perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
EFEKTIVITAS PENARIKAN RETRIBUSI PASAR
DI KOTA SURAKARTA
Disusun oleh:
NIKEN RUSI PAMUNGKAS
D0108087
S K R I P S I
Disusun Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Ilmu Administrasi
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
Drs. Sukadi, M.Si NIP. 19470820 197603 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada hari : Kamis
Tanggal : 28 Juni 2012
Panitia Penguji :
1. Dra. Hj. Lestariningsih, M.Si ( ………………… ) NIP. 19531009 198003 2 003 Ketua
2. Drs. Suryatmojo, M.Si ( ………………… ) NIP. 19530812 198601 1 001 Sekretaris
3. Drs. Sukadi, M.Si ( ………………… ) NIP. 19470820 197603 1 001 Penguji
Mengetahui,
Dekan
Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 19540805 198503 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Memayu hayuning pribadi; memayu hayuning kulawarga; memayu hayuning sesama; memayu hayuning bawana”.
(Kata-kata Bijak)
“Dari-Mu yang tak pernah terlihat,mulai nampak, merangkak, berjalan & menunduk. Dari putih bersinergi dengan hitam dan asa sebuah warna... Sebuah perjalanan menuju malam, api pun akan padam, dari yang ada menuju ketiadaan.. segala arah menuju Manunggaling Kawulo Gusti”
(Hantyan G T R)
Jangan batasi dirimu dengan kata “Menyerah”. Kegagalan hanya sementara. Percaya diri, terus berusaha, dan katakan “AKU BISA”. Dan apapun yang terjadi, jangan dijadikan beban. Berserah diri sepenuhnya
pada Tuhan, dan yakin Tuhan telah merencanakan yang terbaik. (Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
♥ Kedua orang tuaku tercinta untuk kasih sayang, doa, nasehat,
dan dukungan yang tidak pernah habis diberikan…
♥ Kakak-kakakku tersayang dan keponakan-keponakanku
tercinta.. yang selalu mendukung dan mewarnai hari-hariku…
♥ Hantyan Galih Tri Rukmana… yang selalu memberi dukungan,
doa, perhatian, dan motivasi.. ☺
♥ Mbak Ayuk, Mbak Inggil dan Sahabat-sahabatku : Ling2
Linglung, ErikaBeck, Anggyuunn, Nurynthull, Dwix Ndobek
serta teman-teman angkatan 2008 khususnya AN A yang selalu
menemani dan mendukungku selama ini..
♥ Chrizz, Nana, Adit, Mbak Diana, dan Leksi terimakasih atas
keceriaannya dan kegilaannya..
♥ Almamaterku Administrasi Negara 2008 UNS.
♥ Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
proses penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta” ini
merupakan tugas akhir penulis dalam menyelesaikan studi dan memenuhi salah
satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana sosial di Program Studi Ilmu
Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP), Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta.
Dalam kesempatan ini dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati,
penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu,
mengarahkan dan memberi dorongan hingga tersusunnya skripsi ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Sukadi, M.Si selaku Pembimbing, yang senantiasa memberi bimbingan,
arahan, dan motivasi dengan sabar dan ikhlas sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
2. Drs. Ali, M.Si selaku Pembimbing Akademik, terima kasih atas bimbingan
akademis yang telah diberikan selama ini.
3. Prof. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret.
4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret.
5. Segenap dosen Jurusan Ilmu Administrasi yang telah memberikan
pengetahuan dan pemikirannya selama penulis menempuh studi.
6. Bapak Anton Herdinarto, S.Sos selaku Sekretaris Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang
Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
memberikan bantuan, informasi, dan semua hal yang penulis butuhkan demi
kelancaran skripsi ini.
8. Petugas yang terlibat dalam penarikan retribusi pasar yang banyak
memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan
skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kemampuan dalam
skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak. Amin.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
ABSTRACT .................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 9
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Keuangan Daerah ................................................................................ 11
B. Retribusi Daerah .................................................................................. 16
C. Retribusi Pasar .................................................................................... 22
D. Efektivitas ........................................................................................... 25
E. Kerangka Pikir .................................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 35
B. Lokasi Penelitian ................................................................................. 36
C. Sumber Data ........................................................................................ 36
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 39
E. Teknik Penentuan Informan ................................................................ 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
F. Validitas Data ...................................................................................... 43
G. Teknik Analisa Data ............................................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................. 47
B. Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta ..................... 65
C. Tingkat Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar .................................... 94
D. Hambatan-hambatan yang Dihadapi dan Upaya untuk Mengatasinya 97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 102
B. Saran .................................................................................................... 104
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Target dan Realisasi PAD Kota Surakarta Tahun
Anggaran 2007-2011 ....................................................... 5
Tabel 1.2 Realisasi Retribusi Pasar Kota Surakarta Tahun
Anggaran 2007-2011 ....................................................... 6
Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Negeri Sipil Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Formal Per 1 Desember 2011 .......................................... 61
Tabel 4.2 Komposisi Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta Berdasarkan Kepangkatan
Tahun 2011 ……….......................................................... 62
Tabel 4.3 Jenis Pasar Berdasarkan Klasifikasi Pasar
Kota Surakarta ................................................................. 63
Tabel 4.4 Dasar Tingkat Penggunaan Jasa ....................................... 77
Tabel 4.5 Tarif Retribusi Pelayanan Pasar ....................................... 78
Tabel 4.6 Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai
Tempat Dasaran Pasar …………………………….......... 79
Tabel 4.7 Kriteria Pengukuran Efektivitas …................................... 95
Tabel 4.8 Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2011 …………………………….......... 95
Tabel 4.9 Kriteria Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2011 …………………………….......... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran ........................................... 31
Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif ............................................... 46
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta ................................................................ 57
Gambar 4.2 Contoh Surat Hak Penempatan (SHP) ........................... 69
Gambar 4.3 Contoh Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP) ......... 72
Gambar 4.4 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan
Retribusi Pasar ............................................................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRAK
Niken Rusi Pamungkas. D0108087. Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta. Skripsi. Jurusan Ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012. 105 Halaman.
Sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, retribusi pasar diharapkan mampu mempunyai potensi serta prospek yang cerah melihat keberadaan pasar di Kota Surakarta yang jumlahnya cukup banyak, yaitu 43 pasar. Realisasi penerimaan retribusi pasar yang mengalami peningkatan dan penurunan menunjukkan bahwa potensi retribusi pasar masih dapat untuk dioptimalkan. Penerimaan retribusi pasar tidak lepas dari penarikan retribusi pasar itu sendiri. Dengan penarikan retribusi pasar yang efektif diharapkan dapat meningkatkan penerimaan retribusi pasar sehingga penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terus meningkat sehingga dapat memperlancar pembangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta serta hambatan-hambatan yang dihadapi dan upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan narasumber dan arsip atau dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara wawancara dan dokumentasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Sedangkan untuk validitas data dilakukan dengan triangulasi data. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta dari segi prosesnya sudah efektif. Efektivitas menyangkut semua tahap administrasi penerimaan retribusi yang meliputi penentuan wajib retribusi, penetapan nilai kena retribusi, pemungutan retribusi, penegakan sistem retribusi, dan pembukuan penerimaan. Efektivitas dalam penentuan wajib retribusi sudah efektif karena sudah ada prosedur dan persyaratan-persyaratan yang ada seperti identitas wajib retribusi meliputi SHP dan KTPP. Efektivitas penetapan nilai kena retribusi sudah efektif karena tarif retribusi pasar sudah diketahui dan petugas tidak memiliki wewenang menentukan sendiri. Pemungutan retribusi pasar sudah efektif karena sudah sesuai dengan aturan yang ada. Penegakan sistem retribusi sudah efektif karena petugas dapat melakukan penyegelan yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak main-main dan benar-benar tegas dalam menjalankan peraturan. Pembukuan penerimaan retribusi pasar sudah efektif. Retribusi pasar yang dipungut dibukukan secara cermat dan melalui tahap-tahap untuk mencegah kebocoran hasil retribusi. Apabila dilihat dari segi hasil penarikan, kriteria efektivitas besarnya penarikan retribusi pasar secara keseluruhan pada tahun anggaran 2011 adalah cukup efektif. Hambatan-hambatan yang dihadapi adalah kurangnya ketertarikan pedagang untuk menempati los dan kios yang kosong dan keterbatasan SDM. Sedangkan upaya yang dilakukan adalah dengan mengadakan sosialisasi dan meningkatkan mutu petugas pelaksana retribusi. Kata kunci: efektivitas, penarikan retribusi, retribusi pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan
Pancasila sebagai dasar, tujuan dan pedoman Pembangunan Nasional. Oleh
karena itu, Pembangunan Nasional harus dilaksanakan merata di seluruh tanah
air dan harus benar-benar dirasakan oleh seluruh rakyat sebagai perbaikan
tingkat hidup yang berkeadilan sosial yang menjadi tujuan dan cita-cita
kemerdekaan Indonesia.
Pemerintah Indonesia masih terus berusaha untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat baik material maupun spiritual dalam rangka
mewujudkan tercapainya Pembangunan Nasional yang telah dicita-citakan.
Dalam hal ini dibutuhkan adanya suatu kerjasama atau hubungan timbal balik
antara Pemerintah dengan seluruh Warga Negara Indonesia meliputi seluruh
aspek kehidupan dalam masyarakat baik di bidang ekonomi, politik, hukum,
maupun dari aspek sosial budaya agar tercipta adanya keharmonisan yang
terpadu dan serasi.
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah selain memberikan keleluasaan bagi masing-masing
daerah untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri, juga
memberikan ruang bagi daerah untuk menggali dan mendayagunakan potensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang dimiliki secara optimal. Hal ini dikarenakan setiap daerah dirasa lebih
mengenal dan mengetahui apa yang menjadi potensi daerah, yang mempunyai
peluang untuk dikembangkan, dan apa yang menjadi kekurangan dari masing-
masing daerah untuk selanjutnya diperbaiki. Karena pada dasarnya konsep
dasar otonomi daerah adalah pemerintah pusat memberikan kewenangan yang
luas kepada daerah untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan
daerah masing-masing. Dengan demikian, daerah akan menjadi kreatif untuk
menciptakan kelebihan dalam menunjang kegiatan ekonomi dan pembangunan
daerah, mampu mendorong daerah untuk berprakarsa lebih nyata dan mandiri
dalam merumuskan berbagai prioritas strategi daerah melalui kewenangan
penuh kepada daerah untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi,
mengendalikan, dan mengevalusi berbagai kebijakan sesuai dengan aspirasi
masyarakat.
Seperti yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (5) Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu : “Otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan”. Kewenangan daerah yang dimaksud
adalah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan
moneter, fiskal, dan agama, serta kewenangan bidang lain. Dimana
kewenangan bidang lain tersebut meliputi kebijakan tentang perencanaan
nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, dana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perimbangan keuangan, sistem administrasi negara dan lembaga
perekonomian negara, pembinaan dan pemberdayaan sumber daya manusia,
pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi yang strategis,
konservasi, dan standarisasi nasional. Pelaksanaan Otonomi Daerah perlu
dibarengi dengan antisipasi daerah terhadap segala implikasinya. Salah
satunya adalah tuntutan bagi Pemerintah Daerah agar mandiri dalam
membiayai sebagian besar anggaran pembangunannya. Kemandirian itu dapat
dilihat dari soal pembiayaan atau dana untuk daerah masing-masing dapat
mencukupi atau tidak. Hal itu termasuk apakah daerah itu dapat menggali
segala sumber keuangan yang potensial dari daerah itu sendiri atau tidak,
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu tolok
ukur keberhasilan dalam mencapai kemandirian tersebut dapat dilihat dari
capaian hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berkaitan dengan sumber-sumber penerimaan daerah, Pasal 157
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendapatan daerah adalah :
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yaitu :
a. Hasil pajak daerah;
b. Hasil retribusi daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-lain PAD yang sah;
2. Dana perimbangan; dan
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Sedangkan dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah menyebutkan lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang sah adalah sebagai berikut:
1. Hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan;
2. Jasa giro;
3. Pendapatan bunga;
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
Sumber-sumber pendapatan daerah tersebut di atas perlu terus dikelola
dan diupayakan peningkatannya sehingga berperan dalam rencana
kemandirian pemerintah daerah yang tidak ingin bergantung dari APBN dan
daerah di atasnya. Kota Surakarta sebagai salah satu daerah otonomi yang
berada di wilayah Jawa Tengah selalu berusaha untuk meningkatkan
penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seiring dengan meningkatnya
kebutuhan daerah.
Secara umum, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dari target yang ditetapkan oleh
Pemerintah Kota Surakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari data mengenai
target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta selama 5
(lima) tahun anggaran, yaitu mulai dari tahun anggaran 2007 sampai dengan
tahun anggaran 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Tabel 1.1
Target dan Realisasi PAD Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2011
Tahun Anggaran
Target (Rp) Realisasi (Rp) Prosentase Pencapaian
2007 88.034.379.000 89.430.977.982 101,59%
2008 96.199.901.000 102.929.501.970 106,99%
2009 110.842.157.600 101.972.318.682 92%
2010 114.555.527.815 114.141.348.062 99,64%
2011 159.164.782.000 159.165.544.480 100,001% Sumber : DPPKAD Kota Surakarta (diolah)
Sesuai dengan tabel di atas dapat dikatakan bahwa penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta naik dari tahun ke tahun.
Hanya saja pada tahun 2009 penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Target anggaran tidak tercapai
dengan baik pada tahun 2009 dan tahun 2010, tetapi untuk tahun-tahun
selanjutnya target tersebut dapat tercapai dengan baik.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) tersebut tidak lepas dari
kontribusi penerimaan sumber-sumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang salah satunya adalah Retribusi Daerah. Retribusi Daerah diperoleh dari
pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat.
Diantara bermacam-macam Retribusi Daerah tersebut salah satunya adalah
retribusi pasar. Pasar (tradisional) sebagai sarana dari usaha sektor informal
berperan dalam menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan, terutama
bagi tenaga kerja yang kurang memiliki kemampuan dan keahlian yang
memadai untuk bekerja di sektor formal karena minimnya tingkat pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
yang mereka miliki. Kelompok pedagang pasar tradisional sebagai bagian dari
kelompok usaha kecil adalah kelompok usaha yang tak terpisahkan dari aset
pembangunan nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan
yang sangat strategis dalam turut mewujudkan tujuan pembangunan nasional
pada umumnya dan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya.
Keberadaan pasar di Kota Surakarta jumlahnya cukup banyak, terdapat
43 pasar tradisional yang diantaranya adalah Pasar Klewer, Pasar Nusukan,
Pasar Gedhe, Pasar Legi, Pasar Kembang, Pasar Kliwon, Pasar Sangkrah,
Pasar Triwindu, Pasar Depok, dan lain sebagainya. Sehingga dapat dilihat
bahwa banyaknya pasar di Kota Surakarta sangat berpengaruh terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD) karena adanya pungutan retribusi pasar di
pasar-pasar tersebut. Berikut ini adalah gambaran mengenai realisasi retribusi
pasar Kota Surakarta dari tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun 2011.
Tabel 1.2
Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Pasar Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2007-2011
No. Tahun Anggaran Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Prosentase Pencapaian (%)
1. 2007 6.237.080.000 5.703.392.435 91,44 2. 2008 5.537.330.000 6.200.698.420 111,98 3. 2009 6.200.696.000 6.173.387.525 99,56 4. 2010 6.586.404.000 6.322.989.554 96,00 5. 2011 7.245.042.000 6.262.442.435 86,44
Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama kurun waktu 5 (lima)
tahun terakhir yaitu dari tahun anggaran 2007 sampai dengan tahun anggaran
2011 penerimaan retribusi pasar kota Surakarta mengalami peningkatan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
penurunan. Retribusi pasar mengalami peningkatan pada tahun 2008 dan
tahun 2010. Akan tetapi pada tahun 2009 dan tahun 2011 mengalami
penurunan. Penerimaan retribusi tertinggi yaitu pada tahun 2010 yaitu sebesar
Rp.6.322.989.554,00 dan penerimaan retribusi terendah pada tahun 2007 yaitu
sebesar Rp.5.703.392.435,00. Retribusi pasar dapat mencapai target hanya
pada tahun anggaran 2008 yaitu prosentase pencapaian targetnya 111,98 %,
sedangkan untuk tahun anggaran lain retribusi pasar tidak dapat mencapai
target yang ditetapkan.
Gambaran mengenai realisasi penerimaan retribusi pasar yang
mengalami peningkatan dan penurunan menunjukkan bahwa potensi retribusi
pasar sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih dapat untuk
dioptimalkan sehingga penerimaan retribusi pasar dapat selalu mengalami
peningkatan. Penerimaan retribusi pasar tidak lepas dari penarikan retribusi
pasar itu sendiri. Dengan penarikan retribusi pasar yang efektif diharapkan
dapat meningkatkan penerimaan retribusi pasar sehingga penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terus meningkat dan dapat memperlancar
pembangunan.
