Download - Geologi Fisik Unpar PalangkaRaya
BAB I
PETA TOPOGRAFI
I.1 Pengenalan Peta Topografi
Secara umum peta merupakann gambar atau dimensi dari suatu objek
yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi. Dengan mengamati dan
melihat peta akan memudahkan pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan
hakekat daripada peta topografi adalah peta yang menggambarkan keadaan
suatu daerah yang dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan
sebenarnya. Ada beberapa cara penggambaran peta topografi yaitu :
a. Garis Kontur, adalah garis yang menghubungkan titik- titik ketinggian
yang sama pada suatu permukaan bumi
b. Garis hachures, yaitu garis lurus yang ditarik dari titik- titik ketinggian
tertinggi ke titik- titik yang lebih rendah disekitarnya (lereng curam
garisnya makin merapat )
c. Pewarnaan (Tinting),daerah yang mempunyai relief tinggi warnanya
makin gelap sebaliknya relief rendah warnanya makin cerah contohnya
atlas.
d. Bayangan (shading), topografi curam diberi bayangan yang tebal,rapat
serta pendek, sebaliknya daerah landai diberi garis bayangan tipis,
panjang dan renggang.
e. kombinasi, dengan cara menggabungkan antara kontur dengan warna
dan lain-lainnya.
1
I.2 Elemen Peta Topografi
Unsur-unsur penting dalam peta topografi meliputi :
a. Relief, menggambarkan beda tinggi suatu tempat ke tempat lain di suatu
daerah misal bukit, dataran, pegunungan, lembah, lereng dan lain
sebagainya. Biasanya untuk peta topografi berwarna digunakan warna
coklat untuk dataran dan biru untuk lautan, dengan variasi warna
disesuaikan dengan keadaan relief, daerah berelief tinggi warna semakin
tua dan gelap. Relief terjadi karena adanya resistensi antara batuan
terhadap proses erosi dan pelapukan juga dipengaruhi gejala-gejala asal
dalam seperti perlipatan, patahan dan lain sebagainya.
b. Pola Aliran, pola aliran dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan jalan-
jalan pengaliran di dalam suatu kawasan, tanpa memperhatikan apakah
jalan-jalan pengaliran itu mempunyai sungai permanen atau tidak. Pola
aliran dapat dikelompokan ke dalam pola dasar yakni :
1. Derinitik, bentuk sungai berupa cabang-cabang pohon dimana
cabang-cabang sungai berhubungan dengan induk sungai
membentuk sudut-sudut yang meruncing.Biasanya terbentuk pada
batuan yang himogen dengan sedikit atau tanpa pengendalian
struktur.
2. Pararel, pola aliran yang mempunyai arah relatif sejajar, mencuram,
dapat pula pada daerah dengan morfologi yang pararel dan
memanjang. Pola ini mempunyai kecendrungan berkembang kea rah
dendritik atau trellis.
3. Trellis, menyerupai bentuk tangga, dimana sungai-sungai sekunder
(cabang sungai) membentuk sudut siku-siku dengan sungai utama
2
mencirikan daerah sungai pegunungan lipatan (antiklin, sinklin) dan
kekar.
4. Rectangular, pola aliran yang dibentuk oleh percabangan sungai-
sungai yang membentuk sudut siku-siku, lebih banyak dikontrol
oleh factor kekar-kekar yang saling berpotongan dan juga sesar.
5. Redial, pola ini dicirikan oleh suatu jaringan yang memancar keluar
dari satu titik pusat, biasanya mencirikan daerah pegunungan atau
kubah.
6. Annular, pola ini hampir sama dengan pola radial hanya saja yang
membedakan jika pada pola radial jaringan sungai memancar keluar
dari suatu titik sedangkan pada pola annular jaringan sungai
berkumpul pada suatu daerah.
7. pola pengaliran multi basinal Disebut juga sink hole, adalah pola
pengaliran yang tidak sempurna, kadang tampak kadang hilangyang
disebut sebagai sungai bawah tanah, pola ini bekembang pada
daerah karst atau batu gamping
8. pola pengaliran contorted adalah pola pengaliran yang arah
alirannya berbalik dar arah semula, pola ini terdapat pada daerah
patahan.
3
Gambar I.1 Pola Pengairan Umum
4
Gambar I..2. Modifikasi Pola Pengaliran, dalam Skal yang Luas
5
6
Gambar I.3 Modifikasi pola pengaliran-pengaliran
c. Kebudayaan (culture), yaitu segala bentuk hasil budi daya manusia,
misalnya perkampungan, jalan, persawahan, dan sebagainya. Culture
sangat membantu geologi dalam penentuan lokasi. Pada umumnya pada
peta topografi relief akan digambarkan dengan warna coklat, drainage
dengan warna biru dan culture dengan warna hitam. Hal ini sangat
membantu dalam hal penentuan lokasi.
I.3 Kelengkapan Peta Topografi
Pada peta topografi yan baik harus terdapat unsure atau keterangan yang
dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penelitian atau kemiliteran yakni:
a. Skala
Merupakan perbandingan jarak horizontal yang sebenarnya dengan
jarak peta. Perlu diketahui bahwa jarak yang diukur pada peta adalah
jarak horizontal. Ada 3 macam skala yang biasa dipakai pada peta
topografi.
1. Representative Feaction Scale (Scala R. F.)
Ditunjukan dengan pecahan contoh 1:10000. Artinya 1 cm
di peta sama dengan 10000 cm di lapangan atau sama dengan
100 m di lapangan. Kelemahan penggunaan skala ini yaitu jika
peta mengalami pemuaian maka skala tidak akan berlaku lagi.
2. Grafik Scale ( Skala Grafik)
Yaitu perbandingan jarak horizontal sesungguhnya dengan
jarak pada peta yang ditunjukan dengan sepotong garis. Skala ini
adalah paling baik karena tidak terpengaruh oleh pemuaian
maupan penciutan dari peta.
3. Verbal Scale (Skala Verbal)
Dinyatakan dalam ukuran panjang, contah 1 cm = 10 km.
Skala ini hampir sama dengan skala R. F.
