Kelurahan Pondok Cabe Pamulang
- Tangerang?
1.3. Pembatasan dan perumusan masalah pem~litian
1.3.1. Pembatasan masalah
Dalam penelitian kali ini, peneliti membatasi masalah penelitian pada:
a. Dal am penelitian ini sense of humor diartikan sebagai kualitas persepsi
yang dimiliki seseorang untuk melihat situasi yang tidak menyenangkan
9
atau penderitaan yang dialaminya melalui perspektif lain, yaitu dengan
cara menciptakan humor dan tawa lebih banyak serta merespon ~erhadap
lelucuan yang ada disekitarnya. Adapun aspek-aspek s1:mse of humor
yang diukur dalam penelitian ini, menggunakan pengertian yang telah
dijelaskan oleh Thorson & Powell (1993), yaitu: (1) Humor production,
berupa kemampuan kreatif menjadi humoris, membuat lelucon,
mengidentifikasi hal yang lucu dalam sebuah situasi serta mengkreasikan
dan menghubungkan situasi tersebut dengan cara-cara yang dapat
menyenangkan orang lain, (2) Uses of humor for coping, yakni
penggunaan humor dalam menghadapi masalah atau mengatasi situasi
sulit dengan menggunakan humor, (3) Social uses of humor yakni
bagaimana penggunaan humor yang digunakan individu untuk tujuan
sosialisasinya, (4) Attitudes toward humor, berupa sejauh mana sikap
sikap individu terhadap humor dan terhadap orang-oran9 yang humoris.
b. Adapun kebermaknaan hidup diartikan sebagai hal-hal yang oleh
seseorang dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai
suatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidup sehingga dapat
memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna
yang dapat memberi makna pada diri sendiri dan orang lain, yang diikuti
dengan keyakinan dan cita-cita yang seseorang miliki melalui sikap dan
prilaku tanggung jawab. Adapun karakteristik makna hidup sebagimana
yang dijelaskan Crumbaugh & Maholick (1973), dengan ciri-ciri sebagai
berikut: (1) memiliki tujuan hidup (2) memiliki perasaan bahagia (3)~
memiliki tanggung jawab (4) memiliki alasan keberadaan (eksistensi) (5)
memiliki kontrol diri (6) tidak merasa cemas akan kematian.
10
c. Masyarakat Betawi dalam penelitian ini adalah masyarakat asli Betawi
yang tinggal di Kelurahan Pondok Cabe Kampung Poncol RT. 001 RW.
10 Pamulang -Tangerang. Dimana, dari salah satu oran~J tuanya adalah
keturunan atau asli Betawi.
1.3.2. Perumusan masalah
Setelah melalui tahap identifikasi masalah dan tahap seleksi masalah,
penulis telah merumuskan masalah menjadi dua, yakni secara umum dan
khusus.
• Secara umum rumusan masalah penelitian ini yaitu: Apakah terdapat
hubungan antara sense of humordengan kebermaknaan hidup pada
Masyarakat Betawi Kampung Poncol RT. 001 RW. 010 Kelurahan Pondok
Cabe Pamulang -Tangerang?
• Sedangkan secara khusus rumusan masalah penelitian ini dibagi menjadi:
1. Apakah terdapat korelasi antara aspek humor production dengan
kebermaknaan hidup
2. Apakah terdapat korelasi antara aspek uses of humor for coping
dengan kebermaknaan hidup
3. Apakah terdapat korelasi antara aspek social uses of humor dengan
kebermaknaan hidup
4. Apakah terdapat korelasi antara aspek attitudes toward humor and
humorous people dengan kebermaknaan hidup
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara sense of humordengan
kebermaknaan hidup dan korelasi dari empat aspek sense ol humor, yaitu:
1. Apakah terdapat korelasi antara aspek humor production dengan
kebermaknaan hidup
2. Apakah terdapat korelasi antara aspek uses of humor for coping
dengan kebermaknaan hidup
3. Apakah terdapat korelasi antara aspek social uses of humor dengan
kebermaknaan hidup
4. Apakah terdapat korelasi antara aspek attitudes toward humor and
humorous people dengan kebermaknaan hidup
11
__ 1.4.2. Manfaat penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap hasilnya dapat
diaplikasikan secara teoritis maupun praktis.
• Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan teori psikologi pada umumnya dan mahasiswa/i psikologi
pada khususnya.
12
• Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan
masukan bagi peneliti dan peneliti selanjutnya untuk dijadikan suatu
informasi.
1.5. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini mengacu kepada APA (American
Psychological Assosiation) dengan format yang terdapat dalam pedoman
penyusunan dan penulisan skripsi Fakultas Psikologi UIN Jakarta. Secara
keseluruhan skripsi ini ditulis dalam 5 bab yaitu :
1.5.1. Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini terbagi pada beberapa bagian, yaitu Latar Belakang Penelitian,
Permasalahan Penelitian, Tujuan dan Manfaat Penelitian serta Sistematika
Penulisan.
13
1.5.2. Bab 2 Kajian Pustaka
Dalam bab ini, dilakukan penguraian tentang landasan teo1·i yang digunakan
sebagai dasar penelitian. Yaitu meliputi definisi-definisi, jenis-jenis, fungsi dan
aspek sense of humor. Juga definisi, sumber-sumber, katakteristik dan
metode menmukan makna hidup, pandangan Islam, dan hubungan sense of
humor dengan makna hidup, dan terakhir gambaran masyarakat Betawi.
1.5.3. Bab 3 Metode Penelitian
Pada bagian ini penulis membagi kedalam beberapa bagian, diantaranya
pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, subjek penelitian yang
terbagi menjadi karakteristik dan jumlah subjek penelitian, instrumen
pengumpul data, prosedur pengumpulan data dan terakhir adalah analisa
data.
1.5.4. Bab 4 Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis akan memberikan gambaran umum penelitian dan hasil
utama penelitian.
1.5.5. Bab 5 Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Pada bab ini penulis akan memberikan kesimpulan dari penelitian yang telah
penulis lakukan beserta diskusi dan saran.
BAB2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Kebermaknaan Hidup
2.1.1. Pengertian makna hidup
Makna hidup adalah hal-hal yang oleh seseorang dipandang penting,
dirasakan berharga, dan diyakini sebagai suatu yang bena1· serta dapat
dijadikan tujuan hidup. Makna hidup bila berhasil ditemukan dan dipenuhi
akan menyebabkan kehidupan ini dirasakan demikian berarti dan berharga,
dan pada akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagia (happiness)
sebagai akibat sampingannya (Bastaman, 1996). Yalom (s13perti dikutip
Bastaman, 1996) mengatakan bahwa, mengenai pengertiain makna hidup
menunjukan bahwa di dalamnya terkandung juga tujuan hidup, yakni hal-hal
yang perlu dicapai dan dipenuhi.
Djamaluddin Ancok (dalam kompas.com) mengatakan, kebermaknaan hidup
adalah sebuah motivasi yang kuat dan mendorong orang untuk melakukan
sesuatu kegiatan yang berguna. Hidup yang berguna adalah hidup yang
terus memberi makna pada diri sendiri dan orang lain, jelasnya. Djamaluddin
Ancok menambahkan, modal spiritual juga memberikan perasaan hid up yang
komplet (wholeness).
Menu rut Toto Tasmara (2001 ), makna hid up adalah selurul1 keyakinan
dan cita-cita paling mulia yang seseorang miliki. Dengan keyakinan itu
pula, seseorang dapat menjalankan misi kehidupan melalui sikap dan
prilaku yang bertanggung jawab dan berbudi luhur.
15
Frankl (1985) mengatakan, makna hidup sebagai kesadaran akan adanya
satu kesempatan atau kemungkinan yang dilatarbelakangi oleh realitas,
atau dalam kalimat yang sederhana , menyadari apa yang bisa dilakukan
di dalam situasi tertentu. Ditambahkan Frankl (1985), makna hidup bisa
ditemukan bahkan saat kita dihadapkan pada situasi yang tidak membawa
harapan, saat kita dihadapkan pada nasib yang tidak bisa cliubah. Pada
saat-saat itu, kita menjadi saksi adanya potensi manusia yang unik, yang
bisa mengubah tragedi menjadi kemenangan, mengubah kemalangan
menjadi keberhasilan. Frankl (dalam wikipedia.org/wiki/makna.hidup),
percaya bahwa beberapa bentuk gangguan mental dan emosional dipicu
oleh kegagalan penderita dalam mememukan malma dan rasa tanggung
jawab dalam kehidupan mereka.
Pembahasan mengenai makna hidup menunjukan bahwa sekalipun
makna hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri, tetapi harus dicari dan
ditentukan. lni disebabkan karena makna hidup itu biasanya "tersembunyi"
dalam kehidupan. Untuk itu logoterapi menawarkan metodologi untuk
16
menemukan makna hidup guna memenuhi hasrat setiap orang guna hidup
bermakna. Metode ini disebut Logoanalisis. (Bastaman, 2001 ).
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis secara sederhana menyimpulkan
bahwa kebermaknaan hidup adalah hal-hal yang oleh seseorang
dipandang penting, dirasakan berharga, dan diyakini sebagai suatu yang
benar serta dapat dijadikan tujuan hidup sehingga dapat m•~motivasi
seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna yang dapat
memberi makna pada diri sendiri dan orang lain, yang diikuti dengan
keyakinan dan cita-cita yang seseorang miliki melalui sikap dan prilaku
tanggung jawab.
2.1.2. Karakteristik makna hidup
Frankl (seperti dikutip Bastaman, 1996) mengatakan karakteristik makna
hidup meliputi:
1 ). Personal, Temporer dan Unik
Artinya apa yang dianggap penting dapat berubah dari waktu ke waktu.
Saat-saat berarti bagi sesorang belum tentu berarti bagi orang lain.
Bahkan mungkin, apa yang dianggap penting dan bermakna pada saat
ini oleh seseorang belum tentu sama bermaknanya bagi orang itu pada
saat lain. Dalam hal ini makna hidup seseorang, dan apa yang
bermakna baginya biasanya bersifat khusus, berbeda dengan orang
lain, dan mungkin dari waktu berubah pula.
2). Konkret dan Spesifik
Artinya makna hidup dapat ditemukan dalam pengalaman dan
kehidupan nyata sehari-hari dan tidak selalu harus dikaitkan dengan
tujuan-tujuan idelistis, prestasi-prestasi akademis yang tinggi, atau
hasil renungan filosofis (diri).
3). Pedoman dan Arah
17
Makna hidup memberi pedoman dan arah dari kegiatan--kegiatan yang
dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang
(challenging) dan mengundang (inviting) seseorang untuk
memenuhinya.
4 ). Universal, absolut dan Paripurna
Pandangan ini bagi kalangan yang tidak beragama atau kurang
menghargai nilai-nilai keagamaan, mungkin saja beranggapan bahwa
alam semesta, ekosistem, kemanusiaan, ideologi atau pandangan
filsafat tertentu memiliki nilai universal dan paripurna. Sedangkan bagi
kalangan yang menunjang tinggi nilai-nilai keagamaan, sudah tentu
Tuhan merupakan sumber makna yang Maha Sempurna dengan
agama sebagai wujud tuntunan-Nya.
Mengingat keunikannya dan kekhususannya itu, makna hidup dengan
demikian tak dapat diberikan oleh siapa pun, tetapi harus dicari, dan
ditemukan sendiri. Orang lain hanyalah sekedar menunjukkan berbagai
sumber makna hidup dan hal-hal yang mungkin berarti. Tetapi pada
akhirnya terpulang pada orang yang ditunjuk untuk menentukan sendiri
apa yang dianggap dan dirasakan bermakna baginya (Bastaman, 1995).
2.1.3. Sumber-sumber makna hidup
Menurut Frankl (seperti dikutip Bastaman, 1996) ada tiga nilai yang
merupakan sumber makna hidup yaitu :
1 ). Pend ala man Nilai-nilai Kreatif (Creative values)
18
Nilai ini intinya ialah memberikan sesuatu yang berharga dan berguna
pada kehidupan. Lingkup kegiatannya sangat luas. Adapun kegiatan
berkarya yang paling nyata adalah beke~a. Sebenamya bekerja tidak
dengan sendirinya memberikan makna bagi yang melakukannya.
Kegiatan ini semata-mata hanya memberikan peluang dan
kesempatan untuk mendapatkan makna. Makna dari ke(Jiatan berkarya
lebih terletak pada sikap dan cara kerja serta hasilnya, dalam arti
dedikasi dan cinta kerja serta kesungguhan dalam mengerjakan akan
menghasilkan karya-karya dengan kualitas terbaik sekaligus
memberikan makna. Pendalaman nilai-nilai kratif membantu orang
untuk lebih mencintai dan menekuni pekerjaan yang dihadapi atau
sekurang-kurangnya melakukannya dengan penuh kesungguhan.
2). Pendalaman Nilai-nilai Penghayatan (Experiental values)
Berlainan dengan pendalaman nilai-nilai kreatif yang memberikan
kepada lingkungan, pendalaman nilai-nilai penghayatan ini mengambil
sesuatu yang bermakna dari lingkungan luar dan mendalaminya.
Mendalami nilai-nilai penghayatan berarti mencoba mamahami,
meyakini dan menghayati berbagi nilai yang ada dalam kehidupan,
seperti keindahan, kebenaran, kebajikan, keimanan, kebijakan, dan
cinta-kasih. Meyakini kebenaran ayat-ayat Kitab Suci, merasakan
keakraban dalam keluarga, menikmati pemandangan yang indah,
merupakan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan nilai-nilai
penghayatan.
3). Pendalaman Nilai-nilai Bersikap (Attitudinal values)
19
Nilai ini memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengambil
sikap yang tepat terhadap kondisi dan peristiwa-peristiwa tragis yang
telah terjadi dan tidak dapat dihindari lagi. Dalam hal ini yang dapat
diubah adalah sikap, bukan peristiwa tragisnya. Dengan mengambil
sikap yang tepat, maka beban pengalaman-pengalaman tragis itu
berkurang, bahkan mungkin peristiwa itu dapat memberikan pelajaran
berharga dan menimbulkan makna tertentu-yang dalam bahasa sehari
hari disebut hikmah. Penderitaan memang dapat memberikan makna
apabila penderita mampu mengatasinya dengan baik, s•skurang
kurangnya dapat menerima keadaanya setelah upya maksimal
dilakukan tetapi tetap tidak berhasil mengatasinya. Optimisme dalam
menghadapi musibah ini tersirat dalam ungkapan-ungk;;1pan seperti
"makna dalam derita" (meaning in suffering) dan "hikmal1 dalam
musibah" (blessing in disquise).
Menurut Jalaluddin Rakhmat (pengantar dalam Danah Zohar & Ian
Marshall, 2002 dalam www.ikastara.org), ada lima situasi ketika makna
membersit ke luar dan mengubah jalan hidup kita -menyusun kembali
hidup kita yang porak poranda, yaitu:
1. Makna kita temukan ketika kita menemukan diri kita (self discovery)
20
2. Makna muncul ketika kita menentukan pilihan, hidup menjadi tanpa
makna ketika kita terjebak dalam suatu keadaan. ketika kita tidak dapat
memilih
3. Makna dapat kita temukan ketika kita merasa istimewa. unik, dan tak
tergantikan oleh orang lain
4. Makna membersit dalam tanggung jawab
5. Makna mencuat dalam situasi transendensi, gaungan dari keempat hal
di alas. ketika mentransendensikan diri l<ita melihat seberkas diri kita
yang autentik, kita membuat pilihan, kita meras istimewa, kita
menegaskan tanggung jawab kita. Transendensi adalah pengalaman
yang membawa kita ke luar dunia fisik, ke luar dari pengalaman kita
yang biasa. ke luar dari suka dan duka kita, ke luar dari diri kita yang
sekarang, ke konteks yang lebih luas. Pengalaman transendensi
adalah pengalaman spiritual.
2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebermaknaani hidup
Menurut Bastaman (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi
kebermaknaan hidup adalah :
21
1 ). Kualitas-kualitas insani. Yang dimaksud dengan kualitas insani adal~h
semua kemampuan, sifat, sikap dan kondisi yang semata-mata
terpateri dan terpadu dalam eksistensi manusia dan tidak dimiliki oleh
makhluk lain. Adapun yang dimaksud dengan kategori kualitas insani
antara lain ; intelegensia, kesadaran diri, pengembangan diri, humor,
hasrat untuk bermakna, moralitas, kreativitas, transendensi diri,
kebebasan dan tanggungjawab.
2). Encounter. Crumbaugh (1973) dalam bukunya "Everything to Gain"
menjelaskan bahwa encounterdapat digambarkan sebagai hubungan
mendalam antara seorang pribadi dengan pribadi yang lain. Hubungan
ini ditandai dengan penghayatan keakraban dan keterbukaan, serta
dikap dan kesediaan untuk saling menghargai, mamahan1i dan
menerima sepenuhnya satu sama lainnya. Hubungan ini semata-mata
bukan hanya didasari oleh pertimbangan rasional, melainkan lebih
diwarnai oleh alasan-alasan emosional, dalam hal ini rasa kasih
sayang.
2.1.5. Metode menemukan makna hidup
James C. Crumbaugh (dalam Bastaman, 1996) salah seorang murid
Victor Frankl telah mengembangkan pendekatan yang dinarnakan
Logoana/isis, yaitu usaha untuk membantu seseorang untuk menemukan
dan menyadari makna dan tujuan hidupnya, melalui cara menggali dan
mempelajari pengalaman-pengalaman hidupnya sendiri dan pengalaman-
22
pengalaman orang lain, khususnya pengalaman yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan berkarya, penghayatan atas beberapa peristiwa yang
mengesankan, dan sikap-sikapnya menghadapi keadaan yang tidak dapat
dihindarkan lagi.
