Download - Desain Fisik ARS
BAB I
PENDAHULUAN
Sterilisasi merupakan proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini
adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan virus) yang terdapat dalam
suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik untuk membunuh
atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi ini bertujuan untuk menjamin sterilitas produk
maupun karakteristik kualitas sediaannya, termasuk kestabilan yang dimiliki oleh produk yang
dihasilkan. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant. Proses sterilisasi merupakan hal yang
paling utama dalam menentukan kesterilan dari sediaan akhir yang nantinya akan dibuat.
Sehingga, perlu dilakukan metode sterilisasi yang tepat dan sesuai dengan sifat masing-masing
bahan, alat serta wadah yang akan digunakan.
Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit yang merupakan institusi
penyedia pelayanan kesehatan adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit.
Dalam upaya mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di
rumah sakit. Pusat sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk pengendalian
infeksi dan berperan dalam upaya menekan kejadian infeksi. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsi sterilisasi, pusat sterilisasi sangat bergantung pada unit penunjang lain seperti unsur
pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun instalasi antara lain perlengkapan, rumah
tangga, pemeliharaan sarana rumah sakit, sanitasi dan lain-lain. Jika terjadi hambatan pada salah
satu sub unit di atas maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil sterilisasi.
Jika dilihat berdasarkan volume alat dan bahan yang harus disterilisasikan di rumah sakit
demikian besar, maka rumah sakit dianjurkan untuk memiliki suatu instalasi pusat sterilisasi
tersendiri dan mandiri, yang merupakan salah satu instalasi yang berada dibawah dan tanggung
jawab langsung kepada direktur atau wakil direktur rumah sakit. Instalasi pusat sterilisasi ini
bertugas untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan kondisi steril atau bebas dari
semua mikroorganisme (termasuk endospora) secara tepat dan cepat, untuk melaksanakan tugas
sterilisasi alat atau bahan secara profesional, diperlukan pengetahuan atau keterampilan tertentu
oleh perawat, apoteker ataupun tenaga non medik yang berpengalaman di bidang sterilisasi.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi CSSD
Sterilisasi adalah suatu proses pengelolaan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat dilakukan
dengan proses kimia atau fisika. Sterilisasi sangat penting dilakukan terutama untuk alat-alat
bedah, terlebih lagi saat ini semakin berkembangnya prosedur operasi maupun kompleksitas
peralatan medik, maka diperlukan proses sterilisasi yang tersentralisasi sehingga keseluruhan
proses menjadi lebih efesien,ekonomis dan keamanan pasien semakin terjamin. Disamping itu,
rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah terjadinya
resiko infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan dalam
pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk
mencapai keberhasilan tersebut, maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
Istilah untuk pusat sterilisasi bervariasi, mulai dari Central Sterile Supply Department
(CSSD), Central Service (CS), Central Supply (CS), Central Processing Department (CPD) dan
lain lain, namun kesemuanya mempunyai fungsi utama yang sama yaitu menyiapkan alat-alat
steril dan bersih untuk keperluan perawatan pasien. Secara terperinci, fungsi dari pusat sterilisasi
adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan
peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien.
Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan Sterilisasi
merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian,
pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam kondisi steril.
Instalasi CSSD ini merupakan pusat pelayanan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
alat/bahan steril bagi unit-unit yang membutuhkan sehingga dapat mencegah dan mengurangi
infeksi yang berasal dari rumah sakit itu sendiri. Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari
pembilasan, pembersihan/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, memberi label,
sterilisasi, sampai proses distribusi.
2
Penanggung jawab CSSD ini adalah seorang apoteker. Berdirinya CSSD di rumah sakit
dilatarbelakangi oleh:
Besarnya angka kematian akibat infeksi nosokomial
Kuman mudah menyebar, mengkontaminasi benda dan menginfeksi manusia di
lingkungan rumah sakit.
Merupakan salah satu pendukung jaminan mutu pelayanan rumah sakit, maka peran dan
fungsi CSSD sangat penting.
2.2.1 Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi
2.2.1 Struktur Organisasi Instalasi Pusat Sterilisasi
Instalasi pusat sterilisasi dipimpin oleh seorang Kepala Instalasi (dalam jabatan fungsional)
dan bertanggung jawab langsung kepada Wakil Direktur Penunjang Medik. Untuk rumah sakit
swasta, struktur organisasi dapat mengacu pada struktur organisasi pemerintah. Hal-hal yang
perlu dilaksanakan agar instalasi pusat sterilisai dapat berjalan sebagai mana mestinya adalah
perlunya pembagian pekerjaan dalam jabatan fungsional. Struktur organisai pusat sterilisasi
dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1. Struktur organisasi instalasi pusat sterilisasi secara umum
Struktur di atas merupakan struktur minimal yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan
dan beban kerja pada masing-masing rumah sakit.
