Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
75
Dukungan Dan Karakteristik Keluarga Dengan Pemenuhan Nutrisi Pada Lansia
Family Support and Characteristics of the Caring Family On the Elderly Nutrition
Nuri Nazari1, Rusli Yusuf2, Teuku Tahlil1
1Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala 2Bagian Pendidikan, Kependudukan, dan Lingkungan Hidup, FKIP, Universitas Syiah Kuala
Abstrak
Lansia menunjukkan penurunan kemampuan biologis dan fisiologis akibat dari proses penuaan (degeneratif), sehingga
untuk menjaga kesehatan lansia terutama dalam pemenuhan nutrisi sangat besar dipengaruhi oleh bagaimana
karakteristik dan dukungan keluarga dalam pemenuhan nutrisi lansia. Metode yang digunakan yaitu kuantitatif studi
dengan desain survey analitik digunakan untuk menggali sejauh mana karakteristik dan dukungan keluarga yang
berhubungan dengan pemenuhan nutrisi pada lansia. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal bersama
dengan keluarga di wilayah kerja puskesmas ulee kareng, jumlah populasi: 971 lansia. Teknik pengambilan sampel
menggunakan Proportionate Stratified Random Sampling sehingga jumlah sampel yaitu 100 lansia. Penelitian ini dilakukan
dengan mengisi kuesioner secara terpimpin untuk mengukur karakteristik keluarga, dukungan keluarga, dan mengukur
pemenuhan nutrisi pada lansia.Untuk karakteristik dan dukungan keluarga di interpretasi dari hasil pengisian kuesioner
secara terpimpin dengan keluarga. Hasil penelitian dengan menggunakan dua analisis data, univariat dan bivariat.
Univariat; dukungan keluarga yaitu optimal (67%), karakteristik keluarga optimal (72%), pemenuhan nutrisi lansia
seimbang (70%). Bivariat; ada hubungan dukungan keluarga dengan pemenuhan nutrisi lansia (p= 0,002), ada hubungan
karakteristik keluarga dengan pemenuhan nutrisi lansia (p= 0,003). Untuk melihat pengaruh yang paling dominan,
dukungan keluarga adalah variabel yang paling mempengaruhi dalam pemenuhan nutrisi pada lansia.
Kata Kunci: Dukungan, Karakteristik, Keluarga, Nutrisi Lansia.
Abstract
Elderly showed a decrease in the ability of biological and physiological consequence of the aging process (degenerative), so
as to maintain the health of the elderly, especially in nutrition is greatly influenced by how the characteristics and family
support in the elderly nutrition.The method used is quantitative analytical study with survey design to explore the extent to
which the characteristics and family support related to nutrition in the elderly. The population in this study is the elderly
who live with the family in the working area of Ulee Kareng health centers, the number of population: 971 elderly. The
sampling technique used Proportionate Stratified Random Sampling so that the number of samples is 100 elderly.The
research is done by filling out the questionnaire to measure characteristics guided family, family support, and a measure of
nutrition at the elderly.For characteristics and family support in the interpretation of the results of the questionnaires are
guided by the family.The results using two data analysis, univariate and bivariate.Univariat; family support that is optimal
(67%), family characteristics optimal (72%), elderly balanced nutrition (70%). bivariate; No relationship of nutrition support
families with elderly (p = 0.002), there is a relationship with the family characteristics of nutrition elderly (p = 0.031). To see
the most dominant influence, family support are the variables that most influence the nutrition of the elderly.
Keywords: Support, Characteristics, Family, elderly nutrition.
Korespondensi:
* Nuri Nazari, Magister Keperawatan, Program Pascasarjana, Universitas Syiah Kuala,
Darussalam, Banda Aceh, Email: [email protected]
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
76
Latar Belakang
Dukungan keluarga merupakan salah satu
bentuk terapi yang diperlukan karena
melalui keluarga berbagai masalah
kesehatan bisa muncul sekaligus dapat
diatasi (Friedman, 1998). Friedman juga
menjelaskan bahwa ada empat jenis
dukungan keluarga yaitu dukungan
instrumental, dukungan informasional,
dukungan penghargaan dan dukungan
emosional. Selain dukungan keluarga,
karakteristik keluarga juga mempengaruhi
kemampuan individu termasuk lansia dalam
mengatasi masalah kesehatan yaitu
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, tipe
Keluarga dan usia (Friedman, 2004).
