HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA
UKSW YANG TERGABUNG DALAM ETNIS IKMASTI
OLEH
MARISCA
802014173
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN
PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF PADA MAHASISWA
UKSW YANG TERGABUNG DALAM ETNIS IKMASTI
Marisca
Sutarto Wijono
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2018
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan
perilaku pembelian impulsif. Metode penelitian yang dipakai dalam pengumpulan
data dengan metode skala, yaitu The Conformity Scale yang disusun oleh
Mehrabian & Stefl (1995) untuk mengukur skala konformitas dan The Impulse
Buying Tendency Scale (IBTS) yang disusun oleh Verplanken & Herabadi (2001)
untuk mengukur skala perilaku pembelian impulsif. Sebanyak 80 orang diambil
sebagai sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik sampel jenuh.Teknik
analisa data yang dipakai adalah teknik korelasi Pearson’s product moment. Hasil
reliabilitas skala konformitas menunjukan б = 0,844 dan pembelian impulsif
menunjukan б = 0,853, yang berarti ada hubungan positif yang signifikan antara
konformitas dengan perilaku pembelian impulsif. Hal ini bermakna bahwa
konformitas yang tinggi akan diikuti pula dengan perilaku pembelian impulsif
yang tinggi, begitu juga sebaliknya.
Kata Kunci : Konformitas, Perilaku Pembelian Impulsif
ii
Abstract
This research aiming to know a relationship between conformity and impulsif
buying Tendency. The research methodology that been used on data collection by
scale methode are The Conformity Scale by Mehrabian & Stefl (1995) to measure
conformity scale and The Impulse Buying Tendency Scale (IBTS) by Verplanken
& Herabadi (2001) to measure scale of buying impulsif tendency. As a sample,
the writer use 80 people by using a boring sample technic. Analysis data technic
which been used is correlation Pearson’s product moment. Reability Conformity
scale б = 0,844 and Impulse Buying Tendency scale б =0,853, there is a positif
significant correlation between conformity with impulsif buying tendency. This
issue could also meant that the higher conformity will follow by the higher
impulse buying tendency, and vice versa.
Keywords : Conformity, Impulse Buying Tendency
1
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara
(Munandar, 2011). Lembaga pendidikan formal dari tingkat dasar, menengah,
sampai dengan perguruan tinggi diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang
berkualitas dengan salah satu tolak ukur dari keberhasilan dari kualitas pendidikan
adalah nilai evaluasi dari pembelajaran (Nursalam dan Munirah, 2013). Dengan
kemajuan teknologi dan informasi di suatu negara sangat ditentukan oleh kualitas
perguruan tinggi yang membantu suatu negara mencapai kemajuan teknologi
melalui adaptasi dan inovasi, sehingga peranan pendidikan tinggi di Indonesia
adalah kunci dalam menentukan kemampuan bangsa Indonesia untuk terus
mencapai kemajuan dan menciptakan kemampuan bagi seluruh rakyat Indonesia
( kemenkeu, 2018 ).
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) salah satu perguruan tinggi
swasta yang terletak di Jawa Tengah tepatnya di Salatiga. Universitas ini menjadi
salah satu kampus yang dikenal dengan sebutan Indonesia Mini. UKSW
mempunyai banyak mahasiswa dari berbagai latar belakang suku, bangsa, agama,
serta adat istiadat yang ada di Indonesia (Aloysius, 2017). Berdasarkan data Biro
Kemahasiswaan UKSW tahun 2012, diketahui bahwa mahasiswa pendatang yang
berkuliah di UKSW terbilang cukup banyak, dan berasal dari berbagai daerah,
seperti : Papua, Jawa, Lampung, Minangkabau, Minahasa, Toraja, Ambon, Timor
( Rote, Alor, Flores, Sumba ), Batak dan Dayak.
2
Mahasiswa adalah orang yang sedang belajar di perguruan tinggi.
Mahasiswa diartikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat
perguruan tinggi, baik mereka yang belajar diperguruan tinggi negeri maupun
swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi ( Depdiknas,
2008). Kemudian menurut Al- Adawiyah & Syamsudin (2008) mahasiswa adalah
orang yang mempunyai kedudukan yang istimewa dalam masyarakat terutama
perannya sebagai ( agent of change ) agen perubahan khususnya dalam
mahasiswa yang menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW) Salatiga. Dimana sebagai besar mahasiswa UKSW adalah mahasiswa
perantau, sehingga diharapkan mampu menyesuikann diri dengan lingkungan baru
dimana mereka berada. Interaksi akan berjalan baik bila mampu beradaptasi
mengurai gesekan nilai dan kebiasaan yang berlaku pada masyarakat yang telah
lama tinggal di daerah itu, yaitu dengan cara berinteraksi, cepat bergaul, bersikap
sopan satun, ramah, berkomunikasi, memahami dan menghargai nilai dan
kebiasaan yang dianut masyarakat setempat. Kondisi tersebut tidak hanya berlaku
di lingkungan masyarakat, kondisi tersebut juga berlaku di linglungan akademik
mereka. Proses adaptasi yang mereka lakukan membuat proses akademik yang
mereka jalani menjadi semakin kompleks. Beberepa fenomena menujukan
beberapa mahasiswa mengalami kesulitan dalam proses akademik karena
ketidakmampuan beradaptasi dengan situasi tersebut ( Sari, 2012 ).
