1
EVALUASI TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI
MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5
(STUDI KASUS : DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
RI)
Skripsi
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh :
RICHARDY AFFAN SOJUANGON SIREGAR
1113093000033
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M / 1439 H
i
EVALUASI TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI
MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5
(STUDI KASUS : DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
RI)
Skripsi
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh :
RICHARDY AFFAN SOJUANGON SIREGAR
1113093000033
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M / 1439 H
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
EVALUASI TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI
MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5
(STUDI KASUS : DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
RI)
Skripsi
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Richardy Affan Sojuangon Siregar
NIM. 1113093000033
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Prodi Sistem Informasi
Nia Kumaladewi, MMSI
NIP. 19750412 200710 2 002
Pembimbing II
Suci Ratnawati, MTI
NIDN. 306076904
Pembimbing I
M.Qomarul Huda, Ph.D
NIP. 19670412 200312 1 001
iii
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan
Framework COBIT 5 (Studi Kasus : Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat RI)” disusun oleh Richardy
Affan Sojuangon Siregar, NIM 1113093000033 telah diujikan dan dinyatakan
LULUS dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta pada hari Kamis, 22 Maret 2018. Skripsi
ini telah diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Program Studi Sistem Informasi.
Menyetujui,
Mengetahui,
Pembimbing I
M. Qomarul Huda, Ph.D
NIP. 19670412 200312 1 001
Pembimbing II
Suci Ratnawati, MTI
NIDN. 306076904
Penguji I
Nur Aeni Hidayah, MMSI
NIP. 19750818 200501 2 008
Penguji II
Fitroh, M.Kom
NIP. 19790923 200912 2 006
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Agus Salim, M.Si
NIP. 19720816 199903 1 003
Ketua Program Studi
Sistem Informasi
Nia Kumaladewi, MMSI
NIP. 19750412 200710 2 002
iv
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU
LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 16 Maret 2018
RICHARDY AFFAN SOJUANGON SIREGAR
1113093000033
v
ABSTRAK
Richardy Affan Sojuangon Siregar - 1113093000033, Evaluasi Tata Kelola
Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT 5 (Studi Kasus : Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
RI) dibawah bimbingan M.Qomarul Huda, Ph.D dan Suci Ratnawati, MTI.
Teknologi Informasi (TI) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
upaya penerapan good governance sebagai langkah instansi dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) sendiri
memiliki kebijakan umum yang tertera pada Rencana Strategis 2015 – 2019 Ditjen
SDA, yaitu penataan dan penguatan sistem pengelolaan data dan informasi sumber
daya air dilakukan secara terencana dan dikelola secara berkesinambungan dalam
rangka pelayanan data dan informasi, baik ke dalam maupun ke luar Ditjen SDA.
Fungsi pengelolaan teknologi informasi pada Ditjen SDA sendiri di lakukan oleh
Subdirektorat Sistem Informasi dan Data (Subdit SISDA). Diketahui masih terdapat
masalah dalam pengelolaan tata kelola TI oleh Subdit SISDA yaitu, kurang
optimalnya pegawai dalam penggunaan TI dan juga kurangnya ketersedian
informasi pada beberapa Aplikasi SISDA. Maka, perlu dilakukan suatu evaluasi
tata kelola TI. Dalam penelitian ini menggunakan framework COBIT 5 dengan
PAM (Process Assessment Model). Penelitian ini berfokus pada proses EDM04
(Ensure Resource Optimization) dan BAI04 (Manage Availablity and Capacity).
Tujuan penelitian ini mengetahui capability level kondisi saat ini (as-is) dan kondisi
yang di harapkan (to-be), kesenjangan (gap), serta memberikan rekomendasi pada
Subdit SISDA. Hasil dari penelitian ini menunjukan kondisi saat ini proses EDM04
berada pada level 3 (Established Process) dan kondisi yang diharapkan berada pada
level 5 (Optimising Process). Kemudian kondisi saat ini proses BAI04 berada pada
level 2 (Managed Process) dan kondisi yang diharapkan berada pada level 4
(Predictable Process). Berdasarkan hasil tersebut, diketahui bahwa masing-masing
proses memiliki gaps sebesar 2 antara as-is dan to-be, sehingga Subdit SISDA pada
proses EDM04 direkomendasikan agar terlebih dahulu melakukan pelaksanaan
aktivitas dan pemenuhan proses atribut work product pada level 4 (Predictable
Process dan juga pada proses BAI04 direkomendasikan agar terlebih dahulu
melakukan pelaksanaan aktivitas dan pemenuhan proses atribut work product pada
level 3 (Established Process) sebagai solusi dari permasalahan yang ditemukan.
Kata Kunci : Evaluasi, Tata Kelola Teknologi Informasi, COBIT 5, PAM,
EDM04, BAI04, Capability Level
V Bab + xvii Halaman + 204 Halaman + 66 Tabel + 20 Gambar + Lampiran +
Daftar Pustaka
Pustaka : 34 (Tahun 1970 s.d Tahun 2017)
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, ridho dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat,
dan para pengikutnya, semoga kita semua mendapatkan syafa’at dari beliau di hari
akhir kelak. Amin
Peneliti sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun
demikian peneliti berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana (S1) Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi yang berjudul “Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi
Menggunakan Framework COBIT 5 (Studi Kasus : Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI)”, akhirnya
dapat diselesaikan sesuai dengan harapan peneliti. Selama penyusunan skripsi ini
tentu peneliti menghadapi banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat
kesungguhan hati, bantuan, bimbingan serta semangat dari berbagai pihak,
sehingga segala kesulitan tersebut dapat diatasi. Tanpa bantuan dari berbagai pihak,
tentunya proses penyusunan laporan ini akan sangat sulit untuk diselesaikan
peneliti. Oleh karena itu secara khusus peneliti ingin berterimakasih kepada:
vii
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI selaku Ketua Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Sains dan Teknologi dan Ibu Meinarini Catur Utami, MT selaku
Sekretaris Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains dan Teknologi.
3. Bapak Muhammad Qomarul Huda, Ph.D sebagai dosen pembimbing I dan
Ibu Suci Ratnawati, MTI sebagai dosen pembimbing II peneliti yang atas
kesabarannya telah memberikan bimbingan, dan arahan kepada penulis
selama proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih banyak untuk seluruh
waktu, tenaga, kesediaan menjawab setiap pertanyaan penulis dan
senantiasa memberikan dukungan moril serta membagikan banyak
pengetahuan agar penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Seluruh Dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah membagikan
ilmunya kepada penulis selama proses perkuliahan.
5. Kepada Bapak Ardhyta Agus Setiawan dan Bapak Tri Handoko serta
segenap pegawai yang berada di Subdirektorat Sistem Informasi dan Data
Sumber Daya Air, karena sudah banyak meluangkan waktunya untuk
membantu, membimbing, dan bekerjasama dengan penulis selama
pelaksanaan penelitian berlangsung.
6. Kedua orang tua penulis, Bapak Rahmat Kartolo Siregar dan Ibu Emmy
Susilawati Hutasuhut. Terima kasih telah mendidik, menyayangi,
memberikan dukungan, semangat dan doa yang tiada henti sehingga penulis
ingin selalu memberikan yang terbaik untuk mereka.
viii
7. Sahabat-sahabat penulis Tris, Risyad, Adit, Gema, Rama, Ariful, Luqman,
Ryo, dan Faizal selaku teman terbaik peneliti dari awal kuliah hingga saat
ini yang sudah menjadi rekan penulis untuk berbagi pengetahuan, motivasi,
dan keluh kesahnya selama masa kuliah. Semoga langkah kita menuju
kesuksesan dunia dan akhirat dipermudah oleh Allah SWT.
8. Seluruh teman-teman Sistem Informasi 2013 yang telah mewarnai dunia
perkuliahan penulis, teirma kasih untuk segala kenangannya, semangat yang
diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga langkah
kita menuju kesuksesan dunia dan akhirat dipermudah oleh Allah SWT.
9. Teman-teman Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2014 – 2015.
10. Teman-teman Senat Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2015-2016.
11. Teman-teman Geographic Information System Advanture (GISA).
Terimakasih telah menemani penulis dalam setiap perjalanan alam yang
telah dilalui. Selalu jaga kesehatan, agar bisa menjaga lingkungan hidup
juga. Salam GISA !!
12. Teman-teman Kelompok KKN Reswara yang telah menjadi rekan penulis
saat melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di Desa Sipak,
Kabupaten Bogor. Semoga langkah kita menuju kesuksesan dunia dan
akhirat dipermudah oleh Allah SWT.
13. Teman-teman Komunitas Mahasiswa Padangsidempuan dan Sekitar
(KOMPASS). Semoga ilmu dan pengalaman yang telah kita dapatkan di
ix
tanah perantauan ini dapat memberikan manfaat untuk kampung halaman
kita Kota Padangsidempuan tercinta.
Penulis sadar bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis sangat menerima kritik dan saran yang konstruktif agar penyusunan
skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
sebagai bahan karya tulis berupa informasi, perbandingan maupun dasar untuk
penelitian materi lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 16 Maret 2018
RICHARDY AFFAN SOJUANGON SIREGAR
1113093000033
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
ABSTRAK ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 9
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 10
1.4 Batasan Masalah ..................................................................................... 10
1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 11
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 11
1.7 Metodologi Penelitian ............................................................................ 12
1.7.1 Metodologi Pengumpulan Data ...................................................... 12
1.7.2 Metodologi Analisis Data ............................................................... 13
1.8 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................ 15
1.9 Sistematika Penulisan ............................................................................. 16
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 18
2.1 Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi............................................. 18
2.1.1 Evaluasi ........................................................................................... 18
2.1.2 Tata Kelola ...................................................................................... 18
2.1.3 Teknologi Informasi ........................................................................ 19
2.1.4 Tata Kelola Teknologi Informasi .................................................... 19
xi
2.2 Pentingnya Tata Kelola Teknologi Informasi ........................................ 20
2.3 Framework Tata Kelola Teknologi Informasi ........................................ 21
2.3.1 TOGAF ........................................................................................... 21
2.3.2 ITIL ................................................................................................. 21
2.3.3 ISO .................................................................................................. 22
2.3.4 CMMI .............................................................................................. 23
2.3.5 COBIT ............................................................................................. 24
2.4 Perbandingan Framework Tata Kelola TI .............................................. 26
2.5 Framework COBIT 5 ............................................................................. 28
2.5.1 Perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1 .............................................. 31
2.5.2 Prinsip pada COBIT 5 ..................................................................... 32
2.5.3 Enabler ............................................................................................ 37
2.5.4 Process Reference Model ................................................................ 39
2.5.5 Implementasi COBIT 5 ................................................................... 44
2.5.6 Process Assessment Model .............................................................. 48
2.5.7 Process Capability Model Indicator COBIT 5 ............................... 51
2.5.8 RACI Chart ..................................................................................... 66
2.6 Fokus Area Tata Kelola Teknologi Informasi ........................................ 71
2.6.1 EDM04 (Ensure Resource Optimisation) ....................................... 76
2.6.2 BAI04 (Manage Availability and Capacity) ................................... 76
2.6.3 Identifikasi Kebutuhan Dokumen ................................................... 77
2.7 Optimalisasi Sumber Daya ..................................................................... 84
2.8 Ketersediaan Informasi ........................................................................... 89
2.9 Metode Skala Pengukuran Capability Level .......................................... 93
2.7.1 Skala Likert ..................................................................................... 93
2.7.2 Skala Rating Scale........................................................................... 94
2.7.3 Pengukuran Capability Level menggunakan Skala Likert .............. 95
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 98
3.1 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 98
3.1.1 Observasi ......................................................................................... 98
3.1.2 Wawancara ...................................................................................... 98
3.1.3 Kuisioner ......................................................................................... 99
xii
3.1.4 Tinjauan Literatur.......................................................................... 100
3.2 Metode Analisis Data ........................................................................... 102
3.2.1 Initiation ........................................................................................ 102
3.2.2 Planning the Assessment ............................................................... 102
3.2.3 Briefing .......................................................................................... 105
3.2.4 Data Collection ............................................................................. 105
3.2.5 Data Validation ............................................................................. 106
3.2.6 Process Attribute Level ................................................................. 106
3.2.7 Reporting the Result ...................................................................... 106
3.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 107
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 109
4.1 Initiation ............................................................................................... 109
4.1.1 Sejarah Kementerian PUPR .......................................................... 109
4.1.2 Logo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ...... 113
4.1.3 Struktur Organisasi Kementerian PUPR ....................................... 115
4.1.4 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian PUPR .................... 118
4.1.5 Struktur Organisasi DITJEN SDA ................................................ 120
4.1.6 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi DITJEN SDA ............................. 122
4.1.7 Struktur Organisasi Subdit SISDA ............................................... 123
4.1.8 Tugas dan Fungsi Subdit SISDA .................................................. 124
4.2 Planning the Assessment ...................................................................... 126
4.2.1 Identifikasi RACI Chart ................................................................ 126
4.2.2 Hasil Rekapitulasi Kuisioner ........................................................ 136
4.3 Briefing ................................................................................................. 153
4.4 Data Collection .................................................................................... 153
4.4.1 Data Collection EDM04 (Ensure Resource Optimisation) .......... 154
4.4.2 Data Collection BAI04 (Manage Availability and Capacity) ...... 157
4.5 Data Validation .................................................................................... 160
4.5.1 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner EDM04 ............................ 161
4.5.2 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04 .............................. 164
4.6 Process Atribute Level .......................................................................... 169
4.6.1 Penentuan Nilai dan Capability Level pada EDM04 .................... 169
xiii
4.6.2 Penentuan Nilai dan Capability Level pada BAI04 ...................... 170
4.6.3 Penentuan Level Kapabilitas ......................................................... 172
4.6.4 Pencapaian Proses EDM04 ........................................................... 175
4.6.5 Pencapaian Proses BAI04 ............................................................. 188
4.7 Reporting the Result ............................................................................. 194
4.7.1 Gaps dan Rekomendasi Proses EDM04 ....................................... 195
4.7.2 Gaps dan Rekomendasi Proses BAI04 ......................................... 198
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 201
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 201
5.2 Saran ..................................................................................................... 204
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 205
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan Beberapa Framework IT Governance ...................... 27
Tabel 2.2 Process Performance ....................................................................... 53
Tabel 2.3 Performance Management ............................................................... 54
Tabel 2.4 Work Product Management.............................................................. 56
Tabel 2.5 Process Definition ............................................................................ 57
Tabel 2.6 Process Deployment ......................................................................... 59
Tabel 2.7 Process Measurement ...................................................................... 61
Tabel 2.8 Process Control ................................................................................ 63
Tabel 2.9 Process Innovation ........................................................................... 64
Tabel 2.10 Process Optimisation ....................................................................... 66
Tabel 2.11 RACI Chart EDM04 (Ensure Resource Optimisation) ................... 68
Tabel 2.12 RACI Chart BAI04 (Manage Availablity and Capacity) ................ 68
Tabel 2.13 Definisi Pihak RACI ........................................................................ 69
Tabel 2.14 Skor Skala Likert .............................................................................. 93
Tabel 2.15 Rating Levels .................................................................................... 95
Tabel 2.16 Pemetaan Jawaban Nilai dan Tingkat Kapabilitas ........................... 97
Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis ....................................................................100
Tabel 3.2 Pemetaan RACI Chart Proses EDM04 ke Struktur Organisasi ......105
Tabel 3.3 Pemetaan RACI Chart Proses BAI04 ke Struktur Organisasi ........105
Tabel 4.1 RACI Chart EDM04 (Ensure Resource Optimisation) ..................126
Tabel 4.2 Deskripsi Peran Pada RACI Chart EDM04 dan Subdit SISDA ....128
xv
Tabel 4.3 Identifikasi RACI Chart EDM04.01 ..............................................130
Tabel 4.4 Identifikasi RACI Chart EDM04.02 ..............................................130
Tabel 4.5 Identifikasi RACI Chart EDM04.03 ..............................................131
Tabel 4.6 RACI Chart BAI04 (Manage Availablity and Capacity) ..............131
Tabel 4.7 Deskripsi Peran Pada RACI Chart BAI04 dan Subdit SISDA ......132
Tabel 4.8 Identifikasi RACI Chart BAI04.01 ................................................135
Tabel 4.9 Identifikasi RACI Chart BAI04.02 ................................................135
Tabel 4.10 Identifikasi RACI Chart BAI04.03 ................................................135
Tabel 4.11 Identifikasi RACI Chart BAI04.04 ................................................135
Tabel 4.12 Identifikasi RACI chart BAI04.05 .................................................136
Tabel 4.13 Rincian Jawaban Kuisioner EDM04.01 .........................................137
Tabel 4.14 Rincian Jawaban Kuisioner EDM04.02 .........................................139
Tabel 4.15 Rincian Jawaban Kuisioner EDM04.03 .........................................141
Tabel 4.16 Rincian Jawaban Kuisioner BAI04.01 ...........................................143
Tabel 4.17 Rincian Jawaban Kuisioner BAI04.02 ...........................................145
Tabel 4.18 Rincian Jawaban Kuisioner BAI04.03 ...........................................147
Tabel 4.19 Rincian Jawaban Kuisioner BAI04.04 ...........................................149
Tabel 4.20 Rincian Jawaban Kuisioner BAI04.05 ...........................................151
Tabel 4.21 Penjadwalan Proses Penelitian .......................................................153
Tabel 4.22 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner EDM04.01 ........................161
Tabel 4.23 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner EDM04.02 ........................162
Tabel 4.24 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner EDM04.03 ........................163
Tabel 4.25 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.01 ..........................164
xvi
Tabel 4.26 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.02 ..........................165
Tabel 4.27 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.03 ..........................166
Tabel 4.28 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.04 ..........................167
Tabel 4.29 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.05 ..........................168
Tabel 4.30 Penentuan Level Kapabilitas EDM04 ............................................173
Tabel 4.31 Penentuan Level Kapabilitas BAI04 ..............................................174
Tabel 4.32 Process Performance EDM04 .......................................................177
Tabel 4.33 Performance Management EDM04 ...............................................179
Tabel 4.34 Work Product Management EDM04 ..............................................182
Tabel 4.35 Process Definition EDM04 ............................................................184
Tabel 4.36 Process Deployment EDM04 .........................................................185
Tabel 4.37 Process Performance BAI04 .........................................................189
Tabel 4.38 Performance Management BAI04 .................................................190
Tabel 4.39 Work Product Management BAI04 ................................................192
Tabel 4.40 Rekapitulasi Hasil Penilaian ...........................................................195
Tabel 4.41 Gaps dan Rekomendasi Process Performance EDM04.................196
Tabel 4.42 Gaps dan Rekomendasi Performance Management EDM04 ........196
Tabel 4.43 Gaps dan Rekomendasi Work Product Management EDM04 .......197
Tabel 4.44 Gaps dan Rekomendasi Process Deployment EDM04 ..................197
Tabel 4.45 Gaps dan Rekomendasi Process Performance BAI04...................199
Tabel 4.46 Gaps dan Rekomendasi Performance Management BAI04 ..........200
Tabel 4.47 Gaps dan Rekomendasi Work Product Management BAI04 .........200
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pemetaan Permasalahan dengan Framework COBIT 5 ............... 8
Gambar 2.1 Evolusi COBIT ............................................................................. 24
Gambar 2.2 Coverage COBIT 5 ....................................................................... 27
Gambar 2.3 Lima Prinsip COBIT 5 ................................................................. 32
Gambar 2.4 Value Creation .............................................................................. 33
Gambar 2.5 Governance and Management Key Areas .................................... 37
Gambar 2.6 Process Reference Model ............................................................. 40
Gambar 2.7 Siklus Hidup Implementasi COBIT 5........................................... 45
Gambar 2.8 Assessment Process Activities ...................................................... 49
Gambar 2.9 COBIT 5 Process Capability Model ............................................ 52
Gambar 2.10 Pemetaan Stakeholder Needs ke Enterprise Goals ....................... 72
Gambar 2.11 Pemetaan Enterprise Goal ke IT-related Goal ............................. 73
Gambar 2.12 Pemetaan Pemilihan Proses .......................................................... 75
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir ......................................................................108
Gambar 4.1 Logo Kementerian PUPR ...........................................................113
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kementerian PUPR .....................................117
Gambar 4.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ........121
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Subdirektorat Sistem Informasi dan Data...124
Gambar 4.5 Diagram Representasi Tingkat Kapabilitas EDM04 ..................174
Gambar 4.6 Diagram Representasi Tingkat Kapabilitas BAI04 ....................175
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) telah
menjadi suatu hal penting untuk meningkatkan proses bisnis perusahaan maupun
instansi. Perkembangan teknologi informasi menyebabkan perubahan-perubahan
peran mulai dari peran efisiensi, efektivitas sampai pada peran strategik. Menurut
Sarno (2009), dalam lingkungan bisnis yang begitu kompetitif dan cepat berubah,
perusahaan kian menyadari manfaat potensial yang dapat dihasilkan oleh TI.
Penerapan TI dapat dikatakan sukses ketika organisasi yang mengadopsi inovasi TI
tersebut telah mendapatkan manfaat dari penerapan TI pada organisasinya (Huda &
Hussin, 2016). Hal tersebut kemudian mendorong pihak manajemen perusahaan
untuk mempertinggi ekspektasi terhadap outcome dan manfaat teknologi informasi.
Tata kelola teknologi informasi adalah bagian yang terintegrasi dari
pengelolaan organisasi yang mencakup kepemimpinan, struktur serta proses
organisasi yang memastikan bahwa teknologi informasi dimanfaatkan seoptimal
mungkin. Tata kelola teknologi informasi memiliki cakupan yang lebih luas dan
berkonsentrasi pada kinerja dan transformasi teknologi informasi untuk memenuhi
kebutuhan saat ini dan yang akan datang, baik dari sudut internal maupun eksternal
(Surendro, 2009).
The IT Governance Institute (ITGI, 2007) mendefinisikan tata kelola
teknologi informasi sebagai suatu bagian internal dari tata kelola perusahaan yang
2
terdiri atas kepemimpinan, struktur dan proses organisasional yang memastikan
bahwa teknologi informasi organisasi berlanjut serta meningkatkan tujuan dan
strategi organisasi.
Tata kelola teknologi informasi mempunyai banyak standar atau best
practices untuk melakukan penilaian dan pengukuran indikator guna membantu
perusahaan mengelola organisasinya seperti International Standards Organization
(misal, ISO/IEC 27001:2013), Information Technology Infrastructure Library
(ITIL), The Open Group Architecture Framework (TOGAF), Capability Maturity
Model Integration (CMMI), Projects in Controlled Environments (PRINCE) dan
Control Objectives for Information and related Technology (COBIT).
Sesuai acuan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (2015), dengan 12 Arah
Kebijakan Umum Direktorat Jenderal SDA yang tertera pada Rencana Strategis
2015 – 2019 Direktorat Jenderal SDA, yang salah satunya adalah penataan dan
penguatan sistem pengelolaan data dan informasi sumber daya air dilakukan secara
terencana dan dikelola secara berkesinambungan dalam rangka pelayanan data dan
informasi, baik ke dalam maupun ke luar Direktorat Jenderal SDA.
Dan juga mengacu kepada Strategi Operasional Peningkatan Keterpaduan
Tata Kelola SDA salah satunya yaitu dengan melakukan peningkatan sistem
informasi dan data sumber daya air (SISDA) yang ditujukan untuk meningkatkan
kualitas data dan informasi sebagai dasar pengambilan keputusan, melalui :
a. Pemantapan website Direktorat Jenderal SDA yang dapat menyediakan data
dan informasi yang lengkap, akurat, dan akuntabel.
3
b. Pengembangan jaringan SISDA, yang mencakup informasi terkait kondisi
hidrologis, hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan SDA, prasarana
SDA, teknologi SDA, lingkungan SDA, dan sekitarnya serta kegiatan sosial
ekonomi dan budaya masyarakat yang terkait dengan SDA.
c. Penerapan One Map Policy pada penyelenggaraan pengelolaan SDA
d. Pengembangan sistem e-goverment yang mendukung penyelenggaraan
pengelolaan SDA di lingkungan Direktorat Jenderal SDA, meliputi:
• Pengembangan dan penerapan e-programming untuk perencanaan
pemrograman kegiatan.
• Penerapan e-budgeting dengan memanfaatkan RKA-K/L yang
dikembangkan oleh Kementerian Keuangan untuk penganggaran
kegiatan
• Penerapan e-procurement dan e-monitoring yang dikembangkan di
lingkungan Kementerian PUPR
• Pengembangan dan penerapan e-kinerja untuk pengukuran kinerja
unit organisasi dan kinerja individu (pegawai).
e. Pemantapan sistem komunikasi publik Direktorat Jenderal SDA yang
didasarkan pada data dan informasi yang lengkap, dan akuntabel yang
terintegrasi dengan e-programming
f. Peningkatan kapasitas SDM dibidang komunikasi publik dan teknologi
informasi melalui pelatihan, studi banding, dan lain-lain.
Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Nomor : 15/PRT/M/2015 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air berada di bawah
4
dan bertanggung jawab kepada Menteri. Yang dimana mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan
sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan. Fungsi
pengelolaan teknologi informasi pada Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen
SDA) sendiri di lakukan oleh Subdirektorat Sistem Informasi dan Data (Subdit
SISDA) yang mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria pengembangan
sistem informasi dan pengelolaan data dan informasi sumber daya air;
b. Pelaksanaan pengembangan sistem informasi sumber daya air;
c. Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi sumber daya air; dan
d. Pelaksanaan penyajian data dan informasi sumber daya air.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Subdit SISDA memiliki kebijakan
mutu Direktorat Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air yaitu, Direktur
Pengembangan Jarngan Sumber Daya Air berkomitmen secara terus menerus dan
konsisten, dan bertekad untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi secara bermutu
dan sesuai dengan peraturan yang berlaku meliputi salah satunya
menyelenggarakan pelayanan sistem informasi dan data sumber daya air.
Subdit SISDA juga memiliki sasaran mutu Direktorat Pengembangan
Jaringan Sumber Daya Air yang salah satunya yaitu meningkatnya kinerja
pelayanan sistem informasi dan data SDA, meningkatnya pemenuhan kebutuhan
aplikasi Sistem Informasi SDA, dan meningkatnya pemenuhan kebutuhan
informasi spasial bidang SDA.
5
Kemudian untuk mengetahui sejauh mana penerapan tata kelola TI yang di
lakukan pada Subdit SISDA, perlu di lakukannya penelitian. Dari hasil
prapenelitian, masih terdapat beberapa kendala yang dialami pada tata kelola
teknologi informasi pada Subdit SISDA. Bardasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan Pak Tri Handoko selaku Kepala Seksi Pengembangan Sistem
Informasi menyebutkan, penerapan TI masih relative baru bagi pegawai sebagai
end user, dikarenakan dahulu sebagian besar pekerjaan masih menggunakan proses
manual. Berbeda dengan sekarang, semua sistem administrasi dan sebagainya telah
didigitalkan. Tetapi sebagian end user masih belum konsisten untuk memanfaatkan
teknologi informasi yang tersedia. Hingga demikian, banyak sistem yang sudah di
buat tetapi belum maksimal dalam penggunaannya.
Beberapa contoh kasus seperti, sistem yang tersedia pada Ditjen SDA terus
mengalami upgrade seiring berjalannya waktu. Tetapi dari segi end user masih
banyak yang tidak konsisten dan berkelanjutan dalam menghadapi perkembangan
sistem. Misalnya seperti ketika ada sistem baru. Awal pemakaian sistem, end user
masih rajin input data ke dalam sistem. Seiring berjalannya waktu, end user tidak
lagi konsisten untuk terus menginput data-data terbaru. Maka demikian, walau
sistem sudah diperbaharui, end user masih belum bisa konsisten dalam
pemakaiaannya. Hal ini menjadi penghambat dalam pengaplikasian Tata Kelola TI
yang baik.
Kasus lain seperti masih minimnya user dalam penggunaan cloud yang telah
disediakan. Padahal cloud dapat memberikan solusi sinkronisasi data agar lebih
mudah dalam mengakses data-data yang di butuhkan dan tak lain cloud telah
6
menjadi media penyimpanan data-data yang cukup aman. Sehingga dapat
meminimalisir kehilangan data penting instansi terkait.
Terkait juga dengan minimnya pegawai yang menggunakan email resmi
instansi (@pu.go.id). Memang dalam Permen PUPR Republik Indonesia Nomor :
17/PRT/M/2016 belum ada peraturan yang mewajibkan pemakaian email resmi.
Tetapi sudah disarankan penggunaannya untuk yang bersifat kedinasan. Padahal,
terkait penggunaan email resmi, telah diwajibkan oleh Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPANRB) melalui Surat Edaran
Nomor 06 Tahun 2013. Surat tersebut berisi tentang penggunaan alamat email
resmi pemerintah pada instansi pemerintah bahwa seluruh pegawai instansi
pemerintah wajib menggunakan email resmi pemerintah sebagai alat komunikasi
persuratan elektronik dalam kegiatan kedinasan, sehingga terwujud birokrasi
modern dan aman di lingkungan instansi pemerintah. Namun, berdasarkan hasil
wawancara, ditemukan masih minimnya pegawai dalam menggunakan email resmi
instansi. Sehingga menurut MenPANRB, hal itu beresiko dan tidak aman dalam
konteks kerahasiaan data dan informasi negara.
Dari hasil wawancara tersebut, sulitnya end user dalam penggunaan
teknologi informasi yang tersedia diakibatkan oleh perilaku dan budaya kerja
(behavior) yang belum optimal terhadap penggunaan TI. Karna juga menurut Huda,
Hidayah, & Utami (2017), hal yang biasa di jumpai organisasi dari masalah
implementasi TI adalah untuk memperoleh komitmen tingkat tinggi dari anggota
kelembagaan penggunaan inovasi TI untuk mengubah tingkah laku mereka baik di
tingkat individu maupun organisasi.
7
Masalah lain terkait terus berkembangnya kebutuhan, belum seimbang
dengan perkembangan sistem yang sudah ada. Bardasarkan hasil observasi dan
wawancara dengan Pak Oscar selaku staff pada Subdit SISDA menyebutkan
sebagai contoh, Ditjen SDA memiliki salah satu Aplikasi SISDA yang dinamakan
Pengolahan Data Sumber Daya Air (PDSDA) sebagai sistem yang memberikan
informasi - informasi terkait danau, sungai, bendungan, rawa, dan lain sebagainya.
Tetapi informasi yang tersedia pada aplikasi PDSDA masih kurang dari yang
diharapkan. Padahal dari hasil prawawancara, disebutkan bahwa terdapat banyak
informasi-informasi dalam bentuk mentah. Tetapi kenapa ketersediaan informasi
pada sistem informasi terkait belum selengkap data yang dimiliki. Tidak
tersedianya informasi yang lengkap pada aplikasi PDSDA mengakibatkan sulitnya
pegawai pada Ditjen SDA pusat untuk mengolah data-data terkait. Seperti sistem
informasi rawa dan tanah belum tersedia, padahal pengadaan sistem informasi ini
sudah ada pada blueprint instansi. Karna juga menurut Cantor & Macdonald (2009)
ketersediaan informasi dapat memainkan peran khusus dalam menangani masalah
perilaku dan operasional dalam rantai pasokan.
Sehubungan dengan permasalahan diatas, untuk mengetahui sejauh mana
TI mendukung kesuksesan instansi, maka perlu dilakukan evaluasi tata kelola TI
dengan menggunakan framework COBIT. Peneliti memilih COBIT dikarenakan
COBIT 5 menurut ISACA dalam modul framework menyediakan sebuah kerangka
kerja komprehensif, yang membantu perusahaan dalam memenuhi sasaran mereka
untuk tata kelola dan manajemen TI perusahaan (ISACA, 2012). Sederhananya,
COBIT 5 memudahkan perusahaan / instansi membuat nilai yang optimal dari TI
8
dengan memelihara keseimbangan antara merealisasikan manfaat dan pengelolaan
tingkat resiko dan penggunaan sumber daya.`
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti melakukan pemetaan terhadap
kerangka kerja COBIT dari ISACA pada gambar 1.1 berikut :
Gambar 1.1 Pemetaan Permasalahan dengan Framework COBIT 5
STAKEHOLDER NEEDS
How do i get value from the use of it ?
are end users satisfied with the quality of
the it service ?
( Bagaimana saya mendapatkan nilai dari
penggunaannya? apakah pengguna akhir
puas dengan kualitas layanannya? )
How do i manage performance IT ?
( Bagaimana saya mengelola kinerja
layanan IT? )
ENTERPRISE GOALS
Skilled and Motivated people
(Pegawai yang memiliki kemampuan dan
motivasi )
Information-based strategic decision
making
( Informasi sebagai bahan dasar
pengambilan keputusan )
IT-RELATED GOALS
Competent and motivated business and IT
personnel
( Pegawai yang berkompeten dan
termotivasi terhadap bisnis dan IT )
Availability of reliable and useful
information for decision making
( Ketersediaan informasi yang andal dan
berguna untuk pengambilan keputusan )
ENABLER GOALS
EDM04 (Ensure Resource Optimisation)
(Memastikan Pengoptimalan Sumber
Daya)
BAI04 (Manage Availability and
Capacity)
(Mengelola Ketersediaan & Kapasitas)
9
Setelah melakukan wawancara prapenelitian kepada pihak Subdit SISDA
maka proses yang akan dikaji lebih lanjut adalah EDM04 (Ensure Resource
Optimisation), dan BAI04 (Manage Availablity and Capacity).
Berdasarkan uraian diatas, penulis melakukan penelitian dengan judul
“Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework COBIT
5 Fokus Proses pada EDM04 dan BAI04 (Studi Kasus : Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
RI) ”.
1.2 Identifikasi Masalah
Ditinjau dari latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang ada pada
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat, adalah:
1. Perilaku dan budaya kerja SDM pada Ditjen SDA yang kurang optimal
dalam penggunaan TI, sehingga keberadaan TI yang tersedia tidak mencapai
Value of Bussiness dibuatnya TI, yang selanjutnya di petakan menggunakan
framework COBIT 5 ke dalam proses EDM04 (Ensure Resource
Optimisation).
2. Kurangnya ketersedian informasi pada beberapa Aplikasi SISDA yang
mengakibatkan sulitnya pegawai pada lingkup Ditjen SDA untuk mengolah
data-data terkait hingga kemudian berdampak pada lamanya para top level
management mendapatkan informasi sebagai dasar untuk pengambilan
10
keputusan, yang selanjutnya dipetakan menggunakan framework COBIT 5
ke dalam proses BAI04 (Manage Availablity and Capacity).
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka dapat diperoleh rumusan
masalah yaitu “Bagaimana melakukan evaluasi tata kelola teknologi informasi
menggunakan framework COBIT 5 pada Subdit SISDA ?”
1.4 Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka batasan masalah penelitian
skripsi ini yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian evaluasi tata kelola teknologi informasi ini dilakukan pada Subdit
SISDA, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
2. Evaluasi tata kelola teknologi informasi menggunakan framework COBIT 5
pada domain EDM04 (Ensure Resource Optimisation), dan BAI04 (Manage
Availablity and Capacity).
3. Tahapan evaluasi pada penelitian ini adalah Initiation, Planning the
Assessment, Briefing, Data Collection, Data Validation, Process Attribute
Level dan Reporting the Result yang terdapat pada COBIT 5 Assessment
Process Activities.
4. Skala pengukuran capability level pada penelitian ini menggunakan skala
Likert dan Rating Scale.
11
1.5 Tujuan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua jenis tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umumnya yaitu untuk mengetahui kondisi tata kelola teknologi
informasi pada Subdit SISDA, Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Sedangakan tujuan
khususnya yaitu:
1. Mengetahui capability level pada proses EDM04 (Ensure Resource
Optimisation), dan BAI04 (Manage Availablity and Capacity) pada Subdit
SISDA.
2. Mengetahui gaps yang ada pada proses EDM04 (Ensure Resource
Optimisation), dan BAI04 (Manage Availablity and Capacity) pada Subdit
SISDA.
3. Memberikan usulan rekomendasi pada proses EDM04 (Ensure Resource
Opyimisation), dan BAI04 (Manage Availablity and Capacity) pada Subdit
SISDA berdasarkan COBIT 5.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan strata satu (S1), Sistem
Informasi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
12
2. Memberikan gambaran kepada Subdit SISDA mengenai pendefinisian
proses pada EDM04 (Ensure Resource Opyimisation), dan BAI04 (Manage
Availablity and Capacity).
3. Mengetahui kondisi aktual kapasitas jumlah dan kompetensi sumber daya
manusia TI pada Subdit SISDA.
4. Menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dalam bidang tata kelola
teknologi informasi.
1.7 Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode pada saat
melakukan kegiatan penelitian. Penulis menggunakan metode-metode sebagai
berikut:
1.7.1 Metodologi Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Peneliti mengumpulkan data dengan cara mengamati secara
langsung terhadap kegiatan yang berlangsung di Subdit SISDA guna
mendapatkan informasi terkait evaluasi tata kelola teknologi
informasi.
13
2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan untuk
menggali berbagai informasi mengenai permasalahan dan kebutuhan
penelitian pada beberapa pihak di Subdit SISDA.
3. Kuisoner
Mengumpulkan data dengan cara memberikan lembaran kuesioner
kepada pihak Subdit SISDA yang ditentukan dengan menggunakan
indentifikasi Diagram RACI dalam COBIT 5 yang mengacu pada
aktivitas yang terdapat pada Key Management Practice proses
EDM04 (Ensure Resource Optimisation) dan BAI04 (Manage
Availability and Capacity).
4. Tinjauan Pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara membaca buku-buku dan website
referensi yang dapat dijadikan sebagai rujukan bagi keseluruhan
proses studi, agar kebenaran hasil studi dapat
dipertanggungjawabkan. Data yang dikumpulkan melalui metode
studi pustaka ini berguna untuk mendukung data-data yang telah
didapat melalui metode yang sudah dilakukan sebelumnya (Hartono,
2008).
1.7.2 Metodologi Analisis Data
Metode yang digunakan untuk analisa data berdasarkan kerangka kerja
COBIT 5 yakni Assessment Process Activities. Serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti untuk identifikasi kebutuhan, menganalisa gaps,
14
mengukur capability level, dan memberikan rekomendasi dari proses pada
EDM04 (Ensure Resource Opyimisation), dan BAI04 (Manage Availablity
and Capacity). Berikut adalah paparan tahap-tahap dalam metode analisa
data yang digunakan :
1. Initiation
Pada tahap ini menjelaskan tentang penggerak pada organisasi.
Indentifikasi penggerak perubahan saat ini dan kebutuhan perubahan
pada tingkat manajemen eksekutif. Tujuannya adalah memperoleh
pemahaman tentang organisasi saat ini.
2. Planning the Assessment
Tahap kedua adalah dilakukan rencana penilaian yang bertujuan
untuk mendapatkan hasil evaluasi penilaian capability level.
3. Briefing
Pada tahap ketiga dilakukan pengarahan kepada tim penilai sehingga
memahami tahapan yang dilakukan dalam penilaian mulai dari
masukan, proses dan keluaran dalam unit organisasi yang akan
dinilai.
4. Data Collection
Tahap keempat adalah dilakukan pengumpulan data dari hasil
temuan yang terdapat pada Subdit SISDA yang bertujuan untuk
mendapatkan bukti-bukti penilaian evaluasi pada aktifitas proses
yang telah dilakukan.
15
5. Data Validation
Tahap kelima adalah dilakukan validasi data yang bertujuan untuk
mengetahui hasil perhitungan kuesioner agar mendapatkan evaluasi
penilaian capability level.
6. Process Atribut Level
Tahap keenam adalah dilakukan proses memberi level pada atribut
yang ada disetiap indikator, yang bertujuan untuk menunjukkan hasil
capability level dari hasil perhitungan kuesioner pada tahap-tahap
sebelumnya dan melakukan analisis gap pada tahapan berikutnya.
7. Reporting the Result
Tahap ketujuh adalah melaporkan hasil evaluasi yang bertujuan
untuk memberikan rekomendasi kepada Subdit SISDA dengan
COBIT 5. Dalam praktik Tata Kelola Teknologi Informasi pada
COBIT 5 memiliki beberapa ketentuan yang harus dipenuhi.
1.8 Waktu dan Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian skripsi ini dijalankan dengan waktu dan lokasi
sebagai berikut:
Nama Instansi : Subdirektorat Sistem Informasi dan Data SDA, Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat RI
Waktu : Agustus 2017 – Januari 2018
16
Alamat : Jl. Pattimura No. 20 G, SDA Lt. 4 Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan
1.9 Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menguraikan pembahasan kedalam
lima bab yang secara singkat diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian, waktu dan tempat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan teori-teori dasar yang mendukung terkait dengan Tata
Kelola TI dengan menggunakan kerangka kerja Control Objective
Information Technology 5 (COBIT 5) dan teori-teori terkait yang digunakan
sebagai acuan atau dasar dalam penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas tentang metodologi yang digunakan dalam penelitian
yang mencakup metode pengumpulan data, metode penerapan tata kelola
teknologi informasi dan kerangka berfikir penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan secara singkat profil Subdit SISDA, Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan
17
Rakyat serta tahap-tahap analisis pelaksanaan tata kelola teknologi
informasi. Pada bab ini juga menjelaskan hasil temuan, gap dan
rekomendasi kepada Subdit SISDA.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah dilaksanakan beserta saran-saran untuk pengembangan
selanjutnya.
1
18
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi
2.1.1 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk
mengumpulkan dan menyajikan informasi untuk dapat digunakan sebagai
dasar membuat keputusan, menyusun kebijakan maupun program
selanjutnya (Widoyoko, 2009). Sejalan dengan pengertian tersebut,
Arikunto mengungkapkan bahawa evaluasi adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana keberhasilan atas berjalannya
suatu program (Arikunto, 2010).
