Download - Gmo Opioid
Gangguan Mental dan Perilaku akibat
Penggunaan Zat Opioid
Yuzana TiarasiaPembimbing: dr. Lucy Sp.KJ
SMF Ilmu Kesehatan JiwaRSKJ Soeprapto-FKIK Universitas
Bengkulu
Gangguan Mental & Perilaku akibat Penggunaan Zat
Gangguan yg bervariasi luas Berbeda keparahannya (dari intoksikasi tanpa komplikasi dan penggunaan yg merugikan sampai gangguan psikotik yg jelas & demensia) Semua itu diakibatkan oleh karena penggunaan satu atau lebih zat psikoaktif
Zat Psikoaktif
• Adalah setiap zat yg berpengaruh terhadap SSP dan terbagi atas golongan:- Opiat atau opioid (morfin & heroin)- Neuroleptik (antipsikotik: CPZ, haloperidol)- Stimulans (amfetamin & kokain)- Anti ansietas (diazepam, khlordiazepoksid)- Anti depresan (amitriptilin, imipramin- Sedatif-hipnotik (fenobarbital, kloralhidrat)- Psikedeliks (LSD, meskalin)
Sistem kode
•Zat yang digunakan = karakter ke 2 dan 3•Keadaan klinis = karakter ke 4 dan 5
Misal: F10.03 = Gangguan mental & perilaku akibat penggunaan alkohol, intoksikasi akut dengan delirium
Epidemiologi
•Orang dgn ketergantungan opioid paling sering menggunakan heroin
•Menurut DSM-IV-TR, prevalensi seumur hidup penggunaan heroin sekitar 1%.
•Jumlah pengguna heroin sekitar 600.000-800.000 orang
•Pengguna opioid biasa mulai menggunakan pada usia remaja dan awal 20-an
Etiologi
•Faktor psikososial•Faktor biologis dan genetik•Teori psikodinamik
Identifikasi zat psikoaktif yang digunakan
•Data laporan individu•Analisis objektif dari spesimen urin, darah,
dsb•Bukti lain (sampel obat yang ditemukan
pada pasien, tanda & gejala klinis atau dari laporan pihal ke-3)
Selalu dianjurkan utk mencari bukti yang menguatkan lebih dari 1 sumber terkait penggunaan zat
Gangguan Terkait Opioid DSM-IV-TR
Gangguan terkait opioid DSM-IV-TR
Gangguan penggunaan opioidKetergantungan opioidPenyalahgunaan opioidGangguan terinduksi opioidIntoksikasi opioid (Tentukan apakah dengan gangguan persepsi?)Keadaan putus obatDelirium pada intoksikasi opioidGangguan psikotik terinduksi opiod dengan waham (awitan saat intoksikasi?)Gangguan psikotik terinduksi opioid dengan halusinasiGangguan mood terinduksi opioidDisfungsi seksual terinduksi opioidGangguan tidur terinduksi opioidGangguan terkait opioid yg tak tergolongkan
Ketergantungan Opioid
Kumpulan gejala fisiologis, perilaku & kognitif yg mengindikasikan penggunaan berulang & berkelanjutan zat opioid meski ada masalah signifikan terkait penggunaan tsb.
Ketergantungan obat (WHO): sindrom dimana penggunaan suatu obat menajdi prioritas yg lebih tinggi bagi seseorang dibanding perilaku lain yg memiliki makna yang lebih tinggi.
Sindrom ketergantungan
- kompulsi (keinginan/dorongan kuat yg memaksa)- kesulitan dalam mengendalikan perilaku- keadaan putus zat secara fisiologis- terbukti adanya toleransi (peningkatan dosis)- mengabaikan kesenangan lain akibat zat psikoaktif- tetap menggunakan zat meskipun menyadari akibatnya dalam kesehatan.
Penyalahgunaan opioid
•Istilah yg digunakan utk merujuk suatu pola penggunaan zat opioid maladaptif yg mengarah ke hendaya atau gangguan yg signifikan scr klinis terjadi dlm 12 bulan, namun gejala tdk memenuhi kriteria ketergantungan opioid.
