Download - GAGAL JANTUNG.doc

Transcript

GAGAL JANTUNG

BAB II

GAGAL JANTUNG

A. Defenisi

Gagal jantung adalah keadaan jantung yang memberikan sindrom klinik akibat ketidakmampuan jantung memompakan darah secara adekuat, untuk memenuhi kebutuhan metabolisme badan meskipun alir balik masih baik (Ngastiah, 1997).

B. Etiologi

Penyebab gagal jantung pada anak terdiri atas :

Anak usia < 1 tahun disebabkan oleh 90% kelainan jantung bawaan.

Anak usia 1-5 tahun disebabkan oleh 10% kelainan jantung bawaan.

Anak usia 5-15 tahun disebabkan oleh kelainan jantung didapat, diantaranya demam reumatik.

C. Patofisiologi

Patofisiologi gagal jantung belum jelas diketahui seluruhnya. Ada 4 unsur dasar yang menentukan baik tidaknya perilaku jantung yaitu disebut preload, afterload, kontraktilitas dan frekuensi jantung.

Beberapa mekanisme adaptasi terjadi pada gagal jantung diantaranya :

1) Faktor mekanisma berupa hipertrofi dan dilatasi.

Hipertrofi ventrikel karena hiperplasia yang menyebabkan otot jantung bertambah tidak sebanding dengan jumlah kapiler dan suplai O2 akan mengakibatkan insufisiensi koroner relatif. Bila mekanisme hipertensi tidak memadai, akan terjadi dilatasi.

2) Faktor biokimia

Berhubungan dengan produksi energi, penyimpanan dan penggunaannya dan mengenai miofibrillar adenosine triphosphate activity dan mekanisme kontraksi miokardium serta meningkatnya konsumsi O2.

3) Peranan sistem saraf adrenergik

4) Peranan ginjal

Kegagalan ginjal untuk mengeluarkan Natrium dan air karena :

a. Bertambahnya reabsorbsi natrium pada tubulus

b. Aliran darah ke ginjal relatif menurun sehingga LFG menurun dan produksi urin berkurang.

c. Peningkatan rangsangan simpatis.

d. Menurunnya aliran darah ke ginjal akan merangsang pengeluaran renin selanjutnya melalui angiostensin akan mengakibatkan rangsangan pembentukan aldosteran.

Perubahan cairan dan elektrolit tubuh yang terjadi ialah :

1) Penambahan cairan tubuh total, terutama cairan ekstrasel, penurunan kalium intrasel.

2) Elektrolit serum normal.

3) Peranan eritrosit. Terdapat pergeseran pada disosiasi oksihemogobin, seperti tampak juga pada anemia, hipoksia dan tinggal di tempat yang tinggi.

D. Gambaran Klinis

Secara hemodinamik, gejala klinik gagal jantung pada bayi dan anak dapat digolongkan dalam 3 golongan ialah :

1) Gejala perubahan pada jantung/kerja jantung.

a. Takikardia

b. Kardiomegali

c. Irama derap

d. Failure to thrive, gangguan pertumbuhan karena menurunnya curah jantung, gangguan pernafasan, kesukaran masukan kalori dan hipermetabolisme sekunder terhadap meningkatnya rangsangan simpatis.

e. Keringat berlebihan

f. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil

2) Gejala kongesti

Bendungan paru ialah keadaan terjadinya bendungan vaskular dan perubahan anatomik jaringan paru sebagai akibat kegagalan ventrikel kiri

a. Takipnea

b. Kesukaran minum

c. Mengi

d. Kapasitas vital menurun akibat kongesti dan edema paru.

3) Gejala bendungan sistem vena

a. Hepatomegali

b. Peninggian tekanan vena jugularis

c. Edema

Sianosis pada gagal jantung disebabkan oleh beberapa penyebab yaitu :

a. Meningkatnya ambilan O2 karena bertambah lambatnya aliran darah.

b. Sianosis sentral sebagai akibat gangguan oksigenasi paru

c. Pirau kanan ke kiri yang sudah ada sebelumnya.

