Download - Diare Meri
PROPOSAL PENELITIAN EPIDEMIOLOGI PENGARUH
KONSUMSI AIR BERSIH TERHADAP KEJADIAN DIARE
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM SAMARINDA
PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH KONSUMSI AIR BERSIH TERHADAP PENYAKIT DIARE
DI PUSKESMAS LONG BAWAN KECAMATAN KERAYAN
KABUPATEN NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA
OLEH :
MIRIDIANTI
NPM : 09.11.107.13201.0023
PEMINATAN EPIDEMIOLOGI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS WIDYAGAMA MAHAKAM SAMARINDA
TAHUN 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................... ............................. 1
B. Perumusan Masalah................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 3
1. Tujuan Umum........................................................................ 4
2. Tujuan Khusus....................................................................... 4
D. Ruang Lingkup....................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare...................................... ............................ 6
B. Penyebab Kejadian Diare........................ ............................ 6
C. Penyebab Lain......................................... ........................... 9
D. Cara Penularan......................................... ........................... 10
E. Ukuran Frekuensi Penyakit..................... .......................... 10
F. Epidemiologi Diare ............................................................ 15
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare ......... 16
H. Kerangka Konseptual......................................................... 23
BAB III METODOLOGI PEELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Jenis Penelitian................................................................... 26
B. Definisi Operasional........................................................... 24
C. Populasi dan Sampel.......................................................... 26
D. Lokasi............................................................................... 27
F. lnstrumen Penelitian......................................................... ... 27
G. Pengumpulan Data.................................. .......................... 27
H. Analisa Data....................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 29
LAMPIRAN ................................................................................................... 30
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah
kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun
angka kematiannya. Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur dengan
angka kesakitan berkisar 280 per 1000 penduduk dan untuk balita menderita satu
sampai satu setengah kali episode diare setiap tahunnya atau 53% dari semua
kesakitan diare.(Dep.Kes.RI,1998).
Angka kematian diare pada semua umur selama dasawarsa terakhir dapat
diturunkan dari 110,1 per 100.000 penduduk (1985) rnenjadi 56 per 100.000
penduduk
( 1995). Sedangkan kematian karena diare pada kelompok balita diturunkan dari 5,7
per seribu balita menjadi 2,5 per seribu balita pada episode yang sama. (Dep.
Kes.RI,1998)
Bedasarkan UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang ditetapkan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi seiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Diare dapat timbul dalam bentuk KLB dengan jumlah penderita dan kematian
yang besar. Fasilitas kasus (CFR) terjadi penurunan yang cukup bermakna dari 35 %
(awal Repelita I) menjadi dibawah 3 % pada akhir Repelita VI. Penurunan CFR yang
nyata dikarenakan makin meningkatnya manajemen penanggulangan KLB. (Dep.Kes.
RI, 1998).
Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 proporsi
penyakit infeksi dan parasit sebagai penyebab kematian adalah 22,7%. Kematian bayi
dibawah umur 1 tahun 33,5% disebabkan oleh gangguan prenatal dan 32,1% oleh
penyakit sistem pernapasan. Diare sebagai bagian dari kelompok penyakit infeksi dan
parasit, proporsinya sebesar 9,6 % sebagai penyebab kematian pada bayi dibawah 1
tahun.
Pada kematian anak balita golongan umur 1-4 tahun, proporsi penyebab
kematian paling tinggi adalah penyakit sistem pernapasan yaitu sebesar 38,8%,
kemudian penyakit diare serta infeksi/parasit lain masing-masing sebesar 14,3%.
Kematian anak pada kelompok umur 1-4 tahun terutama disebabkan oleh
penyakit infeksi dan parasit dengan proporsi sebesar 44,7%, pernapasan 13%.
Sedangkan pada kelompok umur 15-34 tahun, penyakit infeksi dan parasit
menduduki peringkat pertama sebagai penyebab kematian yaitu sebesar 36,5%,
berturut-turut infeksi dan parasit lain 16,8%, kemudian TBC 13,9%.
Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai,
keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, faktor musim dan geografi daerah, keadaan
sosial pencegahan pemberantasan penyakit diare tidak akan berhasil baik tanpa
adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi didalamnya
serta kesiapan petugas kesehatan dilapangan. yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan perilaku
Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare di Puskesmas Long Bawan
Kecamatan Kerayan pada tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kesakitan diare
sebanyak 1.066 kasus.
Dengan melihat data di atas maka sangat penting sekali untuk dilakukan
penelitian tentang Pengaruh konsumsi air bersih terhadap kejadian diare di Wilayah
Puskesmas Long Bawan Kecamatan Kerayan Kabupaten Nunukan tahun 2013.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dibuat
suatu Rumusan masalah sebagai berikut : bagaimana pengaruh konsumsi air bersih
terhadap kejadian diare di Wilayah Puskesmas Long Bawan Kecamatan Kerayan
tahun 2013?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh konsumsi air bersih terhadap kejadian diare di Wilayah
Puskesmas Long Bawan Kecamatan Kerayan.
2. Tujuan Khusus
1) Mengetahui kualitas air bersih yang dikonsumsi di Kecamatan Kerayan.
2) Mengetahui pengelolaan air bersih rumah tangga di Kecamatan Kerayan.
3) Mengetahui dampak dari kualitas air terhadap kejadian diare di Kecamatan
Kerayan.
D. Ruang Lingkup
Mengingat luasnya masalah dan terbatasnya waktu serta kemampuan yang ada
pada penulis, maka penulis membatasi masalah yaitu bagaimanakah pengaruh
konsumsi air bersih terhadap kejadian diare dengan mewawancarai warga yang
menderita diare sebagai sampel penelitian.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Menambah ilmu pengetahuan tentang program penyakit menular khususnya
penyakit diare.
2. Sebagai bahan masukan untuk perencanaan dalam pencegahan dan penanggulangan
penyakit diare dimasa yang akan datang di Puskesmas Long Bawan Kecamatan
Kerayan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare
Penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk
dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekwensi gerak
lebih dari biasanya, lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari (Depkes RI, 1993).
B. Penyebab Kejadian Diare
Penyebab penyakit diare bisa bermacam-macam yaitu antara lain infeksi,
intoxikasi, malabsorbsi, alergi dan keracunan.
1. Penyebab Diare Infeksius
Bakteri, virus dan parasit adalah merupakan penyebab utama diare infeksius.
Penyebab diare karena infeksi dapat disebabkan oleh organisme yang berbeda-beda
serta gejalanya sulit dibedakan antara satu dengan yang lainnya.
a. Bakteri
Ada beberapa jenis bakteri yang merupakan penyebab paling penting penyakit
diare terutama yang menyerang bayi.
b. Vibrio cholera
Vibrio cholera mempunyai 2 biotope yaitu tipe El Tor dan Mask selain itu ada
2 serotipe yaitu Ogawa dan Inaba. Pada tauhn 1961 biotipe El Tor pernah
menyebabkan pandemi ketujuh.
c. Shigella:
Genus Shigella dibagi menjadi 4 kelompok serologik yaitu :
– Shigella flexneri, adalah kelompok yang paling sering terdapat di Negara
berkembang.
– Shigella sonei adalah kelompok yang terdapat di negara maju.
– Shigella dysentriae tipe 1 adalah penyebab epidemi dengan angka kematian tinggi.