Metode-metode yang digunakan oleh Crumbaugh (seperti clikutip
Bastaman, 1996) dalam Logoanalisis diantaranya yaitu:
1. Pemahaman diri, yaitu mengenali secara objektif kekuatan-kekuatan
dan kelemahan-kelemahan diri sendiri, baik yang masih merupakan
potensi maupun yang sudah teraktualisasi, untuk kemudian kekuatan
kekuatan itu dikembangkan dan ditingkatkan serta kelemahan
kelemahan dihambat dan dikurangi.
2. Bertindak positif, yaitu mencoba menerapkan dan melaksanakan
dalam perilaku dan tindakan-tindakan nyata sehari-hari hal-hal yang
dianggap baik dan bermanfaat.
3. Pengakraban hubungan, yaitu meningkatkan hubungan baik dengan
peribadi-peribadi tertentu (misalnya anggota keluarga, teman, rekan
sekerja), sehingga masing-masing saling mempercayai, saling
memerlukan satu dengan yang lainnya, serta saling mernbantu.
4. Pendalaman tri nilai, yaitu berusaha memahami dan mernenuhi tiga
macam nilai yang dianggap merupakan sumber makna hidup yaitu,
nilai-nilai kreatif, nilai-nilai penghayatan, nilai-nilai bersikap
23
5. lbadah yaitu, berusaha melaksanakan apa yang diperintahkan Tuhan
dan mencegah diri dari apa yang dilarangNya.
Kelima metode tersebut bertujuan untuk menjajagi sumber makna hidup
dari kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitamya dan apabila makna
hidup berhasil ditemukan akan menimbulkan perasaan bennakna dan
bahagia yang merupakan cermin kepribadian yang mantap dan sehat.
2.1.6. Ciri-ciri individu yang memiliki kebermaknaan hidup
Menurut Crumaugh dan Maholick (seperti dikutip Nihayah, 2001)
karakteristik individu yang memiliki kebermaknaan hidup adalah :
1 ). Memiliki tujuan yang jelas
2). Memiliki perasaan yang bahagia
3). Memiliki rasa tanggungjawab
4 ). Mampu melihat alasan tatap eksis
5). Mamiliki kontrol diri
6). Tidak merasa cemas akan kematian
2.1.7. Pandangan Islam tentang Manusia dan Kebermaknaan Hidup
Bastaman (1995) mengatakan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga hal
yang secara khusus menandai wawasan Islam mengenai manusia, yaitu:
1 ). Al-Qur'an memberi penghargaan tinggi sekali terhadap rnartabat umat
manusia dengan julukan kehormatan yang diberikan kepada manusia
sebagai "Khalifah di bumi" (QS, 2:30)
24
2). Fitrah manusia adalah suci dan beriman
3). Al-Qur'an menyatakan adanya Ruh pada manusia di samping raga dan
jiwanya. Ruh ini sudah ada sebelum manusia dilahirkan, selama ia
masih hidup, dan setelah berpulang.
Mengenai ciri-ciri kualitas khalifah, Muhammad Iqbal mengambil konsep
insan kamil (manusia sempuma) yang mengisi kehidupan dengan akhlak
ilahiyah, yaitu sifat-sifat llahi yang ditumbuhkan pada diri manusia yang
dapat menciptakan suatu peradaban manusia di muka bumi dengan sikap
iman (transendensi) dan tindakan amal salah ( dalam Zahrotun Nihayah,
2001 ).
Muthahhari (1993), mengatakan bahwa iman merupakan syarat utama
untuk mencapai kesempumaan. Manusia yang memiliki keabsahan
menyandang tugas sebagai khalifah adalah mereka yang beriman kepada
Tuhan. Iman juga menerangi hati manusia yang membimbingnya kearah
kebenaran dan memeberikan harapan bagi adanya hasil-hasil yang baik
dari suatu tindakan dan perbuatan yang baik pula. Iman juga berpengaruh
pada kebahagiaan jiwa dan rohani manusia. Kebahagiaan ini diperoleh
misalnya dari sifat murah hati, suka menolong atau dari kemampuan
memetik hikmah (makna) dari setiap peristiwa yang dijalani. Dengan kata
lain, iman memberikan bantuan dan kelapangan dalam mengahadapi
kesengsaraan dengan membentuk kekuatan dalam diri manuisa untuk
melawan dan mengubah penderitaan menjadi kebahagiaan.
25
Manusia dikaruniai pembawaan yang mulia dan martabat. Tuhan telah
menganugerahi manusia dengan keunggulan atas makhluk lain. Manusia
akan menghargai dirinya sendiri hanya jika mereka mampu merasakan
kemuliaan dan martabat tersebut, serta mau melepaskan diri mereka dali
kepicikan segala jenis kerendahan budi dan hawa nafsu (QS, 17:70).
Manusia juga bersifat bebas dan merdeka. Mereka diberi kepercayaan
penul1 oleh Tuhan, diberkahi dengan risalah yang diturunkan melalui para
Nabi dan dikaruniai rasa tanggung jawab. Meraka akan bebas memilih
kesejahteraan atau kesengsaraan bagi dirinya (QS, 76:2-3). Tuhan
menurunkan sifat-sifat keilahianNya hanya kepada manusiat. Manusia
sebagai dirinya sendiri tidak memiliki makna apapun, tetapi sebagai
khalifah Tuhan, manusia menempati posisi maknawi. Dengan kapasitas
istimewanya tersebut, manusia mampu manata, mengelola dan
mengontrol dunia seisinya secara bertanggungjawab (Qurais Shihab
dalam Nihayah, 2001 ).
Rifyal Ka'bah (seperti dikutip Qomaruddin, 2000) mengungkapkan bahwa
kesadaran akan kematian membuat setiap orang memahami makna hidup
dan berfikir secara positif. Dengan demikian ia akan menempuh hidup ini
dengan penuh optimisme menuju satu tujuan akhir yang pasti bertemu
Allah Swt yang ia cintai dan mencintainya.
2.2. Sense Of Humor
2.2.1. Pengertian humor
26
Dalam Kamus Lengkap Psikologi, J.P Chaplin (2004), mengartikan humor
dalam dua arti yaitu, Pertama, sikap menyenangkan, ramah-tamah, baik
hati, sopan santun. Kedua, seberang sekresi atau pengeluaran zat
kelenjar atau sekresi organis. Adapun dalam Kamus Konseling,
Sudarsono (1996), mengartikan humor sebagai kondisi dari suatu situasi
yang kompleks yang dapat membangkitkan gairah dan semangat untuk
saling mengalami perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang diungkapkan
atau seseorang dalam kaitannya untuk saling dapat menimbulkan
suasana yang gembira.
Sarlito (1996) dalam Seminar Humor Nasional Semarang, rnendefinisikan
humor sebagai segala sesuatu (keadaan, perbuatan, perkataan) yang bisa
menimbulkan kesan lucu sehingga memancing reaksi tertawa. Humor ini
bisa dilakukan dengan sengaja (seperti yang dilakukan oleh pelawak di
hadapan penontonnya atau pelajar di depan kawan-kawannnya ketika
sedang ngerumpiin gurunya) atau bisa terjadi tanpa disengaja (misalnya
melihat cicak kawin di langit-langit yang tiba-tiba te~atuh atau
menyaksikan seorang kawan jatuh terduduk di lantai karena dia lupa
bahwa barusan dia geser kursinya untuk melakukan sesuatu).
27
Abu Nadim (dalam Komaryatun, 2004) mengatakan humor bagi
masyarakat dunia dapat membantu menyegarkan hati serta jiwa yang
sedang dirundung kesusahan dengan berbagai baban hidup yang tidak
pernah usang dan berakhir. Akar dari kata Humor adalah "umor" dari
bahasa Yunani yang berarti cair atau zat cair. Pada abad pertengahan,
humor dihubungkan dengan energi yang dianggap dengan cairan tubuh
dan keadaan emosional.
Oanandjaya (seperti dikutip Rena Latifa, 2006) mendefinisikan humor
sebagai berikut:
"Humor adalah sesuatu yang bersifat dapat menimbu/kan atau menyebabkan pendengamya (maupun pembawanya) merasa tergelitik perasaannnya, merasa /ucu, sehingga terdorong untuk tertcrwa. Hal ini disebabkan oleh sifatnya yang menggelitik perasaan, 'mengejutkan', 'aneh', 'tidak masuk aka!', 'bodoh', 'bersifat mengecoh', Janggal', 'kontradiktif, 'nakal', dan lain-lain. Sesuatu ha/ yang sifatnya /ucu ini dapat berupa dongeng yang /ucu (/e/ucon), teka-teki yang jawabannya /ucu, puisi rakyat dan nyanyian rakyat yang /ucu."
Chapman & Foot (1976) mendefinisikan humor sebagai suatu situasi
kompleks yang dapat menimbulkan kegembiraan. Chapman & Foot
(1976), menambahkan bahwa yang termasuk humor adalah stimulus yang
menimbulkan ketawa atau senyum yang tidak bersifat menyerang objek
dari humor itu sendiri. Jika ada celaan yang bersifat menyerang orang lain,
misalnya cacat tubuh atau sifat-sifat negatif dari suatu suku yang dapat
memancing kemarahan atau menyinggung perasaan mereka yang dicela,
-·· __ , ___ _ ·------ 28
PEn~•.,c -----·-) (,.~ ' ' ~ ' '
/JIN SYARil '.. • . ·. . . . "f:ilM,q I ·--~---- J'il;~i!HTA ---............. __
hal itu tidak termasuk kategori humor, walaupun bisa saja celaan tersebut
dianggap lucu atau menimbulkan tawa bagi orang lain.
Dalam Seminar Humor Nasional, Utami Munandar (1996) mengatakan
bahwa humor mempunyai daya untuk membalikan setiap situasi dengan
cara melihat situasi tersebut dari perspektif lain. Belajar melihat segi
humor dan menggunakannya dalam suatu situasi atau kesulitan dapat
membantu seseorang dalam mengatasi masalah tersebut serta
memungkinkan diperoleh pandangan-pandangan altematif. Pendapat
senada juga dikemukakan oleh Max Eastman (dalam holistic-online.com)
yang mengatakan, bahwa humor merupakan instink untuk menganggap
rasa sakit secara tidak serius. Dengan humor orang akan bisa
menghadapi semua masalahnya dengan canda dan tawa, hingga
babannya terasa lebih ringan.
Humor lain dari lucu yang merupakan kata sifat, adalah nama benda.
Humor menurut Merriam-Webster Dictionary adalah suatu kemampuan
untuk melihat sesuatu yang lucu atau yang berbeda dengan persepsi
umum. Jadi humor bukanlah yang lucu tetapi kemampuan untuk memiliki
persepsi mengenali yang lucu, yang tidak "umum" (dalam Umar Kayam,
1996).
29
Berdasarkan penjelasan di atas, secara sederhana penulis menyimpulkan
bahwa humor adalah suatu kondisi yang dapat merangsang dan
memancing orang yang mendengarkan dengan memberikan respon
ketawa, serta memberikan pandangan lain terhadap situasi tidak
menyenangkan yang sedang dialami.
2.2.2. Pengertian sense of humor
Beberapa ahli membedakan antara humor dengan sense of humor.
Secara teoritis, sense of humor yang dimiliki individu pastinya terbentuk
dari sejumlah elemen humor, entah itu mengandung elemen yang sedikit
atau banyak. Para ahli ini melihat sense of humor sebagai k:onsep yang
multifaset, universal dan memiliki banyak definisi (Horowitz, dalam Latifa
2006).
Dalam artikel Holistic Nursing Practice vol. 10, humor diartikan sebagai
kualitas persepsi yang memungkinkan seseorang untuk merasakan
kegembiraan ketika berhadapan dengan kesengsaraan.
"Sense of humor is a quality of perception that enables us to experience ;OY even when faced with adversity''.
Freud (Maslow dalam Bastaman, 1996) menggambarkan Simse Of
Humor sebagai proses defensif mechanism tertinggi yang membuat
individu mengatasi masalah-masalahnya tanpa mengalami emosi negatif
dengan cara melihat masalah tersebut dengan perspektif lain. Sense of
humor diidentifikasikan sebagai salah satu karateristik aktualisasi diri
seseorang.
30
Menurut Candace Pert (dalam holistic-online.com) mengatakan,
kemampuan untuk menciptakan lebih banyak humor dan tawa dalam
kehidupan membuat seseorang tetap sehat. Selain itu, sense of humor ini
akan menimbulkan suasana hati dan keadaan yang baik. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Bernie Siegel (dalam holistic-online.com) bahwa
seseorang yang memiliki sense of humor yang bail< akan mencari dan
menemukan humor dalam kehidupan sehari-hari, menciptakan humor,
serta tertawa lebih meningkat sehingga dapat meningkatkan sistem
kekebalan tubuh. Mc. Ghree (1980), mengatakan sense of humor
membantu dalam melihat dan memahami ketidaksesuaian yang
terkandung dalam humor. Sense of humor menyangkut perasaan
seseorang ketika menghadapi kelucuan kemudian mengekpresikannya
dengan tertawa atau tersenyum.
Martin (seperti dikutip Latifa, 2006), mendeskripsikan sense of humor
sebagai "perbedaan kebiasaan individual dalam segala bentuk tingkah
laku, pengalaman, perasaan, sikap dan kemampuan yang dihubungkan
dengan hiburan (amusement), kesenangan, tertawa, candaan dan
sejenisnya". Disebabkan definisi yang ekstensif inilah maka sense of
humordapat diberi label sebagai 'personality traif, 'stimulus variable',
31
'emotional response', 'mental process' dan 'theurapeutic intervention'.
Adapun sense of humor yang mengacu pada 'personality trait', konsep
pengertiannya tidak hanya didasarkan pada satu dimensi trait atau
karakteristik spesifik saja, namun sense of humor adalah sebuah konstruk
yang multi-faset dan saling berkaitan satu sama lain.
Sense of humor adalah kemampuan seseorang untuk men~1gunakan
humor sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan untuk
menciptakan humor, kemampuan menghargai dan menanmiapi humor,
serta kemampuan menanggapi orang-orang yang humoris (dalam
Hartanti, 2003).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan secara
sederhana sense of humor merupakan kualitas persepsi yang dimiliki
seseorang untuk melihat situasi yang tidak menyenangkan atau
penderitaan yang dialaminya melalui perspektif lain yaitu dengan cara
menciptakan humor dan tawa lebih banyak serta merespon terhadap
lelucuan yang ada disekitarnya.
2.2.3. Aspek-aspek sense of humor
Menurut Martin (seperti dikutip Latifa, 2006) Sense of humor merupakan
multi dimensional yang terdiri dari enam elemen sebagai berikut:
32
1. Humor production (penciptaan humor}, yaitu berupa kemampuan
kreatif menjadi humoris, membuat lelucon, mengidentifikasi hal yang
lucu dalam sebuah situasi serta mengkreasikan dan menghubungkan
situasi tersebut dengan cara-cara yang dapat menyenangkan orang
lain.
2. Humor appreciation (penghargaan terhadap humor}, yaitu berupa
apresiasi atau merespon terhadap orang-orang yang humoris dan
situasi yang penuh humor. Respon yang diberil<an dapat berupa
tertawa atau paling tidak tersenyum jika ada orang yang melucu.
3. Sense of playfulness, yakni kemampuan berada dalam kondisi yang
senantiasa baik, menyenangkan, in a good mood.
4. Personal recognition of humor, berupa penggunaan humor dalam
memandang absurditas hidup dan melihat diri sendiri sebagai orang
yang humoris.
5. Penggunaan humor sebagai mekanisme dalam beradapt.asi, yakni
kemampuan 'mentertawakan situasi' atau mengatasi situasi sulit
dengan menggunakan humor.
6. Kemampuan menggunakan humor dalam hubungan sosial: meredakan
situasi sosial yang tegang atau kaku, meningkatkan solidaritas dalam
kelompok
Thorson & Powell (seperti dikutip Latifa, 2006), mendefinisikan sense of
humor sebagai konstruk yang multiciimensi yang terdiri dari:
33
1. Humor production, berupa kemampuan kreatif menjadi humoris,
membuat lelucon, mengidentifikasi hal yang lucu dalam sebuah situasi
serta mengkreasikan dan menghubungkan situasi tersebut dengan
cara-cara yang dapat menyenangkan orang lain.
2. Uses of humor for coping, yakni penggunaan humor dalam
menghadapi masalah atau mengatasi situasi sulit dengan
menggunakan humor.
3. Social uses of humor yakni bagaimana penggunaan humor yang
digunakan individu untuk tujuan sosialisasinya.
4. Attitudes toward humor, berupa sejauhmana sikap-sikap individu
terhadap humor dan terhadap orang-orang yang humoris.
Jika keempat hal tersebut dimiliki oleh individu, maka dapat dipastikan
bahwa ia memiliki rasa humor yang cukup baik dan cenderung lebih
mudah beradaptasi menghadapi situasi sulit di lingkungan kehidupannya.
2.2.4. Jenis humor
Sarlito (1996), menggolongkan humor tergantung pada bagaimana kita
akan menyoroti humor ini. Adapun penggolongan humor sebagai berikut:
1. Jenis gerak (slap stick), humor jenis ini sangat sederhana dan mudah
serta tidak memerlukan pemikiran yang canggih. Karena humor jenis
ini bisa ditangkap oleh hampir semua orang, seperti Tom and Jerry
atau Charlie Chaplin. Pada jenis ini, humor tergambarkan dari gerakan-
gerakan tubuh yang membuat orang melihatnya merasa lucu, kocak
dan konyol.