7
b. Arah Utara Peta
Salah satu perlengkapan peta yang tidak kalah pentingnya adalah
arah utara, karena tiap peta dapat digunakan dengan baik haruslah
diketahui arah urtaranya. Arah utara ini berguna untuk penyesuaian
dengan antara utara peta dngan arah utara jarum kompas. Ada 3
macam arah utara jarum kompas yaitu:
- arah utara magnetik
- Grid North
- True North
c. Legenda
Peta topografi banyak digunakan tanda untuk mewakili bermacam-
macam keadan yang ada di lapangan dan biasanya terletak di bagian
bawah peta.
d. Judul Peta
Judul peta meruapakan nama daerah yang tercakup didalam peta
dan berguna unuk pencairanpeta bila suatu waktu diperlukan. Sumber
pembagian nomor lembar peta tersebut disebut Quadrangle.
e. Converage Diagram
Maksudnya peta tersebut dibuat dengan cara atau metode yang
bagaimana, hal ini untuk dapat memperkirakan sampai sejauh mana
kebaikan atau ketelitian peta. Misalnya dibuat berdasarkan foto udara
atau dibuat berdasarkan pengukuran di lapangan.
f. Indeks Administrasi
Pembagian Daerah berdasarkan hokum administrasi, hal mini
penting untuk memudahkan pengurusan surat izin untuk melakukan
atau mengadakan penelitian pemetaan.
8
g. Indeks Adjoing Sheet
Menunjukan kedudukan peta yang bersangkutan terhadap lembar-
lembar peta di sekitarnya.
h. Edisi Peta
Edisi peta dapat dipakai untuk mengetahui mutu dari pada peta
atau mengetahui kapan peta tersebut dicetak atau dibuat.
I.4 Peta Topografi dan Garis Kontur
Untuk memahami peta kontur perlu dipelajari terlebih dahulu tentang
garis kontur. Beserta sifat-sifatnya yang antara lain adalah sebagai berikut:
a. Garis Kontur
Merupakan garis-garis yang menghubungkan titik yang
mempunyai ketinggian sama yang diukur dari suatu bidang
perbandingan. Bidang pembanding ini biasanya diambil dari
permukaan air laut rata-rata.
b. Intrval Kontur
Jarak vertical antara garis kontur satu dengan garis yang lainnya
yang berurutan.
c. Indeks Kontur
Garis kontur yang dicetak tebal pada peta, yang mana merupakan
kelipatan tertentu dari beberapa garis kontur.
d. Kontur Setengah
Garis kon tur yang harga ketinggiannya adalah setengah dari
interval kontur. Biasanya digambar dengan garis putus-putus.
I.5 Penentuan Interval Kontur
Untuk hal-hal yang umum dapat menggunakan rumus:
9
IK = x N
Di mana:
IK = interval kontur
N = skala peta
Misal peta dengan skala 1 : 50.000, sehingga interval konturnya
adalah 25 m. Tetapi penentua interval kontur dengan rumus seperti di atas
tidaklah mutlak tergantung daripada kebutahan atau tujuan pembuatan peta
tersebut. Misal peta untuk daerah petambangan dengan luasan yang kecil
tentunya menggunakan interval kontur yang lebih kecil sehingga relief daerah
dapat dilihat dengan jelas.
I.6 Sifat-sifat garis Kontur
1. Garis kontur tidak akan berpotongan satu sama lainnya.
2. Garis kontur tidak akan bertemu satu dengan garis kontur yang
memiliki ketinggian berbeda.
3. Garis kontur akan meregang jika landai dan rapat jika curam.
4. Garis kontur yang memotong sungai meruncing kearah hulu.
5. Garis kontur harus digambarkan hingga batas tepi peta.
6. Garis kontur setngah digambarkan degan garis putus-putus.
I.7 Penentuan Titik Ketinggian dan Jarak
Ada beberapa cara untuk menentukan titik ketinggian dan jarak yakni:
a) Pada indeks kontur langsung dapat diketahui.
b) Pada intermediate kontur dihitung dari indeks kontur
dengan mesmperhatikan interval kontur.
c) Pada intermediate kontur cara interpolasi.
10
d) Titik triangulasi.
I.8 Sistem Quadrangle
Sistem Quadrangle adalah suatu cara dalam penataan pembuatan
registrasi pada peta topografi. Sistem Quadrangle di Indonesia ada 2 macam
yaitu system lama dan system baru. Perbedaan keduanya terletak pada
perbandingan luas peta , notasi, dan pembagian derajat busurnya.
a) Sistem Quadrangle Lama
Adalah sisa peninggalan jaman pendudukan Belanda.
Ketentuan-ketentuan yang ada dam sisitem ini adalah:
Pembagian kotak dengan luas 20’ x 20’ berskala 1 : 100.000
Titik 0o bujur ada di Jakarta dan titik 00 lintang ada di
equatorial.
Penomoran garis lintang dengan angka Romawi sedang
penomoran garis bujur dengan angka akrab.
Notasi lembar peta dan skala ditulis, missal L
Peta no.40/XX, skala 1 :100.000
Peta no.40/XX-A, skala 1 : 50.000
Peta no.40XX-a, skala 1 : 25.000
40
11
A B C d
E F G h
I J K l
M N O p
XX
b) Sistem Quadrangle Baru
Notasinya semua ditulis dengan angka Arab. Pembagian kotak-
kotaknya mempunyai luas 30’ x 20’ dengan 0 derajat dihitung dari
Greenwich. Cara penulisanya adalah missal 5018 angka 50 merupakan
angka perubahan secara horizontal dan angka 18 merupakan perubahan
secara vertical.
Peta no.5019 berskala 1 : 100.000 sedangkan peta no.5019-IV
berskala 1 : 50.000
I.9 Profil Topografi
Untuk mengetahui kenampakan morfologi dan kenampakan sturktur
geologoi suatu daerah, maka daerah tersebut perlu digambarkan suatu
penampang tegak atau profil. Penampang tegak atau sayatan tegak adalah
gambaran yang memperlihatkan profil atau bentukan dari permukaan bumi.
Profil ini diperoleh dari line of section.
