LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJAINSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)PROGRAM PENCEGAHAN DANPENGENDALIAN PENYAKIT (P2P)SATKER DEKONSENTRASI (05)
DINAS KESEHATAN PROVINSI RIAUTAHUN 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) dapat
disusun dengan baik. LAKIP Program Pencegahan dan Pengendalian Dinas Kesehatan
Provinsi Riau disusun untuk memenuhi Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999
tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Penyusunan LAKIP ini berpedoman
kepada Peraturan Menteri PAN/RB No. 12 Tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas
Implementasi Sistem Akuntabilitas Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Tujuan dari penyusunan LAKIP adalah melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
dan program kerja yang diselenggarakan sebagai wujud pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi serta kewenangan dan kebijakan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Selain itu laporan ini disusun dalam rangka menyampaikan hasil
evaluasi dan analisis realisasi kinerja kegiatan dari pelaksanaan kebijakan dan program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Riau serta hambatan
dan permasalahan yang dihadapi dalam Tahun Anggaran 2020.
Penyusunan LAKIP ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik dan
meningkatkan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
Pekanbaru, Februari 2021
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
dengan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemneterian
Kesehatan RI Tahun 2020 terdiri dari delapan (8) indikator. Hasil kinerja P2P tahun
2020 terdapat 5 (delapan) indikator kinerja yang mencapai target dan 3 indikator kinerja
belum mencapai target, dengan rincian sebagai berikut :
1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV target 77 %
dengan capaian kinerja sebesar 64,12%.
2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC target 80 % dengan capaian
kinerja sebesar 31% (data per tanggal 26 februari 2021)
3. Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap target 92,9
% dengan capaian kinerja sebesar 59%.
4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat target 87 % dengan capaian kinerja sebesar
88%
5. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar target 96 % dengan
capaian kinerja sebesar 100%
6. Jumlah kabupaten/kota melakukan deteksi dini kanker target 6 kab/kota dengan
capaian kinerja sebesar 0 Kab/Kota.
7. Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan target 10 % dengan capaian
kinerja sebesar 61,5%.
8. Nilai kinerja penganggaran target > 80 % dengan capaian kinerja sebesar 98,4%.
9. Rata-rata kinerja capaian indikator Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bidang P2P
tahun 2020 adalah 67,27%.
10. Untuk kinerja keunagan pada tahun 2020 data per Februari 2020 berdasarkan
Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), realisasi semua jenis
belanja mencapai 98,42% atau sebesar Rp 1.041.491.350,- dari total Rp.
1.058.550.000.-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………. iiRINGKASAN EKSEKUTIF……………………………………………………... iiiDAFTAR ISI……………………………………………………………………… ivDAFTAR TABEL………………………………………………………………… vDAFTAR GRAFIK.……………………………………………………………… viDAFTAR GAMBAR……………………………………………………………... viiDAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………… viii
BAB I PENDAHULUAN ………..…………………………………………..….. 21.1. Latar Belakang…………..……………………………………………........ 21.2. Landasan Hukum………..……………………………………………........ 71.3. Maksud dan Tujuan………..……………………………………………..... 81.4. Visi dan Misi………..……………………………………………............... 91.5. Tugas Pokok dan Fungsi………..…………………………………………. 111.6. Sumber Daya Manusia………..…………………………………………… 151.7. Sistematika Penulisan………..……………………………………..……... 16
BAB II PERENCANAAN KINERJA………..…………………………………2.1. Perencanaan Kinerja………..……………………………………………... 182.2. Perjanjian Kinerja………..……………………………………………....... 24
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA………..………………………………. 263.1. Capaian Kinerja………..……………………………………………........... 263.2. Realisasi Anggaran………..……………………………………………..... 54
BAB IV PENUTUP ………..……………………………………………............. 594.1. Kesimpulan ………..……………………………………………................ 594.2. Tindak Lanjut………..……………………………………………...……... 604.3. Saran………..……………………………………………............................ 60
LAMPIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi Tahun 2020.. 21
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2020……….. 24
Tabel 3.1 Pencapaian Target Kinerja Tahun 2020……………………….……….. 26
Tabel 3.2 Capaian Keberhasilan Pengobatan TB (Succes Rate – TB) Tahun
2018……………………………………………………………………..
27
Tabel 3.2 Perbandingan ODHA baru yang ditemukan dengan ODHA baru yang
mulai ART……………………………………………………………...
28
Tabel 3.3 Capaian Keberhasilan Pengobatan Tb (Succes Rate – TB) Tahun 2019. 34
Tabel 3.4 Perbandingan Realisasi kinerja tahun 2020 dengan Target
Renstra OPD………………………………………………………….. 35
Tabel 3.5 Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2020 Dengan Target
Renstra OPD……………………………………………………………. 43
Tabel 3.6 Realisasi Jumlah Kabupaten/Kota Melaksanakan Deteksi Dini
Kanker Tahun 2020…………………………………………………….. 48
Tabel 3.7 Perbandingan Realisasi kinerja tahun 2020 dengan Target
Renstra
OPD…………………………………………………………….
51
Tabel 3.2.1 Rincian Kegiatan dan realisasi Anggaran Bidang P2P Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Berdasarkan Kegiatan Tahun 2020 ………... 54
Tabel 3.2.2 Rincian Kegiatan dan Realisasi Anggaran Bidang P2P
Dinas Kesehatan Provinsi Riau Berdasarkan Output Tahun 2020…… 56
Tabel 3.2.3 Rincian dan Realisasi Anggaran Per Indikator Bidang P2P
Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2020…………………………. 57
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Dinas Kesahatan Provinsi Riau Tahun 2020…… 15
Gambar 1.2 Distribusi Sumber Daya Manusia P2P Dinas Kesehatan Provinsi
Riau Tahun 2020…………………………………………………….. 16
Gambar 1.3 Distribusi Sumber Daya Manusia P2P Dinas Kesehatan Provinsi
Riau Tahun 2020…………………………………………………….. 16
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
vii
DAFTAR GRAFIK
Grafik. 3.1 Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai ART
Tahun 2020……………………………………………………………. 27
Grafik 3.2 Kasus HIV Di Provinsi Riau……………………….………………….. 29
Grafik 3.3 Kasus AIDS Di Provinsi Riau Tahun 2020…………………………… 29
Grafik 3.4 Kasus HIV Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau Tahun 2020….……….. 30
Grafik 3.5 Succes Rate TB Riau-Tahun 2018-2020…..……….………………….. 33
Grafik 3.6 Succes Rate TB Tahun 2020 Di Provinsi Riau………...……………… 34
Grafik 3.7 Capaian Imunisasi Dasar Lengkap Per Kabupaten/Kota Tahun 2020.... 38
Grafik 3.8 Capaian Imunisasi Dasar Lengkap 3 (tiga) tahun terakhir…………...... 38
Grafik 3.9 Persentase Kasus Kusta baru Tanpa Cacat Di Provinsi Riau...……….. 42
Grafik 3.10 Persentase Kasus Kusta dan Frambusia yang diobati………………. 42
Grafik 3.11 Persentase Positif Malaria Yang Diobati Standar Tahun 2020...…… 45
Grafik 3.12 Persentase Positif Malaria Yang Diobati Standar Tahun 2019…….. 45
Grafik 3.13 Persentase Positif Malaria Yang Diobati Standar Tahun 2018……... 45
Grafik 3.14 Persentase Capaian Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Payudara
Tahun 2020…………………………………………………………….. 48
Grafik 3.15 Capaian Nilai Kinerja Pengganggaran Tahun 2020………………….. 53
DAFTAR LAMPIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
viii
1. Perjanjian Kinerja Tahun 2020
2. Laporan Bulanan Anggaran Dekonsentrasi Tahun 2020
3. Surat Keputusan Tim Penyusun LAKIP Dinas Kesehatan Provinsi Riau
Tahun 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang
dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan
upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya. Kesehatan sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum perlu diwujudkan sesuai dengan cita-cita
Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945 melalui pembangunan
nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pamcasila dan UUD 1945.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam
satu program kesehatan dengan perencanaan terpadu yang didukung oleh data dan
informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia
saat ini mempunyai beban ganda (double burden), yaitu beban masalah penyakit
menular dan penyakit degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit
karena penyebarannya tidak mengenal batas wilayah administrasi. Imunisasi
merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain
yang terbukti sangat cost effective.
Dengan imunisasi, penyakit cacar sudah telah berhasil dibasmi dan
Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada tahun 1974. Menurut Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, imunisasi merupakan salah satu
upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang merupakan salah satu
kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata
komitmen pemerintah untuk mencapai Suistanable Development Goals (SDGs)
khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
3
Indonesia berkomitmen terhadap mutu pelayanan imunisasi dengan
menetapkan standar pemberian suntikan yang aman (safe injection pratices), bagi
penerima suntikan, petugas dan lingkungan terkait dengan pengelolaan limbah
medis tajam yang aman (waste disposal managament). Cakupan imunisasi harus
dipertahankan tinggi dan merata diseluruh wilayah. Hal ini bertujuan untuk
menghindarkan terjadinya daerah kantong yang akan mempermudah terjadinya
Kejadian Luar Biasa (KLB ).
Masalah lain yang harus dihadapi adalah munculnya kembali PD3I
yang sebelumnya telah berhasil ditekan(Reemerging Disease ), maupun penyakit
yang tadinya tidak dikenal (memang belum ada, atau sudah ada tetapi tidak
menimbulkan gangguan kesehatan yang serius pada manusia. Provinsi Riau
merupakan satu dari provinsi di Indonesia yang mengalami penurunan kasus
malaria dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 API di Provinsi Riau sebesar 0,37 per
1.000 penduduk, tahun 2012 API 0,24 per 1.000 pddk, tahun 2013 API 0,24 per
1.000 pddk, tahun 2014 API 0,17 per 1.000 pddk, tahun 2015 API 0,11 per 1.000
pddk, tahun 2016 API 0,05 per 1.000 pddk, tahun 2017 API 0.04 per 1000
penduduk, dan tahun 2018 sampai dengan bulan November 2018 API Provinsi Riau
jauh menurun ke angka 0,01 per 1.000 pddk. Apabila dilihat Data ini menunjukkan
Provinsi Riau telah memenuhi target nasional yaitu API < 1 per 1.000 penduduk.
Pada Tahun 2018 ini terdapat juga penambahan kabupaten/kota yang mendapat
sertifikat bebas malaria dari 7 Kab/Kota menjadi 10 Kab/kota setelah dilaksanakan
assessment eliminasi malaria. Dengan demikian sampai tahun 2018, dari 6.657.911
penduduk Provinsi Riau, 5.793.226 penduduk (87%) telah hidup di daerah bebas
malaria. Sedangkan 864.685 penduduk tinggal masih tinggal di daerah endemis
malaria.
Pengendalian penyakit Malaria merupakan komitmen global yang
termasuk dalam rencana strategi Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019. Pada
tahun 2021, Kementerian kesehatan menargetkan 345 kab./kota di Indonesia
mencapai eliminasi malaria. Target pemerintah ini ditetapkan atas pencapaian
program pengendalian Malaria. Untuk Provinsi sampai saat ini sudah terdapat 10
kabupaten/kota dari 12 kabupaten/kota yang mendapat sertifikat elimasi malaria,
maka dari itu dianggap penting pada tahun 2021 untuk dilaksanakan pra assessment
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
4
eliminasi malaria di 2 kabupaten yaitu Indragiri Hulu dan Kabupaten pelalawan
guna membantu target elimanasi malaria secara nasional. Tuberkulosis adalah suatu
penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Di
Indonesia setidaknya 300 orang meninggal dunia akibat penyakit Tuberkulosis
(TBC). Ini menjadikan penyakit Mycobacterium tuberculosis merupakan penyebab
infeksi TB atau TBC yang mematikan di dunia. Indonesia juga menjadi negara
nomor tiga di dunia, dengan kasus TB terbanyak setelah India dan China, padahal
jumlah populasi penduduk kedua negara tersebut sudah di atas 1 miliar, sedangkan
jumlah penduduk Indonesia hanya 267 juta. Oleh karenanya penemuan bakteri
Penyakit TBC ini harus didapatkan sebanyak-banyaknya agar penanggulangan dan
pengendalian penyakit ini dapat dilakukan, artinya setiap pasien TB harus
ditemukan dan diobati sampai sembuh agar penularan TB di Indonesia dapat
dihentikan.
Kenyataannya sudah seabad penyakit ini belum bisa diberantas secara
tuntas hingga sekarang, hal ini dapat disebabkan karena penemuan kasus TBC
rendah. Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus TB yang tidak
terlaporkan atau missing cases tertinggi nomor 2 (dua) di dunia, dengan 690.000
kasus, dan temuan ini ditanggapi oleh Menteri Kesehatan bahwa sebagian besar
yang tidak terlaporkan berasal dari sektor swasta (klinik maupun Rumah Sakitnya).
Untuk itu, upaya menemukan kasus menjadi penting dalam rangka memutus mata
rantai penularan. Situasi penemuan kasus tuberkulosis di Provinsi Riau tidak
menunjukan angka yang menggembirakan.
Perkiraan semua kasus Tuberkulosis di Riau Tahun 2017 sebesar
22.448 kasus dan Tahun 2018 sebesar 22.051 kasus dan tahun 2019 sebesar 27.601
kasus. Namun capaian penemuan kasus TB di provinsi Riau (Case Detection Rate)
Tb di taun 2017 hanya 32% dan tahun 2018 naik menjadi 37% dan tahun 2019 naik
menjadi 39%. Meskipun dalam 3 tahun yang dilaporkan target penemuan tidak
mencapai target nasional sebesar 70%, namun demikian terdapat peningkatan yang
signifikan terhadap capaian CDR Di Provinsi Riau.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas alokasi
sumberdaya, serta meningkatan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan program
pembangunan dilakukan upaya pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
5
rencana pembangunan sebagai tahap pengendalian rencana pembangunan
Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan diatur dalam Peraturan
Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang tatacara pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan rencana pembangunan.
Berdasarkan peraturan dimaksud terdapat beberapa tatacara
pengendalian yang diatur antara lain: Pengendalian dilakukan dengan maksud
untuk dapat menjamin bahwa pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan Hasil pengendalian dan evaluasi rencana
pembangunan selanjutnya ditindaklanjuti yang merupakan kegiatan atau langkah-
langkah operasional yang ditempuh berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan dan
pengawasan untuk menjamin agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan
rencana kegiatan yang telah ditetapkan, seperti anatara lain; melakukan koreksi atas
penyimpangan kegiatan, akselerasi keterlambatan pelaksanaan atau pun klarifikasi
atas ketidajelasan pelaksanaan rencana.
