-
FILSAFAT HUKUM DAN HUKUM ALAM MENURUT PARA AHLI
Tugas Makalah
Filsafat Hukum
Kelas B
oleh
RISKY DWI CAHYADHIKA
120710101128
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
-
Halaman Judul
FILSAFAT HUKUM DAN HUKUM ALAM MENURUT PARA AHLI
Tugas Makalah
Filsafat Hukum
Kelas B
oleh
RISKY DWI CAHYADHIKA
120710101128
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2014
i
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan ridho NYA saya
dapat menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Filsafat Hukum, kelas B berupa makalah
yang berjudul Filsafat Hukum dan Hukum Alam Menurut Para Ahli.
Secara khusus saya berterima kasih kepada Bapak Dr. Dominikus Rato,
S.H., M.Si. dan Bapak Totok Sudaryanto S.H., M.S. selaku Dosen Pembina Mata
Kuliah Filsafat Hukum di Fakultas Hukum, Universitas Jember yang telah
membimbing saya di dalam perkuliahan. Oleh karena bimbingan Bapak dosenlah
saya mampu untuk menyelesaikan Tugas Makalah ini.
Apabila dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan, saya sebagai penulis mohon makalah ini dapat dimaklumi. Serta saya
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari siapapun guna
memperbaiki makalah ini dikemudian hari.
Demikianlah semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat. Atas
perhatiannya saya ucapkan banyak terimakasih.
Risky Dwi Cahyadhika
Jember, 1 Desember 2014
ii
-
DAFTAR ISI
Cover
Halaman Judul ................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................... ii
Daftar Isi .........................................................................................................iii
1. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang ............................................................................. 1
b. Permasalahan ................................................................................ 2
c. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
a. Sumber Data ................................................................................. 3
3. BAB III PEMBAHASAN
a. Filsafat Hukum ............................................................................. 4
b. Kaedah Hukum dalam Filsafat ..................................................... 8
c. Hukum Alam ................................................................................ 9
d. Hukum Romawi .......................................................................... 11
4. BAB IV PENUTUP
a. Kesimpulan ................................................................................. 14
b. Saran ............................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 15
iii
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat hukum menurut Purnadi Purwacaraka dan Soerjono Soekanto
(1979:2) mengatakan bahwa Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan
nilai-nilai, kecuali itu filsafat hukum juga mencakup penyerasian nilai-nilai,
misalnya penyelesaian antara ketertiban dengan ketenteraman, antara kebendaan
dan keakhlakan, dan antara kelanggengan atau konservatisme dengan pembaruan.
Kesulitan pertama yang banyak dialami dalam memahami hukum yaitu
berfikir mengenai hukum dengan cara yang telah ditentukan dalam ilmu hukum,
mengaitkan satu sama lain sebab dengan sebab lainnya, yang satu dengan hal yang
timbul karenanya. Alam berfikir hukum adalah berfikir khas, dengan karakteristik
yang tidak ditemui dalam cara-cara berfikir yang lain.
Perenungan awal dari manusia terjadi ketika dia ingin mengetahui tentang
sesuatu bagaimana bisa terjadi atau memperoleh suatu jawaban yang masuk akal
dan dapat dipahami. Dengan contoh mengapa matahari terbit dari sebelah barat
dan tenggelam di sebelah timur? hal ini adalah suatu kejadian setiap hari yang
terjadi di dunia, tetapi hanya sedikit orang yang mau mempelajari bagaimana
kejadian tersebut bisa terjadi berulang ulang tanpa danya suatu perubahan. Dari
sini lah tiap tiap manusia menggunakan akal pikirannya untuk berpikir bagaimana
hal itu bisa terjadi, dan dia akan segera mencari jawaban sehingga keheranan itu
dapat diseleseikan menggunakan akal sehat.
Seiring berkembangnya zaman, berkembang pula pola pikir manusia
terhadap alam semakin cepat dan semakin rasional. Tiap manusia harus berpikir
secara sistematis maupun kritis terhadap suatu hal yang akan dimengerti ataupun
ditanyai. Bukan hanya sekedar menunggu jawaban dari manusia lain, hal tersebut
akan menyebabkan ketidak seimbangan dalam kehidupan masyarakat.
