Download - Di Indonesia

Transcript

Semakin maraknya limbah cair industri yang mencemari lingkungan perairan telah menjadipermasalahanseriusyangmenarikperhatianbanyakmasyarakatbeberapatahunterakhir.Kurangnyaperhatianterhadappengolahanlimbahcairyangmengandungberbagaizatkimia,khususnyazatwarna,membuat lingkungan sungai menjadi tercemar. Mengingat hal tersebut diperlukan sebuah inovasi dalam pengolahanlimbahcairyangmurahsertadapatmemberikan dampakyangbaikbagilingkungan.Karenaalasan tersebut makalah mengenai adsorpsi zatwarna ini ditulis.Masih tingginya tingkat pencemaran akibat limbah cairmenunjukan bahwa masih kurangnya kualitaspengolahan limbahcairsebelum dibuangkelingkungan. Makalahinibertujuan untukmemberikan sebuahmetode baru dalam proses pengolahan limbah cair yang mengandung zat warna padakhususnya dengan biayayang murah dan ramah lingkungan karena menggunakan bahan alami. Bahan alam yang digunakan adalah Bentonite yang berasal dari Pacitan dan saponin dari buah Sapindus rarak DCBentonite merupakan batuan sedimentasi yang banyak dijumpai di daerah Pacitan dan memiliki harga yang sangat murah. Namun, dariharganya murah tersebut bentonite memiliki kapasitas adsorpsiyang besar. Kapasitasadsorbsi yang dimiliki oleh bentonite tidak beda jauh dengan kapasitas adsorpsi yangdimiliki oleh karbon aktif, yaitu adsorben yang umum digunakan. Namun, penggunaan karbon aktif kurang diminati oleh pihak industri karena harganya yang relatif mahal sehingga lama-kelamaan penggunaannya sebagai adsorben mulai jarang dipakai untukpengolahanlimbahcair.Kapasitasadsorpsidari bentonite dapat ditingkatkan dengan cara memodifikasi struktur dari bentonite itu sendiri dengan bantuan saponin dari buah Sapindus rarak DC atau yang lebihdikenal dengan buah klerak yang dulu biasa digunakan untuk sabun pencuci kain batik tradisional. Setelah dimodifikasi bentonite menjadi bersifat anionik sehingga dapat mengadsorpsi zat warna seperti metil biruyang bersifat kationik. Berdasarkan hal ini penelitian ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensialam Indonesia dan untuk membantu memberikan sebuah metode baru untuk mengatasi permasalahanpencemaran lingkungan, khususnyalingkungan perairan.

Salah satu pencemar organik yang bersifat non biodegradable adalah zat warna tekstil. Zat warna tekstil umumnya dibuat dari senyawa azo dan turunannya dari gugus benzen. Diketahui bahwa gugus benzen sangat sulit didegradasi, kalaupun dimungkinkan dibutuhkan waktu yang lama. Senyawa azo bila terlalu lama berada di lingkungan, akan menjadi sumber penyakit karena sifatnya karsinogenik dan mutagenik. Karena itu perlu dicari alternatif efektif untuk menguraikan limbah tersebut. Zat warna ini berasal dari sisa - sisa zat warna yang tak larut dan juga dari kotoran yang berasal dari serat alam. Warna selain mengganggu keindahan, beberapa juga dapat bersifat racun dan sukar dihilangkan. Beberapa penelitian tentang biodegradasi zat warna khususnya zat warna azo telah dilaporkan (Seshadri dkk.,1994; Carliell dkk. 1995; Kenapp dan Newby, 1995 ; Nigam dkk. 1996; Oxspring dkk. 1996).


Top Related