34
2. Jenis intelektual: humor jenis ini memerlukan pemikiran dan daya
tangkap tertentu untuk mencernanya. Misalnya pertanyaan atau teka
teki dalam anekdot. Humor jenis ini mengandalkan diri pada asosiasi
asosiasi dan harapan-harapan yang dibangun atau di~:embangkan
pada awal cerita dan ditutup pada klimaks yang aneh atau tidak
terduga pada akhir cerita. Faktor latar belakang sosial··budaya,
pengetahuan, pengalaman, dari si pembuat humor maupun
pendengarnya sangat berpengaruh pada sukses atau tidaknya humor
jenis ini. Contoh, kucing dalam bahasa lnggrisnya adalah cat (baca:
ket), pertanyaannya: "Apa bahasa lnggrisnya kucing yang bisa
nempel"? Qawaban: lengket!!).
3. Jenis gabungan: humor ini adalah gabungan dari gerak dan verbal
(kata-kata kocak). Contoh dari jenis humor ini adalah lawakan seperti
Topeng dalam Betawi, Srimulat dalam Jawa dan seba!~ainya.
Segaimana jenis intelektual ini juga membutuhkan persyaratan
intelektual tertentu, walaupun tidak secanggih jenis int(3lektual murni,
karena masih terbantu oleh gerak dan gaya yang visual.
Adapun Sultanoff (seperti dikutif Latifa, 2006), membagi jenis humor ke
dalam 3 komponen yakni:
35
1. Wit berupa humor yang difokuskan pada keterlibatan pengalaman
kognitif. Yang bisa dikategorikan wit diantaranya adalah cerita humor
yang menceritakan kebijaksanaan dan kecerdikan yang kadang
kadang disertai tipu daya. Dimana, ide cerita lucu timbul biasanya dari
si pengarang yang hendak menceritakan rasa humornya, yang
bersumber pada kejadian kurang sopan bisa berupa hal porno atau
cabul dan atau kebodohan-kebodohan yang ditemuinya sehari-hari.
Witticism, menurut Wyer & Collins (dalam Latifa, 2006) dibagi menjadi:
pernyataan ironi, satir sosial, sarkasme dan kekasaran, pernyataan
yang melebih-lebihkan atau merendahkan suatu keadaan, penghinaan
terhadap perilaku atau penampilan lawan bicaranya, pern1ainan kata
kata (seperti penggunar.in kata-kata dengan arti ambigu, pantun ataLr
pelesetan kata), menjawab pertanyaan yang tidak memerlukan
jawaban (retorik), penghinaan terhadap diri sendiri.
2. Mirth, atau kegsmbiraan manakala fokus pada pengalarnan emosional.
3. Laughter, atau ketawa yang sudah melibatkan aspek-aspek fisiologis
seperti bergeraknya bibir dan bagian tubuh yang lain. Namun tidak
selamanya humor atau sesuatu hal yang dianggap lucu clapat
menimbulkan tawa (laughter). Sebab respon terhadap kejadian lucu
juga dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat subyektif seperti
pengalaman masa lalu dan proses bela]ar menanggapi situasi lucu
36
yang pernah ada sebelumnya, baru kemudian bisa menimbulkan tawa.
Sultanoff mengatakan laughter adalah jenis humor yang paling baik
dan berpengaruh terhadap kesehatan dan system kekebalan tubuh.
Thorson & Powell (seperti dikutif Latifa, 2006), juga memberikan istilah
'joke', yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai 'lelucon' atau
'senda gurau'. Wyer & Collins (seperti dikutif Latifa, 2006) rnengatakan
lelucon adalah jenis humor yang sifatnya lebih bebas konteks, di mana
tidak diperlukan informasi yang meluas untuk dapat memahami humor ini.
Pendengar lelucon tidak perlu terlibat dalam sebuah pembicaraan ataupun
memahami konteks pembicaraan secara 'serius', karena pada umumnya
pengetahuan yang diperlukan untuk memahami lelucon terdapat dalam
lelucon itu sendiri.
Tidak jauh berbeda dengan wit, lelucon juga dapat berupa pernyataan
yang melebih-lebihkan atau merendahkan suatu keadaan, penghinaan
terhadap perilaku atau penampilan lawan bicaranya ataupun permainan
kata-kata. Hanya saja ketika sudah mencapai konteks yang 'serius' dan
diperlukan informasi yang meluas untuk memahami lelucon tersebut,
maka akhirnya dinamakan sebagai wit, bukan lagi sekedar 'lelucon'
(Thorson & Powell dalam Rena Latifa, 2006).
37
2.2.5. Fungsi sense of humor
Banyak para ahli yang menjelaskan tentang fungsi dan ma11faat humor
dalam hidup, baik bagi kesehatan fisik maupun mental. Martin dan Dobin
( dalam Latifa, 2006), menjelaskan bahwa sense of humor rnembantu
menaikkan tingkat salivary immunoglobulin A (SlgA) dan memberi efek
positif pada gangguan mood. Hal ini tidak hanya untuk penGegahan,
namun juga ampuh untuk mendukung proses penyembuhan penyakit.
Menurut Dr Mary Bennett (www.vision.net.id), Pemakaian humor untuk
merangsang tertawa dapat menjadi terapi efektif menurunkan stress dan
rnemperbaiki aktivitas sel pernbunuh alami. Bahkan di Amerika, workshop
humor telah dipasarkan bagi penyembuhan dan menurunkE1n stress.
Penelitian yang dilakukan oleh Deaner dan Mc. Conatha (dalarn
Komaryatun, 2004), juga membuktikan sense of humor tidal< hanya
berhubungan dengan relaksasi otot, tetapi dapat menguran!Ji rasa sakit
dan ketidaknyamanan serta meningkatkan kesehatan psikologis secara
menyeluruh termasuk konsep diri yang baik. Portfield (dalam Komaryatun,
2004) menemukan sense of humor dapat mengurangi depmsi secara
langsung tanpa memandang kejadian-kejadian hidup yang negatif dan
tidak berpengaruh secara langsung pada kecernasan. Disarnping itu,
sense of humor dapat membuat orang menertawakan dirinya sendiri
38
sebelum ditertawakan oleh orang lain, karena menghibur diri sendiri
merupakan komponen yang sangat membantu dalam menghadapi stress.
Miller (seperti dikutip Latifa, 2006), mengatakan lndividu yang memiliki
sense of humor diketahui sebagai individu-individu yang lebih termotivasi,
ceria, dapat dipercaya dan memiliki self-esteem yang tinggi. Mereka juga
cenderung lebih mampu mengembangkan hubungan sosial yang hangat
dan akrab. Adapun Thorson & Powell (dalam Latifa, 2006) mengatakan,
bahwa ada penelitian yang membuktikan adanya kaitan antara humor
dengan kecemasan menghadapi kematian (death anxiety). lndividu yang
terbiasa menggunakan humor dalam hidupnya akan cenderung lebih
dapat berkompromi dengan dirinya sendiri menghadapi usia yang semakin
renta dan mendekati kematian (dalam Rena Latifa, 2006).
Darmo (2005) mengatakan, sedikit diantara sejumlah manfaat yang bisa
diperoleh dari tertawa, humor dan senyum yaitu:
(1 ). Sedikit Otot. Tidak seperti orang yang murah senyum, orang stres
tampak lebih letih dan pesimistis. Dari segi fungsi otot pun berbeda.
Kalau orang tersenyum hanya memakai satuan otot, orang stres
puluhan otot. Artinya, kelompok tersenyum memakai tenaga otot
lebih kecil atau lebih irit daripada kelompok penderita 8tres.
(2). Buka Ventilasi. Tertawa merupakan harmonisasi gerak dari 15 otot
wajah yang dapat ikut menghambat proses pengerutan wajah pada
usia uzur. Juga memberikan latihan ringan bagi tubuh, karena otot
dilatih berdenyut di alas rata-rata, khususnya otot muka. Tertawa
kuat tentu menggunakan otot yang lebih besar, sehingga dapat
diibaratkan membuka ventilasi jendela ruangan.
(3). Bebas Bernafas. Mereka yang banyak menebar tawa akan lebih
bebas dalam bernafas. Sebab, tertawa mempercepat f~eluarnya
udara jenuh dari tubuh yang langsung digantikan dengan udara
segar. Pergantian itu akan memperkaya oksigen dalam darah serta
membersihkan bagian respirasi atau alat pernafasan.
39
(4). Hadang lnfeksi. Selama tertawa, dikatakan juga, antibodi tubuh serta
sel darah putih aktif menghadang infeksi, sedangkan hormon mampu
meningkatkan kesiagaan dan fungsi memori.
(5). Hilangkan Stress. Tertawa diyakini mampu menghilangkan rasa
cemas, bingung, sedih, dan gelisah. Stress pun dapat ditanggulangi.
Tak ada salahnya bila setiap rumah sakit menerapkan program
humor. Tentu tanpa harus mengabaikan prosedur standar medis.
Tera pi penyakit jantung dan kanker pun, menu rut penelitian terakhir,
bisa dibantu dengan mengusahakan agar pasien mau tertawa lebar
untuk membantu penyembuhan.
2.2.6. Pandangan Islam tentang humor
Banyak sekali bentuk hiburan dan seni bermain yang diperbolehkan Islam
bagi kaum Muslimin untuk menghibur diri, dan sebagai sarana re/aksasi.
40
Pada saat yang sama juga, untuk mengkondisikan jiwa mereka agar siap
mengerjakan ibadah-ibadah dan kewajiban-kewajiban lain dengan lebih
energik, dan lebih bersemangat. Tennasuk dalam kategori t1iburan ini
adalah canda (humor) yang tidak mengandung kebohongan dan
kedustaan, karena canda menyenangkan jiwa, dan membahagiakan tanpa
menimbulkan dampak buruk apapun padanya. Sarana hiburan yang lain
ialah pemaparan kisah-kisah jenaka, dan lelucon-lelucon orang-orang
jenius, atau orang-orang pelit, atau orang-orang dungu, atau orang-orang
teledor, selagi itu semua masih dalam batas yang wajar (Nuruddin, 1995).
Tidak aneh jika kejenakaan, canda dan humor merupakan stimulan yang
menyegarkan pikiran, menyenangkan hati dan menenteraml<an jiwa.
Kepribadian yang ceria akan lebih dekat kepada kesuksesan
dibandingkan yang tidak, karena hati yang ceria dapat menundukkan hati
orang lain dan merenggutnya dengan mudah. Adapun jiwa yang
senantiasa merana dan berpikiran sempit akan terpojok di sudut
kegelapan, tanpa ada daya yang dapat membangkitkannya (Qarni, 2003).
Kendati canda (humor) diperbolehkan, namun jika canda dilakukan secara
berlebihan dan terus-menerus, maka canda mengeraskan hati, dan
menghilangkan harga diri. Pendapat senada dikatakan oleh Kusmulyana
(angelfire.com), bahwa humor yang baik tidak boleh menimbulkan korban
atau mengorbankan seseorang/sekelompok orang sehingga timbul sakit
hati dan penderitaan. Jika ada humor yang demikian sebaiknya kita tidak
tertawa, bahkan seharusnya bersedih. Dalam kondisi demikian humor
menjadi mudharat.
41
Banyak dalil Al qur'an dan hadis rasul yang menjelaskan tentang larangan
canda (humor) yang belebihan, mengandung kebohongan, perkataan
buruk dan menyakiti perasaan, misalnya dalam Q.S, Al-Hujurat;11:
"Hai orang-orang yang beriman jangan/ah suatu kaum mengo/ok-olok
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang dio/ok-olok) /ebih baik
dari mereka (yang mengo/ok-olok)".
Dalam hadis rasul, misalnya:
"Ce/aka/ah orang yang berkata agar manusia tertawa karena
pembicaraannya, ia berdusta. Ce/aka/ah dial Ce/aka/ah dial" (diriwayatkan
oleh At-Tarmidzi) (Nuruddin, 1995).
Nuruddin (1995) menambahkan, bahwa jika canda dan lawak itu dijadikan
sebagai sarana mata pencaharian seseorang, menjadi kebiasaannya, dan
wataknya dalam semua waktunya hingga membuatnya lupa akan
kewajiban-kewajibannya, maka ini tanpa diragukan, dilaran9.
Sebagaimana dalam hadis rasul yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A
dari Rasulallah SAW bahwa beliau bersabda,
42
"Sesungguhnya jika seseorang mengucapkan kata yang membuat teman
teman duduknya tertawa, maka ia jatuh dengannya Jebih dalam antara
Jang it dan bumi''. ( diriwayatkan Ahmad).
Hadis di atas ditafsirkan bahwa orang tersebut membuat orang lain
tertawa dengan kebohongan. Namun, menu rut Al-Ghazali clalam kitab
Tuhfatul Ahwadzi (percikan-iman.com), hukumnya diperbolehkan apabila
seseorang berbicara dengan suatu pembicaraan yang benar untuk
membuat orang lain tertawa.
Tertawa termasuk dalam hal Akhlak. Seorang muslim yang taat akan
menjadikan Rasulallah SAW sebagai referensi akhlak termulia yang harus
dicontoh. Tertawa merupakan sifat dasar manusia sebagai karunia Allah
SWT kepada manusia (percikan-iman.com). Dalam QS, 53:43 di
firmankan:
"Dan bahwasanya Dia/ah yang menjadikan orang tertawa dan menangis,"
Kemudian disebutkan juga bahwa Al Qur'an memberikan arahan
menyedikitkan tertawa dan memperbanyak menangis mengingat
dahsyatnya kehidupan setelah mati. Dalam QS. 9:82 difirmankan juga:
"Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, sebagai
pemba/asan dari apa yang selalu mereka kerjakan."
Adapun dalam hadis rasul yang berkaitan dengan larangan banyak
tertawa telah diriwayatkan Al-Tarmidzi, yakni.
"Banyak tertawa itu mematikan hati".
43
Adapun jenis-jenis dan tingkatan-tingkatan tertawa menurut kamus
bahasa Arab terdiri dari: (1) Tersenyum (Tabassum), yailu tingkatan
dibawah lertawa dan merupakan tertawa yang paling baik. (2) Tertawa
lerbahak-bahak (Antagha). (3) Tertawa yang apabila dilampakkan berupa
dengungan (Alkhanna wal khaniinan). (4) Tertawa lerbahak-bahak yang
paling buruk (Thaikhun thaikhun). (5)Tertawa yang melengl<ing
(Atthahthahatun). (6) Tertawa yang lebih dari tersenyum (Alhanuufu).
Sebagian orang Arab menkhusukan yang satu ini dengan tertawanya para
wanila (percikan-iman.com).
Adapun hukum tertawa menurut Yusuf Qardhawi (percikan-·iman.com),
"Sesungguhnya lertawa itu termasuk labial manusia. Binatang tidak dapat
tertawa, karena tertawa itu datang setelah memahami dan mengetahui
ucapan yang didengar alau sikap dari gerakan yang dilihat, sehingga ia
lertawa karenanya". Sesuai pendapat diatas, maka hukum tertawa adalah
boleh. Begitu juga tertawa memiliki manfaat baik bagi fisik rnaupun
psikologis. Selain ilu, tertawa juga bermanfaal secara ibadah, yaitu: (1)
merupakan sedekah (2) memeberi kesan berseri dan optimis (3) penawar
rohani, obat bagi jiwa dan ketenangan bagi sanubari yang lelah setelah
berusaha dan bekerja (4) tanda kemurahan hati, isyarat ba9i suatu
temperamen yan9 mantap, tanda bagi murninya suatu tujuan, dan (5)
menunjukan kebahagiaan.
44
Dalam Islam tertawa memiliki adab atau etika, hal ini harus mengacu
kepada Rasulallah SAW. Etika tertawa dalam Islam (percikan-iman.com),
yaitu:
1 ). Meneladani nabi dalam senyuman dan tawa beliau. Sebagaimana
hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yakni: "Rasu/al/ah apabi/a
(ada sesuatu yang membuatnya) senang (maka) waja/1 be/iau akan
bersinar seolah-o/ah wajah be/iau sepengga/ rembu/an" (RH Al
Bukhari).
2). Tidak tertawa untuk mengejek, mengolok, mencela dan sebagainya,
sebagaimana telah dilarang dalam al qur'an dalam surat A/-Hujurat
ayat 11.
3). Tidak memperbanyak tertawa. Sebagaimana dalam hadis, "Berhati
hatilah dengan tertawa, karena banyak terlawa akan mematikan
hati". (Hadits shahih, Shahiibul Jaami).
4 ). Tidak menjadikannya sebagai sebuah profesi. Seperti clijelaskan
dalam hadis, "Ce/aka/ah bagi orang-orang yang bercakap-cakap
dengan suatu perkataan untuk membuat sekelompok orang terlawa
(dengan perkataan tersebut), sedang ia berbohong dalam
percakapannya itu, ce/aka/ah baginya dan ce/akalah baginya". (RH.
45
maknanya adalah apabila seseorang berbicara dengan suatu
pembicaraan yang benar untuk membuat orang lain te11awa,
hukumnya adalah boleh. Al-Ghazali berkata, "Jika demikian, haruslah
sesuai dengan canda Rasulal/ah, tidak dilakukan kecuali dengan
benar, tidak menyakiti hati dan tidak pula berlebih-lebif1an".
5). Tidak berlebih-lebihan dalam tertawa dan terbahak-bahak dengan
suara yang keras. Seperti hadis rasul: "Aku tidak pernah me/ihat
Rasulul/ah berlebih-lebihan ketika tertawa hingga terlihat langit-langit
mulut beliau, sesungguhnya (tawa beliau) hanyalah senyum semata".
(HR. Al-Bukhari).
