perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN
PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
SISWA KELAS X-9 SMA BATIK I SURAKARTA
SKRIPSI
Oleh:
META NUR INDAH SARI
K4308020
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Meta Nur Indah Sari
NIM : K4308020
Jurusan/Program Studi : PMIPA/Pendidikan Biologi
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul ”PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK
MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR
TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X-9 SMA BATIK I SURAKARTA” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi
yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Meta Nur Indah Sari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN
PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
SISWA KELAS X-9 SMA BATIK I SURAKARTA
Oleh:
META NUR INDAH SARI
K4308020
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Baskoro Adi Prayitno, S.Pd., M.Pd. Meti Indrowati, S.Si., M.Si.
NIP. 19770125 200801 1 008 NIP. 19781001 200112 2 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Puguh Karyanto, S.Si., M.Si., Ph.D. ______
Sekretaris : Drs. Marjono, M.Si. ______
Anggota I : Dr. Baskoro Adi Prayitno, S.Pd., M.Pd. ______
Anggota II : Meti Indrowati, S.Si., M.Si. ______
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
a.n. Dekan
Pembantu Dekan I
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Meta Nur Indah Sari. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X-9 SMA BATIK I SURAKARTA. Skripsi, Surakarta. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta yang berjumlah 36 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Validitas data partisipasi menggunakan teknik triangulasi metode. Validitas data kemampuan berpikir tingkat tinggi menggunakan validasi ahli. Analisis data menggunakan teknik analisis statistik deskriptif komparatif dan analisis kritis. Prosedur penelitian adalah model spiral yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Simpulan penelitian ini adalah penerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam pembelajaran Biologi siswa kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta
. Kata kunci: Group Investigation, partisipasi, kemampuan berpikir tingkat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT Meta Nur Indah Sari. APPLICATION OF GROUP INVESTIGATION TYPE LEARNING MODEL TO INCREASE PARTICIPATION AND HIGHER ORDER THINKING SKILLS OF STUDENT IN CLASS X-9 SMA BATIK I SURAKARTA. Thesis, Surakarta. Faculty of Teacher Training and Education. Universitas Sebelas Maret Surakarta. July 2012. This study aims to increase participation and higher order thinking skills of students in class X-9 SMA Batik 1 Surakarta through the implementation of Group Investigation learning model. This is a class act research (PTK). The research was conducted in two cycles, with each cycle consisting of planning, implementation measures, observation, and reflection. Subjects were students in X-9 SMA Batik 1 Surakarta, 36 students. The source data came from the teachers and students. Data collection technique used observation, interviews, questionnaires, and documentation. The validity of the participation data using the method of triangulation techniques. The validity of the higher order thinking skills data using the method of expert validation techniques. Analysis of the data using descriptive statistical analysis techniques of comparative and critical analysis. Spiral model of research procedures are interrelated. The results showed that the application of Group Investigation learning model can increase participation and higher order thinking skills to students from pra cycle to cycle I and from cycle I to cycle II. The conclusion of this study is application the model of the type of Group Investigation can increase participation and higher order thinking skills students in learning biology of class X-9 SMA Batik 1 Surakarta. Key words: Group Investigation, participation, higher-order thinking skills
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Jalan yang mulus tidak akan melahirkan sopir yang andal
Langit yang terang tidak akan melahirkan pilot yang gesit
Dan, laut yang tenang tidak akan melahirkan pelaut yang tangguh
Maka, jadilah orang yang kuat dan cerdas dalam menghadapi hambatan
(Watik M.)
Pada saat sebuah pintu sukses tertutup,
pintu sukses yang lain akan segera terbuka.
Maka, jangalah terlampau lama terpaku di depan pintu yang tertutup
sehingga lupa melihat pintu sukses yang telah terbuka
(Watik M.)
Belajarlah dari anak-anak, mereka begitu mudah memaafkan orang lain padahal
mereka baru saja berkelahi, namun tak berapa lama, mereka sudah bermain
kembali dan tegak bersama menjalani hidup
(Meta Nur Indah Sari)
Carilah sahabat yang mampu membuat keyakinan Anda semakin teguh
(Meta Nur Indah Sari)
Luangkanlah selalu waktumu untuk keluargamu sebab merekalah orang pertama
yang akan siap menerima ide-idemu atau justru menentang ide-idemu
(Meta Nur Indah Sari)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, ku persembahkan karya ini untuk:
”Bapak dan Ibu”
Doamu yang tiada terputus, kerja keras tiada henti, pengorbanan yang tak
terbatas dan kasih sayang tidak terbatas pula. Semuanya membuatku bangga
memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan seabadi kasih sayangmu.
“Wahyu Pratomo dan Bayu Pamungkas”
Terima kasih karena senantiasa mendorong langkahku dengan perhatian dan
semangat dan selalu ada di sampingku baik di saat kutegar berdiri maupun saat
kujatuh dan terluka.
”Shelli Febriyanti, Devi Purna Eva, dan Dewi Mahayati”
Terima kasih atas semangat, perjuangan, dan kerjasamanya
“Teman-teman Prodi Pendidikan Biologi 2008”
Terima kasih untuk selalu memberi semangat.
“Murid-murid kelas X-9 SMA BATIK I Surakarta”
Terima kasih telah membantu saya dengan tulus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang
memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul ”Penerapan Model Pembelajaran Tipe
Group Investigation untuk Meningkatkan Partisipasi dan Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa
terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
5. Pembimbing II yang selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam
penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SMA Batik 1 Surakarta, yang telah memberi kesempatan dan tempat
guna pengambilan data dalam penelitian.
7. Guru mata pelajaran Biologi SMA Batik 1 Surakarta, yang telah memberi
bimbingan dan bantuan dalam penelitian.
8. Para siswa SMA Batik 1 Surakarta yang telah bersedia untuk berpartisipasi
dalam pelaksanaan penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN............................................................... ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. v
HALAMAN ABSTRAK ...................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................... ix
DAFTAR ISI ........................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka .................................................................... 6
B. Kerangka Berpikir ............................................................... 24
C. Hipotesis Tindakan ............................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 26
B. Subjek Penelitian .................................................................. 27
C. Data dan Sumber Data .......................................................... 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
D. Pengumpulan Data ............................................................. 28
E. Uji Validitas Data ............................................................... 30
F. Analisis Data ...................................................................... 31
G. Indikator Kerja Penelitian .................................................. 32
H. Prosedur Penelitian ........................................................... 33
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ........................................................ 35
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus ................................ 39
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ......................... 64
D. Pembahasan ........................................................................ 70
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................ 75
B. Implikasi ............................................................................. 75
C. Saran ................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 78
LAMPIRAN ......................................................................................... 81
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir .......................................................................... 24
3.2 Skema Triangulasi Metode ............................................................. 31
3.3 Analisis Miles dan Huberman ........................................................ 31
4.1 Grafik Perubahan Persentase Indikator Hasil Observasi Partisipasi
Siswa Prasiklus, Siklus1, dan Siklus 2 .......................................... 65
4.2. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Partisipasi Siswa 66
4.3. Grafik Perubahan Persentase Indikator Hasil Tes Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2.. 67
4.4. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa .................................................................... 68
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Tradisional ..................................................................................... 7
3.1 Rancangan Urutan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ......... 26
3.2 Waktu Pelaksanaan Tahap Penelitian, dan Penyelesaian
Kegiatan Penelitian Penerapan Model Pembelajaran
Group Investigation......................................................................... 27
3.3 Skor Penilaian Angket .................................................................... 30
3.4 Indikator Kerja Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ................... 32
3.5 Indikator Kerja Partisipasi Siswa …………………….................... 33
4.1 Persentase Hasil Observasi Partisipasi Siswa Prasiklus ................. 36
4.2 Persentase Hasil Angket Partisipasi Siswa Prasiklus ...................... 37
4.3 Persentase Hasil Observasi Partisipasi Siswa Siklus 1 .................... 42
4.4. Persentase Hasil Angket Partisipasi Siswa Siklus 1 ....................... 44
4.5 Persentase Capaian Indikator Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa Siklus 1 ……………………………………. 47
4.6 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I ................................. 49
4.7 Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa ............................ 49
4.8 Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Siklus 2 ............................................................................................. 56
4. 9 Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Partisipasi Siswa
Siklus 2 ......................................................................................... 58
4.10 Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
Siklus 2 ........................................................................................... 60
4.11 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Siklus 2 ........................................ 62
4.12 Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa .......................... 63
4.13 Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 .................................................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
4.14 Persentase Capaian Indikator Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2 ………… 68
4.15 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 ........... 69
4.16 Persentase Capaian Indikator Ranah Afektif Siswa Siklus 1dan
Siklus 2 .......................................................................................... 69
4.17 Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Partisipasi
Siswa Prasiklus ............................................................................. 185
4.18 Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Partisipasi Siklus 1 187
4.19 Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Partisipasi Siklus 2 188
4.20 Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Partisipasi
Siswa Prasiklus................................................................................ 191
4.21 Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Partisipasi Siswa
Siklus 1............................................................................................ 192
4.22 Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Partisipasi Siswa
Siklus 2........................................................................................... 194
4.23 Persentase Capaian Indikator Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa Siklus 1 .................................................... 200
4.24 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Evaluasi Siklus I 201
4.25 Persentase Capaian Indikator Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa Siklus 2 ...................................................... 202
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1.1 Silabus Pembelajaran .................................................................. 81
1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 ............................. 88
1.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2 ............................. 101
1.4 Lembar Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik Siklus 1 ....... 114
1.5 Rubrik Penilaian Ranah Psikomotorik......................................... 115
1.6 Lembar Penilaian Ranah Afektif Siswa Siklus 1 ........................ 117
1.7 Rubrik Penilaian Ranah Afekif ................................................... 118
1.8 Lembar Kerja Siswa 1 ................................................................. 120
1.9 Lembar Kerja Siswa 2.................................................................. 125
1.10 Lembar Observasi Penilaian Ranah Afektif............................... 134
1.11 Rubrik Penilaian Afektif ........................................................... 135
1.12 Lembar Observasi Penilaian Ranah Psikomotorik .................... 137
1.13 Rubrik Penilaian Ranah Psikomotorik ....................................... 138
1.14 Soal Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siklus 1 .................. 139
1.15 Kunci Jawaban Siklus 1 ............................................................. 141
1.16 Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Siklus 1 ..................................................................................... 143
1.17 Soal Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siklus 2 .................. 146
1.18 Pembagian Kelompok Pelajaran Biologi Kelas X-9 .................. 148
2.1 Kisi-Kisi Angket Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran.............. 149
2.2 Angket Partisipasi Siswa .............................................................. 150
2.3 Kisi-Kisi Lembar Observasi Siswa ............................................... 153
2.4 Lembar Observasi Partisipasi Siswa ............................................. 154
2.5 Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintak GI ................................ 155
2.6 Pedoman Wawancara Partisipasi Belajar Biologi dengan Siswa .. 157
2.7 Wawancara Partisipasi dengan Guru Pratindakan ......................... 159
2.8 Wawancara Partisipasi dengan Guru Siklus 1 dan 2 ...................... 160
3.1 Data Hasil Observasi ........................................................................ 161
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
3.2 Hasil Perhitungan Persentase Angket Partisipasi Siswa Pratindakan 164
3.3 Hasil Perhitungan Persentase Angket Partisipasi Siswa Siklus 1...... 165
3.4 Hasil Perhitungan Persentase Angket Partisipasi Siswa Siklus 2...... 166
3.5 Hasil Perhitungan Persentase LO Partisipasi Siswa Pratindakan...... 167
3.6 Hasil Perhitungan Persentase LO Partisipasi Siswa Siklus 1 ........... 168
3.7 Hasil Perhitungan Persentase LO Partisipasi Siswa Siklus 2 ........... 169
3.8 Hasil Perhitungan LO Afektif Siswa Siklus 1 dan 2 ......................... 170
3.9 Hasil Perhitungan LO Psikomotorik Siswa Siklus 1 dan 2 ............... 171
3.10 Hasil Wawancara Partisipasi Siswa Pra Siklus ................................. 172
3.11 Hasil Wawancara Partisipasi Siswa Siklus 1 ................................... 173
3.12 Hasil Wawancara Partisipasi Siswa Siklus 2 ................................... 174
3.13 Hasil LO Keterlaksanaan Sintaks Siklus 1 Group Investigation ...... 175
3.14 Hasil LO Keterlaksanaan Sintaks Siklus 2 Group Investigation ...... 177
4.1 Dokumenasi Sebelum Tindakan ......................................................... 180
4.2 Dokumentasi Siklus 1 ......................................................................... 181
4.3 Dokumentasi Siklus 2 ......................................................................... 182
4.4 Sesi Wawancara ………………………….......................................... 183
4.5 Hasil Tringulasi Metode ..................................................................... 184
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di SMA Batik 1 Surakarta yang
beralamat di Jalan Slamet Riyadi 445 Surakarta. Peneliti mengambil subjek
penelitian kelas X-9, hal ini didasarkan pada guru bidang studi biologi yang
menjelaskan bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung, kelas X-9
termasuk kelas yang susah dikendalikan. Peneliti mengambil data observasi
berupa wawancara dengan guru bidang studi biologi, Ibu Umi Afidah, S.Pd
tentang situasi kelas, video observasi proses pembelajaran, foto selama proses
pembelajaran berlangsung dan hasil dari nilai mid semester gasal kelas X-9 SMA
Batik 1 Surakarta.
Observasi dilaksanakan pada tanggal 23-24 September 2011 di kelas X-9
SMA Batik I Surakarta sebanyak 38 siswa. Hasil observasi menunjukkan bahwa
di awal pembelajaran siswa di kelas X-9 tampak semangat dan memperhatikan
penjelasan yang disampaikan guru. Pada saat guru memberikan petunjuk
mengenai praktikum, siswa terlihat antusias, begitu pula saat guru memberikan
apersepsi. Pada saat Compact Disk (CD) mulai diputar, sekitar 3 siswa laki-laki
yang duduk di kursi belakang terdengar gaduh. Selanjutnya saat guru bertanya
pada siswa, awalnya banyak yang ikut menjawab sekitar 15 orang. Selanjutnya
saat guru memutar kembali CD pembelajaran 4 siswa laki-laki yang duduk di
belakang terdengar mengobrol. Siswa yang menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru pada penjelasan berikutnya semakin sedikit sekitar 3 orang. Guru
mengungkapkan saat guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, tidak
ada siswa yang berani bertanya. Sekitar menit ke-40 guru memutar CD tentang
materi hari itu, siswa di kelas terlihat pasif, mulai mengantuk dan kurang
memperhatikan penjelasan guru. Ini terlihat dari tidak ada siswa yang bertanya
dan semakin sedikit siswa yang berani menjawab pertanyaan guru dengan keras
dan jelas. Berdasarkan hasil wawancara, baik dengan guru biologi maupun dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
siswa, diperoleh keterangan bahwa permasalahan yang ada di kelas tersebut adalah
kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata
pelajaran biologi. Dari hasil observasi didapatkan data 64% siswa fokus terhadap
materi pelajaran, 69% siswa sorot mata tertuju pada guru saat pelajaran
berlangsung, 47% siswa tidak melamun saat pembelajaran berlangsung, 45%
siswa siap saat ditunjuk guru untuk menjawab, 25% siswa berani mengajukan
pendapat, 22% siswa berpartisipasi dalam persiapan pembelajaran, 6% siswa
berusaha kreatif dalam pembelajaran, dan 6% siswa mandiri dalam belajar
Observasi hasil belajar tengah semester gasal siswa kelas X-9
menunjukkan bahwa kurang dari 50% siswa di kelas yang mampu mencapai nilai
KKM 75, sehingga diperlukan analisis lebih lanjut mengenai faktor penyebab
masalah tersebut. Peneliti menganalisis soal-soal tengah semester gasal kelas X-9
semester gasal. Dari 10 soal terdapat 5 soal yang termasuk ke dalam tipe soal
berpikir tingkat tinggi. Soal no 1, dan 4 termasuk ke dalam tingkat soal
menganalisis (C4). Soal no 6, dan 10 termasuk ke dalam tingkat soal
mengevaluasi (C5). Soal no 9 termasuk ke dalam tingkat soal mencipta (C6).
Dari 36 siswa di kelas X-9 32.15% siswa mampu menjawab soal tipe C4, 53.65%
siswa mampu menjawab soal tipe C5, dan 39.7% siswa mampu menjawab soal
tipe C6 dengan benar. Bila dibandingkan dengan pertanyaan yang memiliki
tingkat soal mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3)
didapatkan data 77% siswa dapat menjawab dengan benar dan 23% menjawab
pertanyaan dengan kurang tepat. Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa
mengalami permasalahan dalam memahami dan menjawab soal-soal yang
memiliki tingkat berpikir tinggi seperti soal tipe analisis (C4), evaluasi (C5), dan
mencipta (C6). Soal tengah semester gasal terlampir pada Lampiran 3.16.
Berdasarkan beberapa permasalahan yang terungkap dari hasil observasi
langsung di kelas dan hasil wawancara dengan guru dan siswa, terdapat permasalahan
serius yang tidak boleh dibiarkan terus berlanjut karena akan sangat mempengaruhi
keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Permasalahan tersebut antara lain
adalah partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam proses
pembelajaran biologi di kelas X-9 masih kurang. Model pembelajaran yang sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
diperlukan untuk meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa. Apabila semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran maka akan
diperoleh suatu pembelajaran yang berhasil dan berkualitas.