Hasil tindaklanjut dibuat dalam bentuk pelaporan yang merupakan
salah satu kegiatan penting di dalam proses pembangunan. Kegiatan ini dilakukan
untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku
kepentingan sebagai bahan pengambil keputusan sesuai dengan kondisi yang terjadi
serta menentukan kebijakan yang relevan. Didalam pelaksanaannya pelaporan
dilakukan secara berkala dan berjenjang. Berkala dimaksudkan adalah setiap 3
(tiga) bulan (triwulanan), dan 6 (enam) bulan (semester) atau tahunan. Sedangkan
berjenjang dimaksudkan adalah dari satu unit kerja paling bawah dalam suatu
organisasi sampai pada pucuk pimpinan organisasi. Pelaporan merupakan salah satu
kegiatan yang sangat penting di dalam proses pembangunan. Kegiatan ini dilakukan
untuk memberikan informasi yang cepat, tepat, dan akurat kepada pemangku
kepentingan sebagai bahan pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi yang
terjadi serta penentuan kebijakan yang relevan. Pada UU No. 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara dinyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
6
Di dalam UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
dinyatakan bahwa perbendaharaan adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban
keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang
ditetapkan di dalam APBN dan APBD. COVID-19 merupakan masalah kesehatan
yang serius saat ini di berbagai negara di dunia dan juga di Indonesia. Organisasi
kesehatan dunia, WHO telah mencanangkan COVID-19 sebagai pandemi dan
pemerintah Indonesia juga sudah mengatakan COVID-19 sebagai bencana nasional.
Tiap negara mencoba berbagai modalitas pengobatan untuk menangani COVID-19
dalam rangka meningkatkan angka kesembuhan bagi para pasien. Atas pengalaman
berbagai negara dalam memberikan regimen pengobatan COVID-19 perlu disusun
dalam bentuk protokol pengobatan yang dapat menjadi dasar tatalaksana.
Untuk menentukan seseorang terjangkit COVID-19 dibutuhkan
pemeriksaan PCR swab, hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa sebagian
kasus dapat menunjukkan hasil positif persisten walaupun sudah tidak ada gejala.
Penelitian di Korea menunjukkan bahwa walaupun tidak ditemukan virus yang
dapat bereplikasi 3 minggu setelah onset gejala pertama, SARS-CoV-2 RNA masih
terdeteksi di spesimen pemeriksaan RT-PCR hingga 12 minggu. Bagi penyintas
COVID-19 penelitian terbaru juga menunjukkan ada kemungkinan untuk proses
reinfeksi karena antibodi COVID-19 dalam tubuh diperkirakan akan menghilang
dalam 3 sampai dengan 12 bulan. Pada April 2020 telah dilaporkan kasus reinfeksi
SARS-CoV-2 terkonfirmasi pertama di Amerika. Oleh sebab itu walaupun sudah
dinyatakan sembuh dari COVID-19, tetap harus menjalankan protokol kesehatan.
Vaksin merupakan salah satu upaya dalam menangani COVID-19, termasuk di
Indonesia. Saat ini sedang berlangsung uji klinis vaksin COVID-19 dan
pengembangan vaksin merah putih, yaitu dengan isolat virus yang bertransmisi di
Indonesia juga sudah dilaksanakan.
Persiapan Indonesia mulai dari logistik penyimpanan vaksin hingga
proses distribusi vaksin ke seluruh provinsi di Indonesia juga sudah dilakukan.
Keberadaan vaksin diharapkan menjadi kabar baik dalam pencegahan penyebaran
virus COVID-19. Sejak diumumkan pertama kali ada di Indonesia, kasus COVID-
19 meningkat jumlahnya dari waktu ke waktu sehingga memerlukan perhatian.
Pada prakteknya di masa pandemi, tatalaksana COVID-19 diperlukan kerjasama
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
7
semua profesi untuk menanganinya. Diperlukan panduan tatalaksana yang
sederhana dan mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pihak di seluruh
Indonesia. Kita menghadapi virus dengan tabiat yang belum jelas, semua anjuran
yang dituangkan dalam buku ini masih punya peluang untuk selalu mengalami
perubahan sesuai dengan perkembangan yang ada sehingga perlu kehati-hatian bila
digunakan untuk semua kondisi pasien COVID-19. Oleh karena pengelolaan dan
pertanggungjawaban atas barang milik negara merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Negara. Untuk
menyusun laporan tahunan/laporan triwulan sesuai E-Monev , perlu dilakukan
kegiatan pertemuan/rapat koordinasi dengan semua pihak /penanggungjawab
kegiatan/keuangan, agar laporan yang dihasilkan sesuai dengan modul/petunjuk
teknis yang sudah diatur didalamnya. Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk
pertanggungjawaban Dinas Kesehatan Provinsi Riau atas pelaksanaan tugas dan
fungsi selama Tahun 2020 dengan menggunakan anggaran Dekonsentrasi.
Laporan kinerja ini merupakan pelaksanaan amanat Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah, pasal 28 menyatakan bahwa Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan dan Kinerja
sebagaimana berlaku bagi kuasa Pengguna Anggaran pada tingkat pemerintah pusat
dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyampaikan Laporan Keuangan dan
Kinerja atas pelaksanaan kegiatan Dana Dekonsentrasi kepada gubernur dan
Menteri/Pimpinan Lembaga terkait. Selain itu Peraturan Menteri PAN/RB No. 53
Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah yang mengamanatkan
bahwa Pimpinan Satuan Kerja menyusun dan menyampaikan Laporan Kinerja
kepada Pimpinan Unit Kerja. Pimpinan unit kerja menyusun laporan kinerja
tahunan tingkat unit kerja berdasarkan perjanjian kinerja yang disepakatidan
menyampaikannya kepada Menteri/Pimpinan Lembaga
1.2. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286);
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
8
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-undang 33 Tahun 2004 tentag Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
4. Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan prioritas pembangunan nasional tahun 2010;
5. Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010, tentang Program Pembangunan Yang Berkeadilan
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi dan Pelayanan Kesehatan Seksual;
9. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
10. Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 93/PMK.02/2011 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan RKAKN/L;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan;
12. Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2019-2024;
13. PMK No. 142/PMK.02/2018 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas PMK Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran;
14. PMK Nomor 119/PMK.02/2019 Tentang Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2020.
1.3. Maksud dan Tujuan
Laporan kinerja ini disusun untuk mewujudkan pelaksanaan Perpres No. 29 tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Provinsi Riau,
Tujuan penyusunan LAKIP ini adalah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi kinerja Bidang P2P selama tahun 2020 yang telah
ditetapkan dalam dokumen perjanjian kinerja antara Kepala Dinas Kessehatan
Provinsi Riau bersama Direktur Jenderal P2P Kementerian Kesehatan RI.
b. Sebagai pertanggungjawaban dana dekonsentasi kepada Direktorat Jenderal
P2P tahun 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
9
c. Sebagai upaya mewujudkan konsolidasi, koordinasi antara daerah dan pusat
d. Sebagai uapaya perbaikan berkesinambungan baik dari segi manajemen antar
daerah dan pusat pada tahun pelaksanaan.
1.4. Visi dan Misi
Visi dan Misi Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024 mengikuti Visi dan
Misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia maju yang
berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong”. Upaya untuk
mewujudkan visi ini dilaksanakan melalui 9 misi pembangunan yaitu:
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia;
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing.
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan.Kemajuan budaya yang
mencerminkan kepribadian bangsa.
5. Penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya.
6. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh
warga.
7. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan tepercaya.
8. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan.
9. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Peran Ditjen P2P dalam mendukung pencapaian indikator Kementerian
Kesehatan yakni menyelenggarakan pencegahan dan pengendalian peyakit secara
berhasil-guna dan berdaya-guna dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya melalui kegiatan surveilans dan karantina
kesehatan, pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung, pencegahan dan
pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular, pencegahan dan pengendalian masalah kesehatan jiwa dan
dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program P2P.
Visi dan Misi Provinsi Riau : Visi Gubernur dan wakil Gubernur Riau
menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
10
dicapai dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun. Visi adalah rumusan umum
mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. Visi Gubernur
dan wakil Gubernur Riau ini menjadi visi Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2019 – 2024 yaitu :
“Terwujudnya Riau yang Berdaya Saing, Sejahtera, Bermartabat dan Unggul di Indonesia (Riau Bersatu)”.
Misi disusun dalam rangka mengimplementasikan langkah-langkah yang akan
dilakukan dalam mewujudkan visi. Rumusan misi merupakan penggambaran visi
yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya yang harus dilakukan. Misi
disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan
untuk mencapai visi. Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya
yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi dalam Rancangan Awal
RPJMD Provinsi Riau Tahun 2019 -2024 adalah :
Misi I Mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan berdaya
Saing global melalui pembangunan manusia seutuhnya
Misi 2 Mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif, mandiri dan
berdaya saing .
Misi 3 Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dan pelayanan public
yang prima berbasis teknologi informasi
Misi 4 Mewujudkan pembangunan infrastruktur daerah yang merata
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan
Misi 5 Mewujudkan budaya melayu sebagai paying negeri dan
mengembangkan Pariwisata berdaya saing.
Misi Gubernur dan wakil Gubernur Riau yang terkait langsung dengan
Dinas kesehatan adalah misi pertama yaitu mewujudkan sumber daya manusia
berkualitas dan berdaya saing global melalui pembangunan manusia seutuhnya.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
11
Untuk mendukung pencapaian visi dan misi tersebut, Dinas Kesehatan
melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan yaitu :
1. Meningkatkan Pembiayaan Kesehatan;
2. Meningkatkan Pelayanan Kesehatan;
3. Meningkatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit;
4. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan;
5. Meningkatkan Kesehatan Masyarakat Melalui GERMASl;
6. Meningkatkan Pelayanan Kefarmasian dan Alkes;
7. Meningkatkan Pengembangan dan Pendayagunaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
1.5. Tugas Pokok dan Fungsi
1. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan Provinsi Riau
Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 67 Tahun 2016 yaitu :
Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana urusan pemerintah yang menjadi
kewenangan daerah, dan dipimpin oleh Kepala Dinas Kesehatan yang
berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui
Sekretaris Daerah. Dinas kesehatan dalam pelaksanaan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Gubernur No 67 Tahun 2016 berfungsi perumusan
kebijakan pada secretariat, Bidang Kesehatan Masyarakat, Bidang Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit, Bidang Pelayanan Kesehatan,dan Bidang Sumber
Daya Kesehatan dan Kefarmasian. Bidang Pencegahan dan pengendalian
penyakit mempunyai tugas melakukan koordinasi, faslitasi dan evaluasi pada
seksi surveilans dan imunisasi, seksi pencegahan dan pengendalian penyakit
menular, seksi Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan
kesehatan jiwa.
2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Riau terdiri dari :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris terdiri dari
a. Subbagian Umum dan Kepegawaian
b. Subbagian Perencanaan dan Program
c. Subbagian Keuangan dan Perlengkapan
3. Bidang Pelayanan Kesehatan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
12
a. Seksi Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan
b. Seksi Kesehatan Rujukan
c. Seksi Pelayanan Kesehatan primer dan Kesehatan Tradisional
4. Bidang Kesehatan Masyarakat
a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
b. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
c. Seksi Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan kerja
5. Bidang Sumberdaya Manusia dan Kefarmasian
a. Seksi kefarmasian dan alat kesehatan
b. Seksi pengembangan dan pendayagunaan sumber daya manusia
kesehatan
c. Seksi pengembangan sarana dan prasarana
6. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kepala bidang pencegahan dan pengendalian penyakit mempunyai tugas
melakukan koordinasi, fasilitasi dan evaluasi pada seksi surveilans dan
imunisasi, seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular, seksi
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud maka kepala bidang
menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan program kerja dan rencana operasional pada bidang
pencegahan dan pengendalian penyakit;
b. Penyelenggaraan kordinasi, fasilitasi dan memeriksa hasil pelaksanaan
tugas di lingkungan bidang pencegahan dan pengendalian penyakit;
c. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan
tugas sesuai dengan tugas yag telah dilaksanakan kepada kepala Dinas
Kesehatan; dan
d. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan pimpinan sesuai tugas
dan fungsinya.
Seksi Surveilans dan Imunisasi mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan urusan sebagaimana pada rincian Tugas pokok berikut :
a. Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Seksi
Surveilans dan Imunisasi;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
13
b. Membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai hasil
pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Surveilans dan
Imunisasi;
c. Melaksanakan program Surveilans Terpadu Penyakti, Surveilans
Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi, Imunisasi dan Sistem
Kewaspadaan Dini Respon Kejadian Luar Biasa (KLB), serta
peningkatan Kesehatan Haji dan Kesehatan Matra;
d. Melaksanakan koordinasi Lintas program dan Lintas Sektor program
Surveilans Terpadu Penyakit (STP), Surveilans Penyakit Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I), Imunisasi dan Sistem Kewaspadaan Dini
Respon Kejadian Luar Biasa (KLB) serta Peningkatan Kesehatan Haji
dan Kesehatan Matra;
e. Melaksanakan bimbingan, pembinaan dan pengawasan program
Surveilans Terpadu Penyakit (STP), Surveilans Penyakit Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I), Imunisasi dan Sistem Kewaspadaan Dini
Respon Kejadian Luar Biasa (KLB), serta peningkatan Kesehatan Haji
dan Kesehatan Matra;
f. Melakukan pemantauan, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan
tugas dan kegiatan pada seksi surveilans dan imunisasi; dan
g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas
dan fungsinya.
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mempunyai
tugas pokok sebagaimana pada rincian berikut :
a. Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular;
b. Membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai hasil
pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Menular;
c. Melaksanakan kegiatan Pengendalian Penyakit Menular Langsung;
d. Melaksanakan Program Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan
Zoonotik;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
14
e. Mmelaksanakan bimbingan dan pembinaan terhadap Program
Pengendalian Penyakit Menular Langsung;
f. Melaksanakan bimbingan dan pembinaan terhadap Program
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik;
g. Melaksanakan koordinasi dengan lintas program lintas sektor dalam
pencegahan dan pengendalian Penyakit Menular Langsung, Pencegahan
dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik;
h. Melaksanakan peningkatan kapasitas program pencegahan dan
pengendalian Penyakit Menular Langsung, Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik;
i. Melakukan pemantauan, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan
tugas dan kegiatan pada seksi pencegahan dan pengendalian penyakit
menular;
j. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas
dan fungsinya.