3
2.2.2 Uraian Tugas dan Kualifikasi Tenaga
Kualifikasi tenaga yang bekerja di Pusat Sterilisasi dapat dibedakan sesuai dengan
kapasitas tugas dan tanggung jawabnya, yang dibagi atas tenaga manajer dan teknis pelayanan
sterilisasi.
A. Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi
Uraian tugas Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yaitu:
Selalu memberi pengarahan terhadap semua aktivitas staf yang berkaitan dengan
supply alat medis yang steril bagi perawatan pasien di rumah sakit.
Selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
pengembangan diri atau personel lainnya.
Harus menentukan metoda yang lebih efektif bagi penyiapan dan penanganan alat
atau bahan yang steril.
Harus selalu bertanggung jawab agar staf dapat mengerti akan prosedur dan
penggunaan mesin sterilisasi secara benar.
Harus selalu memastikan bahwa teknik aseptik yang diterapkan pada saat
penyiapan dan penanganan alat steril baik yang hanya sekali pakai maupun alat
yang dapat dipakai ulang.
Melakukan kerjasama dengan unit lain di rumah sakit dan melakukan koordinasi
yang bersifat intern ataupun ekstern.
Harus selalu melakukan seleksi untuk calon tenaga di pusat sterilisasi,
menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan evaluasi pada waktu yang
telah ditentukan.
Selalu membuat perencanaan suatu program kerja.
Harus selalu membuat laporan kinerja pusat sterilisasi.
Kualifikasi tenaga Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yaitu:
Khusus untuk Rumah Sakit Kelas A dan B, pendidikan terakhirnya harus minimal
S1 di bidang kesehatan, atau S1 umum dengan minimal masa kerja 5 tahun pada
bidang sterilisasi.
Khusus untuk Rumah Sakit C, pendidikan terakhir yaitu harus minimal D3 di
bidang kesehatan, atau D3 umum dengan minimal masa kerja 5 tahun di bidang
sterilisasi.
4
Harus sudah mendapatkan kursus tambahan tentang prosedur dan teknis
pelayanan sterilisasi.
Harus sudah mendapatkan kursus tambahan tentang manajemen.
Harus mengetahui tentang psikologi personel
Sudah mempunyai pengalaman kerja di bagian kamar operasi atau sterilisasi.
Sudah mempunyai kemampuan mengajar dan menulis tentang sterilisasi.
B. Kepala Sub Instalasi
Uraian tugas Kepala Sub Instalasi yaitu:
Harus bertanggung jawab kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.
Harus bertanggung jawab sebagai kepala instalasi pusat sterilisasi apabila kepala
instalasi sedang berhalangan untuk hadir di suatu pertemuan.
Harus selalu membantu kepala instalasi dalam pengendalian dan penanganan alat,
supervisi langsung, mengajar atau merevisi prosedur baru, mengevaluasi staf dan
melaporkannya kepada kepala instalasi pusat sterilisasi.
Bisa membuat program orientasi untuk tenaga baru.
Bisa membuat rencana kebutuhan bahan dan alat sesuai dengan kebutuhan
masing-masing sub instalasi.
Bisa membuat rencana perbaikan dan penggantian alat yang sudah rusak.
Bisa membuat laporan hasil kerja dari masing-masing sub instalasi (Sub Instalasi
dekontaminasi, sterilisasi dan produksi, Sub Instalasi pengawasan mutu,
pemeliharaan sarana dan peralatan, K3 dan diklat, serta Sub Instalasi distribusi)
kepada kepala instalasi.
Kualifikasi tenaga Kepala Sub Instalasi yaitu:
Harus berpendidikan terakhir minimal D3 di bidang kesehatan dengan masa kerja
selama 3 tahun ddi bidang sterilisasi.
Sudah pernah mengikuti kursus tambahan tentang pusat sterilisasi.
Harus sudah memiliki pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari sub
instalasi yang dipimpinnya.
Harus dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi apapun.
Harus memiliki kondisi kesehatan yang baik.
5
C. Penanggung Jawab Administrasi
Uraian tugas Penanggung Jawab Administrasi:
Harus dapat bertanggung jawab terhadap kepala instalasi.
Harus dapat membantu kepala instalasi dalam penyusunan suatu perencanaan
yang berdasarkan masukan dari kepala sub instalasi.
Harus melakukan rekapitulasi laporan kegiatan dari masing-masing sub instalasi.
Harus bisa menyiapkan keperluan administrasi.
Kualifikasi tenaga Penanggung jawab Administrasi :
Harus berpendidikan terakhir minimal SMA/SMU/SMEA atau sekolah
pendidikan perawat atau yang setara dengan tambahan kursus administrasi.
Harus sudah bisa melakukan pengetikan dan penggunaan komputer.
Harus bisa rapi dalam menyusun setiap dokumentasi.
D. Staf Di Pusat Sterilisasi
Uraian tugas Staf di pusat Sterilisasi yaitu :
Harus bertanggung jawab terhadap kepala sub instalasi.
