I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia
merupakan salahsatu aspek yang menjadi prioritas untuk diselesaikan,
karena pangan dapat berpengaruh kepada kualitas sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia merupakan salahsatu modal penting untuk
kemajuan Indonesia itu sendiri dimasa yang akan datang.
Selain itu, pangan juga merupakan komoditas politik yang dapat
mempengaruhi kualitas pemerintahan, terkelolanya pangan dengan baik,
menunjukan kemampuan pengelolaan negara dalam bidang pertanian
berjalan dengan baik.
Komoditas pangan terpenting di Indonesia saat ini adalah beras,
hampir seluruh masyarakat indonesia saat ini menjadikan beras sebagai
makanan pokok sehari-hari, sehingga tuntutan akan peningkatan produksi
beras saat ini menjadi sangat tinggi, sehingga wajar jika saat ini
kementrian pertanian selaku stake holder dalam bidang pertanian
berusaha menggenjot produksi beras guna memenuhi kebutuhan
masyarakat tersebut.
Salahsatu program yang bertujuan untuk meningkatkan produksi
beras tersebut adalah program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu (SL-PTT) Padi Sawah yang bertujuan untuk meningkatkan
produksi padi (sebagai bahan penghasil beras) melalui penerapan dan
perakitan teknologi yang dilaksanakan secara partisipatif dan sesuai
dengan keadaan lingkungannya (spesifik lokasi).
Kegiatan SL-PTT Padi sawah dilaksanakan diseluruh Provinsi dan
Kabupaten di Indonesia, termasuk di Kabupaten Lebak. Di Kabupaten ini
kegiatan SL-PTT telah dilaksanakan sejak tahun 2008, kendati demikian
dalam pelaksanaannya kajian dan evaluasi terhadap dampak dari
kegiatan tersebut, belum pernah digali secara lebih mendalam, terutama
dalam aspek dampaknya bagi peningkatan produksi sebagai tujuan
utama dan peningkatan difusi inovasi sebagai bagian dari partisipasi
petani untuk menyebarkan teknologi SL-PTT terhadap petani
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam kegiatan ini akan dicoba dikaji
1
tentang dampak SL-PTT Padi Sawah terhadap peningkatan produksi dan
peningkatan frekwensi difusi inovasi yang dilaksanakan oleh petani
penerima SL-PTT di Kabupaten Lebak, dengan harapan kegiatan
tersebut dapat menjawab sejauh mana pengaruh SL-PTT yang
dilaksanakan di Kabupaten Lebak dalam kedua aspek tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dalam kajian evaluasi dampak ini, masalah yang dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana pengaruh SL-PTT terhadap peningkatan produksi padi
di Kabupaten Lebak?
2. Sejauh mana pengaruh SL-PTT terhadap peningkatan difusi inovasi
yang dilakukan petani di Kabupaten Lebak?
C. Tujuan
Tujuan dari kajian evaluasi dampak ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan SL-PTT berpengaruh
terhadap peningkatan produksi padi di Kabuapten Lebak
2. Untuk mengetahui sejauh maba kegiatan SL-PTT berpengaruh
terhadap peningkatan difusi inovasi yang dilakukan oleh petani di
Kabupaten Lebak
D. Manfaat
Manfaat dari kegiatan kajian evaluasi dampak ini adalah sebagai
berikut:
1. Dapat diketahui sejauh mana pengaruh SL-PTT terhadap
peningkatan produksi di Kabupaten Lebak
2. Dapat diketahui sejau mana pengaruh SL-PTT terhadap difusi
inovasi yang dilakukan petani di Kabupaten Lebak
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
1. Pengertian
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)
adalah suatu pendekatan inovatif dalam upayakana meningkatkan
produktivitas dan efisiensi usahatani melalui perbaikan
sistem/pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang sinergis
antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh petani
serta bersifat spesifik lokasi (Pedum SL-PTT, 2003)
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
adalah suatu tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam mengenali
potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan,
mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan
kondisi sumberdaya setempat (Pedum SL-PTT, 2003)
2. Prinsip-prinsip PTT
PTT adalah suatu pendekatan eko regional yang ditempuh
untuk meningkatkan produktivitas tanaman pangan dengan
memperhatikan:
a. Prinsip-prinsip efisiensi. Dengan pendekatan PTT diharapkan
selain produktivitas naik, biaya produksi optimal, produk
berdaya saing dan lingkungan terpelihara.
b. Dalam pengembangan inovasi teknologi dengan pendekatan
PTT, digunakan prinsip sinergisme, yaitu bahwa pengaruh
komponen teknologi secara bersama terhadap produktivitas
lebih tinggi dari pengaruh penjumlahan dan komponen
teknologi sendiri-sendiri.
c. Karena lahan pertanian mempunyai tingkat kesesuaian
bagi tanaman pangan yang berbeda antara sentra produksi dan
di dalam sentra produksi, maka kombinasi komponen teknologi
dapat berbeda antara sentra produksi satu dengan lainnya.