Berdasarkan data survey nasional
perwakilan di Myanmar, Vietnam, dan
Thailand tahun 2011-2012, didapatkan hasil
bahwa di Vietnam lansia berpendapat
bahwa hidup bersama dengan anak telah
menikah akan lebih menyenangkan
dibandingkan tinggal dengan sendiri. Di
Thailand, para lansia berpendapat bahwa
tinggal bersama anak perempuannya yang
telah menikah akan lebih membahagiakan
dibandingkan dengan tinggal sendiri,
sedangkan di Myanmar tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan
(Teerawichitchainan B, Pothisiri W, Long GT,
2015).
Sehingga bisa disimpulkan bahwa lansia
yang tinggal bersama dengan keluarganya
akan mendapatkan dukungan dari
keluarganya sehingga lansia akan merasa
nyaman dalam menghadapi semua masalah
yang dihadapinya.
Data BPS (Badan Pusat Statistik)
menunjukkan bahwa Indonesia termasuk
Negara yang memasuki era populasi
berstruktur usia lanjut (Aging Structured
Population) karena jumlah penduduk yang
berusia 60 tahun lebih dari 7,18% atau 14,4
juta jiwa dari total jumlah penduduk
(Henniwati, 2008). Henniwati mengatakan
Pada tahun 2005 jumlah Lansia sudah
berkisar 19,9 juta jiwa atau 8,48%, dan
meningkat menjadi 24 juta jiwa atau 9,77%
dari total penduduk pada tahun 2010, Pada
tahun 2020 diperkirakan angka ini akan
mencapai 29 juta orang atau 11,4%
(Henniwati,2008).
Dari data Profil Kesehatan Aceh 2012
diinformasikan bahwa jumlah lansia yang
ada di Provinsi Aceh adalah sebanyak
873.370 jiwa atau 18% dari jumlah
penduduk. Untuk kota Banda Aceh sendiri
Lansia berjumlah 36.427 jiwa atau 15,5%
dari jumlah seluruh penduduk kota Banda
Aceh. Untuk daerah wilayah kerja
Puskesmas Ulee Kareng dengan jumlah
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
77
penduduk 23.735 jiwa atau 10% dari jumlah
penduduk Nanggroe Aceh Darussalam,
terdapat 971 jiwa Lansia atau 4% dari jumlah
penduduk Ulee Kareng. Kemudian dari data
puskesmas ulee kareng peneliti juga
mendapatkan data bahwa terdapat 86 lansia
atau 8,9% dari jumlah lansia di Ulee Kareng
yang mengalami obesitas, serta tidak
didapati lansia yang mengalami kekurangan
gizi. Meningkatnya jumlah lansia juga
menimbulkan masalah terutama dari segi
kesehatan dan kesejahteraan Lansia yang
memerlukan penanganan yang tepat
(Nugroho, 2006).
Bila dikaitkan dengan budaya Aceh, pada
proses sosialisasi untuk menumbuhkan rasa
sungkan anak-anak Aceh dalam menghadapi
dan berbicara dengan ayahnya. Jika ada
keinginan cukup disampaikan melalui ibunya
saja, hubungan menantu dengan mertua
juga bersifat terbatas, apabila menantu ingin
menyampaikan sesuatu kepada mereka
mertua terkadang disampaikan melalui
pesan kepada istrinya. Hubungan yang
kelihatan tidak terlalu akrab ini bukan
berarti tidak saling memperhatikan dan
menyayangi. Tetapi semata mata untuk
menjaga rasa hormat kepada orangtua
(Rusdi,S & Wibowo,A.B, 2004).
Perawat merupakan ujung tombak dalam
menemukan fenomena yang terjadi
dikomunitas dan keluarga. Perawat
merupakan tenaga kesehatan profesional
yang merupakan sumber daya berharga bagi
individu, keluarga dan masyarakat untuk
memperoleh informasi serta bantuan
kesehatan. Perawat profesional tidak hanya
harus mampu menangani aspek terapeutik
gizi namun juga mengenai unsur yang
penting tentang pencegahan kelebihan atau
kekurangan gizi dan tentang promosi
kesehatan (Friedman, 2004).
Dukungan dan fungsi keluarga dalam
kehidupan lansia sangat penting, karena
setidaknya 85% lansia membutuhkan
dukungan dari keluarga (Stanhope &
Lancaster, 2004).
