Transcript

HADIST TENTANG NIKAH KONTRAK/MUT'AH I. PENDAHULUAN Sudah sering mendengar diberbagai media surat kabar atau televisi tentang terjadinya kawin kontrak yang pernah terjadi di daerah jawa barat semisal kabupaten bogor, ataupun di jawa timur tepatnya di pasuruan. Oleh karna hal ini pernah terjadi pada masyarakat, perlu kiranya kita mengkaji hal ini secara mendalam menurut perspektif hukum islam. Sehingga kita dapat menemukan hukum dari kawin kontrak secara benar menurut aturan syari'at islam. Oleh sebab itu penulis mencoba menggali masalah tersebut dengan bentuk makalah. II. PEMBAHASAN A. Hadis Tentang Kawin Kontrak/Mut'ah 1) 2) 3) Terjemah Hadist Hadist (1) : "saya telah dikabari umar bin ali, beliau berkata telah bercerita kepadaku yahya dari ubaid bin umar, beliau berkata aku telah diceritai zuhri dari hasan dan Abdullah mereka berdua putra dari Muhammad dari bapaknya sesungguhnya seorang laki-laki datang kepada ali ia berpendapat bahwa mut'ah tidak apa-apa, maka ali berkatakepada laki-laki tersebut sesungguhnya kamu adalah orang yang rugi/bodoh, sesungguhnya rosulullah telah melarang mut'ah/nikah kontrak dan dari memakan himar ternak pada waktu hari perang khoibar." Hadist (2) : "saya telah diberi khabar oleh Muhammad bin salamah dan haris bin miskin dalam keadaan mambacakan hadist kepada haris, sedangkan aku mendengarkanya, Muhammad bin salamah berkata telah menceritakan kepadaku ibnul qosim dari malik dari ibnu syihab dari Abdullah dan hasan putra dari Muhammad bin ali dari bapaknya dari ali bin abi tholib, sesungguhnya rosulullah melarang mengontrak wanita/mut'atunnisa di hari perang khoibar dan dari memakan daging himar ternak." Hadist (3) : "telah bercerita kepadaku Muhammad bin yahya bin faris beliau telah diceritai oleh abdurozaq beliau berkata aku telah di ceritai oleh mu'mar dari shohabat zuhri dari robi' bin yasar dari bapaknya, sesungguhnya rosulullah telah mengharamkan mengontrak wanita." B. Sanad/Sumber Hadist hadist yang pertama bersumber dari shohabat amr bin ali dari shohabat yahya dari ubaidillah bin umar, yang diperoleh dari shohabat zuhri dari hasan dan Abdullah dari bapaknya. hadist yang kedua bersumber dari Muhammad bin salamah dan haris bin miskin yang diperoleh dari ibnu qhosim dari shohabat malik dari shohabat syihab dari Abdullah dan hasan kedua putra dari shohabat Muhammad bin ali dari bapaknya yang bersumber dari ali bin abi tholib. hadist yang ketiga bersumber dari shohabat Muhammad bin yahya bin faris dari abdurrozaq diperoleh dari mu'mar dari shohabat zuhri diperoleh lagi dari shohabat robi' bin yasar dari bapaknya.