3
3. Tahapan Penerapan PTT
Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu bersama
petani melakukan pengamatan dan menganalisa potensi lahan yang
dimiliki, infrastruktur pendukungnya dan permasalahan yang ada,
menentukan pemilihan komponen teknologi PTT yang spesifik
lokasi dll. Pada tahap ini dapat diketahui keinginan dan harapan
petani, karakteristik lingkunga biofisik, kondisi sosial ekonomi, budaya
petani setempat dan masyarakat sekitar.
Langkah kedua adalah menyusun komponen teknologi yang
sesuai dengan karakteristik dan masalah di daerah pengembangan.
Komponen teknologi tersebut bersifat dinamis yaitu mengalami
perbaikan dan perubahan, sesuai dengan perkembangan inovasi dan
masukan dari petani dan masyarakat setempat.
Langkah ketiga adalah menerapkan teknologi utama PTT di
lahan usahataninya.
4. Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi
Komponen teknologi unggulan pengelolaan tanaman terpadu Padi
(Pedum SL-PTT, 2003) adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan varietas unggul baru (VUB) berlabel yang berdaya
hasil tinggi, bernilai ekonomi tinggi.
b. Pemupukan berimbang dengan penggunaan pupuk secara
berimbang dan sesuai kebutuhan tanaman spesifik lokasi.
c. Penggunaan pupuk organik berupa kompos dan pupuk kandang
sebagai penyedia hara dan pembenah tanah.
d. Penggunaan alat mesin (alsin) berupa alat pra panen dan pasca
panen untuk menekan kerus hasil.
e. Pengairan dan pompanisasi dengan pemanfaatan air irigasi, air
hujan, embung, sumur pantek, dan sumber air permukaan (sungai
danau, sumur buatan).
f . Penggunaan benih bermutu dengan varietas unggul
menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam,
tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman
tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi
4
hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.
g. Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi
yang optimal dapat menghindari serangan hama dan penyakit,
menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman
yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.
h. Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan
tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah,
jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman
memberikan pertumbuhan yang baik dan meningkatkan
kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.
i . Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai
dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merup faktor
penting bagi pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai
pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman.
Kebutuhan air disetiap stadia tanaman berbeda-beda, pemberian
air secara tepat meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres
pada tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan
air.
j . Perlindungan tanaman dilaksanakanaka untuk mengantisipasi dan
mengendalikan serangan OPT tanaman dengan meminimalkan
kerus atau penurunan produksi akibat serangan OPT.
Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi
pengendalian hama terpadu (PHT). Khususnya pengendalian
denga pestisida merup pilihan terakhir bila serangan OPT
berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus
memperhatikan jenis, jumlah dan cara penggunaannya sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak
menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain
yang merugikan lingkungan.
k. Penanganan panen dan pasca panen memberikan hasil
yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang
tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis
berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penamp visual hasil
sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan
sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin
5
yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen
dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang
aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu hasil
tetap terjaga.
B. Difusi Inovasi
1. Pengertian Difusi dan Inovasi
Difusi Inovasi terdiri dari dua padanan kata yaitu difusi dan
inovasi. Difusi sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan
melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di antara para
anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is
communicated through certain channels overtime among the
members of a social system) (Rogers, 1983). Disamping itu, difusi
juga dapat dianggap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu
prosperubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial.
Sedangkan Inovasi adalah suatu gagasan, praktek, atau
benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu atau kelompok
masyarakat. Ungkapan dianggap/dirasa baru terhadap suatu ide,
praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada
sebagian yang lain. Kesemuanya tergantung apa yang dirasakan oleh
individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut.