12
5019 5119
5018 5118
IV I
II II 5019
Gambar I.4 Profil Topografi suatu daerah
I.10 Penentuan Besar Kelerengan dan Beda Tinggi
Peta Topografi merupakan peta yang menggambarkan keadaan
relief suatu daerah, dimana kontur renggang menggambarkan daerah yang
relative datar, sedangkan kontur yang rapat menggambarkan daerah yang
terjal atau curam, di dalam peta topografi kadangkala kita banyak
diperhadapkan degan pertanyaan di antaranya berapa besar kelerngan
suatu tempat? Atau berapa beda tinggi daerah x? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, di dalam acara praktikum ini akan kita bahas cara-
cara mengetahui nilai suatu kelerengan dan beda tinggi suatu daerah.
Rumus mencari besar kelerengan dan beda tunggi:
d(m) = panjang sayatan x skala peta
h(m) = (n kontur – 1) x IK
hr =
13
kr =
Keterangan:
d = jarak datar (m)
h = ketinggian (m)
hr = beda tinggi (m)
kr = kelerengan (%)
14
BAB II
BATUAN BEKU
II.1 Pengertian Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api")
adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan
sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan
ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi.
Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses
berikut: kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan
komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan,
sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi. Berdasarkan
teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik
dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari
pembekuan magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral
penyusunnya relatif besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro,
diorite, dan granit (yang sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan
beku vulkanik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat
cepat (misalnya akibat letusan gunung api) sehingga mineral penyusunnya
lebih kecil. Contohnya adalah basalt, andesit (yang sering dijadikan pondasi
rumah), dan dacite
15
Gambar II.1.batuan beku ; jalur yang berwarna lebih muda
menunjukkan arah aliran larva.
Batuan beku terbagi atas batuan beku dalam dab batuan beku luar:
a) Batuan Beku Dalam
Magma yang membeku di bawah permukaan bumi,
pendinginannya sangat lambat (dapat mencapai jutaan tahun),
memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusive. Tubuh batuan
beku dalam mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam,
tergantung pada kondisi magma dan batuan di sekitarnya. Magma
dapat menyusup pada batuan di sekitarnya atau menerobos melalui
rekahan-rekahan pada batuan di sekelilingnya. Bentuk-bentuk
batuan beku yang memotong struktur batuan di sekitarnya disebut
diskordan, termasuk di dalamnya adalah batholit, stok, dyke, dan
jenjang volkanik.
1. Batholit, merupakan tubuh batuan beku dalam yang paling
besar dimensinya. Bentuknya tidak beraturan, memotong
lapisan-lapisan batuan yang diterobosnya. Kebanyakan
batolit merupakan kumpulan massa dari sejumlah tubuh-
tubuh intrusi yang berkomposisi agak berbeda. Perbedaan ini
mencerminkan bervariasinya magma pembentuk batholit.
Beberapa batholit mencapai lebih dari 1000 km panjangnya
dan 250 km lebarnya. Dari penelitian geofisika dan penelitian
singkapan di lapangan didapatkan bahwa tebal batholit antara
16
20-30 km. Batholite tidak terbentuk oleh magma yang
menyusup dalam rekahan, karena tidak ada rekahan yang
sebesar dimensi batolit. Karena besarnya, batholit dapat
mendorong batuan yang di1atasnya. Meskipun batuan yang
diterobos dapat tertekan ke atas oleh magma yang bergerak
ke atas secara perlahan, tentunya ada proses lain yang
bekerja. Magma yang naik melepaskan fragmen-fragmen
batuan yang menutupinya. Proses ini dinamakan stopping.
Blok-blok hasil stopping lebih padat dibandingkna magma
yang naik, sehingga mengendap. Saat mengendap fragmen-
fragmen ini bereaksi dan sebagian terlarut dalam magma.
Tidak semua magma terlarut dan mengendap di dasar dapur
magma. Setiap frgamen batuan yang berada dalam tubuh
magma yang sudah membeku dinamakan Xenolith.
2. Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan
dimensinya lebih kecil dibandingkan dengan batholit, tidak
lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta suatu tubuh
batholit atau bagian atas batholit.
3. Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi
yang dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil.
Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang kedua sisinya
sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang
diterobosnya.
4. Jenjang Volkanik, adalah pipa gunung api di bawah kawah
yang mengalirkan magma ke kepundan. Kemudian setelah
batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka batuan
beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol
dari topografi disekitarnya.
17
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di
sekitarnya disebut konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan
lopolit.
Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar
terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk
tabular dan sisi-sisinya sejajar.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah
bentuk bagian atasnya, batuan yang diterobosnya
melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah landai.
Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat
proses-proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya
eksogen, batuan beku dapt tersingka di permukaan.
Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian
atas dan bawahnya cekung ke atas.
Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh
intrusi, juga terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada
komposisi mineral pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara
tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku fanerik.
b) Batuan Beku Luar
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui
rekahan atau lubang kepundan gunung api sebagai erupsi,
mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif.
Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan disebut
sebagai fissure eruption. Pada umumnya magma basaltis yang
viskositasnya rendah dapat mengalir di sekitar rekahannya,
menjadi hamparan lava basalt yang disebut plateau basalt. Erupsi
yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan
erupsi sentral. Magma dapat mengalir melaui lereng, sebagai aliran
18
lava atau ikut tersembur ke atas bersama gas-gas sebagai
piroklastik. Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis
tergantung apda komposisi magmanya dan tempat terbentuknya.
Apabila magma membeku di bawah permukaan air terbentuklah
lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena
pembentukannya di bawah tekanan air. Dalam klasifikasi batuan
beku batuan beku luar terklasifikasi ke dalam kelompok batuan
beku afanitik.
II.2 Struktur Batuan Beku
Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan
menjadi batuan beku ekstrusif dan intrusif. Hal ini pada nantinya
akan menyebabkan perbedaan pada tekstur masing masing batuan
tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap
merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan
inilah yang disebut sebagai struktur batuan beku.
1. Struktur Batuan Beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku
ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur yang
memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat
pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
1. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan
yang terlihat seragam.
2. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat
sebagai lapisan
19
3. Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan
terpisah poligonal seperti batang pensil.Pillow lava, yaitu struktur
yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini
diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
4. Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-
lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan
gas pada saat pembekuan.
5. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi
oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
6. Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran
2. Struktur Batuan Beku Intrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses
pembekuannya berlangsung dibawah permukaan bumi. berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya struktur
tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan
diskordan.
a) Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan
disekitarnya, jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan
perlapisan batuan disekitarnya.
2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome),
dimana perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi
melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan
20
bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2
sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan meter.
3) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari
laccolith, yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah.
Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari laccolith,
yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman
ribuan meter.
4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau
antiklin yang telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith
berkisar antara ratusan sampai ribuan kilometer.
b) Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan
batuan disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
1) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya
dan memiliki bentuk tabular atau memanjang. Ketebalannya dari
beberapa sentimeter sampai puluhan kilometer dengan panjang
ratusan meter.
2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat
besar yaitu > 100 km2 dan membeku pada kedalaman yang
besar.
3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi
ukurannya lebih kecil.
21
Gambar II. 2. Struktur Batuan Beku Intrusif
II.3 Tekstur Batuan Beku
Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan
temperatur, perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan
magma ini mengalami kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut
pada saat pembekuan magma mengakibatkan terbentuknya batuan yang
memilki tekstur yang berbeda.
Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan
yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama
maka mineral-mineral penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem
22
kristal tertentu dengan ukuran mineral yang relatif besar. Sedangkan pada
kondisi pembekuan dengan temperatur dan tekanan permukaan yang rendah,
mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat membentuk sistem
kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak memiliki
sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.
Gambar II.3 Tekstur Batuan Beku
Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:
1. Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak memiliki Kristal (amorf)
2. Afanitik (fine grained texture), bebrutir sangat halus hanya dapat dilihat
dengan mikroskop
3. Fanerik (coarse grained texture), berbutir cukup besar sehingga
komponen mineral pembentuknya dapat dibedakan secara megaskopis.
23
4. Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus di mana terdapat campuran
antara butiran-butian kasar di dalam massa dengan butiran-butiran yang
lebih halus. Butiran besar yang bentuknya relative sempurna disebut
Fenokrist sedangkan butiran halus di sekitar fenokrist disebut
massadasar.
Secara ringkas, klasifikasi batuan beku dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tabel.II.1 klasifikasi batuan beku
Pengamatan tekstur meliputi, tingkat kristalisasi, keseragaman kristal
dan ukuran kristal yang masing-masing dapat dibedakan menjadi beberapa
macam berdasarkan :.
1. Derajat Kristalisasi
a. Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun
oleh kristal.
b. Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan
gelas
c. Holohialin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun
oleh gelas.
2. Granularitas
24
a. Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh
mineral-mineral yang berukuran kasar.
b. Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh
mineral berukuran halus.
3. Bentuk kristal
Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk
pertama kali biasanya berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk
terakhir biasanya mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak
sempurna.
Bentuk mineral yang terlihat melalui pengamatan mikroskop yaitu:
a) Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna
b) Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna
c) Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.
4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya
a. Panoidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi
oleh bidang kristal atau bentuk kristal euhedral (sempurna)
b. Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya
berbentuk euhedral dan subhedral.
c. Allotriomorf (Xenomorf), sebagian bear penyusunnya merupakan
kristal yang berbentuk anhedral.
5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya
Relasi adalah hubungan antara kristal yang satu dengan yang
lainnya dalam batuan. Secara garis besar dibagi dua yaitu:
25
a. Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya
hampir sama
b. Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya
tidak sama
II.4 Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku kita cukup
mempergunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan
mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun
batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua yaitu:
1. Mineral Felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama
dari mineral kuarsa, feldspar, feldspartoid, dan muskovit.
2. Mineral mafik, yaitu mineral-mineral yang berwarna gelap,
terutama biotit, amphibol, dan olivin.
Gambar II.4 Skoria
26
Gambar II.5 Rhyolit
BAB III
BATUAN SEDIMEN
III.1 Pengertian Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terjadi akibat proses litifikasi
dari hancuran batuan lain. Litifikasi batuan adalah proses yang meliputi
27
kompaksi, autigenik, diagnesa yaitu prises terubahnya material pembentuk
batuan yang bersifat lepas menjadi batuan yang kompak. Batuan ini juga
dibentuk oleh proses-proses yang terjadi di permukaan bumi, oleh
Koesoemadinata (1979) telah membedakan batuan sedimen menjadi lioma
golongan.
Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat
yang disebut cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar
kemungkinan terendapkan karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari
daerah sekitarnya dan karena bentuknya yang cekung ditambah akibat
gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka susah sekali sedimen tersebut
akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan semakin banyaknya
sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami penurunan
dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin banyak
sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak
disebabkan oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang
dipengaruhi juga struktur yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya
patahan.
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara, yaitu :
1) Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang
sangat kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu
diangkut oleh aliran air atau angin yang ada.
2) Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti
pasir, kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada
aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-
partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai
pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran
pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut
bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong
sedimen yang satu dengan lainnya.
28
3) Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya
terjadi pada sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada
mampu menghisap dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya
karena gaya grafitasi yang ada mampu mengembalikan sedimen
pasir tersebut ke dasar.
Pada saat kekuatan untuk mengangkut sedimen tidak cukup besar
dalam membawa sedimen-sedimen yang ada maka sedimen tersebut akan
jatuh atau mungkin tertahan akibat gaya gravitasi yang ada. Setelah itu
proses sedimentasi dapat berlangsung sehingga mampu mengubah
sedimen-sedimen tersebut menjadi suatu batuan sedimen. Material yang
menyusun batuan sedimen adalah lumpur, pasir, kelikir, kerakal, dan
sebagainya. Sedimen ini akan menjadi batuan sedimen apabila mengalami
proses pengerasan.