Menurut Baron & Byrne (2005) keluarga
dapat memberikan empat dukungan yaitu:
1) Dukungan emosional (emosional support)
dimana keluarga memahami keluhan lansia
dan memberikan saran untuk memecahkan
masalah; 2) Dukungan informasional
(informational support), yaitu keluarga
sebagai pencari informasi tentang
kebutuhan nutrisi lansia dan memenuhi
kebutuhan kesehatan keluarga; 3) Dukungan
instrumental (instrumental support),
keluarga memberikan bantuan kepada lansia
baik berupa keuangan, juga membantu
pekerjaan rumah tangga dalam
mempersiapkan makanan dan menyediakan
transportasi untuk membeli kebutuhan
makanan lansia; 4) Dukungan penghargaan
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
78
(appraisal support), keluarga mengapresiasi
anggota keluarganya dan memberikan
umpan balik pada anggota keluarga yang
mengevaluasi diri.
Dukungan-dukungan ini sangat dibutuhkan
oleh lansia dalam pemenuhan nutrisi.
Penilaian status gizipada lansia dilakukan
dengan perhitungan Indeks massa tubuh
(IMT), berdasarkan berat badan (BB) dibagi
dengan tinggi badan (TB) yang dikuadratkan.
IMT merupakan alat sederhana untuk
menilai status gizi orang dewasa.
Hasil penelitian Setiyowati (2007) yang
dilakukan dikabupaten Kendal, menunjukkan
adanya dukungan keluarga dengan
pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia
dimana responden yang mendapatkan
dukungan cukup baik berjumlah 66,7%,
responden yang mendapatkan pemenuhan
nutrisi baik 59,0%. Dari hasil wawancara
yang peneliti lakukan pada tanggal 23 mei
2015 pada 10 orang lansia yang berusia
diatas 60 tahun dan tinggal bersama dengan
keluarga, diperoleh informasi bahwa
terdapat 7 responden yang mengkonsumsi
makanantinggi lemak namun kurang
mengkonsumsi makanan yang berserat.
Kondisi diatas dapat meningkatkan resiko
lansia mengalami gizi lebih. Berdasarkan hal
tersebut maka penulis merasa tertarik untuk
mengetahui Hubungan Dukungan dan
Karakteristik Keluarga Terhadap Pemenuhan
Nutrisi pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Ulee Kareng. Alasan penelitian
dilakukan di kecamatan ulee kareng adalah
jumlah lansia di kecamatan ini sebanyak 971
jiwa pada rentang usia 60-90 tahun.
Metode
Metode Penelitian yang digunakan adalah
penelitian kuantitatif dengan rancangan
korelasional, dan menggunakan pendekatan
Cross Sectional. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Lansia yang
berusia 60 tahun keatas dan yang tinggal
bersama dengan keluarga. Adapun jumlah
lansia yang berusia 60 tahun keatas yang
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Ulee
Kareng berjumlah 971 orang lansia. Teknik
pengambilan sampel menggunakan
Proportionate Stratified Random Sampling
sehingga jumlah sampel yaitu 100 lansia.
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 06 April
2016 sampai dengan 29 April 2016 diwilayah
kerja Puskesmas Ulee Kareng.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menentukan responden yang akan diambil
sesuai dengan kriteria sampel, instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
kuesioner berisi tentang karakteristi
keluarga, dukungan keluarga dan
pemenuhan nutrisi lansia.
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
79
Instrumen yang digunakan merupakan
instrumen yang dikembangkan oleh peneliti
sehingga untuk keabsahan instrumen
diperlukan uji instrumen. Uji instrumen telah
dilaksanakan kepada para tenaga ahli gizi
yang bekerja pada Rumah Sakit Umum DR.
Zainoel Abidin dengan menggunakan uji
Content Validity Indeks.
Analisis data di interpretasi menggunakan
univariat dan bivariat. Uji kai kuadrat (chi
square) dilakukan untuk melihat ada
tidaknya asosiasi antara dua variabel yang
bersifat kategorik. Untuk mendapatkan
variabel mana yang paling berpengaruh
terhadap pemenuhan nutrisi pada lansia,
analisis yang digunakan adalah uji korelasi
pearson. Uji ini bertujuan untuk
mendapatkan hubungan yang paling
dominan atau yang paling berpengaruh
terhadap variabel bebas/dependen
(pemenuhan nutrisi lansia).