Harus tidak memiliki rasa alergi terhadap bahan-bahan yang digunakan di pusat
sterilisasi.
Harus dapat mengerti dengan semua perintah dan menerapkannya menjadi suatu
aktivitas.
Harus dapat menerapkan apa yang sudah diajarkan dan yang diperoleh dari
pengalaman atasannya.
Harus selalu mengikuti prosedur kerja atau standar prosedur operasional yang
telah dibuat dan ditetapkan.
Harus dapat menjalankan pekerjaan dengan baik melalui perintah langsung
maupun tidak langsung seperti melalui telepon.
Harus dapat mengerjakan pekerjaan secara rutin atau berulang.
Harus selalu bisa menerima tekanan kerja dan juga yang kadang-kadang lembur.
Harus selalu memakai alat pelindung diri seperti apron, masker, penutup kepala,
sandal yang khusus dan sarung tangan.
Harus bisa memelihara peralatan pusat sterilisasi, alat dan bahan yang steril.
6
Kualifikasi tenaga staf:
Harus sudah mengikuti pelatihan pusat sterilisasi yang sudah bersertifikasi.
Harus dapat belajar dengan cepat.
Harus memiliki keterampilan yang baik.
Mempunyai “personal hygiene” yang baik.
Harus dapat disiplin dalam mengerjakan semua tugas kesehariannya.
Mengingat peran yang ada di rumah sakit, jenis kegiatan, dan volume kegiatan pada
instalasi pusat sterilisasi demikian besar, maka hendaknya rumah sakit mempunyai pusat
sterilisasi yang tersendiri, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1. Kecepatan Pelayanan
Diharapkan pelayanan penyediaan barang-barang steril yang diberikan oleh pusat
sterilisasi menjadi lebih cepat sampai kepada unit pemakaiannya, dengan mutu yang
dapat dipertanggungjawabkan dan memperpendek jalur birokrasi yang ada.
2. Pengendalian Infeksi Nosokomial
Bersama-sama dengan tim pengendali infeksi nosokomial rumah sakit dapat
mengoptimalkan kerja sama dalam memantau produk-produk yang dihasilkan oleh
pusat sterilisasi, memberikan masuk dan arahan kepada pemakai dilapangan dalam
mengatasi atau menurukan angka kejadian infeksi di rumah sakit.
3. Perkembangan Ilmu dan Teknologi
Dengan semakin berkembangnya ilmu dan teknologi maka kompleksitas peralatan
medis dan teknik medis memerlukan prosedur sterilisasi yang optimal sehingga
keseluruhan proses menghasilkan kualitas sterilisasi terjamin.
4. Peningkatan Mutu
Produk-produk yang dihasilkan oleh pusat sterilisasi harus melalui proses yang
ketat sampai menjadi produk yang steril. Setiap proses sterilisasi berjalan, selalu
dilengkapi dengan indikator kimia, biologi dan fisika. Secara berkala setiap 3 bulan
dilakukan tes mikrobiologi. Diharapkan dengan kontrol yang ketat, produk yang
dihasilkan akan terjamin kualitas sterilisasinya, yang pada akhirnya dapat menekan
angka kejadian infeksi di rumah sakit.
5. Efesien dan Efektif
7
Pengelolaan pusat sterilisasi yang konvensional, diharapkan mampu menyediakan
produk steril yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menekan biaya operasional
seminimal mungkin, mencegah terjadinya duplikasi proses sterilisasi dan
memperpendek jalur birokrasi. Dengan demikian dapat meningkatkan kecepatan
pelayanan dalam distribusi barang steril.
2.3 Sumber Daya Manusia (SDM) di Pusat Sterilisasi Rumah Sakit
Sumber daya manusia (SDM) di pusat sterilisasi memiliki persyaratan khusus dalam
kesehatan sebagai berikut.
a.Data kesehatan
Data kesehatan yang harus dimiliki oleh petugas di pusat sterilisasi rumah sakit
yaitu surat pernyataan sehat jasmani dan rohani secara rutin serta catatan fisik X-Ray
untuk mengidentifikasi penyakit TBC (Tuberculosis). Tes ini dilakukan minimal satu
kali dalam setahun.
b. Status imunisasi
Status imunisasi sebagai persyaratan SDM di pusat sterilisasi harus memenuhi
minimal imunisasi hepatitis B, tetanus, dan demam tipoid.
c.Laporan mengenai status penyakit
Laporan mengenai penyakit yang dialami petugas selama bekerja di pusat
sterilisasi. Penyakit tersebut misalnya infeksi saluran pernafasan, infeksi kulit, infeksi
gastrointestinal, dan infeksi pada mata. Laporan mengenai penyakit dilakukan minimal
sekali dalam setahun setahun.
2.4 Peran Pusat Sterilisasi di Rumah Sakit
Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril
untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari pusat sterilisasi
adalah menerima, memproses, meproduksi, mensterilkan, menyimpan serta mendistribusikan
peralatan medis ke berbagai ruangan di rumah sakit untuk kepentingan perawatan medis.
