Download - Fitokimia gietha
BAB I
PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah
Hampir segala jenis tumbuhan dapat tumbuh di wilayah negara ini Sebagian
besar sudah dimanfaatkan sejak nenek moyang kita untuk mengobati berbagai
penyakit Tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam penggunaannya dikenal
dengan obat tradisional (Anonim 2011)
Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari berbagai senyawa organik
yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu tentang struktur kimia
biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran secara alami dan fungsi
biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien
dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari
sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan Dalam penggunaan
umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit (Anonim 2011)
Salah satu bahan alam yang dapat digunakan untuk
pengobatan tradisional adalah benalu hutan Di Indonesia
sendiri tanaman ini masih sangat sulit untuk ditemukan
dan juga belum dikenal oleh masyarakat luas Berdasarkan
informasi tersebut sangat perlu untuk melakukan ekstraksi dan identifikasi
kandungan kimia dari benalu hutan Dari proses ekstraksi akan didapatkan
isolat-isolat suatu senyawa atau kumpulan senyawa sehingga dapat
mempermudah untuk melakukan identifikasi senyawa-senyawa yang terdapat
dalam simplisia Sedangkan identifikasi diperlukan untuk mengetahui jenis
senyawa kimia yang berada dalam simplisia (Anonim 2011)
I2 Rumusan Masalah
Dalam uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1 Bagaimana cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ)
2 Bagaimana cara mengidentifikasi ekstrak sampel benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ)
3 Apa saja kandungan kimia dari tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ)
I3 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi
I4 Tujuan Percobaan
1 Mengetahui cara mengekstraksi daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) dengan metode sokletasi
2 Mengetahui cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ)
3 Mengetahui kandungan kimia daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ)
I5 Prinsip Percobaan
I51 Metode Ekstraksi Sokletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi dengan kertas
saring sedemikian rupa cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat
sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola-bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan siphon seluruh cairan akan turun kembali ke
dalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna tidak
tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
I52 Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada
fase kedua lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua
fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap
I53 Penguapan Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan
pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat cairan
penyari dapat menguap 5-10ordm C di bawah titik didih pelarutnya
disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan Dengan bantuan
pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor
dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung
I54 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan
partisi yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak
(eluen) Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena
daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama
sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang
berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 254
nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)
II111 Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Santalales
Familia Santalaceae
Genus Henslowia
Species Henslowia frutescens Champ
(Anonim 2012)
II112 Morfologi
Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu
yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar
Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-
kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang
agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan
tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang
Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari
ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga
pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-
Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian
tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan
II113 Nama Daerah
Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)
Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)
II114 Kandungan Kimia
Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin
flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)
II115 Kegunaan
Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang
antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan
bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik
pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa
nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et
al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain
juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan
penyakit campak (Thomas 1999)
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II21 Tujuan Ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)
II22 Jenis-Jenis Ekstraksi
II221 Ekstraksi Cara Dingin
Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi
dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara
merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan
penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan
turun menyari simplisia
Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang
lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam
cairan penyari (Ditjen POM 1986)
II222 Ekstraksi Cara Panas
Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap
karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana
umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal
Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel
yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti
batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)
II23 Cara-Cara Ekstraksi
II231 Maserasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya
Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar
terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
konsentrasi antara di dalam dan di luar sel
II232 Perkolasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi
gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi
dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas
melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya
II233 Sokletasi (Tobo F 2001)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
I2 Rumusan Masalah
Dalam uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
1 Bagaimana cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ)
2 Bagaimana cara mengidentifikasi ekstrak sampel benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ)
3 Apa saja kandungan kimia dari tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ)
I3 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
cara mengekstraksi sampel benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi
I4 Tujuan Percobaan
1 Mengetahui cara mengekstraksi daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) dengan metode sokletasi
2 Mengetahui cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ)
3 Mengetahui kandungan kimia daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ)
I5 Prinsip Percobaan
I51 Metode Ekstraksi Sokletasi
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi dengan kertas
saring sedemikian rupa cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat
sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola-bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan siphon seluruh cairan akan turun kembali ke
dalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna tidak
tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
I52 Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada
fase kedua lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua
fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap
I53 Penguapan Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan
pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat cairan
penyari dapat menguap 5-10ordm C di bawah titik didih pelarutnya
disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan Dengan bantuan
pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor
dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung
I54 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan
partisi yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak
(eluen) Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena
daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama
sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang
berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 254
nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)
II111 Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Santalales
Familia Santalaceae
Genus Henslowia
Species Henslowia frutescens Champ
(Anonim 2012)
II112 Morfologi
Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu
yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar
Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-
kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang
agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan
tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang
Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari
ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga
pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-
Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian
tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan
II113 Nama Daerah
Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)
Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)
II114 Kandungan Kimia
Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin
flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)
II115 Kegunaan
Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang
antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan
bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik
pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa
nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et
al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain
juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan
penyakit campak (Thomas 1999)
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II21 Tujuan Ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)
II22 Jenis-Jenis Ekstraksi
II221 Ekstraksi Cara Dingin
Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi
dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara
merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan
penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan
turun menyari simplisia
Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang
lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam
cairan penyari (Ditjen POM 1986)
II222 Ekstraksi Cara Panas
Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap
karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana
umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal
Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel
yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti
batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)
II23 Cara-Cara Ekstraksi
II231 Maserasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya
Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar
terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
konsentrasi antara di dalam dan di luar sel
II232 Perkolasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi
gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi
dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas
melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya
II233 Sokletasi (Tobo F 2001)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
dalam labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan disifon tidak berwarna tidak
tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
I52 Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak saling bercampur di mana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada
fase kedua lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua
fase tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap
I53 Penguapan Rotavapor
Proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya dengan
pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat cairan
penyari dapat menguap 5-10ordm C di bawah titik didih pelarutnya
disebabkan oleh karena adanya penurunan tekanan Dengan bantuan
pompa vakum uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor
dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung
I54 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip absorpsi dan
partisi yang ditentukan oleh fase dalam (adsorben) dan fase gerak
(eluen) Komponen kimia bergerak naik mengikuti fase gerak karena
daya serap adsorben terhadap komponen-komponen kimia tidak sama
sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan kecepatan yang
berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 254
nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)
II111 Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Santalales
Familia Santalaceae
Genus Henslowia
Species Henslowia frutescens Champ
(Anonim 2012)
II112 Morfologi
Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu
yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar
Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-
kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang
agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan
tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang
Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari
ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga
pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-
Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian
tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan
II113 Nama Daerah
Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)
Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)
II114 Kandungan Kimia
Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin
flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)
II115 Kegunaan
Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang
antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan
bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik
pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa
nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et
al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain
juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan
penyakit campak (Thomas 1999)
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II21 Tujuan Ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)
II22 Jenis-Jenis Ekstraksi
II221 Ekstraksi Cara Dingin
Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi
dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara
merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan
penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan
turun menyari simplisia
Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang
lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam
cairan penyari (Ditjen POM 1986)
II222 Ekstraksi Cara Panas
Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap
karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana
umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal
Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel
yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti
batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)
II23 Cara-Cara Ekstraksi
II231 Maserasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya
Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar
terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
konsentrasi antara di dalam dan di luar sel
II232 Perkolasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi
gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi
dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas
melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya
II233 Sokletasi (Tobo F 2001)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya hal inilah yang
menyebabkan terjadinya pemisahan
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel
akan tampak berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 254
nm adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan
indikator fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya
yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan
berwarna gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah
karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor
yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi
cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh
komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi
dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan
semula sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada
lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)
II111 Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Santalales
Familia Santalaceae
Genus Henslowia
Species Henslowia frutescens Champ
(Anonim 2012)
II112 Morfologi
Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu
yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar
Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-
kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang
agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan
tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang
Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari
ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga
pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-
Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian
tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan
II113 Nama Daerah
Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)
Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)
II114 Kandungan Kimia
Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin
flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)
II115 Kegunaan
Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang
antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan
bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik
pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa
nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et
al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain
juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan
penyakit campak (Thomas 1999)
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II21 Tujuan Ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)
II22 Jenis-Jenis Ekstraksi
II221 Ekstraksi Cara Dingin
Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi
dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara
merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan
penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan
turun menyari simplisia
Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang
lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam
cairan penyari (Ditjen POM 1986)
II222 Ekstraksi Cara Panas
Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap
karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana
umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal
Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel
yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti
batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)
II23 Cara-Cara Ekstraksi
II231 Maserasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya
Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar
terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
konsentrasi antara di dalam dan di luar sel
II232 Perkolasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi
gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi
dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas
melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya
II233 Sokletasi (Tobo F 2001)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II11 Tumbuhan Benalu Hutan (Henslowia frutescens Champ)
II111 Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Subdivisi Angiospermae
Kelas Dicotyledonae
Ordo Santalales
Familia Santalaceae
Genus Henslowia
Species Henslowia frutescens Champ
(Anonim 2012)
II112 Morfologi
Benalu (Henslowia frutescens Champ) merupakan perdu
yang bercabang banyak Ranting dengan ruas yang membesar
Daun bertangkai pendek eliptis sampai bentuk lanset kadang-
kadang bulat telur gundul 35-17 kali 15-7 dengan ujung yang
agak meruncing serupa kulit mengkilat Benalu merupakan
tumbuhan parasit yang menempel pada pohon sebagai inang
Tumbuh di dataran menengah sampai pegunungan dari
ketinggian 800-2300 meter di atas permukaan laut Berbunga
pada bulan Juni-September Waktu panen pada bulan April-
Mei Bagian yang digunakan adalah daun atau seluruh bagian
tumbuhan dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan
II113 Nama Daerah
Sumatra Dalu-dalu Mendalu Benalu (Melayu)
Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)
II114 Kandungan Kimia
Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin
flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)
II115 Kegunaan
Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang
antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan
bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik
pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa
nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et
al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain
juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan
penyakit campak (Thomas 1999)
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II21 Tujuan Ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)
II22 Jenis-Jenis Ekstraksi
II221 Ekstraksi Cara Dingin
Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi
dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara
merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan
penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan
turun menyari simplisia
Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang
lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam
cairan penyari (Ditjen POM 1986)
II222 Ekstraksi Cara Panas
Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap
karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana
umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal
Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel
yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti
batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)
II23 Cara-Cara Ekstraksi
II231 Maserasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya
Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar
terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
konsentrasi antara di dalam dan di luar sel
II232 Perkolasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi
gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi
dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas
melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya
II233 Sokletasi (Tobo F 2001)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Jawa Akar api-api (Sunda) Kemladehan (Jawa Tengah)
II114 Kandungan Kimia
Daun dan batang benalu mengandung alkaloida saponin
flavonoid dan tannin (Hutapea 1999)
II115 Kegunaan