Setiap orang tentu memiliki kebutuhan hidup yang mana masing-masing
orang mempunyai cara tersendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yaitu
dengan berbelanja. Kegiatan belanja merupakan aktivitas yang menyenangkan
bagi kebanyakan orang sehingga bagi sebagian orang sulit dipisahkan dari
3
kebiasaan belanja (Larasati & Budiani, 2014).Kegiatan berbelanja biasanya
dilakukan di pusat perbelanjaan, pertokoan, supermarket dan pasar. Idealnya
setiap orang akan berbelanja sesuai dengan kebutuhannya. Namun, pada
kenyataannya banyak orang berbelanja tidak berdasarkan pada kebutuhan (needs),
melainkan berdasarkan keinginan (wants) yang bisa muncul tiba-tiba secara tidak
terencana.Pembelian tanpa perencanaan disebut dengan pembelian impulsif
(Engel&Blackwell 1982).Kegiatan belanja yang hanya didominasi emosi yang
dilakukan secara impulsif disebut sebagai pembelian impulsif. Pembelian impulsif
pada dasarnya sama dengan unplanned buying, yaitu dijelaskan sebagai pembelian
dimana pembeli membuat pembelian yang tidak direncanakan (Stern, 1962).
Penulis mengidentifikasi adanya fenomena – fenomena yang terkait
dengan pembelian impulsif pada mahasiswa rantau asal Nusa Tenggara Timur.
Pada suatu kesempatan penulis melakukan observasi dan wawancara dengan 10
mahasiswa rantau asal Nusa Tenggara Timur yang tergabung dalam etnis
IKMASTI untuk mengidentifikasi fenomena tersebut. Hasil identifikasi didapati 3
orang menjelaskan ketika mereka jalan – jalan bersama tiba- tiba ingin membeli
sesuatu tanpa ada perencanaan, dua orang yang lain menjelaskan mereka hanya
sekedar refreshing, namum ketika melihat teman- teman membeli beberapa
barang yang bagus, maka secara tidak langsung timbul keinginan yang sama dari
dalam diri untuk membelinya. Tetapi ada lima orang mahasiswa yang dapat
mengendalikan diri agar tidak cepat tergiur dengan tawaran – tawaran yang
menarik ketika mereka pergi ke mall. Atas dasar fenomena – fenomena tersebut
dapat dikatakan ada masalah terkait dengan perilaku pembeliaan impulsif di
kalangan mahasiswa rantau asal Nusa Tenggara Timur.
4
Oleh sebab itu, penulis menganggap penting meneliti perilaku pembelian
impulsif pada mahasiswa UKSW yang tergabung dalam etnis IKMASTI.Ada
beberapa teori yang dapat mendukung pentingnya dilakukan penelitian yaitu hasil
penelitian ( Cobb dan Hoyer , 1986 ) menyatakan bahwa reaksi impulisif yang
memunculkan pembelanjaan impulsif karena tekanan di tempat kerja dan adanya
waktu luang, mobilitas geografis, semakin banyak suami istri yang bekerja,
pendapatan semakin bertambah tinggi sehingga konsumen kurang cukup waktu
untuk membuat perencanaan pembelian. Kemudian faktor lain yang mempengruhi
terjadinya pembelian impulsif adalah suasan hati konsumen, reaksi impulsif,
evaluasi normatif untuk melakukan pembelian impulsif, identitas diri dan faktor
demografi (Kacen dan Lee, 2002).
Perilaku pembelian impulsif menjadi sangat penting untuk diteliti karena
perilaku pembelian impulsif berdampak pada kebiasaan berbelanja impulsif yang
pada akhirnya dapat menyebabkan timbulnya rasa bersalah (Fitri, 2006).Individu
yang melakukan pembelian secara impulsif biasanya akan merasa bersalah saat
sampai dirumah atau setelah selesai melakukan kegiatan berbelanja.Namun
individu akan berusaha untuk menghilangkan perasaan tersebut karena terlanjur
melakukan kegiatan berbelanja impulsif.Penelitian Kainama (2016) menyatakan
bahwa remaja GPM Silo Salatiga memiliki tingkat pembelian impulsif 60%
bertaraf tinggi. Hal ini membuktikan bahwa remaja di Salatiga masih cenderung
melakukan kegiatan berbelanja impulsif atau memiliki perilaku berbelanja
impulsif yang tinggi.Berdasarkan penelitian Herabadi ( 2001 ), diperkirakan 65%
keputusan pembelian di seluruh supermarket di lakukan di dalam toko, dan lebih
dari 50% merupakan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya.Hasil
5
tersebut didukung oleh pendapat Beatty dan Ferrel (1998) yang menyatakan
bahwa konsumen yang melakukan window shopping dapat menimbulkan suasana
hati positif dan dorongan untuk membeli.
Perilaku pembelian impulsif dapat dipengaruh oleh berbagai faktor salah
satunya dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Orang-orang yang berada dalam
suatu kelompok cenderung memiliki kecenderungan untuk melakukan pembelian
impulsif tinggi karena terpengaruh denngan norma dalam kelompok (Kainama,
2016).Hal ini yang disebut sebagai konformitas teman sebaya.Faktor lain yang
mempengaruhi perilaku pembelian impulsif adalah stimulus dari
lingkungan,produk yang dipasarkan dan dorongan dari dalam diri sendiri
(Muruganatham & Bhakat, 2013).
Konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman
sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat dan dapat
menyebabkan munculnya perilaku-perilaku tertentu pada anggota kelompok
(Zebua dan Nurdjayadi, 2001).Menurut Myers ( 2010) menyatakan bahwa
konformitas merupakan perubahan perilaku sebagai akibat dari tekanan
kelompok, terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan
perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat terhindar dari celaan maupun
keterasingan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sihotang (2009) konformitas
teman sebaya memiliki hubungan signifikan terhadap perilaku pembelian
impulsif. Penelitian oleh Cahyani (1995), iklan hanya mampu mempengaruhi
remaja sebesar 17%, sedangkan 83% remaja lebih terpengaruh oleh lingkungan
sosial remaja.Penelitian ini didukung oleh Pradini (2017) mengemukakan bahwa
6
konformitas teman sebaya mempengaruhi perilaku pembelian impulsif pada
mahasiswa rantau asal Nusa Tenggara Timur di Surabaya sebesar 13,8%.
