Download - HASIL KTI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kanker serviks merupakan kanker yang terbentuk pada serviks, yaitu
organ yang menghubungkan uterus dengan vagina. Kanker serviks adalah
keganasan paling umum kedua bagi wanita diseluruh dunia, dan merupakan
penyebab kematian utama akibat kanker bagi wanita di negara-negara
berkembang (Bagnato, 2002).
Angka kejadian kasar (crude incidence rate) dunia pada tahun 2002
sebanyak 16.0 dan angka kematian kasar (crude mortality rate) sebanyak 8.9 per
100.000 wanita per tahun. Berdasarkan data tahun 2002, kawasan Afrika Timur
merupakan pemecah rekor untuk angka kejadian dan angka kematian tertinggi
penyakit karsinoma serviks uteri. Pada daerah tersebut, diperkirakan terjadi 42,7
kasus karsinoma serviks uteri dan 34,6 kematian akibat karsinoma serviks uteri
per 100.000 penduduk. Kawasan Amerika Tengah memiliki angka perkiraan
kejadian karsinoma serviks uteri sebesar 30,6 kasus per 100.000 penduduk dan
18,7 kasus per 100.000 penduduk untuk kawasan Asia Tenggara (Cancer
Research UK, 2009).
Filipina, salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara
memiliki insidensi karsinoma serviks uteri sebesar 22,66 per 100.000 penduduk di
tahun 2003 (Haverkos, 2005). Pada tahun 2005, di negara Inggris diperkirakan
terdapat sebanyak 8,4 kasus karsinoma serviks uteri per 100.000 penduduk
(Cancer Research UK, 2009). Sedangkan data terakhir di Indonesia, angka
kejadian kasar untuk kanker serviks sebanyak 13.9 dan angka kejadian kasar
sebanyak 7 per 100.000 wanita per tahun. Indonesia turut menyumbangkan 2831
kematian akibat kanker serviks dari total 6948 kematian di ASEAN (WHO, 2010).
Kota Medan sendiri mempunyai prevalensi kejadian kanker serviks sebanyak 49
per 100.000 wanita pada tahun 2008 (Pardede., dkk, 2008).
Penyebab utama terjadinya kanker leher rahim yaitu Human Papiloma
Virus (HPV). DNA virus HPV telah terdeteksi lebih dari 90% dari squamous
1
intraepithelial lesions (SILs) (Garcia, 2009). Selain itu, menurut Rasjidi, (2008)
beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan terjadinya kanker leher rahim ini
adalah usia menarche, usia hubungan seksual pertama, dan jumlah pasangan
seksual.
Berdasarkan data yang didapat pada penelitian case control study di
Rumah Sakit dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) dijumpai faktor risiko kanker
serviks berupa umur >50 tahun, pendidikan tergolong rendah, tidak bekerja dan
berhubungan seksual pertama kali <20 tahun, jumlah pasangan lebih dari 1, dan
mempunyai anak ≥ 6 (Aziz, 2009). Dari penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.
Moewardi, Surakarta, didapati adanya hubungan yang bermakna antara usia
dengan kejadian kanker serviks (Setyarini, 2009).
Penelitian yang lain dengan judul Karakteristik Penderita Kanker leher
Rahim Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
Medan. Hasil penelitian ditemukan kecenderungan frekuensi penderita mengalami
peningkatan menurut garis persamaan, proporsi terbesar umur >40 tahun (76,8%),
suku Batak (49,5%), agama Islam (61,8%), pendidikan dasar (50,5%), pekerjaan
Ibu Rumah Tangga (78,2%), status kawin (73,6%), dari luar kota Medan (67,3%),
keluhan utama perdarahan pervaginam 38,2%, umur saat pertama kali kawin <20
tahun (75,5%), grandemultipara (61,8%), pernah menggunakan kontrasepsi
hormonal dan IUD (56,4%), stadium klinis berat (41,8%), dan pulang dengan
berobat jalan (68,6%), lama rawatan rata-rata 20,14 hari (Zai, 2008).
Selain itu, telah dilakukan penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth yang
berjudul Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat inap di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan tahun 2005 – 2008 dengan hasil: umur 45-55 tahun 58,0%; suku
Batak 66,7%; agama Kristen Protestan 53,6%; ibu rumah tangga 61,0%; status
kawin 97,2%; dan daerah tempat tinggal Kota Medan 53,6% (Handayani, 2009).
Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik merupakan salah
satu rumah tipe A di kota Medan, yaitu rumah sakit rujukan dan memiliki fasilitas
yang lengkap sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di rumah sakit
ini dengan melihat apakah ada hubungan antara karakteristik individu dengan
stadium klinis kanker serviks.
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan
adalah apakah ada Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Stadium
Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 – 2009.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui “Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan
Stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–
2009”.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui distribusi Karakteristik Individu Terhadap Terjadinya
Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 – 2009
yang meliputi Umur, Agama, Suku, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan,
Paritas, Riwayat Merokok, Riwayat Pernikahan, Umur Menikah dan
Stadium Klinisnya
2. Mengetahui Hubungan Karakteristik Individu dengan Stadium Klinis
Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada wanita
untuk mengetahui apa saja yang menjadi karakteristik individu
terhadap terjadinya kanker serviks untuk memeriksakan diri lebih
dini.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai bahan
informasi kepada petugas kesehatan dan rumah sakit pada umumnya
juga RSUP H. Adam Malik Medan khususnya dalam rangka
meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita
kanker serviks.
3
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin mengadakan
penelitian mengenai kanker serviks.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Kanker Serviks
2.1.1. Definisi Kanker
Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel yang tidak terkontrol dan abnormal. Karsinoma dapat
dicetuskan oleh faktor eksternal dan faktor internal yang memicu terjadinya proses
karsinogenesis (proses pembentukan kanker). Faktor eksternal dapat berupa
infeksi, radiasi, zat kimia tertentu, dan juga konsumsi tembakau, sedangkan
mutasi (baik yang diturunkan maupun akibat metabolisme), hormon, dan kondisi
sistem imun merupakan faktor internal (American Cancer Society, 2008).
2.1.2. Definisi Kanker Serviks dan Anatomi Serviks
Karsinoma serviks atau kanker leher rahim adalah karsinoma yang tumbuh
di daerah leher rahim (serviks), yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus)
dengan liang senggama (vagina) (Swierzewski, 1999). Bagian bawah serviks yang
terletak di vagina dinamakan porsio uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan
yang berada di atas vagina disebut pars supra vaginalis servisis uteri. Saluran yang
terdapat pada seviks, disebut kanalis servikalis, berbentuk sebagai saluran lonjong
dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar serviks,
berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu
saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di vagina
disebut ostium uteri eksternum (Winkjosasto, 2006).
2.1.3. Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Serviks
Faktor etiologi yang mendapat perhatian adalah infeksi Human Pavilloma
Virus (HPV). HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan
pada kanker dan prakanker. HPV dan DNA virus yang menimbulkan proliferasi
5
pada permukaan epidermal dan mukosa. Infeksi virus papiloma sering terdapat
pada wanita yang aktif secara seksual (Rasjidi, 2008)
Infeksi HPV terjadi dalam persentase yang besar pada wanita yang aktif
secara seksual. Kebanyakan dari infeksi virus ini sembuh sempurna dalam
beberapa bulan hingga tahun, dan hanya sebagian kecil saja yang berkembang
menjadi suatu kanker. Ini berarti bahwa diperlukan faktor-faktor penting lainnya
yang harus ada untuk mencetuskan suatu proses karsinogenesis (Garcia, 2009).
Faktor resiko terjadinya kanker serviks yang telah dibuktikan antara lain:
1. Hubungan seksual
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara
seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya,
wanita dengan pasangan seksual yang banyak dan wanita yang memulai hubungan
seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko terkena kanker serviks. Karena
sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa maka
wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan beresiko terkena
kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat pertama berhubungan
maupun jumlah pasangan seksual adalah faktor risiko kuat untuk terjadinya
kanker serviks (Rasjidi, 2008).
2. Karakteristik Pasangan
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung tetapi
sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol
menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks
aktif dengan pasangan yang melakukan seks berulang kali. Selain itu, pasangan
dari pria dengan kanker penis juga akan meningkatkan risiko kanker serviks
(Rasjidi, 2008).
3. Riwayat Ginekologis
Walaupun usia menarke atau menopause tidak mempengaruhi risiko
kanker serviks, hamil di usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen
persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan risiko (Rasjidi, 2008).
6
4. Agen infeksius
Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan Human Papilloma Virus
(HPV) sebagai penyebab neoplasia servikal. Ada bukti lain yaitu onkogenitas
virus papiloma hewan; hubungan infeksius HPV serviks dengan kondiloma dan
atipik koilositotik yang menunjukkan displasia ringan atau sedang; dan deteksi
antigen HPV dan DNA dengan lesi servikal. HPV tipe 16 dan 11 berhubungan
erat dengan displasia ringan yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18
dihubungkan dengan displasia berat yang jarang regresi tapi sering progresif
menjadi karsinoma insitu (Rasjidi, 2008).
