Download - Faktor Penghambat Keluarga Sejahtera
FAKTOR PENGHAMBAT PEMBANGUNANKELUARGA SEJAHTERA
TUGAS
oleh
Bima Satriya DewantaraNIM 112310101030
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER
2012
FAKTOR PENGHAMBAT PEMBANGUNANKELUARGA SEJAHTERA
TUGASKEPERAWATAN KOMUNITAS I
disusun guna melengkapi tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas IDosen Pengampu: Ns. Latifa Aini S., M.Kep, Sp.Kom
oleh
Bima Satriya DewantaraNIM 112310101030
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER
2012
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan
yang sah; mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materil yang layak,
bertakwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang sama, selaras, seimbang
antar anggota keluarga dengan masyarakat dengan lingkungan (Susanto, 2002).
Sebuah keluarga baru dapat disebut keluarga yang sejahtera apabila sekurang-
kurangnya jika telah terpenuhi kebutuhan dasarnya berupa papan, pangan,
sandang, kesehatan, dan pendidikan (Anshor, 2010). Dalam perkembangannya
untuk membangun sebuah keluarga sejahtera, telah banyak diupayakan oleh
berbagai pihak, termasuk oleh semua keluarga di Indonesia. Pemerintah pun
sebenarnya juga telah cukup lama memberi perhatian pada masalah ini. Namun
banyak di antara mereka yang gagal. Terbukti hingga saat ini, sebagian keluarga
di negeri ini tetap dalam kondisi miskin dan kurang sejahtera. Salah satu
penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan dan wawasan mereka tentang
kesejahteraan itu sendiri, sehingga mereka tidak tahu langkah-langkah apa yang
efektif untuk mencapainya.
Kurangnya wawasan dan pengetahuan tentang kesejahteraan juga telah
menyebabkan mereka memiliki pandangan yang keliru mengenai arti dari
kesejahteraan itu sendiri. Umumnya masyarakat masih menganggap bahwa
keluarga yang sejahtera adalah keluarga yang tercukupi kebutuhan materinya.
Menurut H. Toyo Santoso Dipo (dalam Mardiya, 2009), di era modern ini,
pandangan tersebut adalah pandangan yang salah. Karena kesejahteraan keluarga
tidak hanya diukur dengan kecukupan materi saja. Masih banyak syarat lain yang
harus dipenuhi seperti keluarga harus didasarkan pada perkawinan yang sah,
tercukupi kebutuhan spirituilnya, memiliki hubungan yang harmonis antar
anggota keluarga, antara keluarga dengan masyarakat sekitarnya, dengan
lingkungannya dan sebagainya. Karena kunci keberhasilan sebuah keluarga dalam
mewujudkan impiannya bukan semata-mata terletak pada keberhasilan dalam
memberdayakan ekonomi keluarga, tetapi juga bagaimana keluarga tersebut dapat
membangun toleransi, saling menghargai, saling melindungi dan memberi kasih
sayang serta mengimplementasikan nilai-nilai moral dan agama dalam kehidupan
sehari-hari. Atas dasar hal ini perlunya diketahui mengenai hambatan-hambatan
dalam membangun keluarga sejahtera.
B. Faktor Penghambat Keluarga Sejahtera
Perlu diketahui bahwa sebelum sampai pada kondisi sejahtera, keluarga
sering mendapat ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang senantiasa
dapat menggoyahkan eksistensi keluarga. Berbagai bentuk ancaman, tantangan,
hambatan dan gangguan tersebut dapat berasal dari luar maupun dari dalam
lingkungan keluarga itu sendiri. Kesemuanya itu jika tidak dapat segera diatasi,
akan merupakan penghalang yang serius dalam upaya meningkatkan kualitas
keluarga.
Faktor penghambat dalam membangun keluarga sejahtera terdiri dari
berbagai hal, bisa dari faktor internal dan faktor eksternal. Dengan berbagai
hambatan itu biasanya keluarga akan menjadi lemah semangat, tidak dapat
berkonsentrasi, dan tidak lagi berdisiplin dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya sesuai dengan beban yang menjadi tanggung jawabnya sehingga
akan menghambatnya untuk bisa menjadi keluarga yang sejahtera. Adapun faktor-
faktor tersebut adalah :
1. Faktor internal
a. Kesakitan
kesakitan berkaitan erat dengan dengan aspek kesehatan keluarga. Karena
bagaimanapun, tingkat kesehatan suatu keluarga akan memberikan dampak
pada kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin anggota-anggotanya.