Kemudian muncul suatu ide yaitu hasil dari berpikir secara filsafat dan kritis
terhadap sesuatu hal yang terjadi. Hanya ada satu hal yang belum bisa terjawab oleh
1
-
manusia, yaitu tentang ke-ESAan Tuhan, bagaimana dapat menciptakan sesuatu hal
yang cukup besar dan tidak ada batas, hanya manusialah yang mempunyai
keterbatasan untuk mencari jawaban atas itu semua. Meskipun dengan perenungan,
pemikiran filsafat, pemikiran historis, tidak akan bisa. Tetapi hanya ilmu agama
yang dapat memberikan sedikit gambaran bagaimana itu semua terjadi.
Cara berpikir yang demikianlah yang sampai hari ini diakui sebagai cara
berpikir atau berfilsafat untuk memperoleh pengetahuan. Hal hal semacam itulah
yang terkadang dilupakan orang, terutama kalangan ilmuwan termasuk kalangan
masyarakat ilmiah lainnya terutama para mahasiswa. Dengan demikian saya
sebagai penulis ingin menuliskan suatu makalah ilmiah yang mempunyai substansi
tentang Filsafat Hukum dan Para Ahli Filsafat Hukum atau yang disebut dengan
Filsuf. Untuk itu permasalahan akan dijelaskan dibawah ini.
1.2 Permasalahan
Dalam latar belakang diatas, permasalahan yang akan saya angkat adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Hukum Menurut Para Ahli ?
2. Apa pengertian dari Hukum alam sehingga menimbulkan suatu Kaedah
Hukum ?
3. Bagaimana dasar Filsafat awal (Hukum Romawi) ?
1.3 Tujuan Penulisan
Tulisan ini dibuat dengan tujuan untuk membantu setiap orang atau mahasiswa
khususnya di Fakultas Hukum maupun saya sendiri untuk :
1. Mengetahui pengertian dari Filsafat Hukum dan Hukum Alam menurut para
ahli, dan
2. Menerapkan pola berpikir filsafat dalam era modern saat ini.
2
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sumber Data
Adapun sumber data penulisan yang digunakan dalam pembahasan ini
adalah sumber data sekunder, yaitu mencari sumber sumber pengertian melalui
buku atau diktat dengan judul Filsafat Hukum dari beberapa penulis dan sedikit
mengambil materi didalam perkuliahan Mata Kuliah Filsafat Hukum.
3
-
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Filsafat Hukum
Filsafat menurut arti kata adalah suatu kebijaksanaan hidup ( filosofis ).
Atas dasar kata kata itu maka muncullah beberapa macam definisi filsafat. Dua
diantara definisi itu adalah : berpikir radikal, berpikir bijaksana1.
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan. Karenanya ia berbeda dengan
pengetahuan lainnya yang dimiliki orang berdasarkan pengalaman hidupnya.
Sekalipun pengalam hidup dapat menghasilkan suatu kebijaksanaan hidup, namun
hal itu belum dapat menjadi filsafat dalam arti tekhnis. Untuk menjadi filsafat perlu
diteliti terus menerus, dengan menggunakan metode berpikir yang benar menurut
kadar keilmuan. Kemudian disusun secara sistematis sehingga tertampung dalam
suatu sistem menurut akal sehat2.
Filsafat diketahui bahwa ia merupakan ilmu pengetahuan yang berbeda
dengan ilmu - ilmu lain. Ilmu pengetahuan yang sebagian kita pelajari ini hanya
membahas satu gejala hidup. Contohnya, Sosiologi mempelajari strukture
masyarakat, antropologi mempelajari budaya masyarakat dan lainn lain3.
Lain halnya dengan filsafat, tidak terbats pada salah satu bidang kehidupan,
melainkan mereka hendak memberikan pandangan hidup yang menyeluruh.
Karenanya filsafat membahas masalah arti hidup yang sebenar benarnya yaitu
makna yang hakiki dari hidup4.
Cara untuk memperoleh pandangan hidup yang menyeluruh ini dengan cara
refleksi atas pengalaman, baik pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah.
Sedangkan pengetahuan langsung itu bukanlah filsafat, sehingga seorang yang
berfilsafat mengambil apa yang telah ditangkap dalam pengalaman kemudian
1 Soewondho S.H. M.S., Filsafat Hukum dan Hukum Alam, hal.9 2 Ibid, hal 9 - 10 3 ibid 4 Theo Huijbers, 1984. 11.
4
-
memandangnya dalam suatu cakrawala yang lebih luas, yaitu sebagai unsur
kehidupan yang menyeluruh.