– Shigella biydii, kelompok ini jarang ditemui
Pada umumnya Shigella hanya ditemukan pada manusia dan beberapa jenis
binatang primata. Penyebarannya melalui kontak langsung antara orang yang satu
dengan orang yang lainnya. Dengan dosis infeksius yang rendah (10 s.d 100
organisma) sudah dapat menyebabkan sakit. Penularan penyakit terjadi melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Depkes RI, 1990).
d. Salmonella
Terdapat lebih dari 2.000 serotipe Salmonella, dimana sekitar 6 s.d 10
diantaranya menyebabkan gastroenteritis pada manusia. Dalam hal ini binatang
seperti misalnya unggas adalah reservoir utama. Oleh karena itu penularan penyakit
oleh Salmonella dapat terjadi apabila mengkonsumsi makanan yang berasal dari
hewan unggas, daging, telur dan susu. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella
yang menyerang anak kecil relatif jarang terjadi di negara berkembang dibanding
dengan daerah industri. Hal ini dimungkinkan karena di negara berkembang pada
umumnya anak kecil jarang diberi makanan dalam kaleng yang merupakan media
bagi salmonella. Gastroenteritis yang diakibatkan Salmonella biasanya berbentuk
diare cair akut dengan diikuti rasa mual, nyeri perut dan demam (Depkes RI, (990).
e. Escherichia coli (E. Coli)
Sampai saat ini sudah ditemukan lima kelampok Ecoli yaitu enterotoxigenic
(ETEC), enterohaemorrhagic (EPEC), enteroadherent (EAEC), enteroinvasive
(EIEC), dan enterohaemorrhagic (EHEC).
f. Infeksi Virus
Virus menyebabkan 50 % semua diare pada anak yang datang berobat
kesarana kesehatan. Rotavirus dapat menyerang sel-sel usus, mengubah fungsi dan
regenerasinya. Keadaan ini menyebabkan diare dan gejala umum misalnya malaise
dan demam. Penyembuhan terjadi bila permukaan mukosa telah regenerasi (Depkes
RI, 1990).
g. Infeksi Parasit
Menurut Sunoto (1990) ada beberapa golongan protozoa yang dapat menyebabkan
diare yaitu :
1. Entamoeba histolytica
Insiden penyakit ini bertambah sesuai dengan pertambahan usia. Infeksi ini
sering salah diagnosiskan sebab menentukan ptotozoa ini tidak mudah dan parasit ini
sering dikira leukosit polimorfonuklear. Penyebaran terjadi melalui makanan dan
minuman. Kista E.histolytica sangat kebal terhadap desinfektan kimia, termasuk
klorinasai. (Depkes RI, 1990).
2. Cyptosporidium
Cyptosporidium adalah parasit bentuk kokus yang ada pada awalnya
dikenal sebagai penyebab diare pada binatang. Mula-mula ditemukan sebagai
penyebab diare cair pada yang menurun kekebalan tubuhnya, khususnya penderita
AIDS. Di negara berkembang parasit ini menyebabkan 4-11 % kasus diare pada anak
Cryptosporidiasis ditularkan melalui jalur fekal-oral. (Depkes RI, 1990).
3. Giardia lamblia
Giardia lamblia tersebar luas di seluruh dunia, dengan angka prevalensi
infeksi sampai 100 % pada beberapa penduduk. Anak berumur 1-5 tahun paling
sering dijangkiti. Infeksi Giardia lamblia biasanya melalui makanan, minuman atau
manular dari orang ke orang. Penularan dari orang ke orang terjadi terutama pada
anak yang tinggal di keluarga yang terlalu padat atau tempat penitipan anak (Sunoto,
1990).
C. Penyebab Lain
Selain beberapa penyebab di atas, diare juga bisa disebabkan oleh faktor
faktor lain misalnya obat, keadaan karena pembedahan, penyakit lain dan infeksi
sistematik serta intoleransi makanan.
lntoleransi makanan karena kekurangan laktase atau alergi terhadap makanan
dapat menyebabkan diare. Tuberkulosis saluran pencernaan. penyakit
granulomatosiskronik usus misalnya penyakit crohn dan beberapa jenis tumor dapat
juga menimbulkan diare. (Depkes RI, 1990).
D. Cara Penularan
Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan melalui
jalur fecal-oral, terutama karena (Depkes RI, 1990):
1. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.
2. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.
3. Beberapa faktor dikaitkan dengan bertambahnya penularan kuman enteropatogen
perut termasuk (Depkes RI, 1990) :
4. Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).
