Transcript

6 MPA 323 / Agustus 2013

Bulan Ramadhan dan bulanSyawal, tidaklah bisa dipisahkan. Se-bab keduanya saling berkaitan. JikaRamadhan ibarat bulan pendidikaninsan, maka Syawal merupakan ruangaplikasi dari proses tarbiyah tersebut.Sebab sudah sewajarnya tiap prosespendidikan menuntut adanya aktu-alisasi. “Tentu saja tidak hanya Syaw-wal. Tapi juga di bulan-bulan beri-kutnya,” tukas Ustad Luthfie Abdul-lah Ismail, Lc.

Agar proses implementasi pen-didikan Ramadhan maksimal, tuturMudir Pondok Pesantren PersatuanIslam (Persis) Bangil ini, maka selamamenjalankan ibadah di bulan puasaharus pula maksimal. “Tentu tidak ba-nyak yang bisa diharapkan di bulanSyawwal, jika saat Ramadhan dilewatidengan ala kadarnya,” tandas cucuA. Hasan pendiri pesantren Persis ini.

Menurut penulis buku TafsirAyat-ayat Hukum ini, banyak halselama Ramadhan yang seharusnyabisa diambil pelajaran. Dan itu sangatsetrategis untuk diaktualisasikan jikamengharap adanya perubahan besardi bulan setelahnya. Diantara pelajar-an itu adalah disiplin waktu, kese-imbangan hidup antara ibadah danmuamalah, kepekaan sosial, kewas-padaan terhadap perbuatan yang me-

rugikan atau dosa, positif thinkingdan selalu bersyukur. “Jika ini mampudipraktekkan setelah Ramadhan,tentu akan terjadi revolusi kehidupanbesar-besaran, baik secara personalataupun kemasyarakatan,” tandasayah 4 anak ini menegaskan.

Namun pria kelahiran Bangil 12Februari 1951 ini menyayangkan, lan-taran banyak umat Islam yang takmampu menggali hikmah-hikmahtersebut. Sebab itu nantinya bisa di-jadikan acuan untuk menjalani kehi-dupan pasca bulan Ramadhan yangpenuh berkah. Tak heran jika banyakyang justru menjadikan Ramadhansebagai rem hawa nafsu sesaat danbulan selanjutnya sebagai ajang pe-lampiasan. “Kalau sudah demikian,jangan mengharap saat Idul Fitri kitamerdeka dari hawa nafsu. Justru ma-lah sebaliknya, kita malah menjadihamba hawa nafsu,” ucapnya meng-ingatkan.

Maka sudah sepatutnya saatmemasuki Idul Fitri kita memantapkanniat untuk membuka lembaran barukehidupan yang lebih baik dari sebe-lum Ramadhan. Islam mengajarkanketika hendak menuju masjid untukshalat Id, dianjurkan untuk menge-luarkan zakat fitrah. Lalu selama Sya-wal juga dianjurkan pula menjalankan

puasa sunnah selama 6 hari – meskitidak harus berurutan. “Ini artinya,agama selalu mengajarkan untuk me-mulai sesuatu itu dengan kefitrahanatau kesucian dan hal yang positif,”tandas Dewan Hisbah Pengurus Pu-sat Persis ini.

Idul Fitri, tutur Drs. Istiqlal ArifLazim, ibarat hari pembebasan dankemenangan dari semua bentuk pe-perangan melawan hawa nafsu. Ke-menangan Idul Fitri yang kita raya-kan, merupakan simbol terkelupasnyadosa-dosa yang telah kita lakukanselama ini.

Menurutnya, seseorang dikata-kan meraih kemenangan fitri mana-kala di dalam jiwanya telah bersih darisifat dengki dan iri hati, ambisius,sombong, angkuh, merasa paling be-nar, dan berbagai sifat tercela lainnya.“Jika setiap individu telah terhindardari sifat-sifat tercela tersebut, berartidia telah tercerahi dengan cahaya ke-tuhanan,” ujarnya.

Seseorang yang telah tersentuhdengan cahaya ketuhanan, paparnya,akan mengalami transformasi menujufitrah bagai seorang bayi yang barulahir menyapa dunia dengan segalaatribut kesuciannya. Dirinya menjadimanusia yang merdeka dari berbagaiketerikatan budaya materialistik dan

Hari Kemenangan FitriMewaspadai Bingkisan Produk Ilegal

dan Kadaluarsa

Luthfie Abdullah Ismail, Lc. Drs. Istiqlal Arif Lazim

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - AGUST 2013.pmd 7/27/2013, 10:32 AM6

7MPA 323 / Agustus 2013

hegemoni kepentingan yang cende-rung menyesatkan. “Itu artinya, se-telah melalui Idul Fitri seseorang akankembali lahir menjadi manusia baru,”tandasnya.