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan
Kesehatan Jiwa menyelenggarakan tugas pokok sebagiamana pada rincian
berikut :
a. Merencanakan program/kegiatan dan penganggaran pada Seksi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan
Jiwa;
b. Membagi tugas, membimbing, memeriksa dan menilai hasil
pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Seksi Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa.
c. Melaksanakan kegiatan pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak
Menular, Kesehatan Jiwa dan NAPZA;
d. Melaksanakan surveilans faktor resiko dan Penyakit Tidak Menular,
Kesehatan Jiwa dan NAPZA;
e. Melaksanakan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait
program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Kesehatan Jiwa dan NAPZA;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
15
f. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Jiwa
dan NAPZA;
h. Melakukan pemantauan, evaluasi dan membuat laporan pelaksanaan
tugas dan kegiatan pada seksi pencegahan dan pengendalian penyakit
tidak menular dan kesehatan jiwa; dan
i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai tugas
dan fungsinya.
Gambar. 1.1Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi Riau
1.6. Sumber Daya Manusia
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
16
Tahun 2020 jumlah pegawai Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Riau sebanyak
60 orang dengan distribusi yakni jumlah ASN 40 orang dan Tenaga Kontrak
berjumlah 20 Orang.
Gambar.1.2
Distribusi Sumber Daya Manusia P2P Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2020
Dari jumlah ASN di bidang P2P dibagi menjadi tiga seksi yaitu seksi Surveilans
dan Imunisasi 15 orang, seksi Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa 10
orang, dan seksi pencegahan dan pengendalian penyakit menular 25 orang.
Gambar. 1.3 Distribusi ASN Bidang P2P Berdasarkan Seksi
Tahun 2020
67%
33%
ASN PTT
20%
30%
50%
PTM SURVEILANS P3M
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
17
1.7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Lakip Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bidang P2P tahun
2020 adalah sebagai berikut:
1. Bab 1. Pendahuluan
Pada bab ini disajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan
kepada aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic
issue) yang sedang dihadapi organisasi.
2. Bab 2. Perencanaan Kinerja
Bab ini menguraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja Kementerian
Kesehatan Tahun 2020.
3. Bab 3. Akuntabilitas Kinerja
a. Capaian Kinerja Organisasi
Sub bab ini menyajikan capaian kinerja organisasi untuk setiap
pernyataan kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi.
b. Realisasi Anggaran
Sub bab ini menguraikan tentang realisasi anggaran yang digunakan
dan telah digunakan untuk mewujudkan kinerja organisasi sesuai
dengan dokumen Perjanjian Kinerja
4. Bab 4. Penutup
Bab ini menguraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
LAMPIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
18
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari sistem
perencanaan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Undangundang no. 25
tahun 2004. Sebagai bentuk pertanggungjawaban dan upaya yang sudah dilakukan dalam
upaya mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bidang P2P
melakukan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dengan dasar
perencanaan kinerja yang sesuai dengan perencanaan Strategis Kementerian Kesehatan.
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bidang P2P telah ditetapkan dalam
dokumen Perjanjian Kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang
mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan
dukungan pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Bidang P2P yang berkualitas. Perencanaan kinerja merupakan
suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu
sampai dengan lima tahun secara sistematis dan berkesinambungan dengan
memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau yang mungkin timbul.
Perencanaan kinerja Dinas Kesehatan Provinsi mengacu pada Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024, Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal
P2P dan RKPD Dinas Kesehatan Provinsi.
Sasaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020-2024
adalah menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular serta meningkatnya
kesehatan jiwa. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:
1. Persentase Orang dengan HIV-AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on
ART) sebesar 60% pada akhir tahun 2024;
2. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC succes rate) sebesar 90%
pada akhir tahun 2024;
3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria sebanyak 405
kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
19
4. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta sebanyak 514 kabupaten/kota pada
akhir tahun 2024;
5. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yang mencapai eliminasi sebanyak 190
kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok usia < 18 tahun
sebanyak 350 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
7. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM
sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
8. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak usia
0-11 bulan sebesar 95% pada akhir tahun 2024;
9. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa
dan penyalahgunaan napza sebanyak 514 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
10. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kapasitas dalam pencegahan dan
pengendalian KKM sebesar 86% pada akhir tahun 2024;
11. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan
sebanyak 472 kabupaten/kota pada akhir tahun 2024;
12. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan sebesar 100%
pada akhir tahun 2024;
13. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis
laboratorium yang dimanfaatkan sebesar 100% pada akhir tahun 2024.
Rencana Aksi Program tersebut selanjutnya diturunkan dalam indikator untuk
Direktorat dan Dinas Kesehatan Provinsi dengan penjabaran sebagai berikut. Indikator
kinerja Dinas Kesehatan Provinsi yakni:
1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART.
2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC.
3. Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan Imunisasi Dasar Lengkap.
4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat.
5. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar.
6. Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan target 10 %
7. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker.
8. Nilai kinerja penganggaran.
Secara lengkap cascading indikator Program Pencegahan dan Pengendalian
adalah sebagai berikut:
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
20
Tabel 2.1 Cascading Indikator RAP, RAK dan Dana Dekonsentrasi
Tahun 2020
Indikator Kinerja Program Indikator Kinerja KegiatanDirektorat/Setditjen P2P
Indikator Kinerja KegiatanDinas Kesehatan Provinsi
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit1. Persentase Orang Dengan HIV-
AIDS yang menjalani Terapi ARV (ODHA on ART)
1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART
1. Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ART
2. Persentase angka keberhasilan pengobatan TBC (TBC succes rate)
2. Cakupan pengemuan dan pengobatan TBC (TBC treatment coverage)
2. Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC
3. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi malaria
3. Jumlah Kab/Kota yang mencapai API<1/1.000 penduduk
3. Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar
4. Jumlah kabupaten/kota dengan eliminasi kusta
4. Proporsi kasus kusta baru tanpa cacat 4. Persentase kasus kusta baru tanpa cacat
5. Jumlah kabupaten/kota endemis filariasis yang mencapai eliminasi
5. Jumlah Kab/Kota endemis filariasis berhasil menurunkan angka mikrofilaria <1%
-
6. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok usia < 18 tahun
6. Jumlah Kab/Kota yang menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
7. Jumlah Kab/Kota yang menyelenggarakan Layanan Upaya Berhenti merokok (UBM)
-
7. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan dan pengendalian PTM
8. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM ≥80% populasi usia ≥ 15 tahun
9. Jumlah Kab/Kota yang melakukan deteksi dini penyakit kanker di ≥80% populasi usia 30-50
5. Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker
tahun10. Jumlah Kab/Kota yang melaksanakan deteksi dini
gangguan indera pada ≥ 40% populasi8. Persentase kabupaten/kota
yang mencapai 80% imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 bulan
11. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
12. Persentase anak usai bulan yang mendapat imunisasi lanjutan campak rubella
13. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap di Papua dan Papua Barat
6. Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
9. Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan jiwa dan penyalahgunaan napza
7. Persentase ODGJ berat yang mendapatkan layanan
8. Penyalahguna Napza yang mendapatkan pelayanan rehabilitasi medis
9. Presentase penderita Depresi pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan
10. Presentase penderita Gangguan Mental Emosional pada penduduk ≥ 15 tahun yang mendapat layanan
-
10. Persentase kabupaten/kota yang mempunyai kapasitas dalam pencegahan dan pengendalian KKM
11. Persentase Kab/Kota yang memiliki Pelabuhan/Bandar Udara/PLBDN yang mempunyai kapasitas sesuai standar dalam pencegaham dan pengendalian kedaruratan kesehatan masyarakat
-
11. Jumlah kabupaten/kota yang mencapai eliminasi penyakit infeksi tropis terabaikan
12. Jumlah Kab/kota dengan eradikasi frambusia -
12. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan
13. Persentase faktor resiko penyakit di pintu masuk yang dikendalikan
-
13. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium
14. Persentase rekomendasi hasil surveilans faktor risiko dan penyakit berbasis laboratorium yang dimanfaatkan
-
yang dimanfaatkanProgram Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
14. Nilai Reformasi Birokrasi Kementerian Kesehatan
15. Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
16. Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit
6. Nilai Kinerja Penganggaran
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
24
B. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit merupakan dokumen pernyataan dan kesepakatan kinerja antara
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Riau untuk mewujudkan
target-target kinerja sasaran Bidang P2P pada akhir Tahun 2020. PerjanjianKinerja Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit disusun
berdasarkan pada indikator yang tertuang dalam Rencana Rencana Aksi Program
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2019-2024. Perjanjian
Kinerja merupakan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan telah mendapat persetujuan
anggaran.
Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bidang Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit 2020 telah ditandatangani serta didokumentasikan sebagai acuan
dalam pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan. Target-target kinerja sasaran kegiatan
yang ingin dicapai Dinas Kesehatan Provinsi Riau Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit tercantum dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2020 adalah sebagai
berikut;
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau
No Sasaran No Indikator Kinerja Target1 Menurunnya penyakit menular,
penyakit tidak menular, serta meningkatnya kesehtaan jiwa
1 Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV
77%
2 Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC
80%
3 Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
92,9%
4 Persentase kasus kusta baru tanpa cacat
87%
5 Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar
95%
6 Jumlah kabupaten/kota melakukan deteksi dini kanker
6 Kab/Kota
7 Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan target
10%
2 Terkelolanya anggaran pencegahan dan pengendalian penyakit yang efisien dan akuntabel
8 Nilai kinerja penganggaran >80%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
25
No Kegiatan Anggaran
1 Surveilans dan Karantina Kesehatan Rp 857.457.000,-2 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor
dan ZoonotikRp 991.000.000,-
3 Pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung
Rp 1.126.000.000.,-
4 Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular Rp 538.500.000,-5 Pencegahan dan pengendalian masalahan kesehatan
jiwa dan NAPZARp 230.000.000,-
6 Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada program pencegahan dan pengendalian penyakit
Rp 385.850.000,-
Total Rp 4.128.807.000,-
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
26
3.1. Capaian Kinerja
Pengukuran kinerja dalam penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja
dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja sebagaimana telah ditetapkan
dalam perjanjian kinerja pada awal tahun anggaran dengan realisasi kinerja yang telah
dicapai pada akhir tahun anggaran. Teknik pengukuran kinerjaterhadap indikator dan
target PerjanjianKinerja dilakukandengan melakukan pengumpulan data primer secara
kuantitatif terkait penyelenggaraan kegiatan administrasi dukungan manajemen dan
pelaksanaan tugas teknis lainnya program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Pengumpulan data ini dilakukan di masing-masing bagian seksi Bidang P2P. Bidang P2P
melakukan analisa Indikator Kinerja, dalam hal ini didalamnya termasuk target atau
perencanaan program dan keuangan sebelum adanya revisi dan realisasi anggaran pada
akhir tahun anggaran dengan memperhatikan adanya revisi atau efisiensi yang dilakukan
dalam anggaran tahun berjalan. Selain adanya berbagai variabel lainnya yang
mendukung analisa Laporan Akuntabilitas Kinerja seperti halnya: dukungan sumber
daya keuangan, sumber daya manusia, analisa tugas dan fungsi organisasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Berikut adalah target dan capaian indikator Dinas Kesehatan
Provinsi Riau Bidang P2P tahun 2020 :
Tabel. 3.1Pencapaian Target Kinerja Tahun 2020
No Indikator Target Capaian Kinerja (Realisasi)
1 Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV
77% 64,12% 83,1%
2 Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC 80% 31% 38,75%
3 Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
92,9% 59% 63,5%
4 Persentase kasus kusta baru tanpa cacat 87% 88% 101%
5 Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar
95% 99,7% 105%
6 Jumlah kabupaten/kota melakukan deteksi dini kanker
6 Kab/Kota 0Kab/Kota
0
7 Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan target
10% 61,5% 615%
8 Nilai kinerja penganggaran >80% 81,80% 102,25%
1. Indikator: Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV
a. Definisi Operasional: Persentase ODHA yang baru ditemukan masuk dalam layanan
Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), yang memulai terapi Anti Retro Virus.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
27
b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah ODHA yang baru ditemukan masuk dalam
layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP), yang memulai terapi Anti
Retro Virus (ODHA yang inisiasi ART), dibagi dengan jumlah ODHA yang baru
ditemukan masuk dalam layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP),
dalam kurun waktu tertentu, dikali 100 persen.
c. Capaian IndikatorSituasi epidemic sekaligus data program HIV AIDS dan IMS yang sudah
dilaksanakan oleh Fasyankes di 12 kab/kota yang menjadi performa tahun 2020 ini.Grafik. 3.1
Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai ART Tahun 2020
Data diatas diperoleh dari jumlah ODHA yang ditemukan yang kemudian memulai
ARV (inisiasi pengobatan ARV) dibandingkan dengan jumlah ODHA baru yang
ditemukan. ODHA ditemukan melalui layanan tes konseling HIV baik dengan
pendekatan sukarela maupun inisiasi petugas kesehatan. Sedangkan ODHA yang
memulai ARV dilakukan di layanan perawatan dukungan dan pengobatan (PDP)
yang dilakukan secara komprehensif dalam sebuah layanan maupun dengan proses
rujukan. Grafik diatas memperlihatkan capaian tahun 2020 ini sebesar 64,12% dari.
Dimana target adalah sebesar 77% artinya capaian kinerja tahun 2020 ini sebesar
83,27%. Data ini memperlihatkan bahwa upaya untuk memutus mata rantai
penularan belum 100% bisa dilakukan karena belum semua temuan HIV bisa
diinisiasi ARV.
Tabel. 3.2 Perbandingan ODHA baru yang ditemukan dengan ODHA baru yang mulai ART
Target Capaian62%64%66%68%70%72%74%76%78%
77.00%
64,12%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
28
0
100
200
300
400
500
600
700
800
719
461 odha baru ditemukanodha baru mulai ART
Jumlah ODHA mulai ART merupakan indikator yang menggambarkan sejauh mana
program mampu mengendalikan laju transmisi penyakit HIV. ODHA yang
menjalani terapi ARV terus-menerus tidak akan menularkan virus HIV lagi ke orang
lain. Dengan demikian, semakin tinggi ODHA on ART, maka akan semakin
menurun kasus infeksi baru HIV (insidens HIV) di populasi. Dari data diatas terlihat
bahwa ODHA baru yang ditemukan tahun 2020 sebanyak 719 orang sedangkan
ODHA baru on ART sebanyak 416 (64,12%), artinya masih ada 35,88% yang belum
mendapatkan pengobatan. Permasalahan ini semakin berat karena kasus HIV terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, artinya beban pemerintah juga semakin
meningkat, sebagaimana terlihat pada data berikut ini
Grafik. 3.2Kasus HIV di Provinsi Riau
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
29
Sejak dilaporkan pertama kali tahun 1997 sampai dengan saat ini kasus HIV di
Provinsi Riau terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, penyakit HIV
merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan, artinya penderita HIV yang
terdeteksi ditahun sebelumnya akan menjadi kumulatif kasus HIV tahun tahun
berikutnya. Sehingga penderita HIV Provinsi Riau tercatat sebanyak 6.873 orang
sedangkan tahun 2020 tercatat sebanyak 726 orang
Grafik. 3.3 Kasus AIDS Di Provinsi Riau Tahun 2020
Dari data diatas terlihat bahwa dari 6.873 kasus HIV yang ditemukan, sebanyak
3.266 orang sudah dalam kondisi / stadium AIDS atau sebesar 47,51 %. Artinya
perlu langkah dan upaya dalam penanganan penderita HIV agar jangan sampai
kepada stadium AIDS diantaranya dengan intensifikasi ODHA memulai ART,
Adherens (kepatuhan meminum obat) dan penjangkauan kembali ADHA yang sudah
lost followup dan lain-lain.