Dalam proses timbulnya perilaku pembelian impulsif juga muncul dampat
yang mampu mempengaruhi mereka.Banyak ditemui beberapa mahasiswa yang
memiliki status ekonomi kurang mampu, namun mereka tetap memaksakan diri
mendapatkan uang dengan berbagai cara untuk membeli barang dengan nominal
harga yang mahal dan hanya sekedar memenuhi sesuatu yang menjadi keinginan
mereka bukan kebutuhan mereka (Pradini, 2017).
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Lutfhi (2015) pada
siswa SMA Negeri 7 Surakarta, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
konformitas teman sebaya dengan pembelian implusif, kemudian ada juga
penelitian yang dilakukan oleh Artledia (2009) pada siswa SMP Negeri
Semarang. Namun ada juga penelitian yang dilakukan Viantary (2017) pada
remaja usia 12-15 di SMP tidak terdapat hubungan antara konformitas dengan
pembelian implusif pada remaja awal di Yogyakarta.
Berdasakan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan
konformitas teman sebaya terhadap perilaku pembelian impulsif pada mahasiswa
UKSW yang tergabung dalam IKMASTI.Penelitian ini bertujuan untuk
memahami seberapa besar hubungan konformitas terhadap perilaku pembelian
impulsif pada mahasiswa UKSW yang tergabung dalam IKMASTI.
7
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan
masalah dalam penelitian ini adalah :
“ Apakah ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku
pembelian impulsif pada mahasiswa UKSW yang tergabung dalam etnis
IKMASTI ? “.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang
hubungan konformitas teman sebaya dengan perilaku pembelian impulsif pada
mahasiswa UKSW yang tergabung dalma etnis IKMASTI.
LANDASAN TEORI
A. Pembelian Impulsif
1. Pengertian Pembelian Impulsif
Pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa
direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di
dalam toko. Hal ini didasari dorongan dari dalam diri individu yakni dorongan
keinginan bukan berdasarkan kebutuhan.Rook & Fisher (dalam Solomon, 2009)
menyatakan pembelian impulsif adalah kecenderungan untuk membeli spontan
atau tak terencana ini umumnya menghasilkan pembelian ketika konsumen
percaya bahwa tindakan tersebut adalah wajar.
Beatty dan Ferrell (dalam Muruganatham & Bhakat, 2013) menjelaskan
bahwa dorongan membeli yang mengacu pada pembelian tak terencana tanpa
8
adanya pertimbangan terlebih dahulu.Hal ini terjadi dikarenakan adanya faktor
diskon, promosi, atau kemenarikan barang yang dipajang di etalase toko.
Menurut Verplankan & Herabadi (2001) pembelian impulsif merupakan
kegiatan berbelanja yang sebagian besar terkait dengan pembelian yang tiba-tiba,
tanpa perencanaan dan langsung terjadi ditempat belanja.
2. Aspek – Aspek Pembelian Impulsif
Verplanken dan Herabadi (2001) mengemukakan dua aspek perilaku
pembelian impulsif, yakni aspek kognitif dan aspek afektif.
a. Aspek kognitif
Aspek kognitif yang dimaksudkan adalah adanya unsur pertimbangan dan
unsur perencanaan dalam pembelian yang dilakukan secara tiba-tiba. Hal ini
didasari oleh pernyataan Verplanken & Aarts (dalam Verplanken & Herabadi,
2001) bahwa pembayaran yang dilakukan mungkin tidak direncanakan atau
dipertimbangkan dengan matang untuk berbagai macam alasan, misalnya ketika
pembayaran tak terencana dalam waktu yang panjang atau dalam kasus
pengulangan pembayaran atau kebiasaan pembayaran.
b. Aspek afektif
Aspek afektif meliputi dorongan emosional yang meliputi perasaan senang
dan gembira setelah membeli barang tertentu tanpa melakukan terlebih
dahulu.Perasaan atau hasrat yang muncul untuk melakukan pembelian
berdasarkan keinginan hati, yang sifatnya berkali-kali atau kompulsif, tidak
terkontrol, dan penyesalan karena telah membelanjakan uang hanya untuk
memenuhi keinginannya(Verplanken & Herabadi, 2001).
9
3. Faktor – Fakor Yang Mempengaruhi Pembelian Implusif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif menurut Thai
(dalam Shofwan, 2010), yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi mood dan emosi konsumen, keadaan mood konsumen
dapat mempengaruhi perilaku konsumen. Misalnya kondisi
mood konsumen yang sedang senang atau sedih. Pada
konsumen yang memiliki mood negative akan melakukan
pembelian impulsif tinggi dengan tujuan untuk mengurangi
kondisi mood yang negatif.
2. Pengaruh lingkungan dan konformitas. Orang-orang yang
berada dalam kelompok yang memiliki kecenderungan
pembelian impulsif yang tinggi akan cenderung terpengaruh
untuk melakukan pembelian impulsif, orang-orang tersebut
cenderung mengikuti kelompoknya agar sesuai dengan norma
sosial yanga ada sehingga mereka selalu mudah dipengaruhi
itulah yang disebutkonformitas.