Model pembelajaran adalah penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang mampu
memecahkan masalah, dan monoton sehingga siswa kurang termotivasi untuk
belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu model pembelajaran yang tepat dan
bervariasi. Berkenaan dengan model pembelajaran yang dibutuhkan di atas, model
pembelajaran Cooperative Learning tipe Group Investigation yang berbasis
konstruktivisme diharapkan dapat menjadi solusi untuk meningkatkan partisipasi
dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Group Investigation (GI) adalah tipe model pembelajaran kooperatif yang
menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari kemampuan
dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama, untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik. Model pembelajaran GI melibatkan
siswa sejak perencanaan, baik dalam penentuan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi sehingga akan memberi peluang kepada siswa
untuk lebih mempertajam pengetahuan mereka. Guru pada pembelajaran
kooperatif tipe GI berperan sebagai sebagai fasilitator. Guru tidak hanya
menyampaikan informasi tetapi juga memberikan kemudahan belajar kepada
semua siswa agar dapat belajar dalam suasana menyenangkan (Mulyasa, 2007).
Terdapat enam tahap kegiatan dalam Group Investigation yaitu sebagai berikut.
(1) Seleksi topik. Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah
umum yang biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. (2) Merencanakan
kerjasama. Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar dan
tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah
dipilih. (3) Implementasi. Para siswa melaksanakan rencana yang telah
dirumuskan pada langkah sebelumnya. (4) Analisis dan sintesis. (5) Penyajian
hasil akhir. (6) Evaluasi selanjutnya (Sugiyanto, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Group Investigation memiliki 3 konsep utama sebagai berikut. (1)
Penelitian (inkuiri) yaitu proses dimana siswa dirangsang dengan dihadapkan
pada suatu masalah. Siswa merasa dirinya perlu memberikan reaksi terhadap
masalah yang dianggap perlu untuk diselesaikan. Masalah ini didapat dari siswa
sendiri atau diberikan oleh guru. (2) Pengetahuan yaitu pengalaman yang tidak
dibawa sejak lahir namun diperoleh siswa melalui pengalaman baik secara
langsung maupun tidak langsung. (3) Dinamika kelompok, menunjukkan suasana
yang menggambarkan sekelompok individu yang saling berinteraksi mengenai
sesuatu yang sengaja dilihat atau dikaji bersama dengan berbagai ide dan pendapat
serta saling tukar-menukar pengalaman dan saling berargumentasi.
Siswa bekerja secara berkelompok untuk memecahkan masalah, saling
berinteraksi melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar
pengalaman melalui proses saling beragumentasi sehingga siswa mampu
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dalam kegiatan investigasi, siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam mengembangkan sikap dan pengetahuannya
tentang biologi sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga memberikan
hasil belajar yang lebih bermakna bagi siswa. Tujuan kegiatan investigasi adalah
memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan. Dalam tahap investigasi, model
pembelajaran GI berbasis konstruktivisme sehingga dapat melatih siswa
memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut secara
mandiri.
Berdasarkan latar belakang dirumuskan judul penelitian sebagai berikut:
“Penerapan Model Pembelajaran Tipe Group Investigation untuk Meningkatkan
Partisipasi dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas X-9 SMA Batik
I Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe GI dapat
meningkatkan partisipasi siswa?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Apakah model pembelajaran Cooperative Learning Tipe GI dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan partisipasi siswa melalui penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe GI.
2. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe GI.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak
sebagai berikut.
1. Bagi Guru
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi guru dalam penerapan model
pembelajaran GI sebagai evaluasi guru dan siswa dalam meningkatkan
partisipasi siswa.
b. Memberikan masukan bagi guru agar lebih memperhatikan masalah-
masalah yang terkait dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa di lokasi penelitian
a. Dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan
model pembelajaran yang tepat.
b. Dapat meningkatkan partisipasi siswa dengan memberikan suasana baru
dalam pembelajaran sehingga siswa lebih kooperatif atau bekerjasama
dalam pembelajaran.
3. Bagi sekolah dan instansi pendidikan lainnya
a. Untuk menyusun program peningkatan proses pembelajaran biologi pada
tahap berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Hasil penelitian yang dipaparkan akan memberikan sumbangan yang baik
pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA
1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe “Group Investigation”
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu model pembelajaran dalam paradigma konstruktivis adalah
belajar kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar secara berkelompok. Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok
kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010). Pembelajaran kooperatif tidak hanya
bertujuan memahamkan siswa terhadap materi yang akan dipelajari namun lebih
menekankan pada melatih siswa untuk mempunyai kemampuan sosial, yaitu
kemampuan untuk saling bekerjasama. Pada pembelajaran kooperatif siswa tidak
hanya dituntut berhasil secara individu namun juga berhasil secara kelompok.
Dari pemikiran itulah dalam belajar kooperatif, siswa belajar dalam kelompok
kecil yang bersifat heterogen dari segi gender, etnis, dan kemampuan akademik
untuk saling membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama (Slavin,
1995). Pembelajaran kooperatif membantu siswa dalam proses belajar dalam
upaya meningkatkan kemampuan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah
(Borich, 1996).
Menurut Roger dan David Johnson tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan yaitu sebagai berikut. (1)
Saling ketergantungan positif. (2) Tanggung jawab perseorangan. (3) Tatap muka.
(4) Komunikasi antar anggota. (5) Evaluasi proses kelompok (Lie, 2007).
Perbedaan model pembelajaran kooperatif dan pembelajaran tradisional
menurut Sugiyanto (2010) ditunjukkan pada Tabel 2.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional
Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Tradisional · Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif
· Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok
· Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik rentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan
· Akuntabilitas sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah satu anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ atas keberhasilan temannya yang dianggap ‘pemborong’
· Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan
· Kelompok belajar biasanya homogen
· Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok
· Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
· Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan
· Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung
· Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan interverensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok
· Pemantauan melalui observasi dan interverensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung
· Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar
· Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok dalam kelompok-kelompok belajar
· Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai)
· Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
(Sumber: Sugiyanto, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Group Investigation yang dikembangkan oleh Sholomo dan Sharon di
Universitas Tel Aviv (Slavin, 1995) adalah model belajar kooperatif yang
menempatkan siswa ke dalam kelompok secara heterogen dilihat dari kemampuan
dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama untuk
melakukan investigasi terhadap suatu topik. Tokoh terkemuka yang paling
terkenal dari orientasi pendidikan Group Investigation adalah John Dewey.
Dewey memandang bahwa kooperasi di dalam kelas sebagai prasyarat untuk bisa
menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat
demokrasi.
Group Investigation merupakan suatu model pembelajaran dengan
perencanaan pengorganisasian kelas secara umum dimana siswa bekerja dalam
kelompok kecil menggunakan inkuiri kooperatif, diskusi kelompok, dan
perencanaan kooperatif dan proyek. Dalam model ini, guru membentuk kelompok
siswa yang terdiri dari dua sampai enam anak. Langkah selanjutnya adalah
membagi tugas-tugas menjadi tugas individu yang berbeda, dan melakukan
kegiatan yang diperlukan untuk mempersiapkan laporan kelompok. Masing-
masing kelompok kemudian mempresentasikan penemuannya di depan kelas
(Slavin, 1995).
Saat ini dengan pengaruh dari teori konstruktivis yang menekankan
partisipasi siswa dalam praktik disiplin terorganisir, penyelidikan ilmiah sering
dianjurkan dengan pendekatan belajar kelompok. Group investigation salah satu
diantara banyak pendekatan pembelajaran kooperatif yang dapat memberikan
siswa pembelajaran dengan pengalaman yang sangat luas dan beragam dengan
penyelidikan yang dilakukan secara mandiri oleh siswa (Oh, 2007).
Group Investigation tidak akan diimplementasikan dalam lingkungan
pendidikan yang tidak mendukung dialog interpersonal atau yang tidak
memperhatikan dimensi rasa sosial dari pembelajaran kelas. Komunikasi dan
interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai hasil terbaik
apabila dilakukan dalam kelompok kecil, dimana pertukaran diantara teman
sekelas dan sikap-sikap kooperatif dapat terus bertahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Peran guru dalam kelas yang melaksanakan projek Group Investigation
bertindak sebagai narasumber dan fasilitator. Guru berkeliling di antara
kelompok-kelompok yang ada dan untuk melihat bahwa mereka dapat mengelola
tugasnya dan membantu tiap kesulitan yang mereka hadapi dalam interaksi
kelompok, termasuk kinerja terhadap tugas-tugas khusus yang berkaitan dengan
projek pembelajaran. Peran guru pada model pembelajaran Group Investigation
yaitu melakukan hal-hal sebagai berikut. (1) Memfasilitasi proses kelompok. (2)
Campur tangan dalam proses kelompok dan meneruskan serta mengarahkan
energi aktivitas kelompok menuju aktivitas pengajaran yang potensial. (3)
Memandu pendidikan tersebut sehingga makna dan pemahaman individu dapat
muncul dari pengalaman.
c. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation menurut
Sugiyanto (2010) sebagai berikut.
1) Seleksi Topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas yang beranggotakan 2 hingga 6
orang. Komposisi kelompok bersifat heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik,
maupun kemampuan akademik.
2) Merencanakan Kerjasama
Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus
tugas, dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang
telah dipilih.
3) Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah
sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai
sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-
menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
4) Analisis dan Sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang
diperoleh pada langkah sebelumnya dan merencanakan peringkasan dalam suatu
penyajian yang menarik di depan kelas.
5) Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai
topik yang telah dipelajari agar semua siswa terlibat dan mencapai prespektif yang
luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan guru.
6) Evaluasi Selanjutnya
Guru beserta para siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap
kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat
mencangkup tiap siswa secara individual atau kelompok atau keduanya.
d. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI
1) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet sehingga siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru akan tetapi dapat
menambah kepercayaan diri.
Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
keterampilan proses kelompok. Group investigation mampu membantu siswa
untuk merespon orang lain, dan dapat memberdayakan siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang
memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis
konstruktivisme dan prinsip belajar demokratis. Tipe ini dapat melatih siswa
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri. Keterlibatan
siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran yang akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam
gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah
sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya.
Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata. Model
pembelajaran Group Investigation ini membantu guru mengaitkan antara materi
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka. Dengan model pembelajaran ini minat belajar siswa
meningkat dan hasil pembelajarannya diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
2) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI
Sementara itu kekurangan model pembelajaran Group Investigation
adalah sebagai berikut. (1) Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila
keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari pembelajaran tidak akan tercapai.
(2) Penilaian kelompok akan menjadi subjektif apabila guru tidak jeli dalam
pelaksanaannya. (3) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu
yang panjang. (4) Jika ada salah satu siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya
maka akan menghambat kerja kelompok dan tercapainya tujuan pembelajaran
membutuhkan waktu yang lama.(5) Siswa cenderung ribut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
a. Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Berpikir adalah suatu kegiatan akal untuk mengolah pengetahuan yang
telah diperoleh melalui indera dan ditujukan untuk mencapai kebenaran. Berpikir
adalah suatu keaktifan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah
kepada suatu tujuan. Menurut Vincent Ruggiero (1988) berpikir adalah segala
aktivitas mental dalam pencarian sebuah jawaban dan sebuah pencapaian makna
(Johnson, 2009).
John Chaffe (1944) mengemukakan bahwa berpikir adalah suatu bentuk
aktif dan teratur yang digunakan untuk memahami dunia, salah satunya ialah
berpikir kritis sebagai bentuk berpikir untuk menyelidiki suatu permasalahan
secara sistematis (Johnson, 2009). Berpikir kritis merupakan proses mental yang
terorganisir dengan baik dan berperan dalam proses pengambilan keputusan untuk
memecahkan masalah dengan menganalisis dan menginterpretasikan data dalam
kegiatan yang menghasilkan gagasan, konstruktif, dan menekankan pada aspek
intuitif dan rasional. Pemahaman tentang berpikir kritis seperti apa yang digagas
oleh John Dewey sejak tahun 1916 sebagai inkuiri ilmiah dan merupakan cara
untuk membangun pengetahuan.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi ialah operasi kognitif yang banyak
dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang terjadi dalam short term memory.
Berpikir tingkat tinggi terjadi ketika seseorang mengambil informasi yang
tersimpan dalam memori dan saling terhubungkan atau menata kembali dan
memperluas informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban yang
mungkin dalam situasi membingungkan. Menurut Sizer (1992) menggunakan
kemampuan berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi akan membantu siswa
berpikir secara mendalam, hidup dengan cerdas dan seimbang dan dapat
bertanggung jawab (Johnson, 2009).
b. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi lima
kelompok yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi
dan taktik. Kemampuan pada kelima kelompok berpikir tingkat tinggi ini dirinci
lagi sebagai berikut. (1) Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari
keterampilan memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan
menjawab pertanyaan. (2) Membangun keterampilan dasar terdiri dari
menyesuaikan dengan sumber, mengamati dan melaporkan hasil observasi. (3)
Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan kesimpulan,
melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi. (4) Membuat penjelasan lanjut
contohnya mengartikan istilah dan membuat definisi. (5). Mengatur strategi dan
taktik contohnya menentukan suatu tindakan, berinteraksi dengan orang lain dan
berkomunikasi (Beachboard, 2010).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik antara lain dapat dilatih
melalui pemberian masalah dalam bentuk soal yang bervariasi. Dalam
melaksanakan berpikir tingkat tinggi, terlibat disposisi berpikir yang dicirikan
dengan bertanya secara jelas dan beralasan, berusaha memahami dengan baik,
menggunakan sumber yang terpercaya, mempertimbangkan situasi secara
keseluruhan, berusaha tetap mengacu dan relevan ke masalah pokok, mencari
berbagai alternatif, bersikap terbuka, berani mengambil posisi, bertindak cepat,
bersikap atau berpandangan bahwa sesuatu adalah bagian dari keseluruhan yang
kompleks, memanfaatkan cara berpikir orang lain yang kritis, dan bersikap
sensitif terhadap perasaan orang lain. Selain aspek afektif tersebut, dalam berpikir
tingkat tinggi juga termuat beberapa kemampuan yaitu memfokuskan diri pada
pertanyaan, menganalisis dan mengklarifikasi pertanyaan, jawaban, dan argumen,
mempertimbangkan sumber yang terpercaya, mengamati dan menganalisis
deduksi, menginduksi dan menganalisis induksi, merumuskan eksplanatori,
kesimpulan dan hipotesis, menarik pertimbangan yang bernilai, menetapkan suatu
aksi, dan berinteraksi dengan orang lain.
Dengan demikian agar para siswa tidak salah pada waktu membuat
keputusan dalam kehidupannya, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir yang
baik. Dalam berpikir siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang
tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
masalah serta kekurangannya. Berpikir tingkat tinggi merupakan disiplin berpikir
yang dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang
terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui.
Dari uraian di atas tampak bahwa berpikir tingkat tinggi berkaitan erat
dengan argumen, karena argumen sendiri adalah serangkaian pernyataan yang
mengandung pernyataan penarikan kesimpulan. Seperti diketahui kesimpulan
biasanya ditarik berdasarkan pernyataan-pernyataan yang diberikan sebelumnya
atau yang disebut premis. Dalam argumen yang valid sebuah kesimpulan harus
ditarik secara logis dari premis-premis yang ada.
c. Unsur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Terdapat enam unsur dasar dalam kemampuan berpikir, yaitu fokus
(focus), alasan (reason), kesimpulan (inference), situasi (situation), kejelasan
(clarity), dan tinjauan ulang (overview). Dari pendapat ini dapat dijelaskan bahwa
tahap-tahap dalam berpikir adalah sebagai berikut. (1) Fokus (focus). Langkah
awal adalah mengidentifikasi masalah dengan baik. Permasalahan yang menjadi
fokus bisa terdapat dalam kesimpulan sebuah argumen. (2) Alasan (reason).
Apakah alasan-alasan yang diberikan logis atau tidak untuk disimpulkan seperti
yang tercantum dalam fokus. (3) Kesimpulan (inference). Jika alasannya tepat,
apakah alasan itu cukup untuk sampai pada kesimpulan yang diberikan? (4)
Situasi (situation). Mencocokkan dengan situasi yang sebenarnya. (5) Kejelasan
(clarity). Harus ada kejelasan mengenai istilah-istilah yang dipakai dalam
argumen tersebut sehingga tidak terjadi kesalahan dalam membuat kesimpulan.
(6) Tinjauan ulang (overview). Artinya kita perlu mengecek apa yang sudah
ditemukan, diputuskan, diperhatikan, dipelajari dan disimpulkan.
d. Taksonomi Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi menurut Bloom
Taksonomi pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom menyatakan
bahwa kemampuan berpikir terdiri atas mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Level berpikir yang sesuai kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berpikir tingkat tinggi dilihat dari ranah kognitif taksonomi Bloom berada pada
level analisis, evaluasi dan mencipta (Longman, 2010).
1) Menganalisis
Menganalisis melibatkan proses memecah-mecah materi menjadi
bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara
setiap bagian dan struktur keseluruhannya. Kategori menganalisis ini meliputi
proses-proses kognitif membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan.
2) Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan
kriteria dan standar. Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa
(keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria internal) dan mengkritik
(keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan kriteria eksternal).
3) Mencipta
Mencipta melibakan proses menyusun elemen-elemen menjadi sebuah
keseluruhan yang koheren atau fungsional. Tujuannya yaitu meminta siswa
membuat produk baru dengan mereorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi
suatu pola yang baru. Proses kognitif yang terlibat dalam mencipta umumnya
sejalan dengan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya. Proses mencipta
dimulai dengan tahap divergen yang di dalamnya siswa memikirkan berbagai
solusi ketika berusaha memahami tugas (merumuskan). Tahap selanjutnya adalah
berpikir konvergen, yang di dalamnya siswa merencanakan solusi dan
mengubahnya menjadi rencana aksi (merencanakan). Tahap terakhir ialah
melaksanakan rencana dengan mengkonstruksi solusi (memproduksi).
Pada standar kompetensi mata pelajaran biologi dinyatakan pula bahwa
pendidikan biologi diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar. Berdasarkan hal itu, maka sebaiknya soal-soal biologi selain untuk
menguji daya ingat dan pemahaman dan penerapan harus juga dapat menguji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
peserta didik sampai tingkat berpikir tinggi atau menguji proses analisis, evaluasi
dan mencipta. Soal-soal ini dapat dirancang dengan melihat kata kerja operasional
yang sesuai dengan masing-masing ranah kognitif (Dikmenli, 2009).
e. Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kemampuan berpikir merupakan proses keterampilan yang bisa
dilatihkan, artinya dengan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif akan
merangsang siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu
maka guru diharapkan untuk mencari model pembelajaran yang dampaknya dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa (Hashemi, 2011).
Berpikir adalah salah satu proses aktif pribadi manusia yang
mengakibatkan ditemukannya suatu pengetahuan. Sebagai fasilitator dalam proses
mengajar, guru memiliki kemampuan mengajukan pertanyaan yang merangsang
siswa berpikir. Salah satu tujuan pendidik adalah menjadikan pemikir yang baik
bagi siswanya, serta membantu siswa memahami keterbatasannya. Pendidik dapat
melatih siswanya dengan cara menunjukkan cara berpikir melalui semua mata
pelajaran, memberikan contoh kasus-kasus cara berpikir yang baik, memberikan
masalah yang menuntut siswa dapat memanfaatkan proses-proses pemecahan
masalah dan menerapkan kemampuan siswa untuk mengambil keputusan
(Ornstein, 2007).
Higher level questions adalah pertanyaan yang meminta siswa untuk
menyimpulkan, hipotesis, menganalisis, menerapkan, mensintesis, mengevaluasi,
membandingkan, dan menunjukkan jawaban tingkat tinggi. Untuk menjawab
diperlukan penalaran tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi sangat
diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas khususnya dalam menjawab
pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam situasi baru
(Blackwell, 2007).
Melatih kemampuan berpikir juga diperlukan latihan-latihan intensif.
Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan
otomatisasi keterampilan berpikir yang telah dimiliki oleh siswa. Proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pembelajaran di kelas, guru harus selalu menambahkan kemampuan berpikir yang
baru dan mengaplikasikannya dalam pelajaran sehingga jumlah atau macam
kemampuan berpikir siswa meningkat. Pelajaran yang diajarkan dengan cara
mengajak siswa untuk berpikir tingkat tinggi akan lebih cepat dimengerti oleh
siswa (Sherman, 2009). Pembelajaran yang berbasis hafalan menjadikan siswa
jarang dituntut untuk bertanya dan berpikir sehingga kemampuan berpikir kurang
terpacu. Berpikir dapat dipacu dengan mengajukan pertanyaan yang ditingkatkan
kompleksitasnya. Pembelajaran dalam kelompok kecil juga dapat membuat siswa
untuk lebih aktif dalam berpikir (Ramirez, 2008: 25), dengan memberikan materi
yang tepat, arahan yang benar dan suasana belajar yang kondusif, anak-anak dari
usia berapapun akan berkembang kemampuan berpikirnya.
3. Partisipasi
a. Pengertian Partisipasi
Keit Davis menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan
emosi seseorang dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan (Sastroputro, 1989).
George Terry menyatakan bahwa partisipasi adalah turut sertanya
seseorang baik secara mental maupun emosional untuk memberikan sumbangan-
sumbangan pada proses pembuatan keputusan, terutama mengenai persoalan
dimana keterlibatan pribadi orang yang bersangkutan melaksanakan tanggung
jawabnya untuk melakukan hal tersebut (Winardi, 2002). Partisipasi siswa dalam
pembelajaran sering juga diartikan sebagai keterlibatan siswa dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran (Mulyasa, 2004).
Jadi partisipasi yang peneliti maksud adalah partisipasi siswa yang
merupakan wujud tingkah laku siswa secara nyata dalam kegiatan pembelajaran
yang merupakan totalitas dari suatu keterlibatan mental dan emosional siswa
sehingga mendorong mereka untuk memberikan kontribusi dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian suatu tujuan yaitu tercapainya prestasi belajar yang
memuaskan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
b. Jenis-Jenis Partisipasi
Jenis-jenis partisipasi menurut Keit Davis adalah sebagai berikut.
1) Partisipasi berupa pikiran (psychological participation) merupakan jenis
keikutsertaan secara aktif dengan mengerahkan pikiran dalam suatu rangkaian
kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
2) Partisipasi yang berupa tenaga (physical participation) adalah partisipasi dari
individu atau kelompok dengan tenaga yang dimilikinya, melibatkan diri
dalam suatu aktivitas dengan maksud tertentu.
3) Partisipasi yang berupa tenaga dan pikiran (physical and psychological
participation). Partisipasi ini sifatnya lebih luas lagi di samping
mengikutsertakan aktivitas secara fisik dan non fisik secara bersamaan.
4) Partisipasi yang berupa keahlian (participation with skill) merupakan bentuk
partisipasi dari orang atau kelompok yang mempunyai keahlian khusus, yang
biasanya juga berlatar belakang pendidikan baik formal maupun non formal
yang menunjang keahliannya.
5) Partisipasi yang berupa barang (material participation), partisipasi dari orang
atau kelompok dengan memberikan barang yang dimilikinya untuk membantu
pelaksanaan kegiatan tersebut.
6) Partisipasi yang berupa uang (money participation), partisipasi ini hanya
memberikan sumbangan uang kepada kegiatan. Kemungkinan partisipasi ini
terjadi karena orang atau kelompok tidak bisa terjun langsung dari kegiatan
tersebut. Partisipasi yang berupa uang dan barang sifatnya tersamar, karena
dalam hal ini individu atau kelompok tidak kelihatan secara jelas beraktivitas
melainkan mengikutsertakan barang atau uangnya (Sastroputro, 1989).
c. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Partisipasi
Menurut Sudjana partisipasi siswa di dalam pembelajaran merupakan
salah satu bentuk keterlibatan mental dan emosional. Disamping itu, partisipasi
merupakan salah satu bentuk tingkah laku yang ditentukan oleh lima faktor, antara
lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1) Pengetahuan/kognitif, berupa pengetahuan tentang tema, fakta, aturan, dan
ketrampilan membuat translasi.
2) Kondisi situasional, seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial, psikososial
dan faktor-faktor sosial.
3) Kebiasaan sosial, seperti kebiasaan lingkungan.
4) Kebutuhan, meliputi kebutuhan approach (mendekatkan diri), avoid
(menghindari), kebutuhan individual.
5) Sikap, meliputi pandangan/perasaan, kesediaan berinteraksi sosial, minat dan
perhatian (Hayati, 2001).
d. Prasyarat Terjadinya Partisipasi
Berdasarkan pendapat Keit Davis dan Newstrom bahwa ada beberapa
prasayarat terjadinya partisipasi antara lain:
1) Waktu yang cukup untuk berpartisipasi. Harus ada waktu yang cukup untuk
berpartisipasi sebelum diperlukan tindakan, sehingga partisipasi hampir tidak
tepat apabila dalam situasi darurat.
2) Keuntungannya lebih besar dari kerugian. Kemungkinan mendapat
keuntungan seyogyanya lebih besar daripada kerugian yang diperoleh.
3) Relevan dengan kepentingan siswa. Bidang garapan partisipasi haruslah
relevan dan menarik bagi siswa.
4) Kemampuan siswa. Siswa hendaknya mempunyai pengetahuan seperti
kecerdasan dan pengetahuan untuk berpartisipasi.
5) Kemampuan berkomunikasi timbal balik. Para siswa haruslah mampu
berkomunikasi timbal balik untuk berbicara dengan bahasa yang benar dengan
orang lain.
6) Tidak timbul perasaan terancam bagi kedua belah pihak. Masing-masing pihak
seharusnya tidak merasa bahwa posisinya terancam oleh partisipasi..
7) Masih dalam bidang keleluasan. Partisipasi untuk meneruskan arah tindakan
dalam pembelajaran yang hanya boleh berlangsung dalam bidang keleluasaan
belajar dengan batasan-batasan tertentu untuk menjaga kesatuan bagi
keseluruhan (Hayati, 2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
e. Indikator Partisipasi
Indikator partisipasi siswa dalam pembelajaran, sebagaimana
dikemukakan oleh Knowles adalah sebagai berikut:
1) Adanya keterlibatan emosional dan mental siswa
2) Adanya kesediaan siswa untuk memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan
3) Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang sangat menguntungkan (Mulyasa,
2004).
Indikator keberhasilan penelitian didapat dari penjabaran aspek keaktifan
berkomunikasi yaitu penyampaian pikiran (Effendy, 1997) menjadi kata kerja
yang kemudian disusun menjadi indikator mengajukan pertanyaan, menjawab
pertanyaan, mengemukakan pendapat dan menanggapi pendapat (Munadi, 2008).
Dari berbagai pendapat para ahli diatas tentang pengertian partisipasi,
jenis-jenis partisipasi dan prasyarat terjadinya partisipasi, maka yang menjadi
indikator dalam penelitian ini yaitu siswa telah memberikan sumbangan berupa
pendapat, saran, tenaga, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran serta siswa
mempunyai kemampuan bekomunikasi timbal balik.
f. Pemberdayaan Partisipasi dalam Pembelajaran
Pada hakikatnya belajar merupakan interaksi antara siswa dengan
lingkungannya. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal perlu
keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam pembelajaran.
Keterlibatan siswa merupakan hal yang sangat penting dan menentukan
keberhasilan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar, siswa dituntut secara aktif
untuk ikut berpartisipasi dalam pembelajaran. Karena dengan demikian siswalah
yang akan membuat suatu pembelajaran dikatakan sukses, efektif dan efesien.
Siswa yang aktif dalam pembelajaran akan terlihat pada baik dan buruknya
prestasi yang diperoleh.
Sudjana mengemukakan syarat kelas yang efektif adalah adanya
keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari siswa. Keterlibatan siswa
merupakan syarat pertama dalam kegiatan belajar di kelas. Untuk terjadinya
keterlibatan itu siswa harus memahami dan memiliki tujuan yang ingin dicapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
melalui kegiatan belajar atau pembelajaran. Keterlibatan itupun harus memiliki
arti penting sebagai bagian dari dirinya dan perlu diarahkan secara baik oleh
sumber belajar (Mulyasa, 2004).
Untuk mendorong partisipasi siswa dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon siswa secara
positif, menggunakan pengalaman berstruktur, dan menggunakan model yang
bevariasi yang lebih melibatkan siswa. Siswa sebagai subjek sekaligus objek
dalam pembelajaran. Sebagai subjek siswa adalah individu yang melakukan
proses belajar mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkaan
dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subjek belajar. Untuk itu, dari pihak
siswa diperlukan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Partisipasi subjek belajar dalam proses pembelajaran antara lain
dipengaruhi faktor kemampuan yang dimiliki hubungannya dengan materi yang
akan dipelajari.
g. Manfaat Partisipasi
Suryosubroto mengemukakan manfaat prinsipil dari partisipasi sebagai
berikut.
1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyak
sumbangan pikiran
2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas
3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan
adanya perasaan diperlukan
4) Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun
kepentingan bersama.
5) Mengembangkan potensi diri dan kreativitas siswa, serta dapat melatih siswa
untuk bertanggung jawab terhadap proses dan hasil belajar yang dijalaninya.
Kesempatan untuk merespon meningkatkan siswa belajar dengan
melibatkan lebih banyak waktu dan mengurangi waktu yang terbuang (Blackwell,
2008: 11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
h. Hasil Penelitian yang Relevan
Setyarini (2009) dalam skripsinya menjelaskan bahwa model
pembelajaran Group Investigation mampu meningkatkan partisipasi siswa selama
proses belajar mengajar berlangsung. Sintak Group Investigation yang berupa
model pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk dapat bekerja secara
bersama-sama untuk mencapai keberhasilan secara berkelompok.
Yuliana (2011) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa model
pembelajaran Group Investigation berperan aktif dalam peningkatan pemahaman
dan keterampilan berpikir mahasiswa. Langkah investigasi di dalam sintak Group
Investigation mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri apa yang akan ia
pelajari, sejak penentuan subtopik hingga mempresentasikan hasil penemuan.
Guru hanya berperan sebagai fasilitator.
B. Kerangka Berpikir
Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran biologi di kelas X-9
SMA Batik 1 Surakarta adalah rendahnya partisipasi siswa dalam proses
pembelajaran dan kurang optimalnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Partisipasi siswa yang dimaksud adalah keaktifan berkomunikasi dalam
pembelajaran yang tampak dari kurangnya partisipasi siswa dalam bertanya,
menjawab pertanyaan, berpendapat dan menanggapi pendapat selama proses
pembelajaran berlangsung. Perkiraan yang menyebabkan permasalahan adalah
model dan sumber pembelajaran yang digunakan belum mampu melibatkan
keaktifan berkomunikasi siswa secara menyeluruh.
Terkait dengan permasalahan tersebut, perlu dilakukan inovasi yang
dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Salah satu cara yang ditempuh
adalah penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe Group
Investigation. Group Investigation merupakan salah satu model dalam
pembelajaran kooperatif, dimana proses pembelajaran lebih menekankan pada
partisipasi siswa dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pelaksanaan model ini
menambah keberanian dan kepercayaan diri siswa untuk berinteraksi dengan
lingkungannya sehingga dapat meningkatkan keaktifan berkomunikasi dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pembelajaran biologi. Group Investigation merupakan model pembelajaran
kooperatif yang memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan
pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip belajar demokratis. Tipe
ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi,
dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya
sendiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama
sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih
mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa
yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya.
Penerapan Group Investigation diharapkan dapat meningkatkan
partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran biologi
pada pokok bahasan ekosistem siswa kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta. Bagan
kerangka pemikiran divisualisasikan pada Gambar 2.1 sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Gambar. Skema Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Sintak Model Pembelajaran Group Investigation yang mampu meningkatkan aspek partisipasi & kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
- siswa bekerja secara berkelompok untuk memecahkan masalah & guru berperan sebagai sebagai fasilitator sehingga siswa akan ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran
- siswa terlibat secara langsung mulai dari pemilihan topik permasalahan hingga penyajian hasil diskusi sehingga akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam pengetahuan mereka
- dalam tahap investigasi, pembelajaran GI berbasis konstruktivisme sehingga dapat melatih siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut secara mandiri
Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Group Investigation
Target Partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat ³75% dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa meningkat ³60%
Permasalahan: - partisipasi siswa kurang - pembelajaran terpusat pada
guru - kurangnya interaksi antar siswa
untuk memecahkan masalah secara bersama-sama
- kemampuan siswa untuk memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi kurang
Hasil observasi: - Suasana kelas kurang hidup, pembelajaran masih terpusat pada guru - Tidak ada siswa yang bertanya saat guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya - Cara guru mengajar cukup kreatif yaitu dengan CD pembelajaran interaktif - Dari 38 siswa ketika mengerjakan tes mid semester gasal hanya 13.51% siswa yang
dapat menjawab soal berpikir tingkat tinggi dengan benar, 46.49% siswa menjawab kurang tepat dan 20% siswa tidak bisa menjawab pertanyaan. Bila dibandingkan dengan pertanyaan yang memiliki tingkat soal C1 hingga C3 didapatkan data 77% siswa dapat menjawab dengan benar dan 23% menjawab pertanyaan kurang tepat.
Akar permasalahan: - partisipasi siswa rendah - kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa kurang
Solusi: - Suatu model pembelajaran yang
mampu meningkatkan partisipasi siswa
- Suatu model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka dihubungkan dengan permasalahan yang
ada pada proses pembelajaran Biologi, maka dirumuskan hipotesis tindakan yaitu
penggunaan model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan
partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9 SMA Batik I
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Batik I Surakarta kelas X-9 semester
genap tahun ajaran 2011/2012, yang beralamat di Jalan Slamet Riyadi 445,
Surakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap meliputi tahap persiapan,
penelitian, dan penyelesaian dengan perincian sebagai berikut.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi observasi, identifikasi masalah, penentuan
tindakan, pengajuan judul, penyusunan proposal, penyusunan perangkat
pembelajaran berupa silabus, RPP, dan LKS materi ekosistem, penyusunan
instrumen penelitian berupa angket, tes, lembar observasi, pedoman wawancara,
dan seminar proposal. Perincian kegiatan penelitian seperti pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Rancangan Urutan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
No Rencana Kegiatan Tahun 2011-2012
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr
1 Persiapan
a. Observasi
b. Identifikasi Masalah
c. Penentuan Tindakan
d. Pengajuan Judul
e. Penyusunan Proposal
f. Penyusunan Instrumen
g. Seminar Proposal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27 b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung di lapangan yaitu
pengajuan izin penelitian, penerapan model, pengambilan data, dan analisis data.