Dalam pengambilan data peneliti mengikuti
langkah yang sesuai dengan etika penelitian,
peneliti menggunakan standar etika
penelitian berdasarkan komisi nasional etik
penelitian kesehatan (KENPK) dimana
kelayakan penelitian harus
mempertimbangkan; autonomy, anonymity,
confidentially, non maleficence dan justice
(Depkes, 2005). Sebelum melakukan
pengambilan data awal untuk kelanjutan
penelitian, peneliti telah lulus kajian etik
oleh komite etik penelitian keperawatan
pada fakultas keperawatan Universitas Syiah
Kuala.
Hasil
Distribusi ferkuensi responden berdasarkan
data demografinya ditunjukkan pada Tabel 1
berikut ini.
Tabel 1. Distribusi frekuensi respondenberdasarkan data demografi (n = 100)
Kategori Frek Persentase
Umur lansia (tahun) a. 60 – 70 b. 71 – 80 c. > 80
36 23 41
36 23 41
Jenis Kelamin ; a. Laki - laki b. Perempuan
62 38
62 38
Pendidikan Lansia ; a. Pendidikan Rendah (SD, SMP,SMA) b. Pendidikan Tinggi (perguruan
tinggi)
80
20
80
20
Pekerjaan a. Pensiunan b. Wiraswasta
63 37
63 37
Sakit a. Tidak sakit b. Sakit
71 29
71 29
Indeks Masa Tubuh (IMT) a. Normal b. Kurus c. Gemuk
56 29 15
56 29 15
Umur Anggota Keluarga yang merawat a. < 18 b. > 18
16 84
10 90
Pekerjaan a. PNS/ABRI b. Swasta c. Tani
34 25 41
34 25 41
Pendidikan a. Pendidikan Rendah (SD, SMP,SMA) b. Pendidikan Tinggi
34 66
34 66
Penghasilan keluarga a. < 1.900.000 b. > 1.900.000
47 53
47 53
Tanggungan Anggota Keluarga ; a. < 5 b. > 5
67 33
67 33
Tipe Keluarga a. Keluarga besar b. Keluarga inti
63 37
63 37
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
80
Berdasarkan Tabel diatas dapat disimpulkan
bahwa frekuensi tertinggi lansia adalah yang
berusia diatas 80 tahun (41 %), jenis
kelamin laki - laki (62 %), pendidikan rendah
(80 %) pekerjaaan sebagai pensiunan
PNS/ABRI (63 %), tidak pernah mengalami
sakit yang berarti yang membutuhkan
perawatan medis (71 %), serta memiliki
indeks masa tubuh (IMT) pada katagori
normal (56 %). Ditinjau dari karakteristik
keluarga yang merawat lansia, frekuensi
tertinggi adalah anggota keluarga yang
berusia diatas 18 tahun (84 %), pekerjaan
anggota keluarga sebagai petani (41 %),
penghasilan > 1. 900.000 (53 %), tanggungan
anggota keluarga < 5 orang (67 %) dan dengan
keluarga besar (63 %).
Tabel 2. Hubungan dukungan keluarga dengan pemenuhan nutrisi pada lansia
Dukungan Keluarga
Pemenuhan Nutrisi Total
OR (95% CI)
P. value Seimbang Tidak
Seimbang
F % F %
Optimal 54 80,6 13 19,4 67 (100) 4,41 0,002
Kurang Optimal
16 48,5 17 51,5 33 100)
Jumlah 70 70 30 100(100)
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari ke 67
lansia yang mempunyai dukungan keluarga
optimal hampir sepenuhnya (80,6%) yang
mempunyai pemenuhan nutrisi yang
seimbang (p = 0,002). Juga menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan pemenuhan
nutrisi pada lansia (p=0,002), dengan nilai
OR=4,41 yang berarti keluarga yang
menunjukkan adanya dukungan keluarga
dalam pemenuhan nutrisi pada lansia
memiliki peluang 4,41 kali lebih optimal
dibandingkan dengan dukungan keluarga
yang kurang optimal dalam pemenuhan
nutrisi lansia. Nilai p yang diperoleh lebih
kecil dari nilai (α=0,005) yang menunjukkan
bahwa Ha diterima, yaitu ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan
pemenuhan nutrisi pada lansia.
Tabel 3. Hubungan karakteristik keluarga dengan pemenuhan nutrisi lansia
Karakteristik keluarga
Pemenuhan Nutrisi Total
OR (95%
CI)
P.
value Seimbang Tidak
Seimbang
F % F %
Optimal 55 76,4 17 23,6 72 (100) 2,80
0,031
Kurang Optimal
15 53,6 13 46,4 28(100)
Jumlah 70 70 30 30 100(100)
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari
ke 72 lansia yang karakteristik keluarga
optimal (76,4%) seimbang dalam
pemenuhan nutrisi lansia. Dari 28 responden
yang karakteristik keluarganya kurang
optimal yaitu menunjukkan hampir
setengahnya (46,4 %) tidak seimbang dalam
pemenuhan nutisi pada lansia.