Herba benalu secara umum berkhasiat antiradang
antibakteri dan antibengkak Penelitian lain menyebutkan
bahwa benalu digunakan sebagai obat batuk diuretik
pemeliharaan kesehatan ibu pasca persalinan penghilang rasa
nyeri luka atau infeksi kapang (Hargono 1995 cit Sasmito et
al 2001) Pemakaian benalu bersama beberapa bahan lain
juga berkhasiat dalam pengobatan kanker amandel dan
penyakit campak (Thomas 1999)
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II21 Tujuan Ekstraksi
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen
kimia yang terdapat dalam simplisia Ekstrak ini didasarkan pada
perpindahan massa komponen zat padat kedalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut (Anonim 2011)
II22 Jenis-Jenis Ekstraksi
II221 Ekstraksi Cara Dingin
Jenis ekstraksi secara dingin misalnya maserasi perkolasi
dan soxhletasi Dimana untuk maserasi dilakukan dengan cara
merendam simplisia sedangkan soxhlet dengan cara cairan
penyari naik ke kondensor kemudian terjadi kondensasi dan
turun menyari simplisia
Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang
lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam
cairan penyari (Ditjen POM 1986)
II222 Ekstraksi Cara Panas
Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap
karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana
umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal
Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel
yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti
batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)
II23 Cara-Cara Ekstraksi
II231 Maserasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya
Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar
terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
konsentrasi antara di dalam dan di luar sel
II232 Perkolasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi
gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi
dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas
melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya
II233 Sokletasi (Tobo F 2001)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Ekstraksi secara dingin digunakan untuk sampel yang
lunak tidak tahan panas tidak mudah mengembang dalam
cairan penyari (Ditjen POM 1986)
II222 Ekstraksi Cara Panas
Ekstraksi secara panas seperti refluks dan destilasi uap
karena sampel langsung dipanaskan dengan pelarut dimana
umumnya bentuk dan dinding sel yang tebal
Metode ekstraksi secara panas di gunakan untuk sampel
yang tahan panas dan mempunyai tekstur yang keras seperti
batang akar dan biji (Ditjen POM 1986)
II23 Cara-Cara Ekstraksi
II231 Maserasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama tiga
hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya cairan
penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel Isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
di dalam sel dengan di luar sel Larutan yang konsentrasinya
tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan penyari
dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ) Peristiwa tersebut
berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara
larutan di luar sel dan di dalam sel Selama proses maserasi
dilakukan pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap
hari Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan
Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana
yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya
Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar
terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
konsentrasi antara di dalam dan di luar sel
II232 Perkolasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi
gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi
dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas
melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya
II233 Sokletasi (Tobo F 2001)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Metode ini dilakukan untuk menyari simplisa yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan
penyari tidak mengandung benzoin tiraks dan lilin Pelarut
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif zat aktif akan larut dan karena ada
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan
di laur sel maka larutan yang lebih pekat akan didesak keluar
terjadi secara berulang-ulang sampai tercapai kesetimbangan
konsentrasi antara di dalam dan di luar sel
II232 Perkolasi (Anonim 2011)
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk
simplisia dimaserasi selama 3 jam kemudian simplisia
dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui simplisia tersebut cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui
sampai keadan jenuh Gerakan ke bawah disebabkan oleh
karena gravitasi kohesi dan berat cairan di atas dikurangi
gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah Perkolat yang
diperoleh dikumpulkan lalu dipekatkan
Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi Perkolasi
dilakukan dengan mengalirkan pelarut melalui simplisia yang
telah dibasahi Simplisia dalam bejana silinder dengan bagian
bawah mempunyai sekat berpori Pelarut dialirkan dari atas
melalui simplisia pelarut akan melarutkan zat aktif yang telah
dilaluinya sampai larutan jenuh Gerak ke bawah disebabkan
oleh kekuatan gaya berat larutan dan pelarut di atasnya
dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung menahannya
II233 Sokletasi (Tobo F 2001)
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara
berkesinambungan cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-
molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia
dalam klonsong dan selanjutnya masuk kembali kedalam labu
alas bulat setelah melewati pipa siphon Proses ini berlangsung
hingga penyarian zat aktif sempurna yang ditandai dengan
beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) tidak
memberikan noda lagi
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan
termaksud cara panas namun proses ekstraksinya secara
dingin sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara
dingin
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
serbuk simplisia ditempatkan dalam klonsong yang telah
dilapisi kertas saring sedemikian rupa cairan penyari
dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul-
molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam klonsong menyari
zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah
mencapai permukaan sifon seluruh cairan akan turun kembali
ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi
Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah
mencapai 20-25 kali Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan
dipekatkan
Keuntungan metode ini adalah
o Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak
dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung
o Digunakan pelarut yang lebih sedikit
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
o Pemanasannya dapat diatur
Kerugian dari metode ini
o Karena pelarut didaur ulang ekstrak yang terkumpul pada
wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas
o Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan
melampaui kelarutannya dalam pelarut tertentu sehingga
dapat mengendap dalam wadah dan membutuhkan volume
pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya
o Bila dilakukan dalam skala besar mungkin tidak cocok
untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu
tinggi seperti metanol atau air karena seluruh alat yang
berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur
ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif
II234 Refluks (Ditjen POM 1986)
Refluks dilakukan dengan cara merendam bahan yang akan
di ekstraksi direndam dalam cairan penyari dalam labu alas
bulat yang dilengkapi dengan pendingin tegak kemudian
dipanaskan sampai mendidih cairan penyari akan menguap