Dari kedua padanan kata di atas, maka difusi inovasi adalah
suatu proses penyebar serapan ide-ide atau hal-hal yang baru dalam
upaya untuk merubah suatu masyarakat yang terjadi secara terus
menerus dari suatu tempat ke tempat yang lain, dari suatu kurun
waktu ke kurun waktu yang berikut, dari suatu bidang tertentu ke
bidang yang lainnya kepada sekelompok anggota dari sistem sosial.
Tujuan utama dari difusi inovasi adalah diadopsinya suatu inovasi
(ilmu pengetahuan, tekhnologi, bidang pengembangan masyarakat)
oleh anggota sistem sosial tertentu. Sistem sosial dapat berupa
individu, kelompok informal, organisasi sampai kepada masyarakat.
2. Elemen Difusi Inovasi
Menurut Rogers (1983) dalam proses difusi inovasi terdapat 4
(empat) elemen pokok, yaitu: suatu inovasi, dikomunikasikan melalui
6
saluran komunikasi tertentu, dalam jangka waktu dan terjadi diantara
anggota-anggota suatu sistem sosial.
a. Inovasi (gagasan, tindakan atau barang) yang dianggap baru
oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara
subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya.
b. Saluran komunikasi, adalah alat untuk menyampaikan pesan-
pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi
dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada
khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran
komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media
masa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah
sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran
komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal.
c. Jangka waktu, yakni proses keputusan inovasi dari mulai
seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima
atau menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat
berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu
terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b)
keinovatifan seseorang (relatif lebih awal atau lebih lambat
dalam menerima inovasi), dan (c) kecepatan pengadopsian
inovasi dalam sistem sosial.
d. Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara
fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan
masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.
C. Produksi
Kegiatan produksi sangat berperan penting dalam kegiatan
ekonomi karena menyangkut kebutuhan manusia. Tanpa adanya
produksi persediaan konsumsi akan menjadi langka dan masyarakat akan
mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu,
manusia harus berusaha memproduksi barang dan jasa agar alat pemuas
kebutuhannya terpenuhi.
7
1. Pengertian Produksi
a. Pengertian produksi menurut ilmu ekonomi
Menurut ilmu ekonomi, produksi tidak terbatas pada
kegiatan menghasilkan barang atau jasa, tetapi juga kegiatan
yang sifatnya menambah nilai atau kegunaan barang yang
sudah ada menjadi lebih tinggi nilainya. Perhatikan contoh
berikut. Tukang kayu yang mengecat kursi hasil buatanya.
Pedagang yang membeli sepeda bekas lalu ia bersihkan,
perbaiki, dan dicat kembali lalu dijual. Berdasarkan uraian di
atas, produksi menurut ilmu ekonomi adalah setiap kegiatan
yang dilakukan manusia untuk menghasilkan/menaikan nilai
kegunaan barang/jasa.
2. Tujuan Produksi
Tujuan kegiatan produksi, antara lain:
a. Menghasilkan/menciptakan suatu barang.
b. Menambah serta meningkatkan nilai guna barang yang sudah
ada.
c. Memenuhi kebutuhan manusia.
d. Memperoleh tambahan penghasil untuk mendapatkan alat
pemuas lainya.
3. Jenis-jenis Usaha yang Memerlukan Produksi
a. Usaha ekstraktif, yaitu usaha yang dilakukan dengan cara
mengambil langsung sumber daya alam tanpa mengubah wujud
barang produksi tersebut.
b. Usaha jasa, merupakan merupakan kegiatan produksi alat
pemenuhan kebutuhan berupa jasa tertentu, seperti, salon
kecantikan, asuransi, penginapan, dan aneka produk jasa lainya.
c. Usaha Agraris, adalah usaha yang bergerak dengan cara
mengelola tanah dan hewan untuk menghasilkan alat pemenuh
kebutuhan manusia contohnya perkebunan.
8
D. Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang dibangun dalam kegiatan kajian evaluasi dampak ini
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan logical framework tersebut kajian evaluasi dampak SL-PTT
Padi ingin diketahui apakah kegiatan SL-PTT berpengaruh pada peningkatan
produksi padi dan difusi inovasi petani?
9
Difusi Inovasi
Peningkatan Produksi Padi
Model SL-PTT
I. METODOLOGI KAJIAN EVALUASI DAMPAK
A. Model Evaluasi
Model evaluasi yang digun adalah model before and after evaluation yakni
membandingkan pengaruh sebelum dan sesudah dilaksankan SL-PTT terhadap
peningkatan produksi dan difusi inovasi.