5. Air tercemar oleh tinja.
6. Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis).
7. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek.
8. Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak semestinya.
9. Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlaiu dini, susu botol,
pemberian ASI yang diselang-seling dengan susu botol pada 4-6 bulan pertama).
E. Ukuran Frekwensi Penyakit.
Ditinjau dari sudut epidemiologi, upaya mengukur frekwensi masalah
kesehatan ini termasuk dalam epidemiologi deskrihtif karena hanya sersifat
menggambarkan tentang jumlah masalah kesehatan yang ditemukan saja (Azrul
Azwar, 1999).
Beberapa ukuran frekwensi penyakit menurut Azrul Azwar adalah sebagai
berikut :
1. Rate
"Rate" ialah perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk
memungkin terkena peristiwa yang dimaksud (population at risk) dalam waktu yang
sama yang dinyatakan dalam persen atau permil. Runus yang dipergunakan untuk
menghitung rate ialah :
Rate biasanya digunakan untuk menggambarkan morbiditas
pendudukmenderita suatu penyakit naik atau turun disuatu daerah pada waktu
tertentu. Beberapa ukuran rate yang biasanya digunakan adalah sebagai berikut
(Azrul Azwar, 1999).
a. Insiden Rate
Insiden rate adalah jumlah penderita baru suatu, penyakit yang ditemukan pada
suatu jangka waktu tertentu (umunnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah
penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka
waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil.
Rumus yang dipergunakan untuk mengukur insiden rate ialah :
contoh : pada suatu daerah dengan jumlah penduduk pada tanggal 30 Juli 1999
sebanyak seratus ribu orang yang semuanya rentang terhadap penyakit, ditemukan
laporan penderita baru sebagai berikut : Bulan Januari 50 orang, Maret 100 orang,
Juni 150 orang, September 10 orang dan bulan Desember 90 orang.
b. Prevalen
Prevalen ialah gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan
pada suatu jangka tertentu ,disekelompok masyarakat tertentu. Dengan perkataan lain
pada perhitungan nilai prvalen dipergunakan jumlah seluruh penduduk. Ditinjau dari
sudut ini, jelas bahwa angka prevalen sebenamya bukan suatu rate yang murni,
karena mereka yang tidak mungkin terkena penyakit, juga dimasukkan dalam
perhitungan. Secara umum pervalen ini dibedakan atas dua macam yakni:
(1) Periode Prevalen Rate
Rumus yang dipergunakan untuk menghitung nilai period prevalen rate ialah:
Contoh : suatu kantor dengan jumlah karyawarv sebanyak 100 orang, 20 orang
diantaranya sejak 2 bulan yang lalu tidak masuk kantor karena menderita penyakit A,
dan selanjutnya pada hari ini 30 orang lainnya terpaksa pulang karena juga menderita
penyakit.
(2) Poin Prevalance
Contoh : satu Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan mahasiswa sebanyak 100
orang, kemarin 5 orang mahasiswa menderita penyakit diare, dan hari ini 5 orang
lainnya menderita penyakit diare.
c. Atteck Rate
Contoh Dari 500 orang mahasiswa yang tercatat pacta FKM X ternyata
100 mahasiswa tiba-tiba menderita muntah berak setelah makan gado-gado dikantin
kampus. Maka jawabnya Atteck Rate atau angka serangan sebetulnya adalah suatu
angka insiden tetapi ada angka serangan resiko seseorang untuk mendapatkan
penyakit eriangsung dalam waktu singkat, ini mungkin karena faktor penyebab
penyakit tersebut hanya bereaksi dalam tempo yang singkat misalnya keracunan
makanan atau wabah (Azrul Azwar 1999).
d. Angka fatalitas (Case Fatality Rate)
Angka fatalitas adalah suatu perbandingan yang dinyatakan dengan CFR Angka
fatalitas biasa digunakan untuk melihat keganasan suatu penyakit dan dapat pula
melihat keberhasilan pelayanan kesehatan pada suatu daerah atau
fasilitas kesehatan pada waktu tertentu.