Grafik. 3.4Kasus HIV Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau Tahun 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
30
Dari grafik terlihat bahwa kasus HIV menyebar di 12 Kabupaten/Kota di Provinsi
Riau, dengan kasus yang paling banyak ditemukan di Kota Pekanbaru sebanyak
4.112 kasus. Artinya 59,82% kasus HIV ada di Kota Pekanbaru. Hal ini disebabkan
karena secara sebaran penduduk, kota pekanbaru memiliki penduduk yang lebih
besar dibanding Kabupaten/kota lainnya. Berdasarkan keseluruhan data diatas dapat
disimpulkan bahwa estimasi Kemenkes tahun 2020 diperkirakan ada 11.596 ODHA
di Provinsi Riau. Sampai dengan Desember 2020 telah ditemukan 6.873 kasus HIV,
dimana 3.266 diantaranya ditemukan sudah pada stadium AIDS. Kemudian ODHA
baru yang memulai terapi ARV baru sebanyak 64,12 % sedangkan Temuan HIV di
Provinsi Riau saat ini hanya sekitar 59,27% dari perkiraan estimasi, Gap antara
temuan kasus HIV dengan estimasi ODHA cukup besar, sehingga membuat kinerja
menjadi lebih rendah akibat ODHA yang mnjalani terapi ARV masih rendah akibat
akibat dari lost to follow up, berhenti, meninggal, rujuk keluar dan belum memulai
ARV.
Tabel. 3.4Perbandingan Realisasi kinerja tahun 2020 dengan Target Renstra OPD
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target akhir
Renstra
Realisasi Tahun 2020
Capaian tahun 2020
terhadap target akhir
1 Meningkatnya upaya pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Persentase ODHA yang menjalani terapi ARV
60% 83,27% 138,7%
Pada Renstra Dinas Kesehatan ditetapkan persentase ODHA yang menjalani terapi
ARV sebesar 60%, hal ini sesuai dengan target yang ditetapkan Kemenkes RI Tahun
2020. Dari Evaluasi Kinerja Program HIV AIDS tahun 2020 didapatkan realisasi
sebesar 83,27% . Artinya angka ini sudah melampaui target nasional (138,7%).
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
HIV AIDS masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. HIV AIDS
memberikan dampak tidak hanya pada sektor kesehatan maupun dampak sosial
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
31
ekonomi. Mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan No. 21 tahun 2013 prinsip
dan strategi penanggulangan HIV dan AIDS, upaya yang telah dilakukan yaitu :
1. Mengupayakan meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan HIV dan AIDS melalui dukungan kerjasama diantaranya
penjangkauan ODHA, pendampingan ODHA agar bisa mendapatkan layanan
kesehatan dalam konseling, testing dan pengobatan.
2. Meningkatkan advokasi dan sosialisasi melalui pertemuan dan rapat baik
internal maupun lintas sektor.
3. Meningkatkan kapasitas petugas dalam konseling, testing, pengobatan dan
pelaporan melalui pelatihan dan workshop baik melalui tatap muka maupun
daring.
4. Meningkatkan jangkauan pelayanan pada kelompok masyarakat berisiko
tinggi, dengan membuka layanan Perawatan Dukungan Pengobatan / PDP
baru di daerah.
5. Meningkatkan ketersediaan, dan keterjangkauan pengobatan, pemeriksaan
penunjang HIV dan AIDS diantaranya melalui layanan pemeriksaaan Viral
Load / VL yang sudah tersedia melalui kerjasama dengan RSUD Arifin
Ahmad.
e. Analisa Penyebab Kegagalan
Penemuan kasus yang masih rendah yaitu 59,27 % akan berpengaruh terhadap
capaian persentase ODHA baru yang mulai ART yang juga masih rendah yaitu 64,
12%. Sebenarnya jika mengacu kepada target sebesar 77%, capaian kinerja program
adalah sebesar 83,27%. Capaian program yang belum 100% karena sulit untuk
menjangkau ODHA akibat masih adanya stigma negative terhadap ODHA,
kebanyakan ODHA menutupi status nya bahkan untuk berkunjung ke layanan
kesehatan untuk mendapatkan pengobatan sangat sulit dilakukan. Bahkan ODHA
yang sudah dijangkau pada akhirnya lost follow up, berhenti konsumsi obat dll
f. Kendala/masalah yang dihadapi
1. Upaya penemuan kasus HIV masih rendah 59,27%, rendahnya penemuan
berdampak pada rendahnya ODHA yang akan diinisiasi ARV dan kemudian
masih menjalani terapi tersebut hingga saat ini yang bisa dipastikan bisa memutus
mata rantai penularan.
2. Masih banyak ODHA yang mau memulai ARV karena masih merasa
sehat/asimptomatis, belum siap memulai terapi seumur hidup, khawatir stigma
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
32
dan diskriminasi, lost to follow karena bosan/merasa efek samping obat/tergoda
iklan obat herbal/putus obat karena tidak punya biaya untuk mengambil ARV di
RS/PKM yang jauh dari wilayah domisili akibat khawatir stigma masyarakat.
3. Ada kecenderungan ODHA dari kelompok populasi kunci yang ada di
lokasi/lokalisasi sulit diinisiasi ARV atau diobati Sifilisnya karena dibatasi
geraknya oleh mucikari/mami untuk datang ke Fasyankes.
4. Belum semua Puskesmas melakukan kewajiban melaksanakan Standar Pelayanan
Minimal yaitu melakukan skrining HIV pada 8 kelompok sasaran yang rentan.
Belum semua Puskesmas melakukan kewajiban melaksanakan Triple Eliminasi
yaitu skrining HIV, Sifilis dan Hepatitis B pada ibu hamil.
5. Koordinasi lintas program belum optimal sehingga menurunkan kesempatan
untuk meningkatkan capaian program HIV.
6. SIHA sebagai sistim informasi program HIV dan IMS belum optimal
pemanfaatannya oleh Puskesmas dan RS yang melakukan layanan HIV dan IMS,
sehingga data yang ada masih under reported
g. Pemecahan Masalah
1. Meningkatkan kapasitas Puskesmas dan RS agar mampu melakukan konseling
dan tes HIV dalam rangka untuk meningkatkan capaian SPM yaitu melakukan
tes HIV pada 8 kelompok rentan terinfeksi (WPS, LSL, Waria, Penasun, Pasien
IMS, Pasien TB, WBP dan ibu hamil) sekaligus meningkatkan temuan kasus
HIV.
2. Mendorong kab/kota agar membuat jejaring rujukan ARV bagi ODHA dan
memastikan agar semua Fasyankes diwilayah kerjanya memahami alur tersebut.
3. Mendorong layanan PDP untuk meningkatkan kualitas konseling ARV bagi
ODHA untuk memastikan semua ODHA baru dapat diinisiasi ARV dan
mencegah ODHA lama lost to follow up.
4. Mendorong kab/kota agar membuat kerjasama atau kemitraan dengan
mucikari/mami untuk memastikan populasi kunci dengan status HIV+ atau
terinfeksi Sifilis mendapatkan pengobatan untuk memutus mata rantai
penularan.
5. Melakukan koordinasi lintas program di provinsi dan kab/kota untuk
mendorong optimalisasi tes HIV dan pelaksanaan Triple Eliminasi pada ibu
hamil.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
33
6. Melakukan monitoring terhadap semua Fasyankes secara berjenjang terkait
pelaporan bulanan program HIV AIDS dan IMS menggunakan aplikasi
SIHA.Melakukan mentoring/asistensi secara langsung maupun tidak langsung
serta melakukan umpan balik terhadap evaluasi capaian program secara berkala
h. Efisiensi penggunaan sumber daya
Dengan mengembangkan layanan sesuai sumber daya yang ada secara bertahap pada
seluruh pelayanan yang ada sesuai dengan fungsi dan strata pelayanandengan
mempertimbangkan kemampuan dan kesiapan sarana,tenaga dana dan dapat
memberi pelayanan terhadap populasi kunci,populasi khusus dan populasi umum.
Tingkat Efisiensi penggunaan Sumber Daya belum bisa terlaksana efisiensi
anggaran karena: dalam uraian kegiatan pada penganggaran tahun 2020 hanya
terdiri dari komponen Validasi Data dan Distribusi Obat. Tentunya hal ini belum
memberi daya ungkit dalam capaian program seperti yang ditargetkan. Sedangkan
permasalahan HIV AIDS sebabaimana disampaikan dan diuraikan diatas sangat
komplek
2. Indikator: Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC
a. Definisi Operasional: Persentase semua kasus TB baru dan kambuh (termasuk TB
resistan obat) yang diobati dan dilaporkan diantara perkiraan insiden TB.
b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah semua kasus TB baru dan kambuh (termasuk TB
resistan obat) yang diobati dan dilaporkan dibagi perkiraan insiden TB dikali 100
persen
c. Capaian Indikator
Membandingkan antara target dan realisasi kineja ini dengan tahun lalu dan beberapa
tahun terakhir (minimal 3 tahun).
Capaian Penemuan Kasus TB di tahun 2020, mengalami penurunan secara significant.
Capaian CDR Riau hanya 31,23% dari 80% target yang ditetapkan secara nasional.
Namun demikian Riau menempati posisi 21 dari 34 Provinsi Lainnya di Indonesia
dengan angka capaian CDR.
Grafik ….Treatment CovarageTarget Nasional Tahun 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
34
Berdasarkan Berdasarkan Grafik diatas, Treatment Coverage Tuberkulosis Tahun
2020 Tingkat Nasional, Penemuan Kasus TB Riau menempati urutan 21 dari 34
Provinsi lainnya di Indonesia. Penemuan Kasus TB secara nasional menurun, hal ini
disebabkan oleh Seluruh Anggaran TB dan SDM TB yang jumlahnya terbatas
difokuskan ke Kasus Covid, sehingga Faskes yang ada tidak memiliki anggaran untuk
turun ke lapangan melakukan Investigasi Kontak. Selanjuitnya ditambah dengan
ketakutan masyarakat untuk datang ke Faskes memeriksakan kesehatan menurun
dengan drastic, sehingga angka penemuan kasus TB juga menurun
Grafik. 3.5Capaian Case Detection Rate
Tahun 2018 s.d 2020
Dari data di atas bisa dilihat tahun 2020 menjadi tahun dengan capaian cakupan
penemuan dan pengobatan TBC salaam 3 tahun terakhir. Musim pandemic COVID 19
menyebabkan kunjungan pasien ke fasilitas kesehatan juga turun sedangkan kegiatan
penemuan aktif melalui pemeriksaan kontak serumah pasien TB juga turun.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
35
Grafik. 3.6Succes Rate TB Riau – Tahun 2018-2020
Capaian Succes Rate TB di 3 Tahun terakhir yaitu dari Tahun 2018-2020
menunjukkan angka capaian yang meningkat dan mencapai target nasional. Capaian
ini tentu masih sangat jauh dari harapan, namun demikian untuk mancapai eliminasi
TBC di tahun 2030 maka program tetap harus menargetkan sesuai dengan roadmap
yang sudah ditentukan dari Kementerian Kesehatan.
Tabel. 3.7Capaian Keberhasilan Pengobatan TB
(Succes Rate – TB) Tahun 2018
Succes Rate TB di Tahun 2018 mencapai 83,8%, capaian ini belum memenuhi target
yang ditetapkan secara nasional yaitu 90%. Kendala nya adalah kurangnya
pengawalan yang baik pengobatan kasus TB, pasien pindah yang tidak terindentifikasi
lagi alamatnya sehingga sulit dilacak keberhasilan pengobatannya. Namun demikian
terdapat 5 Kabupaten yang telah memenuhi target nasional yaitu Bengkalis, Kuantan
Singingi, Pelalawan, Kota Pekanbaru dan Indragiri Hulu
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
36
Tabel. 3.3Capaian Keberhasilan Pengobatan Tb (Succes Rate – TB) Tahun 2019
Untuk Tahun 2019, Succes Rate TB telah mencapai target nasional dengan hasil
capaian 90,8%. Keberhasilan ini dikarenakan cukup ketatnya pengawalan pengobatan
yang dilakukan oleh petugas, alamat pasien yang bisa diidientifikasi ketika pindah
sehingga bisa dievaluasi keberhasilan pengobatannya.
Grafik. 3.7Succes Rate TB Tahun 2020
Untuk Tahun 2020, Succes Rate TB telah mencapai target nasional dengan hasil
capaian 92,6%. Keberhasilan ini dikarenakan cukup ketatnya pengawalan pengobatan
yang dilakukan oleh petugas, alamat pasien yang bisa diidientifikasi ketika pindah
sehingga bisa dievaluasi keberhasilan pengobatannya.
Tabel. 3.4Perbandingan Realisasi kinerja tahun 2020 dengan Target Renstra OPD
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target akhir
Renstra
Realisasi Tahun 2020
Capaian tahun 2020
terhadap target akhir
1 Meningkatnya upaya Success Rate 90% 92.6% 100%
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
37
pencegahan dan Pengendalian Penyakit
TB
Pada Renstra Dinas Kesehatan ditetapkan target Success Rate TB sebesar 90%,
hal ini sesuai dengan target yang ditetapkan Kemenkes RI Tahun 2020. Dari Evaluasi
Kinerja Program TB Per tanggal 19 Januari 2021 didapatkan realisasi sebesar 92,6%
(100%). Angka ini sudah memenuhi target nasional. Keberhasilan capaian ini kafrena
semakin ketatnya pengawalan pengobatan kasus TB oleh petugas dan bisa dilacaknya
pasien TB yang pindah sehingga bisa dievaluasi keberhasilan pengobatannya..