Walaupun semua Virus Herpes Simpleks (HSV) tipe 2 belum
didemonstrasikan pada sel tumor, teknik hibridisasi insitu telah mununjukkan
bahwa terdapat HSV RNA spesifik pada sampel jaringan wanita dengan displasia
serviks. Infeksi Trikomonas, sifilis, dan gonokokkus ditemukan berhubungan
dengan kanker serviks. Namun infeksi ini dipercaya muncul akibat hubungan
seksual dengan banyak pasangan dan tidak dipertimbangkan sebagai faktor risiko
kanker serviks secara langsung (Rasjidi, 2008).
5. Merokok
Sekarang ini ada data yang mendukung rokok sebagai penyebab kanker
serviks dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks
(bukan adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme kerja bisa langsung
(aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok atau melalui efek
imunosupresif dari merokok (Rasjidi, 2008). Fey (2004) menyatakan wanita yang
merokok lebih dari 10 batang per hari memiliki risiko tinggi memperoleh lesi
prakanker tingkat tinggi.
Sedangkan faktor risiko yang diperkirakan untuk terjadinya kanker serviks
adalah pemakaian kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal berperan sebagai
alat yang mempertinggi pertumbuhan neoplasma. Hal ini terjadi sejak
diketahuinya peran estrogen yang memiliki efek trophic dalam meningkatkan
pertumbuhan sel. Wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal berupa pil
maupun suntikan selama kurang dari lima tahun tidak mengalami peningkatan
7
risiko karsinoma serviks uteri. Namun, peningkatan risiko akan muncul setelah
penggunaannya selama 10 tahun (McFarlane-Anderson, 2008). Selain itu, faktor
resiko yang diperkirakan adalah, diet, etnis dan faktor sosial juga pekerjaan
(Rasjidi, 2008).
2.1.4. Patologi Kanker Serviks
Pada mulanya penyakit ini diawali oleh lesi prakanker, yang disebut juga
sebagai neoplasia intraepitel serviks/NIS (Cervical Intraepithelial
Neoplasia/CIN), merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma serviks uteri
yang invasif. Pada lesi prakanker ini, mulai terjadi perubahan struktur sel menjadi
abnormal. Sel berubah bentuk dan ukurannya, inti sel membesar, dan sitoplasma
sel berkurang (Rasjidi, 2008).
HPV adalah anggota famili papoviridae yaitu sekelompok virus heterogen
yang memiliki untaian ganda DNA tertutup. Gen virus ini mengkode 6 protein
pembaca kerangka pembuka awal (early open reading frame protein), yaitu E1,
E2, E3, E4, E6, dan E7, yang berfungsi sebagai protein pengatur. Selain itu, gen
virus ini juga mengkode 2 protein pembaca kerangka pembuka lambat (late open
reading frame protein) L1 dan L2 yang menyusun kapsid virus. Patogenesis virus
HPV genitalis risiko-tinggi dimulai saat virus masuk ke dalam tubuh melalui
epitel skuamosa yang mengalami luka mikro saat koitus atau melalui epitel
skuamosa yang imatur di daerah zona transisional (T zone) (Garcia, 2009).
Pada awalnya virus menempel di permukaan sel, kemudian virus
melakukan penetrasi melalui membran plasma sel. Virus memasukkan DNAnya
ke dalam sel dan melakukan uncoating atau pelepasan kapsid. DNA virus yang
telah memasuki sel kemudian melakukan penyisipan (insertion) pada
protoonkogen DNA manusia (Garcia, 2009). Protoonkogen yang telah mengalami
mutasi tersebut selanjutnya disebut sebagai onkogen (Sukardja, 2000). Menurut
Sukardja (2000) pada sel normal protoonkogen mengkode pembuatan peptida
yang merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel, tetapi tidak menimbulkan
kanker. Sebaliknya, protoonkogen yang telah mengalami transformasi menjadi
onkogen mengkode pembuatan peptida yang dapat menimbulkan kanker.
8
Onkogen tersebut menyebabkan terjadinya mutasi pada gen penekan-tumor
(tumor suppressor gene) TP53 (sehingga terjadi degradasi protein p53 melalui
pengikatan dengan E6) dan RB (melalui pengikatan dan penginaktivasian protein
Rb oleh E7) sehingga sel mengalami resistensi terhadap apoptosis, menyebabkan
pertumbuhan sel yang tak terkontrol setelah terjadinya kerusakan DNA. Akhirnya,
inilah yang menyebabkan terjadinya malignansi (Garcia, 2009).
2.1.5. Gambaran Klinis Kanker Serviks
Kanker serviks umumnya tidak memunculkan gejala hingga sel-sel serviks
yang abnormal dan mengganas mulai menginvasi jaringan sekitarnya. Dengan
kata lain, gejala baru muncul bila telah terjadi kanker invasif. Disaat ini terjadi,
gejala yang umum muncul adalah perdarahan pervaginam yang abnormal, yaitu
perdarahan spontan yang terjadi di antara dua siklus menstruasi. Perdarahan ini
dapat pula muncul setelah melakukan hubungan seksual akibat tergesernya tumor
pada waktu koitus. Perdarahan menstruasi dapat menjadi lebih lama dan lebih
banyak daripada biasanya. Pada wanita yang telah menopause, perdarahan
abnormal ini yang menjadi keluhan utama dan membawa mereka pergi ke dokter
( American Cancer Society, 2007).
Selain perdarahan abnormal, keputihan juga merupakan gejala yang sering
ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk
akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Warnanya pun menjadi kekuningan. Dalam
hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif (Mardjikoen, 2008).
Perdarahan spontan saat defekasi dapat pula ditemukan. Hal ini terjadi
akibat tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala. Adanya perdarahan
abnormal pervaginam saat defekasi perlu dicurigai kemungkinan adanya
karsinoma serviks uteri tingkat lanjut (Mardjikoen, 2008). Gejala-gejala hematuria
atau perdarahan per rektal timbul bila tumor sudah menginvasi vesika urinaria
atau rektum. Jika terjadi perdarahan kronik, maka penderita akan mengalami
anemia, kehilangan berat badan, lelah dan gejala konstitusional lainnya (Randall,
2005).
9
Pasien dapat mengeluhkan nyeri yang berat. Nyeri dapat dirasakan saat
penderita melakukan hubungan seksual. Nyeri di pelvis atau di hipogastrium dapat
disebabkan oleh tumor yang nekrotik atau radang panggul. Bila muncul nyeri di
daerah lumbosakral maka dapat dicurigai terjadi hidronefrosis atau penyebaran ke
kelenjar getah bening yang meluas ke akar lumbosakral. Nyeri di epigastrium
timbul bila penyebaran mengenai kelenjar getah bening yang lebih tinggi
(Randall, 2005).
Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat lesi pada daerah serviks. Beberapa
lesi dapat tersembunyi di kanal bagian endoserviks, namun dapat diketahui
melalui pemeriksaan bimanual. Semakin lebar diameter lesi maka semakin sempit
jarak antara tumor dengan dinding pelvis (Randall, 2005).
2.1.6. Deteksi Dini Kanker Serviks
Kanker serviks dapat dicegah dan diobati bila terdeteksi sedini mungkin
(Zeller, 2007). Deteksi dini kanker serviks ialah usaha untuk menemukan adanya
kanker yang masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh,
masih lokal dan belum invasif seperti pada lesi prakanker dan kanker stadium
awal.
Deteksi dini kanker serviks direkomendasikan bagi seluruh wanita yang
telah aktif secara seksual dan dapat dimulai dalam tiga tahun setelah koitus
pertama (Zeller, 2007). Rasjidi, (2008) menyebutkan beberapa cara deteksi dini
kanker serviks adalah melalui:
a. Pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat), merupakan
metode inspeksi yang sangat sederhana, murah, nyaman, praktis, dan mudah
(Depkes, 2008). Pemeriksaan ini mendeteksi kanker serviks dengan cara
mengoleskan larutan asam asetat 3%-5% pada serviks sebelum melakukan
inspeksi visual. Penilaian serviks dilakukan setelah beberapa menit pasca
pengolesan larutan asam asetat dengan menggunakan penerangan yang layak.
Serviks normal akan terlihat merah muda pada bagian ektoserviks dan kemerahan
di bagian endoserviks, sedangkan serviks yang mengalami lesi prakanker akan
10
terlihat putih (acetowhite). Pemeriksaan ini disebut positif bila terdapat area putih
di sekitar porsio serviks (Carr, 2004).
b. Pemeriksaan Pap smear, merupakan pemeriksaan sitologi untuk
mendeteksi kanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil contoh
sel epitel serviks melalui kerokan dengan spatula khusus, kemudian hasil kerokan
diapuskan pada kaca objek. Apusan sel pada kaca objek tersebut selanjutnya
diamati di bawah mikroskop oleh ahli patologi (American Cancer Society, 2008).
c. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop
binokuler dengan sumber cahaya yang terang untuk memperbesar gambaran
visual serviks, sehingga dapat membantu diagnosa neoplasia serviks (Rasjidi,
2008).
d. Pemeriksaan DNA HPV ini dilakukan berupa pengambilan sampel
untuk mengetahui adanya infeksi HPV dengan menggunakan lidi kapas atau sikat.