b. Kebodohan
kebodohan sangat berperan vital dalam menghambat kesejahteraan
keluarga. Hal ini menjadi penting karena kebodohan berkaitan erat dengan
aspek pendidikan dalam keluarga. Sedangkan keluarga adalah sebagai salah
satu dari Tri Pusat Pendidikan, fungsi keluarga sebagai tempat pendidikan anak
atau anggota keluarga lainnya yang sangat vital selain sekolah dan lingkungan,
menjadi dasar mengapa aspek pendidikan harus diperhatikan apabila kita ingin
membangun keluarga yang sejahtera.
c. Ketidakterampilan
Ketidakterampilan merupakan salah satu faktor penghambat untuk
berkembangannya keluarga. Ketidak terampilan ini juga akan berpengaruh
pada faktor ekonomi keluarga. Sehingga nantinya akan mempengaruhi faktor-
faktor yang lain.
d. Ketertinggalan teknologi
Ketertinggalan teknologi adalah salah satu faktor yang banyak
menghambat kesejahteraan keluarga di daerah-daerah terpencil dan keluarga
tidak mampu. Hal ini dakerenakan ketertinggalan teknologi juga akan
mempengaruhi banyak hal. Bisa dari aspek informasi yang terbatas, pola
tingkah laku dan cara berpikir yang masih tertinggal. Dan dampaknya sudah
pasti akan sangat merugikan keluarga dalam membuat keluarga sejahtera.
e. Ketidakpunyaan modal
Keterbatasan modal merupakan msalah utama dalam penghambat keluarga
sejahtera di Indonesia. Kita ketahui bersama modal erat kaitannya dengan
ekonomi. Sedangkan ekonomi di Indonesia sendiri adalah jauh tertinggal. Hal
ini menjadi penting karena kepimilikan modal menjadi masalah yang penting
diperhatikan dan diupayakan untuk membangun keluarga sejahtera. Karena
keluarga yang sejahtera baru dapat dibentuk, apabila keluarga yang
bersangkutan telah memiliki landasan ekonomi yang kuat. Lebih-lebih
keberhasilan pada aspek ini, akan berpengaruh pada keberhasilan aspek-aspek
lain dalam keluarga.
2. Faktor eksternal
a. Struktur sosial ekonomi yang menghambat peluang untuk berusaha dan
meningkatkan pendapatan.
b. Nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang kurang mendukung upaya
peningkatan kualitas keluarga.
c. Kurangnya akses keluarga untuk dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan (Mardiya, 2009).
Selain beberapa hal tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
keluarga, ada faktor internal, eksternal dan manajemen keluarga. Hasil analisis
menunjukkan bahwa faktor internal, eksternal dan manajemen keluarga yang
mempengaruhi tingkat kesejahteraan menurut indikator BKKBN adalah :
1. Faktor internal tentang demografi dan sosial ekonomi yang berpengaruh
terhadap kesejahteraan adalah jumlah anggota, umur suami dan istri,
pendidikan suami dan istri, pendapatan, kepemilikan aset, status pekerjaan
suami sebagai pedagang, dan bukan buruh.
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteraan adalah tempat tinggal
di desa, kredit uang/barang pada institusi/ individu.
3. Unsur manajemen yang mempengaruhi kesejahteraan adalah perencanaan,
dan pembagian tugas (Iskandar dkk, 2010).
Selain beberapa hal di atas tentunya secara umum faktor penghambat
kesejahteraan keluarga itu dikelompokkan dari beberapa aspek, diantaranya yaitu:
1. Aspek Keagamaan
Aspek keagamaan (religius) perlu mendapat perhatian serius dalam
membangun keluarga sejahtera. Sejak keluarga terbentuk, aspek keagamaan harus
sudah menjadi landasan utama. Ini dicerminkan dari pembentukan keluarga itu
yang harus didasarkan oleh perkawinan yang sah menurut kaidah-kaidah agama
mapun peraturan pemerintah.
Tanpa landasan agama yang cukup, keluarga tidak mungkin dapat
melaksanakan fungsi keagamaan. Apalagi secara hakekat keluarga berkewajiban
memperkenalkan dan mengajak serta anak dan keluarga lainnya untuk mengetahui
kaidah-kaidah agama, melainkan juga untuk menjadi insan-insan beragama.