2.2.7. Hubungan humor dengan makna hidup
Logoterapi tidak hanya mengemukakan filsafat manusia yang bercorak
humanistik-eksistensial, tetapi juga mengembangkan metode dan teknik-
teknik terapi untuk mengatasi gangguan-gangguan Neurosis Somatogenik
yaitu gangguan perasaan yang berkaitan dengan daya ragawi, logoterapi
mengembangkan metode Medical Ministry. Sedangkan gangguan
Neurosis Psikogenik yang bersumber dari hambatan-hambatan psikis
dikembangkan teknik Paradoxical Intention dan Oeref/ection. Selanjutnya,
untuk gangguan Neurosis Noogenik, yakni gangguan yang clisebabkan
tidak terpenuhinya hasrat untuk hidup bermakna, logoterapi
47
Menurut Allport (dalam Bastaman, 1996) bahwa humor terkait dengan
kepribadian yang matang dan sehat. Kepribadian yang mature ditandai
oleh usaha memperluas diri (extension of the self), hubungan ramah
dengan orang lain (warm relating of self to other), menerima keadaan diri
(self acceptance), bersikap realistis (realistic perception, skills, and
assignments), meyakini dan mengahayati suatu filsafat hidup yang
integratif (the unifying philosophy oflife), dan bersikap objektif terhadap
diri sendiri (self objectification). Ciri terakhir ini didalamnya terkandung
pemahaman terhadap diri sendiri (self insight) dan rasa humor, termasuk
bersikap humoristis terhadap diri sendiri. Selain itu, Allport jugalah yang
secara eksplisit mengungkapkan bahwa di samping agama, rasa humor
merupakan salah satu sarana ke arah pengintegrasian diri.
But in principle, the religion interest, being most comprehensive, is best able to serve as an integrative agent. Another road favorable to integrative is humor, man's principal technique for rid of irre/aevancies (Allport, 1962:92).
Berdasarkan penjelasan di alas, penulis secara sederhana menyimpulkan
bahwa humor yang kita keluarkan merupakan potensi insani yang memiliki
unsur terapis. Memang, belum ada penelitian yang menjelaskan tentang
hubungan humor dangan makna hidup, namun dalam humor terdapat
unsur terapis yang berkaitan dengan pencarian makna hidup
sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Franl<I (1979).
48
2.3. Masyarakat Betawi
2.3.1. Asal usul masyarakat Betawi
Masyarakat yang pertama bermukim di Jakarta adalah Kerajaan
Tarumanegara, yang dapat dikatakan sebagai nenek moyang bagi
masyarakat Betawi. Daerah Jakarta dan sekitarnya pada abad ke 15 M,
termasuk wilayah kekuasaan kerajaan pakuan Pajajaran. Kerajaan ini
biasa disebut kerajaan Sunda. Bandar kerajaan Sunda yang penting
adalah Banten, Pontang, Cigede, Tanara, Cimanuk di sebelah Timur dan
Kelapa yang dikenal sebagai pelabuhan atau Bandar Sunda Kelapa.
(Sagimun, 1988).
Memasuki abad 17 M (1597-1619), Jakarta yang ketika itu t>erada dalam
daerah kekuasaan Banten, yang diperintah oleh pengeran ,layakarta
Wijayakrama sebagai adipati ketiga menggantikan ayahnya Tubagus
Angke. Di bawah pemerintahannya, kota ini berkembang sebagai
pelabuhan dagang dan mulai mengadakan perjanjian perdagangan
dengan orang-orang lnggris dan perusahan voe, suatu yang tidak
disenangi oleh para penguasa Banten, karena secara politis dan ekonomis
mengurangi peranan Banten (Abdul Aziz, 2002).
Batavia dan sekitamya berangsur-angsur terjadi perbauran antar-suku
bahkan antar bangsa. Hasil dari perbauran ini lambat laun keturunannya
kehilangkan ciri-ciri budaya asalnya masing-masing, yang pada akhirnya
49
semua unsur itu kukuh menjadi sebuah kelompok etnis yang kemudian
dikenal dengan sebutan orang Betawi. Masyarakat Betawi atau biasa pula
disebut kaum Betawi, sebagaimana dikemukakan oleh Muhammad Husni
Thamrin, yang membuat nama organisasi yang masih bersifat kesukuan
pada masa sebelum terbentuknya organisasi-organisasi yang bersifat
kebangsaan, awal abad keduapuluh. Organisasi ini mengikat model
organisasi lain di masa itu yang menjadikan etnik sebagai basis
keanggotan seperti Budi Utomo yang didirikan tanggal 20 Mei 1908 (Abdul
Aziz, 2002).
Dari masa ke masa masyarakat Betawi berkembang dengan ciri-ciri
budayanya yang makin lama semakin mantap, sehingga mudah
dibedakan dari kelompok yang lainnya. Namun bila dikaji lebih mendalam
tampak unsur-unsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya.
Dapat dibuktikan kebenarannya, bahwa orang Betawi maupun
kebudayaannya yang mereka miliki adalah merupakan hasil perpaduan
dari bangsa-bangsa yang sudah semenjak lama datang dan berdagang di
Sunda Kelapa, baik dari suku-suku yang ada di Indonesia rnaupun dari
Eropa, Cina dan Timur Tengah. Kemudian pada akhimya kelompok ini
membentuk etnik tersendiri dan menamakannya masyarakat Betawi, atau
biasa dikatakan masyarakat asli Jakarta (Rachmat Ruchiat, 2002).
50
Menurut A. Hanna (1998), orang Betawi asli umumnya bukanlah orang
pribumi, melainkan orang asing berdarah campuran dan berkebudayaan
campuran pula. Mayoritas pendatang baru Eropa dan Cina adalah pria,
jarang wanita, kecuali bangsa portugis pada tahun-tahun awal, baik orang
Belanda maupun Cina mengawini wanita pribumi atau mengambil nyai
yang dahulu kala biasa disebut gundik, terutama dari kalangan budak.
Sedangkan wanita-wanita sunda dan Jawa yang beragama Islam,
umumnya enggan berpasangan dengan orang Nasrani atau penganut
Budha, dan yang melakukan hal itu akan ditolak oleh keluarga mereka.
Bagi orang Cina yang mengawini orang pribumi, mereka tetap
mempertahankan identitas serta kebudayaan mereka. Sedangkan bagi
orang Eropa yang mengawini orang pribumi cenderung kehilangan ciri-ciri
khas Eropa tertentu, dan mengambil kebudayaan pribumi tanpa benar
benar menyerap kebudayaannya.
2.3.2. Masyarakat dan kebudayaan Betawi
1. Pola kehidupan ekonomi
Pada umumnya jenis mata pencaharian masyarakat Betawi adalah
sebagai petani, pedagang, nelayan dan buruh atau tukang. Jenis mata
pencaharian ini dipengaruhi oleh letak geografis pemukimannya.
Masyarakat Betawi yang bermata pencaharian petani yang bermukim di
daerah agraris di selatan Jakarta, seperti di Kelurahan Tanjung Barat, ada
yang sebagai petani buah-buhan maupun bersawah (tanam padi).
Biasanya yang bermata pencaharian sebagai petani buah-buahan juga
merangkap sebagai pedagang buah. Jenis buah yang dijual beraneka
ragam tergantung pada musimnya. Untuk menambah penghasilan, ada
pula yang membuka warung buah dan ada pula yang menjadi pedagang
keliling sementara lepas kerja di kebun. (Sudjargi dkk, 199~1)
2. Sistem kekerabatan dan kekeluargaan
51
Dalam sistem kekeluargaan masyarakat Betawi, pada dasarnya memakai
sistem parental, dimana garis keturunan orang tua tidak dipermasalahkan.
Anal< laki-laki dalam pekerjaan akan disosialisasikan dengan pekerjaan
ayahnya. Sedangkan anal< perempuan dengan ibunya melakukan
pekerjaan wanita, mengasuh anak, memasak dan pekerjaan rumah
tangga lainnya (Sudjargi dkk, 1993).
Menu rut Sudjargi (1993), dalam pemilihan jodoh, dahulu anak Betawi
selalu mematuhi anjuran para orang tua dan umumnya perk:awinan yang
ideal adalah endogami, yaitu kedua pengantin berasal dari kampung,
namun saat ini sudah banyak anak-anak Betawi yang mela~:ukan
pernikahan dengan kampung lain bahkan daerah dan suku lain karena
arus modernisasi.
lstilah kekerabatan pada orang Betawi diklasifikasikan ke dalam dua
golongan yang dibedakan menurutjenis kelaminnya. Terhaclap orang tua
52
wanita, ego akan menyebut enyak. Sedangkan sebutan terhadap orang
tua laki-laki babe atau dikenal pula sebutan abah. Kata abah berasal dari
pengaruh bahasa Arab. Adapun penyebutan bagi orang tua dari pihak
ayah dan ibu adalah engkong, dan bagi wanita dari orang tua pihak ayah
dan ibu adalah nene. Begitu pula sebutan kakak, untuk kakak wanita
adalah mpok, kakak laki-laki disebut a bang. Kedua istilah ini juga
digunakan untuk menyebut orang yang dianggap umumya lebih tua atau
orang yang belum dikenal (Sudjargi dkk, 1993). Ridwan Saidi (2001)
mengatakan bahwa sifat orang Betawi adalah, religius, terbuka, egaliter,
demokratis, dan humoris sekalipun dengan penduduk penclatang.
Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan antar sesama war9a tercermin
dalam hubungan keluarga, dimana anak-anak sangat patutl terhadap
orang tua, karena dalam masyarakat Betawi penggolongan atas umur
yang lebih tua sangat dihormati (Sudjargi dkk, 1993).
3. Kehidupan keagamaan
Masyarakat Betawi umumnya beragama Islam dan taat menjalankan
perintah agamanya (Ridwan Saidi, 2001 ). Hal ini dapat terlihat pad a saat
saat seperti shalat Jum'at, shalat Tarawih bulan Ramadhan, peringatan
peringatan hari raya Islam seperti Maulid Nabi Muhamad Saw, isra mi'raj,
idul fitri dan idul adha, dimana animo masyarakat Betawi sangat besar dan
sangat antusias. Begitu juga dengan siklus kehidupan oran9 Betawi yang
banyak bernuansakan keislaman, seperti tujuh bulanan, kt1itanan,
khataman qufan, kekahan.
53
Hurgronje (seperti dikutip Ridwan Saidi, 2001) menggambarkan ketaatan
beragama orang Betawi jauh lebih maju dibandingkan den9an daerah lain
di Jawa dalam tindakannya memusnahkan adat-istiadat pribumi, dan di
sini di luar beberapa kekecualian yang tentu saja ada nyaris tidak ada
kefanatikan. Meskipun demikian orang Betawi itu amat taat beragama,
dimana perkawinan antar suku bukan hal yang tabu bagi orang Betawi,
tatapi yang penting adalah agama calon menantu datang dari daerah
manapun, atau bahkan berkebangsaan apapun.
4. Tingkat pendidikan
Menurut Ridwan Saidi (1984) tingkat pendidikan formal orang Betawi
dahulu sangat minim. Hal ini disebabkan oleh perlakuan diskriminatif yang
dilakukan oleh kolonialisme, dimana tertutup pendidikan formal bagi
pribumi, dalam hal ini adalah masyarakat Betawi. Namun dengan
perlakuan ini, bukan berarti orang Betawi kehilangan semangat dan cita
cita, justru dengan perlakukan tersebut, dapat membangun mentalitas
orang Betawi, mental independent, mental percaya diri dan mental
snobistis (sifat suka membanggakan diri). Hal ini terlihat dengan berdirinya
pendidkan yang bernuansakan keislaman, yang didirikan pada tanggal 17
Juli 1905 dan melopori pendidikan-pendidikan yang lainnya
54
Ridwan Saidi (1984) mengatakan dengan pendidikan yang bernuansakan
keislaman dapat memberikan makna fungsional bagi pembinaan jiwa
keislaman pada masyarakat Betawi yang menjadi sibghah,
kepribadian/identitas kaum Betawi, yaitu kepribadian mandiri, jiwa
merdeka (sense of independency) yang kelak menjadi 'inn€'f drive' bagi
gerak dinamika sub kultur Betawi.
5. Ada! dan tradisi
Dalam kehidupan, adat dan tradisi orang Betawi banyak terpengarauh dari
Islam, tapi tidak sedikit tradisi Betawi yang kental dari pengaruh Budha
dan Hindu (Ridwan Saidi, 2001 ). Adapun tradisi yang masih dilakukan
diantaranya yaitu:
1 ). Upacara Nujuh Bulan
Maksud upacara ini yaitu untuk mendapatkan rasa aman, mohon diberi
keselamatan, mensyukuri nikmat Tuhan, mohon keberkE1han agar anak
yang lahir manjadi anak yang saleh. Dan upaca ini juga :Oermaksud
sebagai pemberitahuan kepada khyalayakramai. Upacara ini
terkadang juga ditambah dengan acara Maulidan. lsi ceramah agama
yang ada kaitan dengan nujuh bulan dan diriwayatkan pula tentang
kel1idupan Nabi Yusuf, dan diselenggarakan pada bulan ketujuh dari
usia kehamilan pertama dan tidak pada kehamilan selanjutnya.
55
2). Upacara Akeqah
Upacara ini dilakukan ketika usia bayi 40 hari setelah kelahiran. Dua
ekor kambing disembelih bila bayi laki-laki, dan satu ekor kambing
disembelih bila bayi perempuan. Dalam upacara ini dilakukan
pemotongan rambut si bayi dan disertai dengan 'marhaban', yaitu
pebacaan maulid nabi, berupa rangkaian kalimat puitis dalam bahasa
Arab yang berkisah tentang Nabi Muhammad Saw. Adapun maksud
dan tujuan diselenggarkannya upacara ini adalah untuk membuang
rambut bawaan bayi dari dalam kandungan ibunya atau membuang
"sawan", artinya bayi yang digunting rambutnya nanti tumbuh sehat
dandijauhkan dari berbagai macam penyakit.
3). Upacara Khataman Al Qur'.an
Khataman Al Quran yang biasa disebut juga "ta mat al qur'an" adalah
upacara yang diselenggarakan untuk menandai selesainya anak
balajar mengaji. Dalam acara ini pesertanya adalah anak-anak yang
telah menyelesaikan kitab Juz Amma. Upacara ini dilakukan dengan
maksud menunjukan rasa syukur ke hadirat llahi serta rnsa bangga
dan bahagia, karena anak-anak telah berhasil menyelesaikan
pelajaran kitab Juz Amma. Namun sekarang karena perkembangan
ilmu pengetahuan anak-anak diajarkan dengan system lqro, maka
untuk upacara khataman agak jarang kecuali permintaan dari orang
tua anak.
56
4). Upacara Khitanan
Dalam masyarakat Betawi, bagi anak yang telah memasuki usia 7
tahun atau lebih harus dikhitan. Karena khitanan merupakan daur
hidup yang dianggap penting, dimana setelah khitanan seorang anak
dianggap baru boleh muslim. Khitanan secara tradisional dilakukan
oleh seorang tukang sunat atau "bengkong", namun kini orang Betawi
banyak yang menggunakan tenaga mantra atau dokter untuk
mengkhitan anaknya.
5). Upacara Perkawinan
Pada masyarakat Betawi, beranggapan bahwa perkawian mempunyai
tujuan mulia yang wajib dipenuhi oleh setiap warga masyarakat yang
sudah dewasa dan memenuhi syarat untuk itu. Orang Betawi yang
mayoritas memeluk agama Islam, yakin bahwa perkawinan adalah
salah satu sunah rasul, sehingga dapat dipandang suatu agama untuk
melangkapi norma-norma kehidupan manusia sebagai rnakhluk social
dan ciptaan tuhan yang mulia (Ahmad Yunus dkk, 1993).
2.3.3. Peran humor pada masyarakat Betawi
Ridwan Saidi (1984) mengatakan humor senantiasa menjacli bumbu
dalam kehidupan orang Betawi, tatkala susah, maupun pula senang.
Begitu juga dalam siklus kehidupan orang Betawi, adat dan tradisi yang
banyak diwarnai oleh Islam, Hindu dan Budha, yang memiliki nilai-nilai
luhur juga sarat dengan humor. Ridwan Saidi (2001) menambahkan, sifat
57
humoris dan kocak orang Betawi sudah melekat dalam keriidupannya
sehari-hari, karena memang kelucuan itu membangun optimisme dalam
menghadapi kehidupannya. Tetapi kelucuan itu hanya bumbu hidup,
bukan karakter orang Betawi. Memang tidak jarang ucapan dan ungkapan
orang Betawi sarat dengan humor. Humor dalam kehidupan pada orang
Betawi bukan hiburan belaka, tetapi dari humor tersebut terdapat unsur
nasehat dan pesan yang memiliki makna, diantaranya:
1. Menguatkan solidaritas, dan
2. Transformasi nilai-nilai luhur
Perilaku 'kocak dan konyol' orang Betawi dapat tercenminkan dari salah
satu gaya hidup yang berkaitan dengan aktifitas sosial dalam rangka
menghibur diri dan mengekalkan silaturahmi/persaudaraan adalah
'Ngerahul' yang sarat dengan pesan dan humor (Ridwan Saidi, 2001 ).
2.4. Kerangka Beriikir
Hidup bermakna bukanlah perkara yang mudah, karena membutuhkan
pemahaman hakikat diri dan penghayatan hidup. Hal ini membuat orang
menghayati setiap sesuatu yang dikerjakan, dirasakan dan yang
dialaminya sehingga kehidupannya dirasakan sangat berarti (meaningful)
yang dapat menimbulkan kebahagiaan (happiness) (Bastaman, 1996).
Pembahasan mengenai makna hidup menunjukkan bahwa, sekalipun
makna hidup terdapat dalam kehidupan itu sendiri, tetapi harus dicari dan
58
ditentukan. lni disebabkan karena makna hidup itu biasanya "tersembunyi"
dalam kehidupan. Oleh karena itu, diperlukan cara atau metode dalam
pencarian akan makna hidup untuk menemukannya. Frankl (1973)
merumuskan teknik logoterapi untuk menemukan makna hidup, salah
satunya dengan memanfaatkan kemampuan insani dalam mengambil
jarak (self-detacment) dan kemampuan mengambil sikap (to take a stand)
terhadap diri sendiri dan lingkungannya yaitu teknik Paradocxical
Intention. Dimana, teknik ini memanfaatkan salah satu kualitas insani
lainnya yaitu melalui rasa humor. Kemampuan ini membuka jalan untuk
mengambil sikap baru dalam pengembangan dirinya. Hal ini menguatkan,
bahwa humor memiliki potensi terapi. Selain itu, banyak penelitian
penelitian menjelaskan tentang manfaat humor, baik bagi ki~sehatan fisik
maupun mental.