3. Kategori produk dan pengaruh toko. Produk-produk yang
cenderung dibeli secara impulsif adalah poduk yang memiliki
tampilan menarik (bau yang menyenangkan, warna yang
menarik), cara memasarkannya, tempat dimana produk itu
dijual. Tampilan toko yang menarik akan lebih menimbulkan
dorongan pembelianimpulsif.
4. Variabel demografis seperti kondisi tempat tinggal dan status
sosial. Konsumen yang tinggal di kota memiliki kecenderungan
10
pembelian impulsif yang lebih tinggi daripada konsumen yang
tinggal di daerah pinggirankota.
5. Variabel kepribadian individu. Kepribadian individu memiliki
pengaruh terhadap kecenderungan pembelian impulsif.
B. Konformitas
1. Pengertian Konformitas
Wade & Tavris (2007) berpendapat bahwa konformitas merupakan suatu
tindakan mengadopsi suatu sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok
yang nyata maupun yang dipersepsikan. Pengertian lain dari konformitas juga
dikemukakan oleh Myers (2010), merupakan suatu perubahan perilaku serta
kepercayaan atau belief yang disebabkan oleh adanya tekanan kelompok yang
dirasakan secara nyata atau hanya sebagai suatu imajinasi dari individu
tersebut.Konformitas bisa terjadi apabila seseorang mengadopsi sikap atau
perilaku orang lain karena merasa adanya desakan atau paksaan dari orang lain.
Desakan untuk melakukan konformitas terjadi pada masa remaja dalam
lingkungan teman-teman sebayanya cenderung sangat kuat (Santrock,
2007).Myers (2010) menjelaskan bahwa konformitas adalah perubahan perilaku
atau kepercayaan seseorang karena adanya tekanan dalam kelompok. Sarwono
(2001) menjelaskan bahwa konformitas adalah perilaku yang sama dengan orang
lain, yang didorong oleh keinginannya sendiri. Konformitas adalah suatu bentuk
pengaruh sosial yang dimana seorang individu mengubah sikap dan tingkah
lakunya agar sesuai dengan norma sosial yang ada (Baron, Branscombe,&Byrne,
2008).Tendensi untuk mengubah keyakinan atau tingkah laku seseorang agar
sesuai dengan perilaku orang lain yang disebut konformitas ( Taylor, Peplau
11
&Sears, 2009). Kemudian menurut Mehrabian & Stefl (1995) mendefinisikan
konformitas adalah keterlibatan karakteristik keinginan untuk mengidentifikasi
orang lain dan meniru mereka, bergabung dengan kelompok untuk menghindari
konflik, dan pada umumnya lebih mengikuti daripada memimpin dalam
mencetuskan suatu ide, nilai, danperilaku.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dan disesuaikan dengan aspek –
aspek yang terdapat di dalam konformitas, maka dapat disimpulkan bahwa
konformitas merupakan suata perubahan perilaku untuk meniru kelompok agar
merasa diterima di dalam kelompok tersebut, hal ini juga dapat membuat individu
terhindar dari konflik dengan kelompok dan pada umumnya lebih mengikuti apa
keputusan kelompok daripada memimpin dalam mencetuskan suatu ide, nilai dan
perilaku.
2. Aspek – Aspek Konformitas
Mehrabian & Stefl ( 1995 ) membagi aspek konformitas menjadi tiga yakni
sebagai berikut.
a. Keinginan menirukelompok
Individu meniru orang lain yang dominan dalam kelompok, sehingga
membuat peniruan menjadi suatu trend kelompok. Individu merasa harus
mengikuti trend, karena hal ini dapat membuat meningkatkan rasa percaya diri
dan merasa diterima oleh kelompok sosial di mana iaberada.
b. Bergabung untuk menghindarikonflik
Individu di dalam kelompok berusaha untuk menghindari konflik
dengananggota kelompok tersebut, sehingga ia memutuskan untuk
bergabung. Individu tersebut juga bergantung pada kritik dan saran
12
orang lain, karena ia merasa jika ia tidak menjalankan atau bahkan
melawan kritik dan saran dari anggota kelompok,hal tersebut akan
memicu terjadinyakonflik.
c. Menjadi pengikutkelompok
Individu menutuskan untuk menjadi pengikut kelompok karena individu
tidak tahu atau bingung harus berbuat apa, maka ia akan menjadikan perilaku
kelompok sebagai pedoman perilaku dan meyakini hal tersebut adalah benar.
Hal ini membuat individu tersebut menjadi mudah dipengaruhi. Kondisi yang
tidak dikenal mungkin menyebabkan terjadinya perasaan untuk menuruti
orang lain selain itu, keinginan individu menjadi dikendalikan oleh orang lain.
C. Hubungan Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku Pembelian
Impulsif
Pembelian impulsif adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa
direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di
dalam toko (Engel & Blackwell, 1982). Salah satu faktor yang mempengaruhi
munculnya perilaku pembelian impulsif ini yaitu konformitas seperti
pengaruhlingkungan akan membuat orang-orang yang berada dalam kelompok
yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan cenderung
terpengaruh untuk melakukan pembelian impulsif (Thai dalam Shofwan, 2010).
Pengaruh lingkungan cenderung merubah pemikiran serta tindakan
seseorang, begitu pula dengan perilaku pembelian impulsif ini, ketika pengaruh
lebih besar dari kelompok maka kecenderungan untuk mengikuti hal tersebut akan
terlaksana.(Calhoun,1990) menjelaskan bahwa konformitas merupakan perubahan
13
keyakinan atau tingkah laku seseorang agar sesuai dengan lingkungan atau
kelompok.