Sedimen akan menjadi batuan sedimen melalui proses pengerasan
atau pembatuan (lithifikasi) yang melibatkan proses pemadatan
(compaction), sementasi (cementation) dan diagenesa dan lithifikasi. Ciri-
ciri batuan sedimen adalah: (1). Berlapis (stratification), (2) Mengandung
fosil, (3) Memiliki struktur sedimen, dan (4). Tersusun dari fragmen
butiran hasil transportasi.
Secara umumnya, sedimen atau batuan sedimen terbentuk dengan dua
cara, yaitu:
1. Batuan sedimen yang terbentuk dalam cekungan pengendapan atau
dengan kata lain tidak mengalami proses pengangkutan. Sedimen
ini dikenal sebagai sedimen autochthonous. Yang termasuk dalam
29
kelompok batuan autochhonous antara lain adalah batuan evaporit
(halit) dan batugamping.
2. Batuan sedimen yang mengalami proses transportasi, atau dengan
kata lain, sedimen yang berasal dari luar cekungan yang ditransport
dan diendapkan di dalam cekungan. Sedimen ini dikenal dengan
sedimen allochthonous. Yang termasuk dalam kelompok sedimen
ini adalah Batupasir, Konglomerat, Breksi, Batuan Epiklastik.
Selain kedua jenis batuan tersebut diatas, batuan sedimen dapat
dikelompokkan pada beberapa jenis, berdasarkan cara dan proses
pembentukkannya, yaitu :
1. Terrigenous (detrital atau klastik). Batuan sedimen klastik
merupakan batuan yang berasal dari suatu tempat yang kemudian
tertransportasi dan diendapkan pada suatu cekungan. Contoh: a).
Konglomerat atau Breksi; b). Batupasir; c). Batulanau; d).
Lempung
2. Sedimen kimiawi/biokimia (Chemical/biochemical). Batuan
sedimen kimiawi / biokimia adalah batuan hasil pengendapan dari
proses kimiawi suatu larutan, atau organisme bercangkang atau
yang mengandung mineral silika atau fosfat. Batuan yang termasuk
dalam kumpulan ini adalah: a). Evaporit ; b). Batuan sedimen
karbonat (batugamping dan dolomit) ; c). Batuan sedimen bersilika
(rijang) ; d). Endapan organik (batubara)
3. Batuan volkanoklastik (Volcanoclastic rocks). Batuan
volkanoklastik yang berasal daripada aktivitas gunungapi. Debu
dari aktivitas gunungapi ini akan terendapkan seperti sedimen yang
lain. Adapun kelompok batuan volkanoklastik adalah: Batupasir
tufa dan Aglomerat
Secara garis besar, genesa batuan sedimen dapat dibagi menjadi
dua, yaitu : Batuan Sedimen Klastik dan Batuan Sedimen Non-klastik.
30
Batuan sedimen klastik
Batuan yang terbentuk dari hasil rombakan batuan yang sudah ada
(batuan beku, metamorf, atau sedimen) yang kemudian diangkut oleh
media (air, angin, gletser) dan diendapkan disuatu cekungan. Proses
pengendapan sedimen terjadi terus menerus sesuai dengan berjalannya
waktu sehingga endapan sedimen semakin lama semakin bertambah tebal.
Beban sedimen yang semakin tebal mengakibatkan endapan sedimen
mengalami kompaksi. Sedimen yang terkompaksi kemudian mengalami
proses diagenesa, sementasi dan akhirnya mengalami lithifikasi
(pembatuan) menjadi batuan sedimen.
Batuan sedimen Non-klastik
Batuan sedimen yang genesanya (pembentukannya) dapat berasal
dari proses kimiawi, atau sedimen yang berasal dari sisa-sisa organisme
yang telah mati.
Gambar III.1 Batu Pasir
31
Gambar III.2 Batubara
32
Gambar III.4Konglomerat
Gambar III.5 Contoh Batuan Sedimen
III.2 Batuan sedimen klastik
Didalam pemerian batuan sedimen klastik yang mempunyai ukuran
butir yang relatif kasardibedakan atas tiga bagian yakni:
33
1. Komposisi
Pada batuan sedimen klastik ini, pemerian komposisi mineralnya
didasarkan atas:
Fragmen
Yakni butiran pembentuk batuan yang berukuran paling
besar, fragmen dapat berupa butiran mineral, batuan, atau fosil.
Matrik
Yakni bagian dari butiran pembentuk batuan yang
berukuran lebih kecil dari fragmen, biasanya mempunyai
komposisi yang sama dengan fragmen.
Semen
Yakni bahan pengikat antara matrik dan semen.
2 Tekstur
Ada tiga hal yang menjadi perhatian dalam pengamatan tekstur
dalam batuan sedimen:
a. Ukuran Besar Butir (Grain Size)
Dalam pemerian ukuran besar butir digunakan pedoman
ukuran berdasarkan skala Wentworth, yaitu:
34
Table III.1 Skala Wentworth untuk mentukan besarnya ukuran butir
Nama Butir Besar Butir (mm)
Bongkah Boulder 256
Brangkal Couble 256-64
Kerakal Pebble 64-4
Kerikil Granule 4-2
Pasir Sangat Kasar Very Coarse Sand 2-1
Pasir Sedang Medium Sand ½ -1/4
Pasir Halus Fine Sand ¼ -1/8
Pasir Sangat Halus Very Fine Sand 1/8-1/16
Lanau Silt 1/16-1/256
Lempung Clay 1/256
3. Derajat Pemilahan/ Sortasi
Yang dimaksud dengan derajat pemilahan atau sortasi adalah
tingkat keseragaman dari butiran pembentuk batuan sedimen.
Derajat pemilahan ini pun hanya dapat diamati secara megaskopis
pada batuan yang bertekstur kasar, tingkat derajat pemilahan terdiri
dari pemilahan baik (well sorted), pemilahan sedang (moderately
sorted), dan pemilahan buruk (poorly sorted).
4. Derajat Pembundaran (Roundness)
35
Yang dimaksud dengan derajat pembundaran atau roundness
adalah nilai membulat/meruncingnya fragmen pembentuk batuan
sedimen, yang dapat dikategorikan kedalam menyudut (angular),
menyudut tanggung (subangular), membulat (rounded) membulat
tanggung (subrounded), dan membulat baik (well rounded).