Untuk mencapai hal tersebut pemerintah harus melakukan perbaikan
dan penyempurnaan dalam bidang keuangan daerah yang dikelola secara
efektif. Salah satu perbaikan dan penyempurnaan tersebut adalah
dilakukannya pertanggungjawaban keuangan oleh pemerintah daerah dan
penilaian kinerja keuangan daerah otonom agar dapat diketahui sejauh mana
pemerintah daerah otonom seperti Kota Surakarta mampu melaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
otonomi khususnya di bidang keuangan. Dimensi efektivitas keuangan daerah
otonom merupakan salah satu indikator keberhasilan daerah dalam
merealisasikan penerimaan yang dianggarkan. Dengan demikian, perlu
dilakukan penilaian kinerja keuangan daerah yang lebih komprehensif.
Penarikan retribusi pasar tidak lepas dari peranan Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta. Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sebagai unsur
pelaksana Pemerintah Kota Surakarta di bidang pengelolaan pasar serta
sebagai dinas penggali penerimaan retribusi pasar berkomitmen tinggi agar
penerimaan pasar dapat meningkat dan mencapai hasil yang optimal, sehingga
diharapkan mampu memberikan kontribusi maksimal terhadap Pendapatan
Asli Daerah (PAD) sebagai sumber pembiayaan dalam menggerakkan roda
pemerintahan dan pembangunan daerah. Berdasarkan latar belakang yang
telah dikemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul: “EFEKTIVITAS PENARIKAN RETRIBUSI PASAR DI
KOTA SURAKARTA” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
disusun perumusan masalah sebagai berikut :
“ Bagaimana efektivitas penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta? ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui efektivitas penarikan retribusi pasar di Kota
Surakarta.
b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dalam
efektivitas penarikan retribusi pasar dan upaya yang dilakukan untuk
mengatasi hambatan tersebut.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk menambah pengetahuan dan aspek ilmu administrasi dalam
teori dan praktek.
b. Sebagai sarana untuk dapat menyumbangkan gagasan dan pemikiran
guna perkembangan ilmu pengetahuan administrasi pada umumnya.
c. Untuk memperoleh data yang lengkap dan jelas sebagai bahan untuk
menyusun penulisan administrasi sebagai persyaratan dalam mencapai
gelar kesarjanaan di bidang ilmu administrasi di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu
administrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Dapat menambah pengetahuan tentang efektivitas penerimaan retribusi
pasar di Kota Surakarta.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan masukan bagi semua pihak yang berkepentingan
serta memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b. Untuk memberikan masukan atau sumbangan pemikiran bagi
Pemerintah khususnya Pemerintah Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Keuangan Daerah
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan
daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah self-supporting
dalam bidang keuangan. Dengan kata lain, faktor keuangan merupakan faktor
esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan
otonominya (Kaho, 1991: 123)
Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan
efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan
pembangunan. Keuangan inilah yang merupakan salah satu kriteria untuk
mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya
sendiri.
Agar daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-
baiknya, maka kepadanya perlu diberikan sumber pembiayaan yang cukup. Akan
tetapi mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada daerah,
maka kepada daerah diwajibkan untuk menggali sumber keuangan sendiri
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
1. Pendapatan Daerah
Berdasarkan Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
Daerah, Pendapatan Daerah adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan.
Pendapatan Daerah bersumber dari :
a. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan
Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
Robert Fouchet dan Marcel Guenoun dalam Int. J. Public Sector
Performance Management, Performance Management in Intermunicipal
Authorities (2007: 81) mengemukakan :
“ Decentralisation is an administrative system allowing a human community or a public service to manage themselves according to the legislation. They possess a juridical personality, with self-authority and resources. Its purpose is to better manage a public service or a public activity, thanks to a public organisation different from the state and from local governments. Most of the time, it is a public institution which is autonomous in terms of management.”
(Desentralisasi adalah sistem administrasi yang memungkinkan sebuah komunitas manusia atau pelayanan publik untuk mengelola sendiri sesuai dengan undang-undang. Mereka memiliki kepribadian yuridis, dengan wewenang dan sumber daya sendiri. Tujuannya adalah untuk mengelola layanan publik atau kegiatan publik dengan lebih baik, karena publik berbeda dari negara dan dari organisasi pemerintah daerah. Kebanyakan, itu adalah lembaga publik yang mandiri dalam hal manajemen.)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sumber-sumber dari Dana Perimbangan yang disebutkan pada
Pasal 10 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, adalah :
1) Dana Bagi Hasil
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN
yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase untuk
mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
2) Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum, selanjutnya disebut DAU adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan
pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah untuk mendanai
kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
3) Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus, selanjutnya disebut DAK, adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
c. Lain-lain Pendapatan
Lain-lain pendapatan terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan
dana darurat. Pendapatan ini bertujuan memberi peluang kepada Daerah
untuk memperoleh pendapatan selain Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan dan Pinjaman Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pengertian tentang Pendapatan Asli Daerah tidak sama dengan
Pendapatan Daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber
pendapatan Daerah. Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang
dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “ Pendapatan daerah
yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah,
yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali
pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas
desentralisasi”.
Selanjutnya di dalam penjelasan Undang-Undang tersebut Pendapatan
Asli Daerah (PAD) merupakan “Penerimaan yang diperoleh daerah dari
sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.
Menurut Adrian Sutedi (2008: 12) mengenai Pendapatan Asli Daerah
(PAD) :
“ Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan tulang punggung pembiayaan daerah. Oleh karena itu, kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang diberikan oleh Pendapatan Asli Daerah terhadap total APBD. Semakin besar kontribusi yang dapat diberikan terhadap APBD, berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat sehingga otonomi daerah dapat terwujud.”
Dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 disebutkan
bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-lain PAD yang sah, meliputi :
1) hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan;
2) jasa giro;
3) pendapatan bunga;
4) keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan
5) komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh Daerah.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 158 ayat (1)
ditegaskan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah ditetapkan dengan
Undang-Undang yang pelaksanaannya di daerah diatur lebih lanjut dengan
Perda.
Menurut Adrian Sutedi (2008: 18) sumber keuangan yang berasal dari
Pendapatan Asli Daerah (PAD) lebih penting daripada sumber-sumber
keuangan di luar Pendapatan Asli Daerah (PAD):
“ Dalam pelaksanaan otonomi daerah, sumber keuangan yang berasal dari pendapatan asli daerah lebih penting dibandingkan dengan sumber-sumber di luar pendapatan karena pendapatan asli daerah dapat dipergunakan sesuai dengan prakarsa dan inisiatif daerah, sedangkan bentuk pemberian pemerintah (nonPAD) sifatnya lebih terikat. ”
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Berbagai kegiatan pemerintahan baik tugas pokok maupun tugas pembantuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
harus diimbangi oleh adanya Pendapatan Asli Daerah (PAD), sebagai media
penggerak program Pemerintah Daerah. Agar keberadaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) berjalan lancar, maka jumlah pendapatan minimal seimbang
dengan pengeluaran artinya tidak besar pasak daripada tiang. Oleh karena itu
Pemerintah Daerah harus mempunyai strategi dalam pengelolaan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) terutama dalam meningkatkan Pendapatan Asli
Daerahnya.
B. Retribusi Daerah
1. Pengertian Retribusi
Definisi ataupun batasan pengertian retribusi banyak diberikan oleh
para ahli dengan memberikan definisi yang berbeda. Perbedaan tersebut
sebenarnya pada tekanannya saja. Pada umumnya dari berbagai definisi yang
saling berbeda tersebut sebenarnya saling melengkapi. Menurut Kamus Praktis
Bahasa Indonesia, retribusi didefinisikan sebagai “pengembalian, penggantian
kerugian, pemungutan uang oleh pemerintah”.
Rochmad Sumitro (dalam Adrian Sutedi, 2008: 83) memberikan
definisi retribusi sebagai “Pembayaran kepada daerah yang dilakukan oleh
mereka yang menggunakan jasa-jasa daerah”.
Sedangkan S. Munawir (dalam Adrian Sutedi, 2008: 83-84)
memberikan definisi retribusi :
“ Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik yang secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
merasakan jasa balik dari pemerintah, maka dia tidak dikenakan iuran itu.”
Dari pendapat di atas, terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi adalah :
a. Retribusi dipungut oleh negara
b. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis
c. Adanya kontrapretasi yang secara langsung dapat ditunjuk
d. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan jasa-jasa
yang disiapkan negara.
2. Pengertian Retribusi Daerah
Menurut Mardiasmo (2006: 14), retribusi daerah, yang selanjutnya
disebut retribusi adalah “Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.
Sedangkan menurut Azhari A. Samudra (1995: 273-274) memberikan
definisi Retribusi Daerah :
“ Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena jasa yang diberikan daerah. Dalam hal ini kekecualian tertentu, yaitu pembayaran yang dipungut oleh daerah sebagai penyelenggara perusahaan atau usaha yang dianggap sebagai perusahaan tidak dimaksudkan sebagai retribusi daerah.”
Pengertian retribusi daerah menurut Pasal 1 ayat (26) Undang Undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah
yaitu, “ Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan
Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
orang pribadi atau badan”.
Rohmat Sumitro (dalam Adrian Sutedi, 2008: 74) memberikan
definisi retribusi daerah :
“ Retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasa-jasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan, atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung.”
Dari pendapat tersebut dapat dilihat bahwa setiap pungutan yang
dilakukan pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang
diberikan kepada masyarakat, sehingga keleluasaan retribusi daerah terletak
pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi, retribusi sangat berhubungan
erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah daerah kepada yang
membutuhkan.
Menurut Davey (dalam Adrian Sutedi, 2008: 75) pembayaran retribusi
harus memenuhi dua syarat, yaitu : 1) dasar untuk mengenakan retribusi
biasanya harus didasarkan pada total cost daripada pelayanan-pelayanan yang
disediakan; dan 2) dalam beberapa hal, retribusi biasanya harus didasarkan
pada kesinambungan harga jasa suatu pelayanan, yaitu atas dasar mencari
keuntungan. Menurut Josep Riwu Kaho, ada beberapa ciri retribusi, yaitu : 1)
retribusi dipungut oleh negara; 2) dalam pungutan terdapat paksaan secara
ekonomis; 3) adanya kontrapretasi yang secara langsung dapat ditunjuk; dan
4) retribusi dikenakan kepada setiap orang/badan yang menggunakan atau
mengenyam jasa-jasa yang disediakan oleh negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa retribusi daerah
merupakan pungutan sebagai pembayaran atas pemakaian jasa yang diberikan
oleh Pemerintah Daerah. Jadi, secara umum keunggulan utama sektor retribusi
ialah karena didasarkan pada kontrapretasi, dimana tidak ditentukan secara
limitatif, seperti halnya sektor pajak. Pembatas utama sektor retribusi ialah
terletak pada ada atau tidaknya jasa yang disediakan Pemda. Oleh sebab itu,
sebenarnya Pemda dapat saja mengusahakan retribusi selama ia dapat
menyediakan jasa untuk itu.
3. Objek dan Penggolongan Retribusi
a. Objek Retribusi
Menurut Mardiasmo (2006: 16-17) objek retribusi daerah terdiri dari :
1) Jasa Umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
2) Jasa Usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial.
3) Perizinan Tertentu, yaitu kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan
pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Penggolongan Retribusi
Menurut Mardiasmo (2006: 15-16) jenis retribusi daerah dibagi menjadi
tiga golongan, yaitu :
1) Retribusi Jasa Umum
Retribusi Jasa Umum ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
kriteria-kriteria sebagai berikut :
a) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan
Retribusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan tertentu;
b) Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi;
c) Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau
badan yang diharuskan membayar retribusi, disamping untuk
melayani kepentingan dan kemanfaatan umum;
d) Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi;
e) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya;
f) Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien, serta
merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial;
dan
g) Pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut
dengan tingkat dan atau kualitas pelayanan yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Retribusi Jasa Usaha
Retribusi Jasa Usaha ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
kriteria sebagai berikut :
a) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan
Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu; dan
b) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang
seyogyanya disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai
atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah yang belum
dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah.
3) Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
dengan kriteria-kriteria sebagai berikut :
a) Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi;
b) Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi
kepentingan umum; dan
c) Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin
tersebut dari biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari
perizinan tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari
retribusi perizinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Retribusi Pasar
1. Pengertian Retribusi Pasar
Menurut Pasal 1 ayat (26) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional,
“Retribusi pasar yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin pelayanan pasar yang
khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan”.
Sedangkan pelayanan pasar menurut Kesit Bambang Prakoso (2005:
135) didefinisikan sebagai “ Fasilitas pasar tradisional/sederhana yang berupa
pelataran atau los yang dikelola oleh Pemerintah Daerah dan khusus yang
disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Perusahaaan
daerah Pasar”.
Selanjutnya menurut Kesit Bambang Prakoso (2005: 136) :
“ Subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa ini. Tarif retribusi jasa umum pada dasarnya disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis retribusi yang berhubungan dengan kepentingan nasional.”
Sedangkan menurut Ahmad Yani (2002: 57) mengenai Retribusi
Pelayanan Pasar :
“ Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana berupa pelataran, los yang dikelola pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan pihak swasta.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa retribusi pasar adalah
pembayaran atas penyediaan fasilitas pasar tradisional atau sederhana yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
berupa tempat dasaran, los dan/atau toko/ kios/ ruko yang dikelola
Pemerintah daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang dan/atau Badan
Hukum.
Pedagang adalah mereka yang memakai tempat untuk berjualan secara
tetap maupun tidak tetap di pasar tersebut. Pemerintah daerah telah
menyediakan tempat yang berupa pasar sebagai tempat berjual-beli bagi
pedagang sehingga kepada mereka dikenakan pungutan retribusi. Dari
pungutan retribusi diperoleh kontrapretasi yang langsung dapat ditunjuk yaitu
tersedianya tempat-tempat tertentu yang digunakan untuk berdagang sesuai
dengan barang dagangan yang telah diatur oleh Dinas Pengelolaan Pasar
berdasarkan prinsip keteraturan dan keseragaman jenis barang.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Retribusi Pasar
a. Subjek dan Objek Retribusi Pasar
Menurut Pasal 2 ayat (3) Peraturan Walikota Surakarta Nomor 1-C
Tahun 2012 yang dimaksud subjek retribusi pasar adalah orang pribadi
dan Badan yang memperoleh fasilitas pelayanan pasar. Sedangkan objek
retribusi pasar adalah pelayanan penyediaan fasilitas pasar
tradisional/sederhana, berupa pelataran, los, kios yang dikelola Pemerintah
Daerah, dan khusus disediakan untuk pedagang. Pelayanan fasilitas pasar
yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta tidak termasuk
dalam objek retribusi. Retribusi pasar termasuk golongan retribusi jasa
umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Fasilitas pasar mengenai dasaran terdiri dari :
1) Tempat Dasaran adalah bangunan berupa kios, los maupun tanah
lapang 1 (satu) plataran yang merupakan bagian dari pasar;
2) Kios adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan dan
dipisahkan antara satu tempat dengan yang lain mulai dari lantai,
dinding, plafon dan atap yang sifatnya tetap atau permanen sebagai
tempat berjualan barang atau jasa.
3) Los adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan yang
beralas permanen dalam bentuk memanjang tanpa dilengkapi dengan
dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan sebagai tempat
berjualan barang atau jasa.
4) Pelataran adalah tempat atau lahan terbuka di area pasar yang
digunakan untuk ruang publik dan sebagian dapat digunakan untuk
pedagang oprokan.
b. Sistem Pemungutan Retribusi Pasar
1) Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan atas letak, jumlah dan
jenis barang, luas tempat dasaran, alokasi beban biaya yang dipikul
untuk menyelenggarakan fasilitas pasar.
2) Prinsip yang dianut, dalam Penetapan Tarif adalah didasarkan pada
kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaan
fasilitas pasar, kemampuan masyarakat dan aspek keadilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Dasar Penetapan Struktur Tarif berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri
dari : naiaman / plataran, los, kios, was lokasi, letak, kelas pasar, jenis
dagangan, jangka waktu pemakaian, dan / pemakaian daya listrik.
D. Efektivitas
Menurut Sumarsan (2010: 83) efektivitas merupakan hubungan antara
keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan sasaran yang harus dicapainya.
Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian
sasaran tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif juga unit tersebut.
Menurut Robbins seperti yang dikutip oleh Kusdi (2009: 92) efektivitas
didefinisikan sebagai sejauh mana suatu organisasi mampu merealisasikan
berbagai tujuannya. Lebih lanjut Robbins (dalam Kusdi, 2009: 93) mendefinisikan
efektivitas organisasi sebagai: the degree to which an organization attains its
short-(ends) and long-term (means) goals, the selection of which reflects strategic
contituencies, the self-interest of the evaluator, and the life stage of the
organization. Jadi menurut definisi ini, efektivitas organisasi adalah sejauh mana
organisasi mencapai berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka
panjang) yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuan-
tujuan itu mencerminkan konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai, dan
tahap pertumbuhan organisasi.