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Laboratorium

a. Darah

Kadar Hb menurun, eritrotis menurun, leukosit dapat meninggi, LED biasanya menurun, hipoglikemia, Na darah sedikit menurun.

b. Urin

Jumlah pengeluaran urin berkurang, berat jenis meninggi, albuminuria sementara dan hematuria mikroskopis

2. Pemeriksaan Radiologi

Tampak pembesaran jantung dengan kongesti paru

3. Kateterisasi jantung

Biasanya ditemukan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri, atrium kiri dan etkanan vena pulmonalis meninggi, sedangkan tekanan atrium kanan paru meninggi pada keadaan lanjut.

WOCF. Penatalaksanaan

1. Medik

a. Istirahat

Kerja jantung dalam keadaan decompensasi harus benar-benar dikurangi dngan tirah baring mengingat konsumsi O2 yang relatif meningkat.

b. Digitalisasi

Digitalis akan memperbaiki kerja jantung dengan memperlambat, memperkuat kontraksi otot jantung dan meninggikan curah jantung.

c. Diuretik

Diuretik sangat berguna diberikan pada keadaan digitalis yang tidak memadai.

d. Diet

Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah garam, jumlah kalori sesuai kebutuhan. Pasien dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.

e. Pengobatan penunjnang lainnya

Oksigen

Pada bayi dengan dekompensasi diberikan dengan kadar 10-20%.

Penenang

Terutama pada anak yang gelisah

Untuk mengurangi sesak nafas bayi dibaringkan dengan kepala lebih tinggi 20-30 derajat.

Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit

Bila dalam keadaan asidosis diberikan natrium bikarbonat dengan formula : BB x defisit basa x 0,3 meq, biasanya diberikan setengahnya dahulu.

Memperbaiki anemia

Pada gagal jantung karena anemia berat yagn pertama diberikan ialah transfusi darah.

Antibiotika

Pada gagal jantung dianjurkan antibiotika spektrum luar mengingat tingginya frekuensi infeksi saluran nafas, sebaiknya didahului dengan biakan usap tenggorok dan uji sensitivitas.

Rotating torniquet

Pada edema paru yang akut dapat dilaukan pemasangan turniket pada salah satu anggota gerak secara berptuarbergantian untuk meringankan gejala.

Vena seksi

Jarang dilakukan, hanya bila perlu saja.

2. Keperawatan

Data subjektif

Pasien sesak nafas terdapat pada malam hari (paroxismal noctornal dyspnea atau saat berbaring tanpa bentuk dan hilang waktu duduk costopnea).

Pasien mengeluh lekas lelah

Pasien batuk kronik disertai sputum yang berdarah.

Pasien mengeluh urin sedikit (oliguria).

Pasien mengeluh tungkai edema dan berat badan bertambah.

Data Objektif

Pasien gelisah berkeringat banyak.

Pasien sesak nafas terutama dala posisi tiduran.

Sianosis perifer

Ekstremitas dingin

Nadi kecil dan cepat, kadang-kadang tak teratur

Jantugn takikardia dan irama gallop

Pasien bernafas cepat, dangkal, wheezing, ronki basah halus nyaring.

Peninggian tekanan vena jugularis.

Pembesaran hepar

Edema kedua tungkai

Tindakan yang dapat dilakukan

1. Istirahat mutlak

Pasien dengan gagal jantung ditolong semua kebutuhannya diatas tempat tidur

2. Pemberian oksigen

Oksigen harus melalui pelembab dan O2 masuk secara benar, jika menggunakan kateter harus dibersihkan setiap pagi. Biasanya O2 diberikan 2 l/menit

3. Pemberian obat

Harus dibaca dengan cermat jenis obat dan cara pemberiannya.jika pasien mendapat cairan intravena harus diperhatikan tetesannya. Jika pasien dapat diuretikum harus diperhatikan sudah berapa lama pemberiannya dan bila transfusi darah pemberian darahnya harus perlahan-lahan dan hati-hati.

4. Pemberian diet

Sajikan makanan dalam porsi kecil, dalam keadaan hangat dan tempatnya menarik serta bervariasi.