Dari hasil statistik diperoleh p value 0,031,
yang berarti bahwa secara statistik
menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara karakteristik keluarga dengan
pemenuhan nutrisi pada lansia.
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
81
Nilai p yang diperoleh lebih kecil dari nilai
(α=0,005) yang menunjukkan bahwa Ha
diterima yaitu ada hubungan antara
karakteristik keluarga dengan pemenuhan
nutrisi pada lansia. Hasil uji chi square
diperoleh OR= 2,80 artinya keluarga yang
menunjukkan karakteristik yang optimal
keluarga dalam pemenuhan nutrisi lansia
memiliki peluang 2,80 kali lebih optimal
dibandingkan dengan keluarga yang
pemenuhan nutrisi kurang optimal.
Pembahasan
Dari hasil distribusi frekuensi pada umumnya
diperoleh 80,6 % dukungan keluarga optimal
dalam pemenuhan nutrisi lansia. Analisis chi
square menunjukkan ada hubungan
dukungan keluarga dengan pemenuhan
nutrisi pada lansia dengan (p=0,002), dan
hasil OR= 4,41 artinya keluarga yang
menunjukkan dukungan keluarga dalam
pemenuhan nutrisi lansia memiliki peluang
4,41 kali lebih optimal dibandingkan dengan
keluarga yang pemenuhan nutrisi kurang
optimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan pemenuhan nutrisi lansia,
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima, dan Ho ditolak, artinya ada
hubungan dukungan keluarga dengan
pemenuhan nutrisi pada lansia. Tingginya
dukungan keluarga yang didapatkan oleh
peneliti sangat besar dipengaruhi oleh
keadaan sosial budaya pada masyarakat
Ulee Kareng, dimana hubungan antar
anggota keluarga sangat erat. Selama
pengumpulan data berlangsung, peneliti
dapat menarik kesimpulan bahwa rata- rata
responden keluarga telah melakukan
pemenuhan nutrisi yang adekuat untuk
lansia yang tinggal bersama dengan
keluarga.
Peneliti juga dapat melihat dukungan
emosional yang ditunjukkan oleh keluarga,
berupa menunjukkan rasa hormat, dan rasa
sayang kepada lansia. Selain itu dukungan
informasional juga ditunjukkan oleh keluarga
seperti ketika peneliti mewawancarai
keluarga, keluarga juga mengajak ikut serta
lansia untuk terlibat dalam tanya jawab
dengan peneliti, hal itu menunjukkan
keluarga secara tidak langsung memberikan
informasi kepada lansia terkait pemenuhan
nutrisi.
Dari hasil demografi menunjukkan sebagian
besar atau 53 keluarga(53 %) yang memiliki
pendapatan diatas UMR Aceh, hal ini
berhubungan dengan tingkat dukungan
instrumental keluarga terhadap pemenuhan
nutrisi lansia, sebelumnya telah disebutkan
bahwa keluarga menyediakan kebutuhan
nutrisi, namun tidak hanya itu, keluarga juga
menyediakan tempat yang layak pada lansia
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
82
yang tinggal bersama dengan keluarga.
Dukungan penghargaan juga telah
disebutkan sebelumnya, bahwa keluarga
menunjukkan rasa hormat pada lansia dan
memberikan dukungan untuk lansia ikut
terlibat dalam acara spiritual dan sosial,
seperti ikut pengajian rutin diluar rumah
bersama dengan masyarakat lain.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
Baylei, et al (2009) bahwa lansia yang tinggal
sendiri lebih besar menunjukkan resiko
obesitas dibandingkan dengan lansia yang
tinggal bersama dengan keluarga, selain itu
juga ditemukan penyakit penyerta yaitu
penyakit yang berhubungan dengan jantung.
Peneliti mendapatkan bahwa sebagian kecil
(15 %) lansia dengan IMT gemuk, ternyata
tidak hanya pada lansia yang tinggal sendiri,
lansia yang tinggal bersama dengan keluarga
juga menunjukkan kegemukan.