Menurut Abdul Halim dan Theresia Damayanti (2007: 75) efektivitas
berarti tingkat pencapaian hasil program kerja dengan target yang ditetapkan.
Efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output. Outcome
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
seringkali dikaitkan dengan tujuan (objectives) atau target yang hendak dicapai.
Jadi dapat dikatakan bahwa efektivitas berkaitan dengan pencapaian tujuan.
Cristiano Codagnone dalam European Journal of ePractice, Efficiency
and Effectiveness (2008: 5) mengemukakan:
“ Government spending is financed through taxation, which can create distortion in resource allocation. It is, thus, important to measure its results in terms of efficiency and effectiveness to ensure that they foster both economic growth and social cohesions and contribute to the Lisbon agenda (Mandl et al 2008:2). While eGovernment spending is of a much smaller order of magnitude, the measurement of its result is also important as such and in relation to the its promised contribution to make government as a whole more efficient and effective.”
(Pengeluaran pemerintah dibiayai melalui perpajakan, yang dapat membuat penyimpangan dalam alokasi sumber daya. Hal ini, dengan demikian, penting untuk mengukur hasilnya dalam hal efisiensi dan efektivitas untuk memastikan bahwa mereka mendorong baik pertumbuhan ekonomi dan cohesions sosial dan memberikan kontribusi pada agenda Lisabon (Mandl dkk 2008: 2). Sementara anggaran eGovernment adalah suatu tatanan yang jauh lebih kecil besarnya, pengukuran hasilnya juga penting, serta dalam kaitannya dengan kontribusinya menjanjikan akan membuat pemerintah secara keseluruhan lebih efisien dan efektif.)
Lebih lanjut Cristiano Codagnone (2008: 10) mendefinisikan efektivitas
sebagai berikut:
“ Effectiveness = the relationship between the sought and achieve results for the constituencies, or “spending wisely.”
(Efektivitas = hubungan antara yang dicari/target dan capaian hasil untuk konstituen, atau "membelanjakan uang dengan bijaksana)
Sedangkan menurut Devas (1989: 144) efektivitas mengukur hubungan
antara hasil pungut suatu pajak dan potensi hasil pajak itu, dengan anggapan
semua wajib pajak membayar pajak masing-masing, dan membayar seluruh pajak
terhutang masing-masing. Lebih lanjut Devas (1989: 144-145) mengemukakan
bahwa efektivitas menyangkut semua tahap administrasi penerimaan pajak yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
meliputi: penentuan wajib pajak, penetapan nilai kena pajak, pemungutan pajak,
penegakan sistem pajak, dan pembukuan penerimaan.
1. Menentukan Wajib Pajak
Dalam hal ini harus ada prosedur pajak yang menyulitkan bagi wajib
pajak untuk menyembunyikan hutang pajaknya. Hal tersebut dapat dibantu
dengan pembayaran secara otomatis, bila ada orang harus menunjukkan
identitas, bila identitas dapat dikaitkan dengan sumber-sumber informasi yang
lain, dan bila objek pajak sudah jelas sekali.
2. Menetapkan Nilai Pajak Terhutang
Nilai pajak terhutang harus ditentukan dengan cermat, dan ini
melibatkan wajib pajak atau petugas pajak (atau keduanya) dalam menentukan
nilai sesungguhnya dari objek pajak dan dalam menentukan tarif pajak yang
benar. Hal-hal yang dapat membantu adalah bila penetapan bersifat otomatis,
bila tarif umum diketahui dan petugas tidak memiliki wewenang menentukan
sendiri, dan bila ada catatan lain yang dapat digunakan untuk membandingkan
nilai terhutang sebenarnya.
Semakin besar wewenang petugas pajak dalam menentukan pajak
terhutang, dan semakin besar peluang untuk “berunding” dengan wajib pajak,
semakin kurang cermat besar pajak terhutang yang dihasilkan. Kerjasama
antara petugas pajak dengan wajib pajak tidak dapat dilenyapkan sama sekali,
hanya dapat dikurangi, dengan cara memisahkan fungsi menetapkan nilai
pajak terhutang dan fungsi memungut pajak, dan dengan memeriksa ulang
(oleh orang lain) nilai pajak terhutang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
3. Memungut Pajak
Memungut pajak terhutang pada waktunya dapat lebih mudah: bila
pembayaran bersifat otomatis, bila pembayaran dapat dipancing, dan bila
ancaman hukuman atas kelalaian membayar pajak cukup berat dan ada
kemungkinan ditegaskan sehingga dapat berlaku sebagai alat untuk menakut-
nakuti.
4. Pemeriksaan Kelalaian Pajak
Untuk mengetahui wajib pajak yang belum memenuhi kewajibannya
dibutuhkan sistem catatan yang baik, sehingga kelalaian pembayaran pajak
dapat segera diketahui dan dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan
silang dengan jenis-jenis pajak daerah yang lain. Sistem ini harus dilengkapi
dengan prosedur untuk menegakkan pajak dan sungguh-sungguh dijalankan.
5. Prosedur Pembukuan Yang Baik
Prosedur pembukuan yang baik dibutuhkan agar semua pajak yang
dipungut petugas pajak benar-benar dibukukan dan masuk rekening
pemerintah. Untuk itu diperlukan langkah-langkah untuk mencegah
kehilangan atau pencurian hasil pajak, pembukuan yang cermat, pemeriksaan
silang oleh berbagai petugas, dan sistem pengawasan keuangan.
Lebih lanjut Devas (1989: 145) menjelaskan bahwa efektivitas merupakan
hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi pajak yang
bersangkutan. Indikator efektivitas adalah rasio antara hasil pungutan suatu pajak
dengan potensi hasil pajak, dengan asumsi bahwa semua yang seharusnya
membayar (wajib pajak), benar-benar membayar pajak yang menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
kewajibannya pada tahun berjalan, dan membayar semua jumlah yang seharusnya
dibayarkan.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas pajak
merupakan perbandingan antara realisasi penerimaan pajak terhadap target
penerimaan pajak yang memungkinkan apakah besarnya pajak sesuai dengan
target atau anggaran yang ada.
Sehingga tingkat efektivitas retribusi pasar dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Tingkat Efektivitas �Realisasi Pendapatan
Anggaran Pendapatan x 100%
Dengan perhitungan di atas dapat diketahui besarnya efektivitas penarikan
Retribusi Pasar, dengan asumsi bahwa semakin besar angka efektivitas yang
diperoleh, maka semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Angka efektivitas ini
menunjukkan kemampuan memungut dan mengukur apakah tujuan aktivitas
pemungutan dapat dicapai. Dengan demikian, semakin besar efektivitas
menunjukkan semakin efektif aktivitas pemungutannya. Artinya, semakin
besar kemampuan memungutnya dan tujuan aktivitas pemungutan semakin
mendekati untuk dapat dicapai (Kesit Bambang Prakosa, 2005: 144).
Untuk dapat menentukan apakah penarikan retribusi telah efektif atau
belum, diperlukan adanya suatu kriteria efektivitas. Departemen Dalam Negeri
dengan Kepmendagri No.690.900-327 Tahun 1996 seperti yang dikutip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
A.A.N.B. Dwiranda (http://ejournal.Unud.ac.id) mengkategorikan kemampuan
efektivitas ke dalam lima kriteria, yaitu sebagai berikut:
a. > 100% : sangat efektif
b. > 90% - 100% : efektif
c. > 80% - 90% : cukup efektif
d. > 60% - 80% : kurang efektif
e. ≤ 60% : tidak efektif
Menurut berbagai teori efektivitas yang ada, peneliti memilih teori dari
Devas (1989: 144) yang mengemukakan bahwa efektivitas menyangkut semua
tahap administrasi penerimaan pajak yang meliputi: penentuan wajib pajak,
penetapan nilai kena pajak, pemungutan pajak, penegakan sistem pajak, dan
pembukuan penerimaan, yang merupakan efektivitas dari segi prosesnya.
Lebih lanjut Devas (1989: 145) menjelaskan bahwa efektivitas merupakan
hubungan antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi pajak yang
bersangkutan, yang merupakan efektivitas dari segi hasilnya. Indikator
efektivitas adalah rasio antara hasil pungutan suatu pajak dengan potensi hasil
pajak, dengan asumsi bahwa semua yang seharusnya membayar (wajib pajak),
benar-benar membayar pajak yang menjadi kewajibannya pada tahun berjalan,
dan membayar semua jumlah yang seharusnya dibayarkan. Peneliti
menggunakan teori ini untuk mengetahui efektivitas retribusi pasar
dikarenakan teori ini merupakan teori yang paling relevan untuk penelitian ini
dibandingkan dengan teori-teori lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
E. Kerangka Pikir
Kerangka dasar pemikiran digunakan sebagai dasar suatu landasan dalam
pengembangan berbagai konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini,
serta hubungannya dengan perumusan masalah yang telah dirumuskan
sebelumnya. Mengacu pada teori yang ada maka kerangka dasar pemikiran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Hasil Penarikan Retribusi Pasar
- Rasio antara hasil penarikan retribusi dengan potensi hasil
retribusi
Tahap Administrasi Penerimaan Retribusi Pasar
- Penentuan wajib retribusi - Penetapan nilai kena retribusi - Pemungutan retribusi - Penegakan sistem retribusi - Pembukuan penerimaan
Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar (Devas, 1989: 144-145)
Retribusi Pasar a. Pasar Kelas IA b. Pasar Kelas IB - Los c. Pasar Kelas IIA - Kios d. Pasar Kelas IIB - Pelataran e. Pasar Kelas IIIA f. Pasar Kelas IIIB
Hambatan dan Upaya untuk Mengatasinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dari skema pemikiran tersebut dapat diperoleh gambaran sebagai berikut:
Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang
diterima oleh pemerintah daerah guna membiayai pengeluaran-pengeluaran dari
tugasnya mengurus rumah tangga daerah, yang terdiri dari sumbangan atau
subsidi pemerintah pusat, pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain. Dalam hal
ini retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang berperan bagi
pembiayaan daerah.
Retribusi pasar adalah salah satu retribusi daerah yang masuk dalam
wilayah kota atau kabupaten. Retribusi pasar dipungut berdasarkan atas jenis
pelayanan pasar yang digunakan. Pasar yang ada di Kota Surakarta dapat
diklasifikasikan menjadi 6 macam, yaitu Pasar Kelas IA, Pasar kelas IB, Pasar
kelas IIA, Pasar Kelas IIB, Pasar Kelas IIIA, dan Pasar Kelas IIIB. Tiap kelas
pasar memiliki tarif retribusi pasar yang berbeda-beda.
Untuk itu pemerintah harus menetapkan tentang tarif retribusi itu dan jasa
apa yang akan diterima oleh masyarakat dari pungutan retribusi itu. Jika kedua hal
ini berjalan baik maka impian pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya pun
akan terwujud. Seperti misalnya yang dirasakan oleh para pedagang pasar di Kota
Surakarta yang menjadi pengguna jasa pelayanan umum dari pemerintah berupa
pelayanan ijin dan pemakaian bangunan pasar yang meliputi los, kios dan
pelataran maupun penggunaan fasilitas umum yang ada di pasar. Pedagang harus
membayar tarif yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam penarikan retribusi pasar harus dilakukan dengan efektif.
Berdasarkan pendapat Devas (1989: 144), efektivitas penarikan retribusi pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menyangkut semua tahap administrasi penerimaan retribusi yang meliputi:
penentuan wajib retribusi, penetapan nilai kena retribusi, pemungutan retribusi,
penegakan sistem retribusi, dan pembukuan penerimaan, yang merupakan
efektivitas penarikan retribusi pasar dari segi prosesnya. Lebih lanjut berdasarkan
pendapat Devas (1989: 145), efektivitas merupakan hubungan antara hasil
pungutan suatu retribusi dengan potensi retribusi yang bersangkutan, yang
merupakan efektivitas penarikan retribusi pasar dari segi hasilnya. Indikator
efektivitas retribusi pasar adalah rasio antara hasil pungutan retribusi pasar dengan
potensi hasil retribusi pasar, dengan asumsi bahwa semua yang seharusnya
membayar retribusi pasar (wajib retribusi), benar-benar membayar retribusi yang
menjadi kewajibannya pada tahun berjalan, dan membayar semua jumlah yang
seharusnya dibayarkan.
Akan tetapi, dalam mencapai efektivitas penarikan retribusi pasar tidak
terlepas dari hambatan-hambatan yang dihadapi. Oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut agar retribusi pasar
dapat dipungut dengan efektif yang diharapkan akan mengoptimalkan penerimaan
retribusi pasar sehingga dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Di dalam suatu penelitian, metode penelitian merupakan salah satu faktor
yang penting dalam menunjang proses penyelidikan suatu permasalahan yang
akan dibahas. Woody (dalam Moh. Nazir, 2005: 13) mendefinisikan penelitian
sebagai sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga merupakan
sebuah pemikiran kritis (critical thinking). Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2005: 803), penelitian diartikan sebagai kegiatan mencari dan
mengumpulkan data kemudian mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang
dilakukan secara sistematis dan objektif.
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat
ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga
pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang tertentu. (Sugiyono, 2010: 3-4)
Metode penelitian sangat penting dalam menunjang proses penyelesaian
suatu permasalahan yang akan dibahas sehingga akan diperoleh hasil yang ilmiah
dan mempunyai nilai validitas (mantap) yang tinggi serta tingkat reliabilitas
(dapat dipercaya) yang besar. Adapun metode penelitian yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
A. Jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahannya, penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif yang merupakan penelitian yang digunakan untuk memperoleh
gambaran yang tepat dan utuh tentang suatu gejala. Penelitian deskriptif ini
biasanya ditempuh dengan cara memusatkan diri pada pemecahan masalah
yang ada. Mula-mula data disusun dan dikumpulkan, dijelaskan kemudian
dianalisis. Dimana di dalamnya juga terdapat data-data, kata-kata dan gambar
(data kualitatif) maupun data angka-angka (data kuantitatif). Sedangkan
ditinjau dari metodenya,penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif bertujuan mengkaji kasus-kasus tertentu secara mendalam dan
menyeluruh. Seperti yang disampaikan oleh H.B. Sutopo (2002: 35) yaitu
dengan penelitian deskriptif kualitatif, data yang dikumpulkan terutama
berupa kata-kata, kalimat atau gambar memiliki arti lebih dari sekedar angka-
angka atau frekuensi.
Metode deskriptif menurut Moh. Nazir (2005: 54), “Metode deskriptif
adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas peneliti menggunakan
penelitian deskriptif dengan alasan:
1. Penempatan diri pada pemecahan masalah sekarang dan bersifat aktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2. Penelitian ini menggunakan tahapan yang sistematis dengan cara
mengumpulkan data, mengklasifikasikan dan menganalisis, dan
menginterpretasikan.
3. Menjelaskan prosedur setiap langkah penyelidikan dengan teliti dan
terperinci.
Maka berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk
menggambarkan dan menguraikan tentang efektivitas penarikan retribusi
pasar di Kota Surakarta.
B. Lokasi Penelitian
Penetapan lokasi penelitian sangat penting dalam rangka
mempertanggungjawabkan data yang diperoleh. Penelitian ini mengambil
lokasi di Kantor Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang beralamatkan
di Komplek Balaikota, Jalan Jendral Sudirman No. 2, Kota Surakarta, dengan
pertimbangan bahwa Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta merupakan
pihak yang memiliki wewenang secara teknis mengurusi penarikan retribusi
pasar di Kota Surakarta. Selain itu, penelitian juga dilaksanakan di Kantor
Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD), Bank
Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta dan beberapa pasar di Kota Surakarta.
C. Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 99) “Data adalah segala fakta dan
angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sedangkan informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk
keperluan”. Data merupakan faktor yang sangat penting karena melalui data
dapat diperoleh keterangan-keterangan yang diperlukan untuk membuktikan
suatu kebenaran.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Informan
Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah sebagai berikut :
a. Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan
Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
Dinas Pengelolaan Pasar melaksanakan fungsi sebagai pengelola
keuangan pasar.
b. Ibu Ratih selaku Customer Service (CS) di Bank Jateng Kantor
Cabang Kota Surakarta. Bank Jateng melaksanakan fungsi sebagai Kas
Daerah Pemerintah Kota Surakarta.
c. Pejabat dan Petugas Pasar di sejumlah pasar Kota Surakarta, yaitu:
1) Bapak Sudarno selaku Lurah Pasar Nusukan Ibu Wulan selaku
Petugas Administrasi Pasar Nusukan
2) Bapak Suryo Kurniawan selaku Petugas Pemungut retribusi pasar
di Pasar Nusukan
3) Bapak Daliman selaku Lurah Pasar Depok
4) Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
d. Pedagang di sejumlah pasar di Kota Surakarta, yaitu:
1) Pedagang Pasar Klewer (Pasar Kelas IA)
2) Pedagang Pasar Nusukan (Pasar Kelas IA)
3) Pedagang Pasar Notoharjo (Pasar Kelas IB)
4) Pedagang Pasar Depok (Pasar Kelas IIA)
5) Pedagang Pasar Tanggul (Pasar Kelas IIB)
6) Pedagang Pasar Sangkrah (Pasar Kelas IIIA)
7) Pedagang Pasar Ngumbul (Pasar Kelas IIIB)
Sejumlah informan di atas diseleksi melalui teknik purposive
sampling berdasarkan penguasaan mereka terhadap persoalan dan
informasi yang sedang diteliti.