Konformitas juga merupakan faktor internal yang terbentuk dari
lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi munculnya perilaku membeli
impulsif, karena konformitas muncul dalam pribadi seseorang akibat
pembelajaran dari lingkungan sosialnya atau pengaruh dari pergaulan teman
sebayanya (Aronson, 1992)
Penelitian terdahulu dari Hanifah (2015) yang dilakukan pada
remajamengenai hubungan konformitas denganpembelian impulsif diperoleh data
dari korelasi product moment dari Pearson maka diperoleh hasil nilai koefisien
korelasi (r) sebesar 0,198 dengan sig = 0,003 < 0,05 artinya hasil ini menunjuk-
kan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan
pembelian impulsif. Penelitian dari Sitohang (2009) mengenai hubungan antara
konformitas kelompok teman sebaya dengan pembelian impulsif pada remaja di
SMPN 21 Semarang memperoleh hasil ada hubungan positif antara konformitas
kelompok teman sebaya dengan pembelian impulsif pada remaja (rxy = 0,189, p =
0,008< 0,05).Penelitian lain dari Astasari dan Sahrah (2006) yang dilakukan pada
remaja putri mengenai hubungan antara konformitas dengan perilaku pembelian
impulsif diperoleh data dari koefisien korelasi sebesar 0,383 (p<0,01). Hasil ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang sangat signifikan antara
konformitas dengan perilaku membeli impulsif pada remaja putri.
14
Hipotesis
Berikut hipotesis sebagai jawaban atau dugaan sementara dalampenelitian
ini, yakni :Ada hubungan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku
pembelian impulsif.
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian secara
kuantitatif. Penelitian kuantitatif ditafsirkan sebagai keakuratan deskripsi suatu
variabel dan kekuatan hubungan antara suatu variabel dan variabel
lainnya.Pendekatan kuantitatif adalah penelitian dengan hasil data yang berbentuk
angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2011).
Variabel – variabel yang akan di libatkan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel X : konformitas
b. Variabel Y : pembelian impulsif
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UKSW yang tergabung
dalam perkumpulan etnis IKMASTI dengan jumlah 80 orang mahasiwa.Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode nonprobability
sampling dengan teknik pengambilan sampel adalah sampling jenuh (saturation
sampling). Menurut Sugiyono (2011) sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan keseluruhan mahasiswa
UKSW yang tergabung dalam perkumpulan etnis IKMASTI, yang memiliki
karakteristik sebagai berikut :
15
1) Mahasiswa aktif dalam etnis
2) Keseluruhan mahasiswa UKSW yang tergabung dalam perkumpulan etnis
IKMASTI.
C. Prosedur Pengambilan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penulisin melakukan
pengumpulan data dengan menyebarkan angket pada tanggal 27 September 2018
dan 22 Oktober 2018. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah mahasiswa
UKSW yang aktif dalam etnis IKMASTI dan bergabung dalam perkumpulan etnis
IKMASTI. Dari 80 angket yang diberikan hanya 68 angket yang diberikan
kembali pada penulis. Dalam penelitian ini, menggunakan try out terpakai
dimana subjek yang digunakan dalam try out sekaligus digunakan dalam
penelitian ini.
D. Instrumen Alat Ukur
Alat pengumpulan data yang akan digunakan sebagai instrumen penelitian
ini adalah menggunakan skala psikologi, yaitu instrument yang dapat dipakai
untuk mengukur atribut psikologi ( Aswar, 1999 ). Alat ukur yang terbentuk
merupakan sebuah alat ukur yang didasarkan pada indikator-indikator
dalamvariabel yang berupa aspek-aspek maupun karakteristik sebagai acuan
dalam menyusun instrumen berdasarkan sebuah konsep teori yang terbentuk
sebagai berikut:
a) Skala Pembelian implusif
Alat ukur pembelian implusif disusun berdasarkanThe Impulse Buying
Tendency Scale (IBTS) yang disusun oleh Verplanken & Herabadi (2001).
Skala ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek afektif.
16
Kemudian dimodifikasi oleh penulis untuk kepentingan mengukur pembelian
implusif. Terdapat 20 aitem dalam skala pembelian impulsif. Skala pembelian
impulsif memiliki empat pilihan jawaban. Penelitian yang digunakan adalah
semakin tinggi nilai yang di peroleh oleh subyek maka makin tinggi
pembelian impulsifnya. Setelah dilakukan pengujian diskriminasi aitem
terdapat 3 aitem yang gugur ( 4, 11, 13 ). Dari hasil uji reliabilitas dengan
Alpha Cronbach diperoleh hasil Ϭ = 0,853.
b) Skala Konformitas
Alat ukur konformitas disusun berdasarkan The Conformity Scale yang
disusun oleh Mehrabian & Stefl (1995).Skala ini terdiri dari tiga aspek yaitu
aspek keinginan meniru kelompok, aspek bergabung untuk menghindari
konflik dan aspek menjadi pengikut kelompok. Kemudian dimodifikasi oleh
penulis untuk kepentingan mengukur konformitas. Terdapat 20 aitem dalam
skala konformitas. Skala konformitas memiliki empat pilihan jawaban.
Penelitian yang digunakan adalah semakin tinggi nilai yang dipero leh oleh
subyek maka makin tinggi konformitasnya. Setelah dilakukan pengujian
diskriminasi aitem terdapat 4 aitem yang gugur ( 4, 11, 13, 19 ). Dari hasil uji
reliabilitas dengan Alpha Cronbach diperoleh hasil Ϭ = 0,844.