Dalam tingkatan konsep, gembira bisa diartikan sebagai perasaan senang
dalamjangka pendek, sedangkan bahagia adalah perasaan senang dalam
jangka panjang. Karena itu, untuk mencapai kebahagiaan, dibutuhkan
kegembiraan yang kontinu, hari demi hari, menit demi menit. Dan humor
merupakan salah satu cara yang paling tepat untuk mencapai keadaan
seperti itu. Humor yang baik membuat orang tertawa, dan dengan tertawa
seseorang akan merasa gembira (www.vision.net.id).
59
Humor merupakan proses pengembangan pribadi yang paling langsung
berkaitan dengan masalah penemuan makna hidup. Humor juga terkait
erat dengan kepribadian yang matang dan sehat, seperti u:saha
memperluas diri, hubungan ramah dengan orang lain, menerima keadaan
diri, bersikap relalistik, meyakini dan menghayati suatu filsafat hidup yang
integratif, dan bersikap objektif terhadap diri sendiri (Allport dalam
Bastaman, 1996).
Terkait dengan ini, humor sangat melekat sekali dalam kes1~harian
masyarakat Betawi. Seperti guyonan-guyonan dan banyolan menghiasi
pergaulan, adat dan budaya Betawi. Dimana, ada saja kata-kata yang
terkesan 'kocak dan konyol' yang sarat akan humor, namun juga banyak
mengandung pesan serta memiliki kekuatan dalam menjalin
kekeluargaan. Sebagaimana yang telah dikatakan Ridwan Saidi (1994)
bahwa humor telah menjadi bumbu dalam kehidupan mere~;a, tatkala
susah, maupun senang. Kebanyakan masyarakat Betawi mampu melucu
karena kelucuan itu dapat membangun optimisme dalam menghadapi
kehidupannya. Selain itu, humor juga dapat mengekalkan
silaturrahim/persaudaraan yang berfungsi menguatkan solidaritas dan
transformasi nilai-nilai luhur, dan kesemuanya itu mencerminkan hidup
yang bermakna.
60
Berdasarkan uraian di alas, walaupun belum ada penelitian yang
menjelaskan hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan
hidup, namun untuk membuktikan dan memperkuat teori-teori yang ada
maka peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian guna
mendapatkan informasi mengenai hubungan antara sense of humor
dengan makna hidup.
Gambar 1.1. Bagan Kerangka Berpikir
Pencarian - Penghayatan - Penemuan Hid up Makna Hidup Makna Hidup Makna Hidup
r· Bermakna
Metode : Paradoxical Intention ~ dengan memanfaatkan kualitas
insani yaitu dengan humor
I Sense of humor Masyarakat Betawi
2. 5. Hipotesa
Ho menyatakan bahwa:
Secara umum tidak ada hubungan antara sense of humor d13ngan
kebermaknaan hidup, adapun secara khusus yaitu:
1. Tidak ada hubungan antara aspek humor production dengan
kebermaknaan hidup
61
2. Tidak ada hubungan antara aspek uses of humor for coping dengan
kebermaknaan hidup
3. Tidak ada hubungan antara aspek social uses of humor dengan
kebermaknaan hidup
4. Tidak ada hubungan antara aspek attitudes toward /1umor and
humorous people dengan kebermaknaan hidup
H1 menyatakan bahwa :
Secara um um ada hubungan antara sense of humor dengan
kebermaknaan hidup, adapun secara khusus yaitu:
1. Ada hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaan hidup
2. Ada hubungan antara aspek uses of humor for coping dengan
kebermaknaan hidup
3. Ada hubungan antara aspek social uses of humor dengan
kebermaknaan hidup
4. Ada hubungan antara aspek attitudes toward humor ancf humorous
people dengan kebermaknaan hidup
BAB3
METODE PENELITIAN
Dalam melaksanakan suatu penilitian, metode penelitian merupakan bagian
yang sangat penting dan sangat menentukan sukses atau tidaknya
pelaksanaan penelitian tersebut, sebab metode penelitian merupakan
panduan peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian.
3.1. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini aclalah
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menel<ankan analisisnya pada
data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistik. (Saifuddin
Azwar, 1997).
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi
deskriptif. Dengan metode ini dapat memastikan berapa besar yang
disebabkan oleh satu variabel dalam hubungannya dengan variasi yang
disebabkan oleh variabel lain (Sevilla, 1993).
63
- 3.1.1. Variabel penelitian
Sevilla (1993), menjelaskan variabel adalah suatu karakteristik yang
mempunyai dua atau lebih nilai atau sifat yang satu sama lain terpisah.
Adapun menurut Kerlinger (1973) menyebutkan variabel sebagai konstruk
atau sifat (properties) yang diteliti (dalam Sevilla, 1993). Variabel terbagi
menjadi dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel
terikat (dependent variable). Variabel bebas (independent variable) adalah
sifat atau karakteristik yang mengakibatkan hasil atau sasaran berbeda atau
bervariasi. Adapun variabel terikat (dependent variable), hasil atau objek dari
studi atau penelitian (Sevilla, 1993). Adapun dalam penelitian ini, yang
menjadi l<edua variabel adalah :
1. Variabel bebas
2. Variabel terikat
Sense of humor (rasa humor)
Kebermaknaan hidup
3.1.2 Operasionalisasi variabel
Variabel sense of humor dalam penelitian ini diukur dari aspek dan indikator
yang dikemukakan oleh Thorson dan Powell (1993). Sedangkan pada
variabel kebermaknaan hidup, diukur dari aspek dan indikato1· yang
dikemukakan oleh Crumbaugh & Maholick (1973). Rincian aspek dan
indikator yang digunakan dalam pengukuran, sebagai berikut:
a. Aspek sense of humor menurut Thorson dan Powell (1993) yang diukur,
dibagi menjadi empat dengan indikator sebagai berikut:
1. Humor Production: Bagaimana seseorang dapat menghasilkan,
memproduksi atau melontarkan humor.
2. Uses of Humor for Coping: Yakni penggunaan humor dalam
menghadapi masalah (coping), mengatasi situasi sulit dengan
menggunakan humor.
3. Social Uses of Humor: penggunaan humor untuk tujuan sosial.
4. Attitudes Toward Humor and Humorous People: Sikap-sikap individu
terhadap humor dan terhadap orang-orang yang humoris.
b. Kebermaknaan hidup yang diukur dalam penelitian ini menggunakan
kreteria yang dijelaskan oleh Crumbaugh & Maholick (Paloutzian dalam
Nihayah, 2001) yaitu :
1. memiliki tujuan yang jelas
2. memiliki perasaan bahagia
3. memiliki tanggung jawab
4. memiliki alasan keberadaan (eksistensi)
5. memiliki kontrol diri
6. tidak merasa cemas akan kematian
64
65
3.2. Pengambilan Sampel
-~ 3.2.1 Populasi dan sampel
Populasi adalah kelompok besar yang merupakan generali~;asi. Adapun
sampel adalah kelompok kecil yang diamati (Sevilla, 1993). Kerlinger (1973),
mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan anggota, kejadian, atau objek
objek yang telah ditetapkan dengan baik. Ferguson (1976) mendefinisikan
sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang ditarik dari populasi
(dalam Sevilla, 1993).
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat Betawi
Pondok Cabe RW. 010 Kampung Cipayung- Poncol Kee. Pamulang Kab.
Tangerang. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Betawi
yang tinggal di RT. 001 Kampung Cipayung - Ponca! Kee. Pamulang Kab.
Tangerang.
3.2.1. Teknik pengambilan sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik purposive sampling, yaitu pemilihan responden berdasarkan atas ciri
ciri/sifat-sifat yang sesuai dengan karakteristik subyek penelitian yang telah
ditetapkan sebelumnya. Seperti diungkapkan oleh Gay (1976), dimana
semua anggota atau subjek penelitian tidak memiliki peluang yang sama
66
untuk dipilih sebagai sampel. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan
- pertimbangan karena dalam pelaksanaannya digunakan pertimbangan hal
hal tertentu yang dikenakan ke dalam sub-kelompok (Sevilla, 1993). Adapun
karakteristik sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
• Masyarakat Betawi asli
• Laki-laki atau perampuan pada usia 18 - 40 tahun.
• Subjek telah menyelesaikan pendidikan minimal SL TP sederajat. Karena
diduga dengan tinggkat pendidikan tersebut, subjek telah mampu
membaca dan memahami instruksi pertanyaan-pertanyaan yang terdapat
dalam kuesioner penelitian.
Mengenai pengambilan jumlah sampel, Gay (1976) mengatakan, bahwa
jumlah sampel untuk penelitian deskriptif yaitu 1 O persen dari populasi. Untuk
populasi yang sangat kecil diperlukan minimum 20 persen. Adapun untuk
penelitian korelasi jumlah sampel yaitu 30 subjek.
Mengingat sangat kecilnya populasi, maka pada penelitian ini mengambil
sampel sebanyak 35 persen atau 30 orang dari 86 jumlah orang Betawi asli
yang memiliki kartu keluarga (KK). Data responden terlampir.
67
3.3. Pengumpulan Data
·- Guna memperolah data yang objektif, peneliti menggunakan metode
pengukuran atau skala. Kerlinger (dalam Sevilla, 1993), mendefinisikan skala
sebagai suatu perangkat simbol atau angka-angka dalam bentuk simbol atau
angka yang ditetapkan menurut aturan individu (atau tingkah-laku mereka) di
mana skala ditetapkan, penetapan dinyatakan melalui pemilikan individu
skala apa saja yang dianggap perlu diukur. Skala yang digunakan untuk
mengukur sense of humor dan kebermaknaan hidup yaitu Skala Likert.
Guna menghindari kecenderungan responden untuk "mengamankan" dan
untuk menempatkan jawaban mereka di tengah sebagai an9ka netral (dalam
Sevilla, 1993). Maka peneliti menghilangkan angka netral dan mengurangi
skala menjadi empat angka, yaitu: Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan
Sangat Tidak Setuju.
Tabel 3.1. Penskoran skala Likert
Sangat Setuju Tidak Sangat Pernyataan Setuju (SS) (S) Setuju Tidak Setuju
(TS) (STS) Favorable 4 3 2 1
Unfavorable 1 2 3 4
68
Alat ukur sense of humor dalam penelitian ini menggunakan
- Multidimensional Sense of Humor Scale (MSHS; Thorson & Powell, 1993)
yang telah diadaptasikan oleh Rena Latifa (2006) dalam tesisnya yang
berjudul "Adaptasi A/at Ukur Rasa Humor 'Multidimensional sense of humor
scale' (Adaptasi, uji re/iabelitas dan validitas) Pada Kelompok Sampel
Masyarakat Umum di JABODETABEK". Terdiri dari 24 item pernyataan rating
scale type liker! yang menunjukan kofesien validitas dan reliabelitas yakni
sekitar 0.92, artinya skala ini cukup baik untuk digunakan pada populasi
Indonesia. Namun, dikarenakan perbedaan karakteristik, maka dalam
penelitian ini jumlah pernyataan item dimodifikasi dan ditambahkan guna
menguji validitas skala menjadi 50 item dan disesuaikan dengan karakteristik
subjek.
Tabet 3.2. Dimensi skala dan nomor item sense of humor (sebelum uji coba)
Nama lndikator Nomoritem Jumlah dimens!/aspek FV UF Humor production Bagaimana 1,3,6,7,8, 2.4,5,9, 11
seseorang dapat 11 10 menghasilkan, memproduksi atau melontarkan humor.
Uses of humor Penggunaan humor 14, 15, 19, 12,13,16, 14 for coping dalam menghadapi 20,21,22, 17, 18,24,
masalah (coping), 23 25 mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor.
Social uses of Penggunaan humor 26,27,28, 29,31,32, 11 humor untuk tuiuan sosial. 30,34,36 33,35 Attitudes toward Sikap-sikap individu 37,38,42, 39,40,41, 14 humor and terhadap humor dan 44,45,46 43,47,48, humorous people terhadap orang- 49,50
orang yang humoris. Ju ml ah 25 25 50
Adapun alat ukur untuk mengukur makna hidup menggunakan Skala Likert
sebagai modifikasi dari alat PIL Test yang dikembangkan oleh James C.
Crumbaugh & Maholick (dalam Nihayah, 2001 ). Dengan alcisan, guna
memudahkan subjek untuk memahami dan mengisi angket penelitian.
Namun untuk menguji validitas ska la, maka jumlah item pernyataan
ditambahkan sebanyak 35 item yang terdiri 18 item favoura.ble (positively
phrased) dan 17 item unfavourable (negatively phrased) yang disesuaikan
dengan karekteristik subjek.
Karaktristik dan konsep makna hidup menurut James C. Crumbaugh &
Maholick ( dalam Paloutzian Nihayah, 2001) membagi menjadi 6 tema yaitu
sebagai berikut:
69
Tabel 3.3. Dimensi dan distribusi nomor item skala ma~ma hidup
(sebelum uji coba)
70
Terna atau konsep F . UF Jumlah 1. memiliki tujuan yang jelas 1,2 3,4,5 5
2. memiliki perasaan bahagia 6,8,9, 10, 12 7, 11, 13,35 9
3. memiliki tanggung jawab 14 16 2
4. memiliki alasan keberadaan 15,17,21, 18,19,20, 11
( eksistensi) 23,24 22,25,26
5. memiliki kontrol diri 27,28,33,31 29,30. 6
6. tidak merasa cemas akan 32 34 2
kematian
Jumlah 18 1'7 35 •.
Berdasarkan hasil uji coba untuk menguji validitas dari kedua skala yang
disebarkan kepada 30 subjek. Pada skala sense of humor yang tel ah
dimodifikasi menjadi 50 item, maka terdapat 29 item yang valid dan 21 item
yang tidak valid. Adapun nomor-nomor item valid yang digunakan terdiri dari:
1, 6, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 18, 20, 21, 24, 27, 30, 33, 34, 36, 37, 39, 40,
41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 50. Berikut ini adalah distribusi nomor item skala
sense of humor yang digunakan setelah diujicobakan.
71
Tabel 3.4. Dimensi skala dan nomor item sense of humor (setelah uji coba)
-Nama lndikator .. . Nomoritem Jumlah
dimensi/aspek . FV UF Humor production Bagaimana 1,6, 11 9, 10, 5
seseorang dapat menghasilkan, memproduksi atau melontarkan humor.
Uses of humor Penggunaan humor 14, 15,21, 13., 16, 18, 8 for coping dalam menghadapi 20 24
masalah (coping), mengatasi situasi sulit dengan menggunakan humor.
Social uses of Penggunaan humor 27,30,36, 33 5 humor untuk tujuan sosial. 34 Attitudes toward Sikap-sikap individu 37,42,44, 39,40,41, 11 humor and terhadap humor dan 45,46 43,47,50 humorous people terhadap orang-
orang yang humoris. Jumlah 13 16 29
Adapun hasil uji coba pada skala makan hidup yang memodifikasi dari PIL
Test menjadi 35 item, maka terdapat 23 item yang valid dan 12 item yang
tidak valid. Adapun nomor-nomor item yang valid meliputi dari nomor: 1, 2, 3,
4, 5, 6, 8, 9, 10, 12, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 35. Berikut
ini adalah item skala makna hidup yang digunakan setelah diujicobakan.
Tabel 3.5. Dimensi dan distribusi nomor item skala makna hidup
(setelah uji coba)
72
Terna atau konsep Nomorltem Jumlah .
FV UF 1. memiliki tujuan yang jelas 1,2 3,4,5 5
1. memiliki perasaan bahagia 6,8,9,10,12 35 6
2. memiliki tanggung jawab - 16 1
3. memiliki alasan keberadaan 21,23 18,19,22 5
( eksistensi)
4. memiliki kontrol diri 27,28 29,30, 4
5. tidak merasa cemas akan 32 34 2
kematian
Ju ml ah 12 11 23 -
3.4. Teknik Uji lnstrumen
3.4.1 Uji validitas skala
Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui aspek suatu skala psikologi
mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukuran.
Validitas skala sikap banyak disandarkan pada relevansi isi pernyataan yang
disusun berdasarkan rancangan yang tepat karena skala yang disusun
berdasarkan ukur yang teridentifikasi dengan baik dan dibatasi dengan jelas
secara teoritik akan valid. Untuk menguji besarnya validitas instrumen
penelitian, peneliti menggunakan rumus Product Moment PE1arson (Saifuddin
Azwar, 2004) dengan rumus:
73
= Angka indeks korelasi "r" product moment Keterangan: rxy l_xy l_x l..Y n
= Jumlah hasil perkalian antara skor item dan skor total = Jumlah skor item = Jumlah skor total = Jumlah subyek
3.4.2 Estimasi reliabilitas skala
Untuk menguji reliabilitas instrumen penelitian, peneliti menggunakan rumus
Alpha Cronbach (Saifuddin Azwar, 2004), yaitu:
Keterangan: s1, dan s
2, = Varians skor belahan 1 dan varian:s skor
belahan 2 s x' = Varians skor skala
3.5. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian deskriptif korelasional, besar atau tingginya hubungan antar
variabel dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Untuk menganalisis
data yang diperoleh dan mengetahui ada tidaknya korelasi antara dua
variabel, peneliti menggunakan teknik statistik korelasi Product Moment
Pearson (Saifuddin Azwar, 2004) dengan rumus:
74
Keterangan: rxy = Angka indeks korelasi "r" product moment "[_xy = Jumlah hasil perkalian antara skor sense of humor dan
skor kebermaknaan hidup "[_x = Jumlah skor sense of humor "[_y = Jumlah skor kenermaknaan hidup n = Jumlah subyek
lnterpretasi koefisien korelasi mengacu pada ketentuan di bawah ini (dalam
Lily & Sulistiyono, 2005), yaitu:
r = + 1 I mendekati + 1 ~
r= - 1 I mendekati - 1 ~
arti: derajat hubungan kuat, arah hubungan
searah Oika X ~aka Y /~
arti: derajat hubungan kuat, arah hubungan
searah Oika X / mak/' )
r= 0 I mendekati 0 ~ arti:tidak ada hubungan/hubungan lemah
Dalam pengolahan data peneliti menggunakan program SPSS Versi. 11.5
guna membantu proses penghitungan.