Tes ini lebih berguna bila dikombinasikan dengan pemeriksaan sitologi (Rasjidi,
2008).
Menurut Menkes, masalah utama dalam penanggulangan kanker di
Indonesia adalah besarnya biaya perawatan dan pelayanan yang lama. Hal ini
tidak hanya menimbulkan kerugian ekonomi (economic loss) bagi penderita tetapi
juga bagi keluarga dan pemerintah. Selain itu, hingga kini masih dirasakan
terbatasnya tenaga kesehatan yang profesional serta sarana dan prasarana
pendukungnya (Depkes, 2008).
2.1.7. Stadium Klinis Kanker Serviks
Penentuan stadium kanker serviks menurut FIGO (Federation of
Gynecology and Obsetrics) masih berdasarkan pemeriksaan klinis praoperatif
ditambah dengan foto toraks dan sistoskopi serta erktoskopi (Edianto, 2006).Tabel 2.1. Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 (Edianto, 2006)
Stadium 0 Karsinoma in situ, karsinoma intraepithelialStadium I Karsinoma masih terbatas di serviks (penyebaran ke
korpus uteri diabaikan)Stadium Ia Invasi kanker ke stroma hanya dapat dikenali secara
11
mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara langsung walau dengan invasi yang sangat superfisial dikelompokkan sebagai stadium Ib. Kedalaman invasi stroma tidak lebih dari 5 mm dan lebarnya tidak lebih dari 7 mm
Stadium Ia1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm
Stadium Ia2 Invasi ke stroma dengan kedalaman lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan lebar tidak lebih dari 7 mm
Stadium Ib Lesi terbatas di serviks atau secara mikroskopis lebih dari Ia
Stadium Ib1 Besar lesi secara klinis tidak lebih dari 4 cmStadium Ib2 Besar lesi secara klinis lebih dari 4 cmStadium II Telah melibatkan vagina, tetapi belum melibatkan
parametriumStadium IIb Infiltrasi ke parametrium, tetapi belum mencapai dinding
panggulStadium III Telah melibatkan 1/3 bawah vagina atau adanya
perluasan sampai dinding panggul. Kasus dengan hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal dimasukkan dalam stadium ini, kecuali kelainan ginjal dapat dibuktikan oleh sebab lain.
Stadium IIIa Keterlibatan 1/3 bawah vagina dan infiltrasi parametrium belum mencapai dinding panggul
Stadium IIIb Perluasan sampai dinding panggul atau adanya hidronefrosis atau gangguan fungsi ginjal
Stadium IV Perluasan ke luar organ reproduksiStadium IVa Keterlibatan mukosa kandung kemih atau mukosa rektumStadium IVb Metastase jauh atau telah keluar dari rongga panggul
2.1.8. Pencegahan Kanker Serviks
Pencegahan kanker serviks terdiri atas pencegahan primer, dan sekunder.
Pencegahan primer berupa menunda onset aktivitas seksual sampai usia 20 tahun
dan berhubungan secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks secara
signnifikan; penggunaan kontrasepsi barier (kondom, diafragma, dan spermisida)
ang berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Penggunaan lateks lebih
dianjurkan daripada kondom yang dibuat dari kulit kambing; penggunaan
vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien dapat mengurangi infeksi HPV
karena mempunyai kemampuan proteksi >90% (Rasjidi, 2008). Vaksinasi ini
12
lebih bermanfaat bila diberikan pada wanita yang belum pernah terinfeksi HPV
(Mayrand, 2007). Kemudian Stanley (2008) mengatakan bahwa sekarang ini telah
tersedia dua vaksin terbaru HPV L1, yaitu produk kuadrivalen HPV 6/11/16/18
dan bivalen HPV 16/18. Proteksi vaksin ini bertahan sampai 5 tahun. Vaksin ini
akan menurunkan tetapi tidak mengeliminasi resiko untuk mengalami kanker
serviks. Kedua vaksin ini sangat imunogenik dan ditoleransi dengan baik.
Pencegahan Sekunder terdiri untuk pasien dengan risiko sedang dan pasien
risiko tinggi. Hasil tes Pap’s yang negatif sebanyak tiga kali berturut-turut dengan
selisih waktu antar pemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk dokter sangat
dianjurkan. Untuk pasien (pasangan hubungan seksual) yang level aktivitasnya
tidak diketahui, dianjurkan untuk melakukan tes Pap setiap tahun pada pasien
dengan risiko sedang. Sedangkan pada pasien risiko tinggi yatiu pasien yang
memulai hubngan seksual pada usia <18 tahun dan wanita yang mempunyai
banyak pasangan seksual seharusnya melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari
onset seksual intercourse aktif. Interval sekarang ini dapat diturunkan menjadi
setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko khusus, seperti mereka yang mempunyai
riwayat penyakit seksual berulang (Rasjidi, 2008)
Sirkumsisi pada pasangan seksual juga merupakan tindak pencegahan
primer karena mampu menurunkan risiko kanker serviks (Castellsagué, 2002).
Selain itu, sekarang telah tersedia vaksin imunisasi HPV untuk pencegahan kanker
serviks. Namun, bagaimanapun juga vaksinasi tidak dapat menggeser tindakan
deteksi dini dan tidak semua wanita dianjurkan melakukan imunisasi ini.
Imunisasi ini lebih bermanfaat bila diberikan pada wanita yang belum pernah
terinfeksi HPV (Mayrand, 2007). Kemudian, Stanley (2008) mengatakan bahwa
sekarang ini telah tersedia dua vaksin terbaru HPV L1, yaitu produk kuadrivalen
HPV 6/11/16/18 dan bivalen HPV 16/18. Proteksi vaksin ini bertahan sampai 5
tahun. Vaksin ini akan menurunkan tetapi tidak mengeliminasi risiko untuk
mengalami karsinoma serviks uteri. Kedua vaksin ini sangat imunogenik dan
ditoleransi dengat baik.
Kemudian, bila seorang wanita telah mengalami lesi prakanker maka
tindak pencegahan yang dapat dilakukannya adalah tindak pencegahan sekunder,
13
yaitu upaya mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut dengan melakukan
pengobatan segera. Sedangkan tindak pencegahan tersier diperuntukkan bagi
wanita yang mengalami kanker serviks. Tindak pencegahan terakhir ini bertujuan
untuk mencegah munculnya komplikasi akibat penyakit ini (Sukardja, 2000).
14
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Definisi Operasional
Variabel dependen. Kejadian kanker serviks adalah pasien yang telah
didiagnosa menderita kanker serviks berdasarkan pemeriksaan histopatologik
biopsi jaringan.
Variabel independen. Karakteristik individu terdiri dari:
a. Umur adalah jumlah tahun hidup pasien sejak lahir sampai terdiagnosa
menderita kanker serviks yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-
2009
b. Agama adalah kepercayaan yang diyakini penderita kanker serviks
sesuai dengan yang tertulis di rekam medis tahun 2008-2009
c. Suku adalah bagian dari kebudayaan dengan corak yang khas pada
penderita kanker serviks yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-
2009
d. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang terdapat
pada penderita kanker serviks yang sesuai dengan rekam medis tahun
2008-2009
e. Pekerjaan adalah aktivitas rutin dan utama yang dilakukan penderita
kanker serviks yang menghasilkan uang atau tidak yang sesuai dengan
rekam medis tahun 2008-2009
15
Karakteristik
Individu Penderita
Stadium Klinis
Kanker serviks
f. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh penderita
kanker serviks dengan bayi hidup atau meninggal yang sesuai dengan
rekam medis tahun 2008-2009
g. Merokok adalah kebiasaan merokok sehari-hari yang dilakukan
penderita kanker serviks yang sesuai dengan rekam medis tahun 2008-
2009
h. Riwayat Pernikahan adalah riwayat yang menyebutkan berapa kali
penderita tersebut melakukan pernikahan yang sesuai dengan rekam
medis tahun 2008-2009
i. Usia pertama kali menikah/melakukan hubungan seks adalah usia
penderita saat melakukan pernikahan pertama yang sesuai dengan
rekam medis tahun 2008-2009
j. Stadium Klinis adalah tingkat keganasan kanker serviks berdasarkan
hasil diagnosa dokter sesuai dengan yang tertulis pada rekam medis
tahun 2008-2009
Tabel 3.1 Metode Pengukuran
No. Variabel Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Umur Rekam Medis 1. ≤40 tahun2. >40 tahun
Nominal
2. Agama Rekam Medis 1. Islam2. Kristen3. Budha4. Hindu
Nominal
3. Suku Rekam Medis 1. Jawa2. Batak3. Aceh4. Nias5. Lain-lain (Minang
dan Melayu)
Nominal
4 Pendidikan Rekam Medis 1. Tidak Sekolah / tidak Tamat SD
2. Pendidikan Dasar3. Pendidikan
Menengah4. Pendidikan Tinggi
Nominal
5 Pekerjaan Rekam Medis 1. Ibu Rumah Tangga Nominal
16
2. Pegawai Negeri/ Swasta
3. Wiraswasta4. Petani
6 Pekerjaan Suami
Rekam Medis 1. Supir2. Pegawai/Pensiunan3. Lain-lain
(wiraswasta, petani,Tentara)
7 Paritas Rekam Medis 1. ≤4 orang (tidak beresiko)
2. >4 orang (beresiko)
Nominal
8 Riwayat Merokok
Rekam Medis 1. Perokok2. Tidak perokok
Nominal
9 Riwayat Pernikahan
Rekam Medis 1. >1 orang2. ≤1 orang
Nominal
10 Usia pertama menikah
Rekam Medis 4. ≤20 tahun5. >20 tahun
Nominal
Stadium Klinis Rekam Medis 1. Stadium Awal (stadium 0-stadium IIA)
2. Stadium Lanjut (stadium IIB-stadium IVB)
Nominal
3.3. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah ”ada hubungan antara karakteristik
individu dengan stadium klinis kanker serviks”.