Filsafat hukum berasal dari dua ( 2 ) kata yaitu filsafat dan hukum. Filsafat
berasal dari bahasa Yunani : Philoshopia; kata Philo ( Philein ) berarti cinta, dan
Sophia berarti Kebijaksanaan. Jadi Philoshophia berarti cinta kebijaksanaan atau
love of wisdom5.
Pengertian philosophia atau philosophien jika diperluas maka kata ini akan
bermakna Berusaha Menemukan yaitu berusaha untuk menemukan kebenaran
jika dikaitkan dengan hukum (ius), maka kebenaran hukum itu adalah keadilan
(iustitia) menurut Heredotus6.
Beberapa Ahli menyatakan pengertia Filsafat Hukum :
1. Radburch : Filsafat hukum adalah cabang filsafat yang mempelajari hukum yang
benar.
Filsafat hukum merupakan cabang filsafat dimana ilmu filsafat ini
digunakan untuk mempelajari hukum yang benar. Dalam pendapat ini perlu di
renungkan bagaimana Radburch mendefinisikan hukum yang benar. Hukum
merupakan ilmu yang sangat besar kaitannya dengan pemikiran yang bijaksana,
baik secara system hukum itu di buat maupun bagaimana hukum itu di terapkan.
Melalui pendapat ini, sang ahli berusaha mengutarakan bagaimana filsafat
hukum digunakan untuk mencari tatanan hukum baik dari system dan
penerapannya yang sesuia dengan kebenaran meskipun definisi benar sangat
luas cakupannya.
5 Dr.Dominikus Rato, Mencari, Menemukan, dan Memahami Hukum, hal.7 6 Ibid, hal.8
5
-
2. Kelsen : Filsafat hukum adalah ilmu pengetahuan yang mencari hukum yang
benar dan adil.
Menurut Kelsen , filsafat hukum adalah suatu ilmu pengetahuan yang
mencari hukum dimana hukum harus menemukan suatu titik kebenaran dan
keadilan. Sedangkan jika kita cermati hukum yang benar dan hukum yang adil
jika kita telaah pula sangat banyak makna dan artinya. Hukum yang benar
kebanyakan orang mungkin menganggap hukum dimana secara system
pembuatannya, penerapannya hingga terbentuknya hukum merupakan wujud
dari tatanan kebenaran. Benar menurut arti kata adalah tidak salah, bukan salah,
yang baik, yang tidak salah, yang seharusnya dan masih banyak lagi arti dari
benar. Ahli berusaha mengimplementasikan suatu hukum yang benar melalui
filsafat hukum. Kemudian adil, jika kita dapat jabarkan adil mempunyai
beberapa kelompok dimana adil tersebut dibedakan menjadi beberapa arti.
Seperti, keadilan umum yang artinya keadilan ini terbentuk menurut kehendak
undang-undang yang berlaku, dimana adil disini harus di tunaikan demi
terwujudnya kepentingan umum. Serta ada juga keadilan khusus, dimana
keadilan ini dilaksanakan atas dasar kesamaan dan/atau proposionalistas.
Dimana adil di lakukan demi berlangsungnya kesamaan dan tepatnya porsi
yang diinginkan dalam suatu kebijakan, keputusan, serta hal lain dimana yang
dirasa sangat diperlukan adanya unsur keadilan. Keadilan sendiri ada karena
sebenarnya ada satu hal dimana hal lain tidak mendapatkan yang serupa, bisa
kita analogikan juga sebagai subjek. Dimana para pihak memerlukan suatu
keadilan karena pihak lain tidak mendapatkan sesuatu yang sama dengan yang
lain atau sesuai porsi atau bisa kita sebut sebagai impas
6
-
3. Anthoni DAmatho : Mengistilahkan Filsafat hukum sebagai Yurisprudensi,
yang acapkali dikonotasikan sebagai penelitian mendasar tentang pengertian
hukum secara abstrak.
Sang ahli mengkonotasikan filsafat hukum sebagai penelitian dimana
perwujudan penelitian tersebut menelaah hukum yang sangat luas arti dan
kaidahnya atau bisa juga disebut abstrak. Filsafat hukum sebagai yurisprudensi,
dimana dari arti kata tersebut secara tersurat bermakna suatu kebijakan yang
berkaitan dengan hukum. Sedangkan filsafat, disini digunakan untuk mengkaji
dimana hukum adalah suatu hal yang abstrak. Hukum merupakan suatu hal yang
tidak bisa kita pelajari saja dengan membaca, begitupula jika kita akan menelaah
hukum kita tidak serta merta harus menemukan suatu gagasan hukum dimana
hukum lahir dari suatu peraturan atau tulisan yang bisa kita sebut hukum yang
normative. Dalam hal ini ahli ingin menunjukkan bahwa jika kita ingin
menegakkan hukum dengan nafas keadilan, maka kita tidak bisa hanya melihat
hukum dengan kasat mata saja dengan kata lain hukum harus kita telaah dengan
berbagai pemikiran, logika dan kajian yang melahirkan suatu kebijakan dari sisi
lain dari rumusan hukum tersebut.