Dari beberapa rumusan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa evaluasi adalah suatu proses penilaian sistematis yang dilakukan
untuk merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang
dibutuhkan dalam membuat suatu keputusan mengenai sejauh mana
keberhasilan suatu program.
2.1.2 Tata Kelola
Jogiyanto dan Abdillah (2011) menjelaskan bahwa tata kelola
(governance) merupakan suatu proses yang dilakukan oleh suatu organisasi
atau masyarakat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi.
Tata Kelola adalah serangkaian proses seperti pengendalian,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian
19
yang dilakukan pada dimensi struktur pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan terhadap kegiatan yang strategis dalam mengelola
sejumlah sumber daya demi tercapainya tujuan/obyektif tertentu (Indrajit,
2014).
2.1.3 Teknologi Informasi
Teknologi informasi adalah pengetahuan tentang tata cara
pemakaian perangkat-perangkat teknik (perangkat keras (hardware) dan
perangkat lunak (software) yang digunakan manusia untuk memecahkan
masalah sehingga peralatan yang digunakan dapat bekerja secara efisien,
mudah dan lebih baik. Sedangkan Informasi adalah hasil dari kegiatan
pengolahan data yang memberikan bentuk yang lebih berarti dari suatu
kejadian dan memberikan arti bagi penggunanya (Fauziyah, 2010).
2.1.4 Tata Kelola Teknologi Informasi
Menurut teori yang dikemukanan oleh Information Technology
Governance Institute, Tata Kelola TI merupakan suatu peran
pertanggungjawaban dan tindakan yang dilakukan oleh manajemen senior
dari sebuah organisasi, yang mencakup kepemimpinan, struktur dan proses
perorganisasian yang memastikan bahwa TI yang digunakan mampu
meningkatkan strategi dan tujuan organisasi (ITGI, 2007).
Sedangkan menurut Jogiyanto & Abdillah (2011), tata kelola TI
sebagai suatu struktur dan proses pengambilan keputusan TI di tingkat
korporat untuk mengerahkan prilaku yang diinginkan dari insan TI dan
20
memastikan keberhasilan TI dalam rangka penciptaan nilai bagi para
stakeholder.
2.2 Pentingnya Tata Kelola Teknologi Informasi
Teknologi Informasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya
penerapan good governance sebagai langkah perusahaan dalam mencapai tujuan
yang diharapkan. Keberhasilan dalam tata kelola organisasi terletak pada pola
pelaksanaan yang tepat dan sesuai dengan organisasi tersebut, sehingga menjadikan
tata kelola sebagai pelengkap bagi fokus strategi perusahaan (H. Nugroho, 2014).
Berikut ini adalah beberapa alasan Tata Kelola Teknologi Informasi sangat
diperlukan bagi perusahaan (Jogiyanto & Abdillah, 2011):
1. Adanya perubahan peran TI , dari efisiensi ke peran strategik yang harus
ditangani level korporat.
2. Banyak proyek TI strategik yang penting namun gagal dalam
pelaksanaannya karena hanya ditangani oleh teknisi TI.
3. Keputusan TI di dewan direksi sering bersifat ad hoc atau tidak terencana
dengan baik.
4. TI merupakan pendorong utama proses transformasi bisnis yang memberi
imbas penting bagi organisasi dalam pencapaian misi, visi dan tujuan
strategis.
5. Kesuksesan pelaksanaan TI harus dapat terukur melalui metrik tata kelola
TI.
21
2.3 Framework Tata Kelola Teknologi Informasi
2.3.1 TOGAF
The Open Group Architecture Framework (TOGAF) merupakan
kerangka kerja dan metode yang diterima secara luas dalam pengembangan
arsitektur perusahaan. Berawal dari Technical Architecture for Information
Management (TAFIM) di Departemen Pertahanan Amerika Serikat,
kerangka kerja itu diadopsi oelh Open Group pada pertengahan 1990-an.
Spesifikasi pertama TOGAF diperkenalkan pada tahun 1995. TOGAF
merupakan hasil pengembangan forum Open Group yang merupakan forum
kerja sama antar vendor dan penggunan (Surendro, 2009).
TOGAF memberikan metode yang detail mengenai bagaimana
membangun, mengelola, dan mengimplementasikan arsitektur enterprise
dan sistem informasi yang disebut dengan Architecture Development
Method (ADM), dimana ADM merupakan hasil dari kerja sama praktisi
arsitektur dalam Open Group Architecture Forum. ADM merupakan
metode generik yang berisikan sekumpulan aktifitas yang
mempresentasikan progresi dari setiap fase ADM dan model arsitektur yang
digunakan dan dibuat selama tahap pengembangan Arsitektur Enterprise
(Surendro, 2009).
2.3.2 ITIL
Menurut Sarno (2009), Information Technology Infrastructure
Library (ITIL) merupakan standar yang dikeluarkan pemerintah United
Kingdom (UK) sebagai kerangka kerja yang diacu oleh best practice proses
22
dan prosedur manajemen operasional. Lebih spesifik, ITIL terutaman
memfokuskan terhadap pendefinisian fungsi, operasional dan atribut
organisasi yang diperlukan agar manajemen operasional dapat dioptimasi
secara penuh dalam dua kategori utama pengelolaan aktivitas TI dalam
perusahaan.
Dalam bukunya Jogiyanto, dijelaskan mengenai konsep Information
Technology Infrastructure Library (ITIL) adalah seperangkat konsep dan
praktik untuk mengelola layanan TI, pengembangan dan operasi TI. ITIL
memberi deskripsi rinci sejumlah praktik penting TI dan menyediakan
daftar komprehensif tugas dan prosedur yang didalamnya setiap organisasi
dapat menyesuaikan dengan kebutuhannya sendiri. ITIL diterbitkan dalam
suatu seri buku, masing-masing mencakup topik manajemen TI. Nama ITIL
dan IT Infrastructure Library adalah merek dagang terdaftar atas miliki
United Kingdom’s Office of Government Commerce (OGC) (Jogiyanto &
Abdillah, 2011).
2.3.3 ISO
Menurut Sarno (2009), International Standards Organization (ISO)
mengelompokkan standar keamanan infromasi yang umum dikenali secara
internasional ke dalam struktur penomoran yang standar yakni : ISO 17799.
Pada awalnya standar tersebut disusun oleh sekelompk perusahaan besar
seperti Board of Certification, British Telecom, Shell dan Unilever yang
bekerja sama untuk membuat suatu standar yang dinamakan British
Standard 7799 (BS 7799) sekitar awal 1995.
23
Standar tersebut berkembang ke seri lain yang aka dijelaskan lebih
rinci sebagai berikut :
a. ISO/IEC 27000 : merupakan dokumen yang berisikan definisi-
definisi dalam bidang keamanan informasi yang digunakan sebagai
istilah dasar dalam seri tersebut.
b. ISO/ IEC 27001 : mencakup aspek-aspek pendukung realisasi dan
implementasi sistem manajemen keamanan informasi perusahaan.
c. ISO/IEC 27002 : merupakan panduan praktis pelaksanaan dan
implementasi sistem manajemen keamanan informasi perusahaan
berdasarkan ISO/IEC 27001.
2.3.4 CMMI
Menurut Surendro (2009), CMMI (Capability Maturity Model
Integration) merupakan sebuah model yang digunakan untuk menilai
tingkat kematangan proses rekayasa perangkat lunak sebuah organisasi dan
menyediakan hal-hal praktis yang dapat digunakan organisasi untuk
meningkatkan kematangan proses tersebut. Model ini dikembangkan lebih
lanjut memiliki tujuan menangani integrasi pengembangan prangkat lunak
dengan aktivitas kerekayasaan lain termasuk rekayasa sistem,
pengembangan produk dan proses secara terintegrasi, dan sumber daya
supplier. Model CMMI banyak digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan model kematangan lain, termasuk dalam arsitektur
enterprise.
24
2.3.5 COBIT
2.3.5.1 Sejarah COBIT
COBIT pertama kali dirilis pada tahun 1996. Misinya adalah “untuk
meneliti, mengembangkan, mempublikasikan dan mempromosikan
kewenangan, pembaruan da seperangkat pedoman umum yang diterima
secara internasional untuk tujuan pengendalian teknologi informasi dalam
penggunaan sehari-hari oleh para manajer bisnis dan auditor.” Manfaat yang
diperoleh manajer, auditor dan pengguna dari pengembangan COBIT
adalah membantu mereka memahami sistem TI dan memutuskan tingkat
keamanan dan kendali yang diperlukan untuk melindungi asset perusahaan
mereka melalui pengembangan model tata kelola TI (Hartono & Abdillah,
2011).
Gambar 2.1. Evolusi COBIT (ISACA, 2012)
Dimulai pada tahun 1996 COBIT versi 1 muncul dengan kerangka
kerja yang berkutat di wilayah audit. Seiring perkembangannya COBIT
versi 2 pun terbit di tahun 1998 dengan framework yang menekankan pada
25
wilayah control (pengendalian). Kemudian pada tahun 2000 COBIT
berkembang lagi dengan versi 3 dengan pedoman kerja yang mengarah pada
area management.
Wilayah IT Governance yang luas cakupannya dalam perusahaan
menjadi pembahasan penting bagi perubahan framework COBIT pada versi
4.0/4.1 yang dirilis pada tahun 2005/7. Namun masuknya age information
sampai hari ini evolusi COBIT menerbitkan versi terakhirnya yaitu versi 5
pada tahun 2012 yang memiliki scope/cakupan yang lebih luas dari versi
sebelumnya dengan membahas Governance and Enterprise IT yakni Tata
Kelola Teknologi Informasi pada perusahaan. Untuk itulah penulis memilih
COBIT 5 sebagai kerangka kerja penelitian TI dengan melihat
perkembangan COBIT sampai hari ini.
2.3.5.2 Pengertian COBIT
COBIT (Control Objectives for Information and related
Technology) adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk
manajemen TI yang dibuat oleh Information System Audit and Control
Association (ISACA), dan IT Governance Institute (ITGI) pada tahun 1996.
COBIT memberi manajer, auditor dan pengguna TI, serangkaian langkah
yang diterima secara umum, indikator, proses dan praktik terbaik untuk
membantu mereka dalam memaksimalkan manfaat yang diperoleh melalui
penggunaan TI dan pengembangan tatakelola TI yang sesuai dan
pengendalian dalam perusahaan (Hartono & Abdillah, 2011).
26
COBIT adalah suatu kerangka praktik prima di bidang teknologi
informasi. COBIT menyediakan bagi manajer, auditor TI dan pengguna
dengan ukuran-ukuran, indikator, dan proses suatu kerangka praktik prima
yang dapat membantu memaksimalkan manfaat yang dapat diperoleh dari
teknologi informasi dan sekaligus untuk membangun suatu sistem
pengelolaan dan pengendalian teknologi informasi di suatu organisasi (E.
Nugroho, 2008).
Kemudian, COBIT 5 merupakan generasi terbaru dari panduan
ISACA yang membahas mengenai tata kelola dan manajemen TI. COBIT 5
mendefinisikan dan menjelaskan secara rinci sejumlah tatakelola dan
manajemen proses. COBIT 5 menyediakan referensi model proses yang
biasa ditemukan dalam suatu perusahaan terkait dengan kegiatan TI. Model
proses yang diusulkan bukan hanya sekedar model proses tetapi suatu model
yang bersifat komprehensif. Setiap perusahaan harus mendefinisikan bidang
prosesnya sendiri dengan mempertimbangkan situasi tertentu dalam
perusahaan tersebut.
COBIT 5 juga menyediakan kerangka kerja untuk mengukur dan
memantau kinerja TI, berkomunikasi dengan layanan dan mengintregasikan
praktik pengelolaan terbaik (ISACA, 2012).
2.4 Perbandingan Framework Tata Kelola TI
Berikut ini tabel perbandingan framework COBIT 5 dengan framework
lainnya, yaitu TOGAF 9, ITIL V3, ISO 17799, dan CMMI yaitu:
27
Tabel 2.1 Perbandingan Beberapa Framework IT Governance
TOGAF 9 ITIL V3 ISO 17799 CMMI COBIT 5
Publiser The Open
Group
Office of
Government
Commerce
(OGC)
ISO Board Software
Engineering
Institution
(SEI).
ISACA
Area 4 Architecture 5 Domain, 28
Proses, 4 Fungsi
11 Proses 2 Model 5 Domain
Fokus Pengembanga
n arsitektur
Enterprise
Pelayanan
customer, yaitu
menyeleraskan
TI dengan
kebutuhan
bisnis
Keamanan
informasi dalam
organisasi
Pengembang
an produk
atau servis
IT
Governance
Tujuan Membangun,
mengelola,
dan
mengimpleme
ntasikan
arsitektur
enterprise
Meningkatkan
efisiensi
operasional TI
dan kualitas
layanan
pelanggan
Mengembangka
n dan
memelihara
standar
keamanan untuk
meningkatkan
ketahanan
keamanan
Meningkatka
n kualitas
suatu produk
atau servis
Mengatur dan
mengelola
secara holistic
sehingga
menciptakan
nilai yang
optimal dari
pengguna TI
Berikut ini merupakan cakupan antara COBIT 5 dan framework lainnya:
Gambar 2.2 Coverage COBIT 5 (ISACA, 2012)
28
Berdasarkan hasil perbandingan yang ada diatas, penulis memilih COBIT 5
sebagai framework yang digunakan untuk melakukan evaluasi tata kelola teknologi
informasi dikarenakan menurut ISACA (2012) dalam modul framework COBIT 5
menyediakan sebuah kerangka kerja komprehensif, yang membantu perusahaan
dalam memenuhi sasaran mereka untuk tata kelola dan manajemen TI perusahaan.
COBIT 5 menyediakan referensi model proses yang mewakili semua proses yang
biasa ditemukan dalam permasalahan TI perusahaan yang masuk ke dalam lima
domain utama yang saling terkait. COBIT memiliki pembahasan proses terkait TI
yang lebih luas dan mendetail, seperti proses TI terhadap inovasi TI, resiko TI,
strategi TI, manajemen TI hingga sumber daya manusia selaku pengguna TI.
Selain itu, penggunaan COBIT dapat mendukung penyelarasan antara TI
dengan kebutuhan bisnis perusahaan (Sarno, 2009). Sehingga dalam pemilihan
framework COBIT tersebut dapat diharapkan memberikan rekomendasi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada.
2.5 Framework COBIT 5
Menurut ISACA, COBIT 5 merupakan generasi terbaru dari panduan
ISACA yang membahas mengenai tata kelola dan manajemen TI. COBIT 5 dibuat
berdasarkan pengalaman penggunaan COBIT selama lebih dari 15 tahun oleh
banyak organisasi dan penggunan dari bidang bisnis, komunitas TI, risiko, asuransi,
dan keamanan TI perusahaan (ISACA, 2012).
Pengembangan COBIT 5 adalah untuk mengatasi kebutuhan-kebutuhan
penting seperti:
29
1. Membantu stakeholder dalam menentukan apa yang mereka harapkan dari
informasi dan teknologi terkait seperti keuntungan apa, pada tingkat risiko
berapa, dan pada biaya berapa dan bagaimana prioritas mereka dalam
menjamin bahwa nilai tambah yang diharapkan benar-benar tersampaikan.
Beberapa pihak lebih menyukai keuntungan dalam jangka pendek
sementara pihak lain lebih menyukai keuntungan jangka panjang. Beberapa
pihak siap untuk mengambil risiko tinggi sementara beberapa pihak tidak.
Perbedaan ini dan terkadang konflik mengenai harapan harus dihadapi
secara efektif. Stakeholder tidak hanya ingin terlibat lebih banyak tapi juga
menginginkan transparansi terkait bagaimana ini akan terjadi dan
bagaimana hasil yang akan diperoleh.
2. Membahas peningkatan ketergantungan kesuksesan organisasi pada
organisasi lain dan rekan TI, seperti outsource, pemasok, konsultan, klien,
cloud, dan penyedia layanan lain, serta pada beragam alat internal dan
mekanisme untuk memberikan nilai tambah yang diharapkan.
3. Mengatasi jumlah informasi yang meningkat secara signifikan. Bagaimana
perusahan memilih informasi yang relevan dan kredibel yang akan
mengarahkan organisasi kepada keputusan bisnis yang efektif dan efisien.
Informasi juga perlu untuk dikelola secara efektif dan model informasi yang
efektif dapat membantu untuk mencapainya.
4. Mengatasi TI yang semakin meresap kedalam organisasi. TI semakin
menjadi bagian penting dari bisnis. Seringkali TI yang terpisah tidak cukup
memuaskan walaupun sudah sejalan dengan bisnis. TI perlu menjadi bagian
30
penting dari proyek bisnis, struktur organisasi, managemen risiko,
kebijakan, kemampuan proses dan sebagainya. Tugas dari CIO dan fungsi
TI sedang berkembang sehingga semakin banyak orang dalam organisasi
yang memiliki kemampuan TI akan dilibatkan dalam keputusan dan operasi
TI. TI dan bisnis harus diintegrasikan dengan lebih baik.
5. Menyediakan panduan lebih jauh dalam area inovasi dan teknologi baru.
Hal ini berkaitan dengan kreativitas, penemuan, pengembangan produk
baru, membuat produk saat ini lebih menarik bagi pelanggan, dan meraih
tipe pelanggan baru. Inovasi juga menyiratkan perampingan pengembangan
produk, produksi dan proses supply chain agar dapat memberikan produk
ke pasar dengan tingkat efisiensi, kecepatan, dan kualitas yang lebih baik.
6. Mendukung perpaduan bisnis dan TI secara menyeluruh, dan mendukung
semua aspek yang mengarah pada tata kelola dan manajemen TI organisasi
yang efektif, seperti struktur organisasi, kebijakan, dan budaya.
7. Mendapatkan kontrol yang lebih baik berkaitan dengan solusi TI.
8. Memberikan manfaat bagi perusahan, antara lain:
a. Nilai tambah melalui penggunanaan TI yang efektif dan inovatif.
b. Kepuasan pengguna dengan keterlibatan dan layanan TI yang baik.
c. Kesesuaian dengan peraturan, regulasi, persetujugan, dan kebijakan
internal.
d. Peningkatan hubungan antara kebutuhan bisnis dengan tujuan TI.
9. Menghubungkan dan bila relevan, menyesuaikan dengan framework dan
standar lain seperti ITIL, TOGAF, PMBOK, PRINCE2, COSO dan ISO.
31
Hal ini akan membantu stakeholder mengerti bagaimana kaitan berbagai
framework, berbagai standar antar satu sama lain, dan bagaimana mereka
bisa digunakan bersama-sama.
10. Mengintegrasikan semua framework dan panduan ISACA dengan fokus
pada COBIT, Val IT dan Risk IT, tetapi juga mempertimbangkan BMIS,
ITAF, dan TGF sehingga COBIT 5 mencakup seluruh organisasi dan
menyediakan dasar untuk integrasi dengan framework dan standar lain
menjadi satu kesatuan framework.
2.5.1 Perbedaan COBIT 5 dan COBIT 4.1
Menurut ISACA (2012), COBIT 5 dengan COBIT 4.1 memiliki
perbedaan yang dideskripsikan sebagai berikut :
1. Governance of Enterprise IT (GEIT) adalah prinsip baru dalam Tata
kelola TI pada organisasi dimana COBIT 5 lebih mengarah pada
prinsip ketimbang dengan proses.
2. COBIT 5 menekankan pada enabler. Pada COBIT 4.1 tidak
menyebutkan sebagai enabler sedangkan COBIT 5 menyebutkan
secara spesifik bagian enable.
3. COBIT 5 mendefinisikan model referensi proses yang baru dengan
tambahan domain governance dan beberapa proses yang baru dan
modifikasi dari proses pada versi sebelumnya. COBIT 5
mengintegrasikan konten pada COBIT 4.1, Risk IT dan Val IT.
4. COBIT 5 menyelaraskan dengan best practices yang ada seperti
ITIL v3 dan TOGAF.
32
5. COBIT 5 menyediakan diagram RACI yang menjelaskan peran dan
tanggung jawab dengan cara yang sama seperti COBIT 4.1, Risk IT
dan Val IT. Namun, COBIT 5 memberikan diagram yang lebih
lengkap, detail dan rentang yang lebih jelas dari setiap pihak baik TI
maupun bisnis untuk setiap praktik manajemen.
2.5.2 Prinsip pada COBIT 5
ISACA dan ITGI melalui framework COBIT 5 memiliki 5 prinsip
utama yang harus dipertimbangkan dalam menerapkan aspek governance
dalam sebuah perusahaan atau organisasi. Berikut kelima prinsip tersebut:
Gambar 2.3 Lima Prinsip COBIT 5 (ISACA, 2013)
1. Meeting Stakeholder Needs
Menurut ISACA Governance bicara tentang perundingan
(negotiating) dan memutuskan (deciding) antara kepentingan nilai
dari pemangku kepentingan yang berbeda. Sistem pemerintahan
33
harus mempertimbangkan semua stakeholder ketika membuat
keputusan manfaat, sumber daya dan penilaian risiko (ISACA,
2012).
Gambar 2.4 Value Creation (ISACA, 2012)
Setiap pemangku kepentingan oganisasi memiliki kebutuhan
akan keberadaan sistem dan teknologi informasi dalam konteksnya
yang berbeda-beda. Ada yang mengharapkan terjadinya efisiensi,
bertambahnya revenue, semakin transparansinya pengelolaan aset,
memperbaiki kendali/kontrol proses, meningkatkan utilisasi
pegawai, memberdayakan sumber daya manusia, dan lain
sebagainya. Ini adalah prinsip utama dari governance, dimana
keberadaan sistem dan teknologi informasi tidak boleh lepas dari
konteks kebutuhan dan harapan pemangku kepentingan tertinggi
dalam organisasi atau perusahaan-yaitu pemilik dan pimpinannya
(Indrajit, 2014).
2. Covering Enterprise End To End
Menurut ISACA, usulan yang ditawarkan oleh COBIT 5
mengintegrasikan tata kelola IT dengan tata kelola perusahaan.
34
Mencakup semua fungsi dan proses dalam perusahaan, COBIT 5
tidak hanya fokus pada fungsi IT, tapi memperlakukan informasi dan
teknologi yang terkait sebagai aset yang harus ditangani sama seperti
aset lainnya (ISACA, 2012).
Informasi sebagai aset penting organisasi dibutuhkan oleh
seluruh unit organisasi, dari yang berada dalam domain proses hulu
(dekat dengan pemasok bahan baku) hingga ke domain proses hilir
(dekat dengan pelanggan). Setiap proses didalam organisasi pasti
membutuhkan informasi, mengolahnya, dan kemudian
menghasilkan informasi baru bagi kebutuhan proses selanjutnya.
Oleh karena itulah maka domain governance harus memperhatikan
kenyataan ini sehingga pendekatan yang dipergunakan perlu utuh
dan lengkap, di segala lini proses dan unit organisasi (Indrajit, 2014).
3. Applying a Single Integrated Framework
Saat ini, begitu banyak standar best practice di bidang
manajemen dan governance teknologi informasi yang dikenal di
industri dan diadopsi beraneka ragam organisasi maupun
perusahaan, seperti: ISO-38500, TOGAF, ITIL, ISO-20000, ISO-
27002, PMBOK, CMMI, dan lain sebagainya. Dalam konteks ini,
COBIT telah mempertimbangkan dan mengadopsi berbagai
kerangka dan konsep best practice tersebut ke dalam prinsip, model,
dan strukturnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa COBIT secara
35
lengkap dan terpadu mengintegrasikan keseluruhan kerangka best
practice tersebut (Indrajit, 2014).
4. Enabling a Holistic Approach
Isu governance tidak bisa dilihat sepotong-sepotong, dalam
arti kata hanya memandangnya dari satu sisi perspektif saja.
Governance merupakan suatu tatanan konsep yang berkaitan dengan
sejumlah dimensi, seperti: kebijakan, proses, sumber daya, fasilitas,
teknologi, kultur, orang-orang, kemampuan dan lain sebagainya.
Masing-masing domain ini mampu menjadi pemicu (enabler) bagi
terselenggarakannya praktek governance yang efektif, tergantung
dari situasi dan konteks organisasi (Indrajit, 2014).
5. Separating Governance From Management
Cukup banyak pihak-pihak yang mencampuradukkan kedua
konsep yang secara prinsip dan hakiki berbeda ini. Di negara yang
kebanyakan organisasi atau perusahaannya menggunakan bentuk
two-layer system (misalnya: Komisaris dan Direksi), sangat penting
untuk membedakan dan memisahkan pengertian governance dengan
manajemen, karena keduanya memiliki tujuan, alasan, dan
karakteristik yang berbeda secara signifikan. Jika management lebih
menekankan pada rangkaian menjalankan aktivitas untuk
pencapaian visi, misi, dan obyektif organisasi yang telah
dicanangkan, governance lebih fokus pada cara-cara pencapaian
visi, misi, dan obyektif tersebut yang sejalan dengan prinsip-prinsip
36
nilai (value) yang dianut oleh pemilik perusahaan (pemangku
kepentingan tertinggi) seperti transparansi, akuntabilitas,
responsibilitas, dan lain sebagainya (Indrajit, 2014).
Perbedaan mendasar Tata Kelola (Governance) dan
Manajemen yaitu:
• Governance adalah tata kelola yang memastikan bahwa
tujuan perusahaan dapat dicapai dengan melakukan evaluasi
terhadap kebutuhan, kondisi, dan pilihan stakeholder,
menerapkan arah melalui prioritas dan pengambilan
keputusan terhadap arah dan tujuan yang telah disepakati.
Pada kebanyakan perusahaan, tata kelola adalah tanggung
jawab dari dewan direksi dibawah kepemimpinan ketua
(ISACA, 2012).
• Manajemen berfungsi sebagai perencana, membangun,
menjalankan dan memonitor aktifitas-aktifitas yang sejalan
dengan arah yang ditetapkan oleh badan tata kelola untuk
mencapai tujuan perusahaan. Pada kebanyakan perusahaan,
manajemen menjadi tanggung jawab eksekutif manajemen
dibawah pimpinan CEO (ISACA, 2012).
37
Gambar 2.5 Governance and Management Key Areas (ISACA, 2012)
Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam kerangka kerja
(framework) COBIT 5 membuat perbedaan yang jelas diantara tata
kelola (governance) dan manajemen (management). Tata kelola
(governance) melibatkan pengambilan keputusan pada high level,
tanggung jawab direksi di bawah kepemimpinan ketua. Sedangkan,
manajemen (management) adalah tanggung jawab manajemen
eksekutif dibawah kepemimpinan CEO (Hidayat, 2016).
2.5.3 Enabler
Enabler adalah sekumpulan faktor yang mempengaruhi sesuatu
yang akan dikerjakan oleh organisasi (ISACA, 2012). Dalam hal ini terkait
pengelolaan teknologi informasi di organisasi. Berikut tujuh kategori
enablers yang dijelaskan dalam framework COBIT 5, yaitu:
38
1. Prinsip, Kebijakan dan Kerangka Kerja (Principles, Polices and
Framework), merupakan alat atau pendorong untuk menerjamahkan
tingkah laku ke dalam panduan praktis untuk manajemen sehari-hari.
2. Proses (Processes), menjelaskan tentang sekumpulan kegiatan yang
terorganisir untuk mencapai tujuan tertentu dan menghasilkan
sekumpulan output dalam mendukung pencapaian tujuan IT.
3. Struktur Organisasi (Organizational Structures), merupakan
entitas dalam organisasi sebagai kunci dalam membuat keputusan.
4. Budaya, Etika dan Perilaku (Culture, Ethics and Behaviour),
merupakan faktor keberhasilan dalam kegiatan tata kelola dan
manajemen.
5. Informasi (Information), dalam organisasi terdiri dari informasi
yang dihasilkan dan digunakan hal tersebut dibutuhkan agar
organisasi dapat berjalan dengan baik.
6. Layanan, Infrastuktur dan Aplikasi (Service, Infrastructure and
Applications), layanan, infrastruktur dan aplikasi melibatkan
infrastruktur teknologi dan aplikasi yang menyediakan proses dan
layanan teknologi informasi bagi organisasi/organisasi.
7. Orang, Kemampuan dan Kompetensi (People, skills and
competencies) Berhubungan dengan sesorang individu dan
kebutuhan untuk memenuhi semua aktifitas untuk mencapai
kesuksesan dan membuat keputusan yang tepat dengan langkah yang
tepat.
39
2.5.4 Process Reference Model
Dalam COBIT 5 ini, model referensi proses merupakan penerus dari
model proses COBIT 4.1, dengan mengintegrasikan dengan baik proses
model dari Risk IT dan model proses Val IT (ISACA, 2012).
ISACA menjelaskan sebuah proses didefinisikan sebagai kumpulan
praktek atau aktivitas yang dipengaruhi oleh kebijakan dan prosedur
perusahaan. Dimana masukan-masukan itu diambil dari sejumlah sumber
(termasuk proses lainnya), memanipulasi input dan menghasilkan output.
Dalam COBIT 5 deskripsi proses ini juga menggambarkan tentang proses
apa yang dilakukan dan gambaran tingkat tinggi bagaimana proses
menyelesaikan tujuannya. Berikut ini gambar yang menunjukkan perangkat
lengkap 5 Domain dan 37 proses tata kelola dan manajemen proses dalam
COBIT 5 (ISACA, 2012).
40
Gambar 2.6 Process Reference Model (ISACA, 2012)
2.5.5.1 Evaluate, Direct, and Monitor (EDM)
Proses tata kelola ini berurusan dengan tujuan tata pemangku
kepentingan dalam melakukan penilaian, optimasi risiko dan sumber daya,
mencakup praktek dan kegiatan yang bertujuan untuk mengevaluasi pilihan
strategis, memberikan arahan kepada TI dan pemantauan hasilnya. Berikut
domain proses EDM:
1. EDM01 Ensure Governance Framework Setting and Maintenance
(Memastikan Pengaturan dan Pemeliharaan Kerangka Tata Kelola).
2. EDM02 Ensure Benefits Delivery (Memastikan Memberi Manfaat).
3. EDM03 Ensure Risk Optimisation (Memastikan Pengoptimalan
Risiko)
41
4. EDM04 Ensure Resource Optimisation (Memastikan
Pengoptimalan Sumber Daya).
5. EDM05 Ensure Stakeholder Transparency (Memastikan
Transparansi Pemangku Kepentingan).
2.5.5.2 Align, Plan, and Organise (APO)
Memberikan arah untuk pengiriman solusi (BAI) dan penyediaan
layanan dan dukungan (DSS). Domain ini mencakup strategi dan taktik, dan
mengidentifikasi kekhawatiran cara terbaik TI agar dapat berkontribusi pada
pencapaian tujuan bisnis. Realisasi visi strategis perlu direncanakan,
dikomunikasikan dan dikelola untuk perspektif yang berbeda. Sebuah
organisasi yang tepat, serta infrastruktur teknologi, harus dimasukkan ke
dalam tempatnya. Berikut domain proses APO:
1. APO01 Manage The IT Management Framework (Mengelola
Kerangka Manajemen TI).
2. APO02 Manage Strategy (Mengelola Strategi).
3. APO03 Manage Enterprise Architecture (Mengelola Arsitektur
Bisnis).
4. APO04 Manage Innovation (Mengelola Perubahan).
5. APO05 Manage Portfolio (Mengelola Dokumen).
6. APO06 Manage Budget and Costs (Mengelola Anggaran dan
Biaya).
7. APO07 Manage Human Resources (Mengelola Sumber Daya
Manusia).
42
8. APO08 Manage Relationships (Mengelola Relasi).
9. APO09 Manage Service Agreements (Mengelola Perjanjian
Layanan).
10. APO10 Manage Suppliers (Mengelola Pemasok).
11. APO11 Manage Quality (Mengelola Kualitas).
12. APO12 Manage Risk (Mengelola Risiko).
13. APO13 Manage Security (Mengelola Keamanan)
2.5.5.3 Build, Acquire, and Implementation (BAI)
Memberikan solusi dan melewatinya sehingga akan berubah
menjadi layanan. Untuk mewujudkan strategi TI, solusi TI perlu
diidentifikasi, dikembangkan atau diperoleh, serta diimplementasikan dan
terintegrasi ke dalam proses bisnis. Perubahan dan pemeliharaan sistem
yang ada juga dicakup oleh domain ini, untuk memastikan bahwa solusi
terus memenuhi tujuan bisnis. Berikut domain proses BAI:
1. BAI01 Manage Programmes and Project (Mengelola Program Dan
Proyek).
2. BAI02 Manage Requirements Definition (Mengelola Definisi
Persyaratan).
3. BAI03 Manage Solutions Identification and Build (Mengelola
Identifikasi Solusi dan Pembangunan).
4. BAI04 Manage Availability and Capacity (Mengelola Ketersediaan
dan Kapasitas).
43
5. BAI05 Manage Organisational Change Enablement (Mengelola
Pemberdayaan Organisasi Perubahan).
6. BAI06 Manage Changes (Mengelola Perubahan).
7. BAI07 Manage Change Acceptance and Transitioning (Mengelola
Penerimaan Perubahan dan Transisi).
8. BAI08 Manage Knowledge (Mengelola Pengetahuan).
9. BAI09 Manage Assets (Mengelola Kepemilikan).
10. BAI10 Manage Configuration (Mengelola Susunan)
2.5.5.4 Delivery, Service, and Support (DSS)
Menerima solusi dan dapat digunakan bagi pengguna akhir. Domain
ini berkaitan dengan pengiriman aktual dan dukungan layanan yang
dibutuhkan, yang meliputi pelayanan, pengelolaan keamanan dan
kelangsungan, dukungan layanan bagi pengguna, dan manajemen data dan
fasilitas operasional. Berikut domain proses DSS:
1. DSS01 Manage Operations (Mengelola Operasi).
2. DSS02 Manage Service Requests and Incidents (Mengelola Layanan
Permohonan dan Kecelakaan).
3. DSS03 Manage Problems (Mengelola Masalah)
4. DSS04 Manage Continuity (Mengelola Keberlangsungan).
5. DSS05 Manage Security Services (Mengelola Jasa Keamanan).
6. DSS06 Manage Business Process Controls (Mengelola Kontrol
Proses Bisnis)
44
2.5.5.5 Monitor, Evaluate, and Assess (MEA)
Monitor semua proses untuk memastikan bahwa arah yang
disediakan diikuti. Semua proses TI perlu dinilai secara teratur dari waktu
ke waktu untuk mengontrol kualitas dan kepatuhan mereka. Domain ini
tertuju pada manajemen kinerja, pemantauan pengendalian internal,
kepatuhan terhadap peraturan dan tata kelola. Berikut domain proses MEA:
1. MEA01 Monitor, Evaluate and Assess Performance and
Conformance (Memantau, Evaluasi dan Menilai Kinerja Dan
Penyesuaian).
2. MEA02 Monitor, Evaluate and Assess The System of Internal
Control (Memantau, Evaluasi dan Menilai Sistem Pengendalian
Internal).
3. MEA03 Monitor, Evaluate and Assess Compliance with External
Requirements (Memantau, Evaluasi dan Menilai Kepatuhan dengan
Persyaratan Eksternal)
2.5.5 Implementasi COBIT 5
Menurut ISACA, Siklus hidup implementasi menyediakan cara bagi
suatu perusahaan untuk menggunakan COBIT dalam mengatasi
kompleksitas dan tantangan. Lazimnya kedua hal tersebut ditemui selama
penerapan dilapangan (ISACA, 2012) COBIT 5 memiliki tujuh tahapan
yang terdapat dalam siklus hidup implementasi COBIT, berikut penjelasan
tahapan-tahapan tersebut:
45
Gambar 2.7 Siklus Hidup Implementasi COBIT 5 (ISACA, 2012)
Tahap 1 - Initiate Progamme
Tahap 1 mengidentifikasikan penggerak perubahan dan
menciptakan keinginan untuk berubah di level manajemen eksekutif, yang
kemudian diwujudkan berupa kasus bisnis. Penggerak perubahan dapat
berupa kejadian internal maupun eksternal, dan kondisi atau isu penting
yang memberikan dorongan untuk berubah. Kejadian, tren, masalah kinerja,
implementasi perangkat lunak, dan bahkan tujuan dari perusahan dapat
menjadi penggerak perubahan.
Resiko yang terkait dengan implementasi dari program ini sendiri
akan dideskripsikan di dalam kasus bisnis, dan dikelola sepanjang siklus
hidupnya. Menyiapkan, menjaga, dan mengawasi kasus bisnis sangatlah
mendasar dan penting untuk pembenaran, mendukung, dan kemudian
46
memastikan hasil akhir yang sukses dari segala inisiatif, termasuk
pengembangan GEIT. Mereka memastikan fokus yang berkelanjutan
terhadap keuntungan dari program dan perwujudannya.
Tahap 2 – Define Problems and Opportunities
Tahap 2 membuat agar tujuan TI dengan strategi dan risiko
perusahaan sejajar, dan memprioritaskan tujuan perusahaan, tujuan TI, dan
proses TI yang paling penting. COBIT 5 menyediakan panduan pemetaan
tujuan perusahaan terhadap tujuan TI terhadap proses TI untuk membantu
penyeleksian. Dengan mengetahui tujuan perusahaan dan TI, proses penting
yang harus mencapai tingkat kapabilitas tertentu dapat diketahui.
Manajemen perlu tahu kapabilitas yang ada saat ini dan dimana
kekurangan terjadi. Hal ini dapat dicapai dengan cara melakukan penilaian
kapabilitas proses terhadap proses-proses yang terpilih.
Tahap 3 - Define Road Map
Tahap 3 menetapkan target untuk peningkatan, diikuti oleh analisis
selisih untuk mengidentifikasi solusi potensial. Beberapa solusi akan berupa
quick wins dan beberapa berupa tugas jangka panjang yang lebih sulit.
Prioritas harus diberikan kepada proyek yang lebih mudah untuk dicapai dan
lebih mungkin memberikan keuntungan yang paling besar. Tugas jangka
panjang perlu dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih mudah untuk
diselesaikan.
47
Tahap 4 - Plan Programme
Tahap 4 merencanakan solusi praktis yang layak dijalankan dengan
mendefinisikan proyek yang didukung dengan kasus bisnis yang dapat
dibenarkan dan mengembangkan rencana perubahan untuk implementasi.
Kasus bisnis yang dibuat dengan baik akan membantu memastikan bahwa
keuntungan proyek teridentifikasi, dan diawasi secara terus menerus.
Tahap 5 - Execute Plan
Tahap 5 mengubah solusi yang disarankan menjadi kegiatan hari per
hari dan menetapkan perhitungan dan sistem pemantauan untuk memastikan
kesesuaian dengan bisnis tercapai dan kinerja dapat diukur. Kesuksesan
membutuhkan pendekatan, kesadaran dan komunikasi, pengertian dan
komitmen dari manajemen tingkat tinggi dan kepemilikan dari pemilik
proses TI dan bisnis yang terpengaruh.
6. Tahap 6 - Realede Benefits
Tahap 6 berfokus dalam transisi berkelanjutan dari pengelolaan dan
praktik manajemen yang telah ditingkatkan ke operasi bisnis normal dan
pemantauan pencapaian dari peningkatan menggunakan metrik kinerja dan
keuntungan yang diharapkan.
Tahap 7 - Review Effectiveness
Tahap 7 mengevaluasi kesuksesan dari inisiatif secara umum,
mengidentifikasi kebutuhan tata kelola atau manajemen lebih jauh, dan
meningkatkan kebutuhan akan peningkatan secara terus-menerus. Tahap ini
48
juga memprioritaskan kesempatan lebih banyak untuk meningkatkan GEIT
(Governance of Enterprise IT).
2.5.6 Process Assessment Model
Menurut ISACA, Process Assessment Model (PAM) merupakan
sebuah model yang compatible untuk tujuan penilaian kemampuan proses,
berdasarkan satu atau lebih dari model referensi (ISACA, 2012). Model ini
merupakan dasar untuk penilaian kemampuan proses TI suatu perusahaan
pada COBIT 5 dan program pelatihan dan sertifikasi bagi para penilai.
Proses penilaian ini dibuktikan dengan mengaktifkan proses penilaian yang
dapat diandalkan, konsisten dan berulang di bidang tata kelola dan
manajemen TI.
Model penilaian memungkinkan penilaian oleh perusahaan untuk
mendukung perbaikan proses. Penilai dapat memisahkan bagian-bagian
untuk memilih proses yang akan dinilai. Pemetaan ini meliputi:
a. Menghubungkan tujuan perusahaan dengan tujuan TI perusahaan.
b. Menghubungkan tujuan TI perusahaan dengan tujuan proses TI.
c. Sebuah framework untuk memilih bidang area
COBIT 5 PAM yang mendukung kinerja penilaian dengan
memberikan indikator untuk bimbingan pada interpretasi dari tujuan proses
perusahaan. COBIT 5 PAM terdiri dari satu set indikator kinerja proses dan
kemampuan proses. Indikator-indikator yang digunakan sebagai dasar untuk
mengumpulkan bukti objektif yang memungkinkan penilai untuk
menetapkan peringkat (ISACA, 2012).
49
Assessment Process Activities (Aktivitas Proses Penilaian)
merupakan tahapan-tahapan aktifitas dalam melakukan proses penilaian
capability level untuk perusahaan (ISACA, 2012):
Gambar 2.8 Assessment Process Activities (ISACA, 2012)
1. Initiation, merupakan tahapan pertama Assesment Process Activities
yang ada pada Process Assessment Model COBIT 5. Tahap ini
bertujuan untuk menjelaskan hasil identifikasi dari beberapa
informasi yang dapat dikumpulkan.
2. Planning the Assessment, pada tahap ini dilakukan kegiatan
perencanaan penilaian yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
evaluasi penilaian capability level. Dalam tahap ini pula memetakan
50
RACI Chart COBIT 5 dengan pemangku jawaban di Subdit SISDA
yang sesuai dengan kebutuhan aktivitas penelitian yang akan
dilakukan.