2. Dokumen
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai dokumen antara lain:
a. Arsip, surat, dokumen yang berkaitan dengan efektivitas penarikan
retribusi pasar, yaitu:
1) Laporan target dan realisasi penerimaan retribusi pasar Kota
Surakarta
2) Laporan target dan realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Surakarta
b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
d. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun
1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
e. Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional
f. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah
g. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah
h. Peraturan Walikota Nomor 19-0 tahun 2009 tentang Pedoman Uraian
Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pengelolaan Pasar
i. Peraturan Walikota Nomor 1-C tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar
j. Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam sebuah penelitian diperlukan data yang obyektif karena data
diterapkan sebagai sesuatu hal yang sangat mendasar yang akan menentukan
apakah penelitian tersebut dapat dikatakan berhasil atau tidak, yang diperlukan
di sini adalah teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga
benar-benar didapat data yang valid dan reliabel (Sugiyono, 2010: 327). Ada
beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
masing-masing teknik tersebut saling melengkapi satu sama lain. Teknik
pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan
bertanya langsung pada narasumber yang diwawancarai. Wawancara
merupakan proses interaksi dan komunikasi. Hasil wawancara ditentukan
oleh beberapa faktor yang berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi.
Pewawancara menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada yang
diwawancarai untuk menjawab, menggali jawaban lebih dalam dan
mencatat jawaban yang diwawancara. Wawancara digunakan sebagai
teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang diteliti, dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit (Sugiyono, 2010: 157)
Untuk memperoleh data dari informan sebagai sumber data yang
sangat penting, maka dalam penelitian ini diperlukan wawancara secara
mendalam (in-depth interviewing). Dalam melakukan wawancara
mendalam, situasi yang akrab selalu diusahakan dan dikembangkan, serta
menghindari situasi tanya jawab seperti dalam proses interogasi.
Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat “open-ended”, dan
mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang
tidak secara formal terstruktur, guna menggali pandangan subjek yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar
bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. (H.B.
Sutopo, 2002: 59)
Informasi mengenai efektivitas penarikan retribusi pasar di Kota
Surakarta diperoleh peneliti dari:
a. Bank Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta
b. Pejabat Kantor Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
c. Pejabat dan petugas pemungut retribusi
e. Pedagang di sejumlah pasar di Kota Surakarta
2. Studi Dokumen atau Kepustakaan (Dokumentasi)
Dokumentasi yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mencatat dan mengambil sumber-sumber tertulis yang ada, baik
melalui dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan pustaka lainnya yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian. Dokumen atau arsip merupakan
bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas
tertentu (H.B. Sutopo, 2002: 54). Dokumentasi dapat dilaksanakan dengan
dua cara, yaitu dengan pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis
besar kategori yang akan dicari datanya dan dengan check-list.
Dokumen yang digunakan adalah dokumen-dokumen yang berisi
laporan penerimaan retribusi pasar yang didapat dari Dinas Pengelolaan
Pasar dan dari Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(DPPKAD) Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan teknik
dokumentasi dengan pertimbangan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
a. Dokumen digunakan sebagai sumber data karena datanya stabil, kaya
akan informasi.
b. Berguna sebagai bukti kebenaran dalam suatu pengujian.
c. Lebih murah dan lebih mudah didapatkan.
E. Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Dalam teknik ini peneliti cenderung untuk memilih
informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara
mendalam serta dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap.
Menurut Susanto (2006:120) purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel untuk tujuan tertentu saja, sampel ditentukan berdasarkan pada ciri
tertentu yang dianggap mempunyai hubungan erat dengan ciri populasi,
dimana peneliti akan memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi
sumber informasi dan diharapkan mengetahui permasalahan secara mendetail.
Dapat dikatakan bahwa dalam teknik purposive sampling unsur
kedalaman informasi sangat ditekankan, bahkan di dalam pelaksanaan
pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data (Patton dalam
H.B. Sutopo, 2002:56).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel penelitian adalah
Pejabat Bank Jateng Kantor Cabang Kota Surakarta, Pejabat Kantor Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta, petugas pemungut retribusi dan pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
di sejumlah pasar di Kota Surakarta. Akan tetapi, tidak ditutup kemungkinan
pilihan terhadap informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan
kemantapan peneliti dalam memperoleh data.
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam
kegiatan penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Oleh
karena itu peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang tepat
untuk mengembangkan validitas data yang diperolehnya. Validitas yang
dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh peneliti sesuai
dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan di lokasi penelitian.
(H.B. Sutopo, 2002: 78)
Validitas data merupakan jaminan bagi kemantapan simpulan dan
tafsir makna sebagai hasil penelitian. Salah satu cara untuk menguji validitas
data adalah dengan menggunakan triangulasi data atau sumber. Teknik
triangulasi data lebih mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan
data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Hal ini berarti
data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari
beberapa sumber data yang berbeda sehingga data yang diperoleh akan lebih
teruji kebenarannya.
Menurut H.B. Sutopo (2002: 79) triangulasi data atau sumber
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data
yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data narasumber (manusia) yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
berbeda-beda posisinya dengan teknik wawancara yang mendalam, sehingga
informasi dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan informasi dari
narasumber lainnya.
G. Teknik Analisa Data
Proses analisis data dalam penelitian kualitatif sering merupakan
bagian yang tersulit bagi para peneliti. Dalam analisis data seorang peneliti
harus memiliki kemampuan untuk mengolah hasil penelitian menjadi data
yang akurat, dimana data yang diperoleh harus dikerjakan dan dimanfaatkan
sedemikian rupa sehingga peneliti dapat menyusun, menyimpulkan serta
menjawab persoalan yang diajukan sebagai hasil penelitian itu.
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif. Dalam model ini terdapat tiga komponen pokok. Menurut
Miles dan Huberman dalam H.B. Sutopo (2002: 91-96), ketiga komponen
tersebut adalah :
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis data
yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang
tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan
penelitian dapat dilakukan.
2. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dilakukan. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang
telah dirumuskan sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang
tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk
menceriterakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Secara
singkat dapat berarti cerita sistematis dan logis supaya makna peristiwanya
menjadi lebih mudah dipahami.
3. Penarikan Simpulan
Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah harus memahami apa
arti dari berbagai hal yang ia temui dengan melakukan pencatatan
peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang
mungkin, arahan sebab-akibat, dan berbagai proposisi. Simpulan akhir
tidak akan terjadi sampai pada waktu proses pengumpulan data berakhir.
Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar
bisa dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu perlu dilakukan aktivitas
pengulangan untuk tujuan pemantapan, penelusuran data kembali dengan
cepat, mungkin sebagai akibat pikiran kedua yang timbul melintas pada
peneliti pada waktu menulis sajian data dengan melihat kembali sebentar
pada catatan lapangan.
Proses analisis data dengan menggunakan model interaksi ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Gambar 3.1
Model Analisis Interaktif
(Sumber : H.B. Sutopo, 2002: 96)
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Penarikan Simpulan/ Verifikasi
Sajian Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Gambaran Umum Kota Surakarta
a. Letak Geografi
Kota Surakarta yang sering disebut Kota Solo, secara astronomis
terletak antara 110°45’15”-110°45’35” Bujur Timur dan 7°36’00”-
7°56’00” Lintang Selatan, dengan luas wilayah ± 4.404,0593 Ha. Kota
Surakarta berada di dataran rendah, terletak antara kaki Gunung Lawu di
sebelah timur dan kaki Gunung Merapi di sebelah barat dengan ketinggian
± 92 m di atas permukaan laut dan berada pada pertemuan Sungai Pepe,
Jenes, dan Bengawan Solo. Posisi Kota Solo sangat strategis di jalur lalu
lintas ekonomi perdagangan maupun kepariwisataan diantara Yogyakarta
– Solo – Semarang, Surabaya – Bali. Sedangkan batas wilayah
administratif Kota Surakarta meliputi :
1) Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Karanganyar
2) Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo
3) Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
4) Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta mempunyai suhu udara maksimum 32,4°C dan
suhu minimum 21,6°C. Tekanan udara rata-rata adalah 1008,74 mbs
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin berkisar 4 Knot dengan
arah angin 188 serta beriklim panas.
Luas wilayah administratifnya ± 4.404,0593 Ha sebagian besar
telah menjadi lahan permukiman seluas 2.672,21 Ha dan sisanya berturut-
turut untuk jasa 428,06 Ha, ekonomi industri dan perdagangan 383,51 Ha,
ruang terbuka 248,29 Ha, pertanian 210,83 Ha dan lain-lain 461,16 Ha.
Kota Surakarta terbagi dalam lima kecamatan, yaitu Kecamatan Laweyan,
Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Kelima kecamatan
tersebut terdiri dari 51 kelurahan yang masing-masing kecamatan terdiri
dari Kecamatan Laweyan 11 kelurahan, Kecamatan Serengan 7 kelurahan,
Kecamatan Pasar Kliwon 9 kelurahan, Kecamatan Banjarsari 13
kelurahan, Kecamatan Jebres 11 kelurahan, dan ke-51 kelurahan tersebut
terdiri dari 592 RW, 2.645 RT dan 129.380 KK.
b. Kependudukan
Berdasarkan sensus penduduk Tahun 2010 jumlah penduduk Kota
Surakarta 500.642 jiwa, dimana jumlah perempuan lebih banyak dari pada
laki-laki, yaitu 257.279 perempuan dan 243.363 laki-laki. Kecamatan
Banjarsari merupakan kecamatan yang paling banyak jumlah
penduduknya, yaitu sebanyak 157.438 jiwa (31,45%). Kemudian disusul
Kecamatan Jebres sebanyak 27,9 persen dari total penduduk atau 138.624
jiwa. Jumlah penduduk Kecamatan Laweyan dan Pasar Kliwon berturut-
turut yaitu 86.315 dan 74.145 jiwa. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
penduduk paling sedikit yaitu Serengan sejumlah 44.120 jiwa dengan
persentase 8,81 persen dari jumlah keseluruhan penduduk.
Dengan luas wilayah hanya sebesar 44,04 km2 membuat tingkat
kepadatan penduduk sangat tinggi, bahkan tertinggi di Jawa tengah yaitu
11.370 jiwa/km2. Hal tersebut menuntut pemerintah dalam penyediaan
sarana dan prasarana yang memadai bagi penduduk Kota Surakarta, belum
lagi adanya kaum commuters yang jumlahnya tidak kalah banyak. Laju
pertumbuhan Kota Surakarta selama periode tahun 2000-2010 mengalami
penurunan yang signifikan yaitu 0,25 persen jauh di bawah angka laju
petumbuhan Jawa Tengah yaitu 0,46 persen.
c. Potensi Wilayah
Kota Surakarta merupakan kota budaya di Jawa Tengah dengan
mengusung slogan “Solo The Spirit Of Java“ (Solo merupakan Jiwanya
Jawa) yang menjadi trend setter kota / kabupaten lain terutama di bidang
ekonomi dan budaya. Meskipun luas wilayahnya tidak begitu besar dan
Sumber Daya Alamnya (SDM) tidak melimpah namun Kota Solo
mempunyai potensi yang luar biasa. Dengan memanfaatkan semua
kelebihan yang ada di dalamnya, Surakarta mampu menyerap perhatian
daerah lain bahkan mancanegara.
Keraton, batik dan Pasar Klewer adalah tiga hal yang menjadi
simbol identitas Kota Surakarta. Eksistensi Keraton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat dan Pura Mangkunegaran menjadikan Solo sebagai poros,
sejarah, seni dan budaya yang memiliki nilai jual. Seni dan pembatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Solo menjadi pusat batik di Indonesia. Apalagi setelah resmi dibuka
Kampung Batik Laweyan menjadi ikon area penuh dengan wisata batik
dari proses pembuatannya sampai penjualannya. Pariwisata dan
perdagangan tidak bisa dipisahkan, keduanya saling mendukung
meningkatkan sektor ekonomi.
Berbeda dengan kegiatan perdagangan, sektor pertanian kurang
bisa diandalkan, kebutuhan pokok seperti beras, sayur - sayuran dan bahan
dasar protein harus bergantung dengan daerah lain karena keterbatasan
lahan. Secara kumulatif, sektor tersier yang terdiri dari usaha perdagangan,
hotel, dan restoran, angkutan, dan komunikasi serta jasa. Terdapat
beberapa industri pengolahan yang didominasi oleh industri rumah tangga,
kebanyakan industri bergerak dalam bidang pembuatan batik dan pakaian
jadi yang hasilnya mencapai pasar internasional.
2. Gambaran Umum Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
a. Sejarah Singkat dan Kedudukan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 363 Tahun
1977 tentang pedoman pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Dinas, yang memberikan kemungkinan kepada Daerah untuk membentuk
Dinas yang dibutuhkan, maka dengan Surat Keputusan Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II Kota Surakarta No. 188.3/103/1980 tertanggal 3
November 1980 dibentuklah Dinas Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berpedoman pada Surat Menteri Dalam Negeri Nomor
061.1/2749/JJ tertanggal 3 Maret 1987 dan Surat Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I Jawa Tengah No. 061/9358 tertanggal 30 Maret 1987 dipandang
perlu meningkatkan pengelolaan pasar agar lebih berdaya guna dan
berhasil guna. Untuk itu peningkatan dan penataan organisasi Dinas Pasar
sangat diperlukan. Dengan alasan tersebut, maka Pemerintah Daerah Kota
Surakarta dipandang perlu untuk menetapkan peraturan daerah tentang
pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar
Kotamadya Daerah Tingkat II Kota Surakarta. Perkembangan selanjutnya
adalah diterbitkannya Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarta No. 1 Tahun 1988 tentang Pembentukan Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarta.
Seiring dengan perkembangan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar
Kotamadya Surakarta, maka peraturan daerah yang berlaku saat ini adalah
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, yang ditindaklanjuti
dengan dikeluarkannya Peraturan Walikota Surakarta Nomor 19-0 Tahun
2009 tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas
Pengelolaan Pasar.
Kedudukan Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta diatur
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Dinas Pengelolaan Pasar sebagai unsur pelaksanaan pemerintah daerah
dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota
melalui Sekretaris Daerah.
b. Dasar Hukum Dinas Pengelolaan Pasar
Dalam menjalankan tugasnya Dinas Pengelolaan Pasar memiliki
dasar hukum yang jelas. Adapun dasar hukum yang digunakan oleh Dinas
Pengelolaan Pasar dalam menjalankan tugasnya meliputi:
1) Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Pasar Tradisional
2) Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang
Kaki Lima
3) Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan
Pembinaan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern
4) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah
5) Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah
6) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah
7) Peraturan Walikota Nomor 19-0 tahun 2009 tentang Pedoman Uraian
Tugas jabatan Struktural pada Dinas Pengelolaan Pasar
8) Peraturan Walikota Nomor 1-C tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
9) Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional
10) SK Walikota Surakarta No. 12 tahun 2002 Tentang Penetapan Tarif
Pengganti Biaya Pembayaran Listrik Dalam Komplek Pasar
11) SK Walikota Surakarta No. 511.2/085-2/I/2001 Tentang Penetapan
Kelas Pasar & Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar
c. Visi dan Misi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
1) Visi
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta mempunyai Visi Organisasi
sebagai berikut “Mewujudkan citra pasar yang bersih, tertib, aman dan
nyaman”.
2) Misi
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dalam rangka mewujudkan
visi organisasinya, mempunyai beberapa misi organisasi yaitu sebagai
berikut:
a) Meningkatkan kesempatan bekerja dan berusaha;
b) Meningkatkan kebersihan, ketertiban dan keamanan pasar;
c) Meningkatkan pelayanan kepada pedagang dan pengunjung;
d) Meningkatkan kualitas SDM pengelola dan pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d. Tugas Pokok dan Fungsi
1) Tugas Pokok
Tugas pokok Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta adalah
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengelolaan pasar.