Sebagai hamba yang sadar akan kedudukannya sebagai makhluk yang diciptakan
dan dilimpahi nikmat tanpa henti. Sehingga menggugah mereka untuk mengisi
dan mengarahkan hidupnya untuk mengabdi kepada Tuhan. Ini berarti, yang
diharapkan dengan pembangunan pada aspek ini adalah bukan sekedar orang yang
serba tahu tentang berbagai kaidah dan aturan hidup beragama, melainkan yang
benar-benar merealisasikannya dengan penuh kesungguhan.
2. Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi sangat penting diperhatikan dan diupayakan untuk
membangun keluarga sejahtera. Karena keluarga yang sejahtera baru dapat
dibentuk, apabila keluarga yang bersangkutan telah memiliki landasan ekonomi
yang kuat. Lebih-lebih keberhasilan pada aspek ini, akan berpengaruh pada
keberhasilan aspek-aspek dalam keluarga. Sebagai satu kesatuan ekonomis,
keluarga memang diharapkan mampu mencukupi kebutuhan hidup anggota-
anggotanya secara mandiri. Karenanya, keluarga harus dibangun sehingga cukup
kuat ekonominya, mengingat faktor ekonomi sering mempengaruhi kemampuan
keluarga dalam menjalankan fungsi-fungsi keluarga pada umumnya, selain fungsi
ekonomi itu sendiri. Seperti fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi keagamaan
dan fungsi pembinaan lingkungan (Mardiya, 2009). Memang dapat dibayangkan,
bagaimana mungkin seorang kepala keluarga yang berpenghasilan di bawah batas
kemiskinan dapat menyediakan biaya hidup sehingga keluarga tersebut dapat
hidup layak dan mencapai ketahanan-ketahanan keluarga yang diharapkan.
Kondisi seperti ini jelas akan menimbulkan permasalahan sosial, budaya,
lingkungan hidup dan kependudukan dalam arti luas.
3. Aspek sosial budaya
Salah satu tugas keluarga adalah sebagai institusi penerus kebudayaan
dalam masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam konteks
kedudukan keluarga sebagai penerus kebudayaan, aspek sosial budaya
memerlukan perhatian yang cukup ketika kita akan membangun keluarga
sejahtera, seiring dengan perubahan sosial budaya yang mengglobal di dunia ini.
Keluarga harus dibangun dalam situasi yang kondusif dan memberikan
kesempatan kepada seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya
bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan. Untuk itu diperlukan
pemahaman yang cukup oleh keluarga, terutama oleh pasangan suami isteri, akan
pentingnya memantapkan budaya sendiri dalam koridor yang jelas, namun tetap
mampu menyerap budaya asing yang positif dan mencegah yang negatif demi
perkembangan masa depan keluarga.
4. Aspek Biologis dan Kesehatan
Aspek penting yang tidak boleh dilupakan pula untuk dapat membangun
keluarga sejahtera adalah aspek biologis dan kesehatan. Perlu adanya perhatian
pada aspek ini mendasarkan pada asumsi, bahwa dalam kehidupannya manusia
memeiliki berbagai kebutuhan. Salah satunya yang cukup vital adalah kebutuhan
biologis dan kebutuhan akan kesehatan. Kebutuhan biologis salah satunya
menyangkut kepentingan fungsi reproduksi keluarga, dimana keinginan untuk
memperoleh keturunan dan pemuasan nafsu biologis (seks) dapat terpenuhi
dengan baik, selain kebutuhan biologis lainnya sebagai makhluk hidup. Sementara
kebutuhan akan kesehatan menyangkut kepentingan akan perlunya hidup sehat
agar seluruh anggota keluarga dapat bekerja dan beraktivitas dengan baik serta
dapat menikmati hasil-hasilnya dengan penuh kebahagiaan. Oleh karena itu,
keluarga harus diciptakan menjadi keluarga yang sehat dan bebas dari segala
penyakit. Karena bagaimanapun, tingkat kesehatan suatu keluarga akan
memberikan dampak pada kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin anggota-
anggotanya.
Mengingat besarnya hubungan antara aspek biologis dan kesehatan, maka
dalam pelaksanaan kedua aspek ini, keluarga khususnya suami isteri, tidak boleh
menghadapinya secara biofisik belaka, melainkan harus didasari pula oleh
pandangan psikis maupun moral dan sosial.
