Download - FGD Said Qadaru Alaydrus
![Page 1: FGD Said Qadaru Alaydrus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf99fe550346d033a0080b/html5/thumbnails/1.jpg)
FGD IX
Pelanggaran kesusilaan dan perkosaan
Perkosaan dalam KUHP diatur dalam bab XIV kejahatan terhadap kesopanan. Dalam
konteks yang lebih jelas ini adalah pelanggaran kesusilaan.
Pelanggaran kesusilaan dapat dibagi menjadi:
1. Perkosaan
Perkosaan adalah pelanggaran kesusilaan (natural sexual offences) sebagai manisfestasi
birahi yang tidak terkendalikan dan tertuju kepada objek yang wajar yaitu kelamin berlawanan
jenis. Narayan Reddy menghubungkan dengan ketentuan hukum yang berlaku di India
menyatakan laki-laki dapat dituduh melakukan perkosaan bila dilakukan:
a. Di luar kehendak perempuan
b. Tanpa persetujuannya
c. Dengan persetujuan perempuan bila dilakukan dengan ancaman kekerasan atau kematian
terhadap perempuan atau orang yang disayanginya
d. Menipu perempuan bahwa ia suaminya
e. Bila perempuan dalam keadaan tidak sadar atas apa yang terjadi pada dirinya seperti di
bawah pengaruh obat-obatan
f. Dengan atau tanpa persetujuan bila perempuan berumur di bawah 16 tahun
Persetubuhan yang merupakan kejahatan terhadap kesusilaan terbagi atas 2:
1. Dalam perkawinan
Pasal 288 KUHP
Bila suami melakukan persetubuhan dengan istrinya yang belum mampu kawin dengan
mengakibatkan luka-luka, luka lecet, dan atau mengakibatkan kematian. VeR yang dibuat harus
berisi bahwa si korban:
Memang belum mampu dikawin
- Secara biologis: siap memberi keturunan dan menstruasi (+)
- Secara UU perkawinan: wanita berusia <16 tahun
Memang terapat tanda-tanda persetubuhan
Ada tanda-tanda kekerasan
![Page 2: FGD Said Qadaru Alaydrus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf99fe550346d033a0080b/html5/thumbnails/2.jpg)
Menjelaskan sebab kematian
2. Luar perkawinan
Persetubuhan yang disetujui wanita
- Pasal 284 KUHP: mau sama mau, coitus, sudah kawin, dan ada pengaduan.
- Pasal 287 KUHP: wanita berusia kurang dari 15 tahun atau usia tidak jelas dan
belum waktunya dikawin dan pembuktian dilakukan hanya atas pengaduan
kecuali jika wanita berusia kurang dari 12 tahun.
Persetubuhan yang tidak disetujui wanita
- Pasal 285 KUHP: barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam
karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.
- Pasal 286 KUHP: barangsiapa bersetubuh dengan seseorang wanita di luar
perkawinan padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau
tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun. Dan wanita
tersebut tidak pingsan.
Di Indonesia pengertian perkosaan harus disesuaikan dengna ketentuan hukum yang
terdapat dalam KUHP pasal 285, 286, dan 287
KUHP pasal 285
“Barang siapa yang dengan kekerasan atau dengna ancaman kekerasan memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia karena perkosaan, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 12 tahun.”
KUHP pasal 286
“Barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya padahal diketahuinya perempuan itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, dihukum dengan hukuman selama-lamanya Sembilan tahun.”
KUHP pasal 287
(1) barang siapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya dalam hal diketahuinya atau patut disangkanya bahwa perempuan itu belum cukup 15 tahun atau tidak terang berapa umurnya bahwa perempuan itu belum pantas buat dikawini dengan hukuman penjara selama-lamanya Sembilan tahun
(2) penuntutan dilakukan bila ada pengaduan, kecuali perempuan itu belum sampai 12 tahun jika ada salah satu hal tersebut pada pasal 291 dan pasal 294
![Page 3: FGD Said Qadaru Alaydrus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf99fe550346d033a0080b/html5/thumbnails/3.jpg)
Bantuan yang diharapkan dari dokter pasal ini adalah mengenai umur korban. Bila
perempuan tidak mempunyai akut kelahiran, KTP, atau ijazah dan bukti lain yang diperlukan
menunjukkan umurnya belum 15 tahun, maka diperlukan bantuan dokter untuk menentukan
umurnya secara medis. Demikian pula penentuan umur 12 tahun.
Ada beberapa pedoman yang dipakai untuk menentukan umur korban yaitu:
1. gigi molar dua permanen tumbuh umur 12 tahun
2. gigi molar 3 permanen tumbuh umur 17-25 tahun
3. haid mulai terjadi pada umur 12 tahun
4. penutupan garis epifise tulang panjang, dilihat dengan foto rontgen
5. tanda-tanda seks sekunder mulai tampak pada umur 12-15 tahun seperti pertumbuhan
payudara, perkembangan bentuk tubuh, rambut ketiak, rambut pubis dan sebagainya.