uap tersebut diembunkan oleh pendingin tegak dan turun
kembali menyari zat aktif dalam simplisia demikian
seterusnya Ekstraksi secara refluks biasanya dilakukan selama
3-4 jam
Simplisia yang biasanya diekstraksi adalah simplisia yang
mempunyai komponen kimia yang tahan terhadap pemanasan
dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar batang biji
dan herba
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara
sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan uap-uap cairan penyari
terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat
akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat demikian seterusnya berlangsung secara
berkesinambungan sampai penyarian sempurna penggantian
pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam Filtrat yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
II3 Ekstraksi Cair-Cair (Anonim 2011)
Ekstraksi cair-cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang dituju
dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang
tidak saling campur Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang
lain adalah pelarut organik Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan
ditemukan di dalam fase air sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik Analit yang terekstraksi ke
dalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan
pelarut sementara analit yang masuk ke dalam fase air seringkali diinjeksikan
secara langsung ke dalam kolom Disamping itu ekstraksi pelarut juga
digunakan untuk memekatkan analit yang ada dalam sampel dengan jumlah
kecil sehingga tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi atau
kuantifikasinya Dalam bentuk yang paling sederhana suatu alikuot larutan
air digojog dengan pelarut organik yang tidak campur dengan air
Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair melibatkan ekstraksi analit dari fase
air ke dalam pelarut organik yang bersifat non polar atau agak polar seperti
heksana metilbenzen atau diklorometan Meskipun demikian proses
sebaliknya (ekstraksi analit dari pelarut organik non polar ke dalam air) juga
mungkin terjadi Dengan kata lain dalam ekstraksi cair-cair ini tidaklah
mungkin untuk mencapai 100 analit terekstraksi pada salah satu
fasepelarut Karena ekstraksi merupakan proses kesetimbangan dengan
efisiensi terbatas maka sejumlah tertentu analit akan tertahan di kedua fase
Kesetimbangan kimia yang melibatkan perubahan pH kompleksasi pasangan
ion dan sebagainya dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan kembali
analit danatau menghilangkan pengganggu
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada ekstraksi pelarut atau juga
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populerpemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro
Prinsip distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan
perbandingan tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda
dalam kedua fase terlarut Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan
prepratif pemurnian pemisahan serta analisis pada semua kerja
Ekstraksi cair-cair ditentukan oleh distribusi Nerst atau hukum partisi yang
menyatakan bahwa rdquopada konsentrasi dan tekanan yang konstan analit akan
terdistribusi dalam proporsi yang selalu sama diantara dua pelarut yang saling
tidak campurrdquo Perbandingan konsentrasi pada keadaan setimbang di dalam 2
fase disebut dengan koefisien distribusi atau koefisien partisi
II4 Kromatografi Lapis Tipis (Anonim 2011)
Pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan partisi yang
ditentukan oleh fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen) komponen kimia
bergerak naik mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap
komponen-komponen kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat
bergerak dengan kecepatan yang berbeda berdasarkan tingkat kepolarannya
hal inilah yang menyebabkan terjadinya pemisahan Prinsip Penampakan
Noda adalah sebagai berikut
a Pada UV 254 nm
Pada UV 254 nm lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel akan
tampak berwarna gelapPenampakan noda pada lampu UV 254 nm
adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator
fluoresensi yang terdapat pada lempeng Fluoresensi cahaya yang tampak
merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut
ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi
yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil
melepaskan energi
b Pada UV 366 nm
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan berwarna
gelap Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh
auksokrom yang ada pada noda tersebut Fluoresensi cahaya yang
tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke
tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula
sambil melepaskan energi Sehingga noda yang tampak pada lampu UV
366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak
berfluororesensi pada sinar UV 366 nm
c Pereaksi Semprot H2SO4 10
Prinsip penampakan noda pereaksi semprot H2SO4 10 adalah
berdasarkan kemampuan asam sulfat yang bersifat reduktor dalam
merusak gugus kromofor dari zat aktif simplisia sehingga panjang
gelombangnya akan bergeser ke arah yang lebih panjang (UV menjadi
VIS) sehingga noda menjadi tampak oleh mata
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
BAB III
METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III11 Alat yang dipakai
1 Gunting
2 Parang
3 Gegep Bambu
4 Gunting Bunga
5 Cutter
6 Ember
7 Toples Kaca
8 Koran
9 Karung
10 Seperangkat alat Sokletasi
11 Statif dan Klem
12 Penangas Air
13 Neraca Analitik
14 Rotavapor
15 Gelas Ukur
16 Gelas Kimia
17 Cawan Porselin
18 Corong Pisah
19 Aluminium Foil
20 Pipet Tetes
21 Pipet Volume
22 Pipa Kapiler
23 Mistar
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
24 Lampu UV
25 Kipas Angin
26 Lempeng KLT
27 Tabung Reaksi
28 Rak Tabung
29 Mangkok
30 Batang Pengaduk
31 Sendok Tanduk
32 Botol Semprot
III12 Bahan yang dipakai
1 Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ)
2 Metanol
3 Etil asetat
4 n-hexana
5 n-butanol
6 Eluen Etil asetat Heksan Air (911)
7 Eluen Etil asetat Heksan Air (921)
8 Eluen Heksan Etil asetat (91)
9 Eluen Heksan Etil asetat (101)
10 H2SO4 20
11 AlCl3
12 Pereaksi Dragendrof
13 Aquadest
14 Aluminium foil
15 Isolasi
16 Koran
17 Kertas saring
18 Dus
III2 Pengerjaan Sampel
III21 Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Pengambilan sampel tanaman dilakukan di Desa Lembasada
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala Dilakukan
dengan cara daunnya dipetik
III22 Pengolahan Sampel
1 Penyiapan alat dan bahan
Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk
mengambil sampel yang diinginkan
2 Pencucian
Sampel tanaman yang telah diambil kemudian dicuci dengan air
mengalir yang dimasudkan untuk membersihkan bagian-bagian
tumbuhan dari benda-benda asing seperti tanah batu dan
sebagainya
3 Sortasi basah
Dilakukan sortasi basah untuk memisahkan bagian-bagian
tumbuhan yang tidak diinginkan
4 Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara diangin-anginkan pada
tempat yang tidak tersinari matahari langsung Pengeringan ini
dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme pada
saat sampel akan dipisahkan dan pada saat penyimpanan Selain
itu untuk mengurangi kadar air dari tanaman sehingga pada saat
ekstraksi dapat menarik komponen kimia tumbuhan dengan
mudah dan mengurangi gangguan pada saat identifikasi
5 Pemotongan
Sampel yang telah dikeringkan kemudian dipotong kecil-kecil
dengan ukuran tertentu Hal ini bertujuan untuk memperbesar
luas permukaan sehingga ekstraksi dapat lebih efektif
6 Sortasi kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil kemudian dipisahkan dari
kotoran-kotoran yang tidak diinginkan
III23 Ekstraksi Sampel
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
III231 Ekstraksi Sokletasi
a Ditimbang sampel tanaman benalu hutan (Henslowia