75
··~ 3.6. Tahapan Penelitian
1. Tahap Persiapan
• Menyusun proposal penelitian
• Memilih problematika dan judul penelitian
• Menentukan rumusan dan batasan masalah
• Menentukan variabel penelitian
• Merumuskan hipotesis penelitian
• Menyusun landasan penelitian dan kajian pustaka
• Menentukan subyek dan lokasi penelitian
• Menentukan instrumen pengumpulan data penelitian
2. Tahap Pengambilan Data
• Menyusun instrumen penelitian
• Menyiapkan subyek penelitian
• Melaksanakan uji coba instrumen
• Merevisi instrumen penelitian
• Melaksanakan tes
3. Tahap Pengolahan Data
• Melakukan skoring
• Menghitung hasil
• Membuat tabulasi data
4. Tahap Analisis
76
• Menganalisis data yang telah diperoleh
• Membuat hasil analisis
• Membuat kesimpulan dan saran
5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian
• Menulis keseluruhan prosedur penelitian beserta hasil dan analisisnya
6. Teknik Analisis Data
BAB4
PERSENTASI DAN ANALISA C>ATA
Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan pada bab 1, yang
intinya ingin mengetahui (1) Hubungan antara sense of humor dengan
kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi (2) Sejauhmana sense of
humor mempengaruhi kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi. Maka
didapatkan hasil penelitian terhadap 30 responden sebagai berikut :
4. 1. Gambaran Umum Subjek
Tabel 4.1. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelarnin
Jenis kelamin Frekuensi Prosentase Laki-laki 19 70%
Perempuan 11 30% Jumlah 30 100 %
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui, bahwa jumlah keseluruhan subjek
terdiri dari laki-laki sebanyak 19 orang atau 70 % adapun pe>rempuan
sebanyak 11 orang atau 30 %.
Tabel 4.2. Gambaran subjek berdasarkan usia "
.
Rentang usia Frekuensi Prosentas e 18 tahun 2 6,66% 19 tahun 1 3,33% 20 tahun 2 6,66% 21 tahun 1 3,33 % 22 tahun 0 0 23 tahun 3 10 % 24 tahun 3 10 % 25 tahun 2 6,66% 26 tahun 0 0 27 tahun 1 3,33 % 28 tahun 1 3,33% 29 tahun 2 6,66% 30 tahun 0 0 31 tahun 1 3,33 % 32 tahun 4 13,33 % 33 tahun 1 3,33% 34 tahun 1 3,33% 35 tahun 1 3,33 % 36 tahun 0 0 37 tahun 1 3,33 % 38 tahun 0 0 39 tahun 0 0 40 tahun 3 10 % Jumlah 30 100 %
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui, bahwa subjek yang d1teliti berusia
antara 18 - 40 tahun. Adapun subjek yang paling banyak adalah usia 32
tahun yakni berjumlah 4 orang atau 13,33 % sedangkan subjek paling
sedikit adalah usia 19, 21, 27, 28, 31, 33, 34, 35, 37 yakni berjumlah
masing-masing 1 orang atau 3,33 %. Namun ada beberapa usia yang
tidak didapati yakni usia 22, 26, 30, 36, 38, 39.
78
79
4.2. Presentasi dan Analisa Data
4.2.1. Uji instrumen penelitian
Berdasarkan uji instrumen penelitian diketahui bahwa hasil uji coba skala
sense of humor yang berjumlah 50 item disebarkan kepada 30 subjek,
maka diperoleh item valid sebanyak 29 item pada taraf si9nifikansi 0,05
sedangkan item yang tidak valid sebanyak 21 item dengan koefesien
reliabelitas Alpha= 0, 9053. item yang valid telah mewakili seluruh aspek
dan indikator yang telah dijelaskan Thorson & Powell (19B3).
Adapun pada skala kebermaknaan hidup setelah dilakukan uji instrumen
penelitian yang berjumlah 35 item disebarkan kepada 30 subjek, maka
diperoleh item valid sebanyak 23 item pada taraf signifikansi 0,05
sedangkan item yang tidak valid sebanyak 12 item dengan koefesien
reliabelitas Alpha= 0, 8896. item yang valid telah mewakili seluruh aspek
dan dimensi yang telah dijelaskan James C. Crumbaugh .~ Maholick
(1973). Hasil uji instrumen dalam bentuk tabel terlampir.
4.2.2. Uji normalitas
Hal yang perlu dalam melakukan analisis untuk mengolah data
selanjutnya adalah melakukan uji normalitas. Hal ini didasari oleh suatu
asumsi bahwa skor subyek pada kelompok merupakan estimasi terhadap
Berikut ini adalah gambar diagram Normal Q-Q Plot hasil SPSS 11.5.
Gambar 4.1. Scatterplot ska la sense of humor
Normal Q-Q Plot of sense of humor 2.0.-------------------
1.5
1.0
.5
0.0
<ti E -.5
0 z ~1.0 u
"' u © ~1.5 CL x w -2.0..._ ___ ~----~-----------
70 80 90 100 11(
ObseIWd Value
81
Dari gambar 4.1 di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel sense
of humor di sekitar garis lurus yang melintang dari pojok kiri bawah ke
kanan atas. Dengan demikian, data tersebut terdistribusi secara normal.
Tabel 4.6. Hasil uji normalitas skala kebermaknaan hidup
Kolmoaorov-Smirnov(al Shapiro-Wilk
Statistic di Sia. Statistic df Sin. Kebermaknaan .100 30 hidup . This 1s a lower bound of the true significance .
a Lilliefors Significance Correction
200(') .964 30 .382
82
Dari label 4.6 di atas diketahui bahwa hasil uji normalitas data pada skala
kebermaknaan hidup diperoleh signifikansi sebesar 0, 382 > 0, 05 artinya,
dapat dikatakan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal.
Berikut ini adalah gambar diagram Normal Q-Q Plot hasil SPSS 11.5.
Gambar 4.2. Scatterplot skala kebermaknaan hidup
Normal 0-0 Plot of makna hidup 2.0 ,---------------------.
1.5
1.0
.5
0.0
" -.5 E 0
~1.0 z "' il -1.5 ID a. x
-2.0 w 60 70 80 90
Observed Value
Dari gambar 4.1 di atas, dapat terlihat bahwa sebaran data variabel
kebermaknaan hidup di sekitar garis lurus yang melintang dari pojok kiri
ke kanan alas. Dengan demikian, data tersebut terdistribusi secara
normal.
Tabel 4.7. Gambaran subjek berdasarkan penyebaran :skor
Skala sense of humor
Statistic Std. Error sense of humor Mean 89.4000 1.31096
95°..ii Confidence Lower Bound 86.7188 Interval for Mean Upper Bound
92.0812
5°/o Trimmed Mean 89.2222 Median 89.5000 Variance 51.559 Std. Deviation 7.18043 Minimum 78.00 Maximum 104.00 Range 26.00 Interquartile Range 11.5000 Skewness .255 .427 Kurtosis -.689 .833
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa subjek penelitian yang
berjumlah sebanyak 30 orang, baik laki-laki maupun perempuan,
menunjukan skor sense of humorterendah yaitu 78,00 dengan rata-rata
89, 40. Sedangkan skor tertinggi yaitu 104, 00.
83
Tabet 4.8. Gambaran subjek berdasarkan penyebaran skor
Skala kebermaknaan hidup
Statistic Std. Error
kebermaknaan Mean 73.8333 1.20065 hid up 95o/o Confidence Lower Bound 71.3777
lnte1Val for Mean Upper Bound 76.2889
5°/o Trimmed Mean 73.5926 Median 73.0000 Variance 43.247 Std. Deviation 6.57625 Minimum 64.00 Maximum 89.00 Range 25.00 Interquartile Range 10.2500 Skewness .447 .427 Kurtosis -.483 .833
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa subjek penelitian yang
berjumlah sebanyak 30 orang, baik laki-laki maupun perempuan,
84
menunjukan skor kebermaknaan hidup terendah yaitu 64,00 dengan rata-
rata 73, 83. Sedangkan skor tertinggi yaitu 89, 00.
4.2.3. Uji hipotesis
Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan
rumus korelasi Product Moment Pearson, yaitu dengan cara
mengkorelasikan jumlah skor variabel sense of humor dengan variabel
kebermaknaan hidup, maka diperoleh dalam label berikut ini:
85
Tabel 4.9. Hasil uji hipotesa
Correlations
sense of kebern1aknaa humor. __ n hidup
.•. sense of humor Pearson 1 .192 Correlation
Sig. (2-tailed) .309 N 30 30
kebermaknaan Pearson .192 1
hid up Correlation Sig. (2-tailed) .309
~ N 30
Dari hasil penghitungan tabel 4.9 di alas, menunjukan hasil penelitian
bahwa sebagai berikut:
rt (5 % = 0,361) > (rh = 0, 192) < rt (1 % = 0, 463).
Alau dapal diartikan sebagai berikut:
r hilung sebesar 0, 192 adalah lebih kecil dari pada r label baik pada laraf
signifikansi 5 % (0, 361) maupun 1 % (0, 463). Berdasarkan kenyalaan ini,
maka dapal diinlerprelasikan bahwa:
Ho (yang menyalakan bahwa lidak ada hubungan antara sense of humor
dengan kebermaknaan hidup) dinyalakan dilerima. Sebaliknya H1 (yang
menyalakan ada hubungan anlara sense of humor dengan kebermaknaan
hid up) ditolak. Artinya, bahwa lidak ada hubungan yang signifikan anlara
sense of humor dengan kebermaknaan hidup.
86
Hasil penghitungan di atas, lebih rinci lagi dapat diketahui dengan
mengkorelasikan per-aspek dari sense of humor yang terdiri dari empat
aspek, yaitu aspek humor production, uses of humor for coping, social
uses of humor dan attitudes toward humor and humorous people dengan
kebermaknaan hidup, sebagai berikut:
Tabet 4.10. Korelasi antara aspek humor production dengan
kebermaknaan hidup
humor oroduction makna hidup
humor production Pearson Correlation 1 -.313 Sig. (2-tailed) .092 N 30 30
Kebermaknaan Pearson Correlation -.313 1 hidup Sig. (2-tailed) .092 N 30 30
Dari label di atas, dapat diketahui bahwa korelasi antara aspek humor
production dengan makna hidup yaitu -0,313. Artinya pada aspek humor
production ini tidak memiliki korelasi yang signifikan baik pada alpha 0,05
(0,36·1) maupun pada 0,01 (0,463), karena rh < rt.
Tabel 4.11. Korelasi antara aspek uses of humor for coping' dengan
kebermaknaan hidup
humor for I coping makna hidup I
humor for coping Pearson Correlation 1 .2231 Sig. (2-tailed) .236 N 30 30
Kebermaknaan Pearson Correlation .223 1 hidup Sig. (2-tailed)
.. .236
N 30 30 ·-
Dari label di alas, dapal dikelahui bahwa korelasi antara aspek uses of
humor coping dengan makna hidup yailu 0,223. Artinya pada aspek ini
lidak memiliki korelasi yang signifikan baik pada alpha 0,05 (0,361)
maupun pada 0,01 (0,463), karena rh < rt.
Tabel 4.12. Korelasi antara aspek social uses of humor dengan
kebermaknaan hidup
sosial uses of humor makna hidup
sosial uses of humor Pearson Correlation 1 .217 Sig. (2-tailed) .250 N 30 30
Kebermaknaan hidup Pearson Correlation .217 1
Sig. (2-tailed) .250
N 30 30
Dari label di alas, dapal dikelahui bahwa korelasi anlara aspek uses of
humor coping dengan makna hidup yailu 0,217. Artinya patja aspek ini
tidak memiliki korelasi yang signifikan baik pada alpha 0,05 (0,361)
maupun pada 0,01 (0,463), karena rh < rt.
87
88
Tabel 4.13. Korelasi antara aspek attitudes toward humor and humorous people
dengan kebermaknaan hidup
-~~~-
attitudes toward humor makna hiduo
attrtudes toward humor Pearson Correlation ·1 .246
Sig. (2-tailed) .191 N 30 30
makna hidup Pearson Correlation .241> 1 -- --· Sig. (2-tailed) .19'1 N 30 30
Dari tabel di alas, dapat diketahui bahwa korelasi antara aspek attitudes
toward humor and humorous people dengan makna hidup yaitu 0,246.
Artinya pada aspek ini tidak memiliki korelasi yang signifikan baik pada
alpha 0,05 (0,361) maupun pada 0,01 (0,463), karena rh < rt.
Dari penghitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dari keempat
aspek sense of humor tidak ada satu pun aspek yang memiliki korelasi
dengan kebermaknaan hidup, dan ini artinya secara keseluruhan sense of
humortidak berkorelasi dengan kebermaknaan hidup.
BABS
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Berdasarkan pertanyaan penelitian yakni ingin mengetahui ('I). Apakah ada
hubungan antara sense of humordengan kebermaknaan hid up pada
masyarakat Betawi Kelurahan Pondok Cabe Kampung Poncol RT. 001 RW.
01 O (2). Sejauhmana sense of humor mempengaruhi kebermaknaan hid up
pada masyarakat Betawi Kelurahan Pondok Cabe Kampung Poncol RT. 001
RW. 010. Maka didapatkan kesimpulan, diskusi dan saran sebagai berikut:
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa sense of humortidak berkorelasi secara signifikan dengan
kebermaknaan hidup pada masyarakat Betawi Kelurahan Pondok Cabe
Kampung Poncol RT. 001 RW. 010, pada alpha= 0, 05 (0,361) lebih besar
daripada r hitung (rh) = 0, 192. Jadi, H1 yang berbunyi ada hubungan antara
sense of humor dengan kebermaknaan hid up, ditolak. Sedan9kan Ho yang
menyatakan tidal< ada hubungan antara sense of humor denG1an
kebermaknaan hidup, diterima.
90
Hasil uji slatistik juga menunjukan bahwa dari keempal aspek sense of humor
tidak berkorelasi secara signifikan dengan kebermal<naan hidup, dapal
dil<elahui sebagai berikul :
a. korelasi anlara aspek humor production dengan kebermal<naan hid up
yailu -0,313<0,05 artinya r hilung lebih kecil daripada r label
b. korelasi anlara aspek uses of humor for coping dengan k13bermaknaan
hidup yailu 0,223<0,05 artinya r hilung lebih kecil daripada r label
c. korelasi anlara aspek social uses of humor dengan kebermaknaan hid up
yailu 0,217<0,05 artinya r hilung lebih kecil daripada r label
d. l<orelasi anlara aspek attitudes toward humor dengan l<ebermal<naan
hidup yailu 0,246<0,05 artinya r hilung lebih kecil daripada r label
5.2. Diskusi
Hasil penelitian menunjukan bahwa, sense of humor tidak berl<orelasi secara
signifil<an dengan kebermaknaan hid up. Hal ini berarti sense of humor yang
berada pada masyarakal Belawi tidak berkailan dengan kebmmaknaan
hidupnya. Jadi pencarian, penghayalan dan penemuan makna hidup tidak
lerkail dengan ada dan tidaknya sense of humor pada diri seseorang.
91
Berdasarkan temuan di alas dan berkaitan dengan pendapat bahwa humor
mempengaruhi kebermaknaan hidup, dimana kebermaknaan hidup dapat
ditemukan dan didapati dalam humor, menjadi tidak sejalan. Seperti yang
dikatakan Allport (1951 ), bahwa humor terkait dengan kepribadian matang
dan sehat yang ditandai dengan usaha memperluas diri, hubungan ramah
dengan orang lain, menerima keadaan diri, bersikap realistis dan bersikap
objektif terhadap diri sendiri serta menjadi sarana kearah pengintegrasian diri
yang mencerminkan hidup bermakna. Ungkapan ini menjadi tidak sejalan
setelah temuan penelitian ini menjelaskan bahwa tidak adanya keterkaitan
antara ada dan tidaknya sense of humor dengan kebermaknaan hid up pada
seseorang.
Begitu juga dengan temuan-temuan penelitian yang menjelaskan bahwa
humor berperan terhadap kesehatan mental yang mengarah kepada hidup
bermakna, menjadi kontras dari temuan ini. Seperti dikatakan Thorson &
Powell (1993), bahwa orang-orang yang humoris dikatakan sebagai orang
yang cenderung dapat survive berjuang 'melawan hidup'. Hal yang sama
dikatakan Miller (2003) bahwa lndividu yang memiliki sense of humor
diketahui sebagai individu-individu yang lebih termotivasi, ceria, dapat
dipercaya dan memiliki self-esteem yang tinggi, dan mereka juga cenderung
lebih mampu mengembangkan hubungan sosial yang hangat dan akrab.
92
Temuan-temuan tersebut menjadi tidak sejalan dengan temuan penelitian kali
ini.
Berdasarkan temuan di alas peneliti menganalisis, bahwa ternyata dalam
pencarian, penghayatan dan penemuan makna hidup masih banyak faktor
faktor lain yang dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup seseorang.