BAB 4
17
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan pendekatan
crossectional yang menilai hubungan antara karakteristik individu dengan stadium
klinis kanker serviks.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
4.2.1. Waktu
Penelitian ini mulai dari pengumpulan proposal sampai pengumpulan hasil
yaitu dilakukan pada bulan Februari sampai November 2010.
4.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pemilihan
tempat didasarkan pada pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut memiliki data
rekam medis yang baik dan guna terpenuhinya jumlah sampel yang dibutuhkan
dan merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah regional Sumatera.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh pasien yang didiagnosa kanker serviks yang
melakukan pengobatan ke RSUP H. Adam Malik Tahun 2008 – 2009 dengan
jumlah 176 orang.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah total populasi yaitu semua penderita kanker serviks yang
melakukan pengobatan di RSUP H. Adam Malik Tahun 2008 – 2009.
4.4. Metode Pengumpulan Data
18
Metode pengumpulan data penelitian ini adalah data sekunder berupa
rekam medis yang ada di RSUP H, Adam Malik.
4.5. Metode Analisis Data
Analisis dilakukan secara statistik dengan menggunakan uji chi square
pada tingkat kemaknaan 95%. Pengolahan data dengan menggunakan program
Statistic Package for Social Science (SPSS) versi 13.0.
BAB 5
19
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
(RSUP HAM) kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan
Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan.
Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Pemerintah dengan Kategori Kelas A.
Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP HAM Medan telah memiliki fasilitas
kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain
itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk
Wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau
sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal
6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah
sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden yang diperoleh untuk penyakit kanker serviks pada tahun
2008–2009 berjumlah 176 orang. Distribusi frekuensi penderita kanker serviks
meliputi umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, pekerjaan suami, jumlah
paritas, riwayat merokok, riwayat pernikahan, usia pertama kali menikah dan
stadium klinis. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
20
Distribusi Frekuensi Penderita Kanker Serviks
Umur f (orang) %≤40 Tahun>40 Tahun
26150
14.285.8
Jumlah 176 100
Agama f (orang) %IslamKristenBudhaHindu
1135931
64.233.51.70.6
Jumlah 176 100
Suku f (orang) %JawaBatakAcehNiasLain-lain (Minang, Melayu)
498725411
27.849.414.22.36.3
Jumlah 176 100
Pendidikan Pasien f (orang) %Tidak Sekolah/tidak tamat SDPendidikan DasarPendidikan MenengahPendidikan tinggi
24806111
13.645.534.66.3
Jumlah 176 100
Pekerjaan f (orang) %Ibu Rumah TanggaPegawai Negeri/SwastaWiraswastaPetani
113211725
64.211.99.714.2
Jumlah 176 100Pekerjaan Suami f (orang) %
SupirPegawai/PensiunanLain-lain (Wiraswasta,petani,tentara)
5320103
30.111.458.5
Total 176 100
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker
serviks, persentasi tertinggi terdapat pada kelompok umur >40 tahun yaitu 85,8%
dan terendah pada kelompok umur ≤41 tahun yaitu 14,2%.
21
Agama penderita kanker serviks terbesar agama Islam, dan terkecil adalah
agama Hindu yaitu 0,6%. Sebanyak 176 penderita kanker servik suku yang
mendominasi adalah suku Batak yaitu 49,4%, diikuti suku Jawa 27,8%, suku
Aceh 14,2%, lain-lain (Minang dan Melayu) 6,3% dan terkecil adalah suku Nias
yaitu 2,3%. Segi pendidikan penderita kanker serviks dapat terlihat bahwa
pendidikan dasar yaitu 44,5% merupakan pendidikan yang paling banyak dari 176
orang penderita dan pada kelompok pendidikan tinggi yaitu 6,3% adalah
kelompok penderita yang terkecil. Untuk pekerjaan penderita kanker serviks
terbesar adalah Ibu Rumah Tangga yaitu 64,2% dan terkecil adalah wiraswasta
yaitu 9,7%. Sedangkan pekerjaan suami yang memiliki frekuensi tertinggi adalah
lain-lain(Wiraswasta,Petani,Tentara) yaitu 58,5% dan terendah pekerjaan sebagai
pegawai/pensiunan sebesar 11.4%.
5.1.3. Paritas Penderita Kanker Serviks
Penelitian ini melihat seberapa banyak paritas yang dimiliki oleh seorang
penderita kanker serviks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2Distribusi Paritas Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2008–2009
Paritas f (orang) %≤4 76 43.2
>4 100 56.8Total 176 100
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker
serviks berdasarkan paritas yang terbesar adalah >4 orang yaitu 56,8% dan
terkecil adalah yang memiliki paritas ≤4 orang yaitu 43,2%.
5.1.4. Riwayat Merokok Penderita Kanker Serviks
Penelitian ini melihat bagaimana riwayat merokok pada penderita kanker
serviks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
22
Tabel 5.3Distribusi Riwayat Merokok Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2008-2009
Riwayat Merokok f (orang) %Perokok 36 20.5Tidak Perokok 140 79.5Jumlah 176 100
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita Kanker
serviks, yang menjadi penderita tidak seorang perokok sebanyak 79,5% yang
menempati persentasi terbesar dan terkecil adalah perokok yaitu 20,5%.
5.1.5. Riwayat Pernikahan Penderita Kanker Serviks
Riwayat pernikahan juga merupakan suatu aspek yang dilihat peneliti pada
penderita kanker serviks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Riwayat Pernikahan Penderita Kanker Serviks di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2008–2009
Riwayat Pernikahan f (orang) %>1 kali 35 19.9≤1 kali 141 81.1Jumlah 176 100
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 176 orang penderita
kanker serviks memiliki riwayat pernikahan ≤1 kali menempati persentasi terbesar
yaitu 81,1%, dan terkecil adalah >1 kali yaitu 19,9%.
5.1.6. Umur Saat Pertama Menikah Penderita Kanker Serviks
Umur saat pertama menikah merupakan suatu aspek yang dilihat peneliti
pada penderita kanker serviks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
23
Tabel 5.5Distribusi Umur Saat Pertama Menikah penderita Kanker Serviks di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009
Umur Saat Pertama Kawin f (orang) %≤20 Tahun 103 58.5>20 Tahun 73 41.5Jumlah 176 100
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker
serviks persentasi terbesar umur saat pertama menikah adalah pada umur ≤20
tahun yaitu 58,5% dan terkecil adalah umur >20 tahun yaitu 41,3%.
5.1.7. Stadium Klinis Kanker Penderita Kanker Serviks
Stadium klinis ini berguna untuk menentukan apakah dari beberapa
karakteristik individu yang diambil berhubungan dengan stadium yang dialami
penderita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6Distribusi Penderita Kanker Serviks Berdasarkan Stadium Klinis di RSUP
H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009
Stadium Klinis Kanker f %Stadium Awal (Stadium 0-Stadium IIA) 45 25.6Stadium Lanjut (Stadium IIB-Stadium IVB) 131 73.4Jumlah 176 100
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker
serviks berdsarkan stadium klinis adalah Stadium Lanjut (Stadium IIB-Stadium
IVB) yaitu 73,4% yang merupakan persentasi terbesar dan terkecil adalah Stadium
Awal (Stadium 0-Stadium IIA) yaitu 25,6%.
5.1.8. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat terdapat hubungan atau tidaknya
dar beberapa karakteristik individu tersebut.
24
A. Umur dengan Stadium Klinis
Tabel 5.7 Distribusi Umur dengan stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2008-2009Stadium Klinis Umur Total
≤40 Tahun >40 Tahunf % f % f %
Awal 11 42.3 34 22.7 45 25.6Lanjut 15 52.7 116 77.3 131 74.4Total 26 100 150 100 176 100
X2 = 4,492 df = 1 p = 0,034
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA), penderita dengan umur ≤41 tahun
sebanyak 42,3%, sedangkan umur >40 tahun sebanyak 22,7%. Untuk umur ≤41
tahun dari 131 penderita kanker stadium klinis lanjut (stadium IIB-stadium IVB)
sebanyak 52,7%, sedangkan pada umur >40 tahun sebanyak 77,3%.