frutescens Champ) yang sudah dirajangdiserbukkan
b Tabung klonsong diisi dengan sampel dengan cara
Kertas saring dimasukkan kedalam tabung yang akan
diisi sampel (kertas saring tidak boleh melebihi tinggi
pipa sifon)
Serbuk sampel kering dimasukkan melalui ujung
kondensor ke dalam tabung klonsong tanpa melebihi
tinggi pipa sifon
Dimasukkan metanol kedalam tabung yang berisi
sampel hingga semua sampel terbasahi dengan metanol
Cairan penyari dari sampel di tambung pada wadah
(labu alas bulat) maksimum 23 dari ukuran labu
Alat sokletasi dipasang kemudian pada bagian bawah
dari labu alas bulat diletakkan ember yang telah berisi
air dan di beri pemanas air
Kemudian sampel dipanaskan hingga uap cairan
penyari naik keatas pipa samping kemudian di
embunkan oleh kondensor bola Cairan kemudian turun
ke dalam labu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia Karena adanya pipa sifon maka setelah cairan
mencampai permukaan sifon seluruh cairan kemudian
turun ke labu ( 1 siklus) Dilakukan hingga 15 siklus
hingga cairan penyari menjadi bening
Ditimbang wadah yang akan digunakan untuk
menempatkan ekstrak kental metanol
Dikeringkan ekstrak metanol dengan menggunakan
kipas angin hingga pelarutnya menguap keseluruhan
III232 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
1 Ditimbang Ekstrak metanol 1 g dimasukkan ke dalam
gelas kimia tambah 20 ml n-heksan
2 Lalu diaduk hingga merata dan dimasukkan ke dalam
corong pisah kemudian dikocok dan didiamkan hingga
terpisah
3 Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
4 Dikeluarkan lapisan atas (n-heksan) ke dalam cawan
porselin
5 Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah lalu tambah 30 ml heksan kemudian di
kocok
6 Dilakukan pengocokan hingga terpisah dilakukan
sebanyak 3 kali berulang-ulang dengan proses yang
sama dan yang tertinggal lapisan bawah (residu dan
yang diuapkan lapisan atas n-heksan)
7 Hasilnya di angin-anginkan hingga menguap
III233 Ekstraksi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
a Setelah pengulangan 3 kali lapisan bawah (residu)
dimasukkan ke dalam corong pisah ditambah 10 ml n-
butanol lalu dikocok dan didiamkan hingga terpisah
b Dikeluarkan lapisan bawah (residu) ke dalam gelas
kimia
c Dikeluarkan lapisan atas (n-butanol) ke dalam cawan
porselin
d Dimasukkan kembali lapisan bawah (residu) ke dalam
corong pisah tambah 10 ml n-butanol lalu di kocok dan
didiamkan hingga terpisah
e Dilakukan pengocokan dan pemisahan ini sebanyak 3
kali
f Hasilnya diangin-anginkan hingga menguap
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
III24 Identifikasi Ekstrak dengan Pereaksi Kimia
III241 Pemeriksaan Kandungan Kimia Alkaloid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml H2SO4 20
3 Ditambahkan 10 ml aquadest
4 Ditambahkan 5 tetes pereaksi dragendroff
5 Dikocok dan diamati perubahan warna
6 Positif jika warna merah kekuningan
III242 Pemeriksaan Kandungan Kimia Flavonoid
1 Dipipet ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi
sokletasi sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi
2 Ditambahkan 1 ml AlCl3
3 Dikocok dan diamati perubahan warna
4 Positif jika warna kuning
III25 Identifikasi Kromatografi Lapis Tipis
III251 Pembuatan Lempeng KLT
Lempeng KLT yang digunakan yaitu Silika Gel
dibuat dengan ukuran yang disesuaikan Diberi batas atas
dan batas bawah dimana batas bawah diukur dengan
panjang plusmn 1 cm dan batas atas dengan panjang plusmn 05 cm
III252 Penjenuhan Wadah Lempeng (Gelas Kimia)
1 Disiapkan gelas kimia yang bersih lengkap penutupnya
2 Gelas kimia diisi dengan eluen yang diinginkan
3 Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang
panjangnya lebih dari tinggi wadah dan kemudian
ditutup dan dibiarkan terelusi
III253 Pembuatan Eluen
Dibuat 20 ml dengan perbandingan
1 Etil asetat Heksana Air
9 1 1
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Etil Asetat 911
x 20 ml=1636 ml
Heksan 111
x 20 ml=18 ml
Air 111
x 20 ml=18 ml
2 Etil asetat Heksana Air
9 2 1
Etil Asetat 9
12x20 ml=15 ml
Heksan 2
12x20 ml=33 ml
Air 1
12x20 ml=16 ml
3 Heksana Etil asetat
9 1
Heksan 9
10x20 ml=18 ml
Etil Asetat 1
10x20 ml=2 ml
4 Heksana Etil asetat
10 1
Heksan 1011
x20 ml=181 ml
Etil Asetat 111
x 20 ml=18 ml
III254 Penotolan Sampel pada Lempeng
1 Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
berbeda
3 Ekstrak metanol n-heksana dan n-butanol
dilarutkan dalam beberapa ml metanol
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
4 Masing-masing ekstrak diambil dengan
menggunakan pipa penotol (pipa kapiler)
kemudian ditotolkan pada lempeng yang telah
disiapkan
5 Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan
sebentar untuk menguapkan pelarutnya lalu
dimasukkan pada gelas kimia yang telah
dijenuhkan
6 Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng
silika gel maka lempeng segera dikeluarkan
III255 Penampakan Noda pada UV 254 nm
Setelah proses KLT selesai dilakukan maka lempeng
silika gel diletakkan di bawah lampu UV 254 nm
kemudian diamati noda yang tampak kemudian di beri
tanda dengan menggunakan pensil pada noda yang tampak
di permukaan lempeng
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV11 Hasil Ekstraksi dan Identifikasi Daun Benalu Hutan
IV111 Hasil Ekstraksi dan Partisi
Hasil Ekstraksi Bobot Ekstrak Persentase Ekstrak
Metanol
n-Heksana
n-butanol
1 g
076 g
049 g
-
24
51 IV112 Identifikasi dengan Pereaksi Kimia terhadap Ekstrak
Metanol
Identifikasi PerlakuanHasil
PengamatanKeterangan
Uji Alkaloid
a 1 ml HCl 2N
b 5 tetes Pereaksi
Dragendroff
Warna Hijau
(-) tidak mengandung
Alkaloid
Uji Flavonoida 1 ml AlCl3
Warna Kuning
(+) mengandung
Flavonoid
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
IV113 Hasil Identifikasi Dengan KLT terhadap Ekstrak
Metanol n-Heksan dan n-butanol dengan
menggunakan berbagai Eluen
1 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 1 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 078
c Rf3 = 095
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 065
b Rf2 = 095
2 Eluen Etil Asetat Heksan Air (9 2 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 064
b Rf2 = 072
c Rf3 = 093
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 060
b Rf2 = 092
3 Heksan Eluen Etil Asetat (9 1)
Nilai Rf
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 035
b Rf2 = 089
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 031
b Rf2 = 089
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 014
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 0035
4 Heksan Eluen Etil Asetat (10 1)
Nilai Rf
Ekstrak Metanol
a Rf1 = 0136
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 009
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
Ekstrak n-butanol
a Rf1 = 008
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
IV2 Pembahasan
Fitokimia adalah ilmu yang Fitokimia adalah ilmu yang mempelajari
berbagai senyawa organik yang dibentuk dan disimpan oleh tumbuhan yaitu
tentang struktur kimia biosintetis perubahan dan metabolism penyebaran
secara alami dan fungsi biologis dari senyawa organic Fitokimia atau kadang
disebut fitonutrien dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien
yang diturunkan dari sumber tumbuhan termasuk sayuran dan buah-buahan
Dalam penggunaan umum fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakanlain berupa bahan
yang telah dikeringkan Dalam percobaan ini akan digunakan beberapa
metode pengujian diantaranya adalah pengolahan sampel ekstraksi partisi
ekstrak atau ekstrak cair-cair dan identifikasi ekstrak yang meliputi
identifikasi dengan komponen kimia dan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Ekstraksi ialah penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan
mentah obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih di mana zat yang
diinginkan larut Prinsip ekstraksi adalah melarutkan komponen yang berada
