Download - Distribusi pendapatan
Selain itu, ada beberapa teknik redistribusi pendapatan, sebagai berikut:
1. Transfer tunai
Transfer tunai dibagi dalam beberapa pendekatan.
a. Pajak pendapatan negatif (Negative Income Tax) atau Pendapatan tahunan yang
dijamin (Guaranted Annual Income)
Transfer tunai ini diberikan kepada keluarga-keluarga yang berhak dengan jumlah
transfer tergantung pada besarnya pendapatan dan besarnya keluarga. Semakin miskin
suatu keluarga, semakin banyak bantuan keuangan yang akan diterimanya dari
pemerintah.
b. Demogrant
Adalah suatu bentuk transfer tunai dimana semua anggota dari sekelompok demografi
memerima transfer yang sama. Disini jumlah transfer tidak akan menurun dengan
bertambahnya tingkat pertambahan. (Suparmoko,1987)
c. Wage Rate Subsidies (WRS)
WRS adalah transfer pemerintah dengan jalan menaikkan tingkat upah netto tenaga
kerja. Semakin tinggi tingkat upah pasar. Subsidi WRS ini akan semakin rendah,
namun tenaga kerja yang memperoleh upah tinggi juga tetap memperoleh WRS ini.
2. Transfer Uang dan Barang
Dalam realisasinya, transfer uang tunai, dapat juga diberikan sebagian dalam bentuk
barang, hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir penyimpangan, karena nyatanya
bantuan yang diberikan oleh pemerintah biasanya tidak langsung dapat diterima oleh
masyarakat karena ketidaktepatan sasaran . Oleh karena itu, pemerintah harus lebih
selektif dalam menyalurkan bantuan. Sehingga sasarn dari bantuan pemerintah
tersebut benar-benar golongan miskin.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara :
a. Pajak pendapatan progresif langsung, artinya adalah bahwa golongan
yang lebih kaya dituntut untuk membayar persentase pajak yang lebih besar dari total
pendapatannya, dibandingkan golongan miskin sehingga golongan miskin akan lebih
ringan bebannya.
b.Pemberian atau penyediaan langsung barang-barang konsumsi
perorangan dan jasa bagi golongan ekonomi lemah.
Misalnya penyediaan pusat-pusat kesehatan masyarakat di desa dan wilayah pinggiran
kota, program peningkatan gizi balita, penyediaan air bersih dan listrik masuk desa.
Bantuan seperti ini sangat efektif dan membantu.
3. Program kesempatan kerja (Public Employment Program)
Adalah program kesejahteraan pemerintah dalam bentuk program kesempatan kerja di
sektor publik yang dikombinasikan dengan “cash atau in-kind transfer” program.
D. Praktik – Praktik Redistribusi Untuk Pemerataan Distribusi
Pendapatan di Indonesia
Inti dari strategi pemerintah Indonesia untuk dapat memeratakan pembangunan saat
ini dapat digolongkan pada beberapa hal yaitu: Pemerintah dapat merealisasikannya
dengan program-program seperti
1. Kredit lunak dan penjaminan kredit berbasis komunitas.
2. Pemerintah menjalankan berbagai program pembangunan padat karya dan
pengembangan usaha atau industri-industri kecil.
3. Pemerintah memberikan jaminan akses kebutuhan dasar bagi rakyat bawah. d)
Pemerintah bekerja sama dengan swasta lokal dan asing untuk menjalankan program
corporate social responsibility (CSR).
4. Pemerintah konsisten dan mewujudkan kebijakan penegakan hukum dan keadilan
Ekonomi. Program-program tersebut akan dijelaskan seperti di bawah ini
Program-program pemerintah tersebut, dapat diaplikasikan pada program-program
berikut ini.