Hasil Uji chi-Square ditemukan nilai p<0,05 yang artinya ada hubungan
yang bermakna antara umur dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker
serviks di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008-2009, dimana pada penderita
kelompok umur ≤41 tahun ditemukan kanker serviks stadium awal (stadium 0-
stadiumIIA), sedangkan penderita dengan kelompok umur >40 tahun lebih banyak
ditemukan kanker yang stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB).
B. Paritas dengan Stadium Klinis
Tabel 5.8Distribusi Paritas dengan stadium Klinis Kanker Serviks di RSUP H. Adam
Malik 2008–2009
Stadium Klinis Paritas Total≤4 Orang >4 Orang
f % f % f %Awal 36 47.4 9 9.0 45 25.6Lanjut 40 56.6 91 91.0 131 74.4Total 76 100 100 100 176 100
X2 = 33,403 df = 1 p = 0.000
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
serviks dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA), persentase penderita
25
dengan paritas ≤4 orang sebanyak 47,4% dan >4 orang 9,0%. Sedangkan paritas
dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut (stadium IIB-stadium IVB) adalah
≤4 orang sebanyak 56,6% dan paritas >4 orang sebanyak 91,0%.
Hasil uji chi square ditemukan p<0,05 yang artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara paritas dengan stadium klinis kanker pada penderita kanker
serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana penderita
dengan paritas ≤4 orang lebih banyak ditemukan kanker serviks Stadium Awal
(Stadium 0-Stadium IIA), sedangkan >4 orang lebih banyak ditemukan kanker
Stadium Lanjut (Stadium IIB-Stadium IVB).
C. Riwayat Merokok dengan Stadium Klinis
Tabel 5.9Distribusi Riwayat Merokok dengan Stadium Klinis Penderita Kanker
Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009
Stadium Klinis Riwayat Merokok TotalPerokok Tidak Perokok
f % f % f %Awal 9 25.0 36 25.4 45 25.6Lanjut 27 75.0 104 74.6 131 74.4Total 36 100 140 100 176 100
X2 = 0,008 df = 1 p = 0.930
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
serviks stadium awal (stadium 0-stadium IIA), persentasi penderita yang seorang
perokok 25,5% dan tidak perokok sebanyak 25,4%. Sedangkan riwayat merokok
dari 131 orang pada stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB) adalah seorang
perokok yaitu 75,0% dan tidak pernah sebanyak 74,6%.
Hasil uji chi square ditemukan p>0,05 yang artinya tidak ada hubungan
yang bermakna antara riwayat merokok dengan stadium klinis kanker pada
penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009.
26
D. Riwayat Pernikahan dengan Stadium Klinis
Tabel 5.10Distribusi Riwayat Pernikahan dengan stadium klinis Penderita Kanker
Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009
Stadium Klinis Riwayat Pernikahan Total>1 ≤1
f % f % f %Awal 4 11.4 41 29.1 45 25.6Lanjut 31 88.6 100 70.9 131 74.4Total 35 100 141 100 176 100
X2 = 4,590 df = 1 p = 0.032
Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
serviks dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA), jumlah penderita dengan
riwayat pernikahan >1 kali sebanyak 11,4% dan riwayat pernikahan ≤1 sebanyak
29,1%. Sedangkan dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut (stadium IIB-
stadium IVB) adalah yang memiliki riwayat pernikahan >1 kali sebanyak 88,6%
dan riwayat tidak pernah sebanyak 70,9%
Hasil uji chi square ditemukan p<0,05 yang artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara riwayat pernikahan dengan stadium klinis kanker pada
penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009,
dimana dari 35 penderita yang memiliki pernikahan >1 kali lebih banyak
ditemukan pada stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB), sedangkan pada
stadium awal (stadium 0-stadium IIA) sedikit.
E. Usia Menikah dengan Stadium Klinis
Tabel 5.11Distribusi Usia Menikah Berdasarkan Stadium Klinis Penderita Kanker
Serviks di RSP H. Adam Malik Medan Tahun 2008 – 2009
Stadium Klinis Usia Menikah Total≤20 Tahun >20 Tahunf % f % f %
Awal 20 19.4 25 34.2 45 25.6Lanjut 83 80.6 48 65.8 131 74.4Total 103 100 73 100 176 100
X2 = 4,936 df = 1 p = 0.026
27
Berdasarkan Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
serviks dengan stadium awal (stadium 0-stadium IIA), persentasi penderita dengan
usia menikah ≤20 tahun sebanyak 19,4% dan >20 tahun 34,2%. Sedangkan usia
menikah dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut (stadium IIB-stadium
IVB) adalah ≤20 tahun sebanyak 80,6% dan usia menikah >20 tahun sebanyak
65,8%.
Hasil uji chi square ditemukan p<0,05 yang artinya terdapat hubungan
yang bermakna antara Usia menikah dengan stadium klinis kanker pada penderita
kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana
penderita dengan stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB) banyak ditemukan
pada usia menikah ≤20 tahun, sedangkan penderita dengan stadium awal (stadium
0-stadium IIA) lebih banyak pada usia menikah >20 tahun.
F. Pekerjaan Suami dengan Stadium Klinis
Tabel 5.12Distribusi Pekerjaan Suami dengan Stadium Klinis Penderita Kanker
Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008-2009
Stadium Klinis Pekerjaan Suami TotalSupir Pegawai/
pensiunanlain-
lain(wiraswasta,petani,tentara)
f % f % f % f %Awal 10 18.9 7 35.0 28 27.2 45 25.6Lanjut 43 81.1 13 65.0 75 72.8 131 74.4Total 53 100 20 100 103 100 176 100
X2 = 2,327 df = 2 p = 0.312
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
serviks stadium awal (stadium 0-stadium IIA) pekerjaan suami yang tertinggi
berupa lain-lain (wiraswasta,petani,tentara) yaitu 27,2% dan terendah sebagai
supir 18,9% sedangkan pada stadium lanjut (stadium IIB-stadium IVB) dari 131
penderita kanker serviks,pekerjaan suami tertinggi pada supir sebesar 81,1% dan
terendah sebagai pegawai/pensiunan sebesar 65.0%.
28
Hasil uji chi square ditemukan p>0,05 yang artinya tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami dengan stadium klinis kanker
pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Umur Penderita Kanker seviks
Persentasi kelompok umur penderita kanker serviks di RSUP H. Adam
Malik Medan Tahun 2008–2009 yang paling besar adalah pada kelompok Umur
>40 tahun (85,2%) dan yang terkecil adalah kelompok umur ≤41 tahun (14,2%).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zai (2009)
tentang Karakteristik individu penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2003-2007 menunjukkan bahwa persentasi umur penderita kanker
serviks terbanyak adalah pada kelompok umur >40 tahun (76,8%) dari 492 kasus.
Lilis (2002) tentang karakteristik karsinoma serviks menyebutkan bahwa
penderita kanker serviks uteri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta terbesar berada
pada kelompok umur >40 tahun (85,8%).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwipoyono (1998) yang
menyebutkan bahwa dari 175 kasus penderita kanker serviks frekuensi tertinggi
pada kelompok umur 40–60 tahun 54,3% (95 orang). Hasil penelitian di RSU Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2000-2002, penderita kanker serviks terbanyak terdapat
pada kelompok umur >40 tahun yaitu 58,9% dari 141 kasus (Ginting, 2003).
Banyaknya ditemukan penderita yang berumur >40 tahun disebabkan
terjadinya perubahan derajat sel epitel displasia dan karsinoma invasif
memerlukan waktu yang relatif lama, dari displasia menjadi karsinoma insitu
diperlukan waktu sekitar 1-7 tahun sedangkan dari karsinoma insitu menjadi
karsinoma invasif diperlukan waktu 3–20 tahun (Tambunan, 1995).
Ditemukannya penderita kanker serviks pada usia tua menunjukkan bahwa
perhatian masyarakat terhadap deteksi dini kanker serviks masih belum baik,
disamping insidensi yang tinggi pada usia tua menandakan bahwa kanker serviks
biasanya baru dapat diketahui setelah mencapai stadium lanjut karena pada
stadium awal tidak menunjukkan gejala yang spesifik.
29
5.2.2. Agama Penderita Kanker Serviks
Berdasarkan persentasi dari 176 penderita kanker serviks di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2008-2009 persentasi agama terbanyak ditemukan
adalah agama Islam (64,2%), diikuti agama Kristen 33,5%, Budha 1,7% dan
terkecil adalah agama Hindu yaitu 0,6%.
Hal ini bukan menyimpulkan bahwa yang beragama Islam lebih berisiko
terhadap terjadinya kanker serviks dan yang beragama hindu tidak berisiko,
namun hal ini berkaitan dengan penderita yang datang berobat ke rumah sakit
tersebut adalah lebih banyak pada masyarakat yang beragama Islam. Ditinjau dari
segi lain, peneliti melihat hal ini bertentangan dengan beberapa teori yaitu, pada
ummat yang beragama Islam, buat kaum Adam atau pria mewajibkan untuk
melakukan sirkumsisi, dimana literatur menyebutkan sirkumsisi pada pasangan
seksual juga merupakan tindak pencegahan primer karena mampu menurunkan
risiko kanker serviks (Castellsagué, 2002).