3. Briefing, tahap ketiga adalah memberikan pengarahan kepada
responden kuesioner capability level. Pengarahan yang diberikan
adalah mengenai cara pengisian kuesioner, waktu pengisian serta
waktu pengumpulan kuesioner kepada peneliti.
4. Data Collection, pada tahap data collection dilakukan pengumpulan
data dari hasil temuan yang terdapat pada Subdit SISDA. Tahap ini
bertujuan untuk mendapatkan bukti-bukti penilaian evaluasi pada
aktivitas masing-masing proses yang telah dilakukan.
5. Data Validation, tahap kelima adalah melakukan validasi data yang
bertujuan untuk mengetahui hasil perhitungan kuesioner dan
mendapatkan hasil penilaian capability level.
6. Process Attribute Level, pada tahap ini terdapat proses pemberian
level pada atribut yang ada pada tiap indikator. Tahap ini bertujuan
untuk menunjukkan hasil capability level dari hasil perhitungan
kuesioner pada tahap sebelumnya.
7. Reporting the Result, pada tahap ketujuh ini dilakukan kegiatan
pelaporan hasil evaluasi yang bertujuan memberikan rekomendasi
perbaikan proses yang telah dinilai pada Subdit SISDA.
51
2.5.7 Process Capability Model Indicator COBIT 5
Menurut ISACA, indikator kapabilitas proses adalah kemampuan
proses dalam meraih tingkat kapabilitas yang ditentukan oleh atribut proses.
Bukti atas indikator kapabilitas proses akan mendukung penilaian atas
pencapaian atribut proses (ISACA, 2012).
Dimensi kapabilitas dalam model penilaian proses mencakup enam
tingkat kapabilitas. Di dalam enam tingkat tersebut terdapat indikator atribut
proses.
Tingkat 0 tidak memiliki indikator apapun, karena tingkat 0
menyatakan proses yang belum diimplementasikan atau proses yang gagal,
meskipun sebagian, untuk mencapai hasil akhirnya. Kegiatan penilaian
membedakan antara penilaian untuk level 1 dengan level yang lebih tinggi.
Hal ini dilakukan karena level 1 menentukan apakah suatu proses mencapai
tujuannya, dan oleh karena itu sangat penting untuk dicapai, dan juga
menjadi pondasi dalam meraih level yang lebih tinggi.
Lalu untuk penilaian capability level (tingkat kemampuan) terbagi
menjadi beberapa tingkatan yaitu Level 0-Incomplete Process, Level 1 -
Performed Process, Level 2 - Managed Process, Level 3 - Established
Process, Level 4 - Predictable process, Level 5 - Optimising Process
(ISACA, 2012).
52
Gambar 2.9 COBIT 5 Process Capability Model (ISACA, 2012)
Berikut penjelasan Capability Level beserta pencapaian Process
Attribute:
1. Level 0 - Incomplete Process
Pada level ini proses tidak dilaksanakan atau gagal untuk
mencapai tujuan prosesnya. Pada level ini, ada sedikit atau tidak ada
bukti dari setiap pencapaian yang sistematis dari tujuan proses.
2. Level 1 - Performed Process
Pada level ini menentukan apakah suatu proses mencapai
tujuannya. Ketentuan atribut proses pada level 1 adalah sebagai
berikut:
53
a. PA 1.1 Performance Process
Pengukuran sejauh mana tujuan proses tercapai.
Keberhasilan penuh atribut ini mengakibatkan proses
mencapai hasil yang ditentukan. Seperti pada tabel berikut
ini:
Tabel 2.2 Process Performance (ISACA, 2012)
PA 1.1 Process Performance
Hasil atas pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs)
Hasil Kerja Umum
(GWPs)
Proses meraih tujuan yang
sudah ditentukan
GP 1.1.1 Meraih Hasil Proses.
Ada bukti bahwa praktir-
praktik dasar dilakukan.
Hasil kerja telah dibuat
sehingga menyediakan
bukti atas hasil proses.
3. Level 2 – Manage Process
Performa proses pada tahap ini dikelola yang mencakup
perencanaan, monitor, dan penyesuaian. Work products-nya
dijalankan, dikontrol dan dikelola dengan tepat. Ketentuan atribut
proses pada level 2 adalah sebagai berikut:
a. PA 2.1 Performance Management
Mengukur sampai mana performa proses di kelola. Sebagai
hasil pencapaian penuh atribut ini, ditujukan dalam tabel
berikut ini.
54
Tabel 2.3 Performance Management (ISACA, 2012)
PA 2.1 Performance Management
Hasil atas pencapaian
penuh atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Objektif performa dari
proses teridentifikasi
GP 2.1.1 Identifikasikan
objektif performa dari proses.
Objektif performa,
digabungkan dengan asumsi
dan batasan, diidentifikasikan
dan dikomunikasikan
GPW 1.0 Dokumentasi
proses harus menguraikan
lingkup proses.
GWP 2.0 Rencana Proses
harus menyediakan detil-detik
dari objektif performa proses.
b. Performa dari proses
direncanakan dan
dimonitor
GP 2.1.2 Merencanakan dan
memonitor performa dari
proses untuk memenuhi
objektif yang telah ditentukan.
Dasar mengukur perfotma
proses yang berhubungan
dengan objektif bisnis
ditetapkan dan dimonitor.
Termasuk didalam dasar
tersebut adalah key
milestones, aktivitas-aktivitas
yang diperlukan, estimasi dan
jadwal.
GWP 2.0 Rencana Proses
harus menggambarkan secara
detil objektif performa proses.
GWP 9.0 Performa Proses
catatannya harus
menggambarkan hasil yang
detil.
Catatan: Pada level ini, setiap
catatan performa proses dapat
berbentuk report, daftar
masalah, dan catatan informal
c. Performa dari proses
disesuaikan untuk
memenuhi perencanaan
GP 2.1.3 Menyesuaikan
performa dari proses.
Mengambil tindakan ketika
performa yang direncanakan
tidak tercapai. Tindakan
meliputi identifikasi dari
masalah performa dan
penyesuaian rencana dan
jadwal yang lebih sesuai
GWP 4.0 Catatan Kualitas
harus menyediakan detil dari
tindakan yang dilakukan
ketika performa tidak
mencapai target.
d. Tanggung jawab dan
otoritas dari melakukan
proses didefinisikan,
ditugaskan dan
dikomunikasikan.
GP 2.1.4 Mendefinisikan
tanggung jawab dan otoritas
dalam melakukan proses.
Tanggung jawab kunci dan
otoritas dalam menjalankan
aktivitas kunci dari proses
didefinisikan, ditugaskan dan
dikomunikasikan.
Pengalaman yang dibutuhkan,
pengetahuan dan keahlian
ditetapkan.
GWP 1.0 Dokumentasi
Process harus menyediakan
detil dari pemilik proses dan
siapa saja yang terlibat,
bertanggung jawab,
Dikonsultasikan dan / atau
diinformasikan (RACI).
GWP 2.0 Rencana Proses
harus meliputi detil dari
process communication plan
demikian juga pengalaman
dan keahlian yang dibutuhkan
dari menjalankan proses.
55
PA 2.1 Performance Management
Hasil atas pencapaian
penuh atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
e. Sumber daya dan
informasi yang dibutuhkan
untuk menjalankan proses
diidentifikasi, disediakan,
dialokasikan dan
digunakan.
GP 2.1.5 Identifikasi dan
menyediakan sumber daya
untuk melakukan proses
sesuai dengan rencana.
Sumber daya dan informasi
yang dibutuhkan untuk
menjalankan aktivitas kunci
dari proses diidentifikasi,
disediakan, dialokasi dan
digunakan.
GWP 2.9 Rencana Proses
harus menyediakan detil dari
proses perencanaan pelatihan
dan proses perencanaan
sumber daya.
f. Antarmuka antara pihak
yang terlibat dikelola
untuk memastikan
komunikasi efektif dan
tugas yang jelas antar
pihak yang terlibat.
GP 2.1.6 Mengelola
antarmuka antara pihak yang
terlibat. Individu dan grup
yang terlibat dengan proses
diidentifikasi, tanggung jawab
didefininisikan dan
mekanisme komunikasi yang
efektif diterapkan.
GWP 1.0 Dokumentasi
Proses harus menyediakan
detil dari individu fan grup
yang terlibat (supplier,
customer dan RACI)
GWP 2.0 Rencana proses
harus menyediakan detil dari
process communication plan
b. PA 2.2 Work Product Management
Mengukur sejauh mana hasil kerja yang dihasilkan oleh
proses dikelola. Hasil kerja yang dimaksud dalam hal ini
adalah hasil dari proses. Sebagai hasil pencapaian penuh
atribut ini, ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
56
Tabel 2.4 Work Product Management (ISACA, 2012)
PA 2.2 Work Product Management
Hasil atas pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Kebutuhan akan hasil kerja
proses ditetapkan.
GP 2.2.1 Menetapkan
kebutuhan untuk kerja,
meliputi struktur isi dan
kriteria kualitas.
GWP 3.0 Rencana kualitas
harus menyediakan detil dari
kriteria kualitas dan isi dari
hasil kerja.
b. Kebutuhan untuk
dokumentasi dan kontrol
dari hasil kerja ditetapkan
GP 2.2.2 Menetapkan
kebutuhan dari
dokumentasi dan kontrol
dari hasil kerja. Ini harus
meliputi identifikasi dari
ketergantungan, persetujuan
dan kemudahan dalam
melacak kebutuhan.
GWP 1.0 Dokumentasi
proses harus menyediakan
detil dari kontrol (matrix
kontrol)
GWP 3.0 Rencana kualitas
harus menyediakan detil dari
hasil kerja, kriteria kualitas,
dokumentasi yang dibutuhkan
dan kontrol perubahan.
c. Hasil kerja diidentifikasi
dengan baik,
didokumentasikan dan
dikontrol
GP 2.2.3 Identifikasi,
dokumentasi, dan kontrol
hasil kerja. Hasil kerja adalah
subjek dari kontrol perubahan,
begitu jugas dengan
perubahan versi dan
managemen konfigurasi.
GWP 3.0 Recana Kualitas
harus menyediakan detil dari
hasil kerja, kriteria kualitas,
kebutuhan dokumentasi dan
control perubahan.
d. Hasil kerja di ulas kembali
sesuai dengan rencana
pengaturan dan
disesuaikan sesuai
kebutuhan untuk mencapai
kebutuhan.
GP 2.2.4 Ulas kembali dan
menyesuaikan hasil kerja
untuk memenuhi kebutuhan
yang telah didefinisikan. Hasil
kerja adalah subjek terdapat
pengulasan kembali terhadap
kebutuhan yang disesuaikan
dengan pengaturan yang
direncanakan dan isu-isu lain
yang muncul diselesaikan
GWP 4.0 Catatan Kualitas
harus menyediakan jejak audit
dari pengulasan kembali yang
telah dilakukan.
4. Level 3 – Established Process
Proses yang telah dibangun kemudian diimplementasi
menggunakan proses yang telah didefinisikan yang mampu untuk
mencapai hasil dari proses. Ketentuan atribut proses pada level 3
adalah sebagai berikut:
57
a. Process Activity 3.1 Process Definition
Mengukur sejauh mana proses standar dipertahankan untuk
mendukung penyebaran proses ditentukan. Berikut hasil dari
pencapaian yang baik pada atribut ini:
Tabel 2.5 Process Definition (ISACA, 2012)
PA 3.1 Process Definition
Hasil atas pencapaian
penuh atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Proses standard, meliputi
panduan dasar yang layak,
dedifinisikan sehingga
mendeskripsikan elemen
fundamental yang harus
ada dalam proses yang
didefinisi
GP 3.1.1 Mendefinisikan
standard dari proses yang
mendukung pengerjaan dari
proses yang telah
didefinisikan. Sebuah proses
standard didefinisikan yang
mengidentifikasi elemen
proses fundamental dan
menyediakan panduan dan
prosedur untuk mendukung
implementasi dan panduan
tentang bagaimana standard
tersebut dapat diubah saat
dibutuhkan
GWP 5.0 Kebijakan dan
standard harus menyediakan
detil dari objektif organisasi
untuk proses, standard
minimum dari performa,
prosedur standard, dan
pelaporan dan kebutuhan
monitoring. Bukti yang
diperlukan pada level ini
bukan hanya pada adanya
kebijakan dan standard tapi
juga dengan diterapkannya
kebijakan dan standard
tersebut.
b. Urutan dan interaksi dari
proses standard dengan
proses lainnya ditetapkan
GP 3.1.2 Menetapkan
urutan dan interaksi antar
proses sehingga dapat bekerja
sebagai sistem yang
terintegrasi dalam proses.
Urutan standard proses dan
interaksi dengan proses lain
ditentukan dan dikelola ketika
sebuah proses
diimplementasikan pada
bagian lain dalam organisasi.
GWP 5.0 Kebijakan dan
standard harus menyediakan
proses pemetaaan dengan detil
dari proses standard dengan
urutan yang diharapkan dan
interaksinya. Bukti yang
diperlukan pada level ini
bukan hanya pada adanya
kebijakan dan standard tapi
juga dengan diterapkannya
kebijakan dan standard
tersebut.
c. Kompetensi yang
dibutuhkan dan peran
untuk melakukan proses
diidentifikasi sebagai
bagian dari proses
standard
GP 3.1.3 Mengidentifikasi
peran dan kompetensi dari
menjalankan proses standard
GWP 5.0 Kebijakan dan
standard harus menyediakan
detil dan kompetensi dari
proses yang dilakukan. Bukti
yang diperlukan pada level ini
bukan hanya pada adanya
kebijakan dan standard tapi
juga dengan diterapkannya
kebijakan dan standard
tersebut
58
PA 3.1 Process Definition
Hasil atas pencapaian
penuh atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
d. Infrastruktur yang
diperlukan dan lingkungan
kerja yang dibutuhkan
untuk melakukan proses
diidentifikasi sebagai
bagian
GP 3.1.4 Identifikasi
infrastruktur yang
dibutuhkan dan lingkungan
kerja untuk melakukan proses
standard. Infrastruktur
(fasilitas, alat, metode, dll)
dan lingkungan kerja untuk
melakukan proses standard
diidentifikasi.
GWP 5.0 Kebijakan dan
standard harus
mengidentifikasi kebutuhan
minimum dari infrastruktur
dan lingkungan kerja untuk
melakukan proses. Bukti yang
diperlukan pada level ini
bukan hanya pada adanya
kebijakan dan standard tapi
juga dengan diterapkannya
kebijakan dan standard
tersebut
e. Metode yang sesuai untuk
monitoring kefektifan dan
kesesuaian dari proses
ditetapkan
GP 3.1.5 Menetapkan
metode yang sesuai untuk
memonitor kefektifan dan
kesesuaian dengan proses
standard, meliputi pemastian
terhadap kriteria yang layak
dan data yang dibutuhkan
untuk memonitor kefektifan
dan kesesuaian dari proses
didefinisikan, dan menetapkan
kebutuhan untuk melakukan
audit internal dan ulas kembali
managemen.
GWP 5.0 Kebijakan dan
standard harus menyediakan
detil dari objektif organisasi
terhadap proses, standard
minimum performa proses,
prosedur standard, dan
pelaporan serta kebutuhan
monitoring. Bukti yang
diperlukan pada level ini
bukan hanya pada adanya
kebijakan dan standard tapi
juga dengan diterapkannya
kebijakan dan standard
tersebut.
GWP 4.0 Catatan kualitas
dan GWP 9.0 Catatan
performa proses harus
menyediakan bukti dari ulas
kembali yang telah dilakukan
b. Process Activity 3.2 Process Deployment
Mengukur sejauh mana proses standard secara efektif telah
dijalankan seperti proses yang telah didefinisikan untuk
mencapai hasil dari proses. Sebagai hasil pencapaian penuh
atribut ini, ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
59
Tabel 2.6 Process Deployment (ISACA, 2012)
PA 3.2 Process Deployment
Hasil atas pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Sebuah proses yang telah
didefinisikan dijalankan
berdasarkan standard
proses yang telah
ditentukan
GP 3.2.1 Menjalankan
sebuah proses yang telah
didefinisikan yang
memuaskan konteks
Ketika proses yang sama
digunakan pada area yang
berbeda pada organisasi,
proses tersebut dilakukan
berdasarkan proses standard,
diatur selayak mungkin,
dengan konformasi pada
kebutuhan yang telah
didefinisikan pada proses yang
telah diverifikasi.
GWP 5.0 Kebijakan dan
standard harus
mendefinisikan standard
yang harus diikuti oleh
seluruh impelementasi dari
proses. Bukti yang diperlukan
pada level ini bukan hanya
pada adanya kebijakan dan
standard tapi juga dengan
diterapkannya kebijakan dan
standard tersebut.
b. Peran yang dibutuhkan,
tanggung jawab dan
otoritas yang dibutuhkan
untuk menjalankan proses
yang telah didefinisikan
ditugaskan dan
dikomunikasikan.
GP 3.2.2 Menugaskan dan
mengkomunikasikan peran,
tanggung jawab dan otoritas
untuk menjalankan proses
yang telah didefinisikan.
Ketika prosess yang sama
digunakan pada area yang
berbeda dalam organisasi,
Otoritas dan peran untuk
melakukan aktivitas dari
proses telah ditugaskan dan
dikomunikasikan.
GWP 5.0 Kebijakan dan
standard harus menyediakan
detil, tanggung jawab dan
otoritas untuk melakukan
aktivitas dari proses. Bukti
yang diperlukan pada level ini
bukan hanya pada adanya
kebijakan dan standard tapi
juga dengan diterapkannya
kebijakan dan standard
tersebut.
c. Personil yang melakukan
proses yang didefinisikan
kompeten dalam basis
edukasi yang sesuai,
pelatihan dan pengalaman
GP 3.2.3 Memastikan
kompetensi yang
dibutuhkan untuk
menjalankan performa dari
proses yang didefinisikan.
Ketika proses yang sama
digunakan dalam area yang
berbeda pada organisasi,
kompetensi yang layak untuk
personil yang ditugaskan
diidentifikasikan dan pelatihan
yang sesuai disediakan untuk
menjalankan proses yang
disediakan, dialokasikan dan
digunakan.
GWP 1.0
Dokumentasi proses harus
menyediakan detil dari
kompetensi dan pelatihan
yang dibutuhkan
GWP 2.0 Rencana proses
harus meliputi detil dari
process communication plan,
rencana pelatihan dan rencana
sumber daya untuk setiap
instansi dari proses.
60
PA 3.2 Process Deployment
Hasil atas pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
d. Sumber daya yang
dibutuhkan dan informasi
yang diperlukan untuk
melakukan proses yang
didefinisikan disediakan,
dialokasikan dan
digunakan.
GP 3.2.4 Menyediakan
sumber daya dan informasi
untuk mendukung performa
dari proses yang didefinisikan.
Ketika proses yang sama
digunakan dalam area yang
berbeda dalam organisasi,
kebutuhan sumber daya
manusia dan informasi untuk
melakukan proses disediakan,
dialokasikan dan digunakan.
GP 2.0 Rencana proses
harus meliputi detil dari
rencana sumber daya untuk
setiap instansi dari proses
e. Infrastruktur dan
lingkungan kerja untuk
melakukan proses yang
didefinisikan disediakan,
dikelola, dan diperlihara.
GP 3.2.5 Menyediakan
proses infrastruktur yang
layak untuk mendukung
performa dari proses yang
didefinisikan. Ketika proses
yang sama digunakan dalam
area yang berbeda dalam
organisasi, dukungan
organisasi yang dibutuhkan,
infrastruktur, dan lingkungan
kerja disediakan, dialokasikan
dan digunakan.
GWP 2.0 Rencana proses
harus meliputi detil dari
proses infrastruktur dan
lingkungan kerja dari setiap
instansi dari proses.
f. Data yang layak
dikumpulkan dan
dianalisis sebagai dasar
untuk mengerti tingkah
laku dari proses, untuk
mendemonstrasikan
kecocokan dan kefektifan,
dan mengevaluasi dimana
perbaikan terus-menerus
dari proses dapat
dilakukan.
GP 3.2.6 Mengumpulkan
dan menganalisis data
mengenai performa dari
proses untuk
mendemonstrasikan
kecocokan dan kefektifan.
Data yang dibutuhkan untuk
memonitor kefektifan dan
kesesuaian dari proses
diseluruh organisasi
didefinisikan, dikumpulkan
dan dianalisis sebagai dasar
dari perbaikan terus-menerus
GWP 4.0 Catatan kualitas
dan GWP 9.0 Catatan
performa proses harus
menyediakan bukti dari alat
ulas kembali yang dilakukan
untuk setiap instansi dari
proses.
5. Level 4 – Predictable Process
Proses yang telah dibangun kemudian dioperasikan dengan
batasan-batasan agar mampu meraih harapan dari proses tersebut.
Ketentuan atribut proses pada level 4 adalah sebagai berikut:
61
a. Process Activity 4.1 Process Measurement
Pengukuran mengenai seberapa jauh hasil pengukuran
digunakan untuk memastikan bahwa performa proses
mendukung pencapaian tujuan proses untuk mendukung
tujuan perusahaan. Pengukuran bisa berupa pengukuran
proses ataupun pengukuran produk atau kedua-duanya.
Sebagai hasil pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan
dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.7 Process Measurement (ISACA, 2012)
PA 4.1 Process Measurement
Hasil ata pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Informasi yang
dibutuhkan proses untuk
mendukung tujuan bisnis
telah ditetapkan.
GP 4.1.1 Identifikasikan
kebutuhan informasi, dalam
hubungannya dengan tujuan
bisnis.
Tujuan bisnis dan informasi
yang dibutuhkan pemegang
kepentingan telah ditetapkan
sebagai dasar untuk
menentukan tujuan
pengukuran performa proses.
GWP 6.0 Rencana
peningkatan proses harus
menyediakan tujuan
peningkatan proses dan
menyarankan tindakan
peningkatan.
b. Tujuan pengukuran proses
didapatkan dari kebutuhan
informasi.
GP 4.1.2 Dapatkan tujuan
pengukuran proses dari
kebutuhan informasi.
GWP 7.0 Rencana
pengukuran proses harus
menyediakan detil dari tujuan
pengukuran yang disarankan.
c. Tujuan kuantitatif untuk
performa proses dalam
mendukung tujuan
perusahaan telah
ditetapkan.
GP 4.1.3 Tetapkan tujuan
kuantitatif atas performa dari
proses, berdasarkan
kesesuaian proses dengan
tujuan perusahaan. Tujuan
pengukuran kuantitatif telah
ditetapkan dan secara eksplisit
menggambarkan tujuan
perusahaan dan telah
dipastikan realistis dan
berguna oleh manajemen dan
pelaku proses
GWP 7.0 Rencana
pengukuran proses harus
menyediakan detil dari ukuran
dan indikator pengukuran.
62
PA 4.1 Process Measurement
Hasil ata pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
d. Pengukuran dan
frekuensinya telah
diidentifikasi dan
ditetapkan sejalan dengan
tujuan pengukuran proses
dan tujuan kuantitatif atas
performa prosesnya.
GP 4.1.4 Identifikasikan
pengukuran produk dan
proses yang mendukung
pencapaian tujuan kuantitatif
atas performa proses.
Pengukuran mendetil untuk
produk dan proses telah
diidentifikasi, sekaligus
dengan frekuensi
pengumpulan data dan
pengukuran, juga mekanisme
verifikasi.
GWP 7.0 Rencana
pengukuran proses
menyediakan detil dari ukuran
dan indikator pengukuran
sekaligus prosedur
pengumpulan data dan
prosedur analisa.
e. Hasil pengukuran
dikumpulkan, dianalisa
dan dilaporkan untuk
memantau seberapa jauh
tujuan kuantitatif proses
tercapai.
GP 4.1.5 Mengumpulkan
hasil pengukuran produk
dan proses dengan
melakukan proses yang telah
ditentukan. Hasil pengukuran
dikumpulkan, dianalisa, dan
dilaporkan sesuai rencana
yang telah ditetapkan.
GWP 7.0 Rencana
pengukuran proses harus
menyediakan detil atas
prosedur analisa yang
disarankan.
GWP 9.0 Catatan performa
proses harus menyediakan
detil atas pengukuran yang
telah dikumpulkan dan
dianalisa
f. Hasil pengukuran
digunakan untuk
menggambarkan performa
proses.
GP 4.1.6 Menggunakan hasil
pengukuran untuk memantau
dan memverifikasi pencapaian
atas tujuan performa proses.
Hasil pengukuran dianalisa
untuk memastikan pencapaian
terhadap tujuan performa
proses. Teknik yang sesuai
digunakan untuk memahami
performa
dan kapabilitas proses dalam
batasan yang sudah
ditentukan.
GWP 9.0 Catatan performa
proses harus menyediakan
detil atas pengukuran yang
sudah dikumpulkan dan
dianalisa.
b. Process Activity 4.2 Process Control
Pengukuran tentang seberapa jauh suatu proses secara
kuantitatif bisa menghasilkan proses yang stabil, mampu, dan
bisa diprediksi dalam batasan telah ditentukan. Sebagai hasil
pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan dalam tabel berikut
ini.
63
Tabel 2.8 Process Control (ISACA, 2012)
PA 4.2 Process Control
Hasil ata pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Teknik analisa dan kontrol
telah ditentukan dan
diaplikasikan.
GP 4.2.1 Tentukan teknik
analisa dan kontrol yang
sesuai untuk mengontrol
performa proses. Metode
untuk mengukur efektivitas
kontrol telah didefinisikan dan
divalidasi.
GWP 1.0
Dokumentasi proses harus
menyediakan detil
pengontrolan (matriks
kontrol)
GWP 8.0 Rencana
pengendalian proses harus
ada dan menjelaskan
pendekatan pengukuran untuk
setiap proses.
b. Pengontrolan batas variasi
telah ditetapkan untuk
performa proses normal.
GP 4.2.2 Tetapkan
parameter yang cocok untuk
mengontrol performa proses.
Definisi standar atas proses
dimodifikasi untuk
memasukkan metode
pengendalian proses dan
batasan pengontrolan telah
ditetapkan.
GWP 8.0 Rencana
pengontrolan proses harus
ada dan menjelaskan batasan
pengontrolan untuk performa
normal.
c. Data pengukuran dianalisa
untuk mengetahui
penyebab khusus atas
suatu variasi.
GP 4.2.3 Analisa hasil
pengukuran proses dan
produk untuk
mengidentifikasikan variasi
dan performa proses. Hasil
pengukuran pengontrolan
proses dianalisa untuk
menentukan masalah yang
perlu diperhatikan dan
diteruskan untuk
penanggulangan.
GWP 9.0 Catatan performa
proses harus menyediakan
detil atas pengukuran yang
telah dikumpulkan dan
dianalisa.
d. Tindakan koreksi diambil
untuk memecahkan
penyebab khusus variasi.
GP 4.2.4 Identifikasi dan
implementasikan tindakan
koreksi untuk mengatasi
sumber masalah. Tindakan
koreksi diambil untuk
mengatasi masalah
pengontrolan proses dan
hasilnya dipantau dan
dievaluasi.
GWP 9.0 Catatan performa
proses harus menyediakan
detil atas pengukura yang
telah dikumpulkan dan
dianalisa.
e. Batasan kontrol ditetapkan
kembali (apabila
dibutuhkan) sebagai
respon terhadap tindakan
koreksi
GP 4.2.5 Tetapkan kembali
batasan kontrol setelah
tindakan koreksi. Batasan
kontrol proses dimodifikasi
sesuai kebutuhan setelah
tindakan koreksi dilakukan.
GWP 8.0 Rencana
pengendalian proses harus
ada dan menjelaskan batasan
kontrol untuk peforma
normal.
64
6. Level 5 – Optomising Process
Proses yang terprediksi secara terus-menerus ditingkatkan
untuk memenuhi tujuan bisnis saat ini dan tujuan proyek. Ketentuan
atribut proses pada level 5 adalah sebagai berikut:
a. Process Activity 5.1 Process Innovation
Mengukur sebuah perubahan proses yang telah diidentifikasi
dari analisis penyebab umum dari adanya variasi di dalam
performa, dan dari investigasi pendekatan inovatif untuk
mendefinisikan dan melaksanakan proses. Sebagai hasil
pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan dalam tabel
diberikut ini.
Tabel 2.9 Process Innovation (ISACA, 2012)
PA 5.1 Process Innovation
Hasil ata pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Tujuan dari peningkatan
masing-masing proses
diidentifikasi untuk
mendukung tujuan bisnis
yang relevan.
GP 5.1.1
Mendefinisikan tujuan
peningkatan proses untuk
mendukung tujuan bisnis yang
relevan. Arahan untuk inovasi
proses telah diatur. Tujuan
peningkatan proses secara
kualitatif dan kuantitatif
didasarkan pada potensi
inovasi proses seperti visi dan
goals yang telah didefinisikan
dan didokumentasikan.
GWP 7.0 Rencana
peningkatan proses harus
menyediakan tujuan
peningkatan proses dan
tindakan yang dilakukan
untuk peningkatan tersebut.
b. Data yang tepat dianalisis
agar dapat
mengidentifikasi
penyebab umum dari
variasi performa proses.
GP 5.1.2 Analisis
pengukuran data proses
untuk mengidentifikasi variasi
yang nyata dan berpotensi di
dalam performa proses. Data
performa proses dianalisis
untuk mengidentifikasi variasi
di dalam performa proses
bersama dengan akar
penyebab dari masalah
performa proses secara umum.
GWP 9.0 Catatan performa
proses harus menyediakan
penjelasan mengenai
kumpulan dan analisa
pengukuran.
65
PA 5.1 Process Innovation
Hasil ata pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
c. Data yang tepat dianalisis
agar dapat
mengidentifikasi peluang
untuk pelaksanaan praktik
terbaik dan inovasi
GP 5.1.3 Identifikasi
peluang peningkatan proses
berdasarkan inovasi dan
praktik terbaik. Peluang
peningkatan proses
diidentifikasi berdasarkan
perbandingan dengan praktik
terbaik industri.
GWP 6.0 Rencana
peningkatan proses harus
menyediakan penjelasan
mengenai analisis praktik
terbaik.
d. Peluang peningkatan yang
bermula dari teknologi
baru dan konsep proses
baru diidentifikasikan.
GP 5.1.4 Didasarkan pada
peluang peningkatan dari
teknologi dan konsep proses
baru. Peluang peningkatan
proses diidentifikasi
berdasarkan review dan
analisis mengenai inovasi
teknologi dan konsep proses,
yang dilanjutkan pada
perubahan lingkungan bisnis
termasuk munculnya risiko
bisnis.
GWP 6.0 Rencana
peningkatan proses harus
menyediakan penjelasan
mengenai analisis peluang
peningkatan teknologi.
e. Strategi implementasi
dibuat untuk mencapai
tujuan dari peningkatan
proses.
GP 5.1.5 Definisikan strategi
implementasi berdasarkan
visi dan tujuan peningkatan
jangka panjang. Strategi
peningkatan proses
didefinisikan dan divalidasi
berdasarkan goal dan objektif
dari peningkatan. Komitmen
untuk meningkatkan
didemokan oleh manager dan
pemilik proses.
GWP 6.0 Rencana
peningkatan proses harus
menyediakan penjelasan
mengenai strategi
implementasi untuk
peningkatan proses.
b. Process Activity 5.2 Process Optimisation
Mengukur perubahan untuk definisi, manajemen, dan
performa proses agar memiliki hasil yang berdampak secara
efektif untuk mencapai tujuan dari proses peningkatan.
Sebagai hasil pencapaian penuh atribut ini, ditunjukkan
dalam tabel berikut ini.
66
Tabel 2.10 Process Optimisation (ISACA, 2012)
PA 5.2 Process Optimisation
Hasil ata pencapaian penuh
atribut Praktik Umum (GPs) Hasil Kerja Umum (GWPs)
a. Dampak dari perubahan
yang telah dilakukan di
nilai kesesuaiannya
dengan tujuan dari proses
yang telah didefinisikan
dan proses standar
GP 5.2.1 Menilai dampak
dari masing- masing
perubahan yang telah
dilakukan apakah telah sesuai
dengan tujuan dari proses
standard dan proses yang
telah didefinisikan. Dampak
dari perubahan yang telah
dilakukan dinilai
kesesuaiannya agar dapat
menentukan dampak dari
kualitas produk dan performa
proses apakah telah sesuai
dengan proses lain yang
berhubungan.
GWP 6.0 Rencana
peningkatan proses harus
menyediakan rincian
mengenai pendekatan kualitas
proyek peningkatan proses
b. Implementasi dari
perubahan yang telah
disetujui dikelola untuk
memastikan bahwa
perbedaan- perbedaan
performa proses
dimengerti dan dilakukan
setelahnya.
GP 5.2.2 Mengelola
implementasi dari
perubahan yang telah
disetujui untuk memilih area
dari proses standar dan proses
yang telah didefinisi sesuai
dengan strategi implementasi.
Implementasi dari perubahan
yang telah disetujui dikelola
sesuai dengan manajemen
perubahan dan proses
pendukung perubahan
GWP 6.0 Rencana
peningkatan proses harus
menyediakan rincian
mengenai strategi
implementasi peningkatan
proses dan perubahan yang
terdiri dari:
- GWP 1.0 Dokumentasi
proses
- GWP 3.0 Rencana
kualitas
- GWP 5.0 Kebijakan dan
standar
c. Berdasarkan performa saat
ini, keefektivitasan
perubahan proses
dievaluasi berdasarkan
persyaratan produk dan
tujuan proses untuk
menentukan hasil
memiliki penyebab umum
atau khusus.
GP 5.2.3 Berdasarkan
performa saat ini, evaluasi
keefektivitasan perubahan
proses sesuai dengan
performa proses, tujuan
kapabilitas, dan tujuan bisnis.
Keefektifitasan perubahan
membuat proses tersebut perlu
diukur, dievaluasi, dan
dilaporkan setelah
implementasi.
GWP 6.0 Rencana
peningkatan proses harus
menyediakan rincian
mengenai pendekatan kualitas
proyek peningkatan proses.
2.5.8 RACI Chart
Menurut ITGI (2007), dalam memahami aturan dan bertanggung
jawab untuk setiap proses adalah kunci dari efektifitas pengendalian.
COBIT 5.0 menyediakan sebuah RACI Chart yaitu sebuah matrik dari
67
semua aktivitas atau wewenang dalam mengambil keputusan yang dilakuka
dalam sebuah organisasi terhadap semua orang atau peran untuk setiap
proses.
1. Responsible
Tanggung jawab (responsible) menjelaskan tentang siapa yang
mendapatkan tugas yang harus dilakukan. Hal ini merujuk pada
peran utama atau penanggung jawab pada kegiatan operasional,
memenuhi kebutuhan dan menciptakan hasil yang diinginkan dari
organisasi.
2. Accountable
Akuntabel (accountable) menjelaskan tentang siapa yang
bertanggung jawab atas keberhasilan tugas. Hal ini merujuk padda
pertanggung jawaban secara keseluruhan atas tugas yang telah
dilakukan.
3. Consulted
Konsultasi (consulted) menjelaskan tentang siapa yang memberikan
masukan. Hal ini merujuk pada peran yang bertanggung jawab untuk
memperoleh informasi dari unit lain atau mitra eksternal. Masukan
harus dipertimbangkan dan pengambilan tindakan yang tepat.
4. Informed
Informasi (informed) menjelaskan tentang siapa yang menerima
informasi. Hal ini merujuk pada peran yang bertanggung jawab
68
untuk menerima informasi yang tepat untuk mengawasi setiap tugas
yang dilakukan.
Berikut ini merupakan diagram RACI berdasarkan framework
COBIT untuk EDM04 (Ensure Optimisation Resource) dan BAI04
(Manage Availablity and Capacity):
Tabel 2.11 RACI Chart EDM04 (Ensure Resource Optimisation)
Tabel 2.12 RACI Chart BAI04 (Manage Availablity and Capacity)
69
Dibawah ini terdapat tabel yang berisi penjelasan mengenai pihak-
pihak yang terlibat dalam struktur COBIT 5, yaitu:
Tabel 2.13 Definisi Pihak RACI
No Nama Jabatan Deskripsi
1 Board
Kelompok eksekutif paling senior dan/atau direktur non-eksekutif dari
organisasi yang bertanggung jawab untuk tata kelola organisasi dan
memiliki kontrol keseluruhan sumber daya.
2 Chief Executive
Officer
Orang yang memiliki kedudukan tinggi yang bertanggung jawab dari
manajemen keseluruhan organisasi.
3 Chief Financial
Officer
Seseorang yang memiliki jabatan senior pada organisasi yang
bertanggung jawab untuk semua aspek manajemen keuangan, termasuk
resiko dan kontrol keuangan dan rekening terpercaya dan akurat.
4 Chief Operating
Officer
Seseorang yang memiliki jabatan senior pada organisasi yang
bertanggung jawab untuk operasi organisasi.
5 Chief Risk Officer
Seseorang yang memiliki jabatan senior pada organisasi yang
bertanggung jawab untuk semua aspek manajemen resiko di seluruh
organisasi. Bertugas mengawasi resiko yang berhubungan dengan TI.
6 Chief Information
Officer
Pejabat senior pada organisasi yang bertanggung jawab untuk
menyelaraskan TI dan strategi bisnis dan akuntabel untuk perencanaan,
sumber daya dan mengelola layanan informasi dan solusi untuk
mendukung tujuan TI organisasi.
7 Chief Information
Security Officer
Pejabat senior pada organisasi yang bertanggung jawab untuk keamanan
informasi organisasi dalam segala bentuknya.
8 Business Executive Sebuah manajemen individu senior yang bertanggung jawab untuk
operasi unit bisnis tertentu atau anak organisasi.
9 Business Process
Owner
Seseorang yang bertanggung jawab pada proses kinerja untuk
mewujudkan tujuannya, mendorong perbaikan proses dan menyetujui
perubahan proses
10
Strategy (IT
Executive)
Committee
Sekelompok eksekutif senior yang ditujukan oleh dewan untuk
memastikan bahwa dewan terlibat dalam pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan TI. Komite ini bertanggung jawab untuk mengelola
portfolio investasi IT-enabled, layanan TI dan asset TI.
11
(Project and
Programme)
Steering
Committee
Sekelompok pemangku kepentingan dan ahli yang bertanggung jawab
untuk bimbingan program dan proyek, termasuk pengelolaan dan
pemantauan rencana, alokasi sumber daya dan manajemen program dan
risiko proyek.
12 Architecture
Board
Sekelompok pemangku kepentingan dan ahli yang bertanggung jawab
pada organisasi terkait arsitektur dan keputusan untuk menetapkan
kebijakan dan standar arsitektur.
13 Enterprise Risk
Commitee
Kelompok eksekutif dari organisasi yang bertanggung jawab untuk
kolaborasi tingkat organisasi untuk mendukung manajemen resiko
organisasi
14 Head of Human
Resources
Pejabat senior pada organisasi yang bertanggung jawab untuk
perencanaan dan kebijakan terhadap semua sumber daya manusia di
organisasi.
15 Compliance Seseorang yang bertanggung jawab untuk bimbingan pada hukum,
peraturan dan kepatuhan terhadap kontrak.
16 Audit Seseorang yang bertanggung jawab atas penyediaan audit internal.
17 Head of
Architecture
Seorang individu senior yang mengelola proses arsitektur enterprise.
70
No Nama Jabatan Deskripsi
18 Head of
Development
Seorang individu senior yang bertanggung jawab terkait proses TI, proses
pembangunan solusi.
19 Head of IT
Operation
Seorang individu senior yang bertanggung jawab atas lingkungan dan
infrastruktur operasional TI.
20 Head of IT
Administration
Seorang individu senior yang bertanggung jawab terkait TI, catatan dan
bertanggung jawab untuk mendukung TI terkait masalah administrative
21
Programme and
Project
Management
Office
Seseorang yang bertanggung jawab untuk mendukung program dan
proyek manajer, mengumpulkan, menilai dan melaporkan informasi
tentang pelaksanaan program dan proyek konstituen.
22
Value
Management
Office
Seseorang yang bertindak sebagai secretariat untuk mengelola portfolio
investasi dan layanan, termasuk menilai dan memberi nasihat tentang
peluang investasi, manajemen control dan menciptakan nilai dari
investasi dan jasa.
23 Service Manager Seorang individu yang mengelola pengembangan, implementasi, evaluasi
dan pengelolaan berkelanjutan baru dan yang sudah ada.
24 Information
Security Manager
Seorang individu yang mengelola, desain, mengawasi dan/atau menilai
keamanan informasi suatu organisasi
25
Business
Continuity
Manager
Seseorang individu yang mengelola, merancang, mengawasi dan/atau
menilai kemampuan kelangsungan usaha suatu organisasi, untuk
memastikan bahwa fungsi organisasi tetap beroperasi pada saat kritis
26 Privacy Officer
Seseorang yang bertanggung jawab untuk mematau risiko dan dampak
bisnis undang-undang privasi dan untuk membimbing dan koordinasi
pelaksanaan kebijakan dan kegiatan yang akan memastikan bahwa arahan
privasi terpenuhi. Privacy Officer juga disebut sebagai petugas
perlindungan data.
Menurut Siregar (2016), kegunaan RACI chart untuk organisasi
yang dikelola adalah:
1. Mengidentifikasi beban kerja yang telah ditugaskan kepada
karyawan atau departemen tertentu.
2. Memastikan bahwa proses tertentu tidak terlalu dominan.
3. Memastikan bahwa anggota baru dijelaskan tentang peran dan
tanggung jawab.
4. Menentukan keseimbangan yang tepat antara garis dan tanggung
jawab proyek.
5. Mendistribusikan kerja antara kelompok untuk mendapatkan
efisiensi kerja yang lebih baik.
71
6. Terbuka untuk menyelesaikan konflik dan diskusi.
2.6 Fokus Area Tata Kelola Teknologi Informasi
Dalam proses pemilihan domain diperlukan proses identifikasi masalah
sehingga penentuan domain lebih tepat sasaran (Fitroh, Siregar, & Rustamaji,
2017). Domain proses yang dipilih untuk dilakukan evaluasi berdasarkan
kebutuhan dan di dukung oleh kerangka kerja COBIT 5. Fakta yang ditemukan pada
Subdit SISDA, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat yaitu:
a. Perilaku dan budaya kerja SDM pada Ditjen SDA yang kurang optimal
dalam penggunaan TI, sehingga keberadaan TI yang tersedia tidak mencapai
Value of Bussiness dibuatnya TI. Sehingga diperlukannya pengoptimalan
ketangkasan sumberdaya dalam lingkungan TI yang tersedia.
b. Kurangnya ketersedian informasi pada beberapa Aplikasi SISDA yang
mengakibatkan sulitnya pegawai pada lingkup Ditjen SDA untuk mengolah
data-data terkait hingga kemudian berdampak pada lamanya para top level
management mendapatkan informasi sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Sehingga diperlukannya pengelolaan performa TI yang baik
untuk menghasilkan informasi yang baik juga.
Bedasarkan fakta tersebut, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan
pemetaan enterprise goals yang memiliki keselarasan dengan yang dibutuhkan oleh
Subdit SISDA, sebagai berikut:
72
Gambar 2.10 Pemetaan Stakeholder Needs ke Enterprise Goals
Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, serta melihat fakta yang ditemukan
pada instansi, maka enterprise goals yang selaras dan dipilih dalam penelitian ini
adalah nomor enam belas (16) Skilled and motivated people dan nomor sembilan
(9) Information-based strategic decision making. Tahapan yang dilakukan
selanjutnya adalah melakukan pemetaan terhadap IT-related goals, sebagai berikut:
73
Gambar 2.11 Pemetaan Enterprise Goal ke IT-related Goal
Keterangan :
P = Primary, memiliki hubungan penting dan merupakan dukungan utama untuk
pencapaian tujuan yang berhubungan dengan TI.
74
S = Secondary: masih memiliki hubungan yang kuat, namun kurang penting dan
merupakan dukungan sekunder untuk pencapaian tujuan yang berhubungan dengan
TI.
Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, sesuai dengan diskusi dan fokus
evaluasi yang akan dilakukan pada Subdit SISDA, maka IT Related goals yang
selaras dan dipilih dalam penelitian adalah nomor empat belas (14) Availability of
reliable and useful information for decision making dan nomor enam belas (16)
Competent and motivated business and IT personnel.
Tahapan selanjutnya adalah melakukan pemetaan terhadap Enabler Goals
sebagai berikut:
75
Gambar 2.12 Pemetaan Pemilihan Proses
76
Setelah melihat fakta yang ditemukan pada Subdit SISDA dan melakukan
kuesioner (prapenelitian) pada Subdit SISDA, peneliti dan pihak Subdit SISDA
menentukan proses domain yang selaras dan dipilih untuk dikaji lebih lanjut dalam
penelitian ini adalah EDM04 (Ensure Resource Optimisation) dan BAI04 (Manage
Availability and Capacity).
2.6.1 EDM04 (Ensure Resource Optimisation)
Menurut ISACA (2012), deskripsi dari proses EDM04 adalah
memastikan kemampuan IT yang memadai (karyawan, proses, dan
teknologi) untuk mendukung tujuan perusahaan secara efektif dengan biaya
yang optimal.
Tujuan dari proses tersebut adalah memastikan sumber daya yang
dibutuhkan perusahaan terpenuhi secara optimal, biaya IT ditekan secara
optimal, dan juga memastikan kemungkinan bertambahnya keuntungan dan
kesediaan untuk perubahan di masa depan.
2.6.2 BAI04 (Manage Availability and Capacity)
Menurut ISACA (2012), deskripsi dari proses BAI04 adalah
menyeimbangkan kebutuhan saat ini dan masa mendatang baik dalam segi
ketersediaan, kinerja dan kapasitas dengan penyedia layanan dengan biaya
efektif. Termasuk penilaian kemampuan saat ini, peramalan kebutuhan
masa mendatang berdasarkan kebutuhan bisnis, analisis dampak bisnis dan
penilaian risiko untuk merencanakan dan melaksanakan tindakan dalam
memenuhi persyaratan yang teridentifikasi.
77
Tujuan dari proses ini adalah menjaga ketersediaan layanan,
manajemen sumber daya yang efisien dan mengoptimal kinerja sistem
melalui prediksi kinerja masa depan dan kebutuhan kapasitas.
2.6.3 Identifikasi Kebutuhan Dokumen
Dalam melakukan proses evaluasi pada Subdit Sistem Informasi dan
Data, maka diperlukan identikasi kebutuhan dokumen yang perlu disiapkan
instansi untuk mendukung pelaksanaan evaluasi ini.
a. EDM04 (Ensure Resource Optimisation)
Dalam mencapai kapabilitas level 1, maka aktivitas yang
harus dilakukan adalah mengecek proses-proses COBIT apakah
sudah terlaksana atau belum oleh Subdit SISDA. Berikut rincian
daftar kapabilitas level 1 adalah:
1. EDM04.01 (Evaluate Rresource Management), yaitu
memeriksa dan menilai kebutuhan saat ini dan masa depan
untuk sumber daya terkait TI, opsi untuk sumber daya
(termasuk strategi sumber), dan prinsip alokasi dan
manajemen untuk memenuhi kebutuhan perusahaan secara
optimal.
Input : Gaps dan perubahan yang dibutuhkan untuk
mewujudkan kemampuan target, rencana pengembangan
keterampilan, dan keputusan hasil evaluasi pemasok.
78
Output : Prinsip panduan untuk alokasi sumber daya dan
kemampuan, arsitektur enterprise, dan rencana sumber daya
yang disetujui.
2. EDM04.02 (Direct Resource Management), yaitu
memastikan penerapan prinsip pengelolaan sumber daya
untuk memungkinkan penggunaan sumber daya TI secara
optimal selama siklus hidup ekonomi penuh mereka.
Input : -
Output : Komunikasi strategi, penugasan tanggung jawab
untuk pengelolaan, dan prinsip untuk melindungi sumber
daya.
3. EDM04.03 (Monitor Resource Management), Pantau
sasaran dan metrik utama dari proses pengelolaan sumber
daya dan buat bagaimana penyimpangan atau masalah
diidentifikasi, dilacak dan dilaporkan untuk remediasi.
Input : -
Output : Feedback mengenai alokasi dan efektivitas sumber
daya dan kemampuan, tindakan perbaikan untuk mengatasi
penyimpangan pengelolaan sumber daya
Untuk penilaian kapabilitas level 2 sampai dengan level 5,
dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk penialain sekaligus
berperan sebagai bukti pengelolaan prose yang dilaksanakan
tersebut adalah:
79
1. Dokumentasi Proses; Nama proses, pemilik proses, ruang
lingkup proses, peranan proses, peta proses, digram RACI,
matriks control internal, dan prosedur proses.
2. Rencana Proses: Tujuan performa proses, pengurusan
sumber daya proses, komunikasi proses, infrastruktur proses,
lingkungan kerja, kebutuhan kemampuan dan pengalaman,
dan kebutuhan pelatihan.
3. Rencana Kualitas: Pernyataan kebijakan kualitas dan
tujuan, isi hasil kerja, kriteria kualitas hasil kerja sebagai
dasar review dan persetujuan, dokumentasi hasil kerja, dan
pengendalian perubahan hasil kerja.
4. Catatan Kualitas: Catatan review hasil kerja terhadap
ketentuan dan tindakan yang diambil.
5. Kebijakan dan Standar: Tujuan dan tanggung jawab
proses, batas performa minimum proses, pemetaan proses
standar, termasuk urutan yang diharapkan dan interaksi antar
proses, prosedur yang terstandarisasi, peran dan kompetensi
yang dibutuhkan untuk melakukan proses, infrastruktur dan
lingkungan kerja untuk melakukan proses, ketentuan
pelaporan dan pemantauan termasuk audit.
6. Rencana Peningkatan Proses: Tujuan peningkatan proses,
analisis terhadap best practice, kesempatan pengembangan
80
teknologi, tindakan peningkatan rencana implementasi
peningkatan, dan pendekatan kualitas proyek.
7. Rencana Pengukuran Proses: Tujuan pengukuran,
indicator pengukuran yang disarankan, prosedur
pengumpulan data, dan prosedur analisis.
8. Rencana Pengendalian Proses: Teknik pengendalian
pendekatan pengukuran dan batasan performa normal.
9. Catatan Performa Proses: Catatan review terhadap
ketentuan dan tindakan yang diambil.
Perincian dari dokumen yang dibutuhkan untuk penilaian
masing-masing level adalah sebagai berikut:
• Level 2 = 1, 2, 3, dan 4
• Level 3 = 1, 2, 4, 5, dan 9
• Level 4 = 2, 6, 7, 8 dan 9
• Level 5 = 6 dan 9
b. Manage Availability and Capacity ( BAI04 )
Dalam mencapai kapabilitas level 1, maka aktivitas yang
harus dilakukan adalah mengecek proses-proses COBIT apakah
sudah terlaksana atau belum oleh Subdit Sistem Informasi dan Data.
Berikut rincian daftar kapabilitas level 1 adalah:
81
1. BAI04.01 (Assess Current Availability), yaitu menilai
ketersediaan, kinerja dan kapasitas layanan dan sumber daya
untuk memastikan bahwa biaya sesuai dan kinerja tersedia
untuk mendukung kebutuhan bisnis. Membuat ketersediaan,
kinerja dan kapasitas dasar untuk perbandingan masa depan.
Input : Definisi kebutuhan, daftar risiko kebutuhan.
Output : Ketersediaan, kinerja dan kapasitas dasar; evaluasi
terhadap SLA.
2. BAI04.02 (Assess Business Impact), yaitu mengidentifikasi
layanan penting untuk perusahaan, layanan peta dan sumber
daya untuk proses bisnis, dan mengidentifikasi dependensi
bisnis.
Input: SLA internal dan eksternal.
Output: Skenario ketersediaan, kinerja dan kapasitas;
ketersediaan, kinerja dan kapasitas penilaian dampak bisnis.
3. BAI04.03 (Plan for New or Changed Service Requirement),
yaitu merencanakan dan memprioritaskan ketersediaan,
kinerja dan kapasitas implikasi dari perubahan kebutuhan
bisnis dan permintaan layanan.
Input : Konfirmasi penerimaan kriteria dari stakeholder,
spesifikasi desain yang disetujui, komponen dokumen solusi.
82
Output : Perbaikan yang diprioritaskan, rencana kinierja dan
kapasitas.
4. BAI04.04 (Monitor and Review Availability and Capacity),
yaitu memantau, mengukur, menganalisa, melaporkan dan
mengulas ketersediaan, kinerja dan kapasitas.
Mengidentifikasi penyimpangan dari penetapan acuan dasar.
Input: -
Output: Laporan ketersediaan dan kinerja.
5. BAI04.05 (Investigate and Address Availability,
Performance and Capacity Issues), yaitu menyampaikan
penyimpangan dengan menyelidiki dan menyelesaikan
identifikasi masalah ketersediaan, kinerja dan kapasitas.
Input: -
Output: Kesenjangan kinerja dan kapasitas, aksi perbaikan,
prosedur eskalasi darurat.
Untuk penilaian kapabilitas level 2 sampai dengan level 5,
dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk penialain sekaligus
berperan sebagai bukti pengelolaan proses yang dilaksanakan
tersebut adalah:
1. Dokumentasi Proses; Nama proses, pemilik proses, ruang
lingkup proses, peranan proses, peta proses, digram RACI,
matriks control internal, dan prosedur proses.
83
2. Rencana Proses: Tujuan performa proses, pengurusan
sumber daya proses, komunikasi proses, infrastruktur proses,
lingkungan kerja, kebutuhan kemampuan dan pengalaman,
dan kebutuhan pelatihan.
3. Rencana Kualitas: Pernyataan kebijakan kualitas dan
tujuan, isi hasil kerja, kriteria kualitas hasil kerja sebagai
dasar review dan persetujuan, dokumentasi hasil kerja, dan
pengendalian perubahan hasil kerja.
4. Catatan Kualitas: Catatan review hasil kerja terhadap
ketentuan dan tindakan yang diambil.
5. Kebijakan dan Standar: Tujuan dan tanggung jawab
proses, batas performa minimum proses, pemetaan proses
standar, termasuk urutan yang diharapkan dan interaksi antar
proses, prosedur yang terstandarisasi, peran dan kompetensi
yang dibutuhkan untuk melakukan proses, infrastruktur dan
lingkungan kerja untuk melakukan proses, ketentuan
pelaporan dan pemantauan termasuk audit.
6. Rencana Peningkatan Proses: Tujuan peningkatan proses,
analisis terhadap best practice, kesempatan pengembangan
teknologi, tindakan peningkatan rencana implementasi
peningkatan, dan pendekatan kualitas proyek.
84
7. Rencana Pengukuran Proses: Tujuan pengukuran,
indicator pengukuran yang disarankan, prosedur
pengumpulan data, dan prosedur analisis.
8. Rencana Pengendalian Proses: Teknik pengendalian
pendekatan pengukuran dan batasan performa normal.
9. Catatan Performa Proses: Catatan review terhadap
ketentuan dan tindakan yang diambil.
Perincian dari dokumen yang dibutuhkan untuk penilaian
masing-masing level adalah sebagai berikut:
• Level 2 = 1, 2, 3, dan 4
• Level 3 = 1, 2, 4, 5, dan 9
• Level 4 = 2, 6, 7, 8 dan 9
• Level 5 = 6 dan 9
2.7 Optimalisasi Sumber Daya
Sumber daya adalah segala sesuatu yang merupakan aset perusahaan untuk
mencapai tujuannya. Sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikategorikan
atas empat tipe sumber daya seperti finansial, fisik, manusia, dan kemampuan
teknologi (Hasibuan, 2007).
Menurut Isnaini (2015), Sumber daya TI terdiri dari perangkat keras
komputer, perangkat lunak komputer, para spesialis informasi, pemakai, fasilitas,
database, dan informasi. Perusahaan harus mengelola sumber daya tersebut untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Sementara menurut ISACA (2012) sendiri, sumber
daya yang termaksud dalam proses EDM04 yaitu Sumber Daya Manusia, Sumber
85
Daya Proses, dan Sumber Daya Teknologi yang dimana proses EDM04 sendiri
adalah memastikan kemampuan IT yang mencukupi dan memadai (manusia, proses
dan teknologi) yang tersedia untuk mendukung tujuan perusahaan secara efektif
dengan biaya optimal.
Terdapat berbagai macam hal yang dapat mempengaruhi buruknya
pengoptimalan sumber daya seperti kurangnya keahlian SDM dalam memanfaatkan
/ menggunakan sumber daya yang tersedia. Maka dari itu perlunya di
implementasikan suatu konsep / sistem yang dapat melakukan pengelolaaan
ataupun pengoptimalan sumber daya seperti dalam penggunaan Enterprise
Resource Planning (ERP).
ERP adalah sebuah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber
daya perusahaan meliputi dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu, material dan
kapasitas yang berpengaruh luas mulai dari manajemen paling atas hingga
operasional di sebuah perusahaan agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder)
atas perusahaan tersebut (Widiyanti, 2013).
Sedangkan menurut Wibisono (2008), Enterprise Resource Planning (ERP)
adalah sistem informasi terintegrasi yang dapat mengakomodasikan kebutuhan –
kebutuhan sistem informasi secara spesifik untuk departemen – departemen yang
berbeda pada suatu perusahaan. Sistem ERP adalah sebuah terminologi yang
diberikan kepada sistem informasi yang mendukung transaksi atau operasi sehari-
hari dalam pengelolaan sumber daya perusahaan. Sumber daya tersebut meliputi
dana, manusia, mesin, suku cadang, waktu, material dan kapasitas. ERP terdiri dari
86
bermacam – macam modul yang disediakan untuk berbagai kebutuhan dalam suatu
perusahaan, dari modul untuk keuangan sampai modul untuk proses distribusi.
Sedikitnya ada 3 sumber daya di dalam perusahaan yang perlu dikelola secara
benar. Inilah mengapa perangkat lunak ERP kebanyakan mempunyai 3 modul
utama sebagai berikut :
a. Financial
1) FI - Financial Accounting, digunakan sebagai parameter untuk
perhitungan keuntungan, mengukur kinerja keuangan dengan berbasis
pada data transaksi. Modul FI juga menyediakan data yang dapat
digunakan sebagai alat audit dalam laporan keuangan.
2) CO-Controlling, fungsi dari modul CO adalah untuk mendukung empat
kegiatan pokok :
• Pengendalian investasi.
• Pengendalian kegiatan keuangan, memantau dan merencanakan
kegiatan pembayaran sesuai dengan jadwal.
• Pengendalian kegiatan pembelian, pengadaan dan penggunaan
dana dalam unit – unit kerja.
• Pengendalian biaya dan keuntungan berdasarkan semua aktifitas
perusahaan
3) IM - Investment Management, modul IM berkaitan dengan fungsi
modul TR, dengan modul IM lebih ditujukan untuk analisis investasi
jangka panjang dan aset tetap dari perusahaan untuk membuat
keputusan.
87
4) EC - Enterprise Controlling, modul EC adalah untuk memberikan akses
mengenai :
• Kondisi keuangan perusahaan
• Hasil dari perencanaan dan pengendalian perusahaan
• Pengembangan Investasi, Pemeliharaan aset – aset yang dimiliki
• Pengembangan SDM perusahaan
• Kondisi pasar yang berkaitan dengan pengambilan keputusan
• Faktor-faktor struktural dari proses bisnis, seperti struktur
produksi, struktur biaya, neraca dan laporan rugi laba
5) TR – Treasury, modul TR berfungsi untuk mengintegrasikan antara
cash management dan cash forecasting dengan aktifitas logistik dan
transaksi keuangan.
b. Distribution dan Manufacturing
1) LE - Logistics Execution, modul LE merupakan modul yang terkati
dengan modul lain, seperti modul PP, EC, SD, MM, PM dan QM.
Modul ini fokus pada pengaturan logistik dari pembelian hingga
distribusi.
2) SD - Sales Distribution, modul SD ditekankan pada penggunaan
strategi penjualan yang mampu mengantisipasi perubahan pasar.
Prioritas utama dari penggunaan modul ini adalah untuk membuat
struktur data yang mampu merekam, menganalisis, dan mengontrol
aktifitas untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan dan
88
menghasilkan keuntungan yang layak dalam periode akuntansi yang
akan datang.
3) MM - Materials Management, fungsi utama dari modul MM adalah
untuk membantu manajemen dalam aktifitas sehari-hari dalam tipe
bisnis apapun yang memerlukan konsumsi material, termasuk energi
dan pelayanan
4) PP - Production Planning, modul PP ini berfungsi dalam
merencanakan dan mengendalikan jalannya material sampai kepada
proses pengiriman produk.
5) PM - Plant Maintenance, modul PM berfungsi untuk mendukung dan
mengontrol pemeliharaan peralatan, mengatur data perawatan, dan
mengintegrasikan data komponen peralatan dengan aktifitas
operasional yang sedang berjalan.
6) QM - Quality Management, modul QM terintegrasi dengan modul PP-
PI Production. Salah satu fungsi dari modul QM adalah untuk
menyediakan master data yang dibutuhkan berdasarkan rekomendasi
dari ISO-9000 series.
7) PS - Project System, modul PS dikonsentrasikan untuk mendukung
kegiatan berikut ini:
• Perencanaan terhadap waktu dan nilai
• Perencanaan detail dengan menggunakan perencanaan cost
element atau unit cost dan menetapkan waktu kritis, pendeskripsian
aktifitas dan penjadwalan
89
• Koordinasi dari sumber daya melalui otomasi permintaan material,
manajemen dan kapasitas material, serta sumber daya manusia
• Pemantauan terhadap material, kapasitas dan dana selama proyek
berjalan
• Penutupan proyek dengan analisis hasil dan perbaikan
c. Human Resources, berfungsi untuk :
• Memudahkan melaksanakan manajemen yang efektif dan tepat waktu
terhadap gaji, benefit dan biaya yang berkaitan dengan SDM
perusahaan
• Melindungi data personalia dari pihak luar
• Membangun sistem perekrutan dan pembangunan SDM yang efisien
melalui manajemen karir
Jadi dalam melakukan pengelolaan / pengoptimalan khususnya sumberdaya
yang terkait dengan permasalahan, Subdit SISDA dapat menggunakan ERP pada
modul Human Resource untuk permasalahan Sumber Daya Manusia, pada modul
Enterprise Controlling untuk permaslahan Sumber Daya Proses, dan pada modul
Project System untuk permaslahan Sumber Daya Teknologi.
2.8 Ketersediaan Informasi
Informasi merupakan sejumlah data yang sudah diolah atau diproses melalui
prosedur pengelolaan data dalam rangka menguji tingkat kebenarannya sesuai
dengan kebutuhan. Jadi intinya untuk membedakan informasi dengan data adalah
jika informasi mempunyai kandungan “makna”, sedangkan data tidak. Pengertian
makna disini merupakan hal yang sangat penting, karena berdasarkan maknalah
90
penerima dapat memahami informasi tersebut dan secara lebih jauh dapat
menggunakannya untuk menarik suatu kesimpulan bahkan mengambil kesimpulan
(Muljono & Wahjuni, 2011).
Berdasarkan teori dari Kuhlthau kebutuhan informasi muncul karena
adanya gap (kesenjangan informasi) antara informasi yang dimiliki oleh seseorang
dengan informasi yang seharusnya dimiliki oleh orang tersebut untuk mendukung
kegiatannya sehari-hari memunculkan kebutuhan informasi (Anri, 2013).
Menurut Damanik (2012), untuk memenuhi kebutuhan informasi
dibutuhkan adanya mekanisme akses terhadap informasi dan ketersediaan
informasi. Akses terhadap informasi membutuhkan ketersediaan infrastruktur
(telekomunikasi, listrik) dan perangkat (hardware dan software) serta penguasaan
penggunaan komputer (literasi komputer). Sedangkan menurut Cantor &
Macdonald (2009), ketersediaan informasi dapat memainkan peran khusus dalam
menangani masalah perilaku dan operasional dalam rantai pasokan.
Kemudian perlunya sebuah teknologi dalam melakukan pengelolaan
ketersediaan informasi untuk menghindari permasalahan-permasalahan terkait dari
kurangnya ketersediaan data dan informasi seperti dalam penggunaan teknologi Big
Data.
Big Data merupakan sebuah kombinasi teknologi yang dapat mengelola
data yang beragam dalam jumlah besar, dengan kecepatan yang tepat, dan pada saat
yang tepat untuk keperluan analisis dan reaksi. Penggunaan big data dalam suatu
sistem kerja akan membantu banyak aspek diataranya efisiensi data, dan
memungkinkan penyimpanan data dalam kapasitas yang besar, serta
91
memungkinkan sistem terintegrasi dengan baik. Penggunaan big data diharapkan
dapat memangkas banyak biaya dan meminimalkan pengelolaan data sehingga
kebutuhan data secara real time dapat terpenuhi (Alawiah, 2017).
Juga menurut Kementerian Informasi dan Informatika (2015) dalam Buku
Saku Big Data, ketersediaan data skala besar dan murah dewasa ini seharusnya
mendorong berbagai pihak untuk lebih mengaplikasikan Big Data analitik. Terlebih
dengan peluang dan keuntungan yang bisa didapat, penerapan Big Data sangat
potensial, khususnya di pemerintahan.
Menurut Sirait (2016), penerapan Big Data dimaksudkan untuk
menunjukkan proses evolusi yang dilakukan oleh sebuah organisasi dalam
mengintegrasikan, mengelola, dan memanfaatkan semua sumber data yang relevan
baik internal dan eksternal.
Konsep Big Data mengacu pada 3V: volume, variety, velocity, dan ada yang
menambahkan unsur V lainnya seperti veracity dan value. Volume (kapasitas data)
berkaitan dengan ukuran media penyimpanan data yang sangat besar atau mungkin
tak terbatas hingga satuan petabytes atau zettabytes; variety (keragaman data)
terkait tipe atau jenis data yang dapat diolah mulai dari data terstruktur hingga data
tidak terstruktur; sedangkan velocity (kecepatan) terkait dengan kecepatan
memroses data yang dihasilkan dari berbagai sumber, mulai dari data batch hingga
real time, sementara karakteristik veracity (kebenaran) dan value (nilai) terkait
dengan ketidakpastian data dan nilai manfaat dari informasi yang dihasilkan.
92
Dalam mengimplementasikan teknologi Big Data di suatu organisasi, ada 4
elemen penting yang menjadi tantangan, yaitu data, teknologi, proses, dan SDM
(Aryasa, 2015) :
• Data, deskripsi dasar dari data menunjuk pada benda, event, aktivitas, dan
transaksi yang terdokumentasi, terklasifikasi, dan tersimpan tetapi tidak
terorganisasi untuk dapat memberikan suatu arti yang spesifik. Data yang
telah terorganisir sehingga dapat memberikan arti dan nilai kepada
penerima, disebut informasi (Rainer & Cegielski, 2009).
• Teknologi, hal ini terkait dengan infrastruktur dan tools dalam
pengoperasian Big Data, seperti teknik komputasi dan analitik, serta media
penyimpanan (storage). Biasanya, organisasi tidak akan mengalami kendala
yang berarti dalam hal teknologi karena teknologi bisa didapatkan dengan
membeli atau kerjasama dengan pihak ketiga.
• Proses, dalam proses mengadopsi teknologi Big Data dibutuhkan perubahan
budaya organisasi. Misalnya, sebelum adanya Big Data, seorang pimpinan
dalam menjalankan organisasi, melakukan pengambilan keputusan hanya
berdasarkan ‘intuisi’ berdasarkan nilai, keyakinan atau asumsinya. Namun
setelah adanya teknologi Big Data, pimpinan mampu bertindak “data-
driven decision making” artinya mengambil keputusan berdasarkan data
yang akurat dan informasi yang relevan.
• Sumber Daya Manusia (SDM), dalam mengaplikasikan teknologi Big Data
dibutuhkan SDM dengan keahlian analitik dan kreativitas yaitu
kemampuan/keterampilan untuk menentukan metode baru yang dapat
93
dilakukan untuk mengumpulkan, menginterpretasi dan menganalisis data,
keahlian pemrograman komputer, dan ketrampilan bisnis yaitu pemahaman
tentang tujuan bisnis.
2.9 Metode Skala Pengukuran Capability Level
2.7.1 Skala Likert
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Skala Likert sebagai
metode perhitungan pada instrumen penelitian. Skala likert merupakan
skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu (Budiman,
2014).
Menurut (Sugiyono, 2015), Skala Likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti dan selanjutnya disebut sebagai variable penelitian. Data yang telah
terkumpul melalui kuesioner, kemudian diolah kedalam bentuk kuantitatif,
yaitu dengan cara menetapkan skor jawaban dari pertanyaan yang telah
dijawab oleh responden, dimana pemberian skor tersebut didasarkan pada
ketentuan sebagai berikut :
Tabel 2.14 Skor Skala Likert (Sugiyono, 2015)
Alternatif Skor
Positif Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu – Ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
94
2.7.2 Skala Rating Scale
Pada COBIT 5, penilai menggunakan skala ini untuk mengetahui
tingkat kemampuan yang dicapai. Atribut peringkat menggunakan skala
peringkat standar yang terdiri dari:
1. N (Not Achieved)
Kategori ini tidak ada atau hanya sedikit bukti atas pencapaian
atribut proses tersebut. Range nilai yang diraih pada kategori ini
berkisar 0-15%.
2. P (Partially Achieved)
Kategori ini terdapat beberapa bukti mengenai pendekatan, dan
beberapa pencapaian atribut atas proses tersebut. Range nilai yang
diraih pada kategori ini berkisar 15-50%.
3. L (Largely Achieved)
Kategori ini terdapat bukti atas pendekatan sistematis, dan
pencapaian signifikan atas proses tersebut, meski mungkin masih
ada kelemahan yang tidak signifikan. Range nilai yang diraih pada
kategori ini berkisar 50-85%.
4. F (Fully Achieved)
Kategori ini terdapat bukti atas pendekatan sistematis dan lengkap,
dan pencapaian penuh atas atribut proses tersebut. Tidak ada
kelemahan terkait atribut proses tersebut. Range nilai yang diraih
pada kategori ini berkisar 85-100%.
95
Tabel 2.15 Rating Levels (ISACA, 2013)
Menurut ISACA (2012), suatu proses cukup meraih kategori
Largely Achieved (L) atau Fully Achieved (F) untuk dapat dinyatakan bahwa
proses tersebut telah meraih suatu tingkat kapabilitas tersebut, namun proses
tersebut harus meraih kategori Fully Achieved (F) untuk dapat melanjutkan
penilaian ke tingkat kapabilitas berikutnya, misalnya bagi suatu proses
untuk meraih tingkat kapabilitas 3, maka tingkat 1 dan 2 proses tersebut
harus mencapai kategori Fully achieved (F) sementara tingkat kapabilitas 3
cukup mencapai kategori Lagerly Achieved (L) atau Fully Achieved (F).
2.7.3 Pengukuran Capability Level menggunakan Skala Likert
Pada bukunya Surendro (2009) berjudul “Implementasi Tata Kelola
TI”, dijelaskan tentang hasil dari perhitungan kuesioner yang direkapitulasi
untuk dapat merepresentasikan persentase dan C apability Level. Maka
dapat dijelaskan dengan rumus penilaian sebagai berikut:
1. Menghitung Rekapitulasi Jawaban Kuesioner
C = 𝑯
𝑱𝑹 × 100%
96
Keterangan :
C : Rekapitulasi jawaban kuesioner Capability Level (dalam
bentuk persentase pada masing-masing pilihan jawaban a, b, c,
d, e atau f di masing-masing aktivitas).
H : Jumlah jawaban kuesioner Capability Level pada masing-
masing pilihan jawaban level 0, 1, 2, 3, 4, atau 5 di setiap
aktivitas.
JR : Jumlah Responden/Narasumber.
2. Menghitung Nilai dan Level Kapabilitas
NK = (𝑳𝑷×𝑵𝒌)𝟎+(𝑳𝑷×𝑵𝒌)𝟏+(𝑳𝑷×𝑵𝒌)𝟐+(𝑳𝑷×𝑵𝒌)𝟑+(𝑳𝑷×𝑵𝒌)𝟒+(𝑳𝑷×𝑵𝒌)𝟓
𝟏𝟎𝟎
Keterangan :
NK : Nilai kematangan pada proses TI
LP : Level percentage ( tingkat persentase pada setiap distribusi
jawaban kuisioner capability level )
Nk : Nilai kematangan yang tertera pada tabel pemetaan jawaban,
nilai dan tingkat kematangan.
Pada penelitian ini dilakukan pembedaan istilah antara nilai
kapabilitas dan tingkat kapabilitas. Nilai kapabilitas bisa bernilai tidak bulat
(bilangan desimal), yang merepresentasikan proses pencapaian menuju
suatu tingkat kapabilitas tertentu. Sedangkan tingkat kapabilitas lebih
menunjukkan tahapan atau kelas yang dicapai dalam proses kapabilitas,
yang dinyatakan dalam bilangan bulat (Surendro, 2009).
97
Untuk lebih memperjelas tingkat kapabilitas dapat dilihat
pengasumsian bahwa setiap sub proses memiliki nilai serta pembobotan
terhadap tingkat kapabilitas yang sama terhadap proses pada berikut.
Tabel 2.16 Pemetaan Jawaban Nilai dan Tingkat Kapabilitas
Rentang Nilai Jawaban Nilai Kapabilitas Tingkat Kapabilitas
0 – 0,50 0 0,00 0 ( Incomplete Process )
0,51 – 1,50 1 1,00 1 ( Performed Process )
1,51 – 2,50 2 2,00 2 ( Managed Process )
2,51 – 3,50 3 3,00 3 ( Established Process )
3,51 – 4,50 4 4,00 4 ( Predictable Process )
4,51 – 5,00 5 5,00 5 ( Optimizing Process )
98
98
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data-data yang dikumpulkan peneliti secara langsung dari
lapangan penelitian, sementara data sekunder diperoleh dari tinjauan literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.1.1 Observasi
Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara sistematis
dengam melihat fenomena dan gejala - gejala sosial yang terjadi untuk
kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 2015). Jenis observasi yang
dilakukan adalah non-partisipan, yaitu dalam hal ini peneliti tidak terlibat
dalam kegiatan perusahan, melainkan hanya sebagai pengamat independen.
Pengamatan ini dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai dengan Januari
2018 di Subdirektorat Sistem Informasi dan Data SDA, Direktorat Jenderal
Sumber Daya Alam, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
RI.
3.1.2 Wawancara
Wawancara adalah salah satu alat dalam pengumpulan data, yang
menggali informasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan ke
responden. Wawancara digunakan untuk memperoleh jawaban tentang apa
saja yang ingin diketahui sehubungan dengan suatu hal (Subagyo, 2015).
99
Dalam hal ini didapati hasil wawancara mengenai visi dan misi perusahaan,
struktur organisasi, program kerja Subdit SISDA, peraturan dan kebijakan
yang berlaku, bagaimana tata kelola TI organisasi, pengelolaan infrastruktur
TI, permasalahan terkait tata kelola TI yang sedang dihadapi dan ekspektasi
pengelolaan TI di Subdit SISDA.
Wawancara dilakukan bersama dengan Bapak Ardhyta Agus
Setiawan selaku Kepala Seksi Pengelolaan Data dan Informasi, dan Bapak
Tri Handoko selaku Kepala Seksi Pengembangan Sistem Informasi di
Subdit SISDA.
3.1.3 Kuisioner
Bentuk pengumpulan data selanjutnya adalah menggunakan
kuesioner. Instrumen ini merupakan alat pengumpulan data, sebagaimana
alat pengumpul data sebelumnya. Kuesioner diajukan pada responden
dalam bentuk tertulis disampaikan secara langsung ke alamat responden,
kantor atau tempat lain (Subagyo, 2015).
Dalam hal ini penulis mengajukan kuesioner penelitian kepada para
responden yang telah di pilih berdasarkan RACI chart untuk mengetahui
capability level pada Subdit SISDA yang berisi pertanyaan berdasarkan
aktivitas-aktivitas yang terdapat dalam proses yang dipilih pada COBIT 5
yakni proses EDM04 (Ensure Resource Optimisation) dan BAI04 (Manage
Availability and Capacity).
100
3.1.4 Tinjauan Literatur
Tinjauan literatur yang dilakukan untuk membantu penyusunan
skripsi ini dengan membaca dan mempelajari berbagai referensi bacaan
berupa jurnal, buku – buku dan penelitian sebelumnya yang terkait dengan
penelitian penulis. Jurnal dan penelitian terdahulu yang dipakai sebagai
referensi pada penelitian ini adalah yang berkaitan dengan tata kelola
teknologi informasi yang menggunakan framework COBIT.
Berikut ini merupakan tabel dari beberapa bahan tinjauan dalam
penelitian ini:
Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis
No Nama Tahun Judul Institusi
1
Fitrianingsih 2014
Audit Digital Library UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta Menggunakan
Framework COBIT 5
UIN Sunan
Kalijaga
Yogyakarta
Penelitian ini berfokus pada satu IT-Related Goals yaitu Optimisation of IT Assets,
Resource and Capabilities yang dimana fokus domainnya pada proses BAI04 (Manage
Availability and Capacity) dan MEA01 (Monitor, Evaluate and Asses Performance and
Conformance) dengan hasil penelitian untuk proses BAI04 dan MEA01 berada pada level
2 (Managed Process), kondisi dimana proses telah mencapai tujuannya dengan melakukan
pengelolaan (direncanakan, dimonitor dan disesuaikan), hasil dari proses secara tepat
ditetapkan, dikendalikan dan dipertahankan.
2
Rahmawati 2015
Usulan Tata Kelola Teknologi
Informasi (IT Governance)
Menggunakan Framework COBIT 5
(Studi Kasus: Pusat Informasi dan
Hubungan Masyarakat Kementerian
Agama)
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Penelitian ini berfokus pada satu IT-Related Goals yaitu Optimisation of IT Assets,
Resource and Capabilities yang dimana fokus domainnya pada proses EDM04 (Ensure
Resource Optimization) , APO01 (Manage the IT management Framework) dan APO07
(Manage Human Resources) yang menghasilkan rekomendasi secara umum berupa
melakukan proses pengelolaan kerangka kerja manajemen TI berupa membentuk kebijakan
maupun pengawasan untuk mendukung keberlangsungan tugas pokok dan fungsi yang
dimiliki Pusat Informasi dan Humas sebagai usulan perbaikan tata kelola teknologi
informasi di Pusat Informasi dan Humas Kementerian Agama RI.
101
No Nama Tahun Judul Institusi
3
Isnaini 2015
Evaluasi Tata Kelola Teknologi
Informasi Pada Lembaga Administrasi
Negara Menggunakan Framework
COBIT 5 Fokus Pada Proses Ensure
Resource Optimisation (EDM04) dan
Manage Human Resource (APO07)
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Penelitian ini berfokus pada satu IT-Related Goals yaitu Competent and Motivated Business
and IT Personnel yang dimana fokus domainnya pada proses EDM04 (Ensure Resource
Optimization) dan Manage Human Resource (APO07) yang mana berdasarkan hasil
capability level, tingkat kemampuan LAN dalam mengelola teknologi informasi secara
umum mengarah pada level 3, namun pencapaian pada setiap prosesnya belum terpenuhi
semuanya dan belum mencapai tujuanyang diharapkan oleh LAN.
4
Siregar 2016
Evaluasi Tata Kelola Teknologi
Informasi Berdasarkan Framework
COBIT 5 Pada Pusat Informasi dan
Hubungan Masyarakat Kementrian
Agama RI (Fokus EDM03, APO01,
MEA02)
UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Penelitian ini berfokus pada satu IT-Related Goals yaitu IT Compliance with Internal
Policies yang dimana fokus domainnya pada proses EDM03, APO01, MEA02. Pada
penelitian ini, Process Assessment Model (PAM) COBIT 5 digunakan sebagai metode yang
compatible untuk tujuan penilaian kapabilitas proses. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
capability level pada proses EDM03, APO01 dan MEA02 berada pada level 2 (Managed
Process), dengan tingkat kapabilitas yang diharapkan berada di level 4. Dalam penelitian
ini, peneliti memberikan rekomendasi agar membuat program manajemen resiko keamanan
informasi, membuat kebijakan tegas terkait ketidakpatuhan pegawai pada regulasi
danmembuat perencanaan sumber daya manusia
5
Wella &
Sirapanji 2016
Evaluasi Tata Kelola Teknologi
Informasi Universitas Multimedia
Nusantara Periode 2016
Universitas
Multimedia
Nusantara
Penelitian ini berfokus pada satu IT-Related Goals yaitu Aligment of IT and Business
Strategy yang dimana berfokus pada EDM01, EDM02, APO01, APO02, APO03, APO05,
APO07, APO08, BAI01, dan BAI02. Dari hasil evaluasi, didapatkan hasil bahwa tingkat
kapabilitas pada proses EDM01 berada pada level 1 dengan skor 81,84%, EDM02 berada
pada level 1 dengan skor 76,17%, APO01 berada pada level 1 dengan skor 73,53%, APO02
hanya mencapai level 1 dengan skor 67,72%, APO03 mencapai level 1 dengan skor 52,3%,
APO05 pada level 1 dengan skor 66,436%, APO07 pada level 1 dengan skor 64,199%,
APO08 pada level 1 dengan skor 75,187%, BAI01 berada pada level 1 dengan skor 56,32%,
dan BAI02 berada pada level 1 dengan skor 65,2%.
Dari hasil tinjauan dari lima literatur sejenis diatas, perbedaan yang ada
pada penelitian ini dari adalah pada penelitian ini terdapat dua permasalahan IT-
Related Goals yang dibahas yaitu Competent and motivated business and IT
personnel dan Availability of reliable and useful information for decision making.
102
Sedangkan pada jurnal ataupun skripsi sejenis terdahulu tersebut melakukan
pemataan permasalahan hanya pada satu IT-Related Goals saja.
3.2 Metode Analisis Data
3.2.1 Initiation
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data primer yang bertujuan
untuk menjelaskan hasil identifikasi dari informasi yang diperoleh langsung
dari Subdit SISDA seperti gambaran umum organisasi dan sebagainya.
Selain itu data yang dikumpulkan pada tahapan ini berupa data pendukung
mengenai kondisi pengelolaan sumber daya manusia pada Subdit SISDA
yang membantu dalam proses penetapan proses domain COBIT 5 untuk
dilakukan evaluasi.
3.2.2 Planning the Assessment
Tahap kedua adalah dilakukan rencana penilaian yang bertujuan
untuk mendapatkan hasil evaluasi penilaian capability level. Pada struktur
organisasi dalam COBIT 5 dilakukan pemetaan terhadap fungsional-
fungsional yang terdapat dalam struktur organisasi Subdit SISDA.
Kemudian membuat kuesioner penelitian berdasarkan aktivitas yang
terdapat pada proses EDM04 (Ensure Resource Optimisation) dan BAI04
(Manage Availability dan Capacity). Sehingga jawaban dari kuesioner
diharapkan dapat disesuaikan dan menjadi representasi keadaan yang ada di
instansi terkait.
103
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini,
maka dibuatlah kuesioner yang dikembangkan dari COBIT 5. Pertanyaan
yang dibuat pada kuesioner dikembangkan dari framework COBIT 5
(Kuesioner Terlampir). Pada penelitian ini menggunakan kuesioner
Capability Level dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Kuisioner Capability Level
Objek pertanyaan pada kuesioner capability level
dikembangkan dari deskripsi model tingkat kematangan COBIT 5
pada proses sebagai berikut:
a. EDM04 (Ensure Resource Optimisation), yang terdiri dari :
• EDM04.01 (Mengevaluasi Pengelolaan Sumber Daya)
• EDM04.02 (Pengelolaan Sumber Daya Secara
Langsung)
• EDM04.03 (Memonitor Pengelolaan Sumber Daya).
b. BAI04 (Manage Availability and Capacity), yang terdiri
dari;
• BAI04.01 (Menilai Ketersedian, Kinerja dan Kapasitas
Saat Ini Menciptakan Baseline)
• BAI04.02 (Menilai Dampak Bisnis )
• BAI04.03 (Merencanakan Persyaratan Layanan Baru
atau Yang Telah Diubah)
• BAI04.04 (Memantau dan Me-review Ketersediaan dan
Kapasitas)
104
• BAI04.05 (Memantau dan Meninjau Ketersediaan dan
Kapasitas).
Kuesioner ini memakai skala likert yang memiliki ketentuan
jarak nilai dari 0 sampai 5 berdasarkan framework COBIT 5 seperti
yang dijelaskan pada BAB II skripsi ini. Tiap item dalam kuesioner
merupakan pertanyaan untuk mengetahui kondisi organisasi saat ini
(as is) dan kondisi yang diinginkan (to be). Penilaian tingkat
kematangan dan hasil kuesioner yang diberikan berdasarkan proses
capability level yang terdiri dari level 0-5.
2. Puposive Sampling
Metode yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah
purposive sampling dimana dilakukan dengan mengambil sampel
dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Pada teknik
purposive sampling untuk proses EDM04 (Ensure Resource
Optimisation) dan BAI04 (Manage Availability dan Capacity)
ditentukan dan disesuaikan menggunakan diagram RACI EDM04
dan BAI04 yang terdapat pada COBIT 5. Berdasarkan diagram
RACI yang telah ditetapkan pada EDM04 dan BAI04, telah
dikonversikan dengan struktur organisasi dalam Subdit SISDA.
Sehingga pihak-pihak yang dapat dijadikan responden untuk
mengisi kuesioner dalam menentukan tingkat kematangan adalah
sebagai berikut:
105
Tabel 3.2 Pemetaan RACI Chart Proses EDM04 ke Struktur Organisasi
No Fungsional Struktur COBIT Fungsi Struktur Subdit SISDA
1 Chief Executive Officer Kepala Subdit Sistem Informasi dan Data
2 Business Executive Kepala Subdit Sistem Informasi dan Data
3 Strategy (IT Executive) Committee Kepala Seksi Pengembangan Sistem
Informasi
4 Chief Information Officer Kepala Seksi Pengelolaan Data dan
Informasi
Tabel 3.3 Pemetaan RACI Chart Proses BAI04 ke Struktur Organisasi
No Fungsional Struktur COBIT Fungsi Struktur Subdit SISDA
1 Service Manager Staff Bagian Pengelolaan Data dan
Informasi
2 Head IT Operation Kepala Seksi Pengembangan Sistem
Informasi
3 Business Process Owner Kepala Seksi Pengelolaan Data dan
Informasi
4 Head Architect Kepala Seksi Pengembangan Sistem
Informasi
3.2.3 Briefing
Pada tahapan ini peneliti memberikan penjelasan mengenai
penelitian evaluasi kepada responden di Subdit SISDA sehingga dapat
memahami masukan, proses dan keluaran dalam unit organisasi dan proses
yang akan dinilai, dokumen-dokumen yang dibutuhkan, jadwal dan hasil
rekaptulasi wawancara yang telah dijawab oleh para responden sampai pada
tahap reporting atau pelaporan dari hasil evaluasi tata kelola teknologi
informasi.
3.2.4 Data Collection
Pada tahapan ini peneliti melakukan identifikasi terhadap kebutuhan
output untuk setiap proses yang akan dilakukan di Subdit SISDA sesuai
106
COBIT 5 untuk membuktikan terpenuhinya capability level yang telah
dicapai pada proses domain yang telah ditentukan sehingga lingkup proses
yang dinilai berdasarkan bukti yang objektif.
3.2.5 Data Validation
Pada tahapan ini peneliti melakukan validasi terhadap hasil temuan
dokumen yang ditunjukkan oleh para responden sesuai dengan RACI Chart
proses domain yang telah ditetapkan dengan memastikan bahwa
dokumentasi yang disampaikan oleh responden merupakan data yang akurat
dan cukup meliputi lingkup penilaian.
3.2.6 Process Attribute Level
Pada tahap ini peneliti melakukan rekaptulasi terhadap seluruh
proses yang ada pada proses domain yang telah ditetapkan dan melakukan
pengecekan Generic Work Product (GWP) secara bertahap pada proses
domain yang telah ditetapkan apakah proses tersebut telah memenuhi
persyaratan atas dokumentasi yang harus dipenuhi pada masing-masing
level, penilaian dilakukan berdasarkan data yang telah divalidasi pada tahap
sebelumnya.
3.2.7 Reporting the Result
Pada tahapan ini peneliti akan melaporkan hasil evaluasi tata kelola
teknologi informasi berupa hasil temuan, aktivitas tiap proses, dan gap yang
bertujuan untuk memberikan rekomendasi yang diusulkan oleh peneliti
107
untuk memperbaiki kekurangan yang ada berdasarkan hasil penelitian
sesuai dengan framework COBIT 5.
a. Penentuan Gaps
Penentuan gaps dapat dilakukan setelah mengetahui kondisi saat ini
(as is) dan kondisi yang diharapkan (to be). Gaps diperoleh dari
kekurangan pada tiap aktivitas, output, input, dan data-data pada
Generic Work Product yang belum terpenuhi.
b. Rekomendasi
Rekomendasi diperoleh dari hasil analisis penilaian capability level
dan analisis gap sebagai bentuk perancangan solusi untuk
memberikan suatu usulan perbaikan terhadap proses yang dinilai.
Usulan perbaikan yang disarankan mengarahkan Subdit SISDA
sesuai dengan level yang diharapkan.
3.3 Kerangka Berpikir
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi
beberapa teknik seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut :
108
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
98
109
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Initiation
Initiation merupakan tahapan awal dalam Assessment Process Activities
yang ada pada Process Assessment Model COBIT 5 dilakukan untuk memperoleh
informasi mengenai organisasi dan kondisi organisasi saat ini serta mengetahui apa
yang menjadi ekspektasi organisasi di masa akan datang. Berikut hasil dari tahap
Initiation yang didapatkan peneliti.
4.1.1 Sejarah Kementerian PUPR
Dalam buku Idris (1970) “Sejarah Perkembangan Pekerjaan
Umum”, dijelaskan istilah Pekerjaan Umum (PU) adalah terjemahan dari
bahasa Belanda “Openbare Werken” yang pada zaman Hindia Belanda
disebut “Waterstaat werken”. Dilingkungan pusat pemerintahan dibina oleh
Departemen Van Verkeer & Waterstaat (V&W). Departemen V&W
dikepalai oleh seorang direktur yang membawahi beberapa afdelingen
(departemen) dan diensten (layanan) sesuai dengan tugas dan / wewenang
kementerian ini.
Disamping yang tersebut diatas, yang meliputi bidang pekerjaan
umum juga Afdelingen Havenwezen (pelabuhan), Afdelingen
Electriciteitswezen (kelistrikan) dan Afdelingen Luchtvaart (penerbangan
sipil).
110
Setelah Belanda menyerah dalam perang pasifik pada tahun 1942
kepada Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3
wilayah pemerintahan, yaitu Jawa/Madura, Sumatera dan Indonesia Timur
dan tidak ada pusat pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke
tiga wilayah pemerintahan tersebut.
Dibidang pekerjaan umum pada tiap-tiap wilayah organisasi
pemerintahan militer Jepang tersebut, diperlukan organisasi zaman Hindia
Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari pihak Jepang.
Kantor pusat “V & W” di Bandung dinamakan Kotubu Bunsitsu. Sejak saat
itu istilah Pekerjaan Oemoem (P.O), Oeroesan Pekerdjaan Oemoem
(O.P.O), Pekerdjaan Umum (PU), disamping istilah Jepang yaitu Doboku
lazim dipergunakan.
Katubu Bonsitsu di Bandung hanya mempunyai hubungan dengan
wilayah pemerintahan di Jawa/Madura sedangkan dengan hubungan dengan
luar Jawa tidak ada. Organisasi Pekerjaan Umum di daerah-daerah, di
karesidenan-karesidenan pada umumnya berdiri sendiri-sendiri. Sistem
pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan sistem dan nama jaman
Ned. Indie (Hindia Belanda), disamping menurut sistem Jepang.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, maka semenjak itu pemuda-pemuda Indonesia mulai
berangsur-angsur merebut kekuasaan pemerintahan dari tangan Jepang baik
di pusat pemerintahan (Jakarta/Bandung) maupun pemerintahan daerah-
daerah. Sesudah pemerintahan Indonesia membentuk kabinet yang pertama,
111
maka para menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan
Umum pada waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil
tempat bekas gedung V&W (dikenal dengan nama “Gedung Sate”).
Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaan pemerintahan di
Hindia Belanda sebelum perang, datang mengikuti tentara sekutu masuk ke
Indonesia. Akibat dari keinginan pemerintahan Belanda ini, terjadilah
pertentangan fisik dengan pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan
tanah air berikut gedung-gedung yang telah didudukinya., antara lain
“Gedung Sate” yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum
pada waktu itu (peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa “3
Desember 1945”). Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 sampai dengan
1949, pemerintahan pusat Republik Indonesia (RI) di Jakarta terpaksa
mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta begitu juga
Kementerian PU.
Sesudah pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui kemerdekaan
Republik Indonesia, maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta berpindah
lagi ke Jakarta. Sejak tahun 1945 itu, PU telah sering mengalami perubahan
pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik pada waktu itu.
Dalam masa prolog G 30 S PKI terjadilah dalam sejarah
pemerintahan RI suatu kabinet yang besar disebut dengan nama Kabinet
Dwikora atau Kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini dibentuk
Koordinator Kementerian. Tidak luput Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga (PUT) yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi
112
yang menjadi 5 Departemen dibawah Kompartemen PUT Kabinet Dwikora,
dipimpin Jenderal Suprajogi. Adapun Kompartemen PUT ketika
membawahi departemen, antara lain:
1. Departemen Listrik dan Ketenagaan
2. Departemen Bina Marga
3. Departemen Cipta Karya Konstruksi
4. Departemen Pengairan Dasar
5. Departemen Jalan Raya Sumatera
Setelah peristiwa G 30 S PKI pemerintah segera menyempurnakan
Kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir. Soekarni sebagai menteri PUT untuk
memimpin Kompartemen PUT. Kabinet yang disempurnakan itu tidak
dapat lama dipertahankan. Kabinet Ampera sebagai kabinet pertama dalam
masa Orde Baru, kembali organisasi PUT dibentukdengan Ir. Soekarni
sebagai menteri. Dengan Surat Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 juni
1968 No.3/PRT/1968 dan dirubah dengan Peraturan Menteri PUT
tertanggal 1 juni 1970 No.4/PRT/1970. Departemen PUT telah memiliki
suatu susunan struktur organisasi. Sebagai gambaran lebih jauh pembagian
tugas-tugas dalam lingkungan Departemen PUT, maka pada waktu itu azas
tugas-tugas PU telah diserahkan pada kewenangan daerah itu sendiri.
Selanjutnya, pada awal kemerdekaan tahun 1945, nama Pekerjaan
Umum tetap dipergunakan dalam kabinet pertama Republik Indonesia yang
diumumkan tanggal 2 September 1945, dibawah Perdana Menteri Moh.
113
Hatta, bernama Kementerian Pekerjaan Umum, dengan Menterinya
Abikusno Tjokrosoejoso, seorang arsitek otodidak.
Kemudian sejak awal kemerdekaan sampai saat ini, dalam
perjalanan sejarahnya Kementerian PU telah berkali-kali berganti nama.
Mulai dengan nama Kementerian Pekerjaan Umum, Departemen Pekerjaan
Umum dan Tenaga, Departemen Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Permukiman dan
Pengembangan Wilayah, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah,
sampai dengan namanya saat ini pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo
namanya berubah menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR).
4.1.2 Logo Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Gambar 4.1 Logo Kementerian PUPR (www.pu.go.id)
a. Keterangan :
• Lambang Departemen PU berlukiskan baling-baling dengan
ketentuan seperti tercantum pada gambar.
• Warna dasar lambang adalah kuning (kuning kunyit).
• Warna baling-baling adalah biru kehitam-hitaman.
114
b. Arti Simbolis Lambang Departemen Pekerjaan Umum
• Baling-baling
Menggambarkan dinamika berdaun 3 yang merupakan segitiga
berdiri tegak lurus menggambarkan stabilitas secara keseluruhan
menggambarkan dinamika yang stabil dan stabilitas yang dinamis.
• Bagian daun baling-baling yang mengarah keatas
Melambangkan penciptaan ruang.
• Bagian lengkungnya dari daun baling-baling
Memberikan perlindungan untuk ruang kerja tempat tinggal bagi
manusia.
• Bagian daun baling-baling yang mengarah ke kiri dengan
bagian lengkungnya yang telungkup
Menggambarkan penguasaan bumi da alam dan pengusahaan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Garis Horizontal :
bentang jalan / jembatan diatas sungai sebagai usaha untuk
pembukaan dan pembinaan daerah.
• Bagian daun baling-baling yang mengarah ke kanan dengan
bagian lengkungnya yang terlentang
Menggambarkan usaha pengendalian dan Penyaluran untuk
dimanfaatkan bagi sebesar - besarnya kemakmuran rakyat.
Garis Horizontal : bentang jalan / jembatan diatas sungai sebagai
usaha untuk pembukaan dan pembinaan daerah.
115
• Baling-baling dengan 3 daun ini menggambarkan
Tiga unsur kekaryaan Departemen Pekerjaan Umum. Tirta, Wisma
(Cipta) dan Marga. Trilogi Departemen Pekerjaan Umum, Bekerja
keras, Bergerak cepat, Bertindak tepat.
• Warna
Tiga unsur kekaryaan Departemen Pekerjaan Umum. Tirta, Wisma
(Cipta) dan Marga. Warna kuning sebagai warna dasar
melambangkan keagungan yang mengandung arti KeTuhanan
Yang Maha Esa, Kedewasaan dan Kemakmuran. Warna biru
kehitam-hitaman, mengandung arti Keadilan Sosial, Keteguhan
hati, Kesetiaan pada tugas dan ketegasan bertindak. Warna yang
berbentuk dari warna dasar dan likisan baling-baling membentuk
huruf-huruf P.U.
• Lambang PU
Menggambarkan fungsi dan peranan Departemen Pekerjaan
Umum dalam pembangunan dan Pembinaan prasarana guna
memanfaatkan bumi dan air serta kekayaan alam bagi kemakmuran
rakyat, berlandaskan Pancasila.
4.1.3 Struktur Organisasi Kementerian PUPR
Pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Bapak
DR. Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono. M. Sc selaku Menteri yang
menjabat, memiliki hak untuk memberikan komando kepada beberapa
bagian. Beberapa bagian tersebut, antara lain Inspektorat Jenderal,
116
Sekretariat Jenderal, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Direktorat
Jenderal Bina Marga, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Jenderal
Penyediaan Perumahan, Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Direktorat
Jenderal Pembiayaan Perumahan. Serta Badan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Untuk struktur organisasi lebih jelasnya akan di
gambarkan pada gambar 4.2 berikut
117
Ga
mb
ar
4.2
Str
uktu
r O
rgan
isas
i K
emen
teri
an P
PU
PR
(w
ww
.pu.g
o.i
d)
118
4.1.4 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian PUPR
Sesuai dengan acuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (2015), tentang Peraturan Menteri PUPR Nomor 15/PRT/M/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat memiliki kedudukan, tugas, dan fungsi sebagai berikut:
a. Kedudukan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dipimpin
oleh Menteri.
b. Tugas
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
menyelenggarakan fungsi:
• Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan sumber daya air, penyelenggaraan jalan,
penyediaan perumahan dan pengembangan kawasan
permukiman, pembiayaan perumahan, penataan bangunan
119
gedung, sistem penyediaan air minum, sistem pengelolaan air
limbah dan drainase lingkungan serta persampahan, dan
pembinaan jasa konstruksi.
• Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.
• Pengelolaan barang milik / kekayaan Negara yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
• Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
• Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas
pelaksanaan urusan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat di daerah.
• Pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis dan strategi
keterpaduan pengembangan infrastruktur pekerjaan umum
dan perumahan rakyat.
• Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
• Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat.
120
• Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
4.1.5 Struktur Organisasi DITJEN SDA
Direktorat Jenderal Sumber daya Air menghimpun beberapa
direktorat jenderal dibawahnya, yaitu Sekretariat Direktorat Jenderal,
Direktorat Bina Penatagunaan Sumber Daya Air, Direktorat Pengembangan
Jaringan Sumber Daya Air, Direktorat Sungai dan Pantai, Direktorat Irigasi
dan Rawa, Direktorat Bina Operasi dan Pemeliharaan, Pusat Bendungan ,
dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai. Untuk struktur organisasi lebih
jelasnya akan di gambarkan pada gambar 4.3 berikut.
121
Ga
mb
ar
4.3
Str
uktu
r O
rgan
isas
i D
irek
tora
t Je
nder
al S
um
ber
Daya
Air
(ww
w.s
da.
pu.g
o.i
d)
122
4.1.6 Kedudukan, Tugas, dan Fungsi DITJEN SDA
Sesuai dengan Peraturan Menteri PUPR Nomor 15/PRT/M/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air memiliki
kedudukan, tugas, dan fungsi sebagai berikut
a. Kedudukan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri. Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air dipimpin oleh Direktur Jenderal.
b. Tugas
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
pengelolaan sumber daya air sesuai dengan ketentuan peraturan
perudang-undangan.
c. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
Pasal 186, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air menyelenggarakan
fungsi:
• Perumusan kebijakan di bidang konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya
rusak air pada sumber air permukaan, dan pendayagunaan air
tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
123
• Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya
air yang terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
• Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
pengelolaan sumber daya air.
• Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pengelolaan sumber daya air.
• Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengelolaan
sumber daya air.
• Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air.
• Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
4.1.7 Struktur Organisasi Subdit SISDA
Subdit SISDA menghimpun dua seksi dibawahnya, yaitu Seksi
Pengembangan Sistem Informasi dan Seksi Pengelolaan Data dan
Informasi. Untuk struktur organisasi lebih jelasnya akan di gambarkan pada
gambar 4.4 berikut.
124
Gambar 4.4 Struktur Organisasi Subdirektorat Sistem Informasi dan Data (Bisnis
Proses Subdit SISDA)
4.1.8 Tugas dan Fungsi Subdit SISDA
Berdasarkan acuan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (2017),
tentang Bisnis Proses Subdit SISDA, Subdit SISDA menyelenggarakan
fungsi:
• Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria.
• Pengembangan sistem informasi dan pengelolaan data dan informasi
sumber daya air.
• Pelaksanaan pengembangan sistem informasi sumber daya air.
• Pengumpulan dan pengolahan data dan informasi sumber daya air.
• Pelaksanaan penyajian data dan informasi sumber daya air.
Sedangkan dalam tugasnya, Subdit SISDA memiliki pembagian
tugas sebagai berikut :
125
a. Kepala Subdit Sistem Informasi dan Data, mempunyai tugas
sebagai pejabat administrator dan pembina dalam menjalankan
fungsi Subdit SISDA dalam rangka penyiapan penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria, pengembangan sistem informasi dan
pengelolaan data dan informasi sumber daya air, pelaksanaan
pengembangan sistem informasi sumber daya air, pengumpulan dan
pengolahan data dan informasi sumber daya air, dan pelaksanaan
penyajian data dan informasi sumber daya air.
b. Kepala Seksi Pengembangan Sistem Informasi, mempunyai tugas
sebagai pejabat pengawas dalam melakukan penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pelaksanaan
pengembangan sistem informasi sumber daya air.
c. Kepala Seksi Pengelolaan data Dan Informasi, mempunyai tugas
sebagai pejabat pengawas dalam melakukan penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pengumpulan,
pengelolaan dan penyajian data dan informasi sumber daya air.
d. Staff, mempunyai tugas-tugas melakukan pekerjaan teknis dan
service yang mengelola pengembangan, implementasi, pengelolaan
berkelanjutan baru dan yang sudah ada di bawah pengawasan
masing-masing kepala seksi.
126
4.2 Planning the Assessment
Tahapan kedua adalah dilakukan rencana penilaian yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil evaluasi penilaian capability level. Tahapan planning the
assesment berisikan tentang pemetaan RACI chart pada COBIT 5 dari beberapa
pegawai yang ada di Subdit SISDA dan juga terdapat kuesioner yang akan diisi oleh
pegawai Subdit SISDA. Selain itu tahapan planning the assesment juga berisikan
tentang rekapitulasi hasil pengisian kuesioner dari responden.
4.2.1 Identifikasi RACI Chart
Langkah pertama, pada struktur organisasi dalam COBIT 5
dilakukan pemetaan terhadap fungsional-fungsional yang terdapat dalam
struktur organisasi Subdit SISDA sesuai dengan proses EDM04 dan BAI04.
Berikut merupakan pemetaan RACI chart pada proses EDM04:
Tabel 4.1 RACI Chart EDM04 (Ensure Resource Optimisation)
Untuk responden yang dipilih pada RACI chart EDM04 yaitu
responden RACI chart dengan kode “R”. Karena “R” merupakan
127
stakeholder tersebut merupakan yang bertanggung jawab (responsible)
menjelaskan tentang siapa yang mendapatkan tugas yang harus dilakukan.
Hal ini merujuk pada peran utama atau penanggung jawab pada kegiatan
operasional, memenuhi kebutuhan dan menciptakan hasil yang diinginkan
dari organisasi tersebut.
Kemudian setelah didapatkannya peran RACI yang terpilih pada
proses EDM04 yaitu Chief Executive Officer, Business Executive, Strategy
(IT Executive) Committee, dan Chief Information Officer, dilanjutkan
dengan melakukan konversi fungsionalitas struktural RACI chart pada
COBIT 5 yang dipilih kepada fungsionalitas struktural pada Subdit SISDA.
Sebelum melakukan konversi fungsionalitas struktural tersebut, baiknya
terlebih dahulu memahami tugas / deskripsi dari masing-masing peran /
jabatan dari RACI chart yang terpilih pada Tabel 2.13 untuk mempermudah
dalam melakukan konversi fungsionalitas struktural tersebut.
128
Tabel 4.2 Deskripsi Peran Pada RACI Chart EDM04 dan Subdit SISDA
No. Daftar RACI EDM04 dalam
COBIT 5
Konversi
Daftar Jabatan pada Subdit SISDA
1
Chief Executive Officer, seorang
yang memiliki kedudukan tinggi
yang bertanggung jawab dari
manajemen keseluruhan
organisasi.
Kasubdit Sistem Informasi dan
Data, sebagai pejabat administrator
dan pembina dalam menjalankan
fungsi Subdit SISDA dalam rangka
penyiapan penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, pengembangan
sistem informasi dan pengelolaan data
dan informasi sumber daya air.
2
Business Executive, seorang
manajemen individu senior yang
bertanggung jawab untuk operasi
unit bisnis tertentu atau anak
organisasi.
Kasubdit Sistem Informasi dan
Data, sebagai pejabat administrator
dan pembina dalam menjalankan
fungsi Subdit SISDA dalam rangka
penyiapan penyusunan norma, standar,
prosedur dan kriteria, pengembangan
sistem informasi dan pengelolaan data
dan informasi sumber daya air.
3
Strategy (IT Executive)
Committee, seorang eksekutif
senior yang ditujukan oleh dewan
untuk memastikan bahwa dewan
terlibat dalam pengambilan
keputusan yang berkaitan dengan
TI. Komite ini bertanggung jawab
untuk mengelola portfolio investasi
IT-enabled, layanan TI dan asset
TI.
Kepala Seksi Pengembangan Sistem
Informasi, sebagai pejabat pengawas
dalam melakukan penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pelaksanaan
pengembangan sistem informasi
sumber daya air.
4
Chief Information Officer, pejabat
senior pada organisasi yang
bertanggung jawab untuk
menyelaraskan TI dan strategi
bisnis dan akuntabel untuk
perencanaan, sumber daya dan
mengelola layanan informasi dan
solusi untuk mendukung tujuan TI
organisasi.
Kepala Seksi Pengelolaan Data dan
Informasi, sebagai pejabat pengawas
dalam melakukan penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, pengumpulan,
pengelolaan layanan dan penyajian
data dan informasi sumber daya air
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa, yang mendapatkan tugas dan
peran yang sesuai dengan Chief Executive Officer pada Subdit SISDA
adalah Kasubdit Sitem Informasi dan Data, karena Kasubdit Sistem
Informasi dan Data merupakan seorang yang memiliki kedudukan tinggi
yang bertanggung jawab dari manajemen keseluruhan pada Subdit SISDA,
129
yang dimana Kasubdit Sistem Informasi dan Data sendiri merupakan
pejabat administrator dan pembina dalam menjalankan fungsi Subdit
SISDA.
Kemudian yang mendapatkan tugas dan peran yang sesuai dengan
Business Executive pada Subdit SISDA adalah Kasubdit Sitem Informasi
dan Data, karena Kasubdit Sistem Informasi dan Data sendiri juga
merupakan seorang manajemen individu senior yang bertanggung jawab
untuk operasi unit bisnis Subdit SISDA dalam rangka penyiapan
penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pengembangan sistem
informasi dan pengelolaan data dan informasi sumber daya air.
Selanjutnya yang mendapatkan tugas dan peran yang sesuai dengan
Strategy (IT Executive) Committee pada Subdit SISDA adalah Kepala
Seksi Pengembangan Sistem Informasi, karena Kepala Seksi
Pengembangan Sistem Informasi merupakan seorang eksekutif senior yang
ditujukan oleh Kasubdit Sistem Informasi dan Data sebagai pengawas
dalam memastikan atau bertanggung jawab untuk melakukan
pengembangan sistem informasi ataupun asset TI lainnya dan pengelolaan
data dan informasi sumber daya air.
Kemudian yang mendapatkan tugas dan peran yang sesuai dengan
Chief Information Officer pada Subdit SISDA adalah Kepala Seksi
Pengelolaan Data dan Informasi, karena Kepala Seksi Pengelolaan Data
dan Informasi merupakan pejabat senior / pengawas pada Subdit SISDA
yang bertanggung jawab untuk mengelola layanan informasi yaitu dalam
130
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pengumpulan,
pengelolaan layanan dan penyajian data dan informasi sumber daya air
untuk mendukung tujuan TI instansi.
Setelah dipahami dan dilakukannya konversi peran RACI chart pada
COBIT 5 kepada struktural pada Subdit SISDA dengan cara diskusi dengan
pihak Subdit SISDA untuk menentukan peran yang tepat, maka hasil
identifikasi RACI chart pada EDM04 adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi RACI Chart EDM04.01
Tabel 4.3 Identifikasi RACI Chart EDM04.01
No.
Diagram RACI
EDM04.01
dalam COBIT 5
Konversi
Daftar Responden pada Subdit
SISDA
Kode
Responden
1 Chief Executive Officer Kasubdit Sistem Informasi dan
Data K.SID
2 Business Executive Kasubdit Sistem Informasi dan
Data K.SID
3 Strategy (IT Executive)
Committee
Kepala Seksi Pengembangan
Sistem Informasi K.PSI
4 Chief Information Officer Kepala Seksi Pengelolaan Data
dan Informasi K.PDI
b. Identifikasi RACI Chart EDM04.02
Tabel 4.4 Identifikasi RACI Chart EDM04.02
No.
Diagram RACI
EDM04.02
dalam COBIT 5
Konversi
Daftar Responden pada Subdit
SISDA
Kode
Responden
1 Chief Executive Officer Kasubdit Sistem Informasi dan
Data K.SID
2 Business Executive Kasubdit Sistem Informasi dan
Data K.SID
3 Strategy (IT Executive)
Committee
Kepala Seksi Pengembangan
Sistem Informasi K.PSI
4 Chief Information Officer Kepala Seksi Pengelolaan Data
dan Informasi K.PDI
131
c. Identifikasi RACI Chart EDM04.03
Tabel 4.5 Identifikasi RACI Chart EDM04.03
No.
Diagram RACI
EDM04.03
dalam COBIT 5
Konversi
Daftar Responden pada Subdit
SISDA
Kode
Responden
1 Chief Executive Officer Kasubdit Sistem Informasi dan
Data K.SID
2 Business Executive Kasubdit Sistem Informasi dan
Data K.SID
3 Strategy (IT Executive)
Committee
Kepala Seksi Pengembangan
Sistem Informasi K.PSI
4 Chief Information Officer Kepala Seksi Pengelolaan Data
dan Informasi K.PDI
Berikut merupakan pemetaan RACI chart pada proses BAI04:
Tabel 4.6 RACI Chart BAI04 (Manage Availablity and Capacity)
Untuk responden yang dipilih pada RACI chart EDM04 yaitu
responden RACI chart dengan kode “R”. Karena “R” merupakan
stakeholder tersebut merupakan yang bertanggung jawab (responsible)
132
menjelaskan tentang siapa yang mendapatkan tugas yang harus dilakukan.
Hal ini merujuk pada peran utama atau penanggung jawab pada kegiatan
operasional, memenuhi kebutuhan dan menciptakan hasil yang diinginkan
dari organisasi tersebut.
Kemudian setelah didapatkannya peran RACI yang terpilih pada
proses BAI04 yaitu Service Manager, Head IT Operation, Business Process
Owner, dan Head Architect, dilanjutkan dengan melakukan konversi
fungsionalitas struktural RACI chart pada COBIT 5 yang dipilih kepada
fungsionalitas struktural pada Subdit SISDA. Sebelum melakukan konversi
fungsionalitas struktural tersebut, baiknya terlebih dahulu memahami tugas
/ deskripsi dari masing-masing peran / jabatan dari RACI chart yang terpilih
pada Tabel 2.13 untuk mempermudah dalam melakukan konversi
fungsionalitas struktural tersebut.
Tabel 4.7 Deskripsi Peran Pada RACI Chart BAI04 dan Subdit SISDA
No. Daftar RACI EDM04 dalam
COBIT 5
Konversi
Daftar Jabatan pada Subdit SISDA
1
Business Process Owner,
seseorang yang bertanggung jawab
pada proses kinerja untuk
mewujudkan tujuannya,
mendorong perbaikan proses dan
menyetujui perubahan proses.
Kepala Seksi Pengelolaan Data dan
Informasi, sebagai pejabat pengawas
dalam melakukan penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria, pengumpulan,
pengelolaan layanan dan penyajian
data dan informasi sumber daya air
2
Head IT Operation, seseorang
individu senior yang bertanggung
jawab atas lingkungan dan
infrastrutur operasional TI.
Kepala Seksi Pengembangan Sistem
Informasi, sebagai pejabat pengawas
dalam melakukan penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pelaksanaan
pengembangan sistem informasi
sumber daya air.
133
No. Daftar RACI EDM04 dalam
COBIT 5
Konversi
Daftar Jabatan pada Subdit SISDA
3 Head Architect, seorang individu
senior yang mengelola proses
arsitektur enterprise.
Kepala Seksi Pengembangan Sistem
Informasi, sebagai pejabat pengawas
dalam melakukan penyiapan bahan
penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria serta pelaksanaan
pengembangan sistem informasi
sumber daya air.
4
Service Manager, seorang individu
yang mengelola pengembangan,
implementasi, evaluasi dan
pengelolaan berkelanjutan baru dan
yang sudah ada.
Staff Bagian Pengelolaan Data dan
Informasi, mempunyai tugas-tugas
melakukan pekerjaan teknis dan
service yang mengelola
pengembangan, implementasi, dan
pengelolaan yang ada di bawah
pengawasan Kepala Seksi Pengelolaan
Data dan Informasi
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa, yang mendapatkan tugas dan
peran yang sesuai dengan Business Process Owner pada Subdit SISDA
adalah Kepala Seksi Pengelolaan Data dan Informasi, karena Kepala
Seksi Pengelolaan Data dan Informasi seseorang yang bertanggung jawab
pada proses kinerja untuk mewujudkan tujuannya, mendorong perbaikan
proses dan menyetujui perubahan proses manajemen ketersediaan dan
kapasitas informasi Subdit SISDA, melakukan pengawasan dalam
penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,
pengumpulan, pengelolaan layanan dan penyajian data dan informasi
sumber daya air.
Kemudian yang mendapatkan tugas dan peran yang sesuai dengan
Head IT Operation pada Subdit SISDA adalah Kepala Seksi
Pengembangan Sistem Informasi, karena Kepala Seksi Pengembangan
Sistem Informasi seseorang individu senior / pejabat pengawas yang
bertanggung jawab atas lingkungan dan infrastrutur operasional TI pada
134
instansi dengan melakukan pelaksanaan pengembangan sistem informasi
sumber daya air.
Selanjutnya yang mendapatkan tugas dan peran yang sesuai dengan
Head Architect pada Subdit SISDA adalah Kepala Seksi Pengembangan
Sistem Informasi, karena Kepala Seksi Pengembangan Sistem Informasi
juga merupakan seorang individu senior / pejabat pengawas yang mengelola
proses arsitektur enterprise dari berbagai sistem informasi / aplikasi yang
ada pada instansi dengan melakukan penyiapan bahan penyusunan norma,
standar, prosedur, dan kriteria serta pelaksanaan pengembangan sistem
informasi sumber daya air.
Kemudian yang mendapatkan tugas dan peran yang sesuai dengan
Service Manager pada Subdit SISDA adalah Staff Bagian Pengelolaan
Data dan Informasi, karena Staff Bagian Pengelolaan Data dan Informasi
seorang individu yang mengelola pengembangan, implementasi, evaluasi
dan pengelolaan berkelanjutan baru dan yang sudah ada dalam manajemen
ketersediaan dan kapasitas informasi instansi.
Setelah dipahami dan dilakukannya konversi peran RACI chart pada
COBIT 5 kepada struktural pada Subdit SISDA dengan cara diskusi dengan
pihak Subdit SISDA untuk menentukan peran yang tepat, maka hasil
identifikasi RACI chart pada BAI04 adalah sebagai berikut:
135
a. Identifikasi RACI chart BAI04.01
Tabel 4.8 Identifikasi RACI chart BAI04.01
No.
Diagram RACI
BAI04.01
dalam COBIT 5 Konversi
Daftar Responden pada Subdit
SISDA
Kode
Responden
1 Service Manager Staff Bagian Pengelolaan Data dan
Informasi SPDI
b. Identifikasi RACI Chart BAI04.02
Tabel 4.9 Identifikasi RACI Chart BAI04.02
No.
Diagram RACI
BAI04.02 dalam
COBIT 5
Konversi
Daftar Responden pada Subdit
SISDA
Kode
Responden
1 Head IT Operation Kepala Seksi Pengembangan
Sistem Informasi K.PSI
2 Service Manager Staff Bagian Pengelolaan Data dan
Informasi SPDI
c. Identifikasi RACI Chart BAI04.03
Tabel 4.10 Identifikasi RACI Chart BAI04.03
No.
Diagram RACI
BAI04.03
dalam COBIT 5
Konversi
Daftar Responden pada Subdit
SISDA
Kode
Responden
1 Business Process Owner Kepala Seksi Pengelolaan Data
dan Informasi K.PDI
2 Service Manager Staff Bagian Pengelolaan Data dan
Informasi SPDI
d. Identifikasi RACI Chart BAI04.04
Tabel 4.11 Identifikasi RACI Chart BAI04.04
No.
Diagram RACI
BAI04.03
dalam COBIT 5
Konversi
Daftar Responden pada Subdit
SISDA
Kode
Responden
1 Business Process Owner Kepala Seksi Pengelolaan Data
dan Informasi K.PDI
2 Service Manager Staff Bagian Pengelolaan Data dan
Informasi SPDI
136
e. Identifikasi RACI Chart BAI04.05
Tabel 4.12 Identifikasi RACI Chart BAI04.05
No.
Diagram RACI
BAI04.03
dalam COBIT 5
Konversi
Daftar Responden pada Subdit
SISDA
Kode
Responden
1 Business Process Owner Kepala Seksi Pengelolaan Data
dan Informasi K.PDI
2 Head Architect Kepala Seksi Pengembangan
Sistem Informasi K.PSI
2 Service Manager Staff Bagian Pengelolaan Data dan
Informasi SPDI
Pertanyaan–pertanyaan yang ada di kuesioner juga deskripsi dari
tiap aktivitas yang terdapat pada EDM04 dan BAI04 pada COBIT 5.
Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui kondisi saat ini (as is) dan
keadaan yang diinginkan (to be) oleh Subdit SISDA, Ditjen Sumber Daya
Air KEMENPPUPERA RI. Responden memilih satu jawaban yang ada
pada kuesioner dan penilaian ini bertujuan untuk mendapatkan hasil
evaluasi penilaian capability level. Kemudian hasil jawaban kuesioner dari
responden diakumulasikan dan dilakukan perhitungan dengan metode Skala
Likert dimana a=0, b=1, c=2, d=3, e=4 dan f=5. Adapun kuisioner EDM04
dan BAI04 terlampir pada lampiran 3 dan lampiran 4.
4.2.2 Hasil Rekapitulasi Kuisioner
Selajutnya, berikut ini merupakan hasil rekapitulasi pengisian
kuesioner dari responden pada proses EDM04 (Ensure Resource
Optimisation) dan BAI04 (Manage Availibility and Capacity) yang nantinya
akan dilanjutkan untuk diolah pada sub bab 4.4 data collection yaitu sebagai
berikut:
137
4.2.2.1 Hasil Rekapitulasi Kuisioner EDM04
a. EDM04.01
Tab
el 4
.13 R
inci
an J
awab
an K
uis
ioner
ED
M04.0
1
138
Berdasarkan tabel rincian jawaban kuesioner EDM04.01 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Aktifitas 1
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2, 2
responden memilih level 3, dan 1 responden lagi memilih level 4.
Sedangkan pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih
level 4, dan 3 responden lagi memilih level 5.
• Aktifitas 2
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2, dan 3
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3, dan 3 responden lagi
memilih level 5.
• Aktifitas 3
Pada kondisi as is terdapat 3 responden yang memilih level 2, dan 1
responden lagi memilih level 4. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3 dan 3 responden lagi
memilih level 5.
• Aktifitas 4
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2, 2
responden memilih level 3, dan 1 responden lagi memilih level 4.
Sedangkan pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih
level 3, dan 3 responden lagi memilih level 5.
139
• Aktifitas 5
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2, dan 3
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3, dan 3 responden lagi
memilih level 5.
b. EDM04.02
Tab
el 4
.14 R
inci
an J
awab
an K
uis
ioner
ED
M04.0
2
140
Berdasarkan tabel rincian jawaban kuesioner EDM04.02 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Aktifitas 1
Pada kondisi as is terdapat 3 responden yang memilih level 2 dan 1
responden lagi memilih level 4. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 4 dan 3 responden lagi
memilih level 5.
• Aktifitas 2
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2 dan 3
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3 dan 3 responden lagi
memilih level 5.
• Aktifitas 3
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2, 2
responden memilih level 3, dan 1 responden lagi memilih level 4.
Sedangkan pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih
level 3 dan 3 responden lagi memilih level 5.
• Aktifitas 4
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2, dan 3
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3 dan 3 responden lagi
memilih level 5.
141
• Aktifitas 5
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2, 2
responden memilih level 3, dan 1 responden lagi memilih level 4.
Sedangkan pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih
level 3 dan 3 responden lagi memilih level 5.
c. EDM04.03
Tab
el 4
.15 R
inci
an J
awab
an K
uis
ioner
ED
M04.0
3
142
Berdasarkan tabel rincian jawaban kuesioner EDM04.03 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Aktifitas 1
Pada kondisi as is terdapat 2 responden yang memilih level 2 dan 2
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 4 dan 3 responden lagi
memilih level 5.
• Aktifitas 2
Pada kondisi as is terdapat 3 responden yang memilih level 3 dan 1
responden lagi memilih level 4. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 4 dan 3 responden lagi
memilih level 5.
• Aktifitas 3
Pada kondisi as is terdapat 4 responden memilih level 3. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih level 4 dan 3
responden lagi memilih level 5.
143
4.2.2.2 Hasil Rekapitulasi Kuisioner BAI04
a. BAI04.01
Tab
el 4
.16 R
inci
an J
awab
an K
uis
ioner
BA
I04.0
1
144
Berdasarkan tabel rincian jawaban kuesioner BAI04.01 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Aktifitas 1
Pada kondisi as is terdapat 1 responden memilih level 3. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 2
Pada kondisi as is terdapat 1 responden memilih level 3. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 3
Pada kondisi as is terdapat 1 responden memilih level 4. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih level 5.
• Aktifitas 4
Pada kondisi as is terdapat 1 responden memilih level 3. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih level 4.
145
b. BAI04.02
Tab
el 4
.17 R
inci
an J
awab
an K
uis
ioner
BA
I04.0
2
146
Berdasarkan tabel rincian kuesioner BAI04.02 dapat dijabarkan
sebagai berikut:
• Aktifitas 1
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 2 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 2
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih level 3 dan 1
responden lagi memilih level 4.
• Aktifitas 3
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 2 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 4
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 2 responden yang memilih level 3.
• Aktifitas 5
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2 dan 1
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3 dan 1 responden lagi
memilih level 4.
• Aktifitas 6
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 2 responden yang memilih level 3.
147
• Aktifitas 7
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2 dan 1
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 4 dan 1 responden lagi
memilih level 5.
c. BAI04.03
Tab
el 4
.18 R
inci
an J
awab
an K
uis
ioner
BA
I04.0
3
148
Berdasarkan tabel rincian jawaban kuesioner BAI04.03 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Aktifitas 1
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 2 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 2
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 2 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 3
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2 dan 1
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 4 dan 1 responden lagi
memilih level 5.