Intoksikasi Akut
Terkait dengan: Tingkat dosis (dose dependent) Individu dgn kondisi organik tertentu (insufisiensi ginjal atau hati) yg dalam dosis kecil menyebabkan efek intoksikasi berat
Intensitas intoksikasi berkurang dgn berlalunya waktu & pada akhirnya efek menghilang bila tidak menggunakan zat lagi.
Intoksikasi Akut (2)
•Intoksikasi akut merupakan kondisi peralihan yg timbul akibat penggunaan alkohol/ zat psikoaktif lain sehingga terjadi gangguan:
- kesadaran - fungsi kognitif - persepsi - afek atau perilaku - fungsi & respon psikofisiologis tertentu
Keadaan putus zat
•Merupakan salah satu indikator dr sindrom ketergantungan & diagnosis sindrom ketergantungan hrs dipertimbangkan
•Gejala fisik bervariasi sesuai zat yg digunakan gangguan psikologis
misal: ansietas, depresi & gangguan tidur. * pasien melaporkan bahwa gejala putus zat mereda dg meneruskan penggunaan zat
Keadaan putus zat dg delirium
•Suatu keadaan putus zat disertai komplikasi delirium
•Delirium Tremens: akibat dr putus alkohol secara absolut/ relatif pd pengguna yg ketergantungan berat dgn riwayat penggunaan lama• Onset terjadi sesudah putus alkohol• Dapat membahayakan jiwa & ggn somatik
Keadaan putus zat dg delirium (2)
•Gejala prodromal: insomnia, gemetar & ketakutan
•Onset dpt didahului kejang setelah putus zat
•Trias klasik gejala:- kesadaran berkabut & kebingungan- halusinasi & ilusi yg hidup (vivid) yg mengenai salah satu panca indera - tremor berat
• Biasa ditemukan waham, agitasi, insomnia/ siklus tidur terbalik & aktivitas otonomik berlebih
Gangguan Psikotik
•Gangguan psikotik yg terjadi selama / segera / sesudah penggunaan zat psikoaktif (dlm 48 jam)
•Bukan merupakan manifestasi putus zat dg delirium/ onset lambat (>2 mg stlh penggunaan)•Gangguan psikotik yang disebabkan oleh
zat psikoaktif muncul dgn pola gejala bervariasi terkait zat yg digunakan (dosis, jangka waktu penggunaan) & kepribadian pengguna.
Gangguan Psikotik (2)
• Dx gangguan psikotik tidak hanya ditegakkan berdasarkan distorsi persepsi/ halusinasi.• Gangguan tsb harus memperlihatkan perubahan yg jelas dr fungsi sebelumnya yg normal•Harus dibedakan dr kondisi yg
berhubungan dgn putus zat. Fenomena putus zat dpt terjadi bbrp hari/ mg sesudah zat dihentikan penggunaannya.
Neurofarmakologi
Efek primer opioid diperantarai reseptor opioid yg
terlibat dalam regulasi & mediasi analgesia,depresi napas, konstipasi & ketergantungan.• Reseptor opioid-k: analgesia, diuresis dan sedasi
• Reseptor opioid-δ: gejala analgesia.
Salah satu efek dari semua opioid: penurunan aliran darah otak pada regio tertentu pada orang dengan ketergantungan opioid.
Komorbid
•Sekitar 90% orang dengan ketergantungan opioid memiliki gangguan psikiatri tambahan.
•Diagnosis komorbid psikiatri yang paling sering:- gangguan depresi mayor- gangguan penggunaan alkohol- gangguan kepribadian antisosial- gangguan ansietas
• 15% orang dg ketergantungan opioid pernah mencoba bunuh diri setidaknya sekali.
• Tingginya prevalensi komorbid dengan diagnosis psikiatri lain perlunya mengembangkan program penanganan landasan luas yg mencakup gangguan psikiatri pd pasien.