5. Eliminasi

Perlu diperhatikan pemasukan dan pengeluaran cairan selama 24 jam. Perhatikan apakah klien defekasi setiap hari. Anjurkan klien makan sayur-sayuran yang berserat dan kolaborasi pemberian obat dan klisma.

6. Mobilisasi

Bila keadaan gagal jantung telah teratasi, pasien memerlukan adaptasi untuk beraktivitas. Mula-mulai ajarkan duduk dipinggir tempat tidur dengan menggoyang-goyangkan kaki, kemudian belajar berdiri dan selanjutnya berjalan disekitar tempat tidur.

7. Memberikan pengetahuan kepada orang tua mengenai penyakit pengobatan dan cara perawatan dirumah bila anak sudah pulang.

G. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, perubahan frekuensi/irama/konduksi listrik, perubahan struktural.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O2/kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama.

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya absorbsi H24. Resiko pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolis.

NDXDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilIntervensiRasional

I.Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, perubahan frekuensi/irama/konduksi listrik, perubahan struktural.

Tujuan : Curah jantung kembali normal

Kriteria Hasil :

Mempertunjuk TTV dalam batas normal (diritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (ex : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat).

Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.

Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.1. Auskultasi nadi apikal : kaji frekuensi, irama jantung.

2. Catat bunyi jantung

3. Palpasi nadi perifer.

4. Pantau TD

5. Kaji kulit terhadap pusat dan sianosis.

6. Pantau haluaran urine, catat penurunan haluaran dan kepekatan/ konsentrasi urine.

7. Kaji perubahan pada sensori, ex : letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi.

8. Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan tenang, menjelaskan manajemen medik/ keperawatan, membantu pasien menghindari situasi stress, mendengar/berespon terhadap ekspresi perasaan takut. Biasanya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat), untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikuler.

S1 dan S2 mgkn lemah karena menurunnya kerja pompa, irama gollap umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah ke dalam serambi yang distensi. Murmur dapat mempertunjukan mengkompetensi/ stenosis katup.

Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunan nadi radial, popliteal, dorsalis pedis dan postibral. Nadi mungkin cepat hilang/tidak teratur untuk dipalpasi dan pulsur alternan.

Pada gjk ini, sedang/kronis TD dapat meningkat s/d SVR.Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi dan hipotensi tak dapat normal lagi.

Pucat menunjukkan turunnya perfusi sekunder terhadap tidak adekuatnya curah jantung, vasokonstriksi dan anemia. Area yang sakit sering berwarna biru/belang karena peningkatan kongesti vena.

Ginjal beresons untuk menurunkan curah jantung dengan menahan cairan dan natrium. Haluaran urine biasanya menurun selama sehari karena perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.

Dapat menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder terhadap penurunan curah jantung.

Istirahat fisik harus dipertahankan selama GJK akut/ refraktori untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan kebutuhan/konsumsi O2 miokard dan kerja berlebihan.

9. Berikan istirahat psikologi dengan lingkungan tenang. Menjelaskan manajemen medik/ keperawatan, membantu pasien menghindari situasi stress, mendengar/berespon terhadap ekspresi perasaan takut. Stress emosi menghasilkan vasokonstriksi yang meningkatan TD, dan meningkatkan frekuensi/kerja jantung.

Diagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilIntervensiRasional

10. Berikan pispot disamping tempat tidur, Hindari aktivitas respons valsova, ex : mengejan selama defekasi, menahan nafas Pispot digunakan untuk menurunkan kerja ke kamarmandi / kerja keras menggunakan bedpen. Manuver volsava menyebabkan rangsangan vegal diikuti takikardi.

11. Tinggikan kaki, hindari ke kanan pada bawah lutut. Menurunkan stasis vena dan dapat menurunkan tensidens trombus/pembentukan embolus.

12. Periksa nyeri tekan betis, menurunkan nadi pedal, pembengkakan, kemerahan lokal atau pusat pada ekstremitas. Menurunkan curah jantung, bendungan/stasis vena dan tirah baring lama meningkatkan resiko tromboflebitis.