4. Meuwissen : Filsafat hukum adalah refleksi dari dasar-dasar kenyataan , yang
merupakan perwujudan dari cara berfikir sistematis dalam mencari hubungan
teoritikal , di dalam mana gejala hukum dapat dipikirkan dan akhirnya dapat
dimengerti
Filsafat hukum merupakan refleksi dari dasar kenyataan yang
merupakan perwujudan dari cara berfikir yang sistematis dalam mencari
hubungan teori. Meuwissen berpendapat bahwa filsafat hukum ini digunakan
sebagai cara berfikir, yaitu cara berfikir yang sistematis atau urut atau runtun
atau sesuai dengan kaidah secara berurutan. Cara berfikir ini digunakan untuk
mencari teori dimana hukum ini ada kebanyakan karena beberapa teori yang
sudah ada.
7
-
3.2 Kaidah Hukum dalam Filsafat
Pada kaidah ini terlihat ada pergeseran, yaitu terjadinya suatu proses
penjauhan dan pelepasan diri dari tatanan yang berpegang pada kenyataan sehari
hari ( Tatanan Kebiasaan ).
Sifat yang menonjol dari hukum, mulai tampak pada penciptaan hukum
murni, yaitu yang dibuat secara sengaja oleh badan perlengkapan masyarakat yang
khusus ditugasi untuk menjalankan penciptaan dan pembuatan hukum itu. Dalam
proses pembuatannya mulai terlihat bahwa tatanan itu didukung oleh norma
norma yang secara sengaja dan sadar dibuat untuk nenegakkan jenis ketertiban
tertentu dalam masyarakat7.
Norma hukum itu menurut Gustav Radbruch ( 1961:13 ) dan ( Lili Rasjidi
1984:6 ) termassuk kedalam norma yang lahir dari kehendak manusia. Oleh
karenanya yang menetapkan jenis ketertiban adalah masyarakat sendiri. Dalam hal
itu diwakili oleh anggota anggotanya.
Berbeda dengan kaidah kebiasaan dan kaidah kesusilaan, kaidah hukum
memiliki kemandirian dalama berhadapan dengan ideal dan kenyataan, yaitu
memiliki posisi yang mampu mengambil jarak antara ideal dan kenyataan8.
Bahwa hukum terikat pada dunia ideal dan dunia kenyataan. Untuk memenuhi
tuntutan filosofis maka unsur ideal harus perhitungan. Untuk memenuhi
perhitungan sosiologis maka dunia kenyataan harus diperhitungkan.
7 Satjipto Rahardjo, 1982:16. 8 Ibid
Ideal
Kenyataan
Hukum
Penerimaan secara filosofis
Penerimaan secara sosiologis
8
-
3.3 Hukum Alam
Lili Rasjidi mengatakan bahwa keseluruhan kompleks perundangan atau
norma hukum yang dibuat oleh Tuhan, disebut sebagai Hukum Alam. Bertalian
dengan itu jika ada suatu hubungan hukum yang menjadikan sesuatu menjadi milik
seseorang, baru dapat dikatakan sebagai hukum alam jika norma norma yang
menyatakan demikian ini adalah norma yang ditetapkan oleh Tuhan, dapat disebut
Hukum Alam9.
Hukum Alam ini juga dibuat dalam dua arti, yang satu sama lain saling
berkaitan, yaitu ada yang dalam arti primer dan dalam arti sekunder. Jika disebut
hukum alam begitu saja tanpa ada keterangan maka itu masuk hukum alam
sekunder. Dalam arti masuk kompleks norma norma hukum yang ditetapkan oleh
Tuhan Yang Maha Esa.
Thomas Hobbes ( 1588 1679 ) ahli filsafat Inggris dan Spinoza ( 1632
1677 ) ahli filsafat dari Belanda telah memberi arti lain dari pada yang telah
dikemukakan tadi. Pengertian yang mereka berikan ternyata erat kaitannya dengan
pendapat mereka tentang sifat sosial manusia dan tentang terjadi kehidupan
bersama atau bermasyarakat10.