2.4.1 Tujuan Pusat Sterilisasi
8
- Membantu unit lain di rumah sakit yang membutuhkan kondisis steril, untuk mencegah
terjadinya infeksi.
- Menurunkan angka kejadian infeksi dan membantu mencegah serta menanggulangi
infeksi nosokomial.
- Efisiensi tenaga medis atau paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan
terhadap pasien.
- Menyediakan dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.
2.4.2 Fungsi Pusat Sterilisasi
Beberapa fungsi pusat sterilisasi antara lain:
- Memberikan suplai barang dan instrumen ke area yang membutuhkan
- Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan servis yang akurat
- Memberikan suplai barang steril meliputi linen, instrumen dan barang-barang steril
lainnya
- Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian,
sterilisasi dan pengiriman barang steril
- Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan set
operasi di seluruh lingkungan rumah sakit
- Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrumen
- Melakukan monitoring dan kontrol terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai dengan
arahan komite pengendalian infeksi
- Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya
- Beroperasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional
- Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan yang
berlaku
- Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan
- Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan pemrosesan
dan sterilisasi instrumen. Meliputi penjelasan peraturan dan prosedur yang digunakan dan
implementasi metode baru
2.4.3 Tugas Pusat Sterilisasi
9
Pusat sterilisasi adalah menjamin sterilitas alat perlengkapan medik sebelum dipakai
dalam melakukan tindakan medik. Tugas utama pusat sterilisasi di rumah sakit adalah:
- Menyediakan peralatan medis untuk perawatan pasien
- Melakukan proses sterilisasi alat/bahan
- Mendistribusikan alat-alat yang dibutuhkan oleh ruang perawatan, kamar operasi, dan
ruang lain yang membutuhkan
- Berpartisipasi dalam pemilihan peralatan dan bahan yang aman, efektif dan bermutu
- Mempertahankan stok inventory yang memadai untuk keperluan perawatan
- Mempertahankan standar yang ditetapkan
- Mendokumentasikan setiap aktivitas pembersihan, desinfeksi, maupun
- sterilisasi sebagai bagian dari program upaya pengendalian mutu
- Melakukan penelitian terhadap hasil sterilisasi dalam rangka pencegahan dan
pengendalian infeksi bersama dengan panitia pengendalian infeksi nasokomial
- Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah sterilisasi
- Menyelenggarakan pendidikan dan pengembangan staf instalasi CSSD baik yang bersifat
intern dan ekstern
- Mengevaluasi hasil sterilisasi.
2.4.4 Alur Fungsional Pusat Sterilisasi
Alur aktivitas fungsional dari pusat sterilisasi secara umum dapat digambarkan sebagai
berikut :
1. Pembilasan: pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang
perawatan.
2. Pembersihan: semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum
dilakukan proses disinfeksi dan sterilisasi.
3. Pengeringan: dilakukan sampai kering.
4. Inspeksi dan Pengemasan: unit ini melakukan pengecekan barang dan instrumen
mengenai kelayakan barang tersebut serta melakukan pengemasan agar sterilitas dapat
terjaga. Pengemasan yang dimaksudkan disini yaitu semua material yang tersedia untuk
fasilitas kesehatan yang sudah didisain untuk membungkus, mengemas, dan menampung
alat-alat yang dapat dipakai ulang untuk sterilisasi, penyimpanan dan pemakaian. Tujuan
10
pengemasan adalah agar dapat berperan terhadap keamanan dan efektivitas perawatan
pasien yang merupakan tanggung jawab utama pusat sterilisasi.
5. Pelabelan: setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan isi dari kemasan,
cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadaluarsa proses sterilisasi.
6. Pembuatan: membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang kemudian akan
disterilkan.
7. Sterilisasi: unit sterilisasi melakukan sterilisasi barang dan instumen yang telah dikemas
menggunakan metode yang tepat agar mencapai sterilisasi yang optimal. Sebaiknya
diberikan tanggung jawab kepada staf terlatih. Untuk sterilisasi menggunakan etilen
oksida sebaiknya digunakan ruang tersendiri dan dilengkapi exhaust
8. Penyimpanan: unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril dan melakukan
penjaminan kualitas barang dan instrumen steril. Harus diatur secara baik dengan
memperhatikan kondisi penyimpanan yang baik.
9. Distribusi: unit distribusi mengirimkan suplai kepada kustomer yang membutuhkan
barang tersebut. Dapat dilakukan berbagai sistem distribusi sesuai dengan rumah sakit
masing-masing.