Bagi Direktur Yayasan Perguru-an Al-Irsyad Surabaya ini, Idul Fitrilebih bermakna sebagai titik kulminasipencarian jati diri seseorang akansifat-sifat kemanusiaan yang sejati.“Idul Fitri bukanlah akhir masa ber-puasa. Idul Fitri semestinya harus kitajadikan sebagai pintu gerbang menu-ju kehidupan bermasyarakat yanglebih santun dan beretika,” tutursuami Fauziah Husein Attamimiini.

Idul Fitri memang identikdengan kemenangan yang diper-oleh karena telah menjalani puasasebulan penuh di Bulan Rama-dhan. Sayangnya, masih ada darisebagian umat Islam yang salahmemahami arti kemenangan di HariRaya Idul Fitri. “Umumnya, ma-syarakat masih memaknainya de-ngan hal-hal yang bersifat dho-hiriah,” terangnya prihatin.

Idul Fitri lantas lebih identikdengan membuat atau membelikue, membeli pakaian baru, danberkunjung ke berbagai macamtempat rekreasi atau keramaian.Padahal itu bukanlah yang dimak-sud dengan kemenangan di HariRaya Idul Fitri. “Jika itu yang ter-jadi, maka Idul Fitri justru menjadiawal kekalahan dan kehancuran,”tegas alumni Pondok PesantrenMaskumambang Dukun Gresik ini.

Kemenangan di Hari RayaIdul Fitri, adalah ketika umat Islamtelah berhasil menempa diri melaluiberagam rangkaian ibadah selama se-bulan penuh untuk meningkatkan ke-takwaannya. Itu artinya, budaya po-sitif yang berhasil dibangun selamaRamadhan, harus mampu dipertahan-kan dan terus ditingkatkan. Terutamatradisi menahan hawa nafsu dan lebihmengutamakan kepentingan umatIslam di atas segala kepentingan lain-nya. “Agar hawa nafsu dapat terusditundukkan dan dikendalikan, makaumat Islam tidak boleh jauh apalagimeninggalkan dua hal; yaitu mencin-tai masjid dan senantiasa akrab mem-baca, memahami, dan mentadabburikitab suci al-Qur’an dan sunnah de-ngan penuh kesungguhan,” tukas

alumni Fakultas Tarbiyah Universi-tas Muhammadiyah Surabaya ini.

Itulah mengapa di Hari Raya IdulFitri Rasulullah SAW mengajarkanumatnya untuk saling bersua untukbermaaf-maafan. Dengan demikian,Idul Fitri disebut sebagai hari keme-nangan karena di hari itu kita dianjur-kan untuk saling bersilaturrahmi,saling memaafkan, dan saling peduli,mempererat dan memperkuat hubu-ngan persaudaraan (Ukhuwah Is-lamiyah). “Apabila ada seorangmukmin di Hari Raya Idul Fitri masih

punya dendam, tidak mau memaaf-kan, dan enggan bersilaturrahim, ma-ka sesungguhnya tidak ada kemena-ngan apapun baginya,” tandasnya.

Idul Fitri, tutur MochammadYunus, secara harfiah memiliki duamakna. Pertama, Idul Fitri diterjemah-kan dengan kembali kepada fitrahatau kesucian. Sebab sebulan penuhtelah ditempa dengan ibadah Rama-dhan, sehingga memperoleh ampun-an dan maghfirah Allah SWT. Yangkedua, Idul Fitri diterjemahkan de-ngan hari raya berbuka. Sebab se-telah berpuasa sebulan penuh, lantaspada hari Idul Fitri dirinya tidak ber-puasa sebagai ungkapan syukur ke-padaNya.

Kedua pemaknaan tersebut, me-

nurut Sekretaris MUI (Majelis Ulama’Indonesia) Jatim ini, saling meleng-kapi dan tidak bertentangan samasekali. Jadi disamping sebagai hari dimana manusia dikembalikan pa-da fitrahnya, sekaligus sebagai haribergembiranya kaum Muslimin ka-rena diperintahkan untuk makan danminum (ifthor) sebagai ungkapansyukur kepada Allah SWT.

Oleh karena itulah, terdapat doayang sering dibacakan sesama kaumMuslimin ketika berjabat tangan dansaling memaafkan, yaitu ja’alanalla-

hu waiyyakum minal ‘aidinalfaizin wataqabbalallahu minnawaminkum. Semoga Allah SWTmenjadikan kita semua sebagaihamba-hambaNya yang kembali(kepada fitrah) dan sebagai ham-ba-hambaNya yang menang (me-lawan hawa nafsu).

Beridul fitri yang sahih, lanjutpria kelahiran Surabaya 7 Desem-ber 1971 ini, pertama, berhias de-ngan pakaian yang terbaik, seba-gaimana Hadits Ibnu Umar r.a.(HR. Bukhari no. 948). Kedua,makan beberapa butir kurma se-belum berangkat, sebagaimanaHadits Anas r.a. (HR. Bukhari no.953). Ketiga, berangkat dan pu-lang melewati jalan yang berbeda,sebagaimana Hadits Jabir r.a. (HR.Bukhari no. 986). Keempat, me-ngeraskan takbir semenjak keluardari rumah sampai ditegakkannyashalat. (Lihat ash-Shahihah 1/279).