5. Aspek Pendidikan
Fungsi keluarga sebagai tempat pendidikan anak atau anggota keluarga
lainnya yang sangat vital selain sekolah dan lingkungan, menjadi dasar mengapa
aspek pendidikan harus diperhatikan apabila kita ingin membangun keluarga yang
sejahtera. Oleh karena itu jangan heran jika Bapak Perguruan Taman Siswa Ki
Hajar Dewantara, menyebut keluarga sebagai salah satu dari Tri Pusat Pendidikan.
Karena itu, keluarga harus diberdayakan agar menjadi institusi yang handal dalam
mencetak generasi penerus yang cerdas, trampil dan berbudi luhur. Sebagai
institusi yang pertama kali dikenal anak, keluarga diharapkan mampu menjadi
tempat belajar bagi anak yang menyenangkan dengan suasana yang tenteram,
tenang dan penuh kasih sayang. Sehingga anak akan menjadi generasi penerus
yang dapat diharapkan perjuangannya dikemudian hari.
Menurut Van Dijk (dalam Mardiya, 2009), dahulu pendidikan berpusat
pada keluarga dan keluarga merupakan pula pusat pendidikan bagi anak dalam
segala bidang. Ditinjau secara historis, keluarga memang merupakan lembaga
pendidikan yang pertama ada dalam masyarakat, sebab anak memang dilahirkan
dalam keluarga, dan keluargalah yang pertama kali memberikan bantuan dan
bimbingan kepada anak sejak lahir. Hal ini bahkan dapat kita saksikan dalam
kehidupan hewan. Rasa saling keterkaitan secara biologis dan psikologis,
menyebabkan pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang paling
wajar bagi anak. Dengan demikian, aspek pendidikan perlu mendapat perhatian
yang cukup, karena keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama bagi
anak yang akan membentuk kepribadiannya. Karenanya, dalam hal-hal tertentu,
kepribadian dan perilaku seseorang akan dapat dirunut melalui keluarga.
6. Aspek Cinta Kasih
Perlu diketahuim keluarga sejahtera tidak akan terbangun tanpa ada
komunikasi yang baik antara anak dengan orang tuanya, antara anak dengan
anggota keluarga lainnya, dan anak dengan lingkungannya. Di samping itu,
komunikasi anak dengan keseluruhan pribadinya, terutama pada saat anak masih
kecil yang masih menghayati dunianya secara global dan belum
terdifferensiasikan (Mardiya, 2009).
Sebagaimana kita ketahui, pada saat anak masih kecil, perasaannya masih
memegang peranan penting. Secara instuitif ia dapat merasakan atau menangkap
suasana perasanaan yang meliputi orang tuanya pada saat anak berkomunikasi
dengan mereka. Dengan perkataan lain, anak sangat peka akan iklim emosional
yang meliputi keluarganya. Dengan demikian, kehangatan yang terpancar dari
keseluruhan gerakan, ucapan, mimik serta perbuatan orang tua, merupakan syarat
utama yang harus dipenuhi agar anak merasa nyaman di rumah. Jadi secara
langsung maupun tidak langsung, suasana yang penuh cinta kasih akan menjadi
modal yang tak ternilai harganya bagi keluarga untuk membahagiakan anak dan
mensejahtrakan keluarga itu sendiri. Perhatian pada aspek cinta kasih ini akan
menjadi lebih lengkap untuk membahagiakan anak dan anggota keluarga lainnya,
jika disertai dengan perlindungan keluarga yang cukup kepada seluruh
anggotanya. Sehingga tumbuh rasa aman, tenang dan tenteram serta terlindungi
dari berbagai ancaman dan tekanan dari luar, baik yang bersifat fisik maupun
psikis.