2.5 SARANA FISIK DAN PERALATAN
Pusat sterilisasi merupakan jantung rumah sakit dimana tugas pokok pusat sterilisasi
adalah menerima bahan dan alat medic dari semua unit-unit di rumah sakit untuk kemudian
diproses menjadi alat/bahan medic dalam kondisi steril dan selanjutnya mendistribusikan kepada
unit lain yang membutuhkan kondisi steril, maka dalam menentukan lokasi pusat sterilisasi perlu
diperhatikan :
2.5.1. Bangunan Instalasi Pusat Sterilisasi
Pembangunan instalasi pusat sterilisasi harus sesuai dengan kebutuhan bangunan pada saat
ini serta kemungkinan perluasan sarana pelayanan di masa datang serta didesain menurut tipe
dan atau kapasitas rumah sakit.
2.5.2. Lokasi Instalasi Pusat Sterilisasi
11
Lokasi instalasi pusat sterilisasi sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat atau
bahan steril terbesar di rumah sakit. Penetapan atau pemilihan lokasi yang tepat berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu dengan meminimumkan resiko
terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas transportasi alat steril. Untuk rumah
sakit yang berukuran kecil, lokasi pusat sterilisasi sebaiknya berada dekat/di wilayah kamar
operasi sesuai fungsinya dan diupayakan lokasinya dekat dengan laundry.
2.5.3. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada prinsipnya, desain ruang pusat sterilisasi terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang
dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang dari ruang kotor ke
ruang bersih. Selain itu, pembagian ruangan disesuaikan dengan alur kerja. Ruang pusat
sterilisasi dibagi atas 5 ruang yaitu :
1. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini, terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol untuk
mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-
benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya lainnya. Syarat-
syarat ruang dekontaminasi antara lain :
a. Ventilasi
- sirkulasi udara yang dilengkapi dengan filter
- pergantian udara 10 kali/jam
- tekanan udara negatif
- tidak dianjurkan menggunakan kipas angin
b. Suhu dan kelembaban
- suhu 18-22°C
- kelembaban antara 35-75%
2. Ruang Pengemasan Alat
Ruang pengemasan alat merupakan tempat pengemasan alat, bongkar pasang alat, dan
penyimpanan barang bersih.
3. Ruang Prosesing Linen
12
Di ruang ini dilakukan pemeriksaan, pelipatan dan pengemasan linen yang akan
disterilisasi. Di ruang ini juga terdapat tempat tertutup untuk menyimpan barang. Selain
itu di ruangan ini juga dilakukan persiapan untuk bahan seperti kasa, kapas, dan cotton
swab.
4. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan. Untuk sterilisasi etilen oksida,
sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran pembuangan
(exhaust).
5. Ruang Penyimpanan Barang Steril
Syarat-syarat ruang penyimpanan barang steril antara lain :
- Dekat dengan ruang sterilisasi
- Suhu 18-22°C
- Kelembaban 35-75%
- Ventilasi menggunakan tekanan positif
- Efisiensi partikulat 90-95% (untuk partikel berukuran 0,5 µm)
- Jauh dari lalu lintas utama
- Dinding terbuat dari bahan yang kuat, halus dan mudah dibersihkan
Berikut adalah contoh gambar bangunan instalasi pusat sterilisasi di rumah sakit:
Gambar 2.1 Contoh bangunan instalasi pusat sterilisasi di rumah sakit
13
2.6. Instalasi Pencucian Linen (LAUNDRY)
Laundry RS adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya
berupa mesin cuci, alat dandesinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja, dan mesin
setrika.
2.6.2. Pengelolaan Linen Kotor
Linen kotor adalah linen yang telah dipakai oleh pasien, pegawai, perkantoran
maupun oleh keluarga pasien dirumah sakit. Linen kotor merupakan sumber infeksi yang
dapat menjadi perantara tertularnya penyakit dari orang yang menderita penyakit
infeksius ke orang lain yang mempunyai daya tahan tubuh rendah. Linen kotor terbagi
menjadi dua macam yaitu, linen infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius adalah
linen yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi sedangkan linen non
infeksius adalah linen kotor yang berasal dari pasien. Bagian administrasi, apotik dan
lain-lain yang tidak terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.
2.6.2. Asal Linen KotorAsal linen kotor dirumah sakit berasal dari berbagai unit pelayanan sebagai berikut
1. Perkantoran / administrasi
2. Poliklinik / rawat jalan
3. Unit gawat darurat
4. Ruang rawat inap
5. Unit khusus:
a. Intensive care unit
b. Intensive coronary care unit
c. Neonatal intensive care unit
d. Unit perawatan luka bakar
e. Ruang isolasi
6. Kamar operasi
14
A. Karakteristik Linen Kotor
Karakteristik linen kotor sesuai dengan asalnya, sehingga penanganannya juga dibedakan
menjadi:
1. Linen yang berasal dari perkantoran
Berasal dari kantor direksi / staf, pendidikan dan pelatihan perpustakaan, ruang
administrasi di seluruh unit, dapur, kamar jenazah, farmasi dan lain-lain. Contohnya,
tirai jendela, lap tangan, taplak, dan lain-lain yang berkaitan dengan administrasi.