B. Variabel
Variabel yang digunakan adalah Peningkatan Produksi dan Difusi Inovasi
oleh Petani.
C. Indikator
Indikator yang digun adalah penambahan produksi padi untuk variabel
peningkatan produksi dan frekwensi petani yang melakukan difusi.
D. Alat Ukur
Alat ukur yang digun adalah perbandingan jumlah produksi sebelum dan
sesudah adanya kegiatan SL-PTT dan perbandingan frekwensi serta
peningkatan wilayah difusi oleh petani sebelum dan sesudah adanya kegiatan
SL-PTT
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dengan petani
menggunakan kuesioner.
F. Penentuan Petani Sampel
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method,
sampel yang diambil adalah petani dari kelompok tani yang menerima program
SL-PTT pada tahun 2011 dengan jenis irigasi tadah hujan di Kecamatan Cibadak
dan Warunggunung Kabupaten Lebak sebanyak 30 orang.
G. Teknik Analisis Interpretasi Data
10
Analisis interpretasi data menggunakan SPSS 17, dengan model analisis
data yang digunakan adalah statistik parametrik Paired Sample T Test dimana
dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu pengaruh atau
perlakuan tertentu diukur. Dasar pemikirannya adalah apabila kegiatan SL-PTT
tidak memiliki pengaruh, maka perbedaan rata-ratanya adalah nol.
H. Keterbatasan Evaluasi
Evalusi ini terbatas pada aspek peningkatan produksi dan difusi inovasi,
meski dampak dari kegiatan SL-PTT memiliki dampak pada aspek-aspek lainnya
seperti Perilaku Petani, Kelembagaan Petani dan lain sebagainya.
11
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi dampak SL-PTT padi dilaksanakan pada tanggal 1 sampai
dengan 12 juli 2013, di Kecamatan Cibadak Desa Bojong Leles di Kelompok
dengan petani sampel sebanyak10 orang dan di Kecamatan Warunggunung
Desa Jagabaya dengan petani sample sebanyak 10.
Hasil analisis pengaruh SL-PTT terhadap produksi dan terhadap difusi
inovasi, dengan tingkat kepercayaan 0.05 menggunakan Paired –Sample T test
adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh SL-PTT terhadap Produksi
Pengaruh SL-PTT terhadap Produksi yang dianalisa menggunakan
SPSS 17 dengan hasil analisa sebagai berikut:
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair
1
Sebelum 2.817500 20 .3703750 .0828184
Sesudah 3.2225 20 .41310 .09237
Hasil analisa Paired Samples Statistic dengan jumlah samplel 20
orang dengan nilai rata-rata (mean) sebelum dilaksanakan kegiatan SL-
PTT Padi adalah 2.82 meningkat setelah adanya kegiatan SL-PTT Padi
menjadi 3.22.
Sedangkan untuk mengetahui apakah kegiatan SL-PTT Padi
berpengaruh terhadap peningkatan produksi dapat dijelaskan dalam Paired
Samples Correlation di bawah ini:
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair
1
Sebelum & Sesudah 20 .918 .000
12
Nilai Sig (0.000) < tingkat kepercayaan (α) 0.05 menunjukan bahwa
SL-PTT memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap peningkatan
produksi padi yaitu sebesar 0.918.
Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perubahan antara
sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan SL-PTT terhadap Produksi
Padi dapat digambarkan sebagai berikut:
Paired Samples Test
Paired Differences
t Df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Sebelum -
Sesudah
-.4050
000
.163755
3
.036616
8
-.48163
98
-.32836
02
-
11.06
0
19 .000
Hipotesis:
H0 = Tidak ada perbedaan antara jumlah produksi sebelum dan sesudah
dilaskanakan kegiatan SL-PTT.
H1 = Ada perbedaan jumlah produksi antara sebelum dan sesudah
dilaksanakan kegiatan SL-PTT.
Dengan memutlakan nilai t hitung dan membandingkannya dengan nilai t
tabel maka dapat diketahui bahwa t hitung 11.060 > dari t tabel (0.975,19)
2.093. Dengan demikian H0 ditolak sehingga terdapat perbedaan jumlah
produksi antara sebelum dan sesudah dilaksankaan kegiatan SL-PTT.