Pemeriksaan dan laporan hasil pemeriksaan yang mengandung ke lima unsur ini akan
sangat membantu para penegak hukum
1. Persetubuhan
Pembuktian persetubuhan:
1. penetrasi penis ke dalam vagina.
2. adanya ejakulat laki-laki dalam liang senggama perempuan yang diambil dengan sedotan
maupun kapas lidi, merupakan tanda pasti adanya persetubuhan, tetapi ini belum tentu
dari pelaku, misalnya bila korban telah bersetubuh dengan laki-laki lain seperti suami
atau pacar sebelumnya.
2. Menentukan adanya kekerasan
3. Menentukan pingsan atau tidak berdaya
4. Menentukan umur
Tujuan pemeriksaan laboratorium
1. Menentukan adanya sperma
a. Bahan pemeriksaan : cairan vagina
Hasil yang diharapkan : sperma yang masih bergerak
b. Bahan pemeriksaan : pakaian
![Page 4: FGD Said Qadaru Alaydrus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf99fe550346d033a0080b/html5/thumbnails/4.jpg)
Hasil yang diharapkan : kepala sperma berwarna merah, bagian ekor biru muda,
kepala sperma tampak menempel pada serabut-serabut
benang yang masih bergerak.
2. Menentukan adanya air mani, dll.
Pemeriksaan
Sebelum melakukan pemeriksaan korban, perlu adanya:
1. Permintaan visum dari polisi yang berwenang
2. Korban diantar oleh petugas penyidik bersama dengan permintaan visum sebab korban
adalah corpus delicti
3. Izin tertulis dari korban/keluarganya
4. Dokter didampingi perawat wanita
a. Anamneses
Yang perlu ditanya adalah data tentang umur, status perkawinan, tempat dan waktu
kejadian (tanggal dan jam), siklus haid, posisi sewaktu diperkosa, apakah korban melakukan
perlawanan, apakah korban pingsan, apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah ada
melakukan hubungan seks setelah diperkosa. Hasil wawancara ini tidak termasuk dalam visum
tetapi dapat dilampirkan dalam visum sebagai “Keterangan yang diperoleh dari korban”.
b. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh, tidak terpusat hanya pada pemeriksaan alat
kelamin korban, kesadaran, tekanan darah, denyut nadi, sikap wajah dan jalan korban perlu
diperhatikan.
c. Pemeriksaan khusus
- Korban dalam posisi lithotomi (kedua kaki mengangkang) atau knee chest
position (menungging)
- Perhatikan rambut kemaluan: apa rambut bergumpal yang seringnya dijumpai
cairan sperma
- Perhatikan kulit disekitar alat genitalia apakah ada bercak darah akibat
perkosaan dan apakah ada cairan sperma
![Page 5: FGD Said Qadaru Alaydrus](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082710/55cf99fe550346d033a0080b/html5/thumbnails/5.jpg)
- Perhatikan alat genitalia bagian luar kemungkinan luka-luka, bengkak
kemerahan/meradang dan pada perabaan terasa nyeri
- Hymen korban diperiksa teliti dilakukan traksi libia pada arah mendatar
dengan jari; lubang hymen anak-anak di bawah 5 tahun ± 5 mm, dan pada
umur 9 tahun atau lebih besarnya ± 9 mm.
- Pada perkosaan yang telah lama terjadi atau pada wnaita yang telah pernah
bersetubuh , robeknya hymen telah sembuh, sehingga sulit dibuktikan telah
terjadi persetubuhan.
- Vagina: melihat ada tidaknya luka dan spermatozoa. Diambil secret dari fornik
posterior dengan swab atau dengan pipet dan dilihat di bawah mikroskop
apakah ada sperma
- Perlu juga diperhatikan akibat persetubuhan bagi korban antara lain penyakit
kelamin, hamil, dan gangguan psikiatrik
2. Penyimpangan seksual
Ada banyak penyimpangan seksual, seperti homoseksual, sodomi, lesbian, sadism,
masokisme, ekshibisionisme, pedofili, gerontofili, zoofili, dan lain-lain yang tidak perlu
dibicarakan di sini, sebab lebih banyak aspek gangguan kejiwaan jika ketimbang forensik. Yang
mungkin sering dilakukan sekarang yaitu oral seks atau sodomi. Pemeriksaan tidak serumit
korban perkosaan, relative lebih mudah. Sisa-sisa sperma mungkin susah didapati dalam mulut
korban, karena selalu dibersihkan oleh air ludah, tetapi luka dan hematom di dalam rongga mulut
bisa didapati.
Pada hubungan seks melalui anus bisa meninggalkan sisa sperma dan perlukaan serta rasa
nyeri. Untuk itu perlu dilakukan anal swab untuk dikirim ke laboratorium mencari sel sperma
atau test adanya cairan mani.