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Membuat perencanaan program sesuai dengan kebutuhan unruk mencapai kasus
TB sesuai dengan target yang diberikan
Menyusun rancangan regulasi sebagai bentuk implementasi dari Peraturan
Gubernur tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Melaksanakan pelatihan dan bimbingan teknis pada petugas di fasilitas pelayanan
kesehatan, baik pemerintah maupun swasta sehingga terpenuhi kebutuhan tenaga
terlatih untuk layanan TB sesuai standar.
Meningkatkan pemuan kasus dan kualitas pelayanan TB dengan ketersediaan
TCM yang tersebar di 236 (dua ratus tiga puluh enam) fasilitas pelayanan
kesehatan (puskesmas).
Melakukan bimbingan teknis untuk fasilitas pelayanan kesehatan yang
memberikan layanan TB.
Advokasi untuk dukungan dan kontribusi lintas sektor, organisasi profesi,
maupun mitra kerja (LSM) dalam menumbuhkan sinergisitas program.
e. Analisa Penyebab Kegagalan
1. Analisa Capaian CDR
Capaian Penemuan Kasus TB di tahun 2020, mengalami penurunan secara
significant. Capaian CDR Riau hanya 31,23% dari 80% target yang ditetapkan
secara nasional. Namun demikian Riau menempati posisi 21 dari 34 Provinsi
Lainnya di Indonesia dengan angka capaian CDR.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
38
Berdasarkan Berdasarkan Grafik diatas, Treatment Coverage Tuberkulosis
Tahun 2020 Tingkat Nasional, Penemuan Kasus TB Riau menempati urutan 21
dari 34 Provinsi lainnya di Indonesia. Penemuan Kasus TB secara nasional
menurun, hal ini disebabkan oleh Seluruh Anggaran TB dan SDM TB yang
jumlahnya terbatas difokuskan ke Kasus Covid, sehingga Faskes yang ada tidak
memiliki anggaran untuk turun ke lapangan melakukan Investigasi Kontak.
Selanjuitnya ditambah dengan ketakutan masyarakat untuk datang ke Faskes
memeriksakan kesehatan menurun dengan drastic, sehingga angka penemuan
kasus TB juga menurun. Analisa Capaian keberhasilan Pengobatan TB :
Capaian Succes Rate TB sudah mencapai target nasional. Angka ini sesuai
dengan Indikator yang dietetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan Provinsi Riau
Tahun 2020 sd 2024. Sejak Tahun 2018 sd Tahun 2020 capaiannya Success Rate
TB mengalami peningkatan secara significant, dan jelas terlihat penambahan
kontribusi Kab/Kota yang memenuhi target nasional juga mengalami trend
peningkatan Tahun 2018 Succes Rate TB = 83,8% dan terlihat pada grafik
terdapat 5 Kab/Kota (Bengkalis, Kuansing, Pelalawan, Pekanbaru dan Indragiri
Hulu) yang memenuhi target nasional. Kemudian Pada Tahun 2019 Succes Rate
TB = 91,0% dan terdapat 4 Kab/Kota yang memenuhi target nasional yaitu
(Rokan Hulu, Pekanbaru, Dumai dan Rokan Hilir). Selanjutnya Tahun 2020
Succes Rate TB = 90.4% dan terdapat 10 Kab/Kota yang memenuhi target
nasional yaitu (Pelalawan, Rokan Hulu, Kampar, Siak, Kuansing, Dumai, Rohil,
Indragiri Hilir, Indragiri Hulu dan bengkalis), namun angka ini dapat memgalami
peningkatan karena penutipan data TB secara Naional ditetapkan pada tanggal 28
Februari 2021.
f. Kendala/masalah yang dihadapi
Masih dibutuhkan dukungan dan kontribusi dari lintas sektor, baik dari sektor
pemerintah (Perangka Daerah) maupun sektor swasta.
Masih banyak petugas/pengelola/penjab TB yang belum di latih baik di
puskesmas, rumah sakit maupun klinik, DPS termasuk rumah sakit swasta, TNI-
POLTRI, BUMD-BUMN
Kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan/deteksi TB masih sangat
perlu ditingkatkan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
39
Situasi Pandemi Covid-19 yang belum mereda mengakibatkan penemuan kasus
TB rendah dikarenakan petugas gak berani turun dan masyarakat gak berani
mengunjungi pelayanan Kesehatan pada saat ini
Masih banyak kabupaten/kota yang sangat sedikit anggaran untuk program
tuberkulosis
Mobilitas penduduk Provinsi Riau yang sangat tinggi sehingga rantai penularan
TB sulit untuk diputuskan. Hal ini didukung oleh kondisi Sebagian wilayah yang
masih menjadi kantong TB (:daerah kumuh miskin dan kumuh padat.
Komitmen fasilitas Kesehatan dalam memberikan layanan pengobatan TB sesuai
standar
Keterbatasan Anggaran baik melalui sumber dana APVD maupun sumber dana
APBN.
g. Pemecahan Masalah
Melakukan advokasi kepada lintas sektor, lintas program untuk mendapatkan
dukungan yang dibutuhkan untuk program. Menjalin kolaborasi dan koordinasi
atas kerja sama yang sudah terbangun.
Edukasi dan promosi untuk mengenali tanda dan gejala TB dan cara mengakses
layanan TB.
Terus melakukan upaya promotive dan edukatif kepada masyarakat dengan
metode yang kreatif dan menyesuaikan dengan memperhatikan kondisi di masa
pandemi.
Input data kasus TB di SITB dilakukan secara bertahap oleh semua tim TB
(petugas poli TB, laboratorium dan farmasi), secara real time dan tidak ditunda
lama. Memberikan OJT bagi petugas yang masih ada kesulitan dalam input SITB
Melaksanakan kegiatan aktif massif untuk menemukan kasus terduga TB dengan
berbagai metode seperti skrining TB di daerah kantong TB, daerah dengan
populasi beresiko, kegiatan investigasi kontak dan integrasi dengan kegiatan lain
Melibatkan fasilitas Kesehatan baik swasta maupun pemerintah dengan
melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) untuk meningkatkan komitmen faskes
dalam memberikan layanan TB sesuai standar.
Meminta peserta pelatihan dan pimpinan faskes untuk membuat surat pernyataan
bersedia menempatkan petugas di layanan TB sekurangnya 2 tahun setelah
mengikuti pelatihan.
Support Anggaran untuk Program TBC
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
40
h. Efisiensi penggunaan sumber daya
Efisiensi pengguna sumber daya terutama dana sangat berperan besar terhadap
tercapainya indikator kinerja program, untuk itu penggunaan sumber dana difokuskan
pada target daerah yang beban TB tinggi, target faskes yang beban TB tinggi,
melakukan on the job training bagi petugas yang belum di latih TB, memaksimal kan
dana BOK di puskesmas untuk penjaringan kasus TB di lapangan dengan deteksi Dini
TB/Pengisiran kasus di RS swasta, DPM, Klinik, LAPAS/rutan/Pasentren, work
place.
3. Indikator: Persentase anak 0-11 Bulan yang mendapatkan Imunisasi Dasar
Lengkap
a. Definisi Operasional: Persentasi anak usia 0-11 bulan yang mendapat 1 dosis Hep B,
1 dosis BCG, 4 dosis polio tetes, 1 dosis IPV, 3 dosis DPT-HB-Hib serta 1 dosis
campak/MR di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun,
b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah anak usia 0-11 bulan yang mendapat 1 dosis Hep
B, 1 dosis BCG, 4 dosis polio tetes, 1 dosis IPV, 3 dosis DPT-HB-Hib serta 1 dosis
campak/MR di suatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun dibagi dengan jumlah
seluruh bayi yang bertahan hidup di suatu wilayah pada kurun waktu yang sama
dikali 100 persen
c. Capaian Indikator
Pada tahun 2020 capaian indikator imunisasi dasar lengkap sebesar 59.0%, masih
dibawah target yang ditetapkan yaitu 92,0%. Capaian tahun ini cenderung menurun
bila dibandingkan dengan capaian tahun sebelumnya.Pencapaian Imunisasi Dasar
Lengkap dapat dilihata pada grafik dibawah ini
Grafik. 3.8Capaian Imunisasi Dasar Lengkap Per Kab/Kota Tahun 2020
0.020.040.060.080.0
28.9
54.8 58.8
84.2
44.055.0
73.8 66.3 62.983.4
53.733.1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
41
Grafik. 3.9Capaian Imunisasi Dasar Lengkap 3 (tiga) tahun terkahir
0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%
71.00% 73.80%59.00%
2018 2019
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa capaian target imunisasi dasar lengkap di
Provinsi Riau dari tahun 2018 - 2020 belum tercapai target sebagaimana yang telah
ditetapkan, bahkan cenderung terjadi penurunan capaian target dari tahun
sebelumnya. Bila dibandingkan dengan target jangka menengah yang terdapat dalam
dokumen perencanaan strategis organisasi khususnya capaian target imunisasi dasar
lengkap sampai dengan tahun ini belum mencapai target sebagai mana telah
ditetapkan. Adapun penyebab penurunan capaian target imunisasi dasar lengkap di
Provinsi Riau dalam 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut:
1. Adanya penundaan pelaksanaan imunisasi di posyandu
2. Pelayanan imunisasi dipuskesmas/RS/ faskes swasta tidak dibuka setiap hari
3. Pelayanan imunisasi di puskesmas/RS/ faskes swasta dijadwalkan sesuai
kesepakatan antara orang tua dan petugas imunisasi
4. Masyarakat / orang tua masih merasa khawatir membawa anaknya ke sarana
pelayanan kesehatan selama masa pandemic covid 19
5. Petugas kesehatan masih merasa takut dalam melaksanakan pelayanan imunisasi
dimasa pandemic disebabkan karena banyaknya tenaga kesehatan yang siudah
terpapar virus covid 19
6. Tidak adanya dana operasional untuk pelacakan anak yang tidak lengkap
imunisasi atau yang belum diimunisasi (Defaulter Tracking)
a. Alternatif solusi yang telah dilakukan:
Advokasi dan sosialisasi akselerasi dalam rangka peningkatan cakupan
imunisasi lintas sector dan lintas program terkait,
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
42
Peningkatan kapasitas petugas melalui pelatihan pelaksanaan imunisasi
rutin baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota
Sosialisasi manfaat imunisasi kepada masyarakat melalui media KIE,
Penguatan strategi komunikasi untuk peningkatan capaian program
imunisasi kepada lintas sector terkait (MPU, dinas pendidikan dan
kementerian agama),
Melakukan monitoring dan evaluasi melalui supervisi suportif ke
kabupaten/kota dan sampai ke puskesmas terpilih,
Melakukan konseling imunisasi pada saat pelayanan imunisasi baik di
posyandu maupun di puskesmas,
Melibatkan media local cetak untuk pemberitaan pentingnya imunisasi bagi
anak, Kerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Ikatan
Bidan Indonesia (IBI).
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mencapai target indikator imunisasi dasar
lengkap adalah sebagai berikut:
- Meningkatkan kapasitas petugas imunisasi baik tingkat puskesmas maupun
dinas kesehatan kabupaten/kota melalui berbagai kegiatan pertemuan baik di
kabupaten/kota maupun di provinsi
- Koordinasi dengan lintas sector dan lintas program untuk peningkatan
cakupan imunisasi baik di tingkat kabupaten/kota maupun provinsi
- Melakukan monitoring dan evaluasi ke kabupaten/kota sampai ke puskesmas
melalui kegiatan supervise suppotif, effectif vaksin managemen dan DQS
- Sosialisasi dan mobilisasi kepada masyarakat melalui media KIE, radio spot
dan iklan melalui media massa lokal
- Komunikasi berkesinambungan secara berjenjang dengan petugas dan
penanggung jawab program imunisasi
e. Analisa Penyebab Kegagalan
- Adanya regulasi tentang penyelenggaraan imunisasi yaitu Permenkes nomor
12 tahun 2017.
- Komitmen organisasi profesi dalam hal ini IDAI, IBI dan PPNI.
- Komitmen petugas imunisasi secara umum baik bidan desa, juru imunisasi
puskesmas dan pengelola program imunisasi dinas kesehatan kabupaten/kota
- Tersedianya sarana dan prasarana alat pengendali vaksin secara berjenjang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
43
f. Kendala/masalah yang dihadapi
Adapun kendala/masalah yang kemungkinan dihadapi yaitu:
- Terjadinya pergantian petugas imunisasi di tingkat puskesmas
- Terbatasnya alokasi anggaran untuk kegiatan program imunisasi baik di
Puskesmas maupun di dinas kesehatan kabupaten/kota
- Kurangnya dukungan pimpinan daerah untuk program imunisasi
- Kurangnya dukungan ulama terhadap program imunisasi
- Peran media yang masih sangat kurang dalam penyebar luasan informasi
pentingnya imunisasi
g. Kendala/masalah yang dihadapi
Dari beberapa kendala tersebut, berikut pemecahan masalah yang akan dilakukan
adalah:
- Advokasi pimpinan daerah, kepala dinas kesehatan kabupaten/kota, kepala
puskesmas terkait pergantian petugas, prioritas kegiatan program imunisasi
dan alokasi anggaran yang memadai.
- Peningkatan kapasitas petugas secara bertahap dan berjenjang
- Peningkatan peran lintas sektor dan lintas program untuk mendukung
penyelenggaraan program imunisasi.