Termasuk linen non infeksius karena tidak terkontaminasi oleh darah dan cairan tubuh.
2. Linen kotor yang berasal dari rawat jalan
Linen kotor yang dihasilkan tergantung dari poliklinik yang menanganinya, yaitu:
a. Poli bedah, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non infeksius. Contohnya
darah dan obat-obat luka.
b. Poli penyakit dalam, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non infeksius.
Biasanya tercemar dengan keringat atau obat gosok yang dibawa oleh pasien.
c. Poli anak, menghasilkan linen kotor yang biasanya tercemar oleh urine.
d. Poli kebidanan, menghasilkan linen kotor yang tercemar oleh air ketuban dan darah.
e. Unit gawat darurat, menghasilkan linen infeksius dan non infeksius. Noda pada
linen biasanya darah, nanah, muntah, urine, tinja atau tanah.
f. Ruang rawat inap, menghasilkan linen kotor yang infeksius dan non infeksius.
Contohnya darah, urine, atau tinja tergantung dari asal ruangannya.
3. Linen yang berasal dari unit khusus
Menghasilkan linen infeksius dan non infeksius. Contohnya noda yang
disebabkan oleh darah, urine dan obat-obatan.
4. Linen yang berasal dari Kamar Operasi
Terbagi menjadi dua, yakni operasi terencana yang menghasilkan linen infeksius
dan operasi cito dapat menghasilkan infeksius dan non infeksius. Contohnya darah dan
obat-obatan.
15
2.6.3. Sistem Pengelolaan Linen
1. Sistem Sentralisasi yaitu suatu sistem pengelolaan linen yang meliputi perencanaan,
pengusulan, pengadaan, distribusi, pencucian, pemeliharaan sampai inventorinya
dikelola oleh satuan kerja yaitu Laundry.
2. Sistem Desentralisasi yaitu suatu sistem pengelolaan linen dimana perencanaan,
pengusulan
pengadaan serta inventorinya dilakukan oleh masing-masing satuan kerja, sedangkan
Laundry hanya melaksanakan pencucian dan pemeliharaan linen saja.
2.6.4. Penanganan Dan Pengangkutan Linen
1. Troli yang berbeda antara linen kotor dengan linen bersih (pembedaan warna/kode)
2. Troli/wadah mampu menampung beban linen
3. Muatan tidak berlebih
4. Pembersihan troli linen dengan chlorin 0,5%
5. Waktu pengangkutan linen bersih dan kotor tidak boleh dilakukan bersamaan
2.6.5. Penyortiran
Linen disortir dengan tiga kategori umum:
1. Tingkat Kotoran ( Jenis)
2. Jenis Kain ( Serat dan warna)
3. Proses (Sesuai alat yang digunakan)
2.6.6. Pencucian
1.Flush (Pembasahan)
Satu atau lebih pembasahan diperlukan untuk menghilangkan kotoran yang larut pada air
dan membantu penyerapan bahan kimia secara cepat keserat benang pada saat proses
penyabunan berlangsung. Pembasahan umumnya memakai level air tinggi dengan kisaran
waktu 2-3 menit. Fungsi lain dari pembasahan adalah menyesuaikan suhu sebelum proses
penyabunan yang umumnya memakai suhu tinggi.
16
2. Washing (Penyabunan)
Tahap ini adalah tahap pencucian yang sebenarnya, tahap ini umumnya memakai deterjen
powder(bubuk)/liquid (cair) dengan suhu tinggi dan berkisar 8 – 15 menit.
3. Carryover Suds (pembilasan awal)
Step ini biasanya digunakan untuk menurunkan suhu dan kadar detergent sebelum
memasuki proses penghilangan noda. Umumnya menggunakan level air tinggi dan 2-5
menit.
4.Bleaching
Proses ini untuk menghilangkan noda, umumnya menggunakan bahan kimia bersifat
chlorine dengan suhu antara 60 – 65° C dengan waktu 8 – 10 menit.
5.Rinse (Pembilasan) dua atau tiga kali menggunakan Sour
Tahapan ini untuk mengurangi kadar bahan kimia dan menurunkan suhu, 2-3 menit
dengan level air yang tinggi.
6.Soft (Final Rinse)
Langkah ini adalah untuk perawatan linen dengan cara mendapatkan kadar pH yang
sesuai dengan kulit manusia dan ditambahkan Softener untuk penampilan dan rasa
nyaman terhadap linen. Umumnya memakai air hangat atau dingin dengan level air
menegah dan 3-5 menit.
7. Extract (Pemerasan)
Tahap ini untuk mengurangi kadar air di linen sebelum ke proses pengeringan. Umumnya
membutuhkan waktu antara 2 – 12 menit tergantung jenis dan ketebalan kain.