e. Ratio
"Ratio" merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai
berikut :
Misalnya sex ratio, yaitu perbandingan antara jumlah penduduk perempuan. Ratio
biasanya digunakan untuk melihat kecenderungan ratio jumlah laki-laki terhadap
jumlah perempuan pada tahun tertentu, apakah lebih sedikit atau lebih banyak (Azrul
Azwar, 1999).
f. Porsi
Proporsi" merupakan suatu perbandingan yang pada umumnya dinyatakan sebagai
berikut :
Misalnya, "proporsi penyakit diare di Rumah sakit A tahuan 1999 adalah 10 berarti
jumlah kejadian penyakit diare di Rumah sakit A tahun 1999 adalah dari seluruh
kasus penyakit yang ada di wilayah Rumah sakit A. Proporsi biasanya digunakan
untuk mengukur angka suatu penyakit terhadap penyakit lainnya. Semakin tinggi
angka proporsi ini berarti semakin banyak kejadian penyakit tersebut dibandingkan
dengan penyakit lainnya dalam suatu wilayah dan waktu tertentu (Azrul Azwar
1999).
F. Epidemiologi Diare
Epidemiologi diare dapat diartikan sehagai suatu study menganai kejadian
diare, penyebarannya dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya diare pada
kelompok penduduk.
1. Penyebaran Diare Menurut Orang
Penyakit diare lebih banyak menyerang golongan umur anak balita pada
daerah endemis, sedangkan pada waktu terjadinya kejadian luar biasa (KLB) dapat
menyerang semua golongan semua umur. Kejadian diare di Indonesia diperkirakan
40-50 per 100 penduduk per tahun, dimana 70 % - 80 % dari padanya terjadi pada
golongan umur balita. Insiden tertinggi terdapat pada usia dibawah 2 tahun (Sunoto,
1979 ; dalam Asnil dkk, 1982).
2. Penyebaran Diare Menurut Ternpat
Penyebaran diare di suatu ternpat dengan tempat lainnya berbeda. Perbedaan
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare itu
diataranya keadaan geografis, kebiasaan penduduk, kepadatan penduduk dan
pelayanan kesehatan. (Depkes'RI, 1990).
Secara teoritis diketahui bahwa penularan diare dipengaruhi oleh sanitasi dan
hygiene perorangan, namun adanya perbedaan insiden di suatu tempat juga
dipengaruhi oleh spesifikasi tempat tersebut. Misalnya tempat pemukiman kumuh
dengan jumlah penduduk yang padat akan lebih mudah terjadi penularan secara cepat
bila dibandingkan dengan pemukiman lain yang tidak padat.
3. Penyebaran Diare Menurut Waktu
Penyebaran diare dapat berada dalam frekwensi dan waktu tertentu. Variasi
kajadian diare rnenurnt waktu berbeda antara daerah satu dengan yang lainnya. WHO
pemah mengadakan penelitian dimana diketahui bahwa insiden diare dipengaruhi
oleh iklim (WHO, 1985).
Sedangkan menurut Winardi Bambang (1982) diperkirakan sekitar 10 % dari
kunjungan ke Rumah Sakit, Balai Pengobatan, Puskesmas, berdasarkan laporan dari
seluruh Indonesia adalah penderita penyaklit diare serta terlihat pula adanya variasi
musim hujan (September - Januari).
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian Diare
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare antara lain faktor gizi.
kepadatan penduduk, sosial ekonomi, perilaku, dan kesehatan lingkungan
(Sutoto.1992 ).
1. Faktor Gizi
Beratnya dan lamanya diare sangat dipengaruhi oleh status gizi penderita. Pada
penelitian yang cermat insiden diare pada anak bergizi kurang ternyata saran dengan
anak yang gizinya baik. Namun anak yang gizinya menderita diare lebih berat dan
keluaran tinja lebih banyak sehingga dehidrasi lebih berat. Juga diare pada anak
bergizi kurang berlangsung lebih lama, sebagian karena penyembuhan dan perbaikan
kerusakan usus akibat infeksi lebih lambat terjadi pada anak yang gizinya kurang
(Depkes RI. 1990).