Perincian tahap penelitian seperti yang tercantum pada Tabel 3.2.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi kegiatan pembuatan laporan. Perincian
tahap penyelesaian seperti yang tercantum pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Waktu Pelaksanaan Tahap Penelitian & Penyelesaian Kegiatan Penelitian Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation
B. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah seluruh siswa kelas X-9
SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 yang dikenal ramai di kelas saat
pembelajaran sehingga suasana kelas kurang kondusif untuk belajar.
C. Data dan Sumber Data
1. Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian penerapan model pembelajaran
Group Investigation berupa informasi mengenai partisipasi dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi dari data hasil observasi, hasil tes kemampuan berpikir
tingkat tinggi, lembar observasi, angket dan wawancara dengan guru dan siswa.
No Rencana Kegiatan Tahun 2011-2012
Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1 Pelaksanaan
a. Pengajuan Izin Penelitian
b. Penerapan Strategi
c. Pengambilan Data
d. Analisa Data
2 Penyusunan Laporan
Pembuatan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28 2. Sumber Data
Data penelitian penerapan model pembelajaran Group Investigation
dikumpulkan dari berbagai sumber sebagai berikut.
a. Informasi yang didapat dari guru dan siswa
b. Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran
c. Dokumentasi atau arsip berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP).
D. Pengumpulan Data
Data pada penelitian penerapan model pembelajaran Group Investigation
dikumpulkan melalui tes, observasi, angket, dan wawancara.
1. Observasi
Observasi dilaksanakan ketika proses pembelajaran biologi pada topik
ekosistem. Observasi dilakukan terhadap siswa beserta proses pembelajaran yang
menyertainya. Kegiatan observasi dilakukan dalam rangka mengevaluasi
peningkatan partisipasi dengan dilakukannya tindakan pada setiap siklus serta
untuk mengetahui keterlaksanaan sintak model pembelajaran Group Investigation.
Observasi dilakukan oleh empat observer dan guru untuk menghindari adanya
subjektivitas. Rancangan instrumen yang digunakan berupa lembar observasi
tertulis. Pengisian dilakukan dengan cara memberi tanda check (√) pada pilihan
yang tepat.
Observasi terhadap siswa difokuskan pada partisipasi siswa yang
meliputi aspek siswa fokus terhadap materi pelajaran, sorot mata siswa tertuju
pada guru pada saat pelajaran berlangsung, siswa tidak melamun saat pelajaran
berlangsung, siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab
atau melakukan perintah, siswa berani mengajukan pendapat dan mengemukakan
permasalahannya, siswa berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan
kelanjutan belajar, usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran, serta
kemandirian siswa dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29 2. Wawancara
Wawancara terhadap siswa dan guru meliputi aspek partisipasi siswa
dan untuk mendapatkan informasi balikan terhadap proses pembelajaran yang
telah dilakukan. Wawancara digunakan sebagai alat penelitian dalam penerapan
model pembelajaran Group Investigation dengan tujuan untuk memperbaiki data
penelitian yang diperoleh dari hasil observasi dan angket. Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada siswa
dan guru.
Wawancara dilakukan bersama guru atas dasar hasil pengamatan di kelas
maupun kajian dokumen dalam setiap siklus yang ada. Dalam kegiatan
wawancara, peneliti melakukan beberapa hal sebagai berikut:
a. Meminta pendapat dari guru dan siswa mengenai pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas yang meliputi kelebihan, kekurangan, dan hambatan
yang terjadi di kelas.
b. Mengungkapkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas.
c. Mendiskusikan hal-hal yang ditemukan selama observasi dengan guru,
kemudian secara bersama menyamakan persepsi, sehingga apabila ada
kekurangan dapat diperbaiki pada siklus berikutnya.
3. Angket
Hasil informasi dari angket digunakan untuk mengevaluasi tindakan
yang dilakukan yaitu penerapan model pembelajaran Group Investigation
terhadap peningkatan partisipasi siswa. Angket yang diberikan untuk siswa
disusun berdasarkan indikator partisipasi. Jenis angket yang digunakan adalah
angket langsung dengan alternatif jawaban tersedia. Angket disusun dengan
terlebih dahulu membuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori.
Konsep alat ukur berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam
variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian yang hendak
dicapai, selanjutnya indikator digunakan sebagai pedoman dalam menyusun item-
item angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah
ditetapkan sebelumnya. Responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih
salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan untuk menjawab pertanyaan.
Kriteria penilaian item soal angket seperti pada Tabel 3.3 sebagai berikut.
Tabel 3.3 Skor Penilaian Angket
Skor untuk Aspek yang Dinilai Skor (+) ( - )
Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
4. Tes
Tes digunakan untuk mendapatkan data kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa pada materi ekosistem dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang mengacu pada setiap indikator pada aspek kemampuan berpikir tingkat
tinggi. Tes ini dilakukan secara individual kepada peserta didik dalam cakupan
dan ilmu pengetahuan yang ditentukan oleh pendidik untuk dijawab oleh siswa.
Bentuk tes adalah tes tertulis uraian. Tes ini akan digunakan sebagai data yang
menunjukkkan peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
5. Catatan Anekdot
Catatan anekdot digunakan untuk mencatat hal-hal dalam kegiatan
pembelajaran yang tidak termuat di dalam instrumen penelitian dan bersifat
relevan terhadap permasalahan yang sedang diteliti.
E. Uji Validitas Data
Validitas data partisipasi menggunakan teknik triangulasi metode.
Validitas data kemampuan berpikir tingkat tinggi menggunakan validitas ahli.
Menurut Maleong (2007) triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu. Triangulasi dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber data, artinya dari data yang sama atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31 sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda. Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi
angket partisipasi siwa, lembar observasi partisipasi siswa yang ditunjukkan
melalui sikap dan peran serta siswa dalam kegiatan belajar, wawancara informal
dengan siswa dan guru mata pelajaran, serta lembar observasi keterlaksanaan
sintak model pembelajaran Group Investigation. Skema triangulasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Skema Triangulasi Metode (Sutopo, 2002 : 81)
F. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
deskriptif kualitatif yang mengacu pada model analisis interaktif Miles dan
Huberman dalam Sutopo (2002: 91-96) yang dilakukan dalam tiga komponen
yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya
skema model analisis interaktif dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Analisis Miles dan Huberman (Sutopo, 2002: 91-96)
Reduksi data adalah proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan
dari data lapangan yang diperoleh dan berlangsung selama kegiatan pelaksaan
penelitian. Penyajian data merupakan pemaparan atas semua data yang telah
Angket
Observasi
Wawancara
Siswa Data
Pengumpulan Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan
Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32 diseleksi dan direduksi yang diringkas secara urut dan sistematis. Penarikan
kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat keteraturan, dan
penggolongan data. Analisis lapangan data berupa catatan lapangan dari peneliti
disajikan dalam narasi informasi untuk mengadakan refleksi yang jelas.
G. Indikator Kerja Penelitian
Menurut Mulyasa (2006) pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) siswa
terlibat aktif dalam pembelajaran. Pada penelitian ini dikatakan berhasil apabila
target partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dalam
pembelajaran tercapai dilihat dari based line ketercapaian indikator hasil
observasi.
Indikator kerja penelitian yang telah ditetapkan diwujudkan dalam
beberapa kali kegiatan pembelajaran, setiap pembelajaran yang menyangkut topik
ekosistem dilakukan dalam beberapa siklus. Penggunaan model pembelajaran
Group Investigation berhenti jika target telah tercapai. Apabila target belum
tercapai, maka siklus akan berulang sampai target yang telah ditentukan dapat
tercapai. Akan tetapi apabila pada siklus pertama target yang telah ditentukan
telah tercapai maka siklus akan dihentikan. Indikator kerja kemampuan berpikir
tingkat tinggi ditunjukkan pada Tabel 3.4 dan indikator kerja partisipasi
ditunjukkan pada Tabel 3.5 sebagai berikut.
Tabel 3.4 Indikator Kerja Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
No Indikator Soal Persentase Observasi
Rata-rata Persentase Observasi
Rata-rata Persentase
Target
Cara Mengukur
1. Menganalisis (C4)
32.15%
41,83%
65%
Pengolahan tes yang telah dikerjakan siswa setelah pemberian tindakan.
2. Mengevaluasi (C5)
53.65%
3. Mencipta (C6) 39.7%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33 Tabel 3.5 Indikator Kerja Partisipasi Siswa
No Indikator Persentase Observasi
Rata-rata Persentase Observasi
Rata-rata Persentase
Target
Cara Mengukur
1. Fokus terhadap materi pelajaran
64%
35,5%
75%
Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah siswa yang terlibat dalam pembelajaran, berinteraksi dengan guru, materi, dan siswa lain.
2. Sorot mata tertuju pada guru saat pelajaran berlangsung
69%
3. Tidak melamun saat pembelajaran berlangsung
47%
4. Selalu siap saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melaksanakan perintah
45%
5. Berani mengajukan pendapat
25%
6. Berpartisipasi dalam persiapan, proses dan kelanjutan belajar
22%
7. Berusaha dan kreatif dalam pembelajaran
6%
8. Mandiri dalam belajar
6%
Nb: Angka menunjukkan persentase, Jumlah siswa 36.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas secara umum dilakukan dengan empat tahapan
(1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (acting), (3) pengamatan (observing),
(4) refleksi (reflecting) (Arikunto, Suhardjono & Supardi, 2008).
1. Tahap Perencanaan
Tahap-tahap yang ada dalam tahap perencanaan adalah sebagai berikut.
a. Penyusunan perangkat pembelajaran yang terdiri atas LKS materi ekosistem,
silabus siklus I, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34 b. Penyusunan instrumen penelitian yang terdiri dari angket, lembar observasi,
dan pedoman wawancara partisipasi untuk siswa dan guru, soal tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi siklus I, lembar observasi keterlaksanaan
sintak model pembelajaran kooperatif tipe GI.
c. Praktik simulasi model pembelajaran Group Investigation di kelas untuk
mengetahui kekurangan apa yang terdapat selama proses pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Penerapan model pembelajaran Group Investigation dilaksanakan pada
materi ekosistem. Tahap pelaksanaan merupakan implementasi dari semua
perencanaan yang telah dipersiapkan serta melalui kolaborasi dengan guru biologi
yang bersangkutan. Pelaksana dari tindakan adalah guru dan pengamat jalannya
tindakan dalam proses pembelajaran adalah peneliti.
3. Tahap Pengamatan dan Evaluasi
Tahap pengamatan dan evaluasi dilaksanakan pada saat proses
pembelajaran berlangsung dengan menggunakan angket dan lembar observasi
serta dokumentasi kegiatan pembelajaran di kelas. Angket dan lembar observasi
meliputi angket dan lembar observasi partisipasi siswa, tes kemampuan berpikir
tingkat tinggi pada siklus I serta lembar observasi keterlaksanaan sintak model
pembelajaran Group Investigation.
4. Tahap Refleksi
Tahap ini meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan
yang terjadi dalam proses pembelajaran meliputi partisipasi dan peningkatan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa serta keterlaksanaan model
pembelajaran Group Investigation pada siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Pengamatan dalam kegiatan pratindakan ini dilakukan pada tanggal 23
dan 25 April 2012 dengan materi Kingdom Animalia selama tiga jam pelajaran
(3x45 menit) sebanyak dua kali pertemuan. Kegiatan ini difokuskan pada
partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dengan menggunakan
instrumen berupa angket, lembar observasi, dan daftar pertanyaan untuk
wawancara. Cara pengambilan data dalam kegiatan pratindakan ini melalui
penyebaran angket partisipasi siswa, observasi langsung oleh tiga observer dengan
lembar observasi (LO) partisipasi siswa, wawancara kepada guru dan beberapa
siswa, serta dokumentasi proses pembelajaran menggunakan kamera.
Kondisi kegiatan pratindakan menunjukkan proses pembelajaran yang
diisi dengan metode ceramah dan tanya jawab. Media yang digunakan guru dalam
proses pembelajaran adalah slide power point yang menampilkan gambar-gambar
dan tulisan tentang materi Animalia. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
proses pembelajaran ini monoton dan masih berpusat pada guru. Guru lebih
banyak menerangkan materi dan siswa hanya mendengarkan. Proses sains untuk
memperoleh suatu konsep tidak dilakukan oleh siswa. Siswa banyak yang tidak
memperhatikan dan partisipasi siswa dalam pembelajaran kurang.
Hasil dari beberapa cara pengambilan data yang telah dilakukan dalam
kegiatan pratindakan ini dijabarkan lebih sebagai berikut.
1. Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Observasi dilakukan oleh tiga orang observer menggunakan lembar
observasi yang meliputi aspek partisipasi siswa. Sebelum observasi dilakukan,
peneliti bersama semua observer melakukan penyamaan persepsi mengenai
indikator dalam aspek partisipasi siswa agar hasil pengamatan relatif sama. Siswa
di kelas X-9 berjumlah 36 orang yang pada saat pengamatan kegiatan pratindakan,
tidak ada siswa yang absen. Setiap observer mengawasi sekitar 10-15 siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Instrumen untuk mengobservasi partisipasi siswa di kelas X-9 adalah
berupa lembar observasi (LO) berisikan pernyataan “ya” dan “tidak” yang
pengisiannya didasarkan pada rubrik ketercapaian indikator aspek partisipasi
siswa. Pernyataan diberi tanda check (Ö) pada interval yang menunjukkan bahwa
indikator yang dimaksud tercapai (teramati dan dilakukan oleh siswa). Setiap
indikator dijelaskan secara rinci mengenai indikator ketercapaiannya sehingga
memudahkan observer dalam mengisi lembar observasi (LO) tersebut. Hasil dari
pengisian lembar observasi (LO) ini selanjutnya dihitung persentasenya dengan
program Ms. Excel. Hasil observasi berdasarkan lembar observasi (LO) secara
lebih rinci adalah sebagai berikut.
Hasil persentase untuk setiap indikator dan rata-rata seluruh indikator
dalam partisipasi siswa disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1. Persentase Hasil Observasi Partisipasi Siswa Prasiklus
No Indikator Partisipasi Siswa Persentase Prasiklus (%)
1 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 94,44
2 Sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat pelajaran berlangsung 97,22
3 Siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung 25,00
4 Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah.
27,80
5 Keberanian mengajukan pendapat dan mengemukakan permasalahannya
63,89
6 Berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. 69,40
7 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran 0,00
8 Kemandirian siswa dalam belajar 8,33
Rata-rata 48,26
2. Hasil Angket Partisipasi Siswa
Angket digunakan sebagai instrumen yang hasil pengisiannya dilakukan
oleh siswa yang dapat digunakan untuk mengetahui kondisi awal partisipasi
siswa. Angket diberikan pada seluruh siswa kelas X-9 sebanyak 36 siswa. Angket
ini terdiri dari 38 butir pertanyaan mengenai partisipasi siswa. Pembagian dan
pengisian angket ini dilakukan di akhir kegiatan pratindakan. Setiap siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mengisi angket secara mandiri dengan memberikan tanda checklist (Ö) pada setiap
interval yang dikehendakinya, dengan hasil berupa persentase tiap indikator dan
rata-ratanya sebagai berikut. Hasil dari pengisian angket ini selanjutnya dihitung
persentasenya baik tiap indikator maupun keseluruhannya dengan program Ms.
Excel.
Hasil persentase untuk setiap indikator dan rata-rata seluruh indikator
dalam partisipasi siswa disajikan dalam Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2. Persentase Hasil Angket Partisipasi Siswa Prasiklus
No Indikator Partisipasi Siswa Persentase Prasiklus (%)
1 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 69,97
2 Sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat pelajaran berlangsung 62,50
3 Siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung 63,89
4 Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah.
67,82
5 Keberanian mengajukan pendapat dan mengemukakan permasalahannya
65,97
6 Berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. 61,81
7 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran 66,78
8 Kemandirian siswa dalam belajar 64,58
Rata-rata 65,42
3. Hasil Wawancara Partisipasi Siswa
Wawancara dilakukan kepada guru biologi yang mengajar dan beberapa
siswa yang hasilnya digunakan sebagai data pendukung dari data observasi,
angket dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka.