E. Teknik analisis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah menggunakan teknik
untuk menguji hubungan antara kedua variabel yaitu Product Moment.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program
komputer statistic SPSS seri 16.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Deskriptif
a. Perilaku pembelian impulsif
Tabel 1 : Kategorisasi pengukuran skala perilaku pembelian impulsif
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 57,8 ≤ x ≤ 68 Sangat Tinggi 58, 25 44 64,7 %
2 47,6 ≤ x ≤ 57,8 Tinggi 24 35, 30 %
3 37,4 ≤ x ≤ 47,6 Sedang 0
4 27,2 ≤ x ≤ 37,4 Rendah 0
5 17 ≤ x ≤ 27,2 Sangat Rendah 0
Jumlah 68 100 %
SD = 5.094, Min = 17, Max = 68
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang berada pada
kategori tinggi berjumlah 24 orang dengan presentase 35,30%, dan 44 orang pada
kategori sangat tinggi dengan presentase 64,7%. Berdasarkan data diatas dapat
dilihat bahwa mahasiswa di UKSW yang bergabung dalam etnis IKMASTI rata-
rata memiliki pembelian impulsif yang sangat tinggi yaitu 58,25, dengan standart
defiasi 5,094. Skor bergerak dari skor minimum 17 dan skor maksimum 68.
18
b. Konformitas teman sebaya
Tabel 2 : Kategorisasi pengukuran skala konformitas teman sebaya
No Interval Kategori Mean N Presentase
1 56,4 ≤ x ≤ 66 Sangat Tinggi 7 10,30 %
2 46,8 ≤ x ≤ 56,4 Tinggi 50,94 47 69,11 %
3 37,2 ≤ x ≤ 46,8 Sedang 14 20,59 %
4 27,6 ≤ x ≤ 37,2 Rendah 0
5 18 ≤ x ≤ 27,6 Sangat Rendah 0
Jumlah 68 100 %
SD = 4,561, Min = 16, Max = 64
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang berada pada
kategori sedang berjumlah 14 orang dengan presentase 20,59%, untuk kategori
tinggi berjumlah 47 orang dengan presentase 69,11% dan 7 orang pada kategori
sangat tinggi dengan presentase 10.30%. Berdasarkan data diatas dapat dilihat
bahwa mahasiswa di UKSW yang bergabung dalam etnis IKMASTI rata- rata
memiliki konformitas yang tinggi yaitu 50,94, dengan standart defiasi 4,561. Skor
bergerak dari skor minimum 16 dan skor maksimum 64.
19
Uji Asumsi
1. Uji Normalitas
Tabel 3 : Hasil Uji Normalitas Konformitas Teman Sebaya dan Pembelian
Impulsif
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Konformitas_
teman_sebaya
Perilaku_pembelian_Impuls
if
N 68 68
Normal
Parametersa
Mean 50.94 58.25
Std. Deviation 4.561 5.094
Most Extreme
Differences
Absolute .102 .083
Positive .086 .077
Negative -.102 -.083
Kolmogorov-Smirnov Z .839 .687
Asymp. Sig. (2-tailed) .482 .732
a. Test distribution is Normal.
Berdaraskan pada tabel diatas, terlihat bahwa variabel konformitas teman
sebaya dan perilaku pembelian impulsif memiliki nilai signifikan p > 0,05.
Variabel konformitas teman sebaya memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,839
dengan probabilitas sebesar 0,482 (p> 0,05). Sedangkan variabel perilaku
pembelian impulsif memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,687 dengan
20
probabilitas / nilai signifikasi 0,732 ( p> 0,05). Dapat disimpulkan bahwa
variabel konformitas teman sebaya dan perilaku pembelian
impulsivememiliki data yang berdistribusi normal.
2. Uji Linearitas
Tabel 4 : Hasil Uji Linearitas Konformitas Teman Sebaya dan Pembelian
Impulsif
ANOVA Table
Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
Perilaku
_pembel
ian_Imp
ulsif *
Konfor
mitas_te
man_se
baya
Between Groups (Combined
)
1580.994 16 98.812 31.944 .000
Linearity 1554.627 1 1554.627 502.587 .000
Deviation
from
Linearity
26.368 15 1.758 .568 .885
Within Groups 157.756 51 3.093
Total 1738.750 67
Berdasarkan uji Linieritas menggunakan Anova, diperoleh hasil F linearity
sebesar 0,568 dan nilai signifikasi sebesar 0,885 (p > 0.05), maka dapat
disimpulkan bahwa variabel konformitas teman sebaya dan perilaku pembelian
impulsif bersifat linier.
21
3. Analisis Korelasi
Tabel 5 : Hasil Uji Korelasi Konformitas Teman Sebaya dan Pembelian
Impulsif
Correlations
Konformitas_
teman_sebaya
Perilaku_pem
belian_Impuls
if
Konformitas_teman_se
baya
Pearson
Correlation
1 .946**
Sig. (2-tailed) .000
N 68 68
Perilaku_pembelian_Im
pulsif
Pearson
Correlation
.946**
1
Sig. (2-tailed) .000
N 68 68
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh korelasi sebesar
0,946. Hasil analisis statistik yang diperoleh menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dan perilaku
pembelian impulsif pada mahasiswa UKSW yang tergabung dalam etnis
IKMASTI, artinya hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang ajukan
dalam penelitian ini diterima.
22
Pembahasan
Berdasarkan hasil uji korelasi yang diperoleh terdapat hubungan positif
yang signifikan antara konformitas teman sebaya dan perilaku pembelian
impulsif, dengan koefisien korelasi r = 0,946, t.s < 0,05 sehingga semakin
tinggi konformitas teman sebaya maka semakin tinggi pula perilaku
pembelian impulsif, dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah
konformitas teman sebaya maka semakin rendah perilaku pembelian
impulsif. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini diterima.