- Membuat regulasi berupa Peraturan Gubernur tentang Imunisasi
h. Efisiensi penggunaan sumber daya
Capaian indikator Persentase anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar
lengkap adalah 59% (92,9%) jika dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran
layanan imunisasi sebesar 98,3% yang berarti terdapat tidak efisien pada
penggunaan anggaran
4. Indikator: Persentase kasus kusta baru tanpa cacat
a. Definisi Operasional: Persentase kasus kusta baru yang ditemukan tanpa cacat (cacat tingkat 0) diantara kasus kusta baru
b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus kusta baru tanpa cacat (cacat tingkat 0) dibagi total jumlah kasus kusta baru dikali 100 persen
c. Capaian IndikatorPada tahun 2020 capaian indikator Persentase kasus kusta baru tanpa cacat sebesar
88%, sudah mencapai diatas target yang ditetapkan yaitu 87%., sehingga besaran
capaian kinerja tahun 2020 sebesar 101%
Grafik. 3.10Pesrentase Kasus Kusta Baru Tanpa Cacat
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
44
Dari tabel diatas dapat dilihat presentase Kusta tanpa cacat ada peningkatan dalam
penemuan secara dini karena ada beberapa kabupaten mengadakan pertemuan
tatalaksana Kusta dengan anggaran daerah. Perlu adanya petemuan atau pelatihan
yang berkesinambungan dinas kesehatan Kab/Kota, Rumah sakit dan
Puskesmas,sehingga Eleminasi Kusta tahun 2024 dapat tercapai
Grafik. 3.11Presentase penderita Kusta dan Frambusia yang diobati
Tabel. 3.5Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2020 Dengan Target Renstra OPD
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target akhir Renstra
Realisasi Tahun 2020
Capaian tahun 2020terhadap target akhir
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
45
1 Meningkatnya upaya pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Presentase Penderita Kusta dan Frambusia yang diobati
100% 96% 96% %
Pada Renstra Dinas Kesehatan ditetapkan target Presentase penderita Kusta
Frambusia yang diobati sebesar 55%, dan ini belum mencapai target yang ditetapkan
Kemenkes RI Tahun 2020. Dari Evaluasi Kinerja Program Kusta Frambusia tahun
2020 didapatkan realisasi sebesar 55%. Hal ini dikarenakan ada penderita Kusta yang
default (pindah/mangkir), sehingga pengobatan tidak selesai,pengobatan sudah
terlambat sehingga timbul kecacatan.
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Meningkatkan kapasitas petugas dengan mengadakan pelatihan dalam penemuan
kasus, pemeriksaan laboratorium dan tatalaksana pengobatan, Memberikan bimbingan
teknis dan melakukan monitoring evaluasi pelaksanaan program oleh petugas,
Membangun jejaring informasi penemuan kasus yang melibatkan lintas sektor,
organisasi profesi maupun dengan konseling sebaya dalam bentuk pertemuan
sosialiasasi penemuan kasus kusta dan antispasi stigma masyarakat
e. Analisa Penyebab KeberhasilanMasalah yang dihadapi pada Provinsi Riau karena pemegang program (wasor)
kabupaten kota baik itu di puskesmas dan Dinas Kesehatan Kab/Kota sering terjadi
pergantian orang dan tenaga medis kurang paham mengenai tata laksana kusta. Dalam
hal ini kegiatan yang sudah dilakukan adalah dengan penguatan sistem Surveilans
serta pemantauan dan evaluasi kegiatan Penanggulangan Kusta dimana sudah
dilakukan Intensifikasi Kasus Kusta dengan survey untuk mencapai Eleminasi Kusta
Kab/Kota .
Pada hakekatnya belum bisa secara final menilai keberhasilan Pengobatan Kusta
Frambusia sesuai dengan Indikator yang ditetapkan dalam Renstra Dinas Kesehatan
Provinsi Riau Tahun 2020 sd 2024. Namun kecendrungan untuk mencapai target
nasional diprediksi dapat dicapai dan ada peningkatan karena ditemukan secara dini
penderita kusta baru sehingga tidak terjadi kecacatan
f. Kendala/masalah yang dihadapi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
46
Masih kurangnya tenaga kesehatan terlatih dalam penemuan kasus baru, Terjadinya
rotasi petugas pengelola program di layanan, Stigma masyarakat sehingga pasien atau
keluarga tidak berani melaporkan ke fasilitas pelayanan kesehatan Keterbatasan
pelayanan kusta akibat pandemic COVID-19
g. Pemecahan Masalah Melakukan upaya preventif (penemuan dini) dengan pemeriksanaan kontak,
survey anak sekolah (UKS), RVS dan lain-lain serta pilot kemoprofilaksis bagi
kontak penderita
Melakukan upaya promotif dengan melakukan penyuluhan tanda dini kusta,
kampanye penurunan stigma
Melakukuan upaya kuratif dengan pengobatan sedini mungkin dan upaya
rehabilitatif adalah pencegahan cacat, rehabilitatif medik dan rehabilitatif sosial
ekonomi.
h. Efisiensi penggunaan sumber dayaCapaian indikator kasus baru tanpa cacat adalah 4% ( sesuai dengan target nasional <5 %)
jika dibandingkan dengan capaian realisasi anggaran sebesar 100% yang berarti penggunaan
anggaran tidak ada efisiensi.
Pengukuran efisensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan kinerja yang
dihasilkan terhadap sumber daya yang digunakan. Disini dilihat pengetahuan dan
pelatihan terhadap petugas puskesmas perlu ditingkatkan,sehingga penemuan kasus
kusta secara dini dapat ditemukan dan diobati.
5. Indikator: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar
a. Definisi Operasional: Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar
program,
b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah kasus positif malaria yang diobati sesuai standar
program dibagi dengan jumlah seluruh kasus positif malaria dikali 100 persen
c. Capaian Indikator
Indikator kinerja persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar
ditargetkan 95%, realisasi kinerja tahun ini adalah 96% artinya kasus malaria positif
diobati sesuai standar terlayani.
Grafik. 3.12Persentase kasus malaria positif yang di obati sesuai standar Riau Tahun 2018-2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
47
2018 2019 202091
92
93
94
95
96
97
98
99
100100 100 100
94.59
97.08
96
Target Capaian
Capaian selama 3 tahun terakhir selalu mencapai 100%. Kasus malaria di Provinsi Riau
selama 3 tahun terakhir sudah di bawah 100 kasus. Keberhasilan pencapaian indikator
malaria ini merupakan hasil kerjasama dari tingkat pusat sampai ke unit terkecil di
Puskesmas dan Fasyankes dengan rincian sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan Provinsi Riau memastikan Farmasi Dinkes Kab/Kota stok Obat Anti
Malaria selalu ada dan memantau pendistribusiannya ke Fasyankes
2. Kementerian selalu bekerjasama dengan Dinkes Provinsi tentang Rencana Kebutuhan
obat sehingga tidak pernah putus stok
3. Dinas Kesehatan Kab/Kota aktif meminta kebutuhan obat ke Dinkes Provinsi dan
dengan cepat mendistribusikan ke Fasyankes yang membutuhkan
4. Puskesmas dan Juru malaria Desa aktif memantau pengobatan pasien malaria, sampai
pengobatan standar selesai dilakukan
Tabel. 3.5Perbandingan Realisasi kinerja tahun 2020 dengan Target Renstra OPD
No Sasaran Strategis
IndikatorKinerja
Target akhirRenstra
Realisasi Tahun
2020
Capaian tahun 2020
terhadap target akhir
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
48
1 Meningkatnya upayapencegahan danPengendalianPenyakit
Persentase Pengobatan Kasus Malaria Sesuai Standar
95% 99,7% 99,7%
Pada Renstra Dinas Kesehatan ditetapkan target Pengobatan Kasus Malaria
sesuai standar sebesar 80%, apabila mengacu pada target Kementerian kesehatan
yaitu 95 % namun pada awal pembuatan renstra masih di cantumkan 80 %. Dari
Evaluasi Kinerja Program Malaria Sampai akhit tahun 2020 didapatkan realisasi
sebesar 99,7%, yang seharusnya bisa capaiannya 100% karena obat anti malaria sudah
di distribusikan ke seluruh kabupaten/kota.
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Penguatan tatalaksana malaria
Penguatan tenaga mikroskopis dan crosscheckker malaria Refreshing Kader
dan Juru Malaria Desa dan pengendalian vektor pada daerah endemis malaria
dan mempertahankan upaya pencegahan lainya.
Evaluasi surveilans migrasi
Memperdayakan masyarakat dan tokoh masyarakat dalam pengendalian vektor
dan pengobatan terhadap malaria
Melakukan penyelidikan epidemilogi malaria
e. Analisa Penyebab Keberhasilan/Kegagalan
Dari hasil data capaian program malaria sudah mencapai target namun ada kendala
pada entry data laporan SISMAL-nya masih belum di isi sesuai standar, pada hal
kenyataannya dilapangannya sudah sesuai standar dan data ini masih bias di rubah
sampai akhir bulan bulan maret 2021 untuk closing data SISMAL on line di
kemenkes.
f. Kendala/masalah yang dihadapi
Kebijakan dalam pengendalian malaria di setiap kabupaten/kota belum
menjadi fokus dari pemerintah setempat
Keberadaan Malaria Center masih belum menjadi fokus dari pemerintah
kab/kota dan belum adanya dukungan peraturan daerah yang mengatur tentang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
49
keberadaan Malaria Center meski di Provinsi Riau belum termasuk Provinsi
Endemis Malaria.
g. Pemecahan Masalah
Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten/kota sebaiknya mendukung
kebijakan dalam pengendalian dan pengobatan pada kasus malaria. Untuk
mengintensifkan program pengendalian penyakit malaria di Provinsi Riau sebaiknya
ada kebijakan yang dijalankan sesuai dengan indikator yang terdapat dalam renstra
pada kab/kota yang bertujuan untuk percepatan pengendalian malaria metode yang
dilakukan adalah advokasi kepada pemangku kepentingan yang terlibat dalam
pengendalian malaria serta perlu adanya dukungan Anggaran APBD pada
kabupaten/kota belum seimbang dengan anggaran pada kegiatan pemeliharaan
eliminasi malaria
h. Efisiensi penggunaan sumber daya
Kegiatan penanggulangan malaria tahun 2020 bersumber dana APBN. Terjadinya
pandemic covid 19 yang melanda dunia termasuk Indonesia berpengaruh besar
terhadap kegiatan penanggulangan covid 19 termasuk pendanaan kegiatan
penanggulangan malaria secara nasional/provinsi. Terjadi efisiensi terhadap dukungan
dana APBN. Sehingga kegiatan yang sudah direncanakan tidak dapat berjalan sesuai
rencana. Walaupun dengan keterbatasan dana target kinerja yang telah ditetapkan
untuk indikator persentase kasus malaria yang diobati sesuai standar dapat tercapai
melampaui target 100% dari yang telah ditetapkan secara nasional 95%. Upaya
integrasi lintas program telah dilaksanakan dalam penanggulangan malaria seperti:
Kegiatan pemberantasan vektor terpadu berkoordinasi dengan lintas sektor terkait
seperti KKP, memperkuat juru malaria di desa dan melakukan evaluasi migrasi
berkoordinasi dengan dinas pendidikan berupa melakukan skrining pada kelompok
migran pada pelajar pada kabupaten/kota endemis malaria.
6. Indikator: Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini kanker
a. Definisi Operasional: Kab/kota yang menyelenggarakan deteksi dini kanker payudara
dan kanker serviks paling kurang pada 80% populasi wanita usia 30-59 tahun atau
wanita yang memiliki riwayat sexual aktif
b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kab/Kota yang menyusun kebijakan kesiapsiagaan
dalam penanggulangan kedaruratan kesehatan masyarakat yang berpotensi wabah
berupa dokumen rencana kontijensi.
c. Capaian Indikator
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
50
Pada tahun 2020 capaian indikator jumlah kab/kota melaksanakan deteksi dini kanker
tidak tercapai. Tergambar pada grafik dibawah ini :
Grafik. 3.13 Persentase Capaian Deteksi Dini Kanker leher Rahim dan Payudara
Tahun 2020
0.020.040.060.080.0
79.4
0.5 0.1 3.7 0.110.1 1.3 2.5 0.3 0.1 0.4 0.2 2.0
% Capaian
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikatorSebanyak 232 Puskesmas di 12 Kabupaten/Kota telah melaksanakan deteksi dini
Kanker Leher Rahim dan Payudara melalui pemeriksaan IVA dan Sadanis pada
perempuan usia 30 – 50 tahun. Target Indikator perjanjian kinerja tahun 2020 untuk
jumlah Kabupaten/Kota melaksanakan deteksi dini kanker paling kurang pada 80%
perempuan usia 30 – 50 tahun sebanyak 6 Kabupaten dengan realisasi 0%.
Tabel. 3.6Realisasi Jumlah Kabupaten/Kota Melaksanakan Deteksi Dini Kanker
Tahun 2020
NoSasaran Strategi
Indikator Kinerja
Target Akhir
Renstra
Realisasi Tahun 2019
Realisasi Tahun 2020
Capaian tahun 2020
Terhadap Target Akhir
1 Menurunnya penyakit menular, penyakit tidak
Jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini
12 kab/kota
0 kab/kota
0 kab/kota
0 kab/kota
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
51
menular serta meningkatnya kesehatan jiwa
kanker
Sesuai dengan Definisi Operasional jumlah kabupaten/kota melaksanakan deteksi dini
kanker yaitu Kab/kota yang menyelenggarakan deteksi dini kanker payudara dan
kanker serviks paling kurang pada 80% populasi wanita usia 30-59 tahun atau wanita
yang memiliki riwayat sexual aktif, tidak ada kabupaten/kota yang mencapai lebih
kurang 80% perempuan usia 30-50 tahun yang dilakukan deteksi dini kanker
payudara dan leher rahim. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal seperti:
1. Perasaan malu untuk melakukan deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
2. Kondisi Pandemi yang membuat masyarakat dan petugas kesehatan ragu untuk
melakukan deteksi dini kanker ke pelayanan kesehatan
3. Kegiatan mengumpulkan masyarakat tidak dapat dilakukan dimasa Pandemi
4. Petugas lebih focus dalam penanganan Covid 19
e. Analisa Penyebab Kegagalan
Kegiatan deteksi dini kanker leher rahim sudah dilaksanakan oleh 232 Puskesmas dari
236 yang ada provinsi Riau. Deteksi Dini kanker payudara dan leher rahim melalui
pemeriksaan Sadanis dan IVA di Puskesmas merupakan bagian dari pelayanan di
Puskesmas, namun capaian tidak sesuai dengan target yang ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja ,salah satuya disebabkan definisi operasional yaitu jumlah
Kabupaten/Kota melaksanakan deteksi dini kanker paling kurang pada 80%
perempuan usia 30 – 50 tahun atau yang sudah melakukan sexual aktif. Angka 80%
sangat sulit untuk direalisasikan disebabkan faktor-faktor yang menghambat
pelaksanaan deteksi dini kanker.
f. Kendala/masalah yang dihadapi
Rasa malu untuk melakukan pemeriksa IVA masih banyak dirasakan oleh perempuan,
begitu juga rasa takut saat mengetahui penyakit yang dideritanya. Kondisi Pandemi
yang mulai dialami diawal tahun semakin membuat masyarakat merasa takut untuk
mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan berhati-hati serta
melakukan seleksi secara ketat pada masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas.