Wawancara kepada guru dan siswa dilakukan di luar jam pelajaran setelah
kegiatan pengamatan pratindakan selesai dilakukan. Siswa yang diwawancarai
sejumlah tiga orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi, diperoleh
informasi bahwa siswa kelas X-9 sering ramai dan banyak yang tidak
memperhatikan saat guru menerangkan. Saat diberi pertanyaan, siswa diam dan
tidak ada yang berani bertanya. Setelah ditunjuk guru baru siswa mau menjawab
pertanyaan. Begitu pula pada saat guru mempersilakan siswa untuk bertanya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan. Sebenarnya guru juga ingin
menerapkan metode atau model-model pembelajaran yang menyenangkan bagi
siswa, tetapi kendala terbesarnya adalah kurangnya waktu dan siswa yang cukup
sulit diatur. Diakui guru bahwa interaksi antarsiswa yang terjadi selama
pembelajaran masih kurang, siswa kurang dapat menjawab pertanyaan untuk tipe
soal yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran.
Berdasar hasil wawancara dengan guru, guru menginginkan adanya peningkatan
dalam partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil wawancara
partisipasi siswa dengan guru terlampir pada Lampiran 3.1.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa, diperoleh
informasi bahwa siswa masih beranggapan bahwa biologi itu adalah materi yang
sulit dan banyak hafalan sehingga menyebabkan siswa kurang tertarik dalam
pembelajaran biologi. Siswa lebih senang apabila dalam pembelajaran banyak
diadakan permainan-permainan dan juga pengamatan langsung sehingga pelajaran
tidak membosankan dan hanya membahas teori-teori dari buku. Tugas yang
diberikan juga jangan terlalu banyak karena semakin banyak tugas yang
diberikan, siswa akan semakin malas mengerjakannya. Siswa juga merasa sulit
mengerjakan soal-soal sendiri sehingga merasa perlu adanya kelompok-kelompok
belajar agar dapat saling bertanya pada teman yang lebih pandai.
Guru biologi yang selama ini mengajar, menurut siswa sudah cukup
menyenangkan dan selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan seperti
menjawab pertanyaan siswa, memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendidik
dan berusaha untuk mengenal siswa lebih dekat. Guru perlu untuk melakukan
variasi dalam pembelajaran agar belajar biologi menjadi lebih menyenangkan.
Hasil wawancara dengan siswa mendukung data sebelumnya bahwa partisipasi
siswa dalam pembelajaran biologi masih rendah dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa yang masih kurang. Hasil wawancara dengan siswa terlampir pada
Lampiran 3.8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4. Dokumentasi
Dokumentasi berupa video rekaman dan foto-foto selama proses
pembelajaran yang menunjukkan hasil bahwa pembelajaran selama tiga jam
pelajaran (3x45 menit) sebanyak dua kali pertemuan menunjukkan proses
pembelajaran yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Dalam
kegiatan pembelajaran, siswa bagian depan dan tengah saja yang terlihat fokus
dan terus memperhatikan penjelasan guru, sedangkan siswa yang duduk di bagian
belakang lebih banyak ramai dan tidak memperhatikan. Data berupa dokumentasi
digunakan sebagai data tambahan untuk mendukung data hasil observasi, angket,
dan wawancara serta merupakan bukti bahwa peneliti telah melakukan kegiatan
pengamatan pratindakan (prasiklus). Hasil dokumentasi pratindakan terlampir
pada Lampiran 4.
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus
1. Siklus 1
Pelaksanaan tindakan pada siklus 1 meliputi perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Berikut adalah penjabaran dari pelaksanaan siklus 1.
a. Perencanaan Tindakan
Dalam penyusunan perencanaan tindakan, peneliti berkolaborasi
bersama guru dan dosen pembimbing untuk menetapkan tindakan yang akan
diberikan kepada siswa. Perencanaan tindakan meliputi beberapa hal mulai dari
merancang instrumen penelitian yang terdiri dari angket, lembar observasi dan
daftar pertanyaan wawancara partisipasi siswa, silabus dan RPP, media berupa
video dan gambar slide sampai dengan penyediaan alat dan bahan yang
diperlukan selama kegiatan berlangsung, serta soal kemampuan berpikir tingkat
tinggi yang akan diberikan pada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus 1 dilakukan sebanyak dua kali pertemuan
selama tiga jam pelajaran (3x45 menit) pada 30 April – 2 Mei 2012 di kelas X-9
pada submateri komponen-komponen ekosistem, tipe-tipe ekosistem, interaksi
dalam ekosistem, dan suksesi. Guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Deskripsi
tindakan pada siklus 1 dijabarkan sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 30 April 2012 pada jam
ke-4 selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan
salam, memberikan motivasi, dan apersepsi. Selanjutnya guru memberikan
penjelasan umum tentang mekanisme pembelajaran yang akan diikuti siswa yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Sintaks pembelajaran
keseluruhan yang direncanakan dalam siklus ini adalah sebagai berikut:
a) Pemberikan apersepsi, mengajak siswa melakukan brain storming, dan
memberikan konsep dasar mengenai materi ekosistem.
b) Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu masalah ekosistem yang
digambarkan lebih dahulu oleh guru.
c) Pengelompokkan siswa secara heterogen (kemampuannya), dimana setiap
kelompok terdiri dari 6 orang dan menjelaskan aturannya.
d) Para siswa dan guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus tugas,
dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang
telah dipilih.
e) Pembagian LKS yang harus dikerjakan dan diselesaikan dalam kelompok.
f) Pengamatan langsung terhadap contoh ekosistem yang ada di sekitar sekolah
(kebun, taman, selokan, dll) oleh tiap kelompok.
g) Guru meminta siswa berdiskusi mencari jawaban atas permasalahan yang ada
tidak hanya dengan kelompoknya tetapi juga dengan kelompok lain dengan
tema sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
h) Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
i) Presentasi hasil diskusi di depan kelas, kemudian kelompok lain memberikan
tanggapan.
j) Review hasil diskusi siswa dan menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-
sama.
Sintaks pembelajaran tidak bisa diselesaikan pada pertemuan pertama
karena terbatas oleh waktu. Sintaks pada pertemuan pertama ini sampai pada
siswa berdiskusi mencari jawaban atas permasalahan yang ada. Sintaks yang
belum terlaksana akan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Rabu, 2 Mei 2012 pada jam ke-3
dan 4 selama dua jam pelajaran (90 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan
salam dan memberikan motivasi, kemudian guru mengingatkan siswa pada materi
pertemuan sebelumnya. Sintaks pembelajaran yang dilaksanakan guru pada
pertemuan kedua adalah sebagai berikut:
a) Guru meminta siswa untuk melanjutkan diskusi mencari jawaban atas
permasalahan yang ada tidak hanya dengan kelompoknya tetapi juga dengan
kelompok lain dengan tema sejenis.
b) Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan
memberikan bantuan jika diperlukan.
c) Presentasi hasil diskusi di depan kelas, kemudian kelompok lain memberikan
tanggapan.
d) Review hasil diskusi siswa dan menyimpulkan hasil pembelajaran bersama-
sama.
Sintaks yang direncanakan dilakukan dengan cukup baik oleh guru dan
selesai pada pertemuan kedua. Setelah sintaks selesai, guru memberikan soal tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi siklus 1 dan dilanjutkan dengan mengisi
angket partisipasi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
c. Observasi dan Evaluasi
Tahap observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Tahap ini meliputi pengisian lembar observasi oleh observer, pengisian angket
oleh semua siswa kelas X-9, dokumentasi kegiatan pembelajaran (log book dan
rekaman video), post test, dan wawancara siswa. Observasi dilakukan oleh tiga
orang observer dengan menggunakan lembar observasi partisipasi siswa,
keterlaksanaan sintaks model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
oleh guru dan siswa, lembar observasi ranah afektif dan psikomotorik sebagai data
pendukung. Angket diberikan setelah proses pembelajaran siklus 1 berakhir. Hasil
pengambilan data pada siklus 1 secara detail sebagai berikut:
1) Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Pengamatan terhadap partisipasi siswa berdasarkan delapan indikator
yang muncul dan dapat diamati oleh observer pada saat pembelajaran. Seorang
observer mengamati 2-3 kelompok yang terdiri dari 10-15 siswa. Lembar
observasi berisikan pernyataan “ya” dan “tidak” yang pengisiannya didasarkan
pada rubrik ketercapaian indikator aspek partisipasi siswa. Pernyataan diberi tanda
check (Ö) pada intervsl yang menunjukkan bahwa indikator yang dimaksud
tercapai (teramati dan dilakukan oleh siswa). Hasil persentase capaian tiap
indikator partisipasi siswa pada siklus 1 disajikan pada Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3. Persentase Hasil Observasi Partisipasi Siswa Siklus 1
No Indikator Partisipasi Siswa Persentase Siklus 1 (%)
1 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 86,11
2 Sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat pelajaran berlangsung 88,89
3 Siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung 94,44
4 Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah.
75,00
5 Keberanian mengajukan pendapat dan mengemukakan permasalahannya
77,78
6 Berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. 86,10
7 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran 36,11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
No Indikator Partisipasi Siswa Persentase Siklus 1 (%)
8 Kemandirian siswa dalam belajar 33,30
Rata-rata 72,22
Berdasarkan Tabel 4.3 rata-rata capaian indikator partisipasi siswa untuk
lembar observasi siklus 1 sebesar 72,22% dengan besar persentase tiap indikator
antara 33,3%-94,44%. Apabila dibandingkan dengan hasil prasiklus, hasil siklus 1
ini meningkat sebesar 23,96%.
Peningkatan persentase hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa
partisipasi siswa di kelas X-9 lebih meningkat dibandingkan dengan kondisi
prasiklus. Semua indikator muncul dan dapat diamati oleh observer saat
pemberian tindakan berlangsung. Indikator terendah ada pada kemandirian siswa
dalam belajar. Berdasarkan pengamatan, indikator tersebut cukup sulit diamati
karena tidak begitu tampak. Kemandirian siswa ditunjukkan dengan siswa
berlatih soal-soal materi tanpa menunggu disuruh oleh guru dan mengerjakan
tugas dari guru dengan senang, bukan karena rasa takut pada guru. Untuk
mengetahui apakah indikator tersebut muncul pada siswa dalam tindakan siklus 1
ini, peneliti menggunakan data lain yaitu melalui angket dan wawancara.
Sementara itu, indikator tertinggi ada pada siswa tidak melamun saat pelajaran
berlangsung. Berdasar pengamatan, indikator ini muncul dan mudah terlihat oleh
observer. Guru terlihat sudah membantu dan membimbing siswa dalam
pembelajaran misalnya dengan menjawab pertanyaan dari siswa.
Indikator lain yaitu sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat
pelajaran berlangsung menunjukan persentase yang baik. Indikator tersebut
mudah diamati oleh observer. Secara umum siswa tampak lebih bersemangat dan
terlibat dalam pembelajaran dibandingkan dengan prasiklus.
2) Hasil Angket Partisipasi Siswa
Pengambilan data melalui angket ini dilakukan di akhir siklus 1 dan
berguna untuk mengatahui partisipasi siswa X-9 dari sudut pandang siswa.
Angket partisipasi siswa berisi 38 butir item yang berhubungan dengan partisipasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
yang terbagi menjadi delapan indikator yaitu siswa fokus terhadap materi
pelajaran, sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat pelajaran berlangsung,
siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung, siswa selalu siap (tidak terkejut)
saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah, keberanian
mengajukan pendapat dan mengemukakan permasalahannya, berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar, usaha dan kreativitas siswa
dalam pembelajaran, kemandirian siswa dalam belajar. Berdasarkan angket yang
telah diisi siswa, besar persentase tiap indikator dalam aspek partisipasi kelas
tertera dalam Tabel 4.4
.
Tabel 4.4. Persentase Hasil Angket Partisipasi Siswa Siklus 1
No Indikator Partisipasi Siswa Persentase Siklus 1 (%)
1 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 78,82
2 Sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat pelajaran berlangsung 80,56
3 Siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung 80,56
4 Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah.
71,64
5 Keberanian mengajukan pendapat dan mengemukakan permasalahannya
67,01
6 Berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. 64,24
7 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran 65,16
8 Kemandirian siswa dalam belajar 63,89
Rata-rata 71,48
Berdasarkan Tabel 4.4 rata-rata capaian indikator partisipasi siswa untuk
angket siklus I adalah 71,48% dengan nilai indikator partisipasi siswa berkisar
antara 63,89%-80,56%. Hasil tersebut mengalami kenaikan dari nilai prasiklus
sebesar 6,06%, menunjukkan bahwa berdasarkan hasil angket siswa, partisipasi
siswa X-9 meningkat menjadi 71,48% dari kondisi sebelum tindakan. Dilihat dari
peningkatan tiap indikator partisipasi siswa, siklus 1 dengan model pembelajaran
Group Investigation ini dapat meningkatkan ke delapan indikator partisipasi siswa
di kelas X-9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Indikator tertinggi sebesar 80,56% ada pada sorot mata siswa tertuju
pada guru dan siswa tidak melamun pada saat pelajaran berlangsung dengan
materi ekosistem. Ini menunjukkan bahwa siswa senang terlibat aktif dalam
pembelajaran. Sedangkan indikator terendah ada pada kemandirian siswa dalam
belajar yaitu sebesar 63,89%. Berdasar hasil pengamatan, siswa masih belum
terlalu mengerti aturan pembelajaran dengan model pembelajaran Group
Investigation sehingga siswa masih menunggu perintah dari guru untuk
mengerjakan tugas yang diberikan dan belum dapat belajar secara mandiri dengan
maksimal. Data dari angket partisipasi siswa ini akan didukung dengan hasil
wawancara beberapa siswa terhadap penerapan model pembelajaran Group
Investigation.
3) Hasil Wawancara
Wawancara merupakan cara pengambilan data dengan menanyakan
narasumber secara langsung. Wawancara ini dilakukan di luar jam pelajaran.
Wawancara dilakukan pada kepada dua narasumber yaitu siswa dan guru. Data
wawancara ini akan menggambarkan secara umum pendapat guru dan siswa
mengenai partisipasi siswa, dan penerapan model pembelajaran Group
Investigation. Data ini akan digunakan sebagai data pendukung untuk
menunjukkan peningkatan yang terjadi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa, diperoleh
informasi bahwa siswa menyukai pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran Group Investigation. ini. Menurut mereka, pembelajaran seperti ini
menyenangkan, tidak membuat siswa mengantuk, lebih meningkatkan hubungan
antar siswa melalui pembelajaran kolaboratif. Materi ekosistem yang dipelajari
terasa lebih mudah karena siswa langsung mengamati ekosistem yang ada di
sekitar. Media yang digunakan juga menarik dan memudahkan siswa dalam
mencerna materi. Menurut siswa kekurangan pembelajaran seperti ini adalah
siswa menjadi kurang terkendali di kelas, ada juga anggota kelompoknya yang
belum sadar akan tanggung jawabnya. Selain itu waktu diskusi ataupun presentasi
yang disediakan masih kurang sehingga terasa terburu-buru dan tidak maksimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Hasil wawancara dengan siswa
terlampir pada Lampiran 3.9.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa pembelajaran seperti
ini mendapat respon yang cukup baik dari siswa. Kelas tampak lebih hidup dan
tidak ada yang mengantuk karena secara umum semua siswa tampak bekerja
walaupun masih ada sebagian yang mengerjakan hal lain. Pembelajaran seperti ini
membuat interaksi siswa lebih tampak melalui diskusi-diskusi kelompok dan
ketertarikan atau minat siswa dalam pembelajaran juga cukup baik yang tampak
dari lebih banyaknya siswa yang berani berpendapat dan tidak mengantuk karena
media pembelajaran yang menarik. Kekurangan yang dirasakan guru dalam
pembelajaran seperti ini antara lain masih sulitnya guru mengontrol tiap siswa
ataupun kelompok, waktu yang sangat terbatas sehingga kinerja guru atau siswa
tampak belum maksimal, dan tingkat kepahaman siswa pada materi ekosistem
yang masih belum maksimal sehingga guru harus mengulang materi lagi sebelum
post test.
4) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang diukur dari ranah
kognitif dikelas X-9 dibagi menjadi 3 indikator tipe soal yaitu C4 (menganalisis),
C5 (mengevaluasi) dan C6 (mencipta). Besarnya aspek kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa di kelas X-9 ini diketahui melalui pengambilan data berupa
tes. Tes digunakan sebagai instrumen yang hasil pengisiannya yang dilakukan
oleh siswa dapat digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa. Tes diberikan pada seluruh siswa kelas X-9 sebanyak 36
siswa. Setiap siswa menjawab tes secara mandiri dengan memberikan jawaban
pada tiap soal yang diberikan. Hasil dari pengisian tes ini selanjutnya dihitung
persentasenya baik tiap indikator maupun keseluruhannya dengan program Ms.
Excel.
Pengambilan data melalui tes ini dilakukan di akhir siklus 1 dan berguna
untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9 dari sudut
pandang siswa dan peningkatannya dibanding dengan hasil observasi sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
siswa diberikan tindakan berupa model pembelajaran kooperatif GI. Tes
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa ini berisi 6 butir item soal yang tersusun
atas indikator tipe soal menganalisis (C4), mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6).
Berdasarkan tes yang telah dikerjakan oleh siswa, besar persentase tiap indikator
dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa tertera dalam Tabel 4.5 berikut
ini.