2) Fungsi
Dalam melaksanakan tugas pokoknya, Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
a) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas
b) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan
pelaporan
c) Pengelolaan pendapatan pasar
d) Pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan pasar
e) Pengawasan dan pembinaan pedagang pasar dan pedagang kaki
lima
f) Pengaturan los dan kios pasar
g) Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban pasar dan pedagang
kaki lima
h) Penyelenggaraan sosialisasi
i) Pembinaan jabatan fungsional
e. Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar
Di dalam suatu instansi terdapat struktur organisasi dan struktur
organisasi yang dimaksudkan untuk membagi pekerjaan dari struktur
organisasi akan terlihat tugas dan fungsi masing-masing bagian dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
kepada siapa bagian pekerjaan tersebut harus dipertanggungjawabkan
pelaksanaan pekerjaannya. Sehubungan dengan ditetapkannya Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, khususnya BAB V Bagian Ke
Duabelas tentang Dinas Pengelolaan Pasar maka guna kelancaran
penyelenggaraan tugas tersebut perlu ditindaklanjuti dengan uraian tugas
yaitu dikeluarkannya Peraturan Walikota Surakarta Nomor 19-0 Tahun
2009 tentang Pedoman Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Dinas
Pengelolaan Pasar. Maka dari itu, telah diatur mengenai Susunan
Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yaitu terdiri dari:
1) Kepala;
2) Sekretariat, membawahkan:
a) Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan
b) Subbagian Keuangan
c) Subbagian Umum dan Kepegawaian
3) Bidang Pendapatan Pasar, membawahkan:
a) Seksi Pendataan dan Penetapan
b) Seksi Penagihan dan Penerimaan
c) Seksi Pembukuan
4) Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan Pasar, membawahkan:
a) Seksi Peralatan dan Kebersihan
b) Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar
c) Seksi Pemeliharaan Bangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
5) Bidang Pengawasan dan Pembinaan, membawahkan:
a) Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan Pedagang
b) Seksi Keamanan dan Ketertiban
c) Seksi Pengawasan Pedagang
6) Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, membawahkan:
1) Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima
2) Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima
7) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan
Jabatan Fungsional masing-masing, berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari
sejumlah tenaga fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok
sesuai dengan bidang keahliannya.
Berikut gambar struktur organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Kelompok Jabatan Fungsional
Kepala
Bidang Pengawasan dan
Pembinaan
Bidang Pengelolaan Pedagang Kaki
Lima
Bidang Kebersihan dan Pemeliharaan
Bidang Pendapatan Pasar
Seksi Pendataan dan Penetapan
Seksi Penagihan dan Penerimaan
Seksi Pembukuan
Seksi Pemeliharaan Bangunan Pasar
Seksi Pengawasan Pedagang
Seksi Pemeliharaan Fasilitas Pasar
Seksi Keamanan dan Ketertiban
Seksi Pengendalian Pedagang Kaki Lima
Seksi Penataan dan Pembinaan Pedagang
Kaki Lima
Seksi Pemberdayaan dan Pembinaan
Pedagang
Seksi Peralatan dan Kebersihan
Sekretaris
Subbagian
Keuangan
Subbagian Umum dan
Kepegawaian
Subbagian Perencanaan, Evaluasi
dan Pelaporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
f. Uraian Tugas Jabatan Bidang Pendapatan Pasar
Bidang Pendapatan Pasar mempunyai tugas melakukan penyiapan
perumusan kebijakan teknis di bidang pendataan dan penetapan,
penagihan dan penerimaan serta pembukuan. Berdasarkan Peraturan
Walikota Surakarta Nomor 19-0 Tahun 2009 tentang Pedoman Uraian
Tugas Jabatan Struktural pada Dinas Pengelolaan Pasar, berikut ini adalah
uraian tugas dari Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta:
1) Melaksanakan rencana kerja Bidang berdasarkan rencana strategis dan
rencana kerja Dinas.
2) Memberi petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada
bawahan.
3) Mempelajari, menelaah peraturan perundang-undangan, keputusan,
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis program kegiatan Dinas
sesuai dengan bidang tugas.
4) Melaksanakan sistem pengendalian intern pelaksanaan kegiatan agar
efektif dan efisien sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
5) Menerapkan standar pelayanan minimal sesuai bidang tugas.
6) Merumuskan kebijakan teknis di bidang pendataan dan penetapan
pendapatan pasar dan Pedagang Kaki Lima.
7) Merumuskan kebijakan teknis di bidang penagihan tunggakan dan
penerimaan pendapatan pasar dan Pedagang Kaki Lima.
8) Merumuskan kebijakan teknis di bidang pembukuan pendapatan pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
9) Melaksanakan pendataan dan penetapan pendapatan pasar dan
Pedagang Kaki Lima.
10) Merumuskan target pendapatan pasar.
11) Memberikan pertimbangan teknis perizinan dan memantau
pemanfaatan pasar oleh pedagang pasar.
12) Melaksanakan penyusunan indikator dan pengukuran kinerja di bidang
pendapatan pasar.
13) Melaksanakan sosialisasi di bidang pendapatan pasar.
14) Memeriksa dan menilai hasil kerja bawahan secara periodik.
15) Memberikan usul dan saran kepada atasan.
16) Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.
17) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
Bidang Pendapatan Pasar membawahkan:
1) Seksi Pendataan dan Penetapan
Seksi Pendataan dan Penetapan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pendataan dan
penetapan, meliputi: pendataan dan penetapan retribusi pasar dan
Pedagang Kaki Lima, pengaturan dan pembagian kios, los, perijinan,
dan hak penempatan pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) Seksi Penagihan dan Penerimaan
Seksi Penagihan dan Penerimaan mempunyai tugas melakukan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang penagihan dan
penerimaan, meliputi: penagihan dan penerimaan retribusi pasar dan
Pedagang Kaki Lima serta penyusunan laporan perhitungan
pendapatan pasar dan Pedagang Kaki Lima.
3) Seksi Pembukuan
Seksi Pembukuan mempunyai tugas malakukan penyiapan
bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pembukuan, meliputi:
melakukan pembukuan semua hasil penagihan dan penerimaan
retribusi pasar dan Pedagang Kaki Lima, penyiapan data secara
periodik penerimaan dan tunggakan retribusi pasar dan Pedagang Kaki
Lima.
g. Kepegawaian Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Jumlah keseluruhan pegawai kantor Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta adalah 341 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS), terdiri dari 308
orang (90,32%) pegawai laki-laki dan 33 orang (9,68%) pegawai
perempuan, serta 71 orang tercatat sebagai tenaga Honorer. Pegawai-
pegawai yang bertugas pada Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta ini
berasal dari latar belakang tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Berikut
ini akan disampaikan komposisi pegawai yang ada pada Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan
formalnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Tabel 4.1
Komposisi Pegawai Negeri Sipil Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal Per 1 Desember 2011
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai Prosentase (%)
1. S2 17 4,98
2. S1 22 6,45
3. D3 8 2,35
4. SMA 190 55,72
5. SLTP 68 19,94
6. SD 36 10,56
TOTAL 341 100
Sumber : Dinas Pengelolaaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan tabel komposisi pegawai Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta berdasarkan tingkat pendidikan formal di atas, dapat kita
ketahui bahwa prosentase terbesar pegawai adalah lulusan SMA yaitu
sebesar 55,72%. Sedangkan jumlah pegawai yang menyelesaikan studi
Diploma-3 sampai dengan jenjang Strata-2 berjumlah 47 pegawai atau
13,78% dari keseluruhan pegawai yang ada di Dinas Pengelolaan Kota
Surakarta.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pegawai Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta memiliki latar belakang pendidikan
yang cukup tinggi, meskipun ada beberapa pegawai yang berlatar belakang
pendidikan SD maupun SMP. Dengan demikian, maka kualitas SDM yang
dimiliki oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta sudah cukup bagus.
Hal tersebut sangat mendukung dalam output kebijakan yang dirumuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
dalam upaya mengoptimalisasikan kegiatan pengelolaan sarana dan
prasarana pasar.
Sedangkan komposisi pegawai yang ada pada Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta berdasarkan kepangkatannya untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.2
Komposisi Pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Berdasarkan Kepangkatan Tahun 2011
Golongan Pangkat
Jumlah a b c d
IV 8 1 - - 9
III 7 35 9 9 60
II 98 64 6 2 170
I 14 33 26 29 102
TOTAL 341
Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Keterangan :
IV/b : Pembina Tingkat I II/d : Pengatur Tingkat I
IV/a : Pembina II/c : Pengatur
III/d : Penata Tingkat I II/b : Pengatur Muda Tingkat I
III/c : Penata II/a : Pengatur Muda
III/b : Penata Muda Tingkat I I/b : Juru Tingkat I
III/a : Penata Muda I/a : Juru
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa golongan jabatan
terbanyak untuk pegawai Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
golongan II sebanyak 170 orang. Sedangkan golongan IV sebanyak 9
orang, golongan III sebanyak 60 orang dan yang bergolongan I ada 102
orang.
3. Gambaran Umum Pasar di Kota Surakarta
Saat ini jumlah pasar tradisional di Kota Surakarta adalah sebanyak 43
titik pasar yang tersebar di wilayah Kota Surakarta. Dari ke-43 titik pasar
tersebut, oleh Dinas Pengelolaan Pasar diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) klas
yaitu, klas I, klas II, dan klas III yang ditetapkan dengan Peraturan Walikota.
Berdasarkan Lampiran Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang
Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar, klasifikasi
pasar di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3
Jenis Pasar Berdasarkan Klasifikasi Pasar Kota Surakarta
No. Klasifikasi Nama Pasar
1. Pasar Kelas IA 1. Pasar Singosaren 2. Pasar Klewer 3. Pasar Legi 4. Pasar Nusukan 5. Pasar Gede
2. Pasar Kelas IB 1. Pasar Harjodaksino 2. Pasar Jongke 3. Pasar Notoharjo
3. Pasar Kelas IIA 1. Pasar Gading 2. Pasar Ngarsopuro 3. Pasar Sidodadi 4. Pasar Purwosari 5. Pasar Kadipolo 6. Pasar Ledoksari 7. Pasar Mojosongo 8. Pasar Rejosari 9. Pasar Turisari 10. Pasar Depok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
11. Pasar Pucang Sawit 12. Pasar Ayu 13. Pasar Panggungrejo 14. Pasar Cinderamata
4. Pasar Kelas IIB 1. Pasar Kembang 2. Pasar Triwindu 3. Pasar Kabangan 4. Pasar Jebres 5. Pasar Tanggul 6. Pasar Ayam 7. Pasar Kliwon 8. Pasar Mebel 9. Pasar Penumping
5. Pasar Kelas IIIA 1. Pasar Elpabes 2. Pasar Ngemplak 3. Pasar Bangunharjo 4. Pasar Sidomulyo 5. Pasar Sangkrah 6. Pasar Buah Jurug 7. Pasar Tunggulsari
6. Pasar Kelas IIIB 1. Pasar Mojosongo Perumnas 2. Pasar Joglo 3. Pasar Bambu 4. Pasar Ngumbul 5. Pasar Besi Tua
Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Sedangkan untuk menampung kegiatan pedagang dalam pasar,
disediakan tempat dasaran yang meliputi:
a. Kios adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan dan
dipisahkan antara satu tempat dengan yang lain mulai dari lantai, dinding,
plafon dan atap yang sifatnya tetap atau permanen sebagai tempat
berjualan barang atau jasa.
b. Los adalah tempat berjualan di dalam lokasi pasar yang diizinkan yang
beralas permanen dalam bentuk memanjang tanpa dilengkapi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
dinding pembatas ruangan atau tempat berjualan dan sebagai tempat
berjualan barang atau jasa.
c. Pelataran adalah tempat atau lahan terbuka di area pasar yang digunakan
untuk ruang publik dan sebagian dapat digunakan untuk pedagang
oprokan.
Sedangkan tingkat penggunaan jasa retribusi diukur berdasarkan atas
letak, zona tempat, kelas pasar, luas tempat dasaran, alokasi beban biaya yang
dipikul untuk menyelenggarakan fasilitas. Pasar ditentukan kelasnya oleh
Walikota melalui Dinas Pengelolaan Pasar dengan memperhatikan letak
strategis pasar; luasan lahan; kualitas bangunan; jumlah pedagang terkait
dengan pendapatan pedagang, jumlah kios dan los, serta pedagang oprokan;
waktu efektif; dan fasilitas.
B. Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar di Kota Surakarta
1. Penentuan Wajib Retribusi
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Retribusi Daerah, retribusi pasar dikenakan bagi pedagang atau pengusaha
yang memanfaatkan fasilitas pasar tradisional/sederhana, yang berupa
pelataran, los dan kios yang dikelola oleh Pemerintah Daerah. Fasilitas pasar
yang dikenai retribusi di pasar-pasar yang berada di wilayah Kota Surakarta
yaitu untuk pemakaian kios, los dan pelataran serta pelayanan persampahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan
Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
mengungkapkan tentang prosedur dalam penempatan pedagang di pasar:
“ Pedagang atau pengusaha dikenakan biaya balik nama hak penempatan untuk pedagang los dan kios, serta biaya herregistrasi SHP dan KTPP. Setelah calon pedagang mendapatkan ijin berdagang, dan membayar lunas bea balik nama tempat dasaran, setelah itu diberikan Surat Hak Penempatan (SHP). Jadi pedagang tidak cuma membayar retribusi saja, tapi harus punya surat ijin dulu yaitu SHP dan KTPP “ (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Pernyataan tersebut senada dengan Pasal 25 Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar
Tradisional bahwa terdapat tata cara atau prosedur dalam penempatan
pedagang di pasar, yaitu:
a. Surat Hak Penempatan (SHP)
Surat Hak Penempatan yang selanjutnya disingkat SHP adalah
surat hak yang diberikan kepada orang atau badan usaha yang
menggunakan kios atau los di pasar dan dikeluarkan oleh Dinas
Pengelolaan Pasar. Menurut Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar
Tradisional setiap orang atau badan yang menggunakan kios atau los harus
memperoleh SHP dari Kepala Dinas Pengelolaan Pasar atas nama
Walikota. Pedagang wajib mengajukan permohonan tertulis kepada
Kepala Dinas Pengelolaan Pasar lewat Kepala Pasar setempat untuk
diteruskan pada Bidang Pendapatan Dinas Pengelolaan Pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, permohonan
tertulis tersebut harus memuat dan memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Nama atau Badan Usaha, alamat tempat tinggal atau domisili
pemohon, kewarganegaraan, luas dan letak berjualan, dan jenis
dagangan atau usaha.
2) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku, pas photo ukuran 4x6
sebanyak 6 lembar, dan denah lokasi kios atau los yang dimohon.
Setelah permohonan tertulis dapat dikabulkan, kepada pedagang
yang bersangkutan diberikan SHP oleh Kepala Dinas Pengelolaan Pasar
atas nama Walikota Surakarta yang di dalamnya dicantumkan identitas
pedagang yang bersangkutan dan ketentuan yang harus dipenuhi oleh
pedagang. SHP diberikan untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun
dan diperpanjang dengan mengajukan permohonan pembaharuan
(herregistrasi) dengan persyaratan seperti pada permohonan tertulis di atas.
Permohonan SHP dapat ditolak apabila pemohon tidak memenuhi syarat
sesuai dengan ketentuan di atas.
Pak Narto pedagang los Pasar Sangkrah menyatakan:
“ Di sini pedagangnya harus punya SHP mbak. Buat kios juga harus punya mbak. Itu ke Dinas Pengelolaan Pasar ngurus-nya mbak. Kalo syaratnya ya banyak yang harus dipenuhi. Suruh ngisi formulir, fotokopi KTP, foto juga mbak. Itu berlakunya buat 3 tahun, kalo udah 3 tahun harus diperpanjang lagi bayar 15 ribu mbak.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Yati pedagang kios
Pasar Depok:
“ Ya kalo SHP dulu saya ngisi formulir yang isinya macem-macem mbak. Suruh ngasih nama, alamat lengkap, luas dasarannya, sama letaknya. Trus juga dagang apa, juga disuruh ngasih fotokopi KTP sama foto mbak. Kalo berlakunya itu 3 tahun mbak, nek habis ya diperbaru ngisi kayak yang tadi. Mbayarnya 17.500 mbak. ”(wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)
Pemohon harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam
mengajukan permohonan SHP seperti yang terdapat dalam Pasal 4
Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu, biaya dalam pembuatan SHP
juga sudah ditentukan. Seperti yang disampaikan Ibu Wulan selaku
Petugas Administrasi Pasar Nusukan:
“ Iya, SHP harus sesuai dengan ketentuan. Ya syaratnya itu mbak sama yang di Perda. Kalau untuk herregistrasi SHP pakainya tetep SHP asli. Kalau nggak ada harus pakai surat keterangan kehilangan, trus arsip. Arsip ini lho yang ada di pasar. Kita kan punya 2, yang asli sama arsip. Yang asli dikasih sama yang punya, yang arsip disimpan di sini. Jadi sewaktu-waktu balik nama atau herregistrasi trus SHP-nya ilang pakainya ini (arsip) sama surat kehilangan. Biayanya 20 ribu. Los atau kios sama saja.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)
Pernyataan di atas dipertegas lagi oleh Bapak Nanang Slamet
Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta yang menyatakan:
“ SHP itu untuk pedagang yang menempati los atau kios yang ada syarat-syarat yang harus dipenuhi pemohon. Pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis, yang di situ memuat nama atau Badan Usaha, alamat tempat tinggal, kewarganegaraan, jenis dagangan, luas dan letak berjualan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Selain itu juga harus menyetorkan fotokopi KTP sama pas photo. Kalau syarat-syaratnya sudah semua, baru sama Dinas dibuatkan SHP. SHP berlaku untuk 3 tahun, biayanya beda-beda untuk tiap kelas pasar. Pasar kelas I 20.000, pasar kelas II 17.500, pasar kelas III 15.000” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Untuk memberi gambaran yang jelas tentang SHP, berikut salah
satu contoh SHP:
Gambar 4.2
Contoh Surat Hak Penempatan (SHP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
pembuatan SHP sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan
setiap orang atau badan yang menggunakan los atau kios harus
memperoleh SHP, serta adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh
pemohon yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional
yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional.
b. Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP)
Kartu Tanda Pengenal Pedagang yang selanjutnya disingkat KTPP
adalah kartu tanda pengenal yang diberikan oleh Dinas Pengelolaan Pasar
kepada pedagang sebagai bukti pengakuan terhadap orang yang
beraktivitas dan menggunakan pasar tertentu sebagai tempat melakukan
kegiatan usaha. Menurut Pasal 25 Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar
Tradisional KTPP digunakan sebagai identitas pedagang kios atau los
maupun pelataran.