Faktor-faktor lain inilah yang membuat sense of humor tidak memiliki korelasi
secara signifikan dengan kebermaknaan hidup. Seperti yang dikatakan
Bastaman (1996), bahwa selain humor masih ada faktor-fal<lor lain yang
dapat mempengaruhi kebermaknaan hidup, diantaranya adalah: transendensi
diri, pengenalan dan pengembangan diri. Transendensi diri adalah
kemampuan khas insani dan merupakan salah satu karakteristik eksistensi
manusia yang sangat penting. Sebagaimana digambarkan oleh Rollo May
( dalam Basta man, 1996), transendensi diri sebagai kemampuan seseorang
untuk menyadari dan menilai pengalaman-pengalaman masa lalu dan masa
sekarang untuk diproyeksikan ke masa depan. Frankl (dalarn Bastaman,
1996) mengatakan "kapanpun seseorang mentransendensikan dirinya
sedemikian rupa, ia mencapai level somatis dan psikis serta memasuki a/am
manusiawi sejati. Alam ini dibentuk oleh dimensi baru, noetis; yaitu dimensi
spiritual". Dengan kata lain transendensi diri merupakan usaha seseorang
untuk mengkonsentrasikan dirinya kepada Tuhannya. Adapun pengenalan
diri dan pengembangan diri dalam perspektif psikologi, bera1ii pandangan
realistis dan objektif seseorang tentang dirinya sendiri dan lingkungannya,
seperti kemampuan, sikap, sifat, bakat, minat, motif, pemikiran, perasaan,
corak penyesuaian diri, dan makna hidup, baik yang telah teraktualisasi
maupun yang masih merupakan potensi. Selain itu pengenalan diri juga
dapat membantu mengenali secara sadar segi-segi keung9ulan dan
kelemahan-kelamahan dirinya untuk kemudian berusaha mengembangkan
segi-segi yang unggul dan mengurangi segi-segi yang lemah.
93
Bastaman ( 1996) menambahkan bahwa, faktor penting lainnya yang dapat
mempengaruhi kebermaknaan hidup adalah encounter, yaitu hubungan
mendalam antara seorang pribadi dengan pribadi yang lain. Dimana,
hubungan ini bukan hanya sebatas pada pergaulan dan keakraban semata.
Namun hubungan ini lebih ditandai dengan penghayatan ke,akraban dan
keterbukaan, serta sikap dan kesediaan untuk saling menghargai, memahami
dan menerima sepenuhnya satu sama Jainnya. Hubungan ini juga semata
mata bukan hanya didasari oleh pertimbangan rasional, melainkan lebih
diwarnai oleh alasan-alasan emosional, dalam hal ini rasa kasih sayang.
Temuan ini juga menjelaskan bahwa sense of humor yang terdiri dari empat
aspek seperti yang dijelaskan Thorson & Powell (1993) yakni, humor
production, uses of humor for coping, social uses of humor clan attitudes
toward humor tidak memiliki korelasi secara signifikan dengan kebermaknaan
94
hid up. Ini artinya, sense of humor pada masyarakat Betawi Pondok Cabe
Kampung Poncol tidak memiliki kaitan terhadap pancarian, penghayatan dan
penemuan makna hidupnya, namun hanya sebatas pada sebagai sarana
untuk menghibur diri dan menjalin keakraban dalam pergaulan. Hal ini
senada dengan pendapat Ridwan Saidi (2001) yang mengatakan bahwa
humor orang Betawi hanya sebatas sebagai bumbu dalam kehidupannya,
tatkala susah, maupun pula senang, dan memang kebanyakan dari
masyarakat Betawi memiliki kemampuan untuk melucu karena masyarakat
Betawi memiliki sifat humoris. Perilaku 'kocak dan konyol' orang Betawi yang
terlontarkan dari banyolan-banyolannya, menjadi sebuah sarana untuk
menghibur diri dan mengekalkan silaturahmi/persaudaraan semata.
Gamba ran ini menjelaskan bahwa ada beberapa teori sense of humor yang
telah penulis kemukakan memiliki kesesuaian, seperti penjEilasan mengenai
aspek-aspek sense of humor yang dikemukakan oleh Martin (1989),
diantaranya adalah (1 ). aspek sense of playfulness yakni kElmampuan berada
dalam kondisi yang senantiasa baik, menyenangkan, in good a mood (2).
aspek penggunaan humor sebagai mekanisme dalam beradaptasi, yakni
kemampuan 'menertawakan situasi' atau mengatasi situasi sulit dengan
menggunakan humor, dan (3) kemampuan menggunakan humor dalam
hubungan sosial: meredakan situasi sosial yang tegang atau kaku,
meningkatkan solidaritas dalam kelompok. Adapun jenis humor yang
seringkali terlontarkan pada masyarakat Betawi yakni lebih f;epada
95
kemampuan verbal yang tercermin dalam banyolan-banyolan kocak ljoke)
dan terkadang bersifat menyindir (sarkatis). Namun banyolan dan sindiran
pada kebanyakan masyarakat Betawi bukan berarti secara terbuka yang
mengakibatkan orang tersinggung dan sakit hati, tetapi masih ada batasan
batasan dan etika bercanda yang menjadi bahan pertimbangan, hal ini guna
menghindarkan pertentangan.
5. 3. Saran
Berdasarkan temuan di alas, maka penulis dapat menyarankan kepada
seluruh pembaca dan peneliti-peneliti selanjutnya sebagai berikut:
1. Bagi para peneliti selanjutnya disarankan untuk memperhatikan dan
melibatkan faktor-faktor lain disamping humor yang dapat mempengaruhi
kebermaknaan hidup.
2. Penelitian selanjutnya disarankan, selain meneliti sikap individu terhadap
humor juga dikembangkan untuk meneliti perbedaan jenis-jenis humor,
sebab jenis humor terkait dengan aspek sense of humor.
3. Disarankan pula bagi peneliti untuk menggunakan sampel penelitian pada
masyarakat secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz. (2002). Islam dan Masyarakat Betawi. Jakarta : Logos.
Abdullah Al Qarni, 2003, lbtasim. Tersenyumlah. Ayip Faishol (terj). Jakarta.
Pustaka Azzam.
Ahmad Yunus, dkk. (1993). Arti dan Fungsi Upacara Tradisional Daur Hidup
Pada Masyarakat Betawi. Jakarta : Depdikbud.
American Association for Theraputic Humor. Humor Therapy,
http://findartices.comlplarticleslmi g2603/is 0004/ai2603000435
Aries Taufiq Kurniawan. (2006). Manajemen Tertawa. http://vvww.percikan
iman.com/modules.php?
Bastaman, H.D. (1996). Meraih Hidup Bermakna: Telaah atas Pribadi
dengan Pengalaman Tragis. Jakarta : Penerbit Paramadina.
-------------------. (2001). lntegrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi
lslami. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Chaplin, J.P. Dictionary of Psychology, Kamus Lengkap Psikologi. Kartini
Kartono (terj). 2005. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Chapman, Tony & Foot, Hugh. (1976). Humor and Laughter: Theory
Research and application. Dalam. Jhon Willey & Sons (ed). New York :
Prentice Hall.
Darmo. (2005). Tertawa itu Bikin Kebal. Pusat Studi Humor Untuk
Peradaban: http://www. vision .net. id/detail. php?id=2133
Edi Koeswara. (1992). Logoterapi: Psikoterapi Victor Frankl. Yogyakarta:
Kanisius.
Hartanti & Soerjantini Rahayu. (2002). Peran Sense Of Humor Pada Dampak
Negatif Stres Kerja. Anima Indonesia Psychological Journal, vol.18,
no.4, 393-408.
Hanna, A. Willard. (1998). Hikayat Jakarta. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Humor: an Antidote for Stress originally in Holistic Nursing Practice, 1996,
Vol.10 #2, pp49-55).
Komaryatun. (2004). Peran Sense Of Humor Pada Kreativitas Mahasiswa
Fakultas Psikologi U/, Skripsi. Depok : Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia.
Kusmulyana. Humor yang lslami:http://www.angelfire.com/id/kpii/bulletin3.ht
ml
Mc. Ghee P. (1980). Development of the sense of humour in childhood:
Alongtudinal study. In P.E McGhee & AJ. Chapman (ed), Children's
Humour (pp.213-244). Chichester. UK: Jhon Wiley.
--------------. (1998). How to develop your sense of humor. Dubuque IA.
Kendall-Hunt Pub http://www.jetshealth.com!artanistress.html.
Muhammad Nuruddin Al Mikki. Al Mikhtaaru min Nawaadiril Arabi wa
Tharaaifihum, Le/ucon Orang Arab. Fadhli Bahri (terj). 1995. Jakarta :
Darul Falah.
Muthahari, Murtadha. Perfect Man, Manusia Sempuma. M. Hashem (terj).
1993. Jakarta : Lentera.
Psychoneuroimmunology and Humor: http://www.holistic-online.com/Humor
Theraphy/humor mcghee article.htm.
Qomaruddin. (2000). Dzikir Sufi: Menghampiri llahi Lewat Tasawuf. Jakarta :
Serambi llmu Semesta.
Rachmat Ruchiat. (2002). lkhtisar Kesenian Betawi. Jakartai : Dinas
Kebudayaan OKI.
Rena Latifa. (2006). Adaptasi A/at Ukur Rasa Humor' Mu/tkiimensiona/
Sense Of Humor Scale' (Adaptasi, Uji Reliabi/itas dan Validitas) Pada
Kelompok Sampel Masyarakat Umum Di JABODETABEK. Tugas Akhir
Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok : Jakarta. '
Ridwan Saidi. (1997). Profil Orang Betawi: Asal Muasal Kebudayaan dan
Adat lstiadatnya Jakarta : PT Gunarsa Kata.
---------------. (1984). Islam dan Mora/itas Pembangunan. Jakarta : PT Pustaka
Panjimas.
---------------. (2000). Warisan Budaya Betawi. Jakarta : LSIP dan Pemda OKI.
Sagimun, M.D. (1988). Jakarta dari Tepian Air ke Kata Proklamasi. Jakarta :
Dinas Museum dan Sejarah.
Saifuddin Azwar. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sarlito Wirawan Sarwono, 1996, Aspek Psiko-Sosial Dari Humor, Seminar
Humor Nasional, Semarang.
Sevilla, dkk. An Induction to Research. Pengantar Metode Penelitian.
A/imuddin Tawu (terj). (1993). Jakarta: UI Press.
Sudjargi Harisan Arsyad. (1993). Ketakwaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa
: Dalam Berbagai Sistem Sosial Budaya Masyarakat di Indonesia.
Jakarta : Depag Sadan Penelitian dan Pengembangan •agama.
Toto Tasmara. (2001). Kecerdasan Ruhaniah: Transcendental lntellegence.
Jakarta : lnsani Press.
Umar Kayam. (1996). Kita dan Humor. Simposium Humor Nasional.
Semarang
Utami Munandar. (1996). Humor: Makna Pendidikan dan Penyembuhan
Suatu Tinjauan Psikologis. Seminar Humor Nasional. Semarang.
Victor Frankl. Man's Search For Meaning, Mancari Makna Hidup. Lala
Hermawati (terj). 1985. Bandung: Nuansa.
www.geocities.com/tokyo/9884/humor.lhtm
Lampiran
Validitas Skala Humor
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ****** RELIABI L I T Y ANALYSI s S C A L E (ALPHA)
N of
Statistics for Mean Variance Std Dev Variables SCALE 146.0000 207.1034 14.3911 50
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
VAROOOOl 143.2000 199.2690 . 3942 .9034 VAR00002 143.1333 202.4644 .2652 .9046 VAR00003 142.9333 201. 0989 .3084 .9043 VAR00004 143.5333 201. 0851 .2648 .9049 VAR00005 143.1667 204.5575 .1148 .9063 VAR00006 143.2000 196.9241 . 5726 .9016 VAR00007 143.5000 201. 0172 .3186 .9042 VAR00008 143.7667 199.3575 .3067 .9046 VAR00009 142.6667 194.9885 .6936 .9004 VAROOOlO 142.7333 201. 5126 . 4220 .9035 VAROOOll 143. 0667 202. 2713 .4524 .9035 VAR00012 142.9333 210.8230 -.1986 . 9103 VAR00013 142. 8000 193.0621 .6365 .9003 VAR00014 142.8333 198.5575 .4452 .9028 VAR00015 142.6667 195.1264 . 6250 .9008 VAR00016 143.0000 201.6552 . 4057 .9036 VAR00017 143.2000 199.5448 .2859 .9049 VAR00018 143.2000 198.2345 .3868 .9035 VAR00019 143.0333 203.2747 .1617 .9061 VAR00020 143.1667 192.4195 . 6402 .9002 VAR00021 143.3667 197.2747 .4039 .9033 VAR00022 143.8333 199.1092 .3529 .9039 VAR00023 143.2000 200.3034 .3110 .9043 VAR00024 143.3667 198.2402 . 4126 .9031 VAR00025 143.2667 201.9264 .2045 .9058 VAR00026 143.1000 203.1276 .2733 .9045 VAR00027 143.0333 197.2747 .4615 . 9026 VAR00028 143.3333 198.5057 .3518 .9039 VAR00029 143.0333 201. 5506 .2689 .9047 VAR00030 142. 7333 197.3057 .5224 .9020 VAR00031 143.2333 209. 4264 -.1232 .9105 VAR00032 143.4333 209.3575 -.1274 .9098 VAR00033 143.0667 192.2023 .5350 .9014 VAR00034 143.0333 194.8609 .5847 . 9011 VAR00035 142.9000 200.1621 .2771 .9049
Lampiran
VAR00036 142.7333 197.5816 .5599 .9018 VAR00037 142.7333 198.4092 . 3910 .9034 VAR00038 143.1333 202.7402 .2841 .9044 VAR00039 142. 8667 196.1195 .6660 .9009 VAR00040 142.8667 197.0851 . 5450 .9018 VAR00041 143.0000 192.2759 .6139 .9004 VAR00042 142.7000 201.0448 .4419 .9033 VAR00043 142.6667 198.9885 .5829 .9021 VAR00044 143.0333 196.1023 .5635 .9015 VAR00045 142. 9667 193.9644 . 6308 .9005 VAR00046 143.2667 194.7540 . 7377 .9001 VAR00047 143.1333 196.1885 .5474 . 9016 VAR00048 143.3000 202.7690 .2345 .9050 VAR00049 142.8333 200.0747 .3607 .9037 VAR00050 143.1000 198.3690 .4451 . 9028
Reliability Coefficients N of Cases 30.0 N of Items 50 Alpha .9053
Reliabilitas Skala Humor
****** Method 1 (space saver} will be used for this a.nalysis ******
RELIABI L I T Y ANALYS I S s c P. L E (ALPHA)
N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 87.8000 119. 5448 10.9337 29
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
VAROOOOl 85.0000 113.5862 . 3896 . 9240 VAR00006 85.0000 111. 7241 .5774 .9215 VAR00009 84.4667 110.1885 .7060 .9198 VAROOOlO 84.5333 115. 0851 .4412 .9233 VAROOOll 84.8667 115.7747 . 4628 .9234 VAR00013 84.6000 108.4552 .6630 .9200 VAR00014 84.6333 112.1023 .5120 .9223 VAR00015 84.4667 110. 3954 .6274 .9207 VAR00016 84.8000 115. 8207 .3593 .9241 VAR00018 85.0000 113. 0345 .3665 .9247 VAR00020 84. 9667 107.8954 . 6704 .9198 VAR00021 85.1667 111. 3161 .4439 .9237 VAR00024 85.1667 114.4885 .2953 .9256
Lampiran
VAR00027 84.8333 111. 8678 . 4712 .9230
VAR00030 84.5333 111. 4299 . 5706 .9215
VAR00033 84.8667 110 .1885 .4269 .9248
VAR00034 84.8333 109.9368 .6035 .9210
VAR00036 84.5333 111. 5678 .6198 .9210
VAR00037 84.5333 112. 6713 .4029 .9241
VAR00039 84.6667 110. 5057 . 7253 . 9198
VAR00040 84.6667 111. 6782 .5622 .9217
VAR00041 84.8000 108.9931 .5688 . 9216 VAR00042 84.5000 114.7414 .4593 .9231
VAR00043 84.4667 113. 0161 . 6179 . 9215 VAR00044 84.8333 110. 9713 . 5768 . 9214 VAR00045 84.7667 109.0816 .6629 .9201 VAR00046 85.0667 109.9954 .7527 . 9194 VAR00047 84.9333 111. 5126 .5258 .9221
VAR00050 84.9000 112. 5069 .4701 .9229
Reliability Coefficients N of Cases = 30.0 N of Items 29 Alpha .9246
Validitas Skala Makna Hidup
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C A L E (ALPHA)
N of Statistics for Mean Variance Std Dev Var2_ables
SCALE 106.7000 111. 8724 10.5770 35
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Al_pha
if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
VAROOOOl 103.4333 103.4954 . 6772 .8824 VAR00002 103.4667 105. 6368 .5061 .8852 VAR00003 103.6000 105.2828 . 5596 .8845 VAR00004 103.7333 104.6161 .5468 .8844 VAR00005 103.5000 105.5000 .3995 .8869 VAR00006 103.4000 104 .1103 . 6090 .8834 VAR00007 103.9000 106.9897 .2959 .8889 VAR00008 103.8667 105.4989 .4475 .8860 VAR00009 103. 8667 104.7402 .5063 .8849 VAR00010 103.7333 105.3057 .5483 . 8846 VAROOOll 103.8667 110.1885 .0930 . 8921 VAR00012 103.8667 104.4644 .5278 . 8846
Lampiran
VAR00013 103.5000 109.6379 .1457 .8910 VAR00014 103.8000 109.8207 .0928 .8931 VAR00015 104. 7333 110. 6161 .0490 .8936 VAR00016 103.3667 106.1713 .4795 .8857 VAROOOl 7 103.4667 107.4299 .3121 .8883 VAR00018 103.6333 99.1368 . 7311 . 8795 VAR00019 103.2667 105. 9264 .4807 .8856 VAR00020 104.0667 107.7885 .2043 .8913 VAR00021 103.6333 105.0678 .4463 .8860 VAR00022 103.5333 105.4299 .5010 .8852 VAR00023 103.9333 103.1678 .6536 .8825 VAR00024 103.7000 109.4586 .1945 .8899 VAR00025 103.5000 109.0172 .2592 .8889 VAR00026 103.4333 107.6333 .2885 .8888 VAR00027 103.5000 104.0517 .4663 .8856 VAR00028 103.4667 106. 9471 .4481 . 8864 VAR00029 103.2667 105.4437 .5231 .8850 VAR00030 103.4000 105.4207 .3826 .8873 VAR00031 103.9000 106.2310 .3484 .8879 VAR00032 103.7667 102.8747 .6074 .8829 VAR00033 103.4333 105.5644 .2942 .8900 VAR00034 103.7333 103.5816 .5317 .8843 VAR00035 103.5333 104.7402 .4644 . 8856
Reliability Coefficients N of Cases 30.0 N of Items 35 Alpha .8896
Reliabilitas Skala Makna Hidup
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S S C F. L E (ALPHA)
N of Statistics for Mean Variance Std Dev Variables
SCALE 71. 6000 71. 4207 8.4511 23
Item-total Statistics
Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha
if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
VAROOOOl 68.3333 64.9195 .6555 .8998 VAR00002 68.3667 66.1023 .5406 .9021 VAR00003 68.5000 65.9138 .5855 .9013 VAR00004 68.6333 65.6195 .5443 .9019 VAROOOOS 68.4000 66. 0414 .4193 . 9!)50