Hasil analisis menggunakan paired sample t test di atas menunjukan
bahwa kegiatan SL-PTT memiliki pengaruh terhadap peningkatan produksi
yang signifikan, dengan demikian paket teknologi SL-PTT seperti
penggunaan pupuk berimbang, penggunaan varietas benih unggul,
pengelolaan hama terpadu, penggunaan sistem pertanaman spesifik lokasi
dan lain sebagainya menjadi komponen utama yang perlu dikembangkan
agar peningkatan produksi dapat terwujud.
13
b. Pengaruh SL-PTT terhadap Difusi inovasi
Analisis pengaruh kegiatan SL-PTT terhadap peningkatan frekwensi
difusi inovasi yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada tabel Paired
Samples Statistics dibawah ini:
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair
1
Sebelum 1.25 20 .851 .190
Sesudah 4.70 20 1.081 .242
Hasil analisa menggunakan SPSS 17 tentang peningkatan frekwensi
difusi inovasi oleh petani menunjukan bahwa terdapat peningkatan nilai
rata-rata sebesar 3.45 dari jumlah sample sebanyak 20 orang petani.
Sedangkan untuk mengetahui apakah kegiatan SL-PTT memiliki
pengaruh terhadap aktivitas petani dalam melakukan difusi inovasi dapat
digambarkan pada tabel dibawah ini:
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair
1
Sebelum & Sesudah 20 .544 .013
Nilai Sig (0.000) < tingkat kepercayaan (α) 0.05 menunjukan bahwa
SL-PTT memberikan pengaruh kuat terhadap peningkatan difusi inovasi
yaitu sebesar 0.544.
Sedangkan untuk mengetahui apakah ada perubahan antara
sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan SL-PTT terhadap
peningkatan frekwensi difusi inovasi dapat digambarkan sebagai berikut:
14
Paired Samples Test
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Sebelum -
Sesudah
-
3.450
.945 .211 -3.892 -3.008 -
16.33
5
19 .000
Hipotesis:
H0 = Tidak ada perbedaan antara frekwnensi difusi inovasi oleh petani
sebelum dan sesudah dilaskanakan kegiatan SL-PTT
H1 = Ada perbedaan jumlah frekwensi difusi inovasi oleh petani antara
sebelum dan sesudah dilaksanakan kegiatan SL-PTT
Dengan memutlakan nilai t hitung dan membandingkannya dengan nilai t
tabel maka dapat diketahui bahwa t hitung 16.335 > dari t tabel (0.975,19)
2.093. Dengan demikian H0 ditolak sehingga terdapat perbedaan frekwensi
difusi inovasi oleh petani antara sebelum dan sesudah dilaksanakan
kegiatan SL-PTT.
Hasil kajian tentang pengaruh SL-PTT terhadap difusi inovasi memiliki
korelasi yang signifikan dan terjadi peningkatan frekwensi difusi inovasi
yang dilakukan oleh petani. Meingkatnya difusi inovasi setelah kegiatan SL-
PTT diakibatkan karena petani mengambil keputusan untuk menerapkan
SL-PTT dan adopsi tersebut berhasil dan sehingga petani melakukan difusi
ke petani lain.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
15
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan kajian evaluasi
dampak ini adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan SL-PTT Padi Sawah berpengaruh sangat kuat
(signifikan) terhadap meningkatnya produksi sebesar 0.918
2. Kegiatan SL-PTT padi sawah berpengaruh kuat terhadap
peningkatan frekwensi difusi oleh petani sebesar 0,544.
B. Saran
1. Peningkatan produksi sebagai akibat dari kegiatan SL-PTT padi
sawah perlu dipertahankan dan ditingkatkan sehingga dapat
memenuhi target.
2. Peningkatan difusi inovasi perlu ditingkatkan dengan cara
mendorong petani terutama oleh penyuluh untuk
mensosialisasikan keunggulan teknologi SL-PTT kepada petani
lain.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, dkk. 2008, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi pendidikan, edisi 2, Bumi Aksara, Jakarta.
Deptan, 2008, Pedoman SL-PTT Padi Sawah, Departemen Pertanian, Jakarta
Effendi L, 2011 Modul Evaluasi Dampak, Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Bogor. Bogor.
Ellies, Peter, 2006, Impact Evaluation: Methodological and Operational Issues. Australan Aid Office of Development effectiveness
Rossi, Peter H., and Freeman, Howard E., 1985, Evaluation: A Systematic Approach, Sage Publication Inc. Beverly Hills, California, USA
Yulianto, G. 2008, Evaluasi Dampak Penyuluhan Pertanian di Kecamatan Bantul, STPP Yogyakarta, Yogyakarta
17