Jadi proses diare dan gizi kurang merupakan lingkaran setan. Diare mendorong
anak ke arah gizi kurang, dan gizi kurang mendorong anak ke arah diare yang lebih
berat. Bila lingkaran ini tidak diputus pada waktunya mungkin dapat amat berat atau
karena infeksi lain menimbulkan kematian, karena diare yang misalnya penemonia.
(Depkes RI, 1990).
2. Faktor Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk yang padat dapat memudahkan terjadinya penularan diare.
Kelompok usia di bawah lima tahun merupakan kelompok umur yang paling banyak
menderita diare. Penelitian tentang hubungan pengetahuan, sikap dengan kejadian
diare pada anak balita yang tinggal bersama ibu dan jumlah anggota keluarga banyak
mempunyai hubungan yang bermakna. (Tandiyo, 1984).
Selain itu rumah tinggal dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih untuk
tiap orang, didapati kejadian diare anak balita 10,3 % di kota dan 9,7 % di desa.
Sedangkan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap orang 11,8 % dan 13,5 %.
Rumah tinggal merupakan kebutuhan pokok disamping sandang dan pangan.
Demi kenyamanan tinggal di rumah maha seharusnya rumah memenuhi kebutuhan
kondisi tempat tinggal yang sehat. Rumah yang sehat dengan memenuhi tata ruang
yang memenuhi syarat dapat menghindari terjadinya dan menularnya penyakit.
Kepadatan hunian adalah satu unsure kenyamanan tinggal di rumah, perlu dipikirkan
dan diupayakan 10 meter persegi atau lebih tiap orang, mengingat kepadatan hunian
termasuk factor yang mempunyai pengaruh dominan terhadap kejadian diare anak
balita. Dalam analisis ini hampir 60,% anak balita tinggal di rumah dengan kepadatan
kurang dari 10 meter persegi tiap orang. Anilisis faktor ini menunjukkan anak-anak
balita yang tinggal di rumah dengan kepadatan kurang dari 10 meter persegi tiap
orang mempunyai resiko menderita diare 1,37 kali dibanding anak balita yang tinggal
di rumah dengan kepadatan 10 meter persegi atau lebih tiap orang. Risiko ini
mengingat menjadi 1,85 setelah kepadatan hunian berinteraksi dengan faktor sosial
demografi dan lingkungan yang lain (Joko Iriantc dkk ; Analisis Lanjut SDKI, 1994).
3. Faktor Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi masyarakat yang rendah dapat mempengaruhi tingkat
partisipasi aktif dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan masyarakat,
misalnya meningkatkan fasilitas kesehatan, meningkatkan status gizi masyarakat. Hal
ini merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian diare di masyarakat. Selain
itu masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya mempunyai keadaan
sanitasi dan hygiene perorangan yang buruk (Tandiyo, 1984).
4. Faktor Prilaku Masyarakat
Kebiasaan yang berhubungan dengan keberhasilan. adalah bagian terpenting
dalam penularan kuman diare, mengubah kebiasaan tertentu seperti mencuci tangan
dapat memutuskan penularan. Mencuci tangan dengan sabun terutama sesudah buang
air besar dan sebelum menyiapkan makanan atau makan, telah dibuktikan mempunyai
dampak dalam kejadian diare dan harus menjadi sasaran utama dalam pendidikan
kebersihan, Sebagai contoh rotavirus dapat terdeteksi dalam air mencuci tangan dari
79 % perawat pasien yang datang dan dirawat di sebuah rumah sakit di Banglades
karena diare (Akral, 1990).
Menurut Sunoto (1990) penurunan 14-48 % kejadian diare dapat diharapkan
sebagai hasil pendidikan tentang kebersihan dan perbaikan kebiasaan.