Terdapat beberapa kemungkinan bahwa konformitas teman sebaya
memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku pembelian impulsif.
Pertama, sebagian besar mahasiswa merasa pendapat kelompok adalah hal
yang harus dipatuhi, kemudian ketika seseorang dalam kelompok dapat
meyakinkan maka anggota yang lain dapat mengikuti padangan dari
kelompok tersebut sebagai penyebab dari perilaku pembelian impulsif, ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan Myers (2010) menyatakan bahwa
konformitas merupakan perubahan perilaku sebagai akibat dari tekanan
kelompok, terlihat dari kecenderungan remaja untuk selalu menyamakan
perilakunya dengan acuan kelompok sehingga dapat terhindar dari celaan
maupun keterasingan. Kemudian menerut Zebua dan Nurdjayadi (2001)
menyatakan bahwa konformitas adalah suatu tuntutan yang tidak tertulis
dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki
pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan munculnya perilaku-perilaku
tertentu pada anggota kelompok.
23
Kemungkinan kedua adalah seseorang akan merasa lebih diterima apabila
tidak menentang kelompok dimana mereka berada sehingga mereka masih
memiliki kesamaan berperilaku dalam pembelian kompetitif. Hal ini
didukung oleh penelitian Loudon dan Bitta ( 1984 ) menunjukan bahwa
perilaku membeli seorang remaja di pengaruhi oleh konformitas terhadap
kelompoknya, perilaku membelinya lebih cenderung impulsif. Lebih
lanjut, penelitian Loudon dan Bitta ( 1984 ) membuktikan bahwa perilaku
pembelian impulsif pada remaja tidak lepas dari trend fashion di kalangan
remaja yang semakin beragam dan keinginan yang kuat dari remaja untuk
tampil menarik, tidak berbeda dengan teman – temannya agar dapat
diterima sebagai bagian dari kelompoknya, mereka selalu terlihat berramai
– ramai bersama kelompok datang ke pusat perbelanjaan. Produk yang
biasa mereka belipun selalu sama. Apapun barangnya, jika mereka suka
dan tertarik maka mereka akan membeli, sekalipun barang tersebut tidak
mereka butuhkan. Hal ini juga didukung dengan penelitian dari (Pradini,
2017) banyak ditemukan beberapa mahasiswa yang memiliki status
ekonomi kurang mampu, namun tetap memaksakan diri mendapatkan
uang dengan berbagai cara untuk membeli barang dengan nominal harga
yang mahal dan hanya untuk sekedar memenuhi sesuatu yang menjadi
keinginan mereka bukan kebutuhan mereka.
Dari uraian diatas dapat dikatakan kecenderungan untuk berperilaku
impulsif yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh karakteristik khas
yang ada pada diri remaja putri tersebut, yaitu ketergantungan yang kuat
pada kelompok teman sebaya ( Affif, 1993 ). Ini sesuai dengan penelitian
24
yang dilakukan oleh Cahyani ( 1995 ), iklan hanya mampu mempengaruhi
remaja sebesar 17%, sedangkan 83% remaja lebih terpengaruh oleh
lingkungan sosial remaja.
Hasil penelitian ini sudah membuktikan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara konformitas dan perilaku pembelian impulsif.
Berdasarkan hasil analisis dekriptif dalam penelitian ini, di peroleh data
bahwa konformitas sebesar 69,11 % yang berada pada kategori, dengan
skor tertinggi 64 dan skor terendahnya 16. Hal ini menunjukan bahwa
sebagian mahasiswa UKSW yang tergabung dalam etnis IKMASTI
memiliki tingkat konformitas yang tinggi. Pada perilaku pembelian
impulsif, data sebesar 64,7 % yang berada pada kategori sangat tinggi,
dengan skor tertinggi 68 dan skor terendah 17. Hal ini menunjukan bahwa
sebagian besar mahasiswa UKSW yang tergabung dalam etnis IKMASTI
memiliki tingkat perilaku pembelian impulsif yang sangat tinggi.
Banyak faktor yang menyebabkam tinggi rendahnya perilaku pembelian
impulsif, konformitas merupakan salah satu faktor pendukung dari semua
faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya stres akademik ( Thai dalam
Shofwan, 2010 ), jika di lihat sumbangan efektif yang diberikan
konformitas terhadapperilaku pembelian impulsif, konformitas
memberikan kontribusi sebesar 45,43 % dan sebanyak 54,57%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar konformitas yang dapat berpengaruh
terhadap perilaku pembelian impulsif, seperti mood, kategori produk,
pengaruh toko, variabel demografis serta kepribadian.
25
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini , dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan
positif antara konformitas teman sebaya dengan perilaku pembelian
impulsif pada mahasiswa UKSW yang tergabung dalam etnis IKMASTI.
SARAN
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat diharapkan untuk memiliki konformitas yang
lebih positif dengan teman sebaya, sehingga mereka tidak mudah
terbawa arus oleh kelompok dalam mengambil keputusan untuk
membeli melalui sharing dengan meningkatkan konformitas yang
lebih positif di kelompok mereka.
Mahasiswa dapat diharapkan menciptakan konformitas yang
terarah agar tidak mudah diikuti arus menjadi perilaku yang
konsumtif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melalui sharing
tentang hal – hal yang terkait dengan konformitas agar lebih
terarah dalam mengambil keputusan bersama.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan perilaku
pembelian impusif. Maka jika peneliti lain tertarik melakukan
penelitian yang serupa diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan
dalam membahas masalah yang diuangkap dalam penelitian. Peneliti
26
selanjutnya juga diharapkan dapat membuat penelitian yang lebih
luas.Dengan memperluas ruang populasi maupun menambah variabel
yang belum disertakan.Sehingga hasil yang diperoleh bisa lebih
bervariasi dan beragam.