Tabel 4.5 Persentase Capaian Indikator Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Siswa Siklus 1
No Indikator Tipe Soal Persentase (%) 1 Menganalisis (C4) 66,20 2 Mengevaluasi (C5) 52,43 3 Mencipta (C6) 43,52
Rata-Rata 54,05
Berdasarkan Tabel 4.5 rata-rata capaian indikator kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa untuk angket siklus 1 adalah 54,05% dengan nilai indikator
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berkisar antara 43,52%-66,20%. Hasil
ini masih dibawah target penelitian sebesar 60%. Hal ini menunjukan bahwa
berdasarkan hasil tes, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9 pada
siklus 1 masih kurang dan perlu ditingkatkan.
Indikator tertinggi ada pada tipe soal menganalisis (C4) yaitu sebesar
66,20%. Kemampuan siswa untuk menganalisis soal yang diberikan masih belum
optimal. Sedangkan indikator terendah ada pada tipe soal mencipta (C6) yaitu
sebesar 43,52%.
Perolehan data peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas X-9
masih kurang dan perlu dioptimalkan. Besarnya persentase peningkatan belum
mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 65%. Berdasarkan hasil ini, dapat
disimpulkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9 perlu
dioptimalkan pada siklus 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
5) Data Pendukung
a) Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks
Lembar observasi (LO) keterlaksanaan sintaks Group Investigation ini
terdiri dari LO keterlaksanaan sintaks oleh guru dan siswa. Berdasarkan hasil
pengamatan tiga observer, guru cukup lancar melaksanakan sintaks ini. Guru
sudah melaksanakan sintaks secara urut. Pada pertemuan pertama (Senin, 30 April
2012), guru kurang maksimal dalam memberikan penjelasan dan pengarahan
mengenai pembelajaran yang akan dilakukan, akibatnya pada saat kegiatan
kegiatan pembelajaran ekosistem masih ada banyak siswa yang masih bertanya
tentang apa yang harus dilakukan.
Pada pertemuan kedua, guru melakukan langkah pembelajaran lebih baik
namun kurang maksimal dalam membimbing jalannya diskusi tiap kelompok
yang terlihat dari banyaknya siswa yang mengobrol dengan kelompoknya.
Keterlaksanaan sintaks oleh siswa tampak belum maksimal, seperti beberapa
siswa yang mengobrol dan bermain laptop saat berdiskusi, hanya sedikit siswa
yang bertanya saat kelompok lain presentasi, tidak semua kelompok melakukan
presentasi karena keterbatasan waktu dan suasana kelas yang kurang terkendali.
Hasil observasi keterlaksanaan sintak model pembelajaran Group Investigation
terlampir pada Lampiran 3.11.
b) Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan sebagai data pendukung untuk mengetahui
peningkatan partisipasi siswa di kelas X-9. Dokumentasi pada siklus 1 ini adalah
dengan catatan lapangan dalam bentuk log book yang ditulis oleh peneliti selama
proses pembelajaran berlangsung. Secara umum hasil catatan ini berisi kejadian-
kejadian penting yang dilakukan oleh guru dan siswa. Hasil analisis menunjukkan
bahwa partisipasi siswa lebih meningkat untuk belajar dibandingkan dengan
kondisi prasiklus. Sementara aspek partisipasi siswa yang tampak dalam
pembelajaran menunjukan peningkatan daripada kondisi prasiklus. Hasil
dokumentasi siklus 1 terlampir pada Lampiran 4.1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c) Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi afektif dan psikomotorik digunakan sebagai data
pendukung penelitian dan nantinya akan diberikan pada guru dan sekolah untuk
keperluan penilaian. Hasil ranah kognitif (terlampir) berupa nilai LKS dan post tes
dengan nilai rata-rata kelas sebesar 73,06. Nilai terendah sebesar 52,50 dan nilai
tertinggi sebesar 100. Batas tuntas ranah kognitif untuk pelajaran biologi ini
sebesar 75. Tabel 4.6 ini menunjukkan ketuntasan siswa pada siklus 1.
Tabel 4.6 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Kriteria Frekuensi Persentase(%) Tuntas 15 41,67 Belum tuntas 21 58,33
Jumlah 36 100
Hasil di atas menunjukkan bahwa lebih dari 50% siswa yang belum
tuntas karena nilainya masih kurang dari 75. Hal ini disebabkan oleh kurang
terbiasanya siswa dengan soal yang memiliki tipe kemampuan berpikir tingkat
tinggi.
Data nilai dari ranah psikomotorik dan afektif diperoleh melalui
observasi pada kelompok-kelompok selama pelajaran berlangsung. Nilai ranah
psikomotorik dalam bentuk abjad menunjukkan bahwa seluruh siswa mendapat A.
nilai psikomotorik terlampir pada Lampiran. Sedangkan ranah afektif yang terdiri
dari 5 indikator dijabarkan dalam Tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.7 Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa
No Indikator Ranah Afektif Persentase (%) 1 Tanggung jawab 88,89 2 Teliti 75,70 3 Disiplin 75,70 4 Berani 85,42 5 Bekerjasama 98,61 6 Menghargai pendapat 88,89
Rata-Rata 85,53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa ranah afektif siswa cukup
baik namun belum maksimal sesuai yang diharapkan terutama dalam teliti dan
disiplin dalam pembelajaran. Bila dikonversikan ke dalam huruf, sebanyak 20
siswa mendapat nilai A dan 16 siswa mendapat B.
d. Analisis dan Refleksi
Analisis dan refleksi diperlukan guna perbaikan untuk siklus selanjutnya.
Tahap ini meliputi kegiatan yang mengulas perubahan dan permasalahan yang
terjadi dalam proses pembelajaran yang meliputi partisipasi dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa saat pelaksanaan proses pembelajaran siklus 1. Hasil
dari analisis dan refleksi ini akan digunakan sebagai bahan perencanaan pada
siklus 2.
Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1 secara umum
belum mencapai target yang ditentukan peneliti sebelumnya yaitu peningkatan
menjadi 75% untuk aspek partisipasi siswa dan 65% untuk kemampuan berpikir
tingkat tinggi, sehingga peneliti ingin lebih memaksimalkan proses pembelajaran
dan diperlukan perbaikan. Berdasarkan hasil ini, maka dapat diperoleh hasil
refleksi sebagai berikut.
1) Partisipasi siswa telah menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan
dengan prasiklus. Target masih belum tercapai sehingga peneliti masih ingin
memaksimalkan partisipasi siswa di kelas X-9 agar target penelitian dapat
tercapai dan hasilnya lebih maksimal. Hal ini karena masih ada beberapa
siswa yang belum terlibat dalam pembelajaran, seperti membuat gaduh dengan
bermain sendiri, kurang tertib mengikuti prosedur pembelajaran, mengobrol
dengan kelompoknya, siswa juga kurang mandiri dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru. Beberapa indikator dari partisipasi siswa juga masih
rendah di bawah target sehingga perlu ditingkatkan pada siklus selanjutnya.
2) Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa belum maksimal, terutama dari hasil
tes yang belum memenuhi target yang ditetapkan. Ada beberapa hambatan
dalam pembelajaran yang harus diperbaiki peneliti agar tidak terjadi di siklus
berikutnya, misalnya penjelasan dari guru tentang apa yang harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
dilaksanakan siswa pada model pembelajaran Group Investigation, alokasi
pelaksanaan diskusi dan presentasi yang masih kurang sehingga ada kelompok
yang belum sempat presentasi. Siklus berikutnya diharapkan hambatan ini
tidak terjadi lagi.
3) Keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Group Investigation di kelas
X-9 pada siklus 1 ini belum berjalan sesuai sintaks yang ada. Hal ini terlihat
pada saat observasi dimana guru masih kurang lancar dalam menerapkan
pembelajaran ini yang tampak dari adanya langkah pembelajaran yang masih
terlewat dan belum dilakukan guru. Pada siklus selanjutnya, dengan
koordinasi yang lebih baik lagi antara guru dan peneliti diharapkan kendala ini
dapat diperbaiki. Sedangkan keterlaksaan pada siswa pun tampak belum
maksimal. Berdasarkan hasil wawancara, siswa merasa waktu yang diberikan
kurang sehingga mereka kurang maksimal dan terburu-buru dalam berdiskusi,
presentasi dan mengerjakan tugas. Pada siklus berikutnya, dengan bimbingan
dari guru yang lebih baik lagi, diharapkan masalah ini dapat teratasi.
2. Siklus 2
Pelaksanaan tindakan pada siklus 2 ini meliputi perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi seperti halnya pada siklus 1. Pelaksanaan
siklus 2 ini adalah perbaikan berdasar refleksi dari siklus 1. Berikut ini adalah
penjabaran dari pelaksanaan siklus 2.
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti menemukan adanya kelemahan, masalah, dan hambatan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1. Pada siklus 2 diharapkan pembelajaran
berlangsung lebih baik dan menunjukkan peningkatan maksimal. Oleh karena itu,
peneliti dan guru melakukan langkah-langkah perbaikan, antara lain sebagai
berikut.
1) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa guru belum optimal dalam
melaksanakan sintaks pembelajaran sesuai apa yang ada dalam RPP. Sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
tindak lanjutnya, peneliti berdiskusi dengan guru untuk membuat perencanaan
tindakan bersama dan memperbaiki kekurangan pada siklus sebelumnya.
2) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa guru masih belum mampu
mengelola atau mengatur waktu pembelajaran sehingga dalam hal ini guru
terkesan kurang tegas terhadap siswa. Sebagai tindak lanjutnya, guru harus
lebih bersikap tegas dan menerapkan peraturan-peraturan saat sesi diskusi
untuk memecahkan masalah, sehingga siswa dapat disiplin dalam
pembelajaran.
3) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa partisipasi dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa masih belum mencapai target yang ditentukan.
Sebagai tindak lanjutnya, guru harus lebih memotivasi siswa agar keinginan
siswa untuk mempelajari materi ekosistem ini lebih besar melalui
pembelajaran yang diterapkan dan media yang digunakan sehingga dapat
memaksimalkan hasil dari siklus 2.
4) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa siswa belum mampu mengikuti
prosedur pembelajaran dengan baik. Banyak siswa yang bingung dan belum
memahami apa yang harus dilakukannya. Sebagai tindak lanjutnya, guru
memperjelas prosedur-prosedur pembelajaran yang harus dilakukan dan
meminta siswa untuk melakukan persiapan terlebih dahulu sebelum
melakukan prosedur kegiatan pembelajaran. Peneliti turut serta memberikan
pelatihan dan training kepada guru maupun siswa untuk menjelaskan
prosedur-prosedur pembelajaran yang benar sesuai sintaksnya.
5) Hasil refleksi siklus 1 menunjukkan bahwa masih ada siswa yang kurang
tertib dan bertanggung jawab dalam pembelajaran. Ada beberapa siswa yang
membuat gaduh dengan bermain-main, kurang tertib mengikuti prosedur
pembelajaran, mengobrol dengan kelompoknya, siswa juga kurang mandiri
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagai tindak lanjutnya,
guru harus bersikap lebih tegas dengan memberikan hukuman yang mendidik
seperti pengurangan nilai.
6) Penyusunan rencana pengajaran (RPP) yang lebih disesuaikan lagi dengan
tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran Group
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Investigation. Alokasi waktu ditambah dengan menambah jumlah pertemuan
dari dua menjadi tiga kali pertemuan. Dengan ditambahnya waktu diharapkan
proses pembelajaran lebih baik.
7) Penyusunan instrumen lain seperti, lembar observasi partisipasi siswa dalam
pembelajaran biologi, lembar keterlaksanaan sintaks pembelajaran, angket
partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi, pedoman wawancara sama
seperti yang digunakan pada siklus 1, dan tes kemampuan berpikir tingkat
tinggi siklus 2.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus 2 ini dilakukan sebanyak tiga kali
pertemuan selama empat jam pelajaran (4x45 menit) pada tanggal 7 – 14 Mei
2012 di kelas X-9 pada submateri aliran energi dan daur biogeokimia. Guru
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group
Investigation. Deskripsi tindakan pada siklus 1 ini dijabarkan sebagai berikut:
1) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada Senin, 7 Mei 2012 pada jam ke-4
selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan
salam, memberikan motivasi, dan apersepsi. Selanjutnya guru memberikan
penjelasan umum tentang mekanisme pembelajaran yang akan diikuti siswa yaitu
model pembelajaran Group Investigation dengan lebih lengkap daripada
sebelumnya. Sintaks pembelajaran keseluruhan yang direncanakan dalam siklus
ini adalah sebagai berikut:
a) Guru membuka pelajaran dengan salam
b) Guru mengabsen dan menanyakan kabar siswa.
c) Guru memberikan motivasi dan apersepsi dengan menanyakan
“Bagaimanakah cara makhluk hidup mempertahankan hidupnya? Darimana
itu semua diperoleh? Jadi, apakah ada hubungan antara kita dengan segala
sesuatu di sekeliling kita?
d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
e) Guru menyampaikan mekanisme pembelajaran yang akan diikuti siswa yaitu
model pembelajaran Group Investigation.
f) Guru memberikan konsep dasar pada siswa mengenai materi aliran energi dan
daur biogeokimia.
g) Guru mempersilahkan siswa untuk memberikan tanggapan maupun
pertanyaan
h) Guru meminta siswa segera berkumpul dengan kelompoknya dan mengadakan
pembagian tugas (ketua, sekretaris, pengatur waktu dalam kelompok, pemberi
pertanyaan dan pencari jawaban). Selanjutnya guru membagikan LKS.
i) Guru meminta tiap kelompok melakukan analisis terhadap komponen-
komponen suatu ekosistem yang diberikan kemudian membuat contoh rantai
dan jaring makanan yang tepat sesuai dengan petunjuk yang ada di LKS.
Kelompok 1 bergabung dengan kelompok 2, dst.
j) Guru meminta tiap anggota kelompok memainkan peran sebagai komponen-
komponen ekosistem tersebut kemudian memperagakan contoh rantai dan
jaring makanan yang telah dibuatnya di depan kelas dengan saling
bergandengan tangan/ memegang pita. Siswa yang tidak mendapat peran,
bertugas untuk menjelaskan rantai dan jaring makanan itu. Kegiatan ini
dipresentasikan pada pertemuan berikutnya.
Sintaks yang belum terlaksana akan dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada Rabu, 9 Mei 2012 pada jam ke-3
dan 4 selama dua jam pelajaran (90 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan
salam dan memberikan motivasi, kemudian guru mengingatkan siswa pada materi
pertemuan sebelumnya. Sintaks pembelajaran yang dilaksanakan guru pada
pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut:
a) Guru memberikan video daur biogeokimia yaitu daur N, C, Sulfur, dan Air.
Daur N untuk kelompok 1 dan 2, daur C untuk kelompok 3 dan 4, daur Sulfur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
untuk kelompok 5 dan 6, dan daur air untuk kelompok 7 dan 8. Kemudian
meminta kelompok mengamati, mendiskusikan, dan mengerjakan LKS.
b) Guru meminta kelompok mempresentasikan hasil diskusinya tentang daur
biogeokimia pada kelompok lainnya.
c) Guru mempersilahkan kelompok lain untuk memberikan pertanyaan kepada
kelompok yang presentasi
Sintaks yang direncanakan ini dilakukan dengan baik oleh guru dimana
guru tampak lebih tegas dalam membimbing siswa. Sintaks yang belum terlaksana
akan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada Senin, 14 Mei 2012 pada jam ke- 4
selama satu jam pelajaran (45 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan
salam dan memberikan motivasi, kemudian guru mengingatkan siswa pada materi
pertemuan sebelumnya. Sintaks pembelajaran yang dilaksanakan guru pada
pertemuan ketiga ini adalah sebagai berikut:
a) Guru memberikan konfirmasi mengenai semua materi, video, dan pertanyaan
yang diberikan.
b) Guru menuntun siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran
c) Guru memberikan evaluasi melalui tes kemampuan berpikir tingkat tinggi.
d) Guru memberikan salam penutup
Sintaks pada pertemuan ketiga telah dilaksanakan dengan lebih baik oleh
guru. Dengan ditambahnya waktu dan jumlah pertemuan, keseluruhan sintaks
pembelajaran ini dapat selesai sesuai dengan yang telah direncanakan.
c. Observasi dan Evaluasi
Seperti halnya pada siklus 1, tahap observasi dilaksanakan selama proses
pembelajaran berlangsung. Tahap ini meliputi pengisian lembar observasi oleh
observer, pengisian angket oleh semua siswa kelas X-9, dokumentasi kegiatan
pembelajaran (log book dan rekaman video), post test, dan wawancara 3-4 siswa
kelas X-9. Observasi dilakukan oleh tiga orang observer dengan menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
lembar observasi partisipasi siswa, keterlaksanaan sintaks model pembelajaran
Group Investigation oleh guru dan siswa, lembar observasi ranah afektif dan
psikomotorik sebagai data pendukung.
Pada siklus 2, peneliti juga menggunakan angket sebagai sumber data.
Angket diberikan setelah proses pembelajaran siklus 2 berakhir. Angket berisi 38
butir item tentang partisipasi siswa dengan model pembelajaran Group
Investigation yang harus diisi oleh semua siswa kelas X-9. Hasil perolehan data
pada siklus 2 secara detail dijabarkan sebagai berikut.
1) Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Seperti pada siklus 1, pengamatan terhadap aspek partisipasi siswa
berdasarkan delapan indikator partisipasi siswa yang muncul dan dapat diamati
oleh observer pada saat pembelajaran. Seorang observer mengamati 2-3 kelompok
yang terdiri dari 10-15 siswa. Lembar observasi berisikan pernyataan “ya” dan
“tidak” yang pengisiannya didasarkan pada rubrik ketercapaian indikator
partisipasi siswa. Melalui proses triangulasi metode (terlampir), besarnya
partisipasi siswa terlihat pada saat pengamatan oleh observer melalui lembar
observasi (LO). Hasil persentase capaian tiap indikator aspek partisipasi siswa
pada siklus 2 disajikan pada Tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8 Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Partisipasi Siswa Siklus 2
No Indikator Partisipasi Siswa Persentase Siklus 2 (%)
1 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 86,11
2 Sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat pelajaran berlangsung 83,33
3 Siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung 97,22
4 Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah.
77,8
5 Keberanian mengajukan pendapat dan mengemukakan permasalahannya
75,00
6 Berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. 83,30
7 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran 44,44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
No Indikator Partisipasi Siswa Persentase Siklus 2 (%)
8 Kemandirian siswa dalam belajar 72,20
Rata-rata 77,43
Berdasarkan tabel di atas, rata-rata capaian indikator partisipasi siswa
untuk lembar observasi siklus 2 sebesar 77,43% dengan besar persentase tiap
indikator antara 44,44%-97,22%. Apabila dibandingkan dengan hasil siklus 1,
hasil siklus 2 ini meningkat sebesar 5,21%.
Peningkatan persentase hasil observasi ini menunjukan bahwa partisipasi
siswa di kelas X-9 lebih meningkat dibandingkan dengan kondisi siklus 1. Semua
indikator muncul dan dapat lebih diamati oleh observer saat pemberian tindakan
berlangsung. Indikator terendah yaitu ada pada usaha dan kreativitas siswa dalam
pembelajaran, namun meningkat daripada siklus 1 sebesar 8,33%. Berdasarkan
pengamatan, indikator sudah cukup tampak oleh observer sehingga bisa diamati.
Untuk mendukung peningkatan yang terjadi dalam tindakan siklus 2 peneliti
menggunakan data lain yaitu melalui angket dan wawancara. Indikator tertinggi
ada pada siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung. Berdasar pengamatan,
indikator ini muncul dan mudah terlihat oleh observer indikator ini meningkat
sebesar 2,78%. Guru terlihat sudah membantu dan membimbing siswa dalam
pembelajaran dengan lebih tegas misalnya dengan menasehati siswa yang ramai
dan mengurangi nilai siswa yang tetap tidak mematuhi peraturan pembelajaran.
Indikator lain yaitu sorot mata siswa tertuju pada guru saat pembelajaran
berlangsung dan siswa ikut berpartisipasi selama proses pembelajaran
menunjukan persentase yang lebih baik daripada siklus 1. Kedua indikator
tersebut mudah diamati oleh observer. Secara umum siswa tampak lebih kompak
dan terlibat dalam pembelajaran dibanding pada siklus 1.
Model pembelajaran Group Investigation seperti ini, memfasilitasi siswa
untuk saling berinteraksi dalam kelompoknya maupun dengan kelompok lain.
Didukung dengan media sehingga interaksi antarsiswa menjadi semakin terlihat.
Guru tidak lagi mendominasi kelas (teacher-centered) karena dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
pembelajaran seperti ini guru menjadi fasilitator, pengarah, dan pembimbing
siswa.
2) Hasil Angket Partisipasi Siswa
Pengambilan data melalui angket dilakukan di akhir siklus 2 dan
berguna untuk mengatahui partisipasi siswa X-9 dari sudut pandang siswa.
Angket partisipasi kelas ini berisi 38 butir item yang berhubungan dengan
partisipasi yang terbagi menjadi delapan indikator. Berdasarkan angket yang telah
diisi siswa, besar persentase tiap indikator dalam aspek iklim kelas tertera dalam
Tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4. 9 Persentase Capaian Indikator Hasil Angket Partisipasi Siswa Siklus 2
No Indikator Partisipasi Siswa Persentase Siklus 2 (%)
1 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 80,38
2 Sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat pelajaran berlangsung 85,76
3 Siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung 79,51
4 Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah.
74,77
5 Keberanian mengajukan pendapat dan mengemukakan permasalahannya
77,43
6 Berpartisipasi dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. 84,03
7 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran 82,41
8 Kemandirian siswa dalam belajar 79,17
Rata-rata 80,43
Hasil angket pada siklus 2 ini memperkuat hasil observasi partisipasi
siswa. Hasil persentase angket sebesar 80,43%. Dilihat dari peningkatan tiap
indikator partisipasi siswa, siklus 2 dengan model pembelajaran Group
Investigation ini dapat meningkatkan indikator partisipasi siswa di kelas X-9.
Guru telah menunjukkan kinerja yang lebih baik untuk meningkatkan partisipasi
siswa. Pada siklus 2 ini kekompakan, keterlibatan, kepuasan siswa, dan dukungan
guru sudah meningkat optimal dan telah mencapai target yang ditentukan. Hasil
ini juga diperkuat oleh wawancara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
3) Wawancara Partisipasi Siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang siswa, diperoleh
informasi bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran Group Investigation
di siklus 2 ini lebih memfasilitasi siswa untuk berdiskusi dan berinteraksi bersama
teman-teman. Siswa mudah berinteraksi dengan siswa lain terutama teman
sekelompok. Dukungan guru juga lebih baik dari sebelumnya, misalnya dalam
memberi konfirmasi dan menjawab pertanyaan siswa. Media yang digunakan juga
menarik dan memudahkan siswa dalam mencerna materi. Pada siklus ini siswa
merasa lebih puas pada pembelajaran karena guru selalu membantu kesulitan
siswa. Wawancara dengan siswa terlampir pada Lampiran 3.10.
Hasil wawancara dengan guru menunjukkan bahwa model pembelajaran
Group Investigation pada siklus 2 dengan materi baru ini mendapat respon yang
lebih baik dari siswa. Menurut guru, secara umum proses pembelajaran siklus 2
ini lebih baik dibandingkan siklus 1. Suasana kelas lebih kondusif dari
sebelumnya walaupun masih ada siswa yang membuat kegaduhan. Kerjasama
antarsiswa dalam kelompok lebih terlihat, apalagi dalam memperagakan peran
untuk materi jaring-jaring makanan, mereka tampak kompak dan telah ada
pembagian tugas yang jelas dalam tiap kelompok. Keaktifan siswa lebih baik yang
ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang memberikan pendapat, bertanya, dan
menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan hasil observasi, angket, dan wawancara
tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa X-9 pada siklus 2 ini
mengalami peningkatan dibanding siklus 1. Peningkatan sudah melebihi target
penelitian sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan telah optimal.
4) Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Seperti pada siklus 1, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang
diukur di kelas X-9 ini dibagi menjadi 3 indikator tipe soal. Besarnya aspek
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas X-9 ini diketahui melalui
pengambilan data berupa tes. Tes digunakan sebagai instrumen yang
pengerjaannya dilakukan oleh siswa dapat digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Tes diberikan pada seluruh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
siswa kelas X-9 sebanyak 36 siswa. Setiap siswa menjawab tes secara mandiri
dengan memberikan jawaban pada tiap soal yang diberikan. Hasil dari pengisian
tes ini selanjutnya dihitung persentasenya baik tiap indikator maupun
keseluruhannya dengan program Ms. Excel.
Pengambilan data melalui tes ini dilakukan di akhir siklus 2 dan berguna
untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9 dari sudut
pandang siswa. Tes kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa ini berisi 6 butir
item soal yang tersusun atas indikator tipe soal C4, C5 dan C6. Berdasarkan tes
yang telah dikerjakan oleh siswa, besar persentase tiap indikator dalam
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa tertera dalam Tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10 Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Siklus 2
No Indikator Tipe Soal Persentase (%) 1 Menganalisis (C4) 91,28 2 Mengevaluasi (C5) 58,33 3 Mencipta (C6) 56,48
Rata-Rata 68,70
Berdasarkan Tabel 4.10, rata-rata capaian indikator kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa untuk angket siklus 2 adalah 68,70% dengan nilai indikator
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa berkisar antara 56,48%-91,28%. Hasil
ini mengalami kenaikan dari nilai siklus 1 sebesar 54,05 %. Hal ini menunjukan
bahwa berdasarkan hasil tes, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9
meningkat menjadi 68,70% dari kondisi siklus 1.
Indikator tertinggi ada pada tipe soal menganalisis (C4) yaitu sebesar
91,28%. Hasil ini meningkat sebanyak 25,07% dibandingkan siklus 1. Sedangkan
indikator terendah ada pada tipe soal mencipta (C6) yaitu sebesar 56,48%. Bila
dibandingkan dengan siklus 1, hasil ini meningkat sebesar 12,96%. Peningkatan
ini menunjukkan bahwa siswa memiliki motivasi yang lebih besar dalam dirinya
untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai kemampuan. Siswa merasa lebih
bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan karena yakin bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
dengan melakukan hal tersebut, pengetahuannya akan bertambah dan nilainya bisa
lebih baik.
Perolehan data peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di kelas X-9
meningkat dibandingkan dengan hasil siklus 1. Besarnya persentase peningkatan
telah mencapai target yang ditetapkan yaitu sebesar 65%. Berdasarkan hasil ini,
dapat disimpulkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9 telah
meningkat secara optimal pada siklus 2.
5) Data Pendukung
a) Hasil Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks
Lembar observasi (LO) keterlaksanaan sintaks model pembelajaran
Group Investiagion ini terdiri dari LO keterlaksanaan sintaks oleh guru dan siswa.
Berdasarkan hasil pengamatan tiga observer, guru jauh lebih lancar melaksanakan
sintaks ini dibandingkan dengan siklus 1. Guru sudah melaksanakan sintaks
secara urut. Pada pertemuan pertama (Senin, 7 Mei 2012), guru memberikan
penjelasan dan pengarahan mengenai pembelajaran yang akan dilakukan dengan
lebih baik. Guru sudah tampak lebih tegas dan bersuara lebih lantang. Pada
pertemuan kedua, guru melakukan langkah pembelajaran lebih baik, waktu yang
diberikan untuk diskusi, penyelesaian tugas, dan presentasi lebih banyak
dibanding sebelumnya sehingga kinerja guru maupun siswa terlihat sudah lebih
baik. Pada pertemuan ketiga, guru terlihat semakin dapat mengontrol jalannya
pembelajaran yang terlihat dari siswa yang lebih fokus pada pembelajaran dan
arahan guru.
b) Dokumentasi
Dokumentasi diperlukan sebagai data pendukung untuk mengetahui
peningkatan partisipasi siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa di
kelas X-9 dan juga sebagai bukti bahwa pembelajaran berlangsung dengan sintaks
Group Investigation pada pembelajaran biologi materi ekosistem. Dokumentasi
pada siklus 2 ini adalah dengan catatan lapangan dalam bentuk log book yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
ditulis oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung dan juga video
pembelajaran yang direkam dengan kamera digital.
Secara umum hasil catatan ini berisi kejadian-kejadian penting yang
dilakukan oleh guru dan siswa. Hasil analisis menunjukkan bahwa partisipasi
siswa lebih meningkat dibanding pada siklus 1. Sementara indikator partisipasi
siswa yang tampak, seperti dalam pembelajaran menunjukan peningkatan
daripada kondisi siklus 1. Sedangkan hasil video menunjukkan aktivitas guru dan
siswa selama pembelajaran yang memvisualisasikan sintaks yang ada pada RPP.
Dokumentasi siklus 2 terlampir pada Lampiran 4.2.
c) Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi atau hasil belajar siswa kelas X-9 materi ekosistem yang
dinilai pada akhir siklus 2, terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, psikomotorik, dan
afektif. Hasil evaluasi psikomotorik dan afektif akan digunakan sebagai data
pendukung penelitian dan nantinya akan diberikan pada guru dan sekolah untuk
keperluan penilaian dan tidak akan dibahas secara detail dalam laporan ini. Hasil
ranah kognitif (terlampir) berupa nilai LKS dan pos tes dengan nilai rata-rata
kelas sebesar 77,76. Nilai rata-rata ini meningkat sebanyak 4,70%. Nilai terendah
sebesar 61,25 dan nilai tertinggi sebesar 95. Batas tuntas ranah kognitif untuk
pelajaran biologi ini sebesar 75. Tabel 4.11 berikut menunjukkan ketuntasan
siswa pada siklus 2.
Tabel 4.11 Persentase Ketuntasan Belajar Siswa untuk Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Siklus 2 Kriteria Frekuensi Persentase(%)
Tuntas 23 63,89 Belum tuntas 13 36,11
Jumlah 37 100
Hasil di atas menunjukkan bahwa belum semua siswa telah mencapai
batas tuntas.
Data nilai dari ranah psikomotorik dan afektif diperoleh melalui
observasi pada kelompok-kelompok selama pelajaran berlangsung. Nilai ranah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
psikomotorik dalam bentuk abjad menunjukkan bahwa seluruh siswa mendapat A.
Data nilai psikomotorik terlampir pada Lampiran . Sedangkan ranah afektif yang
terdiri dari 5 indikator dijabarkan dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Persentase Hasil Observasi Ranah Afektif Siswa
No Indikator Ranah Afektif Persentase (%) 1 Tanggungjawab 88,89 2 Teliti 75,69 3 Disiplin 87,50 4 Berani 84,03 5 Bekerjasama 85,42 6 Menghargai pendapat 86,81
Rata-Rata 85,94
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa ranah afektif siswa sudah
baik dan mengalami peningkatan sebesar 0,41% daripada siklus 1. Semua
indikator mengalami peningkatan dan hasilnya lebih dari 50%. Bila dikonversikan
ke dalam huruf, sebanyak empat belas siswa mendapat nilai A, dan dua puluh dua
lain B.
d) Analisis dan Refleksi
Analisis dan refleksi diperlukan guna perbaikan untuk siklus selanjutnya
ataupun sebagai pertimbangan peneliti dan guru untuk menghentikan atau
melanjutkan siklus ke berikutnya. Tahap ini meliputi kegiatan yang mengulas
perubahan dan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang
meliputi partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa saat pelaksanaan
proses pembelajaran siklus 2.
Hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 2 telah mencapai
target yang ditentukan peneliti sebelumnya yaitu peningkatan menjadi 75% untuk
partisipasi siswa dan 65% untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hasil
siklus 2 pun juga jelas mengalami peningkatan dibandingkan siklus sebelumnya
untuk kedua aspek tersebut. Berdasarkan hasil tersebut, peneliti dan guru
memutuskan untuk menghentikan siklus. Ada dua alasan utama kami
menghentikan siklus yaitu telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
dua aspek yang menjadi target peningkatan yaitu partisipasi dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa. Peningkatan ini didukung dengan data-data yang
telah dijabarkan sebelumnya. Alasan kedua adalah untuk mengutamakan
kepentingan sekolah bersangkutan yang akan segera melakukan ujian akhir
semester (UAS) yang mengharuskan guru melakukan persiapan sebelum ujian
tersebut. Menurut peneliti dan guru, dua alasan ini sudah cukup sebagai bahan
pertimbangan untuk menghentikan siklus dalam penenlitian tidakan kelas ini.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Bagian ini membahas tentang perbandingan hasil masing-masing aspek
yang merupakan target peningkatan yaitu partisipasi dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa pada pelajaran biologi materi ekosistem dari prasiklus, siklus
1 dan siklus 2. Perbandingan ini akan diperjelas dengan gambar grafik yang
menunjukkan adanya peningkatan antara sebelum diberi tindakan dan setelah
diberi tindakan.
1. Partisipasi Siswa
Gambaran peningkatan partisipasi siswa melalui pengamatan oleh
observer disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Grafik Perbandingan Observasi Partisipasi Siswa
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8
Indikator ke-
Rat
a-ra
ta p
erse
nta
se
Prasiklus
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4. 1. Grafik Perubahan Persentase Indikator Hasil Observasi Partisipasi
Siswa Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Berdasarkan Gambar 4.1, terlihat bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas
X-9 pada hampir semua indikator. Peningkatan signifikan terlihat pada prasiklus
menuju siklus 1. Terlihat bahwa siklus 2 mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan siklus 1. Bila ditabulasikan, peningkatan ini akan tampak pada
Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Persentase Capaian Indikator Hasil Observasi Partisipasi Siswa Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2
No Indikator Partisipasi Siswa Capaian Indikator (%) Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
1 Siswa fokus terhadap materi pelajaran 94,44 86,11 86,11
2 Sorot mata siswa tertuju pada guru pada saat pelajaran berlangsung
97,22 88,89 83,33
3 Siswa tidak melamun saat pelajaran berlangsung 25,00 94,44 97,22
4 Siswa selalu siap (tidak terkejut) saat ditunjuk guru untuk menjawab atau melakukan perintah.
27,80 75,00 77,80
5 Keberanian mengajukan pendapat dan mengemukakan permasalahannya
63,89 77,78 75,00
Keterangan indikator: 1. siswa fokus 2. sorot mata
siswa tertuju pada guru
3. siswa tidak melamun
4. siswa selalu siap saat ditunjuk
5. Keberanian 6. berpartisipa
si 7. berusaha
dan kreatif 8. mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
No Indikator Partisipasi Siswa Capaian Indikator (%) Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
6 Berpartisipasi dalam kegiatan belajar. 69,40 86,10 83,30
7 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran 0,00
36,11 44,44
8 Kemandirian siswa dalam belajar 8,33 33,30 72,20
Rata-rata 48,26 72,22 77,43
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa pemberian tindakan berupa model
pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas X-
9. Hasil ini berdasarkan pengamatan observer melalui LO. Target peningkatan
yang ditetapkan pun sudah tercapai pada siklus 1 dan hasilnya tampak lebih
optimal pada siklus 2. Grafik yang menunjukan peningkatan persentase setiap
siklus disajikan pada Gambar 4.2 berikut ini.
Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Partisipasi Siswa Kelas X-9
0102030405060708090
1 2 3
Siklus ke-
Per
sen
tase
(%
)
nilai rata-rata
Gambar 4.2. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Observasi Partisipasi Siswa
Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa partisipasi siswa meningkat pada
setiap siklusnya. Peningkatan terbesar terjadi pada siklus 1 yang dibandingkan
dengan hasil prasiklus. Peningkatan ini telah mencapai target penelitian namun
belum optimal. Peningkatan yang optimal terjadi pada siklus 2. Siklus dihentikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
setelah terjadi peningkatan yang optimal berdasarkan keyakinan dan kesepakatan
antara guru dan peneliti.
2. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Gambaran peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa melalui
perhitungan tes yang diisi oleh siswa kelas X-9 disajikan pada Gambar 4.3 berikut
ini.
Grafik Hasil Tes Kemampuan Berpikir TIngkat Tinggi Siswa Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2
0
20
40
60
80
100
1 2 3
Indikator Tipe Soal
Pers
enta
se (%
)
Prasiklus
Siklus 1
Siklus 2
Gambar 4.3. Grafik Perubahan Persentase Indikator Hasil Tes Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2
Berdasarkan Gambar 4.3, terlihat bahwa model pembelajaran Group
Investigation dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas
X-9 pada hampir semua indikator. Peningkatan signifikan terlihat pada prasiklus
menuju siklus 1. Terlihat bahwa siklus 2 mengalami sedikit peningkatan
dibandingkan siklus 1. Bila ditabulasikan, peningkatan ini akan tampak pada
Tabel 4.14.
Keterangan indikator: 1. Menganalisis (C4) 2. Mengevaluasi
(C5) 3. Mencipta (C6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.14. Persentase Capaian Indikator Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Prasiklus, Siklus 1, dan Siklus 2
No Indikator Capaian Indikator (%) Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
1 Menganalisis (C4) 32,15 66,2 91,28
2 Mengevaluasi (C5) 53,65 52,43 58,33
3 Mencipta (C6)
39,7 43,52 56,48
Rata-rata 41,83 54,05 68,70
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pemberian tindakan berupa model
pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa. Hasil ini berdasarkan tes yang telah dikerjakan oleh siswa.
Target peningkatan yang ditetapkan pun sudah tercapai pada siklus 1 dan hasilnya
tampak lebih optimal pada siklus 2. Grafik yang menunjukan peningkatan
persentase setiap siklus disajikan pada Gambar 4.4 berikut ini.
Grafik Peningkatan Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
Siklus ke-
Per
sen
tase
(%)
Series1
Gambar 4.4. Grafik Peningkatan Persentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Siswa
Gambar 4.4 memperlihatkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa meningkat pada setiap siklusnya. Peningkatan terbesar terjadi pada siklus 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
yang dibandingkan dengan hasil prasiklus. Peningkatan ini telah mencapai target
penelitian namun belum optimal. Peningkatan yang optimal terjadi pada siklus 2.
Siklus dihentikan setelah terjadi peningkatan yang optimal berdasarkan keyakinan
dan kesepakatan antara guru dan peneliti.
3. Data Pendukung
Data pendukung diperlukan dalam penelitian ini guna mendukung data
pokok yang diperoleh sehingga peningkatan yang terjadi lebih terlihat dalam
pembelajaran. Penelitian tindakan kelas yang menargetkan peningkatan partisipasi
dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa ini menggunakan hasil belajar siswa
yang mencakup tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Nilai ranah
kognitif diperoleh melalui post test yang dilakukan setiap akhir siklus dan nilai
LKS yang dikerjakan oleh siswa dalam kelompoknya. Berikut ini adalah Tabel
4.15 yang menunjukkan ketuntasan belajar siswa pada tiap siklus.
Tabel 4.15. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 1dan Siklus 2 No Indikator Capaian Indikator (%)
Siklus 1 Siklus 2 1 Tuntas 41,67 63,89 2 Belum tuntas 58,33 36,11 Jumlah 100% 100%
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa ketuntasan belajar siswa sudah baik
pada siklus 1 dan pada siklus 2 meningkat menjadi sangat baik karena semua
siswa tuntas dari batas ketuntasan yang ditetapkan sekolah sebesar 75. Sedangkan
nilai ranah afektif diperoleh dari observasi pada tiap kelompok yang berkaitan
dengan sikapnya selama pembelajaran berlangsung. Hasil observasi ini tertuang
dalam tabel berikut:
Tabel 4.16 Persentase Capaian Indikator Ranah Afektif Siswa Siklus 1dan Siklus 2
No Indikator Capaian Indikator (%) Siklus 1 Siklus 2
1 Tanggungjawab 88,89 88,89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
No Indikator Capaian Indikator (%) Siklus 1 Siklus 2
2 Teliti 75,69 75,69 3 Disiplin 75,69 87,50 4 Berani 85,42 84,03 5 Bekerjasama 98,61 85,42 6 Menghargai pendapat 88,89 86,06
Rata-Rata 84,53 84,72
Tabel 4.16 tersebut menggambarkan bahwa sikap siswa sudah cukup
baik pada siklus 1 dan siklus 2. Hasil observasi ini menunjukkan bahwa sikap
siswa yang tampak selama pembelajaran sudah baik dan mencapai target yang
telah tercantum pada RPP. Nilai dari ranah psikomotorik juga digunakan peneliti
sebagai data pendukung. Nilai ini diperoleh melalui observasi kepada tiap
kelompok kolaboratif yang berkaitan dengan aktivitas psikomotorik mereka.
Tabel nilai psikomotorik tiap kelompok pada siklus 1 dan siklus 2 terlampir pada
Lampiran 3.9
Rata-rata nilai psikomotorik sudah baik pada sikus 1 dan pada siklus 2
nilai ini meningkat menjadi sangat baik. Hasil belajar dari 3 ranah ini semuanya
menunjukan hasil yang baik dan terjadi peningkatan pada siklus berikutnya. Hasil
belajar yang baik menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang berlangsung
juga baik dan berkualitas, dimana motivasi belajar siswa dan iklim kelas yang
baik merupakan indikasi baiknya proses pembelajaran.
D. Pembahasan
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran Group Investigation mampu meningkatkan partisipasi dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Semua metode pengambilan data yang
digunakan, baik itu pengisian angket, observasi, maupun wawancara,
menunjukkan hasil bahwa partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa di kelas X-9 mengalami peningkatan setelah diberikan tindakan. Data
pendukung seperti hasil belajar dan dokumentasi juga mendukung terjadinya
peningkatan ini. Hasil peningkatan yang signifikan terlihat pada siklus 1 yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
dibandingkan dengan kondisi prasiklus. Peningkatan juga terjadi pada siklus
selanjutnya.
Penelitian ini bertujuan mengatasi permasalahan yang muncul di kelas X-
9 dengan memberikan solusi berupa penerapan pembelajaran yang diyakini
peneliti dapat mengatasi masalah yang muncul di kelas tersebut setelah melalui
kajian berbagai literatur. Permasalahan ini merupakan target penyelesaian dari
pemberian solusi. Target dikatakan terselesaikan jika terjadi peningkatan setelah
tindakan diberikan. Ada beberapa masalah yang ditemukan saat observasi awal,
namun dua masalah yang diutamakan peneliti sebagai target penyelesaian di kelas
X-9 adalah partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Target
dikatakan tercapai bila terjadi peningkatan kedua aspek tersebut setelah diberi
tindakan berupa suatu model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.
Hasil pelaksanaan tindakan yang dijabarkan melalui perhitungan dan analisis data
serta didukung dengan data pendukung, menunjukkan terjadinya peningkatan
pada partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Besarnya
peningkatan ditunjukkan dengan persentase rata-rata tiap aspek yang telah
mencapai target penelitian sebesar 75% untuk partisipasi siswa dan 65% untuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang dibandingkan dengan persentase
saat tindakan belum diberikan (prasiklus). Berikut ini adalah pembahasan dari
masing-masing aspek.
1. Partisipasi Siswa
Partisipasi siswa menurut Mulyasa (2004) adalah keterlibatan siswa
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Setelah diberikan
tindakan berupa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, terjadi
peningkatan partisipasi siswa yang sebelumnya kurang terbukti dari persentase
yang masih rendah (<75%) menjadi lebih kondusif (³75%) setelah pelaksanaan
siklus 1 dan siklus 2.
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar secara berkelompok untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
bersifat heterogen dari segi gender, etnis, dan kemampuan akademik untuk saling
membantu satu sama lain dalam mencapai tujuan bersama. Pembelajaran berupa
model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ini dapat meningkatkan
partisipasi siswa karena siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam
menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe
ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Group
investigation mampu membantu siswa untuk merespon orang lain, dan dapat
memberdayakan.
Ini diperkuat oleh hasil penelitian Setyarini (2009) dalam skripsinya
menjelaskan bahwa model pembelajaran Group Investigation mampu
meningkatkan partisipasi siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Sintak Group Investigation yang berupa model pembelajaran kooperatif
mendorong siswa untuk dapat bekerja secara bersama-sama untuk mencapai
keberhasilan secara berkelompok.
Solusi yang diyakini peneliti bersama guru ini sudah tepat karena
didukung teori yang relevan yaitu dapat memperbaiki partisipasi siswa.
Keyakinan ini dibuktikan melalui pelaksanaan penerapan solusi ini di kelas X-9.
Hasil analisis data menunjukkan terjadi perbaikan partisipasi siswa pada siklus
pertama menjadi 72,22%. Sedangkan pada siklus kedua meningkat menjadi
77,43%. Hasil ini menjawab permasalahan penelitian bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran biologi siswa kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/
2012. Hasil ini hanya berlaku di kelas dan siswa yang diberi tindakan saat itu pada
materi ekosistem.
2. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa
Menurut Vincent Ruggiero (1988) berpikir adalah segala aktivitas
mental dalam pencarian sebuah jawaban dan sebuah pencapaian makna dalam
Johnson (2009). Level berpikir yang sesuai kemampuan berpikir tingkat tinggi
dilihat dari ranah kognitif taksonomi Bloom berada pada level analisis, evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dan mencipta (Longman, 2010). Setelah diberikan tindakan berupa model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, terjadi peningkatan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang sebelumnya persentasenya masih
rendah (< 65%) mengalami peningkatan (> 65%) setelah pelaksanaan siklus 2.
Pembelajaran berupa model pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
karena Dalam tahap investigasi, model pembelajaran GI berbasis konstruktivisme
sehingga dapat melatih siswa memberikan respon terhadap masalah dan
memecahkan masalah tersebut secara mandiri. Group Investigation
merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan
pada aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan
dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau
siswa dapat mencari melalui internet sehingga siswa tidak terlalu
menggantungkan. Tipe ini dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji
ide dan pemahamannya sendiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat
mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran yang akan memberi
peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan
mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat
memperbaiki kesalahannya. Data ini didukung pula oleh Yuliana (2011) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa model pembelajaran Group Investigation
berperan aktif dalam peningkatan pemahaman dan keterampilan berpikir
mahasiswa. Langkah investigasi di dalam sintak Group Investigation
mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri apa yang akan dipelajari, sejak
penentuan subtopik hingga mempresentasikan hasil penemuan. Guru hanya
berperan sebagai fasilitator.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dalam pembelajaran
biologi materi ekosistem ini, model kooperatif GI ini memfasilitasi siswa untuk
belajar secara kelompok dan berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah.
Dalam penelitian ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI
karena pendekatan pembelajaran ini terbukti dapat meningkatkan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
berpikir tingkat tinggi siswa sampai mencapai target yang telah ditentukan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Ramirez (2008) bahwa dalam pembelajaran yang
berbasis hafalan menjadikan siswa jarang dituntut untuk bertanya dan berpikir
sehingga kemampuan berpikir kurang terpacu. Berpikir dapat dipacu dengan
mengajukan pertanyaan yang ditingkatkan kompleksitasnya. Pembelajaran dalam
kelompok kecil juga dapat membuat siswa untuk lebih aktif dalam berpikir. Solusi
yang diyakini peneliti bersama guru sudah tepat karena didukung teori yang
relevan yaitu dapat memperbaiki kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Keyakinan ini dibuktikan melalui pelaksanaan penerapan solusi di kelas X-9.
Hasil analisis data menunjukkan terjadi perbaikan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa pada siklus pertama menjadi 54,05%. Sedangkan pada siklus kedua
meningkat menjadi 68,70%. Hasil tersebut menjawab permasalahan penelitian
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembelajaran
biologi siswa kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012. Hasil ini
hanya berlaku di kelas dan siswa yang diberi tindakan saat itu pada materi
ekosistem.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan partisipasi dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembelajaran biologi siswa kelas
X-9 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 yang didukung oleh hasil
analisis data di lapangan berupa angket, hasil observasi, dan wawancara yang
didukung oleh hasil dokumentasi dan nilai hasil belajar siswa. Peningkatan yang
terjadi ini juga dikuatkan oleh beberapa teori yang ada dari berbagai kajian
pustaka. Hasil juga didukung oleh penelitian yang relevan. Partisipasi siswa
merupakan aspek yang cukup mudah ditingkatkan di kelas ini, dengan diberikan
tindakan berupa pembelajaran yang menarik, siswa sudah menunjukkan
peningkatan dalam hal partisipasi.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan partisipasi
dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pembelajaran biologi siswa
kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, kesimpulan penilitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe GI dapat
meningkatkan partisipasi siswa kelas X-9 SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran
2011/ 2012.
2. Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe GI dapat
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-9 SMA Batik
1 Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan kajian teori serta melihat hasil penelitian ini, akan
disampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis maupun secara praktis
dalam upaya meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa dalam pelajaran biologi beriku ini:
1. Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk:
a. Memperluas wawasan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai arti
pentingnya penerapan strategi, model, maupun pendekatan pembelajaran yang
bervariasi untuk meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa di SMA Batik 1 Surakarta.
b. Sebagai salah satu sumber acuan atau referensi bagi peneliti lain yang akan
mengadakan penelitian mengenai masalah partisipasi dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada proses
pembelajaran Biologi di SMA Batik 1 Surakarta, yaitu dengan penerapan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe GI dapat meningkatkan partisipasi dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
.
C. SARAN
1. Kepada siswa kelas X-9
a. Siswa hendaknya mengembangkan kekompakan dan kemandirian untuk
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga siswa dapat lebih
berpartisipasi selama proses pembelajaran biologi berlangsung.
b. Siswa hendaknya menjalin interaksi yang baik antarsiswa lainnya, guru dan
materi pembelajaran sehingga tercipta yang kondusif untuk belajar.
c. Siswa hendaknya menaati peraturan yang diterapkan sekolah maupun yang
telah disepakati bersama sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
secara optimal.
d. Siswa hendaknya meningkatkan motivasi dari dalam dirinya sendiri untuk
menyadari pentingnya pembelajaran biologi dalam kehidupan.
e. Siswa hendaknya meningkatkan keberanian dan kemampuan bertanya atau
menyampaikan pendapat sehingga memotivasi siswa lain untuk bersikap
serupa sehingga pembelajaran menjadi menarik bagi siswa.
2. Kepada guru biologi kelas X-9
a. Guru hendaknya mempelajari dengan baik langkah-langkah pembelajaran
sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung sesuai dengan apa yang telah
direncanakan.
b. Guru hendaknya lebih mempersiapkan alat-alat dan bahan yang akan
digunakan saat proses pembelajaran.
c. Guru hendaknya lebih tegas dalam mengarahkan dan membimbing siswa agar
siswa disiplin waktu dalam melaksanakan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
d. Guru hendaknya memotivasi siswa lebih banyak lagi sehingga siswa memiliki
motivasi yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran
e. Guru hendaknya mengembangkan suasana kolaboratif dalam pembelajaran
dimana siswa dapat saling berbagi pengetahuan melalui interaksi yang terjalin.
f. Guru hendaknya menjadi fasilitator dalam pembelajaran dan bukan sebagai
sumber pengetahuan (teacher-centered) melainkan menempatkan siswa
sebagai aktor utama dalam pembelajaran (sudent-centered)
3. Kepada sekolah
a. Perlu adanya optimalisasi penggunaan fasilitas pembelajaran sehingga
partisipasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dapat tercapai secara
optimal.
b. Perlu adanya pelatihan kepada guru untuk menerapkan pembelajaran yang
inovatif.
4. Kepada peneliti lain
Perlu diadakan penelitian sejenis dengan cakupan materi lain yang lebih
luas sehingga dapat diketahui sejauh mana penerapan model model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe GI dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa.