EFEKTIVITAS PERAN WAKALA AL-WAKIF TERHADAP PERKEMBANGAN
TABUNG WAKAF INDONESIA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)
OLEH :
SINTA SRI REZEKI NIM : 206046103878
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/ 2010 M
EFEKTIVITAS PERAN WAKALA AL-WAKIF TERHADAP PERKEMBANGAN
TABUNG WAKAF INDONESIA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE.Sy)
Oleh
Sinta Sri Rezeki NIM: 206046103878
Di Bawah Bimbingan
Drs H. Ahmad Yani, M.Ag NIP : 196404121994031004
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431H/2010M
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 November 2010 Sinta Sri Rezeki
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “EFEKTIVITAS PERAN WAKALA AL-WAKIF TERHADAP
PERKEMBANGAN TABUNG WAKAF INDONESIA” telah diujikan dalam Sidang
Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta pada 16 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syari’ah (SE.Sy) pada Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam).
Jakarta, ….. Desember 2010 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 195505051982031012
PANITIAN UJIAN
1. Ketua : Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, S.H., MA., MM. (…………………) NIP. 195505051982031012 2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag (…………………) NIP. 196404121994031004 3. Pembimbing : Drs. H. Ahmad Yani, M. Ag (…………………) NIP. 196404121994031004
4. Penguji I : Prof. Dr. Isnawati Rais, MA (…………………) NIP. 195710271985032001
5. Penguji II : Djaka Badranaya, SE.I, ME.I (…………………) NIP. 19770530200701108
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan bermuamalah merupakan salah satu bentuk hubungan antara
manusia yang satu dengan yang lainnya. Dalam melaksanakan muamalah pada
sektor ekonomi tidak jarang masyarakat dalam suatu negara mengalami
permasalahan ekonomi. Salah satu permasalahan yang sering melanda suatu
negara adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, kemiskinan
merupakan salah satu masalah yang cukup besar. Salah satu potret atau cerminan
dari kemiskinan yang ada di negara ini antara lain, banyaknya penderita gizi
buruk dan tingginya tingkat kriminalitas di masyarakat, seperti pencurian,
perampokan, hingga tindakan bunuh diri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin
(penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada Bulan
Maret 2010 sebesar 31,02 juta (13,33 persen), menurun 0,85 % dari tahun
sebelumnya.1 Akan tetapi, adanya penurunan jumlah penduduk miskin ini tidak
serta merta menunjukan kondisi yang lebih baik dalam masyarakat Indonesia,
karena pada kenyataannya, kondisi riil masyarakat Indonesia kian terpuruk.
1“Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2010”, artikel diakses pada Juli 2010 dari
http://bps.go.id/2010/03/profil-kemiskinan-di-Indonesia-maret-2010. pdf.
1
2
Kemiskinan merupakan salah satu sebab kemunduran dan kehancuran suatu
bangsa. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal, yang merangkum
seluruh aspek kehidupan termasuk didalamnya kegiatan bermuamalah tidak
pernah menghendaki umatnya untuk menjadi miskin. Bahkan Islam memandang
kemiskinan merupakan suatu ancaman dari setan. Islam bukanlah agama ritual
semata, melainkan sebuah ideologi. Sebagai sebuah ideologi yang shahih, tentu
Islam memiliki cara-cara yang lengkap untuk mengatasi berbagai problematika
manusia, termasuk problem kemiskinan. Dalam Islam terdapat beberapa
instrumen yang dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan, salah satunya
adalah instrumen wakaf.
Wakaf merupakan salah satu instrumen dalam Islam yang erat kaitannya
dengan sosial ekonomi masyarakat. Wakaf tidak hanya berfungsi ubudiyah tapi
juga berfungsi sosial. Ia adalah sebagai salah satu pernyataan iman yang mantap
dan rasa solidaritas yang tinggi antara sesama manusia. Oleh karenanya, wakaf
adalah salah satu usaha mewujudkan dan memelihara hablumminallah dan
habluminannas. Walaupun wakaf bukanlah ibadah yang sifatnya wajib, akan
tetapi wakaf ini dapat menjadi solusi bagi pengentasan kemiskinan jika saja
perannya dioptimalkan.
Di Indonesia, kegiatan wakaf dikenal seiring dengan masuknya dakwah Islam
di Nusantara. Di samping melakukan dakwah Islam, para ulama juga sekaligus
memperkenalkan ajaran wakaf. Perkembangan wakaf bermula dari pehaman
bahwa barang-barang yang dapat diwakafkan berupa aset tetap atau benda tak
3
bergerak saja seperti tanah dan masjid. Hal ini terbukti dari banyaknya masjid-
masjid yang bersejarah yang dibangun di atas tanah wakaf. Pada tahun 2004 dapat
diketahui bahwasanya sebagian besar wakaf yang terkumpul berupa wakaf tanah.
Total luas tanah yang diwakafkan di 30 provinsi yang ada di Indonesia mencapai
1.566.672.406,31 M2 tanah wakaf.2 Sangat besar tentunya nilai luas tanah wakaf
tersebut, namun pada kenyataannya pemanfaatan dari tanah wakaf tersebut
dirasakan kurang efektif.
Harta wakaf sebenarnya tidak hanya sebatas pada benda tak bergerak saja
seperti tanah atau bangunan, akan tetapi benda bergerak pun bisa juga
diwakafkan, seperti hewan, buku atau mushaf, saham, dan juga uang. Saat ini
telah dikenal istilah wakaf uang (cash waqf). Wakaf uang yang sering disebut
juga wakaf tunai dipopulerkan oleh Prof. Dr. M. A. Mannan dengan mendirikan
suatu badan yang bernama SIBL (Social Investment Bank Limited) di Bangladesh.
SIBL memperkenalkan produk Sertifikat Wakaf Tunai (Cash Waqf Certificate)
yang pertama kali dalam sejarah perbankan. SIBL menggalang dana dari orang
kaya untuk dikelola dan keuntungan pengelolaan disalurkan kepada rakyat
miskin. Bercermin dari hal ini, kemudian banyak negara-negara lain termasuk
negara Indonesia yang merasa perlu mengaplikasikan wakaf uang guna membantu
negaranya lepas dari keterpurukan.
2 Hendra Cholid, “Data Tanah Wakaf”, artikel diakses pada 10 April 2008 dari
http://infowakaf.net/2008/10/data-tanah-wakaf.html.
4
Untuk merealisasikan keberadaan wakaf uang di Indonesia, pada tanggal 11
Mei 2002, komisi fatwa MUI menetapkan fatwa tentang wakaf uang yang mulai
diperbolehkan di Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 2004 pemerintah RI
kemudian memperkuat keberadaan wakaf dengan mengeluarkan Undang-undang
yang terbaru yaitu Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang
disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keberadaan Undang-
undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf ini menjelaskan bahwasanya uang
merupakan bentuk wakaf yang paling mudah dan cepat untuk dikelola sehingga
diharapkan menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang dahsyat bagi umat Islam.
Dengan landasan fatwa MUI dan UU wakaf tersebut kemudian banyak berdiri
lembaga-lembaga wakaf, diantaranya adalah Lembaga Tabung Wakaf Indonesia
(TWI). TWI merupakan lembaga penerima dan pengelolaan wakaf kontemporer,
karena lebih menitikberatkan penerimaan dan pengelolaan wakaf uang. Wakaf
uang di Indonesia saat ini terus berkembang pesat. Hal ini terbukti dengan
kemampuan TWI yang berhasil menghimpun dana wakaf sebesar 2
milayar/tahun.3 Disisi lain hal ini juga menjadi bukti bahwa TWI merupakan
Nazhir yang handal dan profesional.
Sebagai nazhir yang handal dan profesional TWI terus berupaya agar bisa
mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin dari apa yang dikelolanya. Untuk
itu, TWI melakukan sebuah inovasi dengan menyediakan layanan terbaru yaitu
3 Herman Budianto, “Masa Depan Wakaf Indonesia”, artikel diakses pada 10 April 2008 dari
http//www.google.com/2008/10/masa-depan-wakaf-Indonesia. html.
5
layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham. Dalam layanan terbarunya ini,
TWI bekerjasama dengan unit layanannya yaitu Wakala Al-Wakif yakni sebuah
lembaga pengelolaan mata uang dinar dan dirham.
Berwakaf dan berzakat dengan menggunakan dinar dan dirham sesungguhnya
sudah menjadi kebiasaan di masa Rasulullah SAW, hal ini memang dikarenakan
dinar merupakan mata uang yang berlaku di masa itu. Islam bahkan mengakui
dinar dan dirham sebagai mata uang yang sah. 4 Saat ini respon atas penggunaan
mata uang dinar dan dirham semakin memasyarakat. Dengan menggunakan dinar
dan dirham, diharapkan nilai pokok dari wakaf uang yang ada di TWI semakin
banyak menghasilkan manfaat, yang pada gilirannya bisa dinikmati oleh
masyarakat banyak.
Keberadaan Wakala Al-Wakif di Tabung Wakaf Indonesia merupakan kajian
yang menarik sekali untuk diteliti lebih mendalam. Sebagai bentuk unit layanan
terbaru di TWI, Wakala diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik
bagi perkembangan TWI dalam membantu perekonomian umat. Selain itu,
Wakala Al-Wakif juga diharapkan dapat menjalankan fungsinya sebaik mungkin,
yang pada intinya adalah untuk memberikan berbagai kemudahan kepada
masyarakat dalam mendapatkan mata uang dinar dan dirham. Oleh karena itu,
untuk mengetahui seberapa besar peran Wakala dalam mempengaruhi kinerja
TWI, maka penulis mengajukan tema yang berjudul “EFEKTIFITAS PERAN
4 Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana,
2007), h. 244.
6
WAKALA AL-WAKIF TERHADAP PERKEMBANGAN TABUNG
WAKAF INDONESIA.”
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan skripsi ini agar tidak meluas dan fokus pada permasalahan
yang akan dibahas dan mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis merasa
perlu membatasi objek yang dikaji. Adapun masalah yang akan dibatasi adalah
mengenai mekanisme layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham pada
Tabung Wakaf Indonesia dan bagaimana peranan wakala terhadap perkembangan
Tabung Wakaf Indonesia. Sedangkan berdasarkan pembatasan masalah yang ada,
maka rumusan yang akan dikaji meliputi:
a. Bagaimana pola kerja Tabung Wakaf Indonesia dan Wakala Al-Wakif?
b. Bagaimana efektifitas peran Wakala Al-Wakif terhadap perkembangan
Tabung Wakaf Indonesia?
c. Apa saja peluang dan hambatan yang dihadapi Tabung Wakaf Indonesia
dalam menjalankan usahanya?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk:
a. Mengetahui bagaimana hubungan atau pola kerja Tabung Wakaf Indonesia
dan Wakala Al-Wakif.
7
b. Mengetahui bagaimana efektifitas peran Wakala Asl-Wakif terhadap
perkembangan Tabung Wakaf Indonesia.
c. Mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi wakala terhadap
perkembangan Tabung Wakaf Indonesia.
Adapun manfaat yang dapat diperoleh adalah:
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang diperoleh melalui penelitian ini antara lain
memperdalam wawasan dan pengetahuan penulis tentang wakaf uang atau
lebih tepatnya tentang berwakaf dengan dinar dan dirham. Selain itu,
diharapkan dapat menambah khasanah buku atau sumber bacaan di Fakultas
Syari’ah dan Hukum serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi
pihak-pihak yang tertarik dalam masalah yang peneliti tulis ini.
b. Manfaat Praktis
Manfaat praktis yang diperoleh melalui penelitian ini adalah bahwa Tabung
Wakaf Indonesia merupakan pemrakarsa dalam program pengelolaan dan
pemberdayaan wakaf uang, terlebih lagi, saat ini di Tabung Wakaf Indonesia
ada layanan terbaru yaitu layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham.
Berwakaf dengan dinar dan dirham diharapkan Tabung Wakaf Indonesia
dapat memberikan keuntungan yang lebih sehingga dapat digunakan secara
optimal untuk kemaslahatan umat.
8
D. REVIEW STUDI TERDAHULU
Berdasarkan telaah yang sudah dilakukan terhadap beberapa sumber,
kepustakaan, penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah pokok
penelitian ini tampaknya sangat penting dan prospektif. Adapun tulisan terdahulu
yang telah membahas sekitar topik ini terdapat pada skripsi yang dibuat oleh :
1. Emir Nursyad Yales, Respon Nasabah Pembeli Koin Dinar terhadap
Penggunaan Produk Koin Dinar (Studi Kasus pada Wakala al-Wakif dan
Gerai Dinar), skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2009
Skripsi ini membahas tentang sejauh mana pengetahuan nasabah Wakala al-
Wakif dan Gerai Dinar terhadap keberadaan koin dinar dan bagaimana respon
nasabah tersebut terhadap produk koin dinar.
2. Rahayu Lisa Prianti, Analisis Produk Tabungan Dinar Sebagai
Implementasi Konsep Wadi’ah (Studi Kasus pada Wakala Induk Nusantara,
Depok), skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008
Skripsi ini membahas tentang implementasi tabungan dinar pada Wakala
Induk Nusantara yang menggunakan akad Wadi’ah Ya Al-Amanah. Dalam hal
ini, nasabah menitipkan koin dinarnya dalam tabungan dinar atau yang lebih
dikenal dengan BADAR (tabungan dalam dinar),dimana nasabah menitipkan
koin dinarnya pada tempat khusus untuk koin tersebut yang telah disediakan
pihak Wakala Induk Nusantara. Nasabah diberikan jaminan bahwa dinar
9
miliknya dapat diambil setiap saat tanpa khawatir adanya rush seperti yang
terjadi di perbankan.
3. Abdul Gofur, Realisasi Penggunaan Dinar dan Dirham Pada Produk BMT
Al-Kautsar, Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006
Skripsi ini membahas tentang keunggulan dan kelemahan mata uang dinar dan
dirham, selain itu juga mengenai produk-produk apa saja yang dikembangkan
BMT tersebut dengan menggunakan dinar dan dirham.
4. Idik Komarudin, Efektifitas Pengelolaan dan Pemberdayaan Wakaf Tunai
Pada Tabung Wakaf Indonesia, Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2008
Skripsi ini membahas tentang apa saja program-program yang dijalankan TWI
setelah diberlakukannya UU No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf, dan hambatan
apa yang terjadi dalam pengelolaan dan pemberdayaan wakaf di Tabung
Wakaf Indonesia dan bagaimana solusinya. Selain itu, dibahas juga apakah
pengelolaan dan pemberdayaan wakaf tunai di TWI sudah berjalan efektif.
Dan dari kesimpulan yang didapat ternyata program yang dimiliki TWI adalah
program sosial dan produktif, dan hambatan yang ditemui antara lain,
terbatasnya SDM dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang wakaf tunai.
10
Sedikit berbeda dengan skripsi diatas, penulis saat ini lebih memfokuskan
penulisan terhadap pengaruh dari suatu layanan pengelolaan mata uang dinar dan
dirham terhadap kinerja lembaga perwakafan TWI yang menyediakan layanan
bayar wakaf dengan dinar dan dirham.
E. METODE PENELITIAN
1. Metode Penelitian
Metode penelitan yang penulis gunakan adalah metode penelitian deskriptif-
analisis. Dengan metode ini, data-data yang telah penulis dapatkan kemudian
dianalisis untuk menguji hipotesis-hipotesis yang ada, hasil analisis tersebut
kemudian dijelaskan atau dipaparkan. Sebagaimana kita ketahui, penelitian
deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interprestasi yang
tepat.5
2. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian dalam metode penelitian ini ditemukan berdasarkan
maksud dan tujuan penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah
5 Moh. Nazir, Metode Penelitian, cet.V, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 89.
11
metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.6
b. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan ada dua yaitu penelitian
kepustakaan dan penelitian lapangan. Penelitian kepustakaan, yaitu
mencari data-data yang diperoleh dan literatur-literatur dan referensi yang
berhubungan dengan judul skripsi di atas. Dari penelitian ini diharapkan
dapat memperoleh kerangka teori yang relevan dengan pokok bahasan
dalam penelitian ini. Sedangkan penelitian lapangan, yaitu melakukan
pencarian data-data dan informasi mengenai permasalahan yang dibahas
dalam skripsi ini melalui wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.
Adapun objek penelitian dilakukan terhadap Tabung Wakaf Indonesia
dan unit layanan terbarunya yaitu Wakala Al-Wakif.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup metode penelitian dari skripsi ini akan membahas berbagai
aspek yang berkaitan dengan efektifitas Wakala Al-Wakif terhadap TWI.
4. Data Penelitian
Jenis data yang digunakan penulis yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu atau
perseorang, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa
6 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, cet.XVIII, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004), h. 3
12
dilakukan oleh peneliti, sedangkan data sekunder merupakan data primer
yang diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer
atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel atau diagram.7 Dalam hal
ini, penulis melakukan observasi dan wawancara langsung ke TWI sebagai
bentuk data primernya. Penulis juga mengumpulkan data-data dari berbagai
bahan bacaan seperti buku, koran, dan lain-lain yang digunakan sebagai data
sekunder.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk kepentingan penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan teknik:
a. Observasi (Pengamatan Langsung)
Yaitu, dengan mengamati peristiwa, keadaan atau hal lain yang dapat
menjadi sumber data yang bisa membantu dalam kelancaran penelitian
b. Wawancara
Di sini penulis menanyakan secara langsung dengan cara mewawancarai
pihak-pihak yang berkompeten atau badan yang berwenang dalam lembaga
tersebut mengenai data-data yang diperlukan sesuai dengan judul.
c. Studi Dokumenter
Yaitu, mempelajari dan mengkaji data yang berbentuk arsip (dokumen)
yang berisi data-data, seperti data perusahaan, organisasi ataupun lembaga
yang dijadikan objek penelitian. Di mana dokumen perusahaan, organisasi
7 Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Jakarta: Rajawali Pers,
2004), h. 42
13
ataupun lembaga tersebut dapat berupa buku-buku, majalah, jurnal, koran
dan informasi-informasi tertulis sesuai dengan data yang telah diarsipkan.
6. Metode Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisa data, digunakan pola analisis non-statistik
yang sesuai untuk data deskriptif. Data deskriptif sering hanya dianalisis
menurut isinya, dan karena itu analisis macam ini disebut juga analisis isi
(content analysis).8
7. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah”, Jakarta,
Tahun 2007.
F. SISTEMATIKA PENULISAN
Skripsi ini terdiri atas 5 (lima) bab dengan urutan yang sistematika
pembahasan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini dijelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan
dan Perumusan masalah, Tujuan dan Manfaaat Penelitian, Review
Studi Terdahulu, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
8 Sumadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 40
14
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan dibahas tentang pengertian dan hubungan dari teori-
teori yang berkaitan dengan tema skripsi ini. Antara lain mengenai
konsep efektivitas, konsep wakala, wakaf uang dan urgensinya serta
mengenai Dinar dan Dirham sebagai instrumen wakaf.
BAB III GAMBARAN UMUM
Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah dan perkembangan TWI,
mekanisme kinerja TWI, sejarah dan perkembangan Wakala Al-
Wakif, dan mekanisme kinerja Wakala Al-Wakif.
BAB IV EFEKTIVITAS PERAN WAKALA AL-WAKIF TERHADAP
PERKEMBANGAN TABUNG WAKAF INDONESIA
Pada bab ini akan dibahas mengenai pola kerja TWI dan Wakala Al-
Wakif, efektifitas peran Wakala Al-Wakif terhadap perkembangan
TWI, serta mengenai peluang dan hambatan yang dihadapi TWI.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini penulis menyimpulkan pembahasan dan memberikan
saran-saran serta diakhiri penutup dan daftar pustaka.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KONSEP EFEKTIVITAS
Dua konsep utama untuk mengukur prestasi kerja (performance) manajemen
adalah efisiensi dan efektivitas. Efektivitas berasal dari kata efektif yang
mempunyai beberapa arti diantara lain: (1) ada efeknya (akibat, pengaruh, dan
kesan), (2) manjur/mujarrab, (3) membawa hasil, berhasil guna (usaha tindakan)
dan mulai berlaku. Menurut ahli manajemen, Peter Drucker, efektivitas erat
kaitannya dengan efisiensi. Efisiensi berarti mengerjakan sesuatu dengan benar
(doing the right), sedangkan efektivitas adalah mengerjakan sesuatu yang benar
(doing the right things).1 Dalam bahasa yang sederhana lagi dapat kita artikan
bahwa efisiensi adalah kemampuan suatu perubahan dalam menggunakan
sumber daya dengan benar dan tidak ada pemborosan. Sebaliknya efektivitas
adalah kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai sasaran-sasaran (hasil
akhir) yang telah ditetapkan secara cepat.
Dalam kamus istilah ekonomi, efektivitas adalah suatu besaran atau angka
untuk menunjukkan sampai seberapa jauh sasaran (target) tercapai.2 Menurut
Amin Widjaja, efektivitas adalah berhubungan dengan penentuan apakah tujuan
1 T. Hani Handoko, Manajemen, ed.II (Yogyakarta: BPEF, 1993), h.7. 2 Ety Rochaety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 71.
15
16
perusahaan yang telah ditetapkan tercapai.3 Sementara itu, Tjukir P. Tawat
mengatakan bahwa efektivitas adalah kemampuan suatu unit kerja untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.4 Untuk mencapai efektivitas kerja atau
efisiensi haruslah dipenuhi syarat atau ukuran sebagai berikut:
a. Berhasil guna, yakni untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan
dengan tepat dalam arti target tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
b. Ekonomis, ialah menyebutkan bahwa dalam usaha pencapaian efektif itu,
maka tenaga kerja material, peralatan, waktu, keuangan, dan lain sebagainya
telah dipergunakan dengan secepat-cepatnya sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam perencanaan dan tidak adanya pemborosan serta
penyelewengan.
c. Pelaksanaan kerja yang bertanggung jawab, yakni untuk membuktikan bahwa
dalam pelaksana kerja, sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat-
tepatnya haruslah dilaksanakan dengan bertanggung jawab sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
d. Pembagian kerja yang nyata, yakni pelaksanaan kerja dibagi berdasarkan
beban kerja dan waktu yang tersedia.
3 Hasan Sadili, Ensiklopedi Bahasa Indonesia, Jilid. II (Jakarta: Ichtiar baru-Van Hoeve, 1980), h.
134. 4 Ibid.
17
e. Rasionalitas, wewenang dan tanggung jawab, artinya wewenang harus
seimbang dengan tanggung jawab dan harus dihindari adanya dominasi oleh
satu pihak atas pihak lainnya.
f. Prosedur kerja yang praktis, yakni untuk menegaskan bahwa kegiatan kerja
adalah kegiatan yang praktis, maka target efektif dan ekonomis pelaksanaan
kerja yang dapat dipertanggung jawabkan serta pelayanan kerja yang
memuaskan tersebut haruslah kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan
dengan lancar.5
Jika suatu rencana perubahan atau kelompok kerja memenuhi kriteria diatas,
maka suatu rencana tersebut menjadi efektif sesuai yang diharapkan, maka untuk
lebih mengarahkannya harus ada pemberdayaan agar yang lemah menjadi
mandiri.
B. KONSEP WAKALA
Wakala merupakan lembaga (bukan bersifat seperti organisasi, tetapi lebih
kepada sifat tanggung jawab) yang dijalankan oleh seorang Wakil. Syarat untuk
menjadi seorang wakil adalah Muslim, memiliki sifat yang baik dan terpercaya.
Seorang wakil berada di bawah kepemimpinan seorang Amir dan diawasi secara
ketat oleh seorang Muhtasib.
5 Sujadi F.X.O & M, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen, Cet. III, (Jakarta: CV.
Masagung, 1990), h. 36-39.
18
Adapun syarat-syarat Muhtasib adalah Muslim, memiliki sifat yang baik dan
terpercaya, memiliki ilmu fikih yang berkaitan dengan masalah ini dan memiliki
kemampuan untuk mengenali riba dalam segala bentuk muslihatnya.
a. Tugas utamanya adalah memastikan agar semua tata cara yang dilakukan oleh
para Wakil dan Wakala tidak keluar dari ketentuan yang telah ditetapkan.
b. Wakil hanyalah seseorang yang diberikan kuasa oleh pemilik Dinar dan
dirham. Sistem e-Dinar hanyalah perantara bagi individu untuk berhubungan
dengan Wakala. Seorang Muhtasib harus diberikan kepercayaan untuk
memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk memastikan bahwa kondisi tersebut
di atas selalu terjaga. Adapun tugas dan fungsi dari Wakala adalah:
a. Melakukan pembayaran-pembayaran atas seizin pemilik rekening Dinar dan
Dirham.
b. Melakukan pengiriman Dinar dan Dirham ke segenap penjuru dunia.
c. Mengatur penukaran uang kertas ke dalam bentuk Dinar dan Dirham.6
Di Indonesia, terdapat Wakala Induk Nusantara (WIN) yang merupakan
pusat dari wakala-wakala yang ada di negara ini. WIN berfungsi sebagai pusat
distribusi Dinar Emas Islam dan Dirham Perak Islam dengan layanan antara lain
sebagai berikut:
6 Ribat Jakarta, “Apa Itu Wakala: Amal dan Penjelasannya”, artikel diakses pada 8 Juli 2010
dari http//www.google.com/2007/08/apa-itu-wakala-amal-dan-penjelasannya. html.
19
1. Layanan Distribusi (jual-beli) koin dinar dan dirham
Dalam hal ini, WIN melayani jual beli koin dinar dan dirham baik bagi
wakala-wakala umum dan juga warga masyarakat lainnya.
2. Layanan Penitipan
Melalui Layanan Penitipan ini, masyarakat dapat menitipkan dinar dan
dirhamnya pada tabungan dinar.
3. Layanan Pengiriman
WIN melayani pengiriman dinar dan dirham bagi masyarakat yang ingin
dikirimkan koin dinar dan dirhamnya baik ke luar daerah ataupun keluar
negeri.7
Wakala Induk Nusantara menyediakan koin Dinar dan Dirham dalam
pecahan, yaitu:
Pecahan Koin Berat Koin Kadar Diameter ½ Dinar 2.125 gr emas 22 Karat 20 mm
1 Dinar 4.250 gr emas 22 Karat 23 mm
2 Dinar 8.500 gr emas 22 Karat 26 mm
1/6 Dirham (Daniq Dirham) 0.496 gr perak Perak Murni 15 mm
½ Dirham (Nisfu Dirham) 1.487 gr perak Perak Murni 18 mm
1 Dirham 2.975 gr perak Perak Murni 25 mm
2Dirham 5.950 gr perak Perak Murni 26 mm
5 Dirham 14.875 gr perak Perak Murni 27 mm
7 Rahayu Lisa Prianti, “Analisis Produk Tabungan Dinar Sebagai Implementasi Konsep
Wadi’ah ,” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008 ), h.47-48.
20
Koin-koin tersebut diatas diproduksi oleh PT Logam Mulia Indonesia yang
merupakan anak perusahaan dari PT Aneka Tambang dengan standar WITO
(World Islamic Trading Organization).
Salah satu wakala umum yang dibawahi oleh WIN adalah Wakala Al-Wakif.
Wakala Al-Wakif merupakan tempat pengelolaan mata uang dinar dan dirham.
Tempat pengelolaan mata uang dinar dan dirham ini didirikan oleh sebuah
lembaga wakaf yaitu Tabung Wakaf Indonesia. Wakala Al-Wakif hanya memiliki
satu orang pengelola yang mengurus berbagai macam hal, dari mulai menangani
penjualan hingga membuat laporan keuangan yaitu Bpk. Agung Doli Septrianto.
Beliau bertanggung jawab langsung kepada Direktur Tabung Wakaf Indonesia
yaitu, Bpk. Veldy. V. Armeta. Wakala Al-Wakif hanya melayani masyarakat
dalam hal jual-beli koin dinar dan dirham.
Untuk mendapatkan koin dinar dan dirham, Wakala Al-Wakif membelinya
dari WIN dengan potongan harga sebesar 2%. Adapun koin dinar yang dijual
Wakala Al-Wakif terdiri dari 1 dinar, 1/2 dinar, dan 1/4 dinar. Sedangkan untuk
dirhamnya terdiri dari 1 khamsah (setara dengan 5 koin dirham), 2 dirham, 1
dirham, 1/2 dirham, dan 1/6 dirham. Ketika orang hendak menjual kembali (buy-
back) koin dinar dan dirham yang dimilikinya ke Wakala Al-Wakif, maka akan
dikenakan potongan sebesar 4%-6% dari harga dinar dan dirham pada saat
penjualan itu. Dari selisih pembelian di WIN dan buy-back inilah Wakala Al-
Wakif mendapatkan keuntungan.
21
C. WAKAF UANG DAN URGENSINYA
Instrumen yang dapat digunakan dalam membantu upaya pengentasan
kemiskinan dalam Islam selain zakat adalah wakaf. Menurut bahasa, wakaf
berasal dari kata “ افقو - فقي – فقو” yang berarti menahan, berhenti, diam
di tempat, atau tetap berdiri.8 Kata waqaf juga semakna dengan kata al-Habs
(bentuk masdar dari kata kerja حبس - يحبس - حبس).9 Pada mulanya, istilah
wakaf menggunakan kata “al-habs”, hal ini diperkuat dengan adanya riwayat
hadis yang menggunakan istilah al-habs untuk wakaf. Akan tetapi yang kemudian
berkembang adalah istilah waqf dibanding dengan istilah al-habs, kecuali orang-
orang Maroko yang sampai saat ini masih menggunakannya.10
Dalam hukum Islam, wakaf berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan
lama (zatnya) kepada seorang nadzir baik berupa perorangan maupun lembaga,
dengan ketentuan bahwa hasilnya digunakan sesuai dengan syariat Islam. Harta
yang telah diwakafkan keluar dari hak milik yang mewakafkan (wakif), dan bukan
pula hak milik nadzir atau lembaga pengelola wakaf, akan tetapi menjadi hak
milik Allah SWT yang harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat.11
8 Munjid, (Beirut: Darul Machred-Sarl, 1994), Cet ke-34, h. 914. 9 Ibid, h. 114. 10 DIP1 Ec Taufiq Ridho, Lc: Panduan Wakaf Praktis, Jakarta, 2006, h.3. 11 Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam (Jakarta: Kencana,
2007), h. 215.
22
Bagi masyarakat muslim, wakaf mempunyai nilai ajaran yang sangat tinggi
dan mulia dalam perkembangan keagamaan dan kemasyarakatan. Setidaknya ada
dua landasan paradigma yang terkandung dalam ajaran wakaf itu sendiri, yaitu
paradigma ideologis dan paradigma sosial-ekonomis. Pertama, paradigma
ideologis, bahwa wakaf yang diajarkan oleh Islam mempunyai sandaran ideologi
yang amat kental sebagai kelanjutan ajaran tauhid. Yaitu, segala sesuatu yang
berpuncak pada keyakinan terhadap keesaan Tuhan harus dibarengi dengan
kesadaran akan perwujudan keadilan sosial. Islam mengajarkan kepada umatnya
agar meletakkan persoalan harta (kekayaan dunia) dalam tinjauan yang relatif,
yaitu harta (kekayaan dunia) yang dimiliki seseorang atau sebuah lembaga harus
mempunyai kandungan nilai-nilai sosial. Prinsip pemilikan harta dalam Islam
menyatakan bahwa harta tidak dibenarkan hanya dikuasai oleh sekelompok orang.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr ayat 7
☺ ☺
⌧
(7 :59/ رشحلا) �
23
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Selain itu, Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk mensucikan
hartanya. Dalam hal ini Allah SWT memerintahkan manusia untuk berzakat,
yakni menyisihkan sebagian hartanya kepada mustahik zakat yang telah
ditentukan Allah SWT. Adapun perintah tersebut tertuang dalam Al-Qur’an surat
AT-Taubah ayat 103
⌦
☺ ( 103 :٩ / ةبوتلا) Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.
Kedua, landasan paradigma sosial-ekonomis. Setelah memiliki landasan
ideologis yang bersumber pada kalimat tauhid (la ilaaha illallah), wakaf
mempunyai kontribusi solutif terhadap persoalan-persoalan ekonomi
kemasyarakatan. Kalau dalam tataran ideologis wakaf berbicara tentang
bagaimana nilai-nilai yang seharusnya diwujudkan oleh dan untuk umat Islam,
24
sedangkan pada wilayah paradigma sosial-ekonomis, wakaf menjadi jawaban
konkrit dalam realitas problematika kehidupan.
Dalam Al-Qur’an, kata atau istilah wakaf tidak disebutkan dengan jelas,
akan tetapi ada beberapa ayat yang dapat dijadikan dasar hukum wakaf, salah
satunya adalah firman Allah SWT dalam QS. Ali-Imran ayat 92
☺
⌧ لا )
( 92 : 3 / نارمعArtinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”.
Ketika ayat diatas turun para Sahabat Nabi, seperti Abu Thalhah r.a dan
Umar Ibn Khattab r.a, secara spontan segera mewujudkannya dengan
mewakafkan kebun masing-masing. Sebagaimana yang tertulis dalam sebuah
tafsir bahwasannya ketika ayat ini turun Abu Thalhah datang menemui
Rasulullah Saw seraya berkata, “Wahai Rausulullah, hartaku yang paling aku
cintai adalah Bi’ruha (sebidang kebun milik Thalhah yang berada di Madinah
yang menghadap Masjid Nabi Saw), terimalah wahai Rasulullah sehingga Allah
akan memperlihatkan karunianya keadamu.”12
Adapun hadist rasulullah yang merupakan dasar hukum wakaf adalah
12 Syihabudin, Terjemahan Tafsir Ruhul Bayan (Bandung: Diponegoro, ), Juz 4, h. 26.
25
ناب اتم ذاا :الق مالسو هيلع اهللا ىلص اهللا لوسر نا ةريره يبأ نع هالص دلو وا هب عفتني ملعوا ةيارج ةقدص ثالث نم الا هلمع عطقنا مدا (ملسم هاور) هل وعدي Artinya; Apabila seorang manusia meninggal, terputuslah amal perbuatannya,
kecuali dari tiga hal, yaitu: shadaqah jariyah (sedekah yang pahalanya tetap mengalir), ilmu pengetahuan yang bermanfaat, dan doa anak yang shaleh (HR. Muslim)13
Beberapa ahli berpendapat bahwa shadaqah jariyah yang dimaksudkan
dalam hadis diatas adalah harta yang diwakafkan.
ةيراجلأ ةق دصلا ء املعلأرسف هنأل فقولا باب ىف هركد فق ولاب
Artinya: “Hadis tersebut dikemukakan dalam bab wakaf, karena para ulama menafsirkan sedekah jariyah dengan wakaf.” (Imam Muhammad Ismail Al-Kahlani, tt, 87)14
Sepanjang sejarah Islam, wakaf sangat banyak dengan beragam bentuk dan
jenisnya. Bahkan mencakup semua jenis harta benda. Tanah dan bangunan
merupakan harta benda tak bergerak yang dapat diwakafkan. Adapun benda
bergerak yang dapat diwakafkan adalah hewan, uang, saham, dan surat berharga
lainnya. Pada mulanya, pemahaman masyarakat terhadap wakaf benda bergerak
seperti uang sangatlah kurang. Masyarakat lebih memahami bahwa wakaf tanah
dan bangunan merupakan jenis wakaf yang paling tepat. Akan tetapi, saat ini
wakaf uang telah kembali digerakan.
13 Shahih Muslim, (Kairo: Darul Ihya Al-Qutub, 1918), Juz 11, h. 85. 14 Departemen Agama Republik Indonesia, Fiqh Wakaf (Jakarta: Direktorat Pengembangan
Zakat dan Wakaf, 2005), h.12.
26
Wakaf uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, dan
lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai.15 Keberadannya sudah
dipraktikan sejak awal abad kedua hijriyah yaitu pada masa dinasti ayyubiyah.16
Wakaf uang dalam bentuknya, dipandang sebagai salah satu solusi yang dapat
membuat wakaf menjadi lebih produktif. Karena uang tidak lagi dijadikan
sebagai alat tukar menukar saja, lebih dari itu, wakaf uang merupakan komoditas
yang siap memproduksi dalam hal pengembangan yang lain.
Di Timur Tengah program wakaf uang telah lama dinikmati
keberhasilannya. Al Azhar University Cairo merupakan salah satu potret
keberhasilan program wakaf uang disana. Seorang khalifah pada masa Dinasti
Fathimiyah merupakan orang yang pertama kali mewakafkan hartanya untuk
yayasan Al-Azhar tersebut, selanjutnya kaum dermawan muslim lainnya mulai
mengikutinya. Dengan harta wakaf, universitas Al-Azhar dapat membiayai
sarana dan prasarana, honor guru dan dosen, serta beasiswa penuh kepada para
mahasiswa yang datang dari penjuru dunia.17
Wakaf uang atau wakaf tunai di zaman modern ini telah diperkenalkan oleh
Prof. Dr. M. A. Mannan lewat SIBL (Social Investment Bank Limited) yang
didirikannya di Bangladesh. SIBL memperkenalkan produk Sertifikat Wakaf
15Departemen Agama Republik Indonesia, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai (Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam, 2006), h. 1.
16Acham Zunaidi dan Thobieb A-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya
Progresif Untuk Kesejahteraan Umat, cet. III, (Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006), h. 27. 17Departemen Agama Republik Indonesia, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf
(Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam, 2006), h.36.
27
Tunai (Cash Waqf Certificate) yang pertama kali dalam sejarah perbankan. SIBL
menggalang dana dari orang kaya untuk dikelola dan keuntungan pengelolaan
disalurkan kepada rakyat miskin.18 Keberhasilan M.A. Manan dengan produk
sertifikat wakaf tunai yang dibuatnya, membuat negara-negara lain ikut
menerapkan wakaf tunai dinegaranya masing-masing.
Dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya, Indonesia turut menerapkan
wakaf uang sebagaimana yang telah dilakukan Manan. Pada tgl 11 Mei 2002
Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang membolehkan wakaf
uang (cash wakaf/ waqf al nuqud) dengan syarat nilai pokok wakaf harus dijamin
kelestariannya.19 Kemudian pada tanggal 27 Oktober 2004 pemerintah Republik
Indonesia memperkuat keberadaan wakaf uang dengan mengeluarkan Undang-
undang yang terbaru yaitu Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf
yang disahkan oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Sesungguhnya, wakaf telah masuk ke Indonesia seiring dengan
perkembangan dakwah di Nusantara. Di samping melakukan dakwah Islam, para
ulama juga sekaligus memperkenalkan ajaran wakaf. Banyak masjid-masjid yang
bersejarah ketika itu dibangun di atas tanah wakaf. Namun, perkembangan wakaf
di kemudian hari tak mengalami perubahan yang berarti. Kegiatan wakaf
dilakukan terbatas pada kegiatan keagamaan, seperti pembangunan masjid,
18 Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h. 216. 19 H.M. Cholil Nafis, “Menghitung Potensi Wakaf Uang”, artikel diakses pada 8 Juli 2010 dari
http//www.google.com/2010/8/ menghitung-potensi-wakaf-uang. html.
28
mushalla, langgar, madrasah, dan perkuburan. Pemanfaatan tersebut dilihat dari
segi sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi
dampaknya kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Setelah hadirnya undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf,
keberadaan wakaf uang menjadi semakin memasyarakat dan untuk lebih
menggerakan potensi wakaf uang yang ada maka pada tanggal 8 Januari 2010
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian mencanangkan Gerakan
Nasional Wakaf Uang di Istana Negara.20 Pencanangan Gerakan ini diharapkan
menjadi tonggak sejarah dan momentum penting bagi gerakan wakaf produktif di
Indonesia dalam rangka meningkatan kesejahteraan umat dan bangsa Indonesia.
Wakaf telah banyak memberikan kontribusi yang luar biasa bagi
perekonomian maupun kemaslahatan umat baik di Indonesia atau di belahan
dunia manapun. Urgensi wakaf uang dalam kehidupan umat menjadi semakin
penting dan mencolok, sebab dengan adanya lahan atau modal yang dikelola
secara produktif akan membantu masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan
bagi orang yang tidak mampu dengan motifasi etos kerja. Adapun urgensi wakaf
uang dilihat dari beberapa hal, yaitu:
1. Urgensi terhadap Wakif
Urgensi wakaf uang bagi Wakif adalah seorang Wakif tidak lagi memerlukan
jumlah uang yang besar yang dibelikan tanah atau bangunan untuk
20 Agustianto, “Wakaf Uang dan Peningkatan Kesejahteraan Umat”, artikel diakses pada 8 juli
2010 dari http://www.google.com/2010/08/wakaf-uang-dan- peningkatan-kesejahteraan-umat. html.
29
diwakafkan. Karena wakaf uang jumlahnya bisa lebih bervariasi, sehingga
orang yang memiliki uang terbatas sudah dapat beramal dengan
mengeluarkan dana wakafnya tanpa harus menunggu menjadi orang kaya.
Hal tersebut tentunya akan mendorong masyarakat untuk berwakaf sesuai
dengan penghasilan yang dimiliki, dan akan berakibat pada perluasan jumlah
Wakif.
2. Urgensi terhadap Lembaga Keuangan Syari’ah
Urgensi wakaf uang bagi Lembaga Keuangan Syari’ah ialah jika wakaf uang
yang terhimpun tersebut dikelola oleh Lembaga Keuangan Syari’ah, maka
hal tersebut tentunya akan berdampak positif bagi pengembangan Lembaga
Keuangan Syari’ah yaitu akan menambah modal dan perolehan penghasilan
Lembaga Keuangan Syari’ah.
3. Urgensi terhadap Kegiatan Ekonomi Makro
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Diantara bahan dasar utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan adalah adanya tingkat tabungan dan investasi. Wakaf
uang yang digunakan untuk investasi bisnis akan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu dengan mentranformasikan
tabungan masyarakat menjadi modal investasi. Jika potensi dana wakaf
dapat dihimpun dan dikembangkan secara profesional dan tanggung jawab,
maka tidak diragukan lagi potensi tersebut dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.
30
b. Pemerataan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat hubungan dengan sosial
ekonomi yang tidak melihat lintas waktu, wakaf uang ternyata tidak hanya
sekedar mentransfortasikan tabungan masyarakat menjadi modal investasi,
tapi manfaat wakaf uang dapat juga menjadi salah satu sarana meratakan
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Apabila dana wakaf yang cukup besar
tersebut dapat dikelola dan didayagunakan dengan optimal akan
menumbuhkan pemerataan pertumbuhan ekonomi di kalangan masyarakat
kelas bawah. Dapat di bayangkan berapa banyak orang yang hidup
dibawah garis kemiskinan dapat terangkat status sosialnya dan merasakan
manfaat dana tersebut. Sekian ribu anak yatim bisa disantuni, sekian puluh
lembaga pendidikan dasar dapat dibangun, sekian balai kesehatan bisa
didirikan, sekian petani dan pengusaha kecil bisa dimodali.
c. Stabilitas politik dan ekonomi
Investasi dana wakaf melalui sektor riil akan dapat mengarahkan pada
keseimbangan antara uang wakaf yang terhimpun dan sektor riil yang
membutuhkan dana untuk menghasilkan barang. Jika diinvestasikan
melalui perbankan dengan system bagi hasil, maka gejolak ekonomi akibat
fluktuasi tingkat bunga yang berlebihan dapat diantisipasi. Kemudian hasil
dari pengelolaan dana wakaf juga dapat menjaga stabilitas politik jika
terjadi instabilitas akibat ketidakmampuan pemerintah menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang merata. Dengan pertumbuhan itu, taraf
31
kehidupan masyarakat meningkat, pendapatan ekonomi masyarakat lebih
tinggi, tersedianya lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan sarana
pendidikan yang baik dan lain-lain. Bagi pemerintah juga dapat
mengurangi beban dan menambah defisa negara.21
D. DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI INSTRUMEN WAKAF
Sepanjang sejarah keberadaannya, uang telah memainkan peran yang sangat
penting dalam perjalanan kehidupan umat manusia. Uang dalam berbagai
bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal ribuan tahun yang lalu
seperti dalam sejarah Mesir kuno yaitu sekitar 4000 SM – 2000 SM. Bahkan
dalam Islam pengunaan koin emas dan perak ini sudah digunakan sejak zaman
Nabi Yusuf As. Fakta mengenai hal tersebut terdapat dalam Al-Qur’an surat
Yusuf ayat 20.
☺
( 201: 12 / فوسوي)
Artinya: “Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf”.
Di dalam surat tersebut terdapat kata darahima ma’dudatin yang artinya
beberapa keping perak. Dalam bentuknya yang lebih standar uang emas dan
21“Wakaf tunai”, artikel diakses pada 8 Juli 2010 dari http://www.bimasislam.depag.go.id/wakaf-
tunai. html.
32
perak diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi sekitar tahun 46 SM. Julius
Caesar ini pula yang memperkenalkan standar konversi dari uang emas ke uang
perak dan sebaliknya dengan perbandingan 12 : 1 untuk perak terhadap emas.
Standar Julius Caesar ini berlaku di belahan dunia Eropa selama sekitar 1250
tahun yaitu sampai tahun 1204.22 Uang emas dan perak ini dikenal dengan
sebutan dinar dan dirham.
Dalam sejarah Islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari peradaban
Romawi dan Persia. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang
tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dinar merupakan mata uang
emas yang digunakan oleh kerajaan Byzantium (Romawi Timur), sedangkan
dirham adalah mata uang perak yang dikeluarkan oleh kerajaan Persia (Sasanid)
jauh sebelum nabi Muhammad SAW diutus sebagai nabi. Byzantium dan persia
merupakan dua penguasa dunia ketika itu, baik dari segi kekuatan militernya
maupun dari segi ekonominya. Para pedagang Arab sekembalinya mereka dari
Syam membawa dinar emas kaisar Romawi (Byzantium) dan dari Irak mereka
membawa dirham perak Persia, terkadang mereka juga membawa dirham
22 M. Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, Cet. I, (Depok:
Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007), h. 18.
33
Himyar dari Yaman.23 Mereka berdagang dengan orang-orang Mesir, Siria, Irak,
dan yaman dengan menggunakan dua mata uang ini.24
Dinar dan dirham yang digunakan orang Arab ketika itu tidak didasarkan
pada nominalnya, melainkan menurut beratnya. Untuk mengukur berat dinar dan
dirham, masyarakat Arab menggunakan timbangan khusus yang telah mereka
miliki, yaitu: auqiyah, nasy, nuwah, mitsqal, daniq, qirath, dan habbah. Mistqal
merupakan berat pokok yang sudah diketahui umum, yaitu setara dengan 22 qirat
kurang 1 habbah.25
Berat 1 dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin
Marwan setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat memiliki nilai 4.25
gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos
dan mata uang Yunani yang disebut Drachma. Atas dasar rumusan hubungan
berat antara dinar dan dirham dan hasil penimbangan dinar tersebut, maka dapat
diketahui bahwa berat 1 dirham adalah 7/10 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975
gram.26
Dalam perjalanan koin dinar dan dirham, kedua uang bimetal ini merupakan
alat transaksi perdagangan dan pertukaran yang paling stabil, bahkan tidak
23Abdul Qadim Zallun, Sistem Keuangan di Negara Khalifah (Bogor: Pustaka Thariq Al-Izzah,
2002), h. 212. 24 Zaim Saidi, Kembali Ke Dinar: Tiggalkan Riba Tegakkan Muamalah (Depok, Pustaka Adina,
2005), h.39. 25Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h. 246. 26M. Iqbal, “Mengenal Dinar Islam”, artikel diakses pada 8 juli 2010 dari
http://geraidinar.com/2008/02/mengenal-dinar-islam.html.
34
terpengaruh oleh inflasi. Hal ini dikarenakan uang bimetal tersebut memiliki nilai
intristik yang sama dengan nilai nominalnya. Koin dinar dan dirham, juga
merupakan uang bimetal yang tidak dipengaruhi oleh intristik dan kebijakan
suatu kerajaan atau pemerintahan. Hal tersebut, seperti yang terdapat dalam buku
yang berjudul “Satanic Finance” karangan bapak Riawan Amin yang
mengatakan bahwa koin emas itu bernilai bukan oleh dekrit penguasa, melainkan
karena ia memang berharga dan memiliki nilai. Pasar yang menghargai, bukan
pemerintah.27
Kemudian yang perlu diketahui bahwa emas dan perak merupakan mata
uang bimetal yang daya belinya tetap sepanjang tahun. Hal tersebut dapat
dibuktikan melalui sejarah yang diantaranya tertuang dalam Al-Qur’an dan
Hadist. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat
19, yaitu:
⌧
☯ ☯
☺ ☯
☺
⌧
27 A. Riawan Amin, Satanic Finance, cet ke-4, (Jakarta: celestial publishing, 2008), h. 38.
35
( 19 : 18 / فهكلا)
Artinya: “Dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada (disini?)". mereka menjawab: "Kita berada (disini) sehari atau setengah hari". berkata (yang lain lagi): "Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah-lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.”
Pada ayat tersebut diungkapkan bahwa mereka meminta salah satu rekannya
untuk membeli makanan di kota dengan uang peraknya, tidak dijelaskan jumlah
pastinya. Kalau diasumsikan para Asyhabul Kahfi tersebut membawa 2-3 keping
uang perak saja dan dikonversikan ke nilai rupiah, dimana 1 dirham sekitar Rp
30.000,- maka nilai uang perak menjadi Rp 60.000,- hingga Rp 90.000,-.
Dengan uang perak tersebut maka dapat membeli makanan untuk beberapa
orang. Hal ini membuktikan bahwa setelah kurang lebih 18 abad (sejak zaman
Ashabul Kahfi), daya beli uang perak-dirham nilainya relative sama. Sedangkan
mengenai daya beli uang dinar emas, dapat dilihat berdasarkan hadis riwayat
Bukhari, dimana dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa harga pasaran
kambing di zaman Rasulullah saw 1 dinar, jika dikonversikan ke zaman
sekarang, 1 dinar saat ini ( 1 dinar pada saat penulisan karya ilmiyah adalah
berkisar antara Rp. 1.350.000,- sd Rp. 1.380.000,-) juga bisa digunakan untuk
membeli seekor kambing.
36
Disamping Rasulullah saw mengakui dinar dan dirham dalam berbagai
kegiatan muamalah, beliau juga mengaitkan kedua mata uang tersebut kedalam
perangkat syariat Islam seperti, nishab untuk hukuman potong tangan bagi
pencuri dan besaran untuk membayar diyat (uang tebusan qishas).28 Selain itu,
sejak awal Islam dinar dan dirham juga digunakan untuk keperluan ibadah seperti
untuk membayar zakat dan wakaf. Sebagaimana hadist Rasulullah saw mengenai
kewajiban berzakat, bahwasanya mengeluarkan harta kekayaan dalam bentuk
emas dan perak telah ditetapkan sebesar dua setengah persen dari jumlah emas
yang telah mencapai nisabnya yaitu 20 dinar.
سيلو مهارد ةسمخ اهيفف لوالح اهيلع الحو مهرادتائم كل تنآا اذإ اهيفف لوالح اهيلع الحو اارنيد نورشع كل نوكي تىح ئيش كيلع هيلع لوحي تىح ةآاز لما فى سيلو .كلذ ابسحبف ادازمف ارنيد فصن (دواد وبأ هاور) لوالح
Artinya : “Jika anda memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu waktu satu
tahuun, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak lima dirham. Anda tidak punya kewajiban apa-apa sehingga anda memiliki dua puluh dinar dan telah berlalu waktu satu tahun, dan anda harus berzakat sebesar setengah dinar. Jika lebih, maka dihitung berdasarkan kelebihannya. Dan tidak ada zakat pada harta sehingga berlalu waktu tahun.” (Riwayat Abu daud)29
Keberadaan dinar dan dirham sebagai instrumen dalam berwakaf juga telah
lama digunakan. Imam Bukhari menerangkan bahwa imam Az-Zuhri, seorang
28Saikul Hamiwanto dan Bayu, “Dinar dan Dirham: Dua Sejoli yang Direkomendasikan Nabi,”
Suara Hidayah, 6 Oktober 2002, h. 41. 29 Abi Dawud, (Riyadh : Daar El-Salam, 2000), h. 128.
37
ulama terkemuka dan peletak dasar kodifikasi hadits (tadwin al-hadits)
mengeluarkan fatwa yang berisi anjuran melakukan wakaf dinar dan dirham
untuk pembangunan sarana da’wah, sosial, dan pendidikan umat muslim.30
Selain itu, salah satu dari empat Imam Mazhab juga membolehkan wakaf
dengan dinar dan dirham. Ia adalah seorang Imam Muhammad Bin Idris bin
Abbas bin Usman bin Syafii Abu Abdullah, Al-Syafi’i Al-Mathlabi.
والدراهيم نير الدنا ىا وقفها جواز فعى الشا عن ثور ابو وروى Artinya: “Abu Tsaur meriwayatkan dari imam Syafi’i tentang dibolehkannya
wakaf dinar dan dirham (uang).”31 Bahkan menurut sejarah pada masa kesultanan Saljuk terdapat anggaran
khusus untuk wakaf. Anggaran wakaf tahunan Nizam al-Mulk (Menteri Utama
Kesultanan Saljuk, abad ke-11 M) mencapai 600 ribu dinar emas, setara lebih
dari Rp 850 milyar (Oktober 09). Wakaf ini digunakan untuk membiayai
madrasah dan para gurunya. Terken Khatun, seorang putri dari Fars, juga dari
Bani Saljuk (1326), memberikan wakafnya sebesar 200 ribu dinar emas (setara
lebih dari Rp 280 milyar, saat ini).32
Berwakaf dengan uang menurut Mazhab Hanafi dapat dilakukan dengan cara
menjadikannya sebagai modal usaha dengan cara mudharabah, keuntungan yang
30 Djunaidi dan Thobieb, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya Progressif Untuk Kesejahteraan Umat, h.27.
31 Al-Mawardi, Al-Hawi al-Kabir, Tahqiq Dr. Mahmud Mathraji, (Beirut: Dar al-fikr, juz IX,
1994), h. 379. 32 Zaim saidi, “Kembalinya Wakaf Dirham dan Dinar,” artikel diakses pada 8 juli 2010 dari
http://zaimsaidi.org/tag/wakaf/kembalinya-wakaf-dirham-dan-dinar.html.
38
diperoleh kemudian disedekahkan kepada mauquf ‘alaih.33 Di Indonesia,
lembaga wakaf yang menyediakan layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham
adalah lembaga wakaf Tabung Wakaf Indonesia (TWI). Untuk membantu
layanan ini TWI bekerjasama dengan Wakala Al-Wakif sebagai tempat
pengelolaan mata uang dinar dan dirham yang didirkannya. Wakaf koin dinar
dan dirham yang telah dihimpun TWI selanjutnya akan dikonversi ke rupiah, dan
kemudian dikelola keberbagai program yang dimiliknya untuk mendapatkan
hasil atau surplus yang nantinya bisa disalurkan kepada mauquf ‘alaih.
Dinar dan dirham di Indonesia hanya diproduksi oleh Logam Mulia - PT.
Aneka Tambang TBK. Saat ini Logam Mulia-lah yang secara teknologi dan
penguasaan bahan mampu memproduksi dinar dan dirham dengan Kadar dan
Berat sesuai dengan Standar dinar dan dirham di masa awal-awal Islam. Standar
kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite
Akreditasi Nasional (KAN), tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia
internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association
(LBMA).34
Seperti di awal Islam yang menekankan dinar dan dirham pada berat dan
kadarnya, bukan pada tulisan atau jumlah atau ukuran atau bentuk keeping, maka
berat dan kadar emas untuk dinar serta berat dan kadar perak untuk dirham
33 Departemen Agama Republik Indonesia, Fiqh Wakaf, h.44. 34 M. Iqbal, “Mengenal Dinar Islam”, artikel diakses pada 8 juli 2010 dari
http://geraidinar.com/2008/02/mengenal-dinar-islam.html.
39
produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk disebut
sebagai dinar dan dirham Islam zaman sekarang.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TABUNG WAKAF INDONESIA
Tabung Wakaf Indonesia (TWI) adalah salah satu lembaga wakaf yang ada di
Indonesia. TWI berdiri pada tanggal 14 Juli 2005. TWI didirikan oleh Dompet
Dhuafa Republika (DDR) yang merupakan lembaga amil zakat nasional
(LAZNAS). Pada dasarnya, pengelolaan harta wakaf, baik benda tidak bergerak,
maupun wakaf benda bergerak telah dilakukan oleh DDR sejak tahun 2001. Pada
tahun tersebut DDR berhasil menghimpun dana wakaf uang sebesar Rp.
86.968.000,00 dan meningkat menjadi Rp.822.541.600,00 pada tahun 2002.
Peningkatan jumlah dana wakaf pada tahun tersebut karena adanya pengaruh
keluarnya fatwa MUI tentang wakaf uang pada tanggal 11 Mei 2002. Jumlah dana
wakaf uang yang dihimpun DDR terus meningkat tiap tahunnya, terlebih lagi
pada saat terjadinya pembahasan dan pensahan undang-undang wakaf pada tahun
2004. Peningkatannya pada tahun tersebut sangat signifikan yaitu mencapai Rp.
7.443.389.785,00. Melihat potensi wakaf uang yang besar ini, maka kemudian
DDR melaunching unit baru yang bernama Tabung Wakaf Indonesia (TWI).
TWI merupakan badan unit atau badan otonom dengan landasan badan hukum
Dompet Dhuafa Republika serta merupakan badan hukum yayasan yang telah
kredibel dan memenuhi persyaratan sebagai nazhir wakaf sebagaimana dimaksud
Undang-undang Wakaf, yaitu sebagai nazhir wakaf berbentuk badan hukum
39
40
Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dan bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan, dan
keagamaan Islam. Pendirian lembaga pengelola wakaf ini adalah untuk
mewujudkan sebuah lembaga nazhir wakaf dengan model suatu lembaga
keuangan yang dapat melakukan kegiatan mobilisasi penghimpunan harta benda
dan dana wakaf guna memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat. Untuk itu, TWI
diharapkan dapat mengoptimalisasi wakaf sehingga dapat menjadi penggerak
perekonomian umat.
TWI mempunyai visi “menjadi lembaga wakaf berorientasi global yang
mampu menjadikan wakaf sebagai salah satu pilar kebangkitan ekonomi umat
yang berbasiskan sistem ekonomi berkeadilan” sedangkan misi TWI adalah
“mendorong pertumbuhan ekonomi umat serta optimalisasi peran wakaf dalam
sektor sosial dan produktif”. Kegiatan utama TWI adalah melakukan kegiatan
menghimpun harta benda wakaf baik berupa benda tidak bergerak, maupun benda
bergerak dan melakukan pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang
telah dihimpunnya untuk kepentingan ummat. Akan tetapi, sebagai lembaga
pengelolaan dan penerimaan wakaf kontemporer, TWI lebih menitikberatkan
pada penerimaan dan pengelolaan barang wakaf uang.
Seiring dengan perkembangannya, banyak sekali yang telah dilakukan TWI
untuk pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi dalam masyarakat. Hal ini
didorong dengan manajemen pengelolaan yang baik yang telah dilakukan TWI.
TWI memiliki program-program yang dapat dinilai tepat sasaran. Program yang
41
ada di TWI tertuang dalam program wakaf produktif, wakaf sosial, dan wakaf
terpadu, yaitu perpaduan antara wakaf produktif dan sosial. Manfaat wakaf yang
disalurkan TWI tidak hanya dapat dirasakan oleh masyarakat di perkotaan tetapi
juga dapat dirasakan oleh masyarakat di desa-desa. Adapun manfaat yang telah
banyak dirasakannya oleh umat antara lain lewat program Smart Ekselensia yang
dimilikinya, yaitu sekolah model yang dibentuk Yayasan Dompet Dhuafa
Republika dengan peserta didik yang berasal dari anak-anak yang memiliki
potensi kecerdasan akademik dan kecerdasan lainnya. Smart Ekselensia ini
merupakan sekolah gratis yang pendiriannya telah dibiayai dari dana wakaf yang
dihimpun TWI. Hingga saat ini, Smart Ekselensia telah menampung 175 siswa
dari 20 propinsi yang berasal dari keluarga tidak mampu.
Manfaat lain yang dapat dirasakan oleh masyarakat antara lain terdapat pada
program pengembangan kebun produktif berupa pohon kakao dan kelapa di
Kecamatan Totikum Kabupaten Banggai, Kepulauan Sulawesi Tengah. Hasil dari
perkebunan yang dibiayai dari wakaf uang ini disalurkan untuk biaya operasional
SMU Pertama Mansamat. Selain itu, program ini secara tidak langsung telah
memberikan kesempatan pada masyarakat setempat untuk meningkatkan
kesejahrteraan hidup mereka dengan menjadi tenaga kerja yang mengelola kebun
tersebut.
Selama lima tahun berdiri TWI terus berupaya lebih baik lagi dalam
menjalankan amanahnya sebagai nazir. TWI pun terus berinovasi pada setiap
program yang dimilikinya tentunya dengan tetap mengikuti aturan-aturan syariah
42
tentang wakaf ini. Untuk mengembangkan usahanya tersebut, saat ini TWI
menyediakan produk wakala yang berfungsi sebagai tempat pengelolaan mata
uang dinar dan dirham. Dari wakala ini nilai pokok dari wakaf uang yang
dihimpun TWI diharapkan semakin banyak dapat menghasilkan “buah” yang
pada gilirannya bisa dinikmati oleh masyarakat banyak.
B. MEKANISME KINERJA TWI
Mekanisme TWI dalam mengelola dana wakaf uang dapat dilihat dari tiga
aspek, yaitu penghimpunan dana wakaf, manajemen invetasi, dan
pendistribusiannya kepada mauquf alaih.
1. Penghimpunan Dana (fundraising)
Penghimpunan dana merupakan kegiatan penggalangan dana dari
individu, organisasi, maupun badan hukum. Dalam hal ini, fundraising yang
dimaksud adalah proses mempengaruhi masyarakat (calon wakif) agar mau
melakukan amal kebajikan dalam bentuk penyerahan uang sebagai wakaf
maunpun untuk sumbangan pengelolaan harta wakaf. Kegiatan penghimpunan
harta benda wakaf dilakukan TWI dari para wakif yang mempercayakan harta
bendanya untuk diwakafkan dengan menunjuk TWI selaku nazhirnya. Harta
benda wakaf yang dimaksud sesuai dengan amanat undang-undang No. 41
tentang wakaf, berupa barang tidak bergerak dan benda bergerak. Barang
tidak bergerak dapat berupa tanah, bangunan, tanaman, dan benda lain yang
berkaitan dengan tanah. Harta benda wakaf berupa benda bergerak, seperti
43
uang, logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak atas kekayaan intelektual,
dan lain sebagainya.
Dalam melakukan penggalangan dana ini, TWI menggunakan berbagai
macam strategi, antara lain melalui media internet, majalah atau koran
(advertorial), special event seperti kurban, spanduk dan lain sebagainya. Saat
ini media-media yang digunakan sebagai fundraising tools-nya antara lain
newsletters (terbit periodik 4 bulan sekali), advertorial satu halaman di Dilaog
Jumat (media suplemen harian umum Republika) dengan frekuensi satu bulan
dua kali terbit yakni pada minggu ke-2 dan ke-4.1
Dalam menghimpun wakaf uang, disamping berpusat di kantor TWI di
komplek perkantoran Margaguna Jakarta Selatan, TWI juga melakukan
kerjasama dengan beberapa bank syariah, seperti Bank Danamon Syariah dan
Bank Syariah Mandiri. Selain itu, TWI juga menyediakan gerai atau counter
yang berfungsi sebagai tempat menggalang dana di berbagai pusat bisnis,
seperti maal. Hal tersebut dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat yang
hendak berwakaf. Seluruh dana yang terkumpul dari masing-masing tempat
selanjutnya dipusatkan pada satu kas yaitu kantor pusat DDR. Dalam hal ini,
TWI hanya berperan sebagai penghimpunan wakaf uang semata, sementara
1 Rozalinda, “Pengelolaan Wakaf Uang pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dompet Dhuafa Republika”, artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari http//www.google.com/2010/05/pengelolaan-wakaf-uang-pada-tabung-wakaf-indonesia-dompet-dhuafa-republika. html.
44
pengelolaannya terdapat di DDR. Adapun sarana yang disediakan untuk para
waqif yang hendak berwakaf adalah dengan:
a. Bisa datang langsung ke Tabung Wakaf Indonesia (Jl. Radio Dalam Raya,
komplek perkantoran Margaguna No. 11);
b. Transfer melalui rekening bank yang telah disediakan TWI a/n Yayasan
DDR;
c. Melalui gerai wakaf TWI yang telah hadir dibeberapa tempat, seperti
ditoko busana muslim Al-Fira, di ITC permata Hijau Kebayoran, ITC
BSD tangerang, cempaka mas, dan lain sebagainya;
d. Bahkan TWI juga siap untuk menjemput dana di rumah waqif dengan
ketentuan wakaf tunai diatas Rp. 1jt.
2. Manajemen Invetasi
TWI melakukan pengelolaan dan pengembangan atas harta benda wakaf
yang dihimpunnya sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukkannya dengan
prinsip-prinsip syariah. Pengelolaan wakaf uang atau manajemen investasi
TWI dilakukan berdasarkan tiga pendekatan, yaitu pendekatan produktif,
nonproduktif, dan terpadu (gabungan pendekatan produktif dan non produktif
pada satu objek wakaf).
a. Pendekatan Produktif
Dalam pendekatan ini, TWI mengelola harta wakaf untuk hal-hal
yang sifatnya produktif dan menghasilkan keuntungan. Keuntungan yang
diperoleh kemudian akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat dengan
45
tetap mempertahankan nilai pokok dari harta wakafnya. Dalam hal ini,
TWI mengalokasikan dana wakafnya untuk berbagai sektor usaha.
Diantara bentuk pengelolaan wakaf produktif yang dilakukan TWI adalah
dengan menyalurkannya keberbagai sektor seperti, wakaf peternakan,
pertanian, perkebunan, perdagangan, wakala (penjualan dinar dan dirham),
dan sarana niaga.
1) Wakaf Peternakan
Pada wakaf peternakan TWI bekerjasama dengan jejaring DDR
lainnya yaitu Kampoeng Ternak yang terletak di Bogor dan Sukabumi.
Lembaga ini telah sukses memberdayakan peternak dan memiliki
mitra diberbagai kota di Indonesia. kampoeng ternak juga aktif dalam
pendistribusian hewan kurban, melakukan serangkaian riset,
pendidikan dan pelatihan (diklat) serta pendampingan terhadap sektor
peternakan. Selain bekerjasama dengan kampoeng ternak, TWI juga
bekerjasama dengan organisasi Tebar Hewan Kurban (THK)
berdasarkan prinsip bagi hasil dengan menempatkan dana wakaf uang
sebesar Rp. 100.000.000,-.
2) Wakaf Perkebunan
Pada wakaf perkebunan TWI menjalankannya di dua daerah, yaitu
di Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan, dan di Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah. Program wakaf di Desa Lubuk Tuba Lahat
Sumatera Selatan berupa wakaf pohon karet, wakaf pohon karet ini
46
merupakan kerjasama TWI dengan LPEU Insan Kamil yang dimulai
penanamannya pada September 2007 sampai Januari 2008. Saat ini,
lahan karet seluas 20 ha yang berasal dari lahan pertanian masyarakat,
di danai oleh TWI. Program wakaf pohon produktif ini dilakukan
dengan cara menghimpun kelompok tani yang berada di kawasan
tersebut. Pada program itu terjaring sebanyak 39 orang miskin yang
memiliki lahan perkebunan. Masing-asing mereka mendapat hak
pengelolaan ½ ha dengan akad muzara’ah. Para petani di sini dalam
usaha mereka mendapatkan pendampingan dan pembinaan dari
lembaga tempat mereka bernaung. Baik pembinaan kewirausahaan
maupun pembinaan mental spritual untuk berusaha secara halal dan
motivasi untuk berwakaf.
Selain itu, TWI juga meluncurkan program pengembangan kebun
produktif berupa pohon kakao dan kelapa di Kecamatan Totikum
Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah. Kebun tersebut
telah mampu menyerap tenaga kerja setempat. Hal ini mengartikan
bahwa program yang diluncurkan TWI bersama jaringannya telah
memberikan kesempatan pada masyarakat setempat untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup mereka sekaligus memberikan
kesadaran akan makna wakaf.
47
3) Wakaf Perdagangan
Dalam menginvestasikan dananya ke sektor perdagangan, TWI
bermitra dengan para pedagang, baik pedagang kecil atau menengah.
TWI mengelola kemitraan dagang dengan menerapkan akad atau
kontrak mudharabah, yakni kerjasama dalam modal ventura yang
diberikan kepada mitra terpilih sebagai pinjaman tanpa bunga, tanpa
agunan, dan tanpa syarat ekuitas. Ketentuan bagi hasil hanya berlaku
nagi usaha kemitraan dagang yang sukses dan memberikan surplus.
Bila usaha gagal dan merugi, bukan disebabkan oleh kecerobohan
mitra, risiko sepenuhnya ditangung oleh TWI.
Dalam mengembangkan wakaf produktif ini, TWI bermitra dengan
Bakmi Langgara. Bakmi Langgara merupakan salah satu mitra TWI
yang berjalan dengan baik dari tahun 2007. Pada Bakmi Langgara ini,
TWI menanamkan dananya sebesar RP. 40.000.000,-. Selain dengan
Bakmi Langgara, TWI juga memiliki mitra dampingan yaitu
Masyarakat Mandiri dengan pedagang mie ayam-bakso nya. Usaha
yang diusung diberi nama “Vegemie Idola” dan “Baso Cip”. Kalau
dilihat dari program wakaf di bidang perdagangan yang telah
dilaksanakan TWI ini, tampaknya sangat berpengaruh terhadap
pemberdayaan ekonomi masyarakat walaupun masih terbatas pada
masyarakat yang berada dalam naungan mitra binaan Dompet Dhuafa.
48
Akan tetapi, setidaknya hal ini dapat dirasakan masyarakat dalam
menggerakkan usaha dan meningkatkan pendapatan.
4) Sarana Niaga
Pada program wakaf sarana niaga ini, TWI menyediakan rumah
dan toko (ruko) untuk disewakan. Hasil penyewaan sarana niaga ini
disalurkan untuk beragam kegiatan sosial sesuai dengan permintaan
wakifnya. Ruko-roko yang disewakan berlokasi di Mekar Sari Bekasi
Barat dan di Graha Harapan Tambun Bekasi Timur. Ruko di Mekar
Sari disewakan Rp20.000.000,00 pertahun yang disewakan selama tiga
tahun sehingga keuntungan yang diperoleh adalah Rp 60.000.000,00
untuk ruko di Graha Harapan Bekasi Timur, juga disewakan ke
perusahaan pengembang sebesar Rp 13.000.000,00 untuk dua tahun
sehingga keuntungan yang diperoleh adalah Rp 26.000.000,00 yang
disesuaikan dengan harga pasaran di lokasi ruko berada.
Aset wakaf non tunai lain yang disewakan adalah ruko di jalan
Keadilan Depok. Ruko ini juga dimanfaatkan untuk perpustakaan
Rumah Cahaya. Rumah cahaya merupakan aset sosial yang dimiliki
TWI, dimana didalamnya masyarakat difasilitasi untuk gemar
membaca dan dilatih untuk menghasilkan karya. Akan tetapi rumah
cahaya kini telah bertransformasi menjadi Depok Waqf Junction
49
(DWJ).2 DWJ terdiri dari aset sosial dan aset produktif. Aset sosialnya
adlah Rumah Baca yang posisinya berada dilantai dua, sedangkan aset
produktifnya digunakan untuk sarana niaga berupa toko yang siap
disewakan kepada masyarakat.
5) Wakala
Wakala merupakan produk pengelolaan mata uang dinar dan
dirham yang berada dalam jaringan TWI. Wakala merupakan salah
satu infrastruktur mendasar dalam sistem ekonomi Islam yang bebas
dari sistem ribawi. Menurut Zaim Saidi, Direktur TWI ketika itu,
wakala adalah salah satu usaha TWI dalam mengembangkan nilai
wakaf uang. Dari wakala ini nilai pokok dari wakaf uang diharapkan
semakin banyak menghasilkan “buah” yang pada gilirannya bisa
dinikmati oleh masyarakat banyak. Selain itu, produk wakala ini
diluncurkan sebagai respon atas penggunaan mata uang dinar dan
dirham yang semakin memasyarakat di Indonesia. Wakala Al-Wakif
juga merupakan harapan TWI untuk bisa mandiri nantinya.3
b. Pendekatan Non Produktif
Berdasarkan pendekatan ini, TWI akan mengelola harta wakaf untuk
hak-hal yang sifatnya tidak menghasilkan keuntungan (non produktif).
Manfaat yang ditimbulkan dari harta benda wakaf yang bersangkutan
2 “Depok Waqf Junction: Tiga Toko Siap Disewakan”, wakaf, ed. Ke-5, h.11-12. 3 Wawancara pribadi dengan Mariana Ulfah, Jakarta, 3 Agustus 2010.
50
adalah karena nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai
pemetik manfaat wakaf. Misalnya, TWI mengalokasikan dananya untuk
investasi pendirian sebuah rumah sakit gratis seperti LKC (Layanan
Kesehatan Cuma-cuma). Ini berarti tidak ada pemasukan sama sekali dan
dengan demikian biaya operasional rumah sakit cuma-cuma tersebut harus
dicarikan dari sumber lainnya.
Disamping itu, TWI juga mendirikan sekolah gratis untuk kaum
dhuafa seperti Smart Ekselensia, sedangkan seluruh biaya operasionalnya
dicarikan dari dana lain seperti zakat, infak, dan sedekah. Wakaf uang
yang dilaokasikasn untuk program sosial, menurut direktur TWI, Zaim
Saidi, sejatinya kurang tepat, karena asas-asas wakaf yaitu keswadayaan,
keberhasilan, dan kemandirian kurang terpenuhi.
c. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu merupakan gabungan dari pendekatan produktif
dan non produktif pada satu objek wakaf. Dalam hal ini, program
penyaluran wakaf untuk sarana dan prasarana institusi pelayanan umat
dikombinasikan dengan program wakaf dalam bentuk sarana niaga,
properti, perkebunan, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Surplusnya
disalurkan untuk kaum dhuafa dan atau untuk operasional institusi
pelayanan umat dalam satu area program. Seperti Rumah Cahaya, sarana
perpustakaan dan pelatihan penulisan bagi masyarakat umum yang
dikombinasikan dengan aset properti yang disewakan. Kemudian
51
surplusnya digunakan untuk mendukung program perpustakaan dan
pelatihan penulisan.
Wakaf perkebunan cokelat dan kelapa di Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah pun merupakan bentuk program wakaf terpadu TWI.
Hasil dari perkebunan cokelat dan kelapa ini digunakan untuk mendanai
SMU Mansamat yang berada didaerah tersebut. Kegiatan operasional TWI
senantiasa memperhatikan dan menggunakan kaidah-kaidah yang sesuai
dengan syariah Islam dan rekomendasi fatwa dari Dewan Syariah
3. Pendistribusian Wakaf
Dalam mendistribusikan wakaf uang, TWI menyalurkannya untuk
berbagai kegiatan sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan program sosial
lainnya. Hal ini dapat dilihat dari program-program wakaf untuk kepentingan
umum, yaitu sarana pendidikan seperti Smart Ekselensia, sarana kesehatan
seperti LKC, dan sarana sosial seperti Wisma mualaf.
a. Sarana Pendidikan
Berawal dari keprihatinan terhadap kualitas pendidikan di Indonesia
disertai dengan kegetiran terhadap fenomena semakin banyaknya jumlah
anak putus sekolah karena tingginya biaya pendidikan, telah mendorong
Dompet Dhuafa untuk mendirikan Smart Ekselensia. Smart Ekselensia
Indonesia adalah sekolah model yang dibentuk Yayasan Dompet Dhuafa
Republika dengan peserta didik yang berasal dari anak-anak yang
memiliki potensi kecerdasan akademik dan kecerdasan lainnya. Lembaga
52
pendidikan ini merupakan sekolah gratis yang pendiriannya dibiayai dari
dana wakaf yang diperuntukkan untuk menampung anak-anak kaum
dhuafa lulusan SD se-Indonesia. Sekolah tingkat SMP dan SMU
akselerasi ini diprioritaskan bagi siswa yang mempunyai potensi akademik
yang baik tetapi tidak ada biaya untuk sekolah.
Smart Ekselensia berdiri pada tahun 2003. Sekolah ini merupakan
bagian dari manajemen program Lembaga pengembangan Insani (LPI)
Dompet Dhuafa Republika yang mempunyai visi menyelenggarakan
model pendidikan menengah lima tahun, bebas biaya, berasrama dan
akseleratif. Smart Ekselensia Indonesia ini didesain dengan sistem
pendidikan unggul dengan misi melahirkan manusia belajar yang berbudi
mulia, mandiri, dan berprestasi serta berjiwa sosial. Selain Smart
Ekselensia, TWI juga mendirikan SMA I Mansamat Terunggul yang
terletak di kecamatan Tinanggung Selatan Kab. Banggai Kepulauan,
Sulawesi Tengah.
SMA I Mansamat Terunggul merupakan SMA pertama dan satu-
satunya SMA yang ada di kecamatan ini. Ketika dirintis, sekolah ini berat
beroperasi. Seorang dermawan terpanggil menyokong pembiayaannya
dengan merelakan hasil panen lima pohon kakaonya. Hal ini, tentu itu
belum memadai. Untuk itu, TWI meningkatkan dukungan untuk sekolah
ini melalui wakaf produktif berupa pembelian 1,5 ha kebun kakao sejak
tahun 2005. Hasil kebun itu dapat meringankan biaya operasional sekolah
53
ini. Namun dengan berkembang dan berjumlahnya siswa, biaya
operasional sekolah ini semakin meningkat dan akhirnya area kebun
diperluas dari 1,5 ha menjadi 5 ha kebun kakao dan kelapa, dari seorang
wakif yang mengamanahkan dananya untuk wakaf produktif yang
hasilnya didayagunakan sebagai penopang biaya pendidikan. Hasil kebun
kakao dan kelapa di Banggai, didayagunakan untuk membiayai aktivitas
sekolah sehingga dukungan dana pendidikan untuk sekolah ini semain
baik.
b. Lembaga Pelatihan
Untuk membantu pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan
dan pengangguran, DDR mendirikan Institut Kemandirian. Institut
Kemandirian merupakan lembaga pelatihan kewirausahaan dan
keterampilan serta pendampingan untuk mengembangkan bisnis para
pengusaha kecil. Institut Kemandirian adalah jaringan Dompet Dhuafa
Republika yang merupakan lembaga pendidikan nonformal yang bergerak
dibidang pelatihan kewirausahaan dan teknis secara gratis dirancang
khusus untuk mencetak para pengusaha dari kaum dhuafa dengan sistem
pelatihan short course.
Lembaga ini bertujuan untuk mengubah pola pikir peserta pelatihan
dari pola pikir dan mental pekerja menjadi pengusaha sekaligus memberi
bekal usaha yang diminati seperti pelatihan elektro, pelatihan
otomotif/mekanik motor, menjahit, dan membuat mainan anak. Dari
54
program tersebut, alumni yang dihasilkan diharapkan mampu menjadi
wirausahawan (entrepreneur). Lembaga ini dibiayai dari wakaf uang
maupun wakaf non tunai dalam bentuk peralatan latihan seperti mesin
yang disalurkan melalui TWI. Bentuk-bentuk pelatihan yang dilakukan
adalah perbengkelan, percetakan, tata busana, bisnis, dan tata boga.
c. Sarana Kesehatan
Pendistribusian TWI pada sarana Kesehatan antara lain adalah dengan
mendirikan Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC). LKC dibangun oleh
DDR pada tanggal 6 November 2001 bertempat di Ciputat, Tangerang-
Banten. Klinik ini dibangun dengan tujuan membantu kaum dhuafa
dibidang layanan kesehatan tanpa pungutan biaya. Sejak berdiri tahun
2001, klinik kesehatan yang dibeli dari wakaf uang ini sudah mempunyai
peserta lebih dari 11.638 kepala keluarga yang tercatat pada bulan Mei
2009. Setiap harinya, LKC melayani 70-200 orang perharinya.4
Sumber dana LKC ditanggung sepenuhnya oleh Dompet Dhuafa yang
bersumber dari zakat, infak, dan sedekah serta wakaf uang menghabiskan
biaya operasional sebesar 4,8 milyar rupiah untuk tahun 2007 dan 5,5
milyar rupiah untuk tahun 2008. klinik kesehatan gratis ini dibantu oleh 5
unit ambulan yang merupakan sumbangan dari beberapa perusahan,
4 Rozalinda, “Pengelolaan Wakaf Uang pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dompet Dhuafa Republika”, artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari http//www.google.com/2010/05/pengelolaan-wakaf-uang-pada-tabung-wakaf-indonesia-dompet-dhuafa-republika. html.
55
laboratorium, dan ruang rawat inap di gedung yang berlantai empat. Untuk
dapat menjadi anggota di LKC adalah orang miskin yang dibuktikan
dengan surat keterangan miskin dari RT dan Kantor Lurah. Kemudian
LKC akan melakukan Survei ke lapangan untuk membuktikan apakah
calon anggota memenuhi standar dhuafa yang ditetapkan LKC. Lembaga
ini sudah melayani pasien dari kawasan Jakarta, Bogor, Depok,
Tanggerang, dan Bekasi bahkan dari Tasikmalaya.
d. Sarana Layanan Sosial
Pendisribusian wakaf yang diperuntukan bagi Sarana Layanan Sosial
disalurkan TWI kedalam program Wisma Mualaf, Rumah Cahaya,
Pembangunan Masjid dan Zona Madina.
1) Wisma Mualaf
Wisma Mualaf merupakan wakaf nontunai yang dipercayakan seorang
wakif kepada TWI dan didirikan di kawasan Bintaro Utara. Program
ini diresmikan pada tanggal 30 Agustus 2008 bertepatan dengan
tanggal 1 Ramadhan 1429 H. Program Wisma Mualaf bertujuan untuk
membantu para mualaf serta merupakan kerja sama antara Dompet
Dhuafa dengan TWI dan Yayasan Ariematea. Sejak diresmikan,
wisma ini telah berfungsi sepenuhnya sebagai tempat tinggal sekaligus
pembinaan bagi para mualaf. Para mualaf yang tinggal ditanggung
kebutuhan rohani dan jasmaninya oleh wisma. Sekeluar dari wisma
56
mereka diharapkan menjadi diri dan da’iyah yang mandiri, kokoh
akidah, teguh menegakkan syari’at, dan mulia dalam berakhlak.
2) Rumah Cahaya
Rumah Cahaya merupakan sarana yang berfungsi sebagai
perpustakaan. Rumah Cahaya memiliki sumber bacaan bermutu yang
bisa dinikmati masyarakat. Selain berfungsi sebagai perpustakaan,
Rumah Cahaya juga bekerjasama dengan Forum Lingkar Pena (FLP)
untuk memberikan pelatihan penulisan kepada masyarakat umum. Saat
ini TWI menjadikan Rumah Cahaya sebagai salah satu program
pengembangan wakaf terpadu.
3) Pembangunan Masjid
Pada dasarnya, TWI tidak menghimpun dana wakaf secara khusus
untuk wakaf masjid karena TWI menganggap hal tersebut dapat
dilakukan oleh masyarakat dengan mudah. TWI hanya menyalurkan
dana wakaf kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan
pembangunan masjid tetapi sangat kesulitan mencari sumber dana.
Program wakaf utuk masjid ini, dilakukan dengan menyalurkan dana
wakaf yang diterima dari masyarakat yang meminta dana wakafnya
disalurkan untuk rumah ibadah. Dana wakaf yang telah disalurkan
TWI untuk pembangunan masjid antara lain telah diberikan untuk
bantuan pembangunan masjid di Maumere Nusa Tenggara Timur
57
sebesar Rp37.512.000,00 pada bulan Juli 2008 dan pembangunan
Masjid al-Wafa di Yogyakarta sebesar Rp454.767.200,00.
4) Zona Madina
Di antara program yang dicanangkan TWI adalah proyek Wakaf City
di Parung, Bogor Jawa Barat. Program ini menjadi bagian program
Kawasan Pengembangan Masyarakat Terpadu Dompet Dhuafa Zona
Madina. Pemilihan wilayah Parung, selain memadukan program yang
sudah ada, seperti Lembaga Pengembangan Isani (LPI) dan program
lain. Wilayah tersebut juga punya perilaku sosial yang bersumber dari
kemiskinan, baik moral maupun ekonomi. Oleh karenanya, Dompet
Dhuafa Republika merasa perlu membangun contoh sebuah
kawasan/komunitas yang diberdayakan secara terpadu.
Kawasan Zona Madina meliputi radius 5 Km, didalamnya teerdapat
program pemberdayaan yang dilakukan secara terpadu, sekaligus
sebagai wahana edukasi dan rekreasi sosial masyarakat. Kawasan yang
merupakan Integrated Islamic Community Development ini merupakan
lahan yang diperoleh dari wakaf uang, dirancang memiliki masjid,
rumah sakit, sekolah menengah ungggulan, komplek rumah susun
sederhana, area bisnis bagi UKM, perpustakaan digital, gedung
pelatihan, arena outbond, sarana oleh raga, gedung pertemuan, pusat
perkantoran, lembaga pemberdayaan, guest house, pom bensin, dan
foodcourt. Wakaf City didesain sebagai area komersial yang akan
58
mensuplai surplusnya untuk program-program sosial di wilayah Zona
Madina. Kawasan ini adalah model pemberdayaan zakat dengan
kombinasi wakaf uang dengan upaya pengembangan sektor ril dan
direncanakan akan selesai dibangun pada tahun 2013.
C. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN WAKALA AL-WAKIF
Pada tanggal 16 Juli 2008, Tabung Wakaf Indonesia (TWI) mendirikan
sebuah anak perusahaan yang bernama Wakala Al-Wakif. Wakala Al-Wakif
merupakan produk pengelolaan mata uang dinar dan dirham yang berada dalam
jaringan TWI. Lokasi keberadaan Wakala Al-Wakif berada satu gedung dengan
TWI yang terletak di Jl. Radio Dalam Raya, Komplek Perkantoran Margaguna
No. 11, Jakarta Selatan.
Wakala Al-Wakif didirikan dengan modal sebesar Rp. 85.000.000,00.
Modal ini diperoleh TWI dengan memakai dana kas di DDR. Dengan modal ini
Wakala Al-Wakif memperoleh 65 koin dinar. Selama satu tahun berdiri, Wakala
Al-Wakif sudah mampu mengembalikan modal awal yang dipinjamnya dari
DDR. Visi Wakala Al-Wakif adalah “menegakkan rukun zakat dan muamalah”,
sebagaimana yang dinyatakan dalam fiqh, bahwa nisab penarikan dan
pembayaran zakat mal hanya sah dilakukan dengan menggunakan dinar dan
dirham. Adapun misi wakala Al-Wakif adalah “mengedarkan koin dinar dan
dirham”.
59
TWI menghadirkan wakala ini dikarenakan beberapa hal. Pertama, wakala
adalah salah satu infrstruktur mendasar dalam sistem ekonomi Islam. Di zaman
Khalifah Umar Bin Khatab, wakala telah menancapkan dasar-dasar yang kuat
bagi ekonomi Islam yang terbukti memberikan kesejahteraan bagi banyak orang
dan merupakan kalis dari sistem ribawi yang diharamkan Al-Qur’an.5 Kedua,
sebagai respon atas penggunaan mata uang dinar dan dirham yang semakin
memasyarakat di Indonesia. ketiga, dengan adanya wakala diharapkan dapat
memberikan kemudahan bagi masyarakat yang hendak melaksanakan sunah
Rasul yaitu berwakaf dengan dinar dan dirham, sehingga TWI dapat
mengembangkan nilai wakaf uang yang dihimpunnya dimana nilai pokok dari
wakaf uang akan semakin banyak menghasilkan manfaat yang pada gilirannya
bisa dinikmati oleh masyarakat banyak.
Orientasi wakala dalam menjalankan usahanya tidak berorientasi pada bisnis
semata. Dalam menjalankan usahanya ini wakala hanya mengambil keuntungan
dari penjualan dinar yang disebut harga jual-harga beli. Hal yang dimaksud
adalah wakala al-wakif ini hanya memperoleh fee dari biaya cetak dan biaya
distribusi koin dinar dan dirham tersebut. Dalam wakala tidak terdapat akad
mudharabah pada produk dinarnya, karena wakala bernaggapan bahwa dinar
merupakan mata uang dan bukan sebagai komoditas yang bisa dibisniskan. Akan
5 TWI, “Tentang Tabung Wakaf Indonesia”, artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari
http//www.twi.com/2008/08/ tentang-tabung-wakaf-indonesia. html.
60
tetapi, akad yang digunakan terhadap produk ini adalah akad murabahah (jual-
beli).
D. MEKANISME KINERJA WAKALA AL-WAKIF
Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga pengelolaan mata uang dinar
dan dirham, Wakala Al-Wakif memiliki beberapa produk, diantaranya adalah
produk jual-beli dinar. Jual beli koin dinar dan dirham merupakan produk utama
Wakala Al-Wakif. Koin Dinar dan dirham diperoleh Wakala Al-Wakif dari
Wakala Induk Nusantara (WIN) yang membawahi Wakala Umum seperti
Wakala Al-Wakif. WIN tidak langsung melayani publik, fungsinya adalah hanya
sebagai pusat distribusi Dinar Emas Islam dan Dirham Perak Islam. Dinar dan
dirham sendiri, diproduksi oleh PT Logam Mulia Indonesia, anak perusahaan PT
Aneka Tambang dengan standar WITO (World Islamic Trading Organization).
Selain melayani jual beli koin dinar dan dirham, Wakala Al-Wakif di awal-
awal pendiriannya juga menyediakan layanan penitipan koin dinar dan dirham,
akan tetapi karena disebabkan oleh beberapa hal, seperti sedikitnya peminat yang
akan menitip koin maka program penitipan tersebut ditiadakan lagi. Pada
prinsipnya, Wakala Al-Wakif menerima koin dinar dari koin dinar selain yang
terbitkan oleh WIN. Akan tetapi, koin dinar tersebut akan dilebur kembali oleh
WIN untuk dicetak ulang menjadi dinar yang sesuai dengan yang terdapat di
WIN. Koin dinar yang di ada di Wakala Al-Wakif yaitu koin emas yang
memiliki berat 4,25 gr dengan kadar 22 karat. Sedangkan dirhamnya terbuat dari
61
perak murni dengan berat 2,975 gr. Adapun koin dinar yang dijual Wakala Al-
Wakif terdiri dari 1 dinar, 1/2 dinar, dan 1/4 dinar. Sedangkan untuk dirhamnya
terdiri dari 1 khamsah (setara dengan 5 koin dirham), 2 dirham, 1 dirham, 1/2
dirham, dan 1/6 dirham. Hingga bulan Juli 2010 total penjualan koin dinar dan
dirham di Wakala ini mencapai 2936 koin dan untuk total pembelian kembali
(buy-back) mencapai 1072 koin.6
6 Wawancara pribadi dengan Mariana Ulfah, Jakarta, 3 Agustus 2010.
BAB IV
EFEKTIVITAS PERAN WAKALA AL-WAKIF TERHADAP
PERKEMBANGAN TABUNG WAKAF INDONESIA (TWI)
A. POLA KERJA TABUNG WAKAF INDONESIA DAN WAKALA AL-
WAKIF
Secara organisasi, TWI masih berada di bawah naungan Yayasan Dompet
Dhuafa Republika (DDR). Hampir dari kesemua program yang ada pada TWI
disinergikan dengan skema kegiatan DDR lainnya, yaitu mengikuti skema dana
dari zakat, infak, dan sedekah. Begitu juga secara administrasi keuangan, TWI
dalam hal ini hanya berfungsi sebagai penghimpun dana wakaf. Setiap program
yang telah direncanakan TWI harus diusulkan dan mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari DDR. Program yang memerlukan investasi wakaf uang
diatas Rp 100 juta harus terlebih dahulu disetujui oleh DDR.1
Sebagai salah satu upaya mengembangkan nilai wakaf uang yang
dihimpunnya, TWI mengahadirkan produk wakala, yaitu produk pengelolaan
mata uang dinar dan dirham. Nilai pokok dari wakaf uang yang dihimpunnya
diharapkan akan semakin banyak menghasilkan manfaat yang pada gilirannya
bisa dinikmati oleh masyarakat banyak. Selain melaksanakan fungsi utamanya
1 Rozalinda, “Pengelolaan Wakaf Uang pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dompet
Dhuafa Republika”, artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari http//www.google.com/2010/05/pengelolaan-wakaf-uang-pada-tabung-wakaf-indonesia-dompet-dhuafa-republika. html.
62
63
sebagai lembaga pengelola mata uang dinar dan dirham, Wakala Al-Wakif juga
ikut membantu TWI melalui layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham yang
dimiliki TWI.
Wakala al-wakif sebagai salah satu unit yang berada dibawah naungan TWI
membantu para wakif yang hendak menukarkan rupiahnya untuk berwakaf
dengan koin dinar dan dirham. Layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham
merupakan suatu inovasi terbaru yang dilakukan TWI. Keberadaan layanan ini
hadir sejak Wakala Al-Wakif di TWI berdiri. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan masyarakat yang ingin berwakaf dengan dinar dan dirham sebagai
salah satu bentuk sunnah rasul. Dengan ini, diharapkan nilai pokok dari wakaf
uang semakin banyak menghasilkan manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat.
Orang yang hendak mewakafkan hartanya dalam bentuk koin dinar dan
dirham harus terlebih dahulu menukarkan mata uang rupiahnya ke Wakala Al-
Wakif. Setelah ditukarkan, koin yang hendak diwakafkan tersebut diserahkan
kepada TWI. TWI tidak membatasi berapa jumlah koin yang akan diwakafkan
dan wakif berhak menentukan pada program apa koin tersebut akan disalurkan.
Untuk selanjutnya, TWI memisahkan antara wakaf koin dan wakaf uang, lalu
menyimpan koin tersebut di Save Deposit Box (SDB) yang dimilikinya. Jika
akan digunakan barulah koin tersebut diambil kembali dari SDB dan ditukarkan
kedalam bentuk mata uang rupiah, dari penukaran ini diharapkan ada nilai
lebihnya. Setelah dikonversi tersebut TWI langsung mengelolanya keberbagai
64
program yang dimiliknya, setelah itu surplus yang dihasilkan kemudian akan
disalurkan kepada mauquf alaih.
Wakala
1. Wakif menukarkan mata uang rupiah ke koin dinar atau dirham.
2. Setelah ditukarkan wakif menyerahkan koin dinar dan dirham untuk
diwakafkan ke TWI.
3. TWI memisahkan antara koin dinar atau dirham dengan uang rupiah.
4. Koin dinar atau dirham disimpan di Safe Deposit Box
5. Ketika akan digunakan koin tersebut ditukarkan kembali kedalam mata
uang rupiah di Wakala Al-Wakif.
6. Kemudian setelah ditukarkan uang tersebut masuk ke dana wakaf TWI.
7. Setelah itu, TWI mulai mengelola wakaf uang yang diperolehnya tersebut
keberbagai program yang dimilikinya
WAKIF
al Wakif
TWI Manajemen Investasi
Koin Dinar dan
dirham
Uang Rp.
SDB
1 2 Mauquf ‘Alaih8
6 7
3
4
5
65
8. TWI mendistribusikan surplus dari pengelolaan wakaf tersebut kepada
mauquf ‘alaih.
B. EFEKTIVITAS PERAN WAKALA AL-WAKIF TERHADAP
PERKEMBANGAN TABUNG WAKAF INDONESIA
Efektivitas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam mencapai
sasaran-sasaran (hasil akhir) yang telah ditetapkan secara tepat. Pencapaian hasil
akhir yang sesuai dengan target waktu yang yang telah ditetapkan dan ukuran
maupun standar yang berlaku mencerminkan suatu perusahaan tersebut telah
memperhatikan operasionalnya.2 Efektivitas peran Wakala Al-Wakif terhadap
Perkembangan TWI yang penulis maksud dapat dilihat dari dua faktor, yaitu
dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah wakif TWI dan dilihat dari penerimaan
dana TWI tiap tahunnya.
TABEL I
JUMLAH WAKIF TWI DARI TAHUN 2005-2009
113
446 49
4
839 91
1
0
200
400
600
800
1000
2005 2006 2007 2008 2009
TAHUN
JUM
LAH
WAK
IF
2Amirullah, dan Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, ed. Ke-2, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2004), h.8.
66
Berdasarkan tabel diatas, jumlah wakif TWI dari tahun ke tahun cenderung
meningkat, dimulai dari awal berdirinya TWI yaitu pada tahun 2005 hingga
tahun 2009. Akan tetapi, tabel diatas menunjukkan bahwa peningkatan yang
signifikan terjadi pada tahun 2008. Pada tahun 2007 jumlah wakif di TWI hanya
494 orang, sedangkan pada tahun 2008 jumlah wakif meningkat menjadi 839
orang, dan pada tahun 2009 jumlah wakif juga terus meningkat menjadi 911
orang. Hal ini, menunjukkan berdirinya Wakala Al-Wakif pada tahun 2008
tersebut telah ikut mempengaruhi pertumbuhan jumlah wakif di TWI. Adapun
pengaruh tersebut antara lain dikarenakan respon yang cukup baik dari
masyarakat terhadap koin dinar dan dirham, dan juga terhadap program layanan
bayar wakaf dengan dinar dan dirham di TWI, yang mana koin dinar dan dirham
tersebut diperoleh wakif dengan terlebih dahulu menukarkan mata uang rupiah
yang dimiliknya ke Wakala Al-Wakif.3
3 Wawancara pribadi dengan Mariana Ulfah, Jakarta, 3 Agustus 2010.
67
Sumber: Data TWI
PENJUALAN DINAR & DIRHAM
PERIODE AGUSTUS 2008 – JULI 2009
No Bulan Penjualan
2 dnr 1 dnr
1/2
dnr
1/4
dnr
1
khmsa
2
drhm
1
drhm
1/2
drhm
1/6
drhm
1 Agustus 0 159 14 0 7 0 0 0 0
2 September 0 311 19 0 3 0 317 0 0
3 Oktober 0 157 12 1 1 6 3 0 0
4 Nopember 0 98 2 1 0 3 101 0 0
5 Desember 0 431 6 0 1 22 106 0 0
6 Januari 0 105 2 0 0 15 75 0 0
7 Februari 0 149 6 0 0 40 81 0 0
8 Maret 0 128 10 0 0 14 49 0 0
9 April 0 17 2 0 3 7 13 0 0
10 Mei 0 67 9 0 4 1 60 6 12
11 Juni 0 83 7 0 13 8 3 0 18
12 Juli 0 100 8 0 2 10 18 10 0
Total Penjualan 0 1805 97 2 34 126 826 16 30
Rata-Rata
Penjualan 0 150 8 0 3 11 69 1 3
68
Respon terhadap koin dinar dan dirham dapat dilihat dari penjualan koin-koin
tersebut di Wakala Al-Wakif. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwasanya
Wakala Al-Wakif tidak menjual koin 2 dinar pada periode tersebut, akan tetapi
di tahun 2010 Wakala Al-Wakif telah menjual koin 2 dinar. Keseluruhan
penjualan koin-koin pada periode tersebut telah mencapai 2936 koin dinar dan
dirham. Total penjualan tersebut tentu sangatlah banyak diawal berdirinya
wakala. Bahkan, dalam kurun waktu satu tahun Wakala Al-Wakif telah mampu
mengembalikan modal usaha yang dipinjamnya dari Dompet Dhuafa Republika
(DDR) sebesar Rp. 85 juta. Hal ini tentu menggembirakan bagi TWI, karena
dengan mandirinya Wakala Al-Wakif maka tidak menutup kemungkinan akan
membuat TWI semakin maju dalam menjalankan usahanya.
Efektivitas Wakala Al-Wakif terhadap perkembangan TWI yang selanjutnya
dilihat berdasarkan dana wakaf yang berhasil dihimpun TWI per tahunnya.
Tabel II
TOTAL PENERIMAAN WAKAF TUNAI TWI
2.10
8.92
0.10
0
1.31
3.55
9.28
0
1.94
0.21
8.27
1
1.94
3.49
5.77
7
3.63
7.70
0.17
6
5.44
4.84
7.05
5
0
1.000.000.000
2.000.000.000
3.000.000.000
4.000.000.000
5.000.000.000
6.000.000.000
2005 2006 2007 2008 2009 2010
TAHUN
(RUP
IAH)
69
Tabel II diatas menggambarkan total penerimaan wakaf tunai yang berhasil
dihimpun TWI dari tahun 2005 hingga Juni 2010. Meskipun terdapat sejumlah
wakif yang berwakaf dengan koin dinar dan dirham, total penerimaan dana
wakaf tunai ini telah di konversi kedalam bentuk mata uang rupiah. Hal tersebut
dimaksudkan agar lebih mudah dalam penyampaiannya. Berdasarkan tabel
diatas, penerimaan dana TWI dari tahun ketahun cenderung meningkat, hanya
saja pada tahun 2006 sedikit menurun. Namun, sejak berdirinya Wakala Al-
Wakif pada tahun 2008 jumlah dana yang berhasil dihimpun TWI terus
meningkat hingga per Juni 2010, dari Rp. 1.943.495.777 pada tahun 2008
mencapai Rp. 5.444.847.055 di tahun 2010.
Sejak awal berdirinya pada tahun 2008 hingga Juni 2010, TWI berhasil
mengumpulkan wakaf koin sebanyak 15 koin dinar dan 27 koin dirham.
Sedangkan pada periode Juli 2009 hingga April 2010 TWI berhasil
mengumpulkan wakaf koin sebanyak 7 koin dinar dan 24 koin dirham. Meskipun
masih sangat sedikit jumlah koin yang diwakafkan dibandingkan dengan total
penjualan koin dinar dan dirham diatas, koin-koin tersebut sangatlah berarti,
terutama dari surplus yang dihasilkannya setelah beberapa tahun kemudian
dikonversikan kedalam rupiah. Dengan banyaknya surplus yang dihasilkan
tersebut maka akan semakin banyak mauquf ‘alaih yang dapat merasakan
manfaatnya.
70
Pada tahun 2009 TWI telah memberikan 3 dinar untuk mauquf ‘alaih binaan
Masyarakat Mandiri (MM). Koin tersebut diserahkan dengan akad hibah kepada
MM. MM menjadikan tiga koin dinar tersebut sebagai tambahan modal bagi para
pedagang bakso binaan MM yang ada di Cipinang.
C. PELUANG DAN HAMBATAN
Peluang dan hambatan merupakan faktor penting dalam kemajuan suatu
perusahaan. Jika seseorang mampu membaca peluang dalam menjalankan
usahanya, maka akan mudah baginya untuk mengembangkan usaha yang
dijalankannya. Akan tetapi, jika terdapat hambatan dalam usaha yang
dijalankannya maka hal ini tentu menjadi salah satu kendala sekaligus tantangan
bagi usaha tersebut. Seseorang yang yang memiliki hamatan dalam usahanya,
maka tentu ia akan mencari solusi untuk mengatasi masalahnya tersebut agar
dapat terus mengembangkan usahanya. Dalam hal menjalankan usahanya,
Tabung Wakaf Indonesia juga memiliki berbagai macam peluang dan hambatan.
Adapun peluang yang ada adalah:
1. Respon masyarakat terhadap produk koin dinar dan dirham sangat tinggi,
diiringi dengan tingginya respon masyarakat terhadap layanan bayar wakaf
dengan koin dinar dan dirham.
2. Koin dinar dan dirham terbukti bebas riba dan inflasi, sehingga bisa
menghasilkan surplus yang lebih besar, sehingga manfaatnya bisa lebih
optimal bagi umat.
71
3. Kemandirian Wakala Al-Wakif akan sangat membantu usaha yang dijalankan
TWI sehingga TWI kelak bisa mandiri.
Hambatan yang ada adalah:
1. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai wakaf uang.
Meskipun undang-undang wakaf telah lama disahkan yaitu pada tahun 2004
yang lalu, masyarakat kita banyak yang belum mengerti betul dengan wakaf
uang, karena pengertian yang lebih dulu ditanamkan kepada masyarakat kita
adalah wakaf pada hakikatnya berbentuk asset atau benda tak bergerak seperti
tanah, bangunan, dan masjid.
2. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dengan koin dinar dan
dirham.
Koin dinar dan dirham merupakan sesuatu yang baru dikenal dalam
masyarakat kita. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dengan
koin dinar dan dirham berawal dari ketidaktahuan masyarakat terhadap
produk koin tersebut. Selain itu, koin-koin ini belum diakui secara
internasional, dimana tidak semua negara menggunakan koin-koin ini sebagai
alat transaksi pada umumnya.
3. Koin dinar dan dirham tidak berlaku didunia internasional sebagaimana
dollar.
Jika saja koin dinar dan dirham diakui secara internasional sebagaimana
dollar, maka tentu hal ini akan lebih menarik minat masyarakat untuk segera
berwakaf dengan dinar dan dirham.
72
4. Adanya spekulan-spekulan yang ingin mendapatkan keuntungan sebanyak-
banyaknya dari penjualan koin dinar dan dirham yang telah dimiliknya.
Ketika rate atau nilai koin dinar dan dirham meningkat maka akan banyak
sekali orang yang menukarkan kembali koin dinar dan dirham yang
dimilikinya kedalam mata uang rupiah. Orang-orang tersebut biasa disebut
spekulan. Saat rate dinar dan dirham sedang menurun mereka membeli
sebanyak-banyaknya koin tersebut, mereka sengaja membelinya agar nilai
uang yang mereka miliki ketika membeli koin tersebut bertambah banyak saat
mereka tukarkan lagi dikemudian hari ketika rate koin tersebut naik. Untuk
menyiasati hal ini, Wakala Al-Wakif harus memiliki stock atau cadangan
yang cukup banyak terhadap koin-koin tersebut. Selain itu, Wakala Al-Wakif
juga mengenakan biaya sekitar 4% dari penjualan kembali koin-koin tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Wakala Al-Wakif merupakan salah satu anak perusahaan dari TWI. Wakala
Al-Wakif didirikan oleh TWI sebagai salah satu upaya mengembangkan nilai
wakaf uang yang dihimpunnya. Nilai pokok dari wakaf uang yang
dihimpunnya diharapkan akan semakin banyak menghasilkan manfaat yang
pada gilirannya bisa dinikmati oleh masyarakat banyak.
Selain melaksanakan fungsi utamanya sebagai lembaga pengelola mata uang
dinar dan dirham, Wakala Al-Wakif juga ikut membantu TWI melalui layanan
bayar wakaf dengan dinar dan dirham yang dimiliki TWI. Adapun pola kerja
Wakala Al-Wakif dan TWI dapat diilustrasikan sebagai berikut.
1WAKIF Wakala al Wakif
TWI Mauquf ‘alaih
Koin Dinar dan
dirham
Uang Rp.
SDB
2 Mauquf ‘Alaih8 6 7
3
4
5
73
74
Keterangan:
1. Wakif menukarkan mata uang rupiah ke koin dinar atau dirham.
2. Setelah ditukarkan wakif menyerahkan koin dinar dan dirham untuk
diwakafkan ke TWI.
3. TWI memisahkan antara koin dinar atau dirham dengan uang rupiah.
4. Koin dinar atau dirham disimpan di Safe Deposit Box
5. Ketika akan digunakan koin tersebut ditukarkan kembali kedalam mata
uang rupiah di Wakala Al-Wakif.
6. Kemudian setelah ditukarkan uang tersebut masuk ke dana wakaf TWI.
7. Setelah itu, TWI mulai mengelola wakaf uang yang diperolehnya tersebut
keberbagai program yang dimilikinya
8. TWI mendistribusikan surplus dari pengelolaan wakaf tersebut kepada
mauquf ‘alaih.
2. Efektivitas peran Wakala Al-Wakif terhadap Perkembangan TWI dapat dilihat
dari dua faktor, yaitu dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah wakif TWI dan
dilihat dari penerimaan dana TWI tiap tahunnya. Berdasarkan hasil analisis,
jumlah wakif TWI dan Penerimaan dana TWI dari tahun ke tahunnya
cenderung meningkat, terlebih lagi sejak Wakala Al-Wakif didirikan,
peningkatannya cukup signifikan. Respon yang tinggi dari masyarakat
terhadap koin dinar dan dirham menjadi salah satu pemicu bagi peningkatan-
peningkatan terhadap jumlah wakif dan penerimaan dana TWI. Mekipun
75
demikian, peningkatan-peningkatan tersebut juga banyak dipengaruhi oleh
kinerja dari team manajemen fundraising.
3. Dalam menjalankan usahanya tersebut, TWI tentu memiliki peluang-peluang
dalam mengembangkan usahanya. Peluang tersebut antara lain:
a) Respon masyarakat terhadap produk koin dinar dan dirham sangat tinggi,
diiringi dengan tingginya respon masyarakat terhadap layanan bayar
wakaf dengan koin dinar dan dirham.
b) Koin dinar dan dirham terbukti bebas riba dan inflasi, sehingga bisa
menghasilkan surplus yang lebih besar.
c) Kemandirian Wakala Al-Wakif akan sangat membantu usaha yang
dijalankan TWI sehingga TWI kelak bisa mandiri.
Selain peluang yang ada, TWI juga mendapatkan berbagai macam
hambatan dalam menjalankan usahanya, antara lain:
a) Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai wakaf uang.
b) Kurangnya kesadaran masyarakat untuk berinvestasi dengan koin dinar
dan dirham.
c) Koin dinar dan dirham tidak berlaku didunia internasional sebagaimana
dollar.
d) Adanya spekulan-spekulan yang ingin mendapatkan keuntungan
sebanyak-banyaknya dari penjualan koin dinar dan dirham yang telah
dimiliknya.
76
B. SARAN
1. Bagi Wakala Al-Wakif
a. Wakal Al-Wakif sebagai penjual koin dinar dan dirham, diharapkan agar
memperbanyak promosi atau iklan di berbagai media cetak/ elektronik
agar banyak masyarakat yang lebih mengenal koin dinar dan dirham.
b. Menjalin kerjasama ke berbagai instasi keagamaan untuk bisa
mengembangkan atau menyebarluaskan koin dinar dan dirham.
2. Bagi TWI
a. TWI selaku nazhir wakaf diharapkan dapat menghimpun, mengelola, dan
mengalokasikan harta wakaf dengan baik, yakni sejalan dengan aturan
syariah Islam, baik dalam bentuk wakaf beda bergerak dan benda tak
bergerak.
b. Harta wakaf yang dihimpun TWI diharapkan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat kearah yang lebih baik lagi, sehingga dapat
mengentaskan kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan permasalahan-
permasalahan ekonomi lainnya.
c. TWI diharapkan dapat lebih giat dalam hal mensosialisasikan wakaf uang
dan terus menarik masyarakat agar mau berwakaf dengan dinar dan
dirham ebagaimana layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham yang
disediakannya.
77
d. Pada akhirnya, wakaf diharapkan menjadi penggerak perekonomian umat
seperti efek bola salju, semakin lama semakin besar membawa
kemaslahatan umat.
3. Bagi Pemerintah
a. Pemerintah hendaknya terus mendukung keberadaan lembaga-lembaga
sosial keagamaan seperti lembaga perwakafan, karena lembaga-lembaga
seperti ini berpeluang besar dalam membantu pemerintah menyelesaikan
permasalahan ekonomi dalam negara.
b. Mengingat terdapat banyak kegunaan atau manfaat dari koin dinar dan
dirham, diantaranya nilai inflasi yang dimilikinya adalah nol, hendaknya
pemerintah dapat menjadikan kedua uang bimetal ini sebagai alternatif
mata uang negara kita.
4. Bagi Kalangan Akademisi
a. Para akademisi diharapkan agar mengadakan penelitian lebih lanjut
mengenai dinar dan dirham, agar dinar dan dirham dimasa mendatang
semakin berkembang dan dapat diterima sebagai mata uang alternatif
negara kita. Begitu juga dengan tema-tema perwakafan kontemporer, agar
wakaf bisa lebih berkembang.
b. Para akademisi diharapkan ikut menginformasikan kepada masyarakat
mengenai koin dinar dan dirham dari segala sisinya.
DAFTAR PUSTAKA
“PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010”. Artikel diakses pada 21
Juli 2010 dari http://bps.go.id/2010/03/profil-kemiskinan-di-Indonesia-maret-2010. pdf.
“WAKAF TUNAI”, artikel diakses pada 8 Juli 2010 dari
http://www.bimasislam.depag.go.id/wakaf-tunai. html. Agustianto, “WAKAF UANG DAN PENINGKATAN KESEJAHTERAAN UMAT”.
Artikel diakses pada 8 juli 2010 dari http://www.google.com/2010/08/wakaf-uang-dan- peningkatan-kesejahteraan-umat. html.
Al-Mawardi, Al-Hawi al-Kabir, Tahqiq Dr. Mahmud Mathraji, Juz IX. Beirut: Dar
Al-Fikr, 1994. Amin, A. Riawan, Satanic Finance. Jakarta: Celestial Publishing, 2008. Amirullah, Haris Budiyono, Pengantar Manajemen, ed. Ke-2. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2004. Assauri, Sofyan. Manajemen Pemasaran: dasar, konsep, strategi. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1992. Budianto, Herman, “Masa Depan Wakaf Indonesia”. Artikel diakses pada 10 April
2008 dari http//www.google.com/2008/10/masa-depan-wakaf-Indonesia. html. Cholid Hendra, “Data Tanah Wakaf”. Artikel diakses pada 10 April 2008 dari
http://infowakaf.net/2008/10/data-tanah-wakaf.html. Departemen Agama Republik Indonesia, Fiqh Wakaf. Jakarta:Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005. Departemen Agama Republik Indonesia, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan
Wakaf. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam, 2006. Departemen Agama Republik Indonesia, Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai,
Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf-Dirjen Bimmas Islam, 2006. DIP1 Ec Taufiq Ridho, Lc, Panduan Wakaf Praktis. Jakarta. 2006.
78
79
Hamiwanto, Saikul, dan Bayu, “Dinar dan Dirham: Dua Sejoli yang Direkomendasikan Nabi,” Suara Hidayah, 6 Oktober 2002.
J. Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif. Cet.XVIII. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004. M Iqbal, Dinar The Real Money: Dinar emas uang dan investasiku. Cet. I. Depok:
Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007. M. Iqbal, “Mengenal Dinar Islam”, artikel diakses pada 8 juli 2010 dari
http://geraidinar.com/2008/02/mengenal-dinar-islam.html. M. Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham. Cet. I.
Depok: Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007. Munjid, cet ke-34. Beirut : Darul Machred-Sarl, 1994. Nafis, H.M. Cholil “Menghitung Potensi Wakaf Uang”, artikel diakses pada 8 Juli
2010 dari http//www.google.com/2010/8/ menghitung-potensi-wakaf-uang. html.
Nasution, Mustafa Edwin, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.Jakarta:
Kencana, 2007. Nasution, Mustafa Edwin, Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai: Inovasi Finansial Islam.
Jakarta: Kencana, 2007. Nazir, Moh, Metode Penelitian. cet.V. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003. Ribat Jakarta, “Apa Itu Wakala: Amal dan Penjelasannya”. Artikel diakses pada 8
Juli 2010 dari http//www.google.com/2007/08/apa-itu-wakala-amal-dan-penjelasannya. html.
Rochaety, Ety dan Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara,
2005. Rozalinda, “Pengelolaan Wakaf Uang pada Tabung Wakaf Indonesia (TWI) Dompet
Dhuafa Republika”, Artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari http//www.google.com/2010/05/pengelolaan-wakaf-uang-pada-tabung-wakaf-indonesia-dompet-dhuafa-republika. html.
Sadili, Hasan, Ensiklopedi Bahasa Indonesia. Jilid. II. Jakarta: Ichtiar baru-Van
Hoeve, 1980.
80
Saidi, Zaim “Kembalinya Wakaf Dirham dan Dinar”. Artikel diakses pada 8 juli 2010 dari http://zaimsaidi.org/tag/wakaf/kembalinya-wakaf-dirham-dan-dinar.html.
Saidi, Zaim, Kembali Ke Dinar: Tiggalkan Riba Tegakkan Muamalah. Depok:
Pustaka Adina, 2005. Sujadi F.X.O & M, Penunjang Berhasilnya Proses Manajemen. Cet. III. Jakarta: CV.
Masagung, 1990. Suryabrata, Sumadi, Metodelogi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004. T. Hani Handoko, Manajemen. Ed.II, Yogyakarta: BPEF, 1993. TWI, “Tentang Tabung Wakaf Indonesia”. Artikel diakses pada 10 Agustus 2010 dari
http//www.twi.com/2008/08/ tentang-tabung-wakaf-indonesia. html. Umar, Husein, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali
Pers, 2004. Zallun, Abdul Qadim, Sistem Keuangan di Negara Khalifah. Bogor: Pustaka Thariq
Al-Izzah, 2002. Zunaidi, Acham, Thobieb A-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya
Progresif Untuk Kesejahteraan Umat, Cet. III. Jakarta: Mitra Abadi Press, 2006.