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR intoksikasi opioid
Penggunaan opioid baru-baru ini
Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yg secara klinis signifikan (euforia inisial diikuti apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor, daya nilai terganggu atau fungai sosial dan okupasional yg terganggu yg timbul selana atau segera setelah penggunaan opioid
Konstriksi pupul (dilatasi akibat anoksia pd overdosis berar) dan satu atau lebih tanda berikut timbul selama atau segera setelah penggunaan opioid: - mengantuk atau koma - bicara cadel - hendaya atensi atau memori
Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum &;tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain
Kriteria diagnosis DSM-IV-TR Keadaan Putus Opioid
Salah satu hal berikut:1. Penghentian/ pengurangan penggunaan opioid berlangsung lama & memanjang2. Pemberian antagonis opioid setelah periode penggunaan opioid
Tiga atau lebih tanda berikut yg timbul dalam beberapa menit sampai beberapa hari setelah kriteria A:1. Mood disforik2. Mual atai muntah3. Nyeri otot4. Lakrimasi atau rinorea5. Dilatasi pupil, piloereksi atau berkeringat6. Diare7. Menguap8. Demam9. Insomnia
Gejala pada kriteria B menyebabkan penderitaan atau hendaya yang secara klinis signifikan dalam fungsi sosial, okupasional atau area fungsi penting lainnya.
Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain
Gambaran klinis
•Opioid dapat dikonsumsi secara: per oral, dihirup intra nasal & diinjeksikan secara IV atau SC.
•Opioid bersifat adiktif krn melalui sensasi tinggi euforik yg dialami pengguna (terutama IV)
•Gejala terkait mencakup: perasaan hangat, rasa berat di ekstremitas, mulut kering, wajah gatal terutama hidung, dan wajah memerah
•Euforia awal diikuti periode sedasi 'nodding off'
Gambaran klinis (2)
•Penggunaan opioid dapat menginduksi disforia, mual dan muntah pd orang yg belum pernah mengonsumsi opioid.
• Efek fisik opioid:- Depresi napas- Konstriksi papil- Kontraksi otot polos (ureter & kandung
empedu)- Konstipasi- Perubahan TD, denyut jantung & suhu tubuh
Efek samping
• Kemungkinan penularan hepatitis & HIV• Reaksi alergik idiosinkratik terhadap
opioid syok anafilaktik, edema paru & kematian
• Interaksi obat idiosinkratik antara meperidin & inhibitor oksidase monoamin instabilitas otonom menyeluruh, agitasi perilaku berat, koma, kejang & kematian
Overdosis Opioid
• Kematian akibat OD biasa disebabkan oleh henti napas akibat efek depresan napas zat tersebut
• Gejala OD meliputi kurangnya respons nyata:1. Koma2. Nafas lambat3. Hipotermi4. Hipotensi5. Bradikardia
Parkinsonisme terinduksi MPTP
• Sindrom parkinsonisme irreversibel dialami orang yang menelan opioid yg terkontaminasi metil-4 fenil-1,2,3,6-tetradihidropiridin (MPTP) terkait efek neurotoksiknya yg menyebabkan sel mati.
Penanganan & Rehabilitasi
Penanganan overdosis• Pastikan jalan napas adekuat (aspirasi
sekret&pasang alat bantu napas)• Beri ventilasi mekanik sampai antagonis
opioidspesifik, nalokson (IV 0,8 mg per 70 mg per 70
kgBB)
Keadaan putus zat & detoksifikasi• Metadon
Bentuk narkotik sintetik yang mensubstitutsi heroin & dapat dikonsumsi per oral.Bila diberi pecandu k menggantikan zat yang biasa digunakan menekan gejala putus obatDosis 20-80mg, durasi kerja >24 jam
Keuntungan Metadon:1. Mengurangi kemungkinan penyebaran HIV2. Efek euforia minima3. Jarang menyebabkan sedatif4. Jarang menyebabkan depresi pd penggunaan
jangka lama
Kerugian: Tetap tergantung narkotik
• Substitusi opioid lainLevometadil (ORLAAM): opioid dgn kerja lebih lama untuk menangani ketergantungan opioid.
Dosis 30-80 mg tiga kali seminggu• Antagonis opioid
Bekerja dengan mekanisme memblok/ bersifat antagonis terhadap efek opioid1. Nalokson (membalikkan efek narkotik)2. Naltrekson (antagonis dgn kerja terpanjang yaitu
72jam)