5. Struktur
Struktur batuan sedimen tidak banyak dilihat dari contoh-
contoh batuan di laboratorium. Macam-macam astruktur batuan
sedimen yang penting antara lain Struktur Perlapisan, dimana
struktur ini merupakan sifat utama dari batuan sedimen klastik
yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil proses
pengendapan.
III.3. Batuan Sedimen Non-klastik
1. Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik adalah yang dihasilkan olek aktifitas
organisme yang terdapat sebagai sisa organisme yang biasanya tetap
tinggal di tempatnya. Contohnya dari batuan sedimen semacam ini
adalah batu gamping koral, diatomea, dll. Pada batuan sedimen
organik selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan jelas
walaupun seringkali terdapat rekristalisasi.
2. Batuan Sedimen Kimia
Sebagian dari sedimen semacam ini dihasilkan oleh proses
penguapan. Contohnya adalah endapan gypsum, garam, dan lain-lain.
36
Batuan sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam
mineral saja yang jelas walaupan bersifat berhablur tetapi kilapnya
adalah non-metalik.
BAB IV
BATUAN METAMORF
IV.1 Pengertian Batuan Metamorf
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses
metamorfose pada batuan yang.telah ada sebelumnya. Proses metamorfose
sendiri adalah proses perubahan mineral, tekstur atau struktur batuan dalam
keadaan padat akibat perubahan tekanan (P) dan suhu yang tinggi /
temperature (T) dalam kerak bumi tanpa perubahan pada komposisi kimia.
Proses metamorfose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat
tanpa melalui fase cair. Dimana komposisi kimia batuan tidak berubah tetapi
yang berubah hanya susunan mineraloginya. Kondisi-kondisi yang harus
terpenuhi dalam pembentukan batuan metamorf adalah:
Terjadi dalam suasana padat
Bersifat isokimia
Terbentuknya mineral baru yang merupakan mineral khas metamorfosa
Terbentuknya tekstur dan struktur baru.
Proses metamorfosa diakibatkan oleh dua factor utama yaitu
Tekanan dan Temperatur (P dan T). Panas dari intrusi magma adalah sumber
utama yang menyebabkan metamorfosa. Tekanan terjadi diakibatkan oleh
beban perlapisan diatas (lithostatic pressure) atau tekanan diferensial
sebagai hasil berbagai stress misalnya tektonik stress (differential stress).
37
Fluida yang berasal dari batuan sedimen dan magma dapat mempercepat
reaksi kima yang berlangsung pada saat proses metamorfosa yang dapat
menyebabkan pembentukan mineral baru. Metamorfosis dapat terjadi di
setiap kondisi tektonik, tetapi yang paling umum dijumpai pada daerah
kovergensi lempeng.
IV.2 Tipe-tipe Metamorfose
1. Metamorfose sentuh / termal / kontak
Metamorfose yang terjadi akibat intrusi magma atau
ekstrusi lava. Perubahan yang terjadi akibat temparatur (T) yang
tinggi.
2. Metamorfose dinamik
Metamorfose yang terjadi pada daerah yang mengalami
dislokasi intensif. Biasanya didapatkan di daerah sempit, misal
akibat patahan. Metamorfose yang terjadi diakibatkan oleh
kenaikan tekanan (P).
3. Metamorfose regional
Metamorfose yang terjadi pada daerah yang luas akibat
pembentukan pegunungan atau orogenesa. Batuan yang
termetamorfose diakibatkan terutama oleh kenaikan tekanan (P)
dan temperatur (T) secara bersama-sama. Biasanya didapatkan di
daerah geosinklin yang dasarnya mengalami penurunan.
Fasies metamorfosis dicirikan oleh mineral atau himpunan
mineral yang mencirikan sebaran T dan P tertentu. Mineral-mineral itu
disebut sebagai mineral index. Beberapa contoh mineral index antara
lain:
Staurolite: intermediate high-grade metamorphism
38
Actinolite: low intermediate metamorphism
Kyanite: intermediate high-grade
Silimanite: high grade metamorphism
Zeolite: low grade metamorphism
Epidote: contact metamorphism
IV.3 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur dalam batuan metamorf menyangkut mengenai rekristalisasi
dari mineral yang sangat dipengaruhi oleh temperatur yang terjadi saat
metamorfose. Tekstur dalam batuan metamorf akan dicerminkan oleh
ukuran dan bentuk butir penyusun.
Tekstur dalam batuan metamorf dibedakan atas dua macam yaitu
Kristaloblastik dan Palimpsest.
1. Kristaloblastik
Yaitu mineral-mireral batuan asal sudah mengalami kristalisasi
kembali seluruhnya pada waktu terjadi metamorfose. Terjadi pada saat
tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak
tampak lagi), dalam pembentukan batuan beku mineral tumbuh pada
suasana cair. Penamaannya biasanya diakhiri dengan kata blastik.
a. Lepidoblastik
Terdiri dari mineral-mineral
tabular/pipih, misalnya mineral mika
(muskovit, biotit).
39
Gambar IV.1 Lepidoblastik
b. Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral
plagioklas, k-felspar, piroksen.
Gambar IV.2 Nematoblastik
c. Granoblastik
Terdiri dari mineral-mineral granular
(equidimensional), dengan batas-batas sutura
(tidak teratur), dengan bentuk mineral
anhedral, misalnya kuarsa.
Gambar IV.3 Granoblastik
d. Porfiroblastik
Tekstur pada batuan metamorf
dimana suatau kristal besar (fenokris)
40
tertanam pada massa dasar yang relatif
halus.
Gambar IV.4 Porfiroblastik
e. Idioblastik
Tekstur pada batuan metamorf di mana bentuk mineral-
mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
f. Xenoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-
mineral penyusunnya berbentuk anhedral.
Gambar IV.5 tektur dari kristaloblatik
2. Relict texture (tekstur sisa) atau Palimpsest
Yaitu tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan tekstur
batuan asalnya. Penamaanya biasanya diawali dengan kata blasto.
41
a. Blastoporfiritik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porfiritik.
b. Blastoopitik
Suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur apitik.