dalam campuran secara selektif dengan pelarut yang sesuai Prinsip
kelarutan yaitu pelarut polar melarutkan senyawa polar pelarut semipolar
melarutkan senyawa semipolar pelarut nonpolar melarutkan senyawa non
polar Sediaan yang diperoleh dari hasil ekstraksi dinamakan ekstrak
sedangkan pelarutnya disebut penyari sedangkan sisa-sisa yang tidak ikut
tersari disebut ampas
Pada percobaan kali ini tahap-tahap yang dilakukan terhadap sampel
adalah proses ekstraksi ekstraksi cair-cair (partisi ekstrak) identifikasi
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
ekstrak yang meliputi proses pemeriksaan kandungan kimia atau
identifikasi senyawa yang terkandung di dalamnya Namun sebelum
proses-proses tersebut dilakukan sebelumnya akan dilakukan preparasi
terhadap sampel terlebih dahulu Dimana akan dilakukan proses
pendahuluan proses tersebut meliputi penyiapan bentuk simplisianya serta
pengolahannya Proses awal yang dilakukan yaitu proses pengambilan
sampel dimana proses pengambilan sampelnya yakni daun benalu hutan
(Henslowia frutescens Champ) dilakukan di Desa Lembasada tepatnya di
Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala pada pukul 0900 pagi
Waktu tersebut merupakan waktu yang baik karena tanaman tersebut dalam
keadaan segar Pengambilannya dilakukan dengan cara dipetik bagian muda
dari daun tersebut Kemudian dilakukan beberapa proses lagi yaitu
pengolahannya hingga menjadi bentuk simplisia atau rajangan
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pengumpulan bahan baku Dalam
pengumpulan bahan baku ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kandungan senyawa dalam suatu tanaman yaitu bagian tanaman yang akan
digunakan umur tanaman lingkungan tempat tumbuh serta waktu
panennya Bagian yang kan digunakan pada tanaman ini yaitu bagian
daunnya karena daun merupakan sampel yang mudah untuk diolah Setelah
itu tahap selanjutnya dilakukan pencucian Tahap ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran atau tanah yang menempel pada permukaan daun
Kemudian di sortasi basah proses ini dilakukan untuk memisahkan daun-
daun dari pengotor-pengotor seperti ranting kerikil rumput dan kotoran lain
serta memisahkan daun yang bagus dengan daun yang sudah kering atau
rusak Selanjutnya dirajang proses perajangannya dilakukan dengan
menggunakan gunting sampel daun digunting hingga membentuk bagian-
bagian yang lebih kecil Setelah itu pengeringan sampel proses
pengeringannya cukup dengan diangin-anginkan untuk mengurangi kadar
air hingga sampel menjadi kering dan untuk menghentikan reaksi enzimatik
yang terjadi di dalam sel daun Selain itu juga dapat mencegah penguapan
yang berlebihan pada kandungan kimia yang ada dalam sampel jika terkena
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
langsung sinar matahari Kemudian tahap terakhir adalah dilakukan sortasi
kering prosesnya hampir sama dengan sortasi basah yaitu memisahkan
sampel dari pengotor yang masih tertinggal pada sampel Setelah proses
sortasi kering ini selesai dilakukan selanjutnya dengan pengepakan sampel
simplisia dan penyimpanan simplisia Dari pengambilan dan pengolahan
sampel diperoleh bobot sampel basah 1156 g dan bobot sampel kering 527 g
sehingga diperoleh susut pengeringan sebesar 5441
Sampel daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) yang telah
diolah kemudian diekstraksi dengan menggunakan metode soxhletasi
Dimana prinsip dari metode ekstraksi soxhletasi adalah penarikan komponen
kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam
klonsong yang dilapisi kertas saring Cairan penyari dipanaskan dalam labu
alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
Cairan penyari yang jatuh kedalam klonsong akan menyari zat aktif didalam
simplisia dan jika penyari telah mencapai permukaan pipa sifon seluruh
cairan akan turun kembali kelabu alas bulat melalui pipa kapiler hingga
terjadi sirkulasi Proses ekstraksi ini dilakukan dua kali karena mengingat
banyaknya serbuk sampel yang kami peroleh Cairan penyari yang
digunakan adalah methanol hal ini disebabkan methanol memiliki titik didih
yang rendah sehingga mudah disingkirkan Selain itu methanol juga dapat
melarutkan berbagai senyawa organik Proses soxhletasi dilakukan hingga
cairan penyari jernih
Tahap selanjutnya adalah ekstrak di uapkan Penguapan ekstrak
dimaksudkan untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang lebih pekat
Tujuan dilakukannya penguapan yaitu untuk menghilangkan cairan penyari
yang digunakan agar pada ekstraksi corong pisah hanya didapat dua lapisan
Pada proses penguapan yang dilakukan pada kesempatan ini yaitu
penguapan dengan menggunakan rotavapor Prinsip kerja dari rotavapor
yaitu penguapan dapat terjadi karena adanya pemanasan yang dipercepat
oleh putaran labu alas bulat dan cairan penyari dapat menguap 5-10oC
dibawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh adanya penurunan tekanan
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Dengan bantuan pompa vakum uap larutan penyari akan menguap pada
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan
pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat penampung Proses
penguapan berakhir yang ditandai dengan adanya letupan atau flooting pada
labu alas bulat tempat sampel Ekstrak daun benalu hutan hasil soxhletasi
disimpan dalam wadah ditutup dengan alumunium foil dan diberi lubang
lubang kecil Kemudian ekstrak daun benalu hutan diangin-anginkan dan
disimpan dalam desikator Jumlah ekstrak kental yang diperoleh sebesar 1
gram
Proses yang dilakukan setelah proses ekstraksi dilakukan proses
partisi atau ekstraksi cair-cair Dalam proses ini dilakukan sebanyak dua kali
ekstraksi cair-cair yang pertama ekstraksi cair-cair dengan menggunakan
pelarut n-Heksana kemudian dilanjutkan dengan pelarut n-butanol Ekstrak
kental dari metanol yang digunakan yaitu sebanyak 1 gram Ekstraksi cair-
cair ini dilakukan sebanyak 3 kali ekstraksi tujuannya yaitu untuk
menghasilkan hasil ekstrak yang lebih banyak dibandingkan dengan satu
kali ekstraksi yang hanya menghasilkan sedikit ekstrak Prinsip dari ektraksi
cair-cair itu sendiri yaitu merupakan suatu cara pemisahan komponen kimia
di antara dua fase pelarut yang tidak saling bercampur dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagiannya akan larut pada fase
kedua kemudian kedua fase yang mengandung zat zat terdispersi dikocok
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua
lapisan fase cair dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase
tersebut sesuai dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan
konsentrasi yang tetap Dari hasil partisi ini maka diperoleh 2 ekstrak kental
yaitu ekstrak kental n-heksana sebanyak 076 gram sehingga persentase
ekstrak kentalnya yaitu 24 dan ekstrak kental n-butanol sebanyak 049
gram sehinga persetase ekstrak kentalnya yaitu 51
Proses selanjutnya yang dilakukan yaitu identifikasi ekstrak yang
meliputi identifikasi ekstrak dengan pemeriksaan komponen kimia dan
identifikasi ekstrak dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dari ekstrak
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
kental tersebut Pemeriksaan komponen kimia yang dilakukan yaitu
pemeriksaan kandungan alkaloid dan flavonoid Pemeriksaan komponen
kimia ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kimia dari sampel yang
telah diekstraksi dan memiliki peranan penting khususnya kandungan-
kandungan yang memiliki aktivitas farmakologi sehingga untuk sampel-
sampel yang mengandung komponen kimia yang memilki aktivitas
farmakologi dapat dilakukan penelitian yang lebih lanjut hingga proses
biosintesisnya
Pemeriksaan yang pertama dilakukan yaitu pemeriksaan kandungan
alkaloid Dalam uji alkaloid ini pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi
Dragendorff Dari hasil pemeriksaan ini hasil menunjukkan bahwa pada
sampel daun benalu hutan negatif mengandung alkaloid karena tidak terjadi