Peter, et al., (2015) mengemukakan bahwa
faktor yang berkontribusi terhadap
penurunan status nutrisi pada lansia yang
berumur lebih 65 tahun adalah beban hidup
didukung dengan penyakit penyerta pada
usia lanjut seperti penyakit kardiovaskular
dan penyakit metabolisme dengan peluang
kontribusi (10, 67) artinya lansia yang
memiliki beban hidup beresiko atau
berpeluang sebanyak 10,6 kali untuk terjadi
penyakit kardiovaskuler dan metabolisme
dibandingkan dengan lansia yang tidak
menunjukkan adanya beban hidup.
Beban hidup disini diartikan bahwa lansia
bertanggung jawab penuh atas dirinya tanpa
didukung oleh pasangan ataupun keluarga.
Sehingga dapat disimpulkan lansia yang
tidak memiliki dukungan keluarga beresiko
lebih besar berdampak pada status nutrisi
dibandingkan dengan lansia yang tinggal
dengan keluarga, seperti yang diperoleh
oleh peneliti bahwa sebagian besar keluarga
mendukung kebutuhan instrumental lansia,
atau disebut dengan kebutuhan yang
dibutuhkan oleh lansia.
Hasil penelitian Vriastuti & Suratini (2014)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan dukungan keluarga dengan
nutrisi lansia pada lansia yang memiliki
riwayat hipertensi 0,000 (p < 0,05). Dapat
kita lihat bahwa ternyata pada lansia yang
memiliki riwayat penyakit kronis sangat
berhubungan dengan dukungan daripada
keluarga. Dalam hasil penelitian ini peneliti
hanya mendapatkan sebagian kecil (29 %)
lansia yang memiliki penyakit seperti
hipertensi dan asma, namun kelemahan
peneliti tidak membuat persentase jenis
penyakit.
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa
Kim, et al., (2012) ada pengaruh status
nutrisi lansia pada keluarga yang diberikan
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
83
pendidikan pemenuhan nutrisi pada lansia
yang berada di rumah sakit (P < 0,001).
Setyowati (2013) menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan keluarga tentang gizi
pada lansia (-3.063, p=0,001). Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pendidikan kesehatan dalam pengaturan gizi
pada keluarga untuk lansia membantu
keluarga untuk mandiri dalam
merencanakan dan mengatur gizi lansia.
Sedangkan untuk karakteristik keluarga
diperoleh, Distribusi frekuensi menunjukkan
karakteristik keluarga yaitu sebagian besar
(76,4%) seimbang dalam pemenuhan nutrisi
lansia. Dari hasil statistik diperoleh p value
0,031 berarti secara statistik menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara
karakteristik keluarga dengan pemenuhan
nutrisi lansia. Nilai p yang diperoleh lebih
kecil dari nilai (α=0,005) yang menunjukkan
bahwa Ha diterima sehingga ada hubungan
antara karakteristik keluarga dengan
pemenuhan nutrisi lansia.
Hasil uji chi square diperoleh OR= 2,80
artinya keluarga yang menunjukkan
karakteristik yang optimal keluarga dalam
pemenuhan nutrisi lansia memiliki peluang
2,80 kali lebih optimal dibandingkan dengan
keluarga yang pemenuhan nutrisi kurang
optimal.
Karakteristik keluarga yang dimaksud adalah
pendapatan, pendidikan dan usia keluarga
yang merawat lansia dalam keluarga
tersebut dari karaktersitik itu yang
membedakan gaya hidup lansia terutama
dalam pemenuhan nutrisi pada lansia. Hasil
penelitian ini sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Newson, et al., (2013)
bahwa karakteristik keluarga berhubungan
dengan gaya hidup lansia, (P < 0,001), faktor
yang paling besar pengaruh untuk
keseimbangan nutrisi adalah bagaimana
gaya hidup dalam suatu keluarga tersebut.
Pemenuhan nutrisi pada lansia tidak hanya
dinilai bagaimana keseimbangan fisiologis
yang ditunjukkan oleh lansia karena kita
tahu bahwa lansia mengalami proses aging
yang membuat daya fungsi seluruh sistem
didalam tubuh, tidak hanya itu ternyata
karakteristik keluarga sangat berpengaruh
juga terhadap kemampuan kognitif, hasil
penelitian Wreksoatmodjo (2013)
menunjukkan bahwa lanjut usia dengan
fungsi kognitif buruk lebih banyak dijumpai
diantara para lanjut usia yang tinggal di panti
yaitu sebesar 61,8 % daripada kelompok
lanjut usia yang tinggal di keluarga yaitu
sebesar 29,0 %.