IV.4 Struktur
Struktur batuan metamorf merupakan hubungan antar butir-butir
penyusun dalam batuan metamorf. Struktur dalam batuan metamorf
dibedakan menjadi dua macam, yaitu struktur foliasi dan nonfoliasi.
a) Struktur Foliasi
Struktur batuan metamorf yang disebabkan oleh adanya
penjajaran mineral-mineral penyusun batuan. Dibedakan lagi menjadi :
a) Slaty cleavage
yaitu kenampakan (kesejajaran) pada batuan metamorf
yang berbutir halus ditunjukkan oleh kehadiran bidang-bidang belah
yang sangat rapat. Keteraturan bidang-bidang belah tersebut
merupakan percerminan susunan mineral-mineral yang sangat halus.
Nama batuannya disebut slate (batu sabak).
b) Phyllitic
yaitu struktur yang hampir sama dengan slaty cleavage, tapi
tingkatannya lebih tinggi, ditunjukkan oleh kahadiran kilap sutra
yang disebabkan olehh kehadiran mika yang sangat halus. Nama
batunnya disebut phillit (filit).
c) Schistosic
42
yaitu struktur foliasi yang disebabkan oleh penjajaran
mineral-mineral pipih. Kenampakan belahannya lebih jelas dari
filit sehingga lebih mudah dibelah. Nama batuannya disebut sekis.
d) Gneissic
yaitu struktur foliasi yang diperlihatkan, oleh penjajaran
mineral-mineral.granular atau berbutir kasar, umumnya berupa
kwarsa dan feldspar. Struktur ini seringkali memperlihatkan
belahan-belahan tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur
yang putus-putus). Nama batuannya disebut gneis (genis).
b) Struktur Nonfoliasi
Yaitu struktur batuan metamorf yang dicirikan dengan tidak
adanya penjajaran mineral-mineral yang ada dalam batuan metamorf
tersebut. Dibedakan lagi menjadi :
a) Hornfelsik (hornfels)
yaitu struktur batuan motamorf dimana butlr-butirnya
equidimensional dan tidak menunjukkan pengarahan atau orientasi.
Nama batuannya disebut hornfels.
b) Kataklastik
yaitu struktur yang terdiri dari pecahan -pecahan atau
fragmen-fragmen batuan atau mineral. Kelompok batuan/ mineral
tersebut tidak menunjukkan arah. Misalnya breksi patahan yang
biasanya dijumpai pada zona-zona patahan atau sesar.
c) Milonitik
struktur hampir sama dengan kataklastik, tetapi butirannya
lebih halus dan dapat dibelah-belah seperti schistose. Struktur
43
milonitik ini disebabkan oleh sesar yang sangat kuat, sehingga
fragmennya lebih halus dan biasanya menunjukkan foliasi.
Komposisi mineral.
Dalam mendeskripsikan batuan metamorf secara megaskopis
komposisi mineral batuan ini akan mengalami sedikit kesulitan sehingga
harus dilakukan pengamatan lebih lanjut di laboratorium dengan
menggunakan alat perbesaran sehungga dapat teliha kandungan mineral
pambentuk batuan metamoef tersebut.
a) Mineral-mineral yang biasa di batuan metam9orf dan batuan beku
kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, hornblende, piroksen, olivin, dan
bijih besi.
b) Mineral-mineral yang biasa di batuan metamorf dan batuan sedimen
kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit, kalsit dan dolomit.
Gambar IV.6 Proses Metamorfosa Kuarsit
44
Gambar IV.7 Proses Metamorfosa Marmer
Gambar IV.8 Gneiss
Gambar IV.9 Sekis
45
Gambar IV.10
Batusabak (slate)
BAB V
DASAR STRATIGRAFI
V.1 Pengertian strarigrafi
Stratigrafi berasal dari kata strata yang berarti lapisan dan grafi yang
berarti gambaran atau pemerian. Sehingga stratigrafi dapat diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari tentan pemerian lapisan batuan dalam kulit bumi.
Secara luas dapat diartikan sebagai salah satu cabang ilmu geologi yang
mempelajari tentang urutan-urutan , hubungan dan kejadian batuan di alam
dalm konsep ruang dan waktu geologi.
V.2 Hukum Dasar Stratigrafi
a. Hukum Superposisi
Dalam keadaan normal( belum mengalami gangguan) dalam suatu
urutan batuan yang diendapkan maka lapisanyang berada paling bawah
umurnya paling tua.
b. Hukum Kesinambungan Lateral
46
Lapisan yang diendapkan oleh air terbentuk terus-menerus secara
lateral dan hanya membaji pada tepian cekungan pengendapan, pada
masa proses cekungan tersebut terbentuk.
c. Hukum Horizontalitas
Lapisan sedimen yang pada mulanya diendapkan pada keadaan
mendatar, sedangkan akumulasi pengendapannya terjadi secara vertikal.
d. Hukum Cross Cutting
Suatu intrusi adalah lebih muda umurnya jika dibandingkan dengan
batuan yang diterobos.
e. Hukum Urutan Fauna (Law of Fauna Succestion)
Dalam urutan-urutan batuan sedimen, sekelompok lapisan dapat
mengandung sekumpulan fosil tertentu dengan sekelompok lapisan
yang ada di atasnya ataupun yang ada di bawahnya.
f. Strata Identified by Fossil
Urutan Lapisan sedimen dapat dilacak (secara lateral) dengan
mengenali kumpulan fosilnya.
V.3 Pemanfaatan Dasar Stratigrafi
a) Kepentingan Ilmiah
Mempelajari bagaimana keadaan lapisan batuan misalkan, tebal
lapisan batuan atau kemiringan lapisan batuan, dan lain-lain sebagainya.
.
b) Kepentingan Teknik
Dalam mempelajari stratigrafi biasanya kita akan membuat sesuatu
penampang stratigrafi, kegunaan daripada kolom stratigrafi tersebut
antara lain mempelajari secara keseluruhan urutan-urutan vertikal dari
suatu perlapisan, mempelajari secara detail litologi batuan, mengetahui
47
tebal lapisan, mengetahui hubungan antar lapisan, megetahui sejarah
geologinya dan lin sebagainya.