Semua ini menjadi masalah/kendala yang dihadapi sehingga target yang ditetapkan
tidak tercapai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
52
g. Pemecahan Masalah
Definisi operasional yang menjadi salah satu penyebab kagagalan pencapaian target
indicator perlu di lakukan sambil melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan
kunjungan deteksi dini kanker ke fasilitas kesehatan/Puskesmas seperti, melakukan
sosialisasi pentingnya deteksi dini kanker bagi perempuan yang sudah melakukan
sexual aktif, menggandeng lintas sector sebagai mitra dalam menggerakkan
masyarakat dalam pelaksanaan deteksi dini kanker secara massal dengan tetap
melaksanakan protokol kesehatan dan melakukan inovasi dalam pelaksanaan deteksi
dini kanker seperti mengikutsertakan berbagai program seperti KB, IMS juga jejaring
yang ada diwilayah kerja puskesmas seperti Klinik bersalin dan Rumah Sakit
h. Efisiensi penggunaan sumber daya
Pada tahun 2020 Capaian indikator jumlah kab/kota melaksanakan deteksi dini kanker
adalah 0% (50%). Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran; pada tahun 2020
terjadi efisiensi/pemotongan total anggaran untuk kegiatan P2PTM yang semula Rp
538.500.000 menjadi Rp 0.
7. Indikator: Jumlah Kab/kota yang melaksanakan deteksi dini masalah kesehatan
jiwa dan penyalahgunaan NAPZA
a. Definisi Operasional: Kabupaten/ Kota yang 25% puskesmasnya melakukan deteksi
dini masalah kesehatan jiwa terhadap seluruh kelompok usia dengan menggunakan
instrumen SDQ, SRQ 20, dan ASSIST yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, psikolog dan perawat).
Definisi Operasional: ODGJ Berat yang mendapat pelayanan sesuai standar di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, berupa pemeriksaan kesehatan jiwa (wawancara
psikiatrik dan pemeriksaan status mental), memberikan informasi dan edukasi,
tatalaksana awal, memberikan pengobatan dasar dan atau melakukan rujukan bila
diperlukan. Standar pelayanan : Pelayanan Kesehatan dilakukan oleh minimal 1
orang Dokter Umum/Spesialis Kedokteran Jiwa dan 1 orang Perawat/ Perawat
Spesialis Kesehatan Jiwa
b. Rumus/Cara perhitungan: Jumlah Kabupaten/ Kota yang 25% puskesmasnya
melakukan deteksi dini masalah kesehatan jiwa terhadap seluruh kelompok usia
dengan menggunakan instrumen SDQ, SRQ 20, dan ASSIST yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan (dokter, psikolog dan perawat).
Rumus/Cara perhitungan: Jumlah penderita ODGJ Berat yang mendapat layanan
dibagi jumlah sasaran penderita ODGJ dikali 100%.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
53
c. Capaian Indikator
Grafik. 3.14 Persentase ODGJ Berat yang Mendapat Pelayanan Tahun 2020
0
20
40
60
80
100
120
140
78
61.3
91.1
32.2
71.864.1
53.252.863.1
36.7
86.4
116.4
61.1 % ODGJ yang mendapat pelayananTarget
Persentase ODGJ Berat yang mendapat pelayanan di Provinsi Riau adalah 61,1%
(10%). Dimana seluruh kabupaten/kota capaiannya sudah melebihi target. Peresentase
ini dapat lebih ditingkatkan jika seluruh pelayanan kesehatan sudah memenuhi standar
untuk pelayanan OGDJ Berat. Saat ini hanya 25% dari total puskesmas yang
memenuhi standar pelayanan kesehatan jiwa.
Tabel. 3.7Realisasi Jumlah Kab/Kota Yang Melaksanakan Deteksi Dini Masalah
Kesehatan Jiwa Dan Penyalahgunaan NAPZA
NoSasaran Strategi
Indikator Kinerja
Target Akhir
Renstra
Realisasi Tahun 2019
Realisasi Tahun 2020
Capaian tahun 2020
Terhadap Target Akhir
1 Menurunnya penyakit menular, penyakit tidak menular serta meningkatnya kesehatan jiwa
Persentase ODGJ mendapatkan pelayanan
12 kab/kota
0 kab/kota
0 kab/kota
0 kab/kota
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
54
Melakukuan penyusunan RAD dengan menyediakan acuan dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa termasuk perawatan ketergantungan
NAPZA, baik oleh sektor pemerintah maupun masyarakat
mengintegrasikan danmenyelaraskan upaya pelayanan Kesehatan Jiwa yang
dilaksanakan oleh lintas sektor atau pemangku kepentingan baik pemerintah,
masyarakat maupun swasta melalui pembagian peran dan tanggung jawab yang
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing
menyediakan acuan bagi para pemangku kepentingan dalam merencanakan,
menganggarkan, melaksanakan, memantau,dan mengevaluasi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di Daerah
e. Analisa Penyebab Keberhasilan
Dari hasil data capaian persentase ODGJ yang mendapat pelayanan sudah tercapai,
yaitu 61,5% (target 10%).Hal ini salah satunya disebabkan adanya upaya dan
kerjasama yang baik lintas sector. Namun saat ini Pelayanan Kesehatan yang mampu
dan memiliki SDM terlatih kesehatan jiwa masih sangat terbatas (25% dari 236
puskesmas).
f. Kendala/masalah yang dihadapi
Dukungan Pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa di Provinsi
Riau belum maksimal
Masih tingginya stigma masyarakat terhadap permasahan kesehatan jiwa
Belum maksimalnya masalahan standar pelayanan kesehatan jiwa di kab/kta
g. Pemecahan Masalah
Penguatan sistem deteksi dini masalah dan gangguan jiwa di masyarakat dan fasilitas kesehatan.
Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan (dokter, perawat dan psikolog) dalam melaksanakan deteksi dini ODGJ
h. Efisiensi penggunaan sumber daya
Tahun 2020 Capaian indikator Persentase ODGJ mendapatkan pelayanan adalah
61,5% (10%). Jika dibandingkan dengan realisasi anggaran; pada tahun 2020 terjadi
efisiensi/pemotongan total anggaran untuk kegiatan P2PTM yang semula Rp
230.000.000 menjadi Rp 0.
8. Indikator: Nilai Kinerja Penganggaran
a. Definisi Operasional: nilai kinerja penganggaran yang tertera dalam aplikasi SMART
e monev DJA yang dilihat per bulannya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
55
b. Rumus/Cara perhitungan: lihat di aplikasi e monev DJA pada nilai SMART.
c. Capaian Indikator : indikator kinerja “persentase nilai kinerja penganggaran
ditargetkan >80% dan capaian realisasi kinerja ini adalah 81,80% artinya capaian
indikator akhir mencapai target pada tahun 2020.
Grafik. 3.15Capaian Nilai Kinerja Penganggaran Tahun 2020
Untuk indikator nilai kinerja penganggaran tidak bisa dibandingkan antara realisasi
kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir
(minimal 3 tahun), dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi, dengan standar nasional dan satker lain yang sejenis,
karena tidak tersedia data serta indikator tersebut baru ada dalam Perjanjian Kinerja
(PK) Provinsi Riau Tahun 2020. Analisis efisiensi sumber daya pada capaian
indikator “Nilai Kinerja Penggaran adalah 81,80% (80%) dan dibandingkan dengan
capaian realisasi anggaran nilai kinerja penganggaran sebesar 99,5% yang berarti
indikator ini telah mencapai target pada tahun 2020.
d. Upaya yang dilakukan untuk mencapai indikator
Mengupayakan pelaksanaan kegiatan disesuaikan dengan rencana penarikan dana
(RPD) dan rencana Penarikan Kegiatan (RPK) yang dibuat diawal tahun
Melakukanpenginputan capaian keluaran kegiatan diukur dari realisasi volume
keluaran (RVK) dan realisasi volume keluaran kegiatan (RIKK) di emonev
DJAsetiap bulannya
Melakukan prioritas pelaksanaan kegiatan pada program dengan anggaran yang
besar
e. Analisa Penyebab Keberhasilan.
Pandemi covid – 19 mengakibatkan beberapa kegiatan tidak bisa terealisasi
terutama kegiatan yang bersifat mengumpulkan orang seperti pertemuan,sehingga
sangat berpengaruh terhadap nilai capaian keluaran kegiatan.
Target Realisasi Kinerja Capaian Kinerja
80.0 81.899.5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
56
Adanya Pandemi covid juga menyebabkan anak-anak libur sekolah sehingga
pelaksanaan pemberian obat cacing sempat terhenti dan mengakibatkan capaian
cakupan minum obat POPM kecacingan & POPM filariasis rendah .
Prioritas kegiatan untuk penanggulangan Covid 19, sehingga pelaksanaan
kegiatan program lain masih sangat kurang
f. Kendala/masalah yang dihadapi .
Target volume kegiatan seringkali tidak sesuai dengan banyaknya kegiatan yang
dilaksanakan . Pengisian Realisasi Volume Keluaran (RVK) agak membingungkan
pada kegiatan yang banyak tapi Target Volume Keluaran (TVK) kecil. Pandemi
Covid 19 mengakibatkan beberapa kegiatan tidak dapat dilakukan
g. Pemecahan Masalah.
Adanya Kebijakan EKA kementerian keuangan tahun 2020 satker dapat
melaporkan RVK dalam bilangan desimal setiap bulannya dan IKK dapat
dilaporkan setiap bulan melalui update realisasi sesuai dengan pencapaiannya.
Adanya monitoring dan evaluasi emonev DJA dari pusat sehingga ada pemantauan
yang berkesinambungan dan pembinaan kesalahan penginputan
h. Efisiensi penggunaan sumber daya
Efisiensi penggunaan sumber daya melaksanakan setiap kinerja dengan menyesuaikan
kebutuhan kegiatan dan alokasi anggaran dengan prinsip efektif dan efesien.
3.2. Realisai Anggaran1. Realisai Anggaran Per Kegiatan
Rincian kegiatan dan Realisasi Anggaran Tahun 2020 pada Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Riau adalah sebagai berikut :
Tabel. 3.2.1 Rincian Kegiatan dan Anggaran Bidang P2P Dinas Kesehatan
Provinsi Riau Berdasarkan Kegiatan Tahun 2020
No Kegiatan Anggaran (Rp)
1 Surveilans dan Karantina Kesehatan Rp. 857.457.000,-
2 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
Rp. 991.000.000,-
3 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Rp. 1.126.000.000.,-
4 Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
Rp. 538.500.000,-
5 Pencegahan dan pengendalian masalahan kesehatan jiwa dan
Rp. 230.000.000,-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
57
NAPZA6 Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Rp. 385.850.000,-
Jumlah Total Rp. 4.128.807.000,-
Sumber Data : laporan Keuangan Satker 05 Dinkes Provinsi Riau Tahun 2020
Anggaran Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi Riau sebesar Rp.
4.128.807.000, terdiri dari 6 (enam) kegiatan. Pada tahun 2020 Indonesia dan
Dunia sedang menghadapi Pandemi COVID 19 sehingga melalui keputusan
Menteri Keuangan maka anggaran yang bersumber dari APBN mengalami
pengurangan pada seluruh direktorat pada Kementerian Kesehatan RI.
Pengurangan Anggaran ini dilakukan pada bulan April 2020 dimana anggaran
tersebut akan digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan di Indonesia.
Dengan adanya pengurangan anggaran maka Anggaran Bidang P2P berkurang
menjadi sebagai berikut :
Tabel. 3.2.2Rincian Kegiatan dan realisasi Anggaran Bidang P2P Dinas Kesehatan
Provinsi Riau Berdasarkan Kegiatan Tahun 2020
No Kegiatan Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp)
%
1 Surveilans dan Karantina Kesehatan
116.399.000 110.965.600 95,3
2 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
423.659.000 416.289.000 99,0
3 Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
366.638.000 363.176.750 99,1
4 Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
0 0 0
5 Pencegahan dan pengendalian masalahan kesehatan jiwa dan NAPZA
0 0 0
6 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan
151.854.000 151.060.000 99,5
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
58
Pengendalian Penyakit Sumber Data : laporan Keuangan Satker 05 Dinkes Provinsi Riau Tahun 2020
Total Anggaran Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas
Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2020 sebesar Rp. 1.058.550.000,- dengan
realisasi anggaran sebesar Rp. 1.041.491.350,- (98,4%). Uraian per kegiatan
adalah sebagai berikut :
1. Realisasi anggaran kegiatan Surveilans dan Karantina Kesehatan sebesar
95,30%, belum mencapai 100% karena mobilitas terbatas akibat pandemic
Covid-19, sehingga banyak kegiatan terutama KLB yang dilakukan Tingkat
Kab/Kota tanpa pelibatan secara langsung oleh Tim Provinsi Riau
2. Realisasi anggaran kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tular Vektor dan Zoonotik sebesar 99,0%, tidak mencapai 100% akan
tetapi output sudah tercapai.
3. Realisasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
sebesar 99,1%, belum mencapai 100% karena terdapat perbedaan transport
setiap Kab/Kota dan efisiensi pada biaya akomodasi / tempat pelaksanaan
kegiatan dan efisiensi pada biaya akomodasi / tempat pelaksanaan kegiatan..
4. Realisasi anggaran kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tidak Menular tidak mencapai target dan realisasi dikarenakan pagu
anggaran telah dilakukan efisien anggaran.
5. Realisasi anggaran kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Masalah
Kesehatan Jiwa dan NAPZA tidak mencapai target dan realisasi
dikarenakan pagu anggaran telah dilakukan efisien anggaran.
6. Realisasi anggaran kegiatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit sebesar 99,5%, belum mencapai 100% karena banyak kegiatan
yang dilaksanakan melalui Virtual Meeting dan Online sehingga terdapat
efeisiensi anggaran.