Namun demikian, kata ayah5 anak ini, di masyarakat telah ada

tradisi yang sangat mengakar. Mere-ka menamakan dengan sungkeman,halal bi halal, kupatan dan sebagai-nya. Yang terpenting, adalah bagai-mana secara terus-menerus mema-sukkan nilai-nilai Islam kedalam tra-disi-tradisi yang sudah ada semacamitu. “Senyampang perbedaan yangada masih dalam koridor ‘Majal al-Ikhtilaf’ (wilayah-wilayah yang masihbisa ditolerir untuk berbeda), tidakmenabrak syari’ah, saya kira tidakmasalah,” ujarnya.

Dalam beridul fitri, sambungSekjen GUIB (Gerakan Ummat IslamBersatu) Jatim ini, hendaknya kitamelakukan amalan-amalan yangdisunnahkan. Seperti memperbanyakmembaca takbir pada malam Idul Fitri,

Mochammad Yunus

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - AGUST 2013.pmd 7/27/2013, 10:32 AM7

8 MPA 323 / Agustus 2013

sejak terbenam matahari sampai de-ngan imam mengangkat takbiratulihram shalat ‘Id. Juga dengan meng-hidupkan malam Idul Fitri denganmemperbanyak beribadah kepadaAllah, baik itu dzikir, shalat, membacaal-Qur’an dan melantunkan kalimattakbir.

Amalan sunnah lainnya, adalahmandi, memakai wangi-wangian, me-makai pakaian yang terbaik, memen-dekkan kuku yang panjang danmenghilangkan bau badan. Sedang-kan bagi makmum disunnahkan agardatang ke masjid atau tempat shalat‘Id dengan berjalan kaki dan berang-kat pagi-pagi setelah shalat Shubuh.Sedangkan bagi imam disunnahkanmengakhirkan kedatangannya kemasjid hingga menjelang shalat.

Sebelum berangkat ke masjid,kata Sekum IDIAL (Ikatan Da’i AreaLokalisasi) Jatim ini, juga disunnah-kan sarapan pagi terlebih dahulu de-ngan bilangan kurma ganjil. Pada saatberangkat juga harus menunjukkanrasa gembira dan bahagia kepada se-mua orang yang ditemui, serta ber-sikap dermawan lebih dari hari-haribiasa. Disamping itu disunnahkanpula untuk berangkat dan pulang dari

masjid melalui jalan yang berbedauntuk syiar agama.

Terkait dengan tingkat peredar-an makanan dan minuman ilegal dankedaluarsa saat menjelang Idul Fitri,anggota bidang Pengkajian KeIslam-an & Pesantren ICMI Jatim ini ber-harap, agar masyarakat jeli mewaspa-dai produk bingkisan yang dikemasdalam bentuk parcel. Dan pemerintahhendaknya mengambil langkah-langkah kongkret, sehingga masya-rakat terlindungi dari produk-produkyang dapat membahayakan masyara-kat. “Sanksi yang tegas harus dite-rapkan agar memiliki efek jera bagiyang sengaja mengedarkan produkilegal dan kadaluwarsa,” tandasnya.

Yang bertanggung jawab terha-dap peredaran makanan dan minum-an yang terindikasi berbahaya ter-sebut, terang Sekretaris EkskutifEdunext Qualita ini, adalah BPOM(Badan Pengawas Obat dan Makan-an). Sebab ini merupakan lembagateknis yang sangat berkompeten.Tentunya bersama lembaga terkaitlain sebagai maitra kerja; sepertiDinas Perindustrian dan Perdagang-an, Dinas Kesehatan, Polri, sertaelemen masyarakat.

MUI Jatim menghimbau, agarpemimpin ormas-ormas Islam ber-upaya mencari titik temu dalam me-netapkan Idul Fitri sehingga dapatmenambah syi’ar Islam, semakinmemperkokoh ukhuwah Islamiyah,dan menghindari kebingungan ma-syarakat. Di sisi lain, semua pihakhendaknya menghormati dan mema-tuhi ketentuan-ketentuan pemerintahdengan penuh kesadaran, sehinggaberbagai bentuk kegiatan yang me-ngandung unsur-unsur kemaksiatandapat dicegah.

Para aparat keamanan khusus-nya POLRI, SATPOL PP dan segenapperangkat yang bertugas di bidangKAMTIBMAS, dimohon agar dapatmeningkatkan tugas-tugas peng-amanan, termasuk pelarangan petas-an. Sebab disamping dapat meng-ganggu kekhidmatan Idul Fitri, jugasangat membahayakan jiwa baik bagipelaku sendiri maupun orang lain.“Miras pun hendaknya dicegah per-edaran dan penjualannnya di Mall,pertokoan, supermarket, warung dantempat umum lainnya,” pintanya pe-nuh harap.

Laporan: Dedy Kurniawan,Suprianto, Fery AS (Surabaya).

01 LAYOUT A - HAL 1 - 19 - AGUST 2013.pmd 7/27/2013, 10:32 AM8


Top Related