Berdasarkan Pasal 5 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, syarat-syarat
permohonan KTPP adalah:
1) Mengisi blangko yang disediakan oleh Dinas Pengelolaan Pasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku.
3) Pas photo terbaru ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar.
KTTP diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Setelah jangka
waktu tersebut berakhir, pedagang yang bersangkutan dapat mengajukan
permohonan pembaharuan (herregistrasi) dengan persyaratan seperti pada
permohonan KTTP di atas. Akan tetapi mulai tahun 2012, KTTP berlaku
untuk 3 (tiga) tahun.
Ibu Mur pedagang los Pasar Ngumbul menyatakan:
“ Di sini nggih semua pedagang harus punya KTPP mbak. Syarate nggih ngisi formulir, fotokopi KTP, foto. Kalo dulu tiap tahun harus buat, tapi sekarang 3 tahun sekali mbak. Biayane pinten nggih mbak. Saya agak lupa, ya sekitar 7500-an.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)
Hal yang serupa juga disampaikan oleh Ibu Gini pedagang
pelataran Pasar Nusukan:
“ Oprokan nggih anu mbak, wajib gadah KTPP mbak. Niku kan dingge tanda pengenal ngoten cirose pegawaine pasar. Kala mbiyen mbayare tiap tahun 2500 mbak, tapi nek sakniki tiga tahun, dadose nggih sekitar 7500 ngoten mbak.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)
Pemohon harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam
mengajukan permohonan KTTP seperti yang terdapat dalam Pasal 5
Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu, biaya dalam pembuatan KTPP
juga sudah ditentukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Wulan selaku Petugas
Administrasi Pasar Nusukan:
“ Semua pedagang harus punya KTPP. Itu juga sudah ada ketentuannya di Perda. Biaya KTPP 2.500 per tahun. Tapi kan sekarang per tiga tahun, biayanya jadi 7.500.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)
Pernyataan di atas dipertegas lagi oleh Bapak Nanang Slamet
Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta:
“ Pemohon KTPP juga harus memenuhi syarat-syarat, pemohon harus mengisi blangko yang disediakan Dinas, menyerahkan fotokopi KTP sama pas photo juga. Biaya KTPP sama untuk tiap pedagang. Dulu kan per tahun, biayanya 2.500. Kalo sekarang kan 3 tahun, jadi biayanya 7.500.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Untuk memberi gambaran yang jelas tentang KTPP, berikut salah
satu contoh KTPP:
Gambar 4.3
Contoh Kartu Tanda Pengenal Pedagang (KTPP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
pembuatan KTTP sudah berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan
dengan setiap pedagang kios atau los maupun pelataran harus memiliki
KTPP sebagai kartu tanda pengenal, serta adanya syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pemohon KTPP yang sesuai dengan Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Pasar Tradisional yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota
Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah
Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar
Tradisional.
c. Balik Nama Hak Penempatan
Sesuai dengan Pasal 6 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional, pedagang
pemegang SHP dapat mengajukan balik nama tempat dasaran kepada
orang lain atau Badan lain dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Dinas Pengelolaan
Pasar.
2) Mengisi blangko yang disediakan Dinas Pengelolaan Pasar.
3) Melampirkan SHP asli.
4) Telah melunasi retribusi.
5) Melampirkan fotokopi KTP yang masih berlaku.
6) Pas photo terbaru ukuran 4x6 sebanyak 6 lembar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
7) Melampirkan surat kematian bagi pemohon yang menggantikan
pemegang SHP yang telah meninggal dunia.
Bapak Nardi pedagang los Pasar Notoharjo menyatakan:
“ Kalo biaya buat balik nama dulu sekitar 575 ribu mbak. Sini kan luasnya 2 meter mbak. Syaratnya dulu apa ya mbak, suruh ngisi blangko, foto, fotokopi KTP sama SHP mbak.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)
Hal tersebut juga disampaikan oleh Ibu Yati pedagang kios Pasar
Depok menyatakan:
“ Dulu sebelum saya menempati kios ini, kan sebelumnya udah ada yang makai mbak, jadi ya harus apa ya mbak namanya. Intinya diswalikne dulu, biar kiosnya resmi atas nama saya. Wah, syaratnya banyak mbak. Ya disuruh ngasih keterangan tertulis buat Dinas, trus disuruh ngisi formulir dari Dinas, banyak mbak, suruh bawa foto, trus fotokopi KTP, SHP, yang lain agak lupa mbak. Kalo biayanya kan di sini kiosnya 4 meter, bayarnya sekitar 800 kurang dikit lah.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)
Pemohon harus memenuhi persyaratan-persyaratan dalam
pengajuan balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran
seperti yang terdapat dalam Pasal 6 Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun
2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun
2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional. Selain itu,
biaya dalam balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran
juga sudah ditentukan berdasarkan Pasal 28 Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Pasar Tradisional yaitu sebesar 10% dari taksiran nilai tempat dasaran
pasar. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bapak Nanang Slamet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta:
“ Untuk balik nama, syarat juga hampir sama seperti yang tadi. Syaratnya yaitu pemberitahuan secara tertulis pada Kepala Dinas, mengisi blangko dari sini, retribusinya lunas, SHP yang asli, pas photo, sama fotokopi KTP. Biayanya perhitungannya 10% kali luasan kali TNTD.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
balik nama hak penempatan atau balik nama tempat dasaran sudah
berjalan dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan setiap pedagang kios
atau los yang ingin mengajukan balik nama hak penempatan atau balik
nama tempat dasaran harus memenuhi syarat-syarat yang sesuai dengan
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Perlindungan Pasar Tradisional yang diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Walikota Nomor 4 Tahun 2011 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Perlindungan Pasar Tradisional.
Berdasarkan uraian hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang
diperoleh, maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan
bahwa dalam penentuan wajib retribusi dalam retribusi pasar sudah efektif.
Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara aturan yang ada dengan kenyataan
yang berlangsung di lapangan. Aturan yang ada telah dijalankan sebagaimana
mestinya. Selain itu, dalam penentuan wajib retribusi sudah ada prosedur
retribusi yang menyulitkan bagi wajib retribusi untuk menyembunyikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
hutang retribusinya. Hal tersebut dibantu dengan adanya persyaratan-
persyaratan yang ada seperti identitas wajib retribusi yang meliputi SHP dan
KTPP yang menjadikan objek retribusi jelas sekali sehingga lebih mudah
dalam memungut retribusi dan pembayaran yang bersifat otomatis artinya di
dalam pungutan retribusi pasar sudah memuat unsur retribusi lain, seperti
pungutan retribusi pasar yang di dalamnya sudah memuat retribusi kebersihan.
Identitas tersebut juga dapat dikaitkan dengan sumber-sumber informasi yang
lain, yaitu daftar balik nama tempat dasaran dapat digunakan untuk
menentukan wajib retribusi pasar. Sehingga dalam hal ini penentuan objek
retribusi sudah jelas sekali yang menunjukkan sudah efektif menurut Teori
Devas.
2. Penetapan Nilai Kena Retribusi
Menurut Peraturan Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar, tingkat penggunaan jasa diukur
berdasarkan luas tempat dasaran, alokasi beban biaya yang dipikul untuk
menyelenggarakan fasilitas pasar berdasarkan atas letak, zona tempat, kelas
pasar, luas tempat dasaran dan fasilitas pasar. Berdasarkan Peraturan
Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran
Nilai Tempat Dasaran Pasar, tingkat penggunaan jasa tersebut adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.4
Dasar Tingkat Penggunaan Jasa
No. Dasar Uraian
1. Letak 1. Terjangkau; 2. Kurang Terjangkau; 3. Sangat Kurang Terjangkau.
2. Zona Tempat Ketentuan-ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang pada pasar dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci pada tata ruang pasar.
3. Kelas Pasar 1. IA 2. IB 3. IIA 4. IIB 5. IIIA 6. IIIB
4. Luas Tempat Dasaran 1. > 11.000 m2 2. > 3.500 m2 3. > 2.000 m2 4. > 1.000 m2 5. < 1.000 m2
5. Fasilitas Pasar 1. Lengkap Sekali 2. Lengkap 3. Kurang Lengkap
Sedangkan struktur dan besarnya tarif retribusi pasar ditetapkan
berdasarkan jenis fasilitas yang terdiri dari pelataran, los, kios, letak, zona
tempat, kelas pasar, jangka waktu pemakaian, dan pemakaian daya listrik
lingkungan.
Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak Nanang Slamet
Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
“ Tarif pemungutan retribusi juga disesuaikan dengan kelas pasar. Tarif pedagang dari pasar yang satu dengan yang lain itu berbeda tergantung kelas pasar. Klas pasar itu ada Klas pasar I, II, dan III. Lalu pedagang menggunakan fasilitas apa, misalnya apa itu los atau kios itu tarifnya berbeda, serta luasan yang dipakai. Jadi itu saling kait mengkait. Terus luasan tempat dasaran yang digunakan, kalau 4 meter dengan yang 6 meter kan berbeda, lebih mahal 6 meter misalnya dengan pasar yang sama. Misalnya Pasar Klewer itu kan tinggi ya, dengan pasar Klas III misalnya Pasar Ngumbul itu berbeda tarifnya karena Klas pasarnya udah lain. Pasar Klas IA dan IB itu juga berbeda tarifnya, disesuaikan dengan TNTD. Jadi kita memakai hitungan tarifnya 0,1 per mil dari TNTD dikali luasan yang dipakai ditambah retribusi kebersihan”. (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Berdasarkan Lampiran VI Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011
tentang Retribusi Daerah, tarif retribusi pelayanan pasar adalah :
Tabel 4.5
Tarif Retribusi Pelayanan Pasar
No. Jenis Besarnya Retribusi
1. Pelataran :
a. Pasar Kelas I
b. Pasar Kelas II
c. Pasar Kelas III
Rp. 500,00/m2/hari
Rp. 300,00/m2/hari
Rp. 200,00/m2/hari
2. Los 0,1 ‰ TNTD
3. Kios 0,1 ‰ TNTD
Sedangkan untuk penetapan TNTD (Taksiran Nilai Tempat Dasaran)
pasar di Kota Surakarta berdasarkan lampiran Peraturan Walikota Surakarta
Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Retribusi Pelayanan Pasar adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.6
Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran Pasar
No. Nama Pasar Kelas Kios (Rp) Los (Rp) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34.
Singosaren Klewer Legi Nusukan Gede Harjodaksino Jongke Notoharjo Gading Ngarsopuro Sidodadi Purwosari Kadipolo Ledoksari Mojosongo Rejosari Turisari Depok Pucang Sawit Ayu Panggungrejo Cinderamata Triwindu Kembang Kabangan Jebres Tanggul Ayam Kliwon Mebel Penumping Elpabes Ngemplak Bangunharjo
IA IA IA IA IA IB IB IB IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIA IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIB IIIA IIIA IIIA
6.000.000,00 4.600.000,00 3.100.000,00 3.100.000,00 3.100.000,00 2.875.000,00 2.875.000,00 2.875.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.975.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.825.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00
3.100.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.870.000,00 1.720.000,00 1.720.000,00 1.720.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.400.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00 1.320.000,00
900.000,00 900.000,00 900.000,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Selain retribusi pasar yang dikenakan berdasarkan tarif tersebut, maka
kepada setiap pedagang dan atau pemegang izin dikenakan Retribusi
Kebersihan Kota, yaitu :
a. Pasar Kelas I : Rp 30,00/m2
b. Pasar Kelas II : Rp 15,00/m2
c. Pasar Kelas III : Rp 10,00/m2
Sehingga perhitungan retribusi pasar per hari adalah sebagai berikut :
Keterangan :
TNTD : Taksiran Nilai Tempat Dasaran
RKK : Retribusi Kebersihan Kota
Bapak Sumarno pedagang pelataran Pasar Ngumbul menyatakan:
“ Mbayar karcis retribusinya setiap hari mbak. Mbayarnya 450. Sini mbok’o oprokan tapi luasnya 2 meter mbak.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)
35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43.
Sidomulyo Sangkrah Buah Jurug Tunggulsari Mojosongo Perumnas Joglo Bambu Ngumbul Besi Tua
IIIA IIIA IIIA IIIA IIIB IIIB IIIB IIIB IIIB
1.250.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.250.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00 1.050.000,00
900.000,00 900.000,00 900.000,00 900.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00 750.000,00
(0,1 ‰ TNTD x Luas) + RKK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Sedangkan Ibu Parmi pedagang los Pasar Tanggul menyatakan:
“ Tiap hari bayar retribusi mbak. Itu besarnya 600 tiap hari. Kan sini losnya 4 meter mbak. Itu udah termasuk bayar kebersihan.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)
Hal lain disampaikan oleh Bapak Joko pedagang kios Pasar Notoharjo
yang menyatakan:
“ Retribusi tiap hari, itu besarnya 1800. Emang mbayar-nya agak mahal soalnya sini kiosnya pake yang 6 meter mbak.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)
Hal tersebut dipertegas oleh Bapak Suryo Kurniawan selaku Petugas
Pemungut retribusi pasar di Pasar Nusukan yang menyatakan:
“ Tarifnya beda-beda. Kalau di sini kan pasarnya kelas I, TNTD-nya untuk kios Rp 3.100.000,00 kalau untuk los Rp 1.870.000,00, ngitung tarifnya 0,1 permil kali TNTD dikali luas, lalu ditambah RKK. Kalau untuk oprokan tarifnya 500 per m2 ditambah RKK tiap harinya.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012)
Berdasarkan hasil dokumentasi yang diperoleh dan uraian hasil
wawancara dengan Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE, Bapak Suryo
Kurniawan, dan dengan beberapa pedagang di sejumlah pasar, maka bila
dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam
penetapan nilai kena retribusi dalam retribusi pasar sudah efektif. Hal ini dapat
dilihat dari kesesuaian antara ketentuan yang ada dengan kenyataan yang
berlangsung di lapangan. Selain itu, dalam penetapan nilai retribusi sudah
ditentukan dengan cermat dan dengan berbagai pertimbangan. Tarif retribusi
pasar juga sudah diketahui dan petugas tidak memiliki wewenang menentukan
sendiri, serta ada catatan lain yang dapat digunakan untuk membandingkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
nilai terhutang sebenarnya, yaitu jumlah dan jenis tempat dasaran yang
ditempati pedagang atau wajib retribusi.
3. Pemungutan Retribusi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi
Daerah, retribusi pasar dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan. Dokumen tersebut dapat berupa karcis, kupon, dan
kartu langganan. Setelah dilakukan pemungutan, pejabat atau petugas yang
menerima pembayaran retribusi wajib menyetorkan hasil penerimaan retribusi
ke Kas Daerah 1x24 jam. Bagi pedagang yang tidak membayar retribusi tepat
pada waktunya, maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% setiap
bulan dari keseluruhan jumlah retribusi yang harus dibayar dan ditagih dengan
Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD), hal ini berdasarkan Peraturan
Walikota Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi
Pelayanan Pasar, yang tercantum pada BAB VI Pasal 13 ayat 2.