Kebiasaan adat istiadat dapat mempeugaruhi kesenatan individu. Oleh sebab
itu faktor kebiasaan merupakan faktor yang penting dalam penyebaran terjadinya
penyakit diare antara lain penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak saniter.
Tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, susu botol 4-6
bulan pertama) serta kebersihan perorangan (Depkes Rl; Ajar Diare, 1990).
5. Faktor Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan rnerupakan faktor yang dominan dalam mempengaruhi
kejadian diare di masyarakat. Keadaan kesehatan lingkungan yang berkaitan erat
dengan diare adalah pengadaan air bersih dan jamban keluarga.
Menurut Warsito Sidik (1986) tidak rnereukupinya kebutuhan air bersih akan
menyebabkan masyarakat menggunakan air yang tidak memenuhi syarat kesehatan
untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini dapat memudahkan masuknya
kuman penyakit dan terkontaminasinya rnakanan yang akan dikonsumsi masyarakat.
penggunaan jamban yang tidak saniter akan semudahkan cara penularan penyakit
diare. Berdasarkan penelitian Sidik Wasito di Sumedang menunjukkan bahwa pada
kelompak keluarga yang membuang kotoran secara saniter mempunyai angka terkena
penyakit diare lebih rendah dibandingkan dengan keluarga yang membuang kotoran
yang tidak saniter.
Angka kejadian penyakit diare ternyata dipengaruhi pula oleh kwalitas
persediaan air bersih (minum) Sutrisno Eram (1977) meingatakan bahwa kejadian
tersangka kolera ternyata lebih tinggi di wilayah air dangkal (Kabupaten Sleman,
Bantul dan Kodya Yogyakarta). Sedangkan Sumantri dkb: (1979) mendapatkan dari
68 keluarga di pinggiran kota Semarang, sebanyak 17,65 % mempergunakan air
minum "baik" dan 82,35 % air minum kotor (rakteri E. Coli positif) dengan kejadian
yang berbeda bermakna (ignatius SP; 1980).
Selain itu penggunaan jamban yang benar dapat mengurangi risiko diare lebih
baik dari pada perbaikan sumber air, walaupun dampak yang paling tinggi dapat
diharapkan dari gabungan kebersihan dan perbaikan sumber air. Hasil penelitian
dampak proyek sumber air dan kebersihan 28 negara menunjukkan penurunan angka
kesakitan diare 22-27 % dan penurunan angka kematian diare 21-30 % (Sunoto,
1990).
6. Faktor Musim
Penyakit diare adakalanya dipengaruhi oleh musim. Pada daerah yang
bermusim tropis, diare oleh bakteri cenderung terjadi lebih sering pada musim panas.
Sedangkan diare oleh virus terutama oleh rotavirus cenderung terjadi Sepanjang
tahun dengan peningkatan kekerapan sepanjang bulan musim kemarau. Sedangkan
diare oleh bakteri cenderung memuncak pada musim hujan (Depkes KL.Ajar Diare,
1990)
A. Kerangka Konseptual
Sesuai dengan masalah yang dibahas maka penulis mencoba menuangkan
kerangka konsep atau kerangka berpikir, dengan menggunakan hubungan yang paling
dasar yaitu hubungan antar dua Variabel yaitu variabel pengaruh (indevenden
variabel ) atau variabel bebas dengan variabel terpengaruh (deveneden variabel ) atau
variabel terikat ( Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1987 ). Untuk kerangka
konsep penelitian sebagai berikut :
B. Hipotesis Penelitian
Ha : Konsumsi air bersih berpengaruh terhadap kejadian diare di Wilayah Puskesmas
Long Bawan Kecamatan kerayan.
Ho : Konsumsi air bersih tidak berpengaruh terhadap kejadian diare di Wilayah
Puskesmas Long Bawan Kecamatan kerayan.