Ada beberapa langkah tambahan sekalipun jarang dipakai seperti:
a. Break (prewash) Pre wash (pencucian awal) digunakan untuk cucian dengan tingkat
kotoran lebih berat yang cenderung berminyak. Tahap ini biasanya menggunakan suhu
hangat 50 – 55° C. Waktu yang biasa digunakan adalah 6 – 8 menit.
b. Intermediate Extract, digunakan untuk mempercepat penurunan kadar bahan kimia
sehingga tidak membutuhkan pembilasan terlalu banyak. Tetapi ada hal yang perlu
diperhatikan adalah mengenai suhu, jangan sampai ini membuat pengerutan dikain
karena penurunan suhu terlalu cepat.17
c.Starch/Sizing (Pengkanjian), langkah ini adalah untuk menambahkan
suatu Starchener untuk membantu mengeraskan kain agar mudah dibentuk dan licin
sehingga memudahkan dalam penyetrikaan. Umumnya tahap ini menggunakan level air
yang lebih rendah, dengan suhu menengah. Kain yang biasa dikanji adalah napkin,
table cloth dan uniform.
2.6.7. Drying (Pengeringan)
Setelah linen dicuci lalu menuju ketahap berikutnya adalah pengeringan. Semua linen
yang keluar dari proses pencucian harus dikeringkan sesuai dengan masing masing jenis
pengeringan: dry cleaning, tumbling, ironing, finishing dan pressing.
Dry cleaning: Untuk memeriksakan pakaian yang akan dicuci, menyortir pakaian
dan menghindari kerusakan bahan.
Tumbling: Lebih untuk mengeringkan handuk. Alat ini beragam jenis dan
kapasitasnya. Sumber pemanasnyapun beragam dari uap panas (steam), gas (api)
atau listrik heater.
Ironing: Untuk penyetrikaan cucian yang berbentuk lembaran
Finishing: Untuk menyelesaikan pengepresan dan penyetrikaan pakaian tamu
setelah selesai dikeringkan. Bila ada yang belum bersih maka dikembalikan ke
bagian pencucian.
Pressing: untuk penyetrikaan cucian yang menggunakan setrika (iron) maupun
setrika press (press machine).
2.6.8. Folding (Pelipatan linen bersih)
Setelah proses pengeringan maka dilanjut proses pelipatan, umumnya laundry
kecil dilakukan secara manual. Dengan menyemprotkan pelicin (mengandung pewangi).
Mesin pelipat otomatis juga trsedia untuk sprei dan handuk baik sekala kecil sampai
besar. Keuntungannya adalah mampu mengurangi tenaga kerja sehingga menekan biaya
operasional. Sementara pelipatan secara manual biasanya mendapatkan kualitas lipatan
lebih baik dan mampu menyeleksi hasil cucian yang lebih baik karena secara detail noda
yang masih tertinggal bisa segera dipisahkan.
18
2.6.9. Storing (penyimpanan)
Setelah linen semua terlipat, sebelum sebagian disimpan digudang dan sebagian
dipakai langsung. Evaluasi hasil cucian bisa dilakukan ditahapan ini, tetapi perlu hati hati
karena penataan sinar lampu diruangan penyimpanan terkadang kurang bagus sehingga
hasil cucian terlihat kurang bagus. Gudang penyimpanan sebaiknya jangan tercampur
dengan linen kotor karena bisa cross kontaminasi, dengan membersihkan secara rutin
digudang penyimpanan dan memperhatikan sirkulasi udara sangatlah membantu untuk
mendapatkan hasil yang maksimal.
2.6.10. S u h u
Suhu yang direkomendasikan untuk tekstil:
- Katun 90° C
- Polykatun 80°,
- Polyster 75° C,
- Wool dan Silk 30° C
2.6.11. Penggunaan bahan-bahan kimia
Detergen :Untuk menghilangkan kotoran (noda keringat, darah, dan muntah)
Alkali :Untuk mengangkat segala jenis noda yang menempel pada linen
C.Bleach :Memutihkan linen putih, membunuh bakteri dan mengangkat noda
Emulsifier :Membersihkan segala jenis pengotor ang bersifat lemak
Netralisir :Mengatur pH pada pencucian akhir, mengangkat residu padalinen
Softener :Melembutkan dan mengharumkan linen yang telah dicuci
Prosedur
Prosedur untuk linen kotor infeksius:
Biasakan mencuci tangan hygienes dengan sabun 10 – 15 detik sebelum dan
sesudah melakukan pekerjaan.
Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron
Persiapkan alat dan bahan : sikat, ember dengan tulisan infeksius, kantung dalam
linen infeksius, kantung luar linen infeksius dan tali untuk pengikat.
Lipat bagian terinfeksi di bagian dalam.
Siapkan trolly linen kotor.
19
Kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukan dan dikumpulkan ke
trolly linen kotor untuk dibawa ke laundry.
Prosedur untuk linen kotor non infeksius:
Biasakan mencuci tangan hygienes dengan sabun 10 – 15 detik sebelum dan
sesudah melakukan pekerjaan.
Gunakan APD : sarung tangan, masker dan apron
Persiapkan alat dan bahan : sikat, ember dengan tulisan, kantung linen tidak
terinfeksi.