5.2.3. Suku Penderita Kanker serviks
Proporsi suku penderita kanker serviks terbesar adalah suku Batak yaitu
49,4%, diikuti suku Jawa 27,8%, suku Aceh 14,2%, lain-lain (Minang dan
Melayu) 6,3 % dan terkecil adalah suku Nias yaitu 2,3%.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hibridawati (2001)
tentang karakteristik distribusi penderita kanker leher rahim yang dirawat inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1998–2000, dimana ditemukan penderita
kanker serviks terbesar pada suku Batak sebanyak 47,47% dan Hasil Penelitian
Ginting (2003) di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2000–2002 juga ditemukan
penderita kanker serviks terbesar pada suku batak sebesar 48,9%. Di Rumah Sakit
Santa Elisabeth Medan Tahun 2005–2008 dilakukan penelitian tentang
karakteristik individu penderita kanker serviks dengan hasil suku terbanyak yaitu
suku Batak 66,7% (Handayani, 2009)
Hal ini bukan berarti bahwa suku Batak berisiko tinggi terhadap penyakit
kanker serviks, tetapi kemungkinan disebabkan penderita yang datang berobat ke
rumah sakit tersebut lebih banyak masyarakat yang suku Batak.
30
5.2.4. Pendidikan Penderita Kanker Serviks
Persentasi pendidikan penderita kanker serviks yang terbesar adalah
pendidikan dasar yaitu 44,5%, diikuti Penderita dengan Pendidikan menengah
sebesar 34,6%, tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 13,6% dan pendidikan
terkecil adalah pendidikan tinggi yaitu 6,3%.
Hal ini sejalan dengan penelitian Zai (2009) tentang Karakteristik individu
penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2003-2007
menunjukkan bahwa persentasi pendidikan penderita kanker serviks yang terbesar
adalah pendidikan dasar yaitu 50,5%. Demikian juga hasil penelitian oleh Irianti
(2003) ditemukan bahwa penderita kanker leher rahim di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 1998–2002 yang terbesar adalah Sekolah Dasar (SD) sebesar 60,7%
dan yang terkecil adalah Pendidikan Tinggi 3,6%. Di Indonesia khususnya daerah
Sumatera Utara, mayoritas penduduknya masih berpendidikan rendah, data Badan
Pusat Statistik (BPS) (2002) menunjukkan bahwa proporsi penduduk sumatera
utara tahun 2001 yang berpendidikan rendah sebesar 38,59%.
Dari hal ini diasumsikan bahwa kurangnya tingkat pengetahuan seseorang
mempengaruhi terhadap penyakit yang dialaminya, karena ia kurang mengetahui
apa saja yang menjadi faktor risiko terhadap terjadinya kanker serviks dan juga
kurangnya rasa ingin tahu tentang berbagai penyakit dikarenakan kurangnya
tingkat pengetahuannya.
5.2.5. Pekerjaan Penderita Kanker Serviks
Pekerjaan penderita kanker serviks terbesar adalah Ibu Rumah Tangga
yaitu 64,2% diikuti dengan pekerjaan petani sebesar 14,2%, pegawai 11,9% dan
terkecil adalah wiraswasta yaitu 9,7%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nasution (2008) tentang karakteristik penderita kanker serviks yang dirawat inap
di RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2003–2007 dari 183 penderita kanker serviks
60,7% adalah sebagai ibu rumah tangga. Disamping itu penelitian Handayani
(2009) di RS Santa Elisabeth menunjukkan persentasi tertinggi pekerjaan
penderita kanker serviks adalah ibu rumah tangga sebesar 61,0%. Demikian juga
31
hasil penelitian Zai (2009) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2003-2007,
mendapatkan pekerjaan penderita kanker serviks yang terbanyak adalah pada
kelompok pekerjaan ibu rumah tangga sebesar 78,2 %.
Hal ini menunjukkan bahwa seorang wanita tergantung terhadap
pasangannya baik dari segi ekonomi maupun sosial, seorang wanita tidak
memiliki kekuatan dalam rumah tangga, dan banyaknya wanita yang menikah
dengan seorang pria yang jauh lebih tua darinya, yang ia tidak mengetahui
bagaimana prilaku seksual pria tersebut sebelumnya. Seorang wanita tidak berani
menanyakan apakah pasangannya melakukan hubungan seksual dengan orang lain
dengan alasan takut diceraikan, sehingga pada seorang wanita yang tergantung
pada pasangannya sering mengalami penyakit menular seksual
(UNAIDS/WHO,1999). Selain itu, peneliti juga melihat data yang tertera dari
rekam medis bahwa perkerjaan suami yang melakukan pekerjaan sebagai supir
memiliki bakat untuk terjadinya kanker serviks pada stadium lanjut.
5.2.6. Stadium Klinis
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 176 penderita kanker
serviks berdsarkan stadium klinis adalah Stadium Lanjut (Stadium IIB-Stadium
IVB) yaitu 73,4% yang merupakan persentase terbesar dan terkecil adalah
Stadium Awal (Stadium 0-Stadium IIA) yaitu 25,6%. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan di rumah sakit Elisabeth Medan tentang karakteristik
penderita kanker serviks dengan hasil panderita pada stadium lanjut sebesar
65,2%.
Pada stadium klinik awal sering tidak menimbulkan gejala dan umumnya
penderita datang karena sudah terjadi perdarahan pervaginam sehingga pada
stadium lanjut peroporsi penderita kanker serviks menjadi lebih tinggi. Data di
RSCM tahun 1997-1998 pada umumnya penderita datang pada stadium lanjut
66,4% dan datang pada stadium awal hanya 28,6% (Yatim, 2005). Petugas
kesehatan dalam hal ini memiliki peranan penting untuk mengetahui gejala
klinisnya sehingga dapat memberitahukan kepada ibu-ibu apa yang menjadi
risikonya. Penelitian yang dilakukan oleh Hisworo (2010) tentang Tingkat
32
Pengetahuan dan Sikap Bidan serta Perawat Terhadap Bahaya Kanker Serviks di
Rumah Sakit Pelabuhan Medan Belawan yaitu dari 33 responden diperoleh 18
orang memiliki pengetahuan baik dan 15 orang memiliki pengetahuan sedang.
5.2.7. Umur Berdasarkan stadium Klinis
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
dengan stadium awal, penderita dengan umur ≤41 tahun sebanyak 42,3%,
sedangkan umur >40 tahun sebanyak 22,7%. Untuk umur ≤41 tahun dari 131
penderita kanker stadium klinis lanjut sebanyak 52,7%, sedangkan pada umur >40
tahun sebanyak 77,3%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zai
(2009) yang menyatakan bahwa proporsi kelompok umur terbesar berdasarkan
stadium klinis kanker adalah kelompok umur >40 tahun dengan stadium berat
(84,9%).
Hasil Uji chi-Square ditemukan nilai p<0,05 yang artinya ada hubungan
yang bermakna antara umur berdasarkan stadium klinis kanker pada penderita
kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2008-2009, dimana pada
penderita kelompok umur ≤41 tahun ditemukan kanker serviks stadium awal,
sedangkan penderita dengan kelompok umur >40 tahun lebih banyak ditemukan
kanker yang stadium lanjut. Hal ini menunjukkan semakin tinggi umur penderita
kanker serviks, semakin lama penderita mengidap penyakit tersebut sehingga
stadium klinis kanker semakin berat. Penyakit neoplastik serviks biasanya
berkembang dari displasia menjadi karsinoma in situ kemudian menjadi
karsinoma invasif. Perkembangan dari awal hingga akhir memerlukan waktu 8-30
tahun (Rasjidi, 2008). Sehingga pada usia tua terdeteksinya kanker serviks yang
telah masuk ke stadium lanjut.
Yatim (2005) menyebutkan bahwa stadium Ib, IIa dan IIb sering terdapat
pada kelompok umur 34–44 tahun, sedangkan stadium III b sering terdapat pada
kelompok umur 45–54 tahun. Berdasarkan patogenesis kanker serviks, dalam
perjalanan pertumbuhan prakarsinoma sebagian besar regresi menjadi epitel
dengan perubahan minimal sampai normal. Demikian juga karsinoma insitu
sebagian kecil mengalami regresi menjadi displasia sedang maupun ringan. Akan
33
tetapi karsinoma invasif akan semakin meningkat ke stadium yang lebih berat jika
tidak segera di obati (Bustan, 2000).
5.2.8. Paritas Berdasarkan Stadium Klinis
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
serviks dengan stadium awal, persentase penderita dengan paritas ≤4 orang
sebanyak 47,4% dan >4 orang 9,0%. Sedangkan paritas dari 131 penderita dengan
stadium klinis lanjut adalah ≤4 orang sebanyak 56,6% dan paritas >4 orang
sebanyak 91,0%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menemukan penderita
kanker serviks yang memiliki paritas > 4 orang berada pada stadium klinis berat
yaitu 52,7% (Zai, 2009) .