Bapak Suryo Kurniawan selaku Petugas Pemungut Retribusi Pasar di
Pasar Nusukan menyatakan:
“ Pemungutan retribusi dilakukan secara harian, ada yang pakai kartu, ada juga yang pakai karcis. Kalau yang kartu itu buat pedagang los dan kios, sedangkan yang karcis itu buat pedagang oprokan. Di sini belum pernah ada yang nunggak mbak, Alhamdulillah lancar mbak.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012)
Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Ibu Gini pedagang pelataran di
Pasar Nusukan menyatakan:
“ Tiap hari mbayar retribusi mbak. Kalau tidak masuk mbayar besoknya. Nanti dikasih karcis sama petugas.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yati pedagang kios Pasar
Depok menyatakan:
“ Bayar retribusinya tiap hari mbak. Kalau nunggak belum pernah mbak. Nanti misal losnya tutup, bayar besoknya.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)
Dari uraian wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sejumlah pedagang di atas membayar retribusi setiap harinya menggunakan
kartu untuk pedagang los atau kios, dan menggunakan karcis untuk pedagang
oprokan. Hal lain disampaikan oleh Ibu Dwi pedagang kios Pasar Klewer
yang menyatakan:
“ Kalo saya bayar-nya per bulan mbak. Jadi tiap bulannya saya ditariki, itu besarnya sekitar 56 ribu. Soalnya kiosnya ini ukurannya cuma sedengan, ukurannya 4 meter. Wah, belum pernah nunggak mbak.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)
Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku
Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta yang menyatakan:
“ Kalau untuk cara pemungutannya ya dengan petugas mendatangi dan menagih langsung pedagangnya. Pemungutannya ada yang harian, ada yang bulanan. Los dan pelataran itu tarikannya harian untuk semua kelas dan semua pasar. Khusus untuk kios, ada 2 pasar yang tarikannya bulanan, yaitu Pasar Singosaren dan Pasar Klewer, yang lainnya tarikannya harian. Tanda buktinya kalau yang oprokan itu karcis, kalau buat pedagang kios dan los itu kartu. Jadi tarikannya ada 2 jenis, pakai kartu sama pakai karcis. Kalau sudah terkumpul ya diserahkan ke Bendahara Pasar untuk direkap lalu dibukukan di buku semacam rekapan itu hari ini berapa jumlah uang yang masuk, uang itu diserahkan kepada Petugas Administrasi, dibuatkan nanti Dastad atau Bend 17 sebagai tanda bukti setoran ke Kas Daerah, ditandatangani oleh Lurah Pasar.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam pemungutan retribusi pasar, dilakukan dengan cara Petugas Pemungut
mendatangi langsung pedagang dengan menggunakan tanda bukti kartu untuk
pedagang kios atau los dan karcis untuk pedagang pelataran. Pemungutan
retribusi pasar untuk los dan pelataran dilakukan setiap hari di semua kelas
dan semua pasar. Sedangkan untuk kios, ada yang pemungutannya dilakukan
secara bulanan, yaitu khusus untuk Pasar Singosaren dan Pasar Klewer, untuk
pasar yang lain pemungutan tetap dilakukan secara harian. Setelah uang hasil
pemungutan terkumpul, lalu diserahkan ke Bendahara Pasar untuk dibuat
rekapitulasi, dilanjutkan ke Petugas Administrasi untuk dibuatkan Dastad atau
Bend17 yang telah ditandatangani oleh Lurah Pasar atau Kepala Pasar sebagai
tanda bukti setoran harian ke Kas Daerah.
Berikut ini merupakan alur pemungutan retribusi pasar sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan Retribusi Pasar:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 4.4
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemungutan Retribusi Pasar
Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta
Penjelasan singkat dari proses alur pemungutan Retribusi Pasar, adalah
sebagai berikut :
a. Melalui Pihak Dinas Pengelolaan Pasar Surakarta ditunjuklah beberapa
petugas khusus untuk memungut retribusi dari pedagang/Wajib Retribusi
di pasar. Petugas pemungut bertugas menarik retribusi dari
Pedagang/
Wajib Retribusi
Pemungut
Retribusi
Bendahara
Pasar
Petugas
Administrasi
Kepala
Pasar
Kas Daerah/
Bank Jateng
Dinas Pengelolaan
Pasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pedagang/Wajib retribusi yang terdiri dari pedagang los, pedagang kios,
dan pedagang oprokan (pelataran).
b. Uang hasil penarikan diserahkan kepada Bendahara Pasar. Bendahara
Pasar bertugas membuat rekapitulasi setoran harian pedagang oprokan
(pelataran), los dan kios. Kemudian uang hasil penarikan disetorkan ke
Kas Daerah/Bank Jateng oleh Petugas Administrasi. Petugas Administrasi
juga bertugas mengirimkan bukti setoran harian pasar (dastad/Bend17)
yang telah ditandatangani oleh Kepala Pasar ke Dinas Pengelolaan Pasar.
c. Kas Daerah/Bank Jateng menerima setoran harian pungutan retribusi di
masing-masing pasar, serta mengesahkan bukti setoran.
d. Dinas Pengelolaan Pasar bertugas melakukan pembukuan hasil pungutan
retribusi pasar; melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan
pasar; dan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.
Tata cara pembayaran retribusi telah diatur dalam Peraturan Daerah
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Walikota
Nomor 1-C Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan
Pasar. Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai di Kas Daerah atau tempat
lain yang ditunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditetapkan dengan
menggunakan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah), SSRD (Surat
Setoran Retribusi Daerah) atau dokumen lain yang dipersamakan (Bend 17
dan Bend 26).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Sedangkan untuk pedagang yang menunggak Bapak Nanang Slamet
Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan:
“ Pedagang yang nunggak kan ada Perda-nya itu, jadi Wajib Retribusi itu yang tidak membayar retribusi selama 30 hari, sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan. Tapi dengan melalui tahapan-tahapan.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Berdasarkan uraian hasil wawancara dan dokumentasi yang diperoleh,
maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa
dalam pemungutan retribusi sudah efektif. Pemungutan retribusi pasar yang
berlangsung di lapangan sudah sesuai dengan ketentuan yang ada, yaitu sesuai
dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) pemungutan retribusi pasar. Hal
tersebut juga didukung oleh adanya ancaman hukuman yang cukup berat atas
kelalaian membayar retribusi dan ada kemungkinan ditegaskan sehingga dapat
berlaku sebagai alat untuk menakut-nakuti.
4. Penegakan Sistem Retribusi
Penegakan sistem retribusi pasar bagi Wajib Retribusi yang belum
memenuhi kewajibannya sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2011 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Walikota Nomor 1-C
Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Retribusi Pelayanan Pasar.
Walikota dapat menerbitkan STRD (Surat Tagihan Retribusi Daerah) apabila
retribusi dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar. Jumlah kekurangan
retribusi yang terutang dalam STRD ditambah dengan sanksi administratif
berupa bunga sebesar 2% setiap bulan untuk paling lama 15 bulan sejak
terutangnya retribusi. SKRD dan STRD yang menyebabkan jumlah retribusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan retribusi dan harus
dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan. Penagihan retribusi terutang didahului dengan Surat Teguran.
Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul
menyatakan:
“ Di sini yang nunggak los, kios maupun oprokan tidak ada. Kalau sampai ada yang nunggak, ada SP I, II, dan III. Kalau sampai disegel itu ada jangka waktunya .” (wawancara pada tanggal 22 Maret 2012)
Lain halnya dengan Ibu Sumi pedagang kios Pasar Depok yang
menyatakan:
“ Nggih kala mbiyen pernah nunggak mbak. Niku pas kula ne sakit. Gek nggih pripun mbak, mboten wonten sing nggenteni kok. Retribusine nggih tetep mlampah niku, kan kula nganggene kios. Dadose nggih dietung nunggak. Trus kula mbayar tunggakane niku nggih pas petugase mriki, nariki kalih sisan mbayar sing dinten niku. Kala mbiyen nggih disukani surat niku mbak.” (wawancara pada tanggal 4 Juni 2012)
Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Daliman selaku Lurah Pasar Depok
menyatakan:
“ Yang nunggak dipanggil, dikasih Surat Peringatan, SP I, SP II, SP III, baru punishment atau tindakan. Itu kalau tunggakannya besar, tapi kalau tunggakannya kecil ya musyawarah dulu. ” (wawancara pada tanggal 26 Maret 2012)
Lebih lanjut Bapak Daliman selaku Lurah Pasar Depok menyatakan:
“ Ya paling tidak 1 atau 2 orang ada lah mbak pedagang yang nunggak. Jadi nanti dihitung berapa hari pedagangnya nunggak. Trus nanti ditagih sama petugas pemungut, di kios apa losnya biar langsung dibayar sama pedagangnya. Jadi biar tunggakannya nggak numpuk.” (wawancara pada tanggal 26 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Hal tersebut juga diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE
selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta yang menyatakan:
“ Pedagang yang nunggak kan ada Perda-nya itu. Jadi Wajib Retribusi itu yang nggak mbayar retribusi selama 30 hari, sanksi, sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan tapi dengan melalui tahapan-tahapan, tidak langsung kita segel. Ada yang namanya pemberitahuan dulu ke pedagang kalau sampeyan punya tunggakan, terus kita panggil. Jika dari pemberitahuan tidak ada respon, 1 minggu kita luncurkan surat pemanggilan. Jika tidak ada respon lagi, kita luncurkan SP I, seminggu lagi tidak ada respon kita luncurkan SP II, tidak ada lagi kita luncurkan SP III. Dalam waktu itu Wajib Retribusi dikenai sanksi administrasi berupa bunga atau denda sebesar 2% tiap bulannya. Nagihnya pakai STRD yang dikeluarkan Walikota. Jika dari tahapan-tahapan itu tetap nggak ada respon, maka baru kita lakukan pemberitahuan penyegelan. Jadi ada 6 tahapan, masing-masing tahapan 1 minggu. Jadi tidak serta merta mereka nunggak langsung kita segel, tapi melalui tahapan-tahapan itu.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Berdasarkan hasil dokumentasi dan uraian hasil wawancara di atas,
dapat disimpulkan bahwa penagihan retribusi terutang dilakukan
menggunakan STRD (Surat Tagihan Retribusi Daerah) yang didahului dengan
Surat Teguran. Wajib Retribusi yang menunggak selama 30 hari dikenai
sanksi sampai dengan pencabutan SHP dan penyegelan tetapi dengan melalui
tahapan-tahapan. Sebelumnya ada pemberitahuan dari Dinas Pengelolaan
Pasar kepada Wajib Retribusi yang menunggak. Apabila dari pemberitahuan
tersebut tidak ada respon, dalam jangka waktu 1 minggu Dinas Pengelolaan
Pasar akan mengeluarkan Surat Pemanggilan. Apabila dari Surat Pemanggilan
tersebut juga tidak ada respon, maka dalam jangka waktu 1 minggu Dinas
Pengelolaan Pasar akan mengeluarkan Surat Peringatan I. Apabila dari Surat
Peringatan I tersebut juga tidak ada respon lagi, maka dalam jangka waktu 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
minggu Dinas Pengelolaan Pasar akan mengeluarkan Surat Peringatan II,
sampai Surat Peringatan III apabila tidak ada respon lagi setelah jangka waktu
1 minggu Surat Peringatan II dikeluarkan. Dalam jangka waktu tersebut,
Wajib Retribusi yang menunggak dikenai sanksi administratif berupa bunga
atau denda sebesar 2% setiap bulannya. Apabila dari tahapan-tahapan tersebut
tidak ada respon, maka Dinas Pengelolaan Pasar baru akan melakukan
pemberitahuan penyegelan. Dengan demikian, bila dibandingkan dengan
aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa dalam penegakan sistem retribusi
dalam retribusi pasar sudah efektif. Dalam penegakan sistem retribusi, petugas
dapat melakukan penyegelan yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak
main-main dan benar-benar tegas dalam menjalankan peraturan.
5. Pembukuan Penerimaan
Tugas masing-masing dari petugas atau pejabat yang terlibat dalam
penarikan retribusi terkait dengan pembukuan penerimaan menurut Standar
Operasional Prosedur (SOP) adalah sebagai berikut:
a. Pemungut Retribusi, memiliki tugas membuat rekapitulasi los dan kios per
blok, serta karcis oprokan.
b. Bendahara Pasar, memiliki tugas membuat rekapitulasi setoran harian
oprokan, los, dan kios.
c. Petugas Administrasi, memiliki tugas:
1) Membuat Manstad (karcis oprokan, los, dan kios)
2) Membuat buku Kas Umum
3) Membuat Dastad/Bend 17 (setoran harian)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
4) Menyetorkan hasil pungutan pasar ke Kas Daerah (Bank Jateng)
5) Mengirimkan bukti setoran ke Dinas Pengelolaan Pasar
d. Kepala Pasar, memiliki tugas menandatangani bukti setoran harian pasar
(dastad/Bend 17).
e. Bank Jateng, memiliki tugas menerima setoran harian pungutan retribusi
pasar di masing-masing pasar dan mengesahkan bukti setoran.
f. Dinas Pengelolaan Pasar, memiliki tugas:
1) Melakukan pembukuan hasil penagihan atau pungutan pasar
2) Melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan pasar
3) Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan
Prosedur pembukuan yang baik dibutuhkan agar semua retribusi yang
dipungut petugas retribusi benar-benar dibukukan dan masuk Kas Daerah.
Dari Standar Operasional Prosedur (SOP) penarikan retribusi pasar dapat
diperoleh alur pembukuan sebagai berikut:
a. Uang hasil tarikan retribusi oleh petugas pemungut diserahkan kepada
Bendahara Pembantu Pasar. Bendahara Pembantu Pasar bertugas membuat
rekapitulasi setoran harian pedagang oprokan (pelataran), los dan kios.
Kemudian uang hasil tarikan disetorkan ke Kas Daerah/ Bank Jateng
menggunakan tanda bukti setoran Bend17 dan Dastad yang ditandatangani
oleh Kepala Pasar. Setelah itu, Petugas Administrasi menyetorkan hasil
tarikan retribusi harian tersebut ke Kas Daerah/Bank Jateng.
b. Kas Daerah/Bank Jateng menerima setoran harian pungutan retribusi di
masing-masing pasar, serta mengesahkan bukti setoran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
c. Dinas Pengelolaan Pasar bertugas melakukan pembukuan hasil pungutan
retribusi pasar; melakukan penyusunan laporan tunggakan dan penerimaan
pasar; dan membuat laporan harian, mingguan dan bulanan.
Bapak Agus Triyono selaku Petugas Pemungut di Pasar Tanggul
menyatakan:
“ Setelah retribusi pasar terkumpul langsung disetorkan ke Bank Jateng. Waktunya 1x24 jam, kecuali kalau hari libur. Kalau akhir tahun atau tutupan tahun tarikan langsung disetorkan. Kalau di sini kan pasarnya agak kecil, petugasnya terbatas. Jadi tugas saya banyak, selain menjadi Petugas Pemungut, juga menjadi Bendahara Pasar. Tugasnya ya agak serabutan, tiap hari harus buat rekap setoran harian los, kios, sama oprokan, per bloknya juga.” (wawancara pada tanggal 22 Maret 2012)
Hal senada disampaikan oleh Ibu Wulan selaku Petugas Administrasi
Pasar Nusukan yang menyatakan:
“ Kalau tugas saya sebagai Petugas Administrasi itu banyak dek. Ya seperti membuat manstad, buku kas umum, Bend17, lalu setoran ke Bank Jateng. Itu buat-nya tiap hari. Nah di situ bukti setorannya dikirim ke Dinas Pengelolaan Pasar sebagai tanda bukti. Jadi urutannya, dari pedagang dipungut retribusi sama petugas pemungut, lalu dibikin rekapannya. Kalau sini kan mungut-nya udah siang, jadi setorannya besok pagi. Yang penting nggak lebih dari 1x24 jam.” (wawancara pada tanggal 5 Juni 2012)
Hal yang sama juga disampaikan oleh Bapak Sudarno selaku Lurah
Pasar Nusukan yang menyatakan:
“ Kalau sudah dilakukan pemungutan lalu uangnya disetor ke Kas Daerah. 1x24 jam, hari ini narik, besok pagi harus sudah disetorkan. Kalau tugas yang terkait pembukuan ya menandatangani bukti setoran harian pasar mbak.” (wawancara pada tanggal 20 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Hal tersebut diperjelas oleh Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku
Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar
Kota Surakarta yang menyatakan:
“ Alur buat setoran, dari pedagang kan sudah ada tarif retribusinya. Dari petugas pemungut melakukan pemungutan, uang tersebut diserahkan kepada petugas administrasi, dan dibukukan atau direkap di buku semacam rekapan itu hari ini berapa jumlah uang yang masuk. Uang itu diserahkan kepada Kas Bendahara Pembantu dibuatkan nanti daftar ataupun Bend 17 sebagai tanda bukti setoran ke Bank Jateng, ditandatangani sama Lurah Pasar. Di Bend 17 ada tembusan ke DPP, DPP nanti kroscek ke Kas Daerah/Bank Jateng. ” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Ibu Ratih selaku Customer Service (CS) Bank Jateng Kantor Cabang
Kota Surakarta menyatakan:
“ Iya mbak, retribusi pasar disetorkan ke sini. Trus direkap, lalu dilaporkan ke DPPKAD, Dinas Pengelolaan Pasar dan Keuangan Pemkot. Itu waktunya 1x24 jam. Kalo soal keterlambatan, belum pernah terjadi. Lancar dan rutin.” (wawancara pada tanggal 3 Mei 2012)
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang diperoleh,
maka bila dibandingkan dengan aturan yang ada dapat disimpulkan bahwa
dalam pembukuan penerimaan dalam retribusi pasar sudah efektif. Retribusi
pasar yang dipungut lalu dibukukan secara cermat dan melalui tahap-tahap
untuk mencegah kebocoran hasil retribusi. Selain itu, juga terdapat laporan
teratur mengenai target dan realisasi retribusi pasar sehingga dapat
mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi petugas dalam sistem
pemungutan retribusi yang dijalankan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
C. Tingkat Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar
Tingkat efektivitas penarikan retribusi pasar didapat dengan
membandingkan antara realisasi penarikan retribusi pasar dengan target penarikan
retribusi pasar. Setelah mendapatkan persentase perbandingannya maka dilihat
apakah telah memenuhi kriteria keefektifan. Bila didapat bahwa penarikan
retribusi pasar telah efektif berarti kinerja penarikan retribusi pasar Kota Surakarta
semakin baik. Dalam penelitian ini yang dipertimbangkan dalam menentukan
efektivitas hanya pencapaian target. Sedangkan untuk tujuan lain, seperti keadilan,
ketepatan waktu pembayaran, dan kepastian hukum diabaikan.