Tidak hanya itu, hasil penelitian Nambooze,
et al., (2013) menunjukkan bahwa,
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
84
karakteristik keluarga berhubungan dengan
pemenuhan nutrisi lansia, dari hasil logistik
regresi menunjukkan bahwa, karakteristik
keluarga sangat erat dipengaruhi oleh etnis
(p < 0,05). Hasil penelitian tersebut sangat
mendukung hasil penelitian yang diperoleh
oleh peneliti, karena budaya masyarakat
yang sangat menghormati lansia, maka
sedikit diperoleh karakteristik keluarga yang
tidak seimbang dalam pemenuhan nutrisi 28
%.Dan bahkan IMT lansia diperoleh sebagian
kecil(19 %) berada pada katagori gemuk.
Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan;
Garcia, et al., (2007) bahwa karakteristik
keluarga lansia dengan tipe nuclear family,
extended family menunjukkan 62,3 %
overweight. Subekti (2013) menunjukkan
bahwa ada hubungan status kesehatan
keluarga dengan status gizi lansia (p < 0,05),
status kesehatan keluarga dipengaruhi oleh
karakteristik keluarga yang tinggal bersama
dengan lansia.
Secara keseluruhan pemenuhan nutrisi pada
lansia yang tinggal bersama dengan keluarga
di wilayah kerja Puskesmas Ulee Kareng
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
dukunga keluarga (p<0,05), karakteristik
keluarga dengan pemenuhan nutrisi
(p<0,05). Dalam aspek pemenuhan nutrisi
indikator yang paling menentukan yaitu hasil
daripada IMT sendiri. Dan sebagian besar
IMT lansia yang tinggal bersama dengan
keluarga sebagian besar berada pada
katagori normal (56%).
Dalam memperoleh pengaruh secara
simultan hubungan dukungan keluarga
dengan pemenuhan nutrisi lansia dan
hubungan karakteristik lansia dengan
pemenuhan nutrisi lansia digunakan uji
pearson korelasi. Nilai yang diperoleh untuk
dukungan keluarga adalah r = 0,329 yang
menunjukkan bahwa ada pengaruh
dukungan keluarga terhadap pemenuhan
nutrisi lansia, pengaruh tersebut
menunjukkan pengaruh yang sedang dan
berpola positif sehingga disimpulkan bahwa
semakin besar dukungan keluarga maka
semakin optimal status nutrisi pada lansia
yang dirawat oleh keluarga.
Untuk karakteristik keluarga, nilai yang
diperoleh adalah r = 0,224 yang
menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat
karakteristik keluarga terhadap pemenuhan
nutrisi pada lansia, pengaruh tersebut
menunjukkan pengaruh yang rendah
sehingga dapat disimpulkan semakin optimal
tingkat karakteristik keluarga maka semakin
optimal status nutrisi pada lansia yang
dirawat oleh keluarga.
Kedua variabel tersebut menunjukkan ada
pengaruh terhadap pemenuhan nutrisi
lansia. Namun dari hasi statistik untuk
dukungan keluarga diperoleh (pengaruh
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
85
sedang) r = 0,329, karakteristik keluarga
(pengaruh rendah) r = 0,224. Maka dapat
disimpulkan bahwa dukungan keluarga lebih
berpengaruh terhadap pemenuhan nutrisi
lansia dibandingkan dengan karakteristik
keluarga.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Steves, et al (2016) yang
menunjukkan bahwa lansia yang tinggal
bersama dengan anggota keluarga yang
menunjukkan care (perhatian, kepedulian,
kasih sayang) lebih produktif dibandingkan
dengan lansia yang tinggal dengan anggota
keluarga pasif. Hal tersebut didukung
dengan yang dikemukakan oleh Mickey
(2009) lansia yang menunjukkan hendaya
dalam fungsi fisiologis, kognitif dan sosial
dapat dihambat oeh keterlibatan keluarga
dalam memberikan peran khusus sebagai
orang yang menunjukkan kepedulian pada
lansia. Nugroho (2011) juga mengatakan
bahwa degeneratif sel pada seluruh sistem
tubuh lansia tidak dapat dicegah, namun
dapat diperlambat dengan dukungan
emosional keluarga dalam merawat lansia.
Kesimpulan
Ada hubungan dukungan keluarga dengan
pemenuhan nutrisi lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh ( p =
0,002), OR; 4,41.
Ada hubungan karakteristik keluarga dengan
pemenuhan nutrisi lansia di wilayah kerja
Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh ( p =
0,031), OR; 2,80.
Ada pengaruh secara simultan dukungan
keluarga dan karakteristik keluarga terhadap
pemenuhan nutrisi lansia. Dukungan
keluarga diperolehr = 0,329, karakteristik
keluarga diperoleh r = 0,224. Dukungan
keluarga lebih berpengaruh terhadap
pemenuhan nutrisi lansia dibandingkan
dengan karakteristik keluarga di wilayah
kerja Puskesmas Ulee Kareng Banda Aceh.
Referensi
Baron & Byrne., (2005). Psikologi Sosial (Terjemahan, Jilid 2, ed 10 ). Jakarta: Erlangga.
Baylei.L., Regan. Miler, E., Paige. Mitchell. C., Diane. Hartman. J., Terry. (2009). Dietary Screening Tool Identifies Nutritional Risk In Older Adults. Journal American Society For Nutrition; 90 (7) 177 – 183
Garcia. S., Sergio. Pena. G., Carmen. Lopez. D., Maria. Cedilo. J., Teresa.et al. (2007). Anthropometric Measures And Nutritional Status In A Healthy Elderly population. Jurnal BMC Publik Health; 7; 2 (9) 1 – 9.
Friedman, M.M. 2004. Family Nursing Research Theory and Practice. 5th Ed. Stamford: Appieton & lange.
Kim. Hee., B. Kim. Ju., M. Lee., Yonna. (2012). The Effect Of A Nuritional Education Program On The Nutritional Status of Elderly Patients In A Long – Term Care Hospital In Jeollanamdo
Jurnal Ilmu Keperawatan (2016) 4:2
ISSN :2338-6371 Nazari, Yusuf, Tahlil
86
Province: Health Behavior, Dietary Behavior, Nutrition Risk Level And Nutrient Intake. Journal Nutrition Riset and Practice; 6 (10) 35- 44.
Mickey. S. (2009). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta.
Nambooze., Joweria. Fujimura., Miho.Inaoka., Tsukasa. (2013). Nutritional Status and Functional Capacity of Community-Dwelling Elderly in Southern Laos. Journal Environ Health Prev Med; 10 (8) 143 – 150.
Newson. S., Rachel. Lion., R. Crawford. J., Robbert. Curtis., V. Elmadfa., I. et al. (2013). Behaviour Change For Better Health: Nutrition, Hygiene And Sustainability. Jurnal of BMC Publik Health; 13 (13) 1- 13.
Nugroho. (2011). Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta
Nugroho,W. 2006. Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta. Egc.
Peter., S. Saris. Wim., H. Mathers. C., Jhon. Feskens., Edith. Navis., Gerjan. et al. (2015) Nutrient Status Assessment in Individuals and Populations for Healthy Aging—Statement from an Expert Workshop; 10 (10491 – 10500).
Setiyowati, S. 2007. Hubungan Dukungan keluarga Dengan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi pada Lansia di Desa Tambah Sari Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal. http://www.digilib.unimus.ac.id.
Setyowati., Wiwik. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Keluarga Tentang Gizi Lanjut Usia Di Rumah. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Surakarta; 5 (7) 80 – 87.
Stanhope, M., Knollmueller, R.N. 2004. Handbook of Community – Based and Home Health Nursing Practice: Tools for Assessment, Intervention, ang
Education. St. Louis, Missouri: Mosby, Inc.
Steves. Anderson. Smith. J. Hopkins. L. Gittelson. J. (2016). Perceived Social Support From Friends and Parents for Eating Behavior and Diet Quality Among Low-Income, Urban, Minority Youth; Journal Nutr Educ Behav; 48 (5) 304 – 310.
Subekti, Fitri. (2013). Karakteristik Usia Lanjut Dengan Status Gizi. Jurnal Keperawatan Aisyiyah; 3 (9) 50- 59.
Vriastuti & Suatini. (2014). Dukungan Keluarga Dalam Pemenuhan Nutrisi Dengan Tekanan Darah Lansia. Jurnal Keperawatan Aisyiyah; 6 (10) 91 – 101.
Wresoatmodjo. R., Budi. (2013). Perbedaan Karakteristik Lanjut Usia Yang Tinggal Di Keluarga Dengan Yang Tinggal Di Panti. Jurnal Neurologi; 10 (8) 738 – 745.