Siapkan trolly linen kotor
Beberapa kantung linen kotor yang sudah tertutup siap dimasukan dan
dikumpulkan ke trolly linen kotor untuk dibawa ke laundry.
Alur pengiriman linen kotor
20
linen kotor yang
dipakai pasien
infeksius
Dikirim ke
laundryNon
infeksius
distribus
i
Dipisah -
ditimbang -
dicuci
distribus
i
CSSDGudang penyimpanan
Linen Non sterilLinen
steril
Dikeringkan- disetrika
2.6.12. Penggantian linen pasien
1. Sebelum penggantian linen pasien, wadah untuk menempatkan linen kotor
sudah disiapkan.
2. Pada waktu penggantian linen pasien, petugas diwajibkan menggunakan masker,
sarung tangan dan apron.
3. Pisahkan antara linen kotor biasa dan linen ternoda (darah dan cairan tubuh
lainnya)
4. Linen kotor dilipat, bagian yang bernoda tempatkan dibagian dalam
5. Tidak meletakan linen kotor dilantai
6. Tidak mengibaskan linen kotor
7. Linen kotor yang bernoda darah (darah dan cairan tubuh lainnya) dibersihkan
dulu diruangan.
8. Direndam dengan disinfektan.
9. Linen kotor dari pasien langsung dimasukan ke wadah atau kantong plastik
berwarna kuning untuk linen infeksius, kantong plastik berwarna hitam untuk
linen kotor non infeksius dan disegel. Biasakan cuci tangan sebelum dan sesudah
melaksanakan tindakan.
Penyimpanan linen bersih siap pakai:
1. Tangan petugas harus bersih sebelum memegang linen
2. Pastikan semua permukaan lemari dalam keadaan bersih dan kering dengan
suhu ruangan 22-27° C
3. Simpan linen sesuai dengan jenis linennya
4. Pisahkan area linen kotor dan linen bersih
5. Pencatatan linen yang masuk dan keluar dengan sistim FIFO
6. Persediaan linen di Ruang Rawat minimal 3 parstok
7. Pengambilan linen/distribusi harus menggunakan form pengambilan
21
2.6.13. Monitoring dan evaluasi
Kualitas dan kuantitas linen:
1. Kualitas :Bersih, tidak bernoda, tidak berbau, cemerlang, dan bebas kuman
2. Kuantitas : Jumlah linen, frekuensi pencucian (150 x (VIP), 200 (biasa))
Selain itu, pemakaian detergent, pelembut, pengharum, pemutih dan bahan kimia lainnya
harus dievaluasi guna menguji keefektifannya.
2.6.14. Jenis Linen Rumah Sakit
1. Seprei/ Laken
2. Steek Laken
3. Perlak / Zeil
4. Sarung bantal
5. Sarung Guling
6. Selimut
7. Boven Laken
8. Alas Kasur
9. Bed cover
10. Handuk mandi
11. Handuk tangan
12. Handuk muka
13. Wash lap
14. Keset kamar mandi
15. Baju Pasien
16. Baju Operasi
17. Celana operasi
18. Jas operasi
19. Laken operasi
20. Topi kain
21. Masker
22. Doek
23. Sarung kaki
24. Sarung meja instrument
25. Mitela
26. Barak schort
27. Kain Penutup tabung Gas
28. Celemek
29. Popok Bayi
30. Baju bayi
31. Kain bedong
32. Gurita bayi
33. Steek Laken Bayi
34. Laken bayi
35. Selimut bayi
22
36. Tirai / Gorden
37. Kainpenyekat/taplak
23
BAB III
KESIMPULAN
Central Sterilization Supply Department (CSSD) atau Instalasi Pusat Pelayanan
Sterilisasi merupakan satu unit/departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses
pencucian, pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang dibutuhkan dalam
kondisi steril, sehingga dapat mencegah dan mengurangi infeksi yang berasal dari rumah
sakit itu sendiri (infeksi nasokomial). Secara umum fungsi utama pusat sterilisasi yaitu
menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan perawatan pasien di rumah sakit.
Bahwa pengelolaan linen kotor di ruangan rawat inap bukan hal yang bisa
diabaikan, terutama karena linen kotor merupakan sumber infeksi yang dapat menjadi
perantara tertularnya penyakit dari orang yang menderita penyakit infeksius ke orang lain
yang mempunyai daya tahan tubuh rendah. Linen kotor harus diawasi secara ketat alurnya,
selain untuk mencegah infeksi, kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih petugas kesehatan
agar lebih berhati-hati dengan kegiatan yang berdentuhan dengan linen kotor. Semua unit
yang berada di rumah sakit beresiko mendapat infeksi dari linen kotor, tidak terkecuali unit
yang tidak berkaitan dengan hal medis (contoh: unit administrasi)
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply
Department/CSSD) Di Rumah Sakit. Jakarta : DepKes RI.