Selain keenam aspek tersebut di atas, dalam membangun keluarga
sejahtera, juga harus memperhatikan aspek-aspek lain yang terkait dan memiliki
daya ungkit tinggi untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga. Seperti aspek
pembinaan lingkungan yang memfokuskan pada penciptaan hubungan yang
serasi, selaras dan seimbang antara keluarga dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik (alam) maupun non fisiknya (budaya), dan aspek sosialisasi yang
mengkhususkan hubungan antar anggota dalam satu keluarag dan antar anggota
keluarga dengan anggota keluarga lainnya. Sehingga, jika aspek sosialisasi ini
mendapat perhatian yang optimal, maka akan diperoleh individu-individu yang
tidak saja mampu berkomunikasi secara baik dengan anggota keluarga lainnya
atau masyarakat luas, tetapi juga individu yang mampu bersosialisasi dan
menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungannya
SOAL KASUS
1. Bu Susi merupakan ibu rumah tangga dan tukang cuci baju tetangganya setiap
hari. Keadaan keluarga Bu Susi tergolong keluarga tidak mampu di desa
Sukomaju. Bu Susi mempunyai keahlian memasak. Ia sering dimintai tolong
tetangganya yang sedang mempunyai hajatan untuk memasak menu makanan
jamuan tamu. Warga di sekitar tempat tinggal Bu Susi memang sudah tidak
meragukan lagi kelezatan masakan Bu Susi. Banyak warga yang menyarankan
Bu Susi untuk membuka warung makan karena pasti akan laris. Bu Susi
sebenarnya juga berkeinginan untuk memiliki rumah makan sendiri. Namun
karena kondisi keuangan keluarga Bu Susi yang pas-pasan, maka ia
mengurungkan niatnya. Baginya butuh banyak modal untuk membuka warung
makan sedangkan ia masih harus membiayai ketiga anaknya yang masih
sekolah karena suaminya telah meninggal satu tahun yang lalu. Berdasarkan
kasus tersebut, faktor internal apakah yang menghambat terbetuknya keluarga
sejahtera?
a. Ketidakterampilan
b. Kebodohan
c. Kesakitan
d. Ketertinggalan teknologi
e. Ketidakpunyaan modal
Jawab: E
2. Keluarga Pak Doni merupakan perantau dan tinggal di sebuah desa di sekitar
Lembah Baliem Papua. Pak Doni mengidap TBC sejak 2 tahun lalu.
Keluarganya memilih membawanya ke dukun karena dirasa biayanya lebih
murah. Selain itu akses ke puskesmas terdekat yang sangat jauh yang
membuat keluarga pak doni lebih suka membawanya berobat ke dukun. Karena
penyakit Pak Doni tak kunjung sembuh, maka istri Pak Doni akhirnya tertular
TBC. Tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa waktu ke depan anak-anak
Pak Doni juga akan tertular TBC seperti ibu mereka jika Pak Doni dan istrinya
tidak segera diobati secara medis. Faktor eksternal apakah yang menghambat
terbentuknya keluarga sejahtera di keluarga Pak Doni?
a. Kurangnya akses keluarga untuk dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan
b. Struktur sosial ekonomi yang menghambat peluang untuk berusaha dan
meningkatkan pendapatan
c. Nilai-nilai dan unsur-unsur budaya yang kurang mendukung upaya
peningkatan kualitas keluarga.
d. Kurangnya motivasi diri untuk sembuh
e. Kurangnya cinta kasih dari keluarga
Jawab: A
3. Pak Toto adalah seorang kepala rumah tangga. Ia memiliki seorang istri dan 2
orang putri. Pak Toto berprofesi sebagai wiraswasta di bidang industri tekstil.
Usahanya berkembang pesat hingga ke manca negara. Oleh karena itu Pak
Toto sering ke luar negeri hampir setiap 3 hari sekali sehingga ia jarang di
rumah. Istri Pak Toto pun sering menelantarkan kedua anaknya untuk pergi
shoping dan arisan bersama teman-temannya semenjak Pak Toto jarang berada
di rumah. Kedua putri Pak Toto yang kini duduk di bangku SMP tidak pernah
lagi mendapatkan perhatian dari kedua orang tua mereka yang sangat sibuk.
Dari ilustrasi di atas, aspek apakah yang menjadi faktor penghambat
terbentuknya keluarga sejahtera?
a. Aspek pendidikan
b. Aspek sosial budaya
c. Aspek cinta kasih
d. Aspek biologis dan kesehatan
e. Aspek ekonomi
Jawab: C
DAFTAR PUSTAKA
Anshor, Maria Ulfah dan Ghalib, Abdullah. 2010. Parenting With Love. Jakarta: Mizania.
Iskandar, dkk. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Keluarga. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18931/1/ikm-des2006-10%20%289%29.pdf [21September 2012].
Mardiya. 2009. Buku Pegangan Membangun Keluarga Sejahtera Bersama PKK. http://mardiya.wordpress.com/2009/12/07/buku-pegangan-membangun-keluarga-sejahtera-bersama-pkk/ [21 September 2012].
Susanto, Tantut. 2002. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Trans Info Media.