Hasil uji chi-square ditemukan p<0,05 yang artinya terdapat hubungan
yang signifikan antara paritas berdasarkan stadium klinis kanker pada penderita
kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009, dimana
penderita dengan paritas ≤4 orang lebih banyak ditemukan kanker serviks stadium
awal, sedangkan >4 orang lebih banyak ditemukan kanker stadium lanjut.
Kanker serviks dijumpai pada wanita yang sering partus atau melahirkan
3–5 kali (Harjono, 1996). Menurut teori pada umumnya kanker serviks paling
banyak dijumpai pada wanita yang sering melahirkan walaupun kategori sering
melahirkan belum ada keseragaman para ahli kanker memberi batasan 3-5 kali
melahirkan. Hal ini berbeda dengan penelitian yang di lakukan Melva (2008) di
RSUP H. Adam Malik yang menyatakan bahwa penderita yang mengalamai
kanker serviks lebih berat yaitu pada paritas ≤3 orang. Rasjidi (2008) juga
menyebutkan bahwa seorang wanita yang memiliki paritas >4 orang memiliki
risiko menderita kanker serviks dengan stadium yang lebih berat.
5.2.9. Riwayat Merokok Berdasarkan Stadium Klinis
Berdasarkan hasil dari penelitian, maka hasil uji chi square ditemukan
p>0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok
berdasarkan stadium klinis kanker pada penderita kanker serviks di RSUP H.
Adam Malik Medan Tahun 2008-2009. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
34
dilakukan oleh Melva (2008) tentang faktor risiko kejadian kanker serviks di
RSUP H. Adam Malik Medan yaitu pada stadium klinis berat 65 penderita
merupakan bukan seorang perokok.
Penyebab dari kanker serviks adalah Human Pavilloma Virus (HPV),
tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan
terjadinya kanker serviks yang lebih parah sehingga saat dilakukan pemeriksaan
telah sampai pada stadium lanjut karena zat nikotin yang dikandung memudahkan
virus masuk ke dalam serviks. Studi ini menunjukkan bahwa nikotin yang di dapat
dari asap ditemukan pada mukus serviks perokok yang mungkin menyebabkan
efek genotoxic atau imunosupresif (Hoskin, 2000). Tetapi teori yang ada tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
5.2.10. Riwayat Pernikahan berdasarkan stadium klinis
Berdasarkan Tabel 5.10 sebelumnya diketahui bahwa dari 45 penderita
kanker serviks dengan stadium awal, jumlah penderita dengan riwayat pernikahan
>1 kali sebanyak 11,4% dan riwayat pernikahan ≤1 sebanyak 29,1%. Sedangkan
dari 131 penderita dengan stadium klinis lanjut adalah yang memiliki riwayat
pernikahan >1 kali sebanyak 88,6% dan riwayat tidak pernah sebanyak 70,9%
Hasil uji chi square ditemukan p<0,05 yang artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara riwayat pernikahan berdasarkan stadium klinis kanker pada
penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009,
dimana dari 35 penderita yang memiliki pernikahan >1 kali lebih banyak
ditemukan pada stadium lanjut, sedangkan pada stadium awal sedikit.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilis (2002) tentang
karakteristik karsinoma serviks di RS Dr. Sardjito Yogyakarta yang menyatakan
bahwa penderita kanker serviks memiliki riwayat perkawinan 1 kali (94,8%).
Jumlah pasangan seksual yang banyak (>4 orang) merupakan faktor yang
berhubungan erat dengan kejadian kanker serviks dan hal ini juga dapat
meningkatkan derajat keparahan dari pasien (Rasjidi, 2008). Penelitian Indriyani,
risiko seseorang untuk terkena kanker serviks dengan perkawinan lebih dari 1 kali
35
adalah meningkat 2,55 kali lebih tinggi diabnding dengan wanita tanpa kanker
serviks.
Dari hasil penelitian yang di laksanakan di RSUP H. Adam Malik
ditemukan kelompok yang mempunyai riwayat pernikahan ≤1 orang merupakan
kelompok terbesar yang berada di stadium lanjut. Tidak seperti yang disebutkan
teori dan beberapa hasil penelitian. Hal ini disebabkan karena masyarakat
Indonesia khususnya perempuan yang sudah berumah tangga, masih memegang
norma dan budaya yang tinggi dimana akan merasa tabu bila mempunyai
pasangan lebih dari 1 orang, risiko kanker serviks juga meningkat apabila
berhubungan dengan pria berisiko tinggi seperti pria yang memiliki pekerjaan
seperti supir luar kota atau yang mengidap penyakit infeksi.
5.2.11. Usia Menikah Berdasarkan Stadium Klinis
Berdasarkan Hasil uji chi square ditemukan p<0,05 yang artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara Usia menikah berdasarkan stadium klinis kanker
pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009,
dimana penderita dengan stadium lanjut banyak ditemukan pada usia menikah ≤20
tahun, sedangkan penderita dengan stadium awal lebih banyak pada usia menikah
>20 tahun.
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Zai (2009) tentang
Karakteristik penderita kanker leher rahim yang dirawat inap di RSUP HAM yang
menyatakan bahwa pada umur <21 tahun penderita kanker serviks berada pada
stadium lanjut sebesar 77,4%. Menurut Aziz (2002), wanita menikah dibawah
umur 16 tahun, biasanya 10-12 kali lebih besar kemungkinan terjadninya kanker
serviks dari pada mereka yang menikah setalah usia diatas 20 tahun, dimana pada
usia tersebut kondisi rahim seorang remaja putri sangat sensitif dan serviks remaja
lebih rentan terhadap stimulus karsinogenik karena proses metaplasia skuamosa
yang aktif, sehingga faktor ini dapat mengakibatkan seorang penderita kanker
serviks berada pada stadium lanjut pada usia terdeteksinya kanker.
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara
seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat
36
hubungan seksual dan risiko penyakit ini. Karena sel kolumnar serviks lebih peka
terhadap metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual
sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat
(Rasjidi, 2008)
5.2.12. Pekerjaan Suami Penderita Kanker Serviks
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa dari 45 penderita kanker
serviks stadium awal pekerjaan suami yang tertinggi berupa lain-lain
(wiraswasta,petani,tentara) yaitu 27,2% dan terendah sebagai supir 18,9%
sedangkan pada stadium lanjut dari 131 penderita kanker serviks,pekerjaan suami
tertinggi pada supir sebesar 81,1% dan terendah sebagai pegawai/pensiunan
sebesar 65.0%. Hasil uji chi square ditemukan p>0,05 yang artinya tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara pekerjaan suami dengan stadium klinis kanker
pada penderita kanker serviks di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008–2009.
Hasil penelitian ini diasumsikan bahwa pada pekerjaan suami sebagai
supir luar kota memiliki risiko untuk seorang penderita berada pada stadium lanjut
yaitu karena suami berada jauh dari istri sehingga mereka sering melakukan
hubungan seksual selain dengan istri. Namun untuk memperkuat asumsi ini,
belum didapatnya penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pekerjaan
seorang suami yang sering melakukan pekerjaan luar kota memiliki risiko tinggi
bagi istri untuk menderita kanker serviks pada stadium lanjut.
37
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan stadium
klinis penderita kanker serviks di RSUP HAM Medan 2008-2009 sebagai berikut:
1. Karakteristik penderita kanker serviks adalah kelompok umur >40 tahun
85,8%, Agama Islam 64,2%, Suku Batak 49,4%, Pendidikan Dasar sebesar
45,5%, Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 64,2%, paritas >4 orang 56,8%,
penderita tidak perokok 79,5%, riwayat pernikahan ≤1 kali 81,1%, umut
saat pertama menikah ≤20 tahun 58,5%, dan penderita pada stadium lanjut
73,4%.
2. Ada hubungan yang bermakna antara umur dengan stadium klinis
(p=0,034), paritas dengan stadium klinis (p=0.000), riwayat pernikahan
dengan stadium klinis (p=0.032), usia menikah dengan stadium klinis
(p=0.026).
3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat merokok dengan
stadium klinis (p=0.930), pekerjaan suami dengan stadium klinis
(p=0.312)
6.2. Saran
1. Kepada setiap rumah sakit agar lebih memperlengkap status pada rekam
medis, karena hal ini sangat berguna baik bagi para klinisi maupun untuk
penelitian.
2. Kepada pemerintah khususnya yang bersangkutan dengan kesehatan agar
lebih mensosialisasikan tentang pemeriksaan kanker serviks pada wanita
yang telah aktif melakukan hubungan seksual,agar dapat mendeteksi
penyakit lebih dini.
38
3. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat menanyakan langsung kepada
pasien, tidak hanya melalui rekam medis saja, karena pada rekam medis
terdapat keterbatasan informasi yang mendukung.
4. Kepada kaum wanita atau pembaca agar lebih memperhatikan tanda dan
gejala serta faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks dan
segera memeriksakan diri apabila timbul kelainan yang dialami pada alat
reproduksi sehingga kanker serviks yang ditemukan dalam stadium dini
dan dapat ditangani segera
39
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2008. Cancer Prevention & Early Detection Facts &
Figures 2008. Atlanta: American Cancer Society.