perubahan warna pada sampel yang diuji Pengujian atau pemeriksaan yang
kedua yaitu uji Flavanoid dalam uji ini pereaksi yang digunakan yaitu
AlCl3 Dalam uji ini hasil menunjukkan hasil positif mengandung flavanoid
dimana ditandai dengan perubahan warna sampel menjadi warna kuning
Proses terakhir yang dilakukan yaitu proses identifikasi dengan
menggunakan metode KLT Tahap awal pengerjaannya yaitu penjenuhan
chamber Penjenuhan chamber dilakukan dengan menuangkan eluen pada
chamber kemudian dimasukan potongan pada kertas saring hingga
melewati penutup kaca Hal ini menunjukan chamber telah jenuh Prinsip
dari metode KLT itu sendiri yaitu adsorpsi dan partisi Dimana prinsip
adsorpsinya terjadi pada saat sampel ekstrak kental ditotolkan pada lempeng
KLT yang mengandung silika gel sedangkan untuk prinsip partisi atau
pemisahannya terjadi ketika proses elusi yang terjadi yang menyebabkan
terpisahnya bercak sampel ekstrak kental yang ditotolkan pada lempeng
sehingga menimbulkan berbagai noda Metode kromatografi lapis tipis
dilakukan dengan cara pemeriksaan dibawah lampu UV Penampakan noda
pada lampu UV 254 nm karena adanya daya interaksi antara sinar UV
dengan gugus kromofor yang terikat oleh ausokrom yang ada pada noda
tersebut Flourosensi senyawa yang tampak merupakan emisi cahaya yang
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
dipancarkan oleh komponen tersebut ketika eleketron yang tereksitasi dari
tingkat energi dasar ketingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke
keadaan semula sambil melepaskan energi Energi inilah yang menyebabkan
perbedaan flourosensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda Berdasarkan
hasil penampakan noda pada 254 nm terlihat adanya perbedaan warna noda
pada kedua lampu UV tersebut Hal ini sesuai dengan literatur yang ada
yang menyatakan bahwa perbedaan tersebut didasari pada prinsip kerja
lampu UV tersebut Dimana pada lampu UV 254 nm lempeng akan
berflouresensi sedangkan sampel akan tampak berwarna gelap
Eluen yang digunakan pada identifikasi KLT ini yaitu dibagi dalam
eluen polar yang digunakan adalah etil asetat heksan air dengan variasi
perbandingan 9 1 1 dan 9 2 1 dan eluen non-polar yang digunakan
adalah n-heksan-etil dengan variasi perbandingan 9 1 dan 10 1 Eluen
dibuat dari beberapa macam variasi yang diharapkan dapat menampakkan
semua noda yang ada dalam sampel Eluen yang digunakan merupakan
kombinasi dari dua atau tiga macam pelarut hal ini dimaksudkan untuk
mencapai semua tingkat kepolaran sehingga diharapkan eluen ini dapat
mengangkat noda dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda pula
Adapun faktor kesalahan selama praktikum berlangsung adalah pada
proses pengolahan sampel kurangnya ketelitian dalam cara pengubahan
bentuk (perajangan) dan pengeringan dari sampel pada proses ekstraksi
pelarut organik yang dipakai sangat terbatas sehingga ekstrak yang
dihasilkan sangat sedikit pada proses partisi ekstrak adanya zat pengotor
sehingga terbentuk tiga lapisan pada corpis hal ini disebabkan karena
kurangnya kebersihan dalam membersihkan alat yang digunakan pada
proses KLT kurangnya ketelitian dalam proses penotolan sehingga
menyebabkan noda pada lempeng bisa berekor dan sedikit lewat dari batas
atas
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
BAB V
PENUTUP
V1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1 Daun benalu hutan (Henslowia frutescens Champ) diekstraksi
dengan cara sokletasi
2 Cara identifikasi ekstrak daun benalu hutan (Henslowia frutescens
Champ) adalah dengan pereaksi kimia dan identifikasi ekstrak
dengan metode KLT
3 Dari hasil identifikasi yang telah diuji terbukti bahwa daun benalu
hutan (Henslowia frutescens Champ) mempunyai kandungan kimia
yaitu flavonoid
V2 Saran
Diharapkan pada praktikan untuk lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan setiap percobaan yang akan dilakuka agar diperoleh hasil
yang baik
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2008 httpmedicafarmablogspotcom200811ekstraksihtml (diakses
pada hari sabtu 19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtml (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksi-cair-cairhtmlm (diakses pada hari sabtu 19
November 2012)
Anonim 2011 httpGKromatografi-Lapis-Tipishtml (diakses pada hari sabtu
19 November 2012)
Anonim 2011 httpGekstraksiprinsip-kerja-dan-tujuan-ekstraksihtml
(diakses pada hari sabtu 19 November 2012)
Ditjen POM (1986) ldquoSediaan Galenikrdquo Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta
Tobo F (2001) ldquoBuku pegangan Laboratorium Fitokimia Irdquo Laboratorium
Fitokimia Jurusan Farmasi Unhas Makassar
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DAUN BENALU
HUTAN (Henslowia frutescens Champ) ASAL DESA LEMBASADA
KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
DI SUSUN OLEH
NAMA HERLANDO MT
STAMBUK G 701 10 026
KELOMPOK VI A
ASISTEN ALDY WIJAYA FEBRIYANTO
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kita hidayah kekuatan petunjuk serta kesehatan yang melimpah
ruah sehingga kami dapat menyelesaikan laporan fitokimia yang disusun sebagai
dasar dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya
Pada kesempatan ini dibuatlah laporan praktikum fitokimia sebagai wujud
dan syarat mengikuti praktikum selanjutnya Adapun hasil yang didapat
bersumber dari Praktek Kerja Lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 21-23
september 2012 bertempat di Desa Lembasada Kec Banawa Selatan Kab
Donggala Sulawesi Tengah Pada pembuatan laporan kali ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dari beberapa pihak antara lain
Asisten pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan kepada kami
atas ketidaktahuan kami serta begitu setia mendampingi membantu terhadap
segala macam aspek kesulitan
Orang tua sebagai aspek dasar yang terus memberikan dorongan serta
penggunaan materi sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan amat baik
Teman-teman baik itu per Angkatan bahkan dari kakak senior yang begitu
berpengaruh dalam membantu penyusunan makalah ini
Di akhir kesempatan ini kami berharap apa yang telah didapat dari
Praktek Kerja Lapangan Laporan bahkan Hasil Praktikum pun akan sangat
bermanfaat nantinya bahkan dimasa dibutuhkannya pembuatan obat-obat baru
sebagai pengembangan ilmu pengetahuan Amin
Palu Desember 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I1 Latar Belakang
I2 Rumusan Masalah
I3 Maksud Percobaan
I4 Tujuan Percobaan
I5 Prinsip Percobaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II1 Uraian Bahan Alam
II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
II3 Ekstraksi Cair-cair
II4 Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
BAB III METODOLOGI KERJA
III1 Alat dan Bahan
III2 Pengerjaan Sampel
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
IV1 Hasil Praktikum
IV2 Pembahasan
BAB V PENUTUP
V1 Kesimpulan
V2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti ujian praktikum Fitokimia semester V (lima) Tahun
20122013
Palu 13 Desember
2011
Dosen Pembimbing Praktikan
(Aldy Wijaya Febriyanto) (Herlando MT)
Mengetahui
Koordinator Umum Koordinator
Golongan
(Syariful Anam SSi MSi Apt ) (M ohYusran )
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-
BIOGRAFI
Herlando MT dilahirkan di Pagimana 23 oktober 1992 Anak pertama dari 3 bersaudara Menyelesaikan pendidikan SD pada tahun 2004 di SDN Pembina pagimana Kemudian menyelesaikan pendidikan SMP di SMP Negeri 3 luwuk pada tahun 2007 Selanjutnya menyelesaikan pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Pagimana pada tahun 2010 Dan sekarang sedang melanjutkan pendidikan di Universitas Tadulako Palu sebagai mahasiswa farmasi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
- KATA PENGANTAR
- BAB II TINJAUAN PUSTAKA II1 Uraian Bahan Alam
- II2 Metode Ekstraksi Bahan Alam
-