II.Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan atnara suplai O2/kebutuhan, kelemahan umum, tirah baring lama/imobilisasi

Tujuan :

Aktivitas dapat berjalan secara normal

Kriteria hasil :

Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.

1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasodilator, diuretik, penyekat beta.

2. Catat reaksi/respons kardiopulmonal terhadap aktivitas,catat takikardi, disritmia,dispnea, berkeringa, pucat.

Hipotensi astostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efekobat (vasodilatasi) perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung.

Penurunan / ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan O2, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.

NDXDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilIntervensiRasional

Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diatur3. Kaji presipitator/penyebab kelemahan, ex : pengobatan, nyeri, obat. Kelemahan adalan efek samping beberapa obat (beta bloker, transquilizer, dan sedatif).Nyeri danprogrampenuh stress juga memerlukan energi dan menyebabkan kelemahan.

4. Evalusi penurunan intoleran aktivitas Dapat menunjukkan penignkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.

5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi : selingi periode aktivitas dengan periode istirahat. Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa mempengaruhi stress miocard/kebutuhan O2 berlebihan.

Kolaborasi

6. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/ konsumsi O2 berlebihan.

IIIKelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya absorbsi H2O meningkat.

Tujuan :

Tidak terjadi kelebihan volume cairan.

1. Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diurensis terjadi.

2. Pantau/hitung keseimbangan pemasukan danpengeluaran selama 24 jam. Haluaran urine mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena penurunan perfusi ginjal. Posisi telentang membantu diuresis.

Terapi diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema atau asites masih ada.

NDXDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilIntervensiRasional

Kemungkinan dibuktikan oleh :

Ortopnoe,bunyi jantung S3

Oliguria, edema,DVJ, refleks hepato jugular positif.

Peningkatan BB

Hipertensi

Distress pernafasa, BJ abnormalKriteria hasil :

Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, BB stabil, edema (-).

Menyatakan pemahaman tentang/pembatasan cairan indivual.3. Pertahankan duduk/tirah baring dengan posisi semi fowler selama pasien akut.

4. Buat jadwal pemasukan cairan digabung dengan keinginan minum bila mungkin. Berikan perawatan mulut/es batu sebagai bagian dari kebutuhan cairan.

5. Timbang berat badan tiap hari

6. Kaji distensi leher dan pembuluh perifer.Lihat area tubuh defenden untuk edema dengan/tanpa pitting, catat adanya edema tubuh edema umum.

7. Ubah posisi dengan sering. Tinggikan kaki bila duduk. Lihat permukaan kulit, pertahankan tetap kering dan berikan bantalan sesuai indikasi. Posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.

Melibatkan pasien dalam program terapi dapat meningkatkan perasaan mengontrol dan kerjasama dalam pembatasan.

Sebagai respon terhadap terapi. Peningkatan 2,5 kg menunjukkan kurang lebih 2 liter cairan. Diuretik dapat mengakibatkan hilangnya cairan dengan cepat.

Retensi cairan berlebihan dapat dimanifestasikan oleh pembendungan vena dan pembentukan edema.

Pembentuk edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi.tirah baring lama merupakan kumpulan stressor yang mempengaruhi integritas kulit dan memerlukan intervensi pengawasan ketat.

NDXDiagnosa KeperawatanTujuan & Kriteria HasilIntervensiRasional

8. Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan dan bunyi tambahan, contoh : krekels, mengi.

9. Selidiki keluhan dispnea ekstrem tiba-tiba, kebutuhan untuk bangun dari duduk, sensasi sulit bernafas, rasa panik/ruangan sempit.

10. Pantau TD dan CVP.

11. Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen, konstipasi. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongesti paru. Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut. Gejala pernafasan pada gagal jantung kanan (dispnea,batuk, ortopnoe).

Dapat menunjukkan terjadinya komplikasi (edema paru/ emboli) dan berbeda dari ortopnoe dan dispnea nokturnal paroksimal yang terjadi lebih cepat.

Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan volume cairan dan dapat menunjukkan terjadinya/ peningkatan kongesti paru, gagal jantung.

Kongesti viseral (terjadi pada gagal jantung koroner lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster

PAGE 16


Top Related