Menurut pendapat mereka, bahwa manusia itu terdorong dan berkewajiban
untuk hidup bersama orang laindalam suatu masyarakat bukan karena pembawaan
alaminya. Dengan demikian bukan karena kehendak dan pengaturan sang Pencipta.
Menurut mereka, keadaan alami manusia justru hidup tidak bergantung satu sama
lain. Manusia selalu mengejar kepentingannya sendiri, contohnya : kekuasaan,
keuntungan dan sebagainaa.
Alam hanya menanamkan tidak lain daripada kehidupan tanpa hukum.
Mereka mendirikan masyarakat dan membuat undang undang karena kemauan
bebasnya.
9 Lili Rasjidi, 1984. Hal.217 10 Soewondho S.H. M.S., Filsafat Hukum dan Hukum Alam, hal.26
9
-
Hukum alam yang digambarkan sebgai suatu sistem hukum yang ideal dan
benar benar sempurna, yang pencerminanya menjadi tujuan yang harus dicapai
oleh hukum yang berlaku, dengan demikian menjadi sesuatu yang mustahil.
Perbedaan diatara hukum seperti yang diartikan dan akui dengan hukum
alam dari para penganut aliran hukum alam, secara garis besar dapat disampaikan
pokok- pokoknya, yaitu :
1. Bagi kita hukum alam merupakan bagian dari hukum yang berlaku. Bagi
aliran hukum alam, hukum alam itu merupakan keseluruhan hukum.
2. Bagi kita menurut isinya, hukum alam itu dapat dibedakan dari hukum
positif, dan demikian secara bersama sama dengan hukum positif itu
membentuk hukum yang satu itu.
Bagi aliran hukum alam, menurut isinya hukum itu sama dengan hukum
positif. Hukum alam dan hukum positif hanya berbeda seperti karya seni
dan barang tiruan. Jika isinya adalah ada perbedaan perbedaan, hal itu
terjadi tanpa sengaja. Karena hukum positif belum mencapai kesempurnaan
yang sebenarnya. Hal itu merupakan akibat dari ketidak sempurnaan
pengetahuan manusia.
3. Bagi kita hukum alam adalah hukum yang benar benar berlaku ( ius
Coditum = yang diadakan oleh Tuhan ), sedangkan bagi aliran hukum alam,
adalah sesuatu yang dapat menjadi hukum, dan juga sepantasnya dibuat
menjadi hukum. Sekalipun ia baru benar- benar menjadi hukum setelah
dituangkan kedalam bentuk undang undang, dengan kata lain jika oleh
manusia telah dibuat menjadi hukum positif11.
Menurut Anaximander berpendapat bahwa keharusan alam dan hidup
kurang dimengerti oleh manusia. Tetapi jelas baginya bahwa keteraturan hidup
bersama harus disesuaikan dengan keharusan alamiah. Bila itu terjadi timbullah
keadilan.
11 Lili Rasjidi, 1984. Hal 220-221.
10
-
Menurut Herakleitos berpendapat pula bahwa hidup manusia harus sesuai
dengan keteraturan alamiah, tetapi harus digabung pula dengan pengertian
pengertian yang berasal dari logos ( Logo pemikiran ).
Menurut Permenides sudah melangkah lebih jauh. Ia berpendapat bahwa
logos membimbing arus alam, sehingga alam dan hidup mendapat keteraturan yang
terang dan gelap.
3.4 Tanggapan Hukum Alam menurut Hukum romawi.
Tanggapan mengenai Hukum Alam ada 4, Yaitu :
1. Alam pikiran kuno
2. Plato
3. Aristoteles
4. Hukum Romawi.
Penulisan ini dofokuskan kepada tanggapan hukum alam menurut Hukum
Romawi.
Hukum Romawi ( abad III V ) SM.
Kota Roma didirikan abad VIII SM, pada waktu itu orang Roma telah
membentuk peraturan hidup bersama yang disesuaikan dengan kebutuhan
rakyatnya. Semula peraturan itu menyangkut kehidupan di dalam kota, kemudian
dibuat menjadi Universal, karena harus cocok dengan kebutuhan penghuni seluruh
wilayah kekuasaan Romawi yang semakin luas. Sejalan dengan itu, kalangan
ilmuwan hukum menciptakan suatu ilmu hukum dan filsafat hukum yang
menerangkan dan mendasari sistem peraturan hukum yang berlaku.