• Aktifitas 4
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 2 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 5
Pada kondisi as is terdapat 2 responden memilih level 2. Sedangkan
pada kondisi to be terdapat 2 responden yang memilih level 4.
149
d. BAI04.04
Berdasarkan tabel rincian jawaban kuesioner BAI04.04 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Aktifitas 1
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 1 dan 1
responden lagi memilih level 2. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 2 responden yang memilih level 4.
Tab
el 4
.19 R
inci
an J
awab
an K
uis
ioner
BA
I04.0
4
150
• Aktifitas 2
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 1 dan 1
responden lagi memilih level 2. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 2 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 3
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 2 dan 1
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 2 responden yang memilih level 4.
• Aktifitas 4
Pada kondisi as is terdapat 1 responden yang memilih level 3 dan 1
responden lagi memilih level 4. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 4 dan 1 responden lagi
memilih level 5.
151
e. BAI04.05
Tab
el 4
.20 R
inci
an J
awab
an K
uis
ioner
BA
I04.0
5
152
Berdasarkan tabel rincian jawaban kuesioner BAI04.05 dapat
dijabarkan sebagai berikut:
• Aktifitas 1
Pada kondisi as is terdapat 2 responden yang memilih level 2 dan 1
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3 dan 2 responden lagi
memilih level 4.
• Aktifitas 2
Pada kondisi as is terdapat 3 responden yang memilih level 3.
Sedangkan pada kondisi to be terdapat 3 responden yang memilih
level 4.
• Aktifitas 3
Pada kondisi as is terdapat 2 responden yang memilih level 2 dan 1
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3, 1 responden memilih
level 4, dan 1 responden lagi memilih level 5.
• Aktifitas 4
Pada kondisi as is terdapat 2 responden yang memilih level 2 dan 1
responden lagi memilih level 3. Sedangkan pada kondisi to be
terdapat 1 responden yang memilih level 3 dan 2 responden lagi
memilih level 4.
153
• Aktifitas 5
Pada kondisi as is terdapat 3 responden yang memilih level 2.
Sedangkan pada kondisi to be terdapat 1 responden yang memilih
level 3 dan 2 responden lagi memilih level 4.
4.3 Briefing
Pada tahap ini dilakukan proses penjelasan dan penentuan jadwal penelitian
kepada pihak yang terlibat dalam proses penilaian untuk evaluasi tata kelola
teknologi informasi pada Subdit SISDA, dimana pihak yang diberikan penjelasan
merupakan semua responden yang terlibat dalam penilaian tata kelola ini sesuai
dengan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya.
Tabel 4.21 Penjadwalan Proses Penelitian
Agustus September Oktober November Desember Januari
Initiation
Planning the
Assessment
Briefing
Data Collection
Data Validation
Process
Attribute Level
Reporting the
Result
4.4 Data Collection
Tahap keempat adalah dilakukan pengumpulan data dari hasil temuan yang
terdapat pada Subdit SISDA, yang bertujuan untuk mendapatkan bukti-bukti
penilaian evaluasi pada aktifitas proses yang telah dilakukan, sebagaimana
dijelaskan sebagai berikut:
154
4.4.1 Data Collection EDM04 (Ensure Resource Optimisation)
Tujuan dari proses ini adalah memastikan bahwa kebutuhan sumber
daya perusahaan terpenuhi secara optimal, biaya TI dioptimalkan, dan ada
kemungkinan peningkatan manfaat realisasi dan kesiapan untuk perubahan
masa depan. Data collection EDM04 pada Subdit SISDA adalah sebagai
berikut:
a. EDM04.01 ( Mengevaluasi Pengelolaan Sumber Daya )
Untuk menjelaskan prinsip panduan untuk alokasi sumber
daya dan kemampuan Subdit SISDA tercantum pada dokumen
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk panduan alokasi dan
kemampuan sumber daya manusia pada instasi dan untuk panduan
alokasi dan kemampuan sumber daya proses terdokumentasi pada
Bisnis Proses Subdit SISDA sedangkan untuk panduan alokasi
sumber daya teknologi terdokumentasi pada Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur SDA. Pada dokumen-dokumen
tersebut tercantum target – target yang harus dicapai, serta panduan
alokasi alur proses bisnis pengembangan dan pengelolaan sumber
daya pada Subdit SISDA.
Sedangkan prinsip panduan untuk arsitektur enterprise
instansi sendiri sudah terdokumentasi lengkap pada dokumen Bisnis
Proses Subdit SISDA mulai dari entitas sistem informasi dan data,
arahan – arahan SISDA, alur pengembangan sistem informasi, alur
155
pengelolaan data dan informasi, hingga alur bisnis proses Subdit
SISDA berdasarkan produk-produk utamanya.
Untuk rencana sumber daya yang disetujui tertuang dalam
dokumen Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur SDA
untuk sumber daya teknologinya. Dalam dokumen tersebut berisi
perjanjian – perjanjian kontrak kerja, perintah kerja, syarat khusus
dan umum kontrak kerja, hingga kerangka acuan kerja yang telah
disepakati dalam kontrak kerja dengan PT. Inakko Konsulindo
Internasional. Sedangkan untuk rencana sumber daya proses ter
dokumentasi pada Bisnis Proses Subdit SISDA dan rencana sumber
daya manusianya teridentifikasi pada Sasaran Kerja Pegawai (SKP).
b. EDM04.02 ( Pengelolaan Sumber Daya Secara Langsung )
Untuk menjelaskan komunikasi strategi sumber daya secara
langsung pada Subdit SISDA telah dijelaskan pada dokumen Bisnis
Proses Subdit SISDA untuk sumber daya proses dan manusia. Pada
dokumen tersebut dijelaskan alur komunikasi proses pengembangan
sistem informasi dan pengelolaan data yang telah dibagi berdasarkan
tugas dan unit kerjanya, sehingga memberikan kemudahan dan
saling mendukung untuk mencapai tujuan bisnis utama Subdit
SISDA dalam penyajian informasi sumber daya air. Dan untuk
komunikasi strategi sumber daya teknologi telah dijelaskan pada
dokumen Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA. Dimana pada dokumen tersebut dijelaskan batasan-batasan
156
pengelolaan yang dilakukan antara Subdit SISDA dan PT. Inakko
Konsulindo Internasional.
Untuk penugasan tanggung jawab untuk pengelolaan sumber
daya pada instansi sendiri secara umum telah dijelaskan pada
Permen PUPR No 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada
dokumen tersebut sudah di jelaskan dengan lengkap kedudukan,
tugas, dan fungsi dalam pengelolaan sumber daya khususnya pada
Subdit SISDA. Dan untuk perincian penugasan tanggung jawab
pengelolaan sumber daya proses dan manusia lebih lengkapnya
dijelaskan pada dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA. Sedangkan
untuk pengelolaan sumber daya teknologinya dijelaskan lebiih rinci
pada dokumen Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA. Pada dokumen tersebut dijelaskan batasan-batasan
pengelolaan pihak Subdit Sisda dan pihak PT. Inakko Konsulindo
Internasional selaku pihak kedua dalam pengembangan dan
pengelolaan teknologi pada Subdit SISDA.
Sedangkan prinsip untuk melindungi sumber daya yang ada,
dijelaskan pada dokumen Renstra DITJEN SDA. Dimana
didalamnya terdapat strategi operasional operasi dan pemeliharaan
sumber daya yang ditujukan untuk menjaga keberlanjutan fungsi
infrastruktur sumber daya air.
157
c. EDM04.03 ( Memonitor Pengelolaan Sumber Daya )
Untuk feedback mengenai alokasi dan efektivitas sumber
daya dan kemampuan sendiri terdapat pada dokumen Sasaran Kerja
Pegawai (SKP). Pada dokumen tersebut dijelaskan target dan
realisasi dari hasil kemampuan sumber daya yang dimana
selanjutnya menghasilkan masukan/saran untuk perbaikan ke
pengelolaan sumber daya yang lebih baik.
Namun, Subdit SISDA sendiri belum memiliki panduan
dalam melakukan tindakan perbaikan untuk mengatasi
penyimpangan pengelolaan sumber daya sendiri.
4.4.2 Data Collection BAI04 (Manage Availability and Capacity)
Tujuan dari proses tersebut adalah menjaga ketersediaan lyanan,
manajemen sumber daya yang efisien dan mengoptimalkan kinerja sistem
melalui prediksi kinerja masa depan dan kebutuhan kapasitas. Data
collection BAI04 pada Subdit SISDA adalah sebagai berikut:
a. BAI04.01 (Menilai Ketersedian, Kinerja dan Kapasitas Saat Ini
Menciptakan Baseline)
Untuk menjelaskan proses menilai ketersediaan, kinerja dan
kapasitas saat ini dalam menciptakan baseline terdapat pada
dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA. Laporan ini berisikan tentang
informasi dasar entitas sistem informasi dan data, alur pengelolaan
data dan informasi, serta menjelaskan produk utama berdasarkan
tugas dan fungsi unit kerja.
158
Untuk memastikan bahwa ketersediaan, kinerja dan
kapasitas yang diperoleh dapat mendukung kebutuhan bisnis dan
memenuhi service level agreement (SLA) atau kontrak dari penyedia
layanan terdapat pada laporan Profil Pengelolaan Infrastruktur SDA.
Laporan ini dapat menjelaskan adanya proses dimana laporan terkait
gaps kinerja dan kapasitas yaitu dari target pencapaian sampai
persentasi pengembangan fisik infratruktur, dana yang di
investasikan, sampai status pengembangan infrastruktur tersebut.
b. BAI04.02 (Menilai Dampak Bisnis)
Untuk skema dan skenario ketersediaan, kinerja dan
kapasitas terdokumentasi kedalam dokumen Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur SDA yang didalamnya menjelaskan
tentang surat perintah kerja, surat penunjukan penyedia jasa, dan
juga memuat skenario kerangka acuan kerja dalam memenuhi
ketersediaan, kinerja dan kapasitas.
Untuk penilaian pengaruh ketersediaan, kinerja dan kapasitas
terhadap bisnis tertuang dalam dokumen Bisnis Proses Subdit
SISDA, yang mana pada dokumen tersebut dijelaskan bagaimana
pentingnya ketersediaan informasi, kinerja subdit, dan kapasistas
unit kerja yang dimiliki memberikan dukungan data yang memadai
untuk diolah menjadi informasi serta memberikan kemudahan dan
kecepatan dalam menyajikan informasi.
159
c. BAI04.03 (Merencanakan Untuk Kebutuhan Layanan Baru)
Dalam prioritas membuat layanan baru atau mengubah layanan
yang telah ada dengan tujuan keselarasan dengan kebutuhan Subdit
SISDA terdapat dalam dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA yang
dimana pada dokumen tercantum produk – produk utama yang harus di
buat yang telah dibagi berdasarkan tugas dan fungsi unit kerja.
Untuk proses rencana peningkatan kinerja dan kapasitas
tertuang dalam dokumen RENSTRA DITJEN SDA 2015-2019 yang
berisikan tentang analisis lingkungan strategi kementerian agar dapat
menjadi potensi apa saja yang dapat meningkatkan kinerja dan
kapasitas layanan teknologi informasi di Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air.
d. BAI04.04 (Memantau dan Meninjau Ketersediaan dan
Kapasitas)
Dalam memantau dan meninjau ketersediaan dan kapasitas
dari aplikasi SISDA yaitu bisa dilihat di website instansi (
sda.pu.go.id ), yang dimana pada menu aplikasi SISDA terdapat
berbagai macam aplikasi dan sistem informasi yang tersedia. Dari
aplikasi dan sistem informasi yang tersedia, menyediakan berbagai
informasi terkait sumber daya air mulai dari informasi bendungan,
sungai, rawa, irigasi, dan sebagainya. Terdapat juga dokumen
Album Peta Infrastruktur SDA yang memuat laporan informasi -
160
informasi peta infrastruktur sumber daya air seluruh provinsi di
indonesia.
e. BAI04.05 (Menyelediki dan Mengatasi Ketersediaan, Kinerja
dan Kapasitas)
Untuk laporan gaps kinerja dan kapasitas aplikasi dan sitem
informasi pada Subdit SISDA dapat dilihat dari dokumen Profil
Pengelolaan Infrastruktur SDA. Laporan ini dapat menjelaskan
adanya proses dimana laporan terkait gaps kinerja dan kapasitas
yaitu dari target pencapaian sampai persentasi pengembangan fisik
infratruktur, dana yang di investasikan, sampai status pengembangan
infrastruktur tersebut. Namun Subdit SISDA belum memiliki
evidence berupa dokumen ataupun SOP yang tertulis mengenai
tindakan korektif dan yang membahas prosedur eskalasi darurat.
4.5 Data Validation
Pada tahap ini adalah dilakukannya validasi data yang bertujuan untuk
mengetahui hasil perhitungan kuesioner untuk mendapatkan evaluasi penilaian
capability level. Kuesioner ini didistribusikan kepada responden sesuai dengan
table RACI yang ada pada COBIT 5. Tahapan ini merupakan hasil rekapan jawaban
kuesioner yang telah dijawab oleh responden sesuai dengan RACI chart pada
COBIT 5.
161
4.5.1 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner EDM04
a. EDM04.01
Tabel 4.22 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner EDM04.01
No Aktivitas Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1 Memeriksa dan membuat
keputusan tentang strategi,
menyediakan sumber daya
TI dan mengembangkan
kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan saat
ini dan kebutuhan masa
depan
As is 0 0 25 50 25 0
To be 0 0 0 0 25 75
2 Menentukan prinsip untuk
membimbing alokasi dan
pengelolaan sumber daya.
As is 0 0 25 75 0 0
To be 0 0 0 25 0 75
3 Memeriksa dan menyetujui
strategi rencana sumber
daya dan arsitektur
enterprise untuk
memberikan nilai dan
mengurangi risiko dengan
sumber daya yang
dialokasikan
As is 0 0 75 0 25 0
To be 0 0 0 25 0 75
4 Memahami kebutuhan
untuk menyelaraskan
pengelolaan sumber daya
dengan keuangan instansi
dan perencanaan sumber
daya manusia.
As is 0 0 25 50 25 0
To be 0 0 0 25 0 75
5 Menentukan prinsip-prinsip
pengelolaan dan
pengendalian arsitektur
enterprise.
As is 0 25 75 0 0
To be 0 0 0 25 0 75
TOTAL As is 0 0 35 50 15 0
To be 0 0 0 20 5 75
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
reponden dalam menilai kondisi saat ini (as is) dalam memahami harapan
bisnis berada pada tingkat kapabilitas 3 dengan presentase 50%, sedangkan
untuk kondisi yang diharapakan (to be) mayoritas mengharapkan dalam
162
pemahaman dalam harapan bisnis berada pada tingkat kapabilitas 5 dengan
presentase distribusi jawaban yaitu 75%.
b. EDM04.02
Tabel 4.23 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner EDM04.02
No Aktivitas Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1 Mengkomunikasikan dan
mendorong penerapan
strategi pengelolan sumber
daya, prinsip, dan rencana
sumber daya yang
disepakati
As is 0 0 75 0 25 0
To be 0 0 0 0 25 75
2 Menetapkan tanggung
jawab untuk melaksanakan
pengelolaan sumber daya
As is 0 0 25 75 0 0
To be 0 0 0 25 0 75
3 Menentukan tujuan utama,
langkah-langkah dan
metrik untuk pengelolaan
sumber daya.
As is 0 0 25 50 25 0
To be 0 0 0 25 0 75
4 Menetapkan prinsip yang
berkaitan dengan
pemeliharaan sumber daya.
As is 0 0 25 75 0 0
To be 0 0 0 25 0 75
5 Menyelaraskan pengelolaan
sumber daya dengan
keuangan instansi dan
perencanaan sumber daya
manusia.
As is 0 0 25 50 25 0
To be 0 0 0 25 0 75
TOTAL As is 0 0 35 50 15 0
To be 0 0 0 20 5 75
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
reponden dalam menilai kondisi saat ini (as is) dalam memahami harapan
bisnis berada pada tingkat kapabilitas 3 dengan presentase 50%, sedangkan
untuk kondisi yang diharapakan (to be) mayoritas mengharapkan dalam
pemahaman dalam harapan bisnis berada pada tingkat kapabilitas 5 dengan
presentase distribusi jawaban yaitu 75%.
163
c. EDM04.03
Tabel 4.24 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner EDM04.03
No Aktivitas Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1 Memantau alokasi dan
optimalisasi sumber daya
sesuai dengan tujuan dan
prioritas instansi
menggunakan tujuan dan
metrik yang disepakati.
As is 0 0 50 50 0 0
To be 0 0 0 0 25 75
2 Memonitor strategi sumber
daya TI, strategi arsitektur
enterprise untuk
memastikan kebutuhan saat
ini dan masa depan instansi
dapat terpenuhi.
As is 0 0 0 75 25 0
To be 0 0 0 0 25 75
3 Memantau kinerja sumber
daya terhadap target,
menganalisis penyebab
penyimpangan dan
melakukan tindakan
perbaikan untuk mengatasi
penyebab yang
mendasarinya.
As is 0 0 0 100 0 0
To be 0 0 0 0 25 75
TOTAL As is 0 0 16,67 75 8,33 0
To be 0 0 0 0 25 75
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
reponden dalam menilai kondisi saat ini (as is) dalam memahami harapan
bisnis berada pada tingkat kapabilitas 3 dengan presentase 75%, sedangkan
untuk kondisi yang diharapakan (to be) mayoritas mengharapkan dalam
pemahaman dalam harapan bisnis berada pada tingkat kapabilitas 5 dengan
presentase distribusi jawaban yaitu 75%.
164
4.5.2 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04
a. BAI04.01
Tabel 4.25 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.01
No Aktivitas Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1 Menilai ketersediaan,
kinerja dan kapasitas data
yang ada di Aplikasi
SISDA.
As is 0 0 0 100 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
2 Memantau kinerja aktual
dan penggunaan kapasitas
Aplikasi SISDA terhadap
batasan yang telah
ditetapkan.
As is 0 0 0 100 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
3 Mengidentifikasi dan
menindak lanjuti semua
insiden yang disebabkan
oleh kinerja dan kapasitas
layanan Aplikasi SISDA
yang tidak memadai.
As is 0 0 0 0 100 0
To be 0 0 0 0 0 100
4 Mengevaluasi secara rutin
tingkat kinerja untuk semua
tingkatan pengolahan
dengan membandingkan
terhadap SLA (Service
Level Agreement).
As is 0 0 0 100 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
TOTAL As is 0 0 0 75 25 0
To be 0 0 0 0 75 25
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
reponden dalam menilai kondisi saat ini (as is) dalam memahami harapan
bisnis berada pada tingkat kapabilitas 3 dengan presentase 75%, sedangkan
untuk kondisi yang diharapakan (to be) mayoritas mengharapkan dalam
pemahaman dalam harapan bisnis berada pada tingkat kapabilitas 4 dengan
presentase distribusi jawaban yaitu 75%.
165
b. BAI04.02
Tabel 4.26 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.02
No Aktivitas Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1 Mengidentifikasi solusi
yang sangat penting dalam
proses masalah manajemen
ketersediaan dan kapasitas
Aplikasi SISDA.
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
2 Memetakan solusi / layanan
yang dipilih ke Aplikasi
dan infrastruktur SISDA
untuk memungkinkan
fokus pada sumber daya
yang penting untuk
perencanaan ketersediaan.
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 50 50
3 Pengumpulan data tentang
pola ketersediaan dari
kegagalan dan pemantauan
kinerja Aplikasi SISDA
As is 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
4 Pembuatan rencana untuk
menggambarkan situasi
ketersediaan data Aplikasi
SISDA di masa depan yang
dibutuhkan, untuk
mencapai ketersediaan
kinerja yang sesuai dengan
kapasitas Aplikasi SISDA.
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 100 0 0
5 Penentuan kemungkinan
bahwa sasaran kinerja
Aplikasi SISDA tidak akan
dicapai berdasarkan
rencana yang telah dibuat.
As is 0 0 50 50 0 0
To be 0 0 0 50 50 0
6
Penentuan dampak atau
akibat dari rencana masa
depan yang telah dibuat
pada pengukuran kinerja
bisnis.
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 100 0 0
7
Memastikan bahwa pemilik
proses bisnis sepenuhnya
memahami dan menyetujui
analisis ini.
As is 0 0 50 50 0 0
To be 0 0 0 0 50 50
TOTAL As is 0 0 85,71 14,28 0 0
To be 0 0 0 35,71 50 7,14
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
reponden dalam menilai kondisi saat ini (as is) dalam memahami harapan
166
bisnis berada pada tingkat kapabilitas 2 dengan presentase 85,71%,
sedangkan untuk kondisi yang diharapkan (to be) mayoritas mengharapkan
dalam pemahaman dalam harapan bisnis berada pada tingkat kapabilitas 4
dengan presentase distribusi jawaban yaitu 50%.
c. BAI04.03
Tabel 4.27 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.03
No Aktivitas Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1 Meninjau implikasi
ketersediaan dan kapasitas
data Aplikasi SISDA dari
analisis tren layanan yang
ada saat ini.
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 0 100
2 Mengidentifikasikan
dampak ketersediaan dan
kapasitas Aplikasi SISDA
dari perubahan kebutuhan
bisnis dan peluang
perbaikan yang ada.
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
3 Memprioritaskan perbaikan
yang diperlukan dan
membuat rencana
ketersediaan dan kapasitas
Aplikasi SISDA yang
sesuai dengan anggaran.
As is 0 0 50 50 0 0
To be 0 0 0 0 50 50
4 Menyesuaikan rencana
kinerja dan kapasitas
Aplikasi SISDA, sesuai
dengan realitas yang ada
saat ini dan mengajukan
perubahan insfrastruktur
penunjang untuk Aplikasi
SISDA.
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
5 Memastikan bahwa
manajemen melakukan
perbandingan dari sumber
daya Aplikasi SISDA saat
ini, dengan perkiraan
pasokan sumber daya yang
dating
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
TOTAL As is 0 0 90 10 0 0
To be 0 0 0 0 90 10
167
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
reponden dalam menilai kondisi saat ini (as is) dalam memahami harapan
bisnis berada pada tingkat kapabilitas 2 dengan presentase 90%, sedangkan
untuk kondisi yang diharapkan (to be) mayoritas mengharapkan dalam
pemahaman dalam harapan bisnis berada pada tingkat kapabilitas 4 dengan
presentase distribusi jawaban yaitu 90%.
d. BAI04.04
Tabel 4.28 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.04
No Aktivitas Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1 Menetapkan proses
pengumpulan data untuk
menyediakan kepada
manajemen untuk
dilakukan monitoring dan
pelaporan informasi
ketersediaan, kinerja dan
kapasitas Aplikasi SISDA
As is 0 50 50 0 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
2 Memberikan laporan hasil
Aplikasi SISDA rutin
dalam bentuk yang tepat
untuk diperiksa oleh bagian
IT dan manajemen.
As is 0 50 50 0 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
3 Mengintergrasikan
pemantauan dan pelaporan
kegiatan Aplikasi SISDA.
As is 0 0 50 50 0 0
To be 0 0 0 0 100
4 Memberikan laporan
kapasitas untuk
penganggaran dana atau
bagian keuangan
As is 0 0 0 50 50 0
To be 0 0 0 0 50 50
TOTAL As is 0 25 37,50 25 12,50 0
To be 0 0 0 0 87,50 12,50
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
reponden dalam menilai kondisi saat ini (as is) dalam memahami harapan
bisnis berada pada tingkat kapabilitas 2 dengan presentase 37,50%,
sedangkan untuk kondisi yang diharapkan (to be) mayoritas mengharapkan
168
dalam pemahaman dalam harapan bisnis berada pada tingkat kapabilitas 4
dengan presentase distribusi jawaban yaitu 87,50%.
e. BAI04.05
Tabel 4.29 Hasil Rekapitulasi Jawaban Kuisioner BAI04.05
No Aktivitas Status Distribusi Jawaban (%)
0 1 2 3 4 5
1 Mengarahkan karyawan
untuk memastikan
tingkatan level yang sesuai
dari ketersediaan kinerja
Aplikasi SISDA.
As is 0 0 66,67 33,33 0 0
To be 0 0 0 33,33 66,67 0
2 Mengidentifikasi
kesenjangan kinerja dan
kapasitas Aplikasi SISDA
berdasarkan pemantauan
kinerja saat ini dan yang
akan datang.
As is 0 0 0 100 0 0
To be 0 0 0 0 100 0
3 Menetapkan tindakan
korektif (misalkan
memprioritaskan tugas -
tugas atau menambahkan
sumber daya).
As is 0 0 66,67 33,33 0 0
To be 0 0 0 33,33 33,33 33,33
4 Mengintegrasikan tindakan
perbaikan yang diperlukan
kedalam perencanaan dan
proses manajemen
perubahan.
As is 0 0 66,67 33,33 0 0
To be 0 0 0 33,33 66,67 0
5 Mengidentifikasikan
prosedur eskalasi
(peningkatan) untuk cepat
tanggap dalam hal
kapasitas dan masalah
kinerja Aplikasi SISDA
yang ada.
As is 0 0 100 0 0 0
To be 0 0 0 33,33 66,67 0
TOTAL As is 0 0 60 40 0 0
To be 0 0 0 26,67 66,67 6,67
Berdasarkan tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
reponden dalam menilai kondisi saat ini (as is) dalam memahami harapan
bisnis berada pada tingkat kapabilitas 2 dengan presentase 60%, sedangkan
untuk kondisi yang diharapkan (to be) mayoritas mengharapkan dalam
169
pemahaman dalam harapan bisnis berada pada tingkat kapabilitas 4 dengan
presentase distribusi jawaban yaitu 66,67%.
4.6 Process Atribute Level
Tahap selanjutnya dilakukan dengan kegiatan memberi level pada setiap sub
proses, yang bertujuan untuk menunjukkan hasil nilai dan capability level dari hasil
perhitungan kuesioner pada tahap-tahap sebelumnya dan melakukan analisis gap
pada tahap berikutnya.
4.6.1 Penentuan Nilai dan Capability Level pada EDM04
Berdasarkan rumus yang terdapat pada Bab II maka perhitungan
rekapitulasi distribusi jawaban untuk menentukan nilai kapabilitas dan
tingkat kapabilitas pada proses EDM04 sebagai berikut:
a. Nilai Kapabilitas EDM04.01 (Mengevaluasi Pengelolaan
Sumber Daya)
• As Is NK = (0×0)+(0×1)+(35×2)+(50×3)+(15×4)+(0×5)
100 = 2,8
• To Be NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(20×3)+(5×4)+(75×5)
100 = 4,55
Capability Level saat ini pada BAI04.02 cenderung mengarah
pada level 3 Established Process, dengan nilai 2,8. Sedangkan
untuk capability level yang diharapkan cenderung mengarah pada
level 5 Optimising Process, dengan nilai 4,55.
170
b. Nilai Kapabilitas EDM04.02 (Pengelolaan Sumber Daya Secara
Langsung)
• As Is NK = (0×0)+(0×1)+(35×2)+(50×3)+(15×4)+(0×5)
100 = 2,8
• To Be NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(20×3)+(5×4)+(75×5)
100 = 4,55
Capability Level saat ini pada BAI04.02 cenderung mengarah
pada level 3 Established Process, dengan nilai 2,8. Sedangkan untuk
capability level yang diharapkan cenderung mengarah pada level 5
Optimising Process, dengan nilai 4,55.
c. Nilai Kapabilitas EDM04.03 (Memonitor Pengelolaan Sumber
Daya)
• As Is NK = (0×0)+(0×1)+(16,67×2)+(75×3)+(8,33×4)+(0×5)
100 = 2,91
• To Be NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(0×3)+(25×4)+(75×5)
100 = 4,75
Capability Level saat ini pada BAI04.02 cenderung mengarah
pada level 3 Established Process, dengan nilai 2,91. Sedangkan
untuk capability level yang diharapkan cenderung mengarah pada
level 5 Optimising Process, dengan nilai 4,75.
4.6.2 Penentuan Nilai dan Capability Level pada BAI04
Berdasarkan rumus yang terdapat pada bab II maka perhitungan
rekapitulasi distribusi jawaban untuk menentukan nilai kapabilitas dan
tingkat kapabilitas pada proses BAI04 sebagai berikut:
171
a. Nilai Kapabilitas BAI04.01 (Menilai Ketersedian, Kinerja dan
Kapasitas Saat Ini Menciptakan Baseline)
• As Is NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(75×3)+(25×4)+(0×5)
100 = 3,25
• To Be NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(0×3)+(75×4)+(25×5)
100 = 4,25
Capability Level saat ini pada BAI04.01 terdapat pada level 3
Established Process, dengan nilai 3,25. Sedangkan untuk capability
level yang diharapkan terdapat pada level 4 Predictable Process,
dengan nilai 4,25.
b. Nilai Kapabilitas BAI04.02 (Menilai Dampak Bisnis)
• As Is NK = (0×0)+(0×1)+(85,71×2)+(14,28×3)+(0×4)+(0×5)
100 = 2,14
• To Be NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(35,71×3)+(50×4)+(7,14×5)
100 = 3,51
Capability Level saat ini pada BAI04.02 terdapat pada level 2
Manage Process, dengan nilai 2,14. Sedangkan untuk capability
level yang diharapkan cenderung mengarah pada level 4 Predictable
Process, dengan nilai 3,51.
c. Nilai Kapabilitas BAI04.03 (Merencanakan Untuk Kebutuhan
Layanan Baru)
• As Is NK = (0×0)+(0×1)+(90×2)+(10×3)+(0×4)+(0×5)
100 = 2,10
• To Be NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(0×3)+(90×4)+(10×5)
100 = 4,10
Capability Level saat ini pada BAI04.03 terdapat pada level 2
Manage Process, dengan nilai 2,10. Sedangkan untuk capability
172
level yang diharapkan terdapat pada level 4 Predictable Process,
dengan nilai 4,10
d. Nilai Kapabilitas BAI04.04 (Memantau dan Meninjau
Ketersediaan dan Kapasitas)
• As Is NK = (0×0)+(25×1)+(37,50×2)+(25×3)+(12,50×4)+(0×5)
100 = 2,25
• To Be NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(0×3)+(87,50×4)+(12,50×5)
100 = 4,12
Capability Level saat ini pada BAI04.04 terdapat pada level 2
Manage Process, dengan nilai 2,25. Sedangkan untuk capability
level yang diharapkan terdapat pada level 4 Predictable Process,
dengan nilai 4,12.
e. Nilai Kapabilitas BAI04.05 (Menyelediki dan mengatasi
masalah ketersediaan, kinerja dan kapasitas)
• As Is NK = (0×0)+(0×1)+(60×2)+(40×3)+(0×4)+(0×5)
100 = 2,40
• To Be NK = (0×0)+(0×1)+(0×2)+(26,67×3)+(66,67×4)+(6,67×5)
100 = 3,80
Capability Level saat ini pada BAI04.05 terdapat pada level 2
Manage Process, dengan nilai 2,40. Sedangkan untuk capability
level yang diharapkan terdapat pada level 4 Predictable Process,
dengan nilai 3,80.
4.6.3 Penentuan Level Kapabilitas
Pada bagian ini akan dilakukan penentuan rata-rata tingkat
kapabilitas setiap proses sesuai dengan model kapabilitas COBIT 5.
173
Penentuan ini dilakukan dengan cara membulatkan bilangan-bilangan yang
didapatkan dari perhitungan nilai kapabilitas sebelumnya.
1. Tingkat Kapabilitas EDM04 (Ensure Resource Optimisation)
Berikut ini adalah penentuan tingkat kapabilitas EDM04
berdasarkan hasil perhitungan nilai kapabilitas yang terdapat pada
tiap sub prosesnya.
Tabel 4.30 Penentuan Level Kapabilitas EDM04
No Sub Proses Nilai Kapabilitas Tingkat Kapabilitas
As Is To Be As Is To Be
1 EDM04.01 2,8 4,55 3 5
2 EDM04.02 2,8 4,55 3 5
3 EDM04.03 2,91 4,75 3 5
Rata - Rata 2,84 4,62 3 5
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa nilai untuk kondisi saat
ini (as is) pada EDM04 adalah 2,84 atau capability level berada
dilevel 3 yaitu Established Process. Artinya adalah proses EDM04
(Ensure Resource Optimisation) pada Subdit SISDA telah dibangun
yang kemudian diimplementasikan menggunakan proses yang telah
didefinisikan dan mampu mencapai hasil dari tujuan yang telah
ditetapkan.
Sedangkan kondisi yang di harapkan (to be) berada pada
tingkat 5 dengan nilai kapabilitas 4,62 yang dimana pada tahap ini
telah diterapkan Optimising Process, dimana harus ada proses yang
terprediksi secara terus-menerus ditingkatkan untuk memenuhi
tujuan bisnis saat ini dan tujuan proyek dari Subdit SISDA.
174
Gambar 4.5 Diagram Representasi Tingkat Kapabilitas EDM04
2. Tingkat Kapabilitas BAI04 (Manage Availability and Capacity)
Berikut ini adalah penentuan tingkat kapabilitas BAI04
berdasarkan hasil perhitungan nilai kapabilitas yang terdapat pada
tiap sub prosesnya.
Tabel 4.31 Penentuan Level Kapabilitas BAI04
No Sub Proses Nilai Kapabilitas Tingkat Kapabilitas
As Is To Be As Is To Be
1 BAI04.01 3,25 4,25 3 4
2 BAI04.02 2,14 3,51 2 4
3 BAI04.03 2,10 4,10 2 4
4 BAI04.04 2,25 4,12 2 4
5 BAI04.05 2,40 3,80 2 4
Rata - Rata 2,43 3,96 2 4
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa nilai untuk kondisi saat
ini (as is) pada BAI04 adalah 2,43 atau capability level berada
dilevel 2 yaitu Manage Process. Artinya adalah proses BAI04
0
1
2
3
4
5EDM04.01
EDM04.02EDM04.03
As Is To Be
175
(Manage Availability and Capacity) pada Subdit SISDA telah
dikelola dengan baik, dimana sudah mencakup perencanaan, moitor,
dan penyesuaian. Dan juga work product yang ada pada Subdit
SISDA telah di jalankan, dikontrol dan kilelola dengan tepat.
Sedangkan kondisi yang di harapkan (to be) berada pada
tingkat 4 dengan nilai kapabilitas 3,96 yang dimana pada tahap ini
telah diterapkan Predictable Process, dimana proses yang telah
dibangun kemudian harus di operasikan dengan batasan-batasan
agar mampu meraih harapan dari proses tersebut.
Gambar 4.6 Diagram Representasi Tingkat Kapabilitas BAI04
4.6.4 Pencapaian Proses EDM04
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengecekan secara
bertahap pada EDM04 (Ensure Resource Optimisation) apakah proses
tersebut telah memenuhi persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi
0
1
2
3
4
5BAI04.01
BAI04.02
BAI04.03BAI04.04
BAI04.05
As Is To Be Max
176
pada masing – masing level dengan ketentuan kategori dari hasil penilaian
di tiap levelnya. Dalam rekapitulasi kuesioner yang telah dilakukan maka
diketahui bahwa tingkat kapabilitas EDM04 di Subdit SISDA pada saat ini
berada pada level 3 yang artinya Subdit SISDA harus memenuhi atribut dari
level 1 sampai dengan level 3.
Pemeriksaan ini mengacu pada process capability indicators yang
tercantum dalam kerangka kerja COBIT 5, pencapaian itu dilakukan supaya
mencapai level kapabilitas yang diharapkan. Berikut ini adalah tabel
penjelasan pencapaian atribut pada EDM04 (Ensure Resource
Optimisation) di Subdit SISDA pada level 1.
177
Tabel 4.32 Process Performance EDM04
Process Atribut 1.1 Process Performance
Base Practices Work Products Exist Evidence
EDM04.01
Mengevaluasi
pengelolaan
sumber daya
Prinsip panduan untuk
alokasi sumber daya dan
kemampuan
√
Sasaran Kerja Pegawai (SKP),
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
Prinsip panduan untuk
arsitektur enterprise √ Bisnis Proses Subdit SISDA
Rencana sumber daya
yang disetujui √
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
EDM04.02
Mengarahkan
pengelolaan
sumber daya
Komunikasi strategi
sumber daya √
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
Penugasan tanggung
jawab untuk pengelolaan
sumber daya
√
PERMEN PUPR
No.15/PRT/M/2015,
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
Prinsip untuk melindungi
sumber daya √
RENSTRA DITJEN SDA 2015-
2019
EDM04.03
Memonitor
pengelolaan
sumber daya
Masukan/saran mengenai
alokasi dan efektivitas
sumber daya dan
kemampuan
√ Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
Tindakan perbaikan
untuk mengatasi
penyimpangan
pengelolaan sumber
daya.
- -
Rata-Rata Skor 87,5%
Pada level 1 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum
(GWPs) yang ada pada COBIT 5, maka Subdit SISDA harus dapat
menyediakan bukti bahwa adanya proses yang ingin atau telah dilakukan
dalam hal EDM04 (Ensure Resource Optimisation). Untuk lebih jelasnya
peneliti telah menjelaskan bukti tersebut dalam subbab 4.4.1 Data
178
Collection EDM04 (Ensure Resource Optimisation) yang dapat dilihat di
atas.
Berdasarkan pencapaian PA 1.1 Process Performance yang
dijelaskan di atas, maka diketahui skor pencapaian PA 1.1 Process
Performance adalah 87,5% yang termasuk dalam tingkat penilaian F (Fully
Achieved). Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan bukti atas pendekatan
sistematis lengkap, dan pencapaian penuh atas atribut proses tersebut.
Hingga demikian dinyatakan bahwa proses tersebut telah meraih suatu
tingkat kapabilitas level 1 dan dapat melanjutkan penilaian ke tingkat
kapabilitas level 2.
Pada level 2 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum
(GWPs) yang ada pada COBIT 5, Subdit SISDA dalam Performance
Management dan Work Product Management.
179
Tabel 4.33 Performance Management EDM04
Process Atribut 2.1 Performance Management
No Work Products Exist Evidence
1 Identifikasi ruang lingkup dan tujuan proses
pengoptimalan sumber daya √
Sasaran Kerja Pegawai (SKP),
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
2 Merencanakan dan memonitoring proses
pengoptimalan sumber daya √
Sasaran Kerja Pegawai (SKP),
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
3 Menyesuaikan kinerja proses pengoptimalan
sumber daya √
Sasaran Kerja Pegawai (SKP),
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
4 Mengidentifikasikan tanggung jawab proses
pengelolaan sumber daya √
PERMEN PUPR
No.15/PRT/M/2015,
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
5 Mengidentifikasi dan menyediakan sumber
daya proses pengoptimalan sumber daya √
Sasaran Kerja Pegawai (SKP),
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
6 Mengelola antarmuka proses pengoptimalan
sumber daya √
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
Rata-Rata Skor 100%
Berdasarkan tabel Performance Management EDM04 diatas dapat
diketahui terdapat 6 poin yang harus dipenuhi oleh Subdit SISDA.
Pengidentifikasian ruang lingkup dan tujuan proses pengoptimalan sumber
daya dibuktikan dalam tiga dokumen, yaitu Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk pengidentifikasian tujuan proses pengoptimalan sumber daya
manusia, dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA untuk pengidentifikasian
tujuan proses pengoptimalan sumber daya proses, dan dokumen Surat
180
Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur SDA untuk
pengidentifikasian tujuan proses pengoptimalan sumber daya teknologinya.
Pada dokumen – dokumen tersebut menguraikan lingkup dan menyediakan
detil-detil dari objektif performa masing-masing sumber daya.
Dalam perencanaan monitoring proses dan penyesuaian kinerja
proses pengolahan sumber daya terdokumentasi juga teridentifikasi dalam
tiga dokumen yang berbeda yaitu, Sasaran Kerja Pegawai (SKP) sebagai
standard penyesuaian kinerja sumber daya manusia, dokumen Bisnis Proses
Subdit SISDA sebagai dokumen yang menjelaskan perencanaan monitoring
sumber daya proses termasuk juga berisi rencana monitoring sumber daya
manusia, dan pada dokumen Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta
Infrastruktur SDA, yang didalamnya berisikan tentang kerangka acuan -
acuan kerja sehingga target – target yang telah di capai dapat di sesuaikan
dengan kerangka / target acuan yang telah ditetapkan.
Lalu dalam mengidentifikasikan tanggung jawab proses pengelolaan
sumber daya secara umum telah dijelaskan pada Permen PUPR No
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Pada dokumen tersebut sudah di jelaskan
dengan lengkap kedudukan, tugas, dan fungsi dalam pengelolaan sumber
daya khususnya pada Subdit SISDA. Dan untuk perincian penugasan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya proses dan manusia lebih
lengkapnya dijelaskan pada dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA.
Sedangkan untuk pengelolaan sumber daya teknologinya dijelaskan lebiih
181
rinci pada dokumen Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA. Pada dokumen tersebut dijelaskan batasan-batasan pengelolaan pihak
Subdit Sisda dan pihak PT. Inakko Konsulindo Internasional selaku pihak
kedua dalam pengembangan dan pengelolaan teknologi pada Subdit SISDA.
Kemudian dalam mengidentifikasi dan menyediakan sumber daya
proses pengoptimalan sumber daya juga dibuktikan dengan tiga dokumen
yaitu Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk sumber daya manusia, Bisnis
Proses Subdit SISDA untuk sumber daya proses, dan Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur SDA untuk sumber daya teknologi. Dalam
dokumen-dokumen tersebut telah diidentifikasi detil sumber daya /
informasi apa saja yang dibutuhkan dalam proses pengoptimalan masing-
masing sumber daya.
Kemudian dalam hal proses pengelola antarmuka proses
pengoptimalan sumber daya dan pembagian tugas yang jelas antara pihak
yang telibat dalam pengelolaan, sudah lengkap terdokumentasikan pada
dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA untuk pengelolaan proses dan sumber
daya. Sedangkan untuk pengmbagian tugas pengelolaan sumber daya
teknologi telah dijelaskan pada Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta
Infrastruktur SDA.