BAB III
METODE PENELITIAN DAN DEFINISI OPRASIONAL
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik kuantitatif
dengan pendekatan studi case control yang merupakan penelitian analitik
observasional yang mengkaji hubungan antara efek tertentu dan faktor risiko
tertentu. Studi dimulai dengan mengidentifikasi kelompok dengan penyakit atau
efek tertentu (kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol), kemudian secara
retrospektif diteliti faktor risiko yang mungkin dapat menerangkan mengapa
kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak. Desain penelitian case control dapat
dipergunakan untuk mencari hubungan seberapa faktor risiko mempengaruhi
terjadinya penyakit (cause effect relationship) (Hidayat 2010).
2. Rancangan Penelitian
Secara sederhana rancangan case control dalam penelitian ini
digambarkan sebagai berikut
Konsumsi air bersih
FR (+)
FR (-)
FR (+)
FR (-)
KasusDiare
KontrolTetangga
Sampel
B. Definisi Operasional
1. Definisi Diare
Kejadian diare adalah buang air besar, lembek cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali atau lebih dalam
sehari)
Definisi Operasional
No Nama Variabel Definisi Operasional Ketegori Skala
A. Variabel Dependen
1 Kejadian diare
pada balita
Buang air besar pada balita lebih
dari 3 kali sehari dengan
konsistensi encer/lebek bahkan
dapat berupa air saja.
1=bukan diare
2=diare
Ordinal
B. Variabel Independen
13. Sumber air bersih Sumber air yang dijadikan
fasilitas keluarga / masyarakat
untuk minum dan mencuci
1 = buruk
2 = baik
Ordinal
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penetitian ini adalah 1066 warga yang berada di Kecamatan
Kerayan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara .
2. Sampel
Sampel datam penelitian ini adalah 25 orang dari kelompok kasus (penderita
diare) dan 25 orang dari kelompok control (tidak sakit).
C. Lokasi
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Long Bawan Kecamatan
Kerayan Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan Utara.
D. Instrumen Penelitian
Instrument yang dipakai adalah data sekunder berupa arsip laporan bulanan
program P2 diare. Dan data penunjang seperti W2 (Laporan Mingguan Wabah),
laporan bulanan sistem survailans terpadu, serta kasus diare yang dilaporkan oleh
bidan desa dan kader diare petugas puskesmas pembantu.
E. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang dipakai adalah primer (observasi langsung
kelapangan dengan melihat dan membagi kuesioner) dan data sekunder yang tercatat
di Puskesmas Long Bawan serta kasus yang dilaporkan oleh Bidan Desa, petugas
puskesmas pembantu, serta kader diare dari awal bulan januari yang ada di
puskesmas Long Bawan.
F. Analisa Data
Data dikumpulkan dan dianalisa serta secara manual dengan membuat tabel,
distribusi dan grafik dari tabel dan grafik itu dilakukan analisa dan interprestasi :
a. Analisa univariat
Untuk mengetahui gambaran penyakit diare dan distribusi berdasarkan
karakteristik penderita penyakit diare.
b. Analisa Bivariat
Untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel dependen dan variabel
independen dengan menggunakan rumus Chi Square
Rumus =
= Statistik Chi Square
= Jumlah
D = Nilai yang diamati
E = Nilai yang diharapkan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Analisa UnivariatPengaruh Konsumsi air bersih terhadap kejadian diare di Wilayah
Puskesmas Long Bawan 2013
Konsumsi air bersih
Kejadian diare total %kasus kontrol
n % n %Kurang baik 19 76 7 28 26 52Baik 6 24 18 72 24 48jumlah 25 100 25 100 50 100
2. Analisa Bivariat
Hasil analisa menggunakan uji chi square dan Oods ratio untuk mengetahui adanya pengaruh konsumsi air bersih terhadap kejadian diare.
Konsumsi air bersih
Kejadian diare total %P
valueORkasus kontrol
n % n %Kurang baik 19 76 7 28 26 52Baik 6 24 18 72 24 48jumlah 25 100 25 100 50 100