Tingkat efektivitas penarikan retribusi pasar Kota Surakarta dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tingkat Efektivitas �Realisasi Pendapatan
Anggaran Pendapatan x 100%
Setelah didapat persentasenya maka dapat dilihat dengan membandingkan
dengan kriteria pengukuran efektivitas. Kriteria efektivitas menurut Departemen
Dalam Negeri dengan Kepmendagri No.690.900-327 Tahun 1996 seperti yang
dikutip A.A.N.B. Dwiranda (http://ejournal.Unud.ac.id) adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 4.7
Kriteria Pengukuran Efektivitas
No. Prosentase Tingkat Efektivitas Tanda/Kode 1. > 100% Sangat Efektif SE 2. > 90% - 100% Efektif E 3. > 80% - 90% Cukup Efektif CE 4. > 60% - 80% Kurang Efektif KE 5. ≤ 60% Tidak Efektif TE
Di bawah ini disajikan tabel hasil perhitungan efektivitas retribusi pasar
Kota Surakarta Tahun Anggaran 2011.
Tabel 4.8
Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2011
No. Jenis
Retribusi Pasar Target (Rp)
Realisasi (Rp)
Efektivitas Retribusi Pasar (%)
1. Pelataran Klas I 454.971.000 443.710.800 97,53 2. Pelataran Klas II 339.356.000 310.203.300 91,41 3. Pelataran Kelas III 103.734.000 110.256.650 106,29 4. Los Klas I 884.031.000 767.998.600 86,87 5. Los Klas II 343.420.000 286.862.115 83,53 6. Los Klas III 36.146.000 43.934.945 121,55 7. Kios Klas I 4.848.840.000 4.022.776.740 82,96 8. Kios Klas II 196.440.000 231.217.260 117,70 9. Kios Klas III 38.104.000 45.482.025 119,36
Jumlah 7.245.042.000 6.262.442.435 86,44 Sumber: Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta (diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa perolehan tertinggi penarikan
retribusi pasar didapat dari retribusi Kios Klas I yaitu sebesar Rp
4.022.776.740,00 dan perolehan terendah didapat dari retribusi Los Klas III yaitu
sebesar Rp 43.934.945,00. Dari 9 objek retribusi pasar hanya 4 yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
mencapai target yaitu Pelataran Klas III, Los Klas III, Kios Klas II, Kios Klas III
sedangkan lainnya belum mencapai target yang telah ditentukan yaitu Pelataran
Klas I, Pelataran Klas II, Los Klas I, Los Klas II, dan Kios Klas I. Jumlah
penarikan retribusi pasar yang ditargetkan adalah sebesar Rp 7.245.042.000,00.
Sedangkan jumlah penarikan retribusi pasar yang didapatkan atau realisasi dari
target adalah sebesar Rp.6.262.442.435,00.
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas
penarikan retribusi pasar sesuai dengan kriteria efektivitas menurut Departemen
Dalam Negeri dengan Kepmendagri No.690.900-327 Tahun 1996 seperti yang
dikutip A.A.N.B. Dwiranda (http://ejournal.Unud.ac.id) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Kriteria Efektivitas Penarikan Retribusi Pasar Kota Surakarta
Tahun Anggaran 2011
No. Objek Retribusi Pasar Kriteria Efektivitas 1. Pelataran Klas I E 2. Pelataran Klas II E 3. Pelataran Klas III SE 4. Los Klas I CE 5. Los Klas II CE 6. Los Klas III SE 7. Kios Klas I CE 8. Kios Klas II SE 9. Kios Klas III SE 10. Retribusi secara Keseluruhan CE
Berdasarkan tabel di atas penarikan retribusi pasar berdasarkan
klasifikasinya ada 4 yang sangat efektif, 2 yang sudah efektif, dan 3 yang cukup
efektif. Untuk retribusi pasar Pelataran Klas III, Los Klas III, Kios Klas II, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Kios Klas III tingkat efektivitasnya sangat efektif. Untuk retribusi pasar Pelataran
Klas I dan Pelataran Klas II tingkat efektivitasnya sudah efektif. Untuk Los Klas
I, Los Klas II, dan Kios Klas I tingkat efektivitasnya cukup efektif. Sedangkan
bila dilihat dari retribusi secara keseluruhan pada tahun anggaran tersebut tingkat
efektivitasnya adalah cukup efektif.
D. Hambatan-hambatan yang Dihadapi dan Upaya untuk Mengatasinya
1. Hambatan-hambatan yang Dihadapi dalam Rangka Peningkatan
Efektivitas Retribusi Pasar
Meskipun sudah berusaha secara maksimal untuk mengembangkan
potensi dan menjalankan kewenangan yang dimiliki dengan optimal, akan
tetapi masih ada permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Dinas
Pengelolaan Pasar Kota Surakarta. Adapun permasalahan-permasalahan yang
dihadapi itu adalah sebagai berikut:
a. Kurangnya Ketertarikan Pedagang untuk Menempati Los dan Kios yang
Masih Kosong
Kios dan los merupakan aspek yang sangat potensial dalam
memberikan income yang cukup besar dalam retribusi pasar yang tentunya
akan berdampak pada Pendapatan Asli Daerah. Akan tetapi masih banyak
kios dan los yang masih kosong atau belum laku. Masyarakat yang ingin
berdagang kurang tertarik untuk menempati los dan kios yang masih
kosong, apalagi pasar tersebut pasca revitalisasi. Hal ini dikarenakan letak
los dan kios pasar yang kurang strategis. Selain itu, pedagang juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
beranggapan bahwa mangsa pasar yang masih rendah, dalam artian
pembeli masih sedikit.
Hal tersebut senada dengan pernyataan Bapak Timan pedagang
buah di dekat kampus ISI Surakarta:
“ Ya gimana ya mbak. Ya belum berani buat nempatin los atau kios. Soalnya kan letak dari kiosnya itu nggak strategis. Masa ya nempatin kios yang di pojokan, kan ya nggak ada pembeli to mbak. Apalagi kiosnya di lantai atas.” (wawancara pada tanggal 6 Juni 2012)
Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi
Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta menyatakan:
“ Penjualan los dan kios pasca revitalisasi pasar. Misal pasar lama 40 kios, pedagang lama kan masuknya gratis. Setelah revitalisasi ada 50 kios, jadi kan sisa 10 kios. Tapi selama kios yang 10 ini belum laku, maka akan menyebabkan target tidak tercapai karena kios yang belum laku itu tetap masuk target“ (wawancara pada tanggal 28 Maret 2012)
Masalah tersebut harus segera ditangani oleh Dinas Pengelolaan
Pasar. Selain itu, kios dan los yang masih kosong atau belum laku akan
tetap masuk dalam target anggaran sehingga menyebabkan target telah
ditentukan tidak tercapai.
b. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)
Karena jumlah petugas di pasar terbatas, seringkali membuat
petugas pasar merangkap dalam bertugas atau bekerja. Misalnya saja,
kadang-kadang ada petugas pemungut yang merangkap menjadi petugas
kebersihan atau petugas administrasi. Jadi petugas harus pandai-pandai
dalam mengatur waktunya agar tetap dapat melaksanakan pekerjaannnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
secara optimal. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas baik
menyangkut kualitas maupun kuantitasnya merupakan akibat dari
meningkatnya kewenangan, tugas, serta pekerjaan yang harus ditangani
oleh Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta.
Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi
Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta menyatakan:
“ Ada juga kendala dari petugas, karena petugas kita kan terbatas. Kadang-kadang petugas pemungut itu merangkap ya kebersihan, ada yang administrasi. Jadi mereka itu harus pandai-pandai mengatur waktu. Terkadang kerjanya juga nggak maksimal. Misal saat pemungutan itu kadang petugas yang merangkap terburu-buru dalam memungut, karena juga harus bersih-bersih tadi.“ (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak Agus Triyono selaku
Petugas Pemungut di Pasar Tanggul menyatakan:
“ Di sini kan pasarnya agak kecil, petugasnya terbatas. Jadi tugas saya banyak, selain menjadi Petugas Pemungut, juga menjadi Bendahara Pasar. Tugasnya ya agak serabutan, tiap hari harus buat rekapan setoran harian los, kios, sama oprokan, per bloknya juga.” (wawancara pada tanggal 22 Maret 2012)
2. Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan-hambatan
yang Dihadapi Dinas Pengelolaan Pasar
Setiap masalah harus dicari penyelesaian agar kembali menjadi baik.
Dalam hal ini hambatan pelaksanaan penarikan retribusi pasar harus dicari
solusi agar pelaksanaan penarikan retribusi pasar dapat berjalan dengan lancar
sesuai yang direncanakan, sehingga diperoleh pendapatan retribusi pasar
sesuai yang ditargetkan, bahkan kalau bisa melebihi target tersebut serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
diperoleh peningkatan penerimaan retribusi dari waktu ke waktu. Untuk
mengatasi hambatan-hambatan tersebut di atas, Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a. Dengan mengadakan sosialisasi
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
membayar retribusi, maka Dinas Pengelolaan Pasar telah mengadakan
sosialisasi Peraturan Daerah tentang Retribusi Pasar, yaitu melalui
penyuluhan-penyuluhan secara langsung dan tidak langsung kepada wajib
retribusi. Dengan penyuluhan ini diharapkan masyarakat lebih mengerti
tentang hak dan kewajiban sebagai wajib retribusi.
Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi
Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta menyatakan:
“ Sebenarnya pedagang sudah memiliki kesadaran dalam membayar retribusi. Hanya saja perlu ditingkatkan. Caranya ya pedagang-pedagang itu diberi pengertian, juga sosialisasi misal ada Perda baru. Baik langsung maupun tidak langsung. Nanti kan pedagang jadi ngerti hak dan kewajibannya itu seperti apa.“ (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
Selain itu, dalam menumbuhkan minat pedagang untuk menempati
kios dan los yang masih kosong atau belum laku, Dinas Pengelolaan Pasar
mengadakan promosi yang berupa pemberitahuan bahwa kios atau los
tersebut masih kosong. Hal itu dijelaskan oleh Bapak Nanang Slamet
Sukatno, SE selaku Kepala Seksi Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar
Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta menyatakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
“ Kalau untuk los dan kios yang masih kosong ya diadakan promosi mbak. Biasanya itu berupa papan atau kertas yang ditempel di depan los dan kios yang masih kosong yang menginformasikan bahwa kios dan los tersebut masih kosong. Kadang juga dari orang ke orang.” (wawancara pada tanggal 19 Maret 2012)
b. Meningkatkan mutu petugas pelaksana retribusi
Para petugas pelaksana retribusi harus diberi pengertian bahwa
mereka adalah garda terdepan dalam meningkatkan pendapatan daerah
melalui penarikan retribusi. Berarti jika tidak ada mereka, pembiayaan
akan pembangunan terhenti. Di lain pihak, jika pembangunan terhenti
maka penarikan retribusi pun tidak ada atau mereka akan kehilangan
pekerjaan. Mutu petugas pelaksana retribusi ditingkatkan melalui
pendidikan dan latihan (Diklat).
Bapak Nanang Slamet Sukatno, SE selaku Kepala Seksi
Pembukuan Bidang Pendapatan Pasar Dinas Pengelolaan Pasar Kota
Surakarta menyatakan:
“ Kita tiap tahun melakukan pembinaan dan pelatihan bagi pengelola pasar, pedagang pasar, dan para paguyuban pasar. Pembinaan dan pelatihan diambil dari APBD Tk.II maupun bantuan dari Kementerian Perdagangan.“ (wawancara pada tanggal 28 Maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui efektivitas retribusi
pasar di Kota Surakarta, untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi dan
upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Penarikan retribusi pasar di Kota Surakarta dari segi prosesnya berdasarkan
teori Devas sudah efektif. Efektivitas menyangkut semua tahap administrasi
penerimaan retribusi yang meliputi penentuan wajib retribusi, penetapan nilai
kena retribusi, pemungutan retribusi, penegakan sistem retribusi, dan
pembukuan penerimaan.
a. Penentuan wajib retribusi dalam retribusi pasar di Kota Surakarta sudah
efektif. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara aturan yang ada dengan
kenyataan yang berlangsung di lapangan. Dalam penentuan wajib retribusi
sudah ada prosedur retribusi yang menyulitkan bagi wajib retribusi untuk
menyembunyikan hutang retribusinya. Adanya persyaratan-persyaratan
yang ada seperti identitas wajib retribusi yang meliputi SHP dan KTPP
menjadikan objek retribusi jelas sekali sehingga lebih mudah dalam
memungut retribusi, dan pembayaran yang bersifat otomatis artinya di
dalam pungutan retribusi pasar sudah memuat unsur retribusi lain, seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
pungutan retribusi pasar yang di dalamnya sudah memuat retribusi
kebersihan.
b. Penetapan nilai kena retribusi dalam retribusi pasar di Kota Surakarta
sudah efektif. Hal ini dapat dilihat dari kesesuaian antara aturan yang ada
dengan kenyataan yang berlangsung di lapangan. Dalam penetapan nilai
retribusi sudah ditentukan dengan cermat dan dengan berbagai
pertimbangan. Tarif retribusi pasar juga sudah diketahui dan petugas tidak
memiliki wewenang menentukan sendiri, serta ada catatan lain yang dapat
digunakan untuk membandingkan nilai terhutang sebenarnya, yaitu jumlah
dan jenis tempat dasaran yang ditempati pedagang atau wajib retribusi.
c. Pemungutan retribusi pasar di Kota Surakarta sudah efektif. Pemungutan
retribusi pasar yang berlangsung di lapangan sudah sesuai dengan aturan
yang ada, yaitu sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
pemungutan retribusi pasar. Selain itu, juga didukung oleh adanya
ancaman hukuman yang cukup berat atas kelalaian membayar retribusi
dan ada kemungkinan ditegaskan sehingga dapat berlaku sebagai alat
untuk menakut-nakuti.
d. Penegakan sistem retribusi dalam retribusi pasar di Kota Surakarta sudah
efektif. Dalam penegakan sistem retribusi, petugas dapat melakukan
penyegelan yang menunjukkan bahwa pemerintah tidak main-main dan
benar-benar tegas dalam menjalankan peraturan.
e. Pembukuan penerimaan retribusi pasar di Kota Surakarta sudah efektif.
Retribusi pasar yang dipungut dibukukan secara cermat dan melalui tahap-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
tahap untuk mencegah kebocoran hasil retribusi. Selain itu, juga terdapat
laporan teratur mengenai target dan realisasi retribusi pasar sehingga dapat
mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi petugas dalam sistem
pemungutan retribusi yang dijalankan.
2. Apabila dilihat dari segi hasil penarikan retribusi pasar, kriteria efektivitas
besarnya penarikan retribusi pasar pada tahun anggaran 2011 berdasarkan
klasifikasi retribusi pasar untuk Pelataran Klas III, Los Klas III, Kios Klas II,
dan Kios Klas III tingkat efektivitasnya sangat efektif. Untuk retribusi pasar
Pelataran Klas I dan Pelataran Klas II tingkat efektivitasnya sudah efektif.
Untuk Los Klas I, Los Klas II, dan Kios Klas I tingkat efektivitasnya cukup
efektif. Sedangkan bila dilihat dari penarikan retribusi pasar secara
keseluruhan pada tahun anggaran 2011 tingkat efektivitasnya adalah cukup
efektif.
3. Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam efektivitas penarikan retribusi pasar
diantaranya adalah kurangnya ketertarikan pedagang untuk menempati los dan
kios yang kosong dan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM). Sedangkan
upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut
diantaranya adalah dengan mengadakan sosialisasi dan meningkatkan mutu
petugas pelaksana retribusi.
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
1. Lebih menggalakkan promosi, misalnya dalam bentuk pamflet, iklan di koran,
dan lain sebagainya, untuk kios dan los yang masih kosong apalagi yang
letaknya kurang strategis agar kios dan los tersebut menjadi laku. Dengan
demikian penerimaan retribusi pasar dapat meningkat dan mencapai target
yang telah ditetapkan karena tidak terbebani lagi oleh kios dan los yang masih
kosong yang sudah masuk target.
2. Mengenai jumlah pegawai di setiap pasar selayaknya Dinas Pengelolaan Pasar
perlu segera meninjau kembali formasi petugas-petugas yang ada di pasar dan
menata ulang formasinya dalam rangka pemerataan tugas mengingat adanya
pegawai yang merangkap. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi
petugas yang merangkap dalam melaksanakan tugasnya.