182
Tabel 4.34 Work Product Management EDM04
Process Atribut 2.2 Work Product Management
No Work Products Exist Evidence
1 Kriteria kualitas dan hasil kerja proses
pengoptimalan sumber daya √
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA, Bisnis Proses Subdit
SISDA, Sasaran Kerja Pegawai
(SKP)
2 Menetapkan kebutuhan dari hasil kerja
proses pengoptimalan sumber daya √
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA, Sasaran Kerja Pegawai
(SKP)
3 Dokumentasi hasil kinerja proses
pengelolaan sumber daya √
Sasaran Kerja Pegawai (SKP),
Album Peta Infrastruktur SDA
4 Evaluasi hasil kinerja proses pengelolaan
sumber daya √ Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
Rata-Rata Skor 100%
Berdasarkan tabel Work Product Management EDM04 diatas dapat
diketahui terdapat 4 poin yang harus dipenuhi oleh Subdit SISDA. Untuk
proses penetapan kriteria kualitas, kebutuhan dan hasil kerja pengoptimalan
sumber daya terdokumentasi kedalam Bisnis Proses Subdit SISDA untuk
sumber daya proses, Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA untuk sumber daya teknologi, dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP)
untuk sumber daya manusia. Pada dokumen-dokumen tersebut menjelaskan
tentang dari target – target yang harus dicapai sesuai dengan entitas sistem
informasi dan data Subdit SISDA. Dan juga berisikan tentang program,
produk utama, dan target dokumen output yang akan dihasilkan oleh
program tersebut.
Kemudian untuk pendokumentasian hasil kinerja proses
pengelolaan sumber daya dapat di lihat pada dokumen Sasaran Kerja
Pegawai (SKP) dan Album Peta Infrastruktur SDA. Yang dimana pada SKP
183
berisikan hasil pencapaian kinerja sumber daya manusia dan juga pada
Album Peta Infrastruktur SDA berisikan tentang nama program kegiatan,
nama output yang dihasilkan dan kinerja saat ini bisa dilihat dari nilai target,
realisasi dan tanda statusnya. Dan untuk Evaluasi hasil kinerja proses
pengelolaan sumber daya dapat dilihat dari hasil penilaian Evaluasi hasil
kinerja sumber daya Sasaran Kerja Pegawai (SKP).
Berdasarkan kedua tabel Process Atribut (PA) 2.1 Process
Performance dan PA 2.2 Work Product Management yang dijelaskan di
atas, maka diketahui skor pencapaian proses keduanya adalah 100% yang
termasuk dalam tingkat penilaian F (Fully Achieved). Dengan nilai tersebut,
dapat dinyatakan bukti atas pendekatan sistematis lengkap, dan pencapaian
penuh atas atribut proses tersebut.
Pada level 3 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum
(GWPs) yang ada pada COBIT 5, maka Subdit SISDA harus memenuhi
indikator yang ada dalam Process Definition dan Process Deployment.
Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan pencapaian Subdit SISDA untuk
proses EDM04.
184
Tabel 4.35 Process Definition EDM04
Process Atribut 3.1 Process Definition
No Work Products Exist Evidence
1 Mendefinisikan standar dari proses
pengelolaan sumber daya √
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA, Bisnis Proses Subdit
SISDA, Sasaran Kerja Pegawai
(SKP)
2 Menetapkan urutan dari proses pengelolaan
sumber daya √
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA, Bisnis Proses Subdit
SISDA, Sasaran Kerja Pegawai
(SKP)
3 Mengidentifikasi peran dan kompetensi
pengelolaan sumber daya √
Bisnis Proses Subdit SISDA,
Sasaran Kerja Pegawai (SKP),
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
4 Identifikasi infrastruktur yang dibutuhkan
dan lingkungan kerja √
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
5 Menetapkan metode yang sesuai untuk
pengoptimalan sumber daya √
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA, Bisnis Proses Subdit
SISDA, Sasaran Kerja Pegawai
(SKP)
Rata-Rata Skor 100%
Berdasarkan tabel Process Definition EDM04 diatas dapat diketahui
terdapat 5 poin yang harus dipenuhi oleh Subdit SISDA. Dalam
mendefinisikan standar, penetapan urutan, dan menetapkan metode yang
sesuai untuk proses pengelolaan sumber daya pada Subdit SISDA telah
dijelaskan pada dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA untuk sumber daya
proses, Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) untuk sumber daya manusia, dan
Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur SDA untuk sumber
daya teknologi . Dalam dokumen tersebut dijelaskan lengkap dan detil
185
flowchart proses pengelolaannya mulai dari proses mentah, input, process,
dan output yang diharapkan dari pengelolaan masing-masing sumber daya.
Kemudian untuk mengidentifikasi peran dan kompetensi
pengelolaan sumber daya, Subdit SISDA telah mengidentifikasinya dalam
dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA untuk sumber daya proses, Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP) untuk sumber daya manusia, dan Surat Perjanjian
Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur SDA untuk sumber daya teknologi.
Pada dokumen -dokumen tersebut dijelaskan target -target kinerja /
kompetensi oleh setiap sumber dayanya.
Tabel 4.36 Process Deployment EDM04
Process Atribut 3.2 Process Deployment
No Work Products Exist Evidence
1 Menjalankan kebijakan dalam proses
pengoptimalan sumber daya √
Surat Perjanjian Kerja Penyusunan
Peta Infrastruktur SDA, Bisnis
Proses Subdit SISDA, Sasaran
Kerja Pegawai (SKP)
2
Menugaskan dan mengkomunikasikan
peran, tanggung jawab dan otoritas proses
pengelolaan sumber daya
√
Surat Perjanjian Kerja Penyusunan
Peta Infrastruktur SDA, Bisnis
Proses Subdit SISDA, PERMEN
PUPR No.15/PRT/M/2015
3
Memastikan kompetensi dan pelatihan yang
dibutuhkan dalam pengoptimalan sumber
daya.
√
Surat Perjanjian Kerja Penyusunan
Peta Infrastruktur SDA, Bisnis
Proses Subdit SISDA, Sasaran
Kerja Pegawai (SKP)
4
Menyediakan sumber daya dan informasi
untuk mendukung performa dalam
pengoptimalan sumber daya
√
Bisnis Proses Subdit SISDA, Surat
Perjanjian Kerja Penyusunan Peta
Infrastruktur SDA, Sasaran Kerja
Pegawai (SKP)
5 Menyediakan proses infrastruktur yang
layak untuk mendukung pengoptimalan
sumber daya
√ Surat Perjanjian Kerja Penyusunan
Peta Infrastruktur SDA
6
Mengumpulkan dan menganalisis data
mengenai performa untuk melihat
keefektifan proses pengelolaan sumber daya
- -
Rata-Rata Skor 83,33%
186
Berdasarkan tabel Process Deployment EDM04 diatas dapat
diketahui terdapat 6 poin yang harus dipenuhi oleh Subdit SISDA. Dalam
menjalankan kebijakan dan memastikan kompetensi dan pelatihan yang di
butuhkan dalam proses pengoptimalan sumber daya di jelaskan pada
dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA untuk sumber daya proses yang
didalamnya berisi arahan-arahan SISDA seperti one system, one data, one
map, one gate, dan one report standard. Surat Perjanjian Kerja Penyusunan
Peta Infrastruktur SDA untuk sumber daya teknologi yang mengidentifikasi
surat penunjukan penyedia jasa, kebijakan dan kerangka acuan kerja dan
dokumen lainnya yang akan memastikan kompetensi sumber daya teknologi
pada Subdit SISDA Dan dijelaskan juga pada dokumen Sasaran Kinerja
Pegawai (SKP) untuk sumber daya manusia tentang kebijakan yang harus
diterapkan dalam proses pengelolaan dan pengoptimalan sumber daya
manusia pada Subdit SISDA.
Juga dalam menugaskan dan mengkomunikasikan peran, tanggung
jawab dan otoritas proses pengelolaan sumber daya secara umum telah
dijelaskan pada Permen PUPR No 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada
dokumen tersebut sudah di jelaskan dengan lengkap kedudukan, tugas, dan
fungsi dalam pengelolaan sumber daya khususnya pada Subdit SISDA. Dan
untuk perincian penugasan tanggung jawab pengelolaan sumber daya
proses dan manusia lebih lengkapnya dijelaskan pada dokumen Bisnis
Proses Subdit SISDA yang di dalamnya dijelasakan tentang pembagian
187
dalam mencapai target -target pencapaian produk utama yang telah di bagi
berdasarkan tugas dan fungsi tiap unit kerja Subdit SISDA yaitu unit sistem
informasi sumber daya air, database sumber daya air, dan penyajian
informasi sumber daya air. Sedangkan untuk pengelolaan sumber daya
teknologinya dijelaskan lebiih rinci pada dokumen Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur SDA. Pada dokumen tersebut dijelaskan
batasan-batasan pengelolaan pihak Subdit Sisda dan pihak PT. Inakko
Konsulindo Internasional selaku pihak kedua dalam pengembangan dan
pengelolaan teknologi pada Subdit SISDA.
Namun pada Subdit SISDA peneliti belum menemukan laporan
tentang Menganalisis hasil evaluasi untuk melihat keefektifan proses
pengelolaan sumber daya.
Berdasarkan kedua tabel Process Atribut (PA) 3.1 Process
Definition dan PA 3.2 Process Deployment yang dijelaskan di atas, maka
diketahui skor pencapaian PA 3.1 Process Definition adalah 100% yang
termasuk dalam tingkat penilaian F (Fully Achieved) dan PA 3.2 Process
Deployment adalah 83,33% yang termasuk dalam tingkat penilaian L
(Largely Achieved). Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan bukti atas
pendekatan sistematis PA 3.1 Process Definition lengkap, dan pencapaian
penuh atas atribut proses tersebut. Dan untuk PA 3.2 Process Deployment
dapat dinyatakan bukti atas pendekatan sistematis, dan pencapaian
signifikan atas proses tersebut, meski mungkin masih ada kelemahan yang
tidak signifikan.
188
4.6.5 Pencapaian Proses BAI04
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengecekan secara
bertahap pada BAI04 (Manage Availability and Capacity) apakah proses
tersebut telah memenuhi persyaratan – persyaratan yang harus dipenuhi
pada masing – masing level dengan ketentuan kategori dari hasil penilaian
di tiap levelnya. Dalam rekapitulasi kuesioner yang telah dilakukan maka
diketahui bahwa tingkat kapabilitas BAI04 di Subdit SISDA pada saat ini
berada pada level 2 yang artinya Subdit SISDA harus memenuhi atribut dari
level 1 sampai dengan level 2.
Pemeriksaan ini mengacu pada process capability indicators yang
tercantum dalam kerangka kerja COBIT 5, pencapaian itu dilakukan agar
mencapai level kapabilitas yang diharapkan. Berikut ini adalah tabel
penjelasan pencapaian atribut pada BAI04 (Manage Availability and
Capacity) di Subdit SISDA pada level 1.
189
Tabel 4.37 Process Performance BAI04
Process Atribut 1.1 Process Performance
Base Practices Work Products Exist Evidence
BAI04.01 Menilai
ketersediaan, kinerja
dan kapasitas saat ini
dan menciptakan
baseline
Baseline ketersediaan,
kinerja dan kapasitas √ Bisnis Proses Subdit SISDA
Evaluasi terhadap SLA
(Service Level
Agreement)
√ Profil Pengelolaan Infrastruktur
SDA
BAI04.02 Menilai
dampak terhadap
bisnis
Skenario ketersediaan,
kinerja dan kapasitas √
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
Penilaian pengaruh
ketersediaan, kinerja dan
kapasitas terhadap bisnis
√ Bisnis Proses Subdit SISDA
BAI04.03 Rencana
untuk kebutuhan
layanan baru
Prioritas pengembangan √ Bisnis Proses Subdit SISDA
Rencana untuk
peningkatan kinerja dan
kapasitas
√ RENSTRA DITJEN SDA 2015-
2019
BAI04.04 Memantau
dan meninjau
ketersediaan dan
kapasitas
Laporan ketersediaan
dan kinerja √
Album Peta Infrastruktur SDA,
Aplikasi SISDA
BAI04.05
Menyelidiki masalah
ketersediaan, kinerja
dan kapasitas
Gaps kinerja dan
kapasitas √
Profil Pengelolaan Infrastruktur
SDA
Tindakan korektif - -
Prosedur eskalasi darurat - -
Rata-Rata Skor 80%
Pada level 1 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum
(GWPs) yang ada pada COBIT 5, maka Subdit SISDA harus dapat
menyediakan bukti bahwa adanya proses yang ingin atau telah dilakukan
dalam hal BAI04 (Manage Availability and Capacity). Untuk lebih jelasnya
peneliti telah menjelaskan bukti tersebut dalam subbab 4.4.2 Data
Collection BAI04 (Manage Availability and Capacity) yang dapat dilihat di
atas.
Berdasarkan pencapaian PA 1.1 Process Performance yang
dijelaskan di atas, maka diketahui skor pencapaian PA 1.1 Process
Performance adalah 80% yang termasuk dalam tingkat penilaian L (Largely
190
Achieved). Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan bukti atas pendekatan
sistematis, dan pencapaian signifikan atas proses tersebut, meski mungkin
masih ada kelemahan yang tidak signifikan. Hingga dapat dinyatakan bahwa
proses tersebut telah meraih suatu tingkat kapabilitas tersebut, namun proses
tersebut harus meraih kategori Fully Achieved (F) dengan skor 85% - 100%
untuk dapat melanjutkan penilaian ke tingkat kapabilitas berikutnya.
Pada level 2 menurut Praktik Umum (GPs) dan Hasil Kerja Umum
(GWPs) yang ada pada COBIT 5, Subdit SISDA dalam Performance
Management dan Work Product Management.
Tabel 4.38 Performance Management BAI04
Process Atribut 2.1 Performance Management
No Work Products Exist Evidence
1 Identifikasi ruang lingkup dan tujuan proses
ketersediaan, kinerja dan kapasitas √ Bisnis Proses Subdit SISDA
2 Merencanakan dan memonitoring proses
ketersediaan, kinerja dan kapasitas √
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
3 Menyesuaikan kinerja proses pengelolaan
ketersediaan, kinerja dan kapasitas √
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
4 Mengidentifikasikan tanggung jawab proses
pengelolaan ketersediaan, kinerja dan
kapasitas
√
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA, Bisnis Proses Subdit
SISDA
5
Mengidentifikasi dan menyediakan sumber
daya proses pengelolaan ketersediaan,
kinerja dan kapasitas
√
Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur
SDA
6 Mengelola antarmuka proses pengelolaan
ketersediaan, kinerja dan kapasitas √ Bisnis Proses Subdit SISDA
Rata-Rata Skor 100%
Berdasarkan tabel Performance Management BAI04 diatas dapat
diketahui terdapat 6 poin yang harus dipenuhi oleh Subdit SISDA.
Pengidentifikasian ruang lingkup dan tujuan proses ketersediaan, kinerja
191
dan kapasitas dibuktikan dengan adanya pendokumentasian pada dokumen
Bisnis Proses Subdit SISDA yang didalamnya terdapat cakupan siapa saja
pelaksana yang bertanggung jawab atas pelaksanaan aktivitas yang telah
dibakukan dan ditetapkan.
Dalam perencanaan monitoring proses dan penyesuaian kinerja
proses pengolahan ketersediaan, kinerja dan kapasitas yang berhubungan
dengan objektif bisnis yang ditetapkan dan dimonitor berada pada dokumen
Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur SDA, yang
didalamnya berisikan tentang kerangka acuan - acuan kerja sehingga target
– target yang telah di capai dapat di sesuaikan dengan kerangka / target
acuan yang telah ditetapkan.
Kemudian dalam mengidentifikasikan tanggung jawab proses
pengelolaan ketersediaan, kinerja dan kapasitas secara umum telah
dijelaskan pada Permen PUPR No 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pada
dokumen tersebut sudah di jelaskan dengan lengkap kedudukan, tugas, dan
fungsi dalam pengelolaan ketersediaan, kinerja dan kapasitas layanan
Aplikasi SISDA. Dan untuk perincian penugasan tanggung jawab
pengelolaan ketersediaan, kinerja dan kapasitas lebih lengkapnya dijelaskan
pada dokumen Bisnis Proses Subdit SISDA dan Surat Perjanjian Kerja
Penyusunan Peta Infrastruktur SDA. Pada dokumen tersebut dijelaskan
batasan-batasan pengelolaan pihak Subdit Sisda dan pihak PT. Inakko
Konsulindo Internasional selaku pihak kedua dalam pengembangan dan
192
pengelolaan teknologi pada Subdit SISDA. Yang di dalamnya dijelasakan
tentang pembagian dalam mencapai target -target pencapaian produk utama
yang telah di bagi berdasarkan tugas dan fungsi tiap unit kerja Subdit SISDA
yaitu unit sistem informasi sumber daya air, database sumber daya air, dan
penyajian informasi sumber daya air.
Kemudian dalam mengidentifikasi dan penyediaan sumber daya
untuk melakukan proses perencanaan dibuktikan dengan adanya Surat
Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur SDA yang didalamnya
terdapat identifikasi kontrak-kontrak kerja, kontrak penyediaan jasa dalam
penyediaan sumber daya.
Kemudian proses memastikan komunikasi yang efektif dan
pembagian tugas yang jelas antara pihak yang telibat dalam pengelolaan,
sudah lengkap terdokumentasikan pada dokumen Bisnis Proses Subdit
SISDA.
Tabel 4.39 Work Product Management BAI04
Process Atribut 2.2 Work Product Management
No Work Products Exist Evidence
1
Kriteria kualitas dan hasil kerja proses
pengelolaan ketersediaan, kinerja dan
kapasitas
√ Bisnis Proses Subdit SISDA
2
Menetapkan kebutuhan dari hasil kerja
proses pengelolaan ketersediaan, kinerja dan
kapasitas
√ Bisnis Proses Subdit SISDA
3
Dokumentasi hasil kinerja proses
pengelolaan ketersediaan, kinerja dan
kapasitas
√
Album Peta Infrastruktur SDA,
Profil Pengelolaan Infrastruktur
SDA
4 Evaluasi hasil kinerja proses pengelolaan
ketersediaan, kinerja dan kapasitas - -
Rata-Rata Skor 75%
193
Berdasarkan tabel Work Product Management BAI04 diatas dapat
diketahui terdapat 4 poin yang harus dipenuhi oleh Subdit SISDA. Untuk
proses penetapan kriteria kualitas dan hasil kerja pengelolaan ketersediaan
informasi terdokumentasi kedalam Bisnis Proses Subdit SISDA yang
menjelaskan tentang dari sasaran strategi, indikator kinerja dan target yang
harus dicapai. Dan juga dalam menetapkan kebutuhan dari hasil kerja
pengelolaan ketersediaan, kinerja dan kapasitas terdokumentasi kedalam
Bisnis Proses Subdit SISDA berisikan tentang Program / Kegiatan,
Indikator Kinerja Kegiatan, dan target dokumen output yang akan
dikeluarkan oleh program tersebut.
Kemudian untuk pendokumentasian hasil kinerja proses
pengelolaan ketersediaan, kinerja dan kapasitas dapat di lihat pada Album
Peta Infrastruktur SDA dan Profil Pengelolaan Infrastruktur SDA. Yang
dimana berisikan tentang nama program kegiatan, nama output yang
dihasilkan, dan rekapan keuangan dan kinerja saat ini bisa dilihat dari nilai
target, realisasi dan tanda statusnya. Namun belum ada laporan yang
mendokumentasikan proses evaluasi hasil kinerja pengelolaan pengelolaan
ketersediaan, kinerja dan kapasitas informasi.
Berdasarkan kedua tabel Process Atribut (PA) 2.1 Process
Performance dan PA 2.2 Work Product Management yang dijelaskan di
atas, maka diketahui skor pencapaian PA 2.1 Process Performance adalah
100% yang termasuk dalam tingkat penilaian F (Fully Achieved) dan PA
2.2 Work Product Management adalah 75% yang termasuk dalam tingkat
194
penilaian L (Largely Achieved). Dengan nilai tersebut, dapat dinyatakan
bukti atas pendekatan sistematis PA 2.1 Process Performance lengkap, dan
pencapaian penuh atas atribut proses tersebut. Dan untuk PA 2.2 Work
Product Management dapat dinyatakan bukti atas pendekatan sistematis,
dan pencapaian signifikan atas proses tersebut, meski mungkin masih ada
kelemahan yang tidak signifikan.
4.7 Reporting the Result
Reporting the result merupakan tahap ketujuh yang membahas tentang
laporan dan hasil proses penilaian dari tahap-tahap sebelumnya. Dalam hal ini akan
dipaparkan gaps yang terdapat pada setiap proses serta rekomendasi untuk
mencapai tingkat kapabilitas proses yang diharapkan pada Subdit SISDA.
Dalam tata kelola teknologi informasi pada COBIT 5 terdapat beberapa
ketentuan yang harus dipenuhi oleh instansi agar dapat mencapai good governance.
Gaps didapatkan dari nilai tingkat kapabilitas kondisi as is pada setiap proses
terhadap nilai tingkat kapabilitas kondisi to be. Sementara, rekomendasi diberikan
sesuai dengan pemenuhan syarat untuk mencapai tingkat kapabilitas yang
diharapkan.
Berikut ini merupakan hasil penilaian capability level secara keseluruhan
dari 3 proses yang dilakukan penilaian:
195
Tabel 4.40 Rekaptulasi Hasil Penilaian
No Process Name Process Capalibility Level
0 1 2 3 4 5
1 EDM04 F
87,5 %
F
100 %
F
91,67 %
Target
Level
2 BAI04 L
80
F
87,5 %
Target
Level
Legend :
N(Not Achieved, 0-15%) P(Partially Achieved,>15%-50%) L(Largely Achieved,>50%-85%)
F(Fully Achieved,>85%-100%)
4.7.1 Gaps dan Rekomendasi Proses EDM04
Nilai capability level yang didapatkan untuk kondisi saat ini (as is)
pada EDM04 adalah 2,84 atau berada pada level 3 (Established Process),
sementara level yang diharapkan (to be) adalah 4,62 atau berada pada level
5 (Optimising Process). Gaps dan rekomendasi ini didapat dari hasil
pemenuhan proses yang sudah dipaparkan pada tahap-tahap sebelumnya
sehingga rekomendasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan organisasi
saat ini. Maka rekomendasi untuk Subdit SISDA yakni untuk mencapai
level yang diharapkan tersebut.
Analisa gaps dan rekomendasi yang diberikan untuk proses EDM04
yakni berupa pemenuhan process attribute sesuai dengan temuan yang
didapatkan pada tahap pemenuhan indikator kapabilitas disetiap levelnya.
Berikut tabel gaps dan rekomendasi untuk level 1 dari peneliti berdasarkan
pemenuhan process attribute pada Process Performance EDM04.
196
Tabel 4.41 Gaps dan Rekomendasi Process Performance EDM04
Process Atribut 1.1 Process Performance
Gaps Rekomendasi
Belum adanya dokumen yang menjelaskan
masukan/saran yang lengkap mengenai
alokasi dan efektivitas sumber daya
(manusia, proses, teknologi) dan kemampuan
yang lengkap. Karna pada Subdit SISDA
hanya baru ada dokumen yang menjelaskan
saran/masukan untuk SDM yaitu dokumen
SKP. Sedangkan sumber daya yang
dijelaskan dalam proses EDM04, termasuk
juga proses dan teknologi.
Subdit SISDA di rekomendasikan membuat
konsep atau melakukan pemantauan alokasi,
optimalisasi sumber daya yang ada pada Subdit
SISDA, sehingga dapat membuat dokumen yang
menjelaskan masukan/saran mengenai alokasi
dan efektivitas sumber daya yang lengkap.
Seperti dengan menggunakan konsep ERP
dalam merencanakan dan mengelola sumber
daya instansi.
Belum terdapat prosedur mengenai tindakan
perbaikan untuk mengatasi penyimpangan
pengelolaan sumber daya pada Subdit
SISDA.
Subdit SISDA direkomendasikan untuk
membuat SOP secara detail mengenai analisis
dasar penyebab penyimpangan atau
ketidaksesuaian kinerja sumber daya terhadap
target, hasil tindakan perbaikan, atau peninjauan
efektifitas tindakan korektif dalam mengatasi
penyimpangan pengelolaan sumber daya yang
dilakukan oleh Subdit SISDA.
Pada level 2 terdapat dua poin untuk proses pemenuhan atribut, yaitu
Performance Management dan Work Product Management. Berikut tabel
gaps dan rekomendasi untuk level 2 dari peneliti berdasarkan pemenuhan
process attribute.
Tabel 4.42 Gaps dan Rekomendasi Performance Management EDM04
Process Atribut 2.1 Performance Management
Gaps Rekomendasi
Belum adanya dijelaskan dengan lengkap dan
rinci mengenai pengidentifikasian tanggung
jawab proses pengelolaan sumber daya
secara rinci. Walaupun secara komunikasi
verbal sudah ada pembagian tugas, tetapi
pengidentifikasian dengan komunikasi verbal
tersebut belum dapat dinyatakan sebagai
evidence yang layak.
Subdit SISDA direkomendasikan membuat
dokumen yang di dalamnya mendefinisikan
tanggung jawab dan otoritas dalam melakukan
proses secara lengkap dan rinci. Dokumentasi
tersebut harus menyediakan detil dari pemilik
proses dan siapa saja yang terlibat, bertanggung
jawab. Tanggung jawab kunci dan otoritas dalam
menjalankan aktivitas kunci dari proses
didefinisikan, ditugaskan dan dikomunikasikan.
Sehingga kemudian dapat memastikan
komunikasi efektif dan tugas yang jelas antar
pihak yang terlibat
197
Tabel 4.43 Gaps dan Rekomendasi Work Product Management EDM04
Process Atribut 2.2 Work Product Management
Gaps Rekomendasi
Belum adanya dokumen yang
mengidentifikasian secara lengkap evaluasi
hasil kinerja proses pengelolaan sumber daya
(manusia, proses, teknologi) pada Subdit
SISDA.
Subdit SISDA direkomendasikan untuk
melakukan pengulasan kembali dan
menyesuaikan hasil kerja sumber daya (manusia,
proses, teknologi) untuk memenuhi kebutuhan
yang telah didefinisikan. Hasil kerja adalah
subjek terdapat pengulasan kembali terhadap
kebutuhan yang disesuaikan dengan pengaturan
yang direncanakan dan isu-isu lain yang muncul
diselesaikan. Kemudian pada dokumen tersebut
harus menyediakan catatan kualitas sumber daya
pada Subdit SISDA yang harus menyediakan
jejak audit dari pengulasan kembali yang telah
dilakukan.
Pada level 3 terdapat dua poin untuk proses pemenuhan atribut, yaitu
Process Definition dan Process Deployment. Tetapi disini penulis hanya
memberikan gaps dan rekomendasi pada Process Deployment, dikarenakan
pada Process Definition EDM04 ini Subdit SISDA telah memenuhi dan
menjelaskan secara lengkap untuk proses pemenuhan atributnya. Berikut
tabel gaps dan rekomendasi untuk level 3 dari peneliti berdasarkan
pemenuhan process attribute pada Process Deployment.
Tabel 4.44 Gaps dan Rekomendasi Process Deployment EDM04
Process Atribut 3.2 Process Deployment
Gaps Rekomendasi
Belum adanya dokumen yang
mendefinisikan analisi hasil evaluasi untuk
melihat keefektifan proses pengelolaan
sumber daya pada Subdit SISDA
Subdit SISDA direkomendasikan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai
performa dari proses untuk mendemonstrasikan
kecocokan dan kefektifan sumber dayanya. Data
yang dibutuhkan untuk memonitor kefektifan
dan kesesuaian dari proses diseluruh organisasi
didefinisikan, dikumpulkan dan dianalisis
sebagai dasar dari perbaikan terus-menerus.Dan
kemudian pada dokumen tersebut didefinisikan
Catatan performa proses yang harus
menyediakan bukti dari alat ulas kembali yang
dilakukan untuk setiap instansi.
198
Kemudian untuk mencapai harapan / to-be Subdit SISDA yaitu pada
level 5, penulis merekomendasikan agar Subdit SISDA terlebih dahulu
melakukan pemenuhan proses atribut work product pada level 4 yaitu
Predictable Process. Untuk proses atribut yang harus dipenuhi pada level
4, sudah dijelaskan pada BAB II di Tabel 2.7 Process Measurement dan
Tabel 2.8 Process Control.
4.7.2 Gaps dan Rekomendasi Proses BAI04
Nilai capability level yang didapatkan untuk kondisi saat ini (as is)
pada BAI04 adalah 2,43 atau berada di level 2 yaitu (Manage Process.),
sementara level yang diharapkan (to be) adalah 3,96 atau berada pada level
4 (Predictable Process). Gaps dan rekomendasi ini didapat dari hasil
pemenuhan proses yang sudah dipaparkan pada tahap-tahap sebelumnya
sehingga rekomendasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan organisasi
saat ini. Maka rekomendasi untuk Subdit SISDA yakni untuk mencapai
level yang diharapkan tersebut.
Analisa gaps dan rekomendasi yang diberikan untuk proses BAI04
yakni berupa pemenuhan process attribute sesuai dengan temuan yang
didapatkan pada tahap pemenuhan indikator kapabilitas disetiap levelnya.
Berikut tabel gaps dan rekomendasi dari peneliti berdasarkan pemenuhan
process attribute pada Process Performance BAI04.
199
Tabel 4.45 Gaps dan Rekomendasi Process Performance BAI04
Process Atribut 1.1 Process Performance
Gaps Rekomendasi
Subdit SISDA masih terhambat dalam dalam
pengumpulan dan pengelolaan data dan
informasi dari kantor-kantor balai Ditjen
SDA yang tersebar di daerah. Sehingga
kemudian masih terdapat kekosongan
informasi dibeberapa menu pada Aplikasi
SISDA
Subdit SISDA direkomendasikan untuk
melakukan peninjauan ulang prosedur manual
pengumpulan dan pengelolaan data yang ada dan
kemudian membuat standard / konsep prosedur
yang lebih efisien dan efektif untuk mendukung
skenario ketersedian dalam pengumpulan data
tentang pola ketersediaan dari kegagalan dan
pemantauan kinerja Aplikasi SISDA. Seperti
menggunakan konsep teknologi Big Data dalam
mengintegrasikan, mengelola, dan
memanfaatkan semua sumber data.
Belum terdapat adanya proses yang
mendefinisikan pengintegrasian tindakan
korektif atau perbaikan yang dilakukan
dalam melakukan pengelolaan ketersediaan
dan kapasitas informasi pada Subdit SISDA.
Subdit SISDA di rekomendasikan untuk
membuat proses dalam menetapkan tindakan
korektif (misalkan memprioritaskan tugas - tugas
atau menambahkan sumber daya). Dan juga
membuat standard kebijakan yang
mendefinisikan proses dalam mengintegrasikan
tindakan perbaikan yang diperlukan kedalam
perencanaan dan proses manajemen perubahan.
Belum adanya proses eskalasi darurat pada
Subdit SISDA
Subdit SISDA direkomendasikan untuk
membuat prosedur standar dalam
mengidentifikasikan prosedur eskalasi
(peningkatan) untuk cepat tanggap dalam hal
kapasitas dan masalah kinerja Aplikasi SISDA.
Pada level 2 terdapat dua poin untuk proses pemenuhan atribut, yaitu
Performance Management dan Work Product Management. Berikut tabel
gaps dan rekomendasi untuk level 2 dari peneliti berdasarkan pemenuhan
process attribute.
200
Tabel 4.46 Gaps dan Rekomendasi Performance Management BAI04
Process Atribut 2.1 Performance Management
Gaps Rekomendasi
Belum adanya dijelaskan dengan lengkap dan
rinci mengenai pengidentifikasian tanggung
jawab proses pengelolaan kepasitas dan
ketersedian secara rinci pada Subdit SISDA.
Walaupun secara komunikasi verbal sudah
ada pembagian tugas, tetapi
pengidentifikasian dengan komunikasi verbal
tersebut belum dapat dinyatakan sebagai
evidence yang layak.
Subdit SISDA direkomendasikan membuat
dokumen yang di dalamnya mendefinisikan
tanggung jawab dan otoritas dalam melakukan
proses pengelolaan kapasitas, kinerja, dan
ketersediaan informasi secara lengkap dan rinci.
Dokumentasi tersebut harus menyediakan detil
dari pemilik proses dan siapa saja yang terlibat,
bertanggung jawab. Sehingga kemudian dapat
memastikan komunikasi efektif dan tugas yang
jelas antar pihak yang terlibat
Tabel 4.47 Gaps dan Rekomendasi Work Product Management BAI04
Process Atribut 2.2 Work Product Management
Gaps Rekomendasi
Belum adanya dokumen yang
mengidentifikasian evaluasi hasil kinerja
proses pengelolaan kapasitas, kinerja, dan
ketersediaan informasi pada Subdit SISDA.
Subdit SISDA direkomendasikan untuk
melakukan pengulasan kembali dan
menyesuaikan hasil kinerja, kapasitas, dan
ketersediaan informasi untuk memenuhi
kebutuhan yang telah didefinisikan. Hasil kerja
adalah subjek terdapat pengulasan kembali
terhadap kebutuhan yang disesuaikan dengan
pengaturan yang direncanakan dan isu-isu lain
yang muncul diselesaikan. Kemudian pada
dokumen tersebut harus menyediakan catatan
kualitas kapasistas dan ketersediaan informasi
pada Subdit SISDA yang harus menyediakan
jejak audit dari pengulasan kembali yang telah
dilakukan.
Kemudian untuk mencapai harapan / to-be Subdit SISDA yaitu pada
level 4, penulis merekomendasikan agar Subdit SISDA terlebih dahulu
melakukan pemenuhan proses atribut work product pada level 3 yaitu
Established Process. Untuk proses atribut yang harus dipenuhi pada level
4, sudah dijelaskan pada BAB II pada tabel 2.5 Process Definition dan tabel
2.6 Process Deployment.
109
201
BAB V
PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari pembahasan pada bab
sebelumnya serta saran untuk perbaikan dalam penerapan tata kelola TI, sehingga
capability level yang diharapkan dapat tercapai oleh Subdit SISDA.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi tata kelola TI pada Subdit SISDA, didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah melakukan evaluasi tata kelola TI menggunakan framework COBIT
5, maka diketahui tingkat kapabilitas pada Subdit SISDA adalah sebagai
berikut :
a. Hasil evaluasi nilai kapabilitas kondisi saat ini (as is) pada proses
EDM04 berada pada level 3 dengan nilai sebesar 2,84 yang artinya
bahwa proses yang telah dibangun kemudian diimplementasi
menggunakan proses yang telah didefinisikan yang mampu untuk
mencapai hasil dari proses. Dan nilai kapabilitas kondisi yang
diharapkan (to be) pada proses EDM04 berada pada level 5 dengan nilai
sebesar 4,62. Dengan hasil tersebut artinya terdapat gap dari kondisi
saat ini (as is) sebesar 2 terhadap kondisi yang diharapkan (to be) dan
untuk mencapai kondisi yang diharapkan (to be), direkomendasikan
agar terlebih dahulu melakukan pelaksanaan aktivitas dan pemenuhan
proses atribut work product pada level 4 (Predictable Process).
202
b. Hasil analisa tata kelola teknologi informasi yang juga dilakukan pada
Subdit SISDA, maka diketahui bahwa hasil evaluasi nilai kapabilitas
kondisi saat ini (as is) pada proses BAI04 berada pada level 2 dengan
nilai sebesar 2,43 yang artinya proses pada tahap ini dikelola yang
mencakup perencanaan, monitor, dan penyesuaian. Work products-nya
dijalankan, dikontrol dan dikelola dengan tepat pada Subdit SISDA.
Dan nilai kapabilitas kondisi yang diharapkan (to be) pada proses
BAI04 berada pada level 4 dengan nilai sebesar 3,96. Dengan hasil
tersebut artinya terdapat gap dari kondisi saat ini (as is) sebesar 2
terhadap kondisi yang diharapkan (to be) dan untuk mencapai kondisi
yang diharapkan (to be), direkomendasikan agar terlebih dahulu
melakukan pelaksanaan aktivitas dan pemenuhan proses atribut work
product pada level 3 (Established Process).
2. Berdasarkan analisa gaps yang ditemukan, maka penulis memberikan
usulan rekomendasi sebagai solusi permasalahan yang ditemukan, yang
dimana secara umum Subdit SISDA direkomendasikan untuk membuat
panduan / dokumentasi yang didalamnya mendefinisikan tanggung jawab
dan otoritas dalam melakukan proses pengelolaan sumber daya (EDM04)
dan pengelolaan kapasistas dan ketersediaan informasi (BAI04) secara
lengkap dan rinci yang dimana harus menyediakan detil dari pemilik proses
dan siapa saja yang terlibat, bertanggung jawab, sehingga kemudian dapat
memastikan komunikasi efektif dan tugas yang jelas antar pihak yang
terlibat. Kemudian melakukan pengulasan kembali dan menyesuaikan hasil
203
kerja proses pengelolaan sumberdaya (EDM04) dan pengelolaan kapasitas
dan ketersediaan informasi (BAI04) untuk memenuhi kebutuhan yang telah
didefinisikan. Sedangkan rekomendasi khusus yang diberikan untuk tiap
permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut :
a. Direkomendasikan untuk membuat SOP secara detail mengenai analisis
dasar penyebab penyimpangan atau ketidaksesuaian kinerja sumber
daya terhadap target, hasil tindakan perbaikan, atau peninjauan
efektifitas tindakan korektif dalam mengatasi penyimpangan
pengelolaan sumber daya (EDM04) yang dilakukan oleh Subdit
SISDA. Sehingga dapat membuat proses dalam menetapkan tindakan
korektif (misalkan memprioritaskan tugas - tugas atau menambahkan
sumber daya). Seperti dengan menggunakan konsep ERP dalam
merencanakan dan mengelola sumber daya instansi.
b. Direkomendasikan untuk melakukan peninjauan ulang prosedur
manual pengumpulan dan pengelolaan data yang ada dan kemudian
membuat standard prosedur yang lebih efisien dan efektif untuk
mendukung skenario ketersedian dalam pola pengumpulan data dari
kegagalan dan pemantauan kinerja Aplikasi SISDA. Dan kemudian
membuat prosedur standard dalam mengidentifikasikan prosedur
eskalasi (peningkatan) untuk cepat tanggap dalam hal kapasitas dan
masalah kinerja (BAI04) Aplikasi SISDA. Seperti menggunakan
konsep teknologi Big Data dalam mengintegrasikan, mengelola, dan
memanfaatkan semua sumber data.
204
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan analisa yang telah dibahas sebelumnya, maka
berikut ini saran untuk peningkatan pengelolaan teknologi informasi di Subdit
SISDA:
1. Kerangka kerja COBIT 5 dapat menjadi pertimbangan bagi Subdit SISDA
untuk melakukan pengelolaan sumber daya dan pengelolaan kapasitas dan
ketersediaan informasi.
2. Rekomendasi yang diberikan pada proses EDM04 (Ensure Resource
Optimisation) dan BAI04 (Manage Availability and Capacity) diharapkan
dapat diimplementasikan pada Subdit SISDA.
3. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan skala pengukuran dan proses
yang berbeda dari penulis dalam melakukan pengukuran capability level,
sehingga diperoleh pengolahan data yang lebih bervariasi untuk mengetahui
tingkat kemampuan organisasi saat ini.
4. Penelitian selanjutnya, dapat melakukan evaluasi dengan proses yang
berbeda agar cakupan evaluasi menjadi lebih luas pada Subdit SISDA.
Seperti menggunakan framework ITIL dalam mengevaluasi pengelolaan
layanan TI, pengembangan dan operasi TI pada Aplikasi SISDA. ITIL dapat
memberi deskripsi rinci sejumlah praktik penting TI dan menyediakan
daftar komprehensif tugas dan prosedur yang didalamnya setiap organisasi
dapat menyesuaikan dengan kebutuhannya sendiri.
201
205
DAFTAR PUSTAKA
Alawiah, E. T. (2017). Rancangan Aplikasi Smart City Berbasis Mobile Untuk
Meningkatkan Kulitas Layanan Publik Studi Kasus Pemkot Bogor, III(1), 24–
29.
Anri, H. (2013). Persepsi Pemustaka terhadap Tata Ruang Perpustakaan di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga. Universitas Diponegoro.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aryasa, K. (2015). Big Data: Challenges and Opportunities. In Workshop Big Data
Puslitbang Aptika dan IKP, tanggal 19 Mei 2015. Jakarta.
Budiman, A. R. (2014). Kapita Selekta Kuisioner. Jakarta: Salemba Medika.
Cantor, D. E., & Macdonald, J. R. (2009). Decision-Making in The Supply Chain:
Examining Problem Solving Approaches and Information Availability. Journal
of Operations Management, 27(3), 220–232.
https://doi.org/10.1016/j.jom.2008.09.002
Damanik, F. N. S. (2012). Menjadi Masyarakat Informasi. JSM (Jurnal SIFO
Mikroskil), 13(1), 73–82.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2015). Rencana Strategis 2015 - 2020.
Jakarta: DITJEN SDA.
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. (2017). Bisnis Proses Subdit SISDA. Jakarta:
DITJEN SDA.
Fauziyah. (2010). Pengantar Teknologi Informasi. Bandung: Muara Indah.
206
Fitrianingsih, N. I. (2016). Audit Digital Library UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Menggunakan Framework COBIT 5. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Fitroh, Siregar, S., & Rustamaji, E. (2017). Determining Evaluated Domain
Process Through Problem Identification Using COBIT 5 Framework. 2017
5th International Conference on Cyber and IT Service Management (CITSM),
(February), 1–6. https://doi.org/10.1109/CITSM.2017.8089281
Hartono, J. (2008). Metodologi Penelitian Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI.