1. Program Pemberian Jaminan Akses Kebutuhan Dasar bagi
Rakyat Bawah
Langkah awal dalam upaya pemerataan pendapatan di masyarakat adalah dengan
memenuhi kebutuhan rakyat terlebih dahulu, kebutuhan tersebut adalah mencakup
kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan), akses kesehatan dan pendidikan
Strategi pemenuhan kebutuhan dasar rakyat yang dilakukan pemerintah diantaranya
adalah, Bantuan langsung Tunai (BLT) untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari rakyat,
Bantuan Tunai Bersyarat (BTB) atau disebut juga Program Keluarga Harapan (PKH),
Jaminan sosial (social security), Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dan Beasiswa
untuk memenuhi akses pendidikan bagi mereka yang kurang mampu, Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) untuk memenuhi kebutuhan akses kesehatan
secara gratis.
a.Upaya Pemenuhan Kebutuhan Masyarakat
Praktik ini merupakan praktik dari teknik redistribusi “transfer barang dan uang”.
- Pangan (barang)
Pemerintah dapat meningkatkan jumlah produksi bahan pangan, dibarengi dengan
perbaikan infrastruktur pertanian, pengembangan benih-benih unggul, pengembangan
teknologi pertanian, dan pemberian insentif bagi petani misalnya melalui pemberian
pupuk urea bersubsidi. Oleh karena itu, harus ada kebijakan pemerintah untuk
menekan biaya produksi dan pemasaran produk pertanian, termasuk pengaturan tata
niaga, agar daya saing komoditas pertanian semakin kuat.
Selain itu pemerintah dapat memberikan Subsidi pangan dalam bentuk barang
diberikan pemerintah dalam bentuk penyediaan bahan pangan dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat miskin, misalnya melalui penyediaan beras murah untuk
masyarakat miskin (Raskin) dan operasi pasar murah minyak goreng.
- Uang
Sedangkan subsidi dalam bentuk uang dapat diberikan kepada konsumen sebagai
tambahan penghasilan, misalnya melalui pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT)
ataupun kepada produsen untuk dapat menurunkan harga barang. .
Memang masyarakat cukup terbantu dengan adanya BLT ini, karena seiring terjadinya
inflasi, jumlah kas yang diterima penduduk tersebut dapat digunakan untuk menutupi
kebutuhan sehari-hari yang harganya kian naik.
Tetapi, seperti yang dijelaskan penulis di atas, transfer tunai seperti ini kerap dengan
penyimpangan dan ketidaktepatan sasaran.
Program Bantuan langsung tunai (BLT) ternyata kurang efektif sebagai upaya
pemerataan pendapatan dan meredam kemiskinan seluruhnya. Seperti kita lihat dari
angka-angka press-release Badan Pusat Statistik (2007), di mana tingkat kemiskinan
akan menjadi 23.1 persen tanpa program BLT, sementara realitanya adalah 17,75
persen, maka secara kasar, efektivitas program BLT hanyalah 67 persen.
Subjektif, memang jika kita harus menilai apakah tingkat efektivitas ini baik atau
buruk. Tapi yang pasti, jika tujuannya efektif meredam semua dampak kemiskinan,
program BLT belum sepenuhnya berhasil.
Ada banyak alasan yang bisa menjadi penyebab tidak efektifnya program BLT, salah
satunya, adalah jumlah nominal BLT yang terlalu seragam, khusus untuk daerah
perkotaan, biaya listrik, angkutan dan minyak tanah (barang-barang yang paling
terkena dampak naiknya harga BBM) mempunyai pengaruh yang cukup besar,
sementara untuk daerah perdesaan pengaruhnya relatif kecil (kurang dari 2 persen).
Orang miskin perkotaan lebih rentan daripada di pedesaan. Semestinya, nominal BLT-
nya tidak disamakan dengan di pedesaan, kemudian Yusuf (2006) menyimpulkan
bahwa ”orang miskin di perkotaan under compensated sementara dibeberapa
kabupaten di pedesaan over compensated oleh BLT”.
Program BLT pada tahun 2009 hanya di berikan hanya bulan semester pertama saja,
dan diberikan kepada 18,5 juta rumah tangga msikin. Sebenarnya pemerintah ingin
tetap melanjutkan program itu tapi hal itu tidak disetujui oleh DPR. Tapi kita juga
harus Ingat bahwa BLT merupakan program yang sifatnya adhoc, kondisional, dan
temporer, maka dari itu pemerintah berniat mengggantinya dengan kebijakan-
kebijakan yang lebih struktural seperti program padat karya atau pengembangan
kecamatan atau program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri.
