DISAIN KEBIJAKAN
EKONOMI DALAM ERA
OTONOMI DAERAH:
FKP Palembang, 12 Maret 2014
LESSON LEARNED & MODEL PENGEMBANGAN EKONOMI DAERAH
Agus Syarip Hidayat
Pusat Penelitian Ekonomi, LIPI
PENGANTAR
UU No.32 & 33 Tahun 2004 mempertegas pelaksanaan kebijakan otda.
Perubahan orientasi hubungan kewenangan antara pusat dan daerah memunculkan dinamika ”kedaerahan”.
Ketidakselarasan perencanaan pembangunan antara nasional-provinsi-kabupaten/kota.
visi dan misi kepala daerah terpilih terkadang tidak sesuai dengan potensi daerah.
Musrenbang untuk mensinergikan perencanan pembangunan partisipatif antara bottom-up dan top down. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya ekonomi daerah.
Konsepsi dasar
otonomi daerah &
Pilkada langsung
Peran gubernur
???
Lokasi studi di 7 Provinsi:
Bali, Kalimantan Timur,
Riau, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Barat, Nusa
Tenggara Barat dan
Sulawesi Utara.
TEMUAN PENELITIAN
Lesson Learned Kebijakan Pengembangan Ekonomi Daerah
Aspek Perencanan
Kualitas perencanaan ditentukan oleh kualitas input informasi dan kualitas pengorganisasian proses
perencanaan
Proses perencanaan politis yang mengalahkan proses perencanaan partisipatif dan teknokratik berpotensi menimbulkan inefisiensi
sumberdaya pembangunan
Perencanaan partisipatif berbasis media internet
Lesson Learned Kebijakan Pengembangan Ekonomi Daerah
Aspek Tata Kelola dan Implementasi
Perlunya mempertegas fungsi dan peran gubernur serta mekanisme sanksi dan insentif bagi bupati/walikota
Reorganisasi kelembagaan SKPD dan mutasi pegawai yang terlalu sering, berpotensi mengacaukan pengembangan sektor ekonomi
prioritas
Akselerasi pembangunan ekonomi daerah membutuhkan infrastruktur yang memadai
Kendala Pengembangan Sektor Ekonomi
Kendala Bali Gianyar Kaltim Kukar Riau Kalteng Sulbar NTB Sulut
Infrastruktur (jalan, pelabuhan, kawasan industri )
v v v (butuh
pelabuhan
besar)
v v v v v v
Energi (Listrik, BBM) v v v v v v v v v
Lahan v
Disparitas harga lahan tinggi antar
wilayah
v
Tumpang tindih lahan pertanian
vs pertambangan
v v v v v
Pemda membantu menyediakan lahan
untuk investor
Sumber: data primer
Model Pengembangan Ekonomi di Daerah
Triangular Wheels Model
Iklim Usaha yang Kondisif Masyarakat
Budaya
Kapasitas Sosial
Kualitas SDM
Kegiatan
Inovatif
Partisipatif
Jiwa
Kewirausahaan
Daya Saing Daerah Pertumbuhan Ekonomi
Berkelanjutan Penyerapan Tenaga Kerja Peningkatan pendapatan Pengurangan Kemiskinan
Entitas Bisnis
Iklim usaha yang kondusif (Kepastian
hukum & infrastruktur)
UMKM
IMKM
PMDN & PMA
Pembangunan
Sentra Usaha (pertanian dll),
industri
Pembangunan
Berbasis Desa
Pemerintah Daerah
Sektor Ekonomi Prioritas
Investasi
Pengembangan SDM &
Kelembagaan
Riset dan Pengembangan
Lingkungan dan SDA
Pemberdayaan
Infrastruktur
Roda ketiga: Entitas Bisnis
UMKM, Usaha Besar, MNC
Mesin penggerak pertumbuhan ekonomi daerah.
Faktor penting: Kepastian hukum
Infrastruktur • Infrastruktur dasar: Jalan, pelabuhan, energi
• Infrastruktur bisnis: Sentra industri, sentra pemasaran
Keterkaitan (linkages)
Triangular Wheels Model menawarkan pola pembangunan sentra bisnis berbasis desa (Rural Based Development/RBD) dan pembangunan pusat pertumbuhan berbasis kecamatan.
Keterkaitan Usaha UMKM, Usaha Besar dan MNCs
Pemasok lapis ke-4
(UKM)
Pemasok lapis ke-4
(UKM)
Pemasok lapis ke-4
(UB)
Pemasok lapis ke-3
(UKM)
Pemasok lapis ke-3
(UKM)
Pemasok lapis ke-2
(UB)
Pemasok lapis ke-2
(UKM)
Pemasok lapis ke-1
(UB atau TNC)
Pemasok lapis ke-1
(UB)
Perusahaan Inti
(UB atau TNC)
Sumber: United Nations Industrial Development Organization (UNIDO, 2001).
Kesimpulan
Ω Perencanaan dan kebijakan pembangunan ekonomi perlu diarahkan pada upaya terjadinya transformasi struktural perekonomian daerah. Secara khusus proses tranformasi struktural ini harus didesain untuk terjadinya pergeseran dari sektor bernilai tambah rendah menuju sektor bernilai tambah tinggi.
Ω Desain transformasi struktural akan berjalan mulus jika ada dukungan politis dan dukungan publik dari para pemangku kepentingan (masyarakat, pelaku usaha, akademisi, tokoh lokal dll) yang dikoordinasikan melalui kegiatan musrenbang. Selanjutnya, hasil musrenbang perlu dituangkan secara nyata dengan alokasi anggaran yang mencukupi untuk pengembangan sektor ekonomi prioritas guna menunjang ransformasi struktural yang sejalan dengan potensi daerah.
Ω Perlunya mempersiapkan prasyarat dasar untuk terjadinya proses transformasi struktural di daerah yaitu penyediaan infrastruktur dasar dan infrastruktur bisnis yang memadai, iklim investasi yang kondusif dan Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Penataan kelembagaan dan mutasi pegawai harus didasarkan pada kepentingan pembangunan ekonomi daerah, tidak hanya kepentingan politik ataupun yang lainnya.
TERIMAKASIH