Hartono, J., & Abdillah, W. (2011). Sistem Tata Kelola Teknologi Informasi.
Yogyakarta: ANDI.
Hasibuan, M. S. P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Rev). Jakarta.
Huda, M. Q., Hidayah, N. A., & Utami, M. C. (2017). Exploring the organizational
factor contributing to effective IT implementation. 2017 5th International
Conference on Cyber and IT Service Management, CITSM 2017.
https://doi.org/10.1109/CITSM.2017.8089295
Huda, M. Q., & Hussin, H. (2016). Evaluation model of Information Technology
innovation effectiveness case of higher education institutions in Indonesia.
2016 International Conference on Informatics and Computing (ICIC),
(October), 221–226. https://doi.org/10.1109/IAC.2016.7905719
Idris, I. (1970). Sejarah Perkembangan Pekerjaan Umum Di Indonesia. Institut
Pendidikan Pekerdjaan Umum dan Tenaga Listrik.
Indrajit, R. E. (2014). Manajemen Organisasi dan Tata Kelola Teknologi Informasi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
ISACA. (2012). Enabling Processes. Retrieved from
207
papers3://publication/uuid/24E0C493-40C6-4495-946E-A25765C97BF1
ISACA. (2012). Implementation. Isaca. Retrieved from
http://www.isaca.org/COBIT/Pages/COBIT-5-spanish.aspx
ISACA. (2013). A Business Framework for the Governance and Management of
Enterprise IT. Retrieved from www.isaca.org
ISACA. (2013). Process Assessment Model (PAM): Using COBIT 5. Isaca.
Isnaini, R. (2015). Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi Pada Lembaga
Administrasi Negara Menggunakan Framework COBIT 5 Fokus Pada Proses
Ensure Resource Optimisation (EDM04) dan Manage Human Resource
(APO07). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ITGI. (2007). IT Governance Implementation Guide 2nd Edition. USA: IT
Governance Institute.
Kementerian Informasi dan Informatika. (2015). Buku Saku Big Data. Jakarta.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Tentang Organisasi dan Tata Kerja,
Pub. L. No. 15/PRT/M/2015 (2015).
Muljono, P., & Wahjuni, S. (2011). Software Quality Evaluation of Integrated
Library Information System (INLIS) for the Librarianship Task
Implementation in the National Library of Indonesia.
Nugroho, E. (2008). Sistem informasi Manajemen: Konsep, Aplikasi, dan
Perkembangan. Yogyakarta: ANDI.
Nugroho, H. (2014). Conceptual Model of IT Governance for Higher Education
Based on COBIT 5 Framework. Journal of Theoretical and Applied
208
Information Technology, 60(2), 216–221. https://doi.org/ISSN: 1992-8645
Rahmawati, S. (2015). Usulan Tata Kelola Teknologi Informasi (IT Governance)
Menggunakan Framework COBIT 5 (Studi Kasus: Pusat Informasi dan
Hubungan Masyarakat Kementerian Agama RI). UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Rainer, K. R., & Cegielski, C. G. (2009). Introduction to Information Systems. John
Wiley & Sons (Asia) Pte Ltd.
Sarno, R. (2009). Audit Sistem & Teknologi Informasi. Surabaya: ITS Press.
Sirait, E. R. E. (2016). Implementasi Teknologi Big Data Di Lembaga
Pemerintahan Indonesia. Jurnal Penelitian Pos Dan Informatika, 6(2), 113.
https://doi.org/10.17933/jppi.2016.060201
Siregar, S. (2016). Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi Berdasarkan
Framework COBIT 5 Pada Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat
Kementerian Agama RI (Fokus EDM03, APO01, MEA02). UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Subagyo, P. J. (2015). Metodologi Penelitian dalam Teori dan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (22nd ed.).
Alfabeta.
Surendro, K. (2009). Implementasi Tata Kelola Teknologi Informasi. Bandung:
Informatika.
Wella, & Sirapanji, S. A. (2016). Evaluasi Tata Kelola Teknologi Informasi
Universitas Multimedia Nusantara Periode 2016, VII(2), 60–64.
209
Wibisono, S. (2008). Enterprise Resource Planning (ERP) Solusi Sistem Informasi
Terintegrasi. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK, X(3), 150–159.
Retrieved from
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=7370&val=544
Widiyanti, S. (2013). Kesuksesan dan Kegagalan Implementasi Enterprise
Resource Planning (ERP) Pada Perusahaan dan Contoh Studi Kasus. Institut
Pertanian Bogor.
210
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 Transkrip Wawancara Prapenelitian
Nama : Pak Oscar
Jabatan : Staff Seksi Pengembangan Sistem Informasi
Tempat/Tanggal : Subdirektorat Sistem Informasi dan Data, Rabu 9 Agustus 2017
Keterangan : P = Peneliti, N = Narasumber
P : Apa visi misi dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air ?
N : Visi dan Misi Ditjen SDA sendiri telah di jabarkan secara lengkap pada Renstra 2015-
2019 Ditjen SDA.
P : Untuk SDM yang tersedia disini, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan atau tidak ?
N : Kurang
P : Menurut bapak, apa dampak dari kurangnya SDM tersebut ?
N : Kerjanya menjadi harus lebih banyak. Deadline kerja tetap sesuai waktu, berarti
mengakibatkan kitanya (pegawai) yang harus kerja lembur.
P : Untuk struktural organisasi di Subdit SISDA ini saya lihat di website hanya ada Pak
Kasubdit, dan di bawahnya hanya ada pak tri dan pak ardita. Jadi secara struktural, bapak
sendiri berada dimana ?
N : Kalau saya sendiri berada pada bagian jaringan. Kalau secara struktur, saya itu seharusnya
berada di bawah pak tri yaitu bagian Pengembangan Sistem. Cuman karna saya harusnya
fungsional, fungsional itu berarti tidak punya bawahan dan tidak punya atasan. Struktural
yang dilihat oleh mas (saya) itu yang secara Struktural, sedangkan fungsional itu berbeda
tidak masuk dalam struktural itu.
P : Apa kendala Subdirektorat Sistem Informasi dan Data dalam mencapai visi dan misi
tersebut ?
N : Kendalanya adalah perilaku dan budaya. Masalahnya adalah IT ini sebenarnya relatif baru
buat mereka (enduser). Dulu kerjanya semua manual, nah sekarang berpindah ke
pengguanaan IT. Semua serba sistem, misalnya administrasi itu kan di digitalkan semua.
Namun sistem itu tidak berjalan karena mereka masih malas (enduser). Misalnya contoh
mudahnya, kita memberikan fasilitas cloud service penyimpanan data di storage kita untuk
backup data dan meminimalisir kehilangan data. Cloud itu kan sinkronise, jadi disini
(komputer) ada disana ada (cloud). Jadi misalkan disini (komputer) hilang, disana (cloud)
ada backup nya. Itu mereka (enduser) belum banyak yang memanfaatkannya. Jadi masih
banyak lagi sistem yang sudah berjalan, namun belum dimanfaatkan dengan baik seperti
sistem-sistem pelaporan dan lain sebagainya.
P : Menurut bapak, apa penyebab enduser malas memanfaatkan sistem itu ? sulitnya
beradaptasi, kurangnya pelatihan, kurangnya sosialisasi, atau bagaimana pak ?
N : Kalau terkait dengan budaya kan, terkait dengan pendidikan dan sosialisasi. Memang
kebiasaan mereka (enduser) yang tadinya kerja dengan proses manual semua. Jadi
misalkan seperti “data ini punya saya, dan misalkan saya pindah, ya sudah tanggung jawab
saya terkait data ini selesai, orang lain tidak perlu tau masalah data ini”. Itu budayanya
mereka (enduser), pikiran dan mindset nya mereka seperti itu. Jadi menurut saya itu yang
harus di ubah. Untuk mengubah itu kan kita harus mensosialisasikan dan perlu waktu
untuk itu.
P : Apakah sudah pernah dilakukan sosialisasi untuk hal tersebut apakah ?
N : Untuk sosialisasi disini saya rasa sudah cukup, tinggal orangnya (enduser) paham atau
tidak.
P : Ada gak sih pak Subdit SISDA berkordinasi dengan Pusdatin terkait dengan Tata Kelola
IT ?
N : Pasti ada lah, misalkan penggunaan sistem fingerprint, dan lain-lain.
P : Walaupun disebutkan sudah ada kordinasi, apakah masih ada penata kelolaan IT yang
tidak terkordinasi dengan baik ? misalkan Subdit SISDA membuat sistem A, padahal
Pusdatin telah membuat sistem tersebut, dan sebalikanya. Jadi mengakibatkan salah satu
sistem yang telah dibuat masing-masing tidak terpakai.
N : Ada, banyak. Contohnya, misalkan Subdit SISDA membuat sistem TUKIN (Tunjangan
Kinerja) karena top level management pada Ditjen SDA meminta dibuatkan sistem itu.
Kita sebagai penyedia disini, memfasilitasi permintaan dari atasan dengan membuat
aplikasi/sistem. Nah sementara setelah kita berkoordinasi dengan Pusdatin, mereka sudah
punya sistem yang serupa dengan itu (Sistem TUKIN) yaitu e-absensi. Kemudian kita
telah sampaikan kepada bapak Direktur/Wakil Direktur (pimpinan sebelumnya) bahwa,
aplikasi/sistem seperti ini sudah ada dibuat oleh Pusdatin, jadi yang perlu kita lakukan itu
adalah kita mengintegrasikan diri dengan mereka (Pusdatin). Jadi mesin absensi kita
tembak aja langsung kesana (e-absensi) maka data itu akan di proses sama meraka
(Pusdatin). Juga berdasarkan Peraturan Menteri, terkait dengan absensi standardnya
menggunakan dan tidak melenceng dari itu (e-absensi dari Pusdatin). Jadi disana
(Pusdatin) menggukan itu (e-absensi), kita juga menggunakan itu. Jadi harusnyakan tidak
perlu dibuat aplikasi yang serupa lagi. Tapi beliaunya (Direktur/Wakil Direktur dahulu)
bilang, “sudah dibuat saja aplikasi yang diminta”. Dan kemudian kita membuat aplikasi
yang diminta. Dan alhasil setelah dibuatkan sistem itu (TUKIN), sistem itu malah tidak
terpakai, ujung-ujungnya prosesnya kembali manual lagi. Jadi proses pengambilan data
kita manual lagi, pihak TU nya juga prosesnya pakai excel lagi, data itu dikirim kesana
lalu dikirim ke sana lagi.
P : Jadi apakah sistem e-absensi dari pusdatin itu dipakai di sini ?
N : Seharusnya itu telah di pakai, tapi saya tidak tau disini kenapa belum dipakai.
P : Apa saja sih pak sistem yang digunakan pada Ditjen SDA ini ?
N : Untuk sistem/aplikasi yang dipakai bisa cek di sda.pu.go.id sendiri.
P : Jadi dari berbagai aplikasi/sistem yang ada pada website tersebut, menurut bapak masih
ada kekurangan gak pak ?
N : Banyak yang kurang, misalkan Sistem Informasi Rawa.
P : Untuk kedepannya, apakah sudah ada tindakan untuk hal tersebut ?
N : Sebenarnya di blueprint kita sudah ada menjelaskan hal-hal tersebut. Blueprint ini berjalan
jika eselon 3 dan eselon 2 nya ok. Jadi jika Direktur dan Kasubdit sudah ok, baru dijalankan
untuk perbaikan/pengadaan hal-hal tersebut. Jadi kalau eselon 2 dan 3 tidak ok, berarti hal
yang telah di jelaskan pada blueprint tersebut belum dapat dilaksanakan. Kita itu kan
punya wewenang di SDA, dalam blueprint SDA itu ada 5 pilar sistem didalamnya, salah
satunya sistem PDSDA. Sitem ini mempunyai banyak sitem anakan, misalnya sitem
informasi Rawa, Sungai, Bendungan, Irigasi, Danau, Embung/Situ, Tanah, dan lain-lain.
Nah, dari berbagai sistem informasi yang telah di sebutkan tadi, memiliki sistem/modul
nya masing-masing, yang dimana nantinya data-data yang terdapat pada sistem-sistem
tersebut digunakan untuk mendukung sistem induk PDSDA. Tetapi faktanya, masih
banyak sistem/modul yang belum ada ataupun yang belum lengkap data/informasinya
untuk mendukung sistem induk PDSDA
P : Apakah ada masalah/kendala pada infrastruktur IT disini ?
N : Saya rasa tidak ada. Kalau pun ada, itu kembali lagi kepada orangnya yang bermasalah
dalam menggunakan infratruktur tersebut.
P : Untuk masalah keamanan sistem IT disini bagaimana pak ?
N : Saya rasa tidak ada masalah, sudah cukup baik.
P : Kembali ke SDM ya pak, apakah disini ada kebijakan / aturan dalam perekrutan pegawai
? Jadi misalakan, orang tersebut jurusan non-IT tetapi disini dia malah kerja di bagian IT
N : Kalau secara teori, aturan tersebut ada. Secara teori kan orang dengan basic IT di
tempatkan pada bagian IT. Namun faktanya, saya sendiri basicnya jurusan Teknik Sipil
Keuangan. Secara teori aturan itu ada, cuman secara praktek ya belum tentu di tempatkan
berdasarkan teori tersebut dikarenakan jumlah pegawai disini kurang. Ketika jumlah
pewagai kurang, mau tidak mau harus ada orang nya yang mengurus itu (bagian IT). Jadi
yang tadinya tidak mempunyai basic IT di tempatkan dahulu di bagian IT, lalu kemudian
di berikan pelatihan.
P : Apakah ada kebijakan yang mengharuskan penggunaan IT ? misalkan pegawai diharuskan
dalam penggunaan email resmi pemerintahan.
N : Hal itu sudah ada diatur dalam PERMEN, namun pagawai disini masih belum banyak yang
menggunakan dan juga masih dalam tahapan on-progress menuju kesana.
P : Pertanyaan dari saya sudah cukup pak. Menurut bapak sendiri, apakah disini masih ada
masalah dalam Tata Kelola IT ?
N : Saya rasa tidak ada, jadi ya menurut saya masalah nya itu yang tadi kita bahas.
Nama : Pak Tri Handoko
Jabatan : Kepala Seksi Pengembangan Sistem Informasi
Tempat/Tanggal : Subdirektorat Sistem Informasi dan Data, Rabu 9 Agustus 2017
Keterangan : P = Peneliti, N = Narasumber
P : Apa yang dilakukan Subdit SISDA untuk mencapai visi misi instansi ?
N : Yang pertama itu, untuk mencapai visi misi itu tetap SDM. Kenapa ? karena kalau di
birokrasi itu kita kerja tuntutannya banyak, artinya kita gak bisa fokus, jadi misalnya
disuruh ke A. Saat kita menuju ke A itu nanti ada tugas baru, kita kerjakan dulu baru nanti
kita balik lagi, terus juga misalnya ada disposisi baru, baru kita kerjakan lagi. Nah,
fokusnya itu agak susahnya itu disitu.
P : Jadi memang SDM yang tersedia masih kurang ya pak untuk mencapai target yang telah
di tentukan tersebut ?
N : Kalau secara di atas kertas iya, cuman kan kita tidak berpatokan ke situ, seni nya disitu.
Jadi yang dikit ini bagaimana dikelola supaya minimal visi misi tercapai. Tapi sejauh ini
tidak ada masalah sih, kalau masalah didalam perjalanan ya ok lah tidak terlalu di berat-
beratkan. Jadi semuanya tetap berjalan walaupun terseok-seok. Yang artinya kalau secara
ideal, ya belum ideal.
P : Apakah disini ada kebijakan atau kualifikasi perekrutan pegawai ?
N : Itu yang mengurus Biro Kepegawaian, jadi kita cuma dapat saja.
P : Kalau sepengetahuan bapak ada gak sih pak kualifikasinya ?
N : Oh ada, ada analisis kebutuhan pegawainya, sebelum mengadakan perekrutan kan mereka
ada hitung-hitungannya.
P : Berarti blueprint tentang kualifikasi perekrutan pegawai itu ada ya pak ?
N : Ada
P : Namun fakta yang ada bagaimana pak ? misalanya pada Bagian Jaringan, sebenarnya yang
dibutuhkan harusnya orang IT, tapi yang ngisi malah orang yang bukan berlatarbelakang
jurusan IT.
N : Nggak juga sebenarnya, walaupun tetap ada ya. Artinya begini, walaupun dibagian IT kan
gak semuanya IT, ada teman-teman yang tugasnya bikin laporan kan gak perlu IT, jadi
memang ada beberapa. Yang jadi masalah itu kalau yang spesifik, misalnya programmer,
itu kan butuh ini keahlian khusus. Orang IT juga belum tentu bisa ngoding kan. Artinya
secara diatas kertas benar. Cuma kan pengalaman kerja sama di atas kertas kan berbeda.
Kalau prosedur pada blueprint, menurut saya sih sudah ok, minimalkan dari sarjana,
artinya ini sudah memenuhi kualifikasi awal.
P : Apakah ada kendala dalam pengelolaan TIK dengan divisi atau direktorat jenderal lain ?
N : Kalau kendala sih, pemahaman orang tentang teknologi informasi itu berbeda-beda. Ada
orang yang senang IT ada juga yang tidak, ada yang kemampuan IT nya sudah bagus dan
ada yang belum. Nah kadang-kadang mereka punya banyak sekali data, tetapi bentuknya
masih excel dan kertas, nah ini kan agak repot juga. Nah masalahnya disitu, standarnya
masih beda-beda.
P : Tapi apakah sudah ada sistem/standard yang mengarut agar standard operasional pegawai
itu sama ?
N : Nah ini sedang lagi dibuat, seperti tentang manajemen keamanan.
P : Jadi berarti sebelumnya belum ada ?
N : Kalau pada Subdirekrorat ini saja belum, tapi kalau pada pusatnya (Pusdatin) itu sudah.
P : Memang nya sistem yang ada disana tidak dipakai disini ?
N : Kan kalau mereka keseluruhan. Kan berbeda, kalau kita disini lebih spesifik. Kalau mereka
kan cuma ngomongnya lebih umum. Kalau disinikan udah lebih teknis. Seperti ini kan
sudah ada cetak biru TI nya dari Pusdatin. Cuman kan kalau disini (blueprint Pusdatin)
masih umum informasinya. Kalau untuk di Subdirektorat sini kan lebih khusus, seperti kita
butuh data apa. Kalau mereka kan (pusdatin) lebih strategi dan pengelolaannya bagaimana.
P : Jadi memang dengan dibuatnya standard / prosedur ini, karna memang sebelumnya sering
terjadi keterlambatan pelaporan gitu pak ya ?
N : Bahasanya sih bukan terlambat, tetapi kecepatannya yang membedakan. Soalnya disinikan
tidak ada yang boleh terlambat. Kenapa saya bilang begitu, karena begitu data itu diminta,
seberapa detik dan lamapun prosesnya, data itu harus dikasih. Tetapi masalahnya kan
kelengkapan datanya. Nah, kalau kita sudah punya struktur / prosedur yang bagus, kan
lebih bagus dan lengkap.
P : Sepengetahuan bapak, sistem informasi apa saja sih yang digunakan pada Ditjen ini ?
N : Oh banyak, Sistem Informasi Kepegawaian ada, di lantai 2 ada itu Sistem Informasi Izin
Penggunaan Air, dan banyak lainnya. Belum itu sistem informasi punya masing-masing
pada DOP Bendungan, monitoring bendungan, kan di website belum ada.
P : Kalau untuk pengimplementasiannya bagaimana pak ? Apakah sudah sesuai harapan ?
N : Kalau dikatakan sudah sesuai harapan, mungkin belum. Karena semuanya itu masih
sifatnya apa ya, kalau di bilang prototype bukan, tapi memang baru mengawali. Jadi
sifatnya itu belum settle, artinya belum bagus benar, tapi baru memulai untuk membuat.
Jadi masih dalam proses perjalanan.
P : Jadi berarti, sudah banyak sistem yang telah dibuat, tapi belum maksimal penggunaannya
?
N : Iya betul, bisa dikatakan belum maksimal gak ya ? Karena begini, posisinya itu kan, sistem
itu kan dibuat harus sesuai dengan tujuaan atau penggunanya, orientasinya kan ke
penggunanya. Nah didalam proses ini kan, si pengguna ini kebutuhannya berkembang.
Jadi yang pertama kali di desain A, ternyata berjalannya waktu “oh saya butuh A, B, C, D,
E”, padahal disini masih desain A. Jadi kalau, ya itu yang dikejar, jadi jalan terus. Jadi
kalau dikatakan posisi sekarang ya mungkin cukup untuk kebutuhan dulu yaitu yang
desain A, tapi sekarang orang mintanya udah A B. Nah ini, jadi kan harus di upgrade lagi
kan kemampuan penggunaannya.
P : Jadikan sistem yang baru kan sudah ada, apakah sistem yang dahulu masih sesuai dengan
kebutuhan ? sehingga sistem yang sekarang belum dipakai.
N : Sudah hampir tidak relevan dengan kebutuhan sekarang atau bertambah. Jadi sekarang
orang kebutuhannya sudah berbeda, kalau dulu orang lihat data sudah ok, kalau sekarang
kita mainnya itu visual, jadi basisnya GIS. Jadi sekarang orang sudah tidak mau “oh ada
foto ini”, tapi sekarang orang maunya itu foto itu ada dimana, bentuk bangunannya seperti
apa. Kalau dulu cukup “oh ini namanya Bendungan Seigong, di Batam, luasnya sekian,
dan lain lain”, cukup dengan angka-angka dan kata-kata itu sudah cukup. Sekarang kan
tidak, sekarang pakainya GIS, posisinya dimana, fotonya mana, videonya mana.
P : Tetapi untuk penggunaan oleh end user itu sudah bagaimana pak, apakah anda kendala
dalam penggunaannya?
N : Gak ada sih, menurut saya nggak ada.
P : Ada gak sih pelatihan / sosialisasi tentang penggunaan TI ?
N : Kalau itu dimasing-masing ya, jadi saya kurang begitu tau.
P : Tapi untuk Ditjen di sini bagaimana pak ?
N : Kalau disini ya ada.
P : Berarti untuk kendala end user dalam meggunakan sistem disini gak ada ya pak ?
N : Ada, sebeneranya ada. Ya itu tadi, kebutuhannya itu bergerak, dan sistem tidak mengikuti
pergerakaannya dan tidak seirama dengan permintaannya, yang jadi masalah ya disitu.
P : Jadi banyak sistem yang perlu di upgrade ya pak ?
N : Ya betul, harus mengikuti perkembangan jaman. Nah ini sebenarnya ada dua sisi. Pertama
dari segi aplikasinya sendiri perlu mengikuti perkembangan jaman dan kebutuhan, tetapi
dari segi user nya ini juga banyak yang tidak konsisten yang artinya tidak berkelanjutan.
Katakanlah seperti mereka disuruh input data-data, nah mereka itu nginput tahun lalu,
tetapi tahun ini datanya tidak di input laagi. Nah itu kan juga masalah, kalau sistemnya
udah dibenerin, tapi kalau end user nya tidak dibina untuk berkelanjutan mengisinya, ya
masalah juga.
P : Tapi sebenarnya, apakah sudah diberikan sosialisasi pak ?
N : Sudah, cuma ya begitu. Di daerah juga hampir sama masalahnya, SDM nya juga rata-rata
seperti itu.
P : Dari beberapa sistem yang ada di Ditjen, apakah ada kekurangannya pak ? seperti tadi
banyak yang perlu di upgrade.
N : Oh banyak, Kalau saya sebagai seorang sistem melihat, hampir semuanya kurang.
P : Nah kekurangan itu, dampaknya kira-kira bagaimana pak ?
N : Ya dampaknya membuat rasa orang ingin tahu itu jadi berkurang. Jadi karena ketika
kebutuhan mereka tidak terpenuhi dengan aplikasi itu, mereka berfikiran “buat apa capek-
capek ngisi kalau datanya tidak dimanfaatkan”.
P : Nah itukan, seperti yang bapak katakan banyak sistem yang kurang. Itu alasan kenapa
belum dilakukannya upgrade aplikasi terbut apa ya pak ?
N : Alasannya yang pertama, kalau disinikan itu ada budget nya. Kedua kemampuannya
memang tidak ada. Ketiga kita memikirkan juga, kalau ini kita kembangkan dampaknya
apa, ya kalau dampaknya tidak terlalu besar, ya sudah prioritasnya kita geser ke yang lain.
Jadi ada sekala prioritas.
P : Jadi seiring berjalannya waktu, sistem disini berganti-ganti dikembangkan ya pak ?
N : Ya betul, karna trend nya kan berbeda-beda.
P : Untuk masalah infrastruktur TI disini bagaimana pak ?
N : Oh sudah cukup bagus
P : Kalau masalah keamanan sistemnya bagaimana pak ?
N : Kalau menurut saya tidak terlalu ada masalah. Karna kemarin juga ribut Ransomewere
disini aman posisinya. Kalau menurut saya sih ya lumayan baguslah, tidak ada yang
terkendala. Ya mungkin kalau seperti jaringan tiba-tiba putus ya ok lah, biasanya karna
ada mungkin kabel di makan tikus atau apalah. Tapi hal itu sifatnya bukan yang masalah
bangat, palingan “oh ya di cek putus, atau oh ada kerusakan wifi” ya gitu-gitu aja, ya
masalah teknis lah.
P : Disini apakah ada kebijakan yang mengharuskan penerapan TI ? contohnya seperti
penggunaa email pemerintahan dengan domain .go.id ?
N : Kalau dalam blueprint sih gak ada. Tapi kita sudah siapkan kok, kalau untuk pejabat itu
ada email @pu.go.id. Kalau pribadi pun bisa, tapi harus mengajukan sendiri.
P : Berarti belum ada keharusan ya pak ?
N : Ya belum keharusan. Tapi memang disarankan untuk yang kalau bentuknya kedinasan
pakainya email resmi. Sekarang juga ini yang dari KPPN Kementerian Keuangan
mintanya juga harus pake email resmi dari @pu.go.id, mereka gak mau yang gmail –
gmail.
P : Berarti memang disini masih banyak yang menggunakan email resmi ya pak ?
N : Ya masih, karna memang belum adanya keharusan.
P : Seberapa besar sih pak pengaruh Subdit SISDA ini kepada Ditjen ini ?
N : Pengaruhnya besar, karena semua data masuknya kesini.
P : Itu data se-Direktorat Jenderal SDA se-Indonesia ya pak ?
N : Iya betul, karena kan dalam satu gedung ini Subdit pembina semua, jadi seluruh indonesia
itu lapornya kesini. Mereka lapornya ke pembina-pembina. Nah dari mereka (pembina)
masuk ke sini (Subdit SISDA). Jadi kadang-kadang kalau data di mereka (pembina) tidak
ada, kita langsung telepon ke daerah.
P : Jadi berapa orang SDM yang mengelola data-data tersebut pada Subdit SISDA?
N : Nah itu dia masalahnya, liat aja disini ada berapa orang, cuma segini sama yang di ruangan
kecil di situ tuh. Bisa dibayangkan kan, ya masalah utamanya memang SDM.
P : Dari saya kira-kira cukup segini pak, kalau menurut bapak sendiri apakah ada masalah-
masalah lain terkait tata kelola IT disini ?
N : Saya gak tau sih ya, saya juga belum tahu betul tentang COBIT sebelumnya, jadi saya
belum punya bayangan. Jadi kira-kira begitu saja, coba kamu simpulkan saja dari
wawancara ini. Nanti tinggal kita lihat, dan nanti bapaknya (Kasubdit SISDA)
mengarahkan kemana.
Lampiran 2 Hasil Wawancara Prapenelitian
Lampiran 3 Kuisioner Penelitian I (Proses EDM04)
KUISIONER I
ANALISA TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI
INFORMASI PADA PROSES MEMASTIKAN OPTIMALISASI SUMBER DAYA
TEKNOLOGI INFORMASI DI SUBDIREKTORAT SISTEM INFORMASI DAN
DATA SDA, DITJEN SDA, KEMENPUPERA RI
Kuisoner ini adalah bagian dari penelitian skripsi mahasiswa Program Studi Sistem
Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
bertujuan untuk mendapatkan data dan opini Bapak/Ibu mengenai tata kelola informasi di
Subdit Sistem Informasi dan Data Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam
KEMENPUPERA RI sebagai pihak yang terkait khususnya bagian yang termasuk pada
RACI COBIT 5 dalam EDM04 Ensure Resource Optimisation.
Kuisoner Capability Level ini dikembangkan untuk mengetahui tingkat kematangan pada
proses pengelolaan data baik untuk kondisi saat ini (as is), maupun kondisi yang diharapkan
(to be), yang selanjutnya dapat dijadikan dasar yang cukup untuk identifikasi prioritas
peningkatan (improvement).
Kuisioner ini mempunyai 6 (enam) pilihan jawaban. Pilihan tersebut dari level 0 sampai 5
secara berturut-turut merepresentasikan tingkat kematangan (capability level) yang semakin
meningkat terhadap suatu atribut pada proses Ensure Resource Optimisation Capacity
dimana terdapat nilai 0, 1, 2, 3, 4, dan 5.
Pada kolom “Jawaban”, responden dapat memilih salah satu jawaban yang dianggap paling
bisa mewakili kondisi kematangan baik yang saat ini maupun yang diharapkan, terkait
dengan atribut kematangan tertentu dalam proses pengelolaan data dengan memberikan
tanda ( ) pada tempat yang tersedia.
Nama Responden Kode :
Jabatan Responden
Unit/ Bidang/ Subbid
Keterangan Indikator Kapabilitas
0. Tidak adanya proses yang dilaksanakan
1. Adanya proses namun belum ditentukan apakah suatu proses sudah memberikan hasil
yang sesuai.
2. Adanya pengelolaan yang mencakup perencanaan, monitoring dan penyesuaian pada
pelaksanaan proses.
3. Adanya implementasi proses yang telah mampu dalam mencapai hasil dari proses.
4. Adanya proses yang dijalankan secara konsisten dengan batasan-batasan agar mampu
meraih tujuan dari proses tersebut.
5. Adanya proses dan terus-menerus ditingkatkan untuk memenuhi tujuan bisnis dan
tujuan yang di proyeksikan
Contoh pengerjaan:
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang
Diharapkan (To
be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
memeriksa dan membuat keputusan
tentang strategi, menyediakan sumber
daya TI dan mengembangkan
kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan saat ini dan kebutuhan masa
depan?
EDM04.01
(Mengevaluasi Pengelolaan Sumber Daya)
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang Diharapkan
(To be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
memeriksa dan membuat keputusan
tentang strategi, menyediakan sumber
daya TI dan mengembangkan
kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
saat ini dan kebutuhan masa depan.
2.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
menentukan prinsip untuk membimbing
alokasi dan pengelolaan sumber daya.
3.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
memeriksa dan menyetujui strategi
rencana sumber daya dan arsitektur
enterprise untuk memberikan nilai dan
mengurangi risiko dengan sumber daya
yang dialokasikan.
4.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
memahami kebutuhan untuk
menyelaraskan pengelolaan sumber daya
dengan keuangan instansi dan
perencanaan sumber daya manusia.
EDM04.02
( Mengarahkan Pengelolaan Sumber Daya)
5
Sejauh mana pihak kementerian dalam
menentukan prinsip-prinsip pengelolaan
dan pengendalian arsitektur enterprise.
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang Diharapkan
(To be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
mengkomunikasikan dan mendorong
penerapan strategi pengelolan sumber
daya, prinsip, dan rencana sumber daya
yang disepakati.
2.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
menetapkan tanggung jawab untuk
melaksanakan pengelolaan sumber
daya.
3.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
menentukan tujuan utama, langkah-
langkah dan metrik untuk pengelolaan
sumber daya.
4.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
menetapkan prinsip yang berkaitan
dengan pemeliharaan sumber daya.
5
Sejauh mana pihak kementerian dalam
menyelaraskan pengelolaan sumber daya
dengan keuangan instansi dan
perencanaan sumber daya manusia.
EDM04.03 ( Memonitor Pengelolaan Sumber Daya)
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang Diharapkan
(To be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
memantau alokasi dan optimalisasi
sumber daya sesuai dengan tujuan dan
prioritas instansi menggunakan tujuan
dan metrik yang disepakati.
2.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
memonitor strategi sumber daya TI,
strategi arsitektur enterprise untuk
memastikan kebutuhan saat ini dan masa
depan instansi dapat terpenuhi.
3.
Sejauh mana pihak kementerian dalam
memantau kinerja sumber daya terhadap
target, menganalisis penyebab
penyimpangan dan melakukan tindakan
perbaikan untuk mengatasi penyebab
yang mendasarinya.
Lampiran 4 Kuisioner Penelitian II (Proses BAI04)
KUISIONER II
ANALISIA TINGKAT KEMATANGAN TATA KELOLA TEKNOLOGI
INFORMASI PADA PROSES MANAJEMEN KETERSEDIAAN DAN KAPASITAS
TEKNOLOGI INFORMASI DI SUBDIREKTORAT SISTEM INFORMASI DAN
DATA SDA, DITJEN SDA, KEMENPUPERA RI
Kuisoner ini adalah bagian dari penelitian skripsi mahasiswa Program Studi Sistem
Informasi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
bertujuan untuk mendapatkan data dan opini Bapak/Ibu mengenai tata kelola informasi di
Subdit Sistem Informasi dan Data Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam
KEMENPUPERA RI sebagai pihak yang terkait khususnya bagian yang termasuk pada
RACI COBIT 5 dalam BAI04 (Manage Availability and Capacity).
Kuisoner Capability Level ini dikembangkan untuk mengetahui tingkat kematangan pada
proses pengelolaan data baik untuk kondisi saat ini (as is), maupun kondisi yang diharapkan
(to be), yang selanjutnya dapat dijadikan dasar yang cukup untuk identifikasi prioritas
peningkatan (improvement).
Kuisioner ini mempunyai 6 (enam) pilihan jawaban. Pilihan tersebut dari level 0 sampai 5
secara berturut-turut merepresentasikan tingkat kematangan (capability level) yang semakin
meningkat terhadap suatu atribut pada proses Manage Availability and Capacity dimana
terdapat nilai 0, 1, 2, 3, 4, dan 5.
Pada kolom “Jawaban”, responden dapat memilih salah satu jawaban yang dianggap paling
bisa mewakili kondisi kematangan baik yang saat ini maupun yang diharapkan, terkait
dengan atribut kematangan tertentu dalam proses pengelolaan data dengan memberikan
tanda ( ) pada tempat yang tersedia.
Nama Responden Kode :
Jabatan Responden
Unit/ Bidang/ Subbid
Keterangan Indikator Kapabilitas
0. Tidak adanya proses yang dilaksanakan
1. Adanya proses namun belum ditentukan apakah suatu proses sudah memberikan hasil
yang sesuai.
2. Adanya pengelolaan yang mencakup perencanaan, monitoring dan penyesuaian pada
pelaksanaan proses.
3. Adanya implementasi proses yang telah mampu dalam mencapai hasil dari proses.
4. Adanya proses yang dijalankan secara konsisten dengan batasan-batasan agar mampu
meraih tujuan dari proses tersebut.
5. Adanya proses dan terus-menerus ditingkatkan untuk memenuhi tujuan bisnis dan
tujuan yang di proyeksikan.
Contoh pengerjaan:
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang
Diharapkan (To
be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana kementerian dalam menilai
ketersediaan, kinerja dan kapasitas data
yang ada di Aplikasi SISDA
BAI04.01
( Menilai ketersediaan, kinerja dan kapasitas saat ini menciptakan sebuah baseline )
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang Diharapkan
(To be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana kementerian dalam menilai
ketersediaan, kinerja dan kapasitas data
yang ada di Aplikasi SISDA.
2.
Sampai saat ini, sejauh mana kementerian
dalam memantau kinerja aktual dan
penggunaan kapasitas Aplikasi SISDA
terhadap batasan yang telah ditetapkan.
3.
Sejauh mana kementerian dalam
mengidentifikasi dan menindak lanjuti
semua insiden yang disebabkan oleh
kinerja dan kapasitas layanan Aplikasi
SISDA yang tidak memadai.
4.
Sejauh mana kementerian dalam
mengevaluasi secara rutin tingkat kinerja
untuk semua tingkatan pengolahan
dengan membandingkan terhadap SLA
(Service Level Agreement).
BAI04.02
(Menilai dampak bisnis)
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang Diharapkan
(To be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana kementerian dalam
mengidentifikasi solusi yang sangat
penting dalam proses masalah
manajemen ketersediaan dan kapasitas
Aplikasi SISDA yang ada.
2.
Sejauh mana kementerian dalam
memetakan solusi atau layanan yang
dipilih ke Aplikasi SISDA dan
infrastruktur (IT dan fasilitas) SISDA
untuk memungkinkan fokus pada
sumber daya yang penting untuk
perencanaan ketersediaan.
3.
Sejauh mana kementerian dalam
pengumpulan data tentang pola
ketersediaan dari kegagalan dan
pemantauan kinerja Aplikasi SISDA
4.
Sejauh mana kementerian dalam
pembuatan rencana untuk
menggambarkan situasi ketersediaan data
Aplikasi SISDA di masa depan yang
dibutuhkan, untuk mencapai ketersediaan
kinerja yang sesuai dengan kapasitas
Aplikasi SISDA.
5.
Sejauh mana kementerian dalam
penentuan kemungkinan bahwa sasaran
kinerja Aplikasi SISDA tidak akan dicapai
berdasarkan rencana yang telah dibuat.
6.
Sejauh mana kementerian dalam
penentuan dampak atau akibat dari
rencana masa depan yang telah dibuat
pada pengukuran kinerja bisnis.
7.
Sejauh mana kementerian dalam
memastikan bahwa pemilik proses bisnis
sepenuhnya memahami dan menyetujui
analisis ini.
BAI04.03
( Merencanakan untuk kebutuhan layanan baru )
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang Diharapkan
(To be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana kementerian dalam
meninjau implikasi ketersediaan dan
kapasitas data Aplikasi SISDA dari
analisis tren layanan yang ada saat ini.
2.
Sejauh mana kementerian dalam
mengidentifikasikan dampak
ketersediaan dan kapasitas Aplikasi
SISDA dari perubahan kebutuhan bisnis
dan peluang perbaikan yang ada.
3.
Sejauh mana kementerian dalam
memprioritaskan perbaikan yang
diperlukan dan membuat rencana
ketersediaan dan kapasitas Aplikasi
SISDA yang sesuai dengan anggaran.
4.
Sejauh mana kementerian dalam
menyesuaikan rencana kinerja dan
kapasitas Aplikasi SISDA, sesuai dengan
realitas yang ada saat ini dan mengajukan
perubahan insfrastruktur penunjang untuk
Aplikasi SISDA.
5.
Sejauh mana kementerian dalam
memastikan bahwa manajemen
melakukan perbandingan dari sumber
daya Aplikasi SISDA saat ini, dengan
perkiraan pasokan sumber daya yang
datang.
BAI04.04
( Memantau dan meninjau ketersediaan dan kapasitas )
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang Diharapkan
(To be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana kementerian dalam
menetapkan proses pengumpulan data
untuk menyediakan kepada manajemen
untuk dilakukan monitoring dan
pelaporan informasi ketersediaan,
kinerja dan kapasitas Aplikasi SISDA.
2.
Sejauh mana kementerian dalam
memberikan laporan hasil Aplikasi
SISDA rutin dalam bentuk yang tepat
untuk diperiksa oleh bagian IT dan
manajemen.
3.
Sejauh mana kementerian dalam
mengintergrasikan pemantauan dan
pelaporan kegiatan Aplikasi SISDA.
4.
Sejauh mana kementerian dalam
memberikan laporan kapasitas untuk
penganggaran dana atau bagian keuangan.
BAI04.05
( Menyelediki dan mengatasi masalah ketersediaan, kinerja dan kapasitas )
No Aktifitas Proses Saat ini (As Is)
Yang Diharapkan
(To be)
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
1.
Sejauh mana kementerian dalam
mengarahkan karyawan untuk memastikan
tingkatan level yang sesuai dari
ketersediaan kinerja Aplikasi SISDA.
2.
Sampai saat ini, sejauh mana
kementerian dalam mengidentifikasi
kesenjangan kinerja dan kapasitas
Aplikasi SISDA berdasarkan pemantauan
kinerja saat ini dan yang akan datang.
3.
Sejauh mana kementerian dalam
menetapkan tindakan korektif (misalkan
memprioritaskan tugas - tugas atau
menambahkan sumber daya).
4.
Sejauh mana kementerian dalam
mengintegrasikan tindakan perbaikan
yang diperlukan kedalam perencanaan dan
proses manajemen perubahan.
5.
Sejauh mana kementerian dalam
mengidentifikasikan prosedur eskalasi
(peningkatan) untuk cepat tanggap dalam
hal kapasitas dan masalah kinerja Aplikasi
SISDA yang ada.
Lampiran 5 Surat Perjanjian Kerja Penyusunan Peta Infrastruktur SDA
Lampiran 6 Album Peta Infrastuktur Sumber Daya Air
Lampiran 7 Aplikasi SISDA
Lampiran 8 Pengelolaan Infrastruktur Sumber Daya Air
Lampiran 9 Sasaran Kerja Pegawai
Lampiran 10 PERMEN PUPR No : 15/PRT/M/2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Lampiran 11 Bisnis Proses Subdit SISDA
Lampiran 12 Rencana Strategis 2015-2019 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
Lampiran 13 Surat Edaran Nomor 06 Tahun 2013 Tentang Penggunaan Alamat Email
Resmi pada Instansi Pemerintahan
Lampiran 14 Surat Permohonan Data/Riset
Lampiran 15 Surat Keterangan Telah Melakukan Riset pada Direktorat Pengembangan
Jaringan Sumber Daya Air
Lampiran 16 Surat Bimbingan Skripsi