American Cancer Society. 2007. Cancer Facts & Figures 2007. Atlanta:
American Cancer Society.
Aziz, M. Farid., 2009. Gynecological cancer in Indonesia. J Gynecol Oncol
20(1): 8–10. Available from:
http://synapse.koreamed.org/Synapse/Data/PDFData/1114JGO/jgo-20-8.pdf
[Accessed 27 Februari 2010]
Aziz, M. Farid., 2002. Skrining dan Deteksi Dini Kanker Serviks in: Ramli
Muchils, Umbas Rainy, Panigoro S. Sonar., ed. Deteksi Dini Kanker.
Jakarta: FK UI. 97-100
Bagnato, Anna et all., 2002. Growth Inhibition of Cervix Carcinoma Cells in Vivo
by Endothelin A Receptor Blockade. American Association Cancer
Research: (62) 6381-6384. Available from:
http://cancerres.aacrjournals.org/cgi/content/full/62/22/6381?
maxtoshow=&HITS=&hits=&RESULTFORMAT=1&title=carsinoma+cerv
ix&andorexacttitle=or&andorexactfulltext=and&searchid=1&FIRSTINDEX
=0&sortspec=relevance&fdate=//&resourcetype=HWCIT. [ Accessed 27
Februari 2010]
BPS., 2002. Karakteristik Penduduk Kota Medan Propinsi Sumatera Utara Hasil
Sensus Penduduk 2000. Medan : Badan Pusat Statistik
Bustan, M. N., 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. Rineka
Cipta
40
Cancer Research UK., 2009. UK Cervical Cancer incidence statistics. London:
Cancer Research UK. Available from:
http://info.cancerresearchuk.org/cancerstats/types/cervix/incidence/.
[Accessed 28 Februari 2010]
Carr, Katherine Camacho., Sellors, John W., 2004. Cervical Cancer Screening in
Low Resource Settings: Using Visual Inspection With Acetic Acid. J
Midwifery Womens Health 49(4):329-337. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/484034. [Accessed 10 Maret 2010]
Castellsagué, Xavier et all., 2002. Male Circumcision, Penile Human
Papillomavirus Infection, and Cervical Cancer in Female Partners. N Engl
J Med: 346:1105-1112. Available from:
http://content.nejm.org/cgi/content/full/346/15/1105. [Accessed 10 Maret
2010]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Deteksi Kanker Leher Rahim
dan kanker payudara. Pusat Komunikasi Publik. Available from:
http://www.depkes.go.id/index.php?
option=news&task=viewarticle&sid=3081. [Accessed 12 Maret 2010]
Dwipoyono, B, dkk., 1998. Peran Jenis Histologik & Umur pada Kanker Serviks
Uteri di RS. Kanker Dharmais. http://www.dharmais.co.id/majalah/PERAN-
JENIS-HISTOLOGIK-DAN-UMUR-PADA.htm
Edianto, Deri. 2006. Kanker Serviks, Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Edisi Pertama, Cetakan
Pertama, Jakarta : 442-54
41
Fey, Molly C and Beal, Margaret B., 2004. The Role of Human Papilloma Virus
Testing in Cervical Cancer Prevention. J Midwifery Womens Health 49(1):
4-13. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/467126.
[Accessed 12 Maret 2010]
Garcia, Agustin A., 2009. Cervical Cancer. Emedicine Obstetrics and
Gynecology. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/253513-overview. [Accessed 28
Februari 2010]
Ginting, M., 2003. Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap di RSU Dr.
Pirngadi Medan Tahun 2000-2002. Medan: Universitas Sumatera Utara
Handayani, Dori., 2009. Karakteristik Penderita Kanker Serviks Rawat Inap Di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2005-2008. Medan: Universitas
Sumatera Utara. Available from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14634?mode=full [Accessed
28 Februari 2010]
Harjono, M., 1996. Keluarga Berencna dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Haverkos, Harry W., 2005. Multifactorial Etiology of Cervical Cancer: A
Hypothesis. Medscape General Medicine: 7(4):57. Available from:
http://www.medscape.com/viewarticle/515768. [Accessed 27 Februari 2010]
Hibridawati., 2001. Karakteristik Distribusi Penderita Kanker Leher Rahim yang
dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1998-2000. Medan:
Universitas Sumatera Utara
42
Hisworo, Mhd. Ramadhan., 2010. Tingkat Pengetahuan Sikap Bidan serta
Perawat Terhadap Bahaya Kanker Serviks di Rumah Sakit Pelabuhan
Medan Belawan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Hoskins, W. J, et all., 2005. Prinxiple and Practice of Gynecologic Oncology.
Edisi keempat. Library Congress Cataloging-inPublication Data
Indriyani, D., 1991. Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Pada Insidens
Karsinoma Serviks Uteri di RS. Dr. Sardjito 1989-1990. Berita Kedokteran
Masyarakat VII (4). 234-238.
Irianti, Evi., 2003. Karakteristik Penderita Kanker Serviks Uteri Rawat Inap di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 1998 – 2002. Medan : Universitas
Sumatera Utara
MacFarlane-Anderson, Norma., Bazuaye, Patience E., Jackson, Maria D., Smikle,
Monica., Fletcher, Horace M., 2008. Cervical Dysplasia and Cancer and the
Use of Hormonal Contraceptives in Jamaican Women. BMC Women's
Health. Available from: http://www.medscape.com/viewarticle/577238.
[Accessed 23 Maret 2009]
Mardjikoen, Prastowo., 2008. Tumor Ganas Alat Genital. In: Wiknjosastro,
Hanifa., ed. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 380-390.
Mayrand, Marie-Hélène et all., 2007. Human Papillomavirus DNA versus
Papanicolaou Screening Tests for Cervical Cancer. N Engl J Med:
357:1579-1588. Available from:
http://content.nejm.org/cgi/content/full/357/16/1579. [Accessed 21 Februari
2009]
43
Melva., 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Kanker Leher Rahim
pada Penderita yang Datang Berobat di RSUP H. Adam Malik Medan
Tahun 2008. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Nasution, S. Fitri., 2008. Karakteristik Penderita Kanker Serviks yang Dirawat
Inap di RSU. Dr. Pirngadi Medan Tahun 2003-2007. Medan: Universitas
Sumatera Utara
Pardede, Sumondang., Arlinda Sari Wahyuni., Rifwani Gumulya., dkk., 2008.
Prevalensi Kanker Leher Rahim dan Perilaku Kesehatan Reproduksi
Masyarakat Kota Medan Tahun 2008. Medan: Yayasan Kanker Indonesia
Cabang Sumatera Utara.
Randall, Marcus E., Michael, Helen., Morken, Jan Ver., Stehman, Fred., 2005.
Uterine Cervix. In: Hoskins, William J et all., 4th edition. Principles and
Practice of Gynecologic Oncology. USA: Williams & Wilkins. 743-809.
Rasjidi, Imam., 2008. Kanker Serviks. In: Manual Prakanker Serviks. Jakarta: CV
Sagung Seto. 5-24.
, 2008. Modalitas Deteksi Dini Kanker Serviks. In: Manual
Prakanker Serviks. Jakarta: CV Sagung Seto. 53-62.
Stanley, Margaret., 2008. HPV vaccines: are they the answer? British Medical
Bulletin: 88(1): 59-74. Available from:
http://bmb.oxfordjournals.org/cgi/content/abstract/88/1/59. [Accessed 12
Maret 2010]
Sukardja, I Dewa Gede., 2000. Onkologi Klinik. Edisi 2. Surabaya: Airlangga
University Press.
44
Swierzewski, Stanley J., 1999. Cervical Cancer Overview, Incidence and
Prevalence. Healthcommunities.com. Available from:
http://www.oncologychannel.com/cervicalcancer/index.shtml. [Accessed 10
Maret 2010]
Setyarini, Eka., 2009. Faktor- Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian
Kanker Leher Rahim di Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from:
http://etd.eprints.ums.ac.id/3942/2/J410040010.pdf. [Accessed 28 Februari
2010]
Tambunan, G. W., 1995. Diagnosa dan Tatalaksana Sepuluh Jenis Kanker
Terbanyak di Indonesia, Cetakan 2. Jakarta: EGC
UNAIDS/WHO.,1999. Sexually transmitted diseases: policies and principles for
prevention and care.
World Health Organzation (WHO)/Institut Català d’Oncologia (ICO), 2010.
Human Papillomavirus and Related Cancers in Indonesia. Available from:
www. who. int/ hpvcentre. [Accessed 27 February 2010]
Winkjosastro, Hanifa., 2006. Anatomi dan Fisiologi Alat-Alat Reproduksi. In:
Winkjosastro, Hanifa., ed. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 31-44.
Yatim, F., 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Zai, Alfian Elwin., 2009. Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Medan: Universitas Sumatera Utara. Available from:
45
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14739 [Accessed 28 Februari
2010]
Zeller, John L., 2007. Carcinoma of The Cervix. JAMA: 298 (19): 2336.
Available from: http://jama.ama-assn.org/cgi/content/full/298/19/2336.
[Accessed 15 Maret 2010]
46