2. Realisasi Anggaran Per output
Rincian dan Realisasi anggaran per out put kegiatan bidang P2P Dinas Kesehatan
Provinsi Riau Tahun 2020 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2.3Rincian Kegiatan dan Realisasi Anggaran Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi
Riau Berdasarkan Output Tahun 2020
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
59
No Out Put Anggaran Realisasi Persentase
1Layanan kewaspadaan dini dan Respon Penyakit Potensial KLB
5.700.000 2.139.500 37.5%
2 Layanan imunisasi 110.699.000 108.826.100 98.3%
3 Layanan intensifikasi eliminasi malaria 41.240.000 39.630.000 96.1%
4 Layanan pengendalian penyakit Arbovirosis 44.820.000 43.430.000 96.9%
5Layanan pengendalian penyakit fiaklriasis dan kecacingan
337.599.000 333.229.000 98.7%
6layanan Pencegahan dan pengendalian penyakit HIV AIDS
114.660.000 111.732.250 97.4%
7 Layanan pengendalian penyakit TB 35.950.000 35.806.500 99.6%
8 Intensifikasi penemuan kasus kusta 216.028.000 215.638.000 99.8%
9 Layanan dukungan manajemen satker 151.854.000 151.060.000 99.5%
Jumlah Total 1.058.550.000 1.041.491.350 98,4%
Sumber Data : Laporan Keuangan Satker 05, Tahun 2020
5. Realisasi Anggaran Per Indikator Kinerja
Rincian dan Realisasi anggaran per indikator Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2020 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2.4Rincian dan Realisasi Anggaran Per Indikator Bidang P2P Dinas Kesehatan
Provinsi Riau Tahun 2020
No Indikator Anggaran (Rp)
Realisasi (Rp) %
1 Persentase ODHA baru ditemukan yang memulai pengobatan ARV 114.660.000 111.732.250 97.4%
2 Persentase cakupan penemuan dan pengobatan TBC 35.950.000 35.806.500 99.6%
3Persentase anak 0-11 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap
110.699.000 108.826.100 98.3%
4 Persentase kasus kusta baru tanpa cacat 216.028.000 215.638.000 99.8%
5 Persentase kasus malaria positif yang diobati sesuai standar 41.240.000 39.630.000 96.1%
6 Jumlah kabupaten/kota melakukan 0 0 0
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
60
deteksi dini kanker
7 Persentase ODGJ yang mendapatkan pelayanan target 0 0 0
8 Nilai kinerja penganggaran 151.854.000 151.060.000 99.5% Sumber Data : Laporan Keuangan Satker 05 Dinkes Prov. Riau 2020
Adapun penyebab realisasi anggaran yang tidak mencapai 100% dari setiap indikator
adalah sebagai berikut :
1. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase kasus HIV yang diobati
sebesar 97.4%, tidak semua realisasi oleh karena karena biaya transportasi
yang tidak merata bagi peserta Kab/Kota dan juga efisiensi akomodasi
pelaksanaan kegiatan.
2. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase kasus TB yang ditatalaksana
sesuai standar sebesar 99.6% tidak mencapai 100 % karena biaya
transportasi yang tidak merata untuk semua lokasi kegiatan.
3. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan
yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebesar 98.3%. Hal ini terjadi
karena biaya transportasi yang tidak merata untuk seluruh lokasi kegiatan
perjalanan dinas dan peserta pertemuan.
4. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase cakupan penemuan kasus
baru kusta tanpa cacat sebesar 99.5%, tidak mencapai 100 % karena biaya
transportasi yang tidak merata untuk semua lokasi kegiatan.
5. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase kasus malaria positif yang di
obati sesuai standar sebesar 100%. Capaian Kinerja pada indikator ini 100%
pada tahun 2020 telah tercapai baik capaian indikator dan anggaran.
6. Realisasi anggaran untuk indikator Jumlah kabupaten/kota melaksanakan
deteksi dini pada tahun 2020 tidak dilaksanakan, hal ini dikarenakan
anggaran pada kegiatan ini telah efisiensi.
7. Realisasi anggaran untuk indikator Persentase ODGJ yang mendapatkan
pelayanan pada tahun 2020 tidak dilaksanakan, hal ini dikarenakan
anggaran pada kegiatan ini telah efisiensi.
8. Realisasi anggaran untuk indikator Nilai kinerja penganggaran sebesar
99.5% karena kegiatan dilakukan secara virtual.
BAB IV
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
61
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pencapaian kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2020 telah
berjalan baik sesuai dengan Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan dengan rata –rata
capaian kinerja sebesar 90 %
2. Berdasarkan pengukuran indikator kinerja Bidang P2P Dinas Kesehatan Provinsi Riau
dalam Perjanjian Kinerja Tahun 2020, dari 8 Indikator kinerja sasaran Program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2020, sebanyak 5 indikator telah
melebihi target yang ditetapkan (>100%), 2 indikator telah mencapai target yang
ditetapkan (100%), sedangkan 1 indikator tidak mencapai target yang telah ditetapkan.
3. Berdasarkan penyerapan dan pengukuran kinerja anggaran Bidang P2P Dinas
Kesehatan Provinsi Riau tahun 2020 diketahui bahwa kinerja anggaran Program
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sebesar 38.2%, dengan realisasi Rp.
404.630.350 (38.2%) dari total anggaran Rp. 1.058.550.000.
4. Berdasarkan pengukuran efisiensi sumber daya, dari 8 indikator, terdapat 6 indikator
telah berjalan dengan efisien dimana capaian kinerja dapat mencapai atau melebihi
target dengan anggaran yang lebih rendah dan semua kegiatan telah dilaksanakan
dengan baik.
5. Dukungan sarana dan prasarana cukup memadai dimana setiap pegawai memiliki
komputer, printer serta tersambung dengan jaringan internet juga pengembangan
disposisi surat secara elektronik melalui aplikasi E-Office maupun aplikasi Sakti
dalam melakukan perencanaan kedepannya.
B. Tindak Lanjut
1. Capaian kinerja tahun 2020 belum tercapai optimal karena adanya pandemi COVID-
19, oleh karena itu Dinas Kesehatan Provinsi Riau akan melakukan upaya percepatan
pencapaian kinerja yakni :
a. Mensosialisasikan petunjuk teknis pelayanan kesehatan pada masa pandemic
b. Meningkatkan pelaksanaan program melalui penerapan protocol kesehatan
c. Penigkatan penemuan/penatalaksanaan kasus melalui inovasi masing-masing
dalam mengatasi tantangan dalam masa pandemi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
62
2. Membuat inovasi dengan Kerjasama dengan lintas sektor dan permintaan dukungan
dari pemangku kebijakan agar target capaian kinerja tetap terlaksana walaupun dalam
situasi pandemic tentunya dengan memperhatikan protokol Kesehatan
3. Peningkatan KIE untuk peningkatan pemahaman masyarakat terkait COVID 19
4. Menyesuaikan bentuk kegiatan dengan penerapan protokol Kesehatan pada masa
pandemic, beberapa kegiatan yang memungkinkan dilaksanakan secara virtual
C. Saran
1. Membuat perencanaan secara utuh, melakukan pemantauan secara berkala dan
terpadu, serta koordinasi antar bagian untuk melaksanakan kegiatan yang
mengundang peserta lintas program sehingga kegiatan dapat berjalan secara efektif
dan efisien.
2. Membuat rencana operasional kegiatan secara elektronik dan up to date serta
membuat skala prioritas tiap-tiap kegiatan, mana yang didahulukan, mana yang lebih
diutamakan dan mana yang masih bisa ditunda atau disatukan dengan kegiatan
lainnya.
3. Perencanaan kegiatan dilakukan seoptimal mungkin dengan memperhatikan jumlah
anggaran yang tersedia
4. Perlu adanya perencanaan peningkatan kompetensi SDM, salah satunya melalui
pemetaan kebutuhan pelatihan pegawai untuk mendukung kinerja pegawai.
5. Perlu dilakukan penataan pegawai berdasarkan peta jabatan dan kualifikasi pegawai.
Saat ini Bidang P2P masih terus melakukan penataan pegawai dengan mengusulkan
penempatan pegawai sesuai dengan syarat dan formasi jabatan agar terbentuknya
peningkatan produktivitas organisasi.
6. Perlu adanya pendampingan secara intens para petugas di daerah dalam melakukan
program yang diimplementasikan di daerah (kabupaten/ kota) dalam hal ini dana
DAK NON Fisik (BOK), pendampingan hukum, keuangan dan Barang Milik Negara .
Demikian Laporan Kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Riau (Dana Dekonsentrasi 05) Tahun
2020 disusun sebagai bahan masukan untuk penyusunan perencanaan tahun berikutnya
LAMIRAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
63
AnggaranNo. Rupiah Murni Bobot Permasalahan
(Rp ) Fisik %Tertim bang
Rp. %
(1) (2) (3) (4) (7) (8) (9) (12)
024.05.08 1.058.550.000 99,7 1.041.491.350 98,4
2058 116.399.000 97,7 110.965.600 95,3
2058 004 5.700.000 100,0 52,6 2.139.500
002 Layanan kewaspadaan Dini penyakit berpotensi KLB di Kab/Kota
051 Surveilans PD3I
APengambilan dan Pengiriman Spesimen Campak/Rubella, AFP dan PD3I Lainnya
5.700.000 100,0 57 Kasus 30 52,6 52,6 2.139.500
2058 006 110.699.000 100,0 100,0 108.826.100
004 Layanan Imunisasi Rutin di Kab/Kota
051 Advokasi, sosialisasi dan koordinasi pelaksanaan imunisasi
APertemuan koordinasi dalam rangka validasi data cakupan imunisasi
110.699.000 100,0 1 Keg 1 100,0 100,0 108.826.100
2059 423.659.000 100,0 416.289.000 98,3
2059 005 41.240.000 100,0 100,0 39.630.000 96,1
002
051 Diagnosa dan tatalaksana pengobatan malaria
BMonitoring dan evaluasi program malaria serta tatalaksana kasus
30.240.000 73,3 14 Ot 14 100,0 73,3 28.630.000
U02
051 1.000.000 2,4 2 Pt 2 100,0 2,4 1.000.000
U03 Survei darah masal malaria (angka parasite rate)
051 Survei darah massal malaria (angka parasie rate) 10.000.000 24,2 1 Pt 1 100,0 24,2 10.000.000
2059 006 44.820.000 100,0 100,0 43.430.000 96,9
002
053
A Pendampingan implementasi G1R1J 18.420.000 41,1 10 Ot 10 100,0 41,1 17.630.000
B Penyelidikan Epidemiologi (PE) 26.400.000 58,9 5 Kasus 5 100,0 58,9 25.800.000
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian penyakit arbovirosis di kab/kota
Layanan intensifikasi eliminasi malaria
Layanan pelaksanaan pengendalian malaria di Kab/Kota
Sediaan darah mikrokopis yang diuji silang (% sensitivitas, spesifisitas, akurasi spesies)
Sediaan darah mikroskop yang diuji silang (% sensitivitas, spesifitas, akurasi spesies)
Layanan pengendalian penyakit Arbovirosis
Layanan pencegahan dan pengendalian Arbovirosis di Kab/Kota
Surveilans dan Karantina Kesehatan
Layanan kewaspadaan dini dan Respon Penyakit Potensial KLB
Layanan imunisasi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik
(5) (6) (10) (11)
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Keuangan
Target Realisasi
SATK ER : DINAS K ESEHATAN PROVINSI RIAU (099015)NOMOR DIPA : SP DIPA-024.05.3.099015/2019 TANGGAL 12 NOPEMBER 2020
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAK IT (05) POSISI S.D. K EADAAN : BULAN DESEMBER 2020
Kode dan Nama DIPA / Kode dan Nama Program / Kode dan Nama Kegiatan / Kode dan Nama Sub Kegiatan
Volume Kegiatan
Realisasi Realisasi Out PutFisik
008 337.599.000 100,0 100,0 333.229.000 98,7
010
056
A Pelaksanaan PPOM kecacingan 266.759.000 79,0 48 Keg 48 100,0 79,0 266.149.000
B Pendampingan POPM Kecacingan pada daerah stunting
34.540.000 10,2 100 Ot 100 100,0 10,2 33.230.000
C Pendampingan POPM kecacingan daerah Non stunting
36.300.000 10,8 84 Ot 84 100,0 10,8 33.850.000
2060 366.638.000 100,0 363.176.750 99,1
2060 500 layanan Pencegahan dan pengendalian penyakit HIV AIDS 114.660.000 100,0 100,0 111.732.250
002
051
APertemuan evaluasi dan validasi data HIV-AIDS dan IMS Kab/Kota
68.540.000 59,8 1 Keg 1 100,0 59,8 67.159.250
052
A Distribusi logistik 25.040.000 21,8 1 Pt 1 100,0 21,8 24.933.000
B Pemnatuan distribusi logistik 21.080.000 18,4 10 Ot 10 100,0 18,4 19.640.000
2060 502 35.950.000 100,0 100,0 35.806.500
001
052
A Workshop PPM 16.800.000 46,7 4 Pt 4 100,0 46,7 16.656.500
B Surveilans Aktif TB 14.900.000 41,4 14 Ot 14 100,0 41,4 14.900.000
U03
100 4.250.000 11,8 50 Pt 50 100,0 11,8 4.250.000 Layanan trabsport sputum TBC wilayah jawa dan bali
Validasi data
Distribusi logistik pusat ke kab/kota
Layanan pengendalian penyakit TB
Layanan deteksi dini dan pemantauan keberhasilan kasus TBC
Deteksi dini dan pemantauan kasus TBC
Layanan transport sputum TBC wilayah jawa bali
Layanan pengendalian penyakit fiaklriasis dan kecacingan
Pelaksanaan pemberian obat pencegahan masal filariasis dan kecacingan di kab/kota
Pelaksanaan POPM
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung
Layanan pencegahan dan pengendalian HIV AIDS di Provinsi (dekon)
2060 503 Intensifikasi penemuan kasus kusta 216.028.000 100,0 100,0 215.638.000
059
A 160.940.000 74,5 2 Kab 2 100,0 74,5 160.940.000
B 55.088.000 25,5 1 Keg 1 100,0 25,5 54.698.000
2063 151.854.000 100,0 151.060.000 99,5
2063 970 151.854.000 100,0 100,0 151.060.000
051 Penyusunan rencana program dan penyusunan rencana anggaran
B 1.750.000 1,2 1 Pt 1 100,0 1,2 1.750.000
052 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi
A Penyususnan pelaksanaan laporan program 6.574.000 4,3 1 Pt 1 100,0 4,3 6.560.000
B Pemantauan Terpadu Pelaksanaan Laporan Proram 46.410.000 30,6 21 Ot 21 100,0 30,6 45.630.000
C Penyusunan laporan E-Monev Pengganggaran 11.200.000 7,4 4 Pt 4 100,0 7,4 11.200.000
053 Pengelolaan keuangan dan perbendharaan
A Rekonsiliasi LK UAPPA E-1 laporan keuangan satker dekon 3.600.000 2,4 26 Ot 26 100,0 2,4 3.600.000
B Honor pejabat perbendahraan dan pengelola keungan 82.320.000 54,2 12 Ob 12 100,0 54,2 82.320.000
Penyusunan RKA-KL
Intensifikasi penemuan kasus dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit kusta
Pelaksanaan kegiatan intensifikasi penemuan kasus kusta dan frambusia melalui kampanye eliminasi kusta dan eradikasi frambusia di kab. Pelalawan dan kab. Inhil
Pertemuan evaluasi program dan validasi data kohort program kusta di Provins1
Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Layanan dukungan manajemen satker
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
67
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
68
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
69
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan Provinsi Riau 2020
70