C. Hukum Yang Ditunjukan Oleh Hadist dan Pendapat Para Ulama Tentang Kawin Mut'ah/Kontrak. Secara eksplisit, hadist tertulis menunjukan tentang larangan terhadap nikah kontrak atu lazim disebut dengan mut'ah, karma ulama mendefinisikan mut'ah dengan menyewanya seorang laki-laki terhadap wanita sampai batas waktu yang di tentukan., dan pada saat itu telah terjadi perkawinan laki-laki dengan wanita dalam waktu yang telah di tentukan, baik satu bulan atau dua bulan, satu hari atau dua hari, kemudian ditinggalkanya setlah laki-laki tersebut mendapatkan apa yang dimaksudkan (memelampiaskan syahwatnya), dan telah tiba waktu yang telah disepakati. Maka pada saat itulah syari'at islam melarang/mengharamkanya, dan hanya memperbolehkan pernikahan yang abadi (tidak dibatasi waktu/terus menerus), dan setiap pernikahan yang diberi batasan waktu hukumnya batal/tidak sah, dikarnakan tidak tampak tujuan dari sebuah pernikahan. Disamping itu para ulama dan para ahli fiqh sepakat tentang sudah ada kepastian hukum haram tentang nikah mut'ah/kontrak, kecuali menurut pendapat kaum rofidhoh dan kaum syi'ah, dimana pendapat mereka di tolak, karma bersebrangan/ bertolak belakang dengan nash qur'an dan hadist dan mufakatnya para ulama dan imam mujtahid Memang betul nikah mut'ah/kontrak diawal penyebaran islam diperbolehkan namun kemudian disalin, dan di tetapkan larangan dan pengharaman atasnya, dan penarikan ucapan shohabat ibnu abas yang mengatakan halalnya mut'ah yang di riwayatkan oleh imam turmudzi,1 Adapun berbagai macam hadist yang memberikan asumsi diperbolehkanya mut'ah diantaranya; - - Itu telah disalin, dengan ucapan nabi yang digaris bawahi pada teks diatas, jadi pada dasarnya kehalalan nikah mut'ah/ kontrak pada masa awal islam, menurut imam asyaukani dalam kitabnya (nailul awthor) adalah kesepian dalam perjalanan (azubah fissafar) dan kesulitan/ keadaan darurat dalam perjalanan, pendapat senada diungkapkan oleh imam ali ashobuni dalam kitabnya rowai'ul bayan.2 Oleh karnanya pendapat yang bisa dibuat pegangan adalah pendapat jumhurul ulama yang mengatakan haramnya nikah mut'ah/kontrak. III. ANALISIS Dari ulasan yang telah tertera, kita sebagai orang yang tergolong ahli sunah, dapat menyimpulkan baik dengan dalil syari' atau aqli/akal tentang pengharaman nikah mut'ah/kontrak.sebagai berikut : 1. Wathi/bersetubuh hanya halal pada istri/zaujah atau budak perempuan yang dimiliki/mamlukah, berdasarkan firman Allah : Artinya : "orang-orang yang menjaga terhadap farjinya/kemaluanya kecuali terhadap istriistrinya atau amat(budak perempuan) yang dimiliki-nya". Sementara pada nikah mut'ah yang wanita bukan tergolong istri atu mamlukah, karma seandainya wanita yang ada pada nikah mut'ah itu dianggap menjadi istri maka akan munculah hak mewaris, penetapan nasab, dan wajib iddah, sementara wanita dalam nikah mut'ah tidak demikian, maka hal demikian sudah jelas batal. 2. adanya berbagai macam banyak hadist yang menunjukan keshorihan/ kejelasan tentang keharamanya nikah mut'ah, semisal hadist yang diriwayatkan oleh imam malik, kemudian imam ibnu majah. Dan masih banyak riwayat-riwayat yang lain. 3. pengharaman oleh sayidina umar diatas mimbar, pada masa kepemimpinanya, dan peristiwa tersebut diakui oleh para shohabat yang lain, yang kemudian jadilah ijmak para

shohabat. 4. yang menjadi tujuan dari nikah mut'ah/kontrak hanyalah melampiaskan syahwat/nafsu birahi semata, tidak untuk mempertahankan/memperbanyak keturunan(attanasul), dan tidak untuk tujuan menjaga keturunan, dimana hal demikian maksud asli dari pernikahan. Maka mut'ah menyerupai zina dari sisi hanya sengaja bersenang-senang bukan untuk yang lain. 5. sebagai orang yang menghambakan diri pada tuntutan syri'at, maka sudah merupakan keharusan memilih hukum haram yang bersifat permanent, bagaimana tidak jumhuru shohabat saja memilih hokum haram dan menjalankanya. IV. PENUTUP Setelah kita berusaha untuk mengungkap sebuah hadist dan sumbernya, besertaan dengan makna yang dikandung pada hadist tersebut sekaligus hokum yang ditunjukan oleh hadist tersebut, kita dapat memaham dengan konkrit dan secara detail, sehingga dapat mencapai kebenaran yang bersifat absolute. V. DAFTAR PUSTAKA 1. al hafidz abi dawud sulaiman bin as'as as-sajastani aS-sunan abi dawud. 2. aS-sunan aN-nasai' 3. alhafidz abi Abdullah Muhammad ibni yazid al qhozwiniy sunan ibnu Majah. 4. Dr. wahbah zuhaili aL-fiqh aL-islami 5. ali ashobuni rowai' aL-bayan.


Top Related