V.4 Keselarasan dan Ketidakselarasan.
1. Keselarasan
Merupakan pengendapan yang berlangsung secara terus
menerus tanpa ada selang waktu dari suatu lapisan yang lain di
bawah lapisan yang berada di atasnya.
2. Ketidakselarasan
Merupakan tidak menerusnya proses pengendapan atau
sedimentasi disebabkan adanya proses erosi. Ketidakselarasan ini
di bagi tiga, yaitu:
1. Ketidakselarasan menyudut (Angular Unconformity)
Yaitu kelompok batuan yang berada di bawah
ketidakselarasan membentuk sudut dengan kelompok
batuan lain yang berada di atasnya.
2. Ketidakselarasan sejajar (Disconformity)
Lapisan batuan yang berada di atas dan di bawah
dibang ketidakselarasan saling sejajarsatu sama lainnya
tetapi jelas nampak suatu bidang erosi.
3. Nonconformity
48
Merupakan bidang erosi antara batuan sedimen
yang berada di atas batuan kristalin di bawahnya.
V.5 Korelasi antar Batuan
Dalam pengembangan ilmu geologi terutama untuk mengetahui
bagaimana penyebaran statigrafi batuan dalam skala yang cukup besar,
perlu dilakukan korelasi antar batuan , dimana korelasi tersebut bertujuan
menujukan bahwa horizon tertentu dalam suatu bagian geologi mewakili
lithologi ang sama dengan horizon lain pada beberapa bagian lain. Dalam
melakukan korelasi batuan tersebut ada hal-hal yang harus diperhatikan,
yaitu:
1) Harus menghubungkan batuan ng mempunya lithologi yang sama.
2) Dapat menggunakan tampilan dua dimensi.
3) Dapat melakukan korelasi 3 dimensi.
Gambar V.1 Keselarasan
49
Gambar V.2 Nonconformity
Gamabar V.4 Angular Unconformity
50
Gambar V.5 Kolerasi Antar Batuan
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Peta Topografi adalah gambaran atau dimensi dari suatu objek
yang dilihat dari atas yang ukurannya direduksi daerah sangat dipengaruhi
oleh berbagai faktor unsur-unsur penting yang meliputi: relief, pola aliran,
serta kebudayaan(culture). Semua itu tidak pernah terlepas dari keadan
topogafi suatu wilayah. Dimana peta topografi pada hakekatnya adalah peta
yang menggambarkan keadaan topografi suatu wilayah atau daerah yang
dilihat dari atas yang kurang lebih sesuai dengan keadaan sebenarnya.
51
Namun topogarfi sendiri harus memiliki kelangkapan-kelengkapan tertentu,
diantaranya: skala, arah utara peta, legenda, judul peta, converage diagram,
indeks administrasi, indeks adjoing sheet, serta edisi peta.
Batuan baku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang
mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di
bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel
ataupun kerak bumi. yang terbentuk karena pendinginan dan pembekuan
magma. Magma adalah cairan sislikat pijar di dalam bumi yang bersuhu
tinggi (900-13000C) terbentuk secara alamiah dan berasal dari bagian bawah
kerak bumi atau bagian atas selubaung bumi. Struktur batuan beku
sebagaimana besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, misalnya pillow
java, jointing structure, sheeting joint, dan hanya beberapa saja yang dapat
dilihat dalam sample setangan. Dan batuan beku mempunyai tekstur yang
unik seperti derajat kristalisai, granularitas, bentuk kristal, serta memiliki
hubungan antar kristal.
Batuan sedimen adalah batuan yang proses pembentukannya
terbentuk akibat prises litifikasi dari hancuran batuan lain. Litifikasi batuan
adalah proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas
menjadi batuan yang kompak. Dan Batuan sedimen di bedakan menjadi lima
golongan utama, yaitu: golongan detritus, golongan karbonat, golongan
evaporasi, golongan sedimen silika dan golongan batubara. Batuan sedimen
juga dibedakan menjadi batuan sedimen klastik dan nonklastik. Bauan
sedimen klastik adalah batuan yang terbentuk dari pengendapan kembali
dari batuan pecahan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, batuan
sedimen, batuan metamorf. Sedangkan batuan sedimen nonklastik adalah
batuan yang terbentuk dari hasil reaksi kimia reduksi atau bisa juga dari
hasil kegiatan organisme.
52
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperature dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya. Proses metamorfose ini berlangsung dari fase padat ke fase
padat tanpa melalui fase cair akan berubah tektur dan strukturnya sehingga
membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh
batuan tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu
lempung. Batu marmer yang merupakan perubahan dari batu gamping. Batu
kuarsit yang merupakan perubahan dari batu pasir.Apabila semua batuan-
batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk
magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi
batuan-batuan baru lagi. Tipe metamorfose ada tiga yaitu : metmofose
thermal, metamorfose dinamo, serta metamorfose regional
Stratigrafi berasal dari kata strata yang berarti lapisan dan grafi
yang berati gambaran atau pemerian. Sehingga stratigrafi dapat diartikan
sebagai suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang pemerian
lapisan batuan dalam kulit bumi. Secara luas dapat diartikan sebagai salah
satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang urutan-urutan,
hubungan, dan kejadian batuan di alam dalam konsep ruang dan waktu
geologi. Stratigrafi memiliki enam hukum –hukum dasar stratigrafi, yaitu :
Hukum Superposisi, Hukum Kesinambungan Lateral, Hukum
Horizontalitas, Hukum Cross Cutting(Potong Memotong), Hukum Urutan
Fauna,(Law of Fauna Succestion), serta Hukum Strata Identified by Fossil.
VI.2 Saran
53
Dalam praktikum Geologi Fisik saya merasa ada beberapa
kendala dalam mendeskripsikan batuan, untuk kedepannya agar
asisten dosen lebih membimbing mahasiswa agar bisa
mendeskripsikan batuan. Tapi untuk asisten dosen Geologi Fisik
saya semuanya baik dan dalam menerangkan atau menjelaskan
sudah baik.
54