Namun diantara itu yang paling berpengaruh terhadap orang orang
Romawi adalah aliran Stoa yang berasal dari Yunani kemudian menyebar ke
seluruh kerajaan Romawi.
11
-
a. Ide dasar kaum Stoa bahwa semua yang ada merupakan satu kesatuan yang
teratur (kosmos), berkat adanya prinsip yang menjamin kesatuan itu, yaitu
jiwa dunia ( logos ). Logos ini adalah budi Illahi yang menjiwai segalanya.
Sebab itulah manusia mengambil bagian dalam kesatuan itu, ia memiliki
hubungan dengan logos, begitu pula logos itu menjiwainya dan
menghubungkannya dengan segala yang ada.
b. Hidup bersama, manusia juga mempunyai hubungan dengan logos yaitu
melalui hukum universal ( lex universalis ) yang terdapat dalam segala-
galanya. Hukum universal itu terkandung didalam logos, dan sebgaian
demikian disebut hukum abadi ( lex Alterna ). Sejauh hukum abadi itu
menjadi nyata dalam alam semesta maka hukum itu disebut hukum alam (
lex naturalis ). Hukum alam ini tidak tergantung dari orang lain selalu
berlaku dan tidak dapat diubah. Hukum alam ini merupakan dasar segala
hukum positif.
Gambar :
Lex Naturalis
Lex Aeterna
Logos
Lex Universalis
Manusia
12
-
c. Aturan hukum itu terwujud dalam keluarga, negara, masyarakat manusia
akhirnya pada masyarakat Universal. Pada aturan yang terakhir ini tiap
tiap manusia harus memperhatikan dua hubungan, yaitu terhadap dewa-
dewi dan terhadap manusia. Hubungan terhadap sesama manusia
didasarkan pada dua prinsip, yaitu : jangan merugikan seseorang (neminem
loudere) dan berikanlah kepada tiap-tiap orang apa yang menjadi haknya
(unicuique surm tri buere). Orang dikatakan adil dalam arti sempit jika ia
mentaati prinsip- prinsip itu.
Dengan demikian pengaruh hukum Romawi terhadap perkembangan
hukum cukup besar, khusunya melalui ius gentium. Ius gentium ini masuk
codex Iustianus pada abad 17, sehingga diresepsi dalam hukum negara-
negara eropa pada abad XV dan XVI. Melalui jalan ini hukum Romawi
kuno menjadi sumber utama Hukum Perdata Modern12.
12 Theo Huijbers,1982. Hal.31-34
13
-
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi Filsafat Hukum adalah suatu ilmu pengetahuan. Karenanya ia berbeda
dengan pengetahuan lainnya yang dimiliki orang berdasarkan pengalaman
hidupnya. Sekalipun pengalam hidup dapat menghasilkan suatu kebijaksanaan
hidup, namun hal itu belum dapat menjadi filsafat dalam arti tekhnis.
Suatu kaidah hukum akan muncul jika suatu peraturan dibuat melalui jalan
berpikir secara sistemati dan kritis, sehingga akan menemukan suatu hasil atau ide
dan diberikan kemasyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keadilan bersama.
Bahwa Hukum itu tidak terbatas pada masyarakat manusia, melainkan
meliputi semesta alam. Sehingga penerapan untuk kehidupan bermasyarakat harus
ditegakkan demi keadilan yang berjalan dengan sistematis.
4.2 Saran
Haruslah setiap orang, negara, masyarakat maupun masyarakat universal
bisa membedakan antara hukum positif dengan hukum alam, dan tetap menganut
logos atau Budi Illahi yang terdapat dalam setiap Individu, sehingga akan tercipata
hidup yang damai.
Setiap orang harus bisa berpikir secara sistematis dan kritis sehingga akan
muncul suatu ide yang bermanfaat bagi semua orang dan dirinya sendiri.
14
-
DAFTAR PUSTAKA
1. Rato, Dominikus. Filsafat Hukum : Mencari, Menemukan, dan Memahami
Hukum, Yogyakarta: LaksBang Justitia, 2010
2. Diktat : Soewondho, S.H., M.S. Filsafat Hukum dan Hukum Alam, Fakultas
Hukum, Universitas Jember. 1992
3. Materi perkuliahan Bapak Totok Sudaryanto S.H., M.S.
15