Lampiran
VAR00006 68.3000 65. 1138 .6188 .9004 VAR00008 68.7667 66.4609 .4299 .9044 VAR00009 68.7667 65.7023 .5046 .9028 VAR00010 68.6333 66.1023 .5540 .9019 VAR00012 68. 7667 65.4954 .5252 .9023 VAR00016 68.2667 66.8230 .4810 .9033 VAR00018 68.5333 61. 7057 .6944 .8979 VAR00019 68.1667 66.4195 .5050 .9028 VAR00021 68.5333 66.1885 .4225 .9048 VAR00022 68.4333 65.8402 .5443 .9020 VAR00023 68.8333 64.7644 . 6217 .9002 VAR00027 68.4000 65.1448 .4636 .9041 VAR00028 68.3667 67.4816 . 4450 .9040 VAR00029 68.1667 66.4195 .5050 .9028 VAR00030 68.3000 66.6310 .3454 .9070 VAR00032 68.6667 63. 7471 .6516 .8993 VAR00034 68.6333 64.5161 .5536 . 9017 VAR00035 68.4333 66.1851 .4174 . 9049
Reliability Coefficients N of Cases 30.0 N of Items 23 Alpha .9063
... _._ -- --- -· ··-···-· ,----·-··· -,. ----1
Nomor Item <es 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 > jl\ .JK
1 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 87 p 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 94 p
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 85 L 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 96 p
5 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 98 l 6 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 4 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1Jl4 L 7 4 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 97 L 8 3 3 4 3 3 1 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 1 4 85 L 9 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2 3 3 3 90 L 10 3 3 4 3 4 4 2 3 4 1 2 3 4 3 3 3 4 1 2 1 4 3 3 1 1 3 3 4 1 BO L 11 3 3 3 2 2 3 3 4 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 97 L 12 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 92 p
13 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 83 p
14 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 1 4 4 3 3 4 3 3 3 4 1 3 2 84 L 15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 89 L 16 4 4 4 3 4 3 4 2 4 4 1 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 2 3 1 96 L 17 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 93 L 18 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 93 L 19 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 4 4 3 1 3 4 3 3 4 2 4 93 L 20 3 3 2 2 3 2 4 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 4 4 2 2 2 4 3 3 3 3 1 1 78 p
21 2 2 4 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 94 L 22 3 3 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 4 4 3 1 3 86 L 23 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 ~ A A 4 4 4 4 ~ 2 3 104 p
~ ~ ~ .,
24 2 2 3 4 3 2 3 4 3 4 4 4 2 2 4 3 4 4 3 1 1 1 1 1 4 1 1 4 3 78 L 25 3 3 3 4 4 3 3 1 3 3 2 1 3 4 2 3 2 1 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 1 82 L 26 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 83 p
27 3 3 3 3 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 "$ 3 3 3' /!) ,137 p
28 4 3 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 1 4 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 81 p
29 3 3 3 4 3 3 3 1 3 3 3 1 3 4 1 3 2 2 4 4 3 4 3 4 3 4 1 3 1 82 p
30 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 91 L
'
Nomorltem Res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 >Y JK
1 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 2 4 79 p 2 1 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 80 p 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 69 L 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 89 p 5 3 3 3 1 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 2 2 1 2 3 64 L 6 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 3 2 3 3 79 L 7 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 73 L 8 3 1 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 80 L 9 2 4 3 2 2 3 2 3 3 2 3 4 3 4 2 3 2 4 3 4 2 2 2 64 L
10 2 2 1 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 4 2 4 71 L 11 4 3 3 3 1 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 82 L 12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3 2 3 70 p
13 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 2 4 79 p
14 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 78 L 15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 72 L 16 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 3 69 L 17 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 76 L 18 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 71 L 19 3 3 3 3 4 4 3 2 4 2 4 3 4 4 3 2 2 4 4 4 4 2 3 74 L 20 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 76 p
21 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 2 3 83 L 22 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 86 L 23 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 73 p
24 4 2 4 4 1 3 3 3 1 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 74 L 25 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3 68 L 26 3 3 3 3 3 3 4 2 4 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3 67 p
27 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3 67 p
28 3 3 3 3 2 3 4 2 3 2 2 3 3 2 3 4 3 2 3 4 2 3 3 65 p
29 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 3 3 67 p
30 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 2 4 3 4 4 4 3 70 L
Lampiran
Explore
Case ProcessinQ Summarv
Cases
Valid Missinq Total
N Percent N Percent N Percent sense of humor 30 100.0% 0 .Oo/o 30 100.0% makna hidup 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error sense of hum or Mean 89.4000 1.31096
95% Confidence Lower Bound 86.7188 Interval for Mean Upper Bound
92.0812
5% Trimmed Mean 89.2222 Median 89.5000 Variance 51.55!'.J Std. Deviation 7.1804:3 Minimum 78.01) Maximum 104.00 Range 26.00 Interquartile Range 11.5000 Skewness .25fi .427 Kurtosis -.68H .833
makna hidup Mean 73.833:1 1.20065 95% Confidence Lower Bound 71.3771' Interval for Mean Upper Bound
76.288fl
5o/o Trimmed Mean 73.5926 Median 73.0000 Variance 43.247 Std. Deviation 6.57625 Minimum 64.00 Maximum 89.00 Range 25.00 Interquartile Range 10.2500 Skewness .447 .427 Kurtosis -.483 .833
Lampiran
Correlations Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N humor production 15.5667 1.69550 30
makna hidup 73.8333 6.57625 30
Correlations
humor production makna hidup
humor production Pearson Correlation 1 -.313
Sig. (2-tai/ed) .092 N 30 30
makna hidup Pearson Correlation -.313 1 Sig. (2-tailed) .092 . I
N 30 30
Correlations Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N humor for coping 24.2333 2.23889 30 makna hidup 73.8333 6.57625 30
Correlations
humor for cooina makna hiduo
humor for coping Pearson Correlation 1 .223 Sig. (2-tailed) .236 N 30 30
makna hidup Pearson Correlation .223 1 Sig. (2-tailed) .236 N 30 30
Lampiran
Correlations
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N humor for coping 24.2333 2.23889 30
makna hidup 73.8333 6.57625 30
Correlations
humor for cooina makna hidup
humor for coping Pearson Correlation 1 .223 Sig. (2-tailed) .236 N 30 30
makna hidup Pearson Correlation .223 1 Sig. (2-tailed) .236
N 30 30
Correlations Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N sosial uses of humor 16.1667 1.93129 30 makna hidup 73.8333 6.57625 30
Correlations
sosial uses of humor makna hiduo
sosial uses of humor Pearson Correlation 1 217 Sig. (2-tailed) .250 N 30 30
makna hidup Pearson Correlation .217 1 Sig. (2-tailed) .250
N 30 30
Lampiran
Correlations Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N attitudes toward humor 33.4333 4.04017 30
makna hidup 73.8333 6.57625 30
Correlations
attitudes toward humor makna hiduo
attitudes toward humor Pearson Correlation 1 .246 Sig. (2-tailed) .191 N 30 30
makna hidup Pearson Correlation .246 1 Sig. (2-tai/ed) .191
N 30 30
Lampiran
f Tests o Normality
Kolmoaorov-Smirnovlal
Statistic df sense of humor .098 30 makna hidup .100 30
• This 1s a lower bound of the true Significance. a Lilliefors Significance Correction
sense of humor
Sia. .200(*)
.200(')
----
Statistic .962
.964
Normal Q-Q Plot of sense of humor
1.5
1.0'
.5'
0.0.
1i'i -.5 E 0 z ·1.0 "O <JJ 0 ,•
y
<JJ -1.5' ,,· a. x w ·2.0.
70 80
Obsef\€d Value
/
, ..
90
/ ./•
100
Shaoiro-Wilk
df Sia. 30 .352
30 .384
11C
Lampiran
Detrended Normal Q-Q Plot of sense of humor
.3
2
.1
-.0
<ii E -.1 0 z E
" .. .g ·.2 ..
> "' a •. 3
70 80 90 100 11(
Observed Value
Correlations
Descriotive Statistics
Mean Std. Deviation N sense of hurnor 89.4000 7.18043 30 makna hidup 73.8333 6.57625 30
C If orre a ions
sense of humor makna hidun
sense of humor Pearson 1 '192 Correlation Sig. (2-tailed) .309
N 30 30
makna hidup Pearson .192 1 Correlation Sig, (2-tailed) .309
N 30 30
nakna hidup
Normal Q-Q Plot of makna hidup 2.0 ________________ .. ,
1.5
1.0
.5
0.0
'iii E
-.5 /
0 -1.0 z
'O 2 . () -1.5 Q)
"-Jj -2.0
60 70 80 90
Observed Value
Detrended Normal Q-Q Plot of makna hidup
.4
.3
.2
. 1 'iii
g 00'---------~--~-----~ z E ,g ~. 1
;;; 0 -.2 <--------"-----~------J
60 70 80 90
Observed Value
PENGANTAR
Assa/amu'alaikum W1: Wb
Saya adalah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang menyusun skripsi yang berjudul "Hubungan antara sense of humor dengan kebermaknaian hidup pada masyarakat Betawi". Oleh karena itu, saya memohon kes13diaan Anda untuk menjadi responden pada penelitian ini dengan mengisi skala sikap yang telah tersedia, sesuai dengan kondisi yang Anda alami. Jika Anda bersedia, silakan mengisi biodata di bawah ini.
Usia
Jenis Kelamin
Pendidikan Terakhir
Status Perkawinan
tahun
: Laki-laki I Perempuan
: SL TP I SL TA I Perguruan Tinmii '
: Menikah I Belum Menikah '
Pada setiap bagian akan tersedia petunjuk pengisian, bacalah ter:ebih dahulu petunjuk pengisian sehingga jawaban yang Anda berikan seisuai dengan apa yang diminta.
Hasil penelitian akan sangat tergantung pada kejujuran jawaban yang anda berikan.
Sebagai peneliti, merupakan bagian dari etika penelitian bahwa saya berkewajiban menjaga kerahasiaan data Anda dan hanya rnenggunakannya untuk kepentingan penclitian. Untuk itu, saya berharap agar Anda memeriksa kembali jawaban-jawaban Anda untuk memastikan tidak ada bagian yang terlewati.
Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Ciputat, Januari 2007 Peneliti,
SU LAI MAN NIM: 102070026067
'caret yang tidak perlu dan tidak sesuai
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini terdapat butir-butir pernyataan, baca dan pahami baik-baik setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataanpernyataan tersebut sesuai dengan keadaan diri anda, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu dari empat nomor kotak yang tersedia di bagian kanan dari masing-masing pernyataan.
Jika jawaban Anda Sangat Tidak Setuju, silanglah STS Jika jawaban Anda Tidak Setuju, silanglah TS Jika jawaban Anda Setuju, silanglah S Jika jawaban Anda Sangat Setuju, silanglah SS
Contoh: >- Jika jawaban anda Sangat Setuju:
NO Pernyataan STS 1. Saya Menyukai lagu dangdut
TS
I s Is~ I
Tidak ada jawaban yang benar atau salah untuk setiap pernyataan. Seluruh jawaban adalah benar selama itu menggambarkan diri Anda.
Angket 1 Skala sense of humor
No Pernyataan STS TS s SS 1 Orang lain mengakui bahwa saya sering
melontarkan hal-hal vana lucu 2 Saya dapat merespon/membalas
ucapan orang lain dengan hal-hal yang kocak dan lucu
3 Menurut saya, membuat orang tertawa adalah pekerjaan vana sia-sia
4 Bagi saya, membuat orang tertawa membuat sava tidak akan dihormati
5 Saya seringkali berkata-kata diiringi denaan banyolan-banvolan kocak
6 Saya rasa banyak tertawa dan canda hanva buana-buana waktu saia
7 Guyonan dapat membantu saya meringankan beban hidup
8 Dengan canda dan tawa membuat hidup sava terasa bahaaia
No Pernyataan STS TS s SS 9 Saya memandang kata-kata kocak
merupakan kelemahan pada diri sava 10 Saya merasa malu ketika perkataan
sava iadi bahan tawaan oranq 11 Kesulitan dalam hidup saya terasa
ringan setelah saya melontarkan kata-kata kocak yang membuat orang tertawa
12 Ucapan-ucapan lucu dapat menumbuhkan kepercayaan diri saya
13 Sangat sulit bagi saya untuk ceria dalam kondisi vang sulit
14 Saya dapat menyemangati teman-teman dengan ucapan-ucapan canda dan ria
15 Banyolan-banyolan membuat saya semakin akrab dalam bergaul
16 menurut saya banyolan-banyolan membuat situasi meniadi kacau
17 Saya dapat meredakan situasi tegang danQan menQatakan hal-hal van!'.! lucu
18 Banyolan-banyolan saya membuat situasi obrolan meniadi semakin ramai
19 Saya senang dengan komentar-komentar kocak dan lucu
20 Saya merasa kesal setelah mendengar komentar-komentar bersifat banvolan
21 Saya merasa tidak nyaman terhadap banyolan-banyolan yang dilontarkan pada sava
22 Menurut saya banyolan bisa memunculkan permusuhan
23 Saya suka banyolan karena membuat situasi lebih bersahabat
24 Orang yang melontarkan lelucon adalah oranq van!'.! menvebalkan
25 Saya menghargai orang-orang yang melontarkan lelucon
26 Orang yang melontarkan banyolan adalah orang yang bersahabat
No 27
28
29
No 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Pernyataan Saya tak keberatan menjadi bahan tertawaan karena kekocakan saya Saya merasa risih jika ada orang yang melucu terhadap diri saya Orang yang seringkali melucu adalah orang yang ingin mencari perhatian
Angket 2 Skala Makna Hidup
Pernvataan Saya bersemangat sekali menjalani kehidupan sekarana ini Penilaian saya terhadap kemampuan untuk menentukan kebermaknaan hidup, manfaat dan tujuan cukup baik Dalam hidup ini, sasaran dan tujuan sava tidak ielas Kehidupan saya sehari-hari sangat membosankan Dalam mencapai tujuan hidup, saya tidak mengambil lanokah apa pun Saya merasa senang menjalani kehidupan saat ini Saya merasa puas dan senang dengan pekeriaan vana sava tekuni saat ini Kehidupan ini bagi saya tampak menaoairahkan Dalam mengerjakan tugas sehari-hari, saya mengerjakannya dengan sanang ha ti Saya sangat puas menjalani kehidup;rn saat ini Semua yang saya alami dalam hidup ini, adalah bukan tanaauna iawab sava Jika saya dapat memilih, saya akan memilih tidak akan pernah dilahirkan Keberadaan saya di dunia ini sepertinya sia-sia dan percuma Saya memandang dunia sangat baik, dalam kaitanya dengan hidup saya untuk menentukan kebermaknaan hidup, manfaat dan tujuan hidup
STS TS s SS
STS TS s SS
-· No Pernvataan STS TS s SS 15 Saya merasa bahwa hidup sava terasa
hampa dan hanya berisi kesusahan dan kesedihan
16 Hidup yang saya jalani saat in.: terasa banyak hal-hal yang baik dan menqqembirakan
17 Kemajuan dan keberhasilan hidup saya berada ditangan saya dan sayCJ mampu menqendalikannva
18 Saya terus berusaha sekuat tenaga supaya bisa keluar dari kesulitan hid up
19 Kemajuan dan keberhasilan hiclup saya ditentukan dan dikendalikan oleh orang lain
20 Pikiran untuk mengakhiri hidup sebagai jalan keluar sering terlintas dalam pikiran sava .
21 Saya tidak merasa cemas jika harus menqhadapi kematian:
22 Terhaclap kematian, saya merasa tidak siap dan takut mati
23 Hidup yang saya jalani saat ini, terasa
I ham pa
Mohon periksa jangan sampai ada yang terlewat ! Terima kasih atas kesediaan anda berpartisipasi dallam penelitian ini
SURAT KETERANGAN
Yang bertanda tangan di bawah ini rnenerangkan bahwa :
Narna : SULAIMAN
NIM : 102070026067
Jurusan : PSIKOLOGI
Perguruan Tinggi : UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Telah selesai rnelakukan pengurnpulan data (penelitian) di wilayah RT.
001 RW. 010 Kampung Cipayung - Poncol Kelurahan Pondok Cabe
Kecamatan Pamulang Kabupaten. Tangerang.
Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Pamulang, 25 Januari 2007
Mengetahui,