27
DAFTAR PUSTAKA
Affif, R. (1993). Psikologi Penjualan. Bandung: Angkasa
Al-Adawiyah, R.,& Syamsudin, H. (2008).Agar Ngampus Tak Sekadar Status.
Surakarta: Indiva Media Kreasi.
Astasari R. A.,& Sahra A. (2006),’ Hubungan antara konformitas dengan perilaku
membeli impulsif pada remaja putri’,Jurnal Psikologi Universitas Wangsa
Maggala Yogyakarta.
Artledia.(2009). Hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya
dengan pembelian impulsif pada remaja. Semarang: Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro.
Azwar, S. (1999).Dasar-dasar Psikometri.Yogyakarta: Pustaka Belajar
Baron, R. A., Branscombe, N. R., & Byrne, D., (2008).Social psychology.New
York : Pearson Education.
Beatty, S. E and Ferrell M.E. (1998),’ A Impulsive Buying: Modeling Its
Precursors’ Journal of Rerailing 74(2), 169-191.
Cahyani, Y. 1995. Iklan, Televisi dan Perilaku Remaja Perkotaan. Universitas
Airlangga . Surabaya.
Calhoun, J. F. (1990).Psychology of asjustment human relationship (3th ed). New
York: McGraw-Hill.
Engel , J ., and Blackwell , R. (1982) Consumer Behaviour. Dryden Press,
Chicago, IL.
Fitri, R. A. 2006. Terlena dalam Nikmatnya Belanja.Koran SuaraPembaruan.
Hanifah L. (2015). Hubungan antara konformitas dengan pembelian impulsif
pada remaja putri.Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah.
28
Herabadi, A.G. (2003) Buying impulses: A study on impulsive
consumption.Doctoral Thesis.University of Nijmegen.
Herabadi, A., Verplanken, B., & Astrid. (2001). Individual differences in impulse
buying tendency: Feeling and no thinking. European journal of personality
special issue on personality and economic behavior, S71–S8
Kacen, J.J., & Lee, J.A. (2002),’ The influence of culture on consumer impulsive
buying behavior’.Journal of Consumer Psychology.
Kainama G. C. (2016). Hubungann antara konformitas terhadap kelompok
remaja GPM Silo dengan perilaku pembelian impulsif. Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana
Larasati M. A.,& Budiani M. S. (2014). Hubungan antara kontrol diri dengan
pembelian impulsif pakaian pada mahasiswa psikologi Universitas Negeri
Surabaya yang melakukan pembelian secara online.Jurnal Psikologi.Vol
02/No.3/2014.Fakultas Psikologi Universitas Negeri Surabaya.
Loudon, D & Bitta, D. (1984). Consumer Behaviour: Concepts & Applications.
Second edition. Singapore: McGraw-Hill Book Company.
Luthfi, H. (2015). Hubungan anatara Konformitas dengan Perilaku Pembelian
Impulsif pada Remaja Putri: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Mehrabian, A. & Stefl, C. A. (1995). Basic Temperament Components of
Loneliness, Shyness, and Conformity. Social Behavior and Personality.
23(3), 253-264.
Munandar, A. S. 2011. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press).
Muruganantham G.,& Bhakat R. S. (2013),’A review of impulsive
buyingbehavior’.International journalofmarketing
studies.Vol.5/No.3/2013.
Myers, D. G. (2010).Psikologi sosial, edisi 10. Jakarta: PT. Salemba Humanika
29
Nursalam, Bani, S., & Munirah. (2013). Bentuk kecurangan akademik( Academic
cheating) mahasiswa PGMI fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Alauddin
Makasar. Lentera pendidikan, Vol, 11 (2), 127-138
Pradini. A. G (2017). Pengaruh konformitas teman sebaya dan kontrol diri
terhadap perilaku pembelian impulsif mahasiswa rantau asal Nusa
Tenggara Timur di Surabaya.Fakultas Psikologi Universitas Pelita
Harapan Surabaya
Rook, D. W. & Fisher R. J (1995), ‘A Normative Influences on Impulsive
Buyying Behavior’, Journal of Consumer Research 2, 305-313.
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan anak (11th
ed.).Jakarta: Erlangga.
Sarwono., Wirawan, S. (2001). Teori-teori psikologi sosial. Jakarta: PT. Raja
Grasindo Persada.
Shofwan H. (2010). Pengaruh dimensi big five Personality Terhadap
Kecenderungan Pembelian Impulsif.Universitas Sumatra Barat.
Sihotang. (2009). Hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya
dengan pembelian impulsif pada remaja.Semarang: Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro.
Solomon, M.R., & Rabolt, N. (2009).Consumer behavior in fashion, 2nd
edition.USA: Prentice Hall
Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: IKAPI
Stern, H., (1962), ‘A the signature of impulse buying today’, journal of
Marketing, Vol 26
Taylor. S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi sosial, edisi 12.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Verplanken B.,& Herabadi A. (2001),’ IndividualDifferences in Impulse Buying
Tendency: Feeling and no Thingking’European journal of personality,
Vol. 15, 571-583.
30
Viantary, (2017).Hubungan Antara Konformitas Dengan Pembelian Implusif Pada
Remaja Awal Di Yogyakarta.
Wade, C., & Travis, C. (2007). Psikologi edisi 9. Jakarta: Erlangga
Zebua, A., & Nurdjayadi, R. J. (2001).Hubungan antara konformitas dan konsep
diri denngan perilaku konsumtif pada remaja putri.Jurnal Phronesis.Hal.
72-82