Tapi BLT juga harus tetap di berikan, BLT ini cocok diberikan kepada orang-orang
yang secara fisik tidak lagi kuat bekerja, seperti manula atau mereka yang mengalami
cacat fisik sehingga tidak mampu mengikuti program padatkarya.
b.Upaya Pemenuhan Akses Kesehatan
Berkaitan dengan pemenuhan akses kesehatan masyarakat pemerintah menerapkan
program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang merupakan program
bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Sasaran jamkesmas meningkat dari tahun ke tahun. Yaitu, 36,1 juta orang (2005), lalu
menjadi 60 juta orang (2006) , dan 74,6 juta orang (2007), untuk tahun 2008 dan 2009
sama dengan tahun 2007 yaitu 74,6 juta orang (hakim, 2009:2). Kegiatannya meliputi
peningkatan akses masyarakat miskin terhadap kesehatan melalui program Jaminan
Pengamanan Sosial Bidang Kesehatan (JPSBK) dalam bentuk asuransi kesehatan bagi
masyarakat miskin bagi 76,4 juta penduduk miskin dan (2) Peningkatan Akses
Terhadap Pelayanan Keluarga Berencana.
c.Upaya Pemenuhan Akses Pendidikan
Pemerintah terus mengupayakan perluasan dan pemertaan kesempatan bagi semua
masyarakat untuk memperoleh pendidikan, dan meningkatkan kemampuan akademik
serta pendidikan yang bermutu tinggi. Salah satu sara yang dapat ditempuh adalah
dengan memberdayakan sekolah-sekolah baik swasta maupun negeri dengan
memberikan bantuan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar disemua
jenjang pendidikan dari prasekolah sampai perguruan tinggi. Dengan memberikan
subsidi kepada sekolah, sehingga bisa lebih mudah dijangkau oleh masyarakat,
khususnya golongan miskin. Hal ini dilakukan dengan pemberikan dana BOS
(Bantuan Operasional Sekolah) dan pemberian beasiswa untuk penduduk miskin.
2.Program Kredit Lunak dan Penjaminan kredit Berbasis
Komunitas
Sejak tanggal 5 Nopember 2007 yang lalu Presiden SBY meresmikan pelaksanaan
program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kebijakan ini tentunya merupakan angin segar
yang sudah lama ditunggu oleh masyarakat, khususnya usaha mikro dan usaha kecil.
Dengan kebijakan KUR, UMKM akan terhindar dari kendala aturan-aturan perbankan
yang menyulitkan mereka untuk mendapatkan pinjaman modal dari lembaga
keuangan formal (LKF), karena dalam program KUR pemerintah telah menitipkan
uang (yang berasal dari APBN) sebesar Rp. 1,4 triliun pada lembaga lembaga
penjaminan, dengan harapan bank-bank nasional yang dilibatkan dalam program
tersebut akan mampu memberikan pinjaman kepada UMKM.
Menurut Wayan Suarja (dalam Sitomurang, 2007:2) Program KUR khusus ditujukan
untuk memperkuat permodalan kelompok UMKM.
Kebijakan ini diharapkan dapat membantu masyarakat golongan menengah ke bawah
sehingga dapat menjadi wirausaha yang mandiri dan membantu mengurangi
presentase penduduk miskin di Indonesia.
3. Program Padat Karya dan Pengembangan Usaha atau
Industri Kecil
Menurut Dinas Koperasi dan UKM propinsi Jawa Barat (2006) Ada beberapa alasan
mengapa usaha kecil perlu dikembangkan.
Pertama, Usaha Kecil menyerap banyak tenaga kerja. Dengan adanya perkembangan
usaha kecil menengah akan menimbulkan dampak positif terhadap peningkatan
jumlah tenaga kerja dan pengurangan jumlah kemiskinan.
Kedua, Pemerataan dalam distribusi pembangunan. Lokasi UKM banyak di pedesaan
dan menggunakan sumber daya alam lokal. Dengan berkembangnya UKM maka
terjadi pemerataan dalam distribusi pendapatan dan juga pemerataan pembangunan,
sehingga akan mengurangi diskriminasi spasial antara kota dan desa.
Ketiga, Pemerataan dalam distribusi pendapatan. UKM sangat kompetitif dengan pola
pasar hampir sempurna, tidak ada monopoli dan mudah dimasuki (barrier to entry).
Pengembangan UKM yang melibatkan banyak tenaga kerja pada akhirnya akan
mempertinggi daya beli. Hal ini terjadi karena pengangguran berkurang dan adanya
pemerataan pendapatan yang pada gilirannya akan mengentaskan kemiskinan.
Mengetahui pentingnya UMKM, maka upaya pemerintah dalam melaksanakan
pemberdayaan UMKM, melalui penerapkan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan) merupakan salah satu
mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri
dalam upaya mempercepat pemerataan pendapatan, penanggulangan kemiskinan, dan
perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih
mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian
masyarakat di perdesaan.
Sejak 1998-2007, program pemberdayaan masyarakat terbesar ini telah menjangkau
lebih dari separuh desa termiskin di tanah air. Pada 2008, PNPM Mandiri Perdesaan
dilaksanakan di 35.530 desa miskin di Indonesia atau 56,6% dari total desa di tanah
air. Dan pada tahun 2009 sekitar 5.720 kecamatan dan mencdapat PNPM mandiri rata-
rata besaran 3 milyaran/kecamatan (Wikipedia, 2007).
4.Pemerintah Bekerja Sama dengan Swasta Lokal dan Asing
untuk Menjalankan Program Corporate Social
Responsibility (CSR)
Dengan adanya program pemerintah yang bekerja sama dengan swasta lokal dan asing
untuk menjalankan program Corporate social responsibility (CSR) di harapkan
golongan masyarakat bawah, buruh, dan usaha-usaha bisa mendapatkan kesempatan
untuk ikut dalam kegiatan ekonomi yang produktif secara keseluruhan, bukan
segelintir pengusaha yang mendapat perlakuan khusus (corner of previlage).
Kemudian Rachbini (2004:79) menyimpulkan bahwa ” pelaksanaan prinsip
tanggungjawab sosial ….menjadi tumpuan dan jaminan bahwa segenap lapisan
masyarakat secara keseluruhan bisa menikmati hasil-hasil pembangunan ekonomi
yang tengah dilakukan”.
Untuk itu pemerintah harus mampu bekerja sama dengan swasta lokal dan asing untuk
menjalankan program Corporate social responsibility (CSR), bahkan kalau perlu
mewajibkan persentase laba bersih untuk kegiatan CSR melalui pola bapak angkat
dalam kegiatan ekonomi. CSR selanjutnya dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
tanggungjawab sosial untuk membantu mengembangkan dunia usaha kecil menengan
UMKM dan korporasi. Program ini dijadijakan CSR sebagai tanggungjawab yang
melekat pada setiap perusahaan untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi,
seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat
setempat.
Dengan adanya CSR ini, maka pendapatan yang didapatkan oleh pihak swasta dan
asing akan dapat didistribusikan kembali ke masyarakat, sehingga akan mengurangi
ketimpangan pendapatan.
5.Pemerintah Konsisten dan Mewujudkan Kebijakan
Penegakan Hukum Dan Keadilan Ekonomi
Dalam hubungan ini maka peran pemerintah sangatlah besar, sebagai pembuat strategi
dankebijakan-kebijakan dalam menciptakan pembagian pendapatan di golongan
masyarakat yang lebih merata, dan berperan secara aktif dalam pelaksanaan program
pemerataan pendapatan di masyarakat, serta secara konsisten dan mewujudkan
penegakan hukum, sehingga dunia usaha nasional dan asing dapat melakukan usaha
secara berkesinambungan untuk menciptakan lapangan kerja secara luas dan
terciptanya pemerataan pendapatan.
Hukum dan keadilan ekonomi yang tidak mendiskriminasikan golongan miskin
merupakan modal awal, sehingga kebijakan kebijakan redistribusi yang diambil
pemerintah menjadi efektif untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
